perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KOMIK SEJARAH DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL (Studi kasus di Kelas V SDK Waibalun I Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur) TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh : YOHANES YAKOBUS WERANG KEAN NIM. S861102014 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2012
83
Embed
KOMIK SEJARAH DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL …/Komik...(Studi kasus di Kelas V SDK Waibalun I Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur) ... atau pendapat yang pernah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
KOMIK SEJARAH
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL
(Studi kasus di Kelas V SDK Waibalun I Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur)
TESIS
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh :
YOHANES YAKOBUS WERANG KEAN NIM. S861102014
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA TAHUN 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa
1. Tesis yang berjudul : “Komik Sejarah Dalam Pembelajaran Sejarah Lokal (Studi
Kasus di Kelas V SDK Waibalun I Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa
Tenggara Timur )” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara
tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan serta daftar
pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-
unsur jiplakan, maka saya bersedia Tesis beserta gelar MAGISTER saya dibatalkan
serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20
Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 pasal 70).
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesi pada jurnal atau forum ilmiah harus seijin
dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya.
Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (6 bulan,sejak pengesahan
Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka
Program Pendidikan Sejarah PPs-UNS berhak mempublikasikan pada jurnal ilmiah
yang diterbitkan oleh Program Pendidikan Sejarah PPs-UNS. Apabila saya melakukan
pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi
akademik yang berlaku.
Surakarta...................................2012
Mahasiswa,
Yohanes Yakobus Werang Kean NIM.S861102014
MOTTO
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
LAGE AE, NIKU KOLA
Dari Semboyan kampung saya, Waibalun, Flores Timur, yang terpampang di Koke Bale
(Rumah Adat Suku-Suku di Waibalun), yang selalu menjadi pesan dari Bapak saya hingga
sekarang, dari bahasa Lamaholot, bahasa asli penduduk Flores Timur. Lage Ae yang berarti
Jalan Maju Terus, Niku Kola (Lihat ke belakang juga)
“MELANGKAH KE DEPAN TETAPI SELALU
MELIHAT KE BELAKANG”
Melangkah ke depan untuk melakukan yang terbaik tetapi selalu menyadari darimana
kita berasal, selalu ingat akan kampung halaman dan sejarah hidupmu.
PERSEMBAHAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Dengan kasih sayang Tuhan Yang Maha Esa yang tak terhingga kupersembahkan tesis ini
kepada :
1. Ayah-Ibunda tercinta Hendrikus Bele Kean dan Yosefina Elisabeth Jawa Kolin, yang
sabar membimbing dan mendoakanku dengan penuh cinta kasih;
2. Bapak Yudith Sastroredjo dan Ibu Neeta Sastroredjo yang telah banyak membantu
saya dalam proses belajar di Solo.
3. Adik-adikku tercinta, Ella, Vici dan Velano yang selalu setia dalam doa dan
dukungannya;
4. Saudari Alm. Margaretha Manbait, yang selalu menjadi pendoa.
KATA PENGANTAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala
tuntunanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini merupakan salah satu
syarat guna memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Pasca Sarjana Universitas
Sebelas Maret Program Pendidikan Sejarah. Untuk memenuhi salah satu syarat tersebut
penulis memilih sebuah judul yaitu “Komik Sejarah Dalam Pembelajaran Sejarah Lokal
(Studi Kasus di Kelas V SDK Waibalun I Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa
Tenggara Timur )”
Terselesainya tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan yang indah ini penulis patut menyampaikan rasa
terimakasih kepada :
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang menerima dan memberi ruang dan
waktu kepada penulis untuk menuntut ilmu.
2. Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta staf
yang telah membantu dalam proses belajar penulis.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas
Maret beserta seluruh dosen pengajar yang dalam keseharian mengasah, mengasih
dan menagsuh penulis untuk berkompetensi dalam bidang Pendidikan Sejarah
4. Prof. Dr. Djoko Suryo dan Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd sebagai Tim Pembimbing
tesis ini yang telah memberikan buah pemikiran, membimbing dan memotivasi
penulis untuk segera menyelesaikan tulisan ini.
5. Kepala Sekolah SDK Waibalun I beserta seluruh guru dan staf yang telah banyak
membantu penulis dalam proses penelitian.
6. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa S2 di Program Pendidikan Sejarah khususnya
angkatan 2011 yang selalu memberi masukan, dan pemikiran yang kritis dalam proses
kuliah maupun dalam penulisan karya ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
7. Saudara Rendra Adi Kurniawan dan Ardian Danandono yang telah banyak membantu
dalam proses pembuatan komik.
Penulis menyadari bahwa tesis ini belum mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu
dengan senang hati dan lapang dada penulis siap menerima segala sumbang saran, kritik yang
Yohanes Yakobus Werang Kean. Komik Sejarah Dalam Pembelajaran Sejarah
Lokal(Studi kasus di Kelas V SDK Waibalun I Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa
Tenggara Timur).Tesis. Program Pascasarjana.Universitas Sebelas Maret.Surakarta.2012.
Masalah utama para guru dan praktisi pendidikan ialah bagaimana cara mengelola
pembelajaran yang efektif, artinya menciptakan kondisi agar siswa dapat belajar dengan
mudah. Satu diantaranya pemanfaatan media. Pada penelitian ini peneliti memfokuskannya
pada pemanfaatan media komik pada pembelajaran sejarah lokal.Maksud dan tujuan
penelitian ini ialah mencari informasi yang akurat tentang sejauh mana materi sejarah lokal,
dan proses implementasi komik itu dalam proses pembelajaran sejarah lokal tersebut.
Bentuk penelitian yang dilakukan ialah deskriptif kualitatif, jenis studi kasus, lokasi
penelitian di SDK Waibalun I Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Teknik pengumpulan datanya menggunakan wawancara, pengamatan,angket dan pencatatan
data secara langsung di lokasi penelitian. Hasil perolehan data dikonfirmasikan dengan
informan atau nara sumber demi kearutan dan keabsahannya. Adapun analisis datanya
menggunakan model interaktif dari Strauss dan Glaser.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa materi sejarah lokal yang diajarkan telah
meliputi banyak daerah di Nusa Tenggara Timur pada umumnya dan daerah Flores Timur
khususnya. Proses Implementasi Komik dalam pembelajaran sejarah lokal juga berjalan baik
dan tidak menemui kendala yang berarti.
Para siswa, guru dan kepala sekolah sangat menerima kehadiran komik sejarah lokal.
