Top Banner
Tugas Makalah Kuliah Matrikulasi Konservasi Tumbuhan Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel di Taman Nasional Gunung Rinjani Oleh TEGUH RIANTO E353100145 Pembimbing : Prof. Dr. Ir Ervizal AM Zuhud, MS. SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
40

Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

Jun 29, 2015

Download

Documents

Teguh Rianto

Makalah Konservasi Tumbuhan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

Tugas Makalah Kuliah Matrikulasi Konservasi Tumbuhan

Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel

di Taman Nasional Gunung Rinjani

Oleh

TEGUH RIANTO

E353100145

Pembimbing :

Prof. Dr. Ir Ervizal AM Zuhud, MS.

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang

telah memberikan berkat-Nya sehingga penulis diberikan kesempatan untuk

menyusun tugas makalah sebagai bagian dari Kuliah Matrikulasi Pengelolaan

Tumbuhan.

Makalah dengan judul “Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel di

Taman Nasional Gunung Rinjani” dilatar belakangi bahwa penelitian-penelitian

tentang jamur di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) belum

banyak dilaporkan. Potensi keanekaragamannya yang besar akan sangat sia-sia

ketika tidak dimanfaatkan sementara kegiatan pengelolaan selalu terbatas dalam

pendanaan. Pertanyaan yang kemudian timbul mengapa pendanaan tidak bias dari

dalam kawasan sendiri dengan mengeksplorasi sumberdaya? Tentu saja prinsip

konservasi yang berkelanjutan tetap dikedepankan. Tulisan ini dapat dijadikan

dasar untuk pengelolaan sumberdaya jamur di kawasan TNGR lebih lanjut. .

Semoga apa yang menjadi bahasan dalam tulisan ini bermanfaat bagi

banyak pihak terutama berkaitan dengan bagi upaya konservasi pada khususnya.

Penulis

Page 3: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

II. METODOLOGI ...................................................................................... 2

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Habitat Jamur ............................................................................. 2

B. Keanekaragaman Spesies ............................................................ 5

B. Potensi Jamur Edibel .................................................................. 8

C. Masyarakat Lokal dan Jamur ..................................................... 11

D. Upaya Pengelolaan ..................................................................... 12

VI. KESIMPULAN ...................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 14

LAMPIRAN ................................................................................................. 16

Page 4: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Musim Tumbuh Jamur Edibel Kawasan TNGR ................................ 9

2 Jenis-jenis Jamur Kawasan Senaru, Aik Berik,

Pesugulan

................................ 32

3 Hasil Perhitungan 10 Spesies Jamur dengan

INP Tertinggi Kawasan Senaru

................................ 34

4 Hasil Perhitungan 10 Spesies Jamur dengan

INP Tertinggi Kawasan Pesugulan

................................ 34

5 Hasil Perhitungan 10 Spesies Jamur dengan

INP Tertinggi Kawasan Aik Berik

................................ 34

Page 5: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Coltricia perennis ................................ 7

2 Pleurotus flabellatus (Jamur Tiram Merah) ................................ 10

3 Morchella deliciosa, Satu-satunya Jenis Morel

di TNGR

................................ 10

4 Termitomyces sp3, Dijual dalam Satu Ikatan di

Pasar Lokal

................................ 11

Page 6: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Spesies-spesies Jamur Edibel di Kawasan

TNGR (BTNGR, 2010)

................................ 16

2 Tabel Jenis-jenis Jamur Kawasan Senaru, Aik

Berik, Pesugulan (BTNGR, 2010)

................................ 32

3 Tabulasi Hasil Perhitungan INP ................................ 34

Page 7: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

1

I. PENDAHULUAN

Makrofungi atau lebih dikenal dengan istilah mushroom atau jamur,

merupakan sumberdaya alam hayati yang penting dalam kehidupan manusia. Secara

ekologi, jamur memegang peranan nyata pada peristiwa-peristiwa ekologis seperti

asosiasinya dengan hutan tua dalam siklus nutrisi, jaring-jaring makanan serta secara

nyata mempengaruhi kelangsungan hidup perkecambahan anakan-anakan pohon,

pertumbuhan pohon dan keseluruhan kesehatan hutan. Jadi jamur adalah indikator

penting komunitas hutan yang dinamis (Molina et al., 2001).

Di beberapa belahan dunia, pemanfaatan jamur telah menjadi semakin meluas

sejalan dengan semakin gencarnya penelitian mengenai peran jamur dalam dunia

kesehatan (bahan fitofarmaka). Beberapa penelitian membenarkan bahwa spesies-

spesies jamur tertentu ampuh untuk melawan penyakit ganas kanker dan virus HIV

seperti jamur shiitake (Lentinus edulis) dan jamur maitake (Grifola frondosa)

(Anonim, 2003). Spesies lain seperti jamur tiram (Pleurotus ostreatus) menurut salah

satu penelitian dapat merehabilitasi beberapa penyakit kronis (Anonim, 2007). Spesies

jamur tertentu dicari karena memiliki efek halusinogenik (jika dimakan atau dihisap

seperti rokok dapat menyebabkan halusinasi atau efek fly seperti halnya pengguna

narkoba (jamur spesies Psilocybe spp.) (Anonim, 2005).

Di beberapa belahan dunia, regenerasi jamur liar memberikan kontribusi

ekonomi yang cukup nyata pada masyarakat sekitar hutan. Spesies-spesies jamur

tertentu dipanen dari hutan kemudian dijual ke pasaran yang menghasilkan sejumlah

uang. Beberapa spesies jamur tertentu banyak dipasarkan di supermarket-supermarket

dengan harga yang layak secara kontinyu sebab sudah dibuat rumah produksinya.

Jamur merupakan hasil hutan non kayu yang prospektif secara ekonomi.

Kawasan hutan Gunung Rinjani meliputi 26,5% dari luas daratan P. Lombok.

Kawasan hutan Gunung Rinjani juga merupakan kawasan hutan terluas atau sekitar

86,11% dari luas keseluruhan hutan P. Lombok (BTNGR, 1997). Kawasan hutan

Gunung Rinjani seluas 125.740 ha terdiri atas beberapa fungsi kawasan, termasuk di

dalamnya sekitar 41.330 ha kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan hutan Taman

Page 8: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

2

Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Ekosistem kawasan hutan TNGR tergolong masih

utuh dan sekitar 40% atasnya merupakan hutan primer tua. Dengan kondisi tersebut

ratusan spesies jamur tumbuh subur sepanjang tahunnya. Penelitian mengenai jamur

khususnya kawasan TNGR belum pernah dilakukan, sedangkan ancaman terhadap

keanekaragaman hayati di kawasan ini cukup tinggi terutama melalui pengambilan

langsung, kegiatan intensif wisata pendakian maupun kebakaran hutan relatif terjadi

tiap tahun di lokasi-lokasi tertentu. Oleh karena itu penelitian-penelitian spesifik

bioekologi jamur sangat penting untuk dilakukan.

Makalah ini disusun untuk memberikan telaah keanekaragaman jenis jamur

edible yang ada di kawasan TNGR beserta tindakan pengelolaan yang diperlukan

demi kelestarian dan pemanfaatan sumberdaya jamur di masa mendatang.

II. METODOLOGI

Penulisan makalah merupakan review studi yang dikerjakan penulis di

beberapa lokasi yaitu Senaru, Aik Berik dan Pesugulan yang merupakan tempat-

tempat yang identik sebagai kawasan basahnya TNGR. Kawasan lain seperti kawasan

Sembalun dan Torean, dilakukan pengamatan secara visual sebagai pembanding.

Studi dikerjakan pada tahun 2007 (bulan April, Juni, November, Desember), tahun

2008 (bulan Februari, April, Mei), tahun 2009 (bulan Maret, April, Juli) dan tahun

2010 (bulan Maret, Mei, Agustus) serta telaahan bahan pustaka sebagai bahan

pembanding kajian. Spesimen dikoleksi dengan membuat transek sepanjang jalan trail

dengan lebar transek 100 m. Koleksi spesimen basah dikumpulkan dari lapangan

untuk diidentifikasi berdasarkan ciri makroskopis tubuh buah dan ciri makroskopis

koloni jamur. Spesimen basah kemudian dikeringkan dan disimpan sebagai bahan

koleksi jamur TNGR.

.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Habitat Jamur

Kelestarian suatu spesies termasuk jamur sangat bergantung kepada vegetasi

sebagai tempat tumbuhnya. Habitat jamur adalah spesifik, dengan faktor-faktor fisik

Page 9: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

3

yang berbeda untuk masing-masing spesies jamur. Suhu dan cahaya matahari yang

mempengaruhi kelembaban udara menentukan pertumbuhan jamur. Faktor fisik

spesifik ini diciptakan oleh vegetasi dengan iklim mikronya.

