KONSE EP PENGE ERA PER PERS Pr INST EMBANG RANG IN SPEKTIF FIN MATA ARWI NI rogram St TITUT TE GAN ORG NFORMAS F OPERAS NAL PROJ KULIAH Oleh IN D.W. SU IM : 23206 tudi Tekni EKNOLO 2006 GANISASI SI DITINJ SI INFOR JECT EC-7010 UMARI 6008 ik Kompu OGI BAND I TNI AU JAU DAR RMASI uter DUNG DALAM I
51
Embed
Konsep Organisasi Operasi Informasi - The Graduate …arwins2.tripod.com/ec7010_files/publikasi/final-paper-oi.pdf · pelaksana OI, komposisi dan disposisi personel serta pola pendidikan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KONSEEP PENGE
ERA PER
PERS
Pr
INST
EMBANG
RANG IN
SPEKTIF
FIN
MATA
ARWI
NI
rogram St
TITUT TE
GAN ORG
NFORMAS
F OPERAS
NAL PROJ
KULIAH
Oleh
IN D.W. SU
IM : 23206
tudi Tekni
EKNOLO2006
GANISASI
SI DITINJ
SI INFOR
JECT
EC-7010
UMARI
6008
ik Kompu
OGI BAND
I TNI AU
JAU DAR
RMASI
uter
DUNG
DALAM
RI
1
KONSEP PENGEMBANGAN ORGANISASI TNI AU DALAM ERA
PERANG INFORMASI DITINJAU DARI PERSPEKTIF
OPERASI INFORMASI
ARWIN D.W. SUMARI*)
NIM. 232 06 008
*) Mahasiswa Magister Teknik Komputer, STEI, ITB.
Di dalam Doktrin TNI Angkatan Udara Swa Bhuwana Paksa 2004 [1] dinyatakan bahwa salah satu Kemampuan Inti kekuatan udara adalah Pemanfaatan Informasi, yakni mendapatkan dan mendayagunakan informasi melalui ruang dirgantara. Di dalam operasi udara untuk perang, penggunaan kekuatan udara salah satunya dilaksanakan melalui Operasi Informasi (OI) dalam bentuk Opreasi Lawan Informasi Ofensif (OLIO) dan Operasi Lawan Informasi Defensif (OLID). Dalam perencanaan suatu operasi udara, keberhasilan misi sangat ditentukan oleh keberhasilan OLIO yakni dalam mendapatkan informasi kekuatan dan kelemahan lawan dan OLID yang bertujuan melindungi informasi dan sistem informasi sendiri dari OI lawan. Doktrin SBP2004 adalah pedoman pada tataran strategis sehingga belum dicantumkan dengan jelas implementasi OI ini. Berdasarkan latar belakang tersebut, di dalam naskah ini akan disampaikan konsep pengembangan organisasi TNI AU dalam rangka mengimplementasikan Doktrin SBP2004 ditinjau dari perspektif OI pada era Perang Informasi (PI). Konsep ini meliputi struktur organisasi OI, background personel yang akan bertindak sebagai pelaksana OI, komposisi dan disposisi personel serta pola pendidikan yang harus diberikan kepada para personel tersebut. Di samping itu juga akan disampaikan perbandingan dengan organisasi militer negara lain yang telah mapan. Kata kunci : Doktrin SBP2004, operasi informasi, perang informasi, pengembangan organisasi
2
I. PENDAHULUAN
“Dominating the information spectrum is as critical to conflict now as occupying the land or controlling the air has been in the past”
General Ronald R. Fogleman
Cornerstones of Information Warfare
Di dalam suatu pertempuran, kemenangan sangat ditentukan oleh siapa yang lebih
mampu menggali kekuatan lawan baik ditinjau secara taktis dan strategis sehingga ia
mempunyai kesempatan untuk menyiapkan taktik dan strategi paling tepat untuk
melakukan penyerangan dan pertahanan secara efektif dan efisien. Sebelum suatu
operasi tempur digelar, dilakukan kegiatan-kegiatan pendahuluan diantaranya adalah
pengumpulan data-data intelijen melalui proses pengintaian (reconnaissance) dan
pengamatan (surveillance) mengenai keadaan lawan. Data-data intelijen ini
kemudian didistribusikan kepada staf-staf yang akan melakukan analisa berdasarkan
kapasitasnya masing-masing yakni staf operasi (SOPS), staf personil (SPERS), staf
logistik (SLOG) dan staf komunikasi dan elektronika (SKOMLEK).
Setelah proses selesai, hasil analisa kemudian diintegrasikan untuk kemudian
disarikan kembali dalam bentuk beberapa alternatif operasi tempur yang disajikan
kepada Panglima Komando operasi. Panglima akan memilih alternatif terbaik
ditinjau dari keempat aspek yang telah dianalisa tersebut yang dihadapkan kepada
kondisi terkini. Alternatif yang dipilih ini kemudian akan menjadi Perintah Operasi
dan menjadi dasar pelaksanaan operasi tempur di lapangan. Hasil operasi akan
dapat dilihat dalam rentang waktu tertentu yang telah direncanakan di awal
perencanaan operasi tempur. Kualitas keberhasilan operasi tempur akan sangat
tergantung kepada kemampuan kegiatan intelijen dalam mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya mengenai situasi dan kondisi lawan.
3
Namun di sisi lain, bukan berarti lawan juga akan tinggal diam dan membiarkan
dirinya rentan (vulnerable) terhadap infiltrasi kita. Lawan juga telah mengantisipasi
hal ini dengan meningkatkan pertahanan dirinya dari kemungkinan-kemungkinan
kebocoran informasi atau data ke pihak kita. Di samping itu, lawan juga pasti
menggelar operasi intelijen untuk dapat mengambil data-data dan informasi yang
berguna bagi mereka dalam menyusun taktik dan strategi perang melawan kita. Oleh
karena itu, selain melaksanakan operasi pencarian data dan informasi, kita juga harus
menggelar operasi perlindungan data dan informasi untuk mencegah lawan menggali
kekuatan kita.
Perkembangan teknologi informasi dan elektronika yang pesat beberapa dekade ini
telah merubah paradigma perang. Sebagaimana disampaikan oleh General Ronald
R. Fogleman di atas bahwa dominasi terhadap spektrum informasi tidak ubahnya
dengan dominasi darat dan udara di masa lalu. Artinya barang siapa mampu
mendominasi ruang informasi, ia akan memperoleh keunggulan dalam perang.
Internet sebagai jalan bebas hambatan informasi telah menghilangkan batas-batas
wilayah sehingga memberikan kesempatan yang luas untuk melakukan penggalian
data dan informasi dari siapa saja yang kita inginkan. Oleh karena itu tidak heran
bila cukup banyak informasi dan data yang bersifat rahasia dapat dengan mudah
diperoleh di dunia maya ini tak terkecuali informasi dan data yang dapat digunakan
untuk kepentingan operasi tempur.
Pada beberapa arena perang yang terjadi di beberapa belahan dunia beberapa waktu
ini seolah-olah menampilkan perang konvensional pada media tiga dimensi (darat-
laut-udara). Namun bila dianalisa lebih mendalam ternyata sebenarnya telah terjadi
perang sebelum perang yang telah digelar melalui berbagai pernyataan forum resmi
maupun media massa yang terang-terangan maupun yang terselubung. Perang ini
tidak kasat mata karena bergerak di media yang tidak dapat dijangkau oleh senjata
perang tiga-dimensi sehebat apapun yang disebut dengan perang maya (cyber
warfare). Salah satu kegiatan di dalam cyber warfare adalah kegiatan yang
4
bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang berbagai aspek penting milik lawan
dan menjaga aset-aset milik sendiri dari serangan lawan melalui dunia maya. Perang
maya dan kegiatan operasi intelijen adalah salah satu bagian dari kegiatan yang
dinamakan dengan operasi informasi (OI).
Di dalam [1] dinyatakan tentang OI sebagai bagian melekat dari suatu kegiatan
operasi udara (OPSUD). TNI AU telah mempersiapkan diri untuk menghadapi era
perang informasi (information warfare, IW), namun harus dipahami bahwa
berperang secara tidak kasat mata tidaklah semudah berperang secara kasat mata.
Berperang di dunia maya dapat dianalogikan bagaikan bergerak di alam “kegelapan”
digital samudera bit. Oleh karena itu organisasi harus memiliki suatu sense dan feel
tersendiri agar ia dapat melakukan tugas-tugas penyerangan aset-aset lawan dan pada
saat yang bersamaan melaksanakan proteksi terhadap aset-aset sendiri dari serangan
balik lawan.
