-
MATERI 1
KONSEP DASAR SANITASI INDUSTRI DAN K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA)
Winarko, SKM, M.Kes.
Winbonang.com
A. Latar Belakang
Menurut UU RI Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, bawha
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai
investasi
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan
ekonomis. Derajat kesehatan masyarakat salah satu faktornya
melalui
upaya kesehatan lingkungan.
Menurut pasal 162 UU Kesehatan tersebut disebutkan bahwa
tujuan
upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan
kualitas
lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial
yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-
tingginya.
Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat menjamin
ketersediaan lingkungan yang sehat dan tidak menjadi risiko
buruk bagi
kesehatan (pasal 163, ayat 1) dan Lingkungan sehat
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mencakup lingkungan permukiman,
tempat
kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum.
Kesehatan lingkungan maupun Sanitasi di tempat kerja salah
satu
faktor yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan pekerja yang
pada
akhirnya menjadi indikator kesehatan dan produktivitas tenaga
kerja. Oleh
karenanya upaya kesehatan lingkungan maupun sanitasi di Industri
dan
Keseamatan dan kesehatan kerja (K3) harus mendapat pengawasan
oleh
Tenaga Kerja yang memiliki kampuan dan kewenangan dalam
menjalankan tugasnya agar lingkungan menjadi aman bagi Tenaga
Kerja
dan semua orang yang berada di Industri.
Menurut permenaker Nomor 5 tahun 2018 tentang Keselamatan
dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja pasal 1 ayat (3), bahwa
Sanitasi adalah
usaha kesehatan preventif yang menitik beratkan kegiatan kepada
usaha
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 2
kesehatan lingkungan hidup manusia. Kesehatan lingkungan
memenuhi
persyaratan dan pelaksanaan syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan
kerja (K3) Lingkungan kerja akan akan menghindarkan gangguan
kesehatan akibat lingkungan dan melindungi keselamatan
maupun
penyakit akibat kerja. Mengingat bahwa pelaksanaan syarat-syarat
K3
Lingkungan kerja bertujuan untuk mewujudkan Lingkungan Kerja
yang
arnan, sehat, dan nyarnan dalam rangka mencegah kecelakaan kerja
dan
penyakit akibat kerja.
Latar belakang pentingnya Sanitasi Industri dan K3 dalam
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif digambarkan
sebagai
berukut.
Gambar 1. Pentingnya Sanitasi Industri dan K3 Lingkungan
Kerja
Berdasarkan latar belakang dan gambar 1 tentang pentingnya
Sanitasi Industri dan K3 Lingkungan kerja, maka dapat dijelaskan
bahwa
kualitas kesehatan lingkungan dan K3 di Industri menjadikan
tenaga kerja
sehat dan produktif. Kualitas kesehatan lingkungan dan K3 di
Industri
tergantung dari pengawasan Sanitasi Industri dan K3 yang
dijalankan oleh
tenaga kesehatan lingkungan/Sanitarian berkompeten dan adanya
regulasi
yang mewajibkan pihak Industri menjadi terlaksananya pengawasan
berupa
UU Nomor 1 tahun 2070 tentang Keselamatan Kerja, UU Nomor 36
tahun
TENAGA
KERJA SEHAT
& PRODUKTIF
PENGAWASAN SANITASI INDUSTRI
& K3
KUALITAS KESEHATAN
LINGKUNGAN DAN K3 DI INDUSTRI
KOMPETENSI TENAGA KESLING
(SANITARIAN)
REGULASI UU K3 & KES. PP KES. LING. PERMENAKER
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 3
2009 tentang Kesehatan, PP Nomor 66 tahun 2014 tentang
Kesehatan
Lingkungan dan Permenaker Nomor 5 tahun 2018 tentang Keselamatan
dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
B. Beberapa Pengertian
1. Pengertian Sanitasi
Menurut W.H.O. (1965) bahwa Sanititasi (Sanitation) adalah
“The
Control all Those Factors in Man’s Physical Environment Which
Exercise
or May Exercise a Deletrious Effect on His Physical Development,
Health,
Survival” atau Pengendalian atau pengawasan semua
faktor-faktor
Lingkungan Fisik Manusia yang dalam praktik atau pada
praktiknya
berdampak mengerikan terhadap Perkembangan Fisik, Kesehatan,
dan
Kelangsungan Hidup).
Sanitasi menurut Victor M. Ehlers dan Steel (1958) bahwa
“Sanitation is the preventive of desease by eliminating or
controlling the
environmental factors which link in the chain of transmission”
atau
“Sanitasi adalah pencegahan penyakit dengan menghilangkan
atau
mengendalikan faktor lingkungan yang menjadi rantai
penularan”,
sedangkan menurut Ditjen PPM & PL Dep. Kes. RI, 2001 bahwa
Sanitasi
didefinisikan “Sebagai upaya pencegahan penyakit melalui
pengendalian
faktor lingkungan yang menjadi mata rantai penularan
penyakit”.
Berdasarkan pengertian dapat disimpulkan bahwa Sanitasi
adalah
“Upaya pencegahan pencegahan penyakit melalui pengendalian
faktor
lingkungan yang menjadi mata rantai penularan penyakit”.
2. Pengertian Kesehatan Lingkungan
Menurut hasil Musda Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan
Indonesia (HAKLI) di Bogor tanggal 21 Agustus 1994, bahwa
Kesehatan
Lingkungan diartikan sebagai “Ilmu dan Seni dalam mencapai
kesimbangan, keselarasan dan keserasian lingkungan hidup
melalui
upaya pengembangan budaya perilaku hidup bersih, sehat dan
pengelolaan lingkungan sehingga dicapai kondisi yang bersih,
aman,
nyaman dan sejahtera sehingga dicapai kondisi yang terhindar
dari
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 4
gangguan penyakit, pencemaran dan kecelakaan, sesuai dengan
harkat
dan martabat manusia. Selanjutnya HAKLI merumuskan arti
Kesehatan
Lingkungan, yaitu “Suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang
keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya
untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat
dan
bahagia.”
Menurut pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah RI Nomor 66
Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan bahwa Kesehatan
Lingkungan adalah “upaya pencegahan penyakit dan/atau
gangguan
kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan
kualitas
lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi,
maupun sosial.
Pengertian Kesehatan Lingkungan Menurut World Health
Organisation (WHO) adalah “Those aspects of human health and
disease
that are determined by factors in the environment. It also
refers to the
theory and practice of assessing and controlling factors in the
environment
that can potentially affect health”. Atau bila disimpulkan
“Suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan
lingkungan
agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.”
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa 1) Kesehatan lingkungan sebagai keadaan
merupakan “kondisi yang dapat memberi keseimbangan ekologi
yang
dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung
tercapainya
kualitas hidup manusia yang sehat dan tentram” dan 2)
Kesehatan
Lingkungan sebagau upaya merupakan “Upaya perlindungan,
pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju
keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan manusia yang
semakin
meningkat.”
3. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Beberapa Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
menurut filosofi, keilmuan, OHSAS 18001:2007 dan secara
praktis
(https://ak3u.com/pengertian-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-k3/)
:
https://ak3u.com/pengertian-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-k3/
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 5
a. Secara filosofis :
bahwa K3 diartikan “Upaya/pemikiran dalam menjamin keutuhan
dan kesempurnaan jasmani rohani manusia pada umumnya dan
tenaga kerja pada khususnya serta hasil karya dan budaya
yang
dalam rangka menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila”.
b. Secara keilmuan :
bahwa K3 merupakan “Semua Ilmu dan Penerapannya untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja
(PAK),
kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan.
c. Secara praktis :
Bahwa K3 merupakan “Upaya perlindungan agar tenaga kerja
selalu
dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan
di
tempat kerja serta bagi orang lain yang memasuki tempat
kerja
maupun sumber dan proses produksi secara aman dan efisien
dalam
pemakaiannya”
Selain pengertian di atas, bahwa Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak
pada
keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang
lain
(kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja
(OHSAS
18001:2007)
Menurut pasal 1, ayat (1) Permenaker RI Nomor 5 Tahun 2018
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
bahwa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah “segala kegiatan
untuk
rnenjamin dan melindungi keselarnatan dan kesehatan Tenaga
Kerja
melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat
kerja”.
4. Pengertian Sanitasi Industri dan K3
Menurut beberapa pengertian tentang sanitasi industri dan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3), maka dapat disimpulkan
bahwa
Sanitasi Industri dan K3 merupakan “Sebagai upaya pencegahan
penyakit
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 6
melalui pengendalian faktor lingkungan yang menjadi mata
rantai
penularan penyakit yang dapat berdampak pada keselamatan dan
kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor,
pemasok,
pengunjung dan tamu) di Industri atau tempat kerja.
C. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, bahwa Standar
merupakan
“ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan”, sedangkan
Baku
Mutu diartikan sebagai “batas atau kadar makhluk hidup, zat atau
energi atau
komponen lain yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar
yang
ditenggang adanya sesuai dengan peruntukannya”.
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan menurut pasal 1,
ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan
Lingkungan diartikan sebagai “Spesifikasi teknis atau nilai yang
dibakukan
pada media lingkungan yang berhubungan atau berdampak
langsung
terhadap kesehatan masyarakat.
D. Nilai Ambang Batas Persyartan Kesehatan
Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB adalah
standar faktor bahaya di Tempat Kerja sebagai kadar/intensitas
rata-rata
teriirnbang waktu (time weighted average) yang dapat diterirna
Tenaga
Kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan,
dalam
pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari
atau 40 jam
seminggu (pasal 1, ayat (7) Permenaker RI Nomor 5 Tahun 2018
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja)
E. Kompetensi Dasar Tenaga Kesehatan Lingkungan (Sanitarian)
Standar kompetensi Tenaga Kesehatan Lingkungan (Lulusan
Diploma III Kesehatan Lingkungan) atau sebutan profesinya
sebagai “Teknisi
Sanitarian Madya (Junior Technical Sanitarian) Level 5 adalah
kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup aspek pengetahuan, sikap,
dan
keterampilan bidang kesehatan lingkungan yang terdiri dari
kompetensi
utama, pendukung, dan lainnya yang gayut dengan kompetensi
utama.
