-
Laporan Pengukuran
Sipat Datar dan Theodolit
Oleh:
Kelompok I
Aprillino Wangsa (1304107010003)
Diah Swanty Br P. (1304107010005)
Nani Amellia (1304107010047)
Sri Bintang Pamungkas (1304107010012)
Ulfa Hariyanti (1304107010013)
Asisten Pembimbing: Abdul Razaq (1204107010040)
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2014
[email protected]
-
Pengukuran Sipat
Datar
-
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
............................................................................................
i
DAFTAR TABEL
...................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR
...............................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
..............................................................................
1
1.2 Tujuan Praktikum
..........................................................................
1
BAB II DASAR TEORI
2.1 Sipat Datar
.....................................................................................
3
2.2 Prosedur Penggunaan Sipat Datar
................................................. 4
2.3 Pengoperasian Sipat Datar
............................................................ 4
2.4 Bentuk Profil
.................................................................................
5
2.5 Penentuan Beda Tinggi Antar Dua Titik
....................................... 6
2.6 Kesalahan-Kesalahan dalam Sipat Datar
...................................... 7
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Peralatan Pengukuran Sipat Datar
................................................. 8
3.2 Alat dan Bahan
..............................................................................
11
3.3 Langkah Kerja
...............................................................................
11
3.4 Waktu dan Tempat
.........................................................................
12
BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
.................................................................
13
4.2 Analisa Data
..................................................................................
14
4.3 Pembahasan
...................................................................................
14
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
....................................................................................
18
5.2 Saran
..............................................................................................
18
LAMPIRAN
.............................................................................................
19
DAFTAR PUSTAKA
..............................................................................
21
-
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Alat dan Bahan Sipat Datar
....................................................... 11
Tabel 4.3 Tabel Keakuratan
Data..............................................................
14
Tabel Data Hasil Pengamatan (Lampiran)
................................................ 19
-
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Cara Mengukur Beda Tinggi
................................................ 6
Gambar 3.1 Waterpass (Penyipat Datar)
................................................... 9
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengukuran beda tinggi antara dua titik di atas permukaan
tanah
merupakan bagian yang sangat penting dalam ilmu ukur tanah. Beda
tinggi ini
bisa ditentukan dengan berbagai macam metode sipat datar.
Sipat datar (laveling) adalah suatu operasi untuk menentukan
beda tinggi
antara dua titik di atas permukaan tanah. Sebuah bidang datar
acuan, atau datum,
ditetapkan dan elevasi diukur terhadap bidang tersebut. Beda
elevasi yang
ditentukan dikurangkan atau ditambah dengan nilai yang
ditetapkan tersebut, dan
hasilnya adalah elevasi titik-titik tadi.
Bidang datar (level surface) adalah bidang di mana setiap titik
di atasnya
tegak lurus terhadap garis unting-unting. Bidang datar berbeda
dengan permukaan
rata (plane surface), yaitu permukaan yang datar dan tegak lurus
terhadap garis
unting-unting hanya pada satu titik saja. Suatu bentuk air
tenang dapat dianggap
sebagai sebuah bidang datar. Kalau perubahan permukaan laut yang
disebabkan
oleh pengaruh-pengaruh seperti pasang surut, arus, tekanan
atmosfer, dan rotasi
bumi bisa dihilangkan, maka permukaannya menjadi datar.
Bidang datar laut ditentukan dengan merata-ratakan hasil
serangkaian
pengamatan tinggi pasang surut selama siklus Metonik (kurang
lebih 19 tahun
kalender). Rata-rata ini, disebut muka air laut menengah (mean
sea level),
merupakan datum yang paling umum untuk sipat datar dan biasanya
ditunjuk
sebagai elevasi nol. Datum ini hakikatnya tetap sampai
pengamatan selanjutnya
memperlihatkan selisih yang cukup besar sehingga layak untuk
diganti dengan
datum yang baru. Di Amerika Serikat, datum muka air laut
menengah dari sejak
tahun 1929 tidak berubah (Wongsotjitro, Soetomo. 1964).
-
2
1.2 Tujuan Praktikum
a. Untuk dapat mengetahui bagaimana cara mengoperasikan alat
sipat
datar.
b. Untuk dapat mengetahui peralatan dan prosedur dalam
pengukuran
menggunakan sipat datar.
c. Untuk dapat mengetahui cara mengukur jarak dan beda
ketinggian
tiap-tiap titik yang diukur.
-
3
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Sipat Datar
Waterpass (penyipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang
dipergunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik
saling berdekatan.
Beda tinggi tersebut ditentukan dengan garis-garis visir (sumbu
teropong)
horizontal yang ditunjukan ke rambu-rambu ukur yang vertikal.
Sedangkan
pengukuran yang menggunakan alat ini disebut dengan Levelling
atau
Waterpassing.
Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka penentuan tinggi suatu
titik yang
akan ditentukan ketiggiannya berdasarkan suatu sistem referensi
atau bidang
acuan. Sistem referensi atau acuan yang digunakan adalah tinggi
muka air air laut
rata-rata atau Mean Sea Level (MSL) atau sistem referensi lain
yang dipilih.
Sistem referensi ini mempunyai arti sangat penting, terutama
dalam bidang
keairan, misalnya: Irigasi, Hidrologi, dan sebagainya. Namun
demikian masih
banyak pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukan sistem
referensi. Untuk
menentukan ketinggian suatu titik di permukaan bumi tidak selalu
harus selalu
mengukur beda tinggi dari muka laut (MSL), namun dapat dilakukan
dengan
titik-titik tetap yang sudah ada disekitar lokasi pengukuran.
Titik-titik tersebut
umumnya telah diketahui ketinggiannya maupun kordinatnya (X,Y,Z)
yang
disebut Benchmark (BM).
Benchmark merupakan suatu tanda yang jelas (mudah ditemukan)
dan
kokoh di permukaan bumi yang berbentuk tugu atau patok beton
sehingga
terlindung dari faktor-faktor pengrusakan. Manfaat penting
lainnya dari
pengukuran Levelling ini adalah untuk kepentingan proyek-proyek
yang
berhubungan dengan pekerjaan tanah (Earth Work) misalnya untuk
menghitung
volume galian dan timbunan. Untuk itu dikenal adanya pengukuran
sipat datar
profil memanjang (Long section) dan sifat datar profil melintang
(Cross section).
Dalam melakukan pengukuran sipat datar dikenal adanya
tingkat-tingkat
ketelitian sesuai dengan tujuan proyek yang bersangkutan. Hal
ini dikarenakan
pada setiap pengukuran akan selalu terdapat kesalahan-kesalahan.
Fungsi tingkat-
-
4
tingkat ketelitan tersebut adalah batas toleransi kesalahan
pengukuran yang
diperbolehkan. Untuk itu perlu diantisipasi kesalahan tersebut
agar didapat suatu
hasil pengukuran untuk memenuhi batasan toleransi yang telah
ditetapkan. Sipat
datar terdiri dari satu sumbu putar dilengkapi dengan peralatan
lain sesuai dengan
keluaran pabrik masing-masing. Sebelum siat datar digunakan
dilapangan
terlebih dahulu harus dicek dan disetel terhadap adanya
penyimpangan yang akan
membawa pengaruh dalam pelaksanaan pengukuran di lapangan.
Syarat utama yang harus dipenuhi oleh segala macam alat
pengukur
penyipat datar adalah :
a. Garis bidik nivo dalam teropong harus sejajar dengan garis
arah nivo.
b. Garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu I.
c. Benang mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu II
(Wongsotjitro,
Soetomo. 1964).
2.2 Prosedur Penggunaan Sipat Datar
Operasi sifat datar membutuhkan kerja sama dari dua petugas,
yaitu
pemegang alat dan pemegang rambu ukur pada saat pembacaan demi
dicapainya
hasil yang konsisten. Ketepatan survey tergantung dari
ketelitian membuat garis
bidik horizontal, kemampuan pemegang rambu ukur dalam memegang
rambu
ukur secara vertikal, dan presisi rambu ukur yang dibaca.
Ketepatan alat yang
memakai nivo gelembung gas juga harus memperhatikan penyetelan
tabung nivo
dan presisi sejajar suatu nivo dan garis bidik. Tidak boleh
terjadi penurunan alat
di antara waktu bidik belakang dan bidik muka pada stasiun alat
(Wirshing.
1995).
2.3 Pengoperasian Sipat Datar
Waterpass harus disetel sebelum memulai operasi sipat datar.
