ASPEK SOSIAL EKONOMI BUDAYA
PEMBANGUNAN PKS DI KEBUN HAPESONG
Kajian ini mendeskripsikan fenomena sosial ekonomi dan budaya
yang aktual, sehingga dapat dijadikan acuan mencermati kemajuan
ataupun kemunduran suatu wilayah sebagai dampak dari masuknya suatu
unsur baru (pembangunan). Studi ini mencoba menggali fenomena yang
berkembang di lokasi studi terkait dengan rencana usaha pembangunan
Pabrik kelapa Sawit (PKS) di Kebun Hapesong. Upaya pendeskripsian
ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber.
Data primer diperoleh melalui pendistribusian kuesioner, observasi
dan wawancara mendalam (in depth interview) yang difokuskan pada
wilayah yang berinteraksi langsung dengan kegiatan utama PTPN III
(Persero) Kebun Hapesong. Wilayah studi secara umum berada di
Kabupaten Tapanuli Selatan yaitu pada Kecamatan Batang Toru. Area
sampling ditetapkan pada beberapa desa pemukiman penduduk di
sekitar areal rencana pembangunan PKS Kebun Hapesong, khususnya
Desa Perkebunan Hapesong dan Desa Hapesong Lama (Kec. Batang Toru).
Lokasi sampling akan dikhususkan pada dusun yang berbatasan
langsung dengan kebun. Besaran responden diperhitungkan 10 % dari
jumlah populasi KK di wilayah studi dan penentuan responden yang
dijadikan sampel kuesioner ditentukan secara purposive sampling.
Sedangkan, data sekunder berupa data statistik diperoleh dari
kantor desa/kelurahan, kantor camat dan Badan Pusat Statistik Sumut
(BPS Provinsi) maupun instansi terkait lainnya.
1. Geografis dan Demografi
a) Gambaran Umum Letak Geografis Wilayah Studi
Lokasi administratif Kebun Hapesong berada pada dua wilayah
kecamatan; Kec. Angkola Barat (Desa Perkebunan Malombu dan Desa
Perkebunan Sangkunur) serta Kec. Batang Toru (Desa Perkebunan
Hapesong dan Desa Sigala-gala) Kabupaten Tapanuli Selatan. Kebun
ini terdiri dari 5 Afdeling, masing-masing berada di wilayah:
Afdeling 1 : Desa Perkebunan Hapesong Kec.Batang Toru
Afdeling 2 : Desa Perkebunan Hapesong dan Desa Sigala-gala Kec.
Batang Toru
Afdeling 3 : Desa Desa Sigala-gala Kec. Batang Toru
Afdeling 4 : Desa Perkebunan Malombu Kec.Angkola Barat
Afdeling 5 : Desa Perkebunan Sangkunur Kec.Angkola Barat
PKS Hapesong terletak di Kebun Hapesong Afdeling 2 yaitu di Desa
Perkebunan Hapesong Kecamatan batang Toru.b) Jumlah dan Kepadatan
Penduduk Area Studi
Desa-desa yang menjadi lokasi sampling adalah pemukiman terdekat
dengan area rencana pembangunan PKS, yaitu Desa/Kelurahan
Perkebuanan Hapesong dan Hapesong Lama. Selain sebagai pemukiman
terdekat yang berinteraksi langsung dengan PKS nantinya, dua
pemukiman ini juga mewakili pemukiman yang berada di tengah dan di
hilir Sungai Malombu. Perkebunan Hapesong adalah kompleks pemukiman
yang berada di lintasan tengah Sungai Malombu dan pemukiman
penduduk Desa Hapesong Lama adalah bagian hilir dari Sungai
Malombu. Jalur jalanmenuju dua pemukiman ini adalah melalui jalam
Kebun Hapesong. Data penduduk pada dua lokasi sampling tersebut
tersaji pada tabel berikut.Tabel 1. Gambaran Umum Penduduk di
Lokasi Studi
NoDesa/KelurahanPenduduk ( Jiwa )Luas (km2) Kepadatan
(Jiwa/km2)Jumlah Rumah Tangga*RT Penerima BLT Thn 2008
Laki-lakiPerempuanJumlah
Hapesong Lama6235851.2087,15168,95305102
Perkebunan Hapesong5885481.13640,0028,4027410
Jumlah4.6044.5369.140118,79-579112
Sumber : Kec. Batang Toru Dalam Angka 2009Keterangan : *Data
diperoleh dari Aparat Desa masing-masing desa untuk kondisi
2009Jumlah penduduk pada 2 lokasi studi di lokasi studi berdasar
data BPS Kecamatan Tahun 2009 mencapai 9.140 jiwa dengan jumlah
laki-laki mencapai 50,37% (4.604 jiwa) dan jumlah perempuan
mencapai 49,63% (4.536 jiwa) dengan total luas wilayah studi 118,79
km2. Sedangkan jumlah rumah tangga di lokasi studi mencapai 579
dengan total penerima BLT 112 RT pada tahun 2009. Sementara itu,
mengacupada data Kabupaten Tapanuli Selatan 2008, terlihat bahwa
trend perkembangan penduduk dari tahun 2000 hingga 2005 untuk
Kecamatan Batang Toru adalah 0,96%.
