A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Definisi Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan berkembangnya komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. (Barbara C. Long, 1996). Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO). Diabetes militus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk dihati dari makanan yang dikonsumsi (Brunner dan Suddarth, 2002). Diabetes militus adalah keadaan, hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan matabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron. (Kapita Selekta Kedokteran jilid 1, edisi 3 hal 580). Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara genetic dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Sylvia A Price and Lorraiene M. Wilson, 1995 : 1111)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek melibatkan
kelainan metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan berkembangnya komplikasi
makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. (Barbara C. Long, 1996).
Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh
faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik
hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).
Diabetes militus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi. Glukosa secara normal
bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk dihati dari makanan
yang dikonsumsi (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes militus adalah keadaan, hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
matabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop elektron. (Kapita Selekta Kedokteran jilid 1, edisi 3 hal
580).
Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara genetic dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat
(Sylvia A Price and Lorraiene M. Wilson, 1995 : 1111)
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. (Martono H,2007)
Jadi Diabetes melitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kelainan sekresi
insulin, kerja insulin yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis.
2. Epidemiologi
Prevalensi DM pada lanjut usia cenderung meningkat, hal ini dikarenakan DM
pada lanjut usia bersifat muktifaktorial yang dipengaruhi faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Umur ternyata merupakan salah satu faktor yang bersifat mandiri dalam pengaruhnya
terhadap perubahan toleransi tubuh terhadap glukosa. Umumnya pasien diabetes dewasa
90% termasuk diabetes tipe 2. Dari jumlah tersebut dikatakan 50% adalah pasien
berumur > 60. Penelitian epidemiologi lainmenyebutkan di antara individu yang berusia
lebih dari 65 tahun, 8,6 % menderita diabetes tipe 2 Diabetes terutama prevalen diantara
kaum lanjut usia. Diantara individu yang berusia lebihdari 65 tahun, 8,6% menderita
diabetes tipe II. Angka ini mencakup 15% populasi pada panti lansia.
3. Etiologi
a. Diabetes tipe I
Diabetes tipe I ditandai oleh penghancuran sel – sel beta pancreas. Kombinasi
factor genetic, imunologi, dan ungkin pula lingkungan(missal , infeksi virus)
diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.
1) Faktor genetic.
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya tipe
diabetes militus I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA (human leucocyte antigen) tertentu.
2) Faktor-faktor imunologi
Pada diabetes militus I terdapat adanya respons otoimun yang merupakan
respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-
olah sebagai jaringan asing yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen.
3) Faktor lingkungan
Factor eksternal memicu destruksi sel beta contohnya Virus atau toksin
tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
b. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik (di Amerika Serika , golongan hispanik serta penduduk
asli amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk
terjadinya diabetes tipe II dibandingkan dengan golongan afro-amerika).
4. Patofisiologi
Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan
selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan, makanan yang terdiri dari karbohidrat
dipecah menjadi glukosa, protein dipecah menjadi asam amino dan lemak menjadi asam
lemak. Ketiga zat makanan itu diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan oleh
organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar. Supaya berfungsi sebagai bahan bakar
zat makanan itu harus diolah, dimana glukosa dibakar melalui proses kimia yang
menghasilkan energi yang disebut metabolisme.
Dalam proses metabolisme insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan
glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau
hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas, bila insulin tidak ada maka glukosa
tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang
artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat. Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi
kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi
kerentanan genetik yang merupakan predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta
pankreas. Respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau
langerhans dan terhadap insulin itu sendiri. Pada diabetes melitus tipe 2 jumlah insulin
normal, tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang
sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi
meningkat.
5. Pathway
Terlampir.
6. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
a) Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM) kekurangan insulin pankreas akibat destruksi autoimun sel B pankreas,
berhubungan dengan HLA tertentu pada suatu kromosom 6 dan beberapa
autoimunitas serologik dan cell mediated, DM yang berhubungan dengan
malnutrisi dan berbagai penyebab lain yang menyebabkan kerusakan primer sel
beta sehingga membutuhkan insulin dari luar untuk bertahan hidup. Infeksi virus
pada atau dekat sebelum onset juga disebut-sebut berhubungan dengan
pathogenesis diabetes
b) Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin Non Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM) Diabetes tipe 2 tidak mempunyai hubungan dengan
HLA, virus atau auto imunitas. Terjadi akibat resistensi insulin pada jaringan
perifer yang diikuti produksi insulin sel beta pankreas yang cukup. DM tipe 2
sering memerlukan insulin tetapi tidak bergantung kepada insulin seumur hidup
c) Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya.
d) Diabetes mellitus gestasional (GDM).
7. Manifestasi klinis
Menurut Arief Mansjoer, (1999) tanda dan gejala DM terdiri dari:
a. Poliuri
Ketika kadar glukosa darah meningkat ke tingkat pada saat jumlah glukosa yang
difiltrasi melebihi kapasitas. Sel-sel tubulus melakukan reabsorbsi, glukosa akan
timbul di urin (glukosuria), glukosa di urin menimbulkan efek osmotik yang
menarik H2O bersamanya menimbulkan diuresis osmotik yang ditandai oleh
poliuria.
b. Polidipsi
Cairan yang berlebihan keluar dari tubuh menyebabkan dehidrasi, yang pada
gilirannya dapat menyebabkan tegangan sirkulasi perifer karena volume cairan
turun mencolok. Sehingga sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami dehidrasi
akibat perpindahan osmotik air dari dalam sel ke cairan ekstra sel yang hipertonik.
