MELIHAT WAJAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
Untuk melihat bagaimana wajah pendidikan di negeri ini, marilah
kita mulai dengan mendengarkan berbagai komentar para tokoh dan
pemerhati pendidikan. Prof. Ahmad SyafiI Maarif dalam tulisannya di
harian Republika sudah memberi penilaian bahwa pendidikan di
Indonesia sudah sangat kronis. Baik kronis dari segi parahnya
penyakit yang diderita, maupun kronis dari segi lamenya penanganan,
yang seperti sudah tidak memberi harapan lagi untuk sembuh. Wajah
pendidikan di Indonesia maasih sangat jauh dari yang diharapkan,
bahkan jauh tertinggal dari Negara-negara lain.Sedangkan Prof. Ki
Supriyoko di harian Kedaulatan Rakyat memberi penilaian terhadap
kualitas pendidikan kita yang didasarkan laporan The International
Baccalaureate Organization (IBO), yatu lembaga yang didirikan pada
tahun 1956, berpusat di Switzerland (administrasi) dan di Inggris
(riset, kurikulum, dan asesmen) ternyata berkesimpulan bahwa
pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan. Menurut IBO, dari
146.052 SD di Indonesia, ternyata hanya delapan sekolah saja yang
mendapat pengakuan dunia dalam kategori The PrimaryYears Program
(PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan
sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Mddle
Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah
saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma
Program (DP).Publikasi IBO tersebut senada dengan publikasi
sebelumnya yang dilakukan oleh Asia Week, yang menyatakan sangat
sedikit perguruan tinggi di Indonesia yang diakui memiliki kualitas
dunia. Dari 2000-an perguruan tinggi di Indonesia yang ternyata
hanya empat perguruan tinggi saja yang mendapatkan pengakuan dalam
dunia dalam kategori Multi Discipline University serta hanya satu
perguruan tinggi yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori
Science and Technologi University.Dody Heriawan Priatmoko
memberikan penilaian yang lebiih terperinci lagi. Menurut beliau,
paling tidak ada tiga permasalahan yang saat ini tengah merudung
negeri Indonesia. Tiga permasalahan tersebut adalah:Pertama, adalah
kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan. Kesempatan memperoleh
pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Data
Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jendral
Lembaga departemen Agama menunjukkan Angka Partisipasi Murni (APM)
untuk anak usia SD hanya mencapai 94.4% (28.3 juta siswa).
Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi
Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54,8% (9.4 juta siswa).
Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas.
Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat
pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena
itu dibutuhkan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang
tepat untuk mengatasi masalah ketidak merataan tersebut.Kedua,
adalah rendahnya tingkat relevansi pendidikan dengan kebutuhan. Hal
tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data
BAPPENAS yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukkan angka
pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25.47%,
Diploma/S0 sebesar 27.5% dan PT sebesar 36.6%, sedangkan pada
periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk
masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13.4%, 14.21%, dan 15.07%.
Menurut data Balitbang Depdiknas, setiap tahunnya sekitar 3 juta
anak putus sekolahdan tidak memiliki ketrampilan hidup sehingga
menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Antara ketidak
serasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini
disebabkan kurikulum yang materinya kurang fungsional terhadap
ketrampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik mamasuki dunia
kerja.Ketiga, adalah rendahnya mutu pendidikan. Indikator rendahnya
mutu pendidikan nasional dapat dilihat pada prestasi siswa. Dalam
skala internasional, menurut Laporan Bank Dunia (Greaney,1992),
studi IEA (International Assotiation for the Evaluation of
Educational Achievement) di Asia Timur menunjukkan bahwa
ketrampilan membaca untuk siswa kelas VI SD berada pada tingkat
terendah. Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD: 75.5
(Hongkong), 74.0 (Singapura), 65.1 (Thailand), 52.5 (Filipina),
51.7 (Indonesia). Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu
menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali
menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal
ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafaldan mengerjakan
soal pilihan ganda. Selain itu studi The Third International
Mathematic and Science Study-Repeat-TIMSS-R, 1999 (IEA, 1999)
memperlihatkan bahwa, diantara 38 peserta, prestasi siswa SLTP
kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk
Matematika.Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week
dari 77 universitas yang disurvai di Asia Pasifik ternyata 4
universitas terbaik di Indonesia mampu menempati peringkat ke-61,
ke-68, ke-73, dan k e-75. Indicator lain yang menunjukkan betapa
rendahnya mutu pendidikan di Indonesiadapat dilihat dari data
UNESCO tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human
Development Index), yaitu komposisi dari perinkat pencapaian
pendidikan, kesehatan dan penhasialn per-kepala yang menunjukkan
bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun.Diantara
173 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 pada tahun
1996, ke-99 pada tahun 1997, ke-105 tahun 1998, dqn ke-109 pada
tahun 1999. Menurut survey Political and Economic Risk Consultant
(PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12
dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam.
Data yang dilaporka Economic Forum, Swedia, Indonesia memiliki daya
saing yang rendah yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 53 negara
yang disurvai di dunia. Dan masih menurut surva yang sama di
Indonesia yang berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin
teknologi dari 53 negara di dunia.Rendahnya mutu pendidikan
Indonesia terkaot dengan kualitas guru dan pengajar yang masih
rendah juga. Data Balitbang Depdiknas menunjukkan dari sekitar 1.2
juta gru SD?MI hanya 13.8% yang berpendidikan diploma
D2-kependidikan keatas. Selain itu, dari sekitar 680000 guru
SLTP/MTs baru 38.8% yang berpendidikan diploma D3- Kependidikan
keatas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, baru
18,86% yang berpendidikan S2 keatas (3,84% berpendidikan S3).
Walaupun guru da pengajar bukan satu-satunya faktor penentu
keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral
pendidikan dan kualifikasi, sabagai cermin kualitas, tenaga
pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan
yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang
rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan
guru.
APA UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN?Jika kita mau menilik terhadap
berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah, sesungguhanya telah
banayak penataan-penataan yang selama ini terus-menerus dilakukan
dalam lingkungan pendidikan di Indonesia. Misalnya dapat kita lihat
bagaimana paket Kebijakan Strategis Dikdasmen Berkaitan dengan
Perluasan Akses, baik untuk pendidikan dasar maupun menengah.
Dalam paket Wajar Dikdas 9 Tahun, pemerintah telah mencanangkan
beberapa kebijakan seperti :1. Membantu dan mempermudah mereka yang
belum bersekolah, putus sekolah, serta lulusan SD/MI/SDLB yang
tidak melanjutkan ke SMP/MTs/SMPLB.2. Meningkatkan aspirasi
masyarakat terhadap pendidikan khususnya pada masyarakat yang
menghadapi hambatan.
Sedangkan dalam paket kebijakan pada Pendidikan Menengah,
diantaranya adalah : 1. Mempercepat pertumbuhan SMK.2. Mendorong
peningkatan program pendidikan kejuruan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
Sementara itu, dalam kerangka perluasan program, pemerintah juga
telah mempunyai beberapa langkah strategis, di antaranya adalalah
:1. Pendanaan BOS Pendidikan Dasar 9 Tahun (urutan prioritas dalam
5 tahun ke depan).2. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan
Wajar.3. Rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan.4. Perluasan
pendidikan Wajar pada jalur nonformal.5. Pendidikan kecakapan hidup
(usaha mandiri atau bekerja), untuk tidak bias melanjutkan sekolah
diarahkan mengakses pendidikan keahlian/skill (PNF).6. Peningkatan
peran serta masyarakat dalam perluasan akses SMA, SMA, SMK/SM
terpadu, SLB, dan PT ; kegiatan ini termasuk dalam prioritas
kebijakan.
ANALISIS MASALAHSetelah kita menyaksikan buruknya wajah
pendidikan di Indonesia, demikian juga bagaimana berbagai upaya
yang telah dilakukan pemerintah, selanjutnya mampukan kita
memberikan penilaian terhadap itu semua? Tentu berbagai fakta yang
dapat kita lihat, kita dengar, bahkan kita rasakan secara langsung
di lapangan dapat menjawab itu semua.Untuk dapat memberikan
analisis yang mendalam dan komprehensif, di dalam makalah kecil ini
tentu saja sangat tidak mencukupi. Apalagi persoalan yang dihadapi
tidaklah sederhana, bahkan dapat dikatakan sangat kompleks.