c) Struktur Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Ditinjau dari struktur umur, penduduk pada Kabupaten Tapanuli
Selatan memiliki usia belum atau kurang produktif sebanyak 45,40%
(usia 0-14 thn mencapai 106.262 jiwa dan usia 60+ mencapai 12.577
jiwa), dan usia produktif berjumlah 142.925 (54,60%) jiwa. Secara
rinci sebaran kelompok umur tersebut tertera dalam Tabel.2Tabel 2 :
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Lokasi
StudiNoKelompok UmurLaki-lakiPerempuanJumlah
1.0 -417.21317.88535.098
2.5 - 918.01717.69835.715
3.10 -1417.97917.47035.449
4.15 -1914.73615.41830.154
5.20 -249.34711.54420.891
6.25 -299.15510.80619.961
7.30 -348.3519.17117.522
8.35 - 398.1728.83517.007
9.40 -447.0496.95814.007
10.45 -495.2355.09510.330
11.50 -543.6263.7007.326
12.55 -592.7592.9505.709
13.60 -642.5282.6685.196
14.65 -691.4811.6363.117
15.70 -741.1491.1802.329
16.75+8941.0591.953
Jumlah127.691134.073261.764
Sumber: Kabupaten Tapanuli Selatan Dalam Angka, 2009Sementara
itu, berdasarkan data dari sudut pandang masyarakat setempat
dijelaskan kategori produktif dan kurang produktif tidak
diklasifikasikan menjadi dua dikotomi yang berbeda secara tegas.
Data lapangan menunjukkan bahwa usia 60 tahun ke atas juga masih
aktif melakukan pekerjaan di ladang atau kebun mereka.
2. Sosial Ekonomi
a) Struktur Penduduk Berdasarkan Agama
Islam adalah agama dominan warga di lokasi studi. Pada tingkat
Kecamatan Batang Toru, Islam mendominasi sebesar 84,80%, Protestan
12,41%, dan Katolik 2,78%. Dominasi Islam ini menyebabkan relatif
banyaknya sarana ibadah bagi kaum muslim di lokasi studi. Data
menunjukkan bahwa jumlah mesjid di lokasi studi mencapai 3 unit
mesjid dan 3 musholla. Sementara itu, sarana ibadah baik bagi
penganut agama Kristen tidak tersedia khususnya di lokasi studi.
Bagi penganut agama Kristen dapat menjalankan ibadahnya di desa
sekitar. Secara umum di seluruh wilayah Kecamatan Batang Toru
terdapat 18 gereja Protestan dan 3 gereja Katolik . Dominasi
penganut Muslim tidak menimbulkan diskriminasi dan intimidasi pada
tataran hubungan sosial dalam kehidupan keseharian di antara warga
di lokasi studi. Warga menjelaskan mereka dapat menjalankan ibadah
sesuai ajaran agama masing-masing dengan nyaman tanpa gangguan dari
pemeluk agama lainnya. Kehidupan beragama di lokasi studi
berkembang dengan baik terutama dalam hal kerukunan antar umat
beragama.b) Sumber-Sumber Pendapatan Warga
Mata pencaharian penduduk di lokasi studi bervariasi: bidang
pertanian, jasa, industri, konstruksi, karyawan ataupun buruh tani.
Jenis pekerjaan sebahagian besar warga di lokasi studi adalah
karyawan kebun dan petani serta mocok-mocok. Petani yang dimaksud
adalah mereka yang bertani palawija, sawah dan kebun karet atau
coklat. Mocok-mocok yang dimaksud adalah mereka yang tidak memiliki
pekerjaan, kadangkala bekerja sebagai supir, buruh bangunan jika
ada borongan kerja pembangunan rumah, jembatan atau bangunan lain
dan rehab rumah, BHL atau buruh tani. Tabulasi kuesioner yang
didistribusikan di lokasi studi, maka diperoleh range pendapatan
warga dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3: Klasifikasi
Penghasilan Responden di Lokasi Studi
NoPenghasilanJumlah (%)
1 Rp.500.000,-1,5%
2> Rp.500.000,- s/d Rp.1.000.000,-30%
3> Rp.1.000.000,-s/d Rp.1.500.000,-40%
4> Rp.1.500.000,- s/d Rp.2.000.000,-20 %
5> Rp.2.000.000,- s/d Rp.2.500.000,-7%
6> Rp. 2.500.000,- s/d Rp.3.000.000,-1,5%
Total100 %
Sumber: Data Lapangan, 2010
Penghasilan warga di lokasi studi rata-rata berada pada tingkat
> Rp.1.000.000,- s/d Rp 1.500.000,- sebesar 40 % dari total
responden. Posisi berikutnya sebesar 30 % pada kategori >
Rp.500.000,-s/d Rp.1.000.000,- dan sebesar 20% responden dengan
penghasilan antara >Rp.1.500.000,- s/d Rp.2.000.000,-. Selain
itu, terdapat 7 % responden dengan penghasilan antara <
Rp.2.000.000,-.s/d Rp.2.500.000,- dan 1,5 % pada kategori >
Rp.2.500.000,- s/d Rp.5.000.000,- dan 1,5 % pada tingkat
Rp.500.000,- Warga di lokasi studi menjelaskan bahwa penghasilan
warga di atas Rp.1.500.000,- terutama adalah warga yang mempunyai
pencaharian ganda selain pencaharian utama, misalnya telah memiliki
pekerjaan tetap sebagai karyawan dan juga warga biasa yang memiliki
kebun karet/sawit atau coklat dan memiliki usaha dagang. Responden
menjelaskan bahwa penghasilan tersebut relatif kurang untuk
mencukupi kebutuhan rutin bulanan mereka karena kebutuhan biaya
pendidikan anak yang relatif besar. Antisipasi kekurangan yang
dilakukan warga adalah dengan meminimalisir pengeluaran mereka
untuk kebutuhan harian dalam hal lauk pauk. Strategi yang digunakan
adalah dengan menanam kebun atau tanah sisa di sekitar rumah mereka
dengan tanaman sayuran dan beberapa bumbu dapur, sehingga mereka
hanya memerlukan pengeluaran untuk kebutuhan lauk-pauk. Hasil
distribusi kuesioner mengenai pengeluaran responden tertera pada
Tabel 4.Tabel 4. Besaran Pengeluaran Responden di Lokasi Studi
NoBesaran PengeluaranJumlah (%)
1 Rp.500.000,-0,5%
2> Rp.500.000,- s/d Rp.1.000.000,-35%
3> Rp.1.000.000,-s/d Rp.1.500.000,-35%
4> Rp.1.500.000,- s/d Rp.2.000.000,-25 %
5> Rp.2.000.000,- s/d Rp.2.500.000,-2,5%
6> Rp. 2.500.000,- s/d Rp.3.000.000,-2%
Total Responden100 %
Sumber: Tabulasi Kuesioner 2009
Data di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah pada
masing-masing kategori penghasilan dan pengeluaran responden.