Sejauh mana kesiapan TNI AU dalam melaksanakan OI di era PI sebagaimana yang
diamanahkan oleh SBP2004 akan diulas di dalam naskah ini. Di samping itu juga
akan disampaikan lebih mendetil mengenai OI dan tujuan utama OI untuk mencapai
keunggulan informasi (information superiority), implementasinya di dalam perang
nyata, struktur pengawakannya, penyiapan personil yang mengawakinya dan konsep
organisasi TNI AU untuk mengakomodir OI di masa mendatang. Untuk itu pada
Bagian II dan III akan disampaikan mengenai konsep dan struktur OI, Bagian IV
akan mengulas relasi antara OI dan PI, dilanjutkan dengan ulasan mengenai
keunggulan informasi pada Bagian V. Analisa OI pada organisasi TNI AU akan
disampaikan pada Bagian VI dan pada Bagian VII akan dibahas mengenai konsep
pengembangan organisasi TNI AU dan organisasi OI TNI AU seirama dengan
perkembangan OI terkini serta pendidikan dan pelatihan para personil OI pada
Bagian VIII. Bagian IX akan menyimpulkan secara komprehensif semua materi
yang telah disampaikan pada bagian-bagian sebelumnya dan saran untuk
mengantisipasi perkembangan OI seiring dengan perkembangan TI.
5
II. KONSEP OPERASI INFORMASI
“The history of command can thus be understood in terms of a race between the demand for information and
the ability of command systems to meet it.”
Martin Van Creveld Command in War
OI telah lama digunakan di berbagai medan pertempuran. Pada Perang Dunia II,
kelalaian Amerika Serikat dalam menindak lanjuti informasi awal pergerakan
skadron udara dan armada Jepang menyebabkan kehancuran Pearl Harbor.
Demikian halnya dengan U-Boat Jerman yang merajai samudera selama beberapa
tahun berkat kehebatan mesin sandi Enigma. Keberhasilan Inggris memecahkan
pola penyandian Enigma mengakhiri masa keemasan U-Boat di samudera Atlantik.
Di awal tahun 2000, AS melakukan serangan besar-besaran ke Irak dalam upayanya
untuk mengungkap produksi Weapon of Mass Destruction (WMD) sebagaimana
yang diinformasikan oleh dinas intelijennya. Dapat dilihat bahwa sedemikian
mudahnya AS memasuki wilayah udara Irak dan menghancurkan berbagai obyek
vital yang bersifat taktis dan strategis yang diikuti dengan penyekatan di darat, laut
maupun udara. Keberhasilan operasi udara ini tidak lepas dari keberhasilan OI yang
digelar sebelum dimulai dan pada saat operasi tempur dilaksanakan.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi (TI), paradigma perang juga
berkembang mengikuti perkembangan ini. Di masa lalu, panglima perang
mengawasi jalannya peperangan dari atas bukit atau kuda didampingi staf-stafnya.
Agar dapat memberikan perintah kepada pasukan di lapangan dengan tepat dalam
mengantisipasi pergerakan pasukan lawan, diperlukan informasi yang akurat
mengenai kekuatan dan kelemahan lawan. Informasi ditransmisikan kepada
panglima menggunakan berbagai sarana yang memungkinkan pada saat itu seperti
6
gerakan tangan, bendera atau asap. Ia kemudian memberikan keputusan langkah
yang harus diambil berdasarkan dari hasil analisa yang dilakukan dan mengarahkan
pasukannya dengan cara yang sama.
Perkembangan pesat TI mendorong dibangunnya sistem pengelolaan pertempuran
yang terotomasi agar sinkron dengan pergerakan pasukan di lapangan. Ini adalah
kebutuhan mendasar untuk mengelola ruang tempur yang berubah secara dinamis
seiring dengan perubahan lingkungan yang cepat. Pengalaman telah menunjukkan
bahwa informasi merupakan kunci utama kemenangan pasukan di medan tempur.
Mereka yang mendapatkan informasi terlebih dulu, akan mampu menyiapkan diri
lebih dini dan mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan terburuk yang dapat
terjadi dalam perang. Oleh karena itu pada era informasi saat ini dan mendatang,
informasi adalah senjata dan sekaligus sebagai sasaran utama dalam pertempuran.
Bila ditelusuri, OI pertama kali diperkenalkan oleh Department of Defense (DoD)
AS di pertengahan tahun 1990-an [6] yang kemudian diintepretasikan oleh masing-
masing angkatan perang sesuai dengan matra dan tugas pokoknya masing-masing.
Selain itu juga diterbitkan naskah operasi gabungan OI yang melibatkan semua
angkatan perang AS. Keberhasilan AS dalam mengimplementasikan OI di berbagai
medan pertempuran telah menginspirasi negara-negara lain untuk mengadopsinya
dan salah satu diantaranya adalah Indonesia.
Apa itu Informasi ?
Kunci utama dalam OI adalah informasi. Pada era teknologi informasi saat ini,
informasi dapat menjadi senjata (weapon) dan sekaligus menjadi sasaran (target).
Kepiawaian dalam menangani informasi akan menjadikannya senjata yang
membahayakan lawan, sedangkan kelalaian menanganinya akan menjadikannya
senjata makan tuan. [2] mendefinisikan informasi sebagai (1) fakta-fakta, data atau
instruksi-instruksi dalam berbagai media atau bentuk dan (2) makna yang diberikan
7
oleh manusia melalui konvensi-konvensi yang diketahui yang digunakan dalam
merepresentasikannya.
Operasi Informasi
Secara umum OI adalah suatu teknik mengintegrasikan semua aspek kekuatan
tempur yang tepat untuk mempengaruhi, meyakinkan atau memaksa lawan untuk
mengikuti keinginan kita. OI didefinisikan berdasarkan karakteristik angkatan
perang yang dalam konteks ini adalah Angkatan Udara (AU). Definisi OI adalah
sebagai berikut :
“The integrated employment of the core capabilities of electronic warfare, computer network operations, psychological operations, military deception, and operations security, in concert with specified supporting and related capabilities, to influence, disrupt, corrupt or usurp adversarial human and automated decision making while protecting our own”. [2]
“The integrated employment of the capabilities of influence operations, electronic warfare operations, and network warfare operations, in concert with specified integrated control enablers, to influence, disrupt, corrupt, or usurp adversarial human and automated decision making while protecting our own”. [4]
“The integrated employment of electronic warfare (EW), computer network operations (CNO), psychological operations (PSYOP), military deception (MILDEC), and operations security (OPSEC), in concert with specified supporting and related capabilities, to influence, disrupt, corrupt or usurp adversarial human and automated decision making while protecting our own”. [5]
Pada dasarnya OI adalah suatu keterpaduan penggunaan aset-aset kekuatan tempur
AU dalam mengekploitasi kerawanan informasi lawan dan melindungi informasi
sendiri demi keberhasilan pelaksanaan operasi udara. OI menyediakan kemampuan
non-kinetis utama kepada pasukan. Kemampuan-kemampuan ini dapat menciptakan
dampak ke keseluruhan ruang tempur dan ditransmisikan sepanjang spektrum konflik
8
dari masa damai ke perang dan sebaliknya. Kunci utama OI adalah pencapaian dan
mempertahankan keunggulan informasi terhadap kekuatan lawan.
Keunggulan informasi adalah satu derajat dominansi di dalam domain informasi
yang mengijinkan kekuatan kawan kemampuan untuk mengumpulkan,
mengendalikan, mengeksploitasi dan menjaga informasi tanpa adanya hambatan.
Keunggulan informasi menyediakan kekuatan udara suatu keuntungan yang
kompetitif ketika ia ditranslasikan ke dalam keputusan pada tataran yang lebih tinggi.
Dengan kata lain, OI membantu komandan dengan cepat menentukan situasi,
memberi penilaian dan mengarahkan ancaman dan resiko, mengupayakan tindakan,
membuat keputusan yang tepat dan terwaktu serta membentuk ruang tempur untuk
keuntungan sendiri.
Lingkungan Informasi
Lingkungan informasi adalah kumpulan individu, organisasi dan sistem yang
mengumpulkan, mengolah, menyebarkan dan atau melakukan tindakan pada
informasi. Para pelakunya adalah para pemimpin, pengambil keputusan, individu
dan organisasi. Sumber-sumber daya meliputi material dan sistem yang digunakan
untuk mengumpulkan, menganalisa, mengaplikasikan dan menyebarkan informasi.