Tipe vegetasi kawasan Senaru, Aik Berik dan Pesugulan sebagai lokasi

penelitian secara umum seragam. Vegetasi kawasan Senaru, Aik Berik dan Pesugulan

merupakan bagian dari ekosistem hutan hujan tropis kawasan Gunung Rinjani. Musim

basah terjadi antara November-April, meskipun di bulan Mei-Juni masih sering terjadi

hujan. Spesies-spesies jamur akan banyak ditemukan pada awal-awal musim basah,

sedikit di pertengahan musim (terutama spesies-spesies Agarics yaitu kelompok jamur

yang mempunyai gill), dan melimpah lagi di akhir musim basah sampai pergantian ke

musim kering. Spesies-spesies tertentu bisa ditemukan sepanjang tahun (kebanyakan

spesies Polypores yaitu kelompok jamur yang berpori). Beberapa spesies lagi hanya

bisa ditemukan spesifik di lokasi tertentu.

Kondisi vegetasi dan faktor fisik lingkungan yang spesifik ini memungkinkan

jamur dari beragam spesies tumbuh subur di kawasan Gunung Rinjani terutama di tiga

lokasi penelitian yang dimaksud. Substrat berupa bahan organik sebagai media

tumbuh jamur cukup tersedia dan melimpah sehingga pada kondisi kelembaban yang

mencukupi regenerasi jamur juga melimpah.

Vegetasi pohon penyusun di kawasan Senaru, Aik Berik dan Pesugulan

dibedakan menurut ketinggian tempat. Berdasarkan ketinggian tempat, kawasan

Senaru dan Aik Berik lebih bervariasi dibandingkan kawasan Pesugulan. Kawasan

Senaru dan Aik Berik berketinggian antara 800-2500 mdpl, dimana ketinggian 2500 m

merupakan batas vegetasi. Sedangkan kawasan Pesugulan berketinggian tempat antara

800-1000 mdpl.

Vegetasi pohon penyusun berdasarkan ketinggian dibawah 1000 mdpl seperti

Beringin, (Ficus benyamina), Jelateng (Laportea stimulan), Jambu-jambuan (Syzigium

sp), Pala Hutan (Myritica fatna), Buni Hutan (Antdesma sp), Bajur (Pterospermum

javanicum), Randu Hutan (Gossampinus heptophylla), Terep (Artocarpus elastica),

Melastoma spp, Pandan (Pandanus tectorius), Keruing Bunga (Dipterocrapus

Page 10: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

4

haseltii), Salam (Syzigium polyantha), Klokos (Syzigium sp), Rajumas (Duabanga

moluccana).

Vegetasi pohon penyusun berdasarkan ketinggian antara 1000-2000 mdpl

seperti Kayu Jakut (Syzigium sp), Melastoma spp, Menang/Garu (Dysoxylum sp),

Sentul (Aglaia sp), Deduren (Aglaia argentea), Pandan (Pandanus tectorius), Glagah

(Saccharum spontaneum), Rotan Besar (Daemonorops sp), Bak-bakan (Engelhardia

spicata). Di kawasan Senaru ada zonasi khusus vegetasi yang diberi nama sesuai

dominan pohon penyusunnya yaitu zonasi Bak-bakan diketinggian sekitar 1500 mdpl.

Pada ketinggian diatas 2000 mdpl vegetasi pohon penyusun semakin

berkurang jumlah spesiesnya. Vegetasi penyusun dominan seperti Bak-bakan

(Engelhardia spicata), Melastoma spp, Melela (Podocarpus vaccinium), Jambu-

jambuan (Syzigium sp) dan Cemara Gunung (Casuarina jughuhniana). Di kawasan

Senaru dan Aik Berik ada zonasi khusus vegetasi berupa zona konifer dengan spesies

pohon penyusun dominan Cemara Gunung.

Gangguan pada vegetasi akan berdampak langsung terhadap regenerasi jamur

pada setiap musim tumbuhnya. Terbukanya vegetasi penutup lantai hutan akan

berdampak pada perubahan iklim mikro. Spesies-spesies jamur cosmopolitan seperti

kelompok Polypores mungkin kurang terpengaruh dengan sedikit perubahan faktor-

faktor fisik lingkungan di habitatnya tapi bagi spesies-spesies Agarics dan

noncosmopolitan lainnya terbukanya vegetasi akan mengurangi regenerasi. Miselium

(bakal tubuh buah) jamur akan lebih banyak terbawa air sehingga tubuh buah yang

dilihat kasat mata sebagai jamur tidak terbentuk ketika kawasan tanpa vegetasi

penutup.

Beberapa aktivitas yang dapat mengganggu keutuhan vegetasi seperti aktivitas

penebangan liar, kawasan Pesugulan dan Aik Berik merupakan kawasan dengan

interaksi masyakarat terhadap sumberdaya hutan cukup tinggi. Kawasan ini rawan

dengan aktivitas penebangan liar serta intensif pengambilan langsung sumberdaya dari

kawasan seperti pakis, anggrek dan jamur serta rencek kayu bakar. Aktivitas

penebangan liar yang intensif akan berdampak langsung terhadap tajuk. Semakin

banyak tajuk yang terbuka secara non alamiah tidak akan dapat diadaptasi oleh

Page 11: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

5

ekosistem hutan sehingga penyusun ekosistem termasuk jamur didalamnya

kemungkinan berkurang. Menurun dan hilangnya beberapa bagian habitat tempat

tumbuh jamur dapat mengakibatkan berkurangnya keanekaragaman sumberdaya

termasuk jamur, yang lebih disayangkan adalah hilangnya potensi pemanfaatan untuk

kebutuhan manusia.

Kebakaran hutan juga dapat merubah penutupan vegetasi. kebakaran

merupakan fenomena yang relatif intensif terjadi setiap tahunnya di kawasan Senaru

di zona konifer sampai savana (ketinggian 2000-2500 mdpl). Kawasan tersebut

merupakan kawasan dengan kondisi iklim yang dingin dan kering, yang berbeda

dengan kawasan dibawahnya yang cenderung basah dan lembab.

B. Keanekaragaman Spesies

Hasil studi di kedua lokasi secara keseluruhan diperoleh 147 spesies, 109

spesies diantaranya teridentifikasi dan 38 spesies sisanya belum teridentifikasi

(Rianto, 2009a, Rianto, 2009b, Rianto, 2009c). Dari 109 spesies yang teridentifikasi,

95 spesies diantaranya teridentifikasi sebanyak 32 famili. Dari 32 famili yang ada

kebanyakan teridentifikasi sampai ke genus, beberapa diantaranya sampai ke penunjuk

spesies. Dari 14 spesies sisanya hanya diidentifikasi sampai ke ordo. Secara

keseluruhan spesies yang teridentifikasi berasal dari 14 ordo.

Sebanyak 14% dari 32 famili yang teridentifikasi (13 spesies) termasuk famili

Tricholomataceae, 12% (11 spesies) famili Agaricaceae, dan 11% (10 spesies) famili

Polyporaceae. Sisanya merupakan jumlah spesies yang merata dari beberapa famili.

Sehingga dapat dikatakan bahwa keragaman jumlah spesies cukup tinggi. Hal ini

dibuktikan dengan nilai indeks diversitas Shannon bernilai 3,00 yang bisa diartikan

bahwa jenis jamur di kawasan TNGR termasuk tinggi (Rianto, 2009d). Anggota famili

yang teridentifikasi secara lengkap ditabulasikan dalam Tabel 2 (terlampir).

Dari 95 jenis yang teridentifikasi, kebanyakan berasal dari ordo Agaricales (61

spesies) dan ordo Polyporales (11 spesies) dari kelas Basidiomycetes. Sedikit jumlah

spesies dari kelas yang sama dari ordo Auriculariales (1 spesies), Boletales (4 spesies),

Chantarellales (4 spesies), Dacrymycetales (1 spesies), Geastrales (1 spesies),

Page 12: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

6

Hymenochaetales (5 spesies), Russulales (5 spesies) dan Theleporales (1 spesies).

Sedikit jumlah spesies dari kelas Ascomycetes dari ordo Pezizales (5 spesies) dan

Sphaeriales (4 spesies) serta dari kelas Myxomycetes dari ordo Physarales (2 spesies)

dan Stemonitales (2 spesies).

