Top Banner
kLIPING sejarah Indonesia Oleh: 1. Riana ayudisti 2. Ismawati 3. Tintin 4. Sandi rusmana 5. Jidan bana 6. Tarpiansyah Oleh kelas X PM 1 tahun ajaran 2014/2015 SMK NEGERI RAJAPOLAH
22

kLIPING sejarah Indonesia

Mar 01, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: kLIPING sejarah Indonesia

kLIPING

sejarah Indonesia

Oleh:

1. Riana ayudisti

2. Ismawati

3. Tintin

4. Sandi rusmana

5. Jidan bana

6. Tarpiansyah

Oleh kelas X PM 1 tahun ajaran 2014/2015

SMK NEGERI RAJAPOLAH

Page 2: kLIPING sejarah Indonesia

Candi Borobudur

Borobudur merupakan candi terbesar di Indonesia. Candi

Borobudur menjadi obyek wisata yang ramai dikunjungi, juga

menjadi pusat ibadah bagi penganut Buddha di Indonesia khususnya

pada setiap perayaan Waisak. Hal ini sesuai dengan arti namanya

yaitu "biara di perbukitan". Saat ini Borobudur ditetapkan

sebagai salah satu Warisan Dunia UNESCO. Borobudur adalah

candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat

daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi

ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayanasekitar

tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.

Candi Prambanan

Page 3: kLIPING sejarah Indonesia

Candi Rara Jonggrang atau Lara Jonggrang yang terletak

di Prambanan adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia.

Candi ini terletak di pulau Jawa, kurang lebih 20 km

timur Yogyakarta, 40 km barat Surakarta dan 120 km

selatan Semarang, persis di perbatasan antaraprovinsi Jawa

Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Rara Jonggrang

terletak di desa Prambanan yang wilayahnya dibagi antara

kabupaten Sleman dan Klaten. Candi ini dibangun pada sekitar

tahun 850 Masehi oleh salah seorang dari kedua orang ini,

yakni: Rakai Pikatan, raja kedua wangsa Mataram I atau Balitung

Maha Sambu, semasa wangsa Sanjaya. Tidak lama setelah dibangun,

candi ini ditinggalkan dan mulai rusak.

Candi Pandawa Lima

Disini terdapat situs reruntuhan candi purbakala hindu yang

konon dibangun bersamaan dengan zaman dengan dibangunnya Candi

Page 4: kLIPING sejarah Indonesia

Borobudur, sekitar abad ke-8 Masehi, dulu merupakan pusat

penyebaran agama Hindu pertama di Jawa Tengah. Para ahli arkeolog

yakin komunitas hindu didataran tinggi dieng adalah awal lahirnya

Dinasty Syailendra yang pada jamannya membangun candi yang

monumental dalam sejarah. Selain reruntuhan candi kita juga

menemukan reruntuhan sisa – sisa kerajaan masa lampau. Yang unik,

candi-candi disekitar dieng ini dinamai tokoh-tokoh pewayangan

Pandawa Lima. Untuk itu candi ini dinamakan Candi Pandawa Lima.

Candi Kalasan

Candi Kalasan atau Candi Kalibening[1] merupakan

sebuah candi yang dikategorikan sebagai candi

umat Buddha terdapat di desa Kalasan, kabupaten Sleman,

provinsi Yogyakarta, Indonesia.  7°46′2.33″S 110°28′20.04″E

Candi ini memiliki 52 stupa dan berada di sisi jalan raya

antara Yogyakarta dan Solo serta sekitar 2 km dari candi

Prambanan. Pada awalnya hanya candi Kalasan ini yang ditemukan

pada kawasan situs ini, namun setelah digali lebih dalam maka

Page 5: kLIPING sejarah Indonesia

ditemukan lebih banyak lagi bangunan bangunan pendukung di

sekitar candi ini. Selain candi Kalasan dan bangunan - bangunan

pendukung lainnya ada juga tiga buah candi kecil di luar bangunan

candi utama, berbentuk stupa. Berdasarkan prasasti

Kalasan bertarikh 778 yang ditemukan tidak jauh dari candi ini

menyebutkan tentang pendirian bangunan suci untuk

menghormatiBodhisattva wanita, Tarabhawana dan

sebuah vihara untuk para pendeta.[2][1] Penguasa yang memerintah

pembangunan candi ini bernama Maharaja Tejapurnapana

Panangkaran (Rakai Panangkaran) dari keluarga Syailendra.