Lingkungan informasi adalah dimana manusia dan sistem terotomasi melakukan
kegiatan observe, orient, decide and act (OODA) kepada informasi dan oleh karena
itu ia dikatakan sebagai lingkungan prinsipil pada pembuatan keputusan sebagaimana
dipresentasikan dalam Gambar 1.
Bentuk lonjong warna hijau di bagian kiri menggambarkan proses-proses yang
digunakan untuk mengobservasi (observe) atau merasakan ruang tempur (orient).
Bentuk lonjong warna ungu menggambarkan proses-proses kognitif dari
pengorientasian dan memutuskan tindakan yang akan dilakukan. Bentuk lonjong
warna kuning di bagian kanan menggambarkan proses-proses penyebaran maksud
(decide) dan pemaduan tindakan-tindakan di dalam lingkungan (act). Pada sisi
9
kanan terdapat tiga domain atau dimensi yang saling berkaitan yakni dimensi fisik,
dimensi informasional dan dimensi kognitif yang masing-masing mempunyai fungsi
yang saling menunjang.
Gambar 1. Lingkungan informasi.
o Dimensi fisik. Dimensi fisik dibentuk oleh sistem Command and Control
(C2) dan infrastruktur-infrastruktur pendukung yang memungkinkan individu
dan organisasi melaksanakan operasi pada domain udara, laut, darat dan
angkasa. Ia juga dimensi dimana perangkat-perangkat fisik dan jaringan
komunikasi yang menghubungkannya berada, yang meliputi sarana-sarana
transmisi, infrastruktur, teknologi, kelompok dan populasi. Sebagai
perbandingan, elemen-elemen pada dimensi ini adalah yang paling mudah
diukur dan konsekuensinya, secara tradisional kekuatan tempur diukur di
dalam dimensi ini.
o Dimensi Informasional. Ini adalah dimensi dimana informasi dikumpulkan,
diolah, disimpan, disebarkan, ditampilkan dan diproteksi. Dimensi dimana
kekuatan C2 militer modern dikomunikasikan dan keinginan komandan
10
disampaikan. Dimensi ini terdiri dari isi dan aliran informasi dan
konsekuensinya, dimensi ini harus terproteksi dengan benar dan tepat.
o Dimensi Kognitif. Dimensi kognitif mencakup pikiran pengambil keputusan
dan target audience (TA) atau individu/kelompok yang akan dipengaruhi. Ini
adalah dimensi dimana orang-orang memahami, memvisualisasikan dan
memutuskan dan merupakan dimensi terpenting diantara ketiganya. Dimensi
ini juga dipengaruhi oleh perintah-perintah komandan, pelatihan dan motivasi
pribadi lainnya. Faktor-faktor seperti kepemimpinan, moral, daya kohesi,
emosi, keadaan pikiran, tingkat pelatihan, pengalaman, kewaspadaan situasi
demikian halnya dengan opini publik, persepsi, media, informasi umum dan
rumor akan mempengaruhi dimensi ini.
Gambar 2. Domain lingkungan informasi.
11
Model di atas memberikan sarana untuk memahami lingkungan OI dan juga pondasi-
pondasi logika mengenai kemampuan-kemampuan OI berupa :
o Influence Operation (InfOps). Operasi ini difokuskan pada mempengaruhi
persepsi dan perilaku pimpinan, kelompok atau keseluruhan populasi secara
fisik, informasional atau keduannya.
o Network Warfare Operation (NWOps). Operasi ini ditekankan pada domain
informasi yang merupakan kombinasi dinamis komponen software, hardware,
data dan manusia.
o Electronic Warfare Operation (EWOps). Operasi ini beroperasi pada
spektrum elektromagnetik walaupun ia menciptakan dampak yang
membentang di lingkungan operasi OI.
12
III. STRUKTUR OPERASI INFORMASI
“Information is the currency of victoryon the battlefield.”
Gen Gordon Sullivan
Struktur OI dibangun di atas berbagai macam kemampuan-kemampuan dan kegiatan-
kegiatan tradisional yang dijalankan terpisah. Membangun OI tidak ubah
mengintegrasikan semua kemampuan dan kegiatan tersebut di bawah satu bentuk
operasi besar berdaya gempur tinggi.
Gambar 3. Konsep dasar OI.
13
Kemampuan-kemampuan dan kegiatan-kegiatan tersebut kemudian dikelompokkan
ke dalam beberapa kategori berdasarkan kesamaan fungsi sebagaimana yang
dipresentasikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Struktur OI dalam paradigma [4].
Influence Operation
InfOps difokuskan pada mempengaruhi pemahaman dan perilaku pimpinan,
kelompok atau keseluruhan populasi. Ia memberdayakan berbagai kemampuan
untuk mempengaruhi perilaku, melindungi operasi, mengkomunikasikan maksud
komandan dan memproyeksikan informasi yang akurat untuk mencapai efek-efek
yang diinginkan di sepanjang domain kognitif. Efek-efek ini akan menghasilkan
perbedaan perilaku atau perubahan pada siklus keputusan lawan sehingga selaras
dengan sasaran komandan. Kemampuan militer inti InfOps adalah :
o Psychological Operations (PSYOP). [14] mendefinisikannya PSYOP sebagai
operasi-operasi terencana untuk mentransmisikan informasi dan petunjuk-
petunjuk ke audience asing dalam rangka mempengaruhi emosi, motif,
14
penalaran obyektif dan pada akhirnya mempengaruhi perilaku pemerintahan,
organisasi, kelompok dan individu asing. Tujuannya adalah untuk mengajak
atau memaksa sikap dan perilaku mereka agar mengikuti keinginan-keinginan
kita.
o Military Deception (MILDEC). [10] mendefinisikannya sebagai tindakan-
tindakan yang secara sengaja dilakukan untuk menyesatkan para pembuat
keputusan lawan terhadap kemampuan-kemampuan, tujuan-tujuan dan operasi-
operasi militer sendiri, sehingga menyebabkan lawan mengambil atau tidak
mengambil tindakan yang berkontribusi pada keberhasilan misi sendiri.
o Operations Security (OPSEC). [12] mendefinisikannya sebagai suatu proses
dalam mengidentifikasikan informasi kritis dan diikuti dengan penganalisaan
tindakan kawan pada operasi militer dan kegiatan-kegiatan lain untuk :
Mengidentifikasi rangkaian tindakan yang dapat diamati oleh sistem
intelijen lawan.
Menentukan petunjuk-petunjuk dimana sistem intelijen lawan dapat
memperoleh (informasi) yang dapat diterjemahkan atau dirangkai bagian-
per-bagian untuk mendapatkan informasi kritis yang berguna bagi lawan.
Memilih dan melaksanakan pengukuran yang mengeliminasi atau
mengurangi pada tingkat yang dapat diterima kerawanan-kerawanan
tindakan-tindakan kawan terhadap ekploitasi lawan.
o Counterintelligence (CI) Operations. CI didefinisikan sebagai kegiatan
pengumpulan informasi dan dilakukan untuk perlindungan terhadap spionase,
sabotase, kegiatan-kegiatan intelijen lainnya atau pembunuhan yang dilakukan
oleh atau mengatas namakan pemerintahan, organisasi atau perorangan asing,
atau kegiatan-kegiatan teroris internasional.
o Counterpropaganda Operations. Rangkaian kegiatan untuk mengidentifikasi
dan membalikkan propaganda lawan dan membongkar upaya-upaya lawan
untuk mempengaruhi populasi dan pemahaman situasi kekuatan militer kawan.
o Public Affairs (PA) Operations. Kegiatan-kegiatan untuk menilai lingkungan
informasi seperti opini publik dan untuk mengetahui pergeseran politik, sosial
dan budaya. PA merupakan komponen kunci pencegahan dan membangun
15
kewaspadaan prediktif komandan terhadap lingkungan informasi dan sarana
untuk melaksanakan tindakan ofensif dan defensif pencegahan di dalam
operasi udara. PA adalah garis depan dalam menghadapi propaganda dan
penyalah gunaan informasi oleh lawan.
Aktivitas-aktivitas InfOps ini memberi kesempatan kepada komandan untuk
menyiapkan dan membentuk ruang tempur operasional dengan membawa informasi
dan petunjuk-petunjuk kepada TA terpilih, membentuk pemahaman para pengambil
keputusan, mengamankan informasi kritis kawan, menjaga dari sabotase, melindungi
terhadap spionase, mengumpulkan data-data intelijen dan mengkomunikasikan
informasi terpilih mengenai kegiatan-kegiatan militer kepada global audience (GA).