Spesies jamur lebih banyak ditemukan dan beberapa diantaranya spesifik

hanya bisa ditemukan di kawasan Senaru. Dari 109 jenis yang teridentifikasi, 87

spesies ditemukan di kawasan Senaru, 72 spesies ditemukan di kawasan Pesugulan

dan 54 spesies dapat ditemukan di kawasan Aik Berik. Beberapa spesies spesifik

hanya dapat ditemukan di kawasan Senaru (30 spesies), Pesugulan (15 spesies) dan

Aik Berik (2 spesies). Spesies-spesies spesifik kawasan tersebut dapat dilihat di Tabel

2 (terlampir).

Ada beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan kawasan Senaru lebih

kaya akan jenis jamur dan beberapa diantaranya spesifik dibandingkan kawasan

Pesugulan atau Aik Berik. Kawasan Senaru memiliki variasi ketinggian dengan

rentang yang lebih lebar dengan tipe ekosistem yang lebih bervariasi. Variasi

ketinggian tempat berkisar dari 800 mdpl dengan tipe ekosistem mulai hutan hujan

pegunungan di bagian bawah dengan jenis-jenis pohon penyusun campuran, zona

Bak-bakan (Engelhardia spicata) di kisaran 1500 mdpl, zona konifer sampai ke

daerah savana di kisaran ketinggian 2500 mdpl. Ketinggian kawasan Pesugulan hanya

berkisar antara 800-1500 mdpl tanpa variasi tipe vegetasi seperti kawasan Senaru.

Tipe vegetasi kawasan Pesugulan berupa hutan hujan pegunungan saja. Sedangkan

kawasan Aik Berik memiliki variasi ketinggian dan tipe ekosistem yang hampir sama

dengan kawasan Senaru. Tetapi di kawasan bawah, diketinggian 800-1000 mdpl tipe

vegetasi di kawasan ini merupakan hutan sekunder. Sedangkan jamur akan lebih

banyak tumbuh dan beragam pada hutan yang lebih klimaks (Molina et al, 2001).

Spesies yang dominan di ketiga kawasan adalah spesies dari mayor grup jamur

berpori (Polypores). Meskipun kebanyakan spesies yang teridentikasi berasal dari

Agarics (mayor grup jamur yang mempunyai gill), menurut hasil perhitungan INP

(Rianto, 2009) (Tabel 3, Tabel 4, Tabel 5 pada Lampiran 3) spesies-spesies Polypores

mempunyai kerapatan jenis dan keterjumpaan yang lebih tinggi dibandingkan spesies

Page 13: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

7

jamur Agarics. Spesies-spesies seperti Coltricia perennis, Trametes spp, Xylaria spp,

Stereum spp dan Phellinus sp, mendominasi kawasan Senaru, Pesugulan dan Aik

Berik. Spesies-spesies Polypores memang memiliki sifat mendominasi suatu

ekosistem dan disebut sebagai spesies cosmopolitan dan dependant genera (Ryvarden,

1991). Spesies-spesies Polypores dalam ekosistem bertindak sebagai dekomposer

yang hidup pada bagian mati tumbuhan Gymnosparmae dan Angiosparmae, sedikit

yang hidup di humus. Kebanyakan Polypores merupakan jenis parennial, yang bisa

ditemukan sepanjang tahun seperti Coltricia perennis (Gambar 1). Karakter Coltricia

perennis spesifik dibandingkan spesies Polypores lain. Pada musim-musim sangat

basah sedikit individu yang bisa dijumpai, individu-individu baru akan muncul di

akhir musim basah.

Spesies-spesies Agarics dominan ditempat kedua setelah Polypores. Spesies-

spesies Agarics kebanyakan merupakan spesies saproba yang sebagian besar tumbuh

di tanah, seresah atau humus seperti Coprinus spp dan Hygrocybe spp, sebagian lagi

tumbuh di bagian mati tumbuhan Gymnosparmae atau Angiosparmae seperti

Pluerotus spp. Kawasan Senaru, Pesugulan dan Aik Berik merupakan kawasan

dengan karakter vegetasi setipe yakni hutan hujan tropis. Karakter vegetasi hutan

hujan tropis adalah kelembaban dan ketersedian bahan organik tinggi, yang

merupakan karakter habitat yang mendukung tumbuhnya spesies-spesies Agarics.

Gambar 1. Coltricia perennis.

Foto:Teguh Rianto

Page 14: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

8

Komposisi antara jamur kayu dan jamur tanah yang teridentifikasi sebanding,

yang bisa menjadi indikasi bahwa komuitas hutan di kawasan Senaru ataupun

Pesugulan relatif dinamis. Menurut pengamanatan visual, kawasan lain seperti

kawasan Sembalun (kawasan hutan di luar savana Sembalun) dan Torean sekitar 60%

spesies yang telah diketahui di kawasan Aik Berik, Senaru atau Pesugulan bisa

ditemukan di kawasan ini.

C. Potensi Jamur Edibel

Jamur merupakan produk hutan bukan kayu yang bernilai ekonomi tinggi

sebagai bahan pangan maupun bahan obat. Manfaat langsung jamur adalah sifat

edibilitasnya sebagai jamur yang bisa dikonsumsi. Masyarakat sekitar kawasan hutan

di berbagai penjuru dunia pada musim-musim tertentu berburu jamur untuk

dikonsumsi. Interaksi seperti ini terjadi pada kebanyakan masyarakat di sekitar hutan

di berbagai belahan dunia. Pada jumlah tertentu sebagian perburuan dijual dan

menghasilkan uang. Dengan sistem budidaya yang lebih baik, dapat mendatangkan

keuntungan yang sifatnya kontinyu dan meningkatkan kesejahteraan.

Beberapa spesies edibel dan berpotensi komersil yang ada di kawasan TNGR

dapat dilihat pada tabel . Spesies Auricularia auricula (jamur kuping) dan Pleurotus

ostreatus (jamur tiram putih) merupakan spesies yang populer di pasaran. Jamur tiram

merah atau Pleurotus flabellatus (Gambar 2) juga merupakan jamur yang beredar di

pasaran tetapi jumlah produksinya mungkin tidak sebanyak jamur kuping atau jamur

tiram putih sehingga kurang populer. Spesies Morchella deliciosa (Gambar 3)

merupakan satu-satunya jenis morel yang ada di kawasan TNGR. Morel mungkin

jenis jamur yang kurang populer di pasaran Indonesia, tetapi di pasaran internasional

merupakan jenis high value market (jenis yang laris dipasaran karena tingkat

edibilitasnya yang tinggi) dalam bentuk keringnya. Di India dan Pakistan ekspor

morel menyumbang 70% penghasilan hasil hutan non kayu (Iqbal, 2002).

Spesies Termitomyces sp3 (Gambar 4) merupakan spesies yang populer di

pasaran lokal. Spesies ini menjadi sumber penghasilan tersendiri bagi masyarakat

lokal saat musim tertentu, biasanya awal musim basah. Menurut informasi masyarakat

Page 15: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

9

ada spesies Termitomyces dengan ukuran diameter cap sekitar 20-30 cm, hanya saja

selama periode penelitian belum pernah dijumpai spesies yang dimaksud baik di alam

maupun di pasaran. Spesies Tremella fusiformis juga merupakan jamur yang komersil

di pasaran dalam bentuk keringnya. Beberapa spesies jamur edibel lain seperti

Hygrocybe psittacina, Mycena sp, Polyporus sp dan Termitomyces sp harus dikumpulkan

dalam jumlah banyak ketika akan dikonsumsi mengingat bentuknya yang berukuran kecil.

Detail spesies-spesies jamur edibel dijelaskan dalam Lampiran 1 .

Tabel 1. Musim Tumbuh Jamur Edibel Kawasan TNGR

No Spesies Musim Tumbuh Sebaran

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 SN AB PG

1. Morchella deliciosa √ √ √ √

2. Auricularia auricula √ √ √ √ √ √ √ √ √

3. Tremella fusiformis √ √ √

4. Termitomyces sp √ √ √ √ √ √

5. Termitomyces sp2 √ √ √ √ √ √

6. Termitomyces sp3 √ √ √ √ √ √ √

7. Clitocybe sp √ √ √ √ √

8. Pleurotus ostreatus √ √ √ √ √ √ √ √ √

9. Pleurotus flabellatus √ √ √ √ √ √ √ √ √

10. Pleurotus sp √ √ √

11. Clavaria vermicularis √ √ √ √

12. Polyporus sp √ √ √ √ √ √ √ √ √

13. Polyporus sp2 √ √ √ √ √ √ √ √ √

14. Artomyces pyxidatus √ √ √ √ √ √

15. Mycena sp √ √ √ √

16. Chantarellales √ √ √

Keterangan :

SN = Senaru, AB = Aik Berik, PG = Pesugulan

Dasar penentuan musim tumbuh adalah frekuensi keterjumpaan spesies selama

penelitian, dengan asumsi musim basah bulan antara bulan Nopember-April.

