Universitas Jenderal Achmad Yani | 57 Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel KONTRIBUSI SELF EFFICACY TERHADAP STATE ANXIETY PADA MAHASISWA YANG MENYUSUN SKRIPSI DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNJANI Afini Freudwi Asri, Linda Ernawati, Muhammad Dwi Atmojo Fakultas Psikologi, Universitas Jenderal Achmad Yani Kata Kunci: self efficacy, state anxiety, mahasiswa A B S T R A K Pada mahasiswa tingkat akhir, penyusunan skripsi merupakan salah satu tugas yang wajib dilakukan dalam rangka memperoleh gelar sarjana. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana kontribusi self-efficacy terhadap state anxiety pada mahasiswa yang menyusun skripsi di Fakultas Psikologi UNJANI periode 2019-2020. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori self-ffficacy dari Bandura (1997). Ia menyatakan terdapat 3 dimensi dari self-efficacy yaitu: level, strength, dan generality. Sedangkan Teori Anxiety yang digunakan dari Spielberger (1996). Komponen dari anxiety sendiri terdiri dari : tension, nervoussness, worry, dan apprehension. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan pengukuran kuantitatif. Sampel berjumlah 127 mahasiswa, yang diambil dengan menggunakan teknik simple stratified random sampling. Data diperoleh melalui 2 alat ukur, yaitu alat ukur self efficacy yang disusun sendiri oleh peneliti, dan STAI (State Trait Anxiety Inventory) dari Spielberger (1996). Pengujian reliabilitas alat ukur self-efficacy menggunakan Alpha Cronbach dengan hasil 0.953. Alat ukur State Anxiety menggunakan STAI (State Trait Anxiety Inventory) memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,940. Data dianalisa menggunakan regresi linier sederhana dengan bantuan SPSS 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-efficacy berpengaruh secara signifikan terhadap state anxiety mahasiswa yang menyusun skripsi di Fakultas Psikologi UNJANI periode 2019-2020.
15
Embed
KONTRIBUSI SELF EFFICACY TERHADAP STATE ANXIETY PADA ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Universitas Jenderal Achmad Yani | 57
Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
KONTRIBUSI SELF EFFICACY TERHADAP STATE ANXIETY
PADA MAHASISWA YANG MENYUSUN SKRIPSI DI FAKULTAS
PSIKOLOGI UNJANI
Afini Freudwi Asri, Linda Ernawati, Muhammad Dwi Atmojo
Fakultas Psikologi, Universitas Jenderal Achmad Yani
Kata Kunci: self efficacy, state anxiety, mahasiswa
A B S T R A K
Pada mahasiswa tingkat akhir, penyusunan skripsi merupakan salah satu
tugas yang wajib dilakukan dalam rangka memperoleh gelar sarjana.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana kontribusi self-efficacy
terhadap state anxiety pada mahasiswa yang menyusun skripsi di Fakultas
Psikologi UNJANI periode 2019-2020. Teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Teori self-ffficacy dari Bandura (1997). Ia
menyatakan terdapat 3 dimensi dari self-efficacy yaitu: level, strength, dan
generality. Sedangkan Teori Anxiety yang digunakan dari Spielberger
(1996). Komponen dari anxiety sendiri terdiri dari : tension,
nervoussness, worry, dan apprehension. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif, dengan pengukuran kuantitatif. Sampel berjumlah
127 mahasiswa, yang diambil dengan menggunakan teknik simple
stratified random sampling. Data diperoleh melalui 2 alat ukur, yaitu alat
ukur self efficacy yang disusun sendiri oleh peneliti, dan STAI (State Trait
Anxiety Inventory) dari Spielberger (1996). Pengujian reliabilitas alat
ukur self-efficacy menggunakan Alpha Cronbach dengan hasil 0.953. Alat
ukur State Anxiety menggunakan STAI (State Trait Anxiety Inventory)
memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,940. Data dianalisa menggunakan
regresi linier sederhana dengan bantuan SPSS 20. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa self-efficacy berpengaruh secara signifikan terhadap
state anxiety mahasiswa yang menyusun skripsi di Fakultas Psikologi
UNJANI periode 2019-2020.
