PENDAHULUAN
Penonjolan karakter khusus pada kostum saya adalah keris
Sumatera Selatan, selanjutnya ada beberapa aset lingkungan dari
Sumatera Selatan yang saya angkat untuk saya terapkan pada
tema/konsep tersebut, adalah aset fauna yang kabarnya sangat
terancam punah yaitu Gajah Sumatera dan Harimau Sumatera dan juga
aset rumah adat Sumatera Selatan (rumah limas).
Keris Sumatera Selatan Ketertarikan saya dengan keris Sumatera
Selatan sebab keris Sumatera Selatan adalah keris pertama yang ada
di babatan tanah Sumatera karena tempatnya paling dekat dengan
Jawa. Saya menggunakan karakter luk, pamor dan warna pada keris
tersebut untuk dimasukkan pada bentuk kostum, dan keris ini menjadi
karakter utama pada kostum saya.
Definisi untuk keris secara detail adalah sebagai
berikut:Menurut kamus umum bahasa indonesia keris adalah senjata
tajam bersarung, berujung tajam, dan bermata dua (bilahnya ada yg
lurus, ada yg berkeluk-keluk). Definisi di atas menggambarkan
beberapa ciri keris namun terasa kurang lengkap karena tidak semua
senjata tajam bermata dua berujung tajam dan bersarung dapat
disebut keris, pedang bermata dua dan bersarung dapat memenuhi
definisi di atas tapi tetap tidak dapat disebut keris. Ensiklopedi
keris yang ditulis Bambang Harsrinuksmo menyebutkan 4 kriteria
utama yang harus dipenuhi sebuah senjata sehingga dapat disebut
keris, Kris disk karya Karsten sejr Jensen menyebutkan kriteria
bilah dan ganja asimetris sebagai keunikan keris. Berdasarkan
sumber-sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk dapat disebut
sebagai keris senjata tajam harus memenuhi beberapa kriteria
sebagai berikut: 1.Keris harus bermata dua dan berujung tajam
berbeda dengan badik yang umumnya hanya memiliki satu mata (sisi
tajam) keris selalu memiliki dua mata.2. Keris harus terdiri dari
dua bagian utama, yaitu: bagian bilah keris termasuk paksi, dan
bagian ganja. 3. Bilah keris harus membuat sudut tertentu terhadap
ganja, tidak tegak lurus. 4. Ukuran panjang bilah keris yang lazim
adalah antara 33 cm sampai 38 cm. Namun bilah keris luar Jawa
panjang bilahnya bisa mencapai 58 cm, bahkan keris buatan Filipina
Selatan panjangnya ada yang mencapai 64 cm. Mengenai senjata tikam
menyerupai keris yang panjangnya di bawah ukuran yang lazim,
menurut banyak ahli belum bisa dikategorikan sebagai keris, tetapi
keris-kerisan. 5. Keris yang baik harus dibuat dan ditempa dari
tiga macam logam, minimal dua, yaitu besi, baja, dan bahan pamor.