Network Warfare Operation
NWOps adalah perencanaan terpadu, pemberdayaan dan penilaian kemampuan-
kemampuan militer untuk mencapai dampak-dampak yang diinginkan pada
interkoneksi jaringan analog dan digital ruang tempur. NWOps dilaksanakan di
dalam domain informasional melalui kombinasi software, hardware, data dan
interaksi manusia. Jaringan di dalam konteks ini didefinisikan sebagai kumpulan
sistem yang mentransmisikan informasi seperti jaringan radio, sambungan satelit,
telemetri, telekomunikasi dan jaringan komunikasi nirkabel. Kegiatan-kegiatan di
dalam NWOps meliputi :
o Network Attack (NetA). NetA adalah pemberdayaan kemampuan-kemampuan
berbasis jaringan untuk menghancurkan, mengganggu, merusak atau merebut
informasi yang disimpan atau yang ditransmisikan melalui jaringan. Jaringan
yang dimaksud meliputi jaringan telepon dan pelayanan data.
o Network Defense (NetD). NetD adalah pemberdayaan kemampuan-
kemampuan berbasis jaringan untuk menjaga informasi kawan yang disimpan
atau yang ditransmisikan melalui jaringan terhadap upaya-upaya lawan untuk
menghancurkan, mengganggu, merusak atau merebutnya.
16
o Network Warfare Support (NS). NS adalah kumpulan dan produksi data yang
berkaitan dengan jaringan untuk keperluan pengambilan keputusan cepat yang
melibatkan NWOps. Aspek ini sangat kritis bagi tindakan-tindakan NetA dan
NetD untuk menemukan, memperbaiki, melacak dan menilai baik sumber-
sumber akses dan kerawanan kawan dan lawan untuk pertahanan segera,
pengenalan dan prediksi ancaman, pencarian sasaran, pengembangan teknik
dan akses, perencanaan dan eksekusi NWOps.
Electronic Warfare Operation
EWOps adalah perencanaan terpadu, pemberdayaan dan penilaian kemampuan-
kemampuan militer untuk mencapai dampak-dampak yang diinginkan pada domain
elektromagnetik dalam rangka mendukung tujuan-tujuan operasional. EWOps
beroperasi pada spektrum elektromagnetik termasuk gelombang radio, infra merah,
mikro, energi terarah dan semua frekuensi lainnya. Ia bertanggung jawab untuk
mengkoordinasikan dan mencegah konflik semua kekuatan kawan yang
menggunakan spektrum baik udara, laut, darat dan angkasa, sebagimana halnya
dengan menyerang dan mencegah penggunaannya oleh lawan. Oleh karena itu,
adalah hal penting untuk mengkoordinasikan elemen di semua operasi khususnya
ketika kawan menggunakan spektrum elektromagnetik berlipat. Kemampuan-
kemampuan militer EWOps adalah :
o Electronic Attack (EA). EA adalah kegiatan penggunaan spektrum
elektromagnetik, energy terarah (directed-energy, DE) atau persenjataan anti
radiasi untuk menyerang personil, fasilitas atau peralatan dengan maksud
memperdaya, mengganggu, mencegah dan atau menghancurkan kemampuan
tempur lawan. Ia juga memperdaya dan mengganggu sistem pertahanan udara
terpadu lawan (integrated air defense system, IADS) dan komunikasi
sebagaimana penghancuran kemampuan lawan melalui aset-aset penyerangan
mematikan.
17
o Electronic Protection (EP). EP memperkuat penggunaan spektrum
elektromagnetik untuk kekuatan kawan. Ia adalah aspek pertahanan yang
difokuskan pada perlindungan kepada personil, fasilitas dan peralatan dari
dampak-dampak pemberdayaan EW kawan atau lawan yang dapat
menurunkan, menetralisir atau menghancurkan kemampuan tempur kawan.
o Electronic Warfare Support (ES). ES adalah koleksi data elektromagnetik
untuk penggunaan-penggunaan taktis segera seperti penghindaran ancaman,
pemilihan rute, pencarian sasaran atau homing, yang menyediakan informasi
yang diperlukan untuk pengambilan keputusan terwaktu yang melibatkan
EWOps. Ia mempunyai hubungan erat dengan pengumpulan, pengolahan,
pengeksploitasian dan penyebaran signal intelligence (SIGINT).
Integrated Control Enablers (ICE)
ICE adalah kemampuan-kemampuan kritis yang diperlukan untuk mengeksekusi
operasi-operasi informasi, udara dan angkasa dengan sukses dan memproduksi
dampak-dampak terpadu dari operasi gabungan. Oleh karena OI mempunyai
ketergantungan yang tinggi kepada ICE. ICE ini meliputi :
o Intelligence, Surveillance and Reconnaissance (ISR). Ini adalah
kemampuan-kemampuan terpadu untuk melaksanakan, mengumpulkan,
mengolah, mengeksploitasi dan menyebarkan informasi intelijen secara
terwaktu dan akurat. ISR adalah fungsi kritis yang membantu komanda
dalam menyediakan kewaspadaan ruang tempur dan situasional penting agar
dapat merencanakan dan melaksanakan operasi dengan sukses. Operasi udara
tergantung kepada efektifitas OI dan tindakan OI yang efektif memerlukan
informasi ISR terkini, akurat dan khusus dari berbagais sumber yang tersedia.
o Network Operations (NetOps). Operasi ini mencakup information assurance
(IA), manajemen jaringan dan sistem, dan manajemen penyebaran informasi.
NetOps terdiri dari organisasi-organisasi, prosedur-prosedur dan fungsionalitas
yang diperlukan untuk merencanakan, mengelola dan memantau jaringan AU
18
dalam mendukung operasi dan memberikan tanggapan terhadap ancaman,
kehilangan sumber daya dan dampak-dampak operasi lainnya. IA adalah
ukuran yang diambil untuk melindungi dan menjaga informasi dan sistem
informasi dengan cara meyakinkan confidentiality, integrity, availability, non-
repudiation dan authenticity (CIANA)-nya. IA berlaku pada rentang life-cycle
informasi dan sistem informasi secara penuh.
o Predictive Battlespace Awareness (PBA). PBA adalah pengetahuan
mengenai lingkungan operasional yang mengijinkan komandan dan staf dengan
dan penghancuran informasi dan sistem informasi lawan, dan pada saat yang
bersamaan melakukan perlindungan dan pertahanan terhadap kegiatan OI lawan.
Gambar 9. Tujuan akhir OI adalah keunggulan informasi.
29
VI. ANALISA OPERASI INFORMASI TNI AU
“The instruments of battle are valuable only if one knows how to use them.”
Charles Ardant du Picq 1821-1870
Di dalam [1] dan [11], OI didefinisikan sebagai berikut :
“Operasi yang dilaksanakan untuk mendapatkan/menyebarkan, informasi dan/atau data intelijen sebanyak-banyaknya guna mendukung pelaksanaan operasi udara yang dilaksanakan dalam bentuk Operasi Lawan Informasi Ofensif (OLIO) dan Operasi Lawan Informasi Defensif (OLID)”. [1]
“Kegiatan/tindakan yang terencana denga memanfaatkan kekuatan dan kemampuan terpadu untuk mempengaruhi, mengeksploitasi baik informasi, sistem informasi maupun proses pengambilan keputusan pihak lawan termasuk upaya pembentukan opini publik dengan tetap memelihara dan mempertahankan informasi serta sistem informasi milik sendiri”. [11]
Dari definisi [1] yang merupakan tataran teratas panduan insan TNI AU di atas,
dapat disimpulkan bahwa TNI AU mengadopsi OI dari paradigma OI yang tercantum
di dalam [3] dengan meniadakan komponen IdP namun memasukkan elemen
intelijen dari ISR sebagai bagian dari OLIO. Penjelasan detil OI TNI AU diberikan
di dalam [11] sebagai berikut :
o Operasi (Lawan) Informasi Ofensif (O(L)IO). O(L)IO adalah keterpaduan
penggunaan kemampuan dan aktivitas untuk mempengaruhi, mengekploitasi
sistem informasi dan informasi serta proses pengambilan keputusan lawan,
dilaksanakan untuk mengacaukan perencanaan dan operasi lawan, menurunkan
siklus pengambilan keputusan lawan dalam menjalankan misi dan instruksi
30
pergerakannya, serta mengacaukan kemampuan lawan dalam menghasilkan
kemampuan tempurnya. Fungsi-fungsi di dalam O(L)IO adalah :
Intelijen Udara (Intelud).