Universitas Jenderal Achmad Yani | 58
Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
PENDAHULUAN
Menyusun skripsi merupakan salah
satu tugas dari mahasiswa dalam rangka
menyelesaikan pendidikannya di perguruan
tinggi. Skripsi sendiri merupakan karya
tulis yang disusun menurut kaidah
keilmuan dibawah pengawasan atau
pengarahan dosen pembimbing. Skripsi
dibuat sebagai salah satu persyaratan
menyelesaikan program studi (Buku mutu
mata kuliah skripsi Fakultas Psikologi
Universitas Jenderal Achmad Yani, 2020).
Oleh karena itu, hanya mahasiswa semester
akhir yang telah memenuhi persyaratan
dapat mengambil mata kuliah skripsi.
Dalam menyusun skripsi sendiri,
mahasiswa akan menjalani suatu proses
yang tidak sebentar. Seringkali pula dalam
proses mengerjakan skripsi, mahasiswa
mengalami kendala ataupun hambatan.
Kendala dan kesulitan yang umum terjadi
pada mahasiswa tingkat akhir dalam
penyusunan skripsi adalah kesulitan dalam
menemukan judul yang tepat dan sesuai
menurut dosen pembimbing, kesulitan
untuk merumuskan atau menentukan suatu
masalah, kesulitan dalam mencari bahan
referensi, terbatasnya dana, timbulnya rasa
malas sehingga sering menunda-nunda
untuk mengerjakannya, takut bertemu
dosen pembimbing, subjek penelitian yang
susah didapatkan dan mengalami kesulitan
dalam menuangkan ide kedalam bahasa
ilmiah (Ramadhan dkk, 2019).
Berbagai kendala dan kesulitan saat
proses penyusunan skripsi dapat berpotensi
mempengaruhi kondisi psikologis
mahasiswa yang sedang mengerjakan
skripsi seperti frustrasi, terkadang bisa
sampai stres, merasa rendah diri, hilangnya
semangat dan motivasi yang menimbulkan
rasa malas untuk mengerjakan skripsi,
hingga ada yang sampai tidak mampu untuk
menyelesaikan skripsinya, bahkan akibat
dari kesulitan-kesulitan yang dirasakan
tersebut berkembang menjadi sikap yang
negatif yang akhirnya dapat menimbulkan
suatu kecemasan pada mahasiswa (Hidayat
2013, dalam Ramadhan dkk 2019).
Dalam mengatasi kecemasan, seseorang akan
sangat dipengaruhi oleh keyakinan individu tersebut
dalam menghadapi suatu masalah. Keyakinan
mengenai kemampuan diri tersebut dikenal dengan
konsep self-efficacy. Dimana self-efficacy dinyatakan
sebagai keyakinan individu akan kemampuan dirinya
untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang
diperlukan untuk menghasilkan pencapaian yang telah
ditentukan (Bandura 1997, dalam Tri Astuti Nur’aini,
2018).
Seseorang yang memiliki self-efficacy tinggi akan
cenderung menganggap masalah sebagai suatu
tantangan bukan sebagai beban. Mahasiswa yang
memiliki keyakinan diri akan kemampuannya yang
tinggi maka individu tersebut akan mampu mengatasi
kecemasannya ketika mengerjakan skripsi ( Tri Astuti
Nur’aini, 2018:3). Hal ini pun di dukung oleh hasil
penelitian Winda Septa Riani & Yuli Azmi Rozali
(2014) menunjukan bahwa ada hubungan negatif yang
signifikan antara self-efficacy dengan kecemasan pada
saat presentasi. Hal ini mengandung arti bahwa
semakin tinggi self-efficacy yang dimiliki mahasiswa
saat presentasi maka semakin rendah kecemasan yang
dimiliki mahasiswa. Demikian pula sebaliknya
semakin rendah self-efficacy yang dimiliki semakin
tinggi kecemasan yang di miliki.
Menurut Spielberger (1972), kecemasan yaitu
reaksi emosional yang tidak menyenangkan terhadap
bahaya yang nyata atau imaginer yang disertai dengan
perubahan pada system saraf otonom dan pengalaman
subyektif sebagai tekanan, ketakutan, dan kegelisahan.