Keris-keris tua, atau lebih tepatnya prototipe keris, misalnya
keris Buda, belum menggunakan pamor (Harsrinuksmo, 2004). 6. Keris
memiliki bentuk yang tidak simetris /asimetris mengikuti bentuk
ganjanya yang asimetris Bambang Harsrinuksmo dalam bukunya
Ensiklopedi Keris hanya menyebutkan empat kriteria keris yaitu
kriteria ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5. Bambang Harsrinuksmo
perpendapat bahwa keempat kriteria tersebut adalah kriteria paling
utama, dan senjata yang tidak memenuhi kriteria utama tersebut
tidak bisa disebut keris. Benda menyerupai keris yang terbuat dari
tembaga, kuningan, dan logam-logam selain disebut di atas, tidak
dapat digolongkan sebagai keris. Begitu juga keris yang dibuat
bukan melaui proses penempaan melainkan dicor, meskipun terbuat
dari besi atau baja, juga tidak bisa disebut keris.Beliau tidak
menyebutkan kriteria penting yang terkandung dalam definisi keris
menurut Kamus umum bahasa indonesia yaitu senjata bermata dua dan
berujung tajam. Karena itu penulis memasukan kriteria tersebut
dalam kriteria pertama. Beliau juga tidak memasukan bentuk
asimetris sebagai kriteria keris, mungkin beliau berpendapat sudah
termasuk dalam kriteria kecondongan, tetapi penulis berpendapat
kriteria asimetris ini perlu dipisahkan karena selain menunjukan
bentuk bilah asimetris juga menunjukan asimetrisnya ganja. Beberapa
kriteria yang disebutkan di atas membuat keris menjadi senjata yang
unik dan dapat dibedakan dari jenis senjata lainnya. Banyak
anggapan keliru mengenai keistimewaan keris sehingga ada yang
menganggap bahwa hanya keris senjata yang memiliki luk, hal ini
tidak benar karena beberapa senjata persia memiliki luk. Ada juga
yang menganggap bahwa pamor hanya ada pada keris dan bahwa pamor
hanya dibuat oleh bangsa kita, anggapan seperti ini juga keliru
karena pedang-pedang bangsa Eropa banyak dihiasi dengan berbagai
motif pamor bahkan pedang bangsa Viking (eropa) yang dibuat jauh
sebelum Masehi sudah mengenal pamor, pedang katana jepang dan
pedang-pedang Persia pun sejak dahulu dihiasi dengan pamor Bukan
luk dan pamor yang membuat keris menjadi unik tapi gabungan dari
beberapa kriteria di atas dan fungsinya yang begitu kompleks dalam
kehidupan bangsa kita yang membuat keris menjadi unik. Jenis keris
yang saya gunakan untuk menjadi karakter pada kostum ini adalah
keris Sempana Palembang. Definisinya adalah sebagai berikut: Keris
Luk 7 Dapur Sempana Tangguh Palembang Pamor slewah pulo tirto dan
tunggul kukus
Batik Motif Ceplok Kata Batik berasal dari bahasa Jawa amba yang
berarti menulis dan titik. Kata batik merujuk pada kain dengan
corak yang dihasilkan oleh bahan malam (wax) yang diaplikasikan ke
atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye), atau
dalam Bahasa Inggrisnya wax-resist dyeing Batik adalah kerajinan
yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari
budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan
Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik
sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik
adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya Batik Cap
yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada
beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang
memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak Mega
Mendung, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik
adalah lazim bagi kaum lelaki. Tradisi falsafah Jawa yang
mengutamakan pengolahan jati diri melalui praktek-praktek meditasi
dan mistik dalam mencapai kemuliaan adalah satu sumber utama
penciptaan corak-corak batik tersebut selain pengabdian sepenuhnya
kepada kekuasaan raja sebagai pengejawantahan Yang Maha Kuasa di
dunia. Sikap ini menjadi akar nilai-nilai simbolik yang terdapat di
balik corak-corak batik menurut Djajasoebrata (dalam Anas, Biranul,
1995: 64). Pola, motif dan warna dalam batik, dulu mempunyai arti
simbolik. Ini disebabkan batik dulu merupakan pakaian upacara (
kain panjang, sarung, selendang, dodot, kemben, ikat kepala ), oleh
karena itu harus dapat mencerminkan suasana upacara dan dapat
menambah daya magis. Karena itu diciptakanlah berbagai pola dan
motif batik yang mempunyai simbolisme yang bisa mendukung atau
menambah suasana religius dan magis dari upacara itu. Jadi batik
tidak hanya untuk memperindah tubuh dan menyenangkan pandangan mata
saja, tapi merupakan bagian dari upacara itu sendiri bersama dengan
alat-alat upacara yang lain ( Iwan Tirta, 1985: 3). Motif-motif
batik tidak sekedar gambar atau ilustrasi saja namun motif-motif
batik tersebut dapat dikatakan ingin menyampaikan pesan, karena
motif-motif tersebut tidak terlepas dari pandangan hidup
pembuatnya, dan lagi pemberian nama terhadap motif-motif tersebut
berkaitan dengan suatu harapan ( Kuswadji, K, 1985:10-11). Ragam
corak dan warna.Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing.
Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan
beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun
batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para
pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna
cerah seperti merah dipopulerkan oleh orang Tionghoa, yang juga
mempopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil
minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang
sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda
yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga
warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal
tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam
upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki
perlambangan masing-masing. Teknik membatik telah dikenal sejak
ribuan tahun yang silam. Tidak ada keterangan sejarah yang cukup
jelas tentang asal usul batik. Ada yang menduga teknik ini berasal
dari bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa
oleh para pedagang India. Saat ini batik bisa ditemukan di banyak
negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka, dan
Iran. Selain di Asia, batik juga sangat populer di beberapa negara
di benua Afrika. Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di
dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa.
Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan
kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam
beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada
masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan
Yogyakarta. Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal
sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan
dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini
menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah
setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang
dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan
batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau
sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam.
Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah
santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh
tokoh-tokoh pedagang Muslim melawan perekonomian Belanda. Kesenian
batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang
menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman
dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan
hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya.
Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton,
maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan
dikerjakan ditempatnya masing-masing. Lama-lama kesenian batik ini
ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi
pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu
senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga
kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita
maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah
hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai
tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri
antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan
sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari
tanahlumpur. Jaman Majapahit Batik yang telah menjadi kebudayaan di
kerajaan Majahit, dapat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung
Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan
Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya
dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal
Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan
pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman
kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian
terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah
Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai
oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk
kepada kerajaan Majapahit. Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil
yang dilancarkan oleh Majapahit, Adipati Kalang tewas dalam
pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang
bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan
keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah
Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga
membawa kesenian membuat batik asli. Daerah pembatikan sekarang di
Mojokerto terdapat di Kwali, Mojosari, Betero dan Sidomulyo. Diluar
daerah Kabupaten Mojokerto ialah di Jombang. Pada akhir abad ke-XIX
ada beberapa orang kerajinan batik yang dikenal di Mojokerto,
bahan-bahan yang dipakai waktu itu kain putih yang ditenun sendiri
dan obat-obat batik dari soga jambal, mengkudu, nila tom, tinggi
dan sebagainya. Obat-obat luar negeri baru dikenal sesudah perang
dunia kesatu yang dijual oleh pedagang-pedagang Cina di Mojokerto.
Batik cap dikenal bersamaan dengan masuknya obat-obat batik dari
luar negeri. Cap dibuat di Bangil dan pengusaha-pengusaha batik
Mojokerto dapat membelinya dipasar Porong Sidoarjo, Pasar Porong
ini sebelum krisis ekonomi dunia dikenal sebagai pasar yang ramai,
dimana hasil-hasil produksi batik Kedungcangkring dan Jetis
Sidoarjo banyak dijual. Waktu krisis ekonomi, pengusaha batik
Mojoketo ikut lumpuh, karena pengusaha-pengusaha kebanyakan kecil
usahanya. Sesudah krisis kegiatan pembatikan timbul kembali sampai
Jepang masuk ke Indonesia, dan waktu pendudukan Jepang kegiatan
pembatikan lumpuh lagi. Kegiatan pembatikan muncul lagi sesudah
revolusi dimana Mojokerto sudah menjadi daerah pendudukan. Ciri
khas dari batik Kalangbret dari Mojokerto adalah hampir sama dengan
batik-batik keluaran Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna
coraknya coklat muda dan biru tua. Yang dikenal sejak lebih dari
seabad yang lalu tempat pembatikan didesa Majan dan Simo. Desa ini
juga mempunyai riwayat sebagai peninggalan dari zaman peperangan
Pangeran Diponegoro tahun 1825. Meskipun pembatikan dikenal sejak
jaman Majapahait namun perkembangan batik mulai menyebar sejak
pesat didaerah Jawa Tengah Surakarta dan Yogyakata, pada jaman
kerajaan di daerah ini. Hal itu tampak bahwa perkembangan batik di
Mojokerto dan Tulung Agung berikutnya lebih dipenagruhi corak batik
Solo dan Yogyakarta. Didalam berkecamuknya clash antara tentara
kolonial Belanda dengan pasukan-pasukan pangeran Diponegoro maka
sebagian dari pasukan-pasukan Kyai Mojo mengundurkan diri kearah
timur dan sampai sekarang bernama Majan. Sejak zaman penjajahan
Belanda hingga zaman kemerdekaan ini desa Majan berstatus desa
Merdikan (Daerah Istimewa), dan kepala desanya seorang kiyai yang
statusnya Uirun-temurun.Pembuatan batik Majan ini merupakan naluri
(peninggalan) dari seni membuat batik zaman perang Diponegoro itu.
