i ABSTRAK Amin Dimyati Komunikasi Instruksional dalam Kegiatan Muhadhoroh di Pondok Pesantren Raudhatut Tullab Kemiri Tangerang Banten Pondok pesantren Raudhatut Tullab terletak di Kecamatan Kemiri Kabupaten Tanggerang Provinsi Banten. Banyak sekali program yang ditawarkan di pondok pesantren ini, secara umum program pembelajarannya terbagi dua yaitu program kurikuler dan ekstrakurikuler, dalam ekstrakurikuler ini salah satu programnya adalah kegiatan muhadhoroh. Kegiatan muhadhoroh adalah sebuah kegiatan latihan berpidato yang wajib dilakukan oleh para santri pondok pesantren Raudhatut Tullab. Kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan kader mubaligh-mubalighah yang handal yang dapat mensyi’arkan ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat secara luas. Dengan demikian terlihatlah betapa pentingnya kegiatan muhadhoroh di pondok pesantren ini. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, penulis ingin meneliti kegiatan tersebut yang tujuannya untuk mengetahui seperti apakah komunikasi instruksional yang diterapkan dalam kegiatan muhadhoroh di pondok pesantren Raudhatut Tullab Kemiri Tangerang Banten?. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualaitatif dan dalam memperoleh data-datanya, penulis menggunakan metode populasi dan sampel. Yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah, apa saja aktivitas komunikasi instruksional dalam kegiatan muhadhoroh di pondok pesantren Raudhatut Tullab?, dan bagaimana proses komunikasi instruksional dalam kegiatan muhadhoroh di pondok pesantren Raudhatut Tullab?.Dengan identifikasinya yaitu materi apa yang dipakai oleh pesantren tersebut dalam proses kegiatan muhadhoroh?, tujuan dibentuknya muhadhoroh, metode dan media apa yang dipakai dalam kegiatan muhadhoroh dan proses belajar mengajar?, apakah ada alokasi waktu yang dipakai, dan siapa saja nara sumber yang mengajar dalam kegiatan muhadhoroh di pondok pesantren Raudhatut Tullab?.
60
Embed
Komunikasi Instruksional dalam Kegiatan Muhadhoroh di ... · PDF fileSemoga Allah SWT membalas semua kebaikannya dan menghapus segala dosa-dosanya, ... International Dictionary Of
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
ABSTRAK
Amin Dimyati
Komunikasi Instruksional dalam Kegiatan Muhadhoroh di Pondok
Pondok pesantren Raudhatut Tullab terletak di Kecamatan Kemiri Kabupaten Tanggerang Provinsi Banten. Banyak sekali program yang ditawarkan
di pondok pesantren ini, secara umum program pembelajarannya terbagi dua yaitu program kurikuler dan ekstrakurikuler, dalam ekstrakurikuler ini salah satu
programnya adalah kegiatan muhadhoroh.
Kegiatan muhadhoroh adalah sebuah kegiatan latihan berpidato yang
wajib dilakukan oleh para santri pondok pesantren Raudhatut Tullab. Kegiatan ini
bertujuan untuk menciptakan kader mubaligh-mubalighah yang handal yang dapat
mensyi’arkan ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat secara luas. Dengan
demikian terlihatlah betapa pentingnya kegiatan muhadhoroh di pondok pesantren
ini.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, penulis ingin meneliti kegiatan
tersebut yang tujuannya untuk mengetahui seperti apakah komunikasi
instruksional yang diterapkan dalam kegiatan muhadhoroh di pondok pesantren
Raudhatut Tullab Kemiri Tangerang Banten?. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan metode penelitian deskriptif kualaitatif dan dalam memperoleh
data-datanya, penulis menggunakan metode populasi dan sampel. Yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah, apa saja aktivitas
komunikasi instruksional dalam kegiatan muhadhoroh di pondok pesantren Raudhatut Tullab?, dan bagaimana proses komunikasi instruksional dalam
kegiatan muhadhoroh di pondok pesantren Raudhatut Tullab?.Dengan identifikasinya yaitu materi apa yang dipakai oleh pesantren tersebut dalam proses
kegiatan muhadhoroh?, tujuan dibentuknya muhadhoroh, metode dan media apa yang dipakai dalam kegiatan muhadhoroh dan proses belajar mengajar?, apakah
ada alokasi waktu yang dipakai, dan siapa saja nara sumber yang mengajar dalam
kegiatan muhadhoroh di pondok pesantren Raudhatut Tullab?.
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas limpahan
rahmat, nikmat, karunia dan hidayah yang telah diberikan-Nya kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Solawat dan salamnya semoga
tetap tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan
kita semua, kepada keluarganya, para sahabatnya dan kita semua sebagai
umatnya.
Salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dalam mencapai gelar sarjana
strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah penulisan skripsi.
Tentunya dalam proses penulisan ini penulis mendapat banyak hambatan,
tantangan, godaan serta yang lainnya. Namun berkat hidayah dan pertolongan
Allah SWT, ketulusan hati serta keikhlasan niat serta motivasi, dan do’a dari
berbagai pihak, akhirnya segala hambatan itu dapat penulis atasi dengan baik,
sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
Selama masa penulisan skripsi ini, tentunya penulis banyak sekali
mendapatkan bimbingan, bantuan, dukungan serta motivasi dari berbagai pihak,
maka tentunya dalam kata pengantar ini penulis ingin sekali mengucapakan rasa
hormat dan terima kasih yang setinggi-setingginya kepada;
1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Bapak Dr. H. Arief Subhan,
MA, serta para pembantu Dekan.
2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.Ag selaku ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
iii
3. Ibu Umi Musyarofah, M.Ag selaku Sekretaris Jurusan juga sebagai dosen
pembimbing saya. Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
segala perhatiannya, waktu, serta kesabaran yang ibu berikan untuk saya
selama ibu membimbing saya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini
4. Kepada ayahanda H. Amiruddin dan ibunda tercinta Hj. Hamdah yang
telah membiayai saya dari awal masuk kuliah hingga saat ini, serta kasih
sayang, pengorbanan, motivasi, dan do’a yang tulus yang diberikan kepada
penulis, sehingga mampu melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan
tinggi. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikannya dan menghapus
segala dosa-dosanya, dan atas jasamu yang tiada tara tak akan pernah saya
lupakan sampai akhir hayatku. Ayahanda dan ibunda tercinta do’akan saya
semoga ilmu yang saya dapatkan, walaupun hanya satu kalimat semoga
bermanfaat khususnya bagi saya sendiri dan umumnya bagi masyarakat
secara luas.