Selain karena sifat edibilitasnya, jamur diperdagangkan sebagai bahan obat.

Beberapa spesies yang berpotensi sebagai bahan obat yang ada di kawasan TNGR

Page 16: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

10

menurut perbandingan literatur adalah Coltricia perennis, Coprinellus disseminatus,

Clavaria vermicularis. Spesies-spesies tersebut dipakai dalam dunia farmasi sebagai

antikarsinogenik. Bahan Polysakarida hasil ekstrak dari spesies-spesies tersebut

dipercaya dapat menjadi obat antikanker (Ohtsuka et al, 1973) dan telah dipatenkan di

Inggris. Genus Phellinus dipakai sebagai obat tradisional di Korea, penderita kanker

di korea menggunakan mushroom ini sebagai co-medication (Anonim, 2010).

Berdasarkan studi yang dilakukan (Rianto, 2009d), teridentifikasi dua spesies dari

genus Phellinus. Untuk mengetahui kandungan antikarsinogenik dari spesies-spesies

yang ada di TNGR tersebut perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

Foto:Teguh Rianto

Gambar 2. Pleurotus flabellatus (Jamur Tiram Merah).

Gambar 3. Morchella deliciosa, Satu-satunya Jenis Morel di TNGR.

Foto:Teguh Rianto

Page 17: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

11

D. Masyarakat Lokal dan Jamur

Secara umum masyarakat di P. Lombok mungkin tidak terbiasa

mengkonsumsi jamur meskipun banyak jenis komoditas jamur hasil budidaya di pasar

lokal atau supermarket-supermarket seperti jamur tiram putih (Pluerotus ostreatus),

jamur kuping (Auricularia auricula), jamur kancing (Agaricus bisporus), jamur

merang (Volvariella volvacea) atau jamur kuping putih (Tremella fusiformis). Hal ini

bisa disebabkan karena masalah selera atau memang persediaan pasar yang kurang

merata sehingga hanya bisa ditemukan di supermarket-supermarket tertentu dengan

harga yang cukup mahal dibandingkan dengan harga jamur yang diambil dari hutan

dan dijual ke pasar lokal oleh masyarakat lokal.

Spesies-spesies yang diperdagangkan secara lokal melalui pengambilan

langsung dari hutan hanya spesies-spesies Termytomyces spp saja (di kawasan

Gunung Rinjani ada sekitar 4 spesies tetapi dalam penelitian ini hanya ditemukan 3

spesies). Spesies-spesies Termytomyces spp pada musim-musim basah tumbuh

serentak pada tempat-tempat tertentu sehingga terbentuk kebiasaan masyarakat lokal

untuk memanen dalam jumlah yang cukup untuk dijual. Sedangkan jamur tiram putih

(Pleuretus ostreatus) atau jamur kuping (Auricularia auricula) atau Mycena sp

kebanyakan hanya dikonsumsi sendiri karena pertumbuhan populasinya tidak seperti

Gambar 4. Termitomyces sp3, Dijual dalam Satu Ikatan di Pasar Lokal.

Foto:Teguh Rianto

Page 18: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

12

spesies-spesies Termytomyces spp yang cenderung tidak melimpah pada satuan waktu

tertentu.

Dari 16 spesies jamur edibel yang diidentifikasi, jenis yang tidak populer di

masyarakat lokal seperti jamur tiram merah (Pleuretus flabellatus), morel (Morchella

deliciosa) dan jamur kuping putih (Tremella fusiformis) merupakan jenis komoditas

internasional. Jenis morel terutama bisa dikategorikan sebagai jamur yang paling

dicari oleh para mushroomer (sebutan bagi penggemar mushroom) ketika berburu

jamur di hutan, terutama di banyak negara sub tropis. Harga morel di pasar

internasional biasanya dijual dalam bentuk keringnya dan dihargai cukup mahal. Di

situs penjualan online terkenal seperti Amazon.com, morel dalam bentuk keringnya

dihargai sekitar 91,1 dolar per kilogramnya atau sekitar Rp 820.000,00.

E. Upaya Pengelolaan

1. Identifikasi, Inventarisasi dan Penelitian Lanjutan

Penelitian baik taksonomi maupun spesifik ekologi mengenai jamur di

kawasan Nusa Tenggara sangat sedikit dilakukan (Suherman dan Nunez, 2000 dalam

Risna, 2004). Penelitian keanekaragaman jamur di kawasan TNGR yang dilaporkan

Rianto (2009d) masih perlu dilakukan penelitian lanjutan, terutama sampling spesies

untuk seluruh kawasan TNGR sehingga spesies-spesies yang didapatkan mewakili

keseluruhan kawasan yang berbeda tipe vegetasinya. Review taksonomi juga perlu

dilakukan terutama untuk spesies-spesies yang tidak populer mengingat penentuan

spesies berdasarkan pada ciri makroskopis tubuh buah dan ciri makroskopis koloninya

saja. Perlu dukungan analisis laboratorium yang mendukung penentuan jenis (ciri

mikroskopis spora). Untuk spesies-spesies yang berpotensi sebagai bahan obat perlu

dilakukan penelitian lajutan mengenai kandungan zat kimiawi dalam tubuh buah

jamur. Status konservasi spesies-spesies tersebut juga perlu dikaji untuk pengelolaan

lebih lanjut. Monitoring populasi dapat dikerjakan secara berkala untuk memantau

kecenderungan jumlah spesies dan kelimpahan jamur di alam.

2. Pengaturan Pemanenan

Pada kenyataannya pengambilan langsung sumberdaya seperti pakis, jamur,

tanaman hias atau sumberdaya lain dari kawasan masih sering terjadi dan terus

Page 19: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

13

menerus karena masih tingginya ketergantungan masyarakat lokal terhadap

sumberdaya hutan. Secara teori, pihak pengelola seharusnya tidak mengijinkan segala

sumberdaya keluar dari kawasan dalam bentuk dan tujuan apapun sesuai amanat

Undang-undang No.5 Tahun 1990. Pemanfaatan seharusnya bersifat tidak langsung.

Akan tetapi karena praktek-praktek ini telah ada bahkan sebelum dibentuk taman

nasional, pelarangan tidak akan menyelesaikan masalah. Pengelolaan sebaiknya

dilakukan dengan meregulasi cara-cara pemanenan dan mengusahakan teknik

pembudidayakan yang dapat diaplikasikan ke masayarakat lokal. Identifikasi

masyarakat lokal yang secara langsung memanfaatkan sumberdaya kawasan termasuk

jamur perlu dilakukan sebagai bagian dari pengaturan pemanenan. Upaya ini

dilakukan dengan tujuan untuk lebih mengatur eksistensi sumberdaya dan

keberlajutan pemanfaatan di masa mendatang serta meminimalisir pihak-pihak lain

yang akan mengambil kesempatan di luar masyarakat lokal.

Pengelolaan pengunjung juga perlu diintensifkan dalam rangka pengamanan

dan perlindungan sumberdaya terutama di kawasan-kawasan yang menjadi tujuan

wisata. Pengecekan terhadap barang-barang bawaan pengunjung ketika keluar

kawasan seharusnya dikerjakan untuk meminimalisir pengambilan langsung

sumberdaya. Hal yang ditakutkan adalah pencurian sumberdaya oleh peneliti asing

tanpa ijin khusus penelitian. Dengan semakin canggihnya teknologi sampel mungkin

hanya akan sebesar kotak korek api bahkan bisa lebih kecil.

3. Pembinaan Habitat

Pembinaan habitat dikerjakan secara terpadu tidak hanya bertujuan melindungi

suatu spesies tertentu tapi lebih bersifat menyeluruh sehingga meminimalkan biaya

pengelolaan. Pembinaan habitat diperlukan agar vegetasi penutup sesuai dengan

kondisi asli dan mendukung regenerasi sumberdaya termasuk jamur. Perubahan

ataupun gangguan vegetasi akan berdampak pada regenerasi mushroom. Gangguan

vegetasi yang intensif terjadi akan menyebabkan kehilangan sumberdaya. Selain hal

tersebut, pengetahuan habitat spesifik untuk sumberdaya tertentu perlu dilakukan

dengan penelitian khusus, untuk mendukung upaya pengelolaan sumberdaya di luar

kawasan aslinya.

Page 20: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

14

4. Pembudidayaan

Menurut Rianto (2009d) terdapat sekitar 16 spesies jamur yang bersifat edibel,

6 jenis diantaranya termasuk high value market. Dua jenis diantaranya yaitu

Auricularia auricular dan Pleurotus ostreatus adalah jenis yang telah banyak

dibudidayakan, sehingga konsentrasi penelitian dikhususkan pada Morchella

deliciosa, Pleurotus flabellatus atau Sparasis crispa yang masih jarang atau belum ada

sama sekali di pasaran, termasuk kemungkinan pembudidayan Termitomyces sp yang

selama ini permintaan pasar dipenuhi dari pengambilan langsung dari hutan.