Dengan media komik pembelajaran sejarah lokal menjadi lebih mudah. Mereka setuju jika
penelitian pengembangan media komik dapat ditingkatkan. Hal tersebut sangat berguna bagi
pengelola pembelajaran dalam memperbaiki kegiatan-kegiatan pembelajaran berikutnya.
Kata Kunci :Komik, Pembelajaran, Sejarah Lokal.
ABSTRACT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Yohanes Yakobus Werang Kean. Historical Comics in The Learning of Local History (Case study in the 5th grade of SDK Waibalun I, East Flores District, East Nusa Tenggara Province). Tesist. Post Graduate Program. Sebelas Maret University. Surakarta. 2012. The main problem for the teachers and education practioners is how to make the learning effectively, which means creating circumstances for the students to study simply. One of the them is by using the media. In this research, the researcher is focused on using media in the learning local history. The meant and the purpose is to get the precise information about the extent and the implementation process of the local history content in the learning of local history. The form of the research is qualitative and descriptive which takes a case study for the type of the research. The research location is in SDK Waibalun, East Flores District, East Nusa Tenggara Province. It uses interview, observation, questionnaire, and recording directly in the research location to gather the information. The result was confirmed to the informant or the sources to obtain the validity of data. Meanwhile, for the data analysis the researcher uses interactive model of Strauss and Glaser.
The result shows that local history content has been taught in many areas in East Nusa
Tenggara, particularly di East Flores. The implementation of comic in the learning of local history works very well. The students, teachers and the headmasters are very welcome to meet local history comics. By using comic as the medium of of teaching, learning local history could be easier. They agree that the research could be developed. It is very helpful for the education managers to improve further learning activities.
Keywords : Comic, Learning, Local History.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-
orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik sehingga
mempunyai tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Pendidikan juga merupakan
arahan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak
dalam pertumbuhannya ( baik jasmani maupun rohani) agar berguna bagi dirinya
sendiri dan masyarakat (M. Ngalim Purwanto, 2002). Dalam arti lain, pendidikan
merupakan pendewasaan peserta didik untuk pengembangan potensi, bakat dan
keterampilan yang dimiliki dalam menjalani kehidupan.
Dalam dunia pendidikan, Sejarah mengambil bagian penting sebagai suatu
ilmu yang mengkaji peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada masa dahulu,
untuk kita pelajari sekarang, yang nantinya dapat kita manfaatkan di kemudian
hari. Hal tersebutlah yang menjadikan Sejarah penting untuk dipelajari dan dikaji
terus menerus, karena setiap pribadi tidak bisa dipisahkan oleh Sejarah. Hal-hal
seperti di atas yang menuntut cara atau metode pembelajaran Sejarah yang tidak
lagi statis, terpaku dengan kurikulum yang kaku, yang membuat pribadi, dalam
konteks ini anak didik menjadi jenuh dan pada akhirnya membentuk pandangan
yang berkelanjutan dari generasi ke generasi bahwa Sejarah itu membosankan.
Maka, daripada itulah dituntut suatu model pembelajaran yang PAIKEM
(Pembelajaran Aktif Kreatif, inovatif dan Menyenangkan), dari pemaparan Mata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pelajaran Sejarah itu sendiri.
Kecenderungan pembelajaran Sejarah yang kurang menarik ini merupakan hal
wajar yang dialami baik oleh guru maupun siswa. Dalam hal ini, guru dituntut
untuk bisa memahami kebutuhan siswa, baik dalam karakteristiknya maupun
dalam pengembangan ilmu yang disesuaikan dengan tuntutan jaman dengan cara
memilih dan melaksanakan pembelajaran yang tepat dan efisien bagi peserta
didik.
Dalam era perkembangan Iptek yang begitu pesat, profesionalisme guru tidak
cukup hanya dengan kemampuan membelajarkan siswa, tetapi juga harus mampu
mengelola informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa.
Konsep Lingkungan meliputi tempat belajar, metode, media, sistem penilaian,
serta sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mengemas pembelajaran dan
mengatur bimbingan belajar sehingga memudahkan siswa belajar (Daryanto,
2011).
Dampak perkembangan Iptek terhadap proses pembelajaran adalah
diperkayanya sumber dan media pembelajaran. Komik bisa dikatakan salah satu
media pembelajaran yang perlu dicoba. Begitu maraknya komik di masyarakat
dan begitu tingginya kesukaan terhadap komik, hal inilah yang mengilhami untuk
dijadikannya komik sebagai media pembelajaran. Salah satu kelebihan dari
komik, seperti penelitian yang dilakukan Thorndikie, diketahui bahwa anak yang
membca komik lebih banyak, misalnya dalam sebulan minimal satu buah komik
maka sama dengan memnbaca buku-buku pelajaran dalam setiap tahunnya, hal ini
berdampak pada kemampuan membaca siswa dan penguasaan kosakata jauh lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
banyak dari siswa yang tidak menyukai komik.
Komik Sejarah, yakni Cerita Bergambar yang diangkat dari peristiwa-
peristiwa Sejarah. Cerita yang diberi gambar yang lazimnya disebut cerita
bergambar, dan diberi dengan pewarnaan yang bagus diyakini dapat menjadi daya
tarik khusus bagi kalangan anak-anak dan menjadi feedback bagi remaja akan
Sejarah itu sendiri khususnya Sejarah Nasional dan terlebih Sejarah Lokal. Cerita
bergambar yang berbau Sejarah dan Budaya Indonesia diharapkan juga menjadi
penangkal akan maraknya komik-komik impor yang sebenarnya mengandung
kebudayaan dari luar Indonesia.
Cerita bergambar atau istilah yang lebih cocok pada masa sekarang “komik”
merupakan buku yang cukup populer di masyarakat, khususnya pada anak-anak.
Cerita bergambar atau komik terdiri dari teks atau narasi yang berfungsi sebagai
penjelasan dialog dan alur cerita. Cerita bergambar (komik) sebagai industri
berjangka panjang dan yang berdaya guna, hampir tidak menjadi strategi masa
depan dari pihak-pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan.
Semakin beragamnya jenis hiburan yang turut mengurangi kegairahan dunia
komik atau cergam Indonesia. Disamping itu, komik-komik asing banyak
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan akhirnya menggeser popularitas komik
(cerita bergambar) Indonesia.
Cerita bergambar atau komik Indonesia yang bernilai historis dan
berkebudayaan asli Indonesia mungkin bisa mencontoh sinetron Indonesia yang
menjamur di televisi kita, walaupun isi ceritanya banyak menjual mimpi-mimpi,
mari bermimpi menjadi tuan rumah di Negara sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Fokus Masalah
Yang menjadi fokus msalah dalam penelitian ini :
1. Belum optimalnya pembelajaran sejarah lokal karena belum mencakup
banyak kisah sejarah lokal Nusa Tenggara Timur.