5. Terima kasih yang setingi-tinginya juga saya ucapkan untuk kedua mertua
saya, ayahanda H. Subkhi dan ibunda Hj. Mulyati atas segala
pengorbanannya dan dorongannya, semoga Allah SWT membalas segala
kebaikan keduanya.
6. Kepada istriku tercinta Siti Nisrohah yang telah merelakan waktunya
bersamaku diambil untuk penulisan skripsi ini, dan atas segala
pengorbanannya, motivasinya, do’anya dan kasih sayangnya saya ucapkan
terima kasih, kepada anakku tercinta Anisah Firda Dimyati, ayah mohon
iv
maaf karena selama penulisan skripsi ini ayah banyak meniggalkan kamu,
namun insya Allah semua ini dilakukan untuk tujuan yang mulia.
7. Kepada keluarga besar penulis, yang sangat penulis sayangi dan cintai,
kang Napi, teh Manah, dan adik-adiku Hilmi, Khodijah, Bali, yang selalu
mendo’akan saya, terima kasih atas segala motivasinya, do’anya yang
telah diberikan kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
8. Kepada pihak Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas segala
pelayanan dan penyediaan buku-buku referensi, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
9. Kepada pimpinan pondok pesantren Raudhatut Tullab. Bapak KH.
Amiruddin yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan riset dan wawancara, serta atas segala pelayanannya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik, semoga
beliau selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin ya robbal alamin.
10. Kepada Fahmi terima kasih atas segala bantuannya yang telah menemani
saya dalam penulisan skripsi dari awal hingga akhir, jasamu akan selalu
saya kenang semoga kebaikanmu mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Juga kepada teman-temanku seperjuangan Sidik, Hamdan, dan semua
teman-teman KPI B angkatan 2002 saya ucapkan terima kasih.
v
Terselesaikannya penulisan skripsi ini tentunya berkat dukungan semua pihak
yang telah membantu, oleh sebab itu penulis ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu.
Penulis tentunya menyadari dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak
kekurangan, namun penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat
bermanfaat. Pada akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis memohon semoga
amal baik semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan
skripsi ini mendapat pahala dan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin ya
robbal alamin.
Jakarta, Juli 2009
Amin Dimyati
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ............. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... ............. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................. ............. 1
B. Batasan dan Perumusan Masalah ................................... ............. 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................... ............. 6
D. Metodologi Penelitian .................................................... ............. 7
E. Sistematika Penulisan .................................................... ............. 11
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Komunikasi ................................................... ............. 13
B. Pengertian Komunikasi Instruksional ............................. ............. 21
C. Pengertian Muhadhoroh ................................................. ............. 27
D. Pengertian Pondok Pesantren ......................................... ............. 27
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN RAUDHATUT
TULLAB KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN
TANGERANG PROVINSI BANTEN
A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren .............................. ............. 32
B. Visi, Misi dan Tujuannya ............................................... ............. 33
C. Sarana dan Prasarana ...................................................... ............. 34
D. Struktur Organisasi ........................................................ ............. 36
vii
E. Program Pendidikan Pesantren Raudhatut Tullab ............ ............. 38
BAB IV ANALISA DATA
A. Komunikasi Intruksional dalam Kegiatan Muhadhoroh .. ............. 42
B. Proses Penerapan Komunikasi Intruksional dalam Kegiatan
Artinya : “(Tuhan) yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan Al-Quran. Dia
menciptakan manusia,mengajarnya pandai berbicara”. ( Q.S 55.
Ar-Rahman:1-4)
Dalam kehidupan sehari-hari, disadari maupun tidak bahwa komunikasi
adalah bagian dari kehidupan manusia. Manusia sejak lahir sudah dapat
ix
berkomunikasi dengan lingkungannya. Gerak tangis pertama pada saat dilahirkan
adalah suatu tanda bahwa manusia sudah dapat berkomunikasi.1
Terbiasa komunikasi sebenarnya bukan berarti telah memahami
komunikasi. Memahami komunikasi manusia berarti memahami apa yang akan
terjadi selama komunikasi itu berlangsung, mengapa itu dapat terjadi, akibat apa
yang akan terjadi, dan akhirnya apa yang dapat kita lakukan untuk dapat
mempengaruhi dan memaksimumkan keberhasilan dari kejadian tersebut.
Dimanapun kita berada dan apapun pekerjaannya, kita selalu
membutuhkan komunikasi dengan orang lain. Jadi bukan hanya politisi, dosen,
pengacara, pendakwah yang harus terampil dalam berkomunikasi, namun hampir
semua jabatan. Banyak orang yang tidak berhasil karena mereka tidak terampil
dalam berkomunikasi. Didalam kehidupan sehari-hari pun banyak kegagalan
dalam suatu pekerjaan ataupun karier yang disebabkan tidak efesiennya
berkomunikasi.
Harus kita sadari bahwa peran komunikasi sangatlah penting dalam
kehidupan bersosial, khususnya pada bidang pendidikan. Seorang guru harus
dibekali dengan ilmu komunikasi supaya apa yang hendak disampaikan dapat
menjadi efektif dan seorang muridpun dapat memahami pelajaran dengan mudah.
Kita sepakati bersama bahwa fungsi komunikasi adalah menyampaikan
informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi. Dalam komunikasi istilah
pendidikan serta pengajaran terdiri dari dua komponen yang sangat penting yang
terlibat yakni antara pengajar sebagai komunikator dan murid sebagai komunikan.
1 Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat,(Jakarta: Sinar Grafika
Offset,1993),Cet. Ke-3,h.1
x
Komunikasi dalam pendidikan dikenal sebagai komunikasi instruksional
(instruction comunication) salah satu asfek komunikasi untuk dapat meningkatkan
kualitas dalam berpikir para pelajar (komunikan) dalam situasi instruksional yang
terkondisi. Misalnya seorang guru disamping dapat mengajar, juga harus memiliki
suatu metode dalam menyampaikan pesannya kepada seorang murid.
Komunikasi instruksional lebih mengarah kepada pendidikan serta
pengajaran, bagaimana seorang pengajar (guru) memiliki jiwa kerja sama dengan
muridnya sehingga pesan atau instruksi yang disampaikannya dapat diterima
dengan baik oleh komunikan. Fungsi selain pendidik seorang gurupun sangat
diharapkan untuk dapat membimbing2, membimbing dalam arti mengikutsertakan
guru dalam aktivitas murid.
