INTELIJEN NEGARA DALAM PERSPEKTIF KETATANEGARAAN INDONESIA DAN KETATANEGARAAN ISLAM Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Oleh: SANGIDUN 104045201526 KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
INTELIJEN NEGARA DALAM PERSPEKTIF KETATANEGARAAN
INDONESIA DAN KETATANEGARAAN ISLAM
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh:
SANGIDUN
104045201526
KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM
PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
INTELIJEN NEGARA DALAM PERSPEKTIF KETATANEGARAAN
INDONESIA DAN KETATANEGARAAN ISLAM
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh:
SANGIDUN
NIM: 104045201526
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum Masyrofah. S.Ag., M.Si
KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM
PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “INTELIJEN NEGARA DALAM PERSPEKTIF
KETATANEGARAAN INDONESIA DAN KETATANEGARAAN ISLAM” telah
diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 17 Februari 2009. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
pada Program Studi Jinayah Siyasah (Konsentrasi Ketatanegaraan Islam).
Jakarta, 17 Februari 2009
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
PANITIA UJIAN
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA,MM.
NIP. 150 210 422
1. Ketua : Asmawi, M.Ag. (…………………………........)
NIP. 150 282 394
2. Sekretaris : Sri Hidayati, M.Ag. (……………………………...)
NIP. 150 282 403
3. Pembimbing I: Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. (…………………………….)
C. Perkembangan Intelijen Pasca Nabi Muhammad Saw………………….……….....72
BAB IV INTELIJEN NEGARA DALAM KETATANEGARAAN INDONESIA DAN
KETATANEGARAAN ISLAM
A. Hukum Aktivitas Intelijen (Tajassus)………………………………………….......83
B. Sanksi Atas Tindakan Intelijen (Tajassus)…………………………………….......92
C. Analisis Kedudukan Intelijen Negara dalam Ketatanegaraan Islam
dan Indonesia………………………………………...............................................108
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………...…………...119
B. Rekomendasi………………………………………………………..………….....120
DAFTARPUSTAKA……………………………………………………….……………122
LAMPIRAN
58
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
”Intelijen1 ada seumur dengan keberadaan manusia.” Idiom ini menjadi satu
pembenaran untuk menegaskan keberadaannya. Intelijen tidak hanya dibutuhkan oleh
negara-negara yang secara definitif sudah merdeka, tetapi juga badan-badan perjuangan
kemerdekaan seperti Ireland Republic Army (IRA) di Irlandia Utara, Pathani Union
Liberation Organisastion (PULO) di Thailand Selatan, Macan Tamil di Srilangka dan lain
sebagainya. Badan-badan perjuangan kemerdekaan tersebut memiliki juga fungsi-fungsi
ke-Intelijen-an untuk menopang keberhasilan perjuangannya.
Bahkan negara-negara yang sudah maju dalam bidang pertahanan dan keamanan
masih tetap mengembangkan dinas intelijen, seperti Uni Soviet yang mengembangkan
Komitet Gosudarstvennoi Bezopasnosti (KGB) atau Komite Keamanan Negara
Pemerintah Soviet, yang secara resmi bertanggung jawab pada Kabinet Soviet. Dalam
sejarahnya, KGB semula lembaga dengan nama Vecheka (Vserossiiskaya
Chrezvychainaya Komissiya po Borbe s Kontrrevolyutsiei i Sabotazhem) (1917-1922)2
yang artinya Komisi Khusus Orang Rusia untuk melawan Kontra-Revolusi dan Sabotase3.
Lembaga intelijen lainnya adalah CIA (Central Intelligence Agency), sebuah dinas
rahasia Amerika Serikat yang dibentuk pada tanggal 18 September 1947 dengan
1 Intelijen secara singkat dapat dirumuskan sebagai perkiraan. Dalam arti luas, Intelijen berarti
Informasi terpercaya untuk digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan. Lihat Jend. Pol. (Pur) Drs.
Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya, (Jakarta: PT. Cipta Manunggal, 1999), h 52.
2 Iwan Gunawan, Konsepsi dan Implementasi Manajemen Pertahanan Keamanan Negara,
http://www.gaulislam.com/ngintip-dunia-Intelijen/NgintipDuniaIntelijen. Artikel diakses pada tanggal 02 Juni 2008.
3 Sabotase berasal dari bahasa Perancis “sabot”, semacam sepatu kayu yang dipakai oleh masyarakat
bawah di beberapa negara Eropa. Sabot ini dianggap sebagai simbol pemberontakan para petani dan pekerja
yang revolusioner, dengan aksi menginjak-injak atau melempar sepatu-sepatu kayunya ke mesin pabrik
pada masa revolusi Perancis. Dalam perkembangannya saat ini, sabotase dimaknai sebagai bentuk perang
subversive. Biasanya berupa tindakan fisik dalam menghancurkan mesin-mesin militrer musuh atau mesin-
mesin ekonomi. Lihat Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya, (Jakarta: PT. Cipta Manunggal,
1999), h 393.
59
ditandatanganinya NSA (National Security Act), pada era perang dingin dengan Uni
Soviet. Tugas-tugas CIA lebih pada kontra-intelejen.4 Kini, CIA menangani peredaran
drugs, organisasi kejahatan internasional, perdagangan senjata gelap, kontra-teroris
setelah serangan 11 September 2001 yang menghancurkan gedung WTC.5
Sedangkan Kerajaan Inggris sudah memiliki dinas rahasia sejak tahun 1909 yang
dibangun oleh Duke of Wellington, Arthur Welleskey untuk mengantisipasi
perkembangan politik, militer dunia, serta keamanan Inggris Raya, dibentuklah Secret
Intelligence Service atau MI6.6
Israel juga mengembangkan Mossad sebagai lembaga yang memiliki misi penyamaran
dan kontra-teroris.7 Fokus dari operasi Mossad adalah dunia Arab dan organisasi-
organisasi Arab (dan Islam) di seluruh dunia. Mossad juga bertanggung jawab atas
pemindahan warga Yahudi keluar dari Syria, Iran dan Ethiopia. Agen-agen Mossad juga
banyak disusupkan dalam pembentukan sejumlah negara komunis di Barat dan PBB.8
Dalam konteks Indonesia, pada masa sebelum kemerdekaan kegiatan Intelijen sudah
ada sejak masa kerajaan Hindu-Budha yang tertua di Nusantara, kegiatan Intelijen pada
masa itu dikenal dengan Telik Sandi, Weri, Bleter, Kecee yang menjadi mata-mata
kerajaan untuk mengawasi kerajaan lainnya.
Pada masa penjajahan Belanda fungsi intelijen masuk dalam Dinas Reserse Umum,
yang dibentuk pada 1920-an, terpisah dari Dinas Polisi Umum. Sedangkan kegiatannya
adalah memata-matai kegiatan politik, daripada kegiatan kriminal lainnya. Hal ini
4 Kontra-Intelijen adalah usaha-usaha yang terorganisasi untuk melindungi keterangan-keterangan khas
berharga bagi organisasi Intelijen lawan. Lihat Lihat Jend. Pol. (Pur) Drs. Kunarto, Ibid, h 334. 5 Iwan Gunawan, Konsepsi dan Implementasi Manajemen Pertahanan Keamanan Negara.
6 Ibid. 7 Kontra-Teroris adalah usaha-usaha untuk mengumpulkan informasi-informasi sebagai bahan
pertimbangan pengambilan kebijakan preventif untuk menghadang serangan teror.
8 Iwan Gunawan, Konsepsi dan Implementasi Manajemen Pertahanan Keamanan Negara.
60
menandakan bahwa pergerakan nasional anak negeri pada saat itu menjadi satu target dari
kerja dan fungsi intelijen Belanda.9
Ketika Jepang berkuasa di Indonesia, peran dan fungsi ke-Intelijen-an berubah.
Menariknya, Pemerintah Pendudukan Jepang di Indonesia membangun fungsi ke-
Intelijen-an tidak menyatu dengan Pemerintahan Militer. Pemerintahan Penjajahan Jepang
mengembangkan fungsi kepolisian, yang berorientasi pada pembangunan keamanan
dalam negeri (Kamdagri) yang lebih menitikberatkan pada kegiatan preventif.10
Pada masa perjuangan kemerdekaan aktivitas keintelijenan di badan-badan perjuangan
juga marak dan aktif, metode telik sandi, yang digunakan dalam proses pengintaian juga
digunakan untuk mengawasi dan memata-matai aktivitas Belanda dan Jepang ketika itu.
Hanya saja polanya lebih sederhana, hal ini disebabkan selain sarana dan prasana yang
kurang memadai juga SDM yang masih terbatas hanya dengan memanfaatkan masyarakat
umum yang bersimpati bagi perjuangan kemerdekaan.
Adapun pencetus dan pemimpin pertama lembaga intelejen negara, Zulkifli Lubis dan
R. Moch. Oemargatab, yang ketika itu bernama Badan Istimewa, sebagai cikal bakal
Badan Intelejen Negara (BIN) dan Pengawasan Aliran Masyarakat (PAM), sebagai
organisasi keintelijenan polisi pertama, yang sekarang dikenal dengan Intelpam Polri.11
Sejak bergulirnya reformasi di Indonesia, masalah penataan kelembagaan menjadi
salah satu prioritas bagi transisi demokrasi yang tengah berjalan. Kelembagaan politik
yang menjadi satu dari pilar bagi liberalisasi politik pasca kejatuhan Orde Baru
membuktikan bahwa hal tersebut tidak mudah. Penataan kelembagaan politik memberikan
satu garansi bagi mulusnya proses demokrasi transisional dan reformasi yang diharapkan.