2. Peristiwa Sejarah yang akan dirubah menjadi komik sejarah adalah
Kisah Perlawanan Rakyat Desa Lewotala tahun 1912.
3. Merubah materi kisah Perlawanan Rakyat Desa Lewotala tahun 1912
menjadi komik yang dinilai isinya oleh pakar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas maka, yang menjadi
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah materi sejarah lokal di SDK Waibalun I ?
2. Bagaimanakah proses implementasi komik sejarah lokal dalam
Mulok SDK Waibalun I ?
3. Bagaimanakah kendala implementasi komik sejarah lokal dalam
Mulok di SDK Waibalun I ?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui materi sejarah lokal di SDK Waibalun I
2. Untuk mengetahui proses implementasi komik sejarah lokal dalam
Mulok SDK Waibalun I.
3. Untuk mengetahui kendala implementasi komik sejarah lokal dalam
Mulok SDK Waibalun I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
E. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis :
1. Diketahuinya media yang sesuai dengan tingkat pengetahuan, gaya
berpikir serta umur dalam usaha penanaman nilai sejarah.
2. Diketahui media yang dapat membantu siswa untuk berpikir kritis,
menarik, terstrukutur, sehingga mampu meningkatkan kemauan
membaca dan memahami materi pembelajaran pada siswa.
Manfaat Praktis :
1. Guru dapat membuat strategi pembelajaran yang lebih variatif dalam
mengajar di kelas yang keinginan siswanya bervariasi.
2. Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan dari
media yang baru dan menarik.
3. Meningkatkan prestasi belajar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Komik
Komik atau cerita bergambar menurut Marcel Bonet, adalah salah satu produk
akhir dari hasrat manusia untuk menceritakan pengalamannya, yang dituang
dalam gambar dan tanda, mengarah kepada suatu pemikiran dan perenungan.
Will Eisner (dalam Undestanding Comics), komik atau cergam adalah tatanan
gambar dan balon kata yang berurutan.
Scott McCloud (2001), komik atau cergam merupakan cerita yang dilengkapi
dengan gambar yang menyampaikan informasi atau menghasilkan respon estetik
pada yang melihatnya. Jika suatu masyarakat gagal memahaminya, boleh jadi
karena mereka terlalu mempersempit pengertian komik itu sendiri. Potensi Komik
sebenarnya tidak terbatas dan menggairahkan.
Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak
bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita.
Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat
diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam
majalah, hingga berbentuk buku tersendiri.
Di tahun 1996, Will Eisner menerbitkan buku Graphic Storytelling, di mana ia
mendefinisikan komik sebagai "tatanan gambar dan balon kata yang berurutan,
dalam sebuah buku komik." Sebelumnya, di tahun 1986, dalam buku Comics and
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Sequential Art, Eisner mendefinisikan teknis dan struktur komik sebagai
sequential art, "susunan gambar dan kata-kata untuk menceritakan sesuatu atau
mendramatisasi suatu ide".
Dalam buku Understanding Comics (1993) Scott McCloud mendefinisikan
seni sekuensial dan komik sebagai juxtaposed pictorial and other images in
deliberate sequence, intended to convey information and/or to produce an
aesthetic response in the viewer.
Para ahli masih belum sependapat mengenai definisi komik. Sebagian
diantaranya berpendapat bahwa bentuk cetaknya perlu ditekankan. Yang lain lebih
mementingkan kesinambungan gambar dan teks. Sebagian lain lebih menekankan
sifat kesinambungannya (sequential). Definisi komik sendiri sangat supel karena
itu berkembanglah berbagai istilah baru seperti:
a. Picture stories– Rodolphe Topffer (1845)
b. Pictorial narratives– Frans Masereel and Lynd Ward (1930s)
c. Picture novella– dengan nama samaran Drake Waller (1950s).
d. Illustories– Charles Biro (1950s)
e. Picto-fiction– Bill Gaine (1950s)
f. Sequential art(graphic novel) – Will Eisner (1978)
g. Nouvelle manga– Frederic Boilet (2001).
Untuk lingkup Nusantara, seorang penyair dari semenanjung Melayu
(sekarang Malaysia) Harun Amniurashid (1952) pernah menyebut 'cerita
bergambar' sebagai rujukan istilah cartoons dalam bahasa Inggris. Di Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
terdapat sebutan tersendiri untuk komik seperti diungkapkan oleh pengamat
budaya Arswendo Atmowiloto (1986) yaitu cerita gambar atau disingkat menjadi
cergam yang dicetuskan oleh seorang komikus Medan bernama Zam Nuldyn
sekitar tahun 1970. Sementara itu Seno Gumira Ajidarma (2002), jurnalis dan
pengamat komik, mengemukakan bahwa komikus Teguh Santosa dalam komik
Mat Romeo (1971) pernah mengiklankan karya mereka dengan kata-kata
"disadjikan setjara filmis dan kolosal" yang sangat relevan dengan novel
bergambar.
Akronim cerita (ber)gambar, menurut Marcell Boneff mengikuti istilah cerpen
(cerita pendek) yang sudah terlebih dahulu digunakan, dan konotasinya menjadi
lebih bagus, meski terlepas dari masalah tepat tidaknya dari segi kebahasaan atau
etimologis katanya.Tetapi menilik kembali pada kelahiran komik, maka adanya
teks dan gambar secara bersamaan dinilai oleh Francis Laccasin (1971) sebagai
sarana pengungkapan yang benar-benar orisinal. Kehadiran teks bukan lagi suatu
keharusan karena ada unsur motion yang bisa dipertimbangkan sebagai jati diri
komik lainnya.Karena itu di dalam istilah komik klasik indonesia, cerita
bergambar, tak lagi harus bergantung kepada cerita tertulis. Hal ini disebut Eisner
sebagai graphic narration (terutama di dalam film dan komik).
Komik menurut Laccasin (1971) dan koleganya dinobatkan sebagai seni ke-
sembilan. Walaupun sesungguhnya ini hanya sebuah simbolisasi penerimaan
komik ke dalam ruang wacana senirupa. Bukanlah hal yang dianggap penting
siapa atau apa saja seni yang kesatu sampai kedelapan.
