Koloid dan Sifat-sifatnya Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1-100 nm), sehingga terkena efek tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak dijumpai pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi). Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dpat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya. Macam-macam koloid Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung dari fase zat pendispersi dan zat terdispersinya. Beberapa jenis koloid: Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki zat terdispersi cair disebut aerosol cair (contoh: kabut) sedangkan yang memiliki zat terdispersi padat disebut aerosol padat (contoh: asap). Sol Emulsi Buih Gel Sifat-sifat Koloid Efek Tyndall Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893),
27
Embed
Koloid dan Sifat-sifatnya - dulcejulia91 | Yulia Damayanti · Web viewSistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua....
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Koloid dan Sifat-sifatnya
Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1-100 nm), sehingga terkena efek tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak dijumpai pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi). Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dpat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.
Macam-macam koloidKoloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung dari fase zat pendispersi dan zat terdispersinya. Beberapa jenis koloid:
Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki zat terdispersi cair disebut aerosol cair (contoh: kabut) sedangkan yang memiliki zat terdispersi padat disebut aerosol padat (contoh: asap).
Sol Emulsi Buih Gel
Sifat-sifat Koloid
Efek TyndallEfek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak brown ). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
AdsorpsiAdsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. (Catatan : Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel). Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.
Muatan koloidDikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan negatif.
Koagulasi koloidKoagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
Koloid pelindungKoloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari proses koagulasi.
DialisisDialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses dialisis. Yaitu dengan mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran semi permeable yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semi permeable ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah.
ElektroforesisElektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan menggunakan arus listrik.Posted by Veronica Chua at 11:59 PM
This section is from the book "Experimental Cookery From The Chemical And Physical Standpoint", by Belle Lowe. Also available from Amazon: Experimental cookery.
Fluidity, Viscosity, And Plasticity Of Colloidal Systems
Fluidity and viscosity. Bingham uses the term fluidity to express the opposite of viscosity. A fluid like water yields readily to any force that tends to change its form, whereas a viscous substance shows some resistance to flow. Viscosity is one of the important properties of colloidal systems. As a general rule, the lyophobic colloids show a viscosity but little greater than that of the dispersion medium, the viscosity increasing only slightly with increasing concentration of the micelles. But the lyophilic colloids may show very high viscosities or even plasticity with very low concentrations of the micelles.
Bingham states that "a mixture of liquids may have an indefinite number of fluidities dependent upon the method of mixing, in other words, upon the structure of the liquid." He also states that colloidalsolutions show differences in fluidity due to differences in structure. Thus it is possible that cake or other batters made with the same materials and the same proportion of materials may show differences in the structure of the finished cake on account of different methods of mixing, giving different viscosities to the batter.
Some substances flow readily; others resist flow; and some must have weight applied to start flow. When a substance tends to resist a shearing force it may exhibit a flow that is characterized as viscous, turbulent, or plastic. If the substance entirely regains its original shape, when the shearing stress is removed, it shows perfect elasticity. If the original shape is not entirely regained and the substance is deformed to an extent directly proportional to the
shearing force, then the substance is said to show viscosity. This flow that is directly proportional to the shearing force is called linear flow. By this is meant that if a weight of 1 pound produces a definite deformation, a weight of 2 pounds produces twice that deformation. Turbulent flow is the flow obtained when the ratio of the shearing force to the deformation decreases.
A pure liquid at a given temperature and pressure has a definite fluidity. The viscosity of water is approximately six times as great at 0° as at 100°C. The viscosity of sols usually decreases with an increase in ternperature, part of this being due to the effect of temperature upon the intermicellar liquid. Gortner states that in "colloid systems changes due to temperature are influenced not only by the viscosity of the dispersion medium but likewise by the effect of temperature on solvation." Thus gelatinand agar-agar form sols with rather low viscosity at high temperatures when compared to the viscous liquid or plastic gels they form at low temperatures. Starch usually forms a suspension at low temperatures, and its decided increase in viscosity or plasticity comes with rapid hydration at the gelatinization point. Gortner states that heating a starch paste beyond the gelatinization temperature causes a decrease in viscosity or plasticity. Electrolytes added to lyophilic systems, often even in traces, cause great changes in the viscosity of the sol.
The factors affecting the viscosity of lyophilic systems. Gort-ner adds an eleventh factor, that of rate of shear, pointed out by Sharp and Gortner, to the ten given by Ostwald that cause variation in the viscosity of lyophilic systems. They are as follows: (1) concentration, (2) temperature, (3) degree of dispersion, (4) solvation, (5) electrical charge, (6) previous thermal treatment, (7) previous mechanical treatment, (8) the presence or absence of other lyophilic colloids, (9) the age of the lyophilic sol, (10) the presence of both electrolytes and non-electrolytes, and (11) the rate of shear.