Instruksional pada bidang serta konteks pembahasan. Webster’s Third New
International Dictionary Of The English Language mencantumkan kata
instruksional (dari kata Instruct) dengan arti “memberi pengetahuan atau
informasi khusus dengan maksud melatih dari berbagai bidang, memberikan
keahlian ataupun pengetahuan dalam bidang seni atau spesialisasi tertentu” atau
dapat berarti pula “mendidik dalam subyek atau bidang pengetahuan tertentu”
disini juga dicantumkan makna lain yang berkaitan dengan komando atau
perintah.3
Komunikasi instruksional dapat terjadi dimana saja misalnya, di sekolah,
universitas, bahkan di pondok pesantren. pondok pesantren adalah lembaga
pendidikan Islam tradisional, tempatnya untuk mempelajari, mendalami,
2 Sutaryo, Sosiologi Komunikasi,(Yogyakarta: PT.Arti Bumi Intaran,2005),Cet.ke-1.h.26
3 Pawit M yusuf, Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional, (Jakarta Pers,
2002), Cet. Ke 1.,h.6
xi
menghayati, serta mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang menekankan akan
pentingnya moral keagamaan.4 Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan
agama yang mana di dalamnya terdapat suatu struktur organisasi yang fungsinya
menjalankan segala aktifitas keagamaan.
Di dalam pondok pesantren terdapat santri yang sedang mempelajari ilmu
agama. Aktifitas santri dilakukan setiap hari sejak pagi hingga malam hari dan
telah disediakan segala kebutuhan santri baik itu sandang, pangan, dan juga papan
tanpa harus pulang kerumahnya masing-masing. Santri selalu ditekankan supaya
dapat mendalami ilmu agama Islam agar dapat mendakwahkan ajaran-ajaran
agama Islam, baik untuk dirinya sendiri atau kepada seluruh umat Islam secara
umum.
Demikian pula pondok pesantren Raudhatut Tullab, yang mana
mewajibkan para santrinya untuk dapat mengikuti segala bidang pendidikan serta
pengajaran baik itu kegiatan kurikuler ataupun ekstarakurikuler. Para santri juga
diharuskan agar dapat berdakwah dengan metode yang baik, baik untuk dirinya
sendiri ataupun untuk umat Islam secara umum, untuk mencapai tujuan itu
pondok pesantren Raudhatut Tullab menerapakan pelatihan muhadhoroh.
Kegiatan muhadharah di pondok pesantren Raudhatut Tullab adalah termasuk
kedalam kegiatan ekstrakurikuler.
Sedangkan kegiatan kurikuler formalnya mencakup aktifitas yang ada di
sekolah, dan untuk kurikuler pesantrennya kuhusus pada bidang pengkajian kitab-
kitab klasik/kuning seperti Fiqih, Nahwu Sorof, Tafsir, Aqidah/Tauhid, Balaghoh
4 Mastuhu, “Prinsip Pendidikan Pesantren”, (Jakarta: Inis, 1994), h.55
xii
dan lain-lain. Adapun kegiatan ekstrakulikuler meliputi muhadharah, muhadatsah,
pembacaan Barzanzi, dan membaca al-Quran.
Muhadhoroh adalah metode dalam berdakwah, guna melatih mental para
santri dalam berdakwah, sehingga para santri tidak merasa canggung apabila
santri tersebut akan berdakwah keapada khalayak ramai (masyarakat). Santri
diwajibkan untuk selalu mengikuti muhadhoroh dengan bimbingan para guru
(Ustadz).
Para santri yang ditunjuk sebagi penceramah harus dapat mempersiapkan
dirinya dengan matang, karena ceramah yang akan disampaikannya itu tanpa
mengunakan teks dan juga santri terserbut harus dapat menghapal dan apa yang
disampaikan juga dapat dipahami oleh para mad’u.
Pada dasarnya muhadharah adalah merupakan langkah awal sebagai salah
satu upaya dalam menyiapkan kader da’i membentuk santri dari yang belum
berani berpidato/ceramah, kurang mampu menjadi bisa atau bahkan menjadi lebih
baik dalam menyampaikan isi ceramahnya kepada para mad’u.
Yang menjadi titik permasalahan bagi penulis adalah bagaimana proses
penerapan komunikasi instruksional dalam kegiatan muhadhoroh dapat
diterapkan? Bagaimana tingkat efektifitas penerapan komunikasi instruksional
dalam kegiatan muhadhoroh? Oleh karena itu, hemat penulis perlu melakukan
suatu pengkajian dan penelitian mengenai komunikasi insruksional dalam
kegiatan muhadhoroh dan sampai dimana penerapan komunikasi instruksional itu
dapat berjalan dengan efektif tanpa adanya unsur keterpaksaan dalam komunikasi
terhadap pihak yang terkait.
xiii
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengadakan suatu penelitian dan sekaligus dijadikan bahan skripsi yang berjudul:
“Komunikasi Instruksional dalam Kegiatan Muhadharah di Pondok
Pesantren Raudhatut Tullab Kemiri Tangerang Provinsi Banten”.
B. Batasan dan Perumusan Masalah
Pada latar belakang masalah diatas, pada das arnya telah tergambar bahwa
dalam skripsi ini akan melakukan penelitian serta membahas sekitar komunikasi
instruksional dalam pengajaran muhadhoroh di pondok pesantren Raudhatut
Tullab Kemiri Tangerang Provinsi.Banten. Dengan demikian penelitian ini akan
difokuskan pada komunikasi instruksional dalam pengajaran muhadhoroh
di pondok pesantren Raudhatut Tullab Kemiri Tanggerang Provinsi.Banten.
Sesuai dengan pembatasan masalah di atas peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa aktivitas komunikasi instruksional dalam kegiatan muhadharah di
pondok pesantren Raudhatut Tullab Kemiri Tangerang Provinsi.Banten?
2. Bagaimana proses komunikasi instruksional dalam kegiatan muhadharah di
pondok pesantren Raudhatut Tullab Kemiri Tangerang Provinsi Banten?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan peneliti dalam melakukan penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui gambaran tentang aktivitas komunikasi instruksional
yang dipakai dalam kegiatan muhadharah di pondok pesantren Raudhatut
Tullab Kemiri Tangerang.Provinsi Banten
xiv
2. Terciptanya suatu sistem serta metode yang efektif dalam menerapkan
komunikasi insturuksional terhadap santri dalam berceramah.
Sedangkan kegunaan dari penelitian ini yaitu :
1. Dapat memberikan masukan-masukan terhadap pengembangan penelitian
serupa pada masa yang akan datang.