Menurut sejarahnya sekitar tahun 1920-an, Ricciotto Canudo pendiri Club
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
DES Amis du Septième Art, salah satu klub sinema Paris yang awal, seorang
teoritikus film dan penyair dari Italia inilah yang mengutarakan urutan 7 kesenian
di salah satu penerbitan klub tersebut tahun 1923-an. Kemudian pada tahun 1964
Claude Beylie menambahkan televisi sebagai yang kedelapan, dan komik berada
tepat dibawahnya, seni kesembilan.
Thierry Groensteen, teoritikus dan pengamat komik Perancis yang
menerbitkan buku kajian komiknya pada tahun 1999 berjudul "Système de la
bande dessinée (Formes sémiotiques)" yang akan terbit tahun 2007 menjadi "The
System of Comics". Ia berbicara definisi seni kesembilan dalam pengantar edisi
pertama majalah "9e Art" di Perancis. Menurutnya, yang pertama kali
memperkenalkan istilah itu adalah Claude Beylie. Dia menulis judul artikel, "La
bande dessinee est-elle un art?", dan seni kesembilan itu disebut pada seri kedua
dari lima artikel di majalah "Lettres et Medecins", yang terbit sepanjang Januari
sampai September 1964. Baru kemudian pada tahun 1971, F. Laccasin
mencantumkan komik sebagai seni kesembilan di majalah "Pour un neuvieme
art", sebagaimana yang dikutip oleh Marcel Boneff .
a. Komik di Indonesia
Komik Indonesia atau biasa juga disebut cergam (cerita bergambar) adalah
komik yang berasal dari Indonesia, atau hasil karya seorang komikus Indonesia.
Cara bercerita dengan menggunakan gambar sudah dikenal di Indonesia sejak
zaman kerajaan-kerajaan di kepulauan nusantara. Salah satu contoh cara bercerita
menggunakan gambar ini pada masa purbakala adalah relief-relief yang terdapat
pada candi-candi yang tersebar di seluruh Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
1) Generasi 1930an
Merujuk kepada Boneff maka komik Indonesia pada awal kelahirannya dapat
di bagi menjadi dua kategori besar, yaitu komik strip dan buku komik. Kehadiran
komik-komik di Indonesia pada tahun 1930an dapat ditemukan pada media
Belanda seperti De Java Bode dan D’orient dimana terdapat komik-komik seperti
Flippie Flink and Flash Gordon. Put On,seorang peranakan Tionghoa adalah
karakter komik Indonesia yang pertama-tama merupakan karya Kho Wan Gie
yang terbit rutin di surat kabar Sin Po. Put On menginspirasi banyak komik strip
lainnya sejak tahun 30an sampai 60-an seperti pada Majalah Star(1939-1942)
yang kemudian bertukar menjadi Star Weekly. Sementara itu di Solo, Nasroen
A.S. membuahkan karya komik stripnya yang berjudul Mentjcari Poetri Hidjaoe
melalui mingguan Ratu Timur. Di awal tahun 1950-an, salah satu pionir komik
bernama Abdulsalam menerbitkan komik strip heroiknya di harian Kedaulatan
Rakyat, Yogyakarta, salah satunya berjudul “Kisah Pendudukan Jogja”, bercerita
tentang agresi militer Belanda ke atas kota Yogyakarta. Komik ini kemudian
dibukukan oleh harian “Pikiran Rakyat” dari Bandung. Sebagian pengamat komik
berpendapat bahwa inilah buku komik pertama-tama oleh artis komik Indonesia.
2) Generasi 1940-50an
Sekitar akhir tahun 1940an, banyak komik-komik dari Amerika yang
disisipkan sebagai suplemen mingguan suratkabar. Diantaranya adalah komik
seperti Tarzan, Rip Kirby, Phantom and Johnny Hazard. Kemudian penerbit
seperti Gapura dan Keng po dari Jakarta, dan Perfects dari Malang,
mengumpulkannya menjadi sebuah buku komik. Ditengah-tengah membanjirnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
komik-komik asing, hadir Siaw Tik Kwei, salahs seorang komikus terdepan, yang
memiliki teknik dan ketrampilan tinggi dalam menggambar mendapatkan
kesempatan untuk menampilkan komik adapatasinya dari legenda pahlawan
Tiongkok ‘Sie Djin Koei’. Komik ini berhasil melampaui popularitas Tarzan di
kalangan pembaca lokal. Popularitas tokoh-tokoh komik asing mendorong upaya
mentransformasikan beberapa karakter pahlawan super itu ke dalam selera lokal.
R.A. Kosasih, yang kemudian dikenal sebagai Bapak Komik Indonesia, memulai
karirnya dengan mengimitasi Wonder Woman menjadi pahlawan wanita bernama
Sri Asih. Terdapat banyak lagi karakter pahlawan super yang diciptakan oleh
komikus lainnya,diantaranya adalah Siti Gahara, Puteri Bintang, Garuda Putih and
Kapten Comet, yang mendapatkan inspirasi dari Superman dan petualangan Flash
Gordon.
3) Generasi 1960-70an
Adapatasi dari komik asing dalam komik Indonesia mendapatkan tentangan
dan kritikan dari kalangan pendidik dan pengkritik budaya. Karena itu penerbit
seperti Melodi dari Bandung dan Keng Po dari Jakarta mencari orientasi baru
dengan melihat kembali kepada khazanah kebudayaan nasional. Sebagai hasil
pencarian itu maka cerita-cerita yang diambil dari wayang Sunda dan Jawa
menjadi tema-tema prioritas dalam penerbitan komik selanjutnya. R.A. Kosasih
adalah salah seorang komikus yang terkenal keberhasilannya membawa epik
Mahabharata dari wayang ke dalam media buku komik. Sementara itu dari
Sumatra, terutamanya di kota Medan, terdapat pionir-pionir komikus
berketrampilan tinggi seperti Taguan Hardjo, Djas, dan Zam Nuldyn, yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
menyumbangkan estetika dan nilai filosofi ke dalam seni komik. Di bawah
penerbitan Casso and Harris, artis-artis komik ini mengeksplorasi cerita rakyat
Sumatra yang kemudian menjadi tema komik yang sangat digemari dari tahun
1960an hingga 1970an.
Banyak dipengaruhi komik-komik dengan gaya Amerika, Eropa, dan
Tiongkok. Sebagian besar memanfaatkan majalah dan koran sebagai medianya,
meskipun beberapa karya seperti Majapahit oleh R.A. Kosasih juga mendapatkan
kesempatan untuk tampil dalam bentuk buku.Tema yang banyak muncul adalah
pewayangan, superhero, dan humor-kritik.