Setelah alat
disetel, operasi waterpass terdiri dari memasang, mendatarkan,
dan melakukan
pembacaan sampai ketepatan tertentu. Pembacaan terdiri dari
penentuan posisi
dimana salib sumbu tampak memotong rambu ukur dan mencatat
hasil
pembacaan tersebut. Tiap alat yang dipasang memerlukan satu
pembacaan bidik
belakang untuk menetapkan tinggi alat dan paling sedikit satu
pembacaan bidik
-
5
muka untuk menentukan elevasi titik disebelah muka (sebuah titik
stasiun atau
elevasi). Pembacaan halus biasanya sampai 0,01 ft kecuali
digunakan target pada
rambu ukur. Target tunggal yang dibaca dapat menimbulkan
kesalahan tak
sengaja. Tambahan bidik muka dapat dilakukan terhadap
titik-titik lain yang
dapat dilihat dari tempat alat dipasang apabila elevasi
titik-titik ini juga
diperlukan. Tergantung pada tipe survei dan alat yang dipakai,
baik benang
tengah, semua ketiga benang salib sumbu, atau cara dengan
mikrometer dapat
digunakan untuk melakukan pembacaan (Wirshing. 1995).
2.4 Bentuk Profil
Pengukuran profil adalah pengukuran ketinggian tanah secara
mendetail
untuk mengetahui beda tinggi tanah, pada pengukuran ini akan
kita dapatkan
ketinggian tanah secara jelas yang kemudian dapat digambarkan
beda tinggi
tanah yang diukur dari ketinggian laut, pada pengukuran ini kita
dapat melihat
letak perbukitan dan turunan secara jelas sesuai dengan bentuk
aslinya.
Pengukuran profil juga bertujuan untuk mengetahui dimana tanah
yang harus
dipotong dan dimana bagian tanah yang harus ditimbun yang
berguna untuk
mendapatkan permukaan tanah yang datar yang kemudian akan
dibangun sebuah
kontruksi bangunan.
Profil memanjang bertujuan untuk mengetahui beda tinggi
permukaan
tanah dalam arah memanjang pada poligon. Profil melintang
bertujuan untuk
mengetahui beda tinggi permukaan tanah dalam arah melintang pada
poligon.
Pada kedua profil ini mempunyai tujuan yang bersamaan, yaitu
untuk mengetahui
tinggi rendahnya permukaan tanah pada suatu poligon yang diukur
dari
permukaan laut.
Dengan mempelajari dan melakukan peraktikum pengukuran tanah
(surveying), kita dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam
bidang tersebut.
Pengukuran tanah merupakan hal yang penting dalam menentukan
posisi tanah,
pada pengukuran tentunya banyak masalah baru yang harus
dipelajari dan juga
diperhatikan, kesalahan-kesalahan dalam pengukuran jarak adalah
cara dasar
yang paling banyak dilakukan dalam pengukuran yang pada
dasarnya
menitikberatkan pada pengukuran panjang dan alat-alat yang
digunakan menurut
-
6
ketelitian dalam menggunakannya sehingga memberi hasil yang
pasti dan jelas,
karena pengukuran yang baik adalah pengukuran yang nilai
kesalahannya kecil
(Ichsan, Muhammad. 1991)
2.5 Penentuan Beda Tinggi Antara Dua Titik
Pada praktikum sipat datar hasil yang diperoleh dari pengolahan
data
adalah beda tinggi. Data tersebut dipergunakan untuk keperluan
penggambaran
dalam pemetaan. Dalam praktikum sipat datar, data yang diperoleh
di lapangan
berupa nilai tengah, batas atas, dan batas bawah. Skala yang
digunakan dalam
pembacaan rambu ukur adalah desimeter (dm), sehingga data yang
diperoleh di
lapangan dalam satuan dm.
Pembacaan benang atau pembacaan rambu adalah bacaan angka
pada
rambu ukur yang dibidik tepat dengan benang diafragma mendatar,
benang stadia
atas dan benang stadia bawah. Data yang didapat pada benang
diafragma
mendatar biasa disebut dengan Bacaan Tengah (BT), sedangkan data
pada
benang stadia atas disebut Bacaan Atas (BA) dan data pada benang
stadia bawah
disebut Bacaan Bawah (BB).
Penentuan selisih tinggi pada praktikum sipat datar ini dengan
satu titik
ukur sehinnga beda tinggi didapat berdasarkan pengurangan tinggi
alat dengan
bacaan benang tengah alat. Besarnya pembacaan benang tengah
dinamakan J
sehingga beda tinggi antara titik A dan B (Adygeodesi.
2010).
Gambar 2.1 Cara Mengukur Beda Tinggi
Sumber: adygeodesi.blogspot.com
-
7
2.6 Kesalahan-Kesalahan dalam Sipat Datar
Dalam melakukan pengukuran sipat datar kita tidak luput dari
kesalahan-
kesalahan. Kesalahan itu dapat dibagi dalam tiga kategori
yaitu:
a. Kesalahan Besar (Mistakes Blunde)
Kesalahan ini dapat terjadi karena kurang hati-hati dalam
melakukan
pengukuran atau kurang pengalaman dan pengetahuan dari
praktikum.
Apabila terjadi kesalahan ini, maka pengukuran harus diulang
atau
hasil yang mengalami kesalahan tersebut dihapus.
b. Kesalahan Sistimatis (Sistematic Error)
Umumnya kesalahan ini terjadi karena alat ukur itu sendiri.
Misalnya
panjang rambu ukur yang tidak tepat atau mungkin peralatan
ukurnya
sudah tidak sempurna. Kesalahan ini dapat dihilangkan dengan
perhitungan koreksi atau mengkalibrasi alat atau memperbaiki
alat.
c. Kesalahan yang Tidak Terduga/Acak (Accidental Error)
Kesalahan ini dapat terjadi karena hal-hal yang tidak diketahui
dengan
pasti dan tidak diperiksa. Misalnya ada getaran pada alat ukur
ataupun
pada tanah. Kesalahan dapat diperkecil dengan melakukan
observasi
dan mengambil nilai rata-rata sebagai hasil (Adygeodesi.
2010).
-
8
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Peralatan Pengukuran Sifat Datar
Adapun peralatan pengukuran sipat datar yang digunakan dalam
praktikum
ini diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Waterpass (Penyipat Datar)
Adapun dari alat ukur waterpass mempunyai beberapa bagian, yaitu
:
1) Bagian bawah, terdiri dari:
Plat penyangga/dasar
Fungsi: sebagai landasan instrument waterpass yang sifatnya
selalu mendatar, merupakan bidang perletakan diatas statif,
tempat mengikatnya baut kunci dan penguat statif.
Penyetel skrup nivo
Fungsi: sebagai penyetel kedudukan instrument agar mendatar
dengan permukaan bumi atau menyeimbangkan nivo kontak.
2) Bagian atas, terdiri dari:
Sekrup penyetel nivo tabung
Fungsi: untuk menyeimbangkan nivo kotak.
Plat skala horizontal
Fungsi: sebagai tempat terdapatnya sumbu horizontal dan
skalanya merupakan pembacaan sumbu horizontal dari titik
bidikan.
Nivo kotak
Fungsi: Sebagai pedoman dalam penyetelan bidang horizontal
waterpass dalam keadaan seimbang.
Nivo tabung koisidensi
Fungsi: untuk menyeimbangkan teropong sehingga teropong
berada sejajar dengan permukaan bumi.
Pembidik kasar
Fungsi: untuk membidik objek sasaran secara kasar.
-
9
Klem sumbu beserta penggerak halusnya
Fungsi: untuk mengunci dan membebaskan sumbu horizontal
dari bagian atas sehingga dapat menyetel besar sudut
horizontal titik bidikan.
Teropong
Fungsi: untuk melihat dan menetapkan benda atau titik
sasaran
bidikan.
Pengatur lensa okuler
Fungsi: untuk memperjelas benang diafragma di dalam
teropong pada saat pembacaan.
Pengatur focus
Fungsi: untuk menempatkan bayangan agar jatuh pada
diafragma sehingga bayangan menjadi terlihat jelas.
Pemantau cahaya.
Fungsi: sebagai alat pemberi penerangan sehingga
tabungkoinsidensi mudah terlihat teropong nivo.
Gambar 3.1Waterpass (Penyipat Datar)
Sumber: tugasperkuliahannih.blogspot.com
-
10
Keterangan:
1) Cermin untuk mengamati nivo kotak
2) Pembidik kasar
3) Nivo kotak
4) Sekrup pengoreksi nivo kotak
5) Sekrup A, B, dan C
6) Plat dasar
7) Penggerak halus
8) Lensa objektif
9) Pengatur fokus
10) Pengatur skala lingkaran horizontal
11) Busur sudut
12) Katup penyetel benang diafragma
13) Lensa okuler
b. Rambu Ukur: berfungsi untuk pembacaan pengukuran tinggi tiap
patok
utama secara detail.
c. Tripot: berfungsi sebagai penyangga waterpass dengan ketiga
kakinya
dapat menyangga penempatan alat yang pada masing-masing
ujungnya
runcing agar masuk ke dalam tanah.
d. Unting-Unting: berfungsi sebagai tolak ukur apakah waterpass
tersebut
sudah berada tepat di atas patok.
e. Nivo Kotak: berfungsi sebagai medium penunjuk bila nivo sudah
tepat
berada ditengah.
f. Patok: berfungsi sebagai suatu tanda di lapangan untuk titik
utama
dalam pengukuran.
g. Rol Meter : berfungsi untuk mengukur jarak antara patok yang
satu
dengan patok yang lain.
h. Kompas : berfungsi untuk menentukan arah utara dalam
pengukuran
sehingga dijadikan patokan utama dalam pengukuran yang biasa
di
sebut sudut azimut.