Penelitian domestikasi ini ditujukan untuk kepentingan restocking dan aplikasi ke

masyarakat. Dalam tujuan terakhir tersebut ada tujuan lebih besar yang akan dicapai

yakni mengurangi ketergantungan langsung masyarakat terhadap sumberdaya hutan.

IV. KESIMPULAN

Jamur edibel dikawasan TNGR baru diketahui sejumlah 16 spesies. Sejumlah

5 dari 16 spesies tersebut telah dimanfaatkan oleh masyarakat lokal. Kawasan Senaru

merupakan kawasan dengan prosentase tumbuh jamur edibel lebih tinggi

dibandingkan kawasan Pesugulan dan Aik Berik, TNGR.

Upaya pengelolaan diprioritaskan pada domestikasi spesies-spesies yang telah

diketahui berpotensi komersil sebagai bahan pangan maupun bahan obat dan

perlindungan spesies-spesies yang belum diketahui manfaat ataupun belum

teridentifikasi. Pengelolaan selanjutnya ditujukan untuk mengatur pemanenan

sumberdaya, aplikasi budidaya jamur untuk eksistensi populasi jamur dan

kesejahteraan masyarakat, pembinaan habitat dan restocking untuk mempertahankan

populasi dan keanekaragam spesies di alam demi keberlanjutan kelestarian

pemanfaatan di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 2003. Gelegak Industri Cendawan Jepang : Mushroom Ampuh Melawan

Penyakit “Seram”. Harian Pikiran Rakyat 06 April 2003.

[Anonim]. 2005. Cara Menghindari Kematian Karena Makan Mushroom Liar.

Kompas Cyber Media 02 Februari 2005.

Page 21: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

15

[Anonim] 2007. Mushroom Rehabilitasi Penyakit Kronis. Tablod Agrina 21 Februari

2007.

[Anonim]. 2010. About Phellinus Mushroom/ Fine-Mesima. FineCo : Health and

Beauty. http://www.fineco.net/products/products_04.asp [31 Desember

2010].

[BTNGR] Balai Taman Nasional Gunung Rinjani. 1997. Rencana Pengelolaan

Taman Nasional 1998-2023 Balai Taman Nasional Gunung Rinjani.

Mataram.

[BTNGR] Balai Taman Nasional Gunung Rinjani. 2010. Laporan Identifikasi Jamur

Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Mataram.

Iqbal, M. 2002. NTFPs and Land Tenure and Resource Ownership: Problems and

Opportunities. Research and Development. Forest Department. NWFP.

Molina, R, Pilz, D, Smith, J, Dunham, S, Dreisbach T, O’Dell, T and Castellano, M.

2001. Conservation and management of Forest fungi in the Pacific

Northwestern United States : an Integrated Ecosystem Approach. U.S.

Departement of Agriculture. Portland. Oregon.

Ohtsuka, S, Ueno, S, Yoshikumi, C, Hirose, F, Ohmura, Y, Wada, T, Fujii, T and

Takashi, E. 1973. Polysaccarides Having an Anticarcinogenic Effect and a

Method of Producing them from Spesies of Basidiomycetes. UK Patent

1331513 : 26 Sep 1973. http://www.healing-

mushrooms.net/archives/coltricia-perennis.html [31 Desember 2010].

Rianto, T. 2009a. Laporan Identifikasi Jamur Kawasan Aik Berik Taman Nasional

Gunung Rinjani. Balai Taman Nasional Gunung Rinjani. Mataram (Tidak

dipublikasikan).

Rianto, T. 2009b. Laporan Identifikasi Jamur Kawasan Senaru Taman Nasional

Gunung Rinjani. Balai Taman Nasional Gunung Rinjani. Mataram (Tidak

dipublikasikan).

Rianto, T. 2009c. Laporan Identifikasi Jamur Kawasan Pesugulan Taman Nasional

Gunung Rinjani. Balai Taman Nasional Gunung Rinjani. Mataram (Tidak

dipublikasikan).

Rianto, T. 2009d. Studi Keanekaragaman Jenis Jamur Kawasan Taman Nasional

Gunung Rinjani . Balai Taman Nasional Gunung Rinjani. Mataram (Tidak

dipublikasikan).

Risna, RA. 2004. Keanekaragaman Jamur Berpori (Polyporineae) di Pulau Moyo dan

Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Widyariset Vol.6 : 316-330.

Ryvarden, L. 1991. Genera of Polypores, Nomenclature and Taxonomy. Fungiflora.

Norway.

Page 22: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

16

Ascomycetes > Pezizales > Morchellaceae > Morchella deliciosa

Morchella deliciosa

Tudung berbentuk kerucut-silindris, panjang

5-7 cm, lebar 3-4 cm, permukaannya

berkerut atau alur yang tak beraturan.

Tudung berwarna putih dan cenderung

menguning-coklat (seperti warna pudar baju

putih) ketika tuanya. Tudung berongga

ketika dibelah, warna senada tetapi lebih

cerah dibanding tudung bagian luar. Batang

panjang 2-4 cm, kokoh, membesar dibagian

bawah, warna senada dengan tudung, juga

berongga didalamnya.

Edibilitas :

Dapat dimakan, high value, menurut

literatur kebanyakan jenis Morchella spp.

merupakan jenis yang paling dicari oleh

para pemburu mushroom.

Dimana ditemukan :

Morchella deliciosa hanya bisa ditemukan

di kawasan Senaru (jalur pendakian), di

sekitar Pos II (Km 3,5) sampai Km 4,5

(ketinggian 1500 mdpl).

Tumbuh sekitar akhir musim basah (April-

Juni). Biasanya ditemukan tumbuh

didinding tanah, lateral (sejajar permukaan

tanah).

Foto:Teguh Rianto

Foto:Teguh Rianto

Foto:Teguh Rianto

Lampiran 1. Spesies-spesies Jamur Edibel di Kawasan TNGR (BTNGR, 2010).

Page 23: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

17

Basidiomycetes > Auriculariales > Auriculaceae > Auricularia auricula

Auricularia auricula

Tubuh buah berbentuk seperti telinga tak

beraturan, diameter 5-8 cm, permukaan atas

berwarna coklat tua, permukaan bawah

berwarna coklat muda, daging seperti jelly,

kenyal, tipis, tampak seperti berurat/kerutan di

bagian pinggirnya.

Edibilitas :

Dapat dimakan dan merupakan jenis yang telah

dibudidayakan secara komersil.

Dimana ditemukan:

Tumbuh menempel di kayu yang melapuk,

soliter atau cluster yang padat. Bisa dijumpai di

semua kawasan sepanjang musim basah, jarang

dijumpai di musim kering.

Lanjutan Lampiran 1.

Foto:Teguh Rianto

Foto:Teguh Rianto

Page 24: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

18

Basidiomycetes > Tremellomycetes> Tremellaceae > Tremella fusiformis

Tremella fusiformis

Tubuh buah bentuknya seperti shower-puff

dan krispi ditepinya, warna putih susu dan

akan menguning jika tua. Ukuran diameter

20-30 cm, bertekstur kenyal.

Edibilitas :

Merupakan jenis yang populer dikonsumsi

maupun diperdagangkan, dipasaran

dikenal dengan nama jamur kuping

putting.

Dimana ditemukan :

Tremella fusiformis bisa ditemukan diatas

ketinggian 2000 mdpl, pada zonasi

konifer cemara gunung (Casuarina

junghuniana) kawasan Senaru, TNGR.

Dijumpai tumbuh di kayu lapuk cemara

gunung (Casuarina junghuniana), tumbuh

diakhir musim basah (April-Mei).

Lanjutan Lampiran 1.

Foto:Teguh Rianto

Foto:Teguh Rianto

Page 25: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

19

Basidiomycetes > Agaricales >Lyophyllaceae > Termitomyces sp1

Termitomyces sp1.

Tudung berbentuk seperti payung

(umbonate) warna putih agak keruh

dengan tonjolan warna coklat dibagian

pusat tudung, tudung terbelah 3 atau 4 dari

pinggir; diameter 2-4 cm.

Batang slender berwarna putih panjang 6-

10 cm. Gill berwarna putih dengan

susunan rapat, sinuate.

Edibilitas :

Bisa dimakan.

Dimana ditemukan:

Tumbuh di tanah, dalam grup kecil yang

padat. Tumbuh disepanjang musim basah

(Januari-Mei). Tumbuh di semua kawasan

TNGR di daerah rendah (ketinggian

kurang dari 1000 mdpl).

