kLIPING sejarah Indonesia Oleh: 1. Riana ayudisti 2. Ismawati 3. Tintin 4. Sandi rusmana 5. Jidan bana 6. Tarpiansyah Oleh kelas X PM 1 tahun ajaran 2014/2015 SMK NEGERI RAJAPOLAH
kLIPING
sejarah Indonesia
Oleh:
1. Riana ayudisti
2. Ismawati
3. Tintin
4. Sandi rusmana
5. Jidan bana
6. Tarpiansyah
Oleh kelas X PM 1 tahun ajaran 2014/2015
SMK NEGERI RAJAPOLAH
Candi Borobudur
Borobudur merupakan candi terbesar di Indonesia. Candi
Borobudur menjadi obyek wisata yang ramai dikunjungi, juga
menjadi pusat ibadah bagi penganut Buddha di Indonesia khususnya
pada setiap perayaan Waisak. Hal ini sesuai dengan arti namanya
yaitu "biara di perbukitan". Saat ini Borobudur ditetapkan
sebagai salah satu Warisan Dunia UNESCO. Borobudur adalah
candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat
daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi
ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayanasekitar
tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.
Candi Prambanan
Candi Rara Jonggrang atau Lara Jonggrang yang terletak
di Prambanan adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia.
Candi ini terletak di pulau Jawa, kurang lebih 20 km
timur Yogyakarta, 40 km barat Surakarta dan 120 km
selatan Semarang, persis di perbatasan antaraprovinsi Jawa
Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Rara Jonggrang
terletak di desa Prambanan yang wilayahnya dibagi antara
kabupaten Sleman dan Klaten. Candi ini dibangun pada sekitar
tahun 850 Masehi oleh salah seorang dari kedua orang ini,
yakni: Rakai Pikatan, raja kedua wangsa Mataram I atau Balitung
Maha Sambu, semasa wangsa Sanjaya. Tidak lama setelah dibangun,
candi ini ditinggalkan dan mulai rusak.
Candi Pandawa Lima
Disini terdapat situs reruntuhan candi purbakala hindu yang
konon dibangun bersamaan dengan zaman dengan dibangunnya Candi
Borobudur, sekitar abad ke-8 Masehi, dulu merupakan pusat
penyebaran agama Hindu pertama di Jawa Tengah. Para ahli arkeolog
yakin komunitas hindu didataran tinggi dieng adalah awal lahirnya
Dinasty Syailendra yang pada jamannya membangun candi yang
monumental dalam sejarah. Selain reruntuhan candi kita juga
menemukan reruntuhan sisa – sisa kerajaan masa lampau. Yang unik,
candi-candi disekitar dieng ini dinamai tokoh-tokoh pewayangan
Pandawa Lima. Untuk itu candi ini dinamakan Candi Pandawa Lima.
Candi Kalasan
Candi Kalasan atau Candi Kalibening[1] merupakan
sebuah candi yang dikategorikan sebagai candi
umat Buddha terdapat di desa Kalasan, kabupaten Sleman,
provinsi Yogyakarta, Indonesia. 7°46′2.33″S 110°28′20.04″E
Candi ini memiliki 52 stupa dan berada di sisi jalan raya
antara Yogyakarta dan Solo serta sekitar 2 km dari candi
Prambanan. Pada awalnya hanya candi Kalasan ini yang ditemukan
pada kawasan situs ini, namun setelah digali lebih dalam maka
ditemukan lebih banyak lagi bangunan bangunan pendukung di
sekitar candi ini. Selain candi Kalasan dan bangunan - bangunan
pendukung lainnya ada juga tiga buah candi kecil di luar bangunan
candi utama, berbentuk stupa. Berdasarkan prasasti
Kalasan bertarikh 778 yang ditemukan tidak jauh dari candi ini
menyebutkan tentang pendirian bangunan suci untuk
menghormatiBodhisattva wanita, Tarabhawana dan
sebuah vihara untuk para pendeta.[2][1] Penguasa yang memerintah
pembangunan candi ini bernama Maharaja Tejapurnapana
Panangkaran (Rakai Panangkaran) dari keluarga Syailendra.