Viscosity is closely related to the consistency of the finished product in food preparation. So close is this relation in many cases that the ten factors listed by Ostwald may nearly be taken as ten commandments of food preparation. Thus the consistency of a custard is influenced by the concentration of egg or the protein micelles; the temperature to which it is cooked; the degree of dispersion of the micelles, which is influenced by the reaction and other factors; the degree of hydration, which is influenced by reaction, the kind and concentration of salts present, etc.; the beating of the egg; the use of milk or water; how long the custard has aged in addition to the age of the eggs and milk when used; the kinds and concentration of salts in the egg and milk as well as the addition of sodium chloride and the non-electrolyte sugar.
Since the line of demarcation between sols and gels is not a definite one, fruit jellies, gelatin, milk, cream, as well as egg dishes, may be added to the group of foods in which the consistency of the finished product is related to viscosity. But this does not end the application, for the structure or type of product in baked goods is closely related to the viscosity of the batter or dough, which in turn is influenced by all these factors. Of course these factors or nearly the same ones affect other properties as well as viscosity of food materials. Thus the extensibility of gluten, the heat coagulation of proteins, etc., are influenced by many or all of these factors.
Plasticity. Bingham defines plasticity as "a property of solids in virtue of which they hold their shape permanently under the action of small shearing stresses but they are readily deformed, worked or molded, under somewhat larger stresses. Plasticity is thus a complex property, made up of two independent factors, which we must evaluate separately." Modeling clay is plastic. Plasticity is an important property of fats used for cakes, biscuits, and pastry. A plastic fat has a consistency such that it will form a thin sheet or layer in a batter or it will retain air bubbles when "creamed." The enclosing of these air bubbles in the fat is an aid in leavening cakes and may assist in obtaining a velvety texture, for the enclosing of the air renders the fat more plastic, thus more easily distributed in the batter at lower temperatures.
Apabila sinar diarahkan pada sistem koloid dan larutan sejati, contohnya koloid kanji dan larutan Na2Cr207, maka sinar tersebut akan dihamburkan oleh sistem koloid tetapi tidak dihamburkan oleh larutan sejati. Hal ini ditunjukkan oleh adanya berkas sinar.
Sifat menghamburkan cahaya ini terkait dengan ukuran partikel. Koloid kanji memiliki partikel-partikel koloid yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, larutan sejati Na2Cr207 memiliki partikel-partikel yang relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi sangat sedikit dan sulit diamati. Sifat penghamburan cahaya oleh sistem koloid ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu, sifat ini disebut efek Tyndall. Efek Tyndall ini dapat digunakan untuk membedakan sistem koloid dari larutan sejati.
b. Gerak Brown
Seorang ahli botani Inggris pada tahun 1827 yang bernama Robert Brown (1773-1858), hal yang pertama kali diamati di bawah mikroskop ultra adalah partikel koloid yang tampak sebagai titik cahaya kecil sesuai dengan sifatnya yang menghamburkan cahaya (efek Tyndall). Jika pergerakkan titik cahaya atau partikel tersebut diikuti, ternyata partikel tersebut bergerak terus-menerus dengan gerakan zigzag. Gerak acak dari partikel koloid dalam medium pendispersinya tersebut disebut sebagai gerak Brown. Adanya gerak Brown membuat partikel-partikel koloid dapat mengatasi pengaruh gravitasi sehingga partikel-partikel ini tidak memisahkan diri dari medium pendispersinya. Gerak Brown dari suatu partikel koloid
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak dan gerakannya ini dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Pergerakkan partikel-partikel untuk
sistem koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel koloid cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang, sehingga terjadi resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak Brown. Adanya resultan tumbukan oleh partikel-partikel medium
pendispersi menyebabkan partikel-partikel koloid bergerak secara acak.
Semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi dan sebaliknya, semakin kecil ukuran partikel koloid, maka akan semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menyebabkan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam suspensi. Suhu dapat mempengaruhi gerak Brown, jadi semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat, dan sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
c. Adsorpsi Koloid Jika partikel-partikel sol padat diletakkan dalam zat cair atau gas maka partikel-partikelnya akan terakumulasi pada permukaan zat padat tersebut. Fenomena ini disebut adsorpsi yang terkait dengan penyerapan partikel pada permukaan zat. Adsorpsi dengan absorpsi itu berbeda. Bedanya adalah absorpsi terkait dengan penyerapan partikel sampai ke bawah permukaan zat. Partikel koloid sol mempunyai kemampuan untuk mengadsopsi partikel-partikel pendispersi pada permukaannya, baik itu partikel netral atau bermuatan (kation dan anion). Daya adsorpsi partikel koloid tergolong besar karena partikel-partikelnya memberikan suatu permukaan yang sangat luas. Sifat adsorpsi ini telah digunakan dalam berbagai proses seperti penjernihan air.
d. Muatan Koloid Sol
Sifat koloid yang terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid memiliki muatan sejenis (positif atau negatif). Dikarenakan muatan yang sejenis, maka terdapat gaya tolak-menolak antar partikel koloid. Hal ini mengakibatkan partikel-partikel koloid tidak dapat bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem koloid, tetapi secara keseluruhan, sistem koloid bersifat netral karena partikel-partikel koloid bermuatan ini akan menarik ion-ion dengan muatan berlawanan dalam medium pendispersinya. (i) Sumber Muatan Koloid Sol
Partikel-partikel koloid mendapat muatan listrik melalui 2 cara, yaitu:a).Proses Adsorpsi
Partikel koloid dapat mengadsopsi partikel bermuatan dari fase pendispersinya. Akibatnya, partikel koloid bermuatan. Jenis muatannya tergantung dari jenis partikel bermuatan yang diserap, apakah berupa kation atau anion. Untuk dapat mengerti lebih jelas, simaklah gambar di bawah ini.
Partikel sol Fe(OH)3 (bermuatan positif) mempunyai kemampuan untuk mengadsorpsi kation dari medium pendispersinya sehingga bermuatan positif, sedangkan partikel sol As2S3 (bermuatan negatif) mengadsorpsi anion dari medium pendispersinya sehingga bermuatan negatif. Partikel koloid sol tidak selalu mengadsorpsi ion yang sama tetapi dapat berbeda tergantung jenis ion berlebih (kation atau anion) dari medium pendispersinya. Contohnya, sol AgCl dalam medium pendispersi dengan kation Ag + berlebih akan mengadsorpsi Ag + sehingga bermuatan positif dan sebaliknya, jika anion Cl-berlebih, maka sol AgCl akan mengadsorpsi ion Cl- sehingga bermuatan negatif.
b).Proses Ionisasi Gugus Permukaan PartikelBeberapa partikel koloid memperoleh muatan dari proses ionisasi gugus-gugus yang ada pada permukaan partikel koloid. Contohnya adalah koloid protein dan koloid sabun atau deterjen.
(ii) Kestabilan Koloid Muatan partikel-partikel koloid adalah sejenis
sehingga cenderung saling tolak-menolak. Gaya tolak-menolak ini mencegah partikel-partikel koloid
bergabung dan mengendap akibat gaya gravitasi, sehingga muatan koloid berperan besar dalam menjaga kestabilan koloid.
(iii) Lapisan Bermuatan Ganda Permukaan partikel koloid mendapat muatan
listrik dengan mengadsorpsi ion dari medium pendispersinya. Lapisan bermuatan listrik ini selanjutnya akan menarik ion-ion dengan muatan berlawanan dari medium pendispersinya. Akibatnya, akan terbentuk 2 lapisan yang disebut lapisan permukaan ganda. Adanya lapisan ini menyebabkan sistem koloid secara keseluruhan bersifat netral.
(iv) Elektroforesis Oleh karena partikel koloid sol bermuatan
listrik, maka partikel ini akan bergerak dalam medan listrik. Pergerakkan partikel koloid dalam medan listrik disebut elektroforesis.
Dalam tabung U yang berisi sistem koloid sol yang bermuatan positif, dimasukkan sepasang elektrode dan diberi arus searah dari sumber tegangan. Dapat diketahui bahwa partikel-partikel koloid bermuatan positif tersebut bergerak menuju elektrode dengan muatan berlawanan, yaitu elektrode negatif (katode). Apabila sistem koloid tersebut diganti dengan yang bermuatan negatif, maka akan ditemukan bahwa partikel-partikel koloid akan bergerak menuju elektrode positif (anode). Fenomena eletroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan partikel koloid.
Muatan beberapa partikel koloid dalam medium
pendispersi air:Partikel Koloid
Bermuatan Positif
Partikel Koloid Bermuatan Negatif
Fe(OH)3 As2S3
Al(OH) 3 Logam seperti Au, Ag, Pt
Pewarna dasar TepungHemoglobin Tanah liat
e. Koagulasi Partikel-partikel koloid bersifat stabil karena memiliki muatan listrik yang sejenis. Apabila muatan listrik tersebut hilang, maka partikel-partikel koloid tersebut akan bergabung membentuk gumpalan. Proses pengumpulan ini disebut flokulasi (floculation) dan
gumpalannya disebut flok (flocculant). Gumpalan ini akan mengendap akibat pengaruh gravitasi. Proses penggumpalan partikel-partikel koloid dan pengendapannya ini disebut koagulasi.