4) Generasi 1990-2000an
Ditandai oleh dimulainya kebebasan informasi lewat internet dan
kemerdekaan penerbitan, komikus mendapat kesempatan untuk mengeksplorasi
gayanya masing-masing dengan mengacu kepada banyak karya luar negeri yang
lebih mudah diakses. Selain itu, beberapa judul komik yang sebelumnya
mengalami kesulitan untuk menembus pasar dalam negeri, juga mendapat tempat
dengan maraknya penerbit komik bajakan.Selain itu beberapa penerbit besar
mulai aktif memberikan kesempatan kepada komikus muda untuk mengubah
image komik Indonesia yang selama ini terkesan terlalu serius menjadi lebih segar
dan muda.
Ada dua aliran utama yang mendominasi komik modern Indonesia, yaitu
Amerika (lebih dikenal dengan comics) dan Jepang (dengan stereotype manga) :
1. Aliran Amerika
Komikus yang memilih style ini kebanyakan memang mereferensikan karya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
mereka pada komikus-komikus Amerika. Sebagian dari mereka bahkan ada yang
bekerja untuk produksi komik Amerika. Beberapa komikus yang bisa dikatakan
beraliran gaya Amerika antara lain : Donny Kurniawan, Alfa Roby.
2. Aliran Jepang
Komikus yang menggunakan aliran ini sangat diuntungkan dengan
berkembangnya komunitas di Internet. Beberapa situs seperti julliedillon.net,
howtodrawmanga.com, dan mangauniversity memuat banyak informasi
pembuatan manga. Hal ini juga membuat ciri utama komikus Indonesia dengan
aliran gambar Jepang, yaitu kebanyakan nama pengarangnya disamarkan dengan
nickname masing-masing di dunia maya. Kemungkinan hal inilah yang
menyebabkan sulitnya mengetahui jumlah tepatnya komikus lokal. Beberapa
pengarang komik yang aktif mengeluarkan karya dengan gaya ini adalah:
Anthony Anndengan nama samaran lainnya: Sentimental Amethyst, Anzu
Hizawa, Is Yuniarto dan John G.Reinhart. Beberapa Studio Komik juga pernah
membuat karya-karya yang berciri aliran Jepang, antara lain Komikers (Lestari
Maya, 2007)
b. Komik Independen di Indonesia
Diawali dengan semangat untuk melawan hegemoni komik-komik dari luar
Indonesia, muncullah komik-komik independen (lokal). Mencoba tampil berbeda,
membuat gaya gambar lebih variatif dan eksperimental. Banyak komikus-komikus
indie (independen) mengandalkan mesin fotokopi untuk penggandaan karya-karya
mereka. Sistem distribusi paling banyak dilakukan di pameran komik, baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dengan jalan jual-beli atau barter antarkomikus. Tak jarang ada komikus yang
menghalalkan karyanya untuk diperbanyak dan disebarluaskan, dengan motto
'copyleft' (lawan dari copyright atau hak cipta). Tentunya tidak untuk tujuan
komersil.Beberapa studio komik Independen antara lain:Daging Tumbuh, Bengkel
Qomik.
2. Pengertian Sejarah Lokal
Istilah Sejarah Lokal dikenal di Indonesia dengan istilah sejarah daerah. Di
negara Barat juga dengan istilah umum "local history" dan istilah lain yakni
"community history","neighborhood history" dan "nearby history". Menurut
Jordan, sejarah lokal ialah merupakan keseluruhan sekitar yang bisa berupa
kesatuan wilayah seperti desa, kecamatan, kabupaten, kota kecil dan lain-lain
kesatuan wilayah serta unsur-unsur institusi sosial dan budaya yang berada di
suatu lingkungan itu seperti keluarga, pola pemukiman, mobilitas penduduk,
kegotongroyongan, pasar, teknologi pertanian, lembaga pemerintahan setempat,
perkumpulan kesenian, monumen, dan lain-lain ( I Gde Widja, 1991).
Ketika kita berbicara sejarah lokal disini bukan sejarah lokal tradisi, semisal
babad, hikayat, lontara, tambo, ataupun lainnya. Melainkan sejarah yang
menceritakan regionalitas, kedaerahan secara batasan-batasan tertentu. Misalkan
melalui batasan-batasan geografis atau keberadaan suku yang mendiami tempat
tersebut . Atau istilah lainnya ialah sejarah daerah (Moh. Ali 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Sejarah lokal bisa dikatakan sebagai suatu bentuk penulisan sejarah dalam
lingkup yang terbatas yang meliputi suatu lokalitas tertentu. Keterbatasan lingkup
itu biasanya dikaitkan dengan unsur wilayah ( unsur spatial ). Di indonesia sejarah
lokal bisa disebut pula sebagai sejarah daerah. namun tidak jarang yang
mengklaim bahwa sejarah lokal sama dengan sejarah daerah. Taufik Abdullah
misalnya dia tidak setuju lokal disamakan dengan daerah. karena daerah indentik
dengan politik. Dan bisa mengabaikai etnis kultural yang sebenarnya, lebih
mencerminkan unit lokalitas suatu perkembangan sejarah.banyak sekali
persamaan sejarah Lokal itu (Taufik Abdullah, 1979).
Pada masa reformasi, ketika muncul historiografi baru yakni historiografi
kritik sosial (Kuntowijoyo,2003) yang mengakibatkan muncul pula penulisan
sejarah lokal yang baru. Sejarah lokal yang terlepas dari sentralisme, sejarah lokal
yang menceritakan daerahnya sendiri. Hal ini menjadi sesuatu yang menarik untuk
dikaji. Jika pada sejarah lokal yang sebelumnya mengacu pada jiwa dan semangat
nasionalisme, maka sejarah lokal yang sekarang memunculkan format baru, beru-
pa nasionalisme yang memuat muatan lokal itu sendiri. Secara tidak langsung
seolah-olah mengungkap bahwa desentralisasi memuat keinginan untuk melaku-
kan otonomi terhadap nasionalisme.
Berbicara arti penting dari sejarah lokal pastilah kaitannya dengan suatu
hubungan atau peran serta dari sejarah Lokal terhadap keberlangsungan Sejarah
nasional. Antara sejarah lokal dan Nasional sangatlah berhubungan. Dengan
melakukan penelitian tentang sejarah lokal, kita tidak hanya memperkaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pembendaharaan sejarah Nasional, tapi lebih penting lagi memperdalam
pengetahuan kita tentang dinamika sosiokultural dari masyarakat Indonesia yang
majemuk ini secara lebih intim. Dengan begini kita makin menyadari pula bahwa
ada berbagai corak kehidupan manusia yang selalu berhubungan dengan
lingkungannya dan dengan sejarahnya.