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 7
Menurut Pasal 18 PMK 32 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan Tenaga Sanitarian/Kesehatan Lingkungan disebutkan
bahwa
Kewenangan/ kompetensi yang dimiliki oleh Teknisi Sanitarian
Madya (Junior
Technical Sanitarian) Level 5, meliputi:
1. Melakukan pekerjaan kesehatan Lingkungan
2. Memilih metode pemecahan masalah kesehatan lingkungan dari
beragam
pilihan yang sudah baku maupun belum baku
3. Melakukan analisis data terkait dengan kesehatan
lingkungan
4. Melakukan pekerjaan kesehatan lingkungan sendiri ataupun
kelompok di
lingkup tanggungjawab pengawasannya
5. Memformulasi penyelesaian masalah kesehatan lingkungan
prosedural
dan inovatif secara komprehensif; dan
6. Melakukan Kerja Sama dan membuat laporan tertulis secara
komprehensif.
Kompetensi tersebut dijabarkan lebih lanjut sebagai kompetensi
dasar
Tenaga Kesehatan Lingkungan (Lulusan Diploma III Kesehatan
Lingkungan)
atau sebutan profesinya sebagai “Teknisi Sanitarian Madya
(Junior Technical
Sanitarian) sebanyak 36 kompetensi, yaitu :
1. Melakukan pemeriksaan kualitas fisik air dan limbah cair.
2. Melakukan pemeriksaan kualitas kimia air dan limbah cair.
3. Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi air dan limbah
cair.
4. Melakukan pemeriksaan kualitas fisik udara/kebisingan,
getaran,
kelembaban, kecepatan angin, dan radiasi.
5. Melakukan pemeriksaan kualitas kimia udara.
6. Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi udara.
7. Melakukan pemeriksaan kualitas fisik tanah dan limbah
padat.
8. Melakukan pemeriksaan kualitas kimia tanah dan limbah
padat.
9. Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan parasitilogi
tanah dan
limbah padat.
10. Melakukan pemeriksaan kualitas fisik makanan dan
minuman.
11. Melakukan pemeriksaan kualitas kimia makanan dan
minuman.
12. Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan parasitologi
makanan
dan minuman.
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 8
13. Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan parasitologi
sampel
usap alat makanan dan minuman serta usap rektum.
14. Melakukan survei vektor dan binatang pengganggu.
15. Melakukan pengukuran kuantitas air dan limbah cair.
16. Mengidentifikasi makro dan mikro bentos di badan air.
17. Melakukan analisis dampak kesehatan lingkungan.
18. Melakukan pemeriksaan sampel toksikan dan biomonitoring.
19. Mengoperasikan alat pengeboran.
20. Melakukan pendugaan air tanah.
21. Melakukan pengeboran air tanah untuk pembangunan sarana air
tanah.
22. Mengoperasikan alat-alat aplikasi pengendalian vektor.
23. Mengoperasikan alat-alat pengambilan sampel udara.
24. Melakukan kegiatan penyuluhan dan pelatihan.
25. Melakukan pengelolaan sanitasi linen.
26. Melakukan pengelolaan limbah padat sesuai dengan
jenisnya.
27. Melakukan pengendalian vektor dan binatang pengganggu.
28. Melakukan pengelolaan pembuangan tinja.
29. Monitoring pengelolaan limbah berbahaya dan beracun.
30. Melakukan surveillans kesehatan lingkungan.
31. Berwirausaha di bidang pelayanan kesehatan lingkungan.
32. Melakukan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan
lingkungan.
33. Menilai kondisi kesehatan perumahan.
34. Menerapkan prinsip-prinsip sanitasi pengelolaan makanan.
35. Mengawasi sanitasi tempat pembuatan, penjualan,
penyimpanan,
pengangkutan, dan penggunaan pestisida.
36. Mengawasi sanitasi tempat-tempat umum.
37. Melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan kesehatan
lingkungan.
38. Melakukan intervensi administratif sesuai hasil analisis
sampel air, tanah,
udara, limbah makanan, minuman, vektor, dan binatang
pengganggu.
39. Melakukan intervensi sosial sesuai hasil analisis sampel
air, tanah, udara,
limbah makanan dan minuman, vektor, dan binatang pengganggu.
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 9
F. Kompetensi Kritis Tenaga Kesehatan Lingkungan
(Sanitarian)
Kompeten kritis Tenaga Kesehatan Lingkungan (Lulusan Diploma
III
Kesehatan Lingkungan) atau sebutan profesinya sebagai “Teknisi
Sanitarian
Madya (Junior Technical Sanitarian) sebagai dasar kemampuan yang
wajib
dimiliki sebanyak 22 kompetensi sebagaimana tersebut pada tabel
berikut ini.
Daftar Ketrampilan Kritis Bagi Lulusan Diploma III Kesehatan
Lingkungan
No. Kompetensi
1. Melakukan pemeriksaan kualitas fisik air dan limbah cair.
2. Melakukan pemeriksaan kualitas kimia air dan limbah cair.
3. Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi air dan limbah
cair.
4. Melakukan pemeriksaan kualitas fisik udara/kebisingan,
getaran, kelembaban, kecepatan angin, dan radiasi.
5. Melakukan pemeriksaan kualitas kimia udara.
6. Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi udara.
7. Melakukan pemeriksaan kualitas fisik tanah dan limbah
padat.
8. Melakukan pemeriksaan kualitas kimia tanah dan limbah
padat.
9 Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan parasitilogi
tanah dan limbah padat.
10 Melakukan pemeriksaan kualitas fisik makanan dan minuman.
11 Melakukan pemeriksaan kualitas kimia makanan dan minuman.
12 Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan parasitologi
makanan dan minuman.
13 Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan parasitologi
sampel usap alat makanan dan minuman serta usap rektum.
14 Melakukan survei vektor dan binatang pengganggu.
15 Melakukan pengukuran kuantitas air dan limbah cair.
16 Mengidentifikasi makro dan mikro bentos di badan air.
17 Melakukan pemeriksaan sampel toksikan dan biomonitoring.
18 Melakukan pendugaan air tanah.
19 Mengoperasikan alat-alat aplikasi pengendalian vektor.
20 Mengoperasikan alat-alat pengambilan sampel udara.
21 Melakukan surveillans kesehatan lingkungan.
22 Melakukan intervensi administratif sesuai hasil analisis
sampel air, tanah, udara, limbah, vektor, dan binatang
pengganggu.
Sumber : Permenkes RI No. 373 Tahun 2007 Tentang Standar Profesi
Tenaga Sanitaria/Kes. Lingkungan
G. Pengelolaan Sanitasi Industri Dan K3 (Kesehatan
Lingkungan)
Pengelolaan Sanitasi Industri dan K3 oleh Tenaga Kesehatan
Lingkungan (Lulusan Diploma III Kesehatan Lingkungan) atau
sebutan
profesinya sebagai “Teknisi Sanitarian Madya (Junior Technical
Sanitarian)
di Industri atau Tempat Kerja meliputi :
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 10
1. Ruang Lingkup
Pengelolaan unsur-unsur yang mempengaruhi timbulnya gangguan
kesehatan sebagi ;ingkup pekerjaannya, antara lain :
a. Limbah cair, terdiri dari :
1) pemeriksaan kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi limbah
cair
dan tinja;
2) perlindungan kesehatan masyarakat dari pencemaran
dan/atau
pajanan kandungan unsur dari proses pengolahan limbah; dan
3) pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan limbah cair dan
tinja
b. Limbah padat, terdiri dari :
1) pemeriksaan kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi tanah
dan
limbah padat;
2) perlindungan kesehatan masyarakat dari pencemaran
dan/atau
pajanan kandungan unsur dari proses pengolahan limbah; dan
3) pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan tanah dan
limbah
padat.
c. Limbah udara atau gas, terdiri dari :
1) pemeriksaan kualitas fisik, kebisingan, getaran dan
kelembaban,
kimia dan mikrobiologi udara dan limbah gas;
2) perlindungan kesehatan masyarakat dari pencemaran
dan/atau
pajanan kandungan unsur dari proses pengolahan limba;
3) pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan udara dan
limbah
gas.
d. Sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan
pemerintah, terdiri dari :
1) pemeriksaan jenis sampah, sumber timbulan dan
karakteristik
2) perlindungan kesehatan masyarakat dari pencemaran
dan/atau
pajanan kandungan unsur dari proses pengolahan sampah
3) pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang
tidak
diproses sesuai persyaratan pemerintah.
e. binatang pembawa penyakit; zat kimia yang berbahaya
1) pemeriksaan tempat perindukan, perilaku binatang pembawa
penyakit, perilaku masyarakat;
2) perlindungan kesehatan masyarakat dari tempat perindukan,
perilaku binatang pembawa penyakit, perilaku masyarakat
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 11
3) pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian binatang
pembawa penyakit.
f. Lingkup pelayanan pengelolaan zat kimia dan limbah B3
termasuk
limbah medikterdiri dari :
1) pemeriksaan jumlah, consentrasi dan jenis zat kimia, limbah
B3,
hygiene industry, kesehatan kerja;
2) pemeriksaan peralatan dan lingkungan yang terpajan, dan
manusia yang terpajan; dan
3) pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan zat kimia dan
limbah B3.
g. Lingkup pelayanan pengelolaan kebisingan yang melebihi
ambang
batas terdiri dari :
1) Pemeriksaan intensitas dan tingkat kebisingan yang
melebihi
ambang batas, sumber dan sifat, kondisi lingkungan;
2) perlindungan kesehatan masyarakat dari intensitas dan
tingkat
kebisingan yang melebihi ambang batas, sumber dan sifat,
kondisi lingkungan; dan
3) pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan yang
terpajan kebisingan yang melebihi ambang batas.
h. Lingkup pelayanan pengelolaan radiasi sinar pengion dan
non
pengion terdiri dari :
1) Pemeriksaan intensitas dan tingkat radiasi, sumber dan
sifat
radiasi, kondisi lingkungan radiasi;
2) perlindungan kesehatan masyarakat dari intensitas dan
tingkat
radiasi, sumber dan sifat radiasi, kondisi lingkungan radiasi;
dan
3) pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan yang
terkena radiasi sinar pengion dan non pengion.
i. Lingkup pelayanan pengelolaan air yang tercemarterdiri dari
:
1) pemeriksaan kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi air
2) penentuan sumber air, dan perlindungan kesehatan masyarakat
dari
pencemaran dan/atau pajanan kandungan unsur dari proses
pengolahan air
3) pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan air yang
tercemar.