Rasa haus yang berlebih sebenarnya merupakan kompensasi untuk mengatasi
dehidrasi
c. Polifagia
Akibat penurunan penyerapan glukosa oleh sel-sel, disertai oleh peningkatan
pengeluaran glukosa oleh hati meningkat karena proses yang menghasilkan glukosa
yaitu glikogenolisis dan glikoneogenesis, berlangsung tanpa hambatan karena
insulin tidak ada, karena sebagian besar sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa
tanpa bantuan insulin, sehingga terjadi kelebihan glukosa di ekstrasel sementara
terjadi defisiensi glukosa intra sel akibatnya nafsu makan meningkat
(mansjoer,2001)
Menurut Supartondo, gejala - gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan yaitu :
1) Katarak
2) Glaukoma
3) Retinopati
4) Gatal seluruh badan
5) Infeksi bakteri kulit
6) Infeksi jamur di kulit
7) Dermatopati
8) Neuropati perifer
9) Neuropati
10) Penyakit ginjal
11) Penyakit pembuluh darah perifer
12) Penyakit koroner
13) Penyakit pembuluh darah otak
14) Hipertensi
8. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronik (Carpenito, 2001).
a. Komplikasi Akut
Ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting dan
berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek,
ketiga komplikasi tersebut adalah (Smeltzer, 2002 : 1258).
2) Diabetik Ketoasedosis (DKA)
Ketoasedosis diabetik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari
suatu perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis
disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin
yang nyata ( Smeltzer, 2002 : 1258 )
3) Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi
oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat
kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidak
terdapatnya ketosis dan asidosis pada KHHN (Smetzer, 2002 : 1262)
4) Hypoglikemia.
Hypoglikemia (Kadar gula darah yang abnormal yang rendah) terjadi
kalau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat
oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit (Smeltzer,
2002 : 1256)
b. Komplikasi kronik
1) Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina.
Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran
darah retina. Respon terhadap iskemik retina ini adalah pembentukan
pembuluh darah baru, tetapi pembuluh darah tersebut sangat rapuh
sehingga mudah pecah dan dapat mengakibatkan perdarahan vitreous.
Perdarahan ini bisa mengakibatkan ablasio retina atau berulang yang
mengakibatkan kebutaan permanen.
2) Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis
yang nodular yang tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom
Kommelstiel-Wilson. Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan
proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi sindrom Kommelstiel-Wilson
ditemukan hanya pada DM.
3) Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati diabetic
yang paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.
4) Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal,
mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2,
hipertensi bisa menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus secepat
mungkin diketahuin dan ditangani karena bisa memperberat retinopati,
nepropati, dan penyakit makrovaskular.
5) Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati,
iskemia, dan sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya
sensori pada kaki mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus.
Perubahan mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat mengakibatkan
iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati, iskemia, dan sepsis bisa
menyebabkan gangrene dan amputasi.
9. Pemeriksaan Penunjang / Diagnostik
Pemeriksaan yang dilakukan sebagai penunjang diagnostik medis antara lain:
a) Glukosa darah sewaktu
b) Kadar glukosa darah puasa
c) Tes toleransi glukosa
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
a) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl.
10. Terapi/ penatalaksanan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler
serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar
glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein, 75%
Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes.
Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah
arterosklerosis, tetapi jugameningkatkan aktivitas reseptor insulin.
b. Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes.
Pemeriksaansebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa
klien lansia secarafisik mampu mengikuti program latihan kebugaran.
Pengkajian pada tingkataktivitas klien yang terbaru dan pilihan gaya hidup
dapat membantu menentukan jenis latihan yang mungkin paling berhasil.
Berjalan atau berenang, dua aktivitasdengan dampak rendah, merupakan
permulaan yang sangat baik untuk para pemula. Untuk lansia dengan
NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsifisiologis
dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan stamina
dankesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi, serta membantu
menurunkan berat badan.
c. Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu
diperiksasecara rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus
dipantau untuk mengetahui terjadinya obesitas yang dapat meningkatkan
resiko DM pada lansia
d. Terapi (jika diperlukan)
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan efektif
hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan
untuk mepertahankan kadar glukosa darah dalam parameter yang telah
ditentukan untuk membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan.
e. Pendidikan (Diet yang harus dikomsumsi, latihan, dan penggunaan insulin
Menurut Steven diperkirakan 25 – 50% dari DM lansia dapat dikendalikan
dengan baik hanya dengan diet saja. 3% membutuhkan insulin dan 20 – 45% dapat
diobati dengan oral anti diabetik dan diet saja.
Para ahli berpendapat bahwa sebagian besar DM pada lansia adalah tipe II, dan
dalam penatalaksanaannya perlu diperhatikan kasus perkasus, cara hidup pasien, keadaan
gizi dan kesehatannya, adanya penyakit lain yang menyeertai serta ada/tidaknya
komplikasi DM. Pedoman penatalaksanaan DM lansia adalah :
a. Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan kepada
pasien dan keluarganya.
b. Menghilangkan gejala-gejala akibat hiperglikemia (quality of life) seperti rasa
haus, sering kencing, lemas, gatal-gatal.
c. Lebih bersifat konservatif, usahakan agar glukosa darah tidak terlalu tinggi
(200-220 mg/dl) post prandial dan tidak sampai normal betul karena bahaya
terjadinya hipoglikemia.
d. Mengendalikan glukosa darah dan berat badan sambil menghindari resiko
hipoglikemia.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
1. Identitas
b) Nama :
c) Umur :
d) Jenis kelamin :
e) Pendidikan :
f) Suku :
g) Agama :
h) Status perkawinan :
i) Tanggal Pengkajian :
j) Alamat :
2. Keluhan Utama
Diabetes militus pada usia lanjut mungkin cukup sukar karena sering tidak khas dan