Top Banner
KONFLIK PERAN GENDER LAKI-LAKI DENGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LAPAS NARKOTIKA KLAS IIA CIPINANG JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Nindita Nurillah Suryadi NIM: 11160520000068 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2021 M
178

konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

May 02, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

KONFLIK PERAN GENDER LAKI-LAKI DENGAN

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LAPAS

NARKOTIKA KLAS IIA CIPINANG

JAKARTA TIMUR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Nindita Nurillah Suryadi

NIM: 11160520000068

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/2021 M

Page 2: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

i

KONFLIK PERAN GENDER LAKI-LAKI DENGAN

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LAPAS

NARKOTIKA KLAS IIA CIPINANG

JAKARTA TIMUR

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Nindita Nurillah Suryadi

NIM. 11160520000068

Pembimbing

Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si

NIP. 19690607 199503 2 003

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/2021 M

Page 3: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Konflik Peran Gender Laki-Laki dengan

Penyalahgunaan Narkoba di Lapas Narkotika Klas IIA Cipinang

Jakarta Timur” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta pada 31 Mei 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Jakarta, 31 Mei 2021

Sidang Munaqasyah

Ketua Sekretaris

Ir. Noor Bekti Negoro, SE., M.Si Artiarini Puspita Arwan, M.Psi

NIP. 19650301 199903 1 001 NIP. 19861109 201101 2 016

Penguji I Penguji II

Dr. Fauzun Jamal Lc., M.A Abdul Rahman, M.Si

NIP. 197410212008011009 NIP. 198207112007011001

Pembimbing

Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si

NIP. 19690607 199503 2 003

Page 4: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

iii

PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Nindita Nurillah Suryadi

NIM : 11160520000068

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Konflik

Peran Gender Laki-Laki dengan Penyalahgunaan Narkoba di

Lapas Narkotika Klas IIA Cipinang Jakarta Timur adalah

benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan

plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam

penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya

dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata

skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya

orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 31 Mei 2021

Nindita Nurillah Suryadi

NIM. 11160520000068

Page 5: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

iv

ABSTRAK

Nindita Nurillah Suryadi. 11160520000068. Konflik Peran

Gender Laki-Laki dengan Penyalahgunaan Narkoba Warga

Binaan Pemasyarakatan di Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta.

Dibimbing oleh Dra. Rini Laili Prihatini, M. Si.

Kasus penyalahgunaan narkoba semakin meningkat dari

tahun ke tahun di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri sampai akhir

tahun 2019, Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat lebih

kurang 3.600.000 penduduk Indonesia telah menyalahgunakan

narkoba. Dalam jurnal O’Neil (2008), terdapat 7 dari 11 penelitian

yang mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan

narkoba.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat

penyalahgunaan narkoba dan menganalisis hubungan konflik

peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan narkoba warga

binaan pemasyarakatan. Penelitian ini menggunakan teori konflik

peran gender laki-laki yang dirumuskan oleh James M. O’Neil dan

teori penyalahgunaan narkoba milik Dadang Hawari.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan

metode survey. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 95 orang.

Teknik analisis data menggunakan korelasi Rank Spearman dan

pengolahan data menggunakan SPSS 25.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat

penyalahgunaan narkoba warga binaan pemasyarakatan tergolong

sedang. Penelitian ini juga menemukan hasil bahwa terdapat

hubungan positif dan signifikan antara konflik peran gender laki-

laki dengan penyalahgunaan narkoba dengan nilai Sig. (2-tailed)

sebesar 0.001 dimana 0.001 < 0.05 dan terdapat hubungan yang

lemah dan positif dengan angka koefisien korelasi yang bernilai

positif yaitu 0.322** sehingga hubungan antara konflik peran

gender dengan penyalahgunaan narkoba bersifat searah. Artinya,

kenaikan atau penurunan konflik peran gender laki-laki warga

binaan pemasyarakatan akan diikuti kenaikan atau penurunan

penyalahgunaan narkoba warga binaan pemasyarakatan.

Kata Kunci: Konflik Peran Gender Laki-Laki,

Penyalahgunaan Narkoba, Warga Binaan Pemasyarakatan.

Page 6: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

v

ABSTRACT

Nindita Nurillah Suryadi. 11160520000068. Male Gender Role

Conflict and Drug Abuse of Prisoners in Jakarta Narcotics

Prison. Supervised by Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si.

Drug abuse cases are increasing from year to year around

the world. In Indonesia alone until the end of 2019, the National

Narcotics Agency (BNN) noted that approximately 3,600,000

Indonesians had abused drugs. In one of O'Neil’s journal (2008),

7 out of 11 studies found that there was a significant relationship

between gender role conflicts and drug abuse.

Therefore, this study aims to describe the level of drug

abuse and analyze the relationship between male gender role

conflicts and drug abuse of prisoners in Jakarta Narcotics Prison.

This study uses the male gender role conflict theory formulated by

James M. O'Neil and Dadang Hawari's theory of drug abuse.

This research uses a quantitative approach with a survey

method. The number of samples in this study were 95 people. The

data analysis technique used Rank Spearman correlation and data

processing used SPSS 25.

The results showed that the level of drug abuse in the prison

assisted residents was moderate. This study also found that there

was a positive and significant relationship between male gender

role conflict and drug abuse with a Sig. (2-tailed) of 0.001 where

0.001 <0.05 and there is a weak and positive relationship with a

positive correlation coefficient of 0.322 ** so that the relationship

between gender role conflict and drug abuse is unidirectional. This

means that an increase in the male gender role conflict will be

followed by an increase in drug abuse of prisoners, or a decrease

in the male gender role conflict will be followed by a decrease in

drug abuse of prisoners.

Keywords: Male Gender Role Conflict, Drug Abuse, Prisoners

Page 7: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah

Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan limpahan nikmat

dan kasih sayang tak terhingga kepada hamba-Nya. Shalawat

teriring salam juga tak lupa penulis haturkan kepada junjungan

seluruh alam, Nabi Muhammad Shalllahu ‘Alaihi wa Sallam yang

telah memberikan cahaya ke dalam gelapnya hidup para manusia

dengan menyampaikan risalah Al-Qur’an. Dengan izin-Nya,

penulis dapat merampungkan penulisan skripsi yang berjudul

“Konflik Peran Gender dengan Penyalahgunaan Narkoba Warga

Binaan Pemasyarakatan di Lapas Narkotika Klas IIA Cipinang

Jakarta Timur” ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tak luput dari kesalahan,

penulis harap skripsi ini dapat menjadi sumbangan ilmu yang

bermanfaat bagi khalayak masyarakat luas, khususnya para

akademisi. Dalam penulisan skripsi ini pun penulis mendapatkan

banyak bantuan dari berbagai pihak, baik dalam bentuk moril

maupun materil.

Terima kasih tak terhingga penulis ucapkan kepada kedua

orang tua penulis yang selalu menengadahkan tangan kepada-Nya

untuk mendoakan penulis, juga yang selalu berdiri di barisan

terdepan dalam mendukung penulis di kegiatan apapun yang

bermanfaat. Juga kepada kakak dan adik penulis yang menghibur

penulis dengan caranya masing-masing. Tak terhitung rasa syukur

penulis kepada Allah yang menjadikan penulis sebagai putri satu-

Page 8: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

vii

satunya keluarga ini. Semoga Allah senantiasa merahmati dan

meridhoi kita baik di dunia maupun di akhirat.

Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima

kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dan membantu penulisan

skripsi ini, diantaranya:

1. Suparto, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu

Dakwah Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, MSW selaku

Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Sihabuddin Noor,

MA selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum,

Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Wakil Dekan III

Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama.

2. Ir. Noor Bekti Negoro, M.Si dan Artiarini Puspita Arwan

M.Psi selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang selalu

memberikan motivasi dan dukungan kepada

mahasiswanya agar selalu bersemangat dalam

mengerjakan skripsi.

3. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku dosen pembimbing

yang telah meluangkan waktu, tenaga, juga pikirannya

dan dengan sabar membimbing penulis sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan.

4. M. Jufri Halim, M.Ag selaku Dosen Pembimbing

Akademik penulis yang selalu menaungi mahasiswanya

dan memotivasi penulis selama menjadi mahasiswa di

BPI.

Page 9: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

viii

5. Dosen di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

yang telah memberikan banyak ilmu bermanfaat selama

penulis menimba ilmu di jurusan ini. Semoga apa yang

telah diajarkan dapat menjadi amal jariyah yang terus

mengalir pahalanya hingga hari akhir kelak.

6. Pak Abdul Manaf selaku pembimbing penulis dalam

melaksanakan penelitian di Lapas Narkotika Klas IIA

Jakarta yang selalu bersedia membantu dan menyediakan

fasilitas yang mempermudah penelitian.

7. Deasty Evaliana, sahabat sekaligus partner in crime yang

selalu memahami penulis di kondisi apapun. Dua belas

tahun pertemanan sungguh membuat kita memiliki

“telepati” kita tersendiri.

8. Krisdayanti, Siti Masripah, Risna Wahyu Yuliarti, Lia

Monika, Diah Anggraini Jumaidi Putri, Nailatul Izzah,

Izul Muna, Dita Maya Septiani, Ami Dwi Zahera, Eva

Fauzah, Nur Ossa Velina, Heksayani Aspari, Alfiah

Rahma Auliyani, dan seluruh teman-teman BPI Angkatan

2016 yang tidak bisa penulis sebut satu per satu. Terima

kasih atas bantuan serta dukungan selama pengerjaan

skripsi ini, juga hari-hari yang dipenuhi canda tawa

selama di bangku perkuliahan.

9. UIN Archery Squad yang telah menjadi wadah bagi

penulis melakukan salah satu cita-cita masa kecil penulis.

Tarikan pertama yang dilakukan ketika menembakkan

anak panah selalu membekas di hati penulis. Terima kasih

Page 10: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

ix

atas pengetahuan dan pengalaman baru di atas hamparan

rumput yang hijau.

10. Ikatan Remaja Masjid Al-Qorieb sebagai distraksi terbaik

yang penulis miliki selama mengerjakan skripsi dan

membuat penulis kembali merasa menjadi bagian dari

sesuatu di saat pandemi yang memisahkan banyak orang.

11. Seluruh responden yang telah bersedia meluangkan waktu

dan pikiran dengan menjadi bagian dari penelitian ini.

12. Juga pihak-pihak lain yang tidak hanya membantu penulis

dalam pengerjaan skripsi, namun juga memberikan

wawasan dan kebijaksanaan akan hidup.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhoi apapun yang

Bapak, Ibu, Teman-teman, Kakak-kakak, dan Adik-adik lakukan

dan membalas segala kebaikan dengan sebaik-baik balasan.

Terima kasih telah menjadi bagian dari hidup penulis.

Penulis pun menyadari bahwa skripsi ini tidak dekat dengan

kata sempurna, maka dari itu penulis membuka pintu untuk

menerima saran dan masukan bermanfaat demi memperbaiki

skripsi ini. Walau begitu, penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi masyarakat luas dan dapat mengembangkan

khazanah keilmuan.

Jakarta, 19 April 2021

Nindita Nurillah Suryadi

Page 11: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................... ii

PERNYATAAN ........................................................................... iii

ABSTRAK ................................................................................... iv

ABSTRACT .................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................. x

DAFTAR TABEL ...................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................. xiv

BAB I ............................................................................................ 1

PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ......................................................... 14

C. Batasan Masalah............................................................... 15

D. Rumusan Masalah ............................................................ 16

E. Tujuan Penelitian ............................................................. 17

F. Manfaat Penelitian ........................................................... 17

G. Tinjauan Kajian Terdahulu .............................................. 18

H. Sistematika Penulisan ...................................................... 32

BAB II ......................................................................................... 34

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 34

A. Landasan Teori ................................................................. 34

1. Konflik Peran Gender ................................................... 34

2. Penyalahgunaan Narkoba ............................................. 46

3. Dewasa Awal ................................................................ 54

B. Kerangka Pemikiran ......................................................... 59

C. Hipotesis ........................................................................... 66

Page 12: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

xi

BAB III ....................................................................................... 67

METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 67

A. Paradigma Penelitian ........................................................ 67

B. Populasi ............................................................................ 68

C. Sampel .............................................................................. 69

D. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................... 70

E. Sumber Data ..................................................................... 71

1. Data Primer ................................................................... 71

2. Data Sekunder .............................................................. 71

F. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 72

1. Observasi ...................................................................... 72

2. Wawancara ................................................................... 72

3. Kuesioner ...................................................................... 73

4. Dokumentasi ................................................................. 73

G. Instrumen Penelitian......................................................... 74

1. Variabel Penelitian ....................................................... 74

2. Definisi Operasional ..................................................... 75

3. Skala Penelitian ............................................................ 76

4. Uji Validitas ................................................................. 77

5. Uji Reliabilitas .............................................................. 80

H. Teknik Analisis Data ........................................................ 81

1. Uji Deskriptif ................................................................ 81

2. Uji Korelasi .................................................................. 82

3. Membaca Data Secara Kualitatif .................................. 83

BAB IV ....................................................................................... 84

GAMBARAN UMUM DAN HASIL ANALISIS DATA .......... 84

A. Gambaran Umum Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta ...... 84

1. Sejarah Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta ................... 84

Page 13: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

xii

2. Tugas Pokok dan Fungsi Lapas Narkotika Klas IIA

Jakarta .................................................................................. 84

3. Visi dan Misi Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta.......... 85

4. Sarana dan Prasarana Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta

86

5. Struktur Organisasi Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta 88

............................................................................................. 88

6. Program Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta ................. 89

B. Temuan dan Hasil Analisis Data ...................................... 92

1. Analisis Deskriptif ........................................................ 92

2. Analisis Inferensial ..................................................... 110

BAB V ....................................................................................... 132

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 132

A. Kesimpulan .................................................................... 132

B. Saran ............................................................................... 133

DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 135

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................ 142

Page 14: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Review Jurnal Ke-1 ....................................................... 18

Tabel 2. Review Jurnal Ke-2 ....................................................... 19

Tabel 3. Review Jurnal Ke-3 ....................................................... 21

Tabel 4. Review Jurnal Ke-4 ....................................................... 22

Tabel 5. Review Jurnal Ke-5 ....................................................... 24

Tabel 6. Review Jurnal Ke-6 ....................................................... 25

Tabel 7. Review Jurnal Ke-7 ....................................................... 27

Tabel 8. Review Jurnal Ke-8 ....................................................... 28

Tabel 9. Review Jurnal Ke-9 ....................................................... 30

Tabel 10. Review Jurnal Ke-10 ................................................... 31

Tabel 11. Skala Semi-Likert ....................................................... 76

Tabel 12. Blue Print Skala Variabel Konflik Peran Gender ....... 78

Tabel 13. Blue Print Penyalahgunaan Narkoba .......................... 79

Tabel 14. Output Uji Reliabilitas Variabel Konflik Peran Gender

..................................................................................................... 80

Tabel 15. Output Uji Reliabilitas Variabel Penyalahgunaan

Narkoba ....................................................................................... 81

Tabel 16. Kekuatan Korelasi Menurut Sugiyono ........................ 82

Tabel 17. Sarana dan Prasarana Lapas Narkotika Klas II A

Jakarta ......................................................................................... 86

Tabel 18. Persentase Konflik Peran Gender Warga Binaan

Pemasyarakatan ........................................................................... 98

Tabel 19. Persentase Penyalahgunaan Narkoba Warga Binaan

Pemasyarakatan ......................................................................... 105

Tabel 20. Nilai Koefisien Korelasi antara Karakteristik

Responden dengan Penyalahgunaan Narkoba Warga Binaan

Pemasyarakatan ......................................................................... 110

Tabel 21. Nilai Koefisien Korelasi antara Konflik Peran Gender

dengan Penyalahgunaan Narkoba Warga Binaan Pemasyarakatan

................................................................................................... 119

Page 15: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pola Konflik Peran Gender ....................................... 42

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian Konflik Peran Gender

dengan Penyalahgunaan Narkoba di Lapas Narkotika Klas IIA

Jakarta ......................................................................................... 65

Gambar 3. Susunan Struktur Organisasi Lapas Narkotika Klas

IIA Jakarta ................................................................................... 88

Gambar 4. Karakteristik Responden berdasarkan Usia............... 93

Gambar 5. Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat

Pendidikan Formal ...................................................................... 95

Gambar 6. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis

Penyalahgunaan Narkoba…………………………… ................ 97

Page 16: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kasus penyalahgunaan narkoba semakin meningkat

dari tahun ke tahun di seluruh dunia. Data dari United

Nations Drug Control Program (UNDCP) menunjukkan

bahwa lebih dari 220 juta orang di seluruh dunia telah

menggunakan narkoba. Dari jumlah tersebut, 1,5 persen

atau sekitar 3,2 juta orang berada di Indonesia. Menurut

Pusat Penelitian dan Kesehatan Universitas Indonesia

(PUSLITKES UI), penyalahgunaan narkoba telah

mencapai 2,2 persen dari total penduduk Indonesia.1

Sampai akhir tahun 2019, Badan Narkotika Nasional

(BNN) mencatat lebih kurang 3.600.000 penduduk

Indonesia telah menyalahgunakan narkoba.2

Narkoba merupakan singkatan dari narkotika dan obat-

obatan berbahaya.3 Dalam UU No. 35 tahun 2009 Pasal 1

Ayat 1, yang dimaksud narkotika adalah zat atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sistem

1 Elviza Rahmadona & Helfi Agustin, Faktor yang Berhubungan

Dengan Penyalahgunaan Narkoba di RSJ Prof. HB. Sa’anin, Jurnal Kesehatan

Masyarakat Andalas, Vol. 8 (2): 2014, hlm. 61. 2 Liputan6.com, Kepala BNN: Pengguna Narkoba pada 2019 Tembus

3,6 Juta Orang, diakses dari

https://www.liputan6.com/news/read/4127338/kepala-bnn-pengguna-narkoba-

pada-2019-tembus-36-juta-orang, pada tanggal 27 Januari 2020 pukul 16.17

WIB. 3 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologis Umum, Cet. Kelima,

(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), hlm. 268.

Page 17: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

2

maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan

atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi

sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

ketergantungan.

Sedangkan yang dimaksud dengan obat-obatan

terlarang lainnya adalah zat-zat yang apabila dimasukkan

ke dalam tubuh manusia, maka akan mengadakan

perubahan pada satu atau lebih fungsi-fungsi organ tubuh.4

Pemakaian narkoba di luar indikasi medik, tanpa petunjuk

atau resep dokter, pemakaiannya bersifat patologik

(menimbulkan kelainan) dan menimbulkan hambatan

dalam aktivitas di rumah, sekolah atau kampus, tempat

kerja, dan lingkungan sosial.5

Dari survei BNN tahun 2017, diperoleh data sekitar 72

persen penyalahguna narkoba berjenis kelamin laki-laki,

sedangkan 28 persen lainnya berjenis kelamin perempuan.6

Sejalan dengan data ini, penelitian yang dilakukan Ahmad

Riyadi dan Eny Purwandi pun menemukan subjek laki-laki

lebih beresiko menyalahgunakan dibanding subjek

4 Tim BNN, Materi Advokasi Pencegahan Narkoba, (Jakarta: Badan

Narkotika Nasional Republik Indonesia, 2005), hlm. 7. 5 Fransiska Novita Eleanora, Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta

Usaha Pencegahan dan Penanggulangannya (Suatu Tinjauan Teoritis), Jurnal

Hukum, Vol. 25 (1): 2011, hlm. 440. 6 Pusat Penelitian Data dan Informasi Badan Narkotika Nasional

Republik Indonesia, Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba di 34 Provinsi

Tahun 2017, diakses dari

http://www.rumahcemara.or.id/rumahcemara.or.id/2017%20Survei%20Nasion

al%20BNN.pdf, pada tanggal 3 Maret 2020 pukul 14.41 WIB.

Page 18: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

3

perempuan.7 Pendapat Afandi yang dikutip oleh Erika dan

Yurike juga menegaskan bahwa jenis kelamin laki-laki

lebih beresiko terhadap penyalahgunaan NAPZA.8 Dua

jurnal tersebut menyelipkan pendapat Erikson yang

mengatakan bahwa perbandingan ini disebabkan oleh

perbedaan struktur jenis kelamin antara laki-laki dan

perempuan. Laki-laki cenderung lebih mengganggu dan

agresif dalam hubungan sosialnya, dengan demikian lebih

sering mendapatkan permasalahan sosial. Lain dengan

perempuan yang lebih bersifat inklusif dan pasif, terlebih

dalam kebudayaan Jawa dan Sunda perempuan diajarkan

untuk lebih sering berdiam di dalam rumah.

Elviza Rahmadona dan Helfi Agustin melakukan

penelitian yang melibatkan remaja laki-laki di Padang

menemukan bahwa faktor yang melatarbelakangi para

remaja menyalahgunakan narkoba adalah tingkat

religiusitas yang rendah, peran keluarga yang kurang baik

terhadap upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba, dan

teman sebaya yang memperkenalkan dan juga

menyalahgunakan narkoba.9 Terkait tingkat religiusitas

7 Ahmad Riyadi dan Eny Purwandari, Risiko Penyalahgunaan NAPZA

Pada Remaja Ditinjau Dari Jenis Kelamin, Status Tinggal, dan Status Orang

Tua, (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015), hlm. 3. 8 Erika M. Wardani dan Yurike Septianingrum, Pada Hubungan

Antara Persepsi, Jenis Kelamin, Status Tempat Tinggal, Status Orang Tua

dengan Perilaku Penyalahgunaan NAPZA Pada Kelas XI di SMK Darul Huda

Sidoarjo, Medical and Health Science Journal Vol. 2 (2): 2018, hlm. 43. 9 Elviza Rahmadona & Helfi Agustin, Faktor yang Berhubungan

Dengan Penyalahgunaan Narkoba di RSJ Prof. HB. Sa’anin, Jurnal Kesehatan

Masyarakat Andalas, Vol. 8 (2): 2014, hlm. 65.

Page 19: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

4

yang rendah yang menjadi salah satu penyebab seseorang

menyalahgunakan narkoba, hal ini diutarakan oleh Fromm

bahwa dengan menjauhnya seseorang dari Tuhannya akan

menyebabkan orang tersebut merasa bebas dan jika terus

berlanjut akan merasa kesepian dan terasing. Perasaan-

perasaan seperti ini akan membawanya untuk lebih mudah

melakukan tindakan-tindakan yang negatif, bahkan

merusak diri sendiri. Namun, penyebab penyalahgunaan

narkoba tidak berhenti sampai disitu.

Dalam jurnal O’Neil yang bertajuk “Summarizing 25

Years of Research on Men’s Gender Role Conflict Using

the Gender Role Scale”, terdapat 11 penelitian yang

menghubungkan antara konflik peran gender laki-laki

dengan penyalahgunaan narkoba. Empat penelitian yang

dilakukan oleh Bauman, CM Moore, Generali, dan Serna

tidak menemukan hubungan antara konflik peran gender

laki-laki dan penyalahgunaan alkohol. Tetapi, tujuh

penelitian yang dilakukan oleh Blazina & Watkins, Fahey,

Kang, Korcuska & Thombs, McMahon, Monk &

Ricciardelli, dan Peterson menemukan hubungan yang

signifikan antara konflik peran gender laki-laki dan

penyalahgunaan narkoba. Hasil dari seluruh penelitian

tersebut menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan

alkohol dan penyalahgunaan narkoba secara signifikan

berkaitan dengan aspek-aspek konflik peran gender laki-

laki, terutama pada aspek success/power/competition,

Page 20: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

5

restricted emotionality, dan restrictive affectionate

behaviour between men.10

Menurut Fakih, gender berarti suatu sifat yang melekat

pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi

secara sosial maupun kultural.11 Gender berbeda dengan

seks atau jenis kelamin yang berarti perbedaan secara

biologis komposisi genetis dan fungsi anatomi reproduktif

manusia.12 Bila jenis kelamin merupakan hak kodrati yang

diberikan Tuhan kepada manusia dalam bentuk organ yang

melekat pada masing-masing jenis kelamin, gender adalah

pembedaan sifat dan perilaku antara laki-laki dan

perempuan yang dikonstruksikan oleh suatu masyarakat

tertentu.

Para ahli mendiskusikan beberapa asumsi yang

mendefinisikan stereotip gender maskulinitas yang optimal

dalam masyarakat, yaitu:

1. Laki-laki secara biologis lebih unggul daripada

wanita.

2. Maskulinitas adalah bentuk identitas gender yang

lebih unggul, dominan, dan lebih dihargai

dibanding feminitas.

10 James M. O’Neil, Summarizing 25 Years of Research on Men’s

Gender Role Conflict Using the Gender Role Conflict Scale, The Counseling

Psychologist, Vol. 36 (3): 2008, hlm. 386. 11 Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 8. 12 Haris Herdiansyah, Gender dalam Perspektif Psikologi, (Jakarta:

Salemba Humanika, 2016), hlm. 3.

Page 21: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

6

3. Kekuatan maskulin, dominasi, kompetisi, dan

kontrol sangat penting untuk membuktikan

maskulinitas seseorang.

4. Kerentanan, perasaan, dan emosi merupakan tanda-

tanda feminitas dan harus dihindari.

5. Komunikasi interpersonal yang menekankan

emosi, perasaan, intuisi, dan kontak fisik dianggap

feminin dan harus dihindari. Pemikiran yang

rasional dan logis adalah bentuk komunikasi yang

lebih baik.

6. Seks adalah sarana utama untuk membuktikan

maskulinitas atau kejantanan seseorang. Sedangkan

perilaku kasih sayang dianggap feminin dan kurang

dihargai.

7. Kerentanan dan intimasi dengan laki-laki lain harus

dihindari karena (a) seorang laki-laki tidak bisa

menunjukkan kelemahannya di hadapan laki-laki

lain karena akan dimanfaatkan, dan (b) intimasi

dengan laki-laki lain dapat menyiratkan

homoseksualitas atau kebancian.

8. Pekerjaan dan kesuksesan karir laki-laki adalah

ukuran dari maskulinitas seseorang.

Page 22: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

7

9. Laki-laki sangat berbeda dan lebih unggul dari

perempuan, maka laki-laki adalah pencari nafkah

utama dalam keluarga.13

Akibat sikap dan perilaku yang dibatasi garis

maskulinitas, laki-laki merasa takut jika menampakkan

sikap atau perilaku yang termasuk atribut feminin.14

Ketakutan akan sisi kewanitaan atau fear of femininity

merupakan emosi atau perasaan negatif yang kuat terkait

dengan nilai-nilai, sikap, dan perilaku stereotip feminin.

Reaksi ini telah dipelajari sejak usia dini yang dibentuk

oleh orang tua, teman sebaya, dan nilai-nilai sosial di

sekitarnya.15

Peran gender yang telah disosialisasikan dalam

masyarakat merupakan peran dalam ruang tertentu atau

porsi tertentu bagi laki-laki maupun perempuan yang

dikonstruksikan oleh masyarakat, sosial, maupun

kultural.16 Menurut Mosse, peran gender adalah perangkat

perilaku khusus yang mencakup penampilan, pakaian,

sikap, kepribadian, bekerja di dalam dan di luar rumah

tangga, seksualitas, tanggung jawab keluarga dan

13 James M. O’Neil, Patterns of Gender Role Conflict and Strain

Sexism and Fear of Femininity in Men’s Lives, The Personnel and Guidance

Journal, Vol. 60 (4): 1981, hlm. 205. 14 James M. O’Neil dkk., Gender-role Conflict Scale: College Men’s

Fear of Femininity, Sex Roles, Vol. 14 (5-6): 1986, hlm. 336. 15 James M. O’Neil dkk., Gender-role Conflict Scale: College Men’s

Fear of Femininity, Sex Roles, Vol. 14 (5-6): 1986, hlm. 337. 16 Haris Herdiansyah, Gender dalam Perspektif Psikologi, (Jakarta:

Salemba Humanika, 2016), hlm. 12.

Page 23: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

8

sebagainya. Namun, peran gender dapat berubah seiring

waktu dan berbeda antara satu kultur dengan kultur

lainnya. Peran itu juga dipengaruhi oleh kelas sosial, usia,

dan latar belakang etnis.17

Peran gender terbagi atas maskulin dan feminin.

Maskulin adalah sifat-sifat yang dipercaya dan dibentuk

oleh budaya sebagai ciri-ciri yang ideal bagi pria,

sedangkan feminin merupakan ciri-ciri atau sifat-sifat yang

dipercaya dan dibentuk oleh budaya sebagai ideal bagi

wanita.18 Contohnya, peran gender yang sering disematkan

pada laki-laki adalah sifat dominan, tegas, kuat, tidak boleh

menangis, dan sebagainya. Sedangkan peran gender

perempuan adalah bersifat lembut, pengertian, mampu

melayani suami, dapat mengurus rumah, dan sebagainya.

Dalam buku berjudul “Pemberdayaan Perempuan dari

Masa ke Masa”, peran gender laki-laki dan perempuan

terdiri dari tiga peran pokok, yaitu peran reproduktif

(domestik), peran produktif, dan peran sosial.19

1. Peran reproduktif berhubungan dengan peran dalam

melakukan kegiatan terkait pemeliharaan sumber

daya manusia dan tugas-tugas rumah tangga yang

17 Julia Cleves Mosse, Gender dan Pembangunan, Cetakan Kelima,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2019), hlm. 3-4. 18 Meutia Nauly, Konflik Peran Gender pada Pria: Teori dan

Pendekatan Empirik, (Medan: USU Digital Library, 2002), hlm. 4. 19 Aida Vitayala Hubeis, Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke

Masa, (Jakarta: PT. Penerbit IPB Press, 2010), hlm. 83-84.

Page 24: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

9

memerlukan waktu lama dan bersifat rutinitas,

seperti menyiapkan makanan, mengumpulkan air,

mencari kayu bakar, berbelanja, memelihara

kesehatan dan gizi keluarga, mengasuh dan

mendidik anak.