Persoalan yang terjadi tidaklah berdiri sendiri, tetapi sangat
terkait juga dengan bidang-bidang yang lain. Bahkan, boleh
dikatakan bahwa persoalan yang menimpa pendidikan di Indonesia ini
tidak hanya dapat dipanddang dari sudur pandang Indonesia semata,
akan tetapi sangat terkait dengan sebuah tatanan dunia yang saat
ini sudah begitu mengglobal.Oleh karena itu, penulis ingin mencoba
untuk memulai berangkat dari persoalan yang paling mendasar dan
paling mendalam. Penulis ingin memulai dari titik persoalan yang
dapat dianggap sebagai sumber penyebab dari terpuruknya pendidikan
untuk bangsa ini, sehingga bangsa ini sudah tidak lagi memiliki
kemampuan, walau hanya untuk sekedar untuk melindungi harkat,
martabat, kehormatan dan harga diri bangsa ini. Apalagi untuk dapat
menjadi bangsa yang unggul dan member rahmat bagi seluruh penduduk
bumi? Masih terlalu jauh panggang dari apinya.Untuk dapat membuat
rumusan sederhananya, maka penulis akan mengajak untuk melakukan
kaji ulang terhadapt proses pendidikan yang selama ini telah
ditanamkan selama berpuluh-puluh tahh di Indonesia. Penulis ingin
mengajak untuk membongkar, apa ada udang lain di balik semua proses
ajar-mengajar yang sudah berlangsung selama ini. Apakah ada
scenario global yang memang sengaja ingin diwujudkan secara
sistematis melalui proses pendidikannya, sehingga bangsa ini akan
tetap menjadi bangsa yang terjajah, bahkan penjajahnya bias
berlangsung lebih kejam dan sistematis dari model penjajahan
sebelumnya.Untuk dapat memotret segenap scenario yang telah menimpa
pendidikan kita, maka sorotan yang paling tajam yang dapat kita
lakukan adalah langsung menuju kepada berbagai perangkat keilmuan
yang selama ini telah diajarkan di bangku sekolah kita. Mengapa
harus mulai dari perangkat keilmuannya?Kita tentu dapat memaklumi
bahwa inti dari proses pendidikan itu tidak lainadalah proses
penanaman ilmu itu sendiri. Berhasil tidaknya proses pendidikan
untuk mencetak manusia unggul sangat ditentukan oleh
perangkat-perangkat ilmu yang telah diberikan.Marilah kita melihat
kembali apa dan bagaimana tingkatan ilmu yang telah diberikan pada
proses pendidikan kita. Dalam proses pendidikan kita, diakui atau
tidak, ternyata tingkatan ilmu pengetahuan yang diberikan pada
proses pendidikan kita. Dalam proses pendidikan kita, diakui atau
tidak, tingkatan ilmu pengetahuan yang diberikan sesungguhnya baru
sebatas pada tingkatan yang ke-3. Tiga tingkatan tersebut ialah :
1. Tingkatan ITingaktan I merupakan tingkatan ilmu yang paling
dasar. Pada tingkatan ini, proses pendidikan hanya memberikan
kemampuan untuk mengidentifikasi obyek yang dapat terindera secara
langsung. Proses pendidikan inilah yang selanjutnya akan memberikan
ilmu pengetahuan tingkat dasar. Ilmu pengetahuan dasar tersebut
daapt diperoleh dengan memanfaatkan 4 unsur dalam berfikir:1)
Adanya fakta yang terindra2) Adanaya indera-indera3) Adanya otak4)
Adanya maklumat sebelumnya
2. Tingkat IIPada tingkat ini, proses pendidikan akan memberikan
kemampuan untuk mengidentifikasi obyek yang tidak dapat terindera
secara langsung. Obyek tersebut dapat meliputi:a. Sesuatu yang
tersembunyi.b. Muatan kejadian di masa lampau.c. Meramalkan
kejadian di masa datang.Untuk memperoleh pengetahuan tersebut
diiperllukan suatu riset dan penelitian dengan menggunakan
metodologi tertentu. Ilmu pengetahuan yang diperoleh dapat
digolongkan dalam kelompok ilmu murni (pure science).3. Tingkatan
IIITingkatan III ini merupakan tingkatan ilmu pengetahuan tertinggi
yang dapat dicapai dalam dunia pendidikankita. Pada tingkatan ini,
proses pendidikan akan memberikan kemampuan untuk memanfaatkan
produk pengetahuan yang diperoleh dari tingkatan 2. Pemanfaatannya
dalam bentuk proses perakayasaan terhadap ilmu-ilmu murni untuk
menjadi produk-produk yang memiliki nilai guna yang lebih tinggi
bagi manusia. Ilmu pengetahuan yang diperoleh dapat digolongkan ke
dalam kelompok ilmu-ilmu terapan (applied science).Sesungguhnya,
produk pendidikan yang hanya sampai ke tingkatan 3 hanay akan
menghasilkan manusia-manusia tukang yang siap untuk dimanfaatkan.
Dari kelompok kealaman (ekssakta), dia akan memiliki berbagai teori
tentang rahasia alam yang kemudian akan dieksplorasi dan
dieksploitasi sesuai kehendak dari pemesannya.Produk pendidikan
kita tidak pernah menghasilkan manusia yang faham dengan apa yang
harus dikerjakan (tidak mandiri). Sebanyak apapun pakar yang
dihasilkan, baik SI, S2, maupun S3, tetap hanya sebagai tukang
trampil yang siap untuk dipekerjakan. Hal ini akan menyebabkan
bangsa ini mudah untuk menjadi bangsa yang terjajah. Apa yang bias
dilakukan hanyalah mengikuti agenda dan arahan dari para
penjajah.Oleh karena itu, pendidikan seharusnya tidak hanya
terhendi pada tingkatan 3. Pendidikan seharusnya dilanjutkan untuk
mencapai tingkatan 4,5 maupun 6. Tercapainya tingkatan tersebut
diharapkan daapt memaksimalkan potensi intelektualitas yang
dimiliki manusia. Diharapkan akan menjadi mansia yang mandiri dan
tidak mudah untuk dikendalikan oleh kaum kapitalis penjajah.4.
Tingkatan IVPada tingkatan yang ke-4, ilmu pengetahuan yang akan
diberikan tidak hanya diberikan kepada anak didik untuk mampu
mengeksploitasi alam dan social. Pendidikan tingkat 4 harus dimulai
dengan mengajak peserta didik untuk mau memikirkan tentang hakikat
dan eksistensi dari kehidupannya. 1) Apa tujuan dari hidup ini ?2)
Darimana asal kehidupan ini?3) Akan kemana setelah hidup di dunia
ini?Proses pendidikan harus mampu membantu memberikan jawban yang
benar terhadapnya. Jika dia telah menemukan jawaban yang benar
tentang hakikat kehidupan ini maka akan terbentuklah pandangan
hidup yang khas dalam dirinya. Pandangan hidup yang khas inilah
yang nantinya akan senantiasa mengendalikan kehidupannya,
mengendalikan pemikiran-pemikirannya, termasuk juga akan
mengendalikan perasaannya. Dari pandangan hidup yang khas ini
pulalah akan terpancar segenap pemikiran-pemikiran yang khas dari
dirinya. Jika dia telah mencapai tingkatan 4,maka harus dilanjtkan
kepada tingkat 5.5. Tingkatan V.Tingkatan 5 merupakan manifestasi
dari pemikiran tingkat 4, yaitu terpancarnya pemikiran-pemikiran
yang khas dari pandangan hidup tersebut, pancaran pemikiran
tersebut meliputi :1) Adanya gambaran yang khas dan jelas tentang
pengaturan yalng benar terhadap kehidupan manusia di dunia ini.2)
Gambaran pengaturan kehidupan tersebut meliputi: system
pemerintahan, system ekonomi, system pendidikan dsb.Jika dia telah
mencapai tingkatan 5, maka harusnya dilanjutkan kepada tingkat
6.
6. Tingkat VI.Tingkatan 6 merupakan manifestasi dari pemikiran
tingkat 5. Yaitu adanya kemampuan untuk memecahkan segenap problem
yang muncul dari pemikiran tingkat tersebut dengan metode pemecahan
yang khas. Pemikiran tingkat 6 juga meliputi kemampuan untuk
mempertahankan, mengembangkan dan menyebarluaskan segenap pemikiran
dari tingkat 5.Pendidikan yang sampai pada tingkatan 6 inilah
pendidikan yang paling ideal yang seharusnya diberikan kepada anak
didik kita. Produk yang dihasilkan dari pendidikan ini diharapkan
mampu mencetak manusia yang sejati, mandiri dan tidak mudah untuk
diperbudak oleh kaum penjajah. Produk pendidikan ini diharapkan
juga mempunyai kemampuan untuk mempertahankan kehormatan dan harga
dirinya sekaligus mampu menyebarkan rahmatnya bagi semesta
alam.