Kemudian dengan perbandingan dari manuskrip pada prasasti
Kelurak tokoh ini dapat diidentifikasikan
dengan Dharanindra[3] atau dengan prasasti Nalanda adalah ayah
dari Samaragrawira[4]. Sehingga candi ini dapat menjadi bukti
kehadiran Wangsa Syailendra,
penguasa Sriwijaya di Sumatera atas Jawa. Pada bagian selatan
candi terdapat dua relief Bodhisattva, sementara pada atapnya
terdiri dari 3 tingkat. Atap paling atas terdapat 8 ruang, atap
tingkat dua berbentuk segi 8, sedangkan atap paling bawah
sebangun dengan candi berbentuk persegi 20 yang dilengkapi kamar-
kamar setiap sisinya.
Candi Dieng
Candi Dieng berada di dataran tinggi Dieng yang dianggap
merupakan suatu tempat yang memiliki kekuatan misterius sebagai
tempat bersemayamnya arwah para leluhur, sehingga tempat ini
dianggap suci. Dieng berasal dari kata Dihyang yang artinya
tempat arwah para leluhur. Terdapat beberapa komplek candi di
daerah ini, komplek Candi Dieng dibangun pada masa agama Hindu,
dengan peninggalan Arca Dewa Siwa,Wisnu, Agastya, Ganesha dan
lain-lainya bercirikan Agama Hindu.
Candi Cetha
Candi Cetha merupakan sebuah candi bercorak agama
Hindu peninggalan masa akhir pemerintahan Majapahit (abad ke-15).
Laporan ilmiah pertama mengenainya dibuat oleh Van de Vlies pada
1842. A.J. Bernet Kempers juga melakukan penelitian mengenainya.
Ekskavasi (penggalian) untuk kepentingan rekonstruksi dilakukan
pertama kali pada tahun 1928 oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda.
Berdasarkan keadaannya ketika reruntuhannya mulai diteliti, candi
ini memiliki usia yang tidak jauh dengan Candi Sukuh. Lokasi
candi berada di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan
Jenawi, Kabupaten Karanganyar, pada ketinggian 1400m di atas
permukaan laut. Sampai saat ini, komplek candi digunakan oleh
penduduk setempat yang beragama Hindu sebagai tempat pemujaan dan
populer sebagai tempat pertapaan bagi kalangan penganut agama
asli Jawa/Kejawen.
Candi Pawon
Candi Pawon adalah nama sebuah candi. Candi Pawon dipugar
tahun 1903. Nama Candi Pawon tidak dapat diketahui secara pasti
asal-usulnya. J.G. de Casparis menafsirkan bahwa Pawon berasal
dari bahasa Jawa Awu yang berarti abu, mendapat awalan pa dan
akhiran an yang menunjukkan suatu tempat. Dalam bahasa Jawa
sehari-hari kata pawon berarti dapur, akan tetapi De Casparis
mengartikan perabuan. Penduduk setempat juga menyebutkan candi
Pawon dengan nama Bajranalan. Kata ini mungkin berasal dari
kata Sansekerta vajra = "halilintar" dan anala = "api". Di dalam
bilik candi ini sudah tidak ditemukan lagi arca sehingga sulit
untuk mengidentifikasikannya lebih jauh. Suatu hal yang menarik
dari Candi Pawon ini adalah ragam hiasnya. Dinding-dinding luar
candi dihias dengan relief pohon hayati (kalpataru) yang diapit
pundi-pundi dan kinara-kinari(mahluk setengah manusia setengah
burung/berkepala manusia berbadan burung). Letak Candi Pawon ini
berada di antara candi Mendut dan candi Borobudur, tepat berjarak
1750 meter dari candi Borobudur dan 1150 m dari Candi Mendut.