9Muradi, Intelijen Negara dan Intelkam Polri, http: //muradi.wordpress.com/ 2007/01 /06 /Intelijen-
negara-dan-intelikam-polri/. Artikel diakses pada tanggal 02 Juni 2008. 10Muradi, Intelijen Negara dan Intelkam polri.
11
Ibid
61
Permasalahan yang muncul kemudian adalah setelah delapan tahun reformasi berjalan,
ternyata belum semua kelembagaan politik dan negara tertata dan sesuai dengan nilai dan
prinsip demokrasi. Salah satunya adalah komunitas Intelijen, khususnya lembaga intelijen
negara dan intelijen Polri yang sampai saat ini, ruang lingkup dan batasan-batasan
mengenai wilayah kerja dari masing-masing intelijen tersebut belum secara jelas diatur.
Bahkan berulang kali, baik lembaga intelijen negara, dalam hal ini Badan Intilejen Negara
(BIN), dan intelijen keamanan, yakni intelkam Polri masih saling tumpang tindih.12
Hal di atas menyebabkan Badan Intelijen Negara (BIN), yang ditunjuk pemerintah
sebagai lembaga Intelijen yang mengkoordinatori semua lembaga dan komunitas intelijen,
kurang maksimal dalam memposisikan perannya. Bahkan terkadang karena merasa
menjadi koordinator dari komunitas intelijen tersebut, kerap kali BIN bertindak superior
dan mem-by pass banyak pekerjaan yang menjadi lahan bagi komunitas intelijen lainnya.
Walapun istilah intelijen sudah akrab di telinga masyarakat Indonesia, namun masih
banyak dinilai sebagai momok yang sangat menakutkan, identik dengan penculikan,
sabotase, spionase,13
propaganda,14
dan operasi, Intelijen juga represif guna melestarikan
kekuasaan yang penuh dengan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Persepsi keliru
masyarakat atas pengertian, makna, fungsi dan peran Intelijen sebagai ilmu, kegiatan,
maupun intelijen sebagai organisasi, mengakibatkan rasa takut pada masyarakat, larinya
modal keluar negeri, enggannya investor menanamkan modal dan lain sebagainya.15
12Muradi, Intelijen Negara dan Intelikam Polri. 13Spionase adalah bagian dari upaya Intelijen untuk menyelidiki secara diam-diam segala aktivitas dari
negara-negara lain untuk dapat memastikan kekurangannya dan gerakan-gerakan yang terkait dengan
Intelijen yang sangat diperlukan oleh pejabat-pejabat yang bersangkutan. Jadi spionase secara singkat
adalah usaha secara rahasia untuk mendapatkan suatu rahasia yang dijaga ketat oleh lawan. Lihat Jend. Pol. (Pur) Drs. Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya, Ibid., h 236.
14Propaganda merupakan sarana utama peperangan politik (menurut orang-orang Inggris). Sedangkan
orang-orang Jerman menyebut perang intelektual dan di Amerika Serikat dimaknai sebagai perang
psikologis atau operasi moral. Secara umum, propaganda adalah usaha-usaha yang terorganisasi untuk
menyebarkan ide-ide doktrin-doktrin dan prinsip-prinsip untuk maksud tertentu.
15 Jend. Pol. (Pur) Drs. Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya, Ibid, h 12-13
62
Pada masa Orde Baru ada sebuah sebutan klimaks dari kegiatan operasi intelijen, yaitu
“dipetruskan dan dikarungkan.”16
Selain itu penculikan dan penangkapan terhadap aktivis
organisasi masyarakat yang barbasis agama, sosial atau politik yang berseberangan
dengan pemerintahan menjadi trauma yang sangat mendalam bagi anak bangsa, terutama
umat Islam yang dipandang sebagai kekuatan dan banyak melahirkan gerakan separatis
dan gerakan disintegrasi bangsa Indonesia pada masa lalu.17
Berkaca dari operasi intelijen di negara-negara di dunia tampaknya ada kesamaan,
bahwa sebagai tindakan preventif yang dilakukan secara represif oleh dinas intelijen
negara hanya berujung pada penciptaan ketakutan dan kesengsaraan rakyat, terlebih
dengan lahirnya Undang-undang Antiterorisme, Badan Intelijen Negara (BIN),
mempunyai kewenangan yang sangat luas, yaitu menangkap, menahan, memeriksa,
menggeledah, serta mencegah orang sebagai upaya memberikan perlindungan dan
keselamatan negara.
Dari beberapa pasal di atas tampak jelas bahwa negara melalui BIN mempunyai
kewenangan yang sah secara konstitusi untuk melakukan aktivitas memata-matai
rakyatnya sendiri guna mencari orang-orang yang diduga mengancam keselamatan
negara.
Adapun intelijen yang ada dalam negara Islam (Islamic State) juga selalu menakutkan
masyarakat. Intelijen dalam Islamic State biasa dikenal dengan Mukhbar (Informan).
Institusi ini menjadi tangan kanan penguasa untuk memata-matai rakyatnya sendiri,
seperti halnya pada masa Syah Iran, yang dikenal dengan polisi rahasia “Savak”. 18
16 Pada tahun 1980-an sewaktu keamanan di anggap rawan dan polisi kewalahan dilancarkan Aksi
yang di sebut “Petrus” penembakan misterius, dimana para pelaku tindakan kejahatan murni di tindak
dengan ditembak langsung dan dan korban di masukan karung sehingga lahirlah istilah pada saat itu
“dikarungkan”.
17 A. Bakir Ihsan, Pergulatan Islam dan Militer di Indonesia (Sebuah Fenomena 1990-an), dalam
Jurnal Politik, Akses TNI di Persimpangan Jalan, (Jakarta: Yayasan Akses, Vol.1, No.03, 2001), h. 199
18 Muhammed al-Caff, Perang Nuklir Militer Iran, (Jakarta: Zahra Publishing House, 2008), h. 12
63
Persoalannya kemudian, bagaimana hukumnya aktivitas memata-matai rakyat yang
notabene adalah kaum Muslim? Padahal Allah Swt telah melarang aktivitas memata-matai
(tajassus), baik yang dilakukan oleh individu terhadap individu Muslim lainnya, maupun
>�?*412@3 �A4123 B C<��D�E 5*F�H�E I�E 7J*FK�� %>LL+ �MNO%�E
�P�6N� �H�☺�R1)S!L?LK B ���*/T���� ���� B TI./ ���� 4V�W�L YZ�MW[ (\]^
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang (tajassus) dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”. (QS. Al-Hujurat [49]: 12)”
Ayat di atas melarang berprasangka buruk, termasuk menyangka orang atau pihak
tertentu sebagai ‘teroris’ serta melarang aktivitas memata-matai masyarakat dengan dalih
apa pun. Aktivitas tajassus (memata-matai) dalam hal apa saja. Dengan kata lain, dengan
tujuan apapun haram hukumnya memata-matai masyarakat kaum Muslim maupun ahlu
dzimmah.19
Termasuk memata-matai adalah menyadap pembicaraan, mencuri, mendengar
dan mencari-cari kesalahan. Selain itu, kecurigaan tanpa bukti nyata bisa terkategori
perdurhakaan terhadap amanah kaum Muslimin. Hadits riwayat Abu Dawud dan Abu
Umamah menyatakan bahwa: “Sungguh, seorang amir (pemimpin) akan mendurhakai
rakyatnya, bila ia memburu kecurigaan pada mereka”.20
Kiranya lembaga intelijen negara menjadi sangat menarik untuk dikaji, karena selain
masih banyak orang yang mempunyai persepsi keliru terhadap apa itu intelijen, yang
menjadikan aparat intelijen seperti makan buah “Simalakama”, bertindak salah, tidak
pusat syaraf pemerintah, pusat ekonomi, watak-watak mental yang khusus pada
penduduk dari berbagai daerah dan sebagainya) seperti udara atau cuaca yang
mempengaruhi operasi militer.
85
Kelima, intelijen teknologi dan ilmiah (scientific), dengan tugas sebagai
pengumpul, pemproses dan penyebaran informasi yang menyangkut subyek-subyek
ilmiah dan teknologi yang lambat laun akan menjadi bagian penting di masa
mendatang. Ruang lingkup utamanya adalah bidang elaktronik, computer sains,
bidang biologi, senjata perang konvensional, baik senjata perang biologi maupun
kimia, dan alat perlengkapan seperti wereles, cable, internet, teleprinter, photo
metric, infrared, remote control devices.
Keenam, intelijen biografi yang berfungsi sebagai pengumpul, pemproses
informasi dan penyebarannya (dissemination) yang berhubungan dengan pribadi
pemimpin pemerintah Negara asing yang dapat mempengaruhi keamanan dan politik
luar negari negara sasaran dengan subyek riwayat hidup, karakter, kesanggupan,
perwatakan dan pendidikan. Selain itu mengumpulkan informasi tentang visi politik
dan kepercayaan, kedudukan pribadi, titik kelemahan yang dimanfaatkan melalui
metode-metode klandestin58
dengan memanfaatkan sumber terbuka dan sumber
tertutup yang digunakan untuk mengetahui titik kelemahan.