Kemudian dengan perbandingan dari manuskrip pada prasasti

Kelurak tokoh ini dapat diidentifikasikan

dengan Dharanindra[3] atau dengan prasasti Nalanda adalah ayah

dari Samaragrawira[4]. Sehingga candi ini dapat menjadi bukti

kehadiran Wangsa Syailendra,

penguasa Sriwijaya di Sumatera atas Jawa. Pada bagian selatan

candi terdapat dua relief Bodhisattva, sementara pada atapnya

terdiri dari 3 tingkat. Atap paling atas terdapat 8 ruang, atap

tingkat dua berbentuk segi 8, sedangkan atap paling bawah

sebangun dengan candi berbentuk persegi 20 yang dilengkapi kamar-

kamar setiap sisinya.

Candi Dieng

Page 6: kLIPING sejarah Indonesia

Candi Dieng berada di dataran tinggi Dieng  yang dianggap

merupakan suatu tempat yang memiliki kekuatan misterius sebagai

tempat bersemayamnya arwah para leluhur, sehingga tempat ini

dianggap suci. Dieng berasal dari kata Dihyang yang artinya

tempat arwah para leluhur. Terdapat beberapa komplek candi di

daerah ini, komplek Candi Dieng dibangun pada masa agama Hindu,

dengan peninggalan Arca Dewa Siwa,Wisnu, Agastya, Ganesha dan

lain-lainya bercirikan Agama Hindu.

Candi Cetha

Candi Cetha merupakan sebuah candi bercorak agama

Hindu peninggalan masa akhir pemerintahan Majapahit (abad ke-15).

Laporan ilmiah pertama mengenainya dibuat oleh Van de Vlies pada

1842. A.J. Bernet Kempers juga melakukan penelitian mengenainya.

Ekskavasi (penggalian) untuk kepentingan rekonstruksi dilakukan

pertama kali pada tahun 1928 oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda.

Berdasarkan keadaannya ketika reruntuhannya mulai diteliti, candi

Page 7: kLIPING sejarah Indonesia

ini memiliki usia yang tidak jauh dengan Candi Sukuh. Lokasi

candi berada di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan

Jenawi, Kabupaten Karanganyar, pada ketinggian 1400m di atas

permukaan laut. Sampai saat ini, komplek candi digunakan oleh

penduduk setempat yang beragama Hindu sebagai tempat pemujaan dan

populer sebagai tempat pertapaan bagi kalangan penganut agama

asli Jawa/Kejawen.

Candi Pawon

Candi Pawon adalah nama sebuah candi. Candi Pawon dipugar

tahun 1903. Nama Candi Pawon tidak dapat diketahui secara pasti

asal-usulnya. J.G. de Casparis menafsirkan bahwa Pawon berasal

dari bahasa Jawa Awu yang berarti abu, mendapat awalan pa dan

akhiran an yang menunjukkan suatu tempat. Dalam bahasa Jawa

sehari-hari kata pawon berarti dapur, akan tetapi De Casparis

mengartikan perabuan. Penduduk setempat juga menyebutkan candi

Pawon dengan nama Bajranalan. Kata ini mungkin berasal dari

kata Sansekerta vajra = "halilintar" dan anala = "api". Di dalam

bilik candi ini sudah tidak ditemukan lagi arca sehingga sulit

untuk mengidentifikasikannya lebih jauh. Suatu hal yang menarik

dari Candi Pawon ini adalah ragam hiasnya. Dinding-dinding luar

candi dihias dengan relief pohon hayati (kalpataru) yang diapit

Page 8: kLIPING sejarah Indonesia

pundi-pundi dan kinara-kinari(mahluk setengah manusia setengah

burung/berkepala manusia berbadan burung). Letak Candi Pawon ini

berada di antara candi Mendut dan candi Borobudur, tepat berjarak

1750 meter dari candi Borobudur dan 1150 m dari Candi Mendut. 