7°36′21.98″S 110°13′10.3″E
Candi Brahma
CANDI BRAHMA terletak di sebelah candi Siwa, bentuk dan
ukurannya lebih kecil. Luas dasarnya 20 meter persegi dan
tingginya 37 meter. Ditinjau dari segi arsitektur seperti halnya
candi SIwa candi ini juga terdiri dari tiga bagian yaitu kaki,
badan dan atap candi. Kaki candi yang tingginya 3,30 m mempunyai
hiasan yaitu sebuah relung yang berisi motif prambanan, berupa
singa diapit oleh dua pohon kalpataru penuh dengan bunga-bunga
teratai biru, putih dan merah yang di bawahnya ada kinara dan
kinari (makhluk setengah manusia setengah dewa).
Candi Sambisari
Candi Sambisari adalah candi Hindu (Siwa) yang berada kira-
kira 12 km di sebelah timur kota Yogyakarta ke arah
kota Solo atau kira-kira 4 km sebelum kompleks candi Prambanan.
Candi ini dibangun pada abad ke 9 pada masa pemerintahan
raja Rakai Garung di zaman kerajaan Mataram Kuno. Posisi Candi
Sambisari terletak 6,5 meter di bawah permukaan tanah,
kemungkinan besar karena tertimbun lahar dari Gunung Merapi yang
meletus secara besar-besaran pada awal abad ke-11 (kemungkinan
tahun 1006). Hal ini terlihat dari banyaknya batu
material volkanik di sekitar candi. Dengan dikelilingi oleh
tembok candi yang asli dengan ukuran 50 m x 48 m, kompleks ini
mempunyai candi utama didampingi oleh tiga candi perwara
(pendamping). Di dalam candi ini terdapat patung Durga (di
sebelah utara), patung Ganesha (sebelah timur), patung Siwa
Agastya(sebelah selatan), dan di sebelah barat terdapat dua
patung dewa penjaga pintu: Mahakala dan Nadisywara. Di dalam
candi utama terdapat patungLingga dan Yoni dengan ukuran cukup
besar. Pada saat penggalian, benda-benda bersejarah, di antaranya
beberapa tembikar, perhiasan, cermin logam serta prasasti
lempengan emas juga ditemukan. Candi ini ditemukan pada tahun
1966 oleh seorang petani di Desa Sambisari yang diabadikan
menjadi nama candi tersebut, dan dipugar pada tahun 1986 oleh
Dinas Purbakala.
Candi Banyunibo
Candi Banyunibo (yang berarti air jatuh-menetes dalam bahasa
Jawa) adalah candi Buddha yang berada tidak jauh dari Candi Ratu
Boko, yaitu di bagian sebelah timur dari kota Yogyakarta ke arah
kota Wonosari. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-9 pada
saat zaman Kerajaan Mataram Kuno. Pada bagian atas candi ini
terdapat sebuah stupa yang merupakan ciri khas agama Buddha.
Keadaan dari candi ini terlihat masih cukup kokoh dan utuh dengan
ukiran relief kala-makara dan bentuk relief lainnya yang masih
nampak sangat jelas. Candi yang mempunyai bagian ruangan tengah
ini pertama kali ditemukan dan diperbaiki kembali pada tahun
1940-an, dan sekarang berada di tengah wilayah persawahan.
Candi Gedong Songo
Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek
bangunan candi peninggalan budaya Hindu yang terletak di Desa
Candi, Kecamatan Bandungan,Kabupaten Semarang, Jawa
Tengah, Indonesia tepatnya di lereng Gunung Ungaran. Di kompleks
candi ini terdapat sembilan buah candi. Candi ini diketemukan
oleh Raffles pada tahun 1804 dan merupakan peninggalan budaya
Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927 masehi).