Timbulnya kecemasan yang dirasa bagi mahasiswa
pada saat menyusun skripsi, dikaitkan dengan teori
Spielberger mengenai anxiety. Maka menurut
Spielberger dalam teorinya disebut sebagai suatu reaksi
kecemasan sesaat. Kecemasan sesaat
dikonseptualisasikan sebagai munculnya perasaan
tidak senang, perasaan tegang dan perasaan takut yang
disertai dengan adanya peningkatan aktivitas sistem
saraf otonom (Spielberger, 1972). Durasi dan besarnya
kecemasan yang muncul tergantung pada besarnya
ancaman yang dirasakan mahasiswa sesuai dengan
situasi yang di hadapinya. Timbulnya kecemasan dapat
di pengaruhi oleh stimulus eksternal atau internal yang
dirasakan mengancam atau membahayakan individu
tersebut. Jadi, proses dalam menyusun skripsi
merupakan stimulus eksternal yang akan di persepsikan
Universitas Jenderal Achmad Yani | 59
Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
oleh mahasiswa yang sedang menyusun
skripsi. Sedangkan stimulus internal
berasal dari dalam diri mahasiswa ketika
menyusun skripsi.
Penyusunan skripsi merupakan
aktivitas yang di dalamnya terdapat
tuntutan yang mengakibatkan mahasiswa
untuk dapat memiliki keyakinan mengenai
kemampuannya dirinya dalam menyusun
skripsi yaitu memiliki self-efficacy.
Dengan memiliki self-efficacy maka
mahasiswa dapat menampilkan prilaku
yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Menurut Bandura (1997) Self-
efficacy merupakan keyakinan seseorang
akan kemampuan dirinya untuk mengatur
dan melaksanakan tindakan yang
diperlukan untuk menghasilkan pencapaian
yang ditentukan.
Dalam proses penyusunan skripsi
diperlukannya self-efficacy bagi
mahasiswa agar dapat mengatasi masalah
atau tuntutan. Ketika mahasiswa kurang
yakin dengan kemampuannya maka akan
merasa adanya tuntutan dalam aktivitas
menyusun skripsi sebagai kondisi yang
mengancam. Dengan adanya keyakinan
yang tinggi terhadap kemampuan diri
diharapkan mahasiwa yang menyusun
skripsi dapat mengatasi segala hambatan
dan memberikan hasil yang baik.
Adanya self-efficacy pada mahasiswa
diharapkan dapat mengurangi kecemasan
yang dirasakan dalam menghadapi
penyusunan skripsi. Berdasarkan dari
penelitian-penelitian sebelumnya meneliti
mengenai hubungan antaran self-efficacy
dengan kecemasan, maka peneliti ingin
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
pengaruh self-efficacy terhadap kecemasan
sesaat dalam proses penyusunan skripsi
pada mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Jenderal Achmad Yani.
TINJAUAN TEORITIS
1. Definisi Self-Efficacy Menurut Bandura (1997) self efficacy
didefinisikan sebagai : “ Perceived self efficacy
refers to beliefs in one’s capabilities to organize and execute
the coures of action required to produce given attainments”.
Self efficacy merupakan keyakinan seseorang akan
kemampuan dirinya untuk mengatur dan melaksanakan
tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan pencapaian
yang ditentukan (Bandura, 1997).
2. Dimensi Self-Efficacy
Menurut Bandura (1997) self efficacy pada diri tiap
individu akan berbeda antara satu individu dengan
yang lainnya berdasarkan tiga dimensi. Berikut ini
adalah tiga dimensi tersebut :
a. Tingkat kesulitan tugas (Level)
Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas
ketika individu merasa mampu untuk melakukannya
atau mengatasinya. Apabila individu dihadapkan pada
tugas-tugas yang disusun menurut tingkat
kesulitannya, maka self efficacy individu mungkin
akan terbatas pada tugas-tugas yang mudah, sedang,
atau bahkan meliputi tugas-tugas yang paling sulit,
sesuai dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk
memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan pada
masing- masing tingkat. Ketika seseorang memiliki
self efficacy tinggi maka dengan mudah akan merasa
tidak ada kesulitan dalam menyelsaikan tugas dan
dapat menguasai keterampilan yang di perlukan.