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 12
j. Lingkup pelayanan pengelolaan udara yang tercemar terdiri
dari :
1) Pemeriksaan kualitas fisik
udara/kebisingan/getaran/kelembaban
udara baik in door maupun outdoor, kecepatan angin dan
radiasi,
pemeriksaan kimia, mikrobiologi;
2) perlindungan kesehatan masyarakat dari pencemaran
dan/atau
pajanan kandungan unsur dari proses pengolahan udara; dan
3) penggerakan masyarakat dalam pengelolaan udara yang
tercemar.
k. Lingkup pelayanan pengelolaan makanan yang terkontaminasi
terdiri dari :
1) pemeriksaan kualitas fisik , kimia, mikrobiologi dan
parasitologi;
2) perlindungan kesehatan masyarakat dari pencemaran
dan/atau
pajanan kandungan unsur dari proses pengelolaan makanan; dan
3) penggerakan masyarakat dalam pengelolaan makanan dan
minuman yang terkontaminasi.
2. Kewengangan
Pelayanan kesehatan program Pemerintah lainnya hanya dapat
dilakukan oleh Tenaga Sanitarian yang dilatih khusus untuk
program Pemerintah. Kewenangan Lulusan Diploma III sebagai
Teknisi
Sanitarian madya (Junior Tecjnical Sanitarian) meliputi :
a. melakukan pekerjaan kesehatan lingkungan
b. memilih metode pemecahan masalah kesehatan lingkungan
dari
beragam pilihan yang sudah baku maupun belum baku
c. melakukan analisis data terkait dengan kesehatan
lingkungan
d. melakukan pekerjaan kesehatan lingkungan sendiri ataupun
kelompok di lingkup tanggung jawab pengawasannya
e. memformulasi penyelesaian masalah kesehatan lingkungan
prosedural dan inovatif secara komprehensif
f. melakukan kerja sama dan membuat laporan tertulis secara
komprehensif.
3. Pencatatan dan Pelaporan
a. Pencatatan
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 13
Sanitarian wajib melakukan pencatatan atas hasil pekerjaannya
dan
pencatatan hasil pekerjaan wajib disimpan selama 5 (lima)
tahun.
b. Pelaporan
Semua hasil pekerjaan yang tercatat selama 5 (lima) tahun
sebagai buktu
pelaporan kinerja untuk kepentingan pekerjaan dan perpanjangan
izin
kerja sebagai Sanitarian setelah Surat Tanda Regisrasi
diperpanjang.
H. Tugas baca lanjutan
1. UU RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. PP RI Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan
3. Permenkes RI Nomor 373 Tahun 2017 tentang Standar Profesi
Sanitarian/Tenaga Kesehatan Lingkungan.
4. Permenkes RI Nomor 32 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan
Tenaga Sanitarian.
5. Permenaker RI Nomor 5 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Lingkungan Kerja
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 14
MATERI 2
PENGAWASAN AIR DI INDUSTRI Winarko, SKM, M.Kes.
Winbonang.com
A. Beberapa Pengertian Pengawasan Air di Industri
1. Beberapa istilah penting
1.1. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan adalah
spesifikasi
teknis atau nilai yang dibakukan pada media lingkungan yang
berhubungan atau berdampak langsung terhadap kesehatan
masyarakat.
1.2. Persyaratan Kesehatan adalah kriteria dan ketentuan
teknis
kesehatan pada media lingkungan.
1.3. Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi adalah air dengan
kualitas
tertentu yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya berbeda dengan kualitas air minum.
1.4. Air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan
sehari-hari
dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih
sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat
diminum apabila dimasak.
1.5. Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi
persyaratan
fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif sesuai dengan
peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
1.6. Setiap Penyelenggara wajib menjamin kualitas Air untuk
Keperluan
Higiene Sanitasi, air untuk Kolam Renang, air untuk SPA, dan air
untuk
Pemandian Umum, yang memenuhi Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan.
1.7. Penyelenggara adalah badan usaha, usaha perorangan,
kelompok
masyarakat dan/atau individual yang melakukan
penyelenggaraan
penyediaan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam
Renang,
SPA, dan Pemandian Umum.
2. Pengawasan Internal
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 15
2.1. Pengawasan internal merupakan pengawasan yang dilakukan
oleh
Penyelenggara melalui penilaian mandiri, pengambilan, dan
pengujian
sampel air.
2.2. Pengawasan internal dilaksanakan paling sedikit 1 kali
dalam 1 tahun
kecuali parameter tertentu yang telah ditetapkan dalam Standar
Baku
Mutu Kesehatan Lingkungan (Lampiran 1).
2.3. Pengawasan internal menggunakan formulir 1 (Lampiran
2).
2.4. Hasil pengawasan internal wajib didokumentasikan dan
dilaporkan
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota untuk ditindaklanjuti
dengan
menggunakan formulir 2 (Lampiran 3).
3. Pengawasan Eksternal
3.1. Pengawasan eksternal dilakukan oleh tenaga kesehatan
lingkungan
yang terlatih pada dinas kesehatan kabupaten/kota, atau
kantor
kesehatan pelabuhan untuk lingkungan wilayah kerjanya.
3.2. Pengawasan eksternal dilaksanakan paling sedikit 1 kali
dalam 1 tahun.
3.3. Pengawasan eksternal menggunakan formulir 3 (lampiran
4).
3.4. Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota melaporkan hasil
pengawasan
eksternal secara berjenjang melalui kepala dinas kesehatan
provinsi dan
diteruskan kepada Menteri menggunakan formulir 4 (Lampiran
5)
3.5. Kepala kantor kesehatan pelabuhan melaporkan hasil
pengawasan
eksternal kepada Menteri dan kepala otoritas
pelabuhan/bandar
udara menggunakan formulir 5 (Lampiran 6).
B. Tujuan Pengawasan Kualitas Air di Industri
Untuk menjaga kualitas Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi di
Industri
memenuhi Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan
Kesehatan.
C. Tata cara pelaksanaan
1. Air bersih untuk keperluan perkantoran dapat diperoleh dari
Perusahaan Air
Minum, sumber air tanah atau sumber lain yang telah diolah
sehingga
memenuhi persyaratan kesehatan.
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 16
2. Tersedia air bersih untuk kebutuhan karyawan sesuai
dengan
persyaratan kesehatan.
3. Distribusi air bersih untuk perkantoran harus menggunakan
sistim
perpipaan.
4. Sumber air bersih dan sarana distribusinya harus bebas dari
pencemaran
fisik, kimia dan bakteriologis.
5. Dilakukan pengambilan sampel air bersih pada sumber, bak
penampungan dan pada kran terjauh untuk diperiksakan di
laboratorium
minimal 2 kali setahun, yaitu musim kemarau dan musim hujan
. D. Kegiatan Pengawasan
1. Observasi Kualitas Air
1.1. Air Bersih
a. Sumber Air Bersih :
1) PAM/PDAM, Air Tanah yang diolah :
a. Ya b. Tidak
2) Memenuhi syarat kesehatan :
a. Ya b. Tidak
b. Tersedia Air Bersih Bagi Karyawan dengan kapasitas ≥ 60
liter/org/hr :
a. Ya b. Tidak
c. Secara fisik jernih tidak berwarna, berasa & berbau :
a. Ya b. Tidak
d. Distribusi air dengan sistim perpipaan :
a. Ya b. Tidak
e. Sampel air diperiksa di Lab. Min. 2 kali/th :
a. Ya b. Tidak
1.2. Air Minum
a. Secara fisik jernih, tidak berwarna, berasa dan berbau,
segar, sehat
dan aman : a. Ya b. Tidak
b. Konstruksi Dan Tipe (Disediakan perusahaan mini. 1 tempat per
50
orang) : a. Ya b.Tidak
c. Ketersediaan Gelas Minum sekali pakai dan tempat sampah :
a. Ya b. Tidak
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 17
d. Tempat Air Minum terjamin hygienisnya :
a. Ya b. Tidak
Berikut ini sebagai acuan yang dapat digunakan untuk
menyimpulkan hasil
pengawasan berdasarkan total Skor :
1. Memenuhi syarat jika total skor ≥ 75 %
2. Tidak Memenuhi Syarat total skor ˂ 75 %
No Variabel Kiteria Skor
1 AIR BERSIH (Bobot 10)
a. Sumber air berasal dari PAM, PDAM, Air Tanah diolah dan
memenuhi syarat kes.
2
b. Tersedia air bersih untuk kebutuhan karyawan dengan kapasitas
60 liter/org/hr
2
c. Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan secara fisik
(tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau dan jernih)
2
d. Distribusi air dengan sistem perpipaan 2 e. Dilakukan
pengambilan sampel air bersih
pada sumber dan diperiksakan di Lab. Min. 2 kali/th (musim
kemarau dan penghujan)
2
2 AIR MINUM (Bobot 10)
a. Kualitas air minum memenuhi syarat kes. secara Fisik (jernih,
tidak berwarna, berasa, dan berbau jernih), segar, sehat dan
aman.
3
b. Konstruksi dan tipe yang disediakan perusahaan mini. 1 tempat
untuk setiap 50 karyawan.
c. Tersedia gelas untuk minum dengan frekuensi sekali penggunaan
yang dilengkapi dengan tempat sampah.
2
d. Tempat untuk air minum terjamin hygienisnya (Tidak memudahkan
untuk terjadinya kontaminasi di dalamnya
2
2. Pengambilan dan Pemeriksaan sampel air
Pengambilan sampel dalam rangka pengawasan dapat bekerja sama
dengan
perguruan tinggi atau institusi yang berkompeten.
2.1. Pemeriksaan kualitas air Bersih di Laboratorium :
a. Ya b. Tidak
2.2. Bila Ya, Hasilnya memenuhi syarat kesehatan :
a. Ya b. Tidak
2.3. Pemeriksaan kualitas air minum di Laboratorium :
a. Ya b. Tidak
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 18
2.4. Bila Ya, Hasilnya memenuhi syarat kesehatan :
a. Ya b. Tidak
3. Penyusunan laporan
Penyusunan laporan merupakan bagia akhir dari pengawasan
kualitas air
bersih dan air minum yang berisi hasil pengawasan dan
rekomendasi hasil,
kemudian didokumenkan sebagai rekaman dokumen kegiatan..