D. Tugas dan Fungsi Intelijen Negara
Pada dasarnya semua tingkatan intelijen mempunyai tiga tugas dan fungsi yang sama
dan bersifat universal,59
yang itu meliputi penyelidikan inteligence),60
pengamanan
58 Klandestin adalah semua kegiatan atau tindakan rahasia deangan tujuan mengalahkan musuh tanpa
menyebabkan perang terbuka termasuk di dalamnya sabotase dan perang urat syaraf. Lihat; Jono
Hatmodjo, Intelijen Sebagai Ilmu, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 58. 59 Lihat Lampiran Skema Kerja Intelijen Sebagai Suatu Aktivitas dan Anatomi Intelijen Sebagai
Knowledge
60 Dalam penyelidikan Intelijen mengunakan rumusan standar W5+H (What, Who, When, Where, Why,
How). Jawaban-jawaban dari rumusan pertanyaan tersebut berupa indikator-indikator dan keterangan
(Baket) yang harus dicek dan ricek. Lihat; Jono Hatmodjo, Intelijen Sebagai Ilmu (Intelligence as a
Science)., h 15
86
(security),61
dan penggalangan (prerconditing). Perbedaannya hanya terletak pada luas
dan skala kegiatan intelijen tersebut yang dipengaruhi oleh sasaran dan kegunaannya.62
Semua tugas dan fungsi di atas bertujuan untuk menggagalkan ancaman terhadap
kedaulatan negara, keselematan bangsa dan integritas wilayah negara melalui pengamatan
secara terus menerus dan bersifat sistematik terhadap potensi-potensi yang bisa
menimbulkan ancaman.63
Dalam melakukan aktivitasnya, intelijen menjalankan tugasnya secara kontinyu,
berlanjut dan berulang dimulai dari tahap perencanaan, pengumpulan keterangan,
pengolahan keterangan, penyampaian dan penggunaan untuk mendapatkan Intelijen yang
berkaitan dengan ancaman dan atau peluang ancaman.
Proses kinerja intelijen64
ini harus dipahami dan dikuasai oleh setiap aparat intelijen
untuk dapat menyediakan dan memberikan intelijen yang aktual kepada
komandan/pimpinan sebagai dasar pengambilan keputusan. Untuk itulah tugas intelijen
dimulai dengan perencanaan, pengumpulan keterangan, pengolahan, kemudian
penyampaian dan penggunaan yang ditindaklanjuti dengan evaluasi akhir.65
1. Perencanaan
61 Dalam fungsi Intelijen sebagai pengamanan (security) dikenal security pasif (negartif) dan security
aktif (Positif). Security pasif (negatif) berarti melindungi diri terhadap kegiatan Intelijen pihak lawan. Baik
dalam kegiatan operasi Intelijen terbuka maupun operasi Intelijen tertutup (klandestin) secara depensif.
Sekuritas pasif mempunyai unsure sebagai berikut: a) Concleament (menyembunyikan laporan sumber). b).
dari kasus tersebut, lembaga antikorupsimemperkuat fungsi pengawasan internal
dengan menerapkan sistem untuk mendorong adanya wistle blowing internal.
Menurut Ketua KPK Antasari Azhar, ada beberapa orang yang ditunjuk dan dilatih
khusus untuk melakukan tugas pengawasan. Intel KPK juga dididik di tempat khusus
dan dilantik langsung oleh pimpinan dan praktis, para pegawai tidak akan tahu siapa
saja mereka.80
Awal mulanya mengapa harus ada intelijen dalam tubuh KPK adalah ketika tim
KPK turun ke daerah, pada saat yang sama ada tim palsu yang mengatasnamakan
anggota KPK juga. Karena itu, para pejabat harus berhati-hati. Jika ada pemerasan
yang mengatasnamakan KPK, sebaiknya pihak yang diperas melaporkan ke lembaga
antikorupsi tersebut. Bahkan Wakil Ketua KPK Bidang Pengawasan Chandra M.
Hamzah menyerukan siapa pun yang mengaku pegawai KPK dan meminta uang harus
ditangkap. Kemungkinannya ada dua, mungkin bukan orang KPK yang
78 Lihat Lampiran Struktur Organisasi KPK
79 Anonim, KPK Juga Sebar Intel Awasi Internal; Lima Pegawai Kena Sanksi Administrasi,
http://www.antikorupsi.org/mod.php?mod=publisher&op=pdf&artid=12741. Artikel diakses pada tanggal
12 Februari 2009.
80 Ibid.
98
mengatasnamakan KPK. Mungkin pegawai KPK, itu juga salah. Tangkap saja,
tegasnya.81
Selain membentuk intelijen, KPK juga memiliki kewenangan untuk menyadap
sarana komunikasi termasuk telepon genggam (handphone) dan merekam
pembicaraan sesuai Undang-undang Nomor 30 tahun 2002 harus dimaknai dengan
teknologi canggih. Idealnya KPK dalam waktu dekat ini juga melengkapi lembaganya
dengan teknologi investigasi dan tenaga kompetensi semacam fraud auditor. Fraud
auditor KPK harus menguasai beberapa teknik investigasi, antara lain; teknik
penyamaran atau teknik penyadapan dan teknik wawancara. Dalam konteks ini
diperlukan perangkat lunak seperti Computer Assisted Audit Tools (CAAT) dan SDM
yang kredibel sehingga bisa bersinergi dengan vendor dan operator selular seperti
GSM, CDMA dan lain-lain.82
Begitu pula, alat pelindung atau anti penyadapan juga sudah banyak ragamnya
serta juga mudah didapat di pasar. Seperti halnya radio frequency detector yang dapat
melindungi seseorang dari tindak penyadapan dan rekaman kamera tersembunyi.
Benda seukuran gantungan kunci itu mudah dan praktis dioperasikan, serta memiliki
lampu indikator dan bunyi beep yang akan menyala bila ada frekuensi yang digunakan
oleh kamera penyadap, penyadap suara dan penyadap telepon yang sedang beraksi.
Proses penyadapan KPK semakin kompleks dengan sistem telepon yang bersifat
digital murni. Sebab semua koneksi akan dapat terpantau ID-nya (baik di pesawat
penelpon maupun penerima). Sehingga antar keduanya dapat saling mengetahui bila
percakapannya tidak aman. Bahkan ada pula yang sudah menggunakan telephone
81 Anonim, KPK Juga Sebar Intel Awasi Internal; Lima Pegawai Kena Sanksi Administrasi,
http://www.antikorupsi.org/mod.php?mod=publisher&op=pdf&artid=12741. Artikel diakses pada tanggal
12 Februari 2009.
82Anonim, Dikhawatirkan Terjadi Pengerdilan Institusi KPK
http://www.komisiyudisial.go.id/index.php?option=isi&task=view&id=1085&Itemid=. Artikel diakses pada
tanggal 12 Februari 2009.
99
scrambling system yang memungkinkannya ID pesawat telepon tidak bisa dilacak dari
tempat lain karena seolah-olah berpindah terus atau bisa jadi menggunakan ID nomor
telepon lain yang tidak aktif.
Oleh karena itulah pada saat ini banyak orang beralih ke sistem global system for
Mobile-communication (GSM), code division multiple access (CDMA); personal
communication system (PCS) berteknologi digital yang jauh dikenal lebih aman dari
berbagai teknologi penyadapan. Tentunya laboratorium antikorupsi mampu
“menjebol” teknologi di atas. Karena secanggih apapun teknologi komunikasi yang
dibuat tentunya memiliki kekurangan.
4. Intelijen Kejaksaan
Pada dasarnya dalam lembaga kejaksaan, telah ada struktur intelijen kejaksaan.83
Namun jika diukur dengan konteks sekarang, keberadaan intelijen di dalam lembaga
tersebut sudah tidak sesuai lagi, dalam arti diperlukan pembenahan dan pembaharuan.
Apalagi kapasitas yang ada saat ini sudah tidak memadai lagi untuk mengantisipasi
berbagai jenis dan modus kejahatan tersebut. Seperti halnya jenis kejahatan dan
modus operandi yang kian canggih mengharuskan aparat intelijen segera
menyesuaikan kapasitas kelembagaan dan personal. Sebut saja terorisme, illegal
logging, money laundring dan cyber crime. Selama ini tampak bahwa kinerja satuan-
satuan intelijen belum dapat memberikan kontribusi yang optimal dalam mendukung
misi organisasi. Untuk itu, perlu disusun program strategis intelijen kejaksaan agar
sejalan dengan kebutuhan dan tantangan. Salah satu yang menjadi fokus perhatian
pembaharuan adalah restrukturisasi organisasi intelijen Kejaksaan.84
83 Lihat Lampiran Struktur Organisasi Kejaksaan Republik Indonesia 84 Anonim, Organisasi Intelijen Yustisial Kejaksaan Perlu Direstrukturisasi
http://www.hukumonline.com/detail.asp?id=13948&cl=Berita. Artikel diakses pada tanggal 12 Februari
2009.
100
Selama ini kebaradaan intelijen dalam lembaga kejaksaan masih didasarkan pada
Keputusan Presiden Nomor 86 Tahun 1999. Ketentuan ini masih mengacu pada UU
Kejaksaan 1991. Padahal, yang berlaku sekarang adalah UU No. 16 Tahun 2004.
Sebenarnya, Kejaksaan pernah memiliki Pusat Operasi Intelijen (Pusopsin).
Advokat LMM Samosir pernah menduduki jabatan ini semasa masih bertugas di
Kejaksaan Agung. Tetapi kemudian dibubarkan karena ditengarai banyak
disalahgunakan. Aparat intelijen diduga berlindung di balik kewenangannya
menyelidiki tindak pidana korupsi untuk memeras. Akibanya, muncul kesan negatif
terhadap Pusopsin.
Munculnya kesan miring itu diakui juga oleh Muchtar Arifin (Jaksa Agung Muda
Bidang Intelijen (Jamintel)). Jaksa kelahiran Aceh, Mei 1949, ini berharap struktur
yang baru harus bisa mengantisipasi kelemahan dan penyimpangan yang muncul
sewaktu Pusopsin masih berdiri.
Namun ia belum bisa memastikan apakah model Pusopsin akan dihidupkan atau
mencari struktur yang lebih fleksibel. Masalah ini masih harus dikaji bersama tim
independen pembaharuan Kejaksaan.