2. Peran produktif membedakan tanggungjawab laki-

laki dan perempuan dengan jelas. Peran ini

menyangkut pekerjaan yang menghasilkan barang

dan jasa untuk dikonsumsi dan diperdagangkan,

seperti petani, nelayan, wirausaha, dan sebagainya.

3. Peran sosial terkait dengan kegiatan jasa dan

partisipasi politik.

Peran gender yang telah disosialisasikan dalam suatu

masyarakat akan menjadi standar atau patokan bagaimana

seharusnya sifat dan perilaku seorang laki-laki dan

perempuan itu dinamakan stereotip gender. Merujuk dari

pendapat Haris, stereotip gender adalah kontrol sosial yang

bersifat menentukan preferensi sikap maupun perilaku

terhadap kedua gender yang dianggap ideal dan dapat

diterima oleh masyarakat, dan disertai dengan konsekuensi

tertentu jika seseorang bersikap atau berperilaku diluar

preferensi tersebut.20

Akibat stereotip gender yang menyebar dalam

masyarakat, banyak dari laki-laki memutuskan untuk

20 Haris Herdiansyah, Gender dalam Perspektif Psikolog, (Jakarta:

Salemba Humanika, 2016), hlm. 13-14.

Page 25: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

10

mengalihkan beban emosi yang dirasakan melalui aktivitas

fisik seperti bermain bola atau merenung dengan

menghisap rokok.21 Bahkan laki-laki bisa menjadi kasar

terhadap pasangan atau orang di sekitarnya jika sudah tidak

terkendali lagi. Hal ini terjadi karena mereka memiliki

masalah kejiwaan yang tidak tersalurkan.22 Mereka pun

enggan mencari bantuan, terutama bantuan psikologis,

karena stigma diri dan juga stigma sosial yang menganggap

bahwa mencari bantuan merupakan tindakan yang lemah

dan tidak sesuai dengan norma maskulinitas.23

Dengan demikian, seseorang yang tidak bersikap atau

tidak berperilaku sesuai dengan standar stereotip gender

yang ada di lingkungan sekitarnya akan menyebabkan

konflik dalam dirinya. O’Neil menyebut istilah konflik ini

dengan sebutan gender role conflict atau konflik peran

gender. Konflik peran gender merupakan kondisi

psikologis dimana peran gender menyebabkan konsekuensi

negatif bagi diri sendiri dan orang lain.24 Menurut O’Neil,

konflik peran gender terjadi bila sosialisasi peran gender

21 Regis Machdy, Loving The Wounded Soul: Alasan dan Tujuan

Depresi Hadir di Hidup Manusia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2019),

hlm. 76. 22 Darlene Lancer, The Truth About Abusers, Abuse, and What to Do,

diakses dari https://www.psychologytoday.com/us/blog/toxic-

relationships/201706/the-truth-about-abusers-abuse-and-what-do, pada tanggal

25 Januari 2020 pukul 21.27 WIB. 23 Rachel Wahto dan Joshua K. Swift, Labels, Gender-Role Conflict,

Stigma, and Attitudes Toward Seeking Psychological Help in Men, American

Journal of Men’s Health: 2014, hlm. 8. 24 James M. O’Neil, dkk., Gender-Role Conflict Scale: College Men’s

Fear of Femininity, Sex Roles Vol. 14 (5/6): 1986, hlm. 336.

Page 26: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

11

yang kaku, seksis, dan terbatas berpengaruh pada devaluasi

diri, keterbatasan diri, dan ancaman pada diri sendiri atau

orang lain.25

Pemahaman terkait gender biasanya baru benar-benar

dipahami ketika seseorang menginjak usia dewasa awal

ketika manusia berada di puncak perkembangannya.

Ditambah dengan budaya patriarki yang kuat di Indonesia

serta tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal

seperti adanya transisi peran, beradaptasi dengan peran

sosial yang baru, perubahan tanggung jawab26, dan

sebagainya membuat laki-laki di masa dewasa awal ini

rentan mengalami konflik peran gender. Menurut Hurlock,

bahaya yang paling serius dalam proses penyesuaian sosial

dan penyesuaian diri dewasa awal disebabkan oleh dampak

pembagian peran seks yang stereotip yang memengaruhi

sikap dan perilaku laki-laki maupun perempuan.27 Laki-

laki dengan stereotip bahwa mereka harus maskulin dan

bersikap superior dibanding perempuan akan mengabaikan

kelemahan-kelemahannya yang dianggap sebagai atribut

25 James M. O’Neil, Summarizing 25 Years of Research on Men’s

Gender Role Conflict Using the Gender Role Conflict Scale, The Counseling

Psychologist, Vol. 36 (3): 2008, hlm. 362. 26 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi Kelima, Cet. Kedua, (Jakarta: Erlangga,

1991), hlm. 247. 27 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi Kelima, Cet. Kedua, (Jakarta: Erlangga,

1991), hlm. 272.

Page 27: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

12

feminin karena merasa tidak jantan jika

mengekspresikannya.

Dalam kaitannya dengan penyalahgunaan narkoba,

suatu penelitian yang dilakukan oleh Allison dan Michael

menunjukkan bahwa laki-laki mengalami kesulitan dalam

mengakui dan mengungkapkan emosi yang dirasakan dan

menyebabkan mereka menyalurkan emosi mereka

menggunakan kekerasan, alkohol, dan narkoba sebagai

pelariannya.28 Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan Philip, Neil, dan William yang menunjukkan

alkohol merupakan salah satu mekanisme coping untuk

mengatasi masalah atau keadaan negatif yang dialami.29

Kasus penyalahgunaan narkoba sudah banyak terjadi

di dunia. Dari data-data penelitian yang telah dijabarkan di

atas, salah satu penyebab penyalahgunaan narkoba adalah

konflik peran gender laki-laki yang dilatarbelakangi oleh

stereotip peran gender yang melekat dalam masyarakat. Di

Indonesia sendiri, kasus penyalahgunaan narkoba tidak

bisa dibilang sedikit. Dengan maraknya kasus narkoba di

Indonesia, pemerintah ikut prihatin dan melakukan

berbagai tindakan untuk mencegah penyebaran narkoba,

menegakkan hukum, menyediakan layanan terapi dan

28 Allison J. Ritter dan Michael J. Cole, Men’s Issues: Gender-Role

Conflict and Substance Abuse, Drug and Alcohol Review Vol. 2: 1992, hlm.

165. 29 Philip J. Uly dkk., Rethinking Male Drinking: Traditional Masculine

Ideologies, Gender-role Conflict, and Drinking Motives, Psychology of Men

and Masculinity Vol. 15 (2): 2014, hlm. 126.

Page 28: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

13

rehabilitasi terhadap korban penyalahguanaan narkoba,

serta pelatihan untuk para penegak hukum.30 Salah satunya,

pemerintah menyediakan lembaga pemasyarakatan

narkotika Klas IIA yang menangani korban

penyalahguanaan narkoba.

Lembaga Pemasyarakatan (lapas) Narkotika Klas IIA

Cipinang Jakarta Timur merupakan lembaga dibawah

naungan Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang

berlokasi di Jl. Raya Bekasi Timur No. 170 Jatinegara

Jakarta Timur, DKI Jakarta. Pendirian lapas ini didasarkan

pada Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi

Manusia RI No. M. 04. PR.07.03 Tahun 2003, tentang

pembentukan Lembaga Pemasyarakatan Narkotika

Pematang Siantar, Lubuk Linggau, Bandar Lampung,

Jakarta, Bandung, Nusakambangan, Madiun, Pamekasan,

Martapura, Bangli, Maros, dan Jayapura.31 Lapas ini

merupakan lapas khusus yang menangani kasus

penyalahgunaan narkoba dengan semua warga binaan

pemasyarakatan di dalamnya berjenis kelamin laki-laki.

Dengan latar belakang masalah yang telah dipaparkan

diatas, peneliti ingin meneliti lebih jauh terkait bentuk dan

tingkat konflik peran gender yang dialami, serta hubungan

30 M. Amir P. Ali dan Imran Duse, Narkoba Ancaman Generasi Muda,

(Samarinda: DPD KNPI Kalimantan Timur, 2007), hlm. 10. 31 Lapas Narkotika Klas IIA Cipinang, Profil LPNJ: Welcome to

Jakarta Narcotics Prison: The Reclassering Netherland Probation Service and

The Center for International Legal Cooperation (ILC).

Page 29: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

14

konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan

narkoba dengan judul penelitian “Konflik Peran Gender

Laki-Laki Dengan Penyalahgunaan Narkoba di Lapas

Narkotika Klas IIA Cipinang Jakarta Timur.”

Penelitian ini juga diadakan demi mengangkat nilai lokal

dengan melihat hubungan antara dua variabel tersebut di

Indonesia karena penelitian dengan variabel serupa hanya

dilakukan di luar negeri. Terlebih budaya patriarki yang

menonjolkan kaum laki-laki begitu kental dalam budaya

banyak suku di Indonesia.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar

belakang di atas, maka didapatkan identifikasi masalah

sebagia berikut:

1. Kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia

semakin meningkat dari tahun ke tahun hingga

menginjak angka 3.600.000 kasus sampai akhir

tahun 2019. Kasus-kasus tersebut didominasi oleh

laki-laki dalam rentang usia dewasa awal.

2. Banyaknya tugas perkembangan dan stereotip

maskulin yang beredar di kalangan masyarakat

memicu timbulnya konflik peran gender dalam diri

laki-laki dan membuat mereka melampiaskan

emosi salah satunya dengan menyalahgunakan

narkoba.

Page 30: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

15

3. Kasus penyalahgunaan narkoba yang dikaitkan

dengan konflik peran gender dapat ditemukan di

Australia yang disebabkan oleh masalah isolasi,

depresi, dan kesulitan mengakui dan

mengungkapkan emosi yang menyebabkan

penyaluran emosi melalui kekerasan,

penyalahgunaan narkoba, atau hal negatif lainnya.

4. Masalah konflik peran gender ini juga terjadi di

Indonesia, tepatnya di Suku Batak Karo, yang

mengalami konflik peran gender tersebut akibat

adanya perbedaan atau pertentangan antara peran

yang dijalankan saat ini dengan apa yang telah

ditanamkan ke mereka sejak kecil.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini

dibatasi pada konflik peran gender yang terjadi pada laki-

laki yang menyalahgunakan narkoba. Konflik peran gender

dialami oleh laki-laki yang merasa adanya ketidaksesuaian

antara konsep diri nyata dengan konsep diri ideal yang

diharapkan masyarakat melalui stereotip gender yang ada.

Adapun subjek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

warga binaan pemasyarakatan di Lapas Narkotika Klas IIA

Cipinang Jakarta Timur yang berada pada usia dewasa

awal, yaitu kisaran umur 18-40 tahun.

Adapun teori konflik peran gender laki-laki yang

digunakan sebagai bahan analisis dalam penelitian ini

Page 31: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

16

adalah teori O’Neil yang mengemukakan bahwa terdapat

empat pola yang dapat mengukur konflik peran gender

dalam diri laki-laki, yaitu: (1) restricted emotionality, (2)

restrictive affectionate behaviour between men, (3)

success/power/competition, (4) conflict between work and

family relations. Untuk memadatkan dimensi variabel agar

menjadi lebih aplikatif saat digunakan, maka istilah-istilah

dari dimensi konflik peran gender ini akan dialihkan

menjadi: (1) emosional, (2) afeksi, (3) kompetisi, dan (4)

hubungan publik-domestik.

Terkait teori penyalahgunaan narkoba, peneliti

mengacu pada pendapat Prof. Dr. Dadang Hawari tentang

tiga faktor yang membuat seseorang terpengaruh untuk

menyalahgunakan narkoba, yaitu: (1) faktor predisposisi,

(2) faktor kontribusi, dan (3) faktor pencetus (pendorong).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, peneliti

merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat penyalahgunaan narkoba warga

binaan pemasyarakatan di Lapas Narkotika Klas

IIA Cipinang Jakarta Timur?

2. Bagaimana hubungan konflik peran gender laki-

laki dengan penyalahgunaan narkoba pada warga

binaan pemasyarakatan di Lapas Narkotika Klas

IIA Cipinang Jakarta Timur?

Page 32: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

17

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah

dikemukakan, maka dapat terlihat tujuan dari penelitian ini,

yaitu:

1. Mendeskripsikan tingkat penyalahgunaan narkoba

warga binaan pemasyarakatan di Lapas Narkotika

Klas IIA Cipinang Jakarta Timur.

2. Menganalisis hubungan konflik peran gender laki-

laki dengan penyalahgunaan narkoba pada warga

binaan pemasyarakatan di Lapas Klas IIA

Narkotika Cipinang Jakarta Timur.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian

yang telah dipaparkan sebelumnya, maka berikut adalah

manfaat dari penelitian ini:

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan

pemikiran dalam pengembangan pengetahuan dan

teori konflik peran gender dalam kaitannya dengan

penyalahgunaan narkoba.

2. Dapat memperluas khazanah keilmuan akademik

untuk Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan

Islam terkait gender, mengingat literatur penelitian

dengan tema tersebut masih terhitung minim dalam

program studi BPI.

3. Hasil penelitian ini juga dapat memberikan

kontribusi positif terhadap praktisi seperti penyuluh

Page 33: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

18

agama, penyuluh sosial, juga untuk pihak lapas

dalam mencegah penyebaran penyalahgunaan

narkoba dan mengobatinya, khususnya di lapas

yang menangani korban penyalahgunaan narkoba

melalui bimbingan rohani dan bimbingan agama

yang ada di lapas.

G. Tinjauan Kajian Terdahulu

1. Artikel Jurnal Drug and Alcohol Review Vol. 2 Tahun

1992 oleh Allison J. Ritter dan Michael J. Cole dengan

judul “Men’s Issues: Gender Role Conflict and

Substance Abuse.”

Tabel 1. Review Jurnal Ke-1

Hasil

Penelitian

• Masalah isolasi, depresi, dan

penyalahgunaan narkoba diidentifikasi

berkaitan dengan konflik peran gender.

• Biasanya dilatarbelakangi oleh peran ayah

yang abusive, pemabuk, atau absen

selama masa kecilnya.

• Kesulitan mengakui dan mengungkapkan

emosi menyebabkan penyaluran emosi

melalui kekerasan, penyalahgunaan

narkoba, dsb.

• Penyalahgunaan narkoba dan alkohol

biasanya merupakan bentuk pelarian.

Kelebihan Mengungkapkan salah satu latar belakang

laki-laki menyalahgunakan narkoba, yaitu

Page 34: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

19

konflik peran gender. Ditambah dengan

penjabaran sub masalah dalam konflik

peran gender yang dialami klien dengan

rinci, ditambah dengan penjelasan

mengenai terapi yang dapat dilakukan

kepada para penyalahguna narkoba.

Kekurangan Tidak menyebutkan subjek penelitian

dengan jelas.

Distingsi

• Merupakan studi literatur mengenai

konflik peran gender dan kaitannya

dengan penyalahgunaan narkoba.

• Lokasi penelitian berada di Australia.

2. Artikel Jurnal Sex Roles Vol. 42 Tahun 2000 oleh H.

Theodore dan B. F. Lloyd dengan judul “Age and

Gender Role Conflict: A Cross-Sectional Study of

Australian Men.”

Tabel 2. Review Jurnal Ke-2

Hasil

Penelitian

• Dimensi kompetisi lebih menonjol pada

kelompok laki-laki muda (18-24 tahun).

• Dimensi hubungan publik-domestik lebih

menonjol pada kelompok laki-laki paruh

baya (36-45 tahun).

• Tidak ada perbedaan umur yang

signifikan dalam dimesi emosional dan

dimensi afeksi.

Page 35: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

20

• Tidak ada hasil yang mendukung hasil

interpretasi teori Jung milik Cournoyer

dan Mahalik yang menyatakan bahwa

laki-laki akan lebih menunjukkan sisi

feminin seiring bertambahnya usia.

• Mensugestikan bahwa pengalaman

konflik pemuda tidak banyak disebabkan

oleh peran laki-laki itu sendiri, tapi karena

tugas perkembangan yang terkait dengan

peran laki-laki pada tahap perkembangan

tertentu, yang dalam penelitian ini

maksudnya transisi dari masa remaja ke

masa dewasa awal.

Kelebihan

Pemaparan masalah dan hasil penelitian

dikemas secara sistematis dan jelas. Juga

memberikan pandangan baru dengan

menambahkan golongan usia yang dalam

penelitian sebelumnya (Cournoyer dan

Mahalik) hanya menggunakan dua

golongan usia, jadi hasil penelitian lebih

bisa dibandingkan.

Kekurangan

Tidak ditemukan kekurangan yang berarti

dalam penelitian ini selain terdapat

beberapa typo dalam penulisan.

Distingsi • Menggunakan snowball sampling sebagai

metode pengambilan sampel.

Page 36: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

21

• Kisaran umur subjek berbeda.

• Lokasi penelitian berada di Australia.

3. Artikel The Journal of Men’s Studies Vol. 18 No.1

Tahun 2010 oleh Stephanie Bates Galligan, Rosemary

V. Barnett, Mark A. Brennan, dan Glenn D. Israel

dengan judul “The Effects of Gender Role Conflict on

Adolescent and Emerging Adult Male Resiliency.”

Tabel 3. Review Jurnal Ke-3

Hasil

Penelitian

• Semakin tinggi tingkat konflik peran

gender, semakin rendah tingkat resiliensi

laki-laki pada masa dewasa awal,

walaupun tidak dalam semua subskala

konflik peran gender.

• Dimensi konflik peran gender yang paling

berdampak negatif terhadap resiliensi

adalah dimensi emosional.

• Konflik dengan dimensi kompetisi justru

berkaitan dengan perubahan yang positif

dalam resiliensi laki-laki pada masa

dewasa awal tersebut.

Kelebihan Deskripsi penelitian dijelaskan dengan

lengkap dan jelas.

Kekurangan

Pendahuluan masalah dijabarkan secara

bertele-tele sehingga cenderung sulit

dipahami.

Page 37: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

22

Distingsi

• Menggunakan variabel resiliensi laki-laki

sebagai variabel Y.

• Subjek penelitian adalah para mahasiswa

dari berbagai universitas di bagian

tenggara Amerika Serikat.

• Lokasi penelitian berada di Amerika

Serikat.

4. Artikel Journal of Counselling Psychology Vol. 36 (3):

295-300 Tahun 1989 oleh Glenn E. Good, Don M. Delt,

& Laurie B. Mintz dengan judul “Male Role and

Gender Role Conflict: Relations to Help Seeking in

Men.”

Tabel 4. Review Jurnal Ke-4

Hasil

Penelitian

• Terdapat hubungan yang signifikan antara

dimensi-dimensi dalam peran laki-laki

dengan perilaku yang berhubungan

dengan mencari bantuan.

• Dimensi afeksi dan emosional

berhubungan secara negatif dengan

pencarian bantuan psikologis

professional.

• Dimensi kompetisi tidak berhubungan

secara siginifikan dengan perilaku

meminta bantuan psikologis laki-laki.

Page 38: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

23

• Semakin laki-laki memandang bahwa

seorang laki-laki tidak seharusnya

menunjukkan kepedulian sesama laki-laki

dan memandang bahwa tidak perlu

membagikan sisi emosional, mereka akan

cenderung memberikan pandangan yang

kurang baik tentang mencari bantuan

psikologis.

Kelebihan Variabel Y yang digunakan tergolong luas

jadi hasil bisa digeneralisasikan.

Kekurangan

Penelitian ini dilakukan kepada mayoritas

remaja akhir yang menuju masa dewasa

awal. Akan lebih baik jika rentang usinya

dibesarkan agar mendapat hasil yang lebih

universal.

Distingsi

• Menggunakan variabel perilaku mencari

bantuan sebagai variabel Y.

• Subjek penelitian adalah mahasiswa S1

yang mengikuti kelas pengenalan

psikologi di universitas daerah

Midwestern, Amerika Serikat.

• Menggunakan tingkat religiusitas, peran

orang tua, dan peran teman sebaya sebagai

Variabel X.

5. Artikel Jurnal Psychology of Men & Masculinity Vol.

15 No. 2: 121-128 Tahun 2014 oleh Philip J. Uly, Neil

Page 39: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

24

A. Massoth, dan William H. Gottdiener dengan judul

“Rethinking Male Drinking: Traditional Masculine

Ideologies, Gender-role Conflict, and Drinking

Motives.”

Tabel 5. Review Jurnal Ke-5

Hasil

Penelitian

• Terdapat hubungan yang signifikan antara

ideologi maskulin dengan perilaku

mengonsumsi miras juga hubungan antara

ideologi maskulin dengan konflik peran

gender.

• Konflik peran gender berhubungan

signifikan dengan motif conformity dalam

mengonsumsi alkohol.

• Alkohol menjadi salah satu coping

mechanism dalam menghadapi masalah

atau kondisi yang buruk.

• Laki-laki dengan konflik peran gender

rendah menunjukkan tingat konsumsi

alkohol yang rendah yang disebabkan

mereka memiliki support system dari

keluarga atau teman.

• Laki-laki merasa berkompetisi dengan

laki-laki dalam minum miras.

Kelebihan Penjabaran masalah dijelaskan secara

sistematis sehingga mudah dipahami.

Page 40: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

25

Kekurangan

Penelitian ini kurang mendalami hubungan

subskala konflik peran gender dengan

perilaku minum miras.

Distingsi

• Subjek penelitian direkrut dari Intensive

Outpatient Program (IOP) di kota

metropolitan bagian tenggara Amerika

Serikat yang memiliki masa lalu

menggunakan alkohol.

• Lokasi penelitian berada di Amerika

Serikat.

• Menggunakan motif minum miras sebagai

variabel Y.

6. Artikel Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan

Masyarakat Vol. 4 (2): 217-234 Tahun 2020 oleh

Ghania Ahsani Rahmadhani & Ratri Vitrianita dengan

judul “Pengaruh Stereotip Gender dan Konflik Peran

Gender Laki-Laki Terhadap Motivasi Kerja Pemuda

Desa Putus Sekolah.”

Tabel 6. Review Jurnal Ke-6

Hasil

Penelitian

• Pada kelima dimensi stereotip gender

dapat dikatakan mayoritas stereotip

gender laki-laki berada pada tingkat

sedang.

• Konflik peran gender responden dalam

penelitian ini tergolong sedang dalam

semua dimensi.

Page 41: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

26

• Pada kelima aspek motivasi kerja dapat

dikatakan mayoritas motivasi kerja

pemuda putus sekolah berada pada tingkat

sedang.

• Terdapat pengaruh tidak langsung antara

stereotip gender laki-laki terhadap

motivasi kerja pemuda desa putus sekolah

dengan konflik peran gender laki-laki

sebagai variabel mediasi parsialnya.

Kelebihan

Masalah dan hasil penelitian dijabarkan

dengan baik dan mudah dipahami. Juga

menambahkan metode wawancara sebagai

penunjang data kuantitatif, jadi hasil

penelitian dapat dikatakan akurat.

Kekurangan Tidak ditemukan kekurangan yang berarti

dalam penelitian ini.

Distingsi

• Menggunakan dua variabel X yang salah

satunya adalah konflik peran gender.

• Subjek penelitian adalah para pemuda

desa putus sekolah di Desa Sukawening,

Bogor.

7. Artikel Jurnal Psikologi Universitas HKBP

Nommensen Vol. 6 (1): 10-20 Tahun 2019 oleh Karina

M. Brahmana dengan judul “Pengaruh Ideologi

Maskulin Terhadap Konflik Peran Gender Pada Laki-

Laki Suku Batak Karo.”

Page 42: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

27

Tabel 7. Review Jurnal Ke-7

Hasil

Penelitian

• Berdasarkan hasil analisis dekriptif

terhadap skala konflik peran gender,

diketahui sekitar 27,5 persen (11orang)

dari jumlah sampel memiliki tingkat

konflik peran gender yang rendah, 50

persen (20 orang) memiliki tingkat konflik

peran gender sedang, dan 22,5 persen (9

orang) memiliki tingkat konflik peran

gender tinggi.

• Terdapat hubungan yang signifikan antara

ideologi maskulin dengan konflik peran

gender.

• Arah hubungan variabel positif yang

berarti semakin tinggi ideologi maskulin,

semakin tinggi juga kecenderungan KPG

suami pendeta tersebut.

• Muncul KPG diketahui disebabkan karena

adanya perbedaan atau pertentangan

antara peran yang dijalankan saat ini

dengan apa yang telah ditanamkan kepada

mereka sejak kecil.

Kelebihan

Masalah dan hasil penelitian dijabarkan

dengan baik dan mudah dipahami. Juga

mengangkat isu gender laki-laki dalam

salah satu suku di Indonesia yang jarang

Page 43: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

28

dijadikan subjek penelitian, terlebih banyak

suku di Indonesia yang menganut budaya

patriarki dimana kekuasaan tertinggi berada

di tangan laki-laki.

Kekurangan

Responden yang cenderung sedikit dan

terbatas jadi kurang mendapatkan gambaran

hasil yang utuh mengenai konflik peran

gender. Juga tidak ada tabel yang memuat

uji regresi variabel.

Distingsi

• Menggunakan variabel ideologi maskulin

sebagai variabel X.

• Subjek penelitian adalah para suami

pendeta di Gereja Batak Karo Protestan di

Medan.

8. Artikel jurnal Psychology of Men & Masculinity Vol.

3 (2): 107-118 Tahun 2002 oleh William M. Liu dengan

judul “Exploring the Lives of Asian American Men:

Racial Identity, Male Role Norms, Gender Role

Conflict, and Prejudicial Attitudes.”

Tabel 8. Review Jurnal Ke-8

Hasil

Penelitian

• Menunjukkan bahwa responden yang

mendukung subskala MRNI (Male Role

Norm Inventory) cenderung mengikuti

ekspektasi gender maskulin, seperti

kemandirian dan sikap maskulin

Page 44: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

29

tradisional, dan juga cenderung

mengalami konflik perasaan.

• Dukungan terhadap dimensi kompetisi

juga dapat berarti dukungan terhadap

norma peran laki-laki tradisional.

• Menunjukkan bahwa peserta yang

membatasi emosi mereka cenderung

mendukung ekspektasi peran maskulin

untuk menghindari hal-hal feminin,

menolak homoseksual, menjadi mandiri,

agresif, berorientasi pada tujuan dan

pencarian status, memiliki sikap maskulin

tradisional terhadap seks, dan

menyembunyikan sikap maskulin

tradisional.

Kelebihan Penjelasan pendahuluan masalah dijelaskan

secara sistematis dan jelas.

Kekurangan Hasil penelitian dan pembahasan dijabarkan

dengan berbelit-belit jadi membingungkan.

Distingsi

Subjek penelitian adalah mahasiswa yang

direkrut dari 4 institusi pendidikan tinggi

yang berbeda di Amerika Serikat

9. Artikel jurnal Sex Roles Vol. 33 (1-2): 1-18 Tahun

1995 oleh Mark J. Sharpe, P. Paul Heppner, & Wayne

A. Dixon dengan judul “Gender Role Conflict,

Page 45: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

30

Instrumentality, Expressiveness, and Well-Being in

Adult Men.”

Tabel 9. Review Jurnal Ke-9

Hasil

Penelitian

• Hanya dimensi emosional dari konflik

peran gender yang berhubungan secara

signifikan dengan empat dimensi dari

kesejahteraan psikologis (psychological

well-being).

• Konflik peran gender dengan seluruh

dimensinya tidak berhubungan secara

signifikan dengan instrumentality.

• Terdapat hubungan yang lemah antara

dimensi konflik peran gender dan

kesejahteraan psikologis pada laki-laki

dalam usia kuliah.

Kelebihan

Penelitian didukung dengan banyak data

dari penelitian-penelitian sebelumnya.

Penelitian ini juga memperluas cakupan

penelitian sebelumnya dalam menentukan

variabel konflik peran gender dan

kesejahteraan psikologis.

Kekurangan

Artikel jurnal sulit diartikan jadi sulit

dipahami. Dan dari 500 kuesioner yang

disebar, hanya 61 persen yang kembali.

Distingsi • Subjek penelitian adalah laki-laki yang

mayoritas direkrut dari organisasi-

Page 46: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

31

organisasi jasa dan perusahaan di area

besar atau metropolitan di daerah Selatan.

10. Artikel Journal of Counselling Psychology Vol. 54 (4):

373-384 Tahun 2007 oleh Erin L. Pederson & David L.

Vogel dengan judul “Male Gender Role Conflict and

Willingness to Seek Counselling: Testing a Mediation

Model on College-Aged Men.”

Tabel 10. Review Jurnal Ke-10

Hasil

Penelitian

• Para peneliti secara konsisten menemukan

hasil bahwa konflik peran gender

berkaitan dengan meningkatkan depresi

dan kecemasan, ketidakpuasan hubungan

dan masalah keintiman, ketidakpuasan

pekerjaan, dan konsumsi alkohol secara

berlebihan.

• Hubungan antara konflik peran gender

dan kemauan untuk mencari konseling

juga sebagian dimediasi oleh stigma dan

sikap diri yang terkait dengan mencari

konseling.

• Stigma diri mungkin sangat menonjol bagi

pria karena pandangan dari peran gender

pria tradisional bahwa pria harus mandiri,

terkontrol, dan mandiri dapat

menyebabkan peningkatan kekhawatiran

tentang mencari bantuan, karena mencari

Page 47: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

32

bantuan dapat berarti mengakui

ketidakmampuan untuk menangani

berbagai hal sendiri.

Kelebihan Diksi kata dan juga terdapat penjelasan dari

beberapa istilah baru jadi mudah dipahami.

Kekurangan

Kurang menjelaskan pengaruh dimensi-

dimensi konflik peran gender terhadap

keinginan untuk konseling secara detail.

Hasil penelitian juga tidak bisa

digeneralisasikan karena mayoritas

responden adalah mahasiswa S1 tingkat 2

dan masih lajang.