Penghilangan muatan listrik pada partikel koloid ini dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu :(i) Menggunakan prinsip elektroforesis
Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid yang bermuatan ke elektrode dengan muatan berlawanan. Ketika partikel-partikel ini mencapai elektrode, maka partikel-partikel tersebut akan kehilangan muatannya sehingga menggumpal dan mengendap di elektrode. Untuk lebih memahaminya, lakukan kegiatan berikut.
(ii) Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan Apabila suatu sistem koloid bermuatan positif
dicampur dengan sistem koloid lain yang bermuatan negatif, maka kedua sistem koloid tersebut akan saling mengadsorpsi dan menjadi netral. Akibatnya, terbentuk koagulasi. Untuk jelasnya, lakukan kegiatan berikut.
(iii) Penambahan elektrolit Jika suatu elektrolit ditambahkan ke dalam
sistem koloid, maka partikel-partikel koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation) dari elektrolit. Sementara itu, partikel-partikel koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion) dari elektrolit. Hal ini menyebabkan partikel -partikel koloid tersebut dikelilingi oleh pasien kedua yang memiliki muatan berlawanan dengan muatan lapisan pertama. Apabila jarak antara lapisan pertama dan kedua cukup dekat, maka muatan keduanya akan hilang sehingga terjadi koagulasi.
(iv) Pendidihan Sol, seperti belerang dan perak halida yang
terdispersi dalam air, dapat mengalami koagulasi dengan mendidihkannya. Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. hal ini menyebabkan lepasnya elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan partikel koloid. Akibatnya, partikel-partikel koloid menjadi tidak bermuatan sehingga terjadi koagulasi.
f. Koloid PelindungBerdasarkan perbedaan daya adsorpsi dari fase terdispersi terhadap medium pendispersinya yang berupa zat cair, koloid dapat dibedakan menjadi dua jenis. Sistem koloid di mana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi yang relatif besar disebut koloid liofil.
Sedangkan sistem koloid dimana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi yang relatif kecil disebut koloid liofob. Koloid liofil bersifat lebih stabil, sedangkan koloid liofob bersifat kurang stabil. Koloid liofil yang berfungsi sebagai koloid pelindung.
Koloid liofil dan koloid liofobKoloid yang memiliki medium pendispersi berupa zat cair dapat menjadi koloid liofil dan koloid liofob.- Koloid liofil (suka cairan) adalah koloid dimana
terdapat gayatarik menarik yang cukup besar antara fase terdispersi dan medium pendispersinya. Contohnya, dispersi kanji, sabun, deterjen, dan protein dalam air.
- Koloid liofob (tidak suka cairan) adalah koloid di mana terdapatgaya tarik menarik yang lemah atau bahkan tidak ada gaya tarik menarik antara fase terdsipersi dan medium pendispersinya. Contohnya, dispersi emas, Fe (OH)3, dan belerang dalam air.
Jika medium pendispersi koloid ini adalah air, maka istilah yang digunakan adalah koloid hidrofil dan koloid hidrofob.Gaya tarik menarik koloid hidrofil yang lebih kuat dibandingkan koloid hidrofob disebabkan oleh keberadaan ikan hidrogen yang terbentuk antara fase terdispersi dan air (medium pendispersi). Sebagai contoh ikatan hidrogen antara gugus amino (-NH2 atau - NH-) molekul protein dan molekul air, ikatan hidrogen antara gugus -OH molekul kanji dan molekul air. Ikatan hidrogen ini tidak ditemukan dalam koloid liofob seperti dispersi emas atau belerang dalam air. Beberapa perbedaan sifat -sifat koloid liofil / hidrofil dan liofob / hidrofob, khususnya sol dalam medium pendispersi cair diberikan berikut ini.
Sifat - sifat Sol liofil /
hidrofilSol liofob / hidrofob
1. Pembuatan Sol liofil dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium pendispersinya. Pembuatannya dapat melibatkan konsentrasi yang relatif besar.
Sol liofob tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium pendispersinya.Perkecualian adalah pada konentrasi yang kecil.
2. Muatan Partikel-partikel Partikel-partikel
Partikel sol hidrofil mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan
sol hidrofob memiliki muatan positif atau negatif.Muatan ini memberikan kestabilan bagi sistem koloid.