2. Dapat dijadikan sebagai tolak ukur, penambah wawasan dan memberi
motivasi terhadap pihak pondok pesantren lainnya terkhususnya yang
didalamnya terdapat program pembinaan kader mubaligh terutama di
pondok pesantren Raudhatut Tulllab Kemiri Tangerang. Provinsi Banten
D. Metodologi Penelitian
1. Metode
Dalam menentukan metode penelitian ini, peneliti menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan sesuatu yang dilakukan
penulis dengan fenomena yang ada, sedangkan perolehan data peneliti
mengunakan metode populasi dan sampel.
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam penilitian ini, yang
menjadi populasi adalah para santri kelas tiga Tsanawiyah dan kelas dua Aliyah
pondok pesantren Raudhatut Tullab Kemiri Tangerang Provinsi Banten yang
berjumlah 101 santri. Yang terdiri dari :
No Kelas L P Jumlah
1 I Tsanawiyah 10 5 15
2 II Tsanawiyah 12 6 18
3 III Tsanawiyah 11 7 18
4 I Aliyah 12 6 18
5 II Aliyah 9 7 16
6 III Aliyah 8 8 16
Jumlah 62 39 101
xv
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti. Adapun yang akan
dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 orang santri laki-laki pondok
pesantren Raudhatut Tullab. Adapun pengambilan dalam sampel ini, penulis akan
menggunakan teknik random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak.
2. Sumber Data
Yaitu data yang akan diperoleh. Untuk memerlukan data yang akan
diperoleh dalam penelitian ini sesuai dengan populasi yang ada di atas, maka yang
akan menjadi sumber datanya adalah:
a. Santri kelas satu Tsanawiyah sampai kelas tiga Tsanawiyah, dan kelas satu
Aliyah sampai kelas dua Aliyah di pondok pesantren Raudhatut Tullab.
b. Pengurus bagian muhadharah yaitu Hilmi Rahmatullah
c. Ustadz Pembimbing muhadharah yaitu Ust. Syarifudin
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, penulis akan
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu:
a. Observasi
Yaitu pengamatan dan juga pencatatan sistematis terhadap fenomena
yang akan diteliti. Dengan teknik observasi ini, peneliti akan mengadakan
pengamatan secara langsung terhadap fenomena yang ada, sehingga akan
mendapatkan data-data yang relevan dan juga akurat.
b. Wawancara
Yaitu suatu dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
mendapatkan informasi dari orang yang akan diwawancarai. Dalam hal ini,
xvi
peneliti mengadakan wawancara dengan pimpinan pondok pesantren
Raudhatut Tullab Kemiri Tangerang Provinsi Banten. Dan juga kepada
ketua pelaksana program kegiatan pengajaran muhadharah yang tujuannya
adalah untuk mendapatkan data-data yang akurat mengenai latar belakang
berdirinya pondok pesantren Raudhatut Tullab, serta apa saja yang dianggap
mendukung program kegiatan pengajaran muhadharah tersebut.
c. Kuisioner
Yaitu teknik pengumpulan data dengan menyertai sejumlah
informasi dari responden terhadap masalah yang diteliti.
4. Teknik Pengolahan Data
Bentuk penelitian ini adalah bentuk gabungan dari data kuantitatif
(data yang berupa angka-angka) dan kualitatif (data yang berupa kata-kata).
Maksudnya dalam penelitian ini, penulis akan mengunakan data kualitatif,
akan tetapi tidak menafikan adanya bentuk data kuantitatif. Dimana data
kuantitatif ini digunakan untuk melengkapi penulis dalam mengolah data-data
dengan melalui proses yaitu :
a. Editing
Yaitu tahapan kegiatan yang mempelajari kembali data–data yang
telah diperoleh/terkumpul melalui instrumen penelitian (wawancara,
observasi, dan angket), sehingga keseluruhan data itu akan dapat diketahui
serta dapat dinyatakan baik sehingga dapat dipersiapkan untuk proses
selanjutnya.
xvii
b. Tabulating
Tabulating adalah memindahkan jawaban-jawaban dari responden
kedalam tabel-tabel dan kemudian dicari prosentasenya untuk dianalisa.
Adapun untuk memperoleh data dari angket yang sudah ditabulasikan dan
dipresentasikan, maka digunakan rumus sebagai berikut :
P = F/N X 100%
P = Prosentase
F = Banyaknya jawaban
N = Jumlah responden
c. Analis dan Interpretasi
Adalah menyembunyikan data-data kuantitatif dalam bentuk
variabel (kata-kata), sehingga angka-angka prosentasinya itu menjadi
bermakna dan berarti.
5. Teknik Penulisan
Dalam teknik ini adalah menghubungkan bagian-bagian tertentu dengan
cara menafsirkan data-data yang diiringi dengan interpretasi yang rasional secara
adequate (mendalam). Adapun teknik penulisan yang akan peneliti gunakan
dalam penelitian skripsi ini adalah dengan berpedoman pada buku panduan
penulisan skripsi, yaitu ”Pedoman Penulisan Skripsi, tesis, dan Disertasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.” (UIN Jakarta Press).
xviii
E. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORITIS
Pada bab ini akan diuraikan mengenai pengertian komunikasi,
pengertian komunikasi instruksional, pengertian kegiatan
muhadharah, dan pengertian pondok pesantren.
BAB III : GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN RAUDHATUT
TULLAB KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN
TANGERANG PROVINSI BANTEN
Pada bagian ini akan dibahas tentang sejarah berdirinya pondok
pesantren, visi dan misi serta tujuan dan fungsinya, aktifitas
komunikasi intruksional dalam kegiatan muhadharah, sarana dan
juga prasarana.
BAB IV : ANALISA DATA
Pada bagian ini memuat serta membahas tentang proses penerapan
komunikasi instruksional dalam kegiatan muhadharah di pondok
pesantren Raudhatut Tullab, kemudian menerangkan tentang
komunikasi instruksional dibidang kulikuler dan ekstrakulikuler,
faktor pendukung dan penghambat dan cara menanggulangi
hambatan.
xix
BAB V : PENUTUP
Dengan selesainya pembahsan diatas, dalam bagian terakhir ini akan
disampaikan beberapa butir kesimpulan dan sekaligus berfungsi
sebagai jawaban yang konkrit atas masalah yang telah dirumuskan
dalam bab pendahuluan, berikut disertakan saran-saran serta
dilengkapi dengan daftar pustaka, hasil wawancara dan lampiran
yang dianggap penting.
xx
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari
kata latin comminicatio, dan bersumber dai kata communis yang berarti ”sama”
sama disini maksudnya adalah sama makna.
Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu
pesan yang dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontomporer
menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagai hal tersebut, seperti
dalam kalimat “kita berbagi pikiran”, “kita mendiskusikan makna”, “kita
mengirimkan pesan”.5
Komunikasi secara terminologi berarti proses penyampain suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Edwar Depari dalam karyanya
“Komunikasi dalam Organisasi” yang dikutp A.W Widjaya, mengatakan
komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang
disampaikan melalui lambang tertentu. Mengandung arti, dilakukan oleh
penyampaian pesan yang ditujukan kepada penerima pesan.6 Keith Davis
mengatakan komunikasi sebagai, “The Tranfer Of Information and Understanding
5 Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, (Bandung, Remaja
Rosdakarya, 1997), Cet, Ke-4, h.3-4 6 A. W Widjaya, Ilmu Komunikasi; Pengantar Studi, (Jakarta : Rhineka Cipata 2002),
Cet, Ke –2, h. 13
xxi
One Person”7 secara sederhana diartikan “pengiriman inforamsi dan pemahaman
dari satu orang kepada orang lain”.
Menurut Noel Gist bilamana interakasi sosial berarti sosial meliputi
pengoperan arti-arti dengan jalan menggunakan lambang-lambang, maka hal ini
dinamakan komunikasi.8
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang yang bekomunikasi berarti
mengaharapakan agar orang lain ikut berpartisipasi atau bertindak sesuai dengan
tujuan, harapan, dari isi pesan yang disampaikan.9
Jadi diantara orang yang terlibat dalam kegiatan komunikasi harus
memiliki kesamaan arti, dan harus sama-sama mengetahui hal yang mana
dikomunikasikan. Jika tidak demikian, maka kegiatan komunikasi tesebut tidak
berlangsung dengan baik.
Dari pengertian diatas penulis berpendapat bahwa komunikasi adalah
proses memberikan pesan kepada seseorang agar orang yang menerima pesan itu
dapat mengerti dan memahami isi dari pesan tersebut, sehingga terjadilah
komuniasi yang efektif.
2. Unsur-unsur Komunikasi
a. Sumber (Sender atau Encoder)
Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan
digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri.10
Sumber juga dapat
7 Keith Davis, Human Behavior at Work, Organizational behavior, (New York : MC
Grawwhil, 1981), h. 399 8 Onang Uchjana Efendi, Ibid.h. 10
9 T. A Lathief Rusydi, Dasar-dasar Rherotika Komunkasi dan Informasi, (Medan :
1985), Cet. Ke-1, h. 48 10 Widjaya, Ilmu Komunikasi; Pengantar Stud, h. 19
xxii
digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan. Sumber dapat berupa
surat, telepon, radio, televisi, vita suara, media cetak, (surat kabar, majalah,
dan selebaran)
b. Komunikator
Komunikator adalah pihak yang memulai komunikasi.11 Komunikator
mungkin bisa saja seseorang ataupun institusi. Dalam proses komunikasi
komunikator merupakan unsur yang aktif, yang mengambil prakarsa yang
bertindak.
Dalam komunikator menyampaikan pesan kadang-kadang komunikator
dapat berubah menjadi komunikan dan sebaliknya komunikan dapat menjadi
komunikator. Bagi komunikator harus memperhatikan hal sebagai berikut :
1. Memiliki kredibilitas yang tinggi dalam komunikasi
2. Keterampilan berkomunikasi
3. Mempunyai pengetahuan yang luas
4. Sikap
5. Memiliki daya tarik, yakni memiliki kemampuan untuk perubahan
sikap/penambah wawasan pada diri komunikan.12
Komunikator yang baik juga mengusasai ilmu Psikologi, Sosiologi,
Antropologi, norma dan etika, serta menguasai materi yang akan
dikomunikasikan. Beberapa gaya komunikator dan ciri-cirinya, sebagi berikut
:
11
Sutaryo, Sosiologi Komunikasi, (Yogyakarta: PT. Arti Bumi Lantaran, 2005), Cet. Ke-
1,h. 23 12
A. W Widjaya. Komunikasi Hubungan Masyarakat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1997),
Cet. Ket-3, h.13
xxiii
1. Komunikator yang membangun, ciri-cirinya :
a. Mau mendengarkan pendapat orang lain dan dia tidak menganggap
dirinya besar
b. Ingin bekerjasama dengan memperbincangkan suatu persoalan dengan
semuanya sehingga timbul saling pengertian.
c. Tidak terlalu mendominasi situasi dan mau mengadakan komunikasi
timbal balik.
d. Menganggap bahwa buah pikiran orang banyak lebih baik daripada
seorang.
2. Komunikator yang mengendalikan, ciri-cirinya :
a. Pendapatnya itu merupakan hal yang paling baik sehingga dia tidak
mau mendengarkan pandangan orang lain intern atau ekstern
b. Ia menginginkan komunikasi satu arah saja tidak akan menerima
dari arah lain
3. Komunikator yang menarik, ciri-cirinya :
a. Ia selalu bersifat pesimis, sehingga menurut keadaan tidak dapat
diperbaiki
b. Ia lebih suka melihat keadaan seadanya dan kalau mungkin ia
berusaha menghindari keadaan tambah buruk
c. Ia selalu diam tidak menunjukan reaksi dan jarang memberikan
buah pikaran.13
13 Ibid, h.13
xxiv
c. Pesan (Message)
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator.
Pesan dapat disampaikan melalui lisan, tatap muka langsung, atau menggunakan media maupun saluran. Pesan yang disampaikan harus tepat,
dimengerti oleh komunikan. Sebelum pesan itu disampaikan kepada komunikan ada hal-hal yang harus disampaikan oleh komunikator, yaitu:
1. Pesan harus direncanakan (dipersiapkan) secara baik, sesuai dengan
kebutuhan kita.
2. Pesan itu dapat menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh kedua
belah pihak.
3. Pesan itu harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta
menimbulkan kepuasan.14
d. Saluran/ Media (channel)
Saluran (channel) adalah saluran penyampaian pesan yang diterima
melalui panca indera atau menggunakan media. Media komunikasi dapat
dikategorikan menjadi dua bagian:
1. Media umum yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi
contohnya adalah radio, cb, ohp, dan lain-lain.