E. Standar
1. Standar Air Bersih dan Air minum secara fisik, kimia dan
mikrobiologi
didasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 32 tahun
2017
tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan
Kesehatan Air untuk Keperkuan Hygiene Sanutasi, Kolam Renang,
Solus
Per Aqua dan Pemandian Umum.
2. Standar Air Bersih dan Air minum secara fisik, kimia dan
mikrobiologi
didasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 70 Tahun
2016
Tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Industri
DAFTAR PUSTAKA :
1. PMK RI 32 tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperkuan Hygiene
Sanutasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua dan Pemandian Umum.
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 70 Tahun 2016 2016
Tentang
Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri.
3. Instrumen Penilaian Sanitasi Industri
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 19
Lampiran 1. Persyaratan Air Minum Untuk Keperluan Hygiene
Sanitasi
Tabel 1. Parameter Fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan untuk Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
No. Parameter Wajib Unit Standar Baku Mutu
(kadar maksimum)
1. Kekeruhan NTU 25
2. Warna TCU 50
3. Zat padat terlarut (Total Dissolved Solid)
mg/l 1000
4. Suhu oC suhu udara ± 3
5. Rasa tidak berasa
6. Bau tidak berbau
Tabel 2. Parameter Biologi dalam Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan untuk Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
No. Parameter
Wajib
Unit Standar Baku Mutu
(kadar maksimum)
1. Total coliform CFU/100ml 50
2. E. coli CFU/100ml 0
Tabel 3. Parameter Kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan untuk Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
No. Parameter Unit Standar Baku Mutu
(kadar maksimum)
Wajib
1. pH mg/l 6,5 - 8,5
2. Besi mg/l 1
3. Fluorida mg/l 1,5
4. Kesadahan (CaCO3) mg/l 500 5. Mangan mg/l 0,5
6. Nitrat, sebagai N mg/l 10
7. Nitrit, sebagai N mg/l 1
8. Sianida mg/l 0,1
9. Deterjen mg/l 0,05
10. Pestisida total mg/l 0,1
Tambahan
1. Air raksa mg/l 0,001
2. Arsen mg/l 0,05
3. Kadmium mg/l 0,005
4. Kromium (valensi 6) mg/l 0,05
5. Selenium mg/l 0,01
6. Seng mg/l 15 7. Sulfat mg/l 400
8. Timbal mg/l 0,05
9. Benzene mg/l 0,01
10. Zat organik (KMNO4) mg/l 10
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 20
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 21
Lampiran 2 : Formulir 1
LEMBAR CHECKLIST
PENGAWASAN INTERNAL DAN EKSTERNAL
I. Pengawasan Kualitas Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
No
PARAMETER
ADA/DIPERIKSA
Keterangan Ada
Tidak
Tidak berlaku
1. Fisik
a Kekeruhan
b Warna
c Zat padat terlarut (TDS)
d Suhu
e Rasa
f Bau
2. Biologi
a Total coliform
b E. coli
3. Kimia
Wajib
a pH
b Besi
c Fluorida
d Kesadahan
e Mangan
f Nitrat, sebagai N
g Nitrit, sebagai N
h Sianida
i Deterjen
j Pestisida total
Tambahan
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 22
a Air raksa
b Arsen
c Kadmium
d Kromium (valensi 6)
e Selenium
f Seng
g Sulfat
h Timbal
1 Benzene
j Zat organik (KMNO4)
4 Tidak ada koneksi silang dengan
pipa air limbah di bawah
permukaan tanah (jika air
bersumber dari sarana air
perpipaan)
5 Sumber air tanah non perpipaan,
sarananya terlindung dr sumber
kontaminasi baik limbah domes-
tik maupun industri.
6. Tidak menjadi tempat berkem-
bangbiaknya vektor & binatang
pembawa penyakit
7. Jika melakukan pengolahan air
secara kimia, maka jenis dan
dosis bahan kimia harus tepat
8. Jika menggunakan kontainer
sebagai penampung air harus
dibersihkan secara berkala min.
1 kali dalam seminggu.
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 23
Lampiran 3. : Formulir 2
LAPORAN HASIL PENGAWASAN INTERNAL AIR UNTUK KEPERLUAN
HIGIENE SANITASI DI INDUSTRI
Nama Penyelenggara : ………………………………………………..
Alamat : ………………………………………………..
Kabupaten/Kota : ………………………………………………..
Provinsi : ………………………………………………..
Jenis Peruntukan Air : Higiene-sanitasi
No. Harian Mingguan Bulanan
Parameter
yang diperiksa
MS/
TMS
Parameter yang
Diperiksa
MS/
TMS
Parameter yang
diperiksa
MS/
TMS
1
2
3
Catatan:………………………………………………………………………….………………..………………………………………………………………………………………………………
Penanggungjawab,
(…………………………………..)
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 24
Lampiran 4 : Formulir 3
LEMBAR CHECKLIST
PENGAWASAN INTERNAL DAN
EKSTERNAL
Pengawasan Kualitas Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi Di
Industri
No
PARAMETER
ADA/DIPERIKSA
Keterangan Ada
Tidak
Tidak Berlaku
1. Fisik
A Kekeruhan
B Warna
C Zat padat terlarut (TDS)
D Suhu
E Rasa
F Bau
2. Biologi
A Total coliform
B E. coli
3. Kimia
Wajib
A pH
b Besi
c Fluorida
d Kesadahan
e Mangan
f Nitrat, sebagai N
g Nitrit, sebagai N
h Sianida
i Deterjen
j Pestisida total
Tambahan
a Air raksa
b Arsen
c Kadmium
d Kromium (valensi 6)
e Selenium
f Seng
g Sulfat
h Timbal
i Benzene
j Zat organik (KMNO4)
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 25
4. Tidak ada koneksi silang
dengan pipa air limbah di bawah
permukaan tanah (jika air
bersumber dari sarana air
perpipaan)
5. Sumber air tanah non perpipaan,
sarananya terlindung dari
sumber kontaminasi baik limbah
domestik maupun industri.
6. Tidak menjadi tempat berkem-
bangbiaknya vektor & binatang
pembawa penyakit
7. Jika melakukan pengolahan air
secara kimia, maka jenis dan
dosis bahan kimia harus tepat
8. Jika menggunakan kontainer
sebagai penampung air harus
dibersihkan secara berkala min.
1 kali dalam seminggu.
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 26
Lampiran 5 : Formulir 4
LAPORAN HASIL PENGAWASAN EKSTERNAL AIR UNTUK KEPERLUAN HIGIENE
SANITASI DI INDUSTRI
Kantor Dinas Kesehatan : Kabupaten/Kota …………………………
Provinsi : ………………………………………………..
Bulan/Tahun : ………………………………………………..
No. Nama
Penyelenggara
Jenis Peruntukan
Air
Jumlah
Sampel
Parameter yang
tidak memenuhi syarat
1 ………….. Higiene-Sanitasi ………….. …………..
2 ………….. Kolam Renang ………….. …………..
3 ………….. SPA ………….. …………..
4 ………….. Pemandian Umum ………….. …………..
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
……………..............,
………………………
NIP........................
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 27
Lampiran 6 : Formulir 5
LAPORAN HASIL PENGAWASAN EKSTERNAL AIR UNTUK KEPERLUAN HIGIENE
SANITASI DI INDUSTRI
Kantor Kesehatan Pelabuhan : ………………………………………………..
Provinsi : ………………………………………………..
Bulan/Tahun : ………………………………………………..
No. Nama
Penyelenggara
Jenis Peruntukan
Air
Jumlah
Sampel
Parameter yang tidak
memenuhi syarat
1 ………….. Higiene-Sanitasi ………….. …………..
2 ………….. Kolam Renang ………….. …………..
3 ………….. SPA ………….. …………..
4 ………….. Pemandian Umum ………….. …………..
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan
…………………...........,
…………………………..
NIP...................................
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 28
MATERI 3
PEMERIKSAAN (PENGAWASAN) KUALITAS UDARA DI INDUSTRI
A. Latar Belakang
Industri merupakan suatu tempat usaha, proses atau
kegiatan pengolahan bahan baku baik bahan mentah ataupun
bahan
setengah jadi agar menjadi barang yang bernilai ekonomis lebih
tinggi dan
bermanfaat bagi masyarakat. Pengertian Industri dalam Kamus
Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) didefinisikan sebagai perusahaan untuk
membuat,
memproduksi atau menghasilkan barang-barang.
Bidang industri dibedakan menjadi dua, yaitu industri barang
dan
industri jasa : 1) Industri barang : merupakan proses produksi
menggunakan
ketrampilan, dan ketekunan kerja dan penggunaan alat-alat untuk
mengolah
bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi,
seperti
pakaian, sepatu, mobil, sepeda motor, pupuk, dan obat-obatan. 2)
Industri
jasa : merupakan kegiatan ekonomi yang dengan cara
memberikan
pelayanan jasa. Contohnya, jasa transportasi seperti angkutan
bus, kereta
api, penerbangan, dan pelayaran. Perusahaan jasa ada juga yang
membantu
proses produksi. Contohnya, jasa bank dan pergudangan. Pelayanan
jasa
ada yang langsung ditujukan kepada para konsumen. Contohnya
asuransi,
kesehatan, penjahit, pengacara, salon kecantikan, dan tukang
cukur.
Industri sebagai tempat kerja merupakan tiap ruangan atau
lapangan,
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja
bekerja, atau
yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha
dan dimana
terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya lingkungan kerja.
Faktor
lingkungan kerja merupakan potensi-potensi bahaya yang
kemungkinan
terjadi di lingkungan kerja akibat adanya suatu proses kerja
sehingga dapat
membahayakan tenaga kerja, yaitu setiap orang yang mampu
melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk
memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Faktor bahaya
lingkungan kerja
salah satunya adalah kualitas udara yang harus dipantau atau
diawasi. Hasil
pengawasan atau pemantau kualitas udara di industri atau tempat
kerja dapat
dijadikan indikator untuk menentukan prioritas program
pengendalian
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 29
pencemaran udara yang perlu dilakukan agar tenaga kerja tetap
sehat dan
produktif.
B. Beberapa Pengertian
1. Tempat Kerja
Adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau
tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki
tenaga
kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber
atau
sumber-sumber bahaya.
2. Tenaga Kerja
Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan
barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun
untuk masyarakat
3. Faktor lingkungan kerja adalah potensi-potensi bahaya
yang
kemungkinan terjadi di lingkungan kerja akibat adanya suatu
proses kerja.