Candi ini memiliki persamaan dengan kompleks Candi
Dieng di Wonosobo. Candi ini terletak pada ketinggian sekitar
1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu udara disini cukup
dingin (berkisar antara 19-27 °C). Lokasi 9 candi yang tersebar
di lereng Gunung Ungaran ini memiliki pemandangan alam yang
indah. Di sekitar lokasi juga terdapat hutan pinus yang tertata
rapi serta mata air yang mengandung belerang.
Candi Plaosan
Candi Plaosan adalah sebutan untuk kompleks percandian yang
terletak
di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Kl
aten,Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Candi ini terletak kira-
kira satu kilometer ke arah timur-laut dari Candi Sewu atau Candi
Prambanan. Adanya kemuncak stupa, arca Buddha, serta candi-candi
perwara (pendamping/kecil) yang berbentuk stupa menandakan bahwa
candi-candi tersebut adalah candi Buddha. Kompleks ini dibangun
pada abad ke-9 oleh Raja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan pada
zaman Kerajaan Medang, atau juga dikenal dengan nama Kerajaan
Mataram Kuno. Kompleks Candi Plaosan terdiri atas Candi Plaosan
Lor dan Candi Plaosan Kidul.
Candi Badut
Candi Badut terletak di kawasan Tidar, Arah
ITN[institutTeknologi Nasional] ke barat kota Malang. Dapat
ditempuh dengan kendaraan umum jurusan Tidar. Lokasinya bisa
dilihat di Wikimapia [1]. Candi ini diperkirakan berusia lebih
dari 1400 tahun dan diyakini adalah peninggalan Prabu Gajayana,
penguasa kerajaan Kanjuruhan sebagaimana yang termaktub dalam
prasasti Dinoyo bertahun 760 Masehi. Kata Badut di sini berasal
dari bahasa sansekerta “Bha-dyut” yang berarti sorot Bintang
Canopus atau Sorot Agastya. Hal itu terlihat pada ruangan induk
candi yang berisi sebuah pasangan arca tidak nyata dari Siwa dan
Parwati dalam bentuk lingga dan yoni. Pada bagian dinding luar
terdapat relung-relung yang berisi arca Mahakal dan Nadiswara.
Pada relung utara terdapat arca Durga Mahesasuramardhini. Relung
timur terdapat arca Ganesha. Dan disebelah Selatan terdapat arca
Agastya yakni Syiwa sebagai Mahaguru. Namun di antara semua arca
itu hanya arca Durga Mahesasuramardhini saja yang tersisa. Candi
ini ditemukan pada tahun 1921 dimana bentuknya pada saat itu
hanya berupa gundukan bukit batu, reruntuhan dan tanah. Orang
pertama yang memberitakan keberadaan Candi Badut adalah Maureen
Brecher, seorang kontrolir bangsa Belanda yang bekerja di Malang.
Candi Badut dibangun kembali pada tahun 1925-1927 di bawah
pengawasan B. De Haan dari Jawatan Purbakala Hindia Belanda. Dari
hasil penggalian yang dilakukan pada saat itu diketahui bahwa
bangunan candi telah runtuh sama sekali, kecuali bagian kaki yang
masih dapat dilihat susunannya.
Candi Gebang
Candi Gebang adalah candi Hindu yang berada di dusun Gebang,
kelurahan Wedomartani, Ngemplak, Sleman, DIY. Candi yang
ditemukan pada tahun 1936 ini diperkirakan dibangun pada sekitar
abad ke-8 M pada saat wangsa Sanjaya berkuasa di zaman Kerajaan
Mataram Kuno. Candi yang dipugar oleh Van Romondt tahun 1937-
1939 ini mempunyai ukuran kira-kira 5 x 5 meter dengan tinggi 8
meter. Candi Gebang mempunyai puncak berbentuk lingga, dan pada
relung sebelah barat dan timur terdapat
arca Ganesa, Nandiswara dan yoni.