PENUTUPDemikianlah, untuk dijadikan Indonesia sebagai negeri
yang unggul dan bermartabat memang tidak mudah. Banyak
perubahan-perubahan yang mendasar yang harus berani untuk kita
lakukan. Jika kita ingin mengharapkan lahirnya generasi yang unggul
dan berkualitas, tetapi pemimpin bagi seluruh penduduk di muka bumi
ini, maka pendidikan yang berkualitas akan menjadi kata
kuncinya.Kata kunci pendidikan yang berkualitas menurut penulis,
sangat ditentukan oleh desain ilmu yang akan diberikan. Walaupun
penulis juga menyadari bahwa perangkat ilmu bukanlah satu-satunya,
masih ada seabreg lagi konsekuensi lain yang akan menyertainya,
seperti penyusunan kurikulumnya, system pengajarannya, pembiayaan
sekolahnya, dan seterusnya. Masih aka nada banyak daftar yang harus
menyertainya.Namun demikian, dalam makalah yang pendek ini penulis
tetap berkeyakinan, bahwa perubahan itu tetap harus dilakukan, dan
perubahan itu harus dimulai dari penataan perangkat ilmu denga
benar, supaya anak didik kita menjadi manusa yang benar. Benar dam
visi hidupnya, benar dalam misi hidupnya, benar-benar sesuai dengan
Kehendak dari Yang Maha Pencipta, Allah SWT, ketika hencak
menciptakan manusia di atas muka bumi ini. Wallahu alam
bihshowab.
A. Permasalahan PendidikanPendidikan dalam arti umum mencakup
segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan
pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannyua seta keterampilannya
kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi
hidupnya dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya. Filsafat
dalam pendidikan (filsafat pendidikan) digunakanuntu memecahkan
problem hidup dan kehidupan manusia sepanjang perkembangannya dan
digunakan untuk memecahkan problematika pendidikan masa kini.
Beberapa masalah pendidikan yan gmemerlukan filsafat, yaitu:1.
Masalah pertama dan yang mendasar ialah tentang hakikat
pendidikan.2. Apakah pendidikan itu berguna untuk membina
kepribadian manusia? Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia.
Adalah merupakan hakikat hidup dan kehidupan manusia?3. Apakah
sebenarnya tujuan pendidikan itu? Apakah potensi hereditas yang
menentukan kepribagian manusia? Apakah ada faktro yang dari luar
dan lingkungan, tetapi tidak berkembang dengan baik?4. Siapakah
hakikatnya yang bertanggung jawab atas pendidikan? Bagaimana
hubungan tanggung jawab antara keluarga, masyarakat dan sekolah
terhadap pendidikan.5. Apakah hakikat kepribadian manusia itu?
Manakah yang lebih untuk didik: akal, perasaan, atau kemauannya,
pendidikan jasmani atau mentalnya, pendidikan skill atau
intelektualnya atau kesemuanya itu?6. Apakah hakikat masyarakat
masyarakat dan bagaimana kedudukan individu dalam masyarakat? 7.
Apakah isi kurikulum yang relevan dengan pendidikan yang ideal?
Apakah kurikulum itu mengutamakan pembinaan kepribadian?8.
Bagaimana metode pendidikan yang efektif untuk mencapai tujuan
pendidikan yang ideal? Bagaimana kepemimpinannya dan pengaturan
aspek-aspek social paedagogis lainnya?9. Bagaimana asas
penyelenggaraan pendidikan yang baik, apakah sentralisasi,
desentralisasi, ataukah otonomi, apakah oleh Negara, ataukah
swasta?Permasalahan-permasalahan tersebut dapat dijawab dengan
analisa filsafat sebagai berikut:1. Pendidikan mutlak harus ada
manusia, karena pendidikan merupakan hakikat hidup dan kehidupan.
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk Allah yang dibekali dengan
berbagai kelebihan, diantaranya kemampuan berpikir, kemampuan
berperasaan, kemampuan mencari kebenaran, dan kemampuan lainnya.
Kemampuan-kemampuan tersebut tidak akan berkembang apabila manusia
tidak mendapatkan pendidikan. Allah SWT dengan jelas meemrintahkan
kita untukIqra dalam surat Al-Alaq yang merupakan kalamuulah
pertama pada Rosulullah SAW. Iqra di sini tidak bias diartikan
secara sempit sebagai bacalah, tetapi dalam arti luas agar manusia
menggunakan dan mengembangkan kemampuan-kemampuan yang telah Allah
SWT berikan sebagai khalifah fil ardl. Sehingga pendidikan
merupakan sarana untuk melaksanakan dan perwujudan tugas manusia
sebagai utusan Allah di bumi ini. Pendidikan adalah proses
penyesuaian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam,
dengan sesame manusia atau juga pengembangan danpenyempurnaan
secara teratur dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah
manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat
yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan
Sang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir.2. Pendidikan berguna untuk
membina kepribadian manusia. Dengan pendidikan maka terbentuklah
pribadi yang baik sehingga di dalam pergaulan dengan manusia lain,
individu dapat hidup dengan tenang. Pendidikan membantu agar tiap
individu mampu menjadi anggota kesatuan social manusia tanpa
kehilangan pribadinya masing-masing. Sejak dahulu, disepakati bahwa
dalam kepribadian dalam pribadi individu tubuh atas dua kekuatan
yaitu: kekuatan dari dalam (kemampuan-kemampuan dasar), Ki Hajar
Dewantara menyebutnya dengan istilah faktor dasar dan kekuatan dari
luar (faktor lingkungan), Ki Hajar dewantara menyebutnya dengan
istilah dengan istilah faktor ajar. Teori konvergensi yang
berpendapat bahwa kemampuan dasar dan faktor dari luar saling
member pengaruh, kedua kekuatan itu sebenarnya berpadu menjadi
satu. Si pribadi terpangaruh lingkungan, dan lingkungan pun
didiubah oleh si pribadi. Faktor-faktro intern (dari dalam)
berkembang danhasil perkembanannya diganakan untuk mengembangkan
pribadi di lingkungan. Faktor dari luar dan lingkungan kadang tidak
berkembang dengan baik, misalnya ketika pribadi terpengaruh oleh
hal-hal negative yang timbul dari luar dirinya.3. Pendidikan adalah
proses penyesuaian didri secara timbale balik antara manusia dengan
alam, dengan sesame manusia dan juga pengembangan dan penyempurnaan
secara teratur dari semua potensi moral, intelektual dan jasmaniah
manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat
yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan
Sang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir. Secara sederhana Ahmad D.
marimba mengatakan bahwa, Pendidikan adalah bimbingan secara sadar
oleh si pendidik terhadap si terdidik dalam hal perkembangan
jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Tujuan Pendidikan Nasioanal adalah menghasilkan manusia yang
berkualitas yang dideskripsikan dengna jelas dalam UU No 2 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan GBHN 1993, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti
luhur, bertanggungjawab, dan produktif serta sehat jasmani dan
rohani, berjiwa ptriotik, cinta tanah air, mempunyai semangat
kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah bangsa,
menghargai jasa pahlawan, dan berorientasi pada masa
depan.Pendidikan tidak hanya untuk kepentingan individu atau
pribadi, tetapi juga untuk kepentingan masyarakat. Hal ini sesuai
dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam UUSPN dan PP No 29
Tahun 1990. Selain pendidikan dipusatkan untuk membina kepribadian
manusia, pendidikan juga diperuntukkan guna pembinaaan masyarakat.
Berikut adalah penjelasannya:a. pengembangan kehidupan sebagai
pribadi sekurang-kurangnya mencakup upaya untuk: 1) Memperkuat dasr
keimanan dan ketakwaan. 2) Membiasakan untuk berperilaku yang baik,
3) Memberikan Pengetahuan dan keterampilan dasar, 4) memelihara
kesehatan jasmani dan rohani, 5) memberikan kemampuan untuk
belajar, dan membentuk kepribadian yang mantap dan mandiri.b.
Pengembangan kehidupan sebagai anggota masyarakat: 1) Memperkuat
kesadaran hidup beragama dalam masyarakt, 2) menumbuhkan rasa
tanggungjawab dalam lingkungan hidup, 3) memberikan pengetahuan dan
keterampilan dasar yang diperlukan untuk berpran serta dalam
kehidupan bermasyarakat. c. Pengembangan kehidupan sebagai warga
Negara mencakup upaya untuk: 1) mengembangkan perhatian dan
pengetahuan hak dan kewajiban sebagai warga Negara RI, 2)
menanamkan raa ikut bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa dan
Negara, 3) Memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar diperlukan
untuk berperan serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.d.