-
11
i. Payung: berfungsi untuk melindungi pesawat penyipat datar
dari sinar
matahari langsung maupun hujan karena lensa teropong pada
pesawat
sangat peka terhadap sinar matahari (Zul Zulaidy. 2012 ).
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum sipat
datar
terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.1 Alat dan Bahan
No Alat dan Bahan Jumlah
1 Penyipat Datar 1 set
2 Rambu Ukur 1 buah
3 Kaki Tiga (Tripot) 1 buah
4 Unting-Unting 1 buah
5 Payung 1 buah
6 Alat tulis dan buku Secukupnya
3.3 Langkah Kerja
Langkah-langkah pengukuran sipat datar adalah sebagai
berikut.
1) Tripot diletakkan pada posisi yang telah ditentukan.
2) Instrument diletakkan di atas tripot.
3) Instrument diletakkan sedatar mungkin dengan menyetel
sekrup
penyetel ABC-nya sehingga gelembung udara pada nivo kotak
terletak
tepat di tengah lingkaran.
4) Tinggi alat diukur dari permukaan ke teropong.
5) Rambu ukur diletakkan pada batas yang telah ditentukan.
6) Teropong diarahkan ke rambu ukur.
7) Pada teropong pembaca dilihat, jika bayangan tidak jelas
penyetel
fokusnya diatur dan bila garis diafragma kurang jelas,
sekrup
okulernya diatur.
8) Dibaca kedudukan benang atas, benang bawah, dan bacaan
tengah,
kemudian dicatat ke dalam tabel.
[email protected]
[email protected] Noteuda ada 3.1 Peralatan pengukuran
sipat datar, jadi yang ini dihapus aja.
jangan lupa tuk hapus juga tabel alat dan bahan di daftar
tabel
-
12
9) Bila pembacaan telah selesai, rambu ukur dipindahkan ke
titik
pengukuran selanjutnya.
10) Pekerjaan dikerjakan seperti pada kedudukan yang
pertama.
11) Pengukuran dilakukan dengan prinsip saling mengikat dimana
jika
titik pertama dianggap belakang, maka titik kedua dianggap
depan.
12) Pengukuran dilakukan hingga memperoleh suatu potongan
yang
memanjang.
13) Setelah pengukuran telah selesai, bersihkan semua alat dan
simpan
seperti semula.
3.4 Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai
berikut.
Hari : Selasa, 25 November 2014
Waktu : 08.00 - 10.00 WIB
Lokasi : Di bawah Jembatan Lamnyong
-
13
BAB IV
ANALISA DATA & PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
Terlampir pada lampiran
4.2 Analisa Data
a. Menghitung Ketinggian (Y)
Data 1
Dik : R = 1,37 m
Tinggi Alat = 2 m
Dit : h...?
Jawab: h = Tinggi Alat R
h = 2 1,37
h = 0,63 m
Data 2
Dik : R = 1,675 m
Tinggi Alat = 2 m
Dit : h...?
Jawab : h = Tinggi Alat R
h = 2 1.675
h = 0,325 m
b. Menghitung Jarak (X)
Data 1
Dik : BA = 1,53
BB = 1,21
Dit : Jarak...?
Jawab : Jarak = (BA BB) x 100
Jarak = (1,53 - 1,21) x 100
Jarak = 32 m
-
14
Data 2
Dik : BA = 1,805
BB = 1,545
Dit : Jarak...?
Jawab : Jarak = (BA BB) x 100
Jarak = (1,805 - 1,545) x 100
Jarak = 26 m
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil pratikum kelompok 1 yang telah dilakukan di
bawah
Jembatan Lamnyong, diperoleh data pengukuran sebagaimana yang
terlampir
pada halaman lampiran. Kemudian dari hasil pengukuran tersebut
dilakukan
perhitungan di Microsoft Excel dengan formula yang telah
dipaparkan pada Bab
4 bagian 4.2 Analisa Data. Untuk mengetahui ketelitian dan
keakuratan data
digunakan rumus:
( )
Keterangan:
BA = Bacaan Atas
BT = Bacaan Tengah
BB = Bacaan Bawah
Dari data hasil pengukuran yang telah terlampir pada halaman
lampiran,
maka diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 4.3 Tabel Keakuratan Data
NO BA BB BT (BA + BB)/2 Keterangan
1 1.53 1.21 1,37 1,37 Akurat
2 1.805 1.545 1,675 1,675 Akurat
3 1.085 0.83 0,955 0,955 Akurat
4 1.08 0.83 0,96 0,96 Akurat
5 1.62 1.38 1,45 1,45 Akurat
6 1.688 1.581 1,634 1,634 Akurat
7 1.46 1.43 1,445 1,445 Akurat
8 1.075 1.052 1,064 1,064 Akurat
9 1.131 1.112 1,124 1,124 Akurat
10 1.132 1.118 1,346 1,346 Akurat
[email protected]
[email protected]
[email protected] NoteMasuin hasil sebenarnya yang didapat
(berapapun yang didapat), bukan disamain dengan hasil Bacaan
Tengah.
-
15
11 1.053 0.94 0,996 0,996 Akurat
12 1.163 1.044 1,103 1,103 Akurat
13 1.38 1.25 1,315 1,315 Akurat
14 1.438 1.408 1,423 1,423 Akurat
15 1.274 1.238 1,256 1,256 Akurat
16 1.013 0.97 0,99 0,99 Akurat
17 0.975 0.925 0,95 0,95 Akurat
18 1.513 1.458 1,483 1,485 Akurat
Dari data tabel keakuratan data diatas, dapat dikatakan bahwa
data yang
terbaca memiliki keakuratan yang bagus atau dengan kata lain
pembacaan data
pengukuran tersebut benar atau mendekati teliti. Karena hasil
tersebut tidak
menunjukkan nilai yang minus ataupun salah. Data pengukuran
bacaan atas dan
bacaan bawah digunakan untuk menentukan atau menghitung jarak
dengan
rumus perhitungan yang telah dibahas pada bab 4 bagian 4.2
Analisa Data. Yang
dimana, rumus perhitungan jarak tersebut adalah:
Jarak = (BA BB) * 100
Keterangan:
BA = Bacaan Atas
BB = Bacaan Bawah
Jadi, setiap kesalahan pembacaan 0.01 akan menyebabkan
jaraknya
bergeser sejauh 1 meter dilapangan.ukuran lapangan dapat
mempengaruhi hasil
data yang di peroleh, sehinggakesalahan 0.01 tersebut dapat
berdampak pada
hasil ploting data hal tersebut disebabkan karena semakin kecil
lokasi semakin
tinggi ketelitiaannya sehingga setiap titik pengukurannya dapat
dibaca dengan
baik. Data pengukuran bacaan digunakan untuk mendapatkan nilai
ketinggian
suatu titik. Karena disini kami menggunakan pembacaan rambu ukur
dalam
satuan meter, maka rumus yang digunakan:
h = (Tinggi Alat R)
Keterangan:
h = ketinggian
R = bacaan
[email protected]
[email protected]
[email protected]
[email protected]
[email protected] Notedi ubah berdasarkan hasil di
atas.
-
16
Dari rumus tersebut hasil data yang diperoleh memberikan
gambaran
terhadap ketinggian setiap titik pengukuran lokasi tersebut.
Apabila setiap
kesalahan pembacaan sebesar 0,1 dapat menyebabkan perubahan
ketinggian
sebesar 10 cm.
Setelah nilai jarak dan ketinggian diperoleh kami memplotkan
data pada
kertas grafik untuk mengambarkan pola pengukuran yang telah
diperoleh dan
membentuk pola yang seragam (menyerupai) dengan keadaan yang
sebenarnya
di lapangan. Hal tersebut karena pengambilan titik dilakukan
tanpa melewatkan
titik pengukuran yang memiliki perubahan ketinggian pada
lapangan.
Setelah pengukuran dan pengolahan data di semua titik dilakukan
maka
hal selanjutnya ialah memplotkan data pada kertas grafik, dengan
menggunakan
skala 1:50 dengan kata lain 2 kotak pada kertas grafik
menunjukkan 1 cm pada
kertas dan 1 meter di lapangan dan diperoleh kurva yang telah di
lampirkan di
bawah ini.