Intelijen Kejaksaan merupakan bagian dari lembaga intelijen nasional. Di
Kejaksaan, intel yustisial antara lain melakukan penyelidikan awal terhadap dugaan
adanya tindak pidana korupsi. Jajaran intel pula yang akan menjadi clearing house
terhadap barang-barang cetakan atau ajaran yang dianggap membahayakan negara.
Masalahnya, terkait dengan barang cetakan seperti buku, aparat intelijen dihadapkan
pada semangat reformasi yang memunculkan banyak jenis buku. Buku “Aku Bangga
Jadi Anak PKI”, karangan dr Tjiptaning Proletariati atau sebuah buku karangan Imam
Samudera, terpidana terorisme, sempat masuk clearing house. Tetapi hasilnya hingga
kini tak jelas.
101
BAB III
INTELIJEN NEGARA DALAM KETATANEGARAAN ISLAM
A. Sejarah Intelijen Dalam Islam (Pra Kenabian)
1. Pengertian Intelijen dalam Islam
Dalam literatur Islam, intelijen merupakan sinonim dari tajassus, yang berarti
mengorek-orek suatu berita.1
Secara bahasa, bila dikatakan jassa al-akhbar wa
tajassaha”, artinya adalah mengorek-orek suatu berita. Jika seseorang mengorek-
orek berita baik berita umum maupun rahasia, maka ia telah melakukan aktivitas
tajassus (spionase).2
Sedangkan orang yang melakukan perbuatan tajassus disebut
jassus.
Selain itu, kata tajassus (memata-matai) yang berasal dari kata ‘Jassa’ dapat
diartikan menyentuh dengan tangan. Yajussuhu-Jassan berarti menyentuh dengan
suatu sentuhan. Jassasy-Syakshu bi ainaihi, berarti seseorang yang menyelidiki
1 Suatu aktivitas dapat digolongkan sebagai perbuatan tajassus (spionase) jika didalamnya ada
unsur mencari-cari berita, baik berupa berita rahasia maupun berita umum, namun apabila suatu berita bisa didapatkan secara alami tanpa perlu mengorek-orek (tafahhahu) atau tanpa memerlukan aktivitas tajassus, misalnya hanya sekedar mengumpulkan, menyebarkan dan menganalisa suatu berita maka
tidak termasuk ke dalam kategori perbutan tajassus (spionase). Seperti redaktur koran atau wakil-wakil
kantor berita. Namun apabila profesinya digunakan sebagai media melakukan tajassus, maka orang
tersebut disebut jassus (mata-mata). Orang tersebut disebut mata-mata, bukan karena posisinya sebagai
redaktur koran yang mencari berita, akan tetapi karena aktivitas mata-mata yang dilakukan dengan
menyeru sebagai wartawan sudah masuk kategori aktivitas sponase (tajassus). Lihat: Fauzan al-Anshari,
Awas Operasi Intelijen, (Tangerang: Ar-Rahman Media, 2006), h. 203-204
2 Fauzan al-Anshari, Ibid., h. 202
57
102
dengan panca inderanya agar suatu masalah menjadi jelas.3
Kata jassa juga berarti
menyentuh dengan tangan, mengandung pengertian meminta sambil menyentuh.
Sebagian besar kitab fiqh menyebutkan, makna al-jasus adalah mata yang pada
dasarnya adalah mata-mata (spionase). Definisi al- jassus atau spionase dalam
ensiklopedi Islam adalah selalu bergandengan dengan kalimat ain (mata).
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan, bahwa at-tajassus adalah mencari
dan memeriksa berita dan informasi rahasia yang dimiliki musuh dengan
menggunakan perangkat spionase.
2. Praktik Intelijen Pada Masa Pra-Kenabian
Dalam sejarah peradaban manusia, batu dan kelompok intelijen merupakan
senjata utama bagi manusia untuk mempertahankan kelompoknya dari serangan dan
gangguan kelompak lain. Seperti yang dilakukan Nabi Nuh As, melakukan suatu
bentuk modern dari suatu aktivitas intelijen dalam bentuk pengintaian dari udara
dengan mengirimkan burung Merpati untuk melihat apakah permukaan air telah
berkurang pada permukaan bumi, yang kemudian berkembang menjadi
penginderaan jarak jauh, menggunakan teknologi yang lebih canggih, yaitu satelit
beliau bermusyawarah dengan para sahabatnya. Atas usulan dan pertimbangan dari
Salman al-Farisi, dikeluarkanlah kebijakan membangun parit yang mengelilingi kota
Madinah untuk melindungi kota Madinah serta menghancurkan mental pasukan kafir
Quraisy. Peristiwa tersebut dikenal dengan parang Khandaq (Parit)10
.
Menurut.H.G Walls tindakan di atas adalah tindakan yang paling sportif dalam
sejarah dunia, bagaimana tentara yang besar jumlahnya menyusut tanpa terjadi suatu
perkelahian dan akhirnya angkatan perang Makkah yang besar itu dapat dikalahkan
tanpa melepaskan satu anak panah pun.11
1) Jenis-jenis Intelijen Pada Masa Nabi Saw
Secara garis besar satuan intelijen pada masa Rasullah Saw, dapat di bagi
menjadi dua yaitu, pertama intelijen pengintaian (mata-mata) dan kedua intelijen
tempur.
10 Salman al-Farisi Abu Abdullah dikenal dengan Salman al-Khair, ia berasal dari Ram
Harmuz sebuah daerah di Persia. Dalam sebuah riwayat menyebukan bahwa agar kaum mauslimin menggali parit mengelilingi Madinah, juga bisa dimanfaatkan menghambat musuh yang akan melalukan penyerangan. Salman berkata “Kami di tanah Persia, jika kami takut dengan pasukan berkuda, maka kami akan menggali parit”. Atas dasar pertimbangan ini maka Nabi Saw mengambil kebijakan yang
tidak popular yaitu menggali parit dan hasilnya luar biasa. Intelijen kaum musyrik tidak dapat
mendeteksi strategi yang dirancang oleh Rasulullah. Sehingga perang Khandaq dimenangkan oleh kaum
11 Jend. Pol. (Pur) Drs. Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya., h 65-67
106
a) Intelijen Pengintaian
Intelijen pengintaian merupakan satuan kecil (terdiri dari 20 orang atau
kurang) yang ditunjuk khusus oleh Rasulullah untuk menemukan informasi
tentang pasukan musuh, perlengkapan senjata, gerakannnya dan rencananya.
Informasi tersebut diperlukan sebagai bahan yang akan dianalisa dan hasilnya
menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan bagaimana, di mana, dan kapan
harus melancarkan operasi militer terhadap musuh.12
Intelijen pengintaian pada masa Nabi Saw dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu :
_ Intelijen pengintai yang tidak dipersenjatai, yaitu intelijen yang hanya
mempunyai tugas mengumpulkan informasi tentang musuh, tidak terlibat
dalam pertempuran. Sehingga dalam operasinya dilaksanakan dengan
cepat dan sesegara mungkin tanpa terlibat dalam pertempuran.
_ Intelijen pengintai yang dipersenjatai, yang mempunyai tugas memantau
dan mengawasi gerakan musuh, memeriksa tindakan permusuhan, atau
mengawal daerah yang tak bertuan atau batas negara. Satuan intelijen
tersebut boleh terlibat dalam pertempuran.
b) Intelijen Tempur
Satuan intelijen tempur lebih besar bila dibandingkan dengan intelijen
pengintai, yaitu sekitar 15-30 Orang. Dinamakan intelijen tempur karena selain
12 Afzalur Rahman, Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimpin Militer., h. 120
107
mendapat tugas mengumpulkan informasi tentang musuh juga diperintahkan
untuk melakukan pertempuran dengan pasukan musuh demi tercapanya tujuan.
Tujuan intelijen tempur pada masa Rasulullah, selain menjalankan tugas
kontra intelijen dengan menjaga perbatasan negara terhadap penyusupan musuh,
juga menjalankan fungsi sabotase dengan menutup sumber logistik dan
persediaan musuh serta melibatkan musuh dalam pertempuran selagi musuh
belum dapat menyiapkan diri dengan baik untuk berperang.
Dua jenis sistem operasi intelijen membantu membentuk suatu sistem
komunikasi yang kuat, yang dapat memberi informasi pada Nabi Saw tentang
segala kejadian pada suku dan daerah perbatasan di sekitar Madinah. Selain
mengadakan pos pengintai, Nabi Saw secara rutin melatih intelijen Islam
dengan ilmu militer, isyarat rahasia dan pesan rahasia.13
.
c) Pengaturan Operasi Intelijen
Seiring menigkatnya tekanan dan sikap permusuhan kaum kafir Quraisy
tehadap kaum muslimin, sehingga Nabi dan sahabatnya mengharuskan
meninggalkan rumah, keluarga dan Ka`bah untuk hijrah ke Madinah. Namun
sampai Madinah pun kaum kafir Quraisy tidak membiarkan Muhammad dan
sahabatnya hidup dalam ketenangan.
Hal tersebut tercermin dari isi surat pembesar kafir Quaraisy yang dikirim
kepada Abbdullah bin Abayya, dimana isi surat tersebut menyatakan sikap
13 Afzalur Rahman, Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimpin Militer., h. 125-126
108
dengan diterimanya Muhammad dan rombongannya, berarti penduduk Madinah
telah memberikan perlindungan kepada penjahat. Abdullah bin Abayya
diperintahkan membunuh Muhammad dan sahabatnya atau mereka akan
menyerang Madinah dan membunuhnya bersama Muhammad.