4. Lingkungan Kerja adalah aspek Higiene di Tempat Kerja yang
di
dalarnnya mencakup faktor fisika, kirnia, biologi, ergonomi
dan
psikologi yang keberadaannya di Tempat Kerja dapat
mempengaruhi
keselamalan dan kesehatan Tenaga Kerja.
5. Kualitas Udara Dalam Ruangan yang selanjutnya disingkat
KUDR
adalah kualitas udara di ruangan Tempat Kerja, yang dalam
kondisi yang buruk yang disebabkan oleh pencernaran atau
kontaminasi udara Tempat Kerja, yang dapat menimbulkan
gangguan kenyamanan kerja sampai pada gangguan kesehatan
Tenaga Kerja
6. Pencemar atau kontaminan udara tempat kerja adalah kadar zat,
energi,
dan/atau komponen lain yang ada di udara tempat kerja yang
dapat
menimbulkan gangguan kenyamanan kerja sampai pada gangguan
kesehatan Tenaga Kerja.
7. Status kualitas udara di tempat kerja adalah keadaan mutu
udara di
suatu tempat kerja pada saat dilakukan inventarisasi.
8. Inventarisasi adalah kegiatan untuk mendapatkan data dan
informasi
yang berkaitan dengan Nilai Ambang Batas udara.
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 30
9. Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB adalah
standar faktor
bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata
tertimbang
waktu (time weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja
tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam
pekerjaan
sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam
seminggu.
10. Kadar Tertinggi Diperkenankan yang selanjutnya disingkat KTD
adalah
kadar bahan kimia di udara tempat kerja yang tidak boleh
dilampaui
meskipun dalam waktu sekejap selama tenaga kerja melakukan
pekerjaan.
11. Faktor fisika adalah faktor di dalam tempat kerja yang
bersifat fisika yang
dalam keputusan ini terdiri dari iklim kerja, kebisingan,
getaran,
gelombang mikro, sinar ultra ungu, dan medan magnet.
12. Faktor kimia adalah faktor di dalam tempat kerja yang
bersifat kimia yang
dalam keputusan ini meliputi bentuk padatan (partikel), cair,
gas, kabut,
aerosol dan uap yang berasal dari bahan-bahan kimia. Faktor
kimia
mencakup wujud yang bersifat partikel adalah debu, awan, kabut,
uap
logam, dan asap; serta wujud yang tidak bersifat partikel adalah
gas dan
uap.
13. Faktor Biologi adalah faktor yang dapat mempengaruhi
aktivitas Tenaga
Kerja yang bersifat biologi, disebabkan oleb makhluk hidup
meliputi
hewan, tumbuhan dan produknya serta mikroorganisme yang
dapat
mcnycbabkan penyakit akibat kerja.
14. Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban,
kecepatan
gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas
dari
tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya, yang
dimaksudkan
dalam peraturan ini adalah iklim kerja panas.
15. Suhu kering (Dry Bulb Temperature) adalah suhu yang
ditunjukkan oleh
termometer suhu kering.
16. Suhu basah alami (Natural Wet Bulb Thermometer) adalah suhu
yang
ditunjukkan oleh oleh termometer bola basah alami (Natural Wet
Bulb
Thermometer).
17. Suhu bola (Globe Temperature) adalah suhu yang ditunjukkan
oleh
termometer bola (Globe Thermometer).
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 31
18. Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature
Index) yang
selanjutnya disingkat ISBB adalah parameter untuk menilai
tingkat iklim
kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering,
suhu
basah alami dan suhu bola.
19. Berat molekul adalah ukuran jumlah dari berat atom dari
atom-atom
dalam molekul atau seluruh unsur penyusunnya.
20. Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang
bersumber
dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang
pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
21. Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media
dengan arah
bolak-balik dari kedudukan keseimbangannya.
22. Radiasi frekuensi radio dan gelombang mikro (Microwave)
adalah radiasi
elektromagnetik dengan frekuensi 30 Kilo Hertz sampai 300 Giga
Herzt.
23. Radiasi ultra ungu (ultraviolet) adalah radiasi
elektromagnetik dengan
panjang gelombang 180 nano meter sampai 400 nano meter (nm).
24. Medan magnet statis adalah suatu medan atau area yang
ditimbulkan
oleh pergerakan arus listrik.
25. Intensitas Cahaya adalah jumlah rata-rata cahaya yang
diterima
pekerja setiap waktu pengamatan pada setiap titik dan
dinyatakan
dalam satuan Lux.
26. Lux adalah satuan metrik ukuran cahaya pada suatu
permukaan
27. Terpapar adalah peristiwa seseorang terkena atau kontak
dengan faktor
bahaya di tempat kerja.
28. Paparan Singkat Diperkenankan yang selanjutnya disingkat PSD
adalah
kadar zat kimia di udara di tempat kerja yang tidak boleh
dilampaui agar
tenaga kerja yang terpapar pada periode singkat yaitu tidak
lebih dari 15
menit masih dapat menerimanya tanpa mengakibatkan iritasi,
kerusakan
jaringan tubuh maupun terbius yang tidak boleh dilakukan lebih
dari 4 kali
dalam satu hari kerja.
C. Tujuan Pemeriksaan atau Pengawasan Kualitas Udara di Tempat
Kerja
1. Dasar :
a. Pasal 58, ayat 1 : Setiap Ternpat Kerja yang memiliki
potensi
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 32
bahaya Lingkungan Kerja wajib dilakukan Pemeriksaan dan/atau
Pengujian (Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 5 tahun
2018 tentang K3 Lingkungan Kerja).
b. Pasal 58 nayat 2 : Pemeriksaan merupakan kegiatan
mengamati,
menganalisis, membandingkan, dan mengevaluasi kondisi Lingk.
Kerja untuk memastikan terpenuhinya persyaratan.
c. Pasal 58, ayat 3 : Pengujian merupakan kegiatan
pengetesan
dan pengukuran kondisi Lingkungan Kerja yang bersumber dari
alat, bahan, dan proses kerja untuk mengetahui tingk.
konsentrasi
dan pajanan terhadap Naker untuk memastikan terpenuhinya
persyaratan.
d. Pasal 59, ayat 1 : Pemeriksaan dan/atau Pengujian
dilakukan
secara internal maupun melibalkan lembaga eksternal dari
luar
Tcmpat Kerja.
e. Pasal 59, ayat 2 : Perneriksaan dan/atau Pengujian
internal
dilakukan untuk mengukur besaran pajanan sesuai dengan
risiko Lingkungan Kerja dan tidak menggugurkan kewajiban
Tempat Kerja untuk melakukan pengukuran dengan pihak
eksternal.
f. Pasal 59, ayat 3 : Pemeriksaan dan/atau Pengujian secara
internal harus dilakukan oleh personil K3 bidang Lingkungan
Kerja.
2. Tujuan Pengawasan Kualitas Udara di Tempat Kerja
a. Diketahuinya kualitas udara ruangan tempat kerja dari faktor
Fisika,
Kimia Biologi
b. Diketahuinya metode pengendalian faktor Fisika, Kimia Biologi
agar
berada di bawah NAB;
c. Melindungi tenaga kerja yang berada dalan ruang kerja
selama
jam kerja.
D. Jenis Pemeriksaan atau Pengawasan
1. Pemeriksaan dan/atau Pengujian Pertama
2. Pemeriksaan dan/atau Pengujian Berkala
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 33
3. Pemeriksaan dan/atau Pengujian Ulang
4. Pemeriksaan dan/atau Pengujian Khusus
(Lihat Permenaker RI Nomor 5 tahun 2018)
E. Aspek Penting (Variabel) Kualitas Udara yang penting untuk
diawasi
1. Faktor Fisika
a. Iklirn Kerja;
b. Kebisingan;
c. Getaran;
d. gelornbang radio atau gelombang mikro;
e. sinar ULtra Ungu (Ultra Violet);
f. Medan Magnet Statis;
g. tekanan udara;
h. Pencahayaan.
2. Faktor Kimia
Faktor kimia udara ruangan yang dimaksud adalah dalam bentuk
debu,
aerosol, mist, fume dan gas.
Pengukuran dan pengendalian faktor Kimia harus dilakukan
pada
Tempat Kerja yang merniliki potensi bahaya bahan kimia.
Pengukuran Faklor Kimia dilakukan terhadap pajanannya dan
terhadap pekerja yang terpajan. Pengukuran terhadap pajanan
yang
hasilnya untuk dibandingkan dengan NAB harus dilakukan
paling
singkat selama 6 (enarn) jam dan hasilnya dibandingkan
dengan
pajanan singkat diperkenankan (PSD), harus dilakukan paling
singkat selama 15 (lima belas) menit sebanyak 4 (empat) kali
dalam durasi 8 (delapan) jam kerja.
Pengukuran yang hasilnya untuk dibandingkan dengan kadar
tertinggi
diperkenankan (KTD) harus dilakukan menggunakan alat
pembacaan langsung untuk memastikan tidak terlampaui.
Pengukuran Faktor Kimia terhadap pekerja yang mengalami
pajanan
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 34
dilakukan melalui Pemeriksaan kesehatan khusus pada spesimen
tubuh Tenaga Kerja dan dibandingkan dengan indeks Pajanan
Biologi (IPB). NAB dan IPB tercanturn dalam Lampiran
Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan No. 5 tahun 2018.
Jika hasil pengukuran terhadap pajanan melebihi NAB dan
hasil
pengukuran Faktor Kirnia terhadap Tenaga Kerja yang
mengalami
pajanan melebihi IPB harus dilakukan pengendalian dengan:
1) Menghilangkan sumber potensi bahaya kimia dari Tempat
Kerja;
2) Mengganti baban kimia dengan bahan kimia lain yang tidak
mempunyai potensi bahaya atau potensi bahaya yang lebih
rendah;
3) Memcdifikasi proses kerja yang rnenirnbulkan sumber potensi
bahaya
kimia;
4) Mengisolasi atau membatasi pajanan sumber potensi babaya
kirnia;
5) Menyediakan sistem ventilasi;
6) Membatasi pajanan sumber potensi bahaya kimia rnelalui
pengaturan waktu kerja;
7) Merotasi Tenaga Kerja :
a) Ke dalam proses pekerjaan yang tidak terdapat potensi
bahaya bahan kimia;
b) Penyediaan lembar data keselamatan bahan dan label
bahan kimia;
c) Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
Pengendalian lainnya sesuai dengan tingkat risiko.