Sebahagian responden memiliki pengeluaran yang lebih besar dari
penghasilannya dan sebahagian responden lain dapat menyisihkan
penghasilannya untuk ditabung. Responden yang berpenghasilan
rata-rata 500.000,- cenderung mengeluhkan relatif minimnya
penghasilan dibandingkan dengan kebutuhan keluarga mereka saat ini.
Kelompok responden ini cenderung adalah mereka yang tergolong janda
dan mereka yang tergolong buruh tani tanpa memiliki lahan pertanian
sendiri dan hanya menggantungkan penghasilannya dari bekerja
sebagai BHL dan mocok-mocok.
Sumber-Sumber Penghasilan
Pertanian
Pertanian yang digeluti warga di lokasi studi adalah pertanian
padi dan tanaman palawija, seperti: kacang tanah, kacang hijau,
kacang kedelai, ubi jalar, ubi kayu, dan beberapa jenis sayuran
lainnya. Pada wilayah studi, baik itu lokasi desa perkebunan
ataupun desa dengan penduduk desa umumnya, warga memanfaatkan tanah
sisa di lokasi mereka dengan mengelola tanaman palawija untuk
menambah nilai ekonomis tanah, menambah penghasilan keluarga dan
juga untuk kebutuhan rutin sayuran keluarga. Data rinci mengenai
produksi padi dan palawija tertera pada Tabel 5.
Tabel 5 : Luas Tanaman Padi dan Palawija di Lokasi Studi
NoDesa/Kelurahan/
KecamatanKecamatan Batang Toru
Luas PanenRata2 Produktivitas (Kw/Ha)Produksi
1Padi sawah4.715,0045,0021.217,50
2Padi sawah86,0018,00154,80
3Padi sawah dan padi ladang---
Jumlah
4.801,0063,0021.372,30
4Jagung141,0038,00535,80
5Ubi kayu30,00150,00450,00
6Ubi jalar9,0090,0081,00
7Kacang tanah50,0014,0070,00
8Kacang kedelai25,0014,0035,00
9Kacang hijau5,0015,007,50
Jumlah260,00321,001.179,30
Sumber : Kec. Batang Toru Dalam Angka 2008Selain pertanian padi,
warga di dua kecamatan juga mengusahakan perkebunan rakyat dengan
tanaman kelapa sawit, kakao, karet dan kelapa. Tanaman perkebunan
dominan adalah karet dan kelapa sawit. Pada bidang pertanian padi,
berdasarkan data BPS 2009 Kecamatan Batang Toru memiliki luas panen
padi sawah 4,460.00 ha dengan produksi 25,645.00 dan padi ladang
luas panen 99.00 dan produksi 297.00. Maka rata-rata produksi padi
sawah 57.50 Kw/Ha sedangkan rata-rata padi ladang 30.00 Kw/Ha. Pada
Kecamatan Marancar luas panen padi sawah 1,648.00 ha dengan
produksi 9,393.00 dan padi ladang luas panen 118.00 dan produksi
377.60. Maka rata-rata produksi padi sawah 47.00 Kw/Ha sedangkan
rata-rata padi ladang 32.00 Kw/Ha.Beberapa jenis tanaman perkebunan
lain yang juga dikelola warga dalam jumlah relatif kecil meliputi:
nilam, tembakau, pala,lada, kapuk, teh, gambir, jahe, kapulaga,
jambu mete, jarak. Selain itu, di lokasi studi juga terdapat
beberapa jenis sayur dan buah-buahan sebagai hasil pertanian warga,
seperti: ketimun, terong, tomat, kangkung, bayam, cabe, petsai,
kubis, bawang merah, bawang putih, daun bawang, buncis, labu siam
dan lobak. Jenis buah meliputi; nangka, manggis, mangga, jeruk,
jambu air, durian, langsat, jambu biji, alpukat, belimbing,
rambutan, salak, sawo, sirsak, nenas, pisang, serta pepaya.
Peternakan
Ternak utama warga adalah sapi, kambing, domba dan ayam. Usaha
peternakan ini dikembangkan dengan memanfaatkan sumber daya alam
sekitar sebagai bahan makanan bagi ternak mereka dan dikelola
secara konvensional. Tujuan utama pemeliharaan ternak besar seperti
kambing, sapi, domba ataupun kerbau adalah untuk investasi keluarga
dan hanya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan dana hajatan dan
pendidikan anak. Jumlah ternak besar dominan adalah sapi potong
mencapai 682 ekor. Sedang untuk jenis unggas didominasi jenis ayam
kampung 2539 ekor (BPS Kecamatan 2008).