-
17
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum kelompok I (satu) yang berlokasi di
bawah
Jembatan Lamnyong, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Sipat datar (Waterpass) adalah alat untuk mengukur beda
tinggi antara
dua titik atau lebih yang berbeda letaknya yang dapat
ditentukan
dengan pembacaan benang atas, benang tengah, dan benang
bawah.
b. Sipat datar umumnya digunakan untuk pengukuran di daerah
relatif
datar. Misalnya pengukuran jalan raya, perencanaan pembuatan
irigasi
atau pengairan dan lain sebagainya.
c. Kesalahan-kesalahan dalam pembacaan yang tidak dapat
dihindari
masih terdapat saat melakukan praktikum ini, namun
kesalahan-
kesalahan tersebut masih dapat di toleransi, kesalahan
inidisebabkan
oleh:
1) Kesalahan Besar (Mistakes Blunder)
2) Kesalahan Sistimatis (Sistematic Error)
3) Kesalahan yang Tidak Terduga/Acak (Accidental Error)
5.2 Saran
a. Diharapkan kepada para mahasiswa dan mahasiswi untuk
memperhatikan pada saat asisten menjelaskan dan tidak
bermain-main
pada saat praktikum berlangsung.
b. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan maksimal diperlukan
tingkat
ketelitian yang sangat tinggi.
c. Agar kerja sama yang baik antara asisten dengan mahasiswa
dan
mahasiswi tetap dijaga dan lebih ditingkatkan.
-
18
LAMPIRAN
Kelompok : I (Satu)
Lokasi : Di Bawah Jembatan Lamnyong
Waktu : 08.00 10.00 WIB
Titik
Pembacaan
Tinggi
Tinggi
Alat
Jarak (BA -
BB)*100 Keterangan R Z V BA BB (BA-BB)
1 1.37 0.63 2 1.53 1.21 0.32 32 Awal
A 1.68 0.325 2 1.805 1.545 0.26 26
B 0.96 1.045 2 1.085 0.83 0.255 25.5
C 0.96 1.04 2 1.08 0.83 0.25 25
D 1.45 0.55 2 1.62 1.38 0.24 24
E 1.63 0.366 2 1.688 1.581 0.107 10.7
F 1.45 0.555 2 1.46 1.43 0.03 3
G 1.06 0.936 2 1.075 1.052 0.023 2.3
H 1.12 0.876 2 1.131 1.112 0.019 1.9
I 1.35 0.654 2 1.132 1.118 0.014 1.4
J 1 1.004 2 1.053 0.94 0.113 11.3 Putar Alat
K 1.1 0.897 2 1.163 1.044 0.119 11.9
L 1.32 0.685 2 1.38 1.25 0.13 13 Akhir
2 1.423 0.685 2.108 1.438 1.408 0.03 3 Awal
A 1.26 0.852 2.108 1.274 1.238 0.036 3.6 Putar Alat
B 0.99 1.118 2.108 1.013 0.97 0.043 4.3
C 0.95 1.158 2.108 0.975 0.925 0.05 5
D
1.483 0.625 2.108 1.513 1.458 0.055 5,5 Akhir
-
19
Foto Tempat dilakukannya Pengukuran Sifat Datar
-
20
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tri Adiyadma. 2010. Contoh Laporan IUT. Geodesi
(http://adygeodesi.blogspot.com/., diakses 10 Desember 2014 Pkl.
11.10
WIB)
Ichsan, Muhammad. 19911.Surverying Ilmu Ukur Tanah.
Lhokseumawe:
Politeknik Negeri Lhokseumawe.
Surya Agung. 2012. Laporan Ilmu Ukur Tanah.
(http://tugasperkuliahannih.blogspot.com/., diakses 10 Desember
2014
Pkl. 12.00 WIB)
Wongsotjitro, Soetomo. 1964. Ilmu Ukur Tanah. Kanisius:
Jakarta.
Wirshing. 1995. Pengantar Pemetaan (Seri buku Schaum). Erlangga:
Jakarta.
Zul Zulaidy. 2012. Pengukuran Beda Tinggi.
(http://zulzulaidy.blogspot.com/.,
diakses 10 Desember 2014 Pkl. 11.30 WIB)
[email protected]
[email protected] NoteKalo bisa di buat rata kiri
kanan
-
Pengukuran
Theodolit
-
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
............................................................................................
i
DAFTAR TABEL
...................................................................................
i
DAFTAR GAMBAR
...............................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
..............................................................................
1
1.2 Tujuan Praktikum
..........................................................................
2
BAB II DASAR TEORI
2.1 Theodolit
.......................................................................................
3
2.2 Syarat-Syarat Alat
Theodolit.........................................................
4
2.3 Macam-Macam Theodolit
............................................................. 4
2.4 Konstruksi Theodolit
.....................................................................
6
2.5 Prosedur Penggunaan Theodolit
................................................... 8
2.6 Kesalahan-Kesalahan dalam Theodolit
......................................... 8
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Peralatan Pengukuran Theodolit
................................................... 10
3.2 Alat dan Bahan
..............................................................................
13
3.3 Langkah Kerja
...............................................................................
14
3.4 Waktu dan Tempat
........................................................................
14
BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
.................................................................
15
4.2 Analisa Data
..................................................................................
15
4.3 Pembahasan
...................................................................................
18
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
...................................................................................
22
5.2 Saran
..............................................................................................
22
LAMPIRAN
.............................................................................................
23
DAFTAR PUSTAKA
..............................................................................
28
-
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Alat dan Bahan
..........................................................................
13
Tabel Data Hasil Pengamatan (Lampiran)
................................................ 23
Tabel Titik Koordinat
................................................................................
24
-
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Konstruksi Theodolit Tipe Reiterasi
..................................... 4
Gambar 2.2 Konstruksi Theodolit Tipe Repitisi
....................................... 5
Gambar 2.3 Konstruksi Theodolit Elektro Optis
...................................... 5
Gambar 2.4 Konstruksi Theodolit
............................................................. 7
Gambar 3.1 Pesawat Theodolit
.................................................................
12
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam melaksanakan suatu bangunan, baik bangunan besar, sedang
dan
yang kecil sekalipun memerlukan terlebih dahulu suatu
perencanaan yang
matang. Tidak mungkin dapat dibuat suatu rencana yang baik tanpa
tersedia peta
yang baik pula. Untuk mendapatkan peta yang baik harus
didasarkan atas hasil
pengukuran yang benar dan cara pengukuran yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Pengukuran-pengukuran yang dimaksud adalah ukur tanah. Ilmu ukur
tanah
merupakan bahagian pendahuluan dari ilmu geodesi, yang
memfokuskan pada
pengukuran-pengukuran bentuk permukaan bumi untuk dipindahkan ke
bidang
datar.
Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari masalah kulit bumi
yang
berupa situasi atas permukaan kulit bumi, perbedaan ketinggian,
jarak dan luas.
Ilmu geodesi mempunyai dua maksud, yaitu maksud ilmiah dan
maksud praktis.
Maksud ilmiah adalah menentukan permukaan bumi, sedangkan maksud
praktis
membuat bayangan, yang dinamakan peta dari sebagian besar atau
kecil
permukaan. Mempelajari ilmu ukur tanah bertujuan untuk
mengetahui bagaimana
bentuk permukaan bumi, baik situasi maupun beda tinggi suatu
titik dengan titik
lain yang diamati pada permukaan tanah. Dengan mengukur jarak,
luas,
ketinggian, dan sudut kita dapat mengetahui keadaan dan beda
tinggi titik-titik
pada permukaan tanah.
Pada ilmu ukur tanah, sudut dan jarak menjadi unsur yang
penting. Oleh
sebab itu pengukuran-pengukuran bentuk permukaan bumi difokuskan
pada
pengukuran keduanya. Dalam hal ini, alat yang digunakan adalah
theodolit dan
waterpass. Hasil pengukuran dengan menggunakan kedua alat
tersebut akan
mendapatkan data-data yang akan dipakai untuk menggambarkan
situasi suatu
lokasi pengukuran, seperti gedung, tanaman, saluran air, dan
jalan. Unsur-unsur
itulah yang disebut topografi (Grup XIII. 2009).
-
2
1.2 Tujuan Praktikum
a. Mengetahui cara penggunaan atau pengoperasian alat baik
secara
teori maupun praktikum.
b. Mampu melakukan pengukuran theodolit di lapangan.
c. Mampu membaca data pengukuran theodolit dengan benar.
d. Mampu mengolah data hasil pengukuran dengan baik.