Distingsi

Subjek penelitian merupakan mahasiswa

penerima kursus psikologi di universitas

besar di daerah Midwestern, Amerika

Serikat.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman terhadap penelitian

ini, maka peneliti membuat sistematika penelitian sebagai

berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah,

pembatasan masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Page 48: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

33

tinjauan kajian terdahulu, dan sistematika

penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan tentang landasan

teori yang berkaitan dengan isi skripsi

sebagai dasar pemikiran dalam melakukan

penelitian, yaitu: teori konflik peran gender

laki-laki dan teori penyalahgunaan narkoba.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini meliputi metode-metode yang akan

digunakan dalam penelitian, yaitu: populasi

dan sampel, tempat dan waktu penelitian,

sumber data, instrument penelitian, teknik

pengumpulan data, dan teknik pengolahan

data.

BAB IV : TEMUAN PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Dalam bab ini dijelaskan mengenai temuan

hasil dari penelitian yang dilaksanakan serta

pembahasan terkait hasil temuan tersebut.

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai

kesimpulan dan saran.

Page 49: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

34

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konflik Peran Gender

a. Gender

Dalam The Oxford Encyclopedia of The

Modern World, Esposito mengungkapkan bahwa

gender adalah pengelompokkan individu dalam tata

bahasa yang digunakan untuk menunjukkan ada

tidaknya kepemilikan terhadap satu ciri jenis

kelamin tertentu. Gender dapat diartikan pula

sebagai perbedaan antara laki-laki dan perempuan

dalam peran, fungsi, hak, tanggungjawab, dan

perilaku yang dibentuk oleh tata nilai sosial,

budaya, dan adat istiadat dari kelompok masyarakat

yang dapat berubah menurut waktu serta kondisi

setempat.1

Menurut Kristeva yang dikutip oleh Tong,

gender merupakan suatu konsep kultural yang

merujuk pada karakteristik yang membedakan

antara laki-laki dan perempuan, baik secara

1 Herien Puspitawati, Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita di

Indonesia, (Bogor: PT IPB Press, 2012), hlm. 1.

Page 50: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

35

biologis, perilaku, mentalitas, dan sosial

budaya.2 Sedangkan menurut Fakih, gender berarti

suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki

maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial

maupun kultural.3

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

gender adalah suatu konstruksi sosial budaya yang

melekat pada laki-laki dan perempuan dan

membedakan mereka dalam peran, fungsi, hak,

tanggungjawab, dan perilaku dalam suatu tatanan

masyarakat tertentu.

b. Peran Gender

Menurut Myers, peran gender merupakan suatu

set perilaku yang diharapkan (norma-norma) untuk

laki-laki dan perempuan.4 Feidman juga

mengatakan bahwa peran gender atau gender role

juga bermakna sejumlah harapan yang diinginkan

masyarakat tertentu mengenai perilaku yang sesuai

dengan pria dan wanita.5 Berdasarkan William dan

Best, peran gender merupakan sekumpulan

2 Rosemary P. Tong, Feminist Thought: Pengantar Paling

Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, (Yogyakarta:

Jalasutra, 2004), hlm. 42. 3 Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 8. 4 Meutia Nauly, Konflik Peran Gender pada Pria: Teori dan

Pendekatan Empirik, (Medan: USU Digital Library, 2002), hlm. 4. 5 Quratul Uyun, Peran Gender dalam Budaya Jawa, Psikologika, Vol.

7 (13): 2002, hlm. 35-36.

Page 51: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

36

aktivitas-aktivitas yang sesuai dilakukan oleh laki-

laki dan perempuan dalam suatu interaksi sosial.

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan

bahwa peran gender adalah sejumlah harapan sosial

dan standar perilaku masyarakat terhadap aktivitas

dan pola tingkah laku yang berbeda sesuai dengan

jenis kelamin seseorang.

Terdapat dua model pandangan peran gender

menurut Scanzoni, yaitu peran gender tradisional

dan peran gender modern.6 Peran gender tradisional

memandang peran laki-laki dan perempuan secara

kaku. Seorang laki-laki harus menjalani peran

gender laki-laki yang ada dalam suatu masyarakat,

dan sebaliknya. Sedangkan peran gender modern

memandang peran gender laki-laki dan perempuan

sejajar atau sederajat, tidak ada pembagian tugas

secara kaku.

c. Konflik Peran Gender

O’Neil mendefinisikan konflik peran gender

sebagai keadaan psikologis dimana peran gender

yang disosialisasikan memiliki konsekuensi negatif

6 Sri Supriyantini, Hubungan Antara Pandangan Peran Gender

dengan Keterlibatan Suami Dalam Kegiatan Rumah Tangga, (Medan: USU

Digital Library, 2002), hlm. 14.

Page 52: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

37

bagi orang tersebut.7 Konflik peran gender terjadi

ketika peran gender dipandang secara kaku,

membatasi, dan seksis. Pandangan ini merupakan

bentuk dari devaluasi terhadap diri sendiri atau

orang lain. O’Neil mengindikasikan bahwa konflik

peran gender cenderung membatasi kapasitas atau

kemampuan laki-laki untuk mengaktualisasikan

potensinya dan juga menghambat potensi orang

lain.8

Domain psikologis konflik peran gender

meliputi empat ranah9, yaitu:

1) Kognitif, bagaimana seorang individu

berpikir tentang peran gender.

2) Afektif, bagaimana perasaan seorang

individu terkait peran gender.

3) Perilaku, bagaimana seorang individu

bertindak, merespons, dan berinteraksi

dengan orang lain dan dirinya sendiri karena

peran gender.

7 James M. O’Neil, Summarizing 25 Years of Research on Men’s

Gender Role Conflict Using the Gender Role Conflict Scale, The Counseling

Psychologist, Vol. 36 (3): 2008, hlm. 362. 8 Karina Meriem Beru Brahmana, Konflik Peran Gender Pada Laki-

Laki, (Artikel Seminar Nasional Psikologi “Membangun Manusia Indonesia

yang Holistik dalam Kebinekaan”), hlm. 436-437. 9 James M. O’Neil, Summarizing 25 Years of Research on Men’s

Gender Role Conflict Using the Gender Role Conflict Scale, The Counseling

Psychologist, Vol. 36 (3): 2008, hlm 362.

Page 53: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

38

4) Bawah sadar, bagaimana dinamika peran

gender di luar kesadaran individu

memengaruhi perilaku dan menghasilkan

konflik.

Bagaimana seseorang berpikir dan merasa

tentang peran gender mereka, serta bagaimana

dinamika peran gender tersebut dalam dirinya

berpengaruh dalam tindakan, respons, dan interaksi

mereka dengan diri mereka sendiri (intrapersonal)

dan dengan orang lain (interpersonal).

Ranah kognitif, afektif, perilaku, dan bawah

sadar dari konflik peran gender ini berhubungan

dengan masalah laki-laki dengan depresi,

kecemasan, harga diri, homofobia, emosi yang

terbatas, masalah komunikasi, keintiman, konflik

perkawinan, kekerasan terhadap wanita, masalah

kesehatan, dan penyalahgunaan narkoba.10

Kompleksitas konteks situasional konflik peran

gender dapat diperkecil menjadi empat kategori11,

yaitu:

10 James M. O’Neil, Summarizing 25 Years of Research on Men’s

Gender Role Conflict Using the Gender Role Conflict Scale, The Counseling

Psychologist, Vol. 36 (3): 2008, hlm 363. 11 James M. O’Neil, Summarizing 25 Years of Research on Men’s

Gender Role Conflict Using the Gender Role Conflict Scale, The Counseling

Psychologist, Vol. 36 (3): 2008, hlm. 363.

Page 54: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

39

1) Konflik peran gender yang disebabkan oleh

transisi peran gender. Transisi peran gender

ini adalah peristiwa dalam perkembangan

peran gender laki-laki yang mengubah atau

menantang asumsi peran gendernya dan

mengakibatkan konflik peran gender atau

perubahan hidup yang positif, seperti

transisi peran gender memasuki sekolah,

mengalami pubertas, menikah, menjadi

seorang ayah, dan sebagainya.

2) Konflik peran gender yang dialami secara

intrapersonal. Konteks konflik peran gender

ini merupakan pengalaman pribadi dari

emosi dan pikiran negatif ketika mengalami

devaluasi, keterbatasan, dan ancaman.

3) Konflik peran gender yang diekspresikan

kepada orang lain secara interpersonal.

Situasi ini terjadi ketika konflik peran

gender mengakibatkan devaluasi,

membatasi, atau mengancam orang lain.

4) Konflik peran gender yang dialami orang

lain. Situasi ini terjadi ketika seseorang

mendevaluasi, membatasi atau mengancam

orang lain yang menyimpang dari atau

sesuai dengan ideologi dan norma-norma

maskulinitas.

Page 55: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

40

Pengalaman pribadi konflik peran gender

merupakan konsekuensi negatif dari penyesuaian,

penyimpangan, atau pelanggaran norma peran

gender dalam ideologi maskulinitas. Berikut

definisi operasional tiga pengalaman pribadi

konflik peran gender.12

1) Devaluasi diri. Devaluasi diri merupakan

kritik negatif terhadap diri sendiri atau orang

lain ketika menyesuaikan diri, menyimpang

dari atau melanggar norma peran gender

yang merupakan stereotip dari ideologi

maskulinitas yang berlaku.

2) Pembatasan. Pembatasan peran gender

terjadi ketika membatasi diri sendiri atau

orang lain pada norma stereotip ideologi

maskulinitas. Keterbatasan berakibat pada

kontrol perilaku, membatasi potensi pribadi,

dan mengurangi kebebasan individu.

3) Pelanggaran. Pelanggaran peran gender

merupakan hasil dari melukai diri sendiri,

melukai orang lain, atau dilukai orang lain

ketika menyimpang dari norma peran

gender dan ideologi maskulinitas.

12 James M. O’Neil, Summarizing 25 Years of Research on Men’s

Gender Role Conflict Using the Gender Role Conflict Scale, The Counseling

Psychologist, Vol. 36 (3): 2008, hlm 363.

Page 56: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

41

O’Neil dkk menemukan empat pola yang dapat

mengukur kondisi konflik peran gender yang

dialami oleh laki-laki.13 Keempat pola ini

berhubungan dengan ketakutan akan sisi

kewanitaan atau fear of femininity.

1) Restricted Emotionality (RE), pola yang

menggambarkan rasa takut dan keterbatasan

laki-laki dalam mengekspresikan emosi

serta kesulitannya untuk mengetahui dan

menggunakan kata-kata sebagai bentuk

ungkapan perasaan.

2) Restrictive Affectionate Behaviour Between

Men (RABBM), merupakan keterbatasan

cara untuk mengekspresikan perasaan dan

pemikiran dengan orang lain serta kesulitan

untuk bersentuhan secara fisik dengan laki-

laki.

3) Success/Power/Competition (SPC), yaitu

cerminan dari sikap pribadi mengenai peran

dalam kaitannya dengan kompetisi dan

kekuasaan dalam mencapai kesuksesan.

4) Conflict Between Work and Family

Relations (CBWFR), yakni gambaran

kesulitan dalam menyeimbangkan

13 Karina Meriem Beru Brahmana, Konflik Peran Gender Pada Laki-

Laki, (Artikel Seminar Nasional Psikologi “Membangun Manusia Indonesia

yang Holistik dalam Kebinekaan”), hlm. 440.

Page 57: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

42

komitmen pekerjaan/sekolah dalam

hubungan dengan keluarga dan teman, serta

memiliki waktu luang yang kurang.

Gambar 1. Pola Konflik Peran Gender14

d. Ketimpangan Gender

Perbedaan gender melahirkan beberapa

ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki dan

terutama terhadap kaum perempuan. Ketidakadilan

gender merupakan sistem dan struktur, baik kaum

laki-laki dan perempuan menjadi korban dari sistem

tersebut. Farida dalam bukunya “Kajian dan

Dinamika Gender” mengutip kalimat Fakih yang

14 James M. O’Neil, Summarizing 25 Years of Research on Men’s

Gender Role Conflict Using the Gender Role Conflict Scale, The Counseling

Psychologist, Vol. 36 (3): 2008, hlm 368.

Page 58: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

43

menjelaskan beberapa manifestasi ketidakadilan

gender dalam masyarakat15:

1) Marginalisasi. Dilihat dari segi sumbernya,

pembatasan atau marginalisasi ini bisa

berasal dari kebijakan pemerintah,

keyakinan, tafsiran agama, keyakinan tradisi

dan kebiasaan, atau bahkan asumsi ilmu

pengetahuan. Misalnya, banyak di antara

suku-suku di Indonesia yang tidak memberi

hak kepada kaum perempuan untuk

mendapatkan hak waris sama sekali.

Sebagian tafsir keagamaan memberi hak

waris setengah dari hak waris laki-laki

terhadap kaum perempuan.

2) Subordinasi. Biasanya, subordinasi ini

terjadi pada kaum perempuan. Hal ini

bermula dari anggapan dan kultur budaya

masyarakat yang menganggap bahwa

perempuan itu tidak dapat berada di depan

dan irrasional, sehingga pandangan ini

menempatkan perempuan pada posisi

subordinat. Misalnya, anggapan bahwa

perempuan tidak perlu sekolah sampai

15 Farida Hanum, Kajian dan Dinamika Gender, (Malang: Instans

Publishing, 2018), hlm. 39-46.

Page 59: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

44

jenjang yang tinggi karena pada akhirnya

akan kembali ke dapur juga.

3) Stereotipe atau pelabelan. Banyak sekali

ketidakadilan terhadap jenis kelamin

tertentu, umumnya perempuan, yang

bersumber dari penandaan (stereotipe) yang

dilekatkan kepada mereka. Misalnya,

penandaan yang berasal dari asumsi bahwa

perempuan bersolek adalah dalam rangka

memancing perhatian lawan jenisnya, maka

setiap ada kasus kekerasan atau pelecehan

seksual selalu dikaitkan dengan stereotipe

ini.

4) Kekerasan. Kekerasan yang disebabkan

oleh bias gender disebut gender-related

violence. Banyak macam dna bentuk

kejahatan yang bisa dikategorikan sebagai

kekerasan gender, diantaranya: (a) bentuk

pemerkosaan terhadap perempuan,

termasuk perkosaan dalam perkawinan, (b)

tindakan pemukulan dan serangan fisik

dalam rumah tangga, (c) bentuk penyiksaan

yang mengarah kepada organ alat kelamin,

(d) kekerasan dalam bentuk pelacuran, (e)

kekerasan dalam bentuk pornografi, (f)

kekerasan dalam bentuk pemaksaan

sterilisasi dalam Keluarga Berencana, (g)

Page 60: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

45

jenis kekerasan terselubung, (h) pelecehan

seksual atau sexual and emotional

harassment, (i) kekerasan simbolik.

5) Beban kerja. Adanya anggapan bahwa kaum

perempuan memiliki sifat memelihara dan

rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala

rumah tangga, berakibat bahwa semua

pekerjaan domestik rumah tangga menjadi

tanggung jawab kaum perempuan semata.

Terlebih jika perempuan tersebut harus

bekerja, maka ia memikul beban kerja

ganda. Pekerjaan domestik ini pun dianggap

dan dinilai lebih rendah dibandingkan

dengan jenis pekerjaan yang dianggap

sebagai “pekerjaan laki-laki”, serta

dikategorikan sebagai “bukan produktif”

sehingga tidak diperhitungkan dalam

statistik ekonomi negara.

Namun, ketimpangan gender tidak hanya

terjadi pada kaum perempuan saja. Laki-laki pun

dengan pelabelan yang sudah melekat pada diri

mereka merasa tidak adil karena tuntutan yang

mengharuskan mereka memenuhi standar

maskulinitas yang beredar dalam masyarakat. Laki-

laki yang tidak dapat memenuhi standar tersebut

Page 61: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

46

akan dipandang sebelah mata dan dicap feminin

seperti perempuan.

2. Penyalahgunaan Narkoba

a. Pengertian Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan

narkoba yang dilakukan tidak untuk maksud

pengobatan, tetapi karena ingin menikmati

pengaruhnya dalam jumlah berlebih, teratur, dan

cukup lama sehingga menyebabkan gangguan

kesehatan fisik, mental, dan kehidupan sosial

lainnya.16

Secara etimologis, narkoba atau narkotika

berasal dari bahasa Yunani yaitu narcosis. Istilah

ini merujuk kepada zat-zat yang menimbulkan mati

rasa atau rasa lumpuh.17 Dalam bahasa Inggris,

drug yang berarti narkoba memiliki dua arti18,

“illegal substance” yang berarti “zat yang ilegal”

dan “substance used as a medicine” yang berarti

“zat yang digunakan sebagai obat.” Sedangkan

secara terminologis, narkoba adalah obat yang

16 Lydia Herlina Martono, Mengenal Penyalahgunaan Narkoba,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2006), hlm. 3. 17 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologis Umum, Cet.

Kelima, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), hlm. 268. 18 Oxford, Oxford Learner’s Pocket Dictionary-Fourth Edition, (New

York: Oxford University Press, 2008), hlm. 138.

Page 62: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

47

dapat menenangkan syaraf, menghilangkan rasa

sakit, menimbulkan rasa kantuk, dan merangsang.19

William Benton mengungkapkan bahwa

narkoba merupakan istilah umum untuk semua

jenis zat yang melemahkan atau membius atau

mengurangi rasa sakit.20 Sementara Smith Kline

dan French Clinical mendefinisikan narkotika

sebagai zat-zat yang dapat mengakibatkan

ketidaksadaran atau pembiusan dikarenakan zat-zat

tersebut bekerja memengaruhi susunan pusat

saraf.21

Dari penjelasan tentang definisi narkoba diatas,

dapat disimpulkan bahwa narkoba adalah zat-zat

illegal yang digunakan bukan demi kebutuhan

medis, melainkan digunakan demi pengaruhnya

yang digunakan secara berlebihan sehingga

memengaruhi susunan pusat saraf manusia.

Jadi, penyalahgunaan narkoba adalah

penggunaan narkoba yang dilakukan tidak untuk

maksud pengobatan, tetapi karena ingin menikmati

dari narkoba tersebut. Penyalahgunaan narkoba

19 Anton M. Mulyono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 1988), hlm. 609. 20 Mardani, Penyalahgunaan Narkoba: Dalam Perspektif Hukum Islam

dan Pidana Nasional, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), hlm. 78. 21 Smith Kline dan French Clinical, A Manual for Law Enforcement

Officer Drugs Abuse, (Pennsylvania: Philadelphia, 1969), hlm. 91.

Page 63: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

48

diakibatkan pengaruh dari narkoba dan zat-zat

terlarang yang digunakan.22

Menurut Prof. Dr. Dadang Hawari, terdapat tiga

faktor yang menyebabkan seseorang

menyalahgunakan narkoba, yaitu faktor

predisposisi, faktor kontribusi, dan faktor pencetus

(pendorong) untuk terjadinya penyalahgunaan

narkoba.23

1) Faktor Predisposisi

Seseorang menyalahgunakan narkoba

akibat ketidakmampuan berfungsi secara

wajar dan efektif dalam mengatasi masalah

dan untuk menghilangkan kecemasan dan

depresi yang dirasakan. Dengan

menyalahgunakan narkoba, mereka

mencoba mengobati diri mereka sendiri

(self-medication) atau sebagai reaksi

pelarian (escape reaction).

2) Faktor Kontribusi

Pola asuh orang tua dan kondisi keluarga

yang tidak baik menjadi kontribusi

seseorang menyalahgunakan narkoba akibat

22 Lydia Herlina Martono dan Satya Joewana, Belajar Hidup

Bertanggung jawab, Menangkal Narkoba dan Kekerasan, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2008). 23 Dadang Hawari, Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif,

(Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1991).

Page 64: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

49

merasa tertekan. Faktor ini berhubungan

dengan hubungan antara orang tua dan anak,

kesibukan orang tua, dan keutuhan keluarga.

3) Faktor Pencetus

Selain lingkungan keluarga, pengaruh

teman dan lingkungan dimana seseorang

berada menjadi salah satu faktor seseorang

menyalahgunakan narkoba. Selain itu,

ketersediaan narkoba yang mudah dijangkau

turut menjadi penyebab seseorang

menyalahgunakan narkoba.

b. Jenis-Jenis Narkoba

Menurut Purbaningtyas, dari banyaknya

narkoba, hanya ada beberapa jenis yang lebih sering

dipakai oleh para pecandu, antara lain24:

1) Ganja

Ganja berbentuk seperti bunga kering

dan dipakai dengan cara dihisap setelah

dicampur dengan rokok. Penyalahgunaan

ganja ini akan menimbulkan efek

psikologis, seperti rasa cemas, ketakutan

yang berlebih, halusinasi pendengaran,

mudah curiga, dan tidak realistis. Nama lain

24 Masyarakat Sekolah, Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba,

(Jakarta: Balai Penelitian Agama dan Kemasyarakatan, 2003), hlm. 127-129.

Page 65: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

50

dari ganja adalah cimeng, gelek, grash,

rumput, mariyuana.

2) Putaw (heroin)

Putaw berasal dari kata putih karena

bentuknya seperti garam halus berwarna

putih. Bubuk tersebut dihaluskan dengan

kartu telepon, ditempatkan diatas

aluminium foil, kemudian bagian bawahnya

dibakar, lalu asapnya dihisap melalui

gulungan uang (ngedrugs). Bahaya dari

penyalahgunaan putaw adalah jika

ketagihan, seluruh badan dan tulang terasa

sakit (sakaw), badan merinding, air mata

meleleh, pilek, bahkan berteriak-teriak.

3) Ectasy/Inex (amfetamin)

Ectasy berbentuk tablet berwarna (warna

sesuai dosis dan campuran) dan cara

memakainya dengan diminum seperti obat.

Selama memakai ectasy, si pemakai akan

merasa lebih berstamina. Tetapi, dalam

beberapa jam kemudian akan menimbulkan

depresi, gelisah, pikiran tidak tenang, dan

seperti dikejar-kejar sesuatu.

4) Shabu-shabu (amfetamin)

Shabu-shabu berbentuk seperti butiran-

butiran kristal, menyerupai gula batu atau

tawas. Cara pemakaiannya dengan

Page 66: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

51

membakarnya diatas aluminium foil,

asapnya disalurkan lewat sedotan ke dalam

botol kecil berisi air mineral. Air di dalam

botol akan bergolak dengan mengeluarkan

uap (asap), asap itulah yang dihirup dengan

sedotan. Selama pemakaian, tubuh akan

terasa lebih bersemangat. Tetapi jika

pemakaian berhenti, tubuh akan menjadi

lemas dan tidak bergairah. Shabu-shabu

juga dapat merusak jaringan dan sel-sel otak

dan pemakai menjadi paranoid.

c. Dampak Dari Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan narkoba dan obat-obatan

terlarang ini menimbulkan dampak negatif, antara

lain seperti menurunkan kemampuan belajar,

ketidakmampuan untuk membedakan yang baik

dan yang buruk (halal dan haram), merubah mental

dan perilaku seseorang menjadi anti sosial,

merosotnya produktivitas kerja, gangguan

kesehatan, meningkatkan kecelakaan lalu lintas,

kriminalitas, dan tindak kekerasan lainnya, bahkan

sampai berujung kematian.25

25 Dadang Hawari, Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif,

(Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1991), hlm. 4.

Page 67: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

52

Berikut dampak penyalahgunaan narkoba26:

1) Terhadap Pribadi/Individu

• Narkoba merubah kepribadian individu

secara drastis, seperti pemurung,

pemarah, dan melawan terhadap

siapapun.

• Menimbulkan sikap masa bodoh

sekalipun terhadap dirinya sendiri, juga

malas.

• Semangat belajar menurun dan bereaksi

seperti orang gila akibat narkoba

tersebut.

• Tidak ragu untuk melakukan seks

karena tidak lagi memandang norma

dan agama penting.

• Menyiksa diri untuk menghilangkan

rasa nyeri.

• Mengakibatkan penyakit yang

berbahaya, bahkan kematian.

2) Terhadap Keluarga

• Si pemakai tidak segan untuk menjual

barang-barang rumah demi membeli

narkoba.

26 Masyarakat Sekolah, Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba,

(Jakarta: Balai Penelitian Agama dan Kemasyarakatan, 2003), hlm. 37-39.

Page 68: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

53

• Tidak lagi menjaga sopan santun,

bahkan melawan orang tua.

• Kurang menghargai harta milik yang

ada di rumah.

3) Terhadap Masyarakat

• Merusak tatanan masyarakat dengan

berbuat yang tidak senonoh dengan

orang lain.

• Mengambil barang milik orang lain

demi memperoleh uang untuk membeli

narkoba.

• Mengganggu ketertiban umum, seperti

mengendarai sepeda motor dengan

kecepatan tinggi.

• Naiknya angka kriminalitas.

4) Terhadap Bangsa dan Negara

• Melanggar norma hukum dan

mengganggu ketertiban masyarakat

umum

• Membahayakan kesehatan sosial

masyarakat dan mengancam ketahanan

nasional.

• Merusak generasi muda yang akan

menjadi pewaris bangsa.

• Hilangnya rasa patriotisme atau rasa

cinta akan bangsa.

Page 69: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

54

• Menyebabkan kemunduran bangsa,

bahkan disintegrasi bangsa.

5) Terhadap Perekonomian

• Melemahkan nilai rupiah terhadap

dollar Amerika.

• Membengkaknya jumlah pengangguran

dan penurunan produksi.

• Menghabiskan kas negara.

3. Dewasa Awal

a. Pengertian Dewasa Awal

Kata dewasa atau adult berasal dari bentuk

lampau partisipel dari kata kerja adultus yang

berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran

yang sempurna atau telah menjadi dewasa.27 Masa

dewasa merupakan tahap lanjutan dari masa

remaja. Dengan rentang usia dari umur 18-40

tahun, seseorang dalam masa ini berada di puncak

perkembangan, dimana perkembangan fisik dan

psikologis dapat dikatakan sudah matang. Ketika

memasuki masa dewasa awal, seorang individu

mulai menyesuaikan diri mereka terhadap pola-

pola kehidupan dewasa dan mendapat ekspektasi

sosial yang baru.

27 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi Kelima, Cet. Kedua, (Jakarta: Erlangga,

1991), hlm. 247.

Page 70: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

55

Dengan demikian, dewasa awal merupakan

masa dimana seseorang mencapai titik puncak

perkembangan dalam hidupnya dan mulai

menyesuaikan diri mereka yang sebelumnya remaja

menjadi dewasa dengan pola hidup berbeda dan

ekspektasi sosial yang baru.

b. Ciri-Ciri Dewasa Awal

Berikut ciri-ciri masa dewasa awal menurut

Hurlock28:

1) Masa dewasa sebagai masa pengaturan

Masa remaja yang lebih bebas menjadi

berubah ketika seseorang memasuki masa

dewasa karena mereka mulai menerima

tanggungjawab sebagai orang dewasa.

Laki-laki dewasa mulai mencari pekerjaan

yang menjadi karirnya, dan wanita mulai

mempersiapkan dirinya menerima

tanggungjawab sebagai ibu dan pengurus

rumah tangga.

2) Masa dewasa sebagai usia reproduktif

Masa dewasa ini juga ditandai dengan

membentuk rumah tangga. Pada masa ini,

laki-laki dan perempuan memasuki masa

28 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi Kelima, Cet. Kedua, (Jakarta: Erlangga,

1991), hlm. 247-252.

Page 71: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

56

kematangan reproduksi. Dengan begitu,

seorang perempuan siap menerima

tanggungjawab menjadi ibu, dan seorang

laki-laki siap menerima tanggungjawab

menjadi ayah.

3) Masa dewasa sebagai masa bermasalah

Pada masa dewasa, rata-rata individu

disibukkan dengan masalah-masalah yang

berhubungan dengan penyesuaian diri

dalam berbagai aspek utama kehidupan

orang dewasa. Dalam tahun-tahun sejak

usia hukum usia tiga puluh tahun,

kebanyakan laki-laki dan perempuan

berupaya menyesuaikan diri dalam

kehidupan perkawinan, peran sebagai orang

tua, dan karir mereka. Dalam dasawarsa 30-

40 tahun, penyesuaian diri lebih dipusatkan

pada hubungan keluarga, karena umumnya

pada usia ini orang menyadari bahwa sulit

untuk memilih perkerjaan lain atau

mencoba-coba mengembangkan suatu

kemampuan baru.

4) Masa dewasa sebagai ketegangan emosi

Ketegangan emosional seringkali

ditampakkan dalam ketakutan atau

kekhawatiran yang biasa muncul

Page 72: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

57

bergantung pada tercapainya penyesuaian

diri terhadap persoalan-persoalan yang

dihadapi. Atau sejauh mana sukses atau

kegagalan yang dialami dalam penyelesaian

persoalan.

5) Masa dewasa sebagai masa komitmen

Sewaktu menjadi dewasa, orang-orang

muda mengalami perubahan

tanggungjawab dari seorang pelajar yang

sepenuhnya tergantung pada orang tua

menjadi orang dewasa mandiri. Mereka

menentukan pola hidup baru, memikul

tanggungjawab baru, dan membuat

komitmen-komitmen baru.

6) Masa dewasa sebagai masa keterasingan

sosial

Dengan berakhirnya pendidikan formal

dan terjunnya seseorang ke dalam pola

kehidupan orang dewasa (karir,

perkawinan, rumah tangga), maka

hubungan dengan teman-teman kelompok

sebaya masa remaja menjadi renggang dan

keterlibatan dalam kelompok diluar rumah

akan terus berkurang. Seseorang dalam

masa ini akan mengalami keterasingan

sosial.

Page 73: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

58

Keterasingan diintensifkan dengan

adanya semangat bersaing dan hasrat kuat

untuk maju dalam karir. Dengan demikian,

keramah-tamahan masa remaja diganti

menjadi persaingan dalam masyarakat

dewasa yang harus mencurahkan sebagian

besar tenaga untuk pekerjaan. Akibatnya,

mereka menjadi egosentris dan hal ini akan

menambah kesepian mereka.