Lanjutan Lampiran 1.

Foto:Teguh Rianto

Foto:Teguh Rianto

Page 26: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

20

Basidiomycetes > Agaricales >Lyophyllaceae > Termitomyces sp2

Termitomyces sp2.

Tudung berbentuk cembung yang melebar

sampai mendatar, warna putih agak

kecoklatan dengan tonjolan hitam dibagian

tengah, bagian tepi rata kadang terbelah,

bagian tepi lurik (heavily striated).

Diameter tudung 6-8 cm, batang panjang 8-

10 cm; gill berwarna putih dengan susunan

rapat, sinuate.

Edibilitas :

Bisa dimakan, high value, local market.

Dimana ditemukan:

Tumbuh ditanah humus, di atas sersah-

sersah yang membusuk, soliter kadang

dalam grup tapi tidak terlalu padat; tumbuh

disepanjang musim basah di daerah bawah

(ketinggian kurang dari 1000 mdpl); tumbuh

disemua kawasan TNGR.

Lanjutan Lampiran 1.

Foto:Teguh Rianto

Foto:Teguh Rianto

Page 27: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

21

Basidiomycetes > Agaricales >Lyophyllaceae > Termitomyces sp3

Termitomyces sp3.

Tudung berbentuk umbonate pada saat

mudanya, kemudian melebar sampai

mendatar pada saat tuanya, warna putih

agak kecoklatan, bagian tepi sobek/terbelah

pada tuanya, bagian tepi lurik. Diameter

tudung 12-16 cm, batang panjang 14-18 cm;

gill berwarna putih dengan susunan rapat,

sinuate. Keteguhan daging kokoh (lebih

kenyal dari pada Termitomyces sp2. Batang

bertipe bulbous (membengkak di bagian

pangkal).

Edibilitas :

Bisa dimakan, high value, local market.

Dimana ditemukan:

Tumbuh ditanah humus, di atas sersah-

sersah yang membusuk, soliter kadang

dalam grup tapi tidak terlalu padat; tumbuh

disepanjang musim basah di daerah bawah

(ketinggian kurang dari 1000 mdpl); tumbuh

disemua kawasan TNGR.

Lanjutan Lampiran 1.

Foto:Teguh Rianto

Foto:Teguh Rianto

Page 28: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

22

Basidiomycetes > Polyporales > Polyporaceae > Polyporus sp

Polyporus sp2

Tubuh buah berbentuk kipas dengan tepi

tak beraturan, warna putih sampai putih

kecoklatan pada saat tuanya, permukaan

atas halus licin kadang berbulu sangat

halus dibagian tepi. Diameter 3-8 cm;

batang pendek kurang dari 0,5 cm.

Tekstur daging kenyal pada saat mudanya,

menjadi teguh pada saat tuanya. Pori-pori

akan kelihatan jelas pada saat tuanya.

Edibilitas :

Bisa dimakan fase mudanya.

Dimana ditemukan:

Tumbuh dalam grup padat di kayu yang

melapuk atau di pohon yang belum lama

mati, tumbuh sepanjang musim basah

kadang masih bisa ditemui dimusim-

musim kering (Januari-Juni). Bisa ditemui

di semua kawasan TNGR.

Foto:Teguh Rianto

Foto:Teguh Rianto

Foto:Teguh Rianto

teguh99ers
Text Box
teguh99ers
Text Box
Page 29: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

23

Basidiomycetes > Polyporales > Polyporaceae > Polyporus sp2

Polyporus sp2.

Tubuh buah seperti Polyporus sp dengan

kenampakan lebih besar, diameter lebih

dari 10 cm, bagian tepi agak kecoklatan

dengan tekstur halus dan bergelombang

seperti telinga, tangkai sangat pendek (2-3

mm). Pori-pori berwarna putih. Tekstur

daging kenyal.

Edibilitas :

Bisa dimakan saat muda.

Dimana ditemukan:

Sifat tumbuh seperti Polyporus sp tapi

dalam grup kecil, kadang soliter. Tumbuh

ditanah humus atau dilumut. Tumbuh

sepanjang musim basah kadang masih bisa

ditemui dimusim-musim kering (Januari-

Juni). Bisa ditemukan di semua kawasan

TNGR.

Foto:Teguh Rianto

Foto:Teguh Rianto

Page 30: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

24

Basidiomycetes > Agaricales > Pleurotaceae > Pleurotus flabellatus

Pleurotus flabellatus

Di pasaran dikenal dengan nama jamur

tiram merah. Tubuh buah berbentuk

setengah lingkaran atau mirip kerang.

Tudung berwarna merah muda hingga

merah, diameter 4-10 cm. Tepi tudung

pada tuanya kadang terlipat kedalam.

Edibilitas :

Bisa dimakan. Merupakan jenis komersil.

Dimana ditemukan:

Tumbuh dalam cluster padat pada kayu

lapuk, bisa ditemukan sepanjang musim

basah kadang masih bisa ditemui

dimusim-musim kering (Maret-Juni). Bisa

ditemui di semua kawasan TNGR.

Jenis ini masih satu kerabat juga dengan

Pleurotus eryngii atau King Oyster

Mushroom yang populer di pasaran.

Foto:Teguh Rianto

Foto:Teguh Rianto

Lanjutan Lampiran 1.

Page 31: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

25

Basidiomycetes > Agaricales > Pleurotaceae > Pleurotus ostreatus

Pleurotus ostreatus

Terkenal dengan nama pasar jamur tiram

putih. Tubuh buah bentuknya tergantung

tempat tumbuh, akan berbentuk setengah

lingkaran atau mirip kerang ketika tumbuh

lateral/tumbuh menyamping, kadang tidak

nampak batang. Tudung akan berbentuk

lingkaran sempurna dengan batang terlihat

jelas jika sebaliknya (tumbuh vertikal).

Bagian tudung berubah warna dari hitam,

abu-abu, coklat, hingga putih, dengan

permukaan yang hampir licin, diameter 5-

12cm.

Edibilitas :

Bisa dimakan. Merupakan jenis komersil.

Dimana ditemukan:

Tumbuh dalam cluster padat di kayu

lapuk. Range waktu tumbuh sama dengan

saudaranya P. flatellatus, jenis ini pun bisa

ditemukan disepanjang musim basah

kadang masih bisa ditemui dimusim-

musim kering (Maret-Juni). Bisa ditemui

di semua kawasan TNGR.

Seperti P. flatellatus, jenis ini masih satu

kerabat dengan Pleurotus eryngii atau

King Oyster Mushroom yang populer di

pasaran.

Foto:Teguh Rianto

Foto:Teguh Rianto

Foto:Teguh Rianto

Page 32: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

26

Basidiomycetes > Basidiomycetes > Agaricales > Pleurotaceae > Pleurotus sp

Pleurotus sp

Tubuh buah berbentuk corong setengah

lingkaran, berwarna putih kemerahan,

diameter 5-8 cm. Permukaan dan tekstur

tudung halus.

Batang tidak tampak. Gill juga berwarna

putih kemerahan dengan susunan rapat.

Edibilitas :

Belum diketahui.

Dimana ditemukan:

Tumbuh dalam cluster padat di pohon

Bak-bakan (Engelhardia spicata).

Ditemukan tumbuh sekitar akhir musim

basah (April-Mei), sementara baru

ditemukan di wilayah Senaru.

Lanjutan Lampiran 1.

Foto:Teguh Rianto

Foto:Teguh Rianto

Page 33: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

27

Basidiomycetes > Agaricales > Tricholomataceae> Mycena sp

Mycena sp

Termasuk jamur mini, tubuh buahnya

tidak lebih panjang dari 5 cm. Tudung

berbentuk kerucut saat mudanya kemudian

cembung sampai mendatar saat tuanya,

berwarna coklat muda. Diameter tudung 1-

2 cm. Gill berwarna putih. Batang panjang

3-5 cm, berwarna lebih cerah dari warna

tudung.

Jamur ini memendar ketika terkena

cahaya.

Edibilitas :

Bisa dimakan, tetapi terlalu mini dan

kenampakan gillnya yang akan menghitam

seperti tinta ketika sudah lama dicabut dari

substrat sedikit akan mengurangi

kenyamanan untuk dikonsumsi.

Dimana ditemukan:

Tumbuh dalam cluster padat, di tanah

humus atau sersah-sersah, tumbuh di akhir

musim basah (April-Mei). Bisa dijumpai

di Senaru dan Pesugulan.

Lanjutan Lampiran 1.

Foto:Teguh Rianto

Foto:Teguh Rianto

Foto:Teguh Rianto

Page 34: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

28

Basidiomycetes > Agaricales > Tricholomataceae > Clitocybe sp

Clitocybe sp. Tudung berbentuk seperti corong warna

putih, bersisik, diameter 4-6 cm, tangkai

panjang 3-6 cm.