Selain itu kaum kafir Quraisy pun gencar mengirim mata-mata untuk
mencuri informasi tentang keberadaan Muhammad dan sabahat serta masyarakat
Madinah. Selain mata-mata meraka juga banyak menugaskan kelompok-
kelompok kecil suku Qurasiy yang bergerak di sekeliling Madinah, bahkan
terkadang sangat dekat dengan Madinah.
Sikap permusuhan yang selalu ditunjukkan oleh kafir Qurasiy membuat
Muhammad Saw tidak merasa aman dan tenang, bahkan dalam keadaan
tidurpun para sahabat menyandang senjata yang siap digunakan apabila ada
serangan mendadak.
Dalam situasi yang serba sulit ini, Muhammad Saw, memulai menyusun dan
mendisiplinkan pengikutnya, dimulai dengan shalat lima waktu dan puasa yang
selanjutnya dididik menjadi mesin yang bergerak cepat dan mampu
menghadapi setiap keadaan dan medan. Selain itu para prajurit juga dilatih
dengan berbagai kemahiran militer dan untuk memenuhi perintah pimpinannya
dan bekerja di bawah satu komando.14
14 Afzalur Rahman, Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimpin Militer., h. 121
109
Menurut Afzalur Rahman, pada saat itu Madinah merupakan sebuah bentuk
Negara Islam yang kecil dan Muhammad Saw sebagai kepala negara pertama,
selain dikenal sebagai negarawan dan pemimpin agama, Muhammad Saw juga
terkenal sangat mahir di bidang militer terutama dalam merumuskan strategi
operasi militer. Hal tersebut banyak ditunjang oleh pengetahun Muhammad Saw
terhadap geografi Makkah dan Madinah.15
Untuk melindungi negara dan segenap rakyatnya dari musuh yang
senantiasa mengrongrong kedaulatan dan eksistensi Negara Madinah, maka
dikeluarkanlah kebijakan diantaranya menyusun sistem patroli untuk dapat
mengetahui posisi musuh, gerakan, rencana dan kekuatan senjata meraka.
Untuk itu, Rasulullah mengirim satuan patroli pengintaian dengan berbagai
kekuatan kurang lebih 15-30 personil. Sedangkan satuan patroli tempur
berkekuatan sekitar 50 sampai 500 personil. Patroli tempur ditugaskan di
daerah sekeliling Makkah dan Madinah, serta daerah strategis lainnnya, seperti
Saudi Arabia.
15 Sejak usia muda Muhammad Saw sudah mengenal dengan baik lembah dan bukit-bukit di
Madinah, karena lembah (celah-celah bukit) merupakan jalan utama Muhammad Saw dan rombongan ke
Syria dalam misi dagang. Dan wilayah Timur Madinah-pun dikenal dengan baik, yang telah dilihatnya pada waktu kunjungan ke Basrah. Dengan pengetahuan geografi Makkah dan Madinah yang baik, Muhammad Saw menyadari arti penting wilayah dan militer. Bahkan mauhammad Saw sendiripun
melakukan perjalanan dengan kafilah Quraisy melalui jalan yang berbukit dan sulit ini. Oleh karena itu
tidak menjadi hambatan baginya untuk melakukan sistem patrolinya sendiri. (Lihat: Afzalur Rahman,
Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimpin Militer,. h. 124-125
110
Operasi intelijen ini dikenal sebagai operasi Sarayah dan Ghazawat. Nah
ketika Muhamad sendiri menyertai setiap patroli, maka dinamakan Ghazwat dan
kalau dikepalai oleh orang lain dinamakan Sariyah.
d) Pengaturan Patroli Intelijen Sebelum Perang Badar.
Sebelum terjadi Perang Badar, Muhammad Saw mengirim empat kali patroli
Sariyah, dan empat kali mengirim patroli Ghazwat. Pasukan patroli Sariyah
pertama dikenal dengan Sariyah pinggir laut. Patroli ini terdiri dari 30 orang di
bawah komando Hamzah bin Abu Muthalib yang dikirim ke tepi pantai untuk
mengumpulkan informasi tentang gerakan suku Quraisy, di bawah komando
Abu Jahal. Kedua, Sariyah Rabey. Patroli ini beranggotakan 60 orang di bawah
komando Rabey, Ubaidah bin Harith, yang dikirim untuk memperhatikan kaum
Quraisy di bawah komando Ikrimah bin Abi Jahal di daerah sekitar Madinah.
Patroli ini menempuh route pergi mealui Hijaz sampai ke Saniah al-Murah.
Ketiga, Sariyah al-Kharrar. Patroli ini hanya diikuti kaum Muhajirin ynag
berjumlah 6 orang di bawah pimpinan Said bin Abi Waqqash dengan tujuan
yang sama. Patroli ini diawali dengan perputaran wilayah yang melewati Hijjaz
yang berputar ke al-Kharrar. Mereka melakukan perjalanan di malam hari dan
bersembunyi di siang hari. Keempat, Sariyah Nakhla. Patroli ini dilakukan pada
tahun ke-2 H, di bawah komando Abdullah bin Jahsh dengan membawa 12
prajurit serta sepucuk surat yang tidak boleh dibukanya selama dua hari dalam
111
perjalanan. Setelah dua hari dalam perjalanan ia membuka surat itu dan
membacanya yang berisi perintah untuk mengumpulkan informasi dan larangan
untuk terlibat dalam pertempuran. Sebelum bergerak menuju lembah Badar,
Nabi terlebih dahulu mengirimkan dua mata-mata yang mendahuluinya untuk
mengetahui arah pergerakan kafir Quraisy.
Sedangkan pasukan Ghazawat sebelum parang badar adalah; Ghazawah Al-
Abwa atau Waddan, Gzawah Buwat, Ghazawah Zul Al-Ushairah, Gzawah
Safawan Badar Ula.
2) Patroli dari Badar sampai ke Uhud
Meski tentara Quraisy mengalami kekalahan yang sangat besar di lembah
Badar, namun tidak mematahkan semangat mareka untuk tetap memerangi Nabi
Muhammad dan pengikutnya. Bahkan kekalahan tersebut dijadikan sebagai
motivasi untuk dapat bangkit membangun kekuatan dan membalas kekalahan di
perang Badar.16
Karena Nabi mengetahui perkembangan tentara Quraisy, maka beliau tidak
sedikitpun menjadikan kemenangan di perang Badar mengundurkan kesiagaan
terhadap kemungkinan serangan mendadak ke wilayah Islam. Bahkan Nabi
meningkatkan kesiagaan dan terus mengirim patroli pengintai tempurnya untuk
mengawasi gerakan musuh dan menjaga perbatsan negara Islam dengan mengirim
dua kali patroli Sariyah, yaitu Sariyah Ghalib bin Abdullah Laisi dan sariyah al-
Qaradha serta empat kali patroli ghzawat, yaitu ghazawah al-Kudri, ghazawah al-
Sawiq, ghzawah Zul Amar melawan Ghafalan, ghazwah Burhan (al-Furu) melawan
bani Salim.
3) Patroli dari Uhud sampai ke Hudabiyah
Kekalahan kaum muslimin pada perang Uhud membawa kemunduran dan
banyak korban. Selain membawa kesulitan bagi negara Madinah juga memberikan
pukulan terhadap reputasi militer dan politiknya. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya suku di sekeliling Madinah yang dulu netral atau bersahabat dengan
kaum muslimin, berbalik memusuhi dan menjadi sekutu aktif kaum Quraisy.
Sedangkan lainnya menjadi mata-mata mereka dan menimbulkan ancaman yang
serius terhadap keamanan dan pertahanan pusat Negara Islam17
.
Dalam keadaan kritis ini, Rasulullah mencari jalan keluar dengan
mengintensifkan patroli dan ekspedisi, dengan tujuan mengetahui perkembangan
dalam kota Madinah dan sekitarnya. Selanjutnya Rasulullah membuat garis
pertahanan depan untuk menghadapi serangan mendadak dari luar atau
pengkhianantan dari dalam kota oleh suku Yahudi. Hal ini juga dilakukan untuk
17 Afzalur Rahman, Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimpin Militer., h. 133
113
menggertak penduduk sekeliling Madinah bahwa Negara Islam mampu sepenuhnya
untuk mempertahankan kedamaian dan ketertiban dalam wilayahnya serta
memulihkan kekuasaan dan kewibawaan yang hilang.18
Dari Uhud sampai Hudaibiah, paling tidak tercatat delapan kali Nabi mengirim
empat kali patroli sariyah dan empat kali patroli ghazwat. Patroli Sariyah pertama
adalah sariyah Qatan atau Abu Salamah al-Makhzumi. Kedua, sariyah Abdullah bin
Unais, ketiga sariyah al-Mundhir bin Amir, dan keempat sariyah Raji’. Sedangkan
ghazwat yang pertama adalah ghazwah Badar al-Maw`d atau al-Sughra, kedua
ghazwah Dal al-Riqa, ghazwah Daumat al-Jandal, ghazwah Bani Musthaliq atau al-
Muraisi.
4) Pengaturan Patroli Setelah Perang Ahzab
Perang Khandaq atau perang Ahzab,19
merupakan salah satu fase pemisah
dalam peperangan-peperangan yang dilakuan oleh kaum Muslimin, antara perang
dengan posisi yang bertahan (defensif) dengan posisi dimana kaum muslimin
mengambil posisi sebagai penyerang (ofensif).
18 Afzalur Rahman, Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimpin Militer., h. 133.
19 Disebut dengan nama Ahzab, karena berkumpulnya musuh Islam dari berbagai kalangan, yaitu dari kalangan masarakat Quraisy dan masyarakat Yahudi yang akan menyerang kota Madinah.