7) Masa dewasa sebagai masa perubahan nilai

Banyak nilai masa kanak-kanak dan

remaja berubah karena pengalaman dan

hubungan sosial yang lebih luas dengan

orang-orang yang berbeda usia, karenanya

nilai-nilai itu kini dilihat dari kacamata

orang dewasa. Misalnya, orang dewasa

yang tadinya menganggap sekolah itu suatu

kewajiban yang tidak berguna, menjadi

sadar akan nilai penndidikan sebagai batu

loncatan untuk meraih keberhasilan sosial,

karir, dan kepuasan pribadi.

8) Sebagai masa penyesuaian diri dengan cara

hidup baru

Penyesuaian diri yang paling umum

dialami oleh orang dewasa adalah

penyesuaian dalam bidang perkawinan dan

Page 74: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

59

perubahan peran menjadi orangtua.

Penyesuaian diri ini adalah penyesuaian diri

pada pola seks atas dasar persamaan derajat

yang menggantikan pembedaan pola peran

seks tradisional, serta pola baru kehidupan

berkeluarga, dan berbagai pola baru di

tempat pekerjaan, termasuk perceraian,

keluarga ber-orangtua tunggal dan berbagai

pola baru di tempat pekerjaan, khususnya

pada unit-unit kerja yang besar dan

impersonal di bidang bisnis dan industri.

B. Kerangka Pemikiran

Larangan pemakaian narkoba dalam Al-Qur’an

memang tidak disebutkan secara gamblang, mengingat

masyarakat pada masa diturunkannya Al-Qur’an belum

mengenal istilah narkoba. Namun, hukum penyalahgunaan

narkoba dapat dikiaskan atau disamakan dengan hukum

haramnya melakukan sesuatu yang buruk kepada diri

sendiri maupun orang lain. Allah SWT berfirman dalam

Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 157 yang berbunyi:

م عليهم الخبائث )األعراف: و يحل لهم الطي بات و يحر

157 )

“Dan (Dia) menghalalkan segala yang baik bagi

mereka dan mengharamkan segala yang buruk

bagi mereka.” (Q.S Al-A’raf: 157)

Page 75: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

60

Dalam penggalan ayat tersebut, Allah SWT

menegaskan secara jelas bahwa manusia dilarang

melakukan hal yang berdampak buruk bagi mereka. Seperti

yang kita ketahui, penyalahgunaan narkoba hanya akan

menyebabkan hal-hal negatif baik bagi pelaku, keluarga,

teman, bahkan negara. Undang-Undang Dasar, sebagai

tonggak hukum di Indonesia, Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika Pasal 1 mengatakan pecandu narkotika

adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan

narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada

narkotika, baik secara fisik maupun psikis. Penyalahguna

ini merupakan orang yang mengunakan narkotika tanpa

hak dan melawan hukum. Hanya industri farmasi dan

pedagang besar farmasi tertentu yang memiliki izin untuk

melakukan kegiatan produksi serta penyaluran obat dan

bahan obat serta alat kesehatan, termasuk narkotika.

Demi mencegah dan memberantas kasus

penyalahgunaan narkoba di Indonesia, pemerintah

membentuk suatu lembaga dengan nama Badan Narkotika

Nasional atau disingkat BNN. Selanjutnya dalam Undang-

Undang serupa Pasal 70 disebutkan bahwa beberapa tugas

BNN yaitu mencegah dan memberantas penyalahgunaan

dan pengedaran gelap narkotika dan prekusor narkotika,

serta memberdayakan masyarakat dalam pencegahan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika. Dengan demikian, negara pun telah

Page 76: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

61

turut andil dalam menghilangkan kasus penyalahgunaan

narkoba di Indonesia.

Namun, realita dalam masyarakat tidak sejalan dengan

idealitas hukum. Kasus penyalahgunaan narkoba kian

meningkat dari tahun ke tahun. Dari data-data kasus

tersebut, ditemukan pernyataan yang mengungkapkan

bahwa pelaku penyalahgunaan narkoba mayoritas berjenis

kelamin laki-laki dalam rentang usia dewasa awal.29

Menilik dari sisi psikologis, manusia dalam masa dewasa

awal ini memiliki banyak tugas dalam masa

perkembangannya, seperti mendapatkan suatu pekerjaan

demi kelangsungan hidup, menjalin hubungan dengan

lawan jenis yang akan menjadi pasangan hidup,

membentuk keluarga, serta tanggungjawab-tanggungjawab

lainnya. Dengan banyaknya tuntutan yang harus dipenuhi

dewasa awal, tidak heran bila stres dan depresi

menghinggapi pikiran mereka. Setelahnya, mereka akan

melakukan sesuatu untuk melampiaskan penat yang

dirasakan. Banyak dari mereka melampiaskannya ke dalam

kegiatan positif seperti berolahraga, rekreasi, membaca

buku dan menonton film yang disuka, atau kegiatan

bermanfaat lainnya. Tetapi, tidak sedikit pula yang

29 Pusat Penelitian Data dan Informasi Badan Narkotika Nasional

Republik Indonesia, Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba di 34 Provinsi

Tahun 2017, diakses dari

http://www.rumahcemara.or.id/rumahcemara.or.id/2017%20Survei%20Nasion

al%20BNN.pdf, pada tanggal 3 Maret 2020 pukul 14.41 WIB.

Page 77: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

62

melampiaskannya ke dalam kegiatan negatif, seperti

minum minuman keras dan menyalahgunakan narkoba.

Tuntutan yang dibebankan kepada laki-laki tidak

hanya tugas perkembangan yang memang seharusnya

diberikan kepada manusia dewasa awal manapun, tapi juga

beban yang melibatkan peran mereka dalam masyarakat.

Laki-laki sebagai bagian dari interaksi sosial tidak lepas

dari stereotip yang telah tersebar dari zaman dahulu. Dari

kecil mereka dididik untuk berperilaku layaknya laki-laki

sejati yang kuat, rasional, tidak mudah mencurahkan air

mata, lebih dominan daripada perempuan, dan standar-

standar maskulin lain yang harus dipenuhi laki-laki.

Menampakkan sisi emosional dan mencari bantuan tidak

diperbolehkan karena hal tersebut dianggap atribut

feminin.

Stereotip-stereotip yang telah beredar ini seakan

menjadi hukum tidak tertulis dalam kehidupan

bermasyarakat. Siapapun yang tidak berperilaku sesuai

dengan standar gendernya akan dipandang aneh, bahkan

dijauhi oleh teman sepergaulannya. Padahal, ada saatnya

laki-laki dapat berperilaku yang dikategorikan feminin,

begitu pula perempuan yang dapat berperilaku yang

dikategorikan maskulin. Misalnya, laki-laki seharusnya

dapat menunjukkan air matanya di kala sedih jika ia

memang ingin menangis. Itu adalah hak laki-laki sebagai

manusia. Pun dengan perempuan yang dapat memiliki

Page 78: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

63

jabatan lebih tinggi daripada laki-laki jika ia memang lebih

mumpuni di bidang tersebut. Namun nyatanya, masyarakat

masih terbelenggu stereotip yang sesungguhnya

menyulitkan mereka sendiri.

Perbedaan laki-laki dan perempuan memang terlihat

jelas, namun perbedaan itu bukanlah menjadi penentu siapa

yang lebih tinggi dari yang lainnya. Hal itu justru menjadi

penguat satu sama lain, dimana yang satu kurang yang

lainnnya akan melengkapi. Di hadapan Allah pun semua

manusia sama, terlepas dari jenis kelamin, suku, ras,

bangsa, dan bahasa yang digunakan. Yang membedakan

manusia adalah derajat taqwanya terhadap Allah,

sebagaimana dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13.

ن خلقنك م إنا الناس يآيها جعلنك م و ىأ نث و ذكر م

اتقك م قلى إن أكرمك م عند للاش ع وبا و قبآئل لتعارف وا ج

ان 3)13: الحجرات (خبير عليم للا

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan

kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan,

kemudian Kami jadikan kamu betbangsa-bangsa dan

bersuku-suku agar kamu saling mengenal.

Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di

sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh.

Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (Al-Hujurat:13)

Hal ini berarti laki-laki maupun perempuan memiliki

hak yang sama dalam sisi kemanusiaannya, salah satunya

dalam mengungkapkan emosi yang dirasakan. Nabi

Muhammad SAW, sebagai suri tauladan kita sebagai

Page 79: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

64

seorang muslim, tidak pernah melarang dirinya dalam

mengungkapkan sisi emosionalnya. Hal tersebut dapat kita

lihat dari kisah-kisahnya dalam Sirah Nabawiyah, seperti

bagaimana beliau merasa sedih dan dirundung duka yang

dalam sepeninggal Siti Khadijah dan pamannya Abu

Thalib. Juga perlakuan Nabi yang memeluk para

sahabatnya sebagai ungkapan persaudaraan yang hangat.

Perlakuan-perlakuan Nabi ini menjadi bukti bahwa laki-

laki pun sangat diperbolehkan menunjukkan sisi emosional

dan sisi afeksinya yang sering dikonotasikan sebagai

perilaku feminin. Hal tersebut tidak menjadikan diri beliau

makhluk yang lemah, namun menjadi bukti bahwa beliau

adalah seorang manusia baik yang hangat dan penyayang.

Ketakutan laki-laki akan perilaku feminin

menyebabkan mereka mengalami konflik dalam diri

mereka sendiri. O’Neil memperkenalkan konflik ini

dengan nama konflik peran gender atau gender role

conflict. Konflik ini merupakan kondisi psikologis dimana

peran gender menyebabkan konsekuensi negatif bagi diri

sendiri dan orang lain. Hal ini menjadi beban bagi laki-laki

yang menyebabkan banyak dari mereka menyalahgunakan

narkoba. Dalam jurnalnya, O’Neil mengatakan bahwa dari

11 penelitian yang menghubungkan konflik peran gender

dan penyalahgunaan narkoba, ditemukan hubungan yang

signifikan antara keduanya di tujuh penelitian yang

Page 80: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

65

dilakukan.30 Penelitian yang dirangkum dalam jurnal

O’Neil ini membuat peneliti ingin melihat lebih jauh

hubungan konflik peran gender terhadap penyalahgunaan

narkoba. Karena penelitian-penelitian tersebut dilakukan di

luar negeri, peneliti ingin mengangkat nilai lokal dengan

melaksanakannya di salah satu tempat yang menampung

pelaku penyalahgunaan narkoba di Jakarta.

Dari paparan pemikiran yang telah diuraikan di atas,

berikut kerangka pemikiran yang peneliti sajikan dalam

bentuk bagan yang merujuk pada teori konflik peran gender

milik O’Neil dan juga teori penyalahgunaan narkoba milik

Dadang Hawari:

30 James M. O’Neil, Summarizing 25 Years of Research on Men’s

Gender Role Conflict Using the Gender Role Conflict Scale, The Counseling

Psychologist, Vol. 36 (3): 2008, hlm. 386.

Konflik Peran Gender

Laki-Laki (X)

- Emosional

- Afeksi

- Kompetisi

- Hubungan publik-

domestik

Penyalahgunaan Narkoba

(Y)

- Faktor predisposisi

- Faktor kontribusi

- Faktor pencetus

(pendorong)

penyalahgunaan

narkoba

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian Konflik Peran Gender dengan

Penyalahgunaan Narkoba di Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta

Page 81: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

66

C. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dari penelitian, maka

hipotesis yang akan dijawab dan dibuktikan dalam

penelitian ini adalah:

Ho : Tidak ada hubungan antara konflik peran gender

laki-laki dengan penyalahgunaan narkoba pada

warga binaan pemasyarakatan di Lapas Narkotika

Klas IIA Cipinang Jakarta Timur.

Ha : Terdapat hubungan antara konflik peran gender

laki-laki dengan penyalahgunaan narkoba pada

warga binaan pemasyarakatan di Lapas Narkotika

Klas IIA Cipinang Jakarta Timur.

Page 82: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

67

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif

dengan metode survey. Penggunaan pendekatan dan

metode penelitian tersebut dipilih untuk memecahkan isu

skala besar yang aktual dengan populasi yang sangat besar

dan memerlukan sampel ukuran besar, sehingga informasi

dikumpulkan dari responden dengan menggunakan

kuesioner. Hal ini juga dapat diartikan sebagai metode

penelitian yang berlandaskan positivisme, digunakan untuk

meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

data menggunakan instrumen penelitian, analisis data

bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk

menggambarkan dan menguji hipotesis yang telah

ditetapkan.

Filsafat positivisme memandang bahwa

realitas/gejala/fenomena yang diteliti itu dapat diamati,

terukur, dapat diklasifikasikan, bersifat kausal, bebas nilai,

dan relative tetap. 1 Positivisme melihat ilmu sosial sebagai

metode yang terorganisir untuk mengombinasikan logika

deduktif dengan observasi empiris dan perilaku manusia

yang bertujuan untuk mengetahui dan mengonfirmasi

1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Alfabeta, 2018),

hlm. 15.

Page 83: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

68

hukum kausal yang bisa memprediksikan pola umum

aktivitas manusia.2

Metode yang telah dipaparkan diatas berjalan lurus

dengan tujuan penelitian ini, yaitu menganalisis fenomena

yang terjadi di Indonesia terkait penyalahgunaan narkoba

yang salah satu penyebabnya adalah konflik peran gender

secara empiris. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan

menemukan kebenaran yang bermanfaat bagi kalangan

masyarakat, khususnya para akademisi.

B. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.3 Dalam

penelitian ini, populasi yang dimaksud adalah seluruh

warga binaan pemasyarakatan Lapas Narkotika Klas IIA

Cipinang Jakarta Timur yang berjumlah 2.058 orang.4

Populasi dalam penelitian ini dikategorikan homogen

karena memiliki kesamaan karakteristik, yaitu warga

binaan pemasyarakatan dengan rentang umur 18-40 tahun.

2 W Lawrence Neuman, Social Research Methods Qualitative and

Quantitative Approaches, 5th edition, (Boston: Allyn and Bacon, 2003), hlm. 66. 3 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

(Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 80. 4 Data dari Jurnal Harian Lapas Klas IIA Narkotika Cipinang per

tanggal 28 Januari 2021.

Page 84: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

69

C. Sampel

Adapun yang dimaksud dengan sampel adalah bagian

dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.5

Pengambilan sampel dilakukan karena peneliti memiliki

keterbatasan dalam melakukan penelitian, baik dari segi

waktu, tenaga, dana, dan jumlah populasi yang sangat

banyak. Maka, peneliti harus mengambil sampel yang

mewakili keseluruhan populasi. Dalam penelitian ini,

peneliti menentukan besarnya sampel yang akan diambil

dengan menggunakan rumus Slovin dengan derajat

kesalahan sebesar 10 persen. Berikut perhitungan sampel

penelitian:

𝑛 =N

N. (𝑒)2 + 1

𝑛 =2.058

2.058.(10%)2+1 = 95 responden

Dengan:

N = Jumlah populasi

n = Jumlah sampel

e = Margin error (10 %)

Dengan demikian, sampel yang akan diambil dalam

penelitian ini sebanyak 95 responden.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penarikan

sampel secara probabilita atau probability sampling.

5 Muslich Ansori dan Sri Iswati, Metodologi Penelitian Kuantitatif,

Cet. Ketiga, (Jakarta: Kencana Pramada, 2008), hlm. 94.

Page 85: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

70

Teknik ini merupakan teknik penarikan sampel yang

mendasarkan diri pada prinsip bahwa setiap elemen

populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih

menjadi anggota sampel.6 Adapun jenis teknik probability

sampling yang digunakan adalah jenis simple random

sampling. Menurut Sugiyono, simple random sampling

adalah pengambilan anggota sampel dari populasi yang

dilakukan secara acak tanpa memerhatikan strata yang ada

dalam populasi itu.7 Dan sesuai dengan pengertiannya,

alasan penelitian ini menggunakan teknik sampling

tersebut karena subjek dalam penelitian ini homogen atau

tidak berstrata.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Peneliti mengambil Lapas Narkotika Klas IIA Cipinang

Jakarta Timur sebagai lokasi penelitian. Adapun waktu

penelitian dimulai dari akhir bulan Oktober 2020 sampai

bulan Februari 2021. Alasan pemilihan lokasi penelitian

tersebut didasarkan pada beberapa pertimbangan sebagai

berikut:

1. Lapas Narkotika Klas IIA Cipinang Jakarta Timur

merupakan lapas yang khusus menangani korban

penyalahgunaan narkoba terbesar di Indonesia.

6 Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: BPFE-UII, 2002), hlm. 51. 7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

(Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 82.

Page 86: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

71

Lapas ini juga merupakan pusat dari Lapas Klas IIA

lain yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia.

2. Lapas Narkotika Klas IIA Cipinag Jakarta Timur adalah

salah satu proyek pembangunan Zona Integritas Menuju

Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi

Bersih dan Melayani (WBBM) di lingkup Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia.

E. Sumber Data

Sumber data merupakan bahan dasar dari sebuah

penelitian. Sumber data terdiri dari data primer dan data

sekunder.8 Berikut sumber data penelitian ini.

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan

sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau

objek dari penelitian yang dilakukan.9 Sumber pertama

dari penelitian ini adalah warga binaan pemasyarakatan

di Lapas Narkotika Klas IIA Cipinang Jakarta Timur

yang diperoleh melalui kegiatan observasi dan

penyebaran kuesioner pada warga binaan

pemasyarakatan selaku subjek penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau

dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian

8 Wahyu Puhantara, Metode Penelitian Kualitatif untuk Bisnis,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 79. 9 Syofian Siregar, Statistik Deskriptif untuk Penelitian, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2011), hlm. 128.

Page 87: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

72

dari sumber-sumber yang telah ada.10 Dalam penelitian

ini, data sekunder diperoleh dari arsip, literatur, buku,

jurnal, artikel, dan lain sebagainya yang berhubungan

dengan penelitian yang dilakukan.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi merupakan salah satu kegiatan ilmiah

empiris yang mendasarkan fakta-fakta lapangan

maupun teks melalui pengalaman panca indra tanpa

menggunakan manipulasi apapun.11 Dalam penelitian

ini, peneliti melakukan observasi terkait lokasi dan

warga binaan pemasyarakatan sebagai subjek dalam

penelitian ini.

2. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab lisan dimana

dua orang atau lebih bertatap muka secara fisik untuk

mengetahui tanggapan, pendapat, dan motivasi

seseorang terhadap suatu objek.12 Dalam penelitian ini,

peneliti melakukan wawancara dengan warga binaan

pemasyarakatan dan juga pihak Lapas Narkotika Klas

IIA Cipinang Jakarta Timur.

10 M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan

Aplikasinya, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 58. 11 Hasyim Hasanah, Teknik-Teknik Observasi: Sebuah Altenatif

Metode Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu-Ilmu Sosial, Jurnal At-Taqaddum,

Vol. 8 (1): 2016, hlm. 21. 12 K. R. Soegijono, Wawancara Sebagai Salah Satu Metode

Pengumpulan Data, Media Litbangkes, Vol. 111 (1): 1993, hlm. 18.

Page 88: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

73

Pemilihan interview ini didasarkan pada hasil skor

warga binaan pemasyarakatan yang memiliki skor

terendah dan skor tertinggi pada kedua variabel. Hal ini

dilakukan agar dapat melihat tingkat konflik peran

gender dan tingkat penyalahgunaan narkoba warga

binaan pemasyarakatan tersebut yang memiliki

perbedaan sangat signifikan.

3. Kuesioner

Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan

data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada

seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan

jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan

oleh peneliti.13 Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan Skala Likert untuk mengukur skor tiap

variabel yang diujikan dalam penelitian ini. Lembar

kuesioner tersebut dibagikan kepada warga binaan

pemasyarakatan yang memiliki usia dalam rentang 18-

40 tahun di Lapas Narkotika Klas IIA Cipinang Jakarta

Timur.

4. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah informasi yang berasal

dari catatan penting, baik dari lembaga atau organisasi,

13 Mardalis, Metodologi Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 66.

Page 89: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

74

maupun dari per orangan.14 Menurut Arikunto, metode

dokumentasi juga berarti mencari data mengenai

variabel yang berupa catatatn, transkrip, buku, surat

kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan

sebagainya.15 Bahan-bahan ini kemudian ditelaah dan

dibandingkan isi dan sumbernya demi memperoleh

data yang bersifat teoritis. Dokumentasi ini juga

membantu peneliti memperoleh informasi dan

wawasan terkait penelitian yang akan dilakukan.

G. Instrumen Penelitian

1. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono, variabel penelitian adalah suatu

atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.16 Adapun variabel yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah dua variabel,

yaitu:

a. Variabel terikat atau dependent variable (Y) adalah

variabel penelitian yang diukur untuk mengetahui

besarnya efek atau pengaruh variabel lain. Besar

efek tersebut diamati dari ada-tidaknya, timbul-

14 Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan

Proposal dan Laporan Penelitian, (Malang: UMM Press, 2004), hlm. 72. 15 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 231. 16 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

(Bandung: Alfabeta, 2011)

Page 90: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

75

hilangnya, besar-mengecilnya, atau berubahnya

variasi yang tampak sebagai akibat perubahan pada

variabel lain termaksud.

b. Variabel bebas atau independent variable (X) yaitu

suatu variabel yang variasinya memengaruhi

variabel lain. Dapat pula dikatakan bahwa variabel

bebas adalah variabel yang pengaruhnya terhadap

variabel lain yang ingin diketahui. Variabel ini

dipilih dan sengaja dimanipulasi oleh peneliti agar

efeknya terhadap variabel lain tersebut dapat

diamati dan diukur.17

Berikut identifikasi variabel dalam penelitian ini:

a. Variabel terikat atau dependent variable (Y):

Penyalahgunaan Narkoba

b. Variabel bebas atau independent variable (X):

Konflik Peran Gender

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai

variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-

karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati.18

Adapun definisi operasional untuk penelitian ini akan

dijabarkan dalam Lampiran 1.

17 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2007), hlm. 62. 18 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2007), hlm. 62.

Page 91: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

76

3. Skala Penelitian

Dalam membuat kuesioner penelitian, peneliti

menggunakan skala likert. Skala likert adalah skala

pengukuran yang dikembangkan oleh Likert dan

mempunyai empat atau lebih butir-butir pertanyaan

yang dikombinasikan sehingga membentuk skor/nilai

yang mempresentaiskan sifat individu, misalkan

pengetahuan, sikap, dan perilaku. Skala likert

dikembangkan menggunakan 5 titik respon, yaitu

sangat setuju, setuju, tidak memutuskan, tidak setuju,

dan sangat tidak setuju.19 Namun, demi kebutuhan

lapangan agar responden menjawab dengan tegas dan

hasil lebih maksimal, maka titik respon yang akan

digunakan dalam penelitian ini hanya empat, yaitu

Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan

Sangat Tidak Setuju (STS). Skala penelitian ini bisa

disebut pula dengan Skala Semi-Likert.

Tabel 11. Skala Semi-Likert

No. Alternatif Jawaban Positif Negatif

1. Sangat Setuju 5 1

2. Setuju 4 2

3. Tidak Setuju 2 4

4. Sangat Tidak Setuju 1 5

19 Weksi Budiaji, Skala Pengukuran dan Jumlah Respon Skala Likert,

Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan, Vol. 2 (2): 2013, hlm. 129.

Page 92: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

77

4. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang berarti

kebenaran atau keabsahan suatu hal. Menurut Azwar,

validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan

kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam

melakukan fungsi ukurnya.20 Dalam penelitian ini,

yang akan diuji validitasnya adalah kuesioner yang

akan dibagikan kepada responden.

Uji validitas kuesioner dalam penelitian ini tetap

dilakukan di Lapas Narkotika Klas IIA Cipinang

Jakarta Timur dengan cara mengambil sampel

sebanyak 31 responden dalam populasi total. Namun

responden yang terlibat dalam uji validitas ini tidak

diikutsertakan kembali dalam uji inti penelitian.

Peneliti menggunakan software SPSS 25 dengan

metode analisis Product Moment Pearson dalam

menguji kevalidan intrumen penelitian ini. Berikut

dasar keputusan uji validitas dalam penelitian.

a. Jika r hitung ≥ r tabel (0.355), maka butir

pertanyaan dinyatakan valid

b. Jika r hitung ≤ r tabel (0.355), maka butir

pertanyaan dinyatakan tidak valid.

20 Azwar, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Binarupa Aksara,

1987), hlm 173.

Page 93: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

78

Kuesioner mengenai konflik peran gender laki-laki

menggunakan pengukuran Gender Role Conflict

Scale-I (GRCS-I) yang dibuat oleh O’Neil et al.

dengan menyesuaikannya dengan kondisi warga

binaan pemasyarakatan di Lapas Narkotika Klas IIA

Jakarta. Sedangkan kuesioner mengenai

penyalahgunaan narkoba menggunakan pengukuran

yang dirumuskan oleh Dadang Hawari.

Tabel 12. Blue Print Skala Variabel Konflik Peran Gender

No Dimensi

Item

Jumlah Butir

Positif

Butir

Negatif

1. Emosional 1, 2, 3, 4, 5,

6, 7, 8, 9 9

2. Afeksi 10, 11, 12,

13, 14, 16 15 8

3. Kompetisi

17, 18, 19,

20, 21, 22,

23, 24, 25

9

4.

Hubungan

Publik-

Domestik

26, 29, 30,

32, 33

27, 28,

31 8

Jumlah 33

Dari 33 butir pernyataan variabel konflik peran

gender yang diuji, diperoleh hasil bahwa 15 item valid,

sedangkan 18 lainnya tidak valid. Selanjutnya,

Page 94: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

79

pernyataan yang tidak valid tersebut diperbaiki dan

digunakan kembali untuk uji inti.

Tabel 13. Blue Print Penyalahgunaan Narkoba

No Dimensi

Item

Jumlah Butir

Positif

Butir

Negatif

1. Predisposisi 34, 35, 36,

38, 39, 40 37 7

2. Kontribusi

41, 42, 43,

44, 45, 46,

47, 48

8

3. Pencetus

49, 50, 51,

52, 53, 54,

57

55, 56 9

Jumlah 24

Dari 24 butir pernyataan variabel penyalahgunaan

narkoba yang diuji, diperoleh hasil bahwa 21 item

valid, sedangkan 3 lainnya tidak valid. Selanjutnya,

pernyataan yang tidak valid tersebut diperbaiki dan

digunakan kembali untuk uji inti.

Maka, dari 57 pernyataan yang diujikan

menggunakan Rank Spearman di atas diperoleh hasil

bahwa 36 item valid, sedangkan 21 lainnya tidak valid.

Ketidakvalidan beberapa item pertanyaan tersebut

disebabkan oleh tata bahasa yang digunakan peneliti

Page 95: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

80

yang menyebabkan ambiguitas dalam pemahaman

responden dalam menjawab kuesioner. Namun,

penyataan-pernyataan tersebut diperbaiki dan

digunakan kembali untuk uji inti. Hasil uji validitas

dapat dilihat dalam Lampiran 2.

5. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan

sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau

diandalkan.21 Arifin menyatakan bahwa suatu tes

dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang

sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada

waktu dan kesempatan yang berbeda.22 Uji reliabilitas

menggunakan nilai Cronbach’s Alpha sebagai acuan,

jika nilai Cronbach’s Alpha > 0.60, maka instrumen

tersebut dikatakan reliabel.23 Sedangkan jika nilai

Cronbach’s Alpha < 0.60 maka instrumen tersebut

dikategorikan reliabilitasnya kurang baik. Berikut hasil

uji reliabilitas variabel dalam penelitian ini.

Tabel 14. Output Uji Reliabilitas Variabel Konflik Peran Gender

Reliability Statistics

Cronbach’s Alpha N of Items

,693 33

21 Saifuddin Azwar, Reliabilitas dan Validitas, (Yogyakarta: Sigma

Alpha, 1999), hlm. 83. 22 Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional: Prinsip, Teknik, dan Prosedur,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991), hlm. 122. 23 Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, (Bandung: Alfabeta,

2004).

Page 96: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

81

Tabel 9 menunjukkan bahwa hasil uji reliabilitas

variabel X memperopleh nilai alpha lebih besar dari

0.60. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

instrument pada variabel Konflik Peran Gender adalah

reliabel.

Tabel 15. Output Uji Reliabilitas Variabel Penyalahgunaan

Narkoba

Reliability Statistics

Cronbach’s Alpha N of Items

,887 24

Tabel 10 diatas menunjukkan bahwa hasil uji

reliabilitas variabel Y memperopleh nilai alpha lebih

besar dari 0.60. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa instrument pada variabel Penyalahgunaan

Narkoba adalah reliabel.

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Deskriptif

Uji deskriptif adalah uji statistik yang digunakan

untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan

data yang telah diperoleh sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan atau generalisasi.24

Uji deskriptif dalam penelitian ini bermaksud untuk

mengetahui tingkat konflik peran gender laki-laki

24 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

(Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 38.

Page 97: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

82

warga binaan pemasyarakatan di Lapas Narkotika Klas

IIA Cipinang Jakarta Timur.

2. Uji Korelasi

Uji korelasi bertujuan untuk mengetahui keeratan

hubungan antara dua variabel dan untuk mengetahui

arah hubungan yang terjadi. Arah hubungan dalam uji

korelasi ada dua, yaitu:

a. Bila kenaikan suatu variabel diikuti oleh variabel

lain, maka arah hubungannya positif.

b. Bila kenaikan satu variabel diikuti oleh penurunan

variabel lain, maka arah hubungan ini negatif.

Penelitian ini menggunakan uji korelasi Rank

Spearman untuk melakukan analisis inferensial. Nilai r

dalam uji Rank Spearman berkisar antara 0.0 sampai

dengan 1.0. Jika nilai r mendekati 0.0, maka korelasi

rendah atau tidak ada korelasi, sedangkan jika nilai r

mendekati nilai 1.0, maka korelasinya kuat atau

sempurna.25 Berikut pembagian kekuatan korelasi

menurut Sugiyono26:

Tabel 16. Kekuatan Korelasi Menurut Sugiyono

Range Korelasi Kategori

r = 0,00 – 0,199 Sangat Lemah

25 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

(Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 38. 26 Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2014),

hlm. 250.