Operasi Psikologi (PsyOps).
Perang Elektronika (PE).
Pengelabuan Militer (PgM).
Penghancuran Fisik (PF).
Penghancuran Jaringan Informasi (PJI).
Gambar 10. Struktur OI TNI AU.
o Operasi Lawan Informasi Defensif (O(L)ID). O(L)ID adalah keterpaduan
dan koordinasi dan prosedur, operasi, personil dan teknologi yang digunakan
untuk memproteksi dan mempertahankan sistem informasi dan informasi
termasuk sensor, sistem senjata, sistem infrastruktur dan pengambilan
keputusan. Fungsi-fungsi di dalam O(L)ID adalah :
Kontra Intelijen (KI).
Kontra Operasi Psikologi (KPsyOps).
Perlindungan Elektronika (PdE).
31
Kontra Pengelabuan Militer (KPgM).
Jaminan Informasi (JInfo).
Pengamanan Operasi (PamOps).
Pengorganisasian OI
OI adalah salah satu macam operasi yang digelar oleh TNI AU dan mendukung
OPSUD. Di dalam implementasinya, terdapat dua macam kemungkinan komando
tugas didasarkan kepada situasi yang berlaku yakni :
o Komando Operasi Permanen. Menggunakan struktur organisasi komando
utama operasional dan dibentuk sesuai dengan instruksi komando atas.
o Komando Operasi Bentukan. Menggunakan struktur organisasi bentukan
Satuan Pelaksana Operasi Informasi (Satlakopsinfo).
Gambar 11. Organisasi OI TNI AU.
32
Susunan tugas dalam penyelenggaraan OI adalah sebagai berikut :
o OLIO terdiri dari unsur-unsur :
Intelijen (Intel).
Psikologi (Psi) untuk tugas-tugas PsyOps.
Komunikasi dan Elektronika (Komlek) untuk tugas-tugas PE.
Penerangan (Pen).
Informasi dan Pengolahan Data (Infolahta) untuk tugas-tugas PJInfo.
o OLID terdiri dari unsur-unsur :
Intelijen untuk tugas-tugas KI.
Psikologi untuk tugas-tugas KPsyOps.
Komunikasi dan Elektronika (Komlek) untuk tugas-tugas PdE.
Penerangan (Pen).
Informasi dan Pengolahan Data (Infolahta) untuk tugas-tugas JInfo.
Perbandingan Implementasi OI
Untuk melihat lebih detil konsep OI TNI AU, tabel-tabel berikut menampilkan
perbandingan OI dari [3], [1][11] dan [4] ditinjau dari elemen-elemen dan tugas-
tugas yang dilaksanakan di lapangan.
Tabel 1. Perbandingan Tipe Organisasi OI yang berlaku pada masa perang.
OI [3] [1], [11] [4]
Tipe Organisasi Bentukan Bentukan Bentukan Nama Organisasi AOC Satlakopsinfo AOC
33
Tabel 2. Perbandingan Elemen-elemen OI.
OI [3] [1], [11] [4]
Elemen Inti IW, terdiri dari :
OCI Attack DCI Defend
OLIO OLID
InfOps NWOps EWOps
Elemen Pendukung IIW, terdiri dari : ISR PNP WOps PA
Tidak ada ICE, terdiri dari : ISR PBA PNT NetOps
Tabel 3. Perbandingan Elemen-elemen OI (diperluas).
OI [3] [1], [11] [4] Elemen Inti OCI Attack
PSYOP MILDEC EW CNA Physical Attack PA
OLIO PsyOps PgM PE PJInfo PF Intelud (*)
InfOps PSYOP MILDEC OPSEC Counterpropaganda CI PA
DCI Defend OLID NWOps OPSEC
CD CI EP IA CND PA
PamOps KPgM KI PdE JInfo KPsyOps (*)
NetA NetD NS
EWOps EA EP ES
34
Tabel 4. Perbandingan Organisasi Tugas OI.
OI [3] [1], [11] [4]
Pelaksana Tugas IWF
STO Cell
Intel Psi Pen Komlek Infolahta
IWF IO Team
ISR
Strategy Planning Operational
EWCC
AFNOSC
AFCERT AFIWC
AFNOSC NOSC NCC
Analisa Perbandingan Implementasi OI
Dari data yang dipresentasikan dalam tabel-tabel perbandingan di atas, organisasi OI
AU AS telah mengalami evolusi menjadi organisasi yang sederhana namun berdaya
tinggi dengan direvisinya [3] ke [4]. Pada saat situasi bergerak ke situasi konflik,
AOC dibentuk untuk merencanakan dan melaksanakan NWOps, InfOps dan EWOps.
Dalam penggerakan EWOps dan NWOps, AOC berkoordinasi dengan EWCC dan
AFNOSC. Di dalam AOC, IWF akan membentuk satu tim OI yang bertugas
mengintegrasikan divisi-divisi tempur di dalam AOC seperti Strategi, Perencanaan,
ISR, Operasi Tempur dan lain-lainnya.
35
Perubahan yang sangat signifikan adalah pada detil implementasi pertahanan dan
perlindungan jaringan informasi yang meliputi seluruh infrastruktur komunikasi dan
telekomunikasi serta perangkat yang berhubungan dengan pelayanan informasi dan
pengolahan data yakni komputer dan jaringan komputer. Tindakan ini
diimplementasikan dalam bentuk operasi yang disebut dengan NWOps dengan tiga
elemen yang mengadopsi konsep EW yakni NetA, NetD dan NS. Dalam
pelaksanaannya, NWOps dikendalikan oleh tiga hirarki organisasi dari tataran
strategis, operasional dan taktis yang terdiri dari AFNOSC, NOSC dan NCC.
Pembentukan organisasi pelaksanan NWOps tidak lepas dari pengalaman tembusnya
pertahanan jaringan komputer Pentagon oleh serangan denial of service (DoS)
beberapa waktu lalu padahal pada saat itu bukanlah situasi perang. Serangan ini
membuka isu-isu baru bahwa masih banyak terdapat lubang-lubang keamanan
(security holes) yang harus ditutup apalagi bila situasi menjadi genting dan perang
tidak dapat dihindarkan lagi. Pembentukan organisasi pelaksana NWOps ini
menyederhanakan fungsi komando karena AFCERT telah menjadi satu bagian di
dalam organisasi tersebut.
TNI AU masih mengadopsi konsep OI dari [3] dan hanya mengambil elemen-elemen
yang dapat didukung oleh struktur organisasi telah ada yakni :
o Dinas Pengamanan dan Persandian TNI AU (Dispamsanau) untuk mendukung
tugas Intel yang menyediakan fungsi Intelud dan KI. Hasil olahan dari Intel
juga digunakan untuk melaksanakan fungsi PF.
o Dinas Psikologi (Dispsi) untuk mendukung tugas Psi yang menyediakan fungsi
PsyOps dan KPsyOps.
o Dinas Penerangan (Dispen) untuk mendukung tugas Pen yang menyediakan
fungsi Pen. Fungsi Pen ini tidak berbeda dengan fungsi PA.
o Dinas Komunikasi dan Elektronika (Diskomlek) untuk mendukung tugas
Komlek yang menyediakan fungsi PE dan PdE.
36
o Dinas Informasi dan Pengolahan Data (Disinfolahta) untuk mendukung tugas
Infolahta yang menyediakan fungsi PJInfo dan JInfo.
Secara organisatoris tugas Intel untuk melaksanakan fungsi Intelud dan KI sudah
cukup mapan. Di dalam [13] telah dicantumkan staf yang bertugas menangani
kegiatan Intelud. Data-data hasil SR diperoleh dari operasi patroli penerbangan
yang dilaksanakan pesawat Boeing side-looking airborne multimode radar
(SLAMMR) Skadron Udara 5 maupun pesawat-pesawat tempur yang sedang
melaksanakan operasi pada suatu area tertentu.