Berkenaan dengan waktu terjadinya peristiwa tersebut, masih terjadi perbedaan pendapat. Menurut Ibnu
Khaldun terjadi pada bulan Syawal, tahun ke-5 H, menurut riwayat Ibnu Umar dan ulama lain
mengatakan peristiwa tersebut terjadi pada tahun ke-6, setelah Hijriah; 55 bulan setelah Nabi Hijrah.
(Lihat: Syaikh Mahmud Syakir, Ensiklopedi Peperangan Rasullalah Saw., h. 169
114
Tumpulnya penyerangan pasukan koalisi mengakibatkan tidak tertembusnya
benteng pertahanan kaum muslimin. Seiring dengan mundurnya pasukan koalisi,
maka menandai berakhirnya kaum musyrikin Quraisy melakukan penyerangan
terhadap daerah kaum muslimin serta sebagai titik dimulainya kaum muslimin
melakukan peperangan dengan cara menyerang pihak lawan.20
Sekarang yang dihadapi kaum muslimin bukan lagi gangguan keamanan,
melainkan perluasan kekuasaan di daerah-daerah. Oleh karena itu, maka perlu
membentuk dinas rahasia yang tetap untuk memperoleh segala macam informasi
tentang kegiatan berbagai suku yang telah ditundukkan, tetapi masih bermusuhan
dengan pemerintah Islam pusat dan mengirim pasukan ekspedisi ke daerah
sekeliling untuk menjaga perdamaian dan ketertiban.
Oleh karena itu, Nabi masih mempertahankan kebijakan patrolinya untuk
mencapai tujuan kedua ini, dimana beliau lima belas kali mengirim pasukan patroli
sariyah.21
Selain itu, Nabi juga dua kali mengirim pasukan patroli ghazawat22
20 Syaikh Mahmud Syakir, Ensiklopedi Peperangan Rasullalah Saw., h. 176
21 Sariyah al-Qurata, Sariyah Ukhkashah bin Mihsan al-Asadi, Sariyah Dul Qassah, Sariyah bani Thalabah atau Abu Ubaidah al-Jarrah, Sariyah Zaid bin Harithah, Sariyah al-Jamum melawan Bani
Sulaim, Sariyah Zaid bin Harits melawan al-Taraf, sariyah zaid bin Haritsah melawan Hismah, Sariyah
Wadi al-Qura, Sariyah Umm Qirfah di Wadi al-Qura, Sariyah Abdullah bin Atiq melawan Abu Rafi,
Sariyah Abdullah bin Ruwahah melawan Usair Ibn Razim, Sariyah al-Uraniyins, Sariyah Amir bin Umayyah, Sariyah Fadak.
22 Ghazawah Bani Lihyan (6 H), dengan tujuan menghukum penduduk Raji yang telah
membunuh 10 pendakwah muslim. Dan Ghazwah al-Ghabah dengan tujuan mengejar Uyinah bin Hist
yang telah merampas unta Muhammad dan membunuh putra Abu Dzarr
115
5) Pakta Pertahanan Hudaibiyah
Pada bulan Zulkaidah tahun ke-6 H, Rasulullah beserta 1400
rombongan menuju Madinah dengan tujuan melakukan umrah. Selain mengenakan
baju ihram, Nabi dan sahabat juga membawa binatang qurban, sebagai tanda
bahwa mereka datang untuk mengunjungi Ka’bah.
Namun pihak Quraisy yang mendengar kedatangan Rasulullah, sepakat untuk
menghalang-halangi kaum muslimin memasuki Ka`bah. Dengan adanya penolakan
dari pihak Quraisy, maka masing-masing kelompok mengirimkan utusannya dan
menghasilkan enam butir kesepakatan.23
Setelah pengesahan persetujuan damai, Muhammad Saw dan para sahabatnya
membawa binatang ternak dan menyembelihnya serta mencukur rambut. Walapaun
beberapa syarat perjanjian perdamaian kelihatannya sangat merugikan kaum
muslimin dan banyak para sahabat yang tidak senang bahkan marah atas syarat
yang merendahkan Rasulullah, tetapi Rasulullah sangat puas dengan tercapainya
perjanjian tersebut untuk mengurangi terbunuhnya kedua belah pihak dan
memberikan waktu kepada orang Quraisy untuk berfikir.
23 Isi perjanjian Hudabiah: 1) tidak ada perang selama 10 tahun. 2) Nabi Muhammmad akan kembali tahun ini dengan sahabatnya, akan datang tahun berikutnya untuk mengunjungi Ka`bah, beliau
akan tinggal selama tiga hari dengan pedang yang disarungkan. 3) tidak akan ada pencurian dan perilaku yang kurang pantas. 4) siapa pun yang ingin membuat pakta dengan Nabi Muhammad dengan membuat suatu perjanjian dengannya dapat melakukannya. 5) siapa pun yang datang pada Muhammmad tanpa izin
pengawasannya akan kembalikan dan siapa pun diantara sahabat Muhammad yang datang pada pihak
Quraisy tidak akan di kembalikan. 6) kafilah dagang Quraisy yang sering melewati Madinah tidak akan
digangggu. Lihat: Afzalur Rahman, Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimpin Militer., h. 147-148.
116
Perjanjian Hudaibiyah praktis mengakhiri permusuhan antara orang kafir
Quraisy dengan orang Muslim. Walaupun demikian Muhammmad Saw tetap tidak
mengurangi kewaspadaannnya terhadap kegiatan, baik terbuka maupun yang
tersembunyi, aktual maupun potensial dari pihak musuh. Oleh karena itu,
Muhammmad Saw sepenuhnya menyadari sikap musuhnya, dan tidak lalai untuk
melanjutkan sistem patrolinya.
C. Perkembangan Intelijen Pasca Nabi Muhammad Saw
Dalam sejarah paradaban manusia, tercatat banyak sekali pejabat negara dalam
menjalankan tugas kenegaraannya meninggal karena dibunuh oleh lawan politiknya,
pemberontak maupun masyarakat yang kurang puas dengan kebijakan-kebijakan
politiknya. Nabi Muhammmad sendiri pun dalam permulaan dakwahnya (periode
Makkah).24
Selama kurang lebih 13 tahun tidak luput dari berbagai intimidasi, ancaman
teror dan berbagai rencana pembunuhan yang bertubi-tubi oleh orang-orang kafir
Quraisy, seperti yang dilakukan Suraqah dan Umar sebelum masuk agama Islam25
.
Setelah meninggalnya Nabi Muhammad Saw, kepemimpinan umat Islam
diamanahkan kepada Abu Bakar (632-634 M). Dalam waktu kepemimpinannya yang
24 Debby M Nasution, “Kedudukan Militer Dalam Islam Dan Perananya Pada Masa Rassulullah Saw”, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 2003), cet, II, h. 63
25 Heri Sucipto, Ensiklopedi tokoh Islam: dari Abu Bakr hinggga Nasr dan Qordhawi, (Jakarta:
Hikmah, 2003)., h. 40
117
relatif singkat, ia banyak disibukkan dalam perang Riddah26
. Dengan berbekal
informasi yang telah dikumpulkan oleh Intelijen, Khalifah Abu Bakar dapat
memadamkan pemberontakan dengan kearifan dan pengampunan, sehingga dapat
menyatukan kembali suku-suku di Arabia.27
Setelah wafatnya Khalifah Abu Bakar, Umar bin khatab didaulat sebagai Khalifah
ke dua umat Islam (634-644). Di bawah kepemimpinan Umar bin Khatab, bidang
militer mengalami kemajuan yang signifikan. Dengan komandonya, pasukan Islam
melakukan perluasan wilayah, sampai ke Irak, Syria dan Mesir. Selain itu pasukan
Islam pun mampu mengalahkan pasukan Persia dalam perang Qadisiyyah (637 M),
Perang Yarmuk (369) di Palestina Utara, serta menaklukkan seluruh Syria, Palestina,
dan Mesir pada tahun 641.28
Dibalik kesuksesan Umar bin Khatab mengorganisir militer, terutama di peperangan
menghadapi musuh Islam, namun khalifah Umar bin Khatab gagal memfungsikan dinas
Intelijen untuk mengatisipasi segala kemungkinan yang terjadi di dalam negeri. Hal ini
terbukti ketika Umar bin Khattab meninggal ditikam oleh Abu Lu`lu`ah, seorang
26 Perang Riddah adalah perang melawan kemurtadan dan pemberontakan yang dilakukan oleh
sebagian besar suku Badui yang tergabung oleh konfederasi Islam. Ini murni bersifat politik dan ekonomis. Setelah wafanya Nabi Saw (632 M), perjanjian mereka hanya berlaku dengan Nabi
Muhammad Saw dan tidak dengan penerusnya. Sebagai pembenaran dari pemberontakan itu, para
pemimpin pemberontak sering mengaku sebagai Nabi dan mengarang wahyu. (Lihat: Karen Armstrong,
Sejarah Islam Singkat, (Yogyakarta: el-Banin Media, 2008), h. 36
27 Karen Armstrong, Ibid., h. 36
28 Ibid.., h. 38-39
118
Majusi, budak Mughirah Ibn Syu’bah, ketika sedang menunaikan shalat Subuh di
Masjid pada tahun 13 H.29
Hal ini juga terjadi pada Khalifah Usman Bin Affan, ketika
para Intelijen gagal mengantisipasi al-Ghafiri dan Sudan bin Hamran dalam
perencanaan pembunuhan terhadap Khalifah Usman.30
Berikutnya, pada zaman tabi’in (pengikut). Dari sekian banyak variasi bentuk
intelijen dan militer peninggalan peradaban Islam, adalah munculnya fenomena tentara
bayaran sebagai penopang utama sebuah pemerintahan, seperti yang terjadi pada zaman
Kekhalifahan Fatimiyah di Mesir.31
Masa pemerintahan dinasti ini berlangsung hampir dua abad lamanya, antara tahun
909 M hingga 1171 M. Nama Fatimiyah yang mereka pakai adalah sebagai ‘klaim’
bahwa penguasa dinasti ini adalah keturunan Nabi Muhammad Saw dari Fatimah.