Page 98: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

83

r = 0,20 – 0,399 Lemah

r = 0,40 – 0,599 Sedang

r = 0,60 – 0,799 Kuat

r = 0,80 – 1,000 Sangat Kuat

3. Membaca Data Secara Kualitatif

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan kuantitatif yang lekat dengan

paradigma positivistik. Pendekatan kuantitatif

mengombinasikan logika deduktif dengan observasi

empiris dan perilaku manusia. Namun, tidak mustahil

juga ketika ada pendekatan kuantitatif bersanding

dengan cara berfikir interpretif, juga sebaliknya,

pendekatan kualitatif disandingkan dengan cara

berfikir positivistik dalam mengambil kesimpulan

penelitiannya.27

Dengan demikian, penelitian yang menggunakan

pendekatan kuantitatif. Selanjutnya, hasil penelitian ini

juga dianalisis secara kualitatif demi menunjang dan

memaksimalkan hasil temuan penelitian di lapangan.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara

terhadap responden yang memiliki skor terendah dan

tertinggi pada kedua variabel.

27 Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku

Manusia, Cet. IV, (Depok: LPSP3 UI, 2011), hlm. 30-31.

Page 99: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

84

BAB IV

GAMBARAN UMUM DAN HASIL ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta

1. Sejarah Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri dan

Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia No: M.04.PR.07.03 tahun 2003 tentang

Pembentukan Lembaga Pemasyarakatan Narkotika

Jakarta, Lubuk Linggau, Bandar Lampung, Pematang

Siantar, Bandung, Nusakambangan, Madiun,

Pamekasan, Martapura, Bangli, Maros, dan Jayapura.

Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta yang berlokasi di Jl.

Raya Bekasi Timur No.170A Jakarta Timur ini

diresmikan pada tanggal 30 Oktober 2003 oleh

Presiden Republik Indonesia saat itu, Ibu Megawati

Soekarnoputri, dan mulai diopersionalkan pada tanggal

24 Februari 2004 dengan kapasitas 1.084 penghuni.

2. Tugas Pokok dan Fungsi Lapas Narkotika Klas IIA

Jakarta

a. Tugas Pokok

Tugas pokok Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta

adalah “Melaksanakan pemasyarakatan terhadap

narapidana/anak didik pengguna narkotika dan obat

terlarang lainnya.

Page 100: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

85

b. Fungsi

Adapun fungsi Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta

adalah:

• Melaksanakan pembinaan narapidana/anak

didik kasus narkotika

• Memberikan bimbingan, terapi, dan

rehabilitasi narapidana/anak didik kasus

narkotika

• Melakukan bimbingan sosial/rohani

• Melakukan pemeliharaan keamanan dan

tata tertib lapas

• Melakukan urusan tata usaha dan rumah

tangga

3. Visi dan Misi Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta

a. Visi

Visi Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta adalah

“Memberikan pelayanan yang akuntabel dan

transparan serta mampu mewujudkan tertib

pemasyarakatan.”

b. Misi

Misi Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta adalah

sebagai berikut:

• Memberikan kemudahan pelayanan bagi

masyarakat secara tepat dan efektif

Page 101: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

86

• Menghilangkan komersialisasi dan

diskriminasi dalam pelayanan

• Menyediakan prosedur layanan tentang

hak-hak warga binaan pemasyarakatan

• Mengedepankan profesionalisme dan

keterbukaan dalam memberikan pelayanan

4. Sarana dan Prasarana Lapas Narkotika Klas IIA

Jakarta

Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA

Jakarta yang beralamatkan di JL. Raya Bekasi Timur

No. 170A ini dibangun di atas tanah seluas 27.213,72

m2. Berikut rincian sarana dan prasarana Lapas

Narkotika Klas IIA Jakarta:

Tabel 17. Sarana dan Prasarana Lapas Narkotika Klas II A Jakarta

No. Nama Bangunan Luas Peruntukan

1. Gedung I 1.067,60

m2

Ruang Kalapas,

Aula, dan kegiatan

administratif

fasilitatif

2. Gedung II 1.751,60

m2

Ruang struktural

bidang teknis dan

kegiatan

rehabilitasi

3. Gedung III 831,44

m2

Ruang seksi dan

Seksi Pengamanan

Page 102: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

87

4. Poliklinik 304 m2 Rawat inap napi

dan kegiatan

medis

5. Bangunan hunian

type 7 sebanyak

80 kamar yang

dapat menampung

420 orang

4.129,59

m2

Blok hunian

narapidana

6. Bangunan hunian

type 3 sebanyak

48 kamar yang

dapat menampung

144 orang, dan

type 5 sebanyak

36 kamar yang

dapat menampung

180 orang

3.410,03

m2

Blok hunian

narapidana

7. Bangunan hunian

type 1 jumlah

kamar 324 kamar

menampung 324

orang

4.376,41

m2

Blok hunian

narapidana

8. Bangunan super

maksimum

security

618,40

m2

Hunian

narapidana yang

melakukan

pelanggaran

Page 103: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

88

5. Struktur Organisasi Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta

KALAPAS

REGU PENGAMANAN

KASUBAG TU

KAUR KEPG. & KEU. KAUR UMUM

KASI BINADIK KASI GIATJA

KASUBSI

REGISTRASI

KASUBSI

BIMKEMASWAT

KASUBSI

BIMKER & PHK

KASUBSI

SARANA KERJA

KASUBSI

PENGAMANAN

KASUBSI

PORTATIB

KA. KPLP

Lis S, A. Md, IP, S. Sos, M. Si

Muryani, SH, M.Si Bisri M, SH, M.Si

Margono, Amd. IP, SH, MH Soeistanto P D, Amd.IP, S.Sos, M.Si

Imam B, Amd.IP Widhi I P, Amd.IP ---- Gilang A S,

AMD.P, SH Sigit T P, Amd.IP

SH

Jumadi, Amd.IP,

SH, MH

Heriyanto S, Amd.IP, S.Sos, M.Si

Oga G D, Amd.IP, S.Sos, SH, M.Si

KASI ADM. KAMTIB

Heri Purnomo, SH

Gambar 3. Susunan Struktur Organisasi Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta

Page 104: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

89

6. Program Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta1

a. Mapenaling

Program ini adalah singkatan dari masa

pengamatan, pengenalan, dan penelitian yang

merupakan program pembinaan bagi warga binaan

pemasyarakatan baru dengan tujuan agar dapat

memahami tata tertib, hak, dan kewajiban serta

larangan di lapas. Program ini merupakan

pembinaan tahap awal dari proses pemasyarakatan

yang merupakan dasar dari program pembinaan

kepribadian sampai pada tahapan program

integrasi. Program ini mencakup kegiatan berbagai

sosialisasi dan penyuluhan, kegiatan olahraga dan

senam pagi, kegiatan senam pernafasan, kegiatan

sosialisasi wawasan kebnagsaan bekerjasama

dengan TNI dari Koramil Jatinegara Jakarta Timur,

kegiatan motivasi yang dilakukan oleh tim psikolog

lapas, juga kegiatan keagamaan seperti program

pesantren, kerohanian Nasrani, dan kerohanian

Buddha.

b. Program PKBM

PKBM merupakan singkatan dari Program

Kegiatan Belajar Masyarakat yang bertujuan

mengembangkan kepribadian dan kemampuan

1 Lapas Narkotika Klas IIA Cipinang, Profil LPNJ: Welcome to

Jakarta Narcotics Prison: The Reclassering Netherland Probation Service and

The Center for International Legal Cooperation (ILC).

Page 105: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

90

warga binaan pemasyarakatan karena pendidikan

adalah hak bagi setiap warga negara. Program ini

juga memiliki visi mengubah masyarakat pelanggar

menjadi terpelajar, pecandu menjadi pandu yang

taat hukum, terdidik, mandiri serta aktif dalam

kegiatan pembangunan bagi masyarakat, bangsa

dan negara. Didalamnya terdapat program-program

seperti program penyetaraan SD (Paket A),

program penyetaraan SMP (Paket B), program

penyetaraan SMA (Paket C), dan program

keaksaraan fungsional.

c. Program Komputer

Program ini dilaksanakan setiap harinya dengan

materi meliputi program Microsoft Office,

Photoshop, dan juga Corel Draw. Program

komputer ini dilaksanakan dalam jangka waktu

empat bulan untuk semua materi pengajaran dengan

tenaga pengajar dari pertugas lapas.

d. Program Kegiatan Kepramukaan

Program kepramukaan ini bertujuan untuk

mengembangkan diri pribadi seutuhnya meliputi

aspek mental, moral, kesadaran diri, kemandirian,

kepedulian serta tanggung jawab sebagai pribadi

maupun sebagai anggota masyarakat. Dengan

harapan setelah selesai menjalani pidana, warga

binaan dapat kembali berinteraksi dengan

Page 106: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

91

masyarakat dan tidak mengulangi perbuatannya

lagi. Dalam melaksakan kegiatan kepramukaan ini,

Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA

Jakarta bekerjasama dengan TNI dari Koramil

Jatinegara Jakarta Timur.

e. Program Rehabilitasi Sosial

Rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan

pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental

maupun sosial agar bekas pecandu narkotika dapat

kembali melaksanakan fungsi sosial dalam

kehidupan masyarakat. Program ini dirancang

untuk membantu mencegah kekambuhan atau

relapse bagi penyalahguna narkoba. Dalam

program ini terdapat beberapa jenis metode

rehabilitasi sosial, seperti program Criminon,

Therapeutic Community (TC), Kelompok

Dukungan Sebaya (DKS), Therapeutic

Complementer, juga terapi rumatan metadon.

f. Program Rehabilitasi Medis

Di dalam program ini terdapat beberapa

program. Pertama, program penanggulangan

HIV/AIDS yang merupakan suatu program yang

terpadu dan komprehensif dalam menangani

masalah-masalah HIV/ AIDS yang mencakup

pencegahan penularan, dukungan, perawatan dan

pengobatan. Kedua, program penanggulangan TB

Page 107: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

92

(tuberkulosis) yang bertujuan menyembuhkan

pasien, mencegah kekambuhan, kematian, atau

akibat buruk yang ditimbulkan tuberkulosis,

memutuskan rantai penularan tuberkulosis. Ketiga,

pengendalian ISPA atau infeksi saluran pernapasan

yang biasanya berlangsung sampai 14 hari.

Program ini mencakup upaya pencegahan,

penanggulangan, serta pengobatan ISPA.

g. Kegiatan Rawat Jalan

Kegiatan rawat jalan ini merupakan pelayanan

kesehatan yang diberikan terhadap warga binaan

untuk tujuan observasi, diagnosis, pengobatan,

rehabilitasi, dan pelayanan kesehatan lainnya, tanpa

mengharuskan pasien tersebut dirawat inap. Jika

pasien yang merupakan warga binaan

pemasyarakatan lapas mengidap penyakit yang

mengharuskannya dirujuk ke rumah sakit, maka

pihak lapas akan melaksanakan rujukan dan rawat

inap di rumah sakit luar lapas.

B. Temuan dan Hasil Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

a. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah warga

binaan pemasyarakatan Lapas Narkotika Klas IIA

Jakarta yang berada dalam rentang usia dewasa

awal yaitu usia 18-40 tahun sebanyak 95 orang.

Page 108: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

93

Karakteristik responden disini mencakup usia,

tingkat pendidikan formal, dan jenis kasus

penyalahgunaan narkoba responden. Berikut

karakteristik-karakteristik responden yang akan

digambarkan melalui diagram pada gambar-

gambar berikut.

Gambar 4. Karakteristik Responden berdasarkan Usia2

Gambar 4 di atas menunjukkan bahwa mayoritas

warga binaan pemasyarakatan di Lapas Narkotika

Klas IIA Jakarta berada di awal atau permulaan

masa dewasa awal (21-28 tahun) dengan persentase

sebesar 46 persen (44 orang). Selanjutnya, 42

persen sebanyak 40 orang warga binaan

pemasyarakatan berada di pertengahan masa

dewasa awal (29-36 tahun), dan 12 persen sebanyak

11 orang warga binaan pemasyarakatan berada di

akhir masa dewasa awal (37-44 tahun). Mayoritas

2 Hasil olah data karakteristik responden berdasarkan usia oleh peneliti.

46%

42%

12%

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Awal (21-28 tahun) Tengah (29-36 tahun) Akhir (37-44 tahun)

Page 109: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

94

warga binaan pemasyarakatan berada di awal masa

dewasa awal.

Survey yang dilakukan oleh BNN pada tahun

2017 juga menemukan hasil bahwa penyalahguna

narkoba menurut usia kelompok di bawah usia 30

tahun lebih tinggi dibandingkan penyalahguna

narkoba usia 30 tahun keatas.3 Lalu, di tahun 2019

BNN kembali melakukan survey untuk meninjau

perkembangan kasus penyalahgunaan narkoba di

Indonesia. Dalam survey tersebut, BNN kembali

mendapatkan hasil bahwa 74,8 persen dari

responden berada pada kisaran usia 25-59 tahun.4

Dari hasil penelitian dan kedua survey yang

dilakukan BNN, dapat disimpulkan bahwa kasus

penyalahgunaan narkoba lebih marak terjadi di

kalangan pemuda yang sedang berada dalam usia

produktif, khususnya usia kisaran 20 tahun-an.

Hal ini disebabkan masa itu merupakan awal

peralihan peran dari remaja akhir menuju dewasa

awal dengan berbagai tuntutan dalam tugas

3 Pusat Penelitian Data dan Informasi Badan Narkotika Nasional

Republik Indonesia, Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba di 34 Provinsi

Tahun 2017, diakses dari

http://www.rumahcemara.or.id/rumahcemara.or.id/2017%20Survei%20Nasion

al%20BNN.pdf, pada tanggal 3 Maret 2020 pukul 14.41 WIB. 4 Pusat Penelitian, Data, dan Informasi Badan Narkotika Nasional

Republik Indonesia, Survei Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba 2019, diakses

dari https://yogyakarta.bnn.go.id/konten/unggahan/2020/11/7.Survei-

Prevalensi-Penyalahgunaan-Narkoba-Kuantitatif-2019.pdf, pada tanggal 16

Februari 2021 pukul 16.33 WIB.

Page 110: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

95

perkembangan yang harus dipenuhi.5 Masa-masa

ini juga dikatakan menjadi masa dimana emosi

sangat bergejolak. Tidak sedikit dari para dewasa

awal di rentang usia ini memilih menyalahgunakan

narkoba sebagai salah satu bentuk pelampiasannya

akan masalah dalam hidup. Terlebih orang-orang di

usia ini senang mencoba hal-hal baru dalam

hidupnya.

Berikut gambar terkait katakteristik responden

berdasarkan tingkat pendidikan formal yang

diterima.

Gambar 5. Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat

Pendidikan Formal6

Gambar 5 di atas menunjukkan bahwa mayoritas

warga binaan pemasyarakatan di Lapas Narkotika

Klas IIA Jakarta menempuh pendidikan rendah (6-

5 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi Kelima, Cet. Kedua, (Jakarta: Erlangga,

1991), hlm. 246. 6 Hasil olah data karakteristik responden berdasarkan tingkat

pendidikan formal oleh peneliti.

59%

36% 5%

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Formal

Rendah (6-9 tahun) Sedang (10-13 tahun) Tinggi (14-17 tahun)

Page 111: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

96

9 tahun) dengan persentase sebesar 59 persen

sebanyak 56 orang. Sedangkan 36 persen lainnya

sebanyak 34 orang menempuh pendidikan formal

sedang (10-13 tahun), dan 5 persen sisanya

sebanyak 5 orang menempuh pendidikan tinggi

(14-17 tahun). Mayoritas warga binaan

pemasyarakatan memiliki tingkat pendidikan yang

rendah.

Hasil dari penelitian ini mengemukakan bahwa

mayoritas warga binaan pemasyarakatan di Lapas

Klas IIA Jakarta menempuh pendidikan rendah

selama 6-9 tahun atau setara dengan lulusan SD dan

SMP. Hasil serupa didapatkan pula dalam survey

yang dilakukan BNN pada tahun 2017 dengan

jumlah responden lulusan SD dan SMP lebih

banyak dibanding lulusan SMA atau tingkat

pendidikan lanjutan seperti akademi atau perguruan

tinggi.7 Pada tahun 2019, BNN melakukan survey

lagi dan mendapatkan hasil bahwa 21,4 persen

responden berpendidikan sedang atau lulusan

SMP.8 Jadi, dapat disimpulkan bahwa rata-rata

7 Pusat Penelitian Data dan Informasi Badan Narkotika Nasional

Republik Indonesia, Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba di 34 Provinsi

Tahun 2017, diakses dari

http://www.rumahcemara.or.id/rumahcemara.or.id/2017%20Survei%20Nasion

al%20BNN.pdf, pada tanggal 19 Februari 2021 pukul 11.35 WIB. 8 Pusat Penelitian, Data, dan Informasi Badan Narkotika Nasional

Republik Indonesia, Survei Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba 2019, diakses

dari https://yogyakarta.bnn.go.id/konten/unggahan/2020/11/7.Survei-

Page 112: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

97

penyalahguna narkoba berpendidikan rendah dan

sedang dengan masa tempuh 6-9 tahun.

Selanjutnya, berikut gambar karakteristik

responden berdasarkan jenis kasus penyalahgunaan

narkoba yang disajikan melalui diagram.

Gambar 6. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis

Penyalahgunaan Narkoba9

Gambar 6 di atas menunjukkan bahwa mayoritas

warga binaan pemasyarakatan di Lapas Narkotika

Klas IIA Jakarta adalah pemakai narkoba dengan

persentase 61 persen sebanyak 58 orang.

Selanjutnya, 30 persen dari warga binaan

pemasyarakatan tersebut adalah pengedar narkoba

berjumlah 28 orang, dan 9 persen sisanya adalah

bandar narkoba sebanyak 9 orang. Mayoritas warga

binaan pemasyarakatan adalah pemakai narkoba.

Prevalensi-Penyalahgunaan-Narkoba-Kuantitatif-2019.pdf, pada tanggal 16

Februari 2021 pukul 16.33 WIB. 9 Hasil olah data karakteristik responden berdasarkan jenis

penyalahgunaan narkoba oleh peneliti.

61%

30%9%

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis

Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Pemakai Pengedar Bandar

Page 113: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

98

Dari 95 responden, hanya sedikit yang merupakan

bandar narkoba.

Hal ini serupa dengan penjelasan Menkumham

pada tahun 2018 yang mengatakan bahwa penghuni

Lapas dengan kasus narkoba sebanyak 21.313

adalah pengguna narkoba.10 Dan dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa mayoritas penghuni lapas

adalah pengguna narkoba.

b. Gambaran Umum Responden

1) Gambaran Umum Tingkat Konflik Peran Gender

Warga Binaan Pemasyarakatan

Gambaran umum responden berdasarkan

tingkat konflik peran gender tergambar pada

tabel berikut.

Tabel 18. Persentase Konflik Peran Gender Warga Binaan

Pemasyarakatan11

Variabel

dan Sub

Dimensi

Kategori

Skor Skor F %

Emosional

Rendah

Sedang

Tinggi

21–28

29–36

37–44

30

54

11

31

57

12

Afeksi

Rendah

Sedang

Tinggi

15–20

21–26

27–32

23

60

12

24

63

13

10 Pusat Penelitian, Data, dan Informasi Badan Narkotika Nasional

Republik Indonesia, Survei Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba 2019, diakses

dari https://yogyakarta.bnn.go.id/konten/unggahan/2020/11/7.Survei-

Prevalensi-Penyalahgunaan-Narkoba-Kuantitatif-2019.pdf, pada tanggal 19

Februari 2021 pukul 12.28 WIB. 11 Hasil olah data persentase konflik peran gender warga binaan

pemasyarakatan oleh peneliti

Page 114: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

99

Kompetisi

Rendah

Sedang

Tinggi

21–29

30–38

39–47

19

59

17

20

62

18

Hubungan

Publik-

Domestik

Rendah

Sedang

Tinggi

15–23

24–32

33–41

32

52

11

34

55

11

Total

Rendah

Sedang

Tinggi

91–108

109–126

127–144

34

46

15

36

48

16

Tabel 18 di atas menunjukkan bahwa

mayoritas responden memiliki konflik peran

gender sedang dengan persentase 48 persen

sebanyak 46 orang. Selanjutnya, responden yang

memiliki konflik peran gender rendah 36 persen

sebanyak 34 orang, dan responden yang

memiliki konflik peran gender tinggi 16 persen

sebanyak 15 orang. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Brahmana yang

menemukan hasil bahwa tingkat konflik peran

gender laki-laki suku Batak Karo berada di

tingkat sedang dengan persentase 50 persen dari

seluruh responden atau sebanyak 20 orang.12

Konflik peran gender dengan tingkat sedang

yang dialami responden terjadi karena adanya

stimulus yang menyebabkan responden

mengalami konflik peran gender seperti adanya

12 Karina M Brahmana, Pengaruh Ideologi Maskulin Terhadap Konflik

Peran Gender pada Laki-Laki Suku Batak Karo, Jurnal Psikologi HKBP

Nommensen, Vol. 6 (1): 2019, hlm. 16.

Page 115: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

100

pembatasan sisi emosional yang dirasakan, juga

adanya perbedaan konsep diri ideal dengan

konsep diri nyata.

Dimensi emosional pada mayoritas warga

binaan pemasyarakatan tergolong sedang (29-

36) dengan persentase sebesar 57 persen atau

sebanyak 54 orang dari total responden 95 orang.

Selanjutnya warga binaan pemasyarakatan

tergolong rendah (21-28) dengan persentase 31

persen atau sebanyak 30 orang. Sisanya

tergolong tinggi (37-44) dengan persentase 12

persen atau sebanyak 11 orang. Emosional

warga binaan pemasyarakatan tergolong sedang

karena mayoritas dari responden sulit

mengungkapkan emosi yang dirasakan melalui

kata-kata. Responden pun membatasi sisi

emosionalnya dengan memilih untuk

memendam masalah yang sedang dihadapi,

bahkan ketika masalah tersebut berat baginya.

Hal ini dilakukan karena adanya stereotip gender

yang mengatakan bahwa laki-laki harus kuat dan

tidak boleh terlihat lemah di mata orang lain.

Wahto dan Swift mengungkapkan bahwa salah

satu alasan mengapa pria tidak mencari bantuan

psikologis adalah karena bagi beberapa pria

melakukan hal tersebut tidak sesuai dengan

Page 116: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

101

keyakinan tentang maskulinitas dan perilaku

yang pantas bagi pria.13

Hasil serupa juga ditemukan oleh

Rahmadhani dan Virianita bahwa dimensi

emosional pemuda desa putus sekolah tergolong

sedang disebabkan oleh terpendamnya keinginan

mereka untuk melanjutkan sekolah.14 Sebagai

laki-laki yang dipandang sebagai tulang

punggung keluarga dan pencari nafkah, mereka

rela mengesampingkan keinginannya untuk

melanjutkan sekolah demi bekerja.

Adapun dimensi afeksi pada mayoritas

warga binaan pemasyarakatan tergolong sedang

(21-26) dengan persentase sebesar 63 persen

atau sebanyak 60 orang dari total responden 95

orang. Selanjutnya warga binaan

pemasyarakatan tergolong rendah (15-20)

dengan persentase 24 persen atau sebanyak 23

orang. Sisanya tergolong tinggi (27-32) dengan

persentase 13 persen atau sebanyak 12 orang.

Afeksi warga binaan pemasyarakatan yang

13 Rachel Wahto & Joshua K. Swift, Labels, Gender-role Conflict,

Stigma, and Attitudes Toward Seeking Psychological Help in Men, American

Journal of Men's Health 1-11: 2014, hlm. 8. 14 Ghania Ahsani Rahmadhani dan Ratri Virianita, Pengaruh Stereotip

Gender dan Konflik Peran Gender Laki-Laki Tergadap Motivasi Kerja Pemuda

Desa Putus Sekolah, Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,

Vol. 4 (2): 2020, hlm. 228.

Page 117: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

102

tergolong sedang disebabkan responden yang

membatasi cara mereka dalam mengungkapkan

kepeduliannya terhadap orang lain, terutama

kepada laki-laki. Responden juga cenderung

tidak mencari bantuan kepada teman laki-

lakinya karena takut dipandang lemah dan juga

pemikirannya bahwa mereka tidak yakin teman

laki-laki mereka tidak akan memberitahu

siapapun terkait masalah yang dihadapi.

Rahmadhani dan Virianita juga menemukan

hasil bahwa tingkat dimensi afeksi pemuda desa

putus sekolah di Desa Sukawening adalah

sedang.15 Semakin laki-laki memandang bahwa

seorang laki-laki tidak seharusnya menunjukkan

kepedulian sesama laki-laki dan memandang

bahwa tidak perlu membagikan sisi emosional,

mereka akan cenderung memberikan pandangan

yang kurang baik tentang mencari bantuan

psikologis.16 Dan dengan demikian

meningkatkan dimensi afeksi dalam konflik

peran gender laki-laki.

15 Ghania Ahsani Rahmadhani dan Ratri Virianita, Pengaruh Stereotip

Gender dan Konflik Peran Gender Laki-Laki Tergadap Motivasi Kerja Pemuda

Desa Putus Sekolah, Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,

Vol. 4 (2): 2020, hlm. 228. 16 Glenn E. Good, Don M. Delt, & Laurie B. Mintz, Male Role and

Gender Role Conflict: Relations to Help Seeking in Men, Journal of Counselling

Psychology, Vol. 36 (3): 1989, hlm. 299.

Page 118: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

103

Selanjutnya, dimensi kompetisi pada

mayoritas warga binaan pemasyarakatan

tergolong sedang (30-38) dengan persentase

sebesar 62 persen atau sebanyak 59 orang dari

total responden 95 orang. Selanjutnya warga

binaan pemasyarakatan tergolong rendah (21-

29) dengan persentase 20 persen atau sebanyak

19 orang. Sisanya tergolong tinggi (39-47)

dengan persentase 18 persen atau sebanyak 17

orang. Dimensi kompetisi warga binaan

pemasyarakatan tergolong sedang dikarenakan

responden memandang bahwa menjadi laki-laki

harus lebih memiliki kuasa dibanding

perempuan, juga lebih unggul daripada rekan

laki-lakinya. Responden juga memiliki

kekhawatiran yang cukup tinggi akan kegagalan

dan kekalahan. Namun, hal ini tidak sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Galligan dkk yang mengemukakan bahwa

dimensi kompetisi justru memberikan efek

positif terhadap tingkat resiliensi para

mahasiswa di bagian tenggara Amerika

Serikat.17 Semakin tinggi angka dimensi

kompetisi maka faktor pengembangan aset

17 Stephanie B. Galligan, dkk, The Effects of Gender Role Conflict on

Adolescent and Emerging Adult Male Resiliency, The Journal of Men's Studies,

Vol. 18 (1): 2010, hlm. 11.

Page 119: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

104

dalam resiliensi juga meningkat. Hal ini

disebabkan oleh pengaruh usia laki-laki dalam

usia kuliah dengan mobilitas dan kinerja yang

baik yang justru mendorong meningkatnya

resiliensi yang diinternalisasikan laki-laki.

Lalu, dimensi hubungan publik-domestik

pada mayoritas warga binaan pemasyarakatan

tergolong sedang (24-32) dengan persentase

sebesar 55 persen atau sebanyak 52 orang dari

total responden 95 orang. Selanjutnya warga

binaan pemasyarakatan tergolong rendah (15-

23) dengan persentase 34 persen atau sebanyak

32 orang. Sisanya tergolong tinggi (33-41)

dengan persentase 11 persen atau sebanyak 11

orang. Dimensi hubungan publik-domestik

warga binaan pemasyarakatan berada di tingkat

sedang dikarenakan kesulitan responden dalam

menyeimbangkan hubungannya dengan

lingkungan kerja atau sekolah dengan

lingkungan rumah atau keluarganya. Hal ini juga

disebabkan oleh waktu luang yang jarang

dimiliki responden. Jika ada waktu luang pun,

mayoritas dari responden memilih untuk bekerja

agar mendapatkan hasil yang lebih banyak, dan

akibatnya responden juga mengabaikan

kesehatan fisiknya. Efek negatif dari dimensi

hubungan publik-domestik ini juga ditemukan

Page 120: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

105

oleh Liu bahwa responden mengorbankan waktu

luang dan waktu pribadi mereka karena fokus

dengan tujuan dan karir mereka.18 Hal ini

dilakukan karena anggapan responden yang

mengatakan bahwa menjadi laki-laki itu harus

menjadi sukses.

Konflik peran gender responden pada

keempat dimensi tergolong sedang. Artinya,

konflik peran gender tersebut cukup dirasakan

oleh warga binaan pemasyarakatan di Lapas

Narkotika Klas IIA Jakarta.

2) Gambaran Umum Tingkat Penyalahgunaan

Narkoba Warga Binaan Pemasyarakatan

Gambaran umum responden berdasarkan

tingkat penyalahgunaan narkoba tergambar pada

tabel berikut.

Tabel 19. Persentase Penyalahgunaan Narkoba Warga

Binaan Pemasyarakatan19

Variabel dan

Sub Dimensi

Kategori

Skor Skor F %

Predisposisi

Rendah

Sedang

Tinggi

7–15

16–24

25–33

33

47

15

35

49

16

Kontribusi

Rendah

Sedang

Tinggi

8–18

19–29

30–41

66

16

13

69

17

14

18 William M. Liu, Exploring the Lives of Asian American Men: Racial

Identity, Male Role Norms, Gender Role Conflict, and Prejudicial Attitudes,

Psychology of Men & Masculinity Vol. 3 (2): 2002, hlm. 115. 19 Hasil olah data persentase penyalahgunaan narkoba warga binaan

pemasyarakatan oleh peneliti.