Warna babaran batik Majan dan Simo adalah unik karena warna
babarannya merah menyala (dari kulit mengkudu) dan warna lainnya
dari tom. Sebagai batik setra sejak dahulu kala terkenal juga
didaerah desa Sembung, yang para pengusaha batik kebanyakan berasal
dari Sala yang datang di Tulungagung pada akhir abad ke-XIX. Hanya
sekarang masih terdapat beberapa keluarga pembatikan dari Sala yang
menetap didaerah Sembung. Selain dari tempat-tempat tesebut juga
terdapat daerah pembatikan di Trenggalek dan juga ada beberapa di
Kediri, tetapi sifat pembatikan sebagian kerajinan rumah tangga dan
babarannya batik tulis. Jaman Perkembangan Islam Riwayat pembatikan
di daerah Jawa Timur lainnya adalah di Ponorogo, yang kisahnya
berkaitan dengan penyebaran ajaran Islam di daerah ini. Riwayat
Batik. Disebutkan masalah seni batik didaerah Ponorogo erat
hubungannya dengan perkembangan agama Islam dan kerajaan-kerajaan
dahulu. Konon, di daerah Batoro Katong, ada seorang keturunan dari
kerajaan Majapahit yang namanya Raden Katong adik dari Raden Patah.
Batoro Katong inilah yang membawa agama Islam ke Ponorogo dan
petilasan yang ada sekarang ialah sebuah mesjid didaerah Patihan
Wetan. Perkembangan selanjutanya, di Ponorogo, di daerah Tegalsari
ada sebuah pesantren yang diasuh Kyai Hasan Basri atau yang dikenal
dengan sebutan Kyai Agung Tegalsari. Pesantren Tegalsari ini selain
mengajarkan agama Islam juga mengajarkan ilmu ketatanegaraan, ilmu
perang dan kesusasteraan. Seorang murid yang terkenal dari
Tegalsari dibidang sastra ialah Raden Ronggowarsito. Kyai Hasan
Basri ini diambil menjadi menantu oleh raja Kraton Solo. Waktu itu
seni batik baru terbatas dalam lingkungan kraton. Oleh karena putri
keraton Solo menjadi istri Kyai Hasan Basri maka dibawalah ke
Tegalsari dan diikuti oleh pengiring-pengiringnya. disamping itu
banyak pula keluarga kraton Solo belajar dipesantren ini. Peristiwa
inilah yang membawa seni bafik keluar dari kraton menuju ke
Ponorogo. Pemuda-pemudi yang dididik di Tegalsari ini kalau sudah
keluar, dalam masyarakat akan menyumbangkan dharma batiknya dalam
bidang-bidang kepamongan dan agama. Daerah perbatikan lama yang
bisa kita lihat sekarang ialah daerah Kauman yaitu Kepatihan Wetan
sekarang dan dari sini meluas ke desa-desa Ronowijoyo, Mangunsuman,
Kertosari, Setono, Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten,
Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut. Waktu itu obat-obat yang
dipakai dalam pembatikan ialah buatan dalam negeri sendiri dari
kayu-kayuan antara lain; pohon tom, mengkudu, kayu tinggi.