2. Media massa, adalah media yang digunakan untuk komunikasi massal.
Disebut demikian karena sifatnya yang massal, contohnya adalah pers,
surat kabar, majalah, radio, film dan televisi dan lain sebagainya. 15
e. Penerima (komunikan)
Penerima adalah orang yang menerima pesan. Komunikan berfungsi sebagai decorder, yakni menerjemahkan lambang-lambang pesan kedalam
konteks pengertian sendiri.16
14
A. W Widjaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi,h. 32 15
A. W Widjaya, Komunikasi Hubungan Masyarakat, h. 13 16
Astrid Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Peraktek, (Bandung: PT. Bina Cipta,
1998), cet. Ke-3, h.1
xxv
f. Pengaruh (effect)
Pengaruh atau effect adalah perbedaan antara apa saja yang dipikirkan,
dirasakan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.17
Menurut
Willbur Scharm untuk menghadapi efek yang baik dari komunikasi, maka
prosedur yang ditempuh adalah apa yang disebut sebagai A-A prosedur, yaitu
proses dari attention (perhatian) ke action (tindakan).18
Maka menurut hemat penulis, komunikasi akan dapat berjalan lancar
apabila keenam unsur komunikasi tersebut dapat terpenuhi dalam melakukan komunikasi, yaitu sumber, komunikator, pesan, saluran, penerima, dan
pengaruh.
3. Proses Komunikasi
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran
atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).
Maka dalam proses komunikasi terbagi dalam dua tahap, yakni sebagai berikut:
a. Proses Komunikasi Secara Primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran
dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang
(symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses
komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang
secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator
kepada komunikan. Apakah itu bentuk ide, informasi atau opini yang terjadi
pada saat sekarang dan masa yang akan datang.
b. Proses Komunikasi Sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan meunggunakan alat atau sarana
dengan media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan
komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya. Benda ditempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Yang sering digunakan adalah surat,
televisi, film, surat kabar, majalah, radio, dan lain-lain.19
4. Tujuan Komunikasi
Komunikasi sebagai suatu aktivitas dan usaha pasti mempunyai tujuan
yang hendak dicapai, sebab tanpa tujuan ini maka segala bentuk pengorbanan
dalam rangka kegiatan komunikasi itu menjadi sia-sia belaka. Oleh karena itu
tujuan komunikasi atau berdakwah harus jelas dan konkrit, agar usaha
kegiatan komunikasi itu dapat menjadi dapat diukur atau tidak.
17
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003),
cet. Ke-4, h. 26 18
A. W. Widjaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, ,h. 39 19
Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, (Bandung, Remaja
Rosdakarya, 1997), Cet, Ke-4, h.3-4
xxvi
Komunikasi mempunyai suatu tujuan. Kita mengadakan komunikasi,
karena kita menghendaki seseorang berbuat, berfikir atau merasa dalam suatu
cara yang tertentu, kita mengetahui kalau kita sudah mengkomunikasikannya,
jika respon atau reaksi yang kita inginkan sudah teracapai atau sudah terjadi respon atau reaksi ini disebut “feed back” atau dengan kata lain umpan balik
dari penerima pesan bahwa dia sudah mengerti pesan itu dan tujuannya.
Menurut R. Wayne Pare, Bret D Peterson, dan M. Dallas Daurnett dalam
bukunya, Techniques For Effetive Comunication, menyatakan bahwa tujuan
komunikasi tediri dari tiga tujuan utama, yaitu :
a. To secure understanding
b. To establis acceptance
c. To motivate action
Pertama yaitu To secure understanding adalah memastikan bahwa
komunikasi mengerti pesan yang diterimanya. Andai kata ia sudah dapat
mengerti dan menerima pesan maka penerimnya itu harus dibina (to establis).
Pada akhirnya kegiatan dapat dimotivasikan (To motivate action). 20
Secara umum tujuan dari komunikasi dapat dilihat dari dua perspektif kepentingan yaitu kepentingan di pengirim dan di penerima. Tujuan
komunikasi dari sudut di pengirim yaitu memberikan informasi, mendidik,
menyenangkan/menghibur, mengajurkan suatu tindakan/persuasif. Sedangkan
dari sudut si penerima yaitu memahami informasi, mempelajari dan
menikmati.
Selanjutnya komunikasi pengajaran atau komunikasi intruksional yaitu mempunyai tujuan yang sudah jelas yaitu harus disesuaikan dengan tujuan
pendidikan itu sendiri, yang sudah diatur dan ditetapkan oleh pihak sekolah itu sendiri.
Maka menurut penulis, bahwa tujuan komunikasi adalah menyampaikan
informasi dari komunikator kepada komunikan dengan sebaik-baiknya agar
komunikasi dapat diterima dan dimengerti oleh komunikan, sehingga
komunikasi dapat berjalan dengan lancar.
B. Pengertian Komunikasi Instruksional
1. Pengertian Komunikasi Instruksional
Komunikasi Instruksional berarti komunikasi dalam bidang pendidikan
dan pengajaran. Kata komunikasi Instruksional berasal dari dua kata yang terpisah
namun terdapat keterkaitan yang erat satu sama lain. Kata instruksional berasal
dari kata bahasa inggris Instruction yang berarti pengajaran, pelajaran atau
instruksi juga bisa diartikan sebagai perintah.
20 Ibid., h. 12
xxvii
Arti kata instruksional pada bidang konteks pembahasannya. Adalah
Webster Third New Internasional Dictionary Of The English Langguge
mancatumkan kata intruksional (dari to Intruk) dengan arti “memberi pengetahuan
atau informasi khusus dengan maksud melatih dari berbagai bidang khusus, memberikan keahlian atau pengetahuan dalam berbagai bidang seni atau
spesialisasi tertentu atau dapat pula berarti “mendidik dalam subjek atau bidang pengetahuan tertentu” disini juga dicantumkan makna lain yang berkaitan dengan
komando atau perintah.21
Dalam dunia pendidikan, kata instruksional disini tidak diartikan sebagai
perintah, tetapi lebih mendekati kedua arti yang pertama yakni pengajaran atau
pelajaran bahkan akhir-akhir ini kata tersebut diartikan sebagai pembelajaran.
Memang dari ketiga kata tersebut bisa berlainan makna dan artinya karena
masing-masing meniitik beratkan faktor-faktor tertentu yang menjadi pusat
perhatiannya.
Pengajaran adalah proses, perbuatan, cara mangajar atau mengajarkan.22
Dari pengertian di atas dapat digali beberapa unsur yang termasuk dalam kegiatan
pengajaran, perbuatan maupun metode yang digunakan dalam pengajaran.
Pengajaran juga diartikan suatu usaha yang bersifat sadar dan tujuan sistematis
terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik.