Page 121: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

106

Pencetus

Rendah

Sedang

Tinggi

9–19

20–30

31–41

7

57

13

9

74

17

Total

Rendah

Sedang

Tinggi

27–55

56–84

85–113

32

49

14

34

51

15

Tabel 19 di atas menunjukkan bahwa

mayoritas responden memiliki tingkat

penyalahgunaan narkoba sedang dengan

persentase 51 persen sebanyak 49 orang.

Selanjutnya, responden yang memiliki

penyalahgunaan narkoba rendah 34 persen

sebanyak 32 orang, dan responden yang

memiliki penyalahgunaan narkoba tinggi 15

persen sebanyak 14 orang. Tingkat

penyalahgunaan narkoba warga binaan

pemasyarakatan tergolong sedang dengan

mayoritas responden dilatarbelakangi faktor

pencetus dalam menyalahgunakan narkoba.

Warga binaan pemasyarakatan mayoritas

menyalahgunakan narkoba akibat diajak oleh

teman di lingkungannya, juga ketersediaan

berbagai jenis narkoba di lingkungannya yang

menyebabkan munculnya rasa ingin tahu dan

keinginan untuk mencobanya.

Dimensi predisposisi pada mayoritas warga

binaan pemasyarakatan tergolong sedang (16-

24) dengan persentase sebesar 49 persen atau

Page 122: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

107

sebanyak 47 orang dari total responden 95 orang.

Selanjutnya warga binaan pemasyarakatan

tergolong rendah (7-15) dengan persentase 35

persen atau sebanyak 33 orang. Sisanya

tergolong tinggi (25-33) dengan persentase 16

persen atau sebanyak 15 orang. Dimensi

predisposisi pada warga binaan pemasyarakatan

tergolong sedang disebabkan oleh

ketidakmampuan responden dalam mengatasi

masalah dan menghilangkan kecemasan yang

dirasakan. Masalah yang biasa dihadapi

responden seperti tuntutan keluarga

membuatnya stres dan bahkan depresi. Warga

binaan pemasyarakatan lebih memilih untuk

menyalahgunakan narkoba sebagai pelarian dari

masalah yang sedang dihadapi dibanding

mencari pertolongan baik dari segi psikologis

ataupun materi. Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Uly, Massoth dan

Gottdiener bahwa laki-laki yang didiagnosa

memiliki ketergantungan minuman keras dan

menyalahgunakan narkoba menjadikan alkohol

dan narkoba sebagai salah satu coping

mechanism dalam menghadapi masalah atau

kondisi yang buruk.20

20 Philip J. Uly, Neil A. Massoth, & William H. Gottdiener, Rethinking

Male Drinking: Traditional Masculine Ideologies, Gender-role Conflict, and

Page 123: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

108

Adapun dimensi kontribusi pada mayoritas

warga binaan pemasyarakatan tergolong rendah

(8-18) dengan persentase sebesar 69 persen atau

sebanyak 66 orang dari total responden 95 orang.

Selanjutnya warga binaan pemasyarakatan

tergolong sedang (19-29) dengan persentase 17

persen atau sebanyak 16 orang. Sisanya

tergolong tinggi (30-41) dengan persentase 14

persen atau sebanyak 13 orang. Tingkat dimensi

kontribusi warga binaan pemasyarakatan

tergolong rendah disebabkan mayoritas

responden tidak memiliki masalah dengan pola

asuh orang tua dan lingkungan keluarganya.

Bahkan tidak sedikit dari responden memiliki

hubungan yang cukup erat dengan orang tua,

khususnya ibu mereka. Hal ini berlawanan

dengan hasil penelitian yang ditemukan di

daerah Victoria, Australia. Dalam suatu

kelompok berisi laki-laki yang

menyalahgunakan narkoba mereka menyatakan

bahwa ayah mereka merupakan orang yang

abusive, pemabuk atau bahkan absen saat masa

kecil mereka. Hubungan ayah-anak ini

ditemukan menjadi hal yang paling mengganggu

dan yang paling berhubungan secara negatif

Drinking Motives, Psychology of Men and Masculinity Vol. 15 (2): 2014, hlm.

126.

Page 124: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

109

dengan emosional mereka.21 Dan dengan

demikian, mereka memilih menyalahgunakan

narkoba sebagai bentuk pelampiasannya.

Lalu, dimensi pencetus pada mayoritas

warga binaan pemasyarakatan tergolong sedang

(20-30) dengan persentase sebesar 74 persen

atau sebanyak 57 orang dari total responden 95

orang. Selanjutnya warga binaan

pemasyarakatan tergolong tinggi (31-41) dengan

persentase 17 persen atau sebanyak 13 orang.

Sisanya tergolong rendah (9-19) dengan

persentase 9 persen atau sebanyak 7 orang.

Tingkat dimensi pencetus warga binaan

pemasyarakatan tergolong tinggi karena

mayoritas responden menyalahgunakan narkoba

akibat faktor teman sebaya dan lingkungan yang

mendukung penyalahgunaan narkoba.

Responden menyalahgunakan narkoba karena

ingin diterima di lingkungan pergaulannya.

Ketersediaan narkoba di lingkungannya juga

menjadi tambahan sebab responden

menyalahgunakan narkoba. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Maharti

yang menemukan bahwa responden melakukan

21 Allison J. Ritter & Michael J. Cole, Men's Issues: Gender Role

Conflict and Substance Abuse, Drug and Alcohol Review, Vol. 2: 1992, hlm.

164-165.

Page 125: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

110

penyalahgunaan narkoba karena coba-coba dan

ketidaktahuannya. Ditambah dengan lingkungan

masyarakat sekitar yang acuh atau bahkan

menerima penyalahgunaan narkoba tersebut,

maka responden lebih rentan untuk melakukan

penyalahgunaan narkoba.22

2. Analisis Inferensial

a. Hubungan Karakteristik Responden dengan

Penyalahgunaan Narkoba

Berikut tabel Nilai Koefisien Korelasi antara

Karakteristik Responden dengan Penyalahgunaan

Narkoba.

Tabel 20. Nilai Koefisien Korelasi antara Karakteristik

Responden dengan Penyalahgunaan Narkoba Warga Binaan

Pemasyarakatan23

Karakteristik

Responden

Penyalahgunaan Narkoba

Nilai

Korelasi RS Sig. (2-tailed)

Usia -.192 .062

Tingkat

Pendidikan -.127 .221

Jenis Kasus .269** .008

Total -.082 .431 Keterangan: * korelasi signifikan pada level α = 5% (0.05)

**korelasi signifikan pada level α = 1% (0.01)

22 Vikiat Ika Maharti, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Perilaku Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja Usia 15-19 Tahun di

Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang, Jurnal Kesehatan Masyarakat,

Vol. 3 (3): 2015, hlm. 949. 23 Hasil olah data nilai koefisien korelasi antara karakteristik responden

dengan penyalahgunaan narkoba warga binaan pemasyarakatan oleh peneliti.

Page 126: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

111

Berdasarkan hasil uji analisis korelasi Rank

Spearman menggunakan SPSS 25 yang terlihat di

tabel 20 di atas karakteristik responden

mendapatkan hasil koefisien korelasi sebesar -

0.082 dengan penyalahgunaan narkoba.

Berdasarkan tingkat keeratan Sugiyono (lihat Tabel

3.11), dapat dikatakan keeratan antara karakteristik

responden dengan penyalahgunaan narkoba adalah

sangat lemah. Angka koefisien tersebut juga

bernilai negatif, sehingga arah hubungan antara

karaktersitik responden dengan penyalahgunaan

narkoba tidak searah. Hal itu berarti jika

karakteristik responden naik, maka tingkat

penyalahgunaan narkoba tidak ikut naik. Lalu,

terdapat nilai signifikansi atau Sig. (2-tailed)

sebesar 0.431. Jika suatu hubungan memiliki nilai

signifikansi < 0.05, maka terdapat hubungan yang

signifikan dalam hubungan tersebut. Karakteristik

responden disini memiliki nilai signifikansi 0.431

yang berarti 0.431 > 0.05 sehingga dapat dikatakan

hubungan antara karakteristik responden dengan

penyalahgunaan narkoba tidak signifikan. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa karakteristik responden

memiliki korelasi negatif yang sangat lemah dan

tidak signifikan dengan penyalahgunaan narkoba

warga binaan pemasyarakatan di Lapas Narkotika

Klas IIA Jakarta.

Page 127: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

112

Adapun aspek usia dalam karakteristik

responden ditemukan angka korelasi sebesar -0.192

yang berarti sangat lemah sehingga dapat dikatakan

kekuatan korelasi aspek usia dengan

penyalahgunaan narkoba sangat lemah. Kemudian

arah hubungan antara aspek usia dengan

penyalahgunaan narkoba bernilai negatif. Itu

berarti jika aspek usia meningkat, maka

penyalahgunaan narkoba tidak ikut meningkat.

Lalu, terdapat nilai signifikansi atau Sig. (2-tailed)

0.062 dimana 0.062 > 0.05 sehingga dapat diartikan

hubungan antara aspek usia dengan

penyalahgunaan narkoba tidak signifikan. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa aspek usia dalam

karakteristik responden memiliki korelasi negatif

yang sangat lemah dan tidak signifikan dengan

penyalahgunaan narkoba warga binaan

pemasyarakatan di Lapas Narkotika Klas IIA

Jakarta.

Korelasi antara usia dengan penyalahgunaan

narkoba sangat lemah dan diikuti dengan arah

hubungan yang negatif bermakna jika tingkat usia

naik maka tidak akan disertakan kenaikan dalam

variabel pernyalahgunaan narkoba. Hal ini

disebabkan penyebaran usia dalam kasus

penyalahgunaan narkoba bisa tersebar dari berbagai

Page 128: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

113

kalangan usia, walaupun mayoritas adalah laki-laki

pada permulaan dewasa awal. Perbandingan usia

dalam warga binaan pemasyarakatan juga tidak

berbeda jauh dengan 44 orang di usia awal dan 40

orang di usia pertengahan, sedangkan selebihnya

berada di usia akhir masa dewasa awal. Hasil

serupa juga ditemukan oleh Tambunan, Sahar, dan

Hastono bahwa usia responden dalam penelitiannya

lebih banyak usia remaja akhir atau dapat dikatakan

mulai memasuki masa dewasa awal.24

Penyalahgunaan narkoba banyak dimulai dalam

rentang usia 15 dan 17 tahun, tetapi dapat dimulai

sejak usia 10 tahun. Sebagian besar penelitian

menunjukkan bahwa masa remaja awal (12-14

tahun) hingga akhir (15-17 tahun) adalah masa

kritis untuk memulai penggunaan narkoba dan

dapat memuncak di antara orang dalam masa

dewasa awal berusia 18-25 tahun.25

Namun, hasil berbeda ditemukan oleh Mohite

dkk yang mengemukakan bahwa usia berhubungan

secara positif dengan resiko penyalagunaan

24 Roselina Tambunan dkk., Beberapa Faktor yang Berhubungan

dengan Perilaku Penggunaan NAPZA pada Remaja di Balai Pemulihan Sosial

Bandung, Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 12 (2): 2008, hlm. 67. 25 Sanaa M. Aly, dkk., Substance Abuse among Children, Archives de

Pediatre: 2020, hlm. 1.

Page 129: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

114

narkoba.26 Dengan meningkatnya usia responden

maka juga akan diikuti dengan meningkatnya

penyalahgunaan narkoba, juga menurunnya usia

akan diikuti dengan menurunnya penyalahgunaan

narkoba.

Selanjutnya, pada aspek tingkat pendidikan

dalam karakteristik responden ditemukan angka

korelasi sebesar -0.127 yang berarti sangat lemah

sehingga dapat dikatakan kekuatan korelasi aspek

tingkat pendidikan dengan penyalahgunaan

narkoba sangat lemah. Kemudian arah hubungan

antara aspek tingkat pendidikan dengan

penyalahgunaan narkoba bernilai negatif. Itu

berarti jika aspek tingkat pendidikan meningkat,

maka penyalahgunaan narkoba tidak ikut

meningkat. Lalu, terdapat nilai signifikansi atau

Sig. (2-tailed) 0.221 dimana 0.221 > 0.05 sehingga

dapat diartikan hubungan antara aspek tingkat

pendidikan dengan penyalahgunaan narkoba tidak

signifikan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa aspek

tingkat pendidikan dalam karakteristik responden

memiliki korelasi negatif yang sangat lemah dan

tidak signifikan dengan penyalahgunaan narkoba

26 Shiva Sharma, dkk., Correlation of Age to Psychotropic Medication

Adherence and Substance Abuse in Adolescent with Mental Health Illness,

Biological Psychiatry, Vol. 83 (9): 2018, hlm. S370.

Page 130: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

115

warga binaan pemasyarakatan di Lapas Narkotika

Klas IIA Jakarta.

Korelasi antara tingkat pendidikan dengan

penyalahgunaan narkoba sangat lemah dan diikuti

dengan arah hubungan yang negatif bermakna jika

tingkat pendidikan naik maka tidak akan disertakan

kenaikan dalam variabel pernyalahgunaan narkoba.

Hal ini disebabkan oleh warga binaan

pemasyarakatan yang tersebar dari berbagai

kalangan tingkat pendidikan, baik yang rendah

sampai tingkat pendidikan tinggi. Walaupun tidak

dapat dipungkiri juga jika responden dengan tingkat

pendidikan tinggi juga menyalahgunakan narkoba.

Dengan demikian, tingkat pendidikan formal

sendiri tidak bisa menjadi prediktor seseorang

menyalahgunakan narkoba.

Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa

responden dengan tingkat pendidikan rendah lebih

banyak dibanding responden dengan tingkat

pendidikan tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh

Matwimiyadi menyatakan bahwa orang yang

berpendidikan rendah berpeluang 1,51 kali untuk

menjadi penyalahguna NAPZA dibanding dengan

Page 131: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

116

orang yang berpendidikan tinggi.27 Artinya,

semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh,

semakin sedikit pula kasus penyalahgunaan yang

dilakukan. Sebaliknya, semakin rendah tingkat

pendidikan yang ditempuh, semakin banyak pula

kasus penyalahgunaan narkoba yang dilakukan.

Lalu, pada aspek jenis kasus penyalahgunaan

narkoba dalam karakteristik responden ditemukan

angka korelasi sebesar 0.269 yang berarti lemah

sehingga dapat dikatakan kekuatan korelasi aspek

jenis kasus penyalahgunaan narkoba dengan

penyalahgunaan narkoba adalah lemah. Kemudian

arah hubungan antara aspek jenis kasus

penyalahgunaan narkoba dengan penyalahgunaan

narkoba bernilai positif. Itu berarti jika aspek jenis

kasus penyalahgunaan narkoba meningkat, maka

penyalahgunaan narkoba ikut meningkat. Lalu,

terdapat nilai signifikansi atau Sig. (2-tailed) 0.008

dimana 0.008 < 0.05 sehingga dapat diartikan

terdapat hubungan signifikan antara aspek jenis

kasus penyalahgunaan narkoba dengan

penyalahgunaan narkoba. Jadi, dapat disimpulkan

bahwa aspek jenis kasus penyalahgunaan narkoba

dalam karakteristik responden memiliki korelasi

27 Matwimiyadi, Hubungan Terhadap Tingkat Pendidikan dan

Pekerjaan dengan Penyalahguna NAPZA, Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 2

(5): 2014, hlm. 212.

Page 132: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

117

positif yang lemah dan signifikan dengan

penyalahgunaan narkoba warga binaan

pemasyarakatan di Lapas Narkotika Klas IIA

Jakarta.

Korelasi antara jenis kasus dengan

penyalahgunaan narkoba adalah lemah dan diikuti

dengan arah hubungan yang positif bermakna jika

tingkat jenis kasus naik maka akan disertakan

kenaikan dalam variabel pernyalahgunaan narkoba.

Hal ini disebabkan oleh meningkatnya jenis kasus

yang dilakukan oleh warga binaan pemasyarakatan

akan meningkatkan pula penyalahgunaan narkoba.

Penyebaranya pun beragam mulai dari pemakai,

pengedar, bahkan sampai bandar narkoba.

Penyebab seseorang menyalahgunakan narkoba

pun bervariasi. Dimulai dari pelampiasan emosi

atau rasa penasaran yang muncul dalam diri,

ataupun ajakan teman sebaya sebagaimana hasil

penelitian yang dilakukan oleh Tambunan, Sahar,

dan Hastono bahwa teman sebaya memiliki peran

81,3 persen dalam memengaruhi seseorang dalam

penyalahgunaan NAPZA.28 Tingkat religiusitas

yang rendah juga dapat menjadi sebab

28 Roselina Tambunan, Junaiti Sahar, dan Sutanti Priyo Hastono,

Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Penggunaan NAPZA

pada Remaja di Balai Pemulihan Sosial Bandung, Jurnal Keperawatan

Indonesia, Vol. 12 (2): 2008, hlm. 67.

Page 133: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

118

penyalahgunaan narkoba sebagaimana kutipan

Hawari yang dikutip oleh Rahmadona dan Agustin

bahwa individu yang mempunyai komitmen lemah

dan dibesarkan dari keluarga dengan tingkat

religiusitas yang rendah mempunyai resiko yang

lebih tinggi untuk terlibat penyalahgunaan narkoba

dibanding dengan yang tidak.29

Menurut hasil wawancara yang dilakukan Rifai

dengan Lurah Masati Zebua, salah satu penyebab

seseorang menjadi pengedar narkoba karena faktor

ekonomi. Sulitnya mencari pekerjaan dan

banyaknya pengangguran sering menimbulkan

keinginan untuk bekerja menjadi pengedar atau

bahkan bandar narkoba karena motivasi untuk

memperoleh uang dengan cara singkat.30 Dengan

demikian, jenis kasus penyalahgunaan narkoba

dengan berbagai sebab didalamnya dapat menjadi

prediktor dan meningkatkan penyalahgunaan

narkoba.

b. Hubungan Konflik Peran Gender dengan

Penyalahgunaan Narkoba Warga Binaan

Pemasyarakatan Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta

29 Elviza Rahmadona & Helfi Agustin, Faktor yang Berhubungan

dengan Penyalahgunaan Narkoba di RSJ, Jurnal Kesehatan Masyarakat

Andalas, Vol. 8 (2): 2014, hlm. 64. 30 Muhammad Rifai, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan

Narkoba di Kalangan Remaja di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Medan,

(Medan, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara: 2019), hlm. 34.

Page 134: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

119

Berikut tabel Nilai Koefisien Korelasi antara

Konflik Peran Gender dengan Penyalahgunaan

Narkoba.

Tabel 21. Nilai Koefisien Korelasi antara Konflik Peran

Gender dengan Penyalahgunaan Narkoba Warga Binaan

Pemasyarakatan31

Konflik Peran

Gender

Penyalahgunaan Narkoba

Nilai

Korelasi RS Sig. (2-tailed)

Emosional .188 .068

Afeksi .216* .036

Kompetisi .146 .158

Hubungan

Publik-

Domestik

.264** .010

Total .322** .001 Keterangan: * korelasi signifikan pada level α = 5% (0.05)

**korelasi signifikan pada level α = 1% (0.01)

Berdasarkan hasil uji analisis korelasi Rank

Spearman menggunakan SPSS 25 yang terlihat di

table 21 di atas, konflik peran gender mendapatkan

hasil koefisien korelasi sebesar 0.322 dengan

penyalahgunaan narkoba. Berdasarkan tingkat

keeratan Sugiyono (lihat Tabel 11), dapat dikatakan

bahwa keeratan antara konflik peran gender dengan

penyalahgunaan narkoba adalah lemah. Namun,

angka koefisien tersebut bernilai positif, sehingga

arah hubungan antara konflik peran gender dengan

penyalahgunaan narkoba searah. Hal itu berarti jika

31 Hasil olah data nilai koefisien korelasi antara konflik peran gender

dengan penyalahgunaan narkoba warga binaan pemasyarakatan oleh peneliti.

Page 135: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

120

konflik peran gender naik, maka tingkat

penyalahgunaan narkoba ikut naik. Lalu, terdapat

nilai signifikansi atau Sig. (2-tailed) sebesar 0.001.

Jika suatu hubungan memiliki nilai signifikansi <

0.05, maka terdapat hubungan yang signifikan

dalam hubungan tersebut. Konflik peran gender

disini memiliki nilai signifikansi 0.001 yang berarti

0.001 < 0.05 sehingga dapat dikatakan terdapat

hubungan yang signifikan antara konflik peran

gender dengan penyalahgunaan narkoba. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa konflik peran gender

memiliki korelasi positif yang lemah dan signifikan

dengan penyalahgunaan narkoba warga binaan

pemasyarakatan di Lapas Narkotika Klas IIA

Jakarta.

Pada dimensi emosional dalam konflik peran

gender ditemukan angka korelasi sebesar 0.188

yang berarti sangat lemah sehingga dapat dikatakan

kekuatan korelasi dimensi emosional dengan

penyalahgunaan narkoba adalah sangat lemah.

Kemudian arah hubungan antara dimensi

emosional dengan penyalahgunaan narkoba

bernilai positif. Itu berarti jika dimensi emosional

meningkat, maka penyalahgunaan narkoba ikut

meningkat. Lalu, terdapat nilai signifikansi atau

Sig. (2-tailed) 0.068 dimana 0.068 > 0.05 sehingga

Page 136: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

121

dapat diartikan hubungan antara dimensi emosional

dengan penyalahgunaan narkoba tidak signifikan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dimensi emosional

dalam konflik peran gender memiliki korelasi

positif yang sangat lemah dan tidak signifikan

dengan penyalahgunaan narkoba warga binaan

pemasyarakatan di Lapas Narkotika Klas IIA

Jakarta.

Adapun dimensi emosional disini berarti

kesulitan laki-laki dalam mengungkapkan emosi

dan perasaannya melalui kata-kata, juga

kecenderungannya untuk tidak mencari

pertolongan jika memiliki masalah karena adanya

stereotip gender yang berlaku. Anggapan bahwa

laki-laki harus selalu terlihat kuat menyebabkan

keengganan warga binaan pemasyarakatan untuk

menjangkau bantuan, baik secara psikologis

maupun materi. Hal ini serupa dengan penelitian

Good, Delt, dan Mintz yang menemukan adanya

hubungan negatif antara dimensi emosional dengan

perilaku pencarian bantuan.32 Semakin tinggi

tingkat dimensi emosional seorang laki-laki, maka

mereka semakin enggan mencari bantuan. Sisi

emosional yang terbatas ini juga memberikan efek

32 Glenn E. Good, Don M. Delt, & Laurie B. Mintz, Male Role and

Gender Role Conflict: Relations to Help Seeking in Men, Journal of Counselling

Psychology, Vol. 36 (3): 1989, hlm. 299.

Page 137: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

122

negatif terhadap resiliensi laki-laki sebagaimana

hasil penelitian yang dilakukan oleh Galligan dkk

yang mengemukakan bahwa terdapat hubungan

negatif yang signifikan antara dimensi emosional

dengan resiliensi.33 Semakin laki-laki enggan

mendiskusikan emosinya atau semakin mereka

merasa tekanan dalam dirinya, mereka akan

mengalami penurunan resiliensi. Kesulitan dalam

memahami dan mengungkapkan emosi

menyebabkan penyaluran emosi melalui kekerasan,

penyalahgunaan narkoba, atau pelampiasan buruk

lainnya.34

Kemudian pada dimensi afeksi dalam konflik

peran gender ditemukan angka korelasi sebesar

0.216 yang berarti lemah sehingga dapat dikatakan

kekuatan korelasi dimensi afeksi dengan

penyalahgunaan narkoba adalah lemah. Kemudian

arah hubungan antara dimensi afeksi dengan

penyalahgunaan narkoba bernilai positif. Itu berarti

jika dimensi afeksi meningkat, maka

penyalahgunaan narkoba ikut meningkat. Lalu,

terdapat nilai signifikansi atau Sig. (2-tailed) 0.036

33 Stephanie B. Galligan, dkk, The Effects of Gender Role Conflict on

Adolescent and Emerging Adult Male Resiliency, The Journal of Men's Studies,

Vol. 18 (1): 2010, hlm. 10. 34 Allison J. Ritter & Michael J. Cole, Men's Issues: Gender Role

Conflict and Substance Abuse, Drug and Alcohol Review, Vol. 2: 1992, hlm.

165.

Page 138: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

123

dimana 0.036 < 0.05 sehingga dapat diartikan

terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi

afeksi dengan penyalahgunaan narkoba. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa dimensi afeksi dalam konflik

peran gender memiliki korelasi positif yang lemah

dan signifikan dengan penyalahgunaan narkoba

warga binaan pemasyarakatan di Lapas Narkotika

Klas IIA Jakarta.

Afeksi disini bermakna keterbatasan laki-laki

dalam mengungkapkan kepeduliannya kepada

orang lain, khususnya kepada rekan laki-lakinya.

Keterbatasan warga binaan pemasyarakatan dalam

dimensi ini juga berarti kesulitannya bersentuhan

secara fisik dengan laki-laki lain karena takut

dianggap memiliki kelainan seksual atau mengidap

homoseksual. Juga terdapat pandangan bahwa tidak

ingin dianggap lemah oleh rekan laki-lakinya.

Penyebab dari keterbatasan sisi afeksi ini karena

adanya norma peran laki-laki yang kaku dan

menganggap bahwa tidak seharusnya keakraban

laki-laki diungkapkan dengan kedekatan fisik

seperti berpelukan. Hal ini ditemukan pula dalam

penelitian yang dilakukan oleh Liu bahwa variabel

norma peran laki-laki memiliki arah hubungan yang

Page 139: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

124

positif dengan dimensi afeksi.35 Artinya, semakin

tinggi tingkat norma peran laki-laki yang

diinternalisasikan seseorang, maka semakin tinggi

juga dimensi afeksinya dan meningkatkan konflik

peran gender dalam dirinya. Selain itu, penelitian

lain juga menemukan hubungan dengan arah

negatif antara dimensi afeksi dengan

expressiveness36 yang berarti semakin laki-laki

tidak mengekspresikan kepeduliannya karena takut

dengan norma yang ada, semakin tinggi pula

dimensi afeksinya.

Dalam kaitannya dengan penyalahgunaan

narkoba, belum ditemukan hasil yang menunjukkan

bahwa dimensi afeksi berhubungan secara

signifikan dengan penyalahgunaan narkoba.

Namun, hasil penelitian ini menemukan hubungan

lemah yang signifikan antara dimensi afeksi dengan

penyalahgunaan narkoba. Hal ini disebabkan

karena ketidakpercayaan responden dengan rekan

laki-lakinya karena takut masalah yang sedang

dihadapi disebarluaskan dan dianggap lemah oleh

rekan-rekannya, terutama rekan berjenis kelamin

35 William M. Liu, Exploring the Lives of Asian American Men: Racial

Identity, Male Role Norms, Gender Role Conflict, and Prejudicial Attitudes,

Psychology of Men & Masculinity Vol. 3 (2): 2002, hlm. 111. 36 Mark J. Sharpe, P. Paul Heppner, & Wayne A. Dixon, Gender Role

Conflict, Instrumentality, Expressiveness, and Well-Being in Adult Men, Sex

Roles, Vol. 33 (1-2): 1995, hlm. 14.

Page 140: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

125

laki-laki. Keengganan responden dipandang lemah

ini disebabkan fear of femininity yang dirasakan

dan lebih memilih untuk melampiaskannya dengan

penyalahgunaan narkoba.

Lalu, pada dimensi kompetisi dalam konflik

peran gender ditemukan angka korelasi sebesar

0.146 yang berarti sangat lemah sehingga dapat

dikatakan kekuatan korelasi dimensi kompetisi

dengan penyalahgunaan narkoba adalah sangat

lemah. Kemudian arah hubungan antara dimensi

kompetisi dengan penyalahgunaan narkoba bernilai

positif. Itu berarti jika dimensi kompetisi

meningkat, maka penyalahgunaan narkoba ikut

meningkat. Lalu, terdapat nilai signifikansi atau

Sig. (2-tailed) 0.158 dimana 0.158 > 0.05 sehingga

dapat diartikan hubungan antara dimensi kompetisi

dengan penyalahgunaan narkoba tidak signifikan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dimensi kompetisi

dalam konflik peran gender memiliki korelasi

positif yang sangat lemah dan tidak signifikan

dengan penyalahgunaan narkoba warga binaan

pemasyarakatan di Lapas Narkotika Klas IIA

Jakarta.

Dimensi kompetisi disini berarti sikap laki-laki

mengenai peran dalam kaitannya dengan kompetisi

dan kekuasaan dalam mencapai kesuksesan.

Page 141: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

126

Streotip gender yang menyebar di kalangan

masyarakat bahwa laki-laki harus lebih sukses

daripada perempuan, juga harus memiliki kekuatan

yang lebih dibanding rekan laki-lakinya akan

meningkatkan konflik peran gender yang dialami

warga binaan pemasyarakatan. Penelitian yang

dilakukan oleh Liu juga mendapatkan hasil bahwa

variabel norma peran laki-laki memiliki arah

hubungan yang positif dengan dimensi kompetisi.37

Artinya, semakin tinggi tingkat norma peran laki-

laki yang diinternalisasikan seseorang, maka

semakin tinggi juga dimensi afeksinya dan

meningkatkan konflik peran gender dalam dirinya.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa mereka yang

mendukung kesuksesan, kekuasaan, dan persaingan

sebagai sikap maskulin, atau yang percaya bahwa

kekuasaan dan kendali atas orang lain dan

pencapaian adalah ukuran harga diri, juga akan

cenderung mendukung sikap maskulin tertentu

yang sesuai dengan norma peran laki-laki. Jadi,

dukungan terhadap dimensi kompetisi juga dapat

berarti dukungan terhadap norma peran laki-laki

tradisional yang kaku.