Dispsiau dan Dispenau secara organisastoris juga telah mapan. Yang perlu ditangani
adalah kepakaran dan kualifikasi yang harus dimiliki oleh personil yang akan
dilibatkan di dalam OI. Di dalam organisasi Diskomlekau telah ada staf yang
bertugas menangani PE yang masih perlu dikembangkan lebih lanjut agar selalu
mengikuti perkembangan terkini. Perkembangan terkini adalah munculnya teknologi
command, control, communication, computer, intelligence, sureveillance and
reconnaissance (C4ISR) yang sangat berkaitan erat dengan OI [21]. Teknologi ini
memadukan berbagai disiplin ilmu untuk mendapatkan keunggulan tempur terhadap
lawan.
Yang menjadi perhatian adalah pemberdayaan Infolahta sebagai bagian dari OI
adalah sudahkah Infolahta didukung oleh sumber daya yang memadai. Sumber daya
utama adalah personil dan peralatan. Secara historis, Infolahta di TNI AU selama
ini melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan pengolahan data elektronik (PDE)
seperti database personil dan yang berhubungan dengannya, yang sangat jauh dari
kegiatan-kegiatan yang berbau NWOps. Mungkin secara individu ada personil
Infolahta yang mempunyai kemampuan seperti itu yang diperoleh secara informal.
Namun apakah kemampuan tersebut memenuhi kualifikasi, belum ada ukuran yang
dapat digunakan sebagai standar di TNI AU.
37
OI adalah hal yang baru bagi militer Indonesia khususnya TNI AU sehingga untuk
saat ini efektifitas operasionalitas organisasi tugas dan fungsi OI yang diamanahkan
di dalam [1] dan ditindak lanjuti dengan dikeluarkannya [11] belum dapat dinilai.
Di era informasi ini, Indonesia belum pernah melaksanakan perang terbuka melawan
negara lain sehingga kegiatan yang dilaksanakan selama ini adalah latihan perang-
perangan untuk mempertahankan kesiapan tempur dan belum melibatkan unsur OI di
dalamnya. Ada beberapa perang yang telah dialami oleh Indonesia dan dapat
dijadikan bahan analisa OI yakni :
o Perang di Timor Timur yang berakhir dengan lepasnya propinsi tersebut
menjadi negara Timor Leste. Lepasnya propinsi ini tidak lepas dari OI yang
dilakukan oleh Australia dengan Interfet-nya melalui kegiatan public
information (PI) yang melekat di dalam Operation Stabilise sebagaimana
dianalisa di dalam [8].
o Perang di Propinsi NAD dengan gerakan aceh merdeka (GAM) yang berakhir
dengan perdamaian. Dari sisi OI, militer gagal melakukan penyekatan dan
penghancuran informasi dan jaringan informasi GAM baik di dalam maupun
luar negeri sehingga GAM melakukan OI sehingga menarik perhatian pihak
luar yang seharusnya tidak perlu. Hal ini ditunjukkan adanya media massa
lokal dan internasional yang dapat mewawancarai petinggi GAM secara
langsung di daerah konflik melalui saluran telekomunikasi yang ada.
OI AS telah diuji cobakan pada Operation Iraqi Freedom (OIF) sebagaimana
dinyatakan dalam [4] bahwa :
“….. information operations in combination with kinetic operations collapsed the Iraqi command and control structure, neutralized the Iraqi integrated air defense system while reducing the destruction to facilities and reducing the number of sorties and risk to pilots flying over Iraq”.
38
Hal yang sama juga disampaikan di dalam [15] bahwa OI sangat berguna dalam
menghancurkan kekuatan gerilyawan melalui penyekatan informasi sehingga secara
perlahan lawan kehilangan kemampuan informasinya dan memberikan keunggulan
informasi sendiri.
“The IO task is to influence guerrilla informationcollection efforts by employing psychological operations (PSYOP) and SOF teams to increase support for the U.S. mission. Over time this should reduce the guerrillas’ information advantage and increase U.S. access to actionable information”.
Dari evaluasi OIF dan operasi-operasi lainnya yang digelar oleh AS, diterbitkan pola
terbaru OI yang dicantumkan di dalam [4] dan [5].
39
VII. KONSEP ORGANISASI TNI AU DAN ORGANISASI OI TNI AU
MENDATANG
“Good will can make any organization work; conversely the best organization in the world is unsound if the men who have to make it work don’t believe in it.”
James Forrestal
OI adalah suatu operasi besar yang melibatkan banyak pihak dan membutuhkan
sumber daya manusia, peralatan, metode dan anggaran yang tidak sedikit.
Organisasi dan tugas OI yang dicantumkan di dalam [11] memang belum pernah
dilaksanakan sama sekali karena masih memerlukan proses yang cukup panjang agar
aplikatif di lapangan. Masih ada beberapa tahapan yang harus dilalui sebelum
konsep OI ini diuji cobakan di lapangan.
Ada keuntungan bahwa OI TNI AU belum pernah diuji cobakan di lapangan
sehingga ada kesempatan untuk mengadopsi paradigma baru yang digunakan oleh
AS dalam implementasi OI. OI AS sudah terbukti berhasil di lapangan dengan
digulingkannya pemerintahan Irak yang dilanjutkan dengan proses pemulihan
keamanan di negara tersebut. Terlepas adanya kesalahan intepretasi informasi
intelijen mengenai ada tidaknya WMD di Irak, harus diakui bahwa OI berhasil
mempengaruhi dunia internasional untuk mendukung AS beserta sekutunya
melakukan invasi ke Irak. Saat ini, negara-negara sekutu AS mengadopsi OI AS
termasuk Australia sekutu terbesar dan terdekat dengan Indonesia.
Dengan pertimbangan di atas, mengadopsi OI AU AS hanyalah satu-satunya pilihan
bagi TNI AU agar mempunyai kemampuan tempur di era PI saat ini dan mendatang.
Pada bagian ini akan disampaikan konsep organisasi OI TNI AU dengan paradigma
baru. Konsep ini secara otomatis akan berimbas pada adanya pengembangan pada
40
struktur organisasi TNI AU agar mampu mendukung kegiatan-kegiatan OI ketika
satuan tugas OI dibentuk.
Organisasi NWOps
NWOps adalah elemen mendasar untuk berperang di dunia digital. Oleh karena itu
TNI AU harus memiliki satu organisasi yang khusus menangani semua kegiatan di
bidang ini dan tidak dicampur adukkan dengan kegiatan-kegiatan yang pengolahan
data elektronik sebagaimana yang dilaksanakan selama ini oleh Disinfolahta.
NWOps bertindak dalam skala nasional karena dalam situasi perang ia akan
mengendalikan dan memonitor seluruh jaringan telekomunikasi dan komputer
nasional. Dengan demikian sebaiknya dibentuk satu organisasi setara dengan
Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) dengan nama Komando Operasi
Jaringan Informasi Nasional (Koopsjarinfonas) yang berkedudukan di bawah Kepala
Staf TNI AU (KSAU) sebagaimana dipresentasikan pada Gambar 11.
Gambar 12. Struktur organisasi Koopsjarinfonas.
41
Di bawah Koopsjarinfonas terdapat empat Komando Sektor Jarinfo (Kosekjarinfo)
menyesuaikan jumlah Kosek yang berada di dalam struktur organisasi Kohanudnas.
Jumlah Kosek ini diatur sedemikian rupa agar dapat dengan mudah berkoordinasi
dengan Kohanudnas yang mempunyai satuan-satuan yang melaksanakan EWOps.
Di tiap Kosekjarinfo digelar Pusat Komando dan Pengendalian Jaringan Informasi
(Puskodaljarinfo) yang bertugas memonitor penggunaan jaringan dan mendeteksi
kemungkinan adanya penggangguan jaringan.
Organisasi OI
Satlakopsinfo adalah satuan pelaksana OI di lapangan. Unit ini dapat dianalogikan
dengan tim OI yang dibentuk oleh IWF dengan tugas mengintegrasikan divisi-divisi
tempur OI. Dengan merujuk pada Bab IV, organisasi OI TNI AU akan berevolusi ke
bentuk yang dipresentasikan pada Gambar 12.
Gambar 13. Konsep pengembangan organisasi OI TNI AU.
42
Pada pengembangan organisasi OI ini pendistribusian tugas tampak lebih adil dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada. Tugas Koopsinfoops akan lebih terfokus pada
kegiatan-kegiatan InfOps. Porsi PE dan PdE diambil alih oleh Kohanudnas dan porsi
PJInfo dan JInfo berada di bawah tanggung jawab Koopsjarinfo. Satlakopsinfo
bertugas melakukan koordinasi tataran operasional dan taktis dengan sel-sel EWOps
dan NWOps. Dengan demikian distribusi tugas-tugas OI adalah sebagai berikut :
o Koopsinfoops melaksanakan tugas-tugas :
Intel yang merupakan analogi dari I dalam fungsi ISR. Intel juga
melaksanakan kegiatan PamOps.