Sedangkan bahan kainputihnyajugamemakai buatan sendiri dari tenunan
gendong. Kain putih import bam dikenal di Indonesia kira-kira akhir
abad ke-19. Pembuatan batik cap di Ponorogo baru dikenal setelah
perang dunia pertama yang dibawa oleh seorang Cina bernama Kwee
Seng dari Banyumas. Daerah Ponorogo awal abad ke-20 terkenal
batiknya dalam pewarnaan nila yang tidak luntur dan itulah sebabnya
pengusaha-pengusaha batik dari Banyumas dan Solo banyak memberikan
pekerjaan kepada pengusaha-pengusaha batik di Ponorogo. Akibat
dikenalnya batik cap maka produksi Ponorogo setelah perang dunia
petama sampai pecahnya perang dunia kedua terkenal dengan batik
kasarnya yaitu batik cap mori biru. Pasaran batik cap kasar
Ponorogo kemudian terkenal seluruh Indonesia. Batik Solo dan
Yogyakarta Dari kerjaan-kerajaan di Solo dan Yogyakarta sekitamya
abad 17,18 dan 19, batik kemudian berkembang luas, khususnya di
wilayah Pulau Jawa. Awalnya batik hanya sekadar hobi dari para
keluarga raja di dalam berhias lewat pakaian. Namun perkembangan
selanjutnya, pleh masyarakat batik dikembangkan menjadi komoditi
perdagamgan. Batik Solo terkenal dengan corak dan pola
tradisionalnya batik dalam proses cap maupun dalam batik tulisnya.
Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pewarnaan masih tetap banyak
memakai bahan-bahan dalam negeri seperti soga Jawa yang sudah
terkenal sejak dari dahulu. Tetapi antara lain terkenal dengan
Sidomukti dan Sidoluruh. Sedangkan Asal-usul pembatikan didaerah
Yogyakarta dikenal semenjak kerajaan Mataram ke-I dengan rajanya
Panembahan Senopati. Daerah pembatikan pertama ialah didesa Plered.
Pembatikan pada masa itu terbatas dalam lingkungan keluarga kraton
yang dikerjakan oleh wanita-wanita pembantu ratu. Dari sini
pembatikan meluas pada trap pertama pada keluarga kraton lainnya
yaitu istri dari abdi dalem dan tentara-tentara. Pada upacara resmi
kerajaan keluarga kraton baik pria maupun wanita memakai pakaian
dengan kombonasi batik dan lurik. Oleh karena kerajaan ini mendapat
kunjungan dari rakyat dan rakyat tertarik pada pakaian-pakaian yang
dipakai oleh keluarga kraton dan ditiru oleh rakyat dan akhirnya
meluaslah pembatikan keluar dari tembok kraton. Akibat dari
peperangan waktu zaman dahulu baik antara keluarga raja-raja maupun
antara penjajahan Belanda dahulu, maka banyak keluarga-keluarga
raja yang mengungsi dan menetap didaerah-daerah baru antara lain ke
Banyumas, Pekalongan, dan kedaerah Timur Ponorogo, Tulungagung dan
sebagainya. Meluasnya daerah pembatikan ini sampai kedaerah-daerah
itu menurut perkembangan sejarah perjuangan bangsa Indonesia
dimulai abad ke-18. Keluarga-keluarga kraton yang mengungsi inilah
yang mengembangkan pembatikan seluruh pelosok pulau Jawa yang ada
sekarang dan berkembang menurut alam dan daerah baru itu. Perang
Pangeran Diponegoro melawan Belanda, mendesak sang pangeran dan
keluarganya serta para pengikutnya harus meninggalkan daerah
kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat.
Kemudian di daerah-daerah baru itu para keluarga dan pengikut
pangeran Diponegoro mengembangkan batik. Ke Timur batik Solo dan
Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto
serta Tulung Agung. Selain itu juga menyebar ke Gresik, Surabaya
dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkem-bang di Banyumas,
Pekalongan, Tegal, Cirebon. Tradisi membatik pada mulanya merupakan
tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat
dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik
dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini,
beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton
Yogyakarta dan Surakarta. Semula batik dibuat di atas bahan dengan
warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori.
Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera,
poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya. Motif batik dibentuk
dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting
untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga
cairan lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang telah dilukis
dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan,
biasanya dimulai dari warna-warna muda. Pencelupan kemudian
dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap.
Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik
dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk melarutkan lilin. Motif batik
yang saya gunakan adalah motif batik ceplok, motif ini biasa
dipakai golongan menengah kebawah, agar terlihat gagah. Motif ini
sengaja saya pilih sesuai dengan karakter keris Sempana yang
merupakan keris prajurit, bukan keris tahta, kostum ini saya konsep
layaknya prjurit perang yang memiliki kesetiaan dan menjaga
keseimbangan alam dengan budaya dan makhluk hidup yang ada
disekitarnya.