Sebaliknya jika seseorang memiliki self efficacy yang
rendah maka akan merasakan kesulitan dalam
menyelesaikan dan menghindar dari tugas. Dimensi ini
mengacu pada persepsi individu mengenai taraf
kesulitan tugas yang diyakini individu akan mampu
dilakukan atau menghindar dari tugas.
b. Dimensi kekuatan (strength)
Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan yang
dimiliki oleh individu mengenai kemampuan yang
dimilikinya. Kekuatan yang lemah akan mudah
digoyahkan oleh pengalaman yang tidak mendukung.
Sebaliknya, kekuatan yang tinggi mendorong individu
akan tetap bertahan dalam usahanya. Dimensi ini
mengacu pada tingkat kekuatan individu terhadap
keyakinan yang dibuatnya atau dimilikinya. individu
yang memiliki strength yang tinggi akan miliki
keyakinan yang kuat mengenai ketahanan dan tidak
mudah frustasi dalam menghadapi hambatan dan
sebaliknya ketika seseorang memiliki strength yang
rendah maka akan merasakan frustrasi atau tidak tahan
dengan hambatan yang ada.
Universitas Jenderal Achmad Yani | 60
Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
c. Dimensi Generalisasi (generality)
Dimensi ini berkaitan dengan bagaimana
seseorang menggeneralisasikan tugas-tugas
yang mana individu tersebut merasa yakin
terhadap kemampuannya dalam
menghadapi suatu tugas atau sebaliknya
yang akan menjadi hambatan. Individu
dapat merasa yakin terhadap kemampuan
dirinya. Ketika pengalaman sebagai suatu
pelajaran berharga bagi dirinya atau
menjadikan sebagai kegagalan dan
hambatan bagi dirinya. Dimensi generality
merupakan suatu konsep bahwa self
efficacy seseorang tidak terbatas pada
situasi yang spesifik atau tertentu saja.
Namun, dimensi ini juga mengacu pada
variasi situasi di mana penilaian tentang
self efficacy dapat diterapkan. Generality
yang tinggi akan menggunakan
pengalaman sebagai cara atau hal yang
berharga untuk mencapai keberhasilan di
dimasa mendatang. Sebaliknya jika
generality rendah akan cenderung tidak
mampu dalam menggunakan
pengalamannya dan menjadi hambatan atau
kegagalan untuk meraih keberhasilan.
3. Definisi Kecemasan (anxiety)
Menurut Spielberger (1996)
mengemukakan kecemasan adalah
“As a signal of danger, anxiety is
accompried by a host of interrelated
somatic procese which are in the nature of
activity preparatory to emergency ation”.
Kecemasan merupakan tanda
datangnya bahaya, kecemasan merupakan
pengantar yang terhubung dengan proses
somatik yang dimana dalam aktifitas dari
situasi yang membahayakan, dalam arti
bahwa bahaya datang maka dalam diri
individu akan terjadi proses untuk mampu
menyeimbangkan kondisi dari luar
lingkungan.
Kecemasan menurut Speilberger
(1972) yaitu reaksi emosional yang tidak
menyenangkan terhadap bahaya yang nyata
atau imaginer yang disertai dengan
perubahan pada system saraf otonom dan pengalaman
subyektif sebagai tekanan, ketakutan, dan kegelisahan.
“A-State will be used to refer to the complex
emotional reactions that are evoked in individuals who
interpret specific situations as personally threatening”
(Spielberger, 1972:30). State Anxiety akan digunakan
untuk merujuk pada reaksi emosional kompleks yang
ditimbulkan pada individu yang menafsirkan situasi
tertentu sebagai ancaman pribadi (Spielberger,
1972:30).
4. Kecemasan Sesaat (state anxiety)
Menurut Spielberger (1972:29) kecemasan sesaat
dapat diartikan sebagai berikut:
“State Anxiety (A-state) may be conceived of as a
complex, relatively unique emotional condition or
reaction that may vary in intensity and fluctuate
overtime. More specifically, A-state may be
conceptualized as consisting of unpleasant,
consciously-perceived feelings of tension and
apprehension with asociated activation or aroual of the
autonomic nervous system”.