Perdagangan/Wiraswasta
Aktivitas perdagangan/wiraswasta warga di lokasi studi cenderung
merupakan usaha perdagangan warung kelontong, grosir penjual bahan
sandang, warung kopi, salon, perbengkelan sepeda motor. Selain itu,
beberapa warga juga menjadi penjual eceran barang-barang keperluan
rumah tangga dengan sistem bayaran mencicil. Beberapa warga juga
menjadi agen pengumpul getah karet atau agen pengumpul sawit. Sawit
dan karet dari warga desa lain dijual kepada agen pengumpul di
desa-desa mereka dan kemudian para agen tersebut menjualnya pada
agen pengumpul besar yang datang ke desa mereka. Sementara itu,
kegiatan pasar kecil juga terdapat di Desa Batu Godang. Pasar ini
merupakan pasar kecil yang digelar di sepanjang jalan desa dengan
bangunan papan berbentuk kios-kios tanpa atap. Hanya merupakan
papan sebagai alas kios dan empat tiang penyangga sebagai tempat
dimana para penjual akan memasang tenda atau penutup untuk
melindungi dagangannya dari panas atau hujan pada saat pekan di
desa ini. Selain itu, aktivitas pedagangan warga terutama terpusat
di Pekan Batang Toru yang berlangsung 2 (dua) kali dalam satu
minggu yaitu pada hari Selasa dan Jumat.
c) Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja
Angkatan kerja yang dimaksud adalah penduduk usia produktif.
Dalam konsep ini tidak termasuk kategori seperti: ibu rumah tangga
yang tidak bekerja, penduduk usia produktif yang masih sekolah,
orang yang belum berusia 65 tahun tetapi sudah pensiun dini dan
tidak mau bekerja lagi serta pengangguran sukarela yaitu golongan
penduduk dalam usia produktif tetapi tidak secara aktif mencari
pekerjaan. Mengacu pada data Kabupaten Tapanuli Selatan Dalam Angka
Tahun 2008, maka terdapat jumlah usia produktif 54,60 %.
Berdasarkan sumber dari Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tapanuli
Selatan tahun 2007 (BPS 2008) menunjukkan bahwa jumlah pencari
kerja yang terdafatar seluruhnya adalah 2.219 orang. Lima kategori
pendidikan terbesar pencari kerja adalah; dominasi utama ada pada
tingkat pendidikan Sarjana Muda (D3) sebesar 36,28% (805 jiwa),
disusul tingkat SLTA Umum sebanyak 32,67% (725 jiwa). Posisi ketiga
adalah tingkat Sarjana (S1) sebesar 11,71% (260 jiwa), SMEA 6,26%
(139 jiwa), SLTA lainnya 4,91% (109 jiwa). Data rinci tersaji dalam
Tabel 6.
Tabel 6:Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2007
NoTingkat Pendidikan Yang DitamatkanPencari Kerja Terdaftar
Pencari Kerja Yang Telah Ditempatkan
Laki2Peremp JumlahLaki2PeremJumlah
1SD Tidak Tamat------
2SD dan Setingkatnya3145-5
3SLTP Umum/Sederajad4628745-5
4SLTA Umum24448172578188
5SLTA Lainnya9514109212142
6STM67369-77
7SMEA12613139101828
8SPG257268
SPMA18826-22
9Sarjana Muda (D3)2705358051171.0981.215
10Sarjana S-11591012606811.2121.893
Jumlah1.0301.1892.2198482.4453.293
Sumber : Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial
Kab.Tapanuli Selatan/Tapanuli Selatan Dalam Angka Tahun 2008Tabel
di atas menunjukkan bahwa pencari kerja yang telah ditempatkan
sebesar 3.293 jiwa dan yang terdaftar saat ini mencapai 2.219 jiwa.
Posisi terbesar yang telah ditempatkan berada pada tingkat
pendidikan Sarjana (S-1) sebesar 57,48% dan Sarjana Muda (D3)
36,89% serta SLTA umum sebesar 2,67%. Data ini menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan kamum muda atau usia produktif pada kabupaten
ini relatif tinggi; data pencari kerja terdaftar menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan tersebut cenderng SLTA/sederajat hingga Sarjana
(S-1).d) Kesempatan Kerja dan Kesempatan Berusaha
Berdasarkan kondisi lingkungan alam di lokasi studi saat ini
dengan dominasi perkembangan ekonomi yang mengandalkan pertanian,
maka peluang kerja terbesar yang paling banyak menyerap tenaga
kerja adalah sektor pertanian. Dengan keberadaan Kebun Hapesong,
maka peluang kerja sebagai karyawan perkebunan juga berkembang
khususnya bagi warga yang bermukim di lokasi studi. Terkait dengan
rencana pembangunan PKS (Pabrik kelapa Sawit), maka peluang warga
desa sekitar untuk bekerja juga terbuka menjadi karyawan ataupun
buruh pada masa konstruksi.
Kesempatan kerja dapat diartikan sebagai peluang kerja, yaitu
bidang pekerjaan yang memungkinkan atau bidang pekerjaan yang
memberikan peluang kerja bagi warga masyarakat di wilayah studi.
Dengan melihat adanya beberapa perusahaan perkebunan di sekitar
lokasi studi, maka kesempatan kerja dan kesempatan berusaha terbuka
bagi beberapa warga yang memiliki keahlian tertentu, baik dalam
bidang perdagangan, transportasi ataupun bidang lain yang dapat
menunjang percepatan pembangunan desa dan juga sekaligus
meningkatkan pendapat warga. Peluang-peluang kegiatan ekonomi
menjadi sasaran utama kesempatan berusaha bagi warga. Aktivitas
perdagangan menjadi peluang utama selain harapan untuk bisa bekerja
di perusahaan perkebunan. Selain itu, bagi warga yang kurang
memiliki keahlian dapat menjadi BHL (Buruh Harian Lepas) untuk
aktivitas pemanenan hasil kebun, pembersihan gawangan tanaman,
pembersihan parit di kebun dan aktivitas lainnya yang membutuhkan
tenaga fisik.e) Pola Pemanfaatan Sumberdaya Alam
Pemanfaatan sumber daya alam terbesar guna penghidupan
masyarakat di lokasi studi adalah tanah darat yang dimanfaatkan
untuk tegal/kebun untuk aktivitas pertanian lahan kering dan posisi
kedua adalah lahan sawah. Data BPS tahunn 2008 menunjukkan untuk
area Kecamatan Batang Toru, luas lahan sawah sebesar 45,64 % (2.048
Ha), pekarangan dan bangunan 3,03% (136 Ha), tegal/kebun 37,04%
(1.662 Ha), ladang/huma 9,40% (422 Ha), penggembalaan 4,88% (219
Ha). Tegal/kebun digunakan warga untuk berkebun kelapa sawit,
kelapa, coklat (kakao) dan palawija. Tanaman coklat juga ditanam
pada halaman pekarangan di depan atau di samping rumah untuk
menambah fungsi ekonomis tanah. Sebahagian tanah kering lainnya
juga dimanfaatkan untuk tanaman jagung, ubi kayu dan jenis
palawaija lainnya.