Aset Fauna dan Aset Rumah Adat Harimau Sumatera Selatan
(Panthera Tigris Sumatrae) Harimau Sumatra adalah spesies yang
terancam punah, kini tercatat hanya sekitar kurang dari 500 ekor
dan tinggal di pulau Sumatera, Indonesia. Mereka lebih kecil dari
spesies harimau lainnya, jantan dengan berat hanya 300 kilogram.
Tapi mereka bisa mencapai panjang mulai kepala ke ekor hingga 6
meter, sehingga memberikan penampilan yang sangat ramping. Para
peneliti menyimpulkan bahwa mereka lebih kecil dalam ukuran karena
habitat alam yang terbatas bagi mereka untuk melangsungkan
hidupnya. Selain itu, mereka juga lebih kecil dalam ukuran karena
mereka mengkonsumsi mangsa yang lebih kecil dari mereka dan jumlah
mangsa mereka sangat terbatas. Garis-garis pada bulu Harimau
Sumatera lebih erat bila dibandingkan dengan yang ditemukan pada
spesies harimau lain. Hal ini karena habitat alami mereka penuh
semak belukar yang tinggi dan memungkinkan mereka untuk dengan
mudah berkamuflase dengan alam. Harimau ini juga memiliki bulu yang
lebih lebat pada bagian wajah dan leher daripada spesies harimau
lain. Salah satu taktik terbaik mereka adalah ketika mengejar
mangsanya di air. Mereka adalah perenang yang sangat cepat sehingga
mereka dapat dengan mudah dapat menangkap mangsa yang lebih besar,
yang mungkin tidak bisa mereka dapatkan ketika berburu di darat.
Mereka memiliki anyaman antara jari-jari mereka yang mereka gunakan
untuk berenang di air. Mereka juga dapat membingungkan hewan
lainnya, karena mereka memiliki bintik-bintik putih di belakang
telinga mereka, yang membuat hewan lain berpikir bahwa ini adalah
mata. Hal ini diyakini untuk membantu mereka tetap aman dari
predator lain yang akan cenderung datang kepada mereka dari
belakang. Seperti banyak terjadi pada spesies lain dari harimau,
masalah besar adalah bahwa angka dengan sisa genetik yang rendah,
prospek yang tidak begitu baik. Terlalu banyak harimau di luar sana
yang terkait atau memiliki materi genetik yang terkait erat satu
sama lain. Inilah mengapa para peneliti terus melakukan tes DNA
sebelum Harimau Sumatera diperbolehkan untuk kawin di penangkaran.
Jika bahan genetik terlalu erat terkait, maka ini akan dapat
menghasilkan keturunan yang tidak sehat, yang memiliki masalah
fisik yang lemah, atau sulit untuk bertahan hidup dalam lingkungan
alam mereka. Masalah terbesar bagi mereka sekarang adalah hilangnya
habitat alami mereka. Akibatnya, sangat sulit bagi mereka untuk
bertahan hidup. Mereka harus pindah ke daerah lain untuk dapat
menemukan mangsa yang cukup. Mereka juga mungkin masih merasa sulit
untuk dapat menemukan makanan dan air yang memadai di lingkungan
baru yang telah mereka tempati dengan terpaksa. Sayangnya, Harimau
Sumatra sekarang berada pada risiko yang sangat tinggi untuk
terancam punah. Diyakini kurang dari 500 ekor dari mereka yang
tersisa di alam liar. Beberapa peneliti percaya bahwa ada beberapa
penanda genetik pada spesies harimau ini yang dapat menghasilkan
subspesies lain yang akan populer. Itu jika mereka bisa bertahan
dari kepunahan, meskipun sekarang sangat sulit bagi mereka untuk
bisa bertahan hidup dan berkembangbiak. Harimau Sumatera sampai
saat ini terus diburu biarpun mendapat perlindungan hukum yang
kuat. Banyak pemburu di pulau Sumatera sana yang mencetak banyak
uang dari membunuh harimau sumatera dan mereka tidak akan berhenti
melakukan hal itu kecuali mereka tertangkap tangan. Selain itu,
Harimau Sumatera akan segera musnah karena habitat alami mereka
sekarang dihancurkan pada tingkat yang mengkhawatirkan. Hal ini
disebabkan oleh kegiatan pembalakan liar yang terjadi di habitat
alami mereka. Sejak tahun 2007, telah ada upaya besar di Indonesia
untuk melindungi masa depan untuk Harimau Sumatera seperti seminar
yang pernah diadakan di UGM. Namun banyak orang yang khawatir jika
hal itu sudah terlambat dan hanya akan memperpanjang kepunahan yang
tak akan terelakan lagi untuk mereka. Tapi sebagian besar para
pecinta Harimau banyak yang tidak menyerah dalam memberantas
perburuan liar sampai para pemburu itu berhenti dari aktivitas
ilegalnya. Mereka terus berjuang untuk melestarikan dan melindungi
Harimau Sumatera dari kepunahan yang sudah di ambang pintu. Saya
begitu miris melihat video video yang diunggah di sosial media
ketika harimau aset milik Indonesia ini sedang diburu hanya untuk
kepentingan dan keserakahan manusia, untuk itu saya mengkonsep
karakter sayap pada bagian bentuk keris dengan menggunakan motif
loreng harimau Sumatera Selatan ini.