. Pengembangan sejarah yang bersifat nasional seperti sekarang ini, sering
kurang memberi makna bagi orang-orang tertentu terutama yang menyangkut
sejarah daerahnya sendiri. Banyak sejarah nasional tidak menggali lebih
mendalam tentang suatu kajiannya, biasanya bersifat umum saja. Oleh karenanya
sejarah daerah kita sendiri terkadang luput dari pengetahuan kita. Selain itu juga
sejarah lokal juga bisa diguankan untuk mengoreksi generalisasi-generalisasi dari
Sejarah nasional.
3. Pengertian Pembelajaran
Pengertian pembelajaran terdiri dari dua komponen yaitu belajar dan
mengajar. Kedua komponen tersebut tidak bisa dipisahkan yang satu dengan yang
lain karena keduanya berlangsung bersamaan serta saling mengisi dan
melengkapi. Untuk memperjelas pengertian pembelajaran penulis kutipkan
beberapa pendapat seperti berikut :
Leonard Nadler (1981), mendefinisikan belajar dan mengajar sama dengan
learning and teaching :
Learning is the equistion of new skill, attitudes and knowledge. Teaching is the general process of enabling the learner to acquire the learning. Teaching can range from the stand up classroom presenter to fully mechine mediated instruction with no instructor in sight, (some refer to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
this as use of high technology). Teaching can use a fasilatator who does little more than help the learner find appropriate recources for the learning. Teaching abviously cover with wide range of behavior, using both of people and machine,
Menurut Nadler belajar pada hakekatnya menambah keterampilan baru,
memperbaiki sikap, dan memperkaya ilmu pengetahuan. Mengajar diartikan
sebagai keseluruhan proses yang membantu si belajar dalam belajar. Dapat berupa
mempresentasikan materi pelajaran di depan kelas, dapat pula hanya
menggunakan alat tanpa ada guru (banyak yang mengatakan mengajar mencari
sumber belajar). Mengajar dalam arti luas dilakukan dengan berbagai cara dan
bisa menggunakan tenaga manusia bisa pula dengan alat.
Arief Sadiman, Rahardjo, Anung Haryono, Rahardjito (1984), mengatakan
bahwa kegiatan belajar mengajar adalah proses komunikasi yaitu penyampaian
pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan melalui saluran atau media
tertentu yang dipandang cocok untu mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
Dalam buku Barbara B. Seels dan Rita C. Richey (1996) edisi terjemahan
Harmanto dkk, Dick dan Carry mengemukakan bahwa pembelajaran ialah segala
sesuatu yang membantu bagaimana peserta didik mengalami kemudahan dalam
belajar. Pengertian belajar tidak ditekankan pada berapa jumlah materi yang harus
diselesaikan oleh siswa, tetapi menekankan pada berapa materi pembelajaran yang
telah dikuasai oleh siswa.
Jika dikaji secara mendalam semua pengertian pembelajaran yang
dikemukakan para ahli itu berkisar pada bagaimana kemampuan seorang guru
dalam melakukan komunikasi pembelajaran. Jika komunikasi pembelajaran dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dilakukan dengan baik dapat diaktakan bahwa guru itu telah membimbing siswa.
Dikatakan sebagai pembimbing karena dalam kegiatan ini terjadi proses secara
manusiawi bersentuhan antara guru dan siswa yangd alam istilah Jawa dikenal
dengan semboyang ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri
handayani, artinya seorang guru harus dapat menjadi teladan, dapat memberi
contoh cara melakukan sesuatu, dan dapat memotivasi siswa.
Tentang sumber belajar dapat dikemukakan sebuah definisi yang telah
mencakup semua pengertian sumber belajar yang telah dipakai dan dikembangkan
oleh banyak negara terutama negara-negara berkembang. Setijadi (1994), dalam
bukunya Seri Pustaka Teknologi Pendidikan mengemukakan definisi sumber
belajar dari pendapat Asosiasi Komunikasi dan Teknologi Pendidikan, sebagai
berikut :
Sumber belajar ialah semua sumber yang meliputi data, orang, barang, yang memungkinkan digunakan oleh si belajar baik secara sendiri-sendiri atau kelompok, bisa suasana formal atau non formal, untuk memberikan kemudahan dalam belajar. Sumber-sumber itu meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar. Ada sumber belajar yang didesain dan secara khusus dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional yang diharapkan dapat membantu memudahkan belajar yang bersifat formal, dan punya tujuan tertentu, ada sumber belajar yang dimanfaatkan, artinya sumber-sumber belajar tidak secara khusus didesain untuk kepentingan pembelajaran, namun dapat ditemukan, diterapkan, dan digunakan untuk kepentingan belajar.
4. Komik dalam Pembelajaran Sejarah
Komik dapat didefiniskan sebagai bentuk kartun yang mengungkapkan
karakter dan menerapkan suatu cerita dalam urutan yang erat hubungannya
dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada pembaca. Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
awalnya komik diciptakan bukan untuk kegiatan pembelajaran, namu untuk
kepentingan hiburan semata.
Begitu maraknya komik di masyarakat dan begitu tingginya kesukaan
terhadap komik hal tersebut mengihalmi untuk dijadiaknnya komik sebagai media
pembelajaran. Salah satu kelebihan dari komik seperti penelitian yang
diungkapkan Thorndike (Daryanto, 2011), diketahui bahwa anak yang membaca
komik lebih banyak, misalnya dalam sebulan minimal satu buah komik maka
sama dengan membaca buku-buku pelajaran dalam setiap tahunnya, hal ini
berdampak pada kemampuan membaca siswa dan penguasaan kosa kata jauh
lebih banyak dari siswa yang tidak menyukai komik.