Gill warna putih dengan susunan rapat,

deccurent. Batang berwarna putih.

Edibilitas :

Belum diketahui.

Dimana ditemukan:

Tumbuh di kayu yang melapuk, dalam

cluster yang tidak terlalu padat,

Diketemukan di akhir musim basah dalam

daerah terbuka, sementara hanya dijumpai

di Aik Berik.

Lanjutan Lampiran 1.

Page 35: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

29

Basidiomycetes > Cantharellales >?>?

Cantharellales

Tudung berbentuk corong melebar

hampir mendatar tak beraturan, atau

lebih mirip seperti bentuk bunga sepatu

berukuran besar; diameter tudung 20-24

cm, berwarna coklat, permukaan halus,

gill atau semacamnya adnexed,

berwarna putih. Batang panjang 8-10

cm berwarna putih, berkayu.

Keteguhan daging liat/berkayu pada

saat tuanya.

Edibilitas :

Bisa dimakan sebelum tuanya, tekstur

akan semakin liat saat tuanya.

Dimana ditemukan:

Tumbuh dalam grup kecil,

mengelompok. Tumbuh di kayu yang

sedang melapuk. Tumbuh di awal

musim basah (Desember-Januari). Di

kawasan TNGR hanya ditemukan di

kawasan Senaru diketinggian sekitar

1000 mdpl.

Foto:Teguh Rianto

Foto:Teguh Rianto

Foto:Teguh Rianto

Lanjutan Lampiran 1.

Page 36: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

30

Basidiomycetes > Rusulales > Auriscalpiaceae > Artomyces pyxidatus

Artomyces pyxidatus

Termasuk dalam grup mushroom koral.

Bentuknya yang seperti koral tak berarturan,

“dahan” yang banyak “cabang”nya,

diujungnya ada cabang lagi dengan 3-6

“anak cabang” yang membentuk seperti

mahkota. Berwarna putih panjang 10-12 cm,

diameter koral 6-8 cm. Cabang tebal kira-

kira 1-5 mm. Keteguhan daging rapuh.

Edibilitas :

Bisa dimakan saat mudanya, menurut

literatur spesimen yang sudah tua ada

sedikit rasa asam.

Dimana ditemukan:

Tumbuh soliter atau dalam grup kecil,

tumbuh pada kayu yang sudah lama

melapuk, bisa dijumpai di sepanjang musim

basah sampai awal musim kering (Januari-

Mei). Ditemukan di Senaru di kawasan

dengan ketinggian sekitar 1500 mdpl.

Nama lain : Clavicorona pyxidata

Foto:Teguh Rianto

Foto:Teguh Rianto

Lanjutan Lampiran 1.

Page 37: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

31

Basidiomycetes >Agaricales >Clavariaceae > Clavaria vermicularis

Clavaria vermicularis

Tubuh buah panjang 4-10 cm, tebal kurang dari

0,5 cm, bentuknya seperti cacing, tak bercabang,

ujung tumpul, kadang lurus memanjang kadang

ada yang bengkok tak beraturan, berwarna putih

sampai putih abu-abu, keteguhan rapuh/sangat

rapuh.

Edibilitas :

Bisa dimakan, hanya saja testurnya rapuh dan

lembek.

Dimana ditemukan:

Tumbuh diakhir musim basah sampai

pertengahan musim kering (Maret-Juni), tumbuh

secara soliter atau dalam cluster tidak padat.

Tumbuh di tanah-tanah humus atau sersah-

sersah yang sudah melapuk. Sementara hanya

dijumpai di Senaru pada ketinggian sekitar

1000-1500 mdpl.

Lanjutan Lampiran 1.

Foto:Teguh Rianto

Foto:Teguh Rianto

Page 38: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

Lanjutan lampiran 2.

Jenis Fam Ordo Kelas Sebaran

65 Marasmius sp2 Marasmiaceae Agaricales Basidiomycetes AB,SN,PG

66 Mycena sp2 Tricholomataceae Agaricales Basidiomycetes AB,SN,PG

67 Marasmius sp2 Marasmiaceae Agaricales Basidiomycetes AB,SN,PG

68 Marasmiellus sp Marasmiaceae Agaricales Basidiomycetes AB,SN,PG

69 Marasmiellus sp2 Marasmiaceae Agaricales Basidiomycetes AB,SN,PG

70 Mycena sp3 Tricholomataceae Agaricales Basidiomycetes AB,SN,PG

71 Mycena sp4 Tricholomataceae Agaricales Basidiomycetes AB,SN,PG

72 ? ? Agaricales Basidiomycetes SN,PG

73 Mycena sp5 Tricholomataceae Agaricales Basidiomycetes SN,PG

74 Paramycena sp Tricholomataceae Agaricales Basidiomycetes AB,SN,PG

75 Pachyella clypeata Pezizaceae Pezizales Ascomycetes SN,AB

76 Peziza sp Pezizaceae Pezizales Ascomycetes SN

77 Phellinus sp2 Hymenochaetaceae Hymenochaetales Basidiomycetes AB,SN,PG

78 Pholiota sp Strophariaceae Agaricales Basidiomycetes SN

79 Pleurotus flabellatus Pleurotaceae Agaricales Basidiomycetes SN,PG

80 Pleurotus ostreatus Pleurotaceae Agaricales Basidiomycetes SN,PG

81 Pleurotus sp Pleurotaceae Agaricales Basidiomycetes SN

82 Pleurotus sp2 Pleurotaceae Agaricales Basidiomycetes SN,PG

83 Polyporus sp Polyporaceae Polyporales Basidiomycetes AB,SN,PG

84 Polyporus sp2 Polyporaceae Polyporales Basidiomycetes AB,SN,PG

85 Polyporus sp3 Polyporaceae Polyporales Basidiomycetes SN

86 Polyporus sp4 Polyporaceae Polyporales Basidiomycetes SN

87 Polyporus sp5 Polyporaceae Polyporales Basidiomycetes AB,SN,PG

88 Polyporus sp Polyporaceae Polyporales Basidiomycetes AB,SN,PG

89 Russula sp Russulaceae Russulales Basidiomycetes SN

90 Russula sp2 Russulaceae Russulales Basidiomycetes SN

91 Sarcoscypha cocinea Sarcoscyphaceae Pezizales Ascomycetes AB,SN,PG

92 ? ? Boletales Basidiomycetes PG

93 Scleroderma sp Sclerodermataceae Boletales Basidiomycetes PG

94 Sparasis crispa Sparassidaceae Polyporales Basidiomycetes SN

95 Stemonitis splendens Stemonitidaceae Stemonitales Myxomycetes SN,AB

96 Stereum ostrea Stereaceae Russulales Basidiomycetes AB,SN,PG

97 Stereum sp Stereaceae Russulales Basidiomycetes PG

98 Thelephora palmata Thelephoraceae Thelephorales Basidiomycetes AB,SN,PG

99 Trametes versicolor Polyporaceae Polyporales Basidiomycetes AB,SN,PG

100 Trametes sp Polyporaceae Polyporales Basidiomycetes AB,SN,PG

101 Trametes sp2 Polyporaceae Polyporales Basidiomycetes AB,SN,PG

102 Trametes sp3 Polyporaceae Polyporales Basidiomycetes PG

103 Termitomyces sp Lyophyllaceae Agaricales Basidiomycetes SN

104 Termitomyces sp2 Lyophyllaceae Agaricales Basidiomycetes SN

105 Termitomyces sp3 Lyophyllaceae Agaricales Basidiomycetes PG,AB

106 Xylaria longipes Xylariaceae Sphaeriales Ascomycetes AB,SN,PG

107 Xylaria sp Xylariaceae Sphaeriales Ascomycetes SN,AB

108 Xylaria sp2 Xylariaceae Sphaeriales Ascomycetes AB,SN,PG

109 Xylaria sp3 Xylariaceae Sphaeriales Ascomycetes AB,SN,PG

Keterangan : AB = Aik Berik, SN = Senaru, PG = Pesugulan

teguh99ers
Typewriter
33
Page 39: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

Lampiran 2. Tabel Jenis-jenis Jamur Kawasan Senaru, Aik Berik, Pesugulan (BTNGR, 2010).