Candi Mendut
Candi Mendut adalah sebuah candi berlatar belakang
agama Buddha. Candi ini terletak di desa Mendut,
kecamatan Mungkid, Kota Mungkid,Kabupaten Magelang, Jawa Tengah,
beberapa kilometer dari candi Borobudur.
7°36′17.17″S 110°13′48.01″E. Reruntuhan candi Mendut sebelum
dipugar, tahun 1880. Candi Mendut didirikan semasa
pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam
prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa
raja Indra telah membangun bangunan suci bernama wenuwana yang
artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda
bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi
Mendut
Candi Lumbung
Candi Lumbung adalah candi Buddha yang berada di dalam
kompleks Taman Wisata Candi Prambanan, yaitu di sebelah candi
Bubrah. Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada abad ke-9 pada
zaman Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini merupakan kumpulan dari
satu candi utama (bertema bangunan candi Buddha) yang dikelilingi
oleh 16 buah candi kecil yang keadaannya masih relatif cukup
bagus.
Candi Sukuh
Candi Sukuh adalah sebuah kompleks candi agama Hindu yang
terletak di Kabupaten Karanganyar, eks Karesidenan
Surakarta, Jawa Tengah. Candi ini dikategorikan sebagai candi
Hindu karena ditemukannya obyek pujaan lingga dan yoni. Candi ini
digolongkan kontroversial karena bentuknya yang kurang lazim dan
karena banyaknya obyek-obyek lingga dan yoni yang
melambangkan seksualitas. Candi Sukuh telah diusulkan
ke UNESCO untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia sejak
tahun 1995.
Candi Pari
Candi Pari adalah sebuah candi yang terletak sekitar 2 km ke
arah barat laut pusat semburan lumpur PT Lapindo Brantas saat
ini. Candi ini berada di Desa Candi
Pari, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur.
Candi ini merupakan suatu bangunan persegi empat dari batu bata,
menghadap ke barat dengan ambang serta tutup gerbang dari batu
andesit batu alam. Dahulu, diatas gerbang ada batu dengan angka
tahun 1293 Saka = 1371 Masehi. Merupakan peninggalan
zaman Majapahit di masa pemerintahan PrabuHayam Wuruk 1350-1389
M.
Candi Brahu
Candi Brahu merupakan salah satu candi yang terletak di Jawa
Timur. Lokasi persisnya ada di Dukuh Jamu Mente, Desa Bejijong
atau sekitar 2 kilometer dari jalan raya Mojokerto, Jombang.
Candi ini terletak di dalam kawasan situs arkeologi Trowulan,
bekas ibu kotaMajapahit. Candi Brahu dibangun dari batu bata
merah, dibangun di atas sebidang tanah menghadap ke arah barat
dan berukuran panjang sekitar 22,5 m, dengan lebar 18 m, dan
punya ketinggian 20 meter. Candi Brahu dibangun dengan gaya dan
kultur Budha. Candi ini didirikan pada abad 15 Masehi namun
terdapat perbedaan pendapat. Ada yang mengatakan candi ini
berusia jauh lebih tua ketimbang candi lain di sekitar Trowulan.
Candi Sari Wringin Branjang
Candi Wringin Branjang adalah sebuah candi terletak di Desa
Gadungan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Candi ini letaknya masih satu kompleks dengan Situs Gadungan,
jaraknya sekitar 100 m di sebelah barat Situs Gadungan I. Candi
yang terbuat dari batu andesit ini memiliki bentuk yang sangat
sederhana. Struktur bangunannya tidak memiliki kaki candi, tetapi
hanya mempunyai tubuh dan atap candi saja, dengan ukuran panjang
400 cm, lebar 300 cm dan tingginya 500 cm. Sedangkan pintu
masuknya berukuran lebar 100 cm, tingginya 200 cm dan menghadap
ke arah selatan. Pada bagian dinding tidak terdapat relief atau
hiasan lainnya, tetapi dinding-dinding ini memiliki
lubang ventilasi yang sederhana. Bentuk atap candi menyerupai
atap rumah biasa, dan diduga bangunan candi ini merupakan tempat
penyimpanan alat-alat upacara dari zaman Kerajaan Majapahit yakni
pada abad ke 15 M.