Komik sebagai media pembelajaran memiliki kelebihan dalam
penyajiannya mengandung unsur visual dan cerita yang kuat. Sejarah sebagai
mata pelajaran yang banyak berdasarkan cerita atau narasi teks diubah menjadi
komik diharapkan bisa menarik minat belajar sejarah dan memperlancar kegiatan
pembelajaran sejarah. Sejarah adalah ilmu tentang manusia. Sejarah berkaitan
dengan manusia dalam ruang dan waktu Kontinuitas dan koherensi merupakan
kewajiban yang harus dipenuhi oleh Sejarah (S.K. Kochar, 2008). Komik adalah
seni keseimbangan terhebat, seni yang subtraktif sekaligus aditif.Ekspresi yang
divisualisasikan membuat pembaca terlibat secara emosional sehingga membuat
pembaca terus membaca komik hingga selesai (Scott McCloud, 2001). Hal inilah
yang juga menginspirasi pembuatan komik sejarah lokal. Kecenderungan anak-
anak tidak menyukai buku-buku teks, apalagi yang tidak disertai gambar dan
ilustrasi yang menarik. Padahal secara empirik anak-anak cenderung lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
menyukai buku yang bergambar, yang penuh warna dan divisualisasikan dalam
bentuk realistis ataupun kartun. Tema sejarah lokal menawarkan banyak
kemungkinan, baik dalam pemilihan topik maupun dalam wilayah yang
dibicarakan (Kuntowijoyo, 2003). Komik pembelajaran sejarah lokal diharapkan
mampu meningkatkan minat siswa untuk mempelajari sejarah khususnya sejarah
di daerahnya sendiri. Komik membantu sejarah menjadikannya subjek yang hidup
di mata anak-anak. Proses pendidikan bukanlah suatu yang monoton, pendidikan
haruslah sebuah dunia yang asyik (Asef Umar Fakhrudin,2011). Komik
merupakan hal yang asyik. Seiring dengan berkembanganya ilmu pengetahuan
dan teknologi, pengelolaan alat bantu pembelajaran berupa media sangat
dibutuhkan untuk membantu proses belajar mengajar. Dalam hal ini pembelajarn
sejarah lokal. Dengan menerapkan strategi dan media pembelajaran yang baik dan
menarik diharapkan mampu membangkitkan minat dan motivasi siswa baik
berupa metode maupun pendekatan melalui alat bantu media dengan berlandaskan
fase dalam kegiatan membelajarkan. Gagne dalam Winkel (1996) menyatakan
bahwa fase dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut; fase motivasi,
fase menaruh perhatian , fase pengolahan, fase umpan balik (dalam Abdul
Majid,2008). Komik diharapkan menjadi media yang memberikan kontribusi
dalam membelajarkan sejarah khususnya sejarah lokal. Dengan daya tarik yang
tinggi terhadap media komik siswa lebih termotivasi untuk memahami (Riska Dwi
Novianti,2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
B. Penelitian Yang Relevan
1. Widyanti Nugraheni, 2008 Penggunanan Media Komik dan Modul pada
teknik Guide Note Taking dengan memperhatikan keingintahuan dan gaya
berpikir siswa SMP, dalam penlitian ini penulis menggunakan media
komik dalam teknik pembelajaran guide note taking, untuk mengajarkan
materi pesawat sederhana pada kelas VIII SMP.
2. Putri, Rike Ristiya. 2009. Penerapan Multimedia Dan Komik Untuk
Meningkatkan Aktivitas Beserta Hasil Belajar Siswa Kelas VIIE Pada
Pelajaran IPS (Sejarah) Di SMP Negeri 13 Malang. Skripsi, Jurusan
Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang.
C. Kerangka Berpikir
Mengajar Sejarah harus diartikan secara luas, yakni suatu proses menyediakan
kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan bagi subyek belajar (siswa) untuk
memperoleh pengetahuan, memiliki sikap dan keterampilan yang membawa perubahan
tingkah laku, maka dengan komik-komik diharapkan adanya feedback terhadap sejarah
itu sendiri bagi setiap siswa. Proses pembelajaran Sejarah di sekolah sudah seharusnya
mengandung unsur transfer of knowledge dan transfer of values.
Sejarah sebagai salah satu pelajaran yang mengambil peran penting dalam proses
penanaman nilai dan karakter bangsanya sendiri dipandang membosankan bagi
kebanyakan siswa, maka penanaman nilai sejarah yang lebih dini dengan cara yang
menarik dengan komik-komik sejarah diharapkan bisa menarik minat dan dapat pula
menjamin adanya penanaman nilai-nilai sejarah itu sendiri seperti nasionalisme, cinta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
tanah air, patriotisme, kerjasama, dan masih banyak nilai-nilai sejarah yang dianggap
positif dan harus dimiliki dalam kehidupan generasi Indonesia di manapun berada.
Melihat dari latar belakang media komik yang telah penulis kemukakan, maka
muncul pemikiran penulis sebagai berikut :
1. Sejarah adalah ilmu yang bernilai. Maka untuk menghantar ilmu
sejarah perlu media yang menarik yakni komik yang isinya telah
dinilai oleh pakar sejarah.
2. Untuk meningkatkan kemauan membaca diperlukan media yang
menarik minat siswa, maka digunakan media komik. Penulis
berasumsi penanaman nilai sejarah akan berjalan baik melalui media
komik.
3. Media komik tampak menarik sehingga dapat meningkatkan hasrat
belajar (minat baca), dan keingintahuan siswa pun meningkat.
Jika disusun kerangka berpikr tersebut dalam sebuah diagram, dapat
dilihat seperti gambar di bawah ini :
KURIKULUM
SILABUS
OUTPUT
RPP KOMIK ANALISIS NILAI
MULOK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Adapun yang menjadi lokasi dalam penelitian ini adalah SDK Waibalun I,
Kelurahan Waibalun, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur,
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini direncanakan dilaksanakan pada bulan April – Mei
2012.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan strategi studi
kasus yakni melihat implementasi media pembelajaran sejarah dalam bentuk
komik sejarah lokal yang isinya telah dinilai oleh pakar. Jenis penelitian yang
penulis lakukan ialah penelitian kualitatif yang mempunyai karakteristik
naturalistik, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif dengan
menggambarkan perilaku-perilaku subjek yang diteliti ( Robert Bogdan, Steven J.
Taylor, edisi terjemahan Arief Furchan, 1999).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
C. Subjek Penelitian
Subjek yang akan diteliti adalah siswa, guru kelas dan Kepala Sekolah. Lebih
ditekankan pada siswa dan guru kelas yang akan memanfaatkan media komik
sejarah lokal.
D. Data dan Sumber Data
Data yang paling penting untuk dikumpul dan dikaji dalam penelitian ini
adalah data kualitatif. Adapun jenis sumber data dalam penelitian ini, yakni
sebagai berikut :
1. Narasumber atau informan yang terdiri dari pihak-pihak terkait
baik perorangan maupun lembaga yang terkait dalam penelitian
ini seperti Kepala Sekolah, Guru Kelas dan Siswa.
2. Komik Sejarah Lokal sebagai media penanaman nilai sejarah itu
sendiri.
3. Tempat dan aktifitas yang menunjang dalam proses pembelajaran
yaitu kelas dan lingkungan sekolah pada umumnya.