Kecemasan sesaat berespon dari suatu yang
komplek, yang secara relatif merupakan kondisi atau
reaksi emosional yang unik, bervariasi dalam intensitas
dan setiap saat berubah-ubah. Secara lebih spesifik,
kecemasan sesaat ini dikonseptualisasikan sebagai
munculnya perasaan tidak senang (unpleasant),
perasaan tegang (tension), dan perasaan takut
(apprehension) yang disertai dengan adanya
peningkatan aktivitas sistem syaraf pusat.
Kecemasan sesaat (state anxiety) adalah kondisi
emosional yang sementara atau sesaat pada individu
yang bersifat subjektif, karena adanya ketegangan dan
kekhawatiran serta menghasilkan akifitas sistem saraf
otonom. State anxiety memiliki variasi intensitas dan
derajat yang berbeda-beda dari waktu ke waktu sesuai
dengan kondisi individu. State anxiety memberikan
gambaran kecemasan yang di hayati sehubungan
dengan penghayatan individu terhadap situasi yang
akan menimbulkan kecemasan
5. Komponen kecemasan
Komponen - komponen yang dimunculkan dalam
State-Trait Anxiety Inventory (STAI) yang disusun
oleh Spielberger & Gorsuch pada tahun 1996 dan oleh
Spielberger et.al pada tahun 1970 (Spielberger, 1972).
Kecemasan dipandang sebagai suatu reaksi emosional
Universitas Jenderal Achmad Yani | 61
Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
yang tidak menyenangkan dan dianggap
mengancam dimana hal tersebut diiringi
oleh:
a) Tension, merupakan suatu kondisi
kegelisahan, kerisauan hati yang
disertai dengan ketegangan otot
dimana otot-otot kehilangan kekuatan
dan koordinasinya dan tulang sendi
menjadi kaku.
b) Nervousness, suatu keadaan gugup
atau resah dengan emosionalitas yang
semakin meninggi seperti mudah
tersinggung atau mudah marah.
c) Worry, merupakan salah satu
komponen kognitif dari kecemasan
(anxiety) dimana seseorang merespon
situasi sebagai suatu situasi yang
mengancam bagi dirinya dengan
khawatir dan ketidakmampuannya
dalam menghadapi situasi mengancam.
d) Apprehension, yang didasari oleh
adanya suatu persepsi yang memiliki
suatu tujuan tertentu, proses dimana
seseorang mempersepsikan ketakutan
yang ada dalam diri merupakan suatu
bahaya (Spielberger,
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kuantitatif, yang didasarkan pada
pendekatan deduktif. Penelitian ini
melibatkan dua variabel, yaitu independent
variabel dan dependent variabel:
IV (Indenpendent Variabel): Self Efficacy
DV (Dependent Variabel): State Anxiety.
Peneliti melakukan pengumpulan data
dengan cara menyebarkan kuesioner
sebagai data utama dan wawancara sebagai
data penunjang. Dalam penelitian ini
populasinya yaitu mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Jenderal Achmad
Yani yang sedang melakukan proses
peyusunan skripsi sebanyak 206
mahasiswa. Sampel penelitian yaitu
sebanyak 127 mahasiswa mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Jenderal
Achmad Yani. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik stratified random
sampling.
Alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur
variabel self efficacy adalah dengan menggunakan
kuisioner. Dimensi dalam self-efficacy ini ada 3 bagian
dimensi yaitu level, strength dan generality. Dimana
setiap dimensi diturunkan menjadi item-item
kuesioner. Tipe skala pengukuran yang akan digunakan
pada penelitian ini yaitu skala Likert. State trait anxiety
inventory (STAI) ini disusun oleh Spielberger et.al pada
tahun 1970. Dalam penelitian ini alat ukur State
Anxiety terdiri dari 20 item pernyataan.
Untuk pengujian validitas alat ukur self-efficacy,
menggunakan construct validity, dengan teknik analisa
menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA).
Alat bantu untuk melakukan proses pengujian ini
menggunakan program JASP versi 12.2. Berdasarkan
hasil uji validitas untuk aspek Level, koefisien
Standardized Loading Factor (SLF) didapatkan antara
0,569 – 0,789 semua item dinyatakan valid karena di
atas ≥ 0,5. Berdasarkan hasil uji validitas untuk aspek