Pengembangan kehidupan sebagai umat manusia mencakup upaya untuk:
1) Meningkatkan harga diri sebagai bangsa yang merdeka dan
berdaulat, 2) Meningkatkan kesadaran tentang HAM, 3) Memberikan
pengertian tentang ketertiban dunia, 4) Meningkatkan kesadaran
tentang pentingnya persahabatan antar bangsa, 5) Mempersiapkan
peserta didik untuk menguasai isi kurikulum.Pembinaan tersebut pada
dasarnya dipersiapkan untuk kehidupan rill dan material di dunia
serta kehidupan di akhirat kelak.4. Pada hakikatnya pendidikan
menjadi tanggungjawab bersama, yakni keluarga, masyarakat, dan
sekolah/lembaga pendidikan. Keluarga sebagai lembaga pertama dan
utama pendidikan, masyarakat sebagai tempat berkembangnya
pendidikan, dan sekolah sebagai lembaga formal dalam pendidikan.
Pendidikan keluarga sebagai peletak dasar pembentukan kepribadian
anak. Keluarga yang menghadirkan anak ke dunia, secara kodrat
bertugas mendidik anak. Kebiasaan-kebiasaan yang ada di keluarga
akan sangat membekas dalam diri individu setelah individu makin
tumbuh berkembang. Selanjutnya pengaruh dari sekolah dan masyarakat
yang akan tertanam dalam diri anak.
5. Kata kepribadian berasal dari kata personality (bahasa
inggris) yang berasal dari kata persona (bahasa latin yang berarti
kedok/ topeng) yang maksudnya menggambarkan perilaku, watak/
pribadi seseorang tersebut baik dalam arti kepribadian yang baik
ataupun yang kurang baik. Kepribadian adalah suatu totalitas
psikhophisis yang kompleks dari individu sehingga nampak didalam
tingkah lakunya yang unik. Hal-hal yang ada pada diri individu atau
pribadi manusia pada dasarnya harus mendapatkan pendidikan, yakni
akal, perasaan, kemauan, pendidikan jasmani atau mental, kemampuan
atau keterampilan, serta intelektualnya. Semua hal tersebut dididik
guna mencapai kepribadian yang baik.
6. Masyarakat merupakan tempat kedua bagi individu dalam
berinteraksi. Karena keluarga terdapat dan berkumpul dalam suatu
masyarakat. Secara sadar atau tidak keadaan masyarakat cukup member
pengaruh kepada kepribadian seseorang. Kedudukan individu dalam
masyarakat merupakan kondisi atau situasi yang tidak dapat
dihindari karena individu itu dependen dalam masyarakat.
7. Kurikulum yang relevan dengan pendidikan yang ideal adalah
kurikulum yang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan jaman.
Kurikulum menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan pertumbuhan
yagn normal. Pembinaan kepribadian merupakkankajian utama
kurikulum. Materi program berupa kegiatan yang dirancang untuk
meningkatkan self-esteem, motivasi berprestasi, kemampuan pemecahan
masalah, perumusan tujuan, perencanaan, efektifitas, hubungan antar
pribadi, keterampilan berkomunikasi, keefektifan lintas bdaya,
danperilaku yang bertanggung jawab.
8. Metode pendidikan sangat berpengaruh terhadap teracapainya
tujuan pendidikan yang ideal. Metode yang tepat jika mengandung
nilai-nilai intrinssik dan ekstrinsik yagn sejalan dengan mata
pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk
merelealisasikan nilai-nilai ideal yagn terkandung dalam tujuan
pendidikan islam. Guru sebagai pendidikan mempunyai tanggungjawab
untuk memilih, menggunakan dan memberikan metode yang efektif dalam
mencapai tujuan pendidikan yang tercantum dalam kurikulum.
Kepemimpinan dan pengaturan aspek-aspek paedagogis harus dilakukan
para pelaku pendidikan guna memperlancar proses tercapainya tujuan
pendidikan yang ideal.
9. Pengertian-pengertian :a. Sentralisasi, yaitu wewenang
mengenai segala hal yang berkaitan dengan pemerintahan diatur oleh
pemerintah pusat.b. Desentralisasi, yaitu penyerahan wewenang
pemerintahan dadn pemerintah kepada daerah otonom dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia. c. Otonomi daerah, yaitu
kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Berdasarkan
pengamatan penyusun, asas penyelenggaraan pendidikan yang baik
yaitu dengan otonomi, yakni segala sesuatu yang berhubungan dengan
terselenggaranya proses pendidikan diatur dan dilaksanakan oleh
daerah otonom berdasarkan kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa dan aspirasi masyarakat, sehingga kelak pelaku pendidikan
mampu mengembangkan segala kompetensi di daerah tempat mereka
hidup.
DAFTAR PUSTAKAMarimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan.
Cet.IV.Bandung, Al-Maarief, 1980.Agus Sujanto, Halem Lubis, Taufik
Hadi. Psikologi Kepribadian. PT Bumi Aksara. Jakarta, 2004.Drs. H.
Hamdani Ihsan dan Drs. H. A. Fuad Ihsan. Filsafat Pendidikan Islam.
Pustaka Setia Bandung.Furqon, Ph. D. Konsep dan Aplikasi Bimbingan
Konseling di Sekolah Dasar. Pustaka Bani Quraisy. Bandung,
2005.
1. PANDANGAN TERHADAP PENDIDIKANOLeh Drs .B. SuparnaPada
hakikatnya usi pendidikan sejajar dengan usia manusia itu
sendiri.Manusia sebagai makhluk yang dapat dididik dan harus
dididik akan tumbuh menjadi manusia dewasa dengan proses pendidikan
yang di alaminya.Sejak kelahiranya manusi telah memiliki potensi
dasar yang universal,berupa:(1) Kemampuan untuk membedakan antara
baik dan buruk (moral identity),(2) Kemampuan dan kebebasan untuk
memperkembangkan diri sendiri sesuai dengan pembawaan dan
cita-citanya.(individual identitiy)(3) Kemampuan untuk berhubungan
dan kerjasama dengan orang lain.(social identitiy)(4) Dan adanya
ciri-ciri khas yang mapu membedakan dirinya dengan orang lain
(individual differences).