3. Sosial Budaya
a) Organisasi Sosial di Kalangan MasyarakatOrganisasi sosial
lokal pada lokasi studi cenderung didasarkan padaa ikatan-ikatan
genealogis, geografis dan etnis. Kelompok etnis pada dua
desa/kelurahan di lokasi studi vervariasi. Kelompok etnis
Mandailing atau orang Tapanuli Selatan adalah etnis lokal, namun
bagi etnis jawa mereka juga adalah orang lokal karena telah lahir
dan berdomisili sejak beberapa generasi di daerah ini.
Selain kesatuan genealogis, ikatan sosial juga dibentuk melalui
kelompok STM (Serikat Tolong Menolong) diantara warga. STM ini
debentuk atas dasar wilayah pemukiman (dusun atau desa). Anggotanya
adakalana satu kelompok etnis yang sama atau gabungan kelompok
etnis dalam satu desa. Bagi etnis Jawa, kesatuan sosial dibentuk
atas dasar etnis dan juga geografis. Organisasi Pujakesuma dikenal
oleh kelompok etnis Jawa, namun tidak seluruh warga Jawa terlibat
aktif pada organisasi itu. Bentuk organisasi keagamaan juga
berkembang di lokasi studi, bagi pemeluk agama Islam berkembang
kelompok wirid yasin bagi kaum Ibu dan perwiridan bagi kaum bapak.
Bagi penganut agama Kristen, kelompok perkumpulan gereja mingguan
atau doa lingkungan yang berkembang dengan baik. Masing-masing
kelompok keagamaan ini mengarah pada revitalisasi religiusitas
masing-masing penganut agama. Revitalisasi ini juga dibarengi
dengan pemahaman akan keberagaman kebudayaan yang ada di antara
warga komuitas yang ada di wilayah studi. Kesadaran akan
keberagaman ini akam melahirkan suatu rasa kebersamaan yang dapat
mengelola perbedaan menjadi suatu unsur pemersatu.Di lokasi studi
juga terdapat beberapa organisasi kepartaian. Partai politik ini
terutama berkembang marak sejak Tahun 2008 terkait dengan iklim
politik yang meningkat menjelang pemilihan wakil rakyat yang akan
duduk di lembaga legislatif April 2009, baik itu DPRD
Kabupaten/Kota ataupun DPRD Provinsi dan DPR RI. Beberapa warga di
lokasi studi menjadi pengurus beberapa partai politk.
Organisasi-organisasi partai politik ini melakukan pengkaderan bagi
anggota-anggotanya. Dengan keberadaan beberapa organisasi ini,
proses difusi suatu informasi berjalan lebih terorganisir di antara
kalangan warga. Organisasi kapartaian ini juga membantu
pengembangan wawasan dan kesadaran berpolitik bagi warga dan juga
eduksi teknik diplomasi.
b) Perubahan Sosial dan Budaya
Dalam suatu proses perubahan, bagian yang menjadi sangat
sensitif adalah pada proses penerimaan unsur baru tersebut menjadi
bagian dari kebudayaan lokal. Kecermatan kajian dibutuhkan untuk
menganalisis bagaimana persesuaian dan penolakan terjadi selama
proses benturan kebudayaan, apakah yang terjadi asimilasi atau
akulturasi. Persesuaian dan penolakan ini dapat menimbulkan konflik
internal dan perhatian dapat pula diarahkan untuk mencermati
bagaimana warga suatu komunitas berperan dalam proses penyelesaian
konflik pada tingkat lokal.
Kondisi aktual saat ini di lokasi studi menunjukkan bahwa proses
akulturasi terjadi diantara warga yang tinggal di lokasi studi.
Etnis dominan di lokasi studi adalah etnis Mandailing,Tapsel dan
Jawa. Keberadaan beberapa kelompok etnik ini tidak menimbulkan
diskriminasi bagi kelompok etnik minoritas di lokasi studi. Hal ini
dijelaskan oleh beberapa warga yang berlainan etnik selama proses
studi lapangan berlangsung. Setiap kelompok etnik dan setiap
kelompok agama dapat menjalankan adat dan ritual keagamaan
masing-masing dengan baik. Hal ini terlihat dari hasil in depth
interview selama studi berlangsung dengan beberapa tokoh masyarakat
baik formal maupun tokoh informal. Masing-masing kelompok etnik
hidup berdampingan dengan tidak mendiskriminasi kelompok etnis
minoritas. Sikap saling menghormati dan kesadaran akan
multikulturalism memberi kekuatan pada solidaritas mereka.c)
Pemimpin Lokal dan Manajemen Konflik
Pemimpin lokal yang dimaksud adalah pemimpin formal lokal dan
non formal. Studi ini menunjukkan bahwa karakteristik pemimpin yang
dimaksud warga memiliki beberapa kriteria. Kebijaksanaan, adil,
beriman, memiliki wawasan luas, mampu berdiplomasi adalah beberapa
kriteria utama yang menjadi titik tolak seseorang dapat disebut
sebagai pemimpin atau tokoh. Studi ini menjaring beberapa nama
terkait dengan kriteria tersebut. Warga juga menjelaskan bahwa
nama-nama tersebut dapat saja berubah seiring dengan perubahan
waktu. Hal ini dapat terjadi karena manusia bersifat dinamis
demikian juga sifat dan perilakunya. Secara rinci beberapa nama
tersebut tersaji pada Tabel 7.