7°36′21.98″S 110°13′10.3″E

Candi Brahma

CANDI BRAHMA terletak di sebelah candi Siwa, bentuk dan

ukurannya lebih kecil. Luas dasarnya 20 meter persegi dan

tingginya 37 meter. Ditinjau dari segi arsitektur seperti halnya

candi SIwa candi ini juga terdiri dari tiga bagian yaitu kaki,

badan dan atap candi. Kaki candi yang tingginya 3,30 m mempunyai

hiasan yaitu sebuah relung yang berisi motif prambanan, berupa

singa diapit oleh dua pohon kalpataru penuh dengan bunga-bunga

teratai biru, putih dan merah yang di bawahnya ada kinara dan

kinari (makhluk setengah manusia setengah dewa).

Candi Sambisari

Page 9: kLIPING sejarah Indonesia

Candi Sambisari adalah candi Hindu (Siwa) yang berada kira-

kira 12 km di sebelah timur kota Yogyakarta ke arah

kota Solo atau kira-kira 4 km sebelum kompleks candi Prambanan.

Candi ini dibangun pada abad ke 9 pada masa pemerintahan

raja Rakai Garung di zaman kerajaan Mataram Kuno. Posisi Candi

Sambisari terletak 6,5 meter di bawah permukaan tanah,

kemungkinan besar karena tertimbun lahar dari Gunung Merapi yang

meletus secara besar-besaran pada awal abad ke-11 (kemungkinan

tahun 1006). Hal ini terlihat dari banyaknya batu

material volkanik di sekitar candi. Dengan dikelilingi oleh

tembok candi yang asli dengan ukuran 50 m x 48 m, kompleks ini

mempunyai candi utama didampingi oleh tiga candi perwara

(pendamping). Di dalam candi ini terdapat patung Durga (di

sebelah utara), patung Ganesha (sebelah timur), patung Siwa

Agastya(sebelah selatan), dan di sebelah barat terdapat dua

patung dewa penjaga pintu: Mahakala dan Nadisywara. Di dalam

candi utama terdapat patungLingga dan Yoni dengan ukuran cukup

besar. Pada saat penggalian, benda-benda bersejarah, di antaranya

beberapa tembikar, perhiasan, cermin logam serta prasasti

lempengan emas juga ditemukan. Candi ini ditemukan pada tahun

1966 oleh seorang petani di Desa Sambisari yang diabadikan

Page 10: kLIPING sejarah Indonesia

menjadi nama candi tersebut, dan dipugar pada tahun 1986 oleh

Dinas Purbakala.

Candi Banyunibo

Candi Banyunibo (yang berarti air jatuh-menetes dalam bahasa

Jawa) adalah candi Buddha yang berada tidak jauh dari Candi Ratu

Boko, yaitu di bagian sebelah timur dari kota Yogyakarta ke arah

kota Wonosari. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-9 pada

saat zaman Kerajaan Mataram Kuno. Pada bagian atas candi ini

terdapat sebuah stupa yang merupakan ciri khas agama Buddha.

Keadaan dari candi ini terlihat masih cukup kokoh dan utuh dengan

ukiran relief kala-makara dan bentuk relief lainnya yang masih

nampak sangat jelas. Candi yang mempunyai bagian ruangan tengah

ini pertama kali ditemukan dan diperbaiki kembali pada tahun

1940-an, dan sekarang berada di tengah wilayah persawahan.

Candi Gedong Songo

Page 11: kLIPING sejarah Indonesia

Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek

bangunan candi peninggalan budaya Hindu yang terletak di Desa

Candi, Kecamatan Bandungan,Kabupaten Semarang, Jawa

Tengah, Indonesia tepatnya di lereng Gunung Ungaran. Di kompleks

candi ini terdapat sembilan buah candi. Candi ini diketemukan

oleh Raffles pada tahun 1804 dan merupakan peninggalan budaya

Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927 masehi).