Dalam situasi pergaulan dengan orang lain pada umumnya dan
pergaulan kepada kedua orang-tua pada khususnya dalam lingkungan
budaya yang mengelilingi,setiap anak akan mengalami proses
pendidikan secara ilmiah.Tanpa pendidikan ini anak tidak akan
menjadi manusiaDallam arti yang seungguhnya.cinta kasih orang tua
dan ketergantungan serta kepercayaan anak kepada mereka pada
usia-usia muda merupakan dasar kokoh yang memungkinkan pergaulan
yang mendidik.Keterbatasan dan kelemahan anak manusia dikuatkan
oleh kepercayaan dan sikap pasrah kepada kewibawaan orang-tua dan
nilai moral yang dijunjungnya dalam tanggung jawab diri
sendiri.dengan upaya pendidikan potensi dasar universal anak akan
tumbuh dan membentuk diri anak yang unik,sesuai dengan pembawaan
lingkungan budaya dan jamanya.Sangmanusiadengan pengalaman
pendidikanya menjadi dewasa,mampu mandiri,mampu berdiri endiri
dalam tanggungjawab sendiri.Usaha dan tujuan pendidikan dilandasi
oleh pandangan hidup orang-tua,lembaga-lembaga penyelenggara
pendidikan,masyarakat dan bangsanya.manusia individu,warga
masyarakat dan warga Negara yang lengkap dan utuh harus
dipersiapkan sejak anak masih kecildengan upaya pendidikan.Tujuan
pendidikan diapdikan untuk kebahagiaan individu ,keslamatan
masyarakat dan kepentingan Negara.pandangan hidup bangsa menjadi
norma pendidikan nasional.seperti telah kita ketahui ,bahwa
keehidupan ini selalu mengalami perubahan tujuan pembambangunan
bangsa mengalami pergeseran dan peningkatan serta perubahan sesuai
dengan waktu,keadaan,dan kondisinya.dengan demikian pandangan dan
harapan orang terhadap pendidikan pada waktu kini dn dapat
berlaianan dengan pandangan orang terhadap pendidikan masa
lampauatau waktu yangakan dating.perbedaan pandangan ini erat
hubunganya kalau tidak justru harus disebut berdasar atas falsafah
mengenai manusia dan kemanusiaan pada jamanya masing-masing.Dalam
rangka melaksanakan pendidikan nasional perlu diambil langkah
langkah yang memungkinkan penghayatan dan pengamalan falsafah hidup
bangsa oleh seluruh lapisan masyarakat .Prinsip pendidikan
sepanjang hayat (lifelong education)yang kita anut berpengaruh
secara berlainan terhadap upaya dan tujuan pendidikan dengan
prinsip pendidikan yang lain ,misalnya prinsip pendidikan yang
berlangsung semasa anak belum mencapai kedewasaanya saja.Pendidikan
yang berlangsung sepanjang hayat ini dilaksanakan di dalam
lingkunan rumah tangga sekolah ,dan masyarakatkarena itu pendidikan
adalah tanggung jawab bersama antara keluarga ,masyarakat dan
pemerintah.2. Pertambahan Penduduk.Penduduk dunia berkembang dengan
cepat.Hal ini dapat digambarkan berdasarkan perkiraan perserikatan
bangsa-bangsa,bahwa penduduk dunia pada tahun 1985 akan berjumlah
duakali lipat dari jumlah penduduk pada tahun 1970.Selama tahun
1970 sampai dengan 1980 saja jumlah penduduk di asia Tenggara
bertambah sekitar 89 juta.(2:3).Besarya perubahan itu bervariasi
setiap tempat ,namun rata-rata mencapai 30 prosen.Akibat akibat
perkembangan penduduk yang begitu cepat sulit dibayangkan .Misalnya
saja sebuah kota yang memiliki 4 Sekolah Dasar dalam ukuran yang
sama ,hanya untuk mempertahankan dasaer yang sesuai dengan
perkembangan penduduk.Apakah memeng kita harapkan ,bahwa dalam
jangka waktu sepuluh tahun keaadan pendidikan kita tidak mengalami
kemajuan ?pertanyaan selanjutnya ialah :berapa banyak Sekolah Dasar
yang harus dibangun untuk Negara kita yang kini berpenduduk sebesar
140 jutaa jiwa ? perkembangan penduduk yang cepat akan menimbulkan
landasan jumlah anak usia sekolah dan peningkatan
kebutuhan-kebutuhan dasar serta sumber-sumber
pendidikan.Pertumbuhan penduduk yang cepat berrti pula memerlukan
pertambahan jumlah sekolah dan kebutuhan untuk penyelanggaraan
pendidikan lainya seperti tenaga guru,buku-buku ,dan fasilitas yang
lain.Pertambahan penduduk berarti pula pertambahan tenaga usia
kerja.Pendidikan harus mampu mengembangkan sistim pendidikan
ketrampilan yang relvan dengan kebutuhan tenaga kerja.Tanggung
jawab ini bukan saja pada pendidikan tidak dapat melepaskan salah
satu tugasnya untuk mempersiapkan anak muda menjelang kehidupan
dalam masyarakat secara mandiri dan bertanggung jawab.Pendidikan
kependudukan dan keluarga berencana dalam jangka panjang menentukan
keberhasilan pembangunan bangsa disamping usaha peningkatan di
idang produksi,industri,jasa dan lain-lain. Dengan pendidikan
kependudukan dan keluarga Berencana diharapkan bahwa perkembangan
penduduk dapat dikontrol dan besar keluarga dapat diatur
berdasarkan atas pengetahuan dan sikap yang bertanggung jawab
sesuai dengan kemampuan masing-masing.Dengan kata lain dapat
dikatakan ,bahwa pertumbuhan penduduk yang cepat mengharuskan kita
semua untuk bekerja lebih keras dan agar kebutuhan pendidikan anak
usia sekolah dan pendidikan keterampilan yang sesuai dengan
kebutuhan tenaga kerja dapat dilaksankan.Bahkan kita harus bekerja
lebih keras lagi kalau kita tidak mau ketinggalan jaman.Pertambahan
penduduk yang cepat menimbulksan akibat yang luas terhadap segi
kehidupan termasuk dalam segi kependidikan.Bamyak masalah-masalah
pendidikan yang berkaitan erat dengan meledaknya jumlah anak usia
sekolah.Masalah-masalah pendidikan yang kita hadapi dapat dibedakan
sebagai masalah kekurangan kesempatan belajar,masalah rendahnya
mutu pendidikan,masalh ketidak sesuaian antara pendidikan dengan
kebutuhan masyarakat dan masalah effisiensiserta efektifitas
pelaksanan pendidikan.Masalah pendidikan yang kompleks ini menurut
usaha keras dan kemauan yang kuat untuk penanggulangan.Pengalaman
dan cara pemecahan masalah pendidikan yang telah biasa kita lakukan
perlu ditingkatkan dan cara-cara baru (innovative)perlu mulai
diusahakan.Cara pemecahan masalah pendidikan yang telah biasa
dilakukan (conventional),misalnya menambah jumlah
sekolah,meningkatkan fasilitas yang perlu diperlukan untuk
mempertingi mutu sistem pendidikan yang dilakukan,mengutamakan
pendidikan keterampilan yang telah ada yang paling sesuai dengan
kebutuhan tenaga kerja,pelayanan administrasi dan super visi
pendidikan ,dan sebagainya.Beberapa cara pemecahan masalah
pendidikan yang baru (innovative)misalnya pendidikan PAMONG yaitu
pendidikan Anak oleh masyarakat,orng-tua dan guru ,sekolah menengah
pertama terbuka,pengajaran dan modula,Sistem kejar(kelompok
belajar)dalam kursus pendidikan dasar sekolah kecil dan
lain-lain.3. Perkembangan Ilmu PengetahuanIlmu pengetahuan dan
teknik selalu berkembang.Perkembangan ilmu secara akumulatif dan
makin cepat jalanya.Tanggapan yang biasa dilakukan dalam
kependidikan terhadap perkembangan ilmu ialah dengan memasukkan
penemuan dan teori baru dalam kurikulum sekolah.Kini orang mungkin
menyadari ,bahwa tidak seorangpun mampu menguasai sejumlah ilmu
yang berkembang dalam jaman ini.Telah pula disadari bahwa teori
yang saat kini dipandang hebat mungkin sekali dalam waktu yang
tidak lama setelah diketemukaqn teori yang baru lagi akan kurang
bermsnfaat atau bahkan akan di pandang usang. Kebiqasaan memasukkan
penemuan dan teori baru kedalam kurikulum sekolah juga menyebabkan
adanya kurikulum yang sarat dengan masalah_masalhh yang
baru.Kenyataan timbulya perkembangan ilmu yang cepat ini tidak
harus diikuti dengan penambahan kurikulum sekolah diluar
kemampuan.Anak didik pun tidak mungkin mampu mengikuti dan
menguasai segenap penemuan baru dalam dunia
ilmu.Pertimbangan-pertimbangan ini mengingatkan kembali akan fungsi
sekolah yang semestinya dilakukan.Praktek kependidiksn telah
menunjukkan,bahwa sekolah tidak mengajarkan segenap ilmu ,melainkan
mempersiapkan anak mampu mempelajari dunia mereka sendiri dengan
melatih membaca ,berhitung dan keterampilan lain yang akan membantu
mereka mampu mempelajari dunia mereka sendiri dan memecahkan
masalah yang akan dihadapi.4. Tuntutan adanya proses pendidikan
yang relevanPendidikan dapat diperoleh di sekolah maupun di luar
sekolah.Banyak pendidikan yang sanggat berarti tidak dapat
diperoleh di sekolah.Bagaimana kita belajar sesuatu yang baru??Kita
semua ingin berbahagia.Bagaimana agar hidup kita bahagia?Di sekolah
kita tidak diajarkan bagaimana kita dapat hidup bahagia.Mengapa
kita dapat pula mendapatkan kebahagiaan hidup dan penuh rasa syukur
karenanya?Banyak hal-hal penting untuk hidup kita yang tidak
diajarkan di sekolah,missalnya bagaimana cara mengembangakan karir
kita,bagaimana cara kita memilih tunangan,calon suami atau
istri,menahan rasa sedih secara baik dan bermanfaat ,dan