Tabel 7. Pemimpin Formal dan Pemimpin Non Formal di Lokasi Studi
dan Desa Sekitar
PosisiHapesong LamaPerkebunan Hapesong
Nama Kades
Nama SekdesNgatno
PryantoJul Fitri Siregar
-
KaurSukri, Mei, Patnokus.Agus Salim Siregar, Sukiman, Adzhar
Mahdi Nasution.
BPDWaginoZulham
LKMD/LPMDHamzah HasibuanMangarait Nasution
Jumlah Dusun 43
Kepala Dusun1: Niman
2: Subur
3: Muliadi
4: Tumin1. Erianto
2. Subandi
3. Hj. Solahudin
Nasution
Tokoh MasyarakatParjo, Gatot BatubaraHj. Solahudin Nasution, Hj.
Muhaidi, Maraden Hutahayan, Mangarait Nasution, Abdul Kasim.
Tokoh AgamaMisman, Ny. PoniranHj. Solahudin Nasution, Hj.
Muhaidi, Maraden Hutahayan, Mangarait Nasution, Abdul Kasim.
Tokoh Adat -Hj. Solahudin Nasution, Hj. Muhaidi, Maraden
Hutahayan, Mangarait Nasution, Abdul Kasim.
Tokoh Pemuda
Karang Taruna Irwanto, Adi Pratama, Iswanto, Ayu Rahayu.
Rimanto-
Pujakesuma Organisasi Marga --
Nama Kelompok Tani/ Nama Ketua Kelompok3/ Dasiman (Ketua
Gapoktan)-
Sumber: Wawawancara dengan aparat desa dan tokoh masyarakat
Warga di lokasi studi menjelaskan bahwa para pemimpin lokal ini
juga sangat berperan dalam penyelesaian konflik di tingkat lokal
baik yang bersifat perdata ataupun pidana ringan. Proses
penyelesaian konflik lokal dipilih mengutamakan jalur musyawarah
antara pihak-pihak terlibat dengan bantuan aparat desa serta tokoh
masyarakat lokal. Hal ini terlihat dari jawaban responden mengenai
pilihan bentuk penyelesaian konflik sebagaimana tertera pada Tabel
8:
Tabel 8. Betuk Pilihan Penyelesaian Konflik dari
RespondenNoBagaimana bentuk penyelesaian yang dipilih jika ada
konflik/masalah dengan pihak KebunPersentase (%)
ADiselesaikan secara musyawarah dengan melibatkan pengetua
masyarakat/agama/adat dan aparat desa baik pidana atau perdata.85
%
BDiselesaikan antar pihak terlibat saja tanpa melibatkan tokoh
masyarakat/adat dan aparat desa.-
CDiselesaikan di lembaga hukum berwenang tanpa melibatkan tokoh
masyarakat/adat/agama yang ada.-
DJika masalah perdata dengan tokoh masyarakat dan aparat desa,
tetapi jika pidana harus langsung melalui kepolisian/hukum.15 %
Jumlah100 %
Sumber: Data Lapangan, 2010
Terkait dengan perkiraan masalah konflik yang akan muncul di
kemudian hari, warga yang menjadi responden dalam studi ini
menjelaskan mereka memperkirakan sumber konflik yang paling mungkin
terjadi adalah masalah penggarapan lahan kebun oleh masyarakat
terutama pada daerah-daearah tidak produktif yang tidak ditanamai
pihak kebun dan masalah tenaga kerja. Tenaga kerja menjadi bahan
sumber konflik karena warga menilai bahwa pihak kebun tidak terbuka
dalam proses penerimaan tenaga kerja. Warga memperkirakan nuansa
kolusi mewarnai setiap kali penerimaan karyawan baru.
d) Program Bina Lingkungan atau Community Development (CD)
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) mengandung makna
bahwa suatu perusahaan mempunyai kewajiban terhadap masyarakat
selain mencari keuntungan. Kewajiban tersebut berupa suatu tanggung
jawab sosial. Tanggung jawab sosial adalah kewajiban perusahaan
untuk merumuskan kebijakan, mengambil keputusan dan melaksanakan
tindakan yang memberikan manfaat kepada masyarakat. Kesadaran bahwa
terdapat hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara
masyarakat dan komunitas yang berada dalam lingkungan sekitarnya
menjadi konsep utama dalam pelaksanaan community development (CD).
Beberapa hal yang telah dilakukan kebun bagi masyarakat sekitar
adalah:
Tabel 9. Kontribusi Perusahaan Melalui Program Bina Lingkungan
Kepada Masyarakat Periode Triwulan I Tahun 2008
NoObjek Bina LingkunganBentuk BantuanNama BahanJumlah (Rp)
1SD Negeri No.101020 Siborong-borong Desa Siolip Kec.Barumun
TapselPagar SekolahBatu bata, semen, batu kosong, pasir halus,
pasir sam-sam, kawat duri, besi siku, cat tembok,kawat duri, besi
10 mm.24.637.500,-
Upah Tukang-7.390.000,-
2Pondok Pesantren Darul Istiqomah Hutapadang-Pijerkoling Kec.