PsyOps dan KPsyOps.
PgM dan KPgM. KPgM adalah analogi dari CD.
Pen yang merupakan analogi dari PA.
o Kohanudnas melaksanakan tugas-tugas :
PE yang merupakan analogi dari EW dengan tiga elemen EA, EP dan ES.
PdE yang merupakan EP.
o Koopsjarinfo melaksanakan tugas-tugas :
PJInfo yang merupakan analogi dari NetA.
JInfo yang merupakan analogi dari IA yang berkaitan erat dengan NeD.
AOC OI berada di Pusat komando dan pengendalian (Puskodal) OI di markas
Koopsinfo sedangkan untuk pengendalian operasional dan taktis pada tataran satuan
pelaksana dilakukan melalui Ruang Operasi (Ruops) dan Pos Komando Taktis
(Poskotis).
43
VIII. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERSONIL OI
I’m firmly convinced that leaders are not born; they’re educated, trained, and made, as in every other profession.
To ensure a strong, ready Air Force, we must always remain dedicated to this process.
General Curtis E. LeMay
CSAF, 1961-1965
OI merupakan kompetensi militer inti dihadapkan pada era TI yang berkembang
sangat pesat. Karakteristik OI sebagai operasi gabungan merupakan komponen kritis
yang memerlukan keahlian dan kemampuan pada semua tataran pertahanan. Oleh
karena itu, pada setiap tataran komando, pondasi pendidikan dan pelatihan yang
mantap adalah hal mendasar pada pembangunan kompetensi inti ini. Pendidikan dan
pelatihan profesional sangat tergantung kepada akumulasi pengalaman yang
diperoleh dalam kegiatan operasi dan latihan. Agar OI dapat dilaksanakan sesuai
prosedur operasi standar diperlukan personil-personil dengan kualifikasi khusus.
Sebagaimana organisasi OI yang telah disampaikan pada bagian sebelumnya,
Satlakopsinfo adalah pelaksana lapangan OI yang beranggotakan personil-personil
ahli dari berbagai disiplin ilmu. Oleh karena itu, setiap personil harus memperoleh
pembekalan berupa pendidikan dan pelatihan agar mempunyai kesamaan pola pikir
dan tindak dalam melaksanakan OI dari basis keahlian yang dimilikinya. Prinsip-
prinsip dasar yang diperlukan adalah :
o Pendidikan OI harus mencakup spesialis kemampuan inti (InfOps, EWOps dan
NWOps) dan perencana OI. Kedua kelompok tersebut harus mendapatkan
pembekalan awal tentang :
Lingkungan informasi.
Peran OI dalam operasi militer.
44
Bagaimana OI berbeda dari fungsi-fungsi informasi lainnya yang
berkontribusi pada keunggulan informasi.
Pengetahuan khusus tentang kemampuan inti OI dalam integrasinya pada
operasi gabungan.
o Pelatihan OI difokuskan pada ketrampilan-ketrampilan perencanaan spesifik,
metodologi dan peralatan.
Dari sisi pendidikan, pengetahuan OI sebaiknya telah dimasukkan di dalam
kurikulum pendidikan kejenjangan yang terdiri dari :
o Akademi TNI AU (AAU).
o Sekolah Dasar Kecabangan (Sesarcab) yang meliputi :
Sesarcab Penerbang dan Navigator.
Sesarcab Elektronika.
Sesarcab Teknik dan Pembekalan.
Sesarcab Administrasi dan Khusus.
Sesarcab Pasukan.
Sesarcab Kesehatan.
o Sekolah Kesatuan Komando TNI AU (Sekkau).
o Sekolah Staf dan Komando TNI AU (Seskoau)
o Sesko TNI.
OI adalah multi spektrum sehingga dapat diajarkan di dalam semua tataran
pendidikan di TNI AU. Bahkan bila diperlukan dapat diberikan pada tataran
pendidikan Bintara dan Tamtama sebagai pengenalan. Untuk para pelaksana OI
disyaratkan harus mempunyai keahlian khusus atau spesialisasi sehingga setidaknya
mereka harus lulusan S-1 yang relevan dengan tugas-tugas OI.
Sejauh ini hanya negara-negara maju yang telah melaksanakan pendidikan dan
pelatihan OI. Sebagaimana tercantum dalam [7], untuk tingkat perguruan tinggi,
DoD AS menunjuk Naval Post-Graduate School (NPGS) untuk menyiapkan
45
pendidikan setingkat S-1 di bidang OI dan program khusus yang meliputi segi teknis
dan psiko-sosial. Di samping itu Joint Forces Staff College (JFSC) bekerja sama
dengan National Defense University (NDU) juga melaksanakan kursus-kursus OI
diantaranya adalah :
o Joint Information Operations Orientation Course (JIOOC). JIOOC dijelaskan
secara lebih detil pada [19].
o Joint Information Operations Planning Course (JIOPC). JIOPC dijelaskan
secara lebih detil pada [9] dan [20]
o Bebeapa kursus lainnya dapat dilihat di [18].
Pendidikan dan pelatihan memberikan dasar untuk melaksanakan OI yang efektif.
Setiap insan AU harus mempunyai pemahaman umum mengenai kemampuan-
kemampuan OI. Di lain sisi, personil OI harus melalui proses pelatihan khusus OI
yang berkaitan dengan bidang keahlian mereka dan harus mengetahui kontribusi
spesialisasi mereka dalam pencapaian keunggulan informasi. Tujuan dari pendidikan
dan pelatihan adalah untuk meyakinkan bahwa para pelaksana OI memahami,
prinsip-prinsip, konsep-konsep dan karakteristik-karakteristik OI. Meskipun tidak
semua insan AU memerlukan kursus OI, setiap insan harus memahami bahwa OI
adalah kunci kemampuan AU untuk mencapai keunggulan informasi dan keunggulan
udara.
46
IX. KESIMPULAN DAN SARAN
“So ends the bloody business of the day.”
Homer
Kesimpulan
OI adalah operasi yang digelar dengan mengintegrasikan pemberdayaan InfOps,
EWOps dan NWOps bekerja sama dengan ICE untuk mempengaruhi, mengganggu,
merusak atau merampas informasi dan pengambilan keputusan manusia dan
terotomasi dengan tetap melindungi dan mempertahankan milik sendiri. Konsep OI
dimunculkan didasarkan pada pengalaman bahwa informasi adalah senjata dan
sekaligus sebagai sasaran untuk mendapatkan keunggulan tempur. Kecepatan dan
ketepatan komandan memberikan instruksi di lapangan sangat tergantung pada
lingkungan informasi yang terdiri dari dimensi fisik, informasional dan kognitif
dimana OODA berinteraksi dengan informasi dan menjadi dasar mengenal
kemampuan-kemampuan OI. PI adalah bagian melekat OI yang difokuskan pada
aspek penyerangan dan pertahanan OI. Aspek lain yang berkaitan dengan PI dapat
dilihat pada [17].
Evolusi OI AS yang cukup cepat membuat TNI AU yang mengadopsi paradigma [3]
harus cepat menyesuaikan dengan perubahan ini agar tidak salah dalam
mengantisipasi PI di masa mendatang. Untuk mengantisipasi hal tersebut, diajukan
saran pengembangan organisasi TNI AU dan organisasi OI untuk mengakomodir
paradigma baru dalam [4]. Pengembangan dilakukan dengan penekanan pada
pembentukan organisasi NWOps yang disebut dengan Koopsjarinfonas beserta
struktur di bawahnya agar tidak mengganggu fungsi Disinfolahta yang telah mapan
saat ini. Di samping itu dilakukan penggeseran tugas EWOps ke Kohanudnas yang
47
telah memiliki sarana PE sehingga tugas utama Satlakopsinfo terfokus kepada
InfOps. Komposisi dan disposisi personil menyesuaikan kedudukan Kosekjarinfo.
Para personil OI adalah mereka yang mempunyai keahlian di bidang masing-masing
ditambah dengan pembekalan mengenai OI agar mempunyai persepsi yang sama dan
memahami karakteristik, dalam melaksanakan kegiatan operasi. Personil pelaksana
OI harus mempunyai bekal keahlian profesi S-1. Pendidikan dan pelatihan OI harus
telah dimasukkan di dalam kurikulum pendidikan kejenjangan sejak dari AAU
hingga Sesko TNI dan kursus-kursus yang relevan mengingat karakteristik OI
sebagai sebuah operasi gabungan. Pengenalan OI juga dapat diberikan pada tataran
pendidikan Bintara dan Tamtama serta para PNS yang bekerja di lingkungan TNI
AU. Hal ini perlu dilakukan karena semua insan AU harus memahami bahwa OI
adalah kunci utama menuju keunggulan informasi dan keunggulan udara.