37 William M. Liu, Exploring the Lives of Asian American Men: Racial

Identity, Male Role Norms, Gender Role Conflict, and Prejudicial Attitudes,

Psychology of Men & Masculinity Vol. 3 (2): 2002, hlm. 111.

Page 142: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

127

Alkohol dan penyalahgunaan narkoba juga

dipandang sebagai ajang penunjukkan sisi

maskulinitas laki-laki sebagaimana yang

dipaparkan oleh Uly, Massoth, dan Gottdiener

bahwa perilaku minum alkohol termasuk ke dalam

ciri maskulinitas. Dengan demikian, laki-laki

dengan ideologi maskulin dan konflik peran gender

tinggi, khususnya dimensi kompetisi, kemungkinan

besar mengonsumsi alkohol dengan motif

enhancement agar dipandang tinggi oleh rekan-

rekannya atau karena rasa kompetitif.38

Selanjutnya, pada dimensi hubungan publik-

domestik dalam konflik peran gender ditemukan

angka korelasi sebesar 0.264 yang berarti lemah

sehingga dapat dikatakan kekuatan korelasi

dimensi hubungan publik-domestik dengan

penyalahgunaan narkoba adalah lemah. Kemudian

arah hubungan antara dimensi hubungan publik-

domestik dengan penyalahgunaan narkoba bernilai

positif. Itu berarti jika dimensi hubungan publik-

domestik meningkat, maka penyalahgunaan

narkoba ikut meningkat. Lalu, terdapat nilai

signifikansi atau Sig. (2-tailed) 0.010 dimana 0.010

38 Philip J. Uly, Neil A. Massoth, & William H. Gottdiener, Rethinking

Male Drinking: Traditional Masculine Ideologies, Gender-role Conflict, and

Drinking Motives, Psychology of Men and Masculinity Vol. 15 (2): 2014, hlm.

126.

Page 143: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

128

< 0.05 sehingga dapat diartikan terdapat hubungan

yang signifikan antara dimensi hubungan publik-

domestik dengan penyalahgunaan narkoba. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa dimensi hubungan

publik-domestik dalam konflik peran gender

memiliki korelasi positif yang lemah dan signifikan

dengan penyalahgunaan narkoba warga binaan

pemasyarakatan di Lapas Narkotika Klas IIA

Jakarta.

Dimensi hubungan publik-domestik disini

bermakna kesulitan warga binaan pemasyarakatan

dalam menyeimbangkan hubungan pekerjaan

dengan hubungan responden dengan keluarga,

teman, dan memiliki waktu luang yang sedikit.

Kerenggangan keharmonisan keluarga memiliki

peran dalam meningkatkan konflik peran gender

responden. Hal-hal seperti pulang larut malam

tanpa menemui anak, ataupun jarang bermain

dengan saudara dekat menjadi pemicu dimensi

hubungan publik-domestik yang meningkat.

Responden pun lebih memilih untuk hanya

meminum obat warung jika terasa sakit, dan

memilih untuk bekerja di waktu luangnya agar

mendapatkan hasil yang lebih. Biasanya, dimensi

hubungan publik-domestik lebih menonjol atau

lebih tinggi di golongan usia pertengahan karena di

Page 144: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

129

usia tersebut laki-laki sudah memiliki keluarga dan

bertambahnya tanggungjawab yang harus

diembannya.39 Hal ini juga menjadi pemicu

meningkatkan dimensi hubungan publik-domestik

dalam konflik peran gender dalam kaitannya

dengan perilaku menyalahgunakan narkoba.

Dapat disimpulkan bahwa konflik peran gender

memiliki hubungan positif yang signifikan dengan

penyalahgunaan narkoba. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Ritter dan Cole bahwa masalah

isolasi, depresi dan penyalahgunaan narkoba telah

diidentifikasi berkaitan dengan konflik peran.40

Stres yang akan memicu masalah penyalahgunaan

narkoba juga lebih menonjol pada laki-laki yang

menganggur, tidak mampu bekerja, memiliki

hubungan interpersonal yang merusak atau gagal

dan dukungan sosial dan keluarga yang buruk. Stres

tersebut menjadi akibat dari tekanan untuk

menyesuaikan diri dengan harapan masyarakat atau

stereotip yang ada. Ketika memiliki masalah pun,

laki-laki enggan mengungkapkannya sebagaimana

hasil penelitian Good, Delt, dan Mintz bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi-

39 H. Theodore & B. F. Lloyd, Age and Gender Role Conflict: A Cross-

Sectional Study of Australian Men, Sex Roles Vol. 42: 2000, hlm. 1036. 40 Allison J. Ritter & Michael J. Cole, Men's Issues: Gender Role

Conflict and Substance Abuse, Drug and Alcohol Review, Vol. 2: 1992, hlm.

164.

Page 145: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

130

dimensi dalam peran laki-laki dengan perilaku yang

berhubungan dengan mencari bantuan.41 Hubungan

antara konflik peran gender dan kemauan untuk

mencari konseling juga sebagian dimediasi oleh

stigma dan sikap diri yang terkait dengan mencari

konseling. Konflik peran gender dapat membuat

laki-laki kurang mau mencari konseling untuk

masalah psikologis dan interpersonal, terutama

ketika laki-laki merasa tidak nyaman dengan

mengungkapkan kesusahan mereka, ketika mereka

menstigmatisasi diri sendiri tentang terapi, dan

ketika faktor-faktor ini secara negatif memengaruhi

sikap mereka tentang konseling.42

Konflik peran gender dengan tingkat sedang ini

juga dipicu oleh ideologi maskulin yang melekat

dalam diri laki-laki sebagaimana hasil penelitian

Brahmana bahwa arah hubungan ideologi maskulin

dengan konflik peran gender laki-laki adalah

positif.43 Artinya, semakin tinggi tingkat ideologi

maskulin laki-laki, maka semakin tinggi pula

41 Glenn E. Good, Don M. Delt, & Laurie B. Mintz, Male Role and

Gender Role Conflict: Relations to Help Seeking in Men, Journal of Counselling

Psychology, Vol. 36 (3): 1989, hlm. 299. 42 Erin L. Pederson & David L. Vogel, Male Gender Role Conflict and

Willingness to Seek Counselling: Testing a Mediation Model on College-Aged

Men, Journal of Counseling Psychology Vol. 54 (4): 2007, hlm. 380. 43 Karina M Brahmana, Pengaruh Ideologi Maskulin Terhadap Konflik

Peran Gender pada Laki-Laki Suku Batak Karo, Jurnal Psikologi HKBP

Nommensen, Vol. 6 (1): 2019, hlm. 16.

Page 146: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

131

tingkat konflik peran gender yang dialami laki-laki.

Dengan demikian, hal-hal seperti ini dapat

meningkatkan konflik peran gender responden,

juga dalam kaitannya dengan perilaku

menyalahgunakan narkoba.

Page 147: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

132

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Konflik Peran

Gender Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Narkotika

Klas IIA Jakarta, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat penyalahgunaan narkoba warga binaan

pemasyarakatan di Lapas Narkotika Klas IIA

Jakarta tergolong sedang dengan rentang skor 16-

24 pada dimensi predisposisi, rentang skor 19-29

pada dimensi kontribusi, dan rentang skor 20-30

pada dimensi pencetus.

2. Terdapat hubungan positif dengan nilai Sig. (2-

tailed) sebesar 0.001 dimana 0.001 < 0.05 maka

hubungan antara konflik peran gender dengan

penyalahgunaan narkoba signifikan. Angka

koefisien korelasi antara dua variabel tersebut

bernilai positif yaitu 0.322** sehingga hubungan

antara konflik peran gender dengan

penyalahgunaan narkoba bersifat searah. Terdapat

berbagai alasan yang melatarbelakangi konflik

peran gender laki-laki ini seperti masalah stres,

depresi, isolasi, hubungan keluarga yang buruk,

juga ideologi maskulin yang melekat dalam diri

laki-laki. Dengan demikian, kenaikan konflik peran

gender warga binaan pemasyarakatan akan diikuti

Page 148: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

133

kenaikan penyalahgunaan narkoba. Dan

menurunnya konflik peran gender warga binaan

pemasyarakatan maka akan diikuti dengan

penurunan penyalahgunaan narkoba. Walaupun

begitu, dalam penelitian ini juga dapat dilihat

bahwa pengaruh paling kuat terletak pada faktor

lingkungan dimana warga binaan pemasyarakatan

berada. Hal-hal seperti ajakan teman sepermainan

dan mudahnya akses narkoba di lingkungan

memicu responden menyalahgunakan narkoba.

Selain itu, kondisi ekonomi yang cukup rendah juga

berperan didalamnya

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan

pembahasan yang telah dilakukan, berikut saran yang dapat

peneliti sampaikan:

1. Bagi pemerintah sebagai pengambil kebijakan

terkait kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia

diharapkan agar dapat lebih memerhatikan

penyebab lain seseorang dapat menyalahgunakan

narkoba karena dari penelitian ini dapat dikatakan

bahwa konflik peran gender dapat memicu kasus

penyalahgunaan narkoba karena faktor psikologis.

Hal ini dilakukan guna meminimalisir kasus

penyalahgunaan narkoba di Indonesia.

Page 149: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

134

2. Bagi warga binaan pemasyarakatan di Lapas

Narkotika Klas IIA Jakarta disarankan dapat lebih

terbuka terkait emosional yang dirasakan dan tidak

memilih untuk memendamnya sendiri.

Penampakkan hal-hal yang yang dianggap feminin

seperti menangis bukan berarti menunjukkan

kelemahan, tapi menjadi bukti bahwa kita adalah

manusia.

3. Bagi praktisi penyuluh agama Islam, penelitian ini

diharapkan dapat menyumbang khazanah keilmuan

yang lebih luas terkait konflik peran gender yang

rujukannya masih sangat minim di Indonesia

sehingga dapat membantu mengembangkan

keilmuan yang dapat dipraktikkan di lingkungan

masyarakat.

4. Bagi peneliti selanjutnya yang membahas isu

konflik peran gender, disarankan untuk meneliti

tentang perbandingan konflik peran gender laki-

laki di lapas dengan konflik peran gender laki-laki

yang tidak memiliki keterkaitan dengan

penyalahgunaan narkoba agar dapat melihat

perbedaan dan melakukan perbandingan antara

konflik peran gender laki-laki yang

menyalahgunakan narkoba dengan yang tidak

menyalahgunakan narkoba. Atau bisa juga

melakukan penelitian terkait konflik peran gender

dengan hal lain seperti pola asuh orang tua.

Page 150: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

135

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. A., & Duse, I. (2007). Narkoba Ancaman Generasi Muda.

Samarinda: DPD KNPI Kalimantan Timur.

Aly, S. M., Omran, A., Gaulier, J.-M., & Allorge, D. (2020).

Substance Abuse among Children. Archives de Pediatre, 1-

5.

Ansori, M., & Iswati, S. (2008). Metodologi Penelitian Kuantitatif

Cet. Ketiga. Jakarta: Kencana Pramada.

Arifin, Z. (1991). Evaluasi Instruksional: Prinsip, Teknik, dan

Prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar. (1987). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Binarupa

Aksara.

Azwar, S. (1999). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Sigma

Alpha.

Azwar, S. (2007). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

BNN, T. (2005). Materi Advokasi Pencegahan Narkoba. Jakarta:

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia.

Brahmana, K. M. (2018, Juni 30). Konflik Peran Gender Pada

Laki-Laki. Retrieved Januari 28, 2020, from Universitas

Pelita Harapan Surabaya Institutional Repository:

http://dspace.uphsurabaya.ac.id:8080/xmlui/handle/12345

6789/1214

Brahmana, K. M. (2019). Pengaruh Ideologi Maskulin Terhadap

Konflik Peran Gender pada Laki-Laki Suku Batak Karo.

Jurnal Psikologi HKBP Nommensen, VI(1), 10-20.

Budiaji, W. (2013). Skala Pengukuran dan Jumlah Respon Skala

Likert. Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan, II(2), 125-

131.

Page 151: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

136

Eleanora, F. N. (2011). Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta

Usaha Pencegahan dan Penanggulangannya (Suatu

Tinjauan Teoritis). Jurnal Hukum, XXV(1), 439-452.

Fakih, M. (1996). Analisis Gender dan Transformasi Sosial.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Galligan, S. B., Barnett, R. V., Brennan, M. A., & Israel, G. D.

(2010). The Effects of Gender Role Conflict on Adolescent

and Emerging Adult Male Resiliency. The Journal of

Men's Studies, XVIII(1), 3-21.

Good, G. E., Delt, D. M., & Mintz, L. B. (1989). Male Role and

Gender Role Conflict: Relations to Help Seeking in Men.

Journal of Counselling Psychology, XXXVI(3), 295-300.

Hamidi. (2004). Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis

Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang:

UMM Press.

Hanum, F. (2018). Kajian dan Dinamika Gender. Malang: Instans

Publishing.

Hasan, M. I. (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian

dan Aplikasinya. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hasanah, H. (2016). Teknik-Teknik Observasi: Sebuah Altenatif

Metode Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu-Ilmu Sosial.

Jurnal At-Taqaddum, VIII(1), 21-46.

Hawari, D. (1991). Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Herdiansyah, H. (2016). Gender dalam Perspektif Psikologi.

Jakarta: Salemba Humanika.

Hubeis, A. V. (2010). Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke

Masa. Jakarta: PT. Penerbit IPB Press.

Hurlock, E. B. (1991). Psikologi Perkembangan: Suatu

Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Cet. Kedua

(5th ed.). Jakarta: Erlangga.

Page 152: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

137

Indonesia, P. P. (2017, Desember). Survei Nasional

Penyalahgunaan Narkoba di 34 Provinsi Tahun 2017.

Retrieved Maret 3, 2020, from

http://www.rumahcemara.or.id/rumahcemara.or.id/2017%

20Survei%20Nasional%20BNN.pdf

K. R. Soegijono, ,. ,. (1993). Wawancara Sebagai Salah Satu

Metode Pengumpulan Data. Media Litbangkes, CXI(1), 17-

21.

Kline, S., & Clinical, F. (1969). A Manual for Law Enforcement

Officer Drugs Abuse. Pennsylvania: Philadelphia.

Lancer, D. (2017, Juni 6). The Truth About Abusers, Abuse, and

What to Do. Retrieved Januari 25, 2020, from Psychology

Today: https://www.psychologytoday.com/us/blog/toxic-

relationships/201706/the-truth-about-abusers-abuse-and-

what-do

Liputan6.com. (2019, Desember 5). Kepala BNN: Pengguna

Narkoba pada 2019 Tembus 3,6 Juta Orang. Retrieved

Januari 27, 2020, from

https://www.liputan6.com/news/read/4127338/kepala-

bnn-pengguna-narkoba-pada-2019-tembus-36-juta-orang

Liu, W. M. (2002). Exploring the Lives of Asian American Men:

Racial Identity, Male Role Norms, Gender Role Conflict,

and Prejudicial Attitudes. Psychology of Men &

Masculinity, III(2), 107-118.

Machdy, R. (2019). Loving The Wounded Soul: Alasan dan Tujuan

Depresi Hadir di Hidup Manusia. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Maharti, V. I. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Perilaku Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja Usia 15-

19 Tahun di Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang.

Jurnal Kesehatan Masyarakat, III(3), 945-953.

Mardalis. (2008). Metodologi Penelitian: Suatu Pendekatan

Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.

Page 153: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

138

Mardani. (2008). Penyalahgunaan Narkoba: Dalam Perspektif

Hukum Islam dan Pidana Nasional. Jakarta: Rajawali

Press.

Martono, L. H. (2006). Mengenal Penyalahgunaan Narkoba.

Jakarta: Balai Pustaka.

Martono, L. H., & Joewana, S. (2008). Belajar Hidup Bertanggung

jawab, Menangkal Narkoba dan Kekerasan. Jakarta: Balai

Pustaka.

Marzuki. (2002). Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE-UII.

Matwimiyadi. (2014). Hubungan Terhadap Tingkat Pendidikan

dan Pekerjaan dengan Penyalahguna NAPZA. Jurnal

Kesehatan Komunitas, II(5), 211-214.

Mosse, J. C. (2019). Gender dan Pembangunan Cet. Kelima.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mulyono, A. M. (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

Nauly, M. (2002, September 24). Konflik Peran Gender pada

Pria: Teori dan Pendekatan Empirik. Retrieved Februari 2,

2020, from Repositori Institusi Universitas Sumatera

Utara: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/3502

Neuman, W. L. (2003). Social Research Methods Qualitative and

Quantitative Approaches (5th ed.). Boston: Allyn and

Bacon.

O’Neil, J. M. (1981). Patterns of Gender Role Conflict and Strain

Sexism and Fear of Femininity in Men’s Lives. The

Personnel and Guidance Journal, LX(4), 203-210.

O’Neil, J. M. (2008). Summarizing 25 Years of Research on Men’s

Gender Role Conflict Using the Gender Role Conflict

Scale. The Counseling Psychologist, XXXVI(3), 358-445.

Page 154: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

139

O’Neil, J. M., Helms, B. J., Gable, R. K., David, L., & Wrightman,

L. S. (1986). Gender-role Conflict Scale: College Men’s

Fear of Femininity. Sex Roles, XIV(5/6), 335-350.

Oxford. (2008). Oxford Learner’s Pocket Dictionary (4th ed.).

New York: Oxford University Press.

Pederson, E. L., & Vogel, D. L. (2007). Male Gender Role Conflict

and Willingness to Seek Counselling: Testing a Mediation

Model on College-Aged Men. Journal of Counseling

Psychology, LIV(4), 373-384.

Poerwandari, K. (2011). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian

Perilaku Manusia Cet. IV. Depok: LPSP3 UI.

Puhantara, W. (2010). Metode Penelitian Kualitatif untuk Bisnis.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Pusat Penelitian, D. d. (2020, Februari). Survei Prevalensi

Penyalahgunaan Narkoba 2019. Retrieved Februari 19,

2021, from

https://yogyakarta.bnn.go.id/konten/unggahan/2020/11/7.

Survei-Prevalensi-Penyalahgunaan-Narkoba-Kuantitatif-

2019

Puspitawati, H. (2012). Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita

di Indonesia. Bogor: PT IPB Press.

Rahmadhani, G. A., & Virianita, R. (2020). Pengaruh Stereotip

Gender dan Konflik Peran Gender Laki-Laki Tergadap

Motivasi Kerja Pemuda Desa Putus Sekolah. Jurnal Sains

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, IV(2), 217-

234.

Rahmadona, E., & Agustin, H. (2014). Faktor yang Berhubungan

Dengan Penyalahgunaan Narkoba di RSJ Prof. HB.

Sa’anin. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, VIII(2),

60-66.

Riduwan. (2004). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung:

Alfabeta.

Page 155: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

140

Rifai, M. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan

Narkoba di Kalangan Remaja di Kelurahan Tegal Sari

Mandala II Medan. Medan: Universitas Muhammadiyah

Sumatera Utara.

Ritter, A. J., & Cole, M. J. (1992). Men’s Issues: Gender-Role

Conflict and Substance Abuse. Drug and Alcohol Review,

II, 163-167.

Riyadi, A., & Purwandari, E. (2015). Risiko Penyalahgunaan

NAPZA Pada Remaja Ditinjau Dari Jenis Kelamin, Status

Tinggal, dan Status Orang Tua. Surakarta: Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Sarwono, S. W. (2013). Pengantar Psikologis Umum Cet. Kelima.

Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sarwono, S. W. (2013). Pengantar Psikologis Umum Cet. Kelima.

Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sekolah, M. (2003). Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba.

Jakarta: Balai Penelitian Agama dan Kemasyarakatan.

Sharma, S., Mohite, S., Memon, A., Hamilton, J., & Kazimi, I.

(2018). Correlation of Age to Psychotropic Medication

Adherence and Substance Abuse in Adolescent with

Mental Health Illness. Biological Psychiatry, LXXXIII(9),

S370.

Siregar, S. (2011). Statistik Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta:

Rajawali Pers.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung:

Alfabeta.

Supriyantini, S. (2002). Hubungan Antara Pandangan Peran

Gender dengan Keterlibatan Suami Dalam Kegiatan

Page 156: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

141

Rumah Tangga. Retrieved from Repositori Institusi

Universitas Sumatera Utara:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/36

31/psiko-sri.pdf?sequence=1

Tambunan, R., Sahar, J., & Hastono, S. P. (2008). Beberapa Faktor

yang Berhubungan dengan Perilaku Penggunaan NAPZA

pada Remaja di Balai Pemulihan Sosial Bandung. Jurnal

Keperawatan Indonesia, XII(2), 63-69.

Theodore, H., & Lloyd, B. F. (2000). Age and Gender Role

Conflict: A Cross-Sectional Study of Australian Men. Sex

Roles, XLII, 1027-1042.

Tong, R. P. (2004). Feminist Thought: Pengantar Paling

Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis.

Yogyakarta: Jalasutra.

Uly, P. J., Massoth, N. A., & Gottdiener, W. H. (2014). Rethinking

Male Drinking: Traditional Masculine Ideologies, Gender-

role Conflict, and Drinking Motives. Psychology of Men

and Masculinity, XV(2), 121-128.

Uyun, Q. (2002). Peran Gender dalam Budaya Jawa. Psikologika,

VII(13), 32-42.

Wahto, R., & Swift, J. K. (2014). Labels, Gender-Role Conflict,

Stigma, and Attitudes Toward Seeking Psychological Help

in Men. American Journal of Men’s Health, 1-11.

Wardani, E. M., & Septianingrum, Y. (2018). Pada Hubungan

Antara Persepsi, Jenis Kelamin, Status Tempat Tinggal,

Status Orang Tua dengan Perilaku Penyalahgunaan

NAPZA Pada Kelas XI di SMK Darul Huda Sidoarjo.

Medical and Health Science Journal Vol. 2 (2), 39-46.

Wardani, E. M., & Septianingrum, Y. (2018). Pada Hubungan

Antara Persepsi, Jenis Kelamin, Status Tempat Tinggal,

Status Orang Tua dengan Perilaku Penyalahgunaan

NAPZA Pada Kelas XI di SMK Darul Huda Sidoarjo.

Medical and Health Science Journal, II(2), 39-46.

Page 157: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Definisi Operasional

No. Variabel Teori Definisi Operasional Indikator

1. X

Konflik Peran

Gender

Konflik peran gender

merupakan keadaan

psikologis dimana

peran gender yang

disosialisasikan

memiliki

konsekuensi negatif

bagi orang tersebut.

(O’Neil, 2008)

Konflik peran gender

adalah situasi dimana

stereotip peran gender

yang telah meluas

dalam masyarakat

menjadi standar

perilaku seseorang,

dan menimbulkan

efek negatif bagi sisi

psikologis orang yang

tidak berperilaku

sesuai stereotip

tersebut.

1. Emosional

- Sulit mengekspresikan perasaan

dan kasih saying terhadap orang

lain.

- Sulit memahami dan

mengutarakan emosi sendiri

melalui kata-kata.

- Sulit mengungkapkan cinta

kepada lawan jenis.

- Tidak suka menunjukkan sisi

emosional.

- Menganggap pencarian bantuan

kepada orang lain adalah tindakan

yang lemah dan tidak maskulin.

2. Afeksi

- Sulit mengungkapkan kepedulian

terhadap rekan sejenis.

- Merasa tidak nyaman jika terlalu

akrab dan bersentuhan dengan

rekan sejenis.

Page 158: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

- Menganggap pengekspresian sisi

emosional kepada rekan sejenis

adalah tindakan yang beresiko.

- Menanyakan orientasi seksual

laki-laki jika melakukan kontak

fisik dengan rekan sejenis.

3. Kompetisi

- Menilai diri sendiri dan orang lain

berdasarkan keberhasilan karir

yang dimiliki.

- Merasa diri harus lebih pintar atau

lebih kuat secara fisik dibanding

laki-laki lain.

- Merasa cemas akan kegagalan

karena akan memengaruhi kualitas

diri sebagai laki-laki.

- Memerhatikan penilaian orang

lain terhadap pencapaian yang

telah diraih.

- Menganggap persaingan dengan

orang lain adalah cara terbaik

untuk sukses.

- Berusaha lebih keras agar lebih

sukses daripada orang lain.

Page 159: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

- Merasa ingin selalu dilibatkan

dalam sesuatu di lingkungan

dimana diri berada.

4. Hubungan Publik-Domestik

- Mengabaikan kesehatan.

- Lebih mementingkan karir

dibanding keluarga atau waktu

luang.

- Bekerja keras menaiki jenjang

karir sampai stres dan

memengaruhi kehidupan yang

dijalani.

- Merasa tuntutan karir berpengaruh

terhadap waktu luang yang

dimiliki dan keluarga.

2. Y

Penyalahgunaan

Narkoba

Penyalahgunaan

narkoba adalah

penggunaan narkoba

yang dilakukan tidak

untuk maksud

pengobatan, tetapi

karena ingin

menikmati

pengaruhnya dalam

jumlah berlebih,

teratur, dan cukup

Penyalahgunaan

narkoba adalah

penggunaan zat atau

obat terlarang diluar

indikasi medis dengan

tujuan mendapatkan

efek menyenangkan

yang diberikan oleh

narkoba tersebut dan

dipakai dalam jangka

waktu yang lama

1. Predisposisi

- Mengobati rasa ketidakpuasan

akan sesuatu dengan

menggunakan narkoba.

- Menjadi pecandu narkoba akibat

tuntutan yang diberikan keluarga

dan lingkungan.

- Menyalahgunakan narkoba

sebagai pelarian akibat depresi.

- Menyalahgunakan narkoba akibat

tekanan hidup yang sangat berat.

Page 160: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

lama sehingga

menyebabkan

gangguan kesehatan

fisik, mental, dan

kehidupan sosial

lainnya. (Martono,

2006)

sehingga

mengakibatkan

rusaknya fisik dan

mental orang tersebut.

- Merasa percaya diri untuk masuk

ke dalam lingkungan sosial

dengan menggunakan narkoba.

- Menghilangkan kecemasan

dengan menggunakan narkoba.

2. Kontribusi

- Memakai narkoba sebagai

pelampiasan karena pengasuhan

orang tua yang tidak sesuai.

- Menyalahgunakan narkoba

lantaran kesibukan orang tua

dalam bekerja dan jarang berada

di rumah.

- Melampiaskan rasa

ketidakpedulian orang tua

terhadap permasalahan yang

dimiliki dengan menggunakan

narkoba.

- Menyalahgunakan narkoba karena

memiliki hubungan yang buruk

dengan orang tua.

- Mencoba narkoba karena keadaan

keluarga yang tidak utuh dan

kondusif.

3. Pencetus

Page 161: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

- Mudah bergaul dengan siapapun

karena memakai narkoba.

- Memakai narkoba untuk

menunjukkan solidaritas kepada

teman.

- Disarankan memakai narkoba

untuk bersenang-senang oleh

teman.

- Mencoba narkoba karena

ketersediaan narkoba di

lingkungan sekitar.

- Berani memakai narkoba karena

lemahnya penegakan hukum.

- Mendapatkan keuntungan yang

melimpah dengan mengedarkan

narkoba.

Page 162: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

Lampiran 2. Output Hasil Uji Validitas

No. X r

tabel

r

hitung Ket.

Emosional

1. Saya sulit memahami perasaan

saya sendiri. 0.355 0.266

Tidak

Valid

2.

Saya bukan orang yang mudah

mengungkapkan perasaan

pribadi kepada orang lain.

0.355 0.494 Valid

3. Saya sulit mengungkapkan

kasih sayang melalui ucapan. 0.355 0.503 Valid

4. Saya sulit menyatakan cinta

kepada perempuan. 0.355 0.255

Tidak

Valid

5.

Saya sering menyembunyikan

kekecewaan yang saya

rasakan.

0.355 0.336 Tidak

Valid

6.

Saya merasa gengsi jika

meminta pertolongan kepada

orang lain.

0.355 0.461 Valid

7. Saya kesulitan meminta maaf

setelah melakukan kesalahan. 0.355 0.242 Tidak

Valid

8.

Saya merasa malu

menunjukkan kesedihan di

depan orang lain.

0.355 0.338 Tidak

Valid

9. Saya sulit mengatakan bahwa

saya peduli kepada orang lain. 0.355 0.685 Valid

Afeksi

10.

Saya tidak mudah

menunjukkan kepedulian

kepada teman laki-laki.

0.355 0.331 Tidak

Valid

11.

Saya merasa tidak nyaman

ketika berpelukan dengan

teman laki-laki.

0.355 -0.144 Tidak

Valid

12.

Saya merasa cemas jika

bercerita tentang perasaan saya

kepada teman laki-laki.

0.355 0.427 Valid

Page 163: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

13.

Menurut saya, pelukan antara

dua laki-laki adalah tindakan

yang tidak wajar.

0.355 0.643 Valid

14.

Sulit bagi saya untuk

berpelukan dengan teman laki-

laki.

0.355 0.491 Valid

15.

Berpelukan adalah salah satu

cara untuk mengeratkan

pertemanan.

0.355 0.058 Tidak

Valid

16.

Saya lebih suka bercerita

masalah saya kepada teman

laki-laki karena memiliki sudut

pandang yang hampir sama.

0.355 0.192 Tidak

Valid

Kompetisi

17. Penting bagi saya untuk

meningkatkan jenjang karir. 0.355 0.045 Tidak

Valid

18.

Menurut saya, untuk menjadi

orang suskes harus

menghasilkan banyak uang.

0.355 0.356 Valid

19.

Saya menilai orang lain dari

prestasi dan kesuksesan yang

mereka capai.

0.355 0.407 Valid

20. Saya khawatir jika mengalami

kegagalan. 0.355 0.440 Valid

21.

Penting bagi saya untuk

melakukan yang terbaik dalam

pekerjaan.

0.355 0.367 Valid

22. Keberhasilan adalah ukuran

penilaian bagi saya. 0.355 0.390 Valid

23. Saya berusaha keras supaya

lebih sukses dari orang lain. 0.355 0.285 Tidak

Valid

24.