lain-lin.Beberapa contoh ini memperkuat keyakinan kita,bahwa banyak
cara yang dapat ditempuh dalam ussaha pendidikan dalam
mempersiapkan siswa maupun menghadapi dunia mereka sendiri yang
penuh tantangan tidak pasti.Everet t Raimer dan Ivan Illich dari
Mexico justru menyangsikan peranan sekolah yang kini di perkembang
.Mereka menyatakan bahwa sekolah harus dihapuskan karena sekolah
menciptakan jurang,stratifikasi sosial dan ketidak samaan.Mereka
mengingatkan,bahwa belajar bukan berarti melakukan segala sesuatu
di sekolah.Misalnya memberi contoh bahwa belajar menghitung dapat
diajajrkan sejak bayi dirumah dan akan berlangsung sepanjang hidup
Masalah pendidikan yang dihadapi sangatr kompleks.Adanya proses
pendidikan yang relevan dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi
sangat diperlukan mengingat akan ketrbatasan dana pendidikan.Hal
itu penting karena sistem sekolah dengan segala kekuranganya
ternyata memerlukan biaya amat besar.untuk membayar guru saja
meliputi 80%,dan yang lain seperti gedung,buku,alat pengajaran dan
fasilitas lain dibebankan kepada orang tua.B.TUJUAN PEMBAHARUAN
PENDIDIKANPeranan pendidikan dan tingkat perkembangan manusia
merupakan faktor yang dominan terhadap kemampuanya utuk mrnanggapi
masalah dalam kehidupanya sehari-hari.Tingkat kemajuan suatu bangsa
juga dapat ditinjau dari tingkat pendidikan rakyatnya.Tidak
mengherankan,bahwa Negara-negara maju juka memperhatikan usaha
pendidikan yang sesuai dengan kemajuan yang dicapai.Dinegara-negara
sedang berkembang pendidikan mulai lebih diperhatikan,setelah dalam
waktu yang lama kurang terurus,sehingga bergandalah masalh-masalah
pendidikan yang dihadapi.setiap masalah pendidikan berkaitan erat
gengan segi kehidupan yang lain.Masalahnya bersifat kompleks,sesuai
dengan kehidupan masyarakatnya.Seberapa besar keterkaitan suatu
masalah pendidikan dengan masalah ekonomi atau masalah soal lain
dalam masyarakatya ,secara sederhana masalah pendidikan dapat
dikelopokkan kedalam kedalam empat jenis yaitu :(1) Masalah
pemerataan(2) Masalah mutu(3) Masalah efektifitas dan
relevansi,gan(4) masalah efisiensi.Pemecahan masalah-masalah
pendidikan yang kompleks itu dengan cara pendekatan pendidikan yang
konvensional,dirasakan akan memerlukan jangka waktu yang lama dan
biaya amat besar.di lain pihak berlarutlarutnya pemecahan masalah
pendidikan berarti pula akan akan terkejar dengan masalah baru yang
timbul karena perkembangan sector lain yang kadang kala diluar
kontrol.Terbatasya biaya yang siap dipergunakan untuk usaha
pendidikan ikut pula mempengaruhi keberhasilan cara pendekatan
konvensional yang akan ditambah atau mingkin perlu dilipat
gandakan.Bilamana perhatian hanya ditujukan kepada cara pendekatan
konvensional yang kurang terbuka terhadap kemungkinan kemungkinan
pemanfaatan potensi dan sumber kependidikan yang terbatas maka
masuklah kita pada suatu lingkaran permasalahan lama yang
serupa.Kita bekerja sebagai pekerja sistem kerja yang rutin dalam
permasalahan yang dinamis dan bervariasi.1. Pembaharuan pendidikan
sebagai tanggapan baru terhadap masalh-masalh pendidikan.Kemajuan
teknologi dan komunikasi dewasa ini dapat memberikan pengaruh
positif terhadap kemajuan di bidang lain ,termasuk dalam dunia
pendidikan.semenjak diluncurkanya satelit Palapa para ahli
pendidikan tidak tinggal diam,melainkan telah pula memikirkan dan
berusaha agar sistem komunikasi satelit domestic(SKSD)dapat pula
digunakan untuk salah satu sumber atau potensi yang dapat
dipergunakan untuk pengembanganpendidikan di tanah air.Dengan
SKSD,siaran televisi(TVRI)sudah dapat mennjangkau sebagaian
terbesar daerah-daerah yang semula terisolir.penggunaan radio dan
kaset untuk usaha pendidikan mulai dipersiapkan.Segala sumber yang
dapat dimanfatkan secara sungguh-sungguh akan mulai digali demi
perkembangan pendidikan kita.Pembaharuan di bidang pendidikan yang
merupakan usaha pebangunan di selerasikan pada pembangunan bangsa
dan masyarakat Indonesia numumnya.Pembangunan bidang pendidikan
harus selaras dan teritegrasi serta menunjang pembangunan bangsa
yang menyeluruh.Dalam kerangaka piker ini ,tugas pembaharuan
pendidikan yang terutama adalah memecahkan masalah-masalh yang
dijumpai dalam dunia pendidikan kita baik engan cara yang
konvensional maupun dengan cara yang innovative.Cara innovative
yang dimaksudkan adalah segala pemecahan masalah yang terpilih dan
secara nyata maupun pemecahan masalah yang timbul (yang nyata-nyata
dihadapi).Adakalanya masalah penndidikan dilihat secara kurang
proporsional dan menyeluruh.Adakalanya masalah guru diatasi secara
linier,terlepas dengan masalah administrasi misalnya.Seharusnya
segenap komponen pendidikan misalnya masalah murid,guru,proses
belajarmengajar,kurikulum,penilaian pendidikan ,alat-alat dan
fasilitas pendidikan,lingkungan pendidikan,dan masyarakat
sekitarnya mendapat perhatian sesuai dengan pokok masalah yang
mendesak pemenuhanya.Pendekatan sistem dalam usaha pembaharuan
pendidikan dipandang sebagai tanggapan terhadap masalh pendidikan
yang baru dan komprehensif.Pendekatan dalam pemecahan dan perncanan
pendidikan pada periode sebelumnya biasanya bersifat tidak
menyeluruh dan terikat pada salah satu prinsip tertentu.pendekatan
sosial_buday (social demand approach)didasarkan atas tuntutan atau
kebutuhan sosial akan pendidikan yang berkembang popular di
masyarakat,sehingga mengabaikan alokasi sumber-sumber dalam sekala
nasional.kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan dan turunya mutu
dan efektifitas pendidikan.pendekatan tenaga kerja (man power
approach))didasarkan pada kebutuhan tenaga kerja yang yang
diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi nasional(human
investment),sehingga kurang memntinkan pendidikan dasar,lebih cocok
untuknegara yang maju dan sulit menentukan(forcasting)terhadap
kebutuhan tenaga kerja yang dipertangung jawabkan.Pendekatan untung
rugi (cost_benefit approach)mengutamakan prinsip keuntungan.besarny
pendidikan yang dikeluarkan tidak boleh lebih besar dari
pengambilan yang akan diperoleh sesudah pendidikan
dilakukan.Pendekatan yang membandingkan antara biaya pendidikan dan
hasil yang akan diperoleh ini sering pula disebut rate_of_return
approach,yang jelas sulit untuk menghitung dan menyajikan hasil
pendidikan secara ekonomisDengan memperhatikan pengalaman beberapa
pendekatan itu,pembaharuan pendidikan dengan pendekatan sistem
untuk pemecahan masalah pendidikan yang mengutamakan kepentingan
subyek pendidikan lebih bersifat tanggap(responsif)terhadap
masalah-masalh yang baru.
C. MASALAH-MASALAH SEBAGAI DINAMIKA HIDUPBila diamati dengan
teliti,sejak tahun1960 sistem pendidikan berkembang sangat
cepatdari masa sebelumnya.Pendidikan menjadi usaha besar.Dari
tahun1950 sampai 1960,pemasukan anak ke sekolah dasar di seluruh
dunia bertambah 50 prosen lebih,dan untuk sekolah menengah lebih
dari 100 prosen.sejak tahu 1960 murid disekolah-sekolah faormal
terdapat dua kali lipat.Di Asia,anakyang berusia antara 5 sampai 24
tahun pada tahun1950 yang tertampung disekolah 17 prosen,sedang
pada tahun 1965 berkembang menjadi 31 prosen,hampir dua kali
lipat.Perkembangan jumlah ini tampaknya memberi harapan terhadap
perkembangan pendidikan,sebab kesulitan dan kelemahan serta masalah
mengenai mutu pendidikan,putus sekolah,jumlah anak yang mengulang
dan pembiayaan memang tidak diketemukan.Banyaknya jumlah anak
sekolah dan besarnya minat masuk sekolah dalam keterbatasan dana
ini telah menimbul kan jurang yang lebih dalam antara kebutuhan dan
pelayananya(demand supply gap).Sejak masalah demand supply gapini
terdapat sejumlah masalah pendidikan yang dihadapi.prioritas
pemecahanya perlu mendapat perhatian yang bersungguh-sungguh
.Terselesaikanya satu atau beberapa masalah pendidikan diikuti oleh
adanya sejumlah masalah pendidikan lain yang belum terpecahkan atau
justru timbulah masalh-masalah pendidikan baru yang timbul sebagai
akibat sampingan perkembangan sosial pada umumnya yang tidak dapat
dihindari.Sirkulasi perubahan sosial yang merupakan lingkaran
masalah, usaha pemenuhan, masalah baru dan usaha baru, dan
seterusnya, ini harus diterima sebab sesuai dengan dinamika
kehidupan manusia sendiri. Reaksi berantai dalam masyarakat yang
berupa strukturasi-destrukturasi-restrukturasi kembali, dan
seterusnya, akan berulang kembali dan memerlukan keikut-sertaan
manusia secara bertanggungjawab untuk membimbing dan
menyelaraskannya dengan tujuan hidup yang tepat.