-
3
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Theodolit
Ilmu ukur tanah adalah bagian rendah dari ilmu Geodesi, yang
merupakan
suatu ilmu yang mempelajari ukuran dan bentuk bumi dan
menyajikannya dalam
bentuk tertentu. Ilmu Geodesi ini berguna bagi pekerjaan
perencanaan yang
membutuhkan data-data koordinat dan ketinggian titik lapangan.
Ilmu ukur tanah
adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kegiatan pengukuran di
permukaan
bumi. Kegiatan pengukuran dapat dilakukan dengan beberapa cara
tergantung
kepada kebutuhan dan tingkat ketelitian yang diinginkan.
Untuk pengukuran rencana bangunan cukup hanya dilakukan
dengan
meteran, begitu juga dengan pembuatan tanggul. Sedang untuk
pembuatan peta
topografi dan situasi digunakan alat optik yang lebih dikenal
dengan nama
pesawat ukur. Ada dua jenis pesawat ukur yang dikelompokkan
berdasarkan
kegunaannya yaitu:
1) Sipat Datar (Waterpass), dan
2) Theodolit
Theodolit adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur jarak
dan
sudut, baik sudut vertikal maupun horizontal. Yang dimaksud
dengan sudut
vertikal adalah sudut yang diukur pada skala tegak lurus.
Sedangkan sudut
horizontal adalah sudut yang diukur pada skala mendatar yang
dibentuk oleh dua
titik pada poligon, sudut yang terbaca merupakan nilai dimana
theodolit itu
ditempatkan.
Di dalam theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada
satuan
sekon (detik). Theodolit merupakan alat yang paling canggih di
antara peralatan
yang digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa
sebuah teleskop yang
ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang
dapat diputar-
putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut
horizontal
untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan
kedua dan dapat
-
4
diputar-putar mengelilingi sumbu horizontal, sehingga
memungkinkan sudut
vertikal untuk dibaca.
Theodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti pesawat
penyipat
datar bila sudut vertikalnya dibuat 90. Dengan adanya teropong
pada theodolit,
maka theodolit dapat dibidikkan ke segala arah. Didalam
pekerjaan bangunan
gedung, theodolit sering digunakan untuk menentukan sudut
siku-siku (Frick,
Heinz. 1979).
2.2 Syarat-Syarat Alat Theodolit
Syarat-syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolit (pada
galon air)
sehingga siap dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah
sebagai berikut.
a. Sumbu kesatu benar-benar tegak atau (vertikal).
b. Sumbu kedua harus benarbenar mendatar.
c. Garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua (mendatar).
d. Tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu
(Sosrodarsono, Suyono.
1983).
2.3 Macam - Macam Theodolit
a. Macam-macam theodolit berdasarkan konstruksinya, dikenal
tiga
macam yaitu:
1. Theodolit Reiterasi
Pada theodolit reiterasi, plat lingkaran skala (horizontal)
menjadi
satu dengan plat lingkaran nonius dan tabung sumbu pada
kiap.
Sehingga lingkaran mendatar bersifat tetap. Pada jenis ini
terdapatsekrup pengunci plat nonius.
-
5
Gambar 2.1 Konstruksi theodolit tipe reiterasi
Sumber: nheyta.blogspot.com
2. Theodolit Repitisi
Pada theodolit repetisi, plat lingkarn skala mendatar
ditempatkan
sedemikian rupa, sehingga plat ini dapat berputar sendiri
dengan
tabung poros sebagai sumbu putar. Pada jenis ini terdapat
sekrup
pengunci lingkaran mendatar dan sekrup nonius.
Gambar 2.2 Konstruksi theodolit tipe repitisi
Sumber: nheyta.blogspot.com
3. Theodolite Elektro Optis
Dari konstruksi mekanis sistem susunan lingkaran sudutnya
antara
theodolit optis dengan theodolit elektro optis sama. Akan
tetapi
mikroskop pada pembacaan skala lingkaran tidak menggunakan
sistem
lensa dan prisma lagi, melainkan menggunkan sistem sensor.
Sensor
ini bekerja sebagai elektro optis model (alat penerima
gelombang
elektromagnetis). Hasil pertama sistem analog dan kemudian
harus
ditransfer ke sistem angka digital. Proses penghitungan secara
otomatis
akan ditampilkan pada layar (LCD) dalam angka desimal.
-
6
Gambar 2.3 Konstruksitheodolit elektro optis
Sumber: building-generation.blogspot.com
b. Macam-macam theodolit menurut sistem bacaannya:
1) Theodolit sistem baca dengan Indeks Garis
2) Theodolit sistem baca dengan Nonius
3) Theodolit sistem baca dengan Mikrometer
4) Theodolit sistem baca dengan Koinsidensi
5) Theodolit sistem baca dengan Digital
c. Macam-macam theodolit menurut skala ketelitian:
1) Theodolit Presisi (Type T3/ Wild)
2) Theodolit Satu Sekon (Type T2 / Wild)
3) Theodolit Sepuluh Sekon (Type TM-10C / Sokkisha)
4) Theodolit Satu Menit (Type T0 / Wild)
5) Theodolit Sepuluh Menit ( Type DK-1 / Kern)
(Sosrodarsono,
Suyono. 1983)
2.4 Konstruksi Theodolit
Konstruksi instrument theodolit, secara mendasar dibagi menjadi
3
bagian, yaitu:
a. Bagian Bawah, terdiri dari pelat dasar dengan tiga sekrup
penyetel yang
menyanggah suatu tabung sumbu dan pelat mendatar berbentuk
lingkaran.
Pada tepi lingkaran ini dibuat pengunci limbus.
b. Bagian Tengah, terdiri dari suatu sumbu yang dimasukkan ke
dalam
tabung dan diletakkan pada bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu
tegak
lurus kesatu. Di atas sumbu kesatu diletakkan lagi suatu plat
yang
[email protected]
[email protected] NotePerbaiki dikit masuk dalamnya
-
7
berbentuk lingkaran yang berbentuk lingkaran yang mempunyai jari
-jari
plat pada bagian bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat
alat
pembaca nonius. Di atas plat nonius ini ditempatkan 2 kaki yang
menjadi
penyanggah sumbu mendatar atau sumbu kedua dan sutu nivo
tabung
diletakkan untuk membuat sumbu kesatu tegak lurus. Lingkaran
dibuat
dari kaca dengan garis-garis pembagian skala dan angka
digoreskan di
permukaannya. Garis-garis tersebut sangat tipis dan lebih jelas
tajam bila
dibandingkan hasil goresan pada logam. Lingkaran dibagi dalam
derajat
sexagesimal yaitu suatu lingkaran penuh dibagi dalam 360 atau
dalam
grades senticimal yaitu satu lingkaran penuh dibagi dalam 400
g.
c. Bagian Atas, terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan di atas
kaki
penyanggah sumbu kedua. Pada sumbu kedua diletakkan suatu
teropong
yang mempunyai diafragma dan dengan demikian mempunyai garis
bidik.
Pada sumbu ini pula diletakkan plat yang berbentuk lingkaran
tegak sama
seperti plat lingkaran mendatar (Wirshing, 1995).
-
8
Gambar 2.4 Konstruksi theodolite
Sumber: rikkyputra.wordpress.com
2.5 Prosedur Penggunaan Theodolit
Hal pertama dalam penggunaan alat theodolit adalah mengatur
posisinya
sedemikian rupa hingga posisi alat rata. Keadaan ini ditandai
dengan
memposisikan gelembung air didalam waterpass agar benar-benar
berada di
tengah tabung. Untuk mendapatkan keadaan tersebut, harus diatur
dengan
memposisikan tripot dan mengatur tuas pengatur yang ada pada
theodolit. Setelah
posisi theodolit sudah tepat, maka langkah selanjutnya adalah
mencatat posisi
penembakan (tinggi tempat, letak lintang dan bujur) dan
menentukan arah utara
-
9
magnetis dengan menggunakan kompas. Setelah ditentukan arah
utara
magnetisnya, maka theodolit diputar pada arah penembakan lalu
mencatat sudut
horizontal dan vertikal yang tertera pada theodolit saat
theodolit telah menghadap
pada arah penembakan. Setelah semua siap, dilakukan penembakan
dengan
membaca angka pada rambu ukur yang bertepatan dengan benang
tipis pada lensa
theodolit. Pengukuran dilakukan dengan langkah yang sama,
berturut-turut pada
titik selanjutnya yang merupakan titik penempatan rambu ukur
tersebut (Frick,
Heinz. 1979).
2.6 Kesalahan-Kesalahan dalam Theodolit
Ada tiga jenis kesalahan-kesalahan yang bias terjadi pada saat
kita
menggunakan theodolit yaitu:
1. Kesalahan Kasar (blunders)
Kesalahan ini terjadi karena: kurang hati-hati, kurang
pengalaman dan
kurang perhatian. Sebagai catatan bahwa dalam pengukuran
kesalahan ini
tidak boleh terjadi, bila terjadi harus diulang.