Jenis Fam Ordo Kelas Sebaran

1 Agaricus sp Agaricaceae Agaricales Basidiomycetes AB

2 Amanita sp Amanitaceae Agaricales Basidiomycetes SN

3 Artomyces pyxidatus Auriscalpiaceae Rusulales Basidiomycetes SN

4 Auricularia auricula Auriculaceae Auriculariales Basidiomycetes AB,SN,PG

5 Badhamia utricularis Physaraceae Physarales Myxomycetes SN

6 Badhamia sp Physaraceae Physarales Myxomycetes SN

7 Boletus sp Boletaceae Boletales Basidiomycetes SN

8 Boletus sp2 Boletaceae Boletales Basidiomycetes SN

9 Calocera sp Dacrymycetaceae Dacrymycetales Basidiomycetes AB,SN,PG

10 ? ? Cantharellales Basidiomycetes SN

11 ? ? Cantharellales Basidiomycetes SN

12 ? ? Cantharellales Basidiomycetes SN

13 ? ? Cantharellales Basidiomycetes AB

14 Macrolepiota sp Agaricaceae Agaricales Basidiomycetes PG

15 Clavaria vermicularis Clavariaceae Agaricales Basidiomycetes SN,PG

16 Clavulina coralloides Clavulinaceae Agaricales Basidiomycetes AB,SN,PG

17 Clavulina sp Clavulinaceae Agaricales Basidiomycetes PG

18 Clavulina sp2 Clavulinaceae Agaricales Basidiomycetes SN

19 Clavulinopsis fusiformis Clavariaceae Agaricales Basidiomycetes SN

20 Clitocybe sp Tricholomataceae Agaricales Basidiomycetes PG,AB

21 ? ? Agaricales Basidiomycetes SN,PG

22 Coltricia cinnamomea Hymenochaetaceae Hymenochaetales Basidiomycetes SN

23 Coltricia perennis Hymenochaetaceae Hymenochaetales Basidiomycetes AB,SN,PG

24 Coltricia sp Hymenochaetaceae Hymenochaetales Basidiomycetes PG

25 Coprinellus disseminatus Psathyrellaceae Agaricales Basidiomycetes AB,SN,PG

26 Coprinus lagopus Agaricaceae Agaricales Basidiomycetes AB,SN,PG

27 Coprinus plicatilis Agaricaceae Agaricales Basidiomycetes AB,SN,PG

28 Psathyrella sp Psathyrellaceae Agaricales Basidiomycetes PG,AB

29 Coprinus sp Agaricaceae Agaricales Basidiomycetes SN,AB

30 Coprinus sp2 Agaricaceae Agaricales Basidiomycetes AB,SN,PG

31 Mycena sp Tricholomataceae Agaricales Basidiomycetes SN,PG

32 ? Agaricaceae Agaricales Basidiomycetes

33 Crepidotus sp Cortinariaceae Agaricales Basidiomycetes SN

34 Crepidotus sp2 Cortinariaceae Agaricales Basidiomycetes SN

35 Crepidotus sp3 Cortinariaceae Agaricales Basidiomycetes PG

36 Daedalea sp Famitopsidaceae Polyporales Basidiomycetes AB,SN,PG

37 Ganoderma applanatum Ganodermataceae Polyporales Basidiomycetes AB,SN,PG

38 Phellinus sp Ganodermataceae Hymenochaetales Basidiomycetes AB,SN,PG

39 Geastrum saccatum Geastraceae Geastrales Basidiomycetes PG

40 Hygrocybe miniata Tricholomataceae Agaricales Basidiomycetes AB,SN,PG

41 Hygrocybe psittacina Tricholomataceae Agaricales Basidiomycetes AB,SN,PG

42 Hygrocybe sp Tricholomataceae Agaricales Basidiomycetes AB,SN,PG

43 Hygrocybe sp2 Tricholomataceae Agaricales Basidiomycetes SN

44 Hygrocybe sp3 Tricholomataceae Agaricales Basidiomycetes PG,AB

45 Hygrocybe subminiata Tricholomataceae Agaricales Basidiomycetes AB,SN,PG

46 Hygrophorus sp Hygrophoraceae Agaricales Basidiomycetes PG

47 Hygrophorus sp2 Hygrophoraceae Agaricales Basidiomycetes SN,PG

48 Hypholoma fasciculare Strophariaceae Agaricales Basidiomycetes AB,SN,PG

49 Inocybe sp Cortinariaceae Agaricales Basidiomycetes AB,SN,PG

50 Inocybe sp2 Cortinariaceae Agaricales Basidiomycetes AB,SN,PG

51 Inocybe sp3 Cortinariaceae Agaricales Basidiomycetes SN

52 ? ? Agaricales Basidiomycetes PG

53 ? ? Agaricales Basidiomycetes PG

54 Lentinellus sp Auriscalpiaceae Russulales Basidiomycetes PG

55 Lepiota sp Agaricaceae Agaricales Basidiomycetes AB,SN,PG

56 Lepiota sp2 Agaricaceae Agaricales Basidiomycetes SN,PG

57 ? Agaricaceae Agaricales Basidiomycetes PG

58 Lepiota sp3 Agaricaceae Agaricales Basidiomycetes PG

59 Marasmius sp Marasmiaceae Agaricales Basidiomycetes AB,SN,PG

60 ? ? Agaricales Basidiomycetes AB,SN,PG

61 ? ? Agaricales Basidiomycetes SN

62 ? ? Agaricales Basidiomycetes SN

63 Microstoma sp Sarcoscyphaceae Pezizales Ascomycetes SN,AB

64 Morchella deliciosa Morchellaceae Pezizales Ascomycetes SN

teguh99ers
Typewriter
32
Page 40: Konservasi Keanekaragaman Jamur Edibel Di Taman Nasional Gunung Rinjani

Lampiran 3. Tabulasi Hasil Perhitungan INP

Tabel 3. Hasil Perhitungan 10 Spesies Jamur dengan INP Tertinggi Kawasan Senaru.

No. Spesies F FR K KR INP

1 Coltricia perennis K 0.400 18.223230 10.000 18.22323 36.446470

2 Trametes versicolor K 0.165 7.517084 4.125 7.517084 15.034168

3 Trametes sp K 0.155 7.061503 3.875 7.061503 14.123006

4 Ganoderma sp K 0.150 6.833713 3.750 6.833713 13.667426

5 Xylaria longipes K 0.150 6.833713 3.750 6.833713 13.667426

6 Phellinus sp K 0.150 6.833713 3.750 6.833713 13.667426

7 Spesies 1- Agaric K 0.130 5.922551 3.250 5.922551 11.845102 8 Coprinus sp T 0.130 5.922551 3.250 5.922551 11.845102

9 Coprinus sp2 T 0.125 5.694761 3.125 5.694761 11.389522

10 Polyporus sp1 K 0.125 5.694761 3.125 5.694761 11.389522

Keterangan : K = jamur kayu, T = jamur tanah

Tabel 4. Hasil Perhitungan 10 Spesies Jamur dengan INP Tertinggi Kawasan Pesugulan.

No. Spesies F FR K KR INP

1 Trametes sp K 0.495 22.55125 12.375 22.551250 45.102510

2 Spesies 4- Agaric K 0.185 8.428246 4.625 8.428246 16.856492

3 Xylaria sp T 0.165 7.517084 4.125 7.517084 15.034168

4 Higrocybe sp T 0.155 7.061503 3.875 7.061503 14.123006

5 Coltricia perennis K 0.150 6.833713 3.750 6.833713 13.667426

6 Stereum ostrea K 0.150 6.833713 3.750 6.833713 13.667426

7 Spesies 9- Agaric K 0.130 5.922551 3.250 5.922551 11.845100

8 Trametes versicolor K 0.125 5.694761 3.125 5.694761 11.389520

9 Coprinus sp3 T 0.120 5.466970 3.000 5.466970 10.933940

10 Pleurotus sp K 0.100 4.555809 2.500 4.555809 9.111617

Tabel 5. Hasil Perhitungan 10 Spesies Jamur dengan INP Tertinggi Kawasan Aik Berik.

No. Jenis F FR K KR INP

1 Trametes sp K 0.495 22.551250 12.375 22.551250 45.102510

2 Spesies 4- Agaric T 0.185 8.428246 4.625 8.428246 16.856492

3 Xylaria sp K 0.165 7.517084 4.125 7.517084 15.034168

4 Higrocybe sp T 0.155 7.061503 3.875 7.061503 14.123006

5 Coltricia perennis K 0.150 6.833713 3.750 6.833713 13.667426

6 Stereum ostrea K 0.150 6.833713 3.750 6.833713 13.667426

7 Spesies 9- Agaric T 0.130 5.922551 3.250 5.922551 11.845100 8 Trametes versicolor K 0.125 5.694761 3.125 5.694761 11.389520

9 Coprinus sp3 T 0.120 5.466970 3.000 5.466970 10.933940

10 Pleurotus sp K 0.100 4.555809 2.500 4.555809 9.111617

teguh99ers
Typewriter
34