Padang Sidempuan TenggaraRenovasi SekolahJendela naco besar,
jendela sisir, cat tembok, jendela kecil, cat minyak, jendela naco
kecil, semen, batu kali, pasir sam-sam, besi beton 10 mm, besi
beton 9 mm, papan, engsel pintu, seng 7 kaki, pintu
panel.51.429.025,-
Upah Tukang-15.430.000,-
3SMP Negeri 1 Batangtoru Kab.Tapanuli SelatanPagar SekolahSemen,
batu bata, pasir, papan, koral, besi 10 mm, cat tembok, papan, batu
kali, paku54.075.000,-
Upah Tukang-16.230.000,-
4Pondok Pesantren Al-Bahriyah Purba Tua Desa Guma Rupu Baru
Kec.Portibi Kab.Tapanuli SelatanRenovasi/PembangunanSemen, pasir,
batu bata, asbes, plat asbes, cat minyak, kayu lat uk.1x2, paku
biasa.21.325.000,-
Upah Tukang6.400.000,-
5Mesjid Babul Ihsan Desa Panobasan Lombang Kec.Padang Sidempuan
Barat PembangunanSemen, pasir, batu bata, asbes, plat
asbes.17.987.500,-
Upah Tukang-3.600.000,-
6Mesjid Al-Ikhlas Desa Telo Kec.Batangtoru Kab. Tapanuli
SelatanPembangunanKawat bronjong, batu kali19.475.000,-
Upah Tukang-3.895.000,-
7Gereja HKBP Resort Batang ToruRenovasiPodium dan
Altar Gereja40.570.000,-
8Pesantren Modern Unggulan Terpadu"Darul Mursyid"Simanosor Julu
Tapsel Kec.Saipar DolokPembangunanAsbes, Plat Asbes, keramik,
semen, batu bata, pasir, cat minyak31.140.000,-
Upah Tukang-9.350.000,-
9Pesantren Al-Mandily Ds.Kpg.Padang Penyabungan -
MadinaMeubelComputer dan printer24.000.000,-
10Pondok Pesantren Mustafawiyah Purbabaru Kec.Lembah Sorik
Merapi Kab.MadinaPenambahan kamar asrama/ lokal belajarBatu kali,
pasir, koral, batu bata, semen, besi 12 mm, besi 10 mm, kawat
beton, kayu49.936.800,-
Jumlah396.870.825,-
Sumber : Kebun Hapesong
e) Sikap dan Persepsi Masyarakat Terhadap Kegiatan PKS
HapesongHubungan baik antara masyarakat sekitar dengan Kebun
Hapesong sangat dibutuhkan bagi keberlanjutan kegiatan kebun.
Terkait dengan hal itu sikap dan persepsi positif dari warga di
sekitar lokasi menjadi hal utama yang harus tetap dibina. Terkait
dengan rencana usaha/dan atau kegiatran pembangunan Pabrik kelapa
sawit (PKS) di Kebun Hapesong, dari hasil pendistribusian
kuesioner, terlihat bahwa 100 % responden menginginkan pembangunan
PKS tersebut segera dilaksanakan. Jumlah tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi 80% responden menjawab sangat menginginkan
dan 20% responden menjawab menginginkan. Sikap mendukung ini
terlihat juga dari jawaban responden yang mengetahui manfaat
positif rencana pembangunan PKS ini. Uraian jawaban tersebut
tertera pada tebel 11 berikut.
a) Identifikasi Persepsi Positif Warga di Lokasi Studi
Tabel 11 :Tanggapan Manfaat Positif Rencana Pembangunan PKS di
Kebun Hapesong
NoTanggapan RespondenJumlah /%
1Peningkatan ekonomi masyarakat
Meningkatkan pendapatan warga dengan bekerja sebagai karyawan
tetap di PKS ataupun BHL untuk aktivitas tertentu di PKS.
Warga dapat memebntuk SPSI dan membuka peluang keja baru untuk
kalangan muda dalam hal angkut muat TBS ke pabrik.
Warga dapat buka usaha warung selama proses konstruksi PKS.
85
2Bantuan sosial perusahaan
jika ada PKS nantinya, bantuan kebun kepada pihak desa akan
bertambah karena keuntungankebunakan semakin banyak.
.Bantuan kepaa anak yatim juga akan bertambah selain untuk
sarana pendidikan.
Bantuan modal usaha dari KBL juga akan semakin banyak karena
perusahaan akan semakin banyak keuntungannya, masyarakat akan
merasakan juga.
3Jalan kebun untuk akses ke desa
- Jalan utama menuju kampung Hapesong Lama adalah jalan milik
kebun yang dapat digunakan warga desa, bahkan sampai ke desa paling
ujung yaitu Batu Godang. Kebun pasti akan lebihmerawat jalanjika
ada PKS.15
Jumlah 100
Sumber: Tabulasi Kuesioner, 2010
Hasil studi menunjukkan bahwa manfaat positif yang dirasakan
warga dapat diklasifikasi dalam 3 (tiga) karakteristik utama yaitu
peningkatan ekonomi, bantuan sosial perusahaan dan jalan kebun
untuk akses ke desa.
b) Saran dan Harapan Warga di Lokasi Studi
Selain mengemukakan beberapa manfaat positif dan mendukung
rencana pembangunan PKS di Kebun Hapesong, warga juga mempunyai
beberapa harapan dan saran kepada pihak Kebun Hapesong agar dalam
proses selanjutnya memperhatikan beberapa aspek. Identifikasi saran
dan harapan tersebut terangkum dalam Tabel 11.
Tabel 11 : Saran dan Harapan Warga di Lokasi Studi Terhadap
Rencana Pembangunan PKS Kebun HapesongNo.Saran dan Harapan
Warga
1Utamakan tenaga kerja lokal Beri pengutamaan warga lokal untuk
jadi pekerja di PKS demi meningkatkan penghasilan warga, baik di
waktu konstruksi ataupun operasional.
Kalau kami mampu jangan ambil pekerja dari luar desa sekitar,
karena dampaknya juga kami lebih dulu yang akan rasakan.