Contoh-contoh kesalahan blunder:
a. Salah baca: 3 dibaca 8, 6 dibaca 9, 7 dibaca 9
b. Salah catat: misalkan 1 rentangan pengukuran tidak
tercatat,atau salah
menempatkan data ukuran (sudut horizontal terbalikdengan
helling)
c. Salah dengar
Cara mengatasi contohnya:
a. pengecekan sendiri hasil pengamatan dan pembacaan
b. gunakan alat bantu, contoh: kompas, GPS
c. selalu menggambar langsung sketsa setelah mendapatkan dan
mencatat hasil ukuran.
2. Kesalahan Sistematis
Kesalahan sistematis umumnya terjadi metode atau cara pengukuran
yang
salah dan karena alat ukur yang dipakai itu sendiri.
Contoh penyebab yang terkait dengan alat ukur:
a. Syarat pengaturan alat tidak lengkap
b. Unting-unting tidak digunakan
-
10
c. Penyinaran pada alat bacaan tidak merata
d. Skala Rambu, kesalahan titik nol rambu
3. Kesalahan Acak
Akan terlihat apabila dilakukan pengamatan yang
berulang-ulang.
Beberapa contoh yang mengakibatkan kesalahan acak:
a. Getaran tanah atau tanah tidak stabil.
b. Atmosfer bumi
c. Psikis pengamat (contoh: faktor kelelahan)
d. kesalahan ini dapat dibetulkan dengan hitung perataan
apabila
terdapat data yang cukup
-
11
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Peralatan Pengukuran Theodolit
Adapun peralatan pengukuran theodolit yang digunakan dalam
praktikum
ini diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Theodolit
Berdasarkan bentuknya, theodolit dapat dibagi menjadi tiga
bagian yaitu:
1) Bagian Dasar
Bagian bawah tidak dapat bergerak, memiliki plat yang
dihubungkan
atau dipasang pada statif berkaki tiga dan horizontal dengan
nivo
kotak. Pada bawah ini juga dipasang lingkaran horizontal
berkala.
Bagian bawah terdiri dari:
Plat datar
Fungsi: sebagai landasan instrumen yang sifatnya selalu
mendatar.
Tiga buah sekrup menyetel A, B, dan C
Fungsi: untuk membuat bidang horizontal dengan menyetel
sumbu II atau garis tegak lurus dengan sumbu I sehingga
theodolit tegak lurus dan dapat diamati dengan nivo tabung.
Nivo kotak
Fungsi: sebagai pedoman untuk melihat apakah theodolit dalam
keadaan datar atau tidak dengan menyetel sumbu I tegak lurus
sumbu II.
Kunci bagian bawah instrumen
Fungsi: sebagai pengunci instrumen dengan statif
Klem sumbu I bagian bawah
Fungsi: untuk mengunci theodolit dari gerakkan mendatar
Penggerak halus sumbu I bawah
Fungsi: untuk menggerakkan teropong dalam gerakan mendatar
pada posisi tembak yang tepat.
-
12
2) Bagian Tengah
Bagian tengah digunakan untuk membidik teropong ke arah
sasaran
secara horizontal. Bagian tengah terdiri dari:
Klem sumbu I
Fungsi: Untuk mengunci sumbu I bila sudah mendapatkan
bidikan secara horizontal.
Penggerak halus sumbu I ( mendatar )
Fungsi: Menyetel sasaran bidikan secara sempurna dengan
membantu menempatkan sasaran secara perlahan-lahan dalam
gerakan horizontal.
Teropong sentring
Fungsi: untuk mengamati apakah theodolit sudah tepat berada
pada titik patok.
Nivo tabung
Fungsi: untuk mengamati apakah theodolit sumbu I sudah tegak
lurus sumbu II.
Alhidale
Fungsi: untuk mengunci sumbu I ke segala arah dalam membidik
sasaran.
Mikrometer
Fungsi: sebagai alat penyetel pada saat pembacaan sudut.
Sekrup koreksi indeks
Fungsi: untuk menyetel kesalahan indeks agar sama dengan
nol.
Cermin pemantul cahaya
Fungsi: untuk menerangkan pada saat pembacaan sudut.
3) Bagian Atas
Bagian tengah digunakan untuk membidik teropong ke arah
sasaran
secara horizontal.
Bagian ini terdiri:
Teropong
Fungsi: untuk melihat objek yang jauh dengan jelas. Bagian
ini
terdiri dari
-
13
(1) Lensa objektif
Fungsi: untuk membuat bayangan sejati, diperkecil dan
terbalik.
(2) Lensa pembalik
Fungsi: untuk membalik bayangan sejati yang dibentuk oleh
lensa objektif.
(3) Lensa okuler
Fungsi: untuk mendapatkan bayangan semu, diperbesar, dan
terbalik.
Pembidik kasar
Fungsi: untuk mendapatkan bidik secara kasar.
Pengatur fokus
Fungsi: untuk membuat bayangan agar jauh pada diafragma
sehingga objek yang dibidik terlihat kasar.
Pengatur lensa okuler
Fungsi: untuk memperjelas benang diafragma di dalam teropong
pada pembacaan rambu ukur.
Teropong sudut
Fungsi: untuk membaca sudut horizontal dan vertikal.
`
Gambar 3.1 Pesawat Theodolit
Sumber: Frandimseptian.blogspot.com
-
14
b. Rambu Ukur: berfungsi untuk pembacaan pengukuran tinggi tiap
patok
utama secara detail.
c. Tripot: berfungsi sebagai penyangga theodolit dengan ketiga
kakinya
dapat menyangga penempatan alat yang pada masing-masing
ujungnya
runcing agar masuk ke dalam tanah.
d. Unting-Unting: berfungsi sebagai tolak ukur apakah theodolit
tersebut
sudah berada tepat di atas patok.
e. Nivo Kotak: berfungsi sebagai medium penunjuk bila nivo sudah
tepat
berada ditengah.
f. Patok: berfungsi sebagai suatu tanda di lapangan untuk titik
utama dalam
pengukuran.
g. Rol Meter: berfungsi untuk mengukur jarak antara patok yang
satu
dengan patok yang lain.
h. Kompas: berfungsi untuk menentukan arah utara dalam
pengukuran
sehingga dijadikan patokan utama dalam pengukuran yang biasa di
sebut
sudut azimut.
i. Payung: berfungsi untuk melindungi theodolit dari sinar
matahari
langsung maupun hujan karena lensa teropong pada pesawat sangat
peka
terhadap sinar matahari (ZulZulaidy. 2012).
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum
theodolit
terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.1 Alat dan Bahan
No Alat dan Bahan Jumlah
1 Theodolit 1 set
2 RambuUkur 1 buah
3 Kaki Tiga (Tripod) 1 buah
4 Unting-unting 1 buah
5 Payung 1 buah
6 Alat tulis dan buku Secukupnya
[email protected]
[email protected] Noteuda ada 3.1 Peralatan pengukuran,
jadi yang ini dihapus aja.
jangan lupa tuk hapus juga tabel alat dan bahan di daftar
tabel
-
15
3.3 Langkah Kerja
Langkah-langkah pengukuran theodolit adalah sebagai berikut.
1) Letakkan tripod (kaki tiga) diatas patok usahakan lempengan
logam
dalam keadaan datar, kaki tripod diatur sesuai dengan tinggi si
pengukur.
2) Pasanglah alat theodolit di atas tripod, usahakan
unting-unting
membentuk garis lurus pada patok.
3) Levelkan alat theodolit (plat bagian bawah) dengan bantuan
nivo kotak
dan nivo tabung, dengan menggunakan tiga buah sekrup
penyetel,
tempatkan gelembung di tengah-tengah nivo kotak dan nivo
tabung.
4) Ukurlah tinggi alat dengan menggunakan rol meter dan catat
pada tabel.
5) Arahkan teropong pada titik yang ingin diukur, untuk
memudahkan
penghitungan usahakanlah pembacaan benang silang (tengah)
sama
dengan tinggi alat, lalu baca benang atas dan benag bawah.
6) Kemudian kunci dan baca sudut horizontal dan sudut vertikal
melalui
nonius.
7) Tempatkan rambu ukur pada titik yang dianggap mewakili
untuk
pengukuran.
8) Bidiklah atau arahkanlah teropong ke titik yang ingin diukur,
lalu bacalah
benang atas, benang tengah, benang bawah, sudut vertikal, dan
sudut
horizontal. Kemudian bacaan tersebut dicatat ke dalam tabel.
9) Lakukan langkah yang sama seperti langkah 7 dan 8 untuk tiap
titik yang
akan diukur selanjutnya.