4. Arsip dan dokumen yang mendukung dalam pembelajaran seperti
halnya rencana pembelajaran dan silabus.
E. Teknik Pengambilan Data
1. Teknik Observasi
Dalam kegiatan observasi penelitian ini, peneliti akan mengamati secara
langsung kegiatan belajar mengajar dan obyek yang sesuai dengan masalah yang
diteliti implementasi komik sejarah lokal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2. Teknik Wawancara
Teknik wawancara dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data dari sumber
informasi (informan) yakni guru dan siswa kelas V itu sendiri.
3. Kuesioner
Teknik kuesioner dalam penelitian ini,bersifat terbuka atau open ended.
Responden yakni anak-anak diharapkan dapat menggunakan jawaban secara
bebas dengan menggunakan bahasa mereka sendiri.
4. Studi Dokumen
Penulis dalam penelitian ini akan memperhatikan dokumen-dokumen seperti
buku-buku, kurikulum, silabus, RPP, laporan-laporan yang berkaitan dengan
masalah penelitian.
F. Teknik Pengambilan Sampel
Menggunakan teknik Purposive sampling, mengambil nara sumber yang
dipandang mengetahui permasalahan yang diteliti dan dapat berubah-ubah, sedang
berapa jumlah samplingnya tidak dipermasalahkan (Matthew B. Miles, A.
Michael Huberman, edisi terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi, 1992)
G. Validitas Data
Untuk keperluan menjamin validitas data yang dikumpulkan maka dilakukan
dengan teknik triangulasi. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
1. Triangulasi Sumber, yakni mengumpulkan data sejenis dari beberapa sumber
data yang berbeda. Dalam hal ini, untuk memperoleh data tentang
penggunaan komik dalam proses pembelajaran, budaya sekolah dan kegiatan
lainnya dikumpulkan dari hasil wawancara dengan guru, siswa, kepala
sekolah dan hasil observasi di sekolah.
2. Triangulasi Metode, yakni mengumpulkan data yang berbeda dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Dalam hal ini untuk
mendapatkan data digunakan beberapa sumber yakni observasi, wawancara
dan analisis dokumen terkait.
3. Triangulasi teori, yakni mengintepretasikan data, dalam hal ini akan mencari
berbagai teori mengenai pembelajaran sejarah dan media komik melalui
berbagai teori yang ada.
4. Triangulasi Peneliti, yakni pengujian validitas hasil penelitian oleh peneliti
lain dalam tema penelitian yang sama untuk memantapkan hasil penelitian.
H. Teknik analisis data
Dalam penelitian ini analisi data yang digunakan adalah analisis data
kualitatif model Constant Comparative Method dari Strauss dan Glasser (Tjetjep
Rohendi Rohidi, 1992). Langkah-langkahnya terdiri dari menentukan satuan
informasi, menentukan kategori-kategori, dan menentukan antar kategori.
Langkah-langkah tersebut dikondisikan saling interaktif dengan indikasi
antara reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan dikondisikan saling
mengisi dan melengkapi. Pada penarikan kesimpulan sering pula dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
verifikasi.
Langkah-langkah analis data yang peneliti lakukan sebagai berikut :
1. Pengumpulan data dengan menggunakan teknik yang telah
ditentukan yaitu pencatatan dokumen, pengamatan, wawancara,
dan angket. Hasil temuan data yang peneliti peroleh dicatat apa
adanya dan merupakan catatan lapangan penelitian.
2. Pengelompokkan data dan penentuan kategori, artinya data
dipisah-pisah sesuai dengan masalah penelitian yang telah
dirumuskan (3 masalah sebagaimana diuraikan pada bab I).
3. Penyusunan data, ialah kegiatan memadukan perolehan data
dengan lokasi penelitian, karena beberapa data awal tidak diperoleh
berurutan.
4. Penafsiran data, yang dimaksud di sini adalah beberapa keterangan
dari informan yang belum mempunyai arti penlitian karena
beberapa faktor misalnya bicara gugup, pencatatannya tergesa-
gesa, dokumen tidak jelas dan lain-lain ditarik kesimpulan
sementara. Hal demikian akan memudahkan dalam pembahasan
penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Kabupaten Flores Timur
SDK Waibalun I yang beralamat di Jalan Raya Waibalun, Kelurahan
Waibalun, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa
Tenggara Timur merupakan salah satu sekolah tertua di wilayah Kabupaten Flores
Timur, berikut gambaran singkat mengenai Kabupaten Flores Timur.
Kabupaten Flores Timur merupakan sebuah Kabupaten yang berada di Provinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT) yang beribukota Larantuka yang memiliki letak
geografis pada 8o04' LS - 8o40' LS dan 122o38' BT -123o57' BT beriklim Tropis
dengan musim kemarau yang panjang rata-rata (8-9) bulan dan musim hujan yang
relatif singkat rata-rata (2-3) bulan. Secara umum luas daratan Kabupaten Flores
Timur 1.812,85 Km (31%), dan luas lautannya 4.170,53 Km (69%). Dengan
jumlah penduduk pada tahun 2007 yakni 227.732 jiwa yang terdiri dari, Laki-
laki :108.904 jiwa dan Perempuan : 118.828 jiwa. Kabupaten yang terletak di
Ujung Flores Timur ini terkenal sebagai Kabupaten Kepualauan karena terdiri dari
3 buah pulau besar yakni Pulau Adonara, Pulau Solor dan Flores Timur daratan
serta diapiti oleh pulau-pulau kecil seperti Pulau Konga, Pulau Waibalun, Pulau
Mas, Pulau Besar, Pulau Suanggi dan Pulau Kambing.
Batas-Batas Kabupaten Flores Timur :
a. Utara : Laut Flores
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
b. Selatan : Laut Sawu
c. Timur : Kabupaten Lembata
d. Barat : Kabupaten Sikka
Visi Dan Misi Kabupaten Flores Timur
Visi: “Terwujudnya manusia dan masyarakat Flores Timur yang maju,sejahtera,
bermartabat dan berdaya saing ”
Misi :
1. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas manusia dan
masyarakat Flores Timur dalam semua aspek kehidupan
(Ekonomi, Politik, Sosial-budaya dan Hukum) agar menjadi
subyek pembangunan yang maju, mandiri, berkepribadian
(memiliki jati diri) sehingga berkemampuan optimal untuk
mencapai derajat kesejahteraan yang tinggi dan menciptakan
keunggulan yang berdaya saing.Misi ini bermakna
membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme rakyat menuju
masa depan yang lebih baik.
2. Mewujudkan tata kepemerintahan yang baik yang berintikan