Kalau dikontrakkan beberapa bagian pekerjaan untuk PKS,
sebaiknya utamakan kontraktor lokal di Kecamatan Batang Toru.
Kalu ada mobilisasi pekerja, kiranya mengutamakan warga sekitar,
dan ini ditegaskan pada kontraktor pemenang tender. Untukk SPSI
bongkar muat TBS ke PKS, kiranya mengutamakan SPSI yang dibentuk
Desa Hapesong lama dengan Perkebunan Hapesong sebagai pmukiman
terdekat ke PKS.
2Bina interaksi sosial warga Tingkatkan hubungan pihak kebun dan
warga yang sudah baik selama ini.
Agar pihak kebun membantu pembangunan di desa, perhatikanlah
proposal dari desa untuk program Bina Lingkungan.
3Pencemaran Lingkungan Jika nanti PKS sudah beroperasi, jangan
pernah membuang sampajke Sungai Malombu, karena akan berbahaya bagi
warga yang menggunakan air sungai di hilir.
Sosialisasikan kepada warga mengenaii penanganan limbah agar
warga tidak was-was akan bahaya pencemaran limbah.
Jangan ada bau dari PKs dan asapnya jangan berbahaya Suara mesin
PKS jangan menganggu kenyamanan warga desa sekitar, karena tidak
terlalu jauh dengan pemukiman. Gunakan teknologi canggih untuk
isntalasi air limbah agar tidak berbahaya bagi warga.
Patuhi semua peraturan lingkungan hidup, agar semua pihak merasa
aman.
4Bantuan Kelola Lingkungan Sosial dan Alam Buat pelatihan
keterampilan perbengkelan atau jahit menjahit untuk modal keahlian
buka usaha sendiri bagi warga yang putus sekolah.
Bantuan untuk desa sebaiknya dirembukkan dahulu dengan warga
melalui aparat desa dan tokoh masyarakat agar bantuan itu tepat
sasaran dan berguna bagi bagi masyarakat.
Dusun 3 Hapesong Lama di daerah itu pemukian agak dekat ke bibir
sungai, sekitar 10 m. Kiranya poihak kebun membantu membuat dan
menjaga bronjong untuk menghindari erosi.
Sumber: Tabulasi Kuesioner, 2010
Hasil studi menunjukkan bahwa aspek yang perlu dicermati
tersebut meliputi aspek kesempatan kerja bagi warga
lokal/peningkatan ekonomi, interaksi sosial dan kerjasama,
pencemaran lingkungan dan bantuan sosial perusahaan. Beberapa hal
lain yang juga perlu diperhatikan oleh pihak Kebun Hapesong adalah
kekhawatiran-kekhawatiran warga sehubungan dengan aktivitas kebun
selama ini. Identifikasi bentuk-bentuk kekhawatiran mereka tersaji
berikut ini.Tabel 12: Kekhawatiran Warga Terhadap Rencana
Pembangunan PKS di Kebun Hapesong
No.Kekhawatiran Warga
1Tenaga keja lokal tidak diterima Tenaga kerja dari desa tidak
digunakan karena kalah bersaiong dengan tenaga kerja dari luar
desa. Tenaga kerja dari desa sekitar tidak diterima karena
sepenuhnya pengerjaan akan diserahkan pada kontraktor.
2Pencemaran Lingkungan (Air Sungai) Khawatir jika air Sungai
Malombu tercemar oleh limbah PKS, karena beberapa warga desa
memanfaatkan air sungai untuk MCK. Khawatir akan bahaya penyakit
kulit dan diare jika ada pemcemaran air akibat kegiatan PKS
Sumber: Wawancara, 2010Kekhawatiran warga secara umum
diklasifikasikan ke dalam dua hal utama, yaitu: tidak diterimanya
tenaga kerja lokal dengan berbagai alasan dan pencemaran air Sungai
Malombu. Kekhawatiran ini terutama mengemuka dari warga di Hapesong
lama karena lokasi desa ini termasuk bagian hilir Sungai jika
bagian hulunya dihitung adalah Desa Simatohir (lokasi desa ini di
atas PKS). Sedangkan pemukiman Perkebunan Hapesong berada di tengah
antara rencana lokasi pembangunan PKS dan Desa Hapesong Lama,
selain itu warga Perkebunan Hapesong juga mendapat suplai air
bersih dari pihak kebun.Karakteristik Responden
Pemilihan responden dalam studi ini dikhususkan pada kelompok
pemukiman atau dusun yang berada tepat berdampingan dengan lokasi
rencana PKS Kebun Hapesong. Dalam studi ini, jumlah responden
diambil 57 responden. Lokasi studi Desa Hapesong Lama dan
Perkebunan Hapesong. Kelengkapan data dipadukan dengan data
wawancara mendalam (in depth interview) pada beberapa aparat desa
dan tokoh masyarakat setempat sebagai cross check data kuesioner.
Sebahagian responden dalam penelitian ini adalah mereka yang telah
lahir dan besar di desa tersebut. Beberapa responden adalah mereka
yang menikah dengan pasangan yang juga lahir dari desa tersebut dan
telah bermukim lebih dari 10 (sepuluh) tahun di lokasi studi.
Dominan responden bermukim di lokasi studi lebih dari 30 tahun.
Responden cenderung lahir dan besar di lokasi studi. Warga yang
bermukim di Desa Perkebunan Hapeong cenderung adalah karyawan
perkebunan dan waega di Hapesong lama adalah penduduk non
karyawan.
Terlihat dari jawaban responden atas pertanyaan kuesioner : Apa
manfaat positif dari rencana pembangunan PKS di Kebun Hapesong,
sebutkan dampak positif tersebut ?
PAGE Lampiran Sosekbud PKS Hapesong-6