Mereka terpaksa memakai tentara bayaran ini sebagai intelijen dan militer, agar
dapat memusatkan pemerintahannya di Mesir yang merupakan penganut Syiah
Ismailiyah. Sebab saat itu pengikut Syiah adalah kelompok minoritas, karena
mayoritas penduduk Mesir menganut Islam suni.
Tentara bayaran oleh Kekhalifahan Fatimiyah ini juga dipakai sebagai jalan keluar
untuk melanggengkan kekuasaan karena warga Mesir yang memang tidak suka
29 M. Yusuf al-Kandahlawy, Kehidupan Para Sahabat Rasullah Saw, (Surabaya: PT Bina Ilmu,
1993), jilid II, h. 27
30 Harapandi dan Mansur, Pendidikan Politik: Arkeologi Genesis Sistem Politik dan Administrasi Pemerintahan Islam Masa Khulafah Al Rasidun , (Jakarta: Pustaka Irfani, 2005), h. 53
31 Ruswandi, Ilmu Militer Dalam Peradaban Islam, Harian Republika; Selasa, 08 April 2008
119
kepadanya. Selain itu, juga dipakai sebagai alat untuk membasmi berbagai
pemberontakan. Adapun tentara bayaran ini adalah resimen kulit hitam atau Zawila
yang direkrut dengan cara membeli dari pasar budak yang pada saat itu banyak
bermunculan di Afrika, terutama di pusatnya yang berada di dekat Danau Chad.32
Puncak prestasi dari legiun bayaran yang berfungsi sebagai intelijen dalam militer
dinasti Fathimiyah ini adalah ketika mereka berhasil menguasai pusat Dinasti
Abbbasiyah, di kota Baghdad pada tahun 1058 M. Salah satu hasil rampasan perang
yang sempat didapatkan sebagai tanda takluk dari penguasa Baghdad saat itu adalah
sebuah jubah peninggalan Nabi Muhammad Saw.33
Berikutnya ada tahun 1300 M, Kekhalifahan Utsmani kian memperluas
kekuasaannya ke seantero jagad. Eropa pun berhasil ditaklukkan kerajaan yang awalnya
berpusat di barat laut Anatolia itu. Kesuksesan Utsmani menguasai wilayah ini ditopang
teknologi militer modern dan tercanggih di zamannya.
Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II, Kerajaan Utsmani bahkan sudah
mulai mengembangkan senjata meriam. Teknologi meriam yang dikembangkan pada
era kejayaan Utsmani tersebut terbilang paling mutakhir. Pengembangan teknologi
32 Ketika menaklukan Mesir, seorang Khalifah Fatimiyah, memerintahkan Jauhar Jauhar al-
Shaqaly membangun kota baru, yang diberi nama Kairo. Bahkan mantan budak yang juga intelijen ini
mendirikan sebuah perguruan tinggi Islam terbesar di dunia, yaitu Al-Azhar di Kairo. Perguruan ini pada
berawal dari sebuah masjid yang bernama Al-Azhar yang dibangun pertamakali pada tanggal 24 Jumadil
Ula tahun 359 H atau pada bulan April, 970 M. Kegiatan pembangunan ini baru selesai enam tahun kemudian atau tepatnya pada 365 H / 976 M. (Lihat Ruswandi, Ilmu Militer Dalam Peradaban Islam,
Harian Republika; Selasa, 08 April 2008).
33 Ruswandi, Ibid.
120
senjata ini dilakukan menyusul terjadinya Perang Salib I. Saat itu umat Islam terutama
Turki berperang melawan pasukan tentara Salib (crusader).34
Keberhasilan Turki dalam menguasai hampir sebagian dunia dan menancapkan
kekuasaannya di Eropa tidak lain berkat bantuan sederet desainer dan insinyur yang
mumpuni di bidang teknologi persenjataan. Beberapa ahli meriam yang termasyhur
yang bergabung dalam tim artileri itu antara lain, Saruca Usta dan Muslihiddni Usta.
Bahkan tak sedikit pula non-Muslim bergabung dalam kelompok artileri. Artinya secara
tidak langsung, orang-orang inilah yang menjadi jasus (mata-mata) khusus dalam
bidang militer saat itu. Tentu dengan bergabungnya orang-orang miskin yang tak puas
dengan kebijakan Byzantium ini sangat menguntungkan pihak Turki Utsmani karena
dengan mudah menyusupkan mereka pada pihak lawan, terutama Eropa untuk
menaklukkan Konstantinopel,-ibu kota Byzantium. Dengan demikian pasukan tentara
Utsmani mengepung dan menjebol benteng pertahanan musuh.
Pada era Khalifah Mamluk bidang militer itu berkembang pesat. Sedangkan, pada
zaman Salahudin, kemajuan bidang militer juga mengalami perkembangan pesat. Mulai
dari keberhasilan menaklukkan Yerusalem35
dengan penggunaan panah, mesin-mesin
perang saat itu, seperti mangonel (pelempar batu), alat pendobrak, menara-menara
pengintai, penempatan pasukan di medan perang, dan cara membuat baju besi. Adanya
menara pengintai di sini menunjukkan, intelijen pada saat itu telah digunakan untuk
34 Heri Ruslan, Teknologi Militer Khilafah Ustmani, Harian Republika; Rabu, 12 Maret 2008
35 Ruswandi, Ilmu Militer Dalam Peradaban Islam, Harian Republika; Selasa, 08 April 2008
121
melihat sejauh mana aktivitas dan kelemahan lawan. Selain berperan sebagai pengintai,
intelijen pada saat itu juga memiliki kemampuan taktik perang, organisasi militer, tata
cara pengepungan, dan formasi tempur.
Adapun pada masa Sultan Saljuk: Malikiyah juga telah membentuk jasus mata-
mata, kurir dengan komposisi etnik dalam pasukan. Selain itu, mereka juga diajarkan
kemampuan militeristik perang, seperti taktik menangani sandera, persiapan senjata,
dan peralatan untuk berperang.
Berikutnya adalah masa perkembangan intelijen dalam negara Islam pasca
runtuhnya Turki Utsmani pada 24 Oktober 1924. Berakhirnya kekuasaan Utsmani,
membawa dampak yang luar biasa dalam sejarah dunia Islam. Karena banyak dari
berbagai negara yang tergabung dalam kekhalifahan, akhirnya keluar dan memilih
menjadi nation state (Negara bangsa).
Begitu juga dengan berbagai Negara di Timur Tengah. Berdasarkan alasan-alasan
politik dan suku bangsa Timur Tengah mencakup Negara-negara Afrika, seperti Libya,
kefanatikan agama dan rasial menjadi salah satu penyebab revolusi yang saling susul
menyusul. Begitu juga yang terjadi di Iran, Irak, Al-Geria, Kuwait, Maroko, Tunisia
dan negara-negara lain juga melaksanakan metode yang sama dan untuk alasan yang
Pada Perang Dunia II meletuslah dua elemen kekuatan yang sama-sama
berselingkuh dengan Reza Pahlavi: Inggris dan Jerman. Reza Pahlavi kebingungan
menentukan pilihan. Para ahli strategi menyarankannya agar bersikap netral dan Inggris
punmarah. Dibantu Rusia, pasukan Inggris menginvasi Iran pada 1941 dan mencopot
paksa mahkota Reza Pahlevi. Selanjutnya Inggris mengangkat Muhammad Reza
Pahlevi untuk melanjutkan kekuasaan sang bapak. Muhammad Reza Pahlavi
menunjukkan ketaatan yang lebih tulus.37
Saat Muhammad Reza Syah berbangga karena Iran dijuluki sebagai The Bridge of
Victory oleh Pasukan Sekutu, Khomeini mempublikasikan hasil-hasil kuliahnya tentang
pelbagai isu polemis berjudul Kasyf al-Asrar (Kunci Pembuka Rahasia). Dalam buku
ini, dia membidik Barat, terutama Inggris dan AS, sebagai penyebab penderitaan Iran
secara khusus dan dunia Muslim secara umum. Dia juga menceritakan kelahiran Israel
dan bahaya jangka panjangnya bagi keamanan Timur Tengah.
Awal 1950, sejumlah intelektual nasionalis menuntut hengkangnya pasukan asing
dari tanah Iran. Di hadapan Parlemen (yang sejak Era Qajar diberi nama Majlis), Dr.
Mohammad Mossadeq, mengajukan mosi tidak percaya terhadap kekuasaan
Muhammad Reza Pahlavi.
Tahun 1951, Badan Intelijen Inggris menggamit Amerika Serikat, dan meyakinkan
Presiden Eisenhower bahwa Mossadeq beraliansi dengan Partai Komunis Tudeh di Iran.
37 Ayatullah al-Uzhma Sayyid Ali Huseini Khamenei, Pemimpin Revolusi Islam Iran, http://www.al-shia.org/html/id/olama/index.php?n=2. Artikel diakses pada tanggal 15 Januari 2009.
123
Eisenhower menyetujui operasi intelijen di bawah CIA untuk menggulingkan Mossadeq
dan memulihkan kekuasaan Muhammad Reza Syah Pahlavi yang pro-Barat.