Candi Ajuna
Candi Arjuna adalah sebuah kompleks candi Hindu peninggalan
dari abad ke-7-8 yang terletak di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten
Banjarnegara, Jawa Tengah, Indonesia. Dibangun pada tahun 809,
Candi Arjuna merupakan salah satu dari delapan kompleks candi
yang ada di Dieng. Ketujuh candi lainnya
adalah Semar,Gatotkaca, Puntadewa, Srikandi, Sembadra, Bima dan D
warawati. Lokasi di Wikimapia [1]. Di kompleks candi ini terdapat
19 candi namun hanya 8 yang masih berdiri. Bangunan-bangunan
candi ini saat ini dalam kondisi yang memprihatinkan. Batu-batu
candi ada yang telah rontok, sementara di beberapa bagian
bangunan ini terlihat retakan yang memanjang selebar 5 cm. Selain
itu, bangunan ini sudah mulai miring ke arah barat. Fondasi
timurnya telah amblas sekitar 15 hingga 20 cm. Lingkungan sekitar
candi juga tidak mendukung pemeliharaan. Lahannya sudah lama
digarap penduduk untuk lahan pertanian tanaman kentang, sayur-
mayur, dan bunga-bungaan.
Candi Plumbangan
Candi Plumbangan adalah sebuah candi yang terletak di Desa
Plumbangan, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Bentuk
bangunan candi ini berupa pintu gerbang paduraksa dengan puncak
berbentuk kubus. Pintu gerbang ini terbuat dari batu andesit,
dengan ukuran panjang 4.09 m, lebar 2,27 m dan tingginya 5,6 m.
Pintu gerbang memiliki sayap pada kanan kirinya dan tidak
mempunyai relief, namun hanya mempunyai pelipit garis saja. Pada
bagian atas ambang pintu terdapat pahatan angka tahun
1312 Saka (1390 M). Secara umum kondisi candi saat ini masih
cukup terawat.
Candi Sewu
Candi Sewu adalah candi Buddha yang dibangun pada abad ke-8
yang berjarak hanya delapan ratus meter di sebelah utara candi
Prambanan. Candi Sewu merupakan komplek candi Buddha terbesar
kedua setelah candi Borobudur di Jawa Tengah. Candi Sewu berusia
lebih tua daripada candi Prambanan. Meskipun aslinya terdapat 249
candi, oleh masyarakat setempat candi ini dinamakan Candi "Sewu"
yang berarti "seribu" dalam bahasa Jawa. Penamaan ini berdasarkan
kisah legenda Loro Jonggrang.
Candi Ngawen
Candi Ngawen adalah candi Buddha yang berada kira-kira 5 km
sebelum candi Mendut dari arah Yogyakarta, yaitu di desa Ngawen,
kecamatan Muntilan, Magelang. Menurut perkiraan, candi ini
dibangun oleh wangsa Syailendra pada abad ke-8 pada
zaman Kerajaan Mataram Kuno. Keberadaan candi Ngawen ini
kemungkinan besar adalah yang tersebut dalam prasasti Karang
Tengah pada tahun 824 M. Candi ini terdiri dari 5 buah candi
kecil, dua di antaranya mempunyai bentuk yang berbeda dengan
dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Sebuah patung
Buddha dengan posisi duduk Ratnasambawa yang sudah tidak ada
kepalanya nampak berada pada salah satu candi lainnya.
Beberapa reliefpada sisi candi masih nampak cukup jelas, di
antaranya adalah ukiran Kinnara, Kinnari, dan kala-makara.