b. Beberapa langkah yang telah dijalankanada beberapa langkah
yang telah ditetapkan maupun dianjurkan dalam mengatasi
motivasi-motivasi pegawai yang lebih cenderung bersifat ekstrinsik
itu oleh pemerintah maupun LPTK-LPTK yang bersangkutan, walaupun
sebagian besar dari padanya masih berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan dari the lower order. Di antara langkah-langkah tersebut
yang paling dominan adalah :1. Surat-surat keputusan Menteri P dan
K / peraturan pemerintah.1.1 No.039/U/1980 tertanggal 2 februari
1980 tentang seperangkat kebijakan yang dituangkan di dalam Pola
Pembaharuan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan di Indonesia yang
berusaha meningkatkan profil kompetensi profesional tenaga
kependidikan, baik bagi calon-calon pendidik maupun tenaga
kependidikan yang ada di LPTK-LPTK, melalui ketiga dimensiumum
kompetensi :a. Kompetensi pribadib. Kompetensi profesionalc.
Kompetensi kemasyarakatan.1.2 No. 0124/U/1979 tertanggal 8 juni
1979 tentang penjenjangan program dan pengakuan profesi
kependidikan pada umumnya dan guru pada khususnya.1.3 No 3/1980
tertanggal 22 januari 1980 tentang penghargaan khusus terhadap
pemegang akta mengajar yang merupakan sertifikasi kemampuan
mengajar.2. Diberikannya tunjangan jabatan fungsional serta
dimungkinkannya kenaikan pangkat melalui prosedur pemenuhan kredit
kumulatif tertentu sesuai tingkat jenjang jabatan yang ada,
merupakan insentif ekstrinsik bagi tenaga dosen/pengajar di
perguruan tinggi pada umumnya, walaupun dalam hal ini amat
bergantung pada formasi yang ada.3. Tunjangan kesejahteraan dan
kesehatan yang tersedia bagi pegawai negeri semua diarahkan sebagi
motivator.4. Sumpah pegawai serta upacara-upacara tiap tanggal 17
serta lainnya memang dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan
tingkat kedewasaan pada pegawai, rasa tanggung jawab diri yang
besar, serta mengembangkan team spirit yang tinggi.3. Sistem Nilai
di kalangan kependidikan di Indonesia Suatu bangsa bersumber dari
keyakinan-keyakinan yang hidup dalam masyarakat serta dari tradisi
yang berlaku didalamnya. Kecuali itu, kelompok-kelompok kerja
didalamnya seseorang berpengaruh sejauh mana persepsi individu
tersebut atas jenis pekerjaan atau objek-objek dalam lingkungannya
maupun interaksinya dengan orang lain. Dalam kerangka hal-hal
tersebut di ataslah maka kita dapat memahami bila :a. Pandangan
hidup seseorang /masyarakat setempat atas hakikat hidup ini serta
alam semesta yang dihadapinya lebih cenderung bersifat
deterministik sehingga semangat juang untuk berusaha dalam upayanya
memperbaiki taraf hidup manusia memang agak kurang kuat. Oleh
karena itu orang lebihcepat merasa puas atas hasil kerjanya maupun
kurang memanfaatkan waktu yang tersedia baginya.b. Pola struktur
masyarakat yang paternalistik, yang yang didalamnya orang lebih
cenderung tunduk pada kekuasaan dan kebenaran informasi dari
pihak-pihak yang berkuasa atau father knows best, membangkitkat
value system yang lebih difokuskan pada orientasi vertikal.
Akibatnya, profesionalisme dikalangan para tenaga pengajar agak
beku, dikalahkan oleh kepentingan yang lebih bersifat
pemenuhankebutuhan rasa aman diri dan kebutuhan subsitansial.c.
Pengalaman hidup seseorang dalam kelompok kerja lebih mangarah
kepada hidup untuk dapat serasi dan selaras dengan lingkungan
sosial karena norma kelompok lebih dipusatkan pada upaya
menyenangkan dan memuaskan segala pihak yang berpengaruh besar dan
berkuasa.Mengingat sifat dari jenis pekerjaan/tugas yang dihadapi
oleh para pendidik serta sistem nilai yang dianut oleh mereka maka,
sebagaimana dikemukakan oleh Fledman dan Arnold (1983) tentang
peningkatan dinamika kelompok, produktifitas dan rasa puas para
pendidik dapat di tingkatkan melalui tiga cara, yakni :1. Melalui
peningkatan atau pengembangan pengetahuan mereka yang berhubungan
dengan pekerjaan atau tugas yang bersangkuatan serta ketrampilan
mereka.2. Peningkatan tingkat kepuasan kerja para pekerja,harus
kita akui bahwa dari fakta-fakta tentang reward system pegawai
negeri serta apa yang telah diperlihatkan oleh hasil penelitian
pada dasarnya, bila ditinjau dari sudut tingkat kepuasan para
tenaga kependidikan bila di bandingkan dengan tuntutan atas tingkat
performansi pekerjaan dibidang pendidikan, maka tampak bahwa
hubungan antara keduanya relatif lamah sehingga pengaruh faktor
insentif tadi bagi tingkat produktivitas kerja mereka secara
individual kecil. memang ada faktor-faktor lain dibalik itu yang
menentukan bagi upaya peningkatan produktivitas dan rasa puas diri
pada setiap tenaga kependidikan di Indonesia. Antara lain ialah
diperolehnya penghargaan sosial oleh seseorang pendidik baik
melalui achievement anak didiknya maupun dari kerja sama dengan
orang lain, secara tidak langsung turut meningkatkan produktivitas
rasa puas diri pada si pendidik.3. Dengan meningkatkan tingkat
usaha yang dapat diberikan oleh para pengajar yang bersangkutan.4.
Konsep social learning theory Dalam Sistem Penghargaan Sistem nilai
yang diatur dalam masyarakat banyak mempengaruhi sistem nilai
seseorang(tenaga kependidikan). Begitu pula sistem nilai ini amat
berpengaruh pada motivasi seseorang dalam prilakunya sehari-hari,
sedangkan motivasi individu itu sendiri amat di tentukan oleh
konstelasi sistem kognisinya.a. Konsep-konsep dalam sosial learning
theoryTeori yang dikembangkan oleh Albert Bandura (1977) ini
mengakui bahwa nilai seseorang dipengaruhi dan dibentuk oleh
konsekuensi tindakannya. Oleh karena itu, dalam prilaku organisasi
segala sesuatu yang timbul bersamaan dengan adanya sistem
penghargaan atau hukum dalam suatu organisasi mempunyai damak yang
penting terhadap frekuensi prilaku seseorang. Dengan kata lain
teori social learning ini pun mengakui peran yang penting itu atas
segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang dalam
organisasinya.Menurut teori social learning ada dua komponen
kognitif utama dalam motivasi seseorang, yakni :1.
Ekspektasi-ekspektasi seorang yang ada didalam pikirannya. Teori
ini menghipotesiskan bahwa sebagai hasil darinpengalaman pribadi
seseorang serta pengamatannya atas pengalaman orang lain.2.