Candi ini memiliki persamaan dengan kompleks Candi

Dieng di Wonosobo. Candi ini terletak pada ketinggian sekitar

1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu udara disini cukup

dingin (berkisar antara 19-27 °C). Lokasi 9 candi yang tersebar

di lereng Gunung Ungaran ini memiliki pemandangan alam yang

indah. Di sekitar lokasi juga terdapat hutan pinus yang tertata

rapi serta mata air yang mengandung belerang.

Candi Plaosan

Page 12: kLIPING sejarah Indonesia

Candi Plaosan adalah sebutan untuk kompleks percandian yang

terletak

di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Kl

aten,Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Candi ini terletak kira-

kira satu kilometer ke arah timur-laut dari Candi Sewu atau Candi

Prambanan. Adanya kemuncak stupa, arca Buddha, serta candi-candi

perwara (pendamping/kecil) yang berbentuk stupa menandakan bahwa

candi-candi tersebut adalah candi Buddha. Kompleks ini dibangun

pada abad ke-9 oleh Raja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan pada

zaman Kerajaan Medang, atau juga dikenal dengan nama Kerajaan

Mataram Kuno. Kompleks Candi Plaosan terdiri atas Candi Plaosan

Lor dan Candi Plaosan Kidul.

Candi Badut

Page 13: kLIPING sejarah Indonesia

Candi Badut terletak di kawasan Tidar, Arah

ITN[institutTeknologi Nasional] ke barat kota Malang. Dapat

ditempuh dengan kendaraan umum jurusan Tidar. Lokasinya bisa

dilihat di Wikimapia [1]. Candi ini diperkirakan berusia lebih

dari 1400 tahun dan diyakini adalah peninggalan Prabu Gajayana,

penguasa kerajaan Kanjuruhan sebagaimana yang termaktub dalam

prasasti Dinoyo bertahun 760 Masehi. Kata Badut di sini berasal

dari bahasa sansekerta “Bha-dyut” yang berarti sorot Bintang

Canopus atau Sorot Agastya. Hal itu terlihat pada ruangan induk

candi yang berisi sebuah pasangan arca tidak nyata dari Siwa dan

Parwati dalam bentuk lingga dan yoni. Pada bagian dinding luar

terdapat relung-relung yang berisi arca Mahakal dan Nadiswara.

Pada relung utara terdapat arca Durga Mahesasuramardhini. Relung

timur terdapat arca Ganesha. Dan disebelah Selatan terdapat arca

Agastya yakni Syiwa sebagai Mahaguru. Namun di antara semua arca

itu hanya arca Durga Mahesasuramardhini saja yang tersisa. Candi

ini ditemukan pada tahun 1921 dimana bentuknya pada saat itu

hanya berupa gundukan bukit batu, reruntuhan dan tanah. Orang

pertama yang memberitakan keberadaan Candi Badut adalah Maureen

Brecher, seorang kontrolir bangsa Belanda yang bekerja di Malang.

Candi Badut dibangun kembali pada tahun 1925-1927 di bawah

pengawasan B. De Haan dari Jawatan Purbakala Hindia Belanda. Dari

hasil penggalian yang dilakukan pada saat itu diketahui bahwa

bangunan candi telah runtuh sama sekali, kecuali bagian kaki yang

masih dapat dilihat susunannya.

Candi Gebang

Page 14: kLIPING sejarah Indonesia

Candi Gebang adalah candi Hindu yang berada di dusun Gebang,

kelurahan Wedomartani, Ngemplak, Sleman, DIY. Candi yang

ditemukan pada tahun 1936 ini diperkirakan dibangun pada sekitar

abad ke-8 M pada saat wangsa Sanjaya berkuasa di zaman Kerajaan

Mataram Kuno. Candi yang dipugar oleh Van Romondt tahun 1937-

1939 ini mempunyai ukuran kira-kira 5 x 5 meter dengan tinggi 8

meter. Candi Gebang mempunyai puncak berbentuk lingga, dan pada

relung sebelah barat dan timur terdapat

arca Ganesa, Nandiswara dan yoni.