10) Setelah pengukuran telah selesai, bersihkan semua alat dan
simpan
seperti semula.
3.5 Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai
berikut.
Hari : Selasa, 9 Desember 2014
Waktu : 08.00 10.00 WIB
Lokasi : Di bawah Jembatan Lamnyong
-
16
BAB IV
ANALISA DATA & PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
Terlampir pada lampiran
4.2 Analisa Data
1) Menghitung Sudut
a. Sudut Horizontal
Data 1
Dik : = 338 50' 40"
Jawab : = 338 +
+
= 358,84 (data kasar)
= 360 - 358,84
= 1,16 (data real)
b. Sudut Vertikal
Data 1
Dik : = 90 00' 00"
Jawab : = 90 +
+
= 90 (data kasar)
= 90 - 90
= 0 (data real)
2) Perhitungan Dalam Meter
Data 1
a. Panjang (L) = BA BB
= 1,218 - 0,949
L = 0,296 m
b. Tinggi Alat = 1,55 m
c. Bacaan Tengah (Z) = 1,084 m
-
17
3) Menghitung Jarak
Data 1
Jarak Vertikal
Dik : L = 0,296 m
= 0
Dit : D..?
Jawab : D = 100 x L x cos
= 100 x 0,296 x cos (0)
D = 29,6 m
Data 1
Jarak Horizontal
Dik : D = 29,6 m
= 1,16
Dit : D...?
Jawab : D = D x cos
= 29,6 x cos (1,16)
D = 29,5939338 m
4) Menghitung Tinggi
Data 1
Dit : D = 29,6 m
= 0
Dit : h...?
Jawab : h = D sin
h = 29,6 sin (0)
h = 0 m
5) Beda Tinggi A-B
Data 1
Dik : h = 0 m
i = 1,55 m
Z = 1,084 m
-
18
Dit : H...?
Jawab : H = h + (i Z)
= 0 + (1,55 - 1,084)
H = 0,47 m
6) Tinggi Lapangan
Data 1
Dik : H = 0,47 m
Dit : H...?
Jawab : H = H + 10
= 0,47 + 10
H = 10,47 m
7) Menentukan Titik Koordinat
Data 1
a. Delta X (X)
Dik :D = 29,5939338 m
= 1,16
Dit :X...?
Jawab : X = D sin
= 29,5939338 sin (1,16)
X = 0,599112506
b. Delta Y (Y)
Dik :D = 29,5939338 m
= 0
Dit :Y...?
Jawab : Y = D sin
Y = 29,5939338 cos (0)
Y= 29,5939338
-
19
8) Titik Koordinat
Data 1
a. Koordinat X
Dik :X = 0,599112506
Dit :X...?
Jawab : X = 1000 - X
= 1000 - 0,599112506
X = 999,4008875
b. Koordinat Y
Dik :Y = 0,599112506
Dit :Y...?
Jawab : Y = 1000 - Y
= 1000 - 29,5939338
Y = 970,412131
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil pratikum theodolit kelompok 1 yang telah
dilakukan di
bawah Jembatan Lamnyong, diperoleh hasil data mentah dari
pengukuran di
lapangan. Kemudian dari hasil data pengukuran tersebut dilakukan
perhitungan
dengan menggunakan formula yang telah ditentukan dan diperoleh
data
pengukuran sebagaimana yangterlampir pada halaman lampiran. Pada
pratikum
theodolit ini, kamimenggunakan pola radial untuk menetukan
perubahan
ketinggian di lokasi pengukuran. Sebagaimana pola radial
merupakan metode
pengukuran kontur yangdigunakan untuk pemetaan topografi pada
daerah yang
luas danpermukaan tanahnya tidak beraturan (tambahan).
Berbeda dengan metode pratikum pengukuran sipat datar
sebelumnya,pada
praktikum theodolit ini, alat pengukuran hanya diletakkan pada
satu titik, lalu
ditembakkan ke arah rambu ukur. Kemudian sudut horizontal dan
vertikal diputar
untuk mendapatkan posisi rambu ukur yang pas, tidak seperti
praktikum sipat
datar yang sebelumnya dimanasudutnya harus berada pada 0 atau
180 derajat
untuk menghasilkan sebuahgaris, sehingga koordinat yang
diperoleh adalah titik
X dan Y dan membentuk garis atau 2D.Sedangkanpada pratikum
theodolit
[email protected]
[email protected]
[email protected]
[email protected]
-
20
ini.alat pengukuran hanya diletakkan pada satutitik, kemudian
pratikan
menembak ke arah rambu ukur yang telah di tentukan
titiknya.kemudian
praktikan dapat menaikan dan menurunkan alat atau memutar sudut
horizontal
dan sudut vertical, untuk mendapatkan posisi rambu ukur yang
tepat. Namun
pada theodolite output data yang didapatkan tidak lagi berupa
sebuah garis,
melainkan dapat berupa sebuah bidang 2D atau 3D.Hal ini
disebabkan karena
koordinatbaru yang terbentuk dari X, Y dan ketinggian Z.
Dalam pengolahan data pratikum ini, kami menggunakan
koordinatlokal
1000, 1000, dan menambah setiap ketinggian 10 meter untuk
menjauhinilai
minus pada data. Untuk mempermudah dalam pengolahan data ini,
kami
menggunakan alat bantu berupa software Microsoft Excel. Setelah
semua data
diolah dan membentuk koordinat baru berupa X, Y dan Z yang
digunakan untuk
memplotkan data pada software surfer 11.
Setelah datanya kami olah menggunakan software surfer 11,
kami
mendapatkan hasil plotnya,namun hasil pemetaannya tidak
maksimal
menggambarkan keadaan sesungguhnya dilapangan atau lebih
tepatnya hasil plot
yang kami dapat kurang mirip dari keadaan yang sesungguhnya
dilapangan.
Berikut hasil plotnya:
Gambar 4.1 Hasil post layer menggunakan surfer
[email protected]
[email protected]
[email protected]
-
21
Gambar 4.2 Hasil Plot Kontur Menggunakan Surfer
Gambar 4.3 Hasil plot 3D menggunakan surfer
[email protected]
[email protected]
[email protected] Noteambil screenshootnya dari posisi
dmmna ketika org lihat org tau itu gundukan yang mana, jadi ketika
org liat nampak miripnya dengan keadaan dilapangan, kaya yang
tdi
-
22
Gambar 4.4 Pemotongan Penampang 3D Menggunakan Surfer
Gambar 4.5 Hasil Plot Profile Menggunakan Surfer
Setelah data diatas kembali diperbaiki, kami mendapatkan
beberapa
kesalahan pengukuran yang tidak sesuai dengan kenyataan
dilapangan. Hal
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya yaitu
jarak anatar titik yang
terlalu jauh, sehingga Jarak yang di ambil saat pengukuran
terlalu besar, dan
menyebabkan hasil data yang berbeda gambaran sebenarnya.
L ( Jarak)
Gambar 4.6 Hasil Gambar Gundukkan Menggunakan Corel
[email protected]
[email protected] Noteutk cross sectionnya, 1 garis aja,
satu garis lurus, kan uda di tunjuin juga tadi
[email protected]
[email protected]
[email protected] Note
[email protected] Notejangan lupa di ubah
[email protected]
[email protected] Notenama "profil 17" juga dirubah, jadi
cross section atau "penampang apa gtu"
[email protected]
[email protected]
[email protected] Notekata2nya, "karena jarak" lebih cocok
kayanya
[email protected]
[email protected] Noteitu gambar apa?
[email protected] Notetambah disini, berikut desain awal
pengambilan titik kami dilapangan.
-
23
Kemudian, kurangnya titik yang diambil pada saat pengukuran
di
lapangan, menyebabkan data yang terkumpul menjadi
minim(sedikit), contohnya,
kami tidak mengambil data di setiap titik tengah gundukkan
sehingga setiap
daerah yang mengalami perubahan tinggi tidak terukur dengan
teliti,
Gambar 4.6 Titik Seharusnya Menggunakan Corel
Selain itu, gundukan-gundukannya yang terplot pada software
surfer 11
terlihat lebih runcing dari pada kenyataan dilapangan,hal
tersebut disebabkan
karena pengambilan data yang tidak beraturan atau tidak sesuai
dengan urutan
yang semestinya. Seharusnya pengambilan data dilakukan berurutan
dari tinngi
terendah hingga tertinggi ,seperti pada gambar dibawah ini:
Gambar 4.7 Titik Seharusnya pada setiap ketinggian Menggunakan
Corel
[email protected]
[email protected]
[email protected] NoteKEnapa ga buat kaya yang uda dibahas
tadi
[email protected]
[email protected] Notekenapa ga dibuat dengan yang uda
kita bahas di kertas tadi..