Gajah Sumatera Selatan (Elephas Maximus Sumatranus)
Gajah merupakan satwa yang unik karena memiliki tingkat
intelejensi yang tinggi dan ukuran tubuh yang sangat besar. Gajah
Sumatera sebagai species gajah asli Indonesia populasinya kian
menurun seiring adanya perburuan gading gajah oleh para pemburu
yang tidak bertaanggung jawab. Aset fauna untuk gajah, saya
mengambil karakter bentuk telinga dan belalai gajah pada kostum
ini, bentuk telinga gajah saya terapkan pada mahkota dengan warna
emas dan untuk belalai gajah saya terapkan juga pada sayap dengan
warna yang sama. Manusia pada kehidupannya selalu berdampngan
dengan makhluk lain, penggabungan dua karakter fauna ini tidak lain
bertujuan untuk melestarikan dua hewan tersebut yang sangat
terancam punah, setidaknya jika punah nanti kita tidak melupakannya
bahwa Indonesia memiliki banyak spesies hewan. Lebih baiknya lagi
kalau manusia lebih terketuk pintu hatinya agar melestarikan,
menjaga, dan menyayangi hewan hewan tersebut, manusia yang memiliki
akal harusnya bisa berfikir lebih bijaksan`a.
Rumah adat Sumatera Selatan ( Rumah Limas)
Selanjutnya untuk aset rumah adat (rumah limas), rumah adat
Sumatera Selatan bernama Rumah Limas, Ia merupakan rumah panggung,
untuk tempat tinggal para bangasawan. Rumah Limas berjenjang lima
dengan bermakna Lima Emas, yaitu keagungan, rukun dan damai, sopan
santun, aman dan subur, kemudian makmur dan sejahtera. Pintu
Gerbang Emas harus ada pada setiap Rumah Limas. Saya mengambil
bentuk rumah tersebut yang berupa rumah panggung yang dibagian
depan pada rumah tersebut terdapat tangga untuk akses naik
turunnya, yaitu di bagian kanan dan kiri yang juga sangat
berkarakter. Saya beranggapan bahwa bentuk dan warna warna yang ada
pada kostum tersebut mempunyai korelasi yang baik dengan menjunjung
tinggi pelestarian aset daerah.Bentuk rumah limas ini saya terapkan
pada bentuk sayap pada bagian bawah dengan motif batik ceplok.
Pakaian adat Sumatera Selatan
Pakaian Adat pria Sumatera Selatan mamakai pakaian adat berupa
mahkota , kalung bersusun dengan baju yang khas. Ia juga memakai
celana panjang dan kain songket pada bagian tengah badan. Wanitanya
memakai pakaian yang mirip dengan prianya, yaitu bermahkota, kalung
susun, pending dan gelang pada kedua belah tangan. Ia juga memakai
kain songket yang melingkar pada bagian tengah badan serta berkain
songket. Pakaian ini dipakai untuk upacara pernikahan.