Arti belajar lebih menitikberatkan bahan belajar atau materi yang akan disampaikan atau diajarkan oleh guru. Dengan pengertian lain, informasi yang
mengandung pesan belajar itulah yang diutamakan. Namun apabila diamati lebih
jauh, disampaikan atau tidak oleh guru yang namanya pelajaran tetap ada karena
ia adalah benda mati, berupa sederetan informasi yang bisa berarti apabila
digunakan.23
K.H. Dewantara juga menjelaskan bahwa pengajaran itu adalah bagian dari pendidikan dan menyatakan bahwa pengajaran Onder Wijs itu tidak lain dan
tidak bukan ialah salah satu bagian pendidikan. Jelasnya, bahwa pengajaran adalah bagian dari pendidikan dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan.
Para ahli pendidikan juga telah memberikan pembatasan pengetian tentang
pengajaran, diantaranya seperti dikatakan oleh Hasan Langgulung bahwa
pengajaran adalah pemindahan pengetahuan dari seseorang yang mempunyai
pengetahuan kepada orang lain yang belum mengetahui.24
Dari terminologi diatas,
terdapat unsur-unsur substansial kegiatan pengajaran yang meliputi : Pertama : pengajaran adalah upaya pemindahan pengetahuan. Kedua : Pengajaran adalah
pemindahan pengetahuan (pengajar) kepada orang lain yang belum mengetahui (pelajar) melalui proses belajar mengajar.
21
Pawit M Yusuf, Komunikasi Pendidikan dan Komunkasi Instruksional, (Jakarta Pers, 2002), Cet Ke-1.,h.6
22 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Balai Pusataka, 1995), Cet, Ke-7. h. 7 23
Mudhofir, Tekhnologi Instruksional, ( Bandung : PT. Rosdakarya, 1990), Cet. Ke,.h. 9) 24
Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam (Jakarta : Pustaka al-Husna,
1983) Cet. Ke-3,.h.3
xxviii
Pengetahuan yang dipindahkan diperoleh dari dua sumber yaitu pertama
dari sumber Ilahi dan kedua dari sumber manusiawi. Kedua jenis pengatahuan ini
saling melengkapi dan pada hakikatnya keduanya berasal dari Allah yang
menciptakan manusia dan memberinya dari berbagai potensial untuk memahami dan memperoleh pengetahuan.
Pengetahuan yang bersumber dari Ilahi adalah pengetahuan yang langsung
dari Allah melalui wahyunya. Adapun pengetahuan yang berasal dari manusia
yaitu pengetahuan yang dipelajari dari manusia melalui pengalaman pribadi dalam
kehidupan, juga dalam usahanya untuk menelaah dan memecahkan berbagai
problem yang dihadapinya melalui pendidikan dan pengajaran serta penelitian
ilmiah.
Kata Instruction mempunyai pengertian yang lebih luas daripada
pengajaran. Jika pengajaran ada dalam konteks guru-murid di kelas (ruang
formal), pembelajaran atau instruction mencakup pula kegiatan belajar mengajar
yang tidak dihadiri guru secara fisik. Oleh Karena itu dapat disimpulkan dalam
komunikasi instruksional yang ditekankan adalah proses belajar. Maka usaha-
usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi
proses belajar dalam diri siswa, kita sebut dengan pembelajaran yang tidak lain
dengan adanya komunikasi yang efektif.25
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media dan penerima
pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan
dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun pendidikan yang ada dalam kurikulum,
sumbernya atau pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan
prosedur media, salurannya media pendidikan dan penerima pesannya adalah
siswa atau juga guru. Maka proses belajar mengajar ini disebut komunikasi
instruksional.
Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di kurikulum dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik simbol
verbal (kata-kata lisan atau tertulis) maupun simbol non verbal atau visual. Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol komunikasi disebut encoding.
Selanjutnya penerima pesan (bisa siswa, peserta latihan ataupun guru dan
pelatihnya sendiri) menafsirkan simbol-simbol komunikasi yang mengandung
pesan-pesan disebut encoding.
2. Hambatan-hambatan Komunikasi Instruksional
Hambatan-hambatan komunikasi yang ditemui dalam proses belajar
mengajar antara lain :
25
Arief Sadiman, Media Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. Ke-4,
h. 7
xxix
a. Verbalisme di mana guru menerangkan pelajaran hanya melalui kata-kata
atau secara lisan. Di sini yang aktif hanya guru, sedangkan murid lebih
banyak bersifat pasif, dan komunikasi bersifat satu arah.
b. Perhatian yang bercabang, yaitu perhatian murid tidak berpusat pada
informasi yang diberikan oleh guru, tetapi perhatiannya bercabang ke yang
lainnya.
c. Kekacauan penafsiran, terjadi disebabkan berbeda daya tangkap murid,
sehingga terjadi istilah-istilah yang sama diartikan berbeda-beda.
d. Tidak adanya tanggapan, yaitu murid-murid tidak merespon secara aktif
apa yang disampaikan oleh guru, sehingga tidak terbentuk sikap yang
diperlukan. Di sini proses pemikiran tidak terbentuk sebagaimana
mestinya.
e. Kurang perhatian, disebabkan prosedur dan metode pengajaran kurang
bervariasi, sehingga penyampian informasi yang sama “monoton”
menyebabkan timbulnya kebosanan murid.
f. Keadaan fisik dan lingkungan yang mengganggu, misalnya objek yang
terlalu besar atau kecil, gerakan yang terlalu cepat atau terlalu lambat, dan
objek yang terlalu komplek serta konsep yang terlalu luas, sehingga
menyebabkan tanggapan murid menjadi mengambang.
g. Sikap pasif anak didik, yaitu tidak bergairahnya siswa dalam mengikuti
pelajaran disebabkan kesalahan memilih tehnik dalam komunikasi.
Di dalam buku karangan Arief S. Sadiman, yang berjudul Media
Pendidikan, menyebutkan beberapa faktor yang menjadi penghambat proses komunikasi yang biasa disebut dengan istilah barriers, atau noises, yaitu:
xxx
a. Hambatan psikologis, seperti minat, sikap, pendapat, intelegensi,
pengetahuan dan hambatan fisik seperti kelelahan, sakit, keterbatasan daya
indera dan cacat tubuh.
b. Hambatan kultural, seperti perbedaan adat istiadat, norma-norma sosial,
kepercayaan dan nilai-nilai panutan serta hambatan lingkungan.
Karen adanya berbagai jenis hambatan tersebut baik dalam diri guru
maupun siswa, baik sewaktu mencode pesan maupun mendecodenya, proses
komunikasi belajar mengajar seringkali berlangsung secara tidak efektif dan
efesien. Media pendidikan sebagai salah- satu sumber belajar yang dapat
membantu mengatasi masalah tersebut.