3. Faktor Biologi
a. Mikro organisma dan/atau toksinnya;
Faktor mikro organisma dan/atau toksinnya) dilakukan pengukuran
dan
bila hasil pengukuran melebihi standar harus dilakukan
pengendalian.
b. Arthopoda dan/atau toksinnya;
c. Hewan invertebrata danj'atau toksinnya;
d. Alergen dan toksin dari tumbuhan;
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 35
e. Binatang berbisa;
f. Binatang buas;
g. Produk binatang dan tumbuhan yang berbahaya lainnya.
Faktor Biologi (Arthopoda dan/atau toksinnya; Hewan invertebrata
dan/atau
toksinnya; Alergen dan toksin dari tumbuhan; Binatang berbisa;
Binatang
buas; Produk binatang dan tumbuhan yang berbahaya lainnya)
dilakukan
pemantauan. Hasil pemantauan terdapat potensi bahaya harus
dilakukan
pengendalian, kecuali mikro organisma dan/atau toksinnya,
binatang
berbisa dan Binatang buas dilakukan pengendalian dengan :
1) Menghilangkan sumber bahaya Faktor Biologi dan Ternpat
Kerja;
2) Mengganti bahan, dan proses kerja yang rnenimbulkan
sumber
bahaya Faktor Biologi;
3) Mengisolasi atau membatasi pajanan sumber bahaya Faktor
Biologi;
4) Menyediakan sistem ventilasi;
5) Mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap surnber
bahaya
Faktor Biologi;
6) Menggunakan baju kerja yang sesuai;
7) Menggunakan alat pelindung did yang sesuai;
8) Memasang rambu-rarnbu yang sesuai;
9) Memberikan vaksinasi apabila memungkinkan;
10) Meningkatkan higiene perorangan;
11) Memberikan desinfektan;
12) Penyediaan fasilitas Sanitasi berupa air mengalir dan
antiseptik;
dan/atau
13) Pengendalian lainnya sesuai dengan tingkat risiko.
Potensi bahaya Faktor Biologi (Binatang berbisa dan Binatang
Buas) dilakukan pengendalian dengan :
1) Menghilangkan dan/atau menghindari sumber bahaya binatang
dari Ternpat Kerja;
2) Mengisolasi atau membatasi pajanan sumber bahaya Faktor
Biologi;
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 36
3) Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai;
4) Memasang rambu-rambu yang sesuai; dan/atau pengendalian
lainnya sesuai denga tingkat risiko.
F. Nilai Ambang Batas Faktor Fisika, Kimia dan Biologi
Nilai ambang batas faktor Fisika, Kimia dan Biologi tersebut
pada lampiran
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 tahun 2018.
G. Berikut Contoh Instrumen Pengawasan/Pemantauan Kualitas Udara
di
Industri
Nama Industri :
Alamat :
Jenis Produksi :
Nomor Tilpo/Fax/web :
Status kepemilikan :
Akta Pendirian :
Tanggal Pendirin :
Nama Pimpinan :
Jumlah Devisi/Bagian :
Jumlah Karyawan :
Tanggal Pengawasan :
No Variabel Kiteria Skor 1 Suhu
(Bobot 7) a. 18 – 30 °C 4
b. ˂ 18 °C perlu dipasang alat pemanas ruangan (Heater)
3
c. ˃ 30 °C perlu dipasang ventilasi buatan (AC, Fan,
Exhauster)
3
2 Kelembabban (Bobot 7)
a. 65 % - 95 % 4
b. ˂ 65 % perlu dipasang alat humadifier (Spt alat pembentukan
aerosol)
3
c. ˃ 95 % perlu dipasang alat dehumadifier 3
2 Debu Bobot 10
a. Pada sumber kegiatan yg menghasilkan debu, perlu dipasang
sistem ventilasi lokasl (local ventilation) yg dihunungkan dengan
cerobong dn dilengkapi enyaring debu
5
b. Dilakukan upaya penerapan sistim ventilasi dilusi untuk
menjamin suplai udara segar dalam ruangan
5
3 Pertukaran a. Membersihkan saringan / filter AC secaa periodik
5
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 37
Udara B(bobot 8)
sesuai dengan ketentuan pabrik
b. Dilakukan upaya penerapan sistim ventilasi dilusi untuk
menjamin suplai udara segar dalam ruangan kerja
4 Kandungan Gas Pencemar (Bobot 8)
a. Pada sumber kegiatan yang menghasilkan gas pencemar, maka
perlu dipasang hood (penangkap gas) yang dihubungkan dengan local
exhauster dan dilengkapi dengan filter penangkap gas
5
b. Dilakukan upaya peneraoan sistim vemtilasi dilusi untuk
menjamin suplai udara segar dalam ruangan kerja
5
5 Kandungan gas yang mengandung mikroba (bobot 8)
a. Pada sumber kegiatan yang menghasilkan gas pencemar yang
mengandung mikroba, maka perlu dilengkapi dengan ventilasi / AC
dengan sistim saringan udara bertingkap untuk menangkap mikroba
3
b. Melakukan upaya desinfeksi dengan menggunakan sinar UV atau
bahan kimia
3
c. Memelihara sistim ventilasi dengan baik 2
d. Memeliharan AC sentral 2
6 Intensitas Cahaya (Bobot 10)
a. Jenis Kegiatan/pekerjaan yang dilakukan dengan intensitas
cahaya yang telah ditentukan
4
b. Baik cahaya alami maupun buatan tidak menimbulkan kesilauan
dan bayangan dan berfungsi dengan baik
3
c. Sesuai dengan warna cat dinding yang digunakan sehingga
kontras dengan cahaya yang dipantulkan
3
7 Intensitas Kebisingan (Bobot 10)
a. Jenis Kegiatan/pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan
intensitas kebisingan yang telah ditentukan
4
b. Dilakukan pengaturan pada tata ruang kerja sehingga
meminimalisir tingkat kebisingan
3
c. Pada sumber bising dilengkapi dengan peredam kebisingan
(seperti bahan yang kedap suara, menanam pohon, peninggian tembok
dll)
3
Daftar Pustaka
1. Peraturan Menteri Kes RI Nomor 70 tahun 2016 tentang standar
dan
persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri.
2. Peraturan Menteri Ketegakerjaan RI Nomor 5 tahun 2018.
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 38
MATERI 4
PENGAWASAN KUALITAS TANAH DAN PENGELOLAAN SAMPAH
DI INDUSTRI
Winarko, SKM, M.Kes.
A. Beberapa Pengertian
1. Pengertian Pengawas Tanah
a. Pengertian Tanah
Kata Tanah ( Soil ) berasal dari bahasa Perancis kuno yg
merupakan
turunan dari bahasa latin Solum yang berarti lantai atau dasar.
Tanah berarti
bagian permukaan terpisah dari bumi dan bulan sebagaimana
dibedakan dari
batuan yang padat ( Henry D. Foth, “Dasar2 Ilmu Tanah” ). Tanah
adalah :
Kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam
horison2 ,
terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan
udara dan
merupakan media untuk tumbuhnya tanaman.( Prof. Dr. Ir. H.
Sarwono
Hardjowigeno, M.Sc “ Ilmu Tanah “ ).
Tanah terdapat dimana-mana tetapi kepentingan orang terhadap
tanah
berbeda-beda. Seorang ahli pertambangan mengannggap tanah
sebagai
sesuatu yang tidak berguna karena menutupi barang2 tambang yang
dicarinya.
Seorang ahli jalan menganggap tanah adalah permukaan bumi yang
lembek
sehingga perlu dipasang batu-batu yang dipermukaannya agar kuat.
Dalam
kehidupan sehari-hari tanah diartikan sebagai wilayah darat
dimana diatasnya
dapat digunakan untuk berbagai usaha misalnya pertanian,
peternakan,
mendirikan bangunan, dll. Dalam bidang pertanian tanah diartikan
lebih khusus
yaitu sebagai media tumbuhnya tanaman darat.
1) Tanah sebagai Pijakan Bumi
Manusia di bumi tentu sudah menyadari bahwa tanah merupakan
landasan yang mendukung kegiatan dan tempat tinggal mereka.
Tanah
mempengaruhi lokasi jalan rintis dan tempat berkemah. Pada
awal
peradapannya manusia telah mengenal berbagai kemampuan
daerah
yang berbeda-beda untuk pertumbuhan tanaman dan hewan.
2) Tanah sebagai Medium Untuk Pertumbuhan Tanaman
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 39
Dengan dimulainya pertanian tanah merupakan medium untuk
pertumbuhan tanaman. Tanah merupakan daerah peralihan antara
yang hidup dan yang mati- tempat tumbuhan menggabungkan
energi
surya dan karbon dioksida dari atmosfer dengan hara dan air
dari
tanah manjadi jaringan hidup. 99 % makanan kita, diproduksi
dari
lahan. Peran tanah sbg medium pertumbuhan tanaman begitu
penting,
sehingga akan dibahas lebih banyak.
Pada dasarnya, tumbuhan yang tumbuh diatas lahan tergantung
pada
tanah karena tanah merupakan tempat tersedianya air dan
unsur-unsur
hara. Disamping itu, tanah harus menyediakan lingkungan supaya
akar
dapat berfungsi. Lingkungan ini memerlukan ruangan pori
untuk
perluasan akar. Oksigen harus tersedia untuk pernafasan akar
dan
karbondioksida yang dihasilkan harus didifusikan ke luar dari
tanah
agar tidak berakumulasi. Akar yang mencekram tanah menahan
tanaman agar tegak.
b. Pengawasan kualitas tanah
Pengawasan tanah merupakan kegiatan mulai pengambilan
sampel,
analisis lapangan dan analisis laboratorium untukmenentukan
persyaratan terpenuhi atau tidak.