3. Adsorpsi medium pendispersi (proses solvasi / hidrasi)
Partikel - partikel sol hidrofil mengadsorpsi medium pendispersinya.Akhirnya, terbentuk lapisan medium pendispersi yang teradsorpsi di sekeliling partikel. Lapisan ini yang menyebabkan partikel -partikel sol hidrofil tidak saling bergabung. Proses ini disebut solvasi / hidrasi.
Partikel-partikel sol hidrofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya. Muatan partikel-partikel sol diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan listrik.
4. Viskositas (kekentalan)
Viskositas sol liofil lebih besar dibandingkan viskositas medium pendispersinya. Hal ini disebabkan ukuran partikel meningkat akibat proses solvsi dan karenanya jumlah medium pendispersinya yang bebas berkurang. Sol liofil yang hangat akan membentuk gel jika
Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersinya. Oleh karena itu, sol liofob tidak membentuk gel.
didinginkan. 5. Penggumpalan Tidak mudah
menggumpal dengan penambahan elektrolit. Untuk menggumpalkan sol liofil diperlukan elektrolit dengan konsentrasi tinggi, dimana elektrolit ini dapat memecah lapisan medium pendispersi yang melindunginya dan menyebabkan penggumpalan.
Mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit. Sol liofob akan menggumpal bahkan dengan penambahan elektrolit dengan konsentrasi rendah. Hal ini disebabkan sol liofob tidak memiliki lapisan pelindung seperti halnya sol liofil.
6. Sifat reversibel
Sol liofil bersifat reversibel. Artinya, fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi atau penguapan medium pendispersinya, dan kemudian dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium pendispersinya.
Sol liofob bersifat tidak reversibel. Artinya, fase terdispersi sol liofob yang telah digumpalkan atau dipisahkan dari medium pendispersinya, tidak dapat diubah kembali menjadi sol.
7. Efek Tyndall Sol liofil memberikan efek Tyndall yang lemah. Hal ini disebabkan ukuran partikel-partikelnya relatif kecil.
Sol liofob dapat memberikan efek Tyndall yang jelas. Hal ini disebabkan ukuran partikel-partikelnya cukup besar.
8. Migrasi dalammedan listrik
Partikel-partikel sol liofil dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali dalammedan listrik. Contohnya
Partikel-partikel sol liofob akan bergerak ke anode atau ke katode. Hal ini tergantung jenis muatan partikel apakah negatif atau positif.
What is a Colloidal Dispersion?Colloidal system or colloidal dispersion is a heterogeneous system which is made up of Dispersed phase and Dispersion medium. In colloidal dispersion one substance is dispersed as very fine particles in another substance called dispersion medium. In case of dust, solid particles are dispersed in air as dispersion medium.Types of Colloidal DispersionsDispersed phase and dispersion medium can be solid, liquid or gas. Depending upon the state of dispersed phase and dispersion medium, eight different types of colloidal dispersions can exist.Eight Different Types of Colloidal Dispersions are:
1. Foam2. Solid foam3. Liquid Aerosol4. Emulsions5. Gels6. Solid Aerosol7. Sol (Colloidal suspension)8. Solid sol (Solid suspension)
Dispersed Phase Dispersion Medium
Type of Colloidal Dispersions
Gas Liquid FoamGas Solid Solid foamGas Gas Does not exist
Liquid Gas Liquid AerosolLiquid Liquid EmulsionsLiquid Solid GelSolid Gas Solid Aerosol
Solid Liquid Sol or Colloidal Suspension
Solid Solid Solid sol(solid suspension)
It is important to note that when one gas is mixed with another gas, a homogeneous mixture is formed i.e. gases are completely miscible into each other. Colloidal dispersions are heterogeneous in nature and gas dispersed in another gaseous medium does not form colloidal system.When the dispersion medium is gas, the solution is called Aerosol and when the dispersion medium is liquid, the colloidal dispersion is known as Sol. Sols can further be classified into different types depending upon the liquid used.
If the liquid used is water, the solution is Hydrosol or Aquasol.
If liquid used is Benzene, the solution is Benzosol If liquid used is Alcohol, the solution is Alcosol If any organic compound is used, the solution is OrganosolExample of Colloidal DispersionsDifferent Types of Colloidal Dispersion and their examples are summarized in table below.
Type of Colloidal Dispersions ExamplesFoam Soap, beer, lemonade
Solid foam Pumice stoneDoes not existLiquid Aerosol Fog, dust
[19] Another difference is that crystalloids generally are much cheaper than colloids.[19]Recently, however, it has been determined that the use of colloids was bolstered by faked