Pendidikan dan pembelajaran semakin tidak mungkin lagi dibatasi di ruang kelas. Proses belajar mengajar yang terjadi di lembaga-lembaga formal dan
pelatihanpun tidak mungkin dengan lebih banyak menyuapi peserta didiknya, mereka harus aktif mencari informasi yang diperlukan, sementara guru atau
instruktur berkewajiban memberi arahan dan membimbing.
Sumber-sumber yang semakin beraneka ragam perlu diidentifikasi,
disediakan, dikembangkan, dan dimanfaatkan untuk memudahkan terjadinya
proses pendidkan dan pembalajarn.
C. Pengertian Muhadhoroh
Muhadhoroh secara bahasa berasal dari bahasa Arab dari suku kata
hadhoro yuhaadiru muhadhorotan, muhadhoroh adalah isim masdar qiasi yang artinya “saling hadir/menghadiri”.
Sedangkan menurut istilah muhadhoroh adalah suatu kegiatan/aktivitas
manusia dalam membicarakan suatu masalah degan cara berpidato atau berdiskusi
yang dihadiri oleh orang banyak (massa/audien).
Muhadhoroh yang dilakukan di pondok pesantren Raudhatut Tullab ini
adalah pelatihan pidato yang dilaksanakan setiap malam Jumat pukul 20:00 WIB
atau setelah melaksanakan solat isya.26
Adapun metode yang digunakan pondok pesantren Raudhatut Tullab dalam kegiatan muhadhoroh adalah sebagai berikut:
26
M. Syarifudin, Pembina Muhadoroh, Pon-Pes Raudhatut Tullab, Wawancara Pribadi,
Pon-Pes Raudhatut Tullab, 3 Juli 2009
xxxi
1. Metode ceramah/pidato, yaitu para santri dilatih untuk menyampaikan
materi dari pembina/pembimbimbing dengan cara berpidato di hadapan
para santri-santri yang lain.
2. Metode diskusi, yaitu metode yang digunakan para santri untuk membahas
masalah-masalah agama dengan cara saling beragumentasi untuk
menemukan sebuah jawaban dari permasalah tersebut.
D. Pengertian Pondok Pesantren
Kata pondok pesantren jika kita pisahkan terdiri dari dua kata, yaitu
pondok dan pesantren, kata pondok berasal dari bahasa Arab yaitu finduuqun
yang artinya tempat penginapan santri. Sedangkan pesantren adalah salah satu
lembaga Iqomah ad-Diin, diantara lembaga-lembaga itu memilki dua fungsi yaitu
taffaquh fiddiin (pengajaran, pemhaman, pendalaman agaman Islam). Dua fungsi
indzar (manyampaikan dan mendakwahkan ajaran agama Islam kepada
masyarakat)27
Pesantren ialah lembaga pendidikan Islam tradisional untuk mempelajari,
memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam
dengan menekankan moral agama.28
Hampir dapat dipastikan, lahirnya pesantren berawal dari beberapa elemen
dasar yang selalu ada dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.
Elemen tersebut ada lima antara lain :
a. Kiai
27
Didn Hafiifudin Dakwah Aktual, (Jakarta : Gema Insani Pers, 1998), h. 12 28 Mastuhu, Prisnip Pendidikan Pesantren, (Jakarta : INIS, 1994), h. 55
xxxii
Kiai adalah seorang pengasuh pondok pesantren yang sekaligus sebagai
elemen yang esensial bagi suatu pondok pesantren. Biasanya pondok pesantren
yang berkembang di Jawa dan Madura sosok kiai sangat berpengaruh,
kharismatik, dan berwibawa sehingga amat disegani oleh masyarakat. 29
b. Pondok
Pesantren pada umumnya sering juga disebut dengan lembaga
pendidikan Islam tradisional, dimana seluruh santri tinggal bersama dan belajar
dibawah bimbingan kiai. Asrama para santri tersebut berada dilingkungan
komplek pondok pesantren yang terdiri dari rumah kiai, masjid, dan ruang
belajar mengaji dan kegiaran agama lainnya.
Ada dua alasan mengapa pesantren menyediakan pondok atau asrama
untuk tempat tinggal santrinya. Pertama : kemasyhuran seorang kiai dan
kedalaman pengetahuan dalam bidang agama Islam, merupakan daya tarik
santri dari jauh untuk menggali ilmu dari seorang kiai tersebut secara terus
menerus dalam waktu yang sangat lama. Kedua, hampir semua pesantren
berada di desa-desa terpencil jauh dari keramaian dan tidak tersedianya rumah
yang cukup untuk menampung para santri, dengan demikian diperlukan
pondok.
Kata pondok biasanya para kiai juga menyebutnya ma’had, untuk
membedakan makna pondok lainnya yang tidak berhubungan dengan pesantren
dan kegiatan pengajian misalnya pondok sate atau sebagainya. Pondok atau
tempat tinggal santri, merupakan ciri khas tradisi pesantren yang membedakan
29
M. Amin Haedari dan Abdullah Hanif, Masa Depan Pesantren, (Jakarta : ID Pers,
2004), Cet. Ke-1, h. 28
xxxiii
degan sistem pendidikan lainnya yang berkembang dikebanyakan wilayah
Islam negara lain. Dari waktu ke waktu fungsi pesantren berjalan secara
dinamis, berubah dan berkembang mengikuti dinamika sosial masyarakat
global.
c. Masjid,
Masjid secara etimologis berasal dari kata bahasa Arab yaitu Isim
Makan dari kata Sajada-Yasjudu.30
Masjid adalah tempat beribadah kepada
Allah semata-mata dan sebagai pusat pengembangan kebudayaan Islam.
Seorang kiai yang ingin mengembangkan pesantrennya pada umumnya yang
menjadi prioritas utama adalah masjid. Masjid yang juga sebagai simbol tidak
terpisah dari pesantren, masjid bukan saja sebagai tempat ibadah tapi lebih dari
itu masjid digunakan sebagai tempat pengajaran kitab-kitab klasik, bahkan ada
beberapa pesantren masjid dijadikan sebagai kelas dikarenakan keterbatasan
tempat. Biasanya masjid yang didirikan dilingkungan pesantren hanya khusus
orang-orang yang ada dilingkungan tersebut. Karena aktivitas santri lebih
banyak di masjid daripada di pondok (asrama). Akan tetapi tidak semua pondok
pesantren yang mendirikan masjid tidak hanya untuk kepentingan santri saja,
akan tetapi juga untuk kepentingan masyarakat umum.
d. Santri
Santri adalah siswa atau murid yang belajar di pondok pesantren.
Seorang ulama bisa disebut kiai kalau telah memiliki pesantren dan santri yang
tinggal di dalam pesantren tersebut untuk mempelajari ilmu-ilmu agama Islam