Penting bagi saya untuk lebih

pintar atau secara fisik lebih

kuat dari laki-laki lain.

0.355 0.450 Valid

25. Saya merasa ingin lebih unggul

di hadapan orang lain. 0.355 0.495 Valid

Hubungan Publik-Domestik

Page 164: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

26. Saya mengabaikan kesehatan

saya karena sibuk bekerja. 0.355 0.340 Tidak

Valid

27. Menurut saya, keluarga lebih

penting daripada pekerjaan. 0.355 -0.136 Tidak

Valid

28.

Sibuk bekerja mengganggu

waktu luang saya bersama

keluarga.

0.355 -0.226 Tidak

Valid

29. Saya sulit meluangkan waktu

untuk bersantai. 0.355 0.161

Tidak

Valid

30.

Saya lebih mementingkan

pekerjaan daripada keluarga

dan waktu luang saya.

0.355 0.272 Tidak

Valid

31. Badan saya sering terasa sakit

karena kebanyakan bekerja. 0.355 0.241 Tidak

Valid

32.

Saya lebih memilih untuk

menggunakan waktu luang

saya untuk bekerja dibanding

untuk bersantai.

0.355 0.191 Tidak

Valid

33.

Saya sering tidak berjumpa

dengan keluarga karena pulang

larut malam dari pekerjaan.

0.355 0.370 Valid

No. Y r

tabel

r

hitung Ket.

Predisposisi

34.

Saya menggunakan narkoba

untuk mengobati rasa

ketidakpuasan dalam hidup

saya.

0.355 0.523 Valid

35.

Tuntutan keluarga

menyebabkan saya melarikan

diri dengan menggunakan

narkoba.

0.355 0.539 Valid

36.

Dengan menggunakan

narkoba, saya merasa percaya

diri untuk masuk ke dalam

lingkungan sosial.

0.355 0.536 Valid

Page 165: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

37.

Saya tidak akan menggunakan

narkoba jika tidak merasa stres

akibat permasalahan hidup.

0.355 -0.202 Tidak

Valid

38.

Tekanan hidup membuat saya

depresi dan melarikan diri

dengan menggunakan narkoba.

0.355 0.580 Valid

39.

Saya menggunakan narkoba

untuk menghilangkan

kecemasan yang saya rasakan.

0.355 0.583 Valid

40. Memakai narkoba membuat

saya merasa lebih tenang. 0.355 0.373 Valid

Kontribusi

41.

Pengasuhan orang tua yang

tidak sesuai menyebabkan saya

melampiaskan diri dengan

menggunakan narkoba.

0.355 0.717 Valid

42.

Ketidakpedulian orang tua

terhadap saya menyebabkan

saya melarikan diri dengan

menggunakan narkoba.

0.355 0.741 Valid

43.

Narkoba lebih mengerti

kebutuhan saya dibandingkan

dengan orang tua yang tidak

perhatian.

0.355 0.670 Valid

44.

Orang tua yang jarang di

rumah membuat saya mudah

untuk mengenal narkoba.

0.355 0.804 Valid

45.

Kekerasan yang digunakan

orang tua dalam mengasuh

saya menyebabkan saya

melarikan diri ke narkoba.

0.355 0.638 Valid

46.

Menurut saya, narkoba adalah

jalan keluar ketika memiliki

masalah dengan orang tua.

0.355 0.769 Valid

47.

Kondisi keluarga yang tidak

utuh menyebabkan saya

menggunakan narkoba.

0.355 0.803 Valid

Page 166: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

48.

Hubungan yang buruk dengan

orang tua membuat saya

melampiaskan diri dengan

menggunakan narkoba.

0.355 0.821 Valid

Pencetus

49.

Saya menggunakan narkoba

sebagai bentuk kesetiakawanan

terhadap teman saya.

0.355 0.669 Valid

50.

Teman-teman saya

menyarankan saya

menggunakan narkoba untuk

bersenang-senang.

0.355 0.561 Valid

51.

Tersedianya berbagai jenis

narkoba di lingkungan saya

membuat saya ingin mencoba

narkoba.

0.355 0.505 Valid

52.

Lemahnya penegakan hukum

di Indonesia membuat saya

menjadi berani untuk

menggunakan narkoba.

0.355 0.480 Valid

53.

Saya tergoda untuk

mengedarkan narkoba karena

membuat saya mendapat

banyak uang dan keuntungan

yang besar.

0.355 0.437 Valid

54.

Mudah bagi saya untuk

mendapatkan narkoba karena

banyak yang menyediakannya

di lingkungan saya.

0.355 0.480 Valid

55.

Saya tidak akan tergiur

memakai narkoba walau

sahabat saya yang

menawarkannya.

0.355 0.021 Tidak

Valid

56.

Saya merasa takut dengan

hukuman penjara akibat

menggunakan narkoba.

0.355 -0.273 Tidak

Valid

57.

Saya menggunakan narkoba

karena ingin dipandang keren

di mata teman-teman saya.

0.355 0.754 Valid

Page 167: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

Lampiran 3. Data Skor Responden

Variabel Konflik Peran Gender (X)

R/Q Q

1

Q

2

Q

3

Q

4

Q

5

Q

6

Q

7

Q

8

Q

9

Q

10

Q

11

Q

12

Q

13

Q

14

Q

15

Q

16

Q

17

Q

18

Q

19

Q

20

Q

21

Q

22

Q

23

Q

24

Q

25

Q

26

Q

27

Q

28

Q

29

Q

30

Q

31

Q

32

Q

33

Q

34 JML

R1 2 4 4 5 4 4 2 4 2 1 5 1 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 2 2 1 1 4 2 4 4 4 4 2 115

R2 4 4 2 5 5 2 1 4 2 5 5 1 2 1 5 4 2 2 2 4 4 2 2 2 4 2 4 2 2 2 4 4 2 1 99

R3 2 4 4 5 4 4 2 4 2 1 5 2 4 5 5 4 5 5 2 4 5 5 4 5 4 1 1 5 2 2 4 2 2 4 119

R4 4 4 2 4 4 2 1 2 1 2 4 2 4 4 5 4 2 4 5 4 5 5 4 5 4 1 1 2 2 2 2 4 5 2 108

R5 4 2 4 2 4 2 2 2 2 1 5 2 4 4 4 4 4 2 4 2 5 5 5 2 2 2 4 4 2 2 4 2 2 1 102

R6 2 4 4 5 4 2 2 4 2 2 5 2 1 2 5 2 2 2 2 4 4 4 4 2 2 1 4 2 4 4 4 4 4 1 102

R7 5 5 4 5 4 4 4 5 4 2 4 5 5 5 5 4 2 2 2 4 4 2 1 1 4 2 2 2 2 2 4 4 2 4 116

R8 4 5 2 4 5 2 1 4 2 2 4 2 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 5 4 2 2 4 4 4 4 4 2 4 4 124

R9 4 4 4 4 5 5 2 4 5 2 4 4 1 2 2 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 116

R10 4 5 4 5 2 5 4 5 2 1 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 2 1 2 5 1 1 4 5 1 2 123

R11 4 4 5 4 5 4 2 5 5 1 5 2 5 1 1 2 5 1 1 2 5 2 2 1 2 4 5 4 2 2 5 2 2 1 103

R12 2 4 4 4 4 4 1 4 2 2 4 2 5 4 4 4 2 2 2 5 5 4 4 2 4 2 4 2 2 2 4 1 2 1 104

R13 5 5 2 4 4 2 1 2 2 2 4 1 4 5 5 4 5 4 4 2 5 5 2 4 5 2 1 4 2 1 4 2 2 1 107

R14 2 2 4 2 2 2 2 4 2 4 4 2 2 2 4 2 4 4 2 2 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 104

R15 5 2 4 2 4 1 1 4 2 4 5 1 4 4 4 4 2 1 2 1 5 5 5 2 5 1 1 2 2 2 5 2 2 1 97

R16 5 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 2 4 4 5 4 4 4 4 130

R17 4 4 5 2 4 1 4 4 2 2 2 4 5 4 2 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 1 2 5 2 2 5 4 4 2 119

R18 4 4 4 4 5 1 2 4 4 2 5 4 2 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 1 1 4 2 4 5 4 4 2 129

R19 5 5 2 4 5 4 5 1 1 1 5 2 1 1 5 4 2 5 5 2 4 5 4 4 5 1 2 5 5 4 5 5 1 4 119

R20 4 2 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 5 5 4 2 4 5 4 5 5 5 4 4 2 2 4 2 4 5 4 2 2 2 123

R21 5 4 5 5 5 4 5 5 5 1 4 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 2 4 2 2 2 4 4 4 1 134

R22 4 5 5 5 5 4 1 5 1 1 1 4 5 5 4 5 5 5 1 5 5 5 4 2 4 2 4 4 2 2 4 4 4 2 124

R23 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 5 1 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 1 5 4 4 4 5 2 4 133

R24 4 4 4 4 2 4 2 4 2 2 4 2 2 4 4 4 5 2 4 5 5 4 4 4 4 2 2 4 2 2 4 2 2 2 111

R25 5 4 2 4 2 4 4 4 2 4 4 2 1 4 4 2 4 4 4 5 5 5 4 2 2 1 1 4 2 2 2 2 2 2 105

R26 2 4 4 4 4 4 4 5 4 2 5 1 1 1 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 2 4 2 4 112

R27 1 4 4 4 2 2 5 4 2 2 5 2 1 1 4 4 4 4 2 2 4 4 4 2 4 2 2 4 2 4 4 2 2 2 101

R28 2 2 5 4 5 4 4 4 2 2 4 2 5 2 5 2 4 4 2 5 5 5 4 4 5 2 5 5 5 5 2 4 4 5 129

R29 4 5 5 5 5 5 5 1 5 1 4 4 5 2 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 1 1 2 2 2 4 2 1 1 112

R30 4 2 2 4 2 4 2 4 2 2 4 4 5 4 5 5 5 4 4 2 5 4 5 5 4 1 2 4 4 2 4 2 2 1 115

R31 4 5 5 5 5 4 2 5 4 2 2 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 137

Page 168: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

R32 4 4 4 4 2 2 1 4 4 4 5 4 5 5 4 2 1 1 1 4 5 5 2 1 4 2 4 4 5 5 4 2 5 5 118

R33 4 5 5 5 4 2 2 4 2 2 4 1 4 4 4 4 4 4 4 2 5 4 4 4 4 2 2 4 4 2 4 4 2 2 117

R34 4 4 4 2 4 4 2 2 4 2 4 2 2 4 5 4 4 4 2 2 5 5 4 4 4 1 1 4 2 2 4 2 2 1 106

R35 5 4 4 4 4 2 2 2 2 2 5 4 5 5 5 2 4 4 2 2 5 5 2 2 4 2 2 4 4 4 5 2 2 4 116

R36 4 2 4 4 2 2 2 2 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 5 5 5 4 4 2 1 4 2 2 4 5 4 4 117

R37 4 4 4 4 2 4 1 4 5 1 4 4 2 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 4 4 5 1 4 4 4 1 131

R38 4 2 2 2 5 2 2 5 5 1 4 2 5 4 5 5 5 2 5 4 5 4 5 5 5 1 4 5 2 2 5 4 5 4 127

R39 4 4 5 5 4 2 4 4 4 2 4 5 5 4 4 5 2 4 4 4 5 5 5 4 4 2 2 4 4 4 4 5 4 1 132

R40 4 4 4 4 4 4 2 5 4 2 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 2 4 2 131

R41 4 4 5 5 4 2 4 4 4 2 5 5 5 4 4 5 2 4 2 2 5 5 5 4 2 2 2 4 4 4 5 2 4 4 128

R42 4 4 4 4 2 4 4 2 5 2 4 4 2 2 5 4 5 4 4 4 5 5 5 2 4 2 2 4 2 1 4 4 4 1 118

R43 5 5 5 5 5 1 1 5 1 1 5 4 5 5 5 2 5 4 1 5 5 4 5 4 4 1 2 4 4 4 4 4 2 1 123

R44 4 5 2 1 4 1 5 4 1 2 5 2 5 5 5 2 4 2 1 2 5 4 4 2 1 2 4 4 4 2 2 2 1 2 101

R45 4 4 5 2 4 2 4 4 4 2 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 4 5 1 2 4 5 5 4 4 4 1 133

R46 2 2 5 5 4 2 2 5 4 1 4 4 4 4 5 4 2 4 4 4 4 4 5 2 2 1 2 4 2 2 2 2 4 2 109

R47 4 4 2 2 4 4 2 5 2 2 5 2 4 4 5 4 2 4 2 2 4 2 4 2 4 2 2 2 2 2 4 2 2 2 101

R48 5 4 4 4 5 2 2 4 2 2 4 2 4 4 2 4 2 4 4 4 4 5 2 2 2 2 2 5 4 2 4 4 2 1 109

R49 5 4 5 4 5 4 1 5 4 2 5 4 2 1 4 4 4 4 2 2 5 4 5 2 4 1 2 4 4 2 5 1 1 1 112

R50 4 4 2 2 4 4 2 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 5 5 2 2 2 2 4 2 2 5 5 4 2 116

R51 5 4 4 4 5 2 1 4 4 2 4 2 2 2 4 2 5 5 5 1 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 2 5 4 2 125

R52 5 5 5 5 5 4 2 4 5 2 5 1 1 1 4 4 4 2 4 4 5 4 4 5 4 2 2 4 2 2 4 4 2 2 118

R53 5 4 2 4 4 2 2 2 2 2 4 2 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 2 2 2 2 4 2 2 4 4 4 2 105

R54 4 2 2 2 4 4 2 2 2 4 5 2 2 2 2 2 4 5 2 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 2 4 2 2 2 102

R55 2 2 4 4 4 2 2 5 4 2 5 2 2 4 5 5 4 4 4 2 4 4 5 5 5 2 4 2 2 4 4 4 4 1 118

R56 5 2 5 2 4 2 2 2 2 1 4 2 2 1 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 1 4 5 5 5 5 5 2 123

R57 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 4 4 2 110

R58 2 4 2 4 4 2 2 4 2 4 4 4 5 5 4 4 2 2 4 2 2 4 5 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 105

R59 5 4 5 5 5 5 1 4 2 1 5 2 5 4 5 5 4 5 1 4 5 5 2 4 1 4 1 2 1 4 4 1 2 4 117

R60 4 4 4 2 5 2 1 5 4 2 2 2 1 2 4 4 2 4 1 1 5 4 2 2 5 1 1 5 2 2 1 4 4 4 98

R61 4 4 2 4 2 2 2 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 2 2 1 1 5 4 2 2 4 4 2 110

R62 4 4 2 2 4 1 1 2 1 2 5 2 5 4 4 4 4 4 2 1 5 5 2 1 5 2 2 2 2 2 1 2 2 5 96

R63 4 4 4 2 2 5 1 4 2 1 4 4 4 4 4 2 2 2 2 4 5 4 2 2 4 2 2 2 4 2 4 2 2 4 102

R64 5 4 4 4 4 2 1 4 4 2 4 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 2 141

R65 5 2 5 1 2 1 1 5 5 1 4 2 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 2 4 2 5 2 5 5 5 2 1 124

R66 4 4 4 4 2 2 2 2 4 4 5 2 1 1 2 2 4 4 2 4 5 5 5 2 2 1 1 4 2 1 4 2 2 4 99

R67 4 4 2 4 2 2 2 4 4 2 5 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 4 2 103

R68 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 2 2 4 4 2 2 106

R69 4 4 4 4 5 2 2 4 4 2 5 5 1 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 2 2 2 2 4 2 2 4 2 4 5 111

Page 169: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

R70 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 5 2 2 2 4 2 5 4 4 4 5 4 4 2 2 2 4 4 4 2 2 4 4 1 108

R71 5 4 5 4 4 2 2 4 4 2 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 1 1 4 2 4 2 4 4 1 117

R72 4 4 2 2 4 4 2 4 2 2 5 2 5 5 4 4 1 4 2 4 5 5 2 2 2 2 4 2 2 2 4 2 2 4 106

R73 4 4 2 4 4 2 2 2 2 4 4 4 4 2 4 2 4 4 2 4 4 4 4 2 4 1 2 4 4 4 2 2 4 4 109

R74 4 4 2 5 2 4 1 4 2 2 4 2 2 4 4 2 4 4 2 4 5 4 5 4 5 2 2 4 1 2 2 4 2 2 106

R75 5 4 2 1 5 2 1 2 2 2 4 4 2 4 4 4 4 2 2 4 5 5 4 4 2 1 2 2 1 1 4 2 2 1 96

R76 5 5 5 5 5 2 2 5 2 4 4 2 5 5 5 2 2 5 5 2 2 1 4 4 5 4 2 5 2 5 4 2 5 5 127

R77 4 2 5 4 4 2 2 4 4 4 4 2 4 4 5 5 1 5 4 1 5 5 4 2 2 1 2 2 2 2 2 4 4 4 111

R78 4 4 4 4 4 4 2 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 2 2 4 4 2 4 120

R79 4 4 4 2 4 2 2 4 2 5 4 2 2 4 4 5 5 2 4 4 5 4 4 4 4 1 4 4 2 2 4 4 4 4 119

R80 5 4 5 5 4 5 5 4 2 2 1 5 5 1 5 5 4 5 5 2 5 2 2 5 4 2 1 4 5 2 5 2 1 4 123

R81 5 2 4 4 4 2 1 5 2 2 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 119

R82 2 5 2 4 5 2 1 2 1 1 4 2 2 2 5 4 2 5 4 2 5 4 5 5 5 2 4 4 2 4 2 4 2 2 107

R83 4 4 4 4 2 2 1 4 1 2 4 2 2 4 4 4 2 5 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 2 2 93

R84 5 2 4 4 4 2 1 5 2 2 5 4 5 4 2 5 4 5 4 2 4 4 5 2 1 1 4 5 5 5 2 5 4 4 122

R85 5 4 4 4 4 4 2 2 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 2 123

R86 4 2 4 4 2 4 4 2 2 2 2 4 1 2 4 5 4 5 4 4 5 5 4 4 4 1 2 5 4 4 5 5 2 1 116

R87 5 2 5 1 2 1 1 1 5 1 5 5 5 5 5 1 4 5 2 2 5 4 2 2 4 2 2 2 4 2 4 2 2 4 104

R88 2 4 4 5 4 4 2 4 2 1 5 2 4 5 5 4 5 5 2 4 5 5 2 5 4 1 1 5 2 2 4 2 2 4 117

R89 5 4 4 2 4 4 4 4 2 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 2 5 4 4 2 124

R90 2 4 4 5 4 4 2 4 2 1 5 2 4 5 5 4 5 5 2 4 5 5 4 5 4 1 1 2 2 4 2 2 2 4 116

R91 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 1 1 1 5 5 5 5 5 5 1 148

R92 5 5 4 4 5 2 2 5 4 2 5 4 2 4 4 4 4 4 2 5 4 4 4 4 4 2 2 4 2 2 4 2 2 2 118

R93 2 4 4 5 4 2 2 5 4 2 2 2 2 2 4 4 2 2 2 2 4 5 5 2 4 1 2 2 1 1 5 1 1 1 93

R94 4 4 4 4 4 4 1 4 5 2 5 2 2 2 5 2 5 4 4 5 5 4 5 5 5 2 4 4 4 4 5 2 4 1 126

R95 4 5 4 5 4 4 2 5 4 2 5 4 5 5 5 4 4 2 4 4 5 5 4 4 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 129

Page 170: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

Variabel Penyalahgunaan Narkoba (Y)

R/Q Q36 Q37 Q38 Q39 Q40 Q41 Q42 Q43 Q44 Q45 Q46 Q47 Q48 Q49 Q50 Q51 Q52 Q53 Q54 Q55 Q56 Q57 Q58 Q59 JML

R1 2 2 2 2 4 2 4 4 4 4 2 4 2 5 5 2 2 4 2 4 4 4 2 1 73

R2 4 2 4 4 4 4 4 4 2 2 2 1 2 2 1 2 4 4 4 2 2 4 2 1 67

R3 2 2 4 2 2 2 4 2 2 1 2 2 2 2 2 4 4 4 2 4 4 4 2 4 65

R4 2 1 2 1 2 4 4 1 1 1 1 1 2 1 1 2 4 4 4 5 4 4 2 1 55

R5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 28

R6 4 2 5 1 4 2 2 5 5 2 2 2 2 2 4 2 2 5 5 5 5 2 2 5 77

R7 5 2 4 2 4 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 4 4 4 2 4 4 4 4 2 63

R8 4 2 4 2 2 4 5 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 2 2 4 4 2 4 69

R9 1 1 2 4 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 4 1 42

R10 2 4 4 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 4 4 2 4 5 5 1 2 5 59

R11 2 1 1 2 2 1 1 5 5 5 2 1 4 1 2 1 1 1 2 4 5 4 5 1 59

R12 2 1 1 2 4 2 2 5 4 2 4 2 2 2 4 4 2 2 2 4 2 4 2 1 62

R13 2 1 4 1 1 2 5 1 1 1 1 2 4 5 1 4 4 4 5 2 4 2 5 1 63

R14 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 52

R15 2 1 2 1 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 5 5 5 5 2 4 2 66

R16 4 4 4 4 5 4 4 4 4 2 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 100

R17 2 2 2 4 4 2 4 4 2 4 4 2 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 85

R18 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 2 4 5 4 4 4 4 5 5 4 2 5 99

R19 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 35

R20 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 2 4 5 4 5 5 4 2 2 96

R21 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 2 2 4 2 2 4 58

R22 2 2 2 2 4 4 2 2 4 4 2 2 2 4 4 2 4 4 2 5 5 4 1 2 71

R23 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 34

R24 2 2 2 2 2 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 1 2 4 4 2 2 57

R25 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 4 2 2 4 2 4 48

R26 2 2 2 2 2 4 4 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 4 2 2 4 2 55

R27 2 2 4 2 4 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 4 4 4 4 2 2 2 56

R28 4 1 2 2 2 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 4 5 4 5 1 52

R29 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 2 2 2 4 2 1 1 51

R30 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 50

R31 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 4 4 5 4 4 4 4 2 79

Page 171: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

R32 1 1 4 2 1 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 2 4 4 4 4 1 4 2 1 51

R33 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 4 4 4 5 5 4 1 1 2 52

R34 2 1 4 2 2 4 4 1 2 2 2 1 2 2 2 2 4 4 5 4 4 4 4 2 66

R35 4 4 2 2 5 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 4 5 4 5 1 55

R36 4 4 5 2 5 5 4 5 4 4 4 5 2 2 2 4 4 5 5 4 4 5 2 4 94

R37 5 2 4 4 4 4 4 5 5 5 4 2 1 4 4 2 4 5 4 5 5 5 1 2 90

R38 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 38

R39 2 2 2 4 4 2 2 4 1 2 2 2 2 2 2 2 2 4 5 4 4 4 2 4 66

R40 2 4 4 2 4 4 4 4 4 2 5 2 2 5 2 2 4 4 5 4 5 4 4 2 84

R41 4 4 4 2 4 4 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 4 5 4 4 4 2 2 66

R42 4 4 4 1 2 4 5 1 1 1 1 1 1 1 1 2 4 4 5 4 4 4 5 1 65

R43 2 4 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 4 4 4 4 1 46

R44 2 1 4 2 2 2 2 1 2 4 2 2 2 2 1 4 4 5 5 5 4 4 2 2 66

R45 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 4 4 2 4 2 1 4 2 49

R46 2 4 2 1 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 2 4 4 2 2 61

R47 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 2 4 4 4 4 1 61

R48 2 1 2 2 5 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 5 4 4 4 5 4 4 5 65

R49 5 4 5 1 4 2 4 4 4 2 2 5 5 5 5 2 4 4 4 5 4 4 2 4 90

R50 4 4 2 4 4 2 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 2 4 4 4 2 2 70

R51 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 1 1 4 4 1 4 4 2 1 76

R52 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 4 2 49

R53 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 50

R54 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 50

R55 5 2 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 2 4 4 2 4 2 71

R56 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 112

R57 2 2 4 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 2 4 4 4 4 2 64

R58 2 2 4 2 4 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 2 4 65

R59 1 2 5 1 5 4 4 2 2 2 1 2 5 1 1 2 1 4 4 2 5 1 4 1 62

R60 1 1 2 2 1 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 5 4 1 5 4 2 1 49

R61 2 2 2 1 2 2 2 4 2 2 2 2 2 4 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 53

R62 1 2 2 2 1 2 2 2 4 2 2 2 2 2 4 2 1 4 5 5 4 5 1 4 63

R63 4 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 4 4 4 4 2 4 2 52

R64 5 5 5 2 5 2 4 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 2 5 4 4 2 2 98

R65 5 5 5 1 4 2 4 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 5 1 5 1 5 5 1 61

Page 172: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

R66 4 2 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 4 2 58

R67 4 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 2 2 4 4 2 2 62

R68 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 2 86

R69 2 2 2 2 2 2 2 4 4 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 2 4 2 64

R70 4 4 4 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 4 4 2 2 2 2 2 4 1 58

R71 2 2 4 1 4 2 4 2 2 2 2 2 4 2 4 2 4 4 2 2 4 2 2 2 63

R72 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 4 4 2 2 4 4 4 2 53

R73 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 4 4 2 4 2 4 2 60

R74 4 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 4 4 2 2 4 2 5 1 47

R75 4 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 4 4 4 1 2 47

R76 2 4 2 1 4 2 2 5 5 2 5 2 2 5 5 2 5 5 5 5 5 5 1 4 85

R77 2 4 4 4 5 4 4 2 2 2 2 2 2 2 4 1 2 5 5 4 4 4 2 4 76

R78 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 2 2 60

R79 2 2 2 2 2 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 2 4 4 2 64

R80 2 4 5 1 5 5 2 4 2 5 4 2 5 4 5 5 5 5 4 5 1 1 1 5 87

R81 4 4 4 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 2 2 62

R82 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 4 2 4 2 40

R83 2 1 2 2 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 5 5 4 5 1 52

R84 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 4 4 1 4 4 1 4 4 46

R85 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 2 4 88

R86 4 4 2 2 2 4 5 4 4 2 2 5 2 2 4 4 4 2 2 4 4 5 2 4 79

R87 4 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 4 4 4 4 2 4 2 52

R88 2 2 4 2 2 2 4 2 2 1 2 2 2 2 2 4 4 4 2 4 4 4 2 4 65

R89 2 2 4 2 4 4 4 2 2 2 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 78

R90 2 2 4 2 2 2 4 2 2 1 2 2 2 2 2 4 4 4 2 4 4 4 2 4 65

R91 2 1 1 1 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 2 1 1 2 4 5 4 5 4 85

R92 2 2 4 4 2 4 5 2 2 2 2 2 4 2 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 75

R93 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 27

R94 5 2 2 1 4 4 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 4 4 4 2 4 4 2 4 61

R95 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 43

Page 173: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan

Pelaksanaan uji validitas kuesioner penelitian

Pelaksanaan uji inti penelitian

Page 174: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

Lampiran 5. Output Hasil Analisis Korelasi Seluruh Variabel dengan Penyalahgunaan Narkoba Menggunakan SPSS 25

Correlations

Karakteristik

Responden

Konflik Peran

Gender

Penyalahgunaan

Narkoba

Spearman's rho Karakteristik Responden Correlation Coefficient 1.000 -.221* -.082

Sig. (2-tailed) . .031 .431

N 95 95 95

Konflik Peran Gender Correlation Coefficient -.221* 1.000 .322**

Sig. (2-tailed) .031 . .001

N 95 95 95

Penyalahgunaan Narkoba Correlation Coefficient -.082 .322** 1.000

Sig. (2-tailed) .431 .001 .

N 95 95 95

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 175: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

Lampiran 6. Output Hasil Analisis Korelasi Karakteristik Responden dengan Penyalahgunaan Narkoba Menggunakan

SPSS 25

Correlations

Usia Pendidikan Kasus

Penyalahgunaan

Narkoba

Spearman's rho Usia Correlation Coefficient 1.000 .132 -.058 -.192

Sig. (2-tailed) . .204 .577 .062

N 95 95 95 95

Pendidikan Correlation Coefficient .132 1.000 .011 -.127

Sig. (2-tailed) .204 . .916 .221

N 95 95 95 95

Kasus Correlation Coefficient -.058 .011 1.000 .269**

Sig. (2-tailed) .577 .916 . .008

N 95 95 95 95

Penyalahgunaan Narkoba Correlation Coefficient -.192 -.127 .269** 1.000

Sig. (2-tailed) .062 .221 .008 .

N 95 95 95 95

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 176: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

Lampiran 7. Output Hasil Analisis Korelasi Konflik Peran Gender dengan Penyalahgunaan Narkoba Menggunakan

SPSS 25

Correlations

Emosional Afeksi Kompetisi

Hubungan

Publik-Domestik

Penyalahgunaan

Narkoba

Spearman's rho Emosional Correlation Coefficient 1.000 .141 .228* .193 .188

Sig. (2-tailed) . .173 .026 .061 .068

N 95 95 95 95 95

Afeksi Correlation Coefficient .141 1.000 .034 .147 .216*

Sig. (2-tailed) .173 . .740 .155 .036

N 95 95 95 95 95

Kompetisi Correlation Coefficient .228* .034 1.000 .300** .146

Sig. (2-tailed) .026 .740 . .003 .158

N 95 95 95 95 95

Hubungan Publik-

Domestik

Correlation Coefficient .193 .147 .300** 1.000 .264**

Sig. (2-tailed) .061 .155 .003 . .010

N 95 95 95 95 95

Penyalahgunaan

Narkoba

Correlation Coefficient .188 .216* .146 .264** 1.000

Sig. (2-tailed) .068 .036 .158 .010 .

N 95 95 95 95 95

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 177: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

Lampiran 8. Surat Izin dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Jakarta

Page 178: konflik peran gender laki-laki dengan penyalahgunaan ...

Lampiran 9. Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian dari

Lapas