2. Pengertian Pengawasan Pengolaan Sampah
a. Pengertian Sampah
Sampah adalah semua benda padat yang timbul dari kegiatan
manusia
yang dibuang karena tidak digunakan lagi/tidak diinginkan
oleh
pemiliknya”. Benda atau barang dikatalan sampah jika sudah
tidak
diperlukan oleh pemiliknya, namum bagi orang lain belum
tentu
sebagai sampah karena ada nilai ekonominya.
b. Pengelolaan Sampah
Menurut Undang-undang Pengelolaan Sampah (UU RI No. 18/2008)
yang dimaksud pengelolaan sampah adalah kegiatan yang
sistematis,
menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan
dan
penanganan sampah. Pengelolaan sampah menurut Kusnoputranto
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 40
(2000) adalah tindakan-tindakan yang dilakukan terhadap
sampah
padat, dimulai dari tahap pengumpulan di tempat sumber,
pengangkutan, penyimpanan, pengolahan pendahuluan serta
tahap
pengolahan akhir yang berarti pembuangan atau pemusnahan
sampah
(Kusnoputranto, 2000).
c. Pengawasan Sampah Industri
Pengawasan sampah di Industri merupakan semua tahapan
kegiatan
mulai penimbulan, penyimpanan sementara dan pengumpulan yang
dilakukan seblum pengangkutan ke Tempat pembuangan akhir
(TPA).
B. Tujuan Pengawasan Tanah Dan Pengelolaan Sampah di
Industri
1. Tujuan Pengawas Kualitas Tanah di Industri
Untuk mengetahu kualitas tanah secara fisika mampu meresapkan
air dan
secara kimia tidak mengakibatkan pencemaran pada tanaman dan
air
tanah karena fungsi yang menonjol dari tanah adalah
menunjang
tumbuhan dan keberadaan air. Tanah mengandung mineral, bahan
organik, air dan udara yang menunjang kehidupan dalam siklus
makanan.
2. Tujuan Pengawasan Pengelolaan Sampah
Untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan penyimpanan
sementara
dengan jumlah sampah yang dihasilkan pada tahap penimbulan
dan
pelaksanaan pengumpulan sampah sebelum diangkut ke TPA.
C. Kegiatan Pengawasan Kualitas Tanah dan Pengelolaan Sampah
1. Kegiatan Pengawasan Kualitas Tanah
a. Pemetaan lokasi
1) Sekitar bangunan untuk mengidentifikasi media tanah
sebagai
tempat didirikannya bangunan
2) Sekitar pembuangan air limbah dan sampah yang terindikasi
menerima beban pencemaran
b. Melakukan inspeksi
c. Menganalisisi dan menyimpukan hasil inspeksi
d. Penyusunan laporan
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 41
2. Kegiatan Pengelolaan Sampah
a. Pemetaan lokasi 1) Tempat penghasil atau timbulan sampah 2)
Tempat pengumpulan sampah
b. Melakukan Inspeksi c. Menganalisis dan menyimpulkan hasil
inspeksi d. Penyusunan laporan
D. Standar Kualitas Tanah dan Pengelolaan Sampah
1. Standar Kualitas Tanah
a. Media Tanah
Persyaratan media tanah berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan
Nomor 70 tahun 2016 tentang standar kualitas kesehatan
lingkungan
kerja Industri adalah :
1) Memenuhi persyaratan konstruksi untuk jenis tanah
peruntukan
industry
2) Tidak tercemar oleh limbah domestik maupun industri baik
berupa limbah padat, cair maupun gas
3) Tidak menjadi tempat perkembangbiakan vektor dan binatang
pembawa penyakit
4) Jika tidak memungkinkan untuk mendapatkan kualitas tanah
sesuai dengan persyaratan teknis bangunan industri maka
perlu
dilakukan rekayasa atau remediasi tanah agar tidak
menimbulkan
dampak terhadap lingkungan dan dampak kesehatan pekerja
b. Kimia
1) Kandungan Mineral dan hara
Beberapa jenis mineral primer yang ssering terdapat di dalam
tanah
dan kandungan unsur haranya adalah sebagai berikut:
MINERAL UNSUR HARA
Kwarsa (SiO2)
Kalsit
Dolomit
-
Ca
Ca, Mg
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 42
Feldspar : - Ortoklas
- Plagioklas
Mika : - Muskovit
- Biotit
Amfibole (hornblende)
Piroksin (Hiperstin, augit)
Olivin
Leusit
Apatit
K
Na, Ca
K
K, Mg, Fe
Ca, Mg, Fe, Na
Ca, Mg, Fe
Mg, Fe
K
P
2) Asam dan Basa Tanah
Reaksi tanah menunjukan sifat keasaman (aciditas) atau
kebasaan
(alkalinitas) tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai
pH
menunjukan banyaknya konsentrasi ion Hidrogen (H+) di dalam
tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin
masam
tanah tersdebut. Di dalam tanah selain ion H+dan ion-ion
lain
ditemukan pula ion OH- yang jumlahnya berbanding terbalik
dengan banyaknya ion H+
2. Standar Pengelolaan Sampah
a. Tahapan Pengelolaan
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 43
Gambar 1. Alur Pengelolaan Sampah
Prinsip pengelolaan sampah terdiri dari beberapa tahapan seperti
pada
gambar 1 di atas, yaitu :
a. Tahap : Timbulan sampah
b. Tahap : Pewadahan
c. Tahap : Pengumpulan
d. Tahap : Pemindahan dan pengangkutan atau Pengolahan
e. Tahap Pembuangan Akhir
b. Sarana Pengelolaan Limbah non B3 dan B3
1) Tersedia sarana untuk mengelola limbah padat non B3
a) Tempat penyimpanan sementara (Pewadahan)
b) Alat pengumpul atau pemindahan dari tempat penyimpanan
menuju tempat pengumpulan
c) Tempat pengumpulan
2) Jika industri menghasilkan limbah padat B3 maka harus
disediakan
sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 101 tahun 2014
tentang Pengelolaan Limbah B3, yaitu :
a) Tempat penyimpanan sementaran (Pewadahan)
b) Alat pengumpul atau pemindahan dari tempat penyimpanan
menuju tempat pengumpulan
c) Tempat atau ruangan khusus untuk Penyimpanan sebelum
diangkut ke lokasi pemusnahan
3) Pengelolaan limbah B3 tidak mencemari lingkungan dan
tidak
berdampak ke pekerja
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 44
Daftar Pustaka :
1. Undang-Undang RI Nomor 18 tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah
2. Peraturan Pemerintah RI Nomor 101 tahun 2014 Tentang
Pengelolaan
Limbah B3
3. Permendagri RI Nomor : 33 tahun 2010 Tentang Pedoman
Pengelolaan
Sampah.
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 45
MATERI 5 PENGAWASAN MAKANAN DAN MINUMAN DI INDUSTRI
(MATERI SANITASI INDUSTRI DAN K3)
A. Pengertian- Pengertian
1. Pengawasan makanan dan minuman di Industri secara internal
adalah
kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja bagian Safety Health
and
Environment (SHE) atau tenaga kerja lain yang ditugas piha
penyelenggara
(Manajemen) untuk melakukan pengawasan makanan dan minuman
yang
disajikan kepada tenaga kerja maupun tamu melalui penilaian
mandiri,
pengambilan, dan pengujian sampel makanan minuman dan
peralatan
makanan minuman.
2. Makanan dan minuman di Tempat Kerja (Industri) adalah makanan
dan
minuman yang diolah oleh Perusahaan atau Tempat Pengolah
makanan
minuman dari luar Industri yang disajikan untuk Tenaga Kerja di
Tempat Kerja
(Industri) maupun tamu yang berada di Industri.
3. Peralatan makan dan minum yang dimaksud disini adalah
peralatan makan
dan minum yang disediakan oleh Industri (tempat Kerja) yang
digunakan untuk
menyaikan makanan dan minuman bagi Tenaga Kerja dan Tamu.
4. Hygiene sanitasi makanan dan minuman yang dimaksud adalah
upaya untuk
mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya
yang
dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan
kesehatan
Tenaga Kerja maupun Tamu yang menggunakan peralatan makan dan
ata
minum yang disediakan oleh Industri/Perusahaan (tempat
kerja).
5. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan adalah spesifikasi
teknis
atau nilai yang dibakukan pada media lingkungan yang berhubungan
atau
berdampak langsung terhadap kesehatan masyarakat.
6. Persyaratan Kesehatan adalah kriteria dan ketentuan teknis
kesehatan
pada media lingkungan.
B. Tujuan Pengawasan Makanan dan Minuman Di Industri
Untuk menjaga kualitas makanan dan minuman yang disediakan oleh
Industri/
Perusahaan (tempat kerja) memenuhi Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan
dan Persyaratan Kesehatan sebagai upaya untuk yang sehat dan
produktif.
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 46
C. Tata cara pelaksanaan Pengawasan Makanan Minuman
1. Pemetaan poin kritis pada alur pengelolaan makan minuman
yang
meliputi :
a. Makanan dan minuman untuk keperluan tenaga kerja dan tamu
di
Industri/Perusahaan/perkantoran dapat diperoleh dari tempat
penjual baik
di Perusahaan/Toko/Rumah Makan/Katering atau tempat lain yang
siap
saji harus memenuhi persyaratan kesehatan.
b. Tersedia air bersih untuk kebutuhan pencucian peralatan makan
dan
minum yang disediakan untuk tenaga kerja/karyawan dan tamu
harus
memenuhi persyaratan kesehatan.
c. Tersedia peralatan makan dan minum yang disediakan oleh
Industri/Perusahaan/Pderkantoran (tempat Kerja) yang digunakan
untuk
menyaikan makanan dan minuman bagi Tenaga Kerja (karyawan)
dan
Tamu harus memenuhi persyaratan kesehatan.
d. Tersedia tempat penyucian alat makan dan minum dan tempat
penirisan
sebelum disimpan di tempat penyimpanan yang tidak
memungkinan
terjadinya kontaminasi.
e. Tersedia tempat penyimpanan alat makan dan minum yang bebas
dari
pencemaran fisik, kimia dan bakteriologis.
f. Dilakukan pengambilan sampel makanan dan minuman yang
disediakan
pihak ketiga untuk diperiksakan di laboratorium minimal 2 kali
setahun,
yaitu musim kemarau dan musim hujan.
g. Dilakukan pengambilan sampel peralatan makan dan minum
melalui usap
alat untuk diperiksakan di laboratorium minimal 2 kali setahun,
yaitu
musim kemarau dan musim hujan.
2. Melakukan Ispeksi dan sampling makanan minuman
3. Menganalisis dan menyimplkan hasil isnpeksi hasil
sampling
4. Menyusun laporan
D. Stadar Kualitas Makanan Minuman
1. Standar Tenaga (Petugas) Pramu Saji di Industri
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 47
Tenaga pramu saji di Industri/Perusahaan/Perkantoran (karyawan)
dalam
melakukan kegiatan pelayanan penyajian makanan atau minuman
bagi
tenaga kerja maupun tamu harus memenuhi persyaratan antara lain
:
a. Tidak menderita penyakit mudah menular misal : batuk, pilek,
influenza,
diare, penyakit perut sejenisnya.
b. Menutup luka (pada luka terbuka/ bisul atau luka
lainnya).
c. Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian.
d. Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan.
e. Tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga,
hidung, mulut
atau bagian lainnya.
f. Tidak batuk atau bersin di hadapan makanan jajanan yang
disajikan dan
atau tanpa menutup mulut atau hidung.
2. Peralatan Makan dan Minum
Peralatan yang digunakan untuk menyajikan makanan dan minuman
harus
sesuai dengan peruntukannya dan memenuhi persyaratan hygiene
sanitasi
peralatan makan dan minum. Untuk menjaga peralatan
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) :
a. Peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih dan
dengan sabun
b. Pengeringan dengan alat pengering/lap yang bersih
c. Penyimpanan di tempat yang bebas pencemaran.
d. Dilarang menggunakan kembali peralatan yang dirancang sekali
pakai.
3. Standar Kualitas Makanan Minumam
Menurut Peraturan Menteri Kesehatah Republik Indonesia Nomor
:
1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga, bahwa
:
a) Makanan yang dikonsumsi harus higienis, sehat dan aman
yaitu
bebas dari cemaran fisik, kimia dan bakteri.
b) Cemaran fisik seperti pecahan kaca, kerikil, potongan lidi,
rambut, isi
staples, dan sebagainya Dengan penglihatan secara seksama atau
secara
kasat mata
c) Cemaran kimia seperti Timah Hitam, Arsenicum, Cadmium,
Seng,
Tembaga, Pestisidadan sebagainyaMelalui pemeriksaan laboratorium
dan
hasil pemeriksaan negatif
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 48
d) Cemaran bakteri seperti Eschericia coli (E.coli) dan
sebagainya melalui
pemeriksaan laboratorium dan hasil pemeriksaan menunjukkan :
1) Angka kuman E.coli 0 (nol)/gram contoh makanan
2) Angka kuman pada peralatan makan 0 (nol)
3) Tidak diperoleh adanya carrier (pembawa kuman patogen)
pada
penjamah makanan yang diperiksa (usap dubur/rectal swab)
Daftar Pustaka
1. Peraturan Pemerintah RI No. 66 tahun 2014 tentang Kesehatan
Lingkungan
2. PMK RI No. 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Hygiene Sanitasi
Jasaboga
3. PMK RI No. 70 tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan
Kesling Lingkungan
Kerja Industri
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 49
MATERI 6
PENGAWASAN VEKTOR DAN TIKUS
A. Latar Belakang
Penyakit tular vektor dan binatang pembawa penyakit masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara endemis
maupun
sebagai penyakit baru yang berpotensi menimbulkan wabah.
Oleh
karenya, untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26 ayat (1) dan
Pasal
51 Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang
Kesehatan
Lingkungan, perlu mengatur ketentuan mengenai standar baku
mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan untuk
vektor
dan binatang pembawa penyakit serta pengendaliannya.
Penyakit yang ditularkan melalui vektor dan binatang
pengganggu
masih menjadi penyakit endemis di Indonesia bahkan dibeberapa
bagian
belahan dunia lainnya. Beberapa diantaranya yang saat ini masih
endemis
di Indonesia antara lain adalah penyakit malaria, demam
berdarah
dengue, filariasis, pes, kolera, dan lain lain.
Penyakit-penyakit tersebut
jika tidak dicegah dapat menjadi wabah atau kejadian luar biasa
(KLB)
serta dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat hingga
menyebabkan kematian.
Salah satu tujuan MDG’s (millenium development goal’s)
adalah
pengendalian penyakit malaria yaitu tujuan ke-6 dan mempengaruhi
tujuan
MDG’s lainnya seperti tujuan ke-4 dan ke-5 yaitu penurunan
angka
kematian ibu dan anak. Angka kematian ibu dan anak merupakan
salah
satu indikator kualitas derajat kesehatan masyarakat. Oleh
karena itu
pengendalian vektor dan binatang penggangu untuk mencegah
penularan
penyakit-penyakit tertentu sangat penting dilakukan sebagai
salah satu
upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat termasuk
penyakit
yang diakibatkan karena keberadaan Vektor dan Bintang
Pengganggu
yang menjadi perantara dan penyebab penyakit seperti DBD,
Malaria,
Kaki Gajah, Demam Kuning, Diare, Pes, Salmomeloasis dan
penyakit
lainnya yang kategori penyakit Karantina maupun yang bukan.
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 50
B. Beberapa Penegrtian
1. Pengertian Vektor
Menurut pasal 1, ayat ( 4) Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 50 tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan & Persyaratan Kesehatan Untuk Vektor &
Binatang
Pembawa Penyakit & Pengendaliannya bahwa “Vektor”
merupakan
artropoda yang dapat menularkan, memindahkan, dan/atau
menjadi
sumber penular penyakit.
2. Pengertian Binatang Penganggu dan/Atau Pembawa Penyakit
Binatang Pengganggu atau pembawa penyakit adalah
“Binatang selain artropoda yg dapat menularkan, memindahkan,
dan/atau menjadi sumber penular penyakit” (Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 50 tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan & Persyaratan Kesehatan Untuk Vektor
&
Binatang Pembawa Penyakit & Pengendaliannya).
3. Pengendalian Vektor Dan Binatang Pembawa Penyakit
(Pengganggu)
Menurut Pasal 1, ayat (3) bahwa Pengendalian adalah upaya
untuk mengurangi atau melenyapkan faktor risiko penyakit
dan/atau
gangguan kesehatan. Berdasarkan pasal tersebut dapat
disimpulkan
bahwa “Pengendalian Vektor & Binatang Pembawa Penyakit”
adalah
upaya untuk mengurangi atau melenyapkan Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit (Pengganggu) sebagai faktor risiko penyakit
dan/atau gangguan kesehatan atau gangguan lainnya yang
merugikan
manusia karena serangan berupa gigitan/sengatan atau
kerusakan
harta benda.
Pengendalian vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
(Pengganggu) pada Peraturan Menteri Kesehatan sebelaumnya
(PMK
No. 374/Menkes/Per/III/2010 tentang Pengendalian Vektor)
adalah
semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk menurunkan
populasi vektor serendah mungkin sehingga vektor di suatu
wilayah
atau menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehingga
penularan penyakit tular vektor dapat dicegah. Jadi pada
dasarnya
pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit
(pengganggu)
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 51
untuk memutuskan rantai penularan antara sumber penyakit
dengan
manusia atau mencegah tertularnya suatu penyakit menular
kepada
manusia melalui peranan vektor penyakit.
Upaya pengendalian vektor lebih dititikberatkan pada
kebijakan pengendalian vektor terpadu melalui suatu
pendekatan
pengendalian vektor dengan menggunakan satu atau kombinasi
beberapa metode pengendalian vektor; Pengendalian Vektor
Terpadu
(PVT) merupakan pendekatan yang menggunakan kombinasi
beberapa metode pengendalian vektor yang dilakukan
berdasarkan
azas keamanan, rasionalitas dan efektifitas pelaksanaannya
serta
dengan mempertimbangkan kelestarian keberhasilannya
(Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 tahun 2014 tentang
Kesehatan Lingkungan).
Pengendalian vektor terpadu dilatarbelakangi karena masalah
penggunaan pestisida sintetis yang semakin mahal dan beresiko
bagi
manusia dan lingkungan. Pelaksanaan pengendalian vektor
terpadu
mengintegrasikan semua cara pengendalian hama yang
potensial,
ekonomis, efisien dan ekologis untuk mengedalikan serangga
(vektor)
pada tingkat yang tidak membahayakan.
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah bahwa program
pengendalian vektor terpadu dilaksanakan dalam kurun waktu
tertentu, bukan insidental, populasi vektor (hama) harus
dimonitor
secara berkala, tempat perindukan dan perilaku vektor harus
dapat
diidentifikasi, strategi, metode serta teknik pengendalian
harus
bijaksana dan tepat guna, masyarakat perlu dilibatkan sejauh
mungkin.
C. Tujuan Vektor dan Tikus di Industri
1. Mengetahui keberadaan Nyamuk Aedes aegypti sebagai
pembawa
penyakit DBD melalui indeks larva.
2. Mengetahui keberadaan Lalat sebagai pembawa penyakit
saluran
pencernaan, seperti diare, kolera, disentri dan penyakit
saluran
pencernaan lainnya.
3. Mengetahui keberadaan kecoak yang potensial sebagai
pembawa
-
SANITASI INDUSTRI DAN K3 BAGI PRODI DIPLOMA III KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES SURABAYA, 2017 Page 52
penyakit
4. Mengetahui keberadaan Tikus sebagai induk semang penyakit pes
dll.
D. Kegiatan Pengawasan Vektor dan Tikus
1. Pemetaan lokasi pengawasan
a. Nyamuk Aedes aegypti
b. Lalat
c. Kecoak
d. Tikus
2. Melakukan Isnpeksi
Agar dapat memperoleh hasil yang maksimal, inspeksi haru
memperhatikan :
a. Bionomik sasaran
Dalam ekologi, bionomik (Yunani: bio = hidup, nomos =
hukum) adalah studi komprehensif organisme dan hubungannya
dengan lingkungannya. Diterjemahkan dari kata Prancis
Bionomie
dan penggunaan pertama dalam bahasa Inggris pada 1885 -1890.
Dewasa ini kita menyebutnya, "ekologi". (encyclopedia.
thefreeecyclopedia. com, 04-12-2012).
Jadi bionomik vektor dan binatang pengganggu adalah
menyangkut segala sesuatu interaksi vektor dan binatang
pengganggu dengan lingkungan. Dengan mempelajari bionomik
akan diketahui segala sesuatu yang berhubungan dengan
kebiasaan hidup atau tata kehidupan dari vektor dan binatang
pengganggu.
Pengetahuan tentang bionomik sangat penting dalam
keberhasilan pengendalian vektor dan binatang pengganggu.
Bil