KONSEP KOSTUM
Definisi Bentuk Kostum Sayap Pada urutan sayap dari atas hingga
ke bawah, sayap pertama ialah karakter dari sayap ini, yang teratas
adalah bentuk keris yang menjadi tema utama, keris Sempana dengan
luk 7, saya terapkan untuk bentuk sayap urutan pertama ini dengan
motif loreng harimau Sumatera Selatan agar tampak seperti pamor
keris. Selanjutnya bentuk belalai gajah, saya terapkan pada bentuk
sayap pada urutan kedua dengan wrna emas, bentuk ini juga bisa
diartikan simbol kelenturan, seperti belalai gajah, simbol
kelenturan dapat diartikan sebagi suatu keseimbangan dan keluwesan
antar budaya yang ada di Indonesia. Pada urutan terakhir saya
terapkan rumah adat Sumatera Selatan yaitu rumah limas sebagai
bentuk wadah atau rumah yang mencakup dan melindungi, dengan bentuk
menyerupai bentuk rumah panggung yang kanan kirinya terdapat tangga
yang digunakan untuk akses naik turun.
Definisi Bentuk Kostum MahkotaMahkota adalah simbolisasi
kehormatan, maka dari itu pada mahkota kostum ini saya
mempersatukan bentuk dari semua aset Sumatera Selatan yang saya
pakai dari Keris, telinga Gajah, motif loreng Harimau, semuanya
saya kemas menjadi satu kesatuan bentuk yang simetris. Pada bagian
tengah mahkota saya terapkan bentuk seperti tanduk yang saya ambil
dari bentuk keris Sempana Palembang dengan menggunakan kain songket
yang merupakan warisan budaya Indonesia. Pada bagian samping
terdapat bentik seperti telinga yang saya ammbil dari bentuk
telinga gajah dengan warna emas dan ditengahnya terdapat bentuk
keris dengan motif loreng harimau Sumatera Selatan. Pada bagian
bawah pada tanduk bagian tengah juga terdapat bentuk keris dengan
motif batik ceplok.
Definisi Baju Pada bagian baju saya gunakan bentuk baju adat
pernikahan masyarakat Sumatera Selatan yaitu dengan kain songket
yang saya terapkan pada bentuk seperti rompi yang ada pada bagian
dada, kemudian pada bagian rok saya desain dengan rok dengan
menggunakan petticoat dengan warna emas dan saya beri sedikit
modifikasi dengan kain songket. Pada bagian rok saya desain dengan
bentuk keris luk 7 dengan motif batik agar terlihat mendominasi.
Bentuk keris luk 7 berjumlah 5 buah, merupakan keseimbangan antar
agama yang ada di bumi pertiwi ini.
Akar Wangi, Klinting, dan Tongkat
Akar wangi yang saya gunakan pada bagian badan, mahkota, dang
tongkat. Merupakan simbol budaya yang mengakar, dengan harapan agar
budaya Indonesia selalu harum mewangi dan kuat akan arus
globalisasi sekarang ini. Bau yang wangi saya harmonisasikan dengan
bunyi, yaitu klinting yang terdapat pada bagian mahkota dan
tongkat. Tongkat saya tambahkan untuk aksesorisnya, bermakna simbol
berpegang teguh dan kekuatan untuk berpijak di bumi, tongkat ini
saya buat dengan motif batik.
Sumber:
http://malangnews.blogspot.com/2011/06/harimau-sumatera-panthera-tigris.html
http://www.internet.web.id/2012/10/hewan-dan-tumbuhan-langka-di-indonesia.html#sthash.5hGev06b.dpuf
http://gjb3111ary.wordpress.com/tugas/uas/rumah-adat/
http://dunianyamaya.wordpress.com/2008/04/09/makna-batik-dalam-pernikahan-adat-yogyakarta/Harimau
Sumatera ( Panthera Tigris Sumatrae ) | @Warkop Aremania
TUGAS FESYEN DASARKONSEP BUSANA KARNIVALTEMA KERIS SUMATERA
SELATAN
OLEH :KHOLIDA NUR OCTANIANIM 12154110PROGRAM STUDI SENI
BATIKJURUSAN KRIYAFAKULTAS SENI RUPA DAN DESAININSTITUT SENI
INDONESIASURAKARTA2014