Candi Mendut

Candi Mendut adalah sebuah candi berlatar belakang

agama Buddha. Candi ini terletak di desa Mendut,

kecamatan Mungkid, Kota Mungkid,Kabupaten Magelang, Jawa Tengah,

beberapa kilometer dari candi Borobudur.

7°36′17.17″S 110°13′48.01″E. Reruntuhan candi Mendut sebelum

Page 15: kLIPING sejarah Indonesia

dipugar, tahun 1880. Candi Mendut didirikan semasa

pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam

prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa

raja Indra telah membangun bangunan suci bernama wenuwana yang

artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda

bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi

Mendut

Candi Lumbung

Candi Lumbung adalah candi Buddha yang berada di dalam

kompleks Taman Wisata Candi Prambanan, yaitu di sebelah candi

Bubrah. Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada abad ke-9 pada

zaman Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini merupakan kumpulan dari

satu candi utama (bertema bangunan candi Buddha) yang dikelilingi

oleh 16 buah candi kecil yang keadaannya masih relatif cukup

bagus.

Page 16: kLIPING sejarah Indonesia

Candi Sukuh

Candi Sukuh adalah sebuah kompleks candi agama Hindu yang

terletak di Kabupaten Karanganyar, eks Karesidenan

Surakarta, Jawa Tengah. Candi ini dikategorikan sebagai candi

Hindu karena ditemukannya obyek pujaan lingga dan yoni. Candi ini

digolongkan kontroversial karena bentuknya yang kurang lazim dan

karena banyaknya obyek-obyek lingga dan yoni yang

melambangkan seksualitas. Candi Sukuh telah diusulkan

ke UNESCO untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia sejak

tahun 1995.

Candi Pari

Candi Pari adalah sebuah candi yang terletak sekitar 2 km ke

arah barat laut pusat semburan lumpur PT Lapindo Brantas saat

ini. Candi ini berada di Desa Candi

Page 17: kLIPING sejarah Indonesia

Pari, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur.

Candi ini merupakan suatu bangunan persegi empat dari batu bata,

menghadap ke barat dengan ambang serta tutup gerbang dari batu

andesit batu alam. Dahulu, diatas gerbang ada batu dengan angka

tahun 1293 Saka = 1371 Masehi. Merupakan peninggalan

zaman Majapahit di masa pemerintahan PrabuHayam Wuruk 1350-1389

M.

Candi Brahu

Candi Brahu merupakan salah satu candi yang terletak di Jawa

Timur. Lokasi persisnya ada di Dukuh Jamu Mente, Desa Bejijong

atau sekitar 2 kilometer dari jalan raya Mojokerto, Jombang.

Candi ini terletak di dalam kawasan situs arkeologi Trowulan,

bekas ibu kotaMajapahit. Candi Brahu dibangun dari batu bata

merah, dibangun di atas sebidang tanah menghadap ke arah barat

dan berukuran panjang sekitar 22,5 m, dengan lebar 18 m, dan

punya ketinggian 20 meter. Candi Brahu dibangun dengan gaya dan

kultur Budha. Candi ini didirikan pada abad 15 Masehi namun

terdapat perbedaan pendapat. Ada yang mengatakan candi ini

berusia jauh lebih tua ketimbang candi lain di sekitar Trowulan.

Page 18: kLIPING sejarah Indonesia

Candi Sari Wringin Branjang

Candi Wringin Branjang adalah sebuah candi terletak di Desa

Gadungan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Candi ini letaknya masih satu kompleks dengan Situs Gadungan,

jaraknya sekitar 100 m di sebelah barat Situs Gadungan I. Candi

yang terbuat dari batu andesit ini memiliki bentuk yang sangat

sederhana. Struktur bangunannya tidak memiliki kaki candi, tetapi

hanya mempunyai tubuh dan atap candi saja, dengan ukuran panjang

400 cm, lebar 300 cm dan tingginya 500 cm. Sedangkan pintu

masuknya berukuran lebar 100 cm, tingginya 200 cm dan menghadap

ke arah selatan. Pada bagian dinding tidak terdapat relief atau

hiasan lainnya, tetapi dinding-dinding ini memiliki

lubang ventilasi yang sederhana. Bentuk atap candi menyerupai

atap rumah biasa, dan diduga bangunan candi ini merupakan tempat

penyimpanan alat-alat upacara dari zaman Kerajaan Majapahit yakni

pada abad ke 15 M.