-
24
Menurut teori yang kami dapatkan diruangan, hasil plotnya dapat
berbeda
dengan keadaan sebenarnya dilapangan disebabkan kurangnya data
pengukuran
yang kami ambil. Sehingga, software surfer tersebut mengganggap
data
pengukuran yang jumlahnya sedikit tersebut sebagai noise, dan
mengabaikannya.
Dengan membandingkan setiap data yang telah di plotkan,disini
kami
menarik kesimpulan bahwa data yang kami butuhkan kurang dengan
kata lain
kami tidak melakukan pengukuran pada semua titik yang
semestinya.Selain itu
kurang telitinya pembacaan data dan tidak beraturannya
penempatan titik
pengukuran.
Jadi output titik yang yang diharapkan sebagai berikut:
Gambar 4.8 Titik Pengukuran Dilapanagan pada setiap
ketinggian
[email protected]
[email protected]
[email protected] Noteini uda dibahas di atas kenapa
dibahas lagi .
[email protected]
[email protected] Notebukan output, tapi berikut desain
titik pengukuran yang seharusnya ...
-
25
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum kelompok I (satu) yang telah kami
lakukan
dapat disimpulkan bahwa:
a. Theodolit adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
jarak dan
sudut, baik sudut vertikal maupun horizontal. Yang dimaksud
dengan
sudut vertikal adalah sudut yang diukur pada skala tegak
lurus.
Sedangkan sudut horizontal adalah sudut yang diukur pada
skala
mendatar yang dibentuk oleh dua titik pada poligon, sudut yang
terbaca
merupakan nilai dimana theodolit itu ditempatkan.
b. Pengukuran dengan alat theodolit dlakukan untuk mendapatkan
bayangan
keadaan lapangan dengan cara menentukan tempat titik-titik di
atas
permukaan bumi.
c. Untuk mendapatkan hasil yang benar maka hasil pengukuran
sudut, jarak
dan beda tinggi titik harus mendapatkan koreksi dengan ketentuan
tidak
melebihi batas toleransi.
d. Theodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti pesawat
penyifat
datar bila sudutvertikalnya dibuat 90.Dengan adanya teropong
pada
theodolit, maka theodolit dapat dibidikkan kesegala arah.
5.2 Saran
a. Diharapkan kepada para mahasiswa dan mahasiswi untuk
memperhatikan
pada saat asisten menjelaskan dan tidak bermain-main pada
saat
praktikum berlangsung.
b. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan maksimal diperlukan
tingkat
ketelitian yang sangat tinggi.
c. Agar kerja sama yang baik antara asisten dengan mahasiswa
dan
mahasiswi tetap dijaga dan lebih ditingkatkan.
-
26
LAMPIRAN
Kelompok : I (Satu)
Lokasi : Di Bawah Jembatan Lamnyong
Waktu : 08.00 10.00 WIB
No Pembacaan
Sudut Horizontal Sudut Vertikal Dalam Meter
Z BA BB BA-BB Tinggi Alat Z
1 1,08 1,22 0,95 338 50' 40" 90 00' 00" 0,296 1,55 1,08
2 1,19 1,32 1,06 338 58' 40" 90 00' 00" 0,26 1,55 1,19
3 0,43 0,57 0,30 331 00' 10" 90 00' 00" 0,27 1,55 0,43
4 0,42 0,56 0,28 336 47' 40" 90 00' 00" 0,28 1,55 0,42
5 0,49 0,64 0,34 336 37' 10" 90 00' 00" 0,3 1,55 0,49
6 0,43 0,57 0,28 330 47' 20" 90 00' 00" 0,29 1,55 0,43
7 1,26 1,42 1,10 335 32' 30" 90 00' 00" 0,32 1,55 1,26
8 1,27 1,43 1,12 329 35' 40" 90 00' 00" 0,31 1,55 1,27
9 1,22 1,36 1,08 339 45' 20" 90 00' 00" 0,283 1,55 1,22
10 1,26 1,41 1,11 338 48' 10" 90 00' 00" 0,30 1,55 1,26
11 1,27 1,40 1,12 328 54' 20" 90 00' 00" 0,278 1,55 1,27
12 1,38 1,52 1,23 327 44' 20" 90 00' 00" 0,29 1,55 1,38
13 2,70 2,82 2,40 310 04' 00" 87 22' 40" 0,42 1,55 2,70
14 2,25 2,87 2,64 298 47' 10" 87 22' 10" 0,23 1,4 2,25
15 1,44 1,59 1,29 310 08' 40" 86 34' 40" 0,299 1,4 1,44
16 1,485 1,63 1,34 304 30' 30" 86 34' 30" 0,29 1,4 1,485
17 1,97 2,18 1,78 308 35' 00" 86 32' 00" 0,4 1,4 1,97
18 1,97 2,17 1,76 313 28' 00" 86 32' 00" 0,41 1,4 1,97
19 2,65 2,84 2,40 315 14' 50" 87 59' 00" 0,44 1,4 2,65
20 2,59 2,85 2,36 309 40' 20" 88 06' 00" 0,49 1,4 2,59
21 2,55 2,75 2,33 306 45' 20" 88 06' 00" 0,42 1,4 2,55
22 2,75 2,96 2,53 316 47' 10" 88 06' 00" 0,43 1,4 2,75
23 2,34 2,49 2,18 301 00' 50" 87 44' 20" 0,31 1,4 2,34
24 2,33 2,48 2,17 315 46' 30" 87 44' 20" 0,31 1,4 2,33
25 2,42 2,57 2,27 291 48' 40" 87 44' 20" 0,304 1,4 2,42
26 1,08 1,95 0,93 300 43' 30" 90 03' 20" 1,02 1,4 1,08
27 0,55 0,72 0,36 296 49' 40" 90 03' 30" 0,36 1,4 0,55
-
27
Titik Koordinat
Jarak
Vertikal Horizontal
29.6 29.6
26 26
27 27
28 28
30 30
29 29
32 32
31 31
28.3 28.3
30 30
27.8 27.8
29 29
41.956096 41.9122385
22.975774 22.9515728
29.84675 29.7935949
28.946832 28.8937618
39.928763 39.8576521
40.926982 40.8540934
43.972658 43.9453324
48.973061 48.946136
41.976909 41.9538308
42.900424 42.8010786
30.975887 30.9517932
30.975887 30.9517932
28 1,72 1,91 1,55 302 45' 20" 88 03' 50" 0,36 1,4 1,72
29 1,89 2,08 1,67 300 05' 10" 88 03' 50" 0,41 1,4 1,89
30 1,87 2,05 1,66 304 53' 30" 88 03' 20" 0,39 1,4 1,87
31 2,36 2,57 2,15 301 09' 40" 88 03' 20" 0,42 1,4 2,36
32 2,54 2,75 2,33 305 49' 00" 88 03' 20" 0,421 1,4 2,54
33 2,50 2,70 2,30 297 43' 00" 88 03' 30" 0,4 1,4 2,50
34 2,46 2,65 2,28 295 15' 10" 88 03' 30" 0,37 1,4 2,46
-
28
30.376354 30.3527263
102 102
36 36
35.979366 35.9587433
40.9765 40.9530132
38.976479 38.9529726
41.97467 41.9493551
42.07461 42.0492345
39.975876 39.9517668
36.977685 36.9553843
-
29
Foto Tempat dilakukannya Pengukuran Theodolit
1) Gundukan Pertama
2) Gundukan Kedua
-
30
3) Gundukan Ketiga
-
31
DAFTAR PUSTAKA
Grup XIII. 2009. Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Fakultas
Teknik
Universitas Syiah Kuala: Banda Aceh.
Fran Septian. Alat Theodolit. Fran Dim Septian Blog
(http://Frandimseptian.blogspot.com/., diakses 20 Desember 2014
Pkl.
11.00 WIB)
Frick, Heinz. 1979.Ilmu Ukur Tanah. Kanisius: Jakarta.
Junita. 2012. Dasar Dasar Theodolite. Junita Torro Datu.
(http://nheyta.blogspot.com/., diakses 20 Desember 201 Pkl.
11.25 WIB)
Rikky Putra. 2010. Pengenalan Theodolit. Rikkyputras Blog
(http://rikkyputra.wordpress.com/., diakses 20 Desember 2014
Pkl. 10.00
WIB)
Sosrodarsono, Suyono. 1983.Pengukuran Topografi dan Teknik
Pemetaan. PT
Pradnya Paramita: Jakarta.
Ukur Tanah Dasar. Building Of Generation
(http://building-generation.blogspot.com/., diakses 28 Desember
2013 Pkl.
11.00 WIB)
Zul Zulaidy. 2012. Pengukuran Beda Tinggi.
(http://zulzulaidy.blogspot.com/.,
diakses 10 Desember 2014 Pkl. 11.30 WIB)