Operasi Intelijen ini bertumpu pada mobilisasi sebanyak mungkin demonstran anti-
Mossadeq. Ibukota Tehran rusuh. Penjarahan terjadi di mana-mana. Ribuan pemuda pro
dan anti-Mossadeq mati di jalanan. AS dan Inggris menyogok militer untuk berpihak
pada Syah. Pasukan pro-Syah menyerbu dan membombardir kediaman Sang Perdana
Menteri. Mossadeq menyerah pada 19 Agustus 1953.
Mohammad Reza Pahlavi kembali berkuasa dengan jiwa yang lebih otokratis dan
membabi buta dalam melaksanakan sekularisasi yang diikuti dengan personalisasi
negara. Di bawah bendera Sazman-I Ittila’at va Amniyat-i Kesyvar (Badan Intelijen dan
Keamanan Negara, yang belakangan lebih tenar dengan nama singkatannya, SAVAK),
Syah mengikis habis semua suara sumbang tentang dirinya. Di setiap sudut Iran, ada
telinga dan mata SAVAK yang siap memperhatikan, melaporkan dan menindak si
tertuduh tanpa pengadilan dalam bentuk apapun.
AS gencar menekan rezim Shah Pahlevi untuk memberlakukan perubahan di semua
bidang sesuai kemauan Washington. Imam Khomeini menangkap sinyal bahaya besar
di balik perombakan gaya AS ini. Langkah-langkah rezim Pahlevi hanya akan
membuka jalan bagi AS dan Israel untuk menguasai Iran. Imam Khomeini gencar
mengingatkan semua pihak untuk menyadari bahaya dari langkah-langkah Shah. Rezim
melakukan pembalasan atas gerakan Imam dengan sebuah tindakan yang brutal.
124
Tentara dan dinas keamanan (SAVAK) tanggal 22 Maret tahun 1963, bertepatan
dengan peringatan Shahadah Imam Ja’far Shadiq (as), dikerahkan untuk
menyerang madrasah Feiziyah di Qom, tempat Imam Khomeini mengajar. Banyak
pelajar agama yang gugur Shahid dalam peristiwa itu.
Sejak saat itu, bagi Khomeini, rezim yang berkuasa telah melangkah terlalu jauh
dari pakem yang selama ini berkalu bagi raja-raja Iran. Khomeini dan murid-muridnya
tak bisa lagi membiarkan sikap keterlaluan ini.
Khomeini juga menyebutkan adanya konspirasi besar untuk mengubur semangat
Islam, persis sebagaimana yang dihadapi Imam Husein di hari Asyura. Syah telah
bekerjasama dengan kekuatan AS dan Israel untuk memberangus semua jejak Islam.
Dia mengancam Syah agar tidak bermain-main dengan kemuliaan Islam. Dia
membongkar pesan SAVAK yang umum diketahui telah dilatih oleh agen-agen
MOSSAD dan CIA supaya para mullah tidak bebicara tentang tiga hal: Syah, Israel dan
bahaya terhadap Islam
Inilah babak baru perlawanan Khomeini yang dikenal dengan Gerakan 15 Khordad.
Ceramah panjang Khomeini yang berisi bahan-bahan baru seputar konspirasi
internasional yang belum pernah didengar khalayak sebelumnya ini telah mengalir ke
segenap urat hadirin. Ribuan salinan rekaman ceramah ini disebar ke semua penjuru
Iran pada malam itu juga.
125
Keesokan harinya, Syah meminta kepala SAVAK, Mayjen Hasan Pakravan, untuk
mengambil tindakan tegas dan keras. SAVAK akhirnya menjebloskan Khomeini di
penjara Qasr selama 19 hari. Tapi dia bukan sendirian. Ayatullah Hasan Thabathaba`i
Qomi dan Muhammad Taqi Falsafi, orator ulung asal Tehran, juga digiring ke rumah
tahanan.
Dengan menahan Khomeini, rezim Syah sebenarnya meresmikan dirinya sebagai
pemimpin oposisi dari kalangan agamawan. Pagi hari tanggal 11 Februari 1979, dengan
kaburnya Bakhtiar ke luar negeri, kekuasaan Shah Pahlevi berakhir. Sebagai gantinya
berdiri pemerintahan baru dengan sistem Republik Islam.
Sejak kemenangan revolusi Islam hingga 2 Juni 1989 (hari wafat Imam Khomeini)
terjadi banyak peristiwa penting di Iran yang menunjukkan betapa Amerika Serikat
(AS) memusuhi pemerintahan Islam ini. Kelompok pemberontak sayap kanan atau kiri
di Iran yang berusaha menumbangkan pemerintahan Islam didukung secara penuh, baik
secara politik maupun finansial, oleh Barat dan Timur.
Berbagai makar dan tipu daya dalam skala besar dilakukan oleh adidaya Barat dan
Timur untuk menggulung pemerintahan Islam di Iran. Namun di bawah kepemimpinan
Imam Khomeini, semua tipu daya itu dapat digagalkan dan pemerintahan Islam di Iran
tetap berdiri kokoh hingga sekarang.
Sampai saat ini SAVAK masih difungsikan oleh rezim pemerintahan Ahmadinejad
sebagai contra spionase dan berfungsi sebagai pengamanan (security) yang dikenal
security pasif (negatif) dan security aktif (Positif). Security pasif (negatif) berarti
melindungi diri terhadap kegiatan Intelijen pihak lawan. Baik dalam kegiatan operasi
Intelijen terbuka maupun operasi Intelijen tertutup (klandestin) secara depensif.
Sekuritas pasif mempunyai unsur sebagai berikut:38
a) Concleament (menyembunyikan
laporan sumber). b). Klasifikasi (tingkat kerahasiaan laporan). c). Kepercayaan atas
sumber. d). Komponen-komponen evaluasi. e). Perubahan dalam penilaian kepercayaan
dan f). Karakter baket (informasi). Adapun security aktif (positif) adalah sikap
melindungi diri terhadap kegiatan Intelijen pihak lawan dengan melakukan operasi
intelijen secara opensif (terbuka atau tertutup).
38 Jono Hatmodjo, Intelijen Sebagai Ilmu (Intelligence as a Science), (Jakarta: Balai Pustaka,
2003), h. 3
120
BAB IV
INTELIJEN NEGARA DALAM KETATANEGARAAN INDONESIA
DAN KETATANEGARAAN ISLAM
A. Hukum Aktivitas Intelijen (Tajassus)
Menurut Syekh Taqiyuddin an-Nabhani, aktivitas Intelijen dalam hukum Islam bisa
haram, jaiz, dan wajib, ditinjau dari siapa yang menjadi target dari aktivitas Intelijen.85
Menurutnya aktivitas tajassus yang ditujukan kepada kaum muslimin adalah haram.
Pendapat tersebut didasarkan kepada Firman Allah Swt QS. Al-Hujuraat (49):12
>�?*412@3 �A4123 B C<��D�E 5*F�H�E I�E 7J*FK�� %>LL+ �MNO%�E
�P�6N� �H�☺�R1)S!L?LK B ���*/T���� ���� B TI./ ���� 4V�W�L YZ�MW[ (\]^
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang (tajassus) dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”. (QS. Al-Hujurat [49]: 12)”
Sebagian mufassirin, seperti Abu Raja’ dan al-Hasan, membacanya dengan
“tahassasuu” (dengan ha’ bukan dengan jim). Al-Akhfash menyatakan, bahwa makna
keduanya (tajassasuu dan tahassasuu) tidaklah berbeda jauh. Sebab, tahassasuu
bermakna al-bahtsu ‘ammaa yaktumu ‘anka (membahas/meneliti apa-apa yang
tersembunyi bagi kamu). Ada pula yang mengartikan, bahwa tahassasuu, adalah apa yang
bisa dijangkau oleh sebagian indera manusia. Sedangkan tajassasuu adalah memata-matai
sesuatu. Ada pula yang menyatakan, kalau tajassasuu itu adalah aktivitas mata-mata yang
85 Taqiyyuddin al-Nabhani, al-Syakhshiyyah al-Islaamiyyah, juz II, ed.III, (Beirut: Dar al-Ummah,
1994), h. 212
121
dilakukan oleh orang lain, atau dengan utusan, sedangkan tahassasuu, aktivitas mata-mata
yang dilakukan oleh dirinya sendiri.
Sedangkan Imam Qurthubi, mengartikan firman Allah, di atas dengan, “Ambillah hal-
hal yang nampak, dan janganlah kalian membuka aurat kaum muslimin. Yakni, janganlah
seorang diantara kalian meneliti aurat saudaranya, sehingga ia mengetahui auratnya,
setelah Allah SWT menutupnya (auratnya)”. Pendapat Imam Qurthubi juga di kuatkan
dengan hadist Nabi Saw: “Janganlah kalian saling memata-matai, janganlah kalian saling
menyelidik, janganlah kalian saling berlebih-lebihan, janganlah kalian saling berbuat
“Allah berfirman: Hai orang-orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya, janganlah kalian buruk
sangka terhadap orang-orang mukmin, begitu juga sebaliknya, karena sesungguhnya buruk sangka tidak
dapat dibenarkan. Allah berfirman: (Menajuhlah kalian dari prasangka yang buruk), dan tidak berfirman: Semua prasangka itu buruk, maka artinya orang mukmin diizinkan untuk berprasangka
buruk (memata-matai) kepada sebagian mereka dengan tujuan yang baik. Kemudian Allah berfirman:
Jika kalian mendengar ada prasangka buruk terhadap orang mukmin baik laki-laki maupun perempuan
yang baik, maka itu adalah kebohongan yang nyata. Maka Allah mengizinkan kepada orang mukmin
berburuk sangka kepada sebagian orang mukmin atas sebagian yang lain atas tujuan kebaikan dan
Allah berfirman: jika apa yang dikatakannya tidak meyakinkan”.
Sama halnya dengan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud: