Top Banner
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM PANJA DESA WISATA/KAMPUNG TEMATIK KOMISI X DPR RI DENGAN MASYARAKAT SADAR WISATA (MASATA) DAN ASOSIASI DESA WISATA (ASIDEWI) Tahun Sidang : 2021-2022 Masa Persidangan : I Rapat Ke- Jenis Rapat : - : Rapat Dengar Pendapat Umum Sifat Rapat Hari/Tanggal : Terbuka : Kamis, 16 September 2021 Waktu : Pukul 10.25 WIB s.d. 13.10 WIB Tempat : Ruang Rapat Komisi X DPR RI (secara Fisik dan Virtual) Ketua Rapat : AGUSTINA WILUJENG PRAMESTUTI, S.S., M.M. / Wakil Ketua Komisi X DPR RI Acara 1. Program dan Kegiatan Dalam Upaya Pengembangan Desa Wisata dan Kampung Tematik Khususnya Dalam Meningkatkan SDM dan Produk 2. Pandangan dan Masukan Dalam Pengembangan Desa Wisata dan Kampung Tematik Sekretaris Rapat : DADANG PRAYITNA, S.IP., M.H. / Kabag Sekretariat Komisi X DPR RI Hadir : Pimpinan: 1. H. SYAIFUL HUDA 2. AGUSTINA WILUJENG PRAMESTUTI, S.S. 3. Dr. Ir. HETIFAH SJAIFUDIAN, MPP 4. Dr. DEDE YUSUF M.E, S.T., M.I.Pol. 5. Dr. H. ABDUL FIKRI FAQIH, M.M. Anggota: Fraksi PDI PERJUANGAN 6. PUTI GUNTUR SUKARNO, S.IP. (I) 7. M. GURUH IRIANTO SUKARNO PUTRA 8. RANO KARNO, S.IP. 9. Dra. ADRIANA CHARLOTTE DONDOKAMBEY, M.Si. 10. VANDA SARUNDAJANG
50

Komisi X DPR RI

Mar 13, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Komisi X DPR RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT

RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM PANJA DESA WISATA/KAMPUNG TEMATIK KOMISI X DPR RI DENGAN MASYARAKAT SADAR WISATA

(MASATA) DAN ASOSIASI DESA WISATA (ASIDEWI)

Tahun Sidang : 2021-2022 Masa Persidangan : I Rapat Ke- Jenis Rapat

: -

: Rapat Dengar Pendapat Umum

Sifat Rapat Hari/Tanggal

: Terbuka : Kamis, 16 September 2021

Waktu : Pukul 10.25 WIB s.d. 13.10 WIB Tempat : Ruang Rapat Komisi X DPR RI

(secara Fisik dan Virtual) Ketua Rapat : AGUSTINA WILUJENG PRAMESTUTI, S.S.,

M.M. / Wakil Ketua Komisi X DPR RI Acara 1. Program dan Kegiatan Dalam Upaya

Pengembangan Desa Wisata dan Kampung Tematik Khususnya Dalam Meningkatkan SDM dan Produk

2. Pandangan dan Masukan Dalam Pengembangan Desa Wisata dan Kampung Tematik

Sekretaris Rapat : DADANG PRAYITNA, S.IP., M.H. / Kabag Sekretariat Komisi X DPR RI

Hadir

: Pimpinan: 1. H. SYAIFUL HUDA 2. AGUSTINA WILUJENG PRAMESTUTI, S.S. 3. Dr. Ir. HETIFAH SJAIFUDIAN, MPP 4. Dr. DEDE YUSUF M.E, S.T., M.I.Pol. 5. Dr. H. ABDUL FIKRI FAQIH, M.M.

Anggota: Fraksi PDI PERJUANGAN 6. PUTI GUNTUR SUKARNO, S.IP. (I) 7. M. GURUH IRIANTO SUKARNO PUTRA 8. RANO KARNO, S.IP. 9. Dra. ADRIANA CHARLOTTE

DONDOKAMBEY, M.Si. 10. VANDA SARUNDAJANG

Page 2: Komisi X DPR RI

- 2 -

Fraksi Partai GOLKAR 11. Dr. H. A. MUJIB ROHMAT, M.H. 12. ADRIAN JOPIE PARUNTU 13. ROBERT JOPPY KARDINAL, SAB.

Fraksi Partai GERINDRA 14. Hj. HIMMATUL ALIYAH, S.Sos., M.Si. 15. Ir. H. NUROJI 16. MARTINA, S.Kom., M.Si. 17. H. MUHAMMAD NUR

Fraksi Partai NASDEM 18. RATIH MEGASARI SINGKARU, M.Sc. (I) 19. EVA STEVANY RATABA

Fraksi PKB 20. Dr. H. MUHAMMAD KADAFI, S.H., M.H. 21. Drs. H. BISRI ROMLY, M.M.

Fraksi Partai DEMOKRAT 22. A. S. SUKAWIJAYA ALIAS YOYOK SUKAWI 23. DEBBY KURNIAWAN, S.Kom. (I)

Fraksi PKS 24. DR. H. FAHMI ALAYDROES, M.M., M.Ed. 25. Hj. SAKINAH ALJUFRI, S.Ag. (I)

Fraksi PAN 26. DESY RATNASARI, M.Si., M.Psi. 27. Prof. Dr. ZAINUDDIN MALIKI, M.Si.

Fraksi PPP 28. Hj. ILLIZA SAADU/DIN DJAMAL, S.E.

Pemerintah 1. Masyarakat Sadar Wisata (MASATA):

1) PANCA R. SARUNGU, S.E., MMSI., CTE. (Ketua Umum)

2) WINDY AGUSTIAN, S.Kom. (Kabid. Data dan Informasi)

3) Dr. (C). REZKA AIDA PSPN, SST.Par., MM.Par. (Deputi Sekretaris Eksekutif)

2. Asosiasi Desa Wisata (ASIDEWI): 1) ANDI YUWONO, S.Sos., M.Si. (Ketua

Umum) 2) WIWID PENI DWI ANTARI, S.Pd., M.Pd.

(Sekretaris Umum) 3) AHMAD SUHAIB, S.E. (Divisi

Pengembangan SDM Desa Wisata)

Page 3: Komisi X DPR RI

- 3 -

KETUA RAPAT/F-PDI PERJUANGAN (AGUSTINA WILUJENG PRAMESTUTI, S.S., M.M.): Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua. Om swastiastu. Namo buddhaya. Salam kebajikan. Yang saya hormati Ketua MASATA/Masyarakat Sadar Wisata, Mas Panca R. Sarungu. Kemudian hadir di sini dari MASATA adalah Mbak Windy Agustian, oh Mas, i’m so sorry. Kemudian Deputi Sekretaris Eksekutif, Dr. Rezka Aida PSPN, kalau ini cowok namanya, Rezka Aida, enggak ya, cewek ya. Kemudian dari ASIDEWI ketiganya virtual, mudah-mudahan nanti Pak Ketuanya bisa segera bergabung. Pak Sekretaris Umum ASIDEWI Mbak Wiwid Peni Dwi Antari. Dari Divisi Data dan Riset, Mas Ahmad Suhaib. Dari FORKOM DEWI dan POKDARWIS mana ini? Oh tidak hadir mungkin karena kita mendadak ya.

Yang pertama mohon maaf terlambat, yang kedua mohon maaf juga karena kita mengganti schedule sehingga tiba-tiba saja kita harus mengubah undangan hari ini untuk asosiasi-asosiasi. Namun saya yakin bahwa para asosiasi ini memiliki se-gudang informasi dan banyak hal harapan dan lain sebagainya yang memang harus disampaikan kepada Komisi X.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena pada hari ini kita diberikan kesempatan untuk mengikuti RDPU Panja Desa Wisata dan Kampung Tematik secara fisik dan virtual dengan Asosiasi Desa Wisata, Forum Komunikasi Desa Wisata, Kelompok Sadar Wisata, dan Masyarakat Sadar Wisata dalam keadaan sehat walafiat. Menurut laporan dari Sekretariat tadi sudah kita absen 15 Anggota dari 8 fraksi telah hadir, dengan demikian kuorum sebagaimana ditentukan dalam Pasal 281 ayat (1) Peraturan DPR RI tentang Tata Tertib telah terpenuhi. Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim RDPU saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 10.25 WIB) Bapak/Ibu yang kami hormati.

Agenda hari ini adalah kita ingin mendapatkan informasi mengenai program kegiatan dalam upaya pengembangan desa wisata dan kampung tematik, khususnya untuk peningkatan SDM dan produk wisata. Kemudian yang kedua pandangan dan masukan dalam pengembangan desa wisata dan kampung tematik. Perlu Bapak/Ibu, ketahui kita menyebut desa wisata dan kampung tematik supaya tidak terlalu panjang itu desa wisatanya itu Dewi, kampung tematiknya Putik, jadi Dewi Putik supaya tidak terlalu panjang saja

Page 4: Komisi X DPR RI

- 4 -

ngomong-nya. Pandangan dan masukan dalam pengembangan desa wisata tak ada yang lain Bapak/Ibu mungkin? Komplit ini fraksinya, nanti semakin siang akan semakin banyak.

(RAPAT: SETUJU) Bapak/Ibu yang kami hormati.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Pasal 4 disebutkan bahwa “kepariwisataan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam dan lingkungan, serta sumber daya dan memajukan kebudayaan”. Dari tujuan itu pariwisata jelas harus memiliki dampak positif dan mampu membangkitkan potensi yang ada, termasuk potensi wisata yang ada di desa.

Dalam perkembangan terakhir kecenderungan wisatawan mengalami

perubahan dari wisata massal ke wisata alternatif, perubahan itu mengarah kepada jenis kegiatan wisata yang berorientasi pada wisata alam dan budaya lokal dengan tujuan untuk meningkatkan wawasan, petualangan, belajar seperti adventure tourism dan juga wisata yang menawarkan pengalaman langsung dalam kehidupan seperti pedesaan dan lain sebagainya dan ditambah dengan potensi pariwisata Indonesia yang memiliki banyak keunikan dan kekhasan budaya, kampung wisata, desa wisata dan kampung tematik menjadi sangat potensial untuk dikembangkan.

Seiring dengan tren wisata itu model pengembangan desa wisata dianggap menjadi salah satu agenda pembangunan yang efektif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perlu terus untuk dikembangkan. Keberhasilan pengembangan desa wisata tergantung kepada tingkat penerimaan dan dukungan masyarakat lokal. Model pemberdayaan masyarakat melalui pariwisata dikenal dengan konsep community based tourism yang merupakan sebuah konsep pengembangan suatu destinasi wisata dengan memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan, sosial dan budaya yang juga merupakan alat bagi pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. Secara ide pengembangan desa wisata ini sudah lama. Arah dan output pembangunan desa sebagaimana dalam RPJMN tahun 2000-2024 program desa wisata oleh Kementerian Desa ditargetkan dilaksanakan di 244 desa sejak tahun 2021 hingga tahun 2024, pada tahun ini dikembangkan 67 desa saja.

Asosiasi Desa Wisata terbentuk dari perkembangan pariwisata global

yang menitikberatkan pada masyarakat lokal sebagai subjek pembangunan pariwisata, sedangkan Forum Komunikasi Desa Wisata merupakan wahana untuk saling bertukar informasi tentang perkembangan dan permasalahan di desa wisata yang kemudian bisa dijadikan ajang untuk belajar bersama. Kelompok Sadar Wisata berfungsi sebagai penggerak kesadaran wisata dan sapta pesona di lingkungan wilayah di destinasi wisata sebagai pitra pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam upaya mewujudkan dan mengembangkan sadar wisata di daerah. Sedangkan Masyarakat Sadar

Page 5: Komisi X DPR RI

- 5 -

Wisata merupakan wadah bagi kaum profesional, pelaku, pemerhati dan pencinta pariwisata yang memiliki kesamaan persepsi guna mendukung pariwisata berkelanjutan. Keempat organisasi wisata ini memiliki peranan dalam mendukung pengembangan pariwisata di Indonesia, khususnya desa wisata dan kampung tematik. Bapak/Ibu hadirin yang kami hormati.

Dalam RDPU ini, kita ingin melihat lebih dalam sebenarnya masyarakat sadar wisata maupun asosiasi desa wisata ini apa saja sih yang diharapkan, kemudian mungkin ada informasi dan data yang bisa disajikan kepada kami kira-kira kementerian/lembaga, organisasi, perusahaan atau apa pun yang pernah melakukan pendampingan dan apa yang paling disukai, apa yang paling diminati atau yang menurut Bapak/Ibu yang hadir di sini itu cocok. Selain juga kita telah mengirimkan berbagai macam pertanyaan tertulis yang harus kita harapkan juga disampaikan sedikit di ruangan ini dan kita mendapatkan jawaban secara komprehensifnya juga secara tertulis. Namun mumpung bertemu ya bisa kita meng-explore apalagi ini hanya sedikit narasumbernya, sehingga kita bisa berdiskusi habis-habisan untuk memahami apa sih sebenarnya yang diharapkan teman-teman di asosiasi dan di masyarakat sadar wisata ya, bukan masyarakat desa wisata ya, MASATA/Masyarakat Sadar Wisata. Bapak/Ibu hadirin yang kami hormati.

Itulah pokok-pokok pembahasan, selanjutnya untuk efektivitas waktu kami persilakan kepada teman-teman dari mana dahulu? MASATA dahulu ya? Karena yang (suara tidak jelas) di atas dan sambil menunggu Pak Ketuanya datang mungkin ya. Kami persilakan untuk menyampaikan paparan, namun sebelumnya ini kan jam 10.30 WIB ya, kita selesai pukul 12.00 WIB dahulu ya.

(RAPAT: SETUJU)

Kami persilakan Mas Panca R. Sarungu, S.E., MMSI., CTE. Ketua Umum MASATA menyampaikan paparannya, silakan Mas. KETUA UMUM MASATA (PANCA R. SARUNGU, S.E., MMSI., CTE.):

Baik, terima kasih Pimpinan. Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera buat kita semua. Om swastiastu. Namo buddhaya. Salam kebajikan. Salam Indonesia sehat penuh semangat.

Page 6: Komisi X DPR RI

- 6 -

Yang kami hormati Ibu Pimpinan, Ibu Agustina Wilujeng Pramestuti, bagus sekali Ibu namanya, selamat pagi Ibu Ketua Panja dan juga sebagai Wakil Ketua Komisi X. Bapak/Ibu Anggota Komisi X yang kami banggakan, yang hadir baik hadir secara fisik saat ini dan juga yang hadir secara online. Saya juga menyapa juga yang terhormat rekan-rekan Pengurus DPP MASATA yang hadir. Juga Rekan-rekan dari ASIDEWI, Mas Suhaib apa kabar Mas, ini Ibu Agustina sama-sama kita sedang berjuang keliling desa wisata Ibu, di Anugrah Desa Wisata bersama ASIDEWI dan beberapa rekan-rekan yang lainnya. Bapak/Ibu yang saya hormati yang mohon izin saya tidak sebut namanya satu-persatu. Yang mulia para Anggota Dewan DPR RI Komisi X.

Suatu kehormatan Ibu kami boleh diundang walaupun memang sangat mendadak, namun di Indonesia seperti ini Ibu kalau enggak mendadak enggak seru ya. Jadi saya sendiri sebenarnya dalam perjalanan menjadi pembicara di Global Tourism Forum di Hotel Raffles pagi ini dan kebetulan berkesempatan untuk in road ke sini dan berterima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami di MASATA untuk menjadi kesempatan pertama dan kemudian nanti Rekan-rekan dari ASIDEWI dan penggiat desa wisata lainnya bisa menyusul. Bapak/Ibu.

Memang desa wisata lagi naik daun ya karena memang setelah kami

lihat memang industri yang paling cepat bisa menggerakkan ekonomi, yang bisa dibuat 2 atau 3 minggu dirapikan tempat wisatanya atau suatu destinasi tujuan wisata dan kemudian dipasarkan itu langsung viral dan itu ada di kebanyakan di desa dan alam terbuka sesuai dengan tipikalnya. Memang kami melihat ini sebuah langkah yang baik sekali atas inisiatif dari rekan-rekan di Komisi X karena memang selama ini ada banyak kementerian/lembaga yang memang masuk ke dalam desa wisata, tetapi masih parsial on and off. Kita ketahui ada Kemendes, Kementerian Desa memang sudah memiliki program lebih awal begitu ya dan kemudian kami lihat kami kebetulan sebagai member of industry kami sendiri memang lahir sebagai organisasi yang merupakan pelaku, pemerhati dan pencinta pariwisata.

Jadi kami baru lahir di tahun 2018 Bapak/Ibu dan memang tadi kami sampaikan besarnya juga di masa pandemi. Jadi organisasi kami bisa ada di masa pandemi dan memang kami memilih desa wisata sebagai salah satu yang menjadi tujuan dari program kami. Ada pun kembali tadi ke mendadak desa wisata kalau saya sampaikan adalah karena tadi selain Kemenpar, kemudian juga ada kementerian lain Kominfo dan kemudian juga Kementerian BUMN dan ada juga CSR dari perusahaan-perusahaan swasta.

Jadi yang care ke desa wisata ini banyak Bapak/Ibu sekalian, tetapi

kami lihat masih on off-on off begitu ya jadi masih tidak ada yang terorganisir.

Page 7: Komisi X DPR RI

- 7 -

Itulah sebabnya kami ingin melihat apa yang bisa kami kontribusikan karena posisi kami kebetulan MASATA ada di 120 kabupaten/kota di seluruh Indonesia dan kami melihat ada sebuah missing link adalah antara program yang turun ke desa-desa dan juga teman-teman di pelaku desa wisata itu sendiri yang ada di desa, ini kami istilahnya jadi jembatan.

Namun izinkan kami untuk memberikan sedikit secara cepat paparan Pimpinan mengenai tujuan daripada MASATA kami adalah pelaku, pemerhati, pencinta pariwisata Indonesia berkompeten dan mendukung pariwisata yang berkelanjutan di Indonesia. Jadi kami memikirkan mengenai juga sustainable tourism dan kemudian di next slide-nya di program kami yang utama di 2021 ini adalah CHSE, UMKM, pariwisata, jejaring nasional, pengembangan SDM dan juga padat karya destinasi. Bapak/Ibu.

Khusus untuk CHSE kami melihat bahwa penerapan kesehatan yang ada di desa wisata ini saat ini juga menjadi challenge ya. Jadi kita lihat masih banyak pada saat kita datang ke desa-desa wisata yang belum memakai masker, yang belum memperhatikan mengenai aspek CHSE yang ada dan ini yang menjadi perhatian kami. Kami lanjutkan next slide, jadi kami sudah banyak melakukan kegiatan-kegiatan dan ini yang sudah disampaikan tadi oleh beberapa rekan di Komisi X dan juga Ibu Pimpinan bahwa memang ada dalam upaya untuk membuat desa wisata itu ada dua di 2024, itu ada target-target yang memang dimiliki oleh pemerintah. Kami kebetulan juga di sini ingin mengetahui juga mungkin kira-kira yang menjadi target pastinya dan apa yang kami bisa dukung dalam hal untuk pengembangan desa wisata di Indonesia.

Selanjutnya, nah ini tadi disampaikan apa yang telah kami lakukan karena desa wisata dibagi tiga. Jadi mulai dari rintisan, berkembang, maju dan mandiri dan ini memang pada saat kami lihat langsung ke daerah memang banyak tantangan-tantangannya yang cukup besar, terutama di dalam tantangan SDM Bapak/Ibu sekalian Anggota Dewan yang mulia. Kami melihat kita tidak adanya sebuah keseragaman di dalam SDM pariwisata yang ada di daerah. Ini saya pikir menjadi tantangan bagi kita semua untuk bagaimana SDM kita ini bisa mampu atau memiliki standar yang sama. Karena saya kebetulan melihat kenapa kita ada di bawah negara-negara lain dalam kaitannya pelaksanaan desa wisatanya itu adalah sebenarnya lebih di SDM.

Kemudian mungkin saya tidak harus sampaikan seluruh paparan kami karena memang sudah disampaikan di kopi yang kami sampaikan di awal, namun inilah kegiatan-kegiatan kami. Kami melakukan beberapa pelatihan-pelatihan yang kami lakukan secara online di setiap bulannya bersama dengan rekan-rekan kami di daerah. Selanjutnya kami juga melakukan pembinaan juga kepada beberapa rekan-rekan Pokdarwis, ini juga masalah istilah yang kami lihat cukup penting kita samakan mengenai Pokdarwis Bapak/Ibu sekalian. Karena memang Pokdarwis ini ada di daerah terutama dibentuk oleh Dinas Pariwisata atau daerah tujuan wisata. Namun karena

Page 8: Komisi X DPR RI

- 8 -

Pokdarwis mungkin di dalam rangka mereka jaringan nasionalnya belum ada, jadi kami kebetulan minta agar teman-teman MASATA di daerah itu bisa merangkul teman-teman Pokdarwis yang ada di daerah.

Selanjutnya mungkin ini beberapa hal yang kami lakukan tahapan-tahapannya dalam melaksanakan kegiatan kami, sekali lagi mohon izin untuk supaya kami bisa lebih berinteraksi Pimpinan, supaya bisa kami secara singkat saja menyampaikan paparan kami melalui slide ini. Tetapi kami ingin menyampaikan bahwa yang paling penting kami lihat yang ada atau terjadi di lapangan atau yang terjadi di banyak desa wisata yang ada itu terjadi kemiripan. Karena memang desa wisata kita rata-rata potensinya Ibu Pimpinan, rata-rata apakah itu memang dia basisnya alam atau budaya, itu yang paling besar ya. Jadi kalau kita presentasikan wisata alam dan budaya itu merepresentasikan sekitar mungkin 80% dari daya tarik desa wisata.

Untuk itu kita melihat hal-hal yang penting juga bagi desa wisata ini

yang terakhir dari kami adalah kaitannya dengan pemasarannya. Jadi pada saat sudah banyak kementerian/lembaga dan kemudian yang organisasi lainnya mendukung desa wisata, pertanyaannya adalah bagaimana desa wisata ini dipasarkan. Mungkin kalau kita mau mereservasi sebuah hotel katakanlah di Semarang atau di Bali itu sangat dengan mudah kita melakukan reservasi di sebuah platform atau bisa di online travel agent atau OTA. Tapi kalau mau booking paket desa wisata ini belum ada, mungkin saya langsung ke slide kami yang selanjutnya.

Kemudian lanjut, Ibu Pimpinan yang paling penting yang kami lihat adalah ternyata dalam masalah pemasarannya begitu ya. Jadi bagaimana memasarkan desa-desa wisata ini dan bagaimana mereka memiliki sebuah standar yang sama begitu ya dalam pelayanannya. Karena tentunya pada masa-masa seperti ini yang kaitannya dengan para wisatawan memang mereka melihat bagaimana penerapan protokol kesehatan dilakukan di desa-desa tersebut.

Selanjutnya, mungkin mohon izin di slide kami yang terakhir, boleh dibantu ke slide nomor 30, eh sorry 29. Untuk itu kami kebetulan bekerja sama dengan PT Telkom Indonesia, kami berencana meluncurkan sebuah aplikasi yang nanti di mana aplikasi ini memungkinkan Bapak/Ibu sekalian dapat mereservasi paket-paket desa wisata yang ada khususnya di seluruh Indonesia khususnya yang kami bina ke di beberapa tempat di Indonesia. Mungkin itu sebagai awalan dan sekali lagi karena kami ingin sangat memanfaatkan waktu ini untuk berdiskusi Ibu Pimpinan dan menjawab pertanyaan, jadi materi ini sudah kami kirimkan. Jadi mungkin dan kami juga memberikan kesempatan kepada rekan-rekan lain.

Terima kasih. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Page 9: Komisi X DPR RI

- 9 -

KETUA RAPAT: Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Baiklah Mas Panca, sebenarnya tidak perlu tergesa-gesa karena waktu kita cukup tapi kita sudah dapat mengekstraksi. Jadi tadi memang ada beberapa kerja sama dengan pemerintah maupun swasta, ada juga beberapa bantuan dan keterlibatan yang diberikan oleh pemerintah kepada teman-teman kita yang bergerak di desa wisata.

Selanjutnya paparan dari Forum Komunikasi Desa Wisata, apakah Pak

Ketuanya sudah bisa online? Pak Ahmad Suhaib apa kabar? Pak Ketuanya bagaimana?

DIVISI PENGEMBANGAN SDM DESA WISATA ASIDEWI (AHMAD SUHAIB, S.E.): Sudah online itu. KETUA RAPAT:

Oh sudah online ya? DIVISI PENGEMBANGAN SDM DESA WISATA ASIDEWI (AHMAD SUHAIB, S.E.):

Mungkin agak gangguan saya bisa membantu untuk menyampaikan

slide-nya. Tapi saya lihat tadi di partisipan sudah online. KETUA RAPAT:

Sudah online nggih? Monggo dimulai saja. Silakan.

DIVISI PENGEMBANGAN SDM DESA WISATA ASIDEWI (AHMAD SUHAIB, S.E.):

Mungkin karena belum muncul mungkin saya dahulu bisa saya mulai. Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera. Om swastiastu. Namo buddhaya.

Oh ini Pak Andi hadir, monggo Pak Ketua silakan, Pak Ketua barusan chat di kolom chat, Pak Andi? Oke, mungkin saya lanjut dahulu, oh video, audionya tidak dibuka oleh host untuk Pak Andi kan enggak bisa terbuka, mohon bantuan untuk tim kreatif.

Page 10: Komisi X DPR RI

- 10 -

KETUA RAPAT:

Sudah Pak? Ada di chat namanya Pak.

DIVISI PENGEMBANGAN SDM DESA WISATA ASIDEWI (AHMAD SUHAIB, S.E.):

Ya mengabarkan bahwa mikrofonnya enggak bisa di-on-kan, mungkin terkunci oleh host. KETUA RAPAT:

Piye namanya? Pak Andi Yuwono, harus dipencet sendiri Pak, nah itu dia, coba di-pin, biar besar. Pak Andi Yuwono tolong dipencet mute-nya Pak, dari sini sudah dirilis, dipencet sendiri, videonya juga dipencet sendiri karena di sini semuanya dirilis, jadi bebas, oh tidak bisa, tapi mute-nya ada di alat yang digunakan oleh Pak Andi. Baik Pak Ahmad Suhaib mungkin bisa diwakili dahulu sambil Pak Andi berjuang untuk bisa bergabung dengan kita. DIVISI PENGEMBANGAN SDM DESA WISATA ASIDEWI (AHMAD SUHAIB, S.E.):

Untuk bisa on. Sekali lagi mungkin perkenalkan nama saya Ahmad Suhaib, untuk koreksi saya bukan di bagian data Ibu jadi saya bagian pengembangan SDM desa wisata. Yang mulia Pimpinan Panja Desa Wisata dan Kampung Tematik Ibu Agustina Wilujeng Pramestuti. Juga seluruh Anggota Dewan yang mulia. KETUA UMUM ASIDEWI (ANDI YUWONO, S.Sos., M.Si.):

Halo saya siap. DIVISI PENGEMBANGAN SDM DESA WISATA ASIDEWI (AHMAD SUHAIB, S.E.):

Oh ini Pak Andi sudah oke, mungkin langsung waktunya saya serahkan ke Mas Andi untuk melanjutkan pemaparan, slide-nya mungkin disiapkan oleh host. KETUA RAPAT:

Silakan Pak. Pak Ahmad Suhaib itu murai batunya di mana tempatnya?

DIVISI PENGEMBANGAN SDM DESA WISATA ASIDEWI (AHMAD SUHAIB, S.E.):

Di Jombang Ibu.

Page 11: Komisi X DPR RI

- 11 -

KETUA RAPAT:

Oh di Jombang, mudah-mudahan kita punya kesempatan untuk mengunjungi ya Pak ya, terima kasih Pak. Pak Andi silakan. KETUA UMUM ASIDEWI (ANDI YUWONO, S.Sos., M.Si.):

Terima kasih. Ibu Pimpinan yang saya hormati. Semua yang hadir di rapat dengar pendapat ini. Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semuanya. Om swastiastu. Namo buddhaya. Salam kebajikan. Shalom . Rahayu, rahayu, rahayu. Yang saya hormati Ibu Pimpinan Sidang Komisi X DPR RI. Yang saya hormati para Wakil Pimpinan dan seluruh Anggota. Seluruh yang hadir di tempat ini, baik yang virtual maupun yang langsung di ruangan.

Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya Andi Yuwono sebagai Ketua Umum Asosiasi Desa Wisata Indonesia (ASIDEWI) dan tadi sudah ada mitra saya Mas Panca Sarungu dari MASATA yang sudah mendahului. Terima kasih atas kesempatannya untuk kami bisa ikut berkontribusi dalam pemikiran di rapat dengar pendapat ini. Ibu Pimpinan yang saya hormati.

Sebagai prolog, nanti mohon untuk host bisa menyiapkan materi yang sudah saya share satu hari sebelumnya kemarin. Sebagai prolog bahwa ASIDEWI di tahun 2021 ini kita sudah berumur 10 tahun, jadi ASIDEWI lahir pada tanggal 13 April 2011. Jadi kami hari ini sudah mempunyai jejaring di tingkatan provinsi maupun kabupaten/kota yang Insya Allah itu sudah tersinergi, berkolaborasi dengan baik dengan apa yang menjadi program-program kita di pengembangan desa wisata. Ibu Pimpinan yang saya hormati.

Mungkin izinkan saya menyampaikan slide yang sudah saya siapkan, jadi perkembangannya bahwa hari ini memang betul desa wisata menjadi sesuatu produk wisata di Indonesia yang sangat seksi kalau menurut kita. Jadi banyak sekali sekarang lembaga-lembaga pemerintah di lintas kementerian/lembaga yang sudah membantu, baik langsung maupun tidak langsung terhadap pengembangan desa-desa wisata di Indonesia dan juga

Page 12: Komisi X DPR RI

- 12 -

unsur pentahelix yang lain. Misalkan ada dari BUMN maupun swasta itu juga banyak membantu pengembangan desa-desa wisata di Indonesia.

ASIDEWI sebagai wadah atau asosiasi yang menjadi rumah besar desa-desa wisata di Indonesia hari ini sudah termanivestasi menjadi sebuah gerakan yang cukup masif. Jadi ketika kita di era pandemi ini semuanya serba dibatasi dan semuanya serba diatur karena protokol kesehatan harus dilakukan, alhamdulillah ASIDEWI masih bisa berkontribusi untuk membangkitkan kembali, memberikan semangat, memberikan optimisme bahwa dengan desa wisata pariwisata Indonesia akan bisa pulih dan bangkit kembali, mohon slide-nya langsung.

Kami Ibu Pimpinan, kita ASIDEWI memiliki sebuah moto yaitu dari spirit kearifan lokal menuju desa wisata hebat, bangsa bermartabat. Kenapa kita mempunyai moto dari spirit kearifan lokal? Karena desa wisata ruhnya adalah community, ruhnya adalah masyarakat, ruhnya adalah satu-kesatuan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan dengan satu yang lain. Makanya kita mempunyai moto dari spirit kearifan lokal menuju desa wisata hebat, bangsa bermartabat. Dengan adanya desa-desa yang akan bangkit melalui pariwisata, maka sangat mungkin dan sangat bisa dipastikan ekonomi Indonesia akan pulih kembali. Pada saat era pandemi ini salah satu yang digadang-gadang pemerintah untuk bisa menjadi alternatif atau menjadi pemicu kebangkitan pariwisata adalah desa wisata.

Alhamdulillah selama pandemi ini kita juga melakukan kolaborasi yang

apik dari kementerian yaitu Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga Kementerian Desa. Kita hari ini Kementerian Pariwisata juga menggelar namanya Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021, di mana ketika hari ini kita menghadapi masa-masa sulit tapi ini sangat mendapat apresiasi yang luar biasa. Ada 1.831 desa yang mendaftar di ajang yang cukup potensi dan cukup bisa memberikan optimisme bahwa dengan digelarnya perhelatan ini desa wisata akan bangkit kembali dan ini sudah masuk ke fase penjurian 50 besar dan ini luar biasa, ekspektasi, antusiasme dan optimisme masyarakat untuk bagaimana bangkit kembali.

Kami akan mencoba untuk mempresentasikan apa yang sudah kami susun, kita di desa wisata itu memang banyak hal yang mungkin ini bisa menjadi sesuatu kekuatan ataupun tantangan ataupun nantinya bisa menjadi sebuah modal awal untuk kita bangkit bersama. Kita di desa wisata itu mempunyai modal yang sudah sangat melekat, yang sudah sangat kental di ritus hidup kehidupan sehari-hari masyarakat, apa itu? Kita mempunyai keramahtamahan yang luar biasa, hospitality. Kita di sini di ASIDEWI selain kita melakukan peningkatan kapasitas, juga kita tetap mempertahankan bagaimana hospitality ini menjadi sebuah ruh atau instrumen yang bisa menjadi daya pikat, sehingga kenapa desa wisata akan bisa menjadi trigger kebangkitan pariwisata di Indonesia.

Kita juga bisa beradaptasi pada hari ini dihadapkan pada masa sulit

misalkan ketika wisata ini sudah dibuka begitu belum tentu kita mempunyai segmentasi wisatawan mancanegara, karena apa? Masih diberlakukannya

Page 13: Komisi X DPR RI

- 13 -

penutupan-penutupan pintu masuk lintas negara. Makanya segmen yang paling tepat untuk kita sasar bagaimana kita bisa menyasar wisatawan nusantara. Wisatawan nusantara di Indonesia pun juga sangat potensial, karena apa? Selain desa wisata mempunyai harga yang terjangkau, mempunyai banyak fasilitas yang bisa difasilitasi, jumlah wisatawan nusantara kita juga sangat besar.

Yang ketiga, kita di Indonesia ini punya kekayaan khazanah budaya

dan keindahan alam yang itu sudah menjadi, sudah ada sejak dahulu. Ini adalah modal dasar yang diberikan oleh alam, yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk kita manfaatkan di desa-desa kita. Yang selanjutnya adalah kompetensi SDM kita mungkin masih rata-rata, ini tugas kami. Jadi ASIDEWI dalam 10 tahun ini kita mempunyai fungsi yaitu kita melakukan peningkatan kapasitas SDM, kita melakukan pelatihan-pelatihan, pendampingan dan itu kita lakukan juga dengan bekerja sama dengan unsur pentahelix yang lain, termasuk perguruan tinggi.

Alhamdulillah hari ini dalam rangka meningkatkan kapasitas SDM pariwisata di desa wisata dengan adanya program Kampus Merdeka Belajar yang diamanatkan oleh Kemendikbud Ristek, kami sudah ber-MoU dengan hampir semua perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang ada di Indonesia, terutama yang mempunyai jurusan pariwisata. Di sini kita berkolaborasi, ASIDEWI sebagai wadah atau rumah besar desa wisata kita menentukan lokus, menentukan lokasi desa-desa mana yang nanti bisa kita kerja samakan dalam rangka apa? Peningkatan kapasitas SDM. Yang kedua dalam rangka apa? Peningkatan kapasitas manajemen kelembagaan.

Desa wisata ini kan apa pun itu adalah bisnis, tourism is business. Jadi

ketika bisnis ini tidak dikelola dengan baik, dengan manajemen yang baik maka ini akan menjadi sebuah preseden buruk. Makanya di dalam pendampingan SDM kita juga berbicara tentang manajemen kelembagaan, tata kelolanya seperti apa, siapa melakukan apa, dapat apa, ini harus clear ke depan, karena apa? Masyarakat kita yang notabene ini adalah pelaku produksi, yang dia ini adalah sebagai petani, sebagai nelayan atau sebagai pekebun dengan desa wisata, dengan pariwisata masyarakat kita harus mempunyai kemampuan jasa, melayani, servis, hospitality nah ini harus ada manajemen yang baik.

Jadi kita melakukan pendampingan bagaimana di desa wisata itu juga

muncul SDM-SDM yang layak dan mampu menjadi pelaku pariwisata yang baik, juga bisa me-manage, mengelola hasil daripada kue pariwisata yang nikmat itu sehingga bisnis sosial berbasis community ini bisa menjadi sesuatu yang diharapkan, yang juga akan menjadi sesuatu yang menjadi kebanggaan terutama bagi masyarakat desa.

Selanjutnya adalah infrastruktur, infrastruktur kita di desa wisata ini memang sangat variatif. Banyak sekali desa-desa yang indah di pelosok nusantara yang mempunyai potensi yang luar biasa, tapi infrastruktur baik fisik maupun non fisiknya minim. Misalkan saya hari ini mungkin tadi ada gangguan mohon maaf, hari ini saya berada di Kabupaten Kepulauan Selayar

Page 14: Komisi X DPR RI

- 14 -

Takabonerate di Sulawesi Selatan. Ini juga dalam rangka pendampingan ASIDEWI, kita berada di lapangan untuk memastikan bahwa kesiapan SDM terutama di desa wisata itu bisa benar-benar siap dalam rangka menerima tamu.

Hari ini kita pun di sini juga ada kendala Ibu Pimpinan yang saya

hormati, yang seharusnya dari Selayar ke Makassar atau sebaliknya Makassar ke Selayar itu ada penerbangan, hari ini ternyata sudah 2 bulan ini penerbangan tidak ada atau tidak beroperasi. Sehingga apa? Kami melakukan perjalanan darat selama 7 jam dan melakukan perjalanan berlayar menggunakan kapal laut, sehingga sampai di sini. Mungkin ketika ini nanti ada intervensi dari pemerintah, dari lintas kementerian maka desa-desa wisata yang mempunyai ciri khas, yang mempunyai keunikan, yang mempunyai potensi alam dan budaya yang keren ini semua mempunyai kesempatan yang sama untuk bisa menjadi tuan rumah yang baik dan layak untuk dikunjungi oleh wisatawan. Ini yang mungkin juga menjadi perhatian kita.

Yang ketiga adalah kesiapan konten rekayasa promosi dan lebih banyak juga dilakukan. Hari ini kami di ASIDEWI kita itu punya lima program Ibu Pimpinan, di antaranya adalah yang pertama kita punya program namanya ASIDEWI Discovery Channel. Kita hari ini lagi merintis sebuah portal atau TV digital yang itu isinya adalah konten-konten terkait profil desa wisata, terkait bagaimana produk-produk desa wisata itu bisa divisualisasi dan bisa diakses oleh khalayak atau oleh dunia luar dengan mudah. Ini kita lagi men-develope portal atau men-develope sebuah channel ASIDEWI Discovery Channel.

Yang kedua, program kita adalah ASIDEWI Digital Solution. Di era

pandemi ini di mana semuanya keterbukaan secara akses digital maupun internet ini perlu juga dilakukan. Kita juga sudah bekerja sama dengan Kemenkominfo di beberapa wilayah dengan program baktinya itu, ini juga sangat membantu. Bagaimana ada minimal BTS-BTS mini di desa-desa wisata yang sangat cantik, yang sangat elok yang itu juga mempunyai potensi untuk bisa mengabarkan pada dunia luar desanya itu cantik. Misalkan 2020 kita mempunyai program di sebuah kampung adat yang cukup terkonservasi dengan baik di Provinsi Nusa Tenggara Timur, di Sumba Barat Daya, di Kampung Adat Ratenggaro. Kita mendorong agar di situ dibuat BTS mini, kenapa? Masyarakat juga punya hak akses internet atas informasi yang sama, makanya kita ada program ASIDEWI Digital Solution.

Yang ketiga, kita punya program namanya ASIDEWI Tourism Service. Sekali lagi ini adalah produk wisata, wisata ini harus ada yang membeli. Kita harus memastikan desa wisata yang baik ini ada yang mengunjungi, ada yang membeli produk-produk wisatanya makanya kita bekerja sama dengan asosiasi yang lainnya, dalam hal ini kami sudah ber-MoU dengan ASITA, dengan ASPI dan dengan pelaku usaha jasa pariwisata yang lain agar apa? Desa wisata ini tidak merasa kesepian, tidak merasa sendirian. Ada pihak lain yang juga ikut mendorong bahwa desa wisata layak dikunjungi, bahwa desa wisata dengan segala macam potensi yang sangat luar biasa ini menjadi

Page 15: Komisi X DPR RI

- 15 -

sesuatu destinasi lanskap yang itu bisa menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi. Makanya kita ada ASIDEWI Tourism Service.

Yang keempat, kita ada program namanya Astadewi Kreatif, Asta itu artinya tangan, Dewi itu desa wisata kreatif. Ini kita mendorong UMKM, produk-produk kreatif yang ada di desa. Terbukti ketika pandemi 2020 masuk di Indonesia mulai Maret, otomatis wisata macet, otomatis wisata mati suri, tidak ada perjalanan atau aktivitas pariwisata. Yang bisa kita harapkan apa? UKM, produk kreatif, oleh-oleh, suvenir yang ada di desa wisata. Kami mempunyai gerakan moral di ASIDEWI Bela Beli Produk Desa Wisata, ini minimal menjadi sebuah alat dan cara untuk survei. Minimal kita bisa barter, saling tukar, saling membeli dari produk-produk kreatif yang ada di desa wisata kita.

Yang terakhir, kita punya program namanya ASIDEWI Social Responsibility. Dalam rangka seperti ini ASIDEWI Social Responsibility ini istilahnya CSR-nya ASIDEWI, walaupun ASIDEWI bukan lembaga profit, tidak mempunyai kekayaan yang ini tapi kita punya kepedulian sosial. Makanya tiap tahun kita ada program ekspedisi Ibu Pimpinan, seperti tahun kemarin kita ada ekspedisi bumi Raflesia, di Bengkulu. Kita juga ada ekspedisi Cross Borneo, kita mendampingi desa-desa wisata terdepan di perbatasan-perbatasan Indonesia dengan negara tetangga. Ini sangat penting, kenapa? Karena ini menjadi sesuatu yang memberikan optimisme bagi pelaku desa wisata di daerah terdepan, terpencil, mungkin 3T, dia mempunyai kesempatan yang sama, dia mempunyai kawan, dia mempunyai semacam induk rumah besar sehingga kita bisa untuk maju bersama. Makanya kami ASIDEWI punya tagline Desa Wisata Bangkit, nah ini salah satunya. Kita juga di NTT pernah membuat ASIDEWI Award, ini bagian daripada optimisme itu bisa muncul di desa-desa wisata.

Tahun 2021 kita ada program pendampingan di beberapa provinsi, salah satunya kami di Sulawesi Selatan hari ini kami di Selayar dan di beberapa daerah-daerah yang lain. Ini adalah salah satu konsentrasi kami di ASIDEWI Ibu Pimpinan, yang sudah kami lakukan dalam rentang waktu 10 tahun ini dan alhamdulillah hari ini kita bertemu dengan Komisi X yang mungkin memang partnernya dari kementerian untuk bisa memberikan solusi atau sebuah jawaban sehingga kita dalam rangka mengembangkan desa wisata ini mempunyai rule yang benar dari sisi kebijakan, dari sisi pemanfaatan program, juga dari sisi eksekusi daripada program yang nanti akan bisa dikolaborasikan dengan kami ASIDEWI yang ada di lapangan. Ibu Pimpinan yang kami hormati dan seluruh peserta rapat dengar pendapat di Komisi X ini.

Jadi kami di ASIDEWI sekali lagi siap nanti dalam rangka ini pengayaan bagaimana kita bisa menakar sebuah ide bersama bahwa desa wisata kita mempunyai keyakinan, kita meyakini bahwa ini adalah masa depan pariwisata Indonesia. Desa wisata bangkit otomatis pariwisata Indonesia akan pulih kembali dan kita bersama akan bisa keluar dari pusara permasalahan yang sangat pelik ini.

Page 16: Komisi X DPR RI

- 16 -

Ibu Pimpinan yang saya hormati.

Mungkin itu yang bisa saya sampaikan, mohon nanti disambung oleh rekan saya, di sini saya juga ditemani oleh Ibu Wiwid Dwi Antari sebagai Sekretaris Umum ASIDEWI. Beliau adalah Kades perempuan yang mengelola desa wisatanya yang hari ini bertaraf internasional di Kabupaten Pacitan, namanya Desa Wisata Watukarung, Kecamatan Pringkuku. Di Desa Watu Karung yang dikelola oleh Sekretaris Umum ASIDEWI hari ini adalah desa wisata yang dahulu adalah segmen pasarnya adalah mancanegara 90% kenapa? Karena di Pacitan, di Desa Watu Karung ini adalah spot surfing terbaik di Indonesia Bapak/Ibu.

Jadi ketika musim ombak yang baik hampir semua rumah-rumah

penduduk di Pacitan di Pringkuku ini menjadi homestay yang dibuat akomodasi sarana menginap dan lain sebagainya oleh wisatawan yang notabene asing. Dengan pandemi ini ya mungkin alternatif kebijakan untuk bertahan ya salah satunya adalah kita menyasar segmen pasar wisatawan nusantara atau lokal. Nanti mungkin akan dibantu oleh Ibu Wiwid Sekretaris Umum ASIDEWI yang juga notabene pelaku langsung, juga pengampu kebijakan di desa dan juga tadi ada Husaib dari Tambak Beras Jombang sebagai tim riset kami di lapangan juga sebagai peng-collect data-data desa-desa wisata yang ada di Indonesia sebagai bagian daripada mitra jejaring ASIDEWI.

Mungkin itu Ibu Pimpinan yang saya hormati, saya memberikan kesempatan kepada Ibu Wiwid atau Husaib untuk bisa menambah khazanah kontribusi pemikiran dari ASIDEWI di dalam rapat dengar pendapat ini. Matur nuwun. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Rahayu, rahayu, rahayu. KETUA RAPAT: Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Silakan Mbak Wiwid diteruskan langsung, masih mute kayaknya. SEKRETARIS UMUM ASIDEWI (WIWID PENI DWI ANTARI, S.Pd., M.Pd. ): Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Terima kasih, dalam suasana dan kesempatan yang luar biasa bagi saya, pada kesempatan hari ini kami dari ASIDEWI telah menyampaikan berbagai hal terkait dengan hasil pendampingan selama beberapa tahun, 10 tahun ini dan tentunya kami berharap mudah-mudahan apa yang kami lakukan bersama ini bisa lebih bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya dalam rangka menata, mengelola, dan mengoptimalkan potensi pariwisata di wilayah masing-masing.

Page 17: Komisi X DPR RI

- 17 -

Selebihnya terkait dengan program ASIDEWI yang telah disampaikan oleh Ketua ASIDEWI, ini kami berharap juga melalui Pimpinan Komisi X DPR RI, kami ASIDEWI bisa diberikan satu kesempatan lebih bersinergi kepada semua pihak. Karena tentunya saya sebagai pelaku pariwisata bisa secara langsung bisa merasakan perjuangan-perjuangan kami dalam rangka untuk meningkatkan SDM pariwisata. Harapannya pariwisata ini kita berkembang terus dan kita tetap bisa juga melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan mempertahankan kearifan-kearifan lokal yang ada.

Saya rasa tambahan dari saya demikian Pimpinan Komisi X DPR RI, mohon maaf apabila ada sesuatu hal yang kurang berkenan. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT: Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. KETUA UMUM ASIDEWI (ANDI YUWONO, S.Sos., M.Si.): Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Monggo Gus Suhaib. DIVISI PENGEMBANGAN SDM DESA WISATA ASIDEWI (AHMAD SUHAIB, S.E.): Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Langsung melanjutkan yang tadi. Selamat siang semuanya untuk yang mulia Anggota Dewan Komisi X DPR RI. Juga teman saya Mas Panca yang di tengah kesibukannya menjadi juri juga masih menyempatkan.

Ini bedanya ASIDEWI dengan MASATA ini Ibu Pimpinan, kalau ASIDEWI ini kan orang-orang desa semuanya, kantornya di daerah, kalau Mas Panca ini kantornya di ibu kota jadi lebih mudah datang ke gedung dewan. Kita ini kalau undangannya mepet-mepet itu bingung, kita nanti dapat sinyal di mana ini ya, ya itu mungkin sekelumit permasalahan yang sering kita hadapi ketika ada kegiatan seperti ini. Yang utama adalah kita bagaimana sih nanti di tempat yang kita tuju ini kita punya jaringan internet yang bagus karena tidak semua desa wisata punya itu.

Mungkin saya sedikit memberikan komentar terhadap yang Ibu

Pimpinan di awal-awal tadi sampaikan itu tadi bentuk dukungan yang dilakukan ASIDEWI sudah disampaikan oleh ketua, kira-kira lembaga mana saja yang biasanya bergerak membantu atau mendampingi desa wisata yang menurut pelaku itu paling enak. Ini kan saya pikir baik itu lembaga pendidikan

Page 18: Komisi X DPR RI

- 18 -

maupun juga swasta, terutama melalui CSR-nya saya pikir semua punya porsi sesuai dengan kemampuannya di dalam pendampingan desa wisata.

Kalau dari sisi swasta mungkin yang paling diminati itu ya mohon maaf

ini masih swasta jadi ada BCA, terus juga ada Astra, kalau dari sisi pemerintah biasanya BI yang disukai, karena apa? Lembaga-lembaga yang biasanya ikut nimbrung di dalam mendampingi desa wisata, itu kadang-kadang itu hanya mereka sepintas lalu saja belum secara komprehensif maupun belum secara utuh. Tetapi beberapa perusahaan atau pihak swasta yang mendampingi secara utuh di antaranya ya itu tadi yang saya sebutkan mereka mulai dari tidak hanya SDM-nya saja. Jadi mulai bagaimana tata kelolanya, bagaimana manajemennya kalau orang desa itu tidak terbiasa dengan karena pariwisata itu bisnis, mereka bagaimana melakukan manajemen bisnis untuk desa wisatanya. Terus juga bagaimana mengemas produk-produknya, itu secara utuh seperti itu untuk beberapa pihak swasta yang selama ini ikut nimbrung di dalam pendampingan desa wisata.

Hari ini masuknya kampus ke dalam mendampingi desa wisata sangat besar dirasakan oleh teman-teman yang ada di desa. Orang desa itu kan kalau harus sekolah lagi untuk menimba ilmu kan juga susah, biasanya kita dahulu pernah bekerja sama dengan beberapa kampus mungkin ada sekolah luar ruang yang diadakan dalam waktu yang agak panjang untuk meningkatkan kapasitas SDM yang ada di desa wisata. Itu beberapa sekelumit tentang siapa sih orang-orang yang selama ini suka ikut nimbrung di dalam pariwisata.

Termasuk juga asosiasi seperti yang disampaikan Mas Panca tadi itu

memang Pokdarwis, Pokdarwis itu menjadi bagian penting di dalam desa wisata, tetapi tidak semua desa wisata itu dimulai oleh Pokdarwis. Karena era ini kan dimulai dari pemerintah ketika meluncurkan program desa wisata pertama melalui Kementerian Pariwisata, dahulu ada PNPM Mandiri Pariwisata itu cikal bakal dari maraknya desa wisata hari ini, yang kemudian karena kita ini berbasis desa maka tidak mungkin mengelola kebijakan berdesa wisata ini hanya ditumpukkan kepada kelompok masyarakat yang namanya Pokdarwis. Maka kita harus berkolaborasi dengan entitas pemerintahan desa yang akan mampu mengelola secara utuh.

Munculnya Undang-Undang Desa Tahun 2014 memberikan ruang bagi desa itu untuk berkolaborasi utuh dengan pemerintah desa, yang di sana kemudian kita menemukan satu formasi yang lebih lengkap, bahwa karena pariwisata ini adalah bagian dari kegiatan ekonomi atau kegiatan usaha, maka undang-undang itu memberikan satu kamar untuk melakukan kegiatan wisata itu melalui Bumdes. Secara pengelolaan yang hari ini ada di masyarakat, di sana ada Pokdarwis kah atau mungkin Poktan atau mungkin kelompok masyarakat hutan itu yang namanya LMDH yang mengawali berdirinya desa wisata dari sisi kebijakan di desa mereka bisa mencantolkan kelompok itu dari sisi kegiatan usaha melalui Bumdes, menjadi bagian dari Bumdes itu.

Page 19: Komisi X DPR RI

- 19 -

Mungkin itu terkait dengan sekelumit tambahan saya, mungkin nanti kita akan berdiskusi lebih detail melalui hal-hal yang perlu kita telusuri lebih dalam. Terima kasih atas waktunya. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT: Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Masih ada Pak Andi yang akan diminta untuk bicara? Cukup? KETUA UMUM ASIDEWI (ANDI YUWONO, S.Sos., M.Si.):

Dari ASIDEWI cukup Ibu. KETUA RAPAT:

Baiklah, terima kasih kepada teman-teman dari MASATA dan ASIDEWI paparannya menarik dan diskusinya juga cukup seru.

Selanjutnya kami persilakan kepada para Anggota Komisi X, di sini masih tersisa tiga tadi kayaknya lima ya. Kita mulai dahulu dari yang ada di dalam ruangan, 5 menit untuk para anggota tapi kalau memang nanti diskusinya asyik ya hanya terbatas, sangat terbatas dan kita waktunya banyak, silakan nanti jangan terganggu kalau bunyi tapi memang harus diukur. Silakan Pak Rano. F-PDI PERJUANGAN (RANO KARNO, S.IP.):

Baik, terima kasih Ibu Ketua. Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Kepada Rekan-rekan baik dari MASATA dan ASIDEWI.

kalau melihat pemaparan tadi misalnya dari MASATA kalau masyarakat sadar wisata ini sudah berdiri dari tahun 2018, berarti sekarang sudah hampir 3 tahun, yang menarik bagi saya ini ASIDEWI ini berdiri sudah hampir 10 tahun. Kalau melihat kiprahnya seharusnya kementerian ini bekerja sama kepada organisasi ini. Cuma barangkali saya ingin bertanya nakal, baik MASATA maupun ASIDEWI badan hukum Anda ini apa? Apakah ada badan hukumnya? Ada. Kalau ada artinya sudah waktunya mendapatkan dana hibah untuk melakukan kegiatan ini. Karena tadi bagaimana membuat aplikasi ini kan menggunakan anggaran besar.

Kalau Mas Andi Yuwono ini sudah 10 tahun ini sudah banyak

melakukan kegiatan, saya berpikirnya anggaran dari mana ya kan. Nah sementara tadi mungkin Mas Panca mengatakan awalnya berdiri sebelum pandemi tapi begitu pandemi kan luar biasa animo. Nah yang harus

Page 20: Komisi X DPR RI

- 20 -

diantisipasi mudah-mudahan pandemi akan selesai, tapi mudah-mudahan MASATA dengan ASIDEWI ini jangan terus selesai tugasnya karena desa ini memerlukan informasi. Makanya kalau di sini ada kata-kata PIC, itu PIC-nya yang menentukan siapa di desa itu? Apakah asosiasi Anda atau apakah masyarakat desa?

Tadi juga mengatakan jujur tentang SDM, saya tidak mengecilkan arti

masyarakat desa. Kalau kita membahasakan PIC, person in contact itu bahasa Inggris, itu penghubung kan. Jadi kualifikasi PIC ini juga di desa mesti harus punya kriteria Mas, sudah berani ini meng-guidence standardisasi untuk menjadi PIC di desa ini adalah ini. Sehingga untuk waktu kalian melatih SDM-nya tidak terlalu susah. Kalau tadi saya terkejut itu Gus itu Sampean yang punya murai berapa biji itu, enggak mungkin satu itu. Kebetulan saya di rumah juga murai saya ada enam, jadi saya tahu suara murai. DIVISI PENGEMBANGAN SDM DESA WISATA ASIDEWI (AHMAD SUHAIB, S.E.):

Saya punya satu, yang lain ini teman-teman jadi di depan itu kan tempatnya untuk lovebird. F-PDI PERJUANGAN (RANO KARNO, S.IP.):

Artinya burung-burung kicau ini juga bisa menjadikan satu objek loh di desa itu, aku begitu dengar suaranya murai ini bukan cucak rawa. Jadi barangkali saya pribadi kepada MASATA dengan ASIDEWI men-support kegiatan ini karena saya minta maaf bukan apa, saya pernah di Provinsi Banten yang secara kultur ini belum berkembang seperti wilayah yang lain. Makanya saya selalu mengatakan kalau menjadikan studi banding, enggak usah jauh dahulu deh, yuk ke Banten yuk. Banten itu yang maju itu cuma tiga kabupaten/kota, Tangsel, Kabupaten Tangerang dan Kota, tapi Pandeglang, Lebak ini menyedihkan.

Karena itu saya berterima kasih kepada Pak Presiden telah membuat

tol sampai ke Panimbang itu, nah itu desa wisatanya banyak yang belum dikelola dengan baik begitu loh. Saya kebetulan Dapil saya Banten III ini Mas Panca, Banten III ini cuma Tangsel, Kabupaten Tangerang, dengan Kota Tangerang yang pada dasarnya desa wisatanya sedikit, tapi kalau potensi desa wisata ini di Banten, itu ada di luar wilayah saya. Jadi barangkali dalam tanda kutip saya menitip ini pengembangan itu karena Insya Allah 85% tol Serang-Panimbang akan selesai, di mana wilayah ini akan berkembang. Nah potensi desa wisata itu saya enggak tahu apakah sudah ada ini perwakilan di Banten, kalau ada tolong dipikirkan ini karena itu tugas saya sebagai Anggota DPR Komisi X memikirkan, bukan berarti tidak memikirkan nasional tapi mungkin fokus saya adalah di provinsi ini.

Jadi sekali lagi Mas Andi jangan capek untuk memberikan bantuan kepada saudara-saudara kita di daerah, memang benar apa yang bisa kita sampaikan dari pertemuan ini tentu infrastruktur kalian mengharapkan bantuan. Infrastruktur itu ya bisa jalan, tapi yang saya tahu infrastruktur

Page 21: Komisi X DPR RI

- 21 -

jaringan itu ya problem di daerah kan, tadi sudah terdengar tentang BTS-BTS. Artinya RDPU ini diharapkan apa sih yang bisa kita bantu untuk pengembangan desa, bukan untuk pengembangan asosiasi Anda loh, tapi untuk pengembangan desa dengan potensi wisatanya. Anda ini menjadi penunjang karena pemerintah dengan kementerian enggak akan sanggup bisa menyelesaikan sekian pengembangan wisata yang ada di daerah-daerah pelosok.

Jadi mungkin itu saja Ibu Ketua, terima kasih selamat kepada ASIDEWI dan MASATA ini. Terima kasih. KETUA RAPAT:

Luar biasa Mas Rano, pas 5 menit, pas bunyi, pas juga berhenti.

Selanjutnya, ya monggo Pak silakan saja Pak Mujib. F-P. GOLKAR (Dr. H. A. MUJIB ROHMAT, M.H.): Baik, terima kasih. Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bapak dan Ibu sekalian. Pimpinan dan para Anggota yang saya hormati. Teman-teman dari MASATA dan ASIDEWI, kalau di sini ada tambahannya Pak, Asi Dewi Coryati.

Matur suwun Mas Panca maupun Mas Andi yang telah memaparkan tadi kegiatan-kegiatannya selama ini. Kemarin kita sudah berbicara dengan Pak Menteri salah satu di antara yang kita usulkan adalah bahwa bagaimana kita sadari betul pariwisata ini adalah stakeholders-nya banyak, yang harus terlibat itu banyak, bukan hanya Kementerian Pariwisata tapi K/L-K/L kementerian dan lembaga yang lainnya. Sudah pernah banyak yang namanya dewan-dewan dibentuk oleh negara, dewan ketahanan pangan, dewan kelautan, dewan-dewan yang lainnya, itu luar biasa banyak. Yang dipertanyakan adalah bagaimana efektivitas dewan-dewan itu untuk membuat kemajuan obyeknya.

Sekarang ini adalah pariwisata, kalau yang kita harapkan adalah tadi

itu stakeholders-nya banyak, yang berminat juga banyak tetapi bagaimana dijadikan menjadi, ada satu kesatuan organisasi, kesatuan manajemen, syukur-syukur ada kesatuan anggaran dan yang terakhir adalah kesatuan waktu, di ada time table-nya. Jangan sampai misalnya kegiatan ini di departemen a dilaksanakannya kapan, di sini dilaksanakannya sekarang itu enggak menyambung. Justru kita berharap bagaimana caranya teman-teman dari MASATA maupun dari ASIDEWI itu bisa ikut membantu untuk mengoordinasikan di tingkat bawah, pelaksanaannya tersebut dalam satu waktu, dalam satu manajemen.

Page 22: Komisi X DPR RI

- 22 -

Sehingga dengan demikian ini bisa kayak istilah saya adalah kayak bikin reality show, itu dari berbagai pihak itu ada dalam satu manajemen disulap dalam waktu sekian, mungkin butuh waktu 3 hari kalau ini mau membuat wisata mungkin 1 tahun, itu betul-betul selesai. Misalnya tadi yang disebut-sebut Bang Rano yang bersifat, yang berkaitan dengan amenitasnya, yang berkaitan dengan infrastrukturnya, yang berkaitan dengan mungkin polesan dari destinasi wisatanya itu sendiri. Sehingga dengan demikian pada waktu yang sama misalnya jaringannya sudah jalan, kemudian listriknya sudah jalan, kemudian homestay-nya juga sudah jalan dan lain sebagainya sehingga dengan demikian dibuka itu, kemudian bisa jalan dengan baik. Itu yang kita harapkan jadi satu-kesatuan manajemen, satu-kesatuan anggaran, satu-kesatuan waktu untuk melaksanakan kegiatan tersebut, kalau ini bisa dilaksanakan luar biasa.

Yang kedua, bagaimana menurut pandangan dari teman-teman ini MASATA maupun ASIDEWI, jumlah desa kita ini nomenklaturnya desa wisata. Saya hampir yakin Indonesia yang ini kata orang Timur Tengah itu adalah qith’atun minal jannah, itu serpihan surga, ini ada Pak Hilmi ini. Jadi qith’atun minal jannah, kita punya sumber daya alam yang luar biasa, banyaknya luar biasa jadi karena itu kalau jumlahnya 80 ribu desa hampir yakin saya Insya Allah setiap desa itu pasti punya potensi tersebut. Kalau ini dikembangkan luar biasa maju, pasti kecamatannya maju, kabupatennya Pak Rano tadi maju, provinsinya juga maju dan Indonesia itu maju. Kenapa kemudian kita punya Undang-Undang Desa, saya kira kesadaran ini yang melandasinya.

Pertanyaannya adalah bagaimana menurut teman-teman sekalian, kok

gagasan kita, rencana RPJMN dari pemerintah sendiri sampai 2024 hanya 244 dan tahun ini berapa tadi Ibu? 16 ya Ibu? Tahun ini hanya 16 desa ya? 67 desa hanya sebegitu, nah itu kalau digarap sama ASIDEWI, digarap sama MASATA sudah selesai itu, kalau diselesaikan MASATA sama Mas Andi yang punya burung tadi sudah selesai Pak begitu. Jadi saya kira ini tolong ikut dibantu bagaimana meyakinkan dari pihak pemerintah, tadi itu adalah bagaimana menyatukan langkahnya bareng-bareng. Kemudian yang kedua adalah bagaimana menambah, mempercepat akselerasi dari desa wisata di seluruh Indonesia.

Kemudian yang terakhir adalah bagaimana memadukan antara tadi yang disebut mungkin sumber daya alamnya sudah luar biasa tetapi sumber daya manusianya ini yang kemudian penting untuk ditingkatkan. Nah kita sudah punya kesadaran untuk menghubungkan antara desa wisata ini dengan perguruan-perguruan tinggi dan biasanya di setiap provinsi pasti ada perguruan tingginya, bahkan di kabupaten juga ada perguruan tingginya. Sehingga dengan demikian rasa-rasanya kok harusnya ini bisa terjadi akselerasi yang luar biasa, kalau padu-padan tadi itu bisa berjalan dengan baik. Terima kasih. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Belum bunyi Ibu ya?

Page 23: Komisi X DPR RI

- 23 -

KETUA RAPAT:

Sudah langsung tak matikan Pak, kan dibatasi kalau dihitung jumlah anggota dan jumlah jamnya enggak cukup, maka dibatasi. Tapi tetap harus diukur katanya. Jadi begitulah ya, ini dari informasi yang kita terima memang 67 ya? 67 tahun ini ya pembangunannya yang ada di Kementerian Desa dibatalkan, iya 67, tetapi yang ada di Kemenparekraf dukungan pengembangan SDM kalau tidak salah ya masih tetap ada, ditunda juga ya? Kemarin kita refocusing masih ada ya? DEPUTI SEKRETARIS EKSEKUTIF MASATA (Dr. (C). REZKA AIDA PSPN, SST.Par., MM.Par.):

Kebetulan perkenalkan nama saya Rezka, saya adalah salah satu koordinator di Provinsi Bali untuk program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Program Pendampingan SDM Desa Wisata. Untuk program dari tahun 2021 sampai 2024 hanya ada 244 desa wisata, nah dari hasil data itu dari anggota pengurus kami juga banyak yang bilang kenapa cuma 244, sedangkan desa wisata itu sebenarnya ada banyak dan mereka itu berusaha mengajukan beberapa desa untuk masuk ke dalam program tersebut. Namun pertimbangan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah karena desa tersebut sudah yang termasuk ke dalam tahapan desa wisata berkembang dan maju, karena target mereka adalah desa wisata yang tahun ini termasuk ke dalam berkembang harus menjadi maju dan desa wisata yang maju harus menjadi mandiri, targetnya harus seperti itu. Jadi tidak semua desa wisata termasuk ke dalam data tersebut.

Untuk tahun ini yang rencananya itu kita sudah merencanakan dari bulan Oktober sampai dengan bulan Juni mengenai Program Pendampingan SDM Desa Wisata, yang dimulai dari menyeleksi siapa yang menjadi PIC berdasarkan klasifikasinya harus seperti apa persyaratannya, dia memiliki kemampuan seperti apa sesuai dengan yang Kemenpar buatkan persyaratannya. Lalu kita juga sudah membuat yang namanya rencana aksi, jadi di saat kita ke lapangan kita harus melakukan apa, lalu pendampingannya seperti apa, anggarannya berapa. Nah untuk program pendampingan sendiri dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu memberikan anggaran kurang lebih sekitar 40 juta yang untuk dilaksanakan selama 2 minggu sampai 1 bulan, iya untuk satu desa. Dalam satu desa itu terdiri dari dua pendamping, yang dua pendampingnya itu adalah satu pendamping dari satu asosiasi dan jadi satu desa itu terdiri dari dua asosiasi yang berbeda kayak begitu.

Nah kalau misalnya, bagaimana Pak? Programnya beda Pak, jadi asosiasi desanya ada 67 sedangkan untuk kampus sendiri dia diizinkan untuk mencari desa mana yang terdekat dari kampusnya kayak begitu. Nah kalau untuk asosiasi itu kita dari satu Indonesia itu dibagi-bagi karena kan asosiasi itu ter data yang untuk di Kementerian Pariwisata itu ada 14 asosiasi. Dari situ untuk MASATA sendiri kita mendapat bagian dua orang itu koordinator di provinsi dan 17 pendamping desa wisata di daerah kabupaten dan kota, seperti itu. Namun berdasarkan anggaran yang kemarin karena PPKM, jadi

Page 24: Komisi X DPR RI

- 24 -

ada penundaan yang seharusnya program itu dilaksanakan di bulan Juli dan Agustus, per dua minggu itu per satu kompetensi ditunda rencananya katanya di tahun depan seperti itu Ibu.

Begini Pak, kalau misalnya dari program yang Kementerian Pariwisata itu untuk program ke lapangan, ke desa wisata yang terdiri dari satu desa itu dua pendamping nah kita itu offline Pak, jadi kita datang langsung ke sana. Kita itu dari setiap asosiasi kan dia punya kompetensi berdasarkan yang dibutuhkan desanya, dari situ misalnya untuk Asosiasi MASATA, dia memberikan kompetensi pengajaran kepada masyarakat desa yang terdiri dari antara 10-15 masyarakat orang-orang di desa itu, misalnya kompetensinya kalau dia di restoran, cara menyajikannya seperti apa, terus misalnya kalau dia membutuhkan kompetensi pemandu wisata, cara mengajarkannya harus seperti apa untuk menariknya wisatawan berkunjung. Itu satu pendamping desa diberikan waktu selama 2 minggu sampai 1 bulan, seperti itu Pak, ditunda karena anggarannya Pak.

Jadi begini Pak, kalau MASATA sendiri kan kita itu sudah membuat yang namanya suatu program dari bulan Januari sampai bulan Desember. Nah dari bulan Januari sampai bulan Juni itu semua anggota kita yang khususnya kita itu, jadi sebelum pemerintah jalan kita sudah jalan terlebih dahulu. Nah kita itu karena kita enggak mau menunggu-nunggu dari pemerintah, kita juga harus tahu di lapangan itu kenyataannya seperti apa. Jadi saat pemerintah bilang ini desa ini dia termasuk berkembang, dia termasuk maju, kita datang kita cek ulang, benar enggak sih dia itu yang masuk persyaratan berkembang, benar enggak sih maju. Kalau misalnya ternyata itu sesuai dengan yang data yang di Kemenpar kita mengajukan, Pak kenyataannya di lapangan tidak seperti yang Bapak bilang, ini bukti-buktinya karena kita kan ada perwakilan juga di sana. Nah setelah itu kita datang ke sana ternyata dari kementeriannya itu dia bilang, tapi program yang dilaksanakan hanya untuk saat ini hanya 67 seperti itu Pak. KETUA RAPAT:

Ya ini gila ini, artinya kan memang diniatkan tidak tercapai ya, lah wong setiap tahun saja sudah dikecil-kecil kok, ternyata ditunda juga dan kalau saya lihat di RPJMN ini ternyata itu 24 desa wisata lokasinya ada di sekitar destinasi wisata prioritas dan non prioritas. DEPUTI SEKRETARIS EKSEKUTIF MASATA (Dr. (C). REZKA AIDA PSPN, SST.Par., MM.Par.):

Jadi begini Ibu, dari 244 desa wisata itu yang menjadi target utama khususnya di tahun ini mengenai 67 adalah desa wisata yang tidak jauh berada di sekitar dari 5 destinasi super prioritas karena mereka berharap, iya jadi misalnya desa wisata yang ada di Borobudur ini, desa wisata yang di sekitar Borobudur dahulu karena mereka pemikirnya begini saat wisatawan datang ke Borobudur setidaknya bisa juga mengunjungi desa wisata yang ada di sekitarnya dan mereka itu berharap kalau misalnya wisatawan itu kan

Page 25: Komisi X DPR RI

- 25 -

identik datang ke Borobudur itu pasti yang ramainya Jogja sih, enggak Jawa Tengah, nah penginnya itu Jawa Tengah ikut ramai seperti itu. F-P. GOLKAR (Dr. H. A. MUJIB ROHMAT, M.H.):

Kemarin kan sudah ada anugerah itu, sekarang sudah 50 besar. Itu artinya Ibu kan berarti sudah ada skrining, yang tadi disampaikan Ibu tadi misalnya didatangi ternyata belum apa-apa. Nanti dengan sekarang sudah ada 50 itu, kalau seandainya fokus saja pada yang itu, kan itu sudah mencukupi mestinya. Nah kenapa enggak itu dahulu yang mau digarap yang sudah hampir pasti karena itu sudah ada akurasinya dari panjenengan itu berarti itu bisa dilanjutkan. Cuma sekarang sudah 50 ya? Sudah 50 besar padahal tahun ini adalah 67 cuma tadi programnya dihentikan ya, dihentikan aduh. KETUA RAPAT:

Memang susah ini Pak. F-P. GOLKAR (Dr. H. A. MUJIB ROHMAT, M.H.):

Besok kita ke Bali Ibu, besok kita kunjungan ke Bali ke Panglipura, ke Bangli. Tadi di Ibu perhatiannya termasuk ke Bali. DEPUTI SEKRETARIS EKSEKUTIF MASATA (DR. (C). REZKA AIDA PSPN, SST.Par., MM.Par.):

Iya Pak. Kenapa Pak? Panglipura itu dia tidak termasuk Pak datanya karena dia sudah termasuk desa wisata mandiri begitu, iya. Jadi yang termasuk data itu hanya yang desa wisata berkembang dan desa wisata maju, kalau untuk di Bali itu namanya Desa Pemuteran ya. KETUA UMUM MASATA (PANCA R. SARUNGU, S.E., MMSI., CTE.):

Dan kebetulan kami desa wisata di Bali yang kami dukung, Desa Wisata Taro kemarin jadi juara 1 di BCA Desa Wisata Award begitu. Jadi, izin kalau ke Bali bisa mengunjungi Desa Wisata Taro juga Pak.Terima kasih. KETUA RAPAT:

Sepertinya memang menarik ya kita dari kecil sampai dengan seusia begini kan kalau ke Bali itu ya yang dilihatkan itu-itu saja, iya kalau memang kita bisa paham dan ada kesempatan dan waktu, kita ingin sekali mengunjungi desa wisata sambil melihat perkembangannya sebenarnya kayak apa sih yang namanya desa wisata mandiri ya, kategori mandiri. Memang Desa Wisata Awards atau kompetisi-kompetisi tentang desa wisata apa pun ini memberi, memicu desa wisata itu secara keinginan sendiri untuk bisa mengembangkan diri. Paling tidak pada saat ikut perlombaan mereka berbenah ya, bagus tata caranya.

Page 26: Komisi X DPR RI

- 26 -

Kemudian monggo Pak Kiai. F-PKS (Dr. H. FAHMI ALAYDROES, M.M., Med.):

Terima kasih Ibu Agustina. Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Yang saya hormati Ibu Agustina, teman-teman Komisi X baik hadir fisik maupun virtual. Tentu saja yang saya banggakan dari MASATA ataupun dari ASIDEWI yang hadir fisik maupun virtual.

Saya menghargai dan mengapresiasi yang sebesar-besarnya kepada MASATA maupun ASIDEWI yang luar biasa berupaya untuk mengembangkan desa wisata di negeri kita, yang menurut saya desa-desa yang ada di kita itu baik daya tarik alam maupun budaya adalah anugerah yang luar biasa dari Tuhan, yang apabila tidak terkelola dengan sebaik-baiknya berarti kita menjadi orang-orang yang tidak bersyukur. Oleh karena itu keberadaan dua apa asosiasi atau perkumpulan ini, ini sangat luar biasa, sangat strategis, jangan patah semangat terus bekerja meskipun barangkali dalam kondisi yang sangat sulit ini pemerintah belum memberikan support yang memadai barangkali ya, jadi jangan patah semangat.

Pertanyaan saya yang pertama dalam konteks asosiasi apakah yang memberikan support, perhatian kepada pengembangan desa wisata di Indonesia ini yang dari non pemerintah hanya dua ini saja atau ada yang lain? Itu yang pertama. Yang kedua yang ingin saya tanyakan juga adalah, sebelum yang kedua saya tambahkan lagi bahwa pengembangan desa wisata ini menjadi sangat luar biasa strategis dan memiliki multiplier effect, terutama dalam konteks menghidupkan ekonomi masyarakat langsung ke dasarnya yaitu masyarakat desa dan multiplier effet-nya juga sangat luar biasa, banyak yang bisa dikembangkan.

Sehingga lagi-lagi saya garisbawahi kita benar-benar harus saling ini

saling support ini dari asosiasi MASATA maupun ASIDEWI, maupun kita Komisi X. Komisi X sengaja kok membentuk Panja Pengembangan Desa Wisata begitu karena kita sadar bahwa desa wisata ini sangat-sangat strategis dan potensinya sangat luar biasa. Tadi kan Pak Mujib juga sudah menyampaikan bahwa sesungguhnya 80 ribuan lebih desa yang ada di Indonesia yang mau dikembangkan hanya segelintir, kita hitung-hitung itu cuman seperempat persen begitu, sayang banget begitu ya. Barangkali kita termasuk terlambat begitu.

Ini pertanyaan berikutnya, kenapa sih, kenapa jadi begini? Apa yang sebenarnya terjadi. Potensi yang sangat luar biasa tetapi katakanlah political will atau support pemerintah agak lamban di luar konteks pandemi ya karena potensi ini kan sudah ada dari ratusan tahun yang lalu begitu. Yang berikutnya yang ingin saya sampaikan dalam bentuk mungkin diskusi ya, dalam benak saya desa wisata itu berbeda dengan wisata desa, betul ya?

Page 27: Komisi X DPR RI

- 27 -

Bayangan saya kalau kita sebut desa begitu atau desa yang dikembangkan menjadi objek wisata yang mesti dominan itu adalah desanya sendiri, bukan yang lain begitu. Desa dalam artian tenang, asri, kemudian unik, tradisional, ramah, pokoknya segala sesuatu yang di kota atau di dunia modern enggak didapatkan.

Orang ingin sengaja datang ke suatu desa ingin mendapatkan

pengalaman baru, pengalaman yang bisa me-refresh atau dalam bahasa agama mungkin ada retret misalnya atau apa pun namanya begitu. Pertanyaan saya, sesungguhnya mana sih yang lebih dominan ini mengembangkan suatu desa menjadi objek wisata seperti objek wisata lainnya, misalnya daya tarik alam. Kan daya tarik alam ini menurut saya bukan dominasinya si desa, apa pun kalau dia punya daya tarik alam bisa dikembangkan menjadi desa wisata. Nah sesungguhnya yang menjadi titik beratnya adalah pengembangan alam yang kebetulan ada di desa atau mengembangkan uniqueness desa, keaslian desa, budaya desa, masyarakat desa begitu. Nah itu yang barangkali tadi saya sebutkan desa wisata versus wisata desa.

Kemudian yang berikutnya yang ingin saya tanyakan adalah kan seharusnya menjadi leading sector ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, tetapi juga ada Kementerian Desa ya. Mungkin ada juga kementerian dan lembaga lain bahkan ada pemerintah pusat, ada pemerintah daerah begitu. Nah sejauh pandangan Bapak/Ibu sekalian, seperti apa koordinasi, kolaborasi mereka selama ini begitu, apakah mereka masing-masing jalan sendiri antara K/L dengan K/L yang lain, Parekraf dengan Kementerian Desa, bahkan mereka dengan BUMN, kan BUMN juga punya CSR untuk mengembangkan desa atau antara mereka dengan pemerintah daerah begitu, itu perlu juga itu dievaluasi disampaikan kepada kami. Sehingga menurut saya jadinya pengembangan desa wisata ini menghadapi tantangan yang sangat luar biasa, perlu kita bantu, perlu kita support, perlu kita dukung baik dari Komisi X maupun dari teman-teman di asosiasi.

Terakhir, saya sepakat salah satu jurus marketing di era 4.0 ini adalah digital marketing, ini penting banget begitu dan ini juga menjadi tantangan ya buat kita, bagaimana kemudian kita mampu mengelola digital marketing ini dengan menarik begitu. Misalnya saja saya coba buka Instagram ASIDEWI ya, mungkin ini masih dalam proses membangun dong ASIDEWI, kalau MASATA ada Instagramnya? Iya ada oke. Kan ada profiling desa wisata, bayangan saya kita akan mudah untuk melihat desa-desa wisata yang sedang berkembang atau sudah maju, tapi saya melihat ini, ini ya bukan kritik bukan, pertanyaan saja followers-nya cuma berapa? 1400-an begitu kalau enggak salah, ini kan tantangan begitu. Padahal kan mestinya potensinya ratusan ribu atau berbilang juta, tapi baru sebegini tantangan begitu mungkin bisa dijawab ini, kenapa followers-nya cuma sebegitu, jangan-jangan kontennya juga enggak menarik. Ini tantangan digital marketing. Terima kasih Ibu Agustina, terima kasih semua. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Page 28: Komisi X DPR RI

- 28 -

KETUA RAPAT: Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Terima kasih kembali Pak Kiai.

Selanjutnya kita kembali ke virtual, apakah mungkin PDI tadi sudah, Golkar, Gerindra?

F-P. GERINDRA (Ir. NUROJI): Pimpinan, Nuroji Pimpinan. KETUA RAPAT:

Silakan Pak Roji. F-P. GERINDRA (Ir. NUROJI):

Terima kasih Pimpinan. Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Yang saya hormati Pimpinan Panja dan seluruh Anggota. Serta para undangan dari MASATA dan ASIDEWI.

Saya juga ingin memberikan apresiasi kepada teman-teman ASIDEWI dan MASATA yang mempunyai cukup peran strategis seperti yang disampaikan tadi oleh Pak Fahmi juga. Di tengah-tengah dukungan pemerintah yang mungkin sedikit berkurang karena kondisi, sedangkan program desa wisata ini merupakan program unggulan pemerintah sesungguhnya dalam program Kementerian Pariwisata dan juga kiprahnya sudah cukup panjang tadi kita lihat 10 tahun dan 14 tahun. Begitu juga program desa wisata ini juga sebetulnya sudah didahului program sebelumnya yaitu dalam program PNPM Mandiri yang waktu itu juga cukup banyak berkontribusi untuk pembangunan pariwisata desa, sekarang namanya jadi lebih jelas desa wisata.

Saya ingin tanyakan kepada dua asosiasi ini, sejauh mana peran pemerintah yang tadi swasta juga berperan. Namun saya ingin mendalami peran pemerintah sendiri dalam hal ini kementerian Kemendes dan juga Kementerian Pariwisata, kontribusinya sejauh apa? Sedangkan peran asosiasi ternyata juga tadi saya lihat cukup penting ya dalam hal seperti misalkan mengasistensi para perintis dari desa wisata, kemudian juga mengakselerasi tentu saja itu sangat penting untuk bisa mempercepat terbentuknya desa wisata yang baru dan mandiri dan juga yang tentu tadi berdasarkan pengalaman tentu lebih memfasilitasi dalam hal ini memberikan bimbingan atau asistensi kepada calon-calon tadi inisiator atau pelopor di suatu desa. Dari segi anggaran atau dari segi kegiatan kementerian-kementerian ini bagaimana Pak peran yang cukup dirasakan atau memang

Page 29: Komisi X DPR RI

- 29 -

mungkin belum ya saya lihat tadi ceritanya lebih banyak pada peran mandiri ya dari masyarakat.

Kemudian juga kolaborasi antara stakeholders yang ada di desa

maupun di tingkat kabupaten misalnya gubernur bahkan, satu contoh misalnya beberapa perintis mengeluh bahwa program untuk memunculkan desa wisata tidak di-support oleh kepala desa dengan alasan, ya mungkin alasan ego sektor dari para pemangku kepentingan ya. Misalkan kalau Kadesnya merasa di bawah Kementerian Dalam Negeri, kemudian kalau Pokdarwis itu ada di Kementerian Pariwisata sehingga tidak saling support dalam hal perintisan desa wisata ini. Mungkin ASIDEWI dan MASATA ini bisa memberikan asistensi atau pencerahan kepada desa atau stakeholders di desa untuk bisa sama-sama berkolaborasi, jangan saling meniadakan atau mengganjal karena kepentingan-kepentingan ego sektoral tadi.

Kemudian tadi ya kedua saya juga ingin berpesan karena basis desa pariwisata lebih banyak kepada juga basisnya budaya dan alam. Jadi untuk menghindari terjadinya dekadensi nilai-nilai ya, nilai agama, nilai budaya, dan nilai moral tentu perlu diperhatikan konservasi budaya dan alamnya, jangan sampai membangun desa wisata malah kita tidak punya ketahanan budaya sendiri. Jadi justru terbalik kita berpengaruh kepada terutama desa wisata yang sasarannya adalah turis mancanegara, sehingga terjadi degradasi budaya atau dekadensi moral, nilai-nilai di tempat desa wisata tersebut. Jadi harus didorong juga dalam hal ini konservasi budayanya, itu yang sangat penting menurut saya.

terakhir adalah SDM, modal utama dari desa wisata ini juga salah satunya adalah SDM. Ini sangat penting jangan sampai terjadi, saya pernah tinggal di desa wisata, tempatnya bagus, objeknya bagus, atraksinya bagus tapi pas lihat SDM-nya hanya sekedar untuk kita perlu memasak atau di dalam penginapan itu perlu tenaga kokilah, tapi harus memanggil SDM atau koki dari kota yang mungkin jaraknya cukup jauh. Jadi ini tidak memberdayakan SDM dari desa tersebut dan ini juga harus terus dikembangkan SDM-nya sehingga benar-benar pemberdayaan ekonominya juga berjalan sesuai dengan tujuan dibentuknya desa wisata.

Saya rasa sekali lagi saya mengapresiasi, perjuangan ASIDEWI dan MASATA untuk bisa terus mengembangkan pariwisata khususnya di desa dan mudah-mudahan kebijakan pemerintah juga tidak putus sambung. artinya harus konsisten dan berkesinambungan dalam hal program desa wisata ini ya jangan nanti ganti presiden, ganti menteri program hilang kembali, nanti teman-teman ASIDEWI ini juga akan kesulitan dalam support dari pemerintah. Sekali lagi saya ucapkan selamat untuk kedua asosiasi ini. Terima kasih Pimpinan. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT: Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Page 30: Komisi X DPR RI

- 30 -

Terima kasih.

Selanjutnya dari Nasdem, apakah ada? F-PDI PERJUANGAN (RANO KARNO, S.IP.):

Izin Ibu, perpanjang dahulu. KETUA RAPAT:

Oh iya sudah pas jam 12.00 WIB kita perpanjang 15 menit ya.

(RAPAT: SETUJU)

Terima kasih.

Dari Nasdem apakah?

F-P. NASDEM (LESTARI MOERDIJAT): Iya Ibu Ketua.

KETUA RAPAT:

Silakan, si cantik ini, oh Ibu Ketua Ibu Reri. Silakan Ibu.

F-P. NASDEM (LESTARI MOERDIJAT): Terima kasih. Ketua dan para Pimpinan. Rekan-rekan semuanya yang berbahagia. Terima kasih juga kepada narasumber. Tadi beberapa catatan sudah cukup banyak disampaikan oleh kawan-kawan sebelum saya. Saya mewakili Fraksi Nasdem ada beberapa hal yang ingin kami sampaikan, yang pertama sesungguhnya ini hanya melengkapi saja dari hal yang disampaikan kawan-kawan. Ini sebetulnya sebuah apa ya, bukan pemikiran, bukan pandangan tapi beberapa permasalahan yang dihadapi oleh kita semua terutama juga para desa-desa binaan atau konstituen yang menginginkan rasanya ini desa wisata ini menjadi salah satu alternatif. Salah satu cara yang dipandang oleh masyarakat sendiri untuk bisa memberdayakan desanya, jadi keinginan desa-desa. Jadi saya juga banyak di Jawa, konstituen yang meminta coba dong diberikan akses kepada, bisa dibentuk desa wisata. Tapi masalah yang paling utama sekarang, mungkin PR buat kita juga bagaimana kita bisa lebih bersinergi dengan perangkat desa, khususnya apalagi sekarang kan ada dana desa. Mungkin kawan-kawan dari MASATA juga bisa nanti

Page 31: Komisi X DPR RI

- 31 -

mengembangkan pemikiran atau bagaimana caranya, supaya para pemangku kepentingan di desa ini sendiri bisa menjalankan secara profesional. Catatan yang lain kalau ini kejadian juga di beberapa tempat, penggunaan dana desa yang bisa digunakan khususnya untuk desa-desa yang memiliki potensi. Bagaimana caranya bahwa para perangkat ini mendapatkan pendampingan agar mereka tidak salah melakukan disbursement jadi ada ketakutan-ketakutan juga. Jadi saya pernah berjumpa dengan sekelompok pengelola atau bukan pengelola, yang berkepentingan di desa wisata yang sebetulnya paham betul bahwa antara lain persiapan sanitasi. Fasilitas-fasilitas sanitasi itu menjadi sarana yang mutlak tapi mereka enggak mengerti bagaimana, mereka punya dana ini kas di desa apalagi dengan dana desa sekarang. Tapi bagaimana kemudian pemanfaatannya agar tidak nanti kena masalah. Nah itu juga menjadi salah satu catatan. Mungkin kawan-kawan di MASATA bisa meng-corporate-kan atau bisa mengombinasikan hal-hal yang sifatnya tata kelola, jadi bukan semata-mata pada asetnya saja, semata-mata pada persiapan fisik sarana dan prasarana, tapi hal-hal yang berhubungan dengan tata kelola. Kemudian hal lain juga, ini juga masih berhubungan dengan tata kelola yang sering menjadi masalah adalah tadi sudah disebutkan oleh berapa kawan-kawan, kesiapan tenaga kerja. Bagaimana desa wisata ini usul bisa dijadikan, ini ide juga datang dari teman-teman pelaku pariwisata sebetulnya, bisa di-ngenger-kan. Mungkin ini perlu bantuan juga dari kementerian, di-ngenger-kan kepada, orang Jawa bilang ngenger ya karena bukan sekedar didampingi tapi (suara tidak jelas) mendapatkan keuntungan dari pekerja pariwisata profesional. Jadi ada contoh misalnya salah satu pelaku industri wisata, kayaknya lebih dari magang kali Mbak Agustina. Jadi contoh salah satu pelaku industri yang cukup besar, dia memberikan kesempatan bukan hanya memberikan kesempatan tapi memberikan pelatihan. Jadi ada satu desa yang dia adopt, bukan memberikan sekedar memberikan pelatihan tapi bahkan bisa betul-betul membantu membangun sampai kemudian bisa bersinergi. Ini ada di Sumba NTB misalnya, jadi bahkan sampai akhirnya dia bisa melahirkan dari desa itu ada buttler-buttler yang kemudian bekerja di resort-nya. Akan tetapi desanya si buttler-nya ini sendiri akhirnya menjadi tempat kunjungan para wisatawan yang ada di resort-nya dan bahkan karena resort-nya mahal, desanya sendiri kemudian mampu menciptakan desanya menjadi satu desa wisata. Pendampingan yang secara utuh inilah yang tadi saya bilang ngenger ya karena bukan hanya sekedar melatih, tapi betul-betul ditempeli terus sampai betul-betul jadi dan tidak dilepaskan. Saya tidak tahu apakah mungkin kawan-kawan dari MASATA bisa membantu memberikan pengembangan-pengembangan dan kemudian tentu dengan bantuan kawan-kawan yang di sini bersama dengan para pemangku kepentingan dan yang paling utama kalau dari kami melihat yang juga perlu dipersiapkan adalah tata kelola yang ada hubungannya dengan good governance. Karena desa

Page 32: Komisi X DPR RI

- 32 -

sekarang punya kapasitas, punya uang, punya dana nah bagaimana mereka bisa memaksimalkan itu untuk pengembangan daerahnya. Saya kira itu saja Ibu Ketua, terima kasih banyak. KETUA RAPAT: Terima kasih juga Ibu Ketua. Jadi ngenger tadi itu apa ya bahasa Indonesianya belum bertemu sampai sekarang, nyantri, ngenger itu sama, tapi bahasa Indonesianya apa itu? Enggak kalau magang kan, anak asuh, iya mirip-mirip itulah. Selanjutnya dari PKB di layar ada Pak Bisri, halo Pak Bisri, silakan Pak. F-PKB (Drs. H. BISRI ROMLY, M.M.): Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ketua Pimpinan Komisi X. Para undangan yang hadir ada Ketua Umum MASATA dan semua yang ada di ruangan yang kami hormati. Pertama apa yang telah disampaikan teman-teman kita sepakat, cuma kita sampaikan pada Ibu Pimpinan bahwa di daerah pemilihan kami itu mungkin satu kabupaten itu ada sekitar 160 desa wisata, tetapi stimulus yang diberikan dari Menteri Pariwisata itu belum nampak sama sekali. Justru yang masuk ke daerah wisata, yang desa wisata itu justru dari BUMN atau yang ada Komisi VI. Dengan adanya Panja ini, mudah-mudahan ada usulan, ada catatan dari Bapak-bapak pengelola wisata bagaimana untuk mendapatkan bantuan-bantuan atau stimulus-stimulus yang bisa untuk memajukan daerah wisata, itu yang pertama. Yang kedua tentang desa tematik, kampung tematik di Pekalongan itu ada satu kampung batik, dua kampung pedagang online, ketiga kampung tahu tempe. Di sini pembahasan ini kok belum disinggung sama sekali, oleh sebab itu jawabannya bisa tertulis bagaimana untuk memajukan kampung tematik sesuai usulan-usulan dari minimal Ketua MASATA atau dari ASIDEWI. Mudah-mudahan daerah-daerah pemilihan kami itu memang ada desa wisata cukup banyak, tapi sekali lagi belum nampak ada stimulus dari kementerian kita. Dengan adanya Panja ini mudah-mudahan ada catatan khusus, sehingga tidak ada duplikasi tetapi saling bersinergi antara mungkin Menteri Desa, kemudian antara BUMN-CSR dan Menteri Pariwisata. Mungkin itu Ibu dari saya, sekali lagi mengucapkan terima kasih kepada teman-teman pengelola wisata yang telah gigih dan sampai hari ini rasanya cukup bagus dan saya memberikan prestasi. Sekian, terima kasih. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Page 33: Komisi X DPR RI

- 33 -

KETUA RAPAT: Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Pak Bisri terima kasih. Selanjutnya dari teman-teman Partai Demokrat, halo Pak Dede? Remang-remang di kegelapan, silakan. PIMPINAN KOMISI / F-P. DEMOKRAT (Dr. DEDE YUSUF M.E., S.T., M.I.Pol.): Baik, terima kasih sebelumnya Ibu Ketua. Tentu saya mengapresiasi sekali kawan-kawan dari Asosiasi Desa Wisata dan juga narasumber, saya menganggap bahwa desa wisata ini adalah sesuatu yang memang penting sekali menjadi sebuah program prioritas, terutama di masa pandemi ini dan kalau menyimak dari ceritanya kawan-kawan ini mungkin yang hadir ini adalah teman-teman desa wisata yang berhasil, dalam arti kata berkoordinasi dengan pemerintah, pemerintah daerah. Tetapi saya sering menemukan desa-desa wisata yang sama sekali belum pernah tersentuh apa pun, baik itu dari Pemdanya maupun dari pemerintah pusat. Sehingga salah satu cara mereka untuk mengusulkan itu sangat sulit sekali dan akhirnya yang terjadi adalah dibantu oleh yayasan-yayasan, NGO, ataupun juga masyarakat yang bersimpati kepada mereka. Ini adalah salah satu faktor yang harus kita cari dahulu temuannya, pertama adalah yang mengusulkan siapa? Apakah desa mengusulkan kepada Dinas Pariwisata, lalu Dinas Pariwisata melemparkannya kepada provinsi dan seterusnya. Yang kedua, bagaimana caranya agar sebuah desa yang punya potensi wisata kemudian mengusulkan agar ini menjadi sebuah desa wisata baru. Karena kalau kami di Jawa Barat ini sering kali ada sebuah desa yang kemudian karena program-program desa wisata, maaf program dana desa itu ada, targetnya adalah desa wisata. Sayangnya mereka juga tidak paham harus ke mana dan siapa pendamping mereka. Ini satu contoh ada namanya desa wisata Majalaya di Kabupaten Bandung, ini Dapil saya ini. Ternyata itu di Kabupaten di Majalaya ini namanya desa tenun, jadi terkenal dari dahulu tenun Majalaya. Namun sering kali desa ini selalu mengeluhkan kepada kami juga bahwa dukungan dari pihak pemerintah belum maksimal. Sehingga mereka kurang bisa meng-explore, kalau berkaryanya sudah sering berkarya tapi untuk jualannya, untuk mempromosikannya ini belum dapat dukungan. Sehingga akhirnya dibantulah bahkan oleh teman-teman, istri-istri dari iya Persatuan Istri Anggota DPR yang kebetulan membiayai atau mendukung kegiatan-kegiatan di dapil. Ini yang menjadi catatan penting banyak sekali desa-desa wisata yang sebetulnya punya potensi, tetapi tidak tahu caranya bagaimana. Ini mohon arahan dari para narasumber ya bagaimana agar kawan-kawan kita yang potensi desa wisata ini bisa lebih mungkin lagi mendapatkan dukungan dari

Page 34: Komisi X DPR RI

- 34 -

pihak-pihak kementerian. Sekali lagi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif saat ini anggarannya sangat-sangat terbatas, jadi pasti membutuhkan dari berbagai stakeholders kementerian dan itu yang kami ingin masukan. Demikian Ibu Ketua, mungkin dari Fraksi Demokrat masih ada silakan Mas Yoyok, Mas Bram. KETUA RAPAT: Terima kasih Mas Dede. Mas Bram iya perpanjang lagi 15 menit lagi?

(RAPAT: SETUJU) PIMPINAN KOMISI / F-P. DEMOKRAT (Dr. DEDE YUSUF M.E., S.T., M.I.Pol.): Baik saya kembalikan ke Ibu Ketua, terima kasih Ibu Ketua. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Dede sudah sembuh? Sudah harus sabar ini. Baiklah, kalau dari Partai Demokrat tidak ada kemudian dari PAN, Mbak Desy silakan. F-PAN (DESY RATNASARI, M.Si., M.Psi.): Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih. Pimpinan dan juga Kang Dede yang sudah hadir secara virtual dan juga Pimpinan Komisi X yang hadir secara virtual juga. Juga tentu dari ASIDEWI dan dari MASATA yang sudah hadir, ada Kang Andri dan juga Kang Heru tadi kalau tidak salah, mohon maaf lahir dan batin. Juga teman-teman Komisi X yang sudah hadir. Alhamdulillah, terima kasih atas pemaparannya paling tidak konsep implementasi terkait dengan desa wisata yang memang ini menjadi program pemerintah melalui Kemenparekraf, melalui Kemendes dan juga melalui Kemendagri kita menjadi lebih tahu dan paham wawasannya, terima kasih dan juga tentu bagaimana anggaran itu dikucurkan dan diimplementasikan cukup atau tidaknya, barangkali informasi-informasi dari kawan-kawan yang hadir tadi ada Mbaknya juga yang menyampaikan, bagaimana percepatan, bagaimana terkendalanya dan hambatan-hambatan itu menjadi lebih terbuka lagi. Sangat penting RDPU seperti ini kita lakukan untuk kemudian kita bisa mengetahui dan kita bisa memberikan solusi dan pengawasan kepada pemerintah terkait dengan program desa wisata yang saat ini sedang digembar-gemborkan oleh Kemenparekraf sebagai mitra kerja kita.

Page 35: Komisi X DPR RI

- 35 -

Kalau saya lihat tadi dari paparannya ASIDEWI, alhamdulillah sudah melakukan pendampingan di beberapa desa wisata ataupun kampung adat, terima kasih gerak cepatnya sekian puluh tahun ya, kalau tidak salah 10 tahunan sudah bisa mengimplementasikan konsep-konsep secara nyata dan tentunya dilindungi atau memiliki dasar hukum dari peraturan Menteri Desa dan juga Daerah Tertinggal. Kalau tidak salah tadi ada beberapa konsiderans sebagai dasar hukum ataupun landasan hukum dari pergerakan-pergerakan ASIDEWI dan tentunya semoga ini menjadi sebuah, tidak hanya sebagai mitra kerja dari empat kementerian untuk melaksanakan implementasi program desa wisata di Indonesia, tapi tentu juga bisa menjadi sebuah model menurut saya pilot project yang tahu secara langsung masyarakat dan kendala apa yang dihadapi demi terwujudnya desa wisata, itu yang pertama. Yang keduanya saya apresiasi juga dari MASATA tadi yang sudah memaparkan, saya melihat sudah beberapa kerja sama dengan pemerintah daerah, di beberapa provinsi. Namun juga sudah melakukan beberapa kerja sama yang bersifat seremonial menurut saya, ini Ketua menurut kita Panja ini harus bisa mendorong dan memotivasi Kemenparekraf tidak hanya di dalam paparan seremonial saja, memberikan penghargaan atau menunjuk SDM-SDM sebagai PIC, yang kemudian contohnya tadi Mbak yang berbicara tadi di Bali, kemudian Beliau adalah koordinatornya misalnya. Tapi tentunya percepatan untuk memperbanyak SDM-SDM yang terlibat juga, sehingga bisa menjadi desa yang mandiri, desa wisata yang mandiri ini juga menjadi lebih cepat terwujud menurut saya, itu yang terpenting. Izin untuk menyampaikan kepada MASATA dan juga ASIDEWI, terkadang atau lebih banyak, lebih sering bahwa pelatihan terkait dengan pembentukan karakter hospitality ini tidak mudah untuk dilakukan. Karena hospitality itu datang dari hati, hospitality itu baru datang dari kebiasaan dan datang menjadi sebuah bentuk karakter dari manusia-manusia Indonesia yang Insya Allah nanti akan hadir di desa-desa wisata, yang kemudian menyamankan para wisatawan baik mancanegara maupun dari nusantara yang hadir di desa mereka. Tentunya ini perlu konsistensi, perlu kebersamaan, pembentukannya tidak hanya di level asosiasi saja yang melakukan pelatihan hospitality ini atau pembentukan karakter hospitality tapi tentu bekerja sama dengan SMK yang khusus perhotelan atau khusus tentang desa wisata atau tempat pariwisata ataupun tour guide misalnya dan juga pembentukan-pembentukan karakter dalam sisi komunitas di masyarakat. Sehingga orang-orang yang memang betul-betul memiliki semangat ataupun rasa ingin menjadi pemandu wisata, ataupun rasa ingin menjadi pengusaha destinasi wisata ini menjadi lebih banyak yang muncul begitu dibandingkan orang-orang yang hanya minta cari kerja saja di dunia pariwisata. Karena saya yakin kalau orang yang hanya mencari kerja saja di dunia pariwisata nanti hospitality tadi itu tidak akan terbentuk dengan sendirinya dan tidak terinternalisasi. Pimpinan, saya sangat ingin sekali tetap berhubungan dengan ASIDEWI dan juga MASATA dan juga Mbak Koordinator terkait dengan bagaimana sesungguhnya pertumbuhan desa perintis menjadi desa

Page 36: Komisi X DPR RI

- 36 -

berkembang dan menjadi desa wisata maju, hingga menjadi mandiri. Sesungguhnya kendala-kendala apa saja yang ditemui dan hal-hal apa saja sesungguhnya yang patut disediakan fasilitasnya, fasilitas tidak hanya dari sisi dana atau anggaran tapi juga fasilitas dari sisi kebijakan. Sehingga perwujudan desa wisata yang mandiri ini bisa ada percepatan, ini juga penting informasi untuk kita ketahui bersama sehingga kita bisa kawal di dalam sisi anggaran pada saat kita raker dengan Kementerian Parekraf ataupun dengan deputi-deputinya, sehingga kita bisa tahu alokasi-alokasi anggaran yang efektif dan efisien, apakah 40 juta memang betul-betul mumpuni atau kita bisa mengalokasikan lebih daripada itu. Itu saja Pimpinan, terima kasih atas perhatiannya. Mohon maaf lahir dan batin jika ada kata-kata yang kurang berkenan. Hatur nuhun untuk MASATA dan ASIDEWI dan juga Mbak Koordinator. Wabillahittaufiq wal hidayah. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Enggak lebih kan ya Ibu Ketua? KETUA RAPAT: Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Aku enggak ukur, karena kalau Teh Desy itu pasti sudah ngomong-nya cepat banget sampai kita itu melotot takut ada yang miss, cepat banget ngomong-nya. Terima kasih Teh. Selanjutnya yang terakhir dari PPP, Ibu Illiza. F-PPP (Hj. ILLIZA SA’ADUDDIN DJAMAL, S.E.): Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Mbakyuku Pimpinan yang sangat arif dan bijaksana. Ditambah sama Pak Fikri yang tambah ganteng setelah dirapikan. Kemudian seluruh teman-teman dari MASATA dan ASIDEWI. Namanya keren loh dengar ASIDEWI saja rasanya sudah senang begitu ya, tentu kami mengapresiasi sekali ini. Hari ini jadi saya menjadi lebih lebih paham dengan apa yang telah dipaparkan dan kinerja yang sangat luar biasa, menginisiasi dengan organisasi ini lebih kurang 10 tahun ya, melakukan pendampingan-pendampingan dan harapan kita kan dengan adanya pendampingan ini, harapan kita kekayaan budaya, kearifan lokal yang menjadi ciri khas masing-masing banyak desa dan kelurahan itu betul-betul dapat berkembang dan juga dapat menjadi penopang hidup bagi masyarakat dan kami juga merespons bagi usaha komunitas forum desa wisata ini juga melakukan kerja sama dengan kementerian/lembaga, swasta.

Page 37: Komisi X DPR RI

- 37 -

Jadi sejauh ini kan kalau misalnya melakukan pendampingan secara mandiri itu kira-kira dukungan dari luar itu dari mana saja didapatkan untuk asosiasi ini dan kemudian apa sih sebetulnya masalah yang dihadapi yang sangat krusial selama ini dari lembaga ini, dari asosiasi ini dan kami juga dapat karena memang hambatan hal-hal dalam pengelolaan untuk mengembangkan desa wisata ini baik dari masyarakatnya, perangkat desanya dan mungkin adat-istiadat norma yang ada atau ada yang lain misalnya kami dari, saya Aceh Mas. Saya belum lihat di dalam paparan ada desa wisata Aceh yang mendapatkan pendampingan begitu. Mungkin bisa disampaikan nanti desa mana saja. Kalau ada dilakukan mapping untuk Aceh itu daerah mana yang sangat potensial untuk dikembangkan misalnya seperti itu ya dan dari kelompok Pokdarwis mana yang sangat aktif selama ini. Karena memang saya sepakat tadi disampaikan bahwasanya anggaran dasar desa wisata untuk mengembangkan wisata, anggaran desa itu sebetulnya masyarakat itu sangat antusias, mau, tapi kadang-kadang mereka enggak paham sebagaimana dampak ekonomi bagi pengembangan desa wisata itu bagi masyarakat itu sendiri. Nah ini kan kesadaran-kesadaran hal-hal seperti ini penting untuk kita pahami dan terkait pendampingan desa wisata ternyata memang hanya di sekitar lima tempat destinasi prioritas ya, ini kan yang artinya sudah maju saja, bagaimana dengan yang lainnya, ini kan karena kebijakan pemerintah itu sendiri. Kemudian juga di dalam paparan tadi kan disampaikan bahwasanya target pengembangan desa wisata 2021-2024 itu di 2021 150, kemudian 2022 195, 2023 220, kemudian 2024 205 desa wisata. Dari yang ditargetkan ini kemudian dengan posisi anggaran kita sekarang dengan refocusing yang dilakukan oleh pemerintah, nah ini bagaimana dampaknya? Apakah target-target ini akan bisa tercapai itu, sebesar mana optimistis terhadap target-target yang ingin dicapai ini? Jadi karena ini juga penting bagi kami untuk dalam perjuangan nantinya begitu dan saya mau lihat paparannya ini, jadi mungkin itu. Saya ingin tanya begitu untuk khusus Aceh lah, Aceh sekarang kan akan akan dapat dukungan bantuan sekitar 70 triliun kerja sama dengan United Emirat Arab dan itu bagaimana pendampingan apa yang harus betul-betul dimiliki agar target-target itu bisa tercapai. Tadi kan dibilang untuk CHSE saja masyarakatnya kesadarannya masih sangat rendah di wilayah-wilayah daerah-daerah itu, sejauh mana kendala persoalan untuk penerapan CHSE di wilayah-wilayah desa wisata yang apalagi yang tidak ada pendampingan dukungan dari pusat. Karena dari daerah sendiri kami melihat disebabkan apalagi COVID-19 seperti ini, ini anggaran wisata itu promosi dan sebagainya itu kecil sekali begitu ya, apalagi untuk membangkitkan kemandirian desa wisata itu sendiri. Mungkin itu dari kami, terima kasih mudah-mudahan kita terus bisa berdiskusi secara personal juga begitu ya untuk memperkuat pendampingan di daerah. Mungkin itu saja, terima kasih ditambah lagi dana DAK untuk pariwisata itu sangat kecil, mudah-mudahan ke depan dana DAK itu bisa terus bertambah. Terima kasih.

Page 38: Komisi X DPR RI

- 38 -

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT: Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih Ibu Illiza. Apakah dari para Anggota masih ada yang ingin menyampaikan, kalau tidak dari meja Pimpinan ada Pak Fikri, silakan Pak. PIMPINAN KOMISI / F-PKS (Dr. H. ABDUL FIKRI FAQIH, M.M.): Terima kasih Ibu Ketua. Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bapak/Ibu yang saya hormati. Pimpinan dan Anggota Komisi X. Serta dari MASATA dan ASIDEWI. Biar tidak lama langsung saja, jadi kita ini sekarang ini sebenarnya sebelum pandemi itu luar biasa ya di bawah kesadaran untuk membuat destinasi wisata bukan hanya di destinasi wisata yang analog, yang konvensional, yang sudah dikenal begitu tapi memunculkan rural tourism itu desa wisata. Saya kira ini bagus cuma kemudian kena pandemi terus kemudian banyak yang mangkrak, saya lihat dari Dieng sampai ke Batang itu banyak yang sudah bagus tapi tanda-tanda kebaikan, keindahannya masih cuma akhirnya mangkrak di pinggir-pinggir jalan, juga Temanggung sampai ke sana juga begitu, itu di Jawa, saya kira di luar Jawa juga seperti itu. Jadi semangat itu ada nah sekarang ini diskusinya adalah kehadiran negara, pemerintah. Ini siapa ini juga leading sector-nya masih diskusi agak panjang, sekarang ini riil ya yang ada itu ada muncul buku pedoman tentang ini desa wisata itu, itu yang punya inisiatif itu Kemenkomarves dan itu di bawah koordinator itu. Kemudian tentu mestinya adalah dari Kemendagri, Kemendagri ada Dirjen Bina Pemerintahan Desa itu memunculkan tetapi ini tindak lanjut dari Undang-Undang Desa. Jadi yang paling kuat hanya di Undang-Undang Desa, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, itu yang paling kuat lebih dari itu tidak ada. Jadi Permendagrinya ada tentang Kewenangan Desa juga tindak lanjut dari undang-undang itu, jadi Permendagri Nomor 44 Tahun 2016. Di tingkat provinsi, di kabupaten/kota kesadaran untuk memunculkan payung hukum yang kuat, itu juga beragam misalnya kalau Jogja misalnya itu muncul Perda. Perda itu kuat di dalam perundangan kita itu setelah Undang-Undang Dasar, undang-undang, kemudian peraturan pemerintah, kemudian langsung Perda, Perda Provinsi dan Perda Kabupaten/Kota. Tapi tidak seluruhnya kabupaten/kota ada Perdanya tentang desa wisata, tapi kalau DIY ada Perda Nomor 40 Tahun 2020 tentang Pokdarwis/Kelompok Sadar

Page 39: Komisi X DPR RI

- 39 -

Wisata, Desa Wisata dan Kampung Wisata. Maksudnya mengakomodasi mungkin yang kota kan kelurahan, kelurahan bisa disebut kampung wisata. Makanya Panja ini juga namanya Panja Desa Wisata dan Kampung Tematik. Jadi saya ini bukan mau tanya tetapi mendorong supaya dari bawah itu ada tuntutan untuk supaya masing-masing itu, apakah Perdes kemudian di atasnya Perda dan seterusnya, punya inisiatif tentang tentang pengelolaan desa wisata supaya ada. Jadi kalau payung hukumnya jelas, kalau mau mengalokasikan anggaran itu tidak akan jadi temuan, tapi kalau tidak ada ya sudah mengarang, adanya MoU pakainya. MoU bolak-balik MoU tadi istilahnya Teh Desy itu hanya seremonial-seremonial saja, itu hanya untuk melegalisasi supaya bahwa program yang membantu desa wisata itu sah begitu saja tapi skema tentang desa wisata itu belum ada. Sehingga saya minta untuk supaya nanti mungkin di desa-desa wisata ini, saya kira sebentar lagi kan akan bangkit ya, pembelajaran tatap muka juga sudah mulai. Berarti kemungkinan kalau sudah di atas 50% vaksin, saya kira meskipun nanti dengan syarat vaksin atau apa terserah, yang penting tapi kemungkinan nanti akan dibuka destinasi wisata. Nah jangan kemudian balik lagi, skemanya balik lagi yang konvensional lagi, jadi nanti ribut kenapa? Karena perhatian pemerintah di KSPN kawasan strategis nasional itu saja, atau mungkin prioritas atau super prioritas itu terus, jadi desa wisata kapan? Padahal kita sudah tahu bahwa di negara-negara ex Yugoslavia sekarang ini meraup uang banyak di rural tourism itu. Kita ini sudah betul kesadarannya, tetapi kemudian bagaimana supaya sinergi ya tentu saya kira ini bagus kesadaran dari bawah, tetapi harus diikuti dengan regulasi yang kuat. Saya kira begitu, saya tidak bertanya tapi mudah-mudahan nanti supaya dorongan ke desa wisata masing-masing menyuarakan dari bawah, supaya nanti ada anggaran, ada program dan seterusnya. Matur nuwun. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT: Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Pak Fikri mengakhiri beberapa pendapat, pertanyaan, dukungan, saran dari Komisi X kepada desa wisata dan kampung tematik, terutama untuk perkembangan dan upaya tetap bangkit di dalam keadaan yang menurut kita sulit ini dan ada harapan ke depan bahwa ketika pandemi COVID-19 selesai kita akan bisa mulai lagi mempersiapkan kembali desa wisata menjadi primadona dari wisata-wisata, baik lokal maupun wisata dari luar. Saya perpanjang lagi 15 menit, per 15 menit, empat kali 1 jam.

(RAPAT: SETUJU) Selanjutnya kami berikan waktu kepada teman-teman dari Asosiasi Desa Wisata dan Masyarakat Sadar Wisata untuk memberikan respons, mungkin tidak usah satu persatu anggota mungkin bisa ini atau akan lebih

Page 40: Komisi X DPR RI

- 40 -

baik juga jika secara umum bisa diintegrasikan, terus yang lainnya kami mohon bisa dibuatkan dalam bentuk dokumen yang bisa kita baca terus-menerus, saya kira itu terima kasih. Mulai dari MASATA dahulu ya, silakan. KETUA UMUM MASATA (PANCA R. SARUNGU, S.E., MMSI., CTE.): Terima kasih Ibu Pimpinan. Bapak/Ibu Anggota DPR RI Komisi X yang masih mengikuti, terima kasih atas dukungan dan semangat, kami jadi tambah semangat ini Bapak mendengar para wakil rakyat di Komisi X yang menangani pariwisata benar-benar care ke desa wisata. Saya secara cepat mohon izin dalam 5 menit menyampaikan beberapa respons dan juga hal yang menjadi masukan bagi kami. Betul sekali tadi Pak Rano menyampaikan bahwa ini kami bergeraknya di berbasisnya apa? Karena memang kami ini adalah mungkin bisa dibilang volunteer bases begitu ya. Kami punya pekerjaan masing-masing ada yang dosen, kemudian pekerja di IT dan yang lain-lainnya, kami melihat bahwa pariwisata ini akan menjadi kalau kita mengeker itu 10-20 tahun mendatang kita akan sebenarnya menjadi negara yang penghasil pariwisatanya terbesar, penghasil devisa terbesar begitu ya. Karena memang waktu itu sudah ada perkiraan bahwa akan mengalahkan energi sektor begitu ya. Nah kemudian kenapa desa wisata sekarang naik daun? Karena memang nature dari produknya sendiri adalah banyak yang outdoor dan unik begitu ya, jadi orang mau pergi ke daerah-daerah tersebut. Tidak lupa banyak orang-orang yang spending 8 triliun yang biasa ke luar negeri itu tidak bisa men-spending uangnya lagi ke keluar negeri. Inilah makanya ini kesempatan sebenarnya bagi kita, saya punya banyak teman-teman yang selalu misalnya setahun tiga kali, empat kali ke luar negeri, jadi mereka tanya sekarang ke desa wisata mana ini saya begitu ya. Tapi kalau saya bisa ini kan ada beberapa besaran dari tadi Ibu Pimpinan yang disampaikan oleh rekan-rekan, kalau saya bisa sampaikan memang terkait dengan koordinasi antar kementerian/lembaga. Kalau saya atau kami memikirkan bahwa sebenarnya desa wisata ini ke depan harus ada bentuk sinergi yang helicopter view yang lebih besar kekuatannya, supaya juga anggarannya juga lebih jelas begitu ya. Misalnya kalau di kementerian itu ada Badan Otorita, yang sekarang ada di Borobudur, di Danau Toba, dan ada di Labuan Bajo begitu ya dan itu di bawah, di ampunya di Kementerian Pariwisata tapi memang ada beberapa kementerian. Karena memang kalau tadi kita bilang, betul sekali Pak Kiai wisata desa sama desa wisata itu beda. Kalau wisata desa salah satu dari itenerary kita, kita misalnya mau pergi ke suatu tempat 3 hari 2 malam, itu salah satu itenerary-nya 4 jam itu ke desa wisata itu wisata desa. Tetapi kalau desa wisata kita benar-benar membenamkan kita 3 hari 2 malam kita tidur di homestay-nya, kita ikut bikin kerajinannya, besok paginya kita tracking benar-benar kita

Page 41: Komisi X DPR RI

- 41 -

mendalami dan itu betul sekali yang teman-teman Komisi X sampaikan itu sebenarnya turunannya itu banyak banget begitu ya. Makanya kenapa kalau dibilang sekarang, tadi ditanyakan mereka bergeraknya dasarnya apa begitu ya? Itu dasarnya volunteer semua Bapak/Ibu sekalian, jadi enggak ada sama sekali, bukan enggak ada sama sekali ya, ada bantuan tetapi memang kalau bantuan dari Kemendes itu kan sebenarnya untuk desa, bukan untuk desa wisata. Artinya penggunaannya itu sebenarnya banyak yang untuk infrastruktur dan bahkan mungkin hal-hal yang, sedangkan kalau ada penganggaran yang lebih jelas mungkin itu sebenarnya kita memberikan kail kayak begitu ya. Karena penganggaran ke desa wisata tapi itu nanti digunakan untuk mungkin dilakukan sebuah akan ada kunjungan dan ada transaksional. Izin Ibu yang di Aceh, memang betul sekali Ibu. Kami mencatat memang Aceh memang sangat potensial dan di Anugerah Desa Wisata Kemenparekraf kebetulan memang sudah ada 39 desa Ibu yang mendaftar. Jadi sebenarnya Aceh ini, kami cukup surprise begitu ya apa, kebetulan kami salah satu dewan juri dan ada satu desa di Aceh Besar di Desa Wisata Nusa itu menjadi yang kategorinya maju menjadi 50 besar Ibu. Kemudian tadi disampaikan juga mengenai SDM, betul sekali bahwa memang kami sebenarnya ingin berperan membentuk PIC tadi disampaikan tadi ya atau memang orang yang menjadi semacam koordinator di desa yang benar-benar terlatih secara terlatih, mungkin tidak hanya satu orang tapi sekelompok orang yang memang nanti teman-teman itu bisa diperlengkapi begitu ya kemampuannya. Supaya bisa membuat paket yang benar, menyinergikan ini dengan kepentingan-kepentingan yang ada begitu. Jadi kalau ditanya juga tadi Pak Fikri bertanya siapa sih pemainnya begitu. Sebenarnya di desa wisata ini, pemainnya ini bisa dibilang kalau kami memang salah satu organisasi yang memang ingin berfokus ke desa wisata dari ASIDEWI tetapi memang ada juga NGO, ada juga organisasi-organisasi lain sebenarnya yang juga care kepada desa wisata. Kemudian tadi disampaikan, mohon maaf tadi saya juga cukup nervous terus terang memang ini hadir di hadapan Bapak/Ibu karena ini baru pertama kali. Ada tadi poin yang disampaikan mengenai support yang dibutuhkan seperti apa? Dari kami intinya mungkin nanti juga akan disampaikan oleh rekan-rekan ASIDEWI dan rekan-rekan yang lain, tetapi intinya kami melihat bahwa perlunya sebuah helicopter view Pimpinan yang yang lebih mungkin lebih berfokus terhadap desa-desa mana yang akan dipilih, tidak hanya tadi di 5 DSP tapi di daerah-daerah lainnya dan juga kita juga harapkan supaya spending-nya masyarakat kita punya di 2019 punya 260 juta wisatawan lokal. Ini padahal kita bersaing ini dengan 7 juta yang ke luar negeri, sekarang mungkin jumlahnya trip-nya sudah lebih banyak lagi. Jadi kalau kesimpulan saya yang terakhir bahwa dari 81.616 desa kalau versi BPS ada 1.007 yang punya potensi, kalau Kemendes punya versinya ada 7.216 yang punya potensi desa wisata. Saya pikir desa

Page 42: Komisi X DPR RI

- 42 -

wisatalah yang nanti Bapak/Ibu sekalian, yang akan mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional dan ini salah satu yang memang kami juga dalam hal ini mendukung usaha-usaha Kemenpar, betul tadi budget-nya dipotong Pak, tetapi memang itu ditunda kami dengar dan itu mungkin dilaksanakan tahun depan. Namun harapannya di setiap kementerian/lembaga ada sebuah koordinasi terarah, terukur, bisa dijalankan khususnya untuk desa wisata ke depannya. Demikian Pimpinan, saya terima kasih atas kesempatan yang diberikan dan karena kebetulan mohon izin 12.10 WIB kami menjadi narasumber di Global Tourism Forum, mudah-mudahan bisa waktunya pas terima kasih. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT: Baik Mas Panca. Silakan kemudian memberi jawaban dan tanggapan Mas Andi Yuwono. KETUA UMUM ASIDEWI (ANDI YUWONO, S.Sos., M.Si.): Siap, terima kasih Pimpinan atas waktunya. Para Anggota Dewan yang saya hormati. Oke, saya juga akan memberikan tanggapan secara singkat dan padat. Mungkin begini jadi ASIDEWI itu lahir 10 tahun yang lalu, itu melalui proses pada saat itu ada program nama PNPM Mandiri Pariwisata pada eranya Ibu Marie Elka Pangestu sebagai Menteri Pariwisata. Kita pada saat itu sadar diri bahwa yang namanya program itu adalah by rezim, ketika rezimnya selesai pasti program itu juga akan selesai. Pada saat itu kami di ASIDEWI mengakumulasi secara kolektif bahwa pilihan kita adalah ASIDEWI sebagai lembaga non pemerintah yang mandiri. Artinya sampai saat ini kami pun menjadi mitra pemerintah yang strategis, yang cukup mandiri. Ketika tadi Bang Rano bertanya, apakah bentuk badan hukum yang kami miliki? Kami sudah memenuhi badan hukum perkumpulan dan dalam rentang waktu yang panjang ini alhamdulillah kita juga di dalam melakukan operasional kami, kegiatan kami, kita belum pernah mendapatkan dana hibah dari pemerintah. Mungkin ini dari rapat ruang RDPU ini mungkin semoga ada angin segar bagi kami yang notabene tadi betul kita adalah volunteer, volunteerism yang memang kita adalah lahir dari desa. Kebetulan saya juga seorang pengelola desa wisata yang ada di Blitar, Jawa Timur. Mengenai program-program pemerintah yang mungkin hari ini memang banyak yang ter-pending atau bahkan dikurangi penganggarannya, itu secara prinsip tidak begitu mengganggu karena kami ASIDEWI sudah terbiasa mandiri Bapak/Ibu . Ketika program pendampingan di 244 desa wisata tahun 2021 60 desa itu di pending, kebetulan ASIDEWI ini dipercayai untuk

Page 43: Komisi X DPR RI

- 43 -

mengoordinasi di wilayah Sulawesi Utara, NTT, dan juga termasuk Sulawesi Selatan. Kita sebagai bagian daripada bentuk konkret perjuangan kami, juga bagian dari beban moral program ini dapat ASIDEWI jalankan Bapak/Ibu . Di Sulawesi Utara beberapa desa yang sudah di plotting karena memang semangatnya kemarin istilahnya (suara tidak jelas), akhirnya daripada kita menjadi sesuatu yang blunder, program ini tetap kami jalankan tentunya dengan volume, dengan kapasitas kami yang serba terbatas, tapi pada prinsipnya pendampingan tetap jalan, ini yang sudah kami lakukan. Untuk ke depannya memang betul kalau tidak kepada DPR RI, kepada Komisi X sebagai mitra strategisnya Kemenparekraf, ke siapa lagi kami akan mencurahkan isi hati. Jadi ketika hari ini desa wisata dianggap sebagai suatu bentuk produk kebijakan yang luar biasa, katanya produk kebijakan strategis tapi menurut saya sangat ironis ketika semuanya bercuap-cuap, bersuara desa wisata-desa wisata, tapi ya itu tadi ada temuan mungkin yang dirasakan oleh Bapak dari partai apa tadi, ternyata belum ada bantuan yang konkret diterima oleh pengelola desa wisata, ini sangat ironis sekali. Tapi monggo mungkin itu bagian dari proses, saya berharap setelah RDPU ini akan ada tindak lanjut yang konkret. Kami ASIDEWI maupun MASATA siap menjadi mitra dan kami siap untuk kooperatif memberikan data-data yang sifatnya itu sangat membantu bagi kebijakan-kebijakan selanjutnya. Beberapa desa yang sebenarnya sudah mulai ada itu kan kalau kita menanamkan di ASIDEWI ini ketika pertanyaannya, pertama itu diawali dari anggaran desa wisata itu tidak akan pernah terbentuk, ketika pendekatannya itu pada sebuah angka saya yakin desa wisata tidak akan pernah ada, kenapa? Karena munculnya desa wisata ini adalah bottom up, muncul dari kesadaran kolektif, kecintaan terhadap desa karena saya wong deso yang juga mengelola desa wisata kami lahir bukan karena ada anggaran tapi karena kecintaan kami secara kolektif, kesadaran, kalau bukan kita warga desa sendiri siapa yang akan membangun. Dari sini mungkin mindset ini yang perlu kita tanamkan. Mungkin pada nanti pola-pola pendampingan ke depan, jadi kita bisa untuk lebih konkretkan lagi, kerucutkan lagi, membuat tool bagaimana kita bisa bergerak bersama, sinergis, kolaboratif antara unsur pentahelix yang ada, jadi mungkin usul kami seperti itu Ibu. Contoh misalkan ketika Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa itu diluncurkan, banyak desa yang sangat responsif. Salah satunya tadi desanya Ibu Sekretaris Umum saya, Ibu Wiwid di Watu Karung. Ibu Wiwid ini sudah bisa membaca tingkat strategisnya Undang-Undang Desa, termasuk bagaimana policy pemanfaatan anggaran yang itu ternyata sangat boleh dan bahkan didorong untuk inovasi desa dalam pengembangan desa wisata. Terbukti hari ini wajah Watu Karung cukup luar biasa bukan desa yang ala-ala itu tidak kaleng-kaleng, ternyata bisa dimanfaatkan untuk menyejahterahkan masyarakat dan notabene tamunya pun juga tamu-tamu yang potensial. Tentunya ini ketika di tadi di-ngenger-kan kalau istilahnya mungkin kalau dalam bahasa kerennya itu adalah sister village misalkan, jadi ada saudara sesama desa yang mungkin bisa belajar bersama atau mungkin juga bisa desa wisata ini diampu oleh satu perusahaan atau apa, misalkan kalau di

Page 44: Komisi X DPR RI

- 44 -

Jogja kita mencontoh program one hotel one village. Jadi satu desa ini mengampu satu desa agar apa? Dia terstandarisasi minimal ini karena apa? Ini tren, desa wisata akan menjadi tren, akan menjadi sesuatu yang sangat diminati bagi wisatawan karena apa? Korelasinya pada itu tadi kesehatan, udaranya segar, masih fresh dan lain sebagainya. Jadi ini bisa menjadi sebuah pola permodalan untuk kita mengembangkan desa-desa wisata selanjutnya. Yang terakhir ini Ibu Pimpinan yang saya hormati, kami di ASIDEWI itu sudah memang melakukan banyak kegiatan yang memang kami itu langsung terjun. Makanya tagline dari ASIDEWI adalah ASIDEWI membumi, kalau tadi ada satu temuan dari salah satu Anggota DPR, kok melihat IG-nya ASIDEWI dari followers-nya sedikit dan sebagainya. Memang kita ini itu sudah menenggelamkan diri kita ke lapangan, kalau boleh dilihat kanal YouTube kami ASIDEWI.id kalau membuat kontennya Insya Allah kita juga tidak ecek-ecek karena banyak kegiatan yang itu melibatkan banyak orang, termasuk kami ekspedisi di berbagai provinsi, termasuk di desa-desa perbatasan, pulau-pulau terluar, di Aru Maluku, di Mentawai dan sebagainya, termasuk di Sumba ini kita ini. Tapi kami memang perlu banyak berdampingan dari para pihak agar apa? Kita mampu untuk mem-branding diri desa wisata ini menjadi sesuatu yang maksimal. Jadi mohon ini juga merupakan masukan bagi kami, tapi Insya Alilah ketika kita bisa bersinergi, berkolaborasi tidak ada sesuatu yang berat, semuanya bisa kita kompromikan sehingga menjadi sesuatu gerakan yang luar biasa masif dan desa wisata akan menjadi sebuah trigger awal kebangkitan pariwisata di Indonesia. Terakhir, Ibu Pimpinan yang saya hormati, sudilah kiranya nanti misalkan memang saya pernah diundang oleh Direktorat Kajian Strategis di Kemenpar pada saat itu kami dimintai pendapat terkait desa wisata di seputaran 5 DSP, 5 destinasi super prioritas. Saya teriak langsung keras, kalau desa wisata di Indonesia ini hanya di seputaran DSP, mohon maaf berarti Indonesia provinsinya hanya 5, sedangkan Komisi X ini anggotanya kalau enggak salah 52 di berbagai daerah pemilihan, berarti kan tidak adil menurut kami. Seharusnya desa wisata juga mempunyai posisi yang lebih. Saya sepakat dengan Mas Panca tadi kalau DSP ini ada Badan Otorita, enggak menutup kemungkinan karena desa wisata menjadi bagian dari kebijakan strategis pemerintah juga ada Badan Otorita yang mengatur tentang itu. Dahulu pada masa eranya Pak Menteri Arif Yahya, itu ada namanya Badan Percepatan Desa Wisata, nah ini model-model seperti ini mungkin bisa diadopsi kembali di program-program mendatang. Karena sekali lagi desa wisata tentunya tadi sudah sepakat menjadi sebuah trigger, menjadi sebuah kebijakannya strategis tapi akan menjadi ironi ketika korelasi kebijakan tentang policy budgeting-nya tidak sejalan dengan apa yang dibutuhkan desa wisata. Ini saya memberikan mandat karena memang Komisi X adalah wakil kami, representasi daripada rakyat-rakyat desa yang hari ini ada di desa wisata, mari berjuang bersama. Komisi X bisa

Page 45: Komisi X DPR RI

- 45 -

mendorong terwujudnya sebuah iklim pengembangan desa wisata yang apik, tentunya dibarengi dengan political budgeting yang sangat representative, strategis untuk desa wisata, konkret. Matur nuwun Ibu Pimpinan, terima kasih. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT: Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Mas Andi, jadi kita membuat Panja itu karena kita concern melihat betapa besar harapan pertumbuhan ekonomi di tingkat desa, terutama desa wisata tetapi tidak mendapatkan perhatian pemerintah yang cukup, sebenarnya duit enggak begitu-begitu amat dibutuhkan tetapi lebih pada pendampingan dan mengoneksikannya kepada jaringan-jaringan yang hanya dapat dilakukan oleh pemerintah. Kecurigaan kita hari ini adalah beberapa desa wisata menerima bertumpuk-tumpuk bantuan dan potensi yang bisa di-explore itu sebenarnya terbatas pada satu limit tertentu, sedangkan ada desa-desa wisata yang memiliki potensi yang luar biasa, anak-anak muda dan stakeholders di sekitarnya itu sangat mendukung tapi tidak pernah terjamah. Itulah yang ingin kita ulurkan tangan untuk bisa meng-connect, supaya pemerintah itu melirik juga desa-desa wisata yang ada di luar wilayah destinasi super prioritas dan prioritas. Harus dipahami bahwa setiap tahun itu ada sekitar 14,9 sekian triliun, bahkan awalnya malah 18 koma sekian triliun untuk membangun destinasi wisata prioritas dan super prioritas. Sepertinya kayak heavy pemerintah ini bertumpu pada beberapa titik saja dan kemudian membuat kecemburuan yang luar biasa dari masyarakat-masyarakat desa yang tidak terjangkau. Seluruh energi difokuskan ke situ, seolah ingin membuat program mercusuar bahwa ini harus berhasil, tetapi hanya diwakili oleh 244 desa wisata, itu yang kita tidak mau. Mumpung ini masuk tahun 2021, masih ada 3 tahun lagi Panja ini berupaya keras untuk membuat pemerintah lebih adil, lebih merata, dan lebih berfokus kepada perhatiannya lebih kepada desa-desa wisata yang di luar destinasi prioritas dan super prioritas. Seperti disampaikan Mas Andi tadi betul bahwa kita ini kalau turun reses, itu setiap kali reses paling tidak kita harus mengunjungi 20 titik. Kalau saya kan kabupatennya sedikit, Anggota DPR RI dari PDI Perjuangan ada empat, kabupatennya tiga Sragen, Karanganyar, Wonogiri, kita berempat sehingga saya akan kembali dari desa itu ke desa itu saja. Jika pada hari ini mimpi mereka adalah saya kepengin jadi desa wisata seperti punyanya Klaten itu Ngrombol, itu bagaimana caranya, tetapi agak sulit ya mencari respons dari Parekraf. Karena ketika saya ada kesempatan untuk melakukan Bimtek desa wisata, Protapnya itu tidak bisa ada di situ, harus di hotel lah, beginilah, begitulah akhirnya hanya mengumpulkan dan kemudian pengetahuan kering yang didapatkan.

Page 46: Komisi X DPR RI

- 46 -

Saya membayangkan sehari semalam itu bisa tidur di situ, berlatih di situ dan langsung melihat apa yang ada di sekitar itu dan apa yang tidak diinisiasi oleh para ahli pengembangan pariwisata di Kementerian Pariwisata, tetapi ternyata tidak bisa seperti itu ya. Kita pun sebagai Anggota DPR memiliki keterbatasan-keterbatasan kewenangan, keterbatasan-keterbatasan itu sebenarnya bisa diisi oleh teman-teman dari kementerian dan teman-teman dari asosiasi, makanya kita lakukan ada Panja ini. Harapannya Panja ini dapat menjalin kembali menganyam berbagai macam tautan-tautan menjadi sebuah integrasi yang bermanfaat bagi desa wisata. Baiklah Bapak/Ibu, kami sampaikan terima kasih kepada Mas Panca, kemudian yang Mbak yang mana ini tadi, Mbak Windy ya, Mbak Rezka Aida, Mas Windy-nya ke kamar mandi. Terima kasih sekali, saya akan membacakan sedikit kesimpulan hari ini. DEPUTI SEKRETARIS EKSEKUTIF MASATA (Dr. (C). REZKA AIDA PSPN, SST.Par., MM.Par.): Maaf Ibu, saya boleh izin menambahkan. KETUA RAPAT: Silakan. DEPUTI SEKRETARIS EKSEKUTIF MASATA (Dr. (C). REZKA AIDA PSPN, SST.Par., MM.Par.): Jadi begini Ibu, kalau kendala berdasarkan teman-teman kami di daerah itu khususnya pada sebelum kita rencananya mau ke lapangan untuk program pendampingan SDM desa wisata. Mereka itu berkeluh-kesahnya adalah mengapa kurang kontribusinya antara Kementerian Pariwisata dengan Dinas Pariwisata provinsi dan kabupaten/kota karena saat waktu kita mau mengadakan program pendampingan dinas itu hanya diundang satu kali, terakhir sebelum mereka ke lapangan. Seharusnya idealnya itu Dinas Pariwisata, baik provinsi, kabupaten dan kota diikutsertakan dari awal. Jadi mereka itu tahu programnya seperti apa rencananya, orang-orangnya siapa, jangan cuma di akhir. Karena kurangnya kontribusi antara itu di lapangan itu khususnya masyarakat, kami dari MASATA baik di DPC, DPD dan di kabupaten dan kota saat mereka, pada saat kita ingin membantu mengembangkan desa wisata khususnya yang dia masih dalam proses tahap perintisan. Kan kalau rintisan itu berarti mereka belum punya yang namanya legalitas desa wisata, saat mereka ingin mengajukan untuk menjadi desa wisata ternyata kebijakan dari kementerian sendiri khususnya mengenai desa wisata itu belum ada. Nah saat itu salah satu kendalanya. Terus yang kedua, saat mereka datang ke sana Dinas Pariwisatanya kurang perhatian karena merasa kementeriannya enggak bilang langsung ke saya untuk membantu mengembangkan desa wisata. Namun pas saat

Page 47: Komisi X DPR RI

- 47 -

terakhir kementerian tiba-tiba hubungi kita mau ada program pengembangan di bulan Juli, tiba-tiba mereka yang buru-buru begitu, soalnya idealnya bagi saya adalah saat pemerintah dari pusat berencana mau bikin suatu program, baik di provinsi, kabupaten dan kota juga ikut. Jadi masyarakat kita itu yang ikut membantu di daerahnya itu bisa langsung terjun juga begitu, seperti itu Ibu. Terima kasih. KETUA RAPAT: Iya Mbak, memang program top down ini masih sampai hari ini terjadi ya, yang bottom up itu sudah sangat jarang, enggak tahu kenapa begitu padahal kan ya aku sih ngomong-nya kayak PKS. Padahal kan kalau dilihat bahwa yang namanya kementerian itu kan sebuah lembaga yang terus-menerus ada, orangnya ya ada, untuk dipindahkan mereka butuh waktu 4 tahun. Ini akan apa ya sustainability-nya program itu seharusnya bisa dicapai tapi ya enggak tahu saya ini sulit memahami karena saya juga bukan birokrat ya. Kita yang di luar melihat pun selalu begitu, tidak hanya di Kementerian Pariwisata, saya kira semua. Terima kasih ya masukannya, mungkin kesimpulan bisa kita lihat MASATA ada a, b, c, d, e, f atau mungkin bisa kita kirimkan mungkin bisa direvisi nanti apa-apa yang diinginkan. Kemudian Asosiasi Desa Wisata. Terhadap paparan kita:

1. Mendukung program-program ASIDEWI dan MASATA dalam pengembangan desa wisata dan kampung tematik, serta mendorong ASIDEWI dan MASATA agar meningkatkan komunikasi dengan pemerintah agar pengembang desa wisata dan kampung tematik dapat terkoordinasi dengan baik dan tepat sasaran.

Ini dua narasumber ini semuanya desa wisata ya? Yang kampung tematik di-delete Mbak kesimpulannya karena kita. DIVISI PENGEMBANGAN SDM DESA WISATA ASIDEWI (AHMAD SUHAIB, S.E.): Izin Ibu, izin untuk menambah kampung tematik. KETUA RAPAT: Menambah? DIVISI PENGEMBANGAN SDM DESA WISATA ASIDEWI (AHMAD SUHAIB, S.E.): Iya maksudnya yang kampung tematik kita kan belum membicarakan itu.

Page 48: Komisi X DPR RI

- 48 -

KETUA RAPAT: Iya betul, jadi kita akan cari organisasi apa sih yang paham mengenai kampung tematik. DIVISI PENGEMBANGAN SDM DESA WISATA ASIDEWI (AHMAD SUHAIB, S.E.): Sebetulnya begini Ibu Ketua, sebetulnya memang bagi kami ASIDEWI dan MASATA sebetulnya tidak ada dikotomi itu. Pada intinya kita ini adalah community based tourism, tetapi karena secara kewilayahan formal kita ini punya desa, punya kampung itu karena selama ini ngomong-nya mesti desa wisata. Sebetulnya kita juga punya anggota yang di kota, seperti yang di Surabaya itu ada Kampung Lawas Maspati itu basisnya itu di tengah kota, yang itu mereka juga mengembangkan Community based. Terus kalau di Tangerang itu kalau Bang Dul tadikan bicara bagaimana kalau saya yang tinggal di kota? Di kota kan juga karena ini penting untuk juga didorong bahwa upaya-upaya menghapus kampung-kampung kumuh itu di antaranya adalah dengan pola-pola pembangunan kampung tematik. Di sana ada kampung anggur yang meskipun sepeda motor itu sulit masuk, tetapi mereka juga membuat lorong-lorong kampung itu menjadi asri, menjadi indah yang kemudian banyak orang juga berkunjung ke sana, itu di antaranya dikotomi ini yang memang harus dihapus. Untuk ADWI ini saja yang merasa bukan dari desa itu ragu untuk ikut. KETUA RAPAT: Enggak bisa daftar, tapi bisa ya? DIVISI PENGEMBANGAN SDM DESA WISATA ASIDEWI (AHMAD SUHAIB, S.E.): Sebetulnya bisa, tetapi memang kita terlalu mendikotomikan itu. Terus terkait dengan tadi menjawab Pak Mujib tadi bahwa memang karena ini kan kami bergerak ini atas nama panggilan karena dahulu saya, Mas Andi dan lain sebagainya yang dibantu oleh pemerintah melalui program PNPM Mandiri Pariwisata maka pasca itu kita menularkan ilmu itu kepada teman-teman yang lain, itu di antaranya. Saya dahulu dapet PNPM-nya juga dari Pak Mujib, masih ada di forum, jadi programnya dari Dapil Jawa Tengah saya ambil ke Jawa Timur, itu di antaranya. Selama ini pasca (suara terputus). KETUA RAPAT: Mati ya? Mungkin nanti bisa disampaikan secara tertulis ya. Jadi tidak ada sebenarnya dikotomi desa wisata dan kampung tematik karena di RPJMN itu juga tidak ada istilah kampung tematik, yang ada adalah desa wisata tapi mungkin kita akan mencari apa, siapa, lembaga apa yang bicara mengenai khusus kampung tematik, nanti kita akan mudah-mudahan menemukannya.

Page 49: Komisi X DPR RI

- 49 -

2. Mendesak pemerintah untuk meningkatkan akses internet dan listrik ke lokasi-lokasi desa wisata.

3. Meminta ASIDEWI dan MASATA dalam pelaksanaan program desa wisata dan kampung tematik memperhatikan konservasi alam dan karakteristik budaya daerah setempat.

4. Mendorong pemerintah agar program-program dan kegiatan dalam rangka pengembangan desa wisata dan kampung tematik dilakukan secara berkelanjutan.

5. Mendorong pemerintah untuk meningkatkan program pendampingan dalam pengembangan desa wisata dan kampung tematik, khususnya untuk penguatan SDM dan produk.

6. Mendorong agar desa wisata dan kampung tematik agar memiliki regulasi yang kuat, mengingat desa wisata dan kampung tematik sangat potensial untuk dikembangkan dan mampu mendukung perekonomian daerah.

C. Panja Desa Wisata dan Kampung Tematik meminta kepada narasumber untuk mengirimkan secara tertulis tanggapan dan pertanyaan Anggota Panja yang belum terjawab paling tidak tanggal 26 September.

Kenapa kita batasi? Karena informasi dari Panjenengan semua akan menjadi basis dasar kita untuk bertemu dengan berbagai macam stakeholders yang lain. D. Bahan paparan dan masukan yang disampaikan para narasumber

menjadi bagian tidak terpisahkan dalam RDPU ini dan substansinya akan menjadi rujukan dalam penyusunan rekomendasi Panja Desa Wisata dan Kampung Tematik Komisi X DPR RI kepada Pemerintah.

Baik, ada koreksi? Cukup ya saya kira? Teman-teman cukup? Terima kasih, rapat kita tutup dengan selesainya pembacaan ini maka selesailah sudah acara RDPU siang hari ini. Terima kasih kami ucapkan sebesar-besarnya kepada para narasumber Mas Panca, Mas Windy, Mbak Rezka, Mas Andi, Mbak Wiwid, dan Gus siapa ini belakangnya? Gus Ahmad apa Gus Suhaib? Gus Aeb ya, mudah-mudahan kita dapat bertemu kembali di kesempatan yang berbeda. Saya berharap juga teman-teman di mana ada dapilnya, ada anggota ASIDEWI atau di mana ada jaringan-jaringan MASATA kita bisa berdiskusi kembali di lapangan. Terima kasih kehadirannya, terima kasih informasinya, kerja sama ini tentu akan sangat bermakna jika suatu hari kita dapat menemukan satu titik pola yang bagus untuk memajukan desa wisata di Indonesia. Teman-teman Komisi X, Pimpinan terima kasih rapat saya tutup. Wabillahittaufiq wal hidayah. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(RAPAT DITUTUP PUKUL 13.10 WIB)

Page 50: Komisi X DPR RI

- 50 -

JAKARTA, 16 SEPTEMBER 2021 a.n. KETUA RAPAT SEKRETARIS RAPAT, DADANG PRAYITNA, S.IP, M.H. NIP. 196708061990031003