Saran
OI adalah elemen mendasar pada semua bentuk operasi yang digelar oleh TNI AU
karena OI melingkupi spektrum yang luas baik di masa damai maupun perang.
Indonesia memang tidak sedang dan akan berperang dengan negara manapun, namun
bukan berarti OI tidak aktif. Pada masa damai OI harus tetap beroperasi sebagai
tindakan pencegahan dan melakukan pendeteksian dini setiap upaya perusakan,
penggangguan dan perampasan informasi dan sistem informasi sendiri. Oleh karena
itu disarankan agar pengetahuan OI segera dimasukkan ke dalam kurikulum
pendidikan semenjak dini. Untuk tahap awal, mata kuliah OI dapat dimasukkan ke
dalam kurikulum pendidikan AAU. Ini adalah sarana yang baik untuk mendorong
terwujudnya AAU dengan masa pendidikan 4 (empat) tahun dan lulusannya berhak
menyandang gelar sarjana S-1.
Untuk ke depan, TNI AU juga dapat menggelar suatu seminar atau kegiatan sejenis
mengenai OI dengan mengundang pakar dari berbagai disiplin ilmu baik dari sipil
maupun militer, dari dunia pendidikan, industri dan tokoh masyarakat. Hal ini perlu
48
dilakukan karena OI tidak hanya perlu diketahui oleh lingkungan militer saja, namun
juga oleh masyarakat umum walaupun dalam porsi terbatas. Kegiatan ini
sebenarnya sudah merupakan OI dalam konteks PA. Di samping itu, TNI AU dapat
melakukan inventarisasi berbagai potensi masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan OI TNI AU masa kini dan mendatang.
Tantangan di Depan
OI akan selalu berevolusi dan berkembang mengikuti perkembangan TI dan pola
pertempuran. Hal tersebut akan memberi dampak pada metodologi OI yang harus
diimplementasikan sehingga akan merubah paradigma OI. Data terbaru dari [5]
menyampaikan bahwa struktur OI akan berubah lagi menjadi tiga kelompok dengan
distribusi sebagai berikut :
o Kemampuan Inti (core capabilities). Terdiri dari EW, PSYOP, MILDEC,
OPSEC dan Computer Network Operations (CNO).
o Kemampuan Pendukung (supporting capabilities). Terdiri dari IA, physical
attack, physical security, CI dan Combat Camera (CC).
o Kemampuan yang Berkaitan (related capabilities). Terdiri dari PA, Civil-
Militay Operations (CMO) dan Defense Support to Public Diplomacy (DSPD).
Perubahan yang cepat ini menuntut TNI AU mampu merespon dengan cepat
sehingga struktur organisasi OI harus luwes, dinamis dan dapat bermetamorfosa
dengan cepat. Kecepatan perubahan sangat tergantung kepada kemampuan sumber
daya yang ada namun setidaknya minimum essential force dapat dicapai
sebagaimana yang disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika
mengunjungi Indo Defence Expo & Forum 2006 di Jakarta bulan Nopember 2006
lalu [14].
49
Referensi
[1] _______________, Doktrin TNI Angkatan Udara “Swa Bhuwana Paksa”, Surat Keputusan KASAU No. : KEP/22/VII/2004, 29 Juli 2004, Mabes TNI AU, Jakarta.
[2] _______________, Department of Defense Dictionary of Military and Associated Terms, Joint Publication 1-02, US Joint Chief of Staff, 12 April 2001 (amended through 17 September 2006).
[3] _______________, Information Operations, Air Force Doctrine Document 2-5, Headquarter Air Force Doctrine Center, 4 January 2002.
[4] _______________, Information Operations, Air Force Doctrine Document 2-5, Headquarter Air Force Doctrine Center, 11 January 2005.
[5] _______________, Information Operations, Joint Publication 3-13, US Joint Chief of Staff, 13 February 2006.
[6] _______________, Information Operations, Directive number 3600.1 rev. One, Department of Defense, October 2001.
[7] _______________, Information Operations Roadmap, Department of Defense, 30 October 2003.
[8] _______________, Information Operations: The Hard Reality of Soft Power, http://www.jfsc.ndu.edu/schools_programs/jc2ios/io/io_textbook.pdf, download tanggal 28 Desember 2006, jam 13.09 WIB.
[9] _______________, Joint Information Operations Planning Handbook, Joint Command, Control and Information Warfare School, US Joint Forces Staff College, July 2003.
[10] _______________, Military Deception, Joint Publication 3-13.4, US Joint Chief of Staff, 13 July 2006.
[11] _______________, Naskah Sementara Buku Petunjuk Pelaksanaan TNI AU tentang Operasi Informasi, Surat Keputusan KASAU No. : SKEP/133/VII/2005, Juli 2005, Mabes TNI AU, Jakarta.
[12] _______________, Operation Security, Joint Publication 3-13.3, US Joint Chief of Staff, 29 June 2006.
[13] _______________, Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur Eselon Pelaksana Pusat tingkat Mabesas: Dispamsanau, Surat Keputusan KASAU No. : KEP/4/III/2004, 1 Maret 2004, Mabes TNI AU, Jakarta.
[14] _______________, Presiden Minta Utamakan Alutsista Dalam Negeri, Koran Seputar Indonesia, 23 Nopember 2006, hal. 1 dan 15.
[15] _______________, Psychological Operations, Air Force Doctrine Document 2-5.3, Headquarter Air Force Doctrine Center, 27 August 1999.
[16] Emery, Norman, US Army Major, Information Operations in Iraq, Military Review, May-June 2004, pp. 11-14.
[17] Erbschloe, Michael, Information warfare: how to survive cyber attacks, Osborne/McGraw-Hill, 2001.
[18] http://www.au.af.mil/info-ops/index.htm. [19] http://www.jfsc.ndu.edu/schools_programs/jc2ios/io/jiooc.asp. [20] http://www.jfsc.ndu.edu/schools_programs/jc2ios/io/jiopc.asp. [21] Zehetner, Albert, Information Operations: The Impacts on C4I Systems, AOC
International Symposium and Exhibition, Adelaide, Australia 2004, pp. 1-10.
50
Arwin D.W. Sumari meraih gelar S-1 dari Teknik Elektro, Institut
Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Indonesia pada tahun 1996 dan sekarang sedang mengejar gelar S-2 bidang Teknik Komputer di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI), ITB, Bandung.
Dia juga seorang Perwira TNI AU lulusan Akademi TNI Angkatan Udara (AAU), Yogyakarta, Indonesia tahun 1991 dengan pangkat terakhir Mayor Elektronika (Lek). Saat ini berdinas di AAU sebagai Dosen di Departemen Elektronika (Deplek) setelah sebelumnya menangani Full Mission Simulator F-16A di Lanud Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur antara tahun 1998-2005.
Mayor Lek Arwin pernah menjadi In Plant Team Leader dan Software Engineer Simulator F-16A di Thomson Training and Simulation
Ltd. (TT&SL), Crawley, United Kingdom pada tahun 1996-1997. Dia memegang beberapa kualifikasi Simulator F-16A untuk System Administrator (SA), Flight Simulator Maintenance Engineer (FSME), Flight Simulator Instructor (FSI) dan Visual Database Modeling Engineer (VDBM). Dia juga pernah menjadi anggota Himpunan Ahli Intelejensia Artifisial Indonesia (HAIAI) pada tahun 1996. Mayor Lek Arwin D.W. Sumari dapat dihubungi melalui alamat email [email protected] dan [email protected] atau kunjungi situs pada alamat http://arwin91.tripod.com dan http://simulator-tempur.tripod.com.
Ucapan Terima Kasih
Naskah tidak akan selesai tanpa bantuan dari DR. Ir. Budi Rahardjo, MSc, selaku
dosen mata kuliah Keamanan Sistem Lanjut EC-7010 dan Kapten Sus Yudi Adha,
staf di Dispamsanau Mabes TNI AU, Jakarta. Penulis menyampaikan hormat dan
terima kasih atas bantuan beliau berdua. Semoga naskah ini bermanfaat untuk