Bertalian dengan penentuan tujuan yang ingin di capainya serta yang
berkaitan dengan usahanya mengatur dirinya sendiri untuk memperkuat
tindakannya. Sehubungan dengan ini ada sesuatu hal yang perlu
dijelaskan lebih lanjut. Di samping ekspektasi seseorang untuk
memperolah hasil-hasil pelaksanaan kerjanya di kemudian hari, ada
suatu faktor yang penting dalam motivasi seseorang yang sebenarnya
berkaitan dengan kemampuan individu tersebut dalam memperkuat
dirinya sendiri. Setiap orang pasti, sebelum mengambil suatu
tindakan akan memperkuat dirinya sendiri dengan cara menetapkan
standar tertentu dalam dirinya, lalu mengatur prilakunya sendiri
sesuai standar tadi. Ini berarti bahwa, pada dasarnya setiap orang
memiliki kapasitas serta melakukannya untuk mengevaluasi
tindakan-tindakan yang akan dijalankannya.
b. Pola Sistem Penghargaan yang Seyogianya di BinaUntuk membina
dan mengembangkan sistem penghargaan yang memang realistis,
menantang dan mampu memotivasi para tenaga kependidikan baik secara
ekstrinsik maupun intrinsik, sudah layaklah bila kita
mempertimbangkan secara cermat faktor-faktor sebagai berikut ini
sebelum kita terburu-buru menyimpulkan dan menetapkan intervensi
yang perlu dilaksanakan dalam setiap LPTK di Indonesia :1. Yang
pertama, hanya sebagian kecil dari tenaga kependidikan yang menjadi
pengajar di LPTK yang memang mempunyai motivasi intrinsik bawaan
sebagai karateristik pribadinya sedangkan bagian terbesar dari
mereka pada dasarnya merupakan tenaga kependidikan yang memang
terpaksa ataupun karena tiada pilahan lain bergerak di bidang
pendidikan sebagai produk dari keadaan sosial ekonomis mereka. Oleh
karena itulah maka orientasi mereka didunia pendidikan lebih banyak
ditekankan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan egoistik dan sosial
daripada pada upaya mereka untuk self acctualization.
2. Yang kedua, karena sebagian terbesar tenaga kependidikan di
indonesia berasal dari keluarga yang sosial ekonominya lemah dan
memiliki pandangan tentang hidup yang deterministis, maka sikap
mereka pada umumnya atas pekerjaan/tugas yang dipikulnya cepat rasa
puas (low growth needs menurut konsep hackman et al, 1979) dan
terlalu bersifat optimistis tanpa mengenal dan menghargai konsep
waktu. Prinsip bekerja unutk hidup yang selalu menjadi panutan
unutk mereka, bukan prinsip hidup untuk bekerja yang menjadi dasar
unutk pandangan hidup mereka. Karena itulah karena motivasi
ekstrinsik lebih menarik atau dapat merangsang mereka dalam
bekerja, dan bukan isi pekerjaan medidik itu sendiri yang merupakan
daya tarik bagi berkecimpungnya mereka di dunia pendidikan.
3. Yang ketiga, pola struktur masyarakat indonesia yang lebih
banyak bersifat peternalistik menyebabkan kaum birokrat kurang
mampu/mau membeda-bedakan jenis dan tujuan profesional/teknis dari
tujaun pekerjaan non professional. Selalu saja diekuivalenkan
dengan penghargaan bagi pelaksaaan pekerjaan yang non professional,
sekalipun dalam dunia perguruan tinggi telah diberikan tunjangan
fungsional bagi para pengajar/dosen. Jabatan-jabatan/tugas-tugas
administatif lebih mudah memperoleh pengharagaan atau
kemungkinan-kemungkinan kepuasan substinensial, rasa aman diri, dan
kekuasaan (power) agar lebih disenangi oleh orang lain daripada
mementingkan usaha pencapaian tujaun instituti ataupun organisasi
yang berangkutan secara keeseluruhan (MxClelland dan Burnham,
1976). Oleh karena itulahmaka pngembangan motivasi intrinsik di
kalangan tenaga kependidikan merupakan suatu hal yan amat sulit.
Orang lebih cenderung berjuang keras untuk memperoleh jabatan
administratif ysng memungkinkan memperoleh power sehingga
accessibility atas sumber-sumber dana dan fasilitas lebih mudah
baginya. Sejalan dengan hal itu maka kretivitas, inisiatif, dan
rasa tanggung jawab di kalangan pengajar menjadi kurang. Orang
lebih cenderung mengukur kepuasan kerja dari hasil materi
(subsistensi) pelaksanaan suatu tugas yang kemudian dibandingkan
dengan kepuasaan kerja hasil orang lain yang setingkat dengannya
daripada memperoleh kepuasaaan dari isi suatu tugas/pekerjaan.
Dalam kerangka yang demikian, tepatlah dikatakan orang bahwa produk
suatu pola struktur masyarakat paternalistik adalah
perilaku-perilaku manusia yang sifatnya kurang dewasa (atau
immature) daripada menghasilkan perilaku yang mature yang mampu
mengembangkan self-actualization-nya.
4. yang keemapt ialah beberapa unsur buaya bangsa atau asyarakat
yang memang kurang sejalan dengan tuntutan kemajuan bangsa
mengandung sistem nilai yang perlu segera diselaaskan atau
diserasikan, kalau tidak mereka hanya akan menemukan ekses-ekses
yang menghambat saja bagi proses pembangunan indonesia. Banyak
prinsip hidup manusia indonesia, seperti gotong royong, serasi dan
selaras dengan lingkungan, tepo sliro ataupun tenggang rasa dan
sama rata sama rasa hanya menimbulkan suatu sistem nilai yang kuran
berani berkompetisi secara sehat, kurang berinisiatif, cenderung
kurang perhatian, kurang berani membangkitkan rasa tanggung jawab
profesi, serta cenderung bersikap mental yang closed mainded yang
sebenarnya kurang relevan bagi pengembangan motivasi kerja yang
intrinsik.
5. faktor yang terakhir ialah faktor dinamika kelompok kerja itu
sendiri dikalangan para tenaga kependidikan, yang baik karena
pengaruh struktur masyarakatnya maupun unsur-unsur budaya bangsa
atau masyatakat yang kurang menunjang, lebih banyak berorientasi
pada tujuan-tujuan pencapaian aspek-aspek yang sifatnya
subsistensial dan rasa aman diri. Banyak nilai yang terkandung
dalam norma-norma kelompokl dipengaruhi oleh pihak-pihak yang
kebetulan memegang kekuasaan yang umumnya beroientasi pada
preverences si father tadi. Padahal kita tahu bahwa norma-norma
kelompok sangat menentukan corak perilaku dan rasa puas para
anggotanya. Pihak manajemen hanya akan berhasil mebina kelompok
yang dinamis dan produktif, ditinjau menurut kriteria profesi
pendidikan, bila nilai-nilai yang ditanamkan kedalam norma-norma
kelompok benar-benar nilai profesional dan yang sesuai dengan
tuntutan perubahan jaman. Ini berarti bahwa pembentkan
kelompok-kelompok kerja tadi seyogyanya berlandaskan kelima konsep
job and reachment menurut hackman et al 1979 yakni :
1) Membina atau membentuk unit-unit kerja yang wajar dan
logis.2) Mengombinasikan tugas-tugas sedemikian rupa sehingga tidak
lagi bersifat fractional, tetapi merka membentuk sesuatu modul atau
paket yang dapat memberikan arti atau makna bagi para
pelaksananya.3) Membina alur-alur hubungan dengan masyarakat secara
langsung sehingga menimbulkan rasa tanggung jawab dan kepuasan
pribadi para tenaga kependidikan atas hasil-hasil kerjanya.4)
Mendesain tugas atau pekerjaan sehingga setiap pengajar ataupun
tenaga kependidikan merasa memiliki otonomi dan tanggung jawab
penuh baik dalam pernecanaan dan pekerjaan itu, strategi yang akan
dilakukannya, serta implementasinya.5) Mengembangkan alur-alur
umpan balik yang wajar bagi setiap tenaga kependidikan sehingga
yang bersangkutan dapat mengevaluasi sendiri hasil-hasil
pelaksanaan tugasnya serta mampu menyempurnakannya.Kelima konsep
hackman et al ini bertujuan untuk dapat meberikan kepada setiap
tenaga kependidikan :a. pengalama yang penuh arti.b. Mengalami
sendiri tanggung jawab yang penuhc. Memperoleh pengetahuan langsung
atas hasil-hasil kerjanya sehingga setiap individu mampu
mengekspektasikan kemampuan atau ketrampilan yang
diperlukannya.Inilah salah satu aspek yang penting dalam sistem
penghargaan itu yang mampu memberikan motivasi intrinsik bagi para
pengajar atau tenaga kependidikan.Dari kelima faktor disebutkan
dalam butir-butir satu sampai dengan diatas dapat digambarkan
bagaimana proses kognitif dari sikap mental tenaga kependidkan di
indonesia itu terburuk, dan mengapa motivasi kerjanya masih kurang
mengunutngkan bagi pembangunan dnia pendidikan di indoenasia.