Candi Ajuna

Page 19: kLIPING sejarah Indonesia

Candi Arjuna adalah sebuah kompleks candi Hindu peninggalan

dari abad ke-7-8 yang terletak di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten

Banjarnegara, Jawa Tengah, Indonesia. Dibangun pada tahun 809,

Candi Arjuna merupakan salah satu dari delapan kompleks candi

yang ada di Dieng. Ketujuh candi lainnya

adalah Semar,Gatotkaca, Puntadewa, Srikandi, Sembadra, Bima dan D

warawati. Lokasi di Wikimapia [1]. Di kompleks candi ini terdapat

19 candi namun hanya 8 yang masih berdiri. Bangunan-bangunan

candi ini saat ini dalam kondisi yang memprihatinkan. Batu-batu

candi ada yang telah rontok, sementara di beberapa bagian

bangunan ini terlihat retakan yang memanjang selebar 5 cm. Selain

itu, bangunan ini sudah mulai miring ke arah barat. Fondasi

timurnya telah amblas sekitar 15 hingga 20 cm. Lingkungan sekitar

candi juga tidak mendukung pemeliharaan. Lahannya sudah lama

digarap penduduk untuk lahan pertanian tanaman kentang, sayur-

mayur, dan bunga-bungaan.

Page 20: kLIPING sejarah Indonesia

Candi Plumbangan

Candi Plumbangan adalah sebuah candi yang terletak di Desa

Plumbangan, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Bentuk

bangunan candi ini berupa pintu gerbang paduraksa dengan puncak

berbentuk kubus. Pintu gerbang ini terbuat dari batu andesit,

dengan ukuran panjang 4.09 m, lebar 2,27 m dan tingginya 5,6 m.

Pintu gerbang memiliki sayap pada kanan kirinya dan tidak

mempunyai relief, namun hanya mempunyai pelipit garis saja. Pada

bagian atas ambang pintu terdapat pahatan angka tahun

1312 Saka (1390 M). Secara umum kondisi candi saat ini masih

cukup terawat.

Candi Sewu

Page 21: kLIPING sejarah Indonesia

Candi Sewu adalah candi Buddha yang dibangun pada abad ke-8

yang berjarak hanya delapan ratus meter di sebelah utara candi

Prambanan. Candi Sewu merupakan komplek candi Buddha terbesar

kedua setelah candi Borobudur di Jawa Tengah. Candi Sewu berusia

lebih tua daripada candi Prambanan. Meskipun aslinya terdapat 249

candi, oleh masyarakat setempat candi ini dinamakan Candi "Sewu"

yang berarti "seribu" dalam bahasa Jawa. Penamaan ini berdasarkan

kisah legenda Loro Jonggrang.

Candi Ngawen

Candi Ngawen adalah candi Buddha yang berada kira-kira 5 km

sebelum candi Mendut dari arah Yogyakarta, yaitu di desa Ngawen,

kecamatan Muntilan, Magelang. Menurut perkiraan, candi ini

dibangun oleh wangsa Syailendra pada abad ke-8 pada

zaman Kerajaan Mataram Kuno. Keberadaan candi Ngawen ini

kemungkinan besar adalah yang tersebut dalam prasasti Karang

Page 22: kLIPING sejarah Indonesia

Tengah pada tahun 824 M. Candi ini terdiri dari 5 buah candi

kecil, dua di antaranya mempunyai bentuk yang berbeda dengan

dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Sebuah patung

Buddha dengan posisi duduk Ratnasambawa yang sudah tidak ada

kepalanya nampak berada pada salah satu candi lainnya.

Beberapa reliefpada sisi candi masih nampak cukup jelas, di

antaranya adalah ukiran Kinnara, Kinnari, dan kala-makara.