BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatanPercobaanTitrasiWaktu (s)Volume Na2S2O3
(mL)
A102,3
22402,2
34801,7
47201,0
59600,7
612000,1
B103,1
26002,9
312001,7
418001,3
524001,0
630000,6
C1022,8
260017,0
3120012,0
418005,4
4.2 ReaksiI2 + 2e 2 I-2 S2O32- S4O62- + 2eI2 + 2 S2O32- 2 I- +
S4O62-Reaksi lengkap : 2 Na2S2O3 + I2Na2S4O6 + 2 NaICH3COCH3 + I2
CH3COI + CH3I
4.3 Perhitungan 4.3.1 Perhitungan mol I2mmol I2 2 mmol
Na2S2O3mmol Na2S2O3 = [ Na2S2O3 ] x vol Na2S2O3mmol I2 = x mmol
Na2S2O3mmol I2 = x [ Na2S2O3 ] x mL Na2S2O3 1. Percobaan A mmol [
I2 ]1 = x 0,1 M x 2,3 mL= 0,115 mmolmmol [ I2 ]2 = x 0,1 M x 2,2
mL= 0,11 mmol mmol [ I2 ]3 = x 0,1 M x 1,7 mL = 0,085 mmolmmol [ I2
]4 = x 0,1 M x 1,0 mL = 0,05 mmol mmol [ I2 ]5 = x 0,1 M x 0,7 mL =
0,035 mmol mmol [ I2 ]6 = x 0,1 M x 0,1 mL = 0,005 mmol
2. Percobaan B mmol [ I2 ]1 = x 0,1 M x 3,1 mL= 0,155 mmolmmol [
I2 ]2 = x 0,1 M x 2,9 mL= 0,145 mmol mmol [ I2 ]3 = x 0,1 M x 1,7
mL = 0,085 mmol mmol [ I2 ]4 = x 0,1 M x 1,3 mL = 0,065 mmol mmol [
I2 ]5 = x 0,1 M x 1,0 mL = 0,05 mmol mmol [ I2 ]6 = x 0,1 M x 0,6
mL = 0,03 mmol3. Percobaan C mmol [ I2 ]1 = x 0,01 M x 22,8 mL =
0,114 mmolmmol [ I2 ]2 = x 0,01 M x 17,0 mL= 0,085 mmolmmol [ I2 ]3
= x 0,01 M x 12,0 mL = 0,06 mmolmmol [ I2 ]4 = x 0,01 M x 5,4 mL =
0,027 mmol4.3.2 Perhitungan konsentrasi I2Volume total = V CH3COONa
+ V amilum + V cuplikan + V Na2S2O3 = 10 mL + 0,5 mL + 25 mL + ...
mL Na2S2O31. Percobaan AVolume total = V CH3COONa + V amilum + V
cuplikan + V Na2S2O3 = 10 mL + 0,5 mL + 25 mL + ... mL Na2S2O3
[I2]1 = 3,0423 x 10-3 M
[I2]2 = 2,9178 x 10-3 M
[I2]3 = 2,2849 x 10-3 M
[I2]4 = 1,3699 x 10-3 M
[I2]5 = 9,6685 x 10-4 M
[I2]6 = 1,4045 x 10-4 M2. Percobaan B
[I2]1 = 4,0155 x 10-3 M
[I2]2 = 3,776 x 10-3 M
[I2]3 = 2,2849 x 10-3 M
[I2]4 = 1,7663 x 10-3 M
[I2]5 = 1,3699 x 10-3 M
[I2]6 = 8,3102 x 10-4 M3. Percobaan C
[I2]1 = 1,9554 x 10-3 M
[I2]2 = 1,619 x 10-3 M
[I2]3 = 1,2632 x 10-3 M
[I2]4 = 6,6015 x 10-4 M4.3.3 Kecepatan reaksi
1. Percobaan A
V1 = = 5,1875 x 10-7 M/s
V2 = = 1,5779 x 10-6 M/s
V3 = = 2,3228 x 10-6 M/s
V4 = = 2,1619 x 10-6 M/s
V5 = = 2,4182 x 10-6 M/s2. Percobaan B
V1 = = 3,9917 x 10-6 M/s
V2 = = 1,4422 x 10-6 M/s
V3 = = 1,2496 x 10-6 M/s
V4 = = 1,1023 x 10-6 M/s
V5 = = 1,0615 x 10-6 M/s3. Percobaan C
V1 = = 5,6067 x 10-7 M/s
V2 = = 5,7683 x 10-7 M/s
V3 = = 7,1958 x 10-7 M/s4.3.4 Penentuan hukum kecepatan reaksi1.
untuk percobaan A[I2]log [I2]v (M/s)log vlog vreg
2,917810-3-2,53495,187510-7-6,2850-5,9489
2,284910-3-2,64111,577910-6-5,8019-5,9136
1,369910-3-2,86332,322810-6-5,6340-5,8397
9,668510-4-3,01462,161910-6-5,6652-5,7894
1,404510-4-3,85252,418210-6-5,6165-5,5110
Grafik sebelum regresi
Grafik setelah rergresi
y = -0,332x - 6,791 a = slope = -0,332b = intercept = -6,791v =
k [ I2 ]blog v = log k + b log [ I2 ]log k = - 6,791 k = 1,6181
10-7b = -0,332v = 1,6181 x 10-7 [ I2 ]-0,332
2. untuk percobaan B[I2]log [I2]v (M/s)log vlog vreg
3,77610-3-2,42303,991710-7-6,3988-6,1884
2,284910-3-2,64111,442210-6-5,8410-6,0735
1,766310-3-2,75291,249610-6-5,9032-6,0146
1,369810-3-2,86331,102510-6-5,9576-5,9560
8,310210-4-3,08041,061510-6-5,9741-5,8420
Grafik sebelum regresi
Grafik setelah regresi
y = -0,527x - 7,465a = slope = -0,527b = intercept = -7,465v = k
[ I2 ]blog v = log k + b log [ I2 ]log k = - 7,465 k = 3,4277 10-8b
= -0,527v = 3,4277 x 10-8 [ I2 ]-0,527
3. untuk percobaan C[I2]log [I2]v (M/s)log vlog vreg
1,61910-3-2,79085,606710-7-6,2513-6,2561
1,263210-3-2,89855,768310-7-6,2390-6,2253
6,601510-4-3,18047,195810-7-6,1429-6,1447
Grafik sebelum regresi
Grafik setelah regresi
y = -0,290x - 7,070a = slope = -0,290b = intercept = -7,070v = k
[ I2 ]blog v = log k + b log [ I2 ]log k = -7,070 k = 8,5114 x
10-8b = -0,290v = 8,5114 x 10-8 [ I2 ]-0,2904.4 PembahasanPada
percobaan ini akan ditentukan hukum kecepatan reaksi iodinasi
aseton dalam air yang terkatalis asam. Percobaan dimulai dengan
mencampurkan larutan aseton yang berfungsi sebagai reaktan yang
akan ditentukan berapa kecepatan reaksinya terhadap larutan iodin
dengan larutan asam sulfat yang berfungsi sebagai katalis untuk
mempercepat reaksi iodinasi aseton sebelum direaksikan dengan
larutan iodin. Larutan iodin disini sebagai larutan yang akan
ditentukan kecepatan reaksinya dengan melihat perubahan warna
larutan dari biru menjadi bening. Setelah larutan aseton dan asam
sulfat dicampurkan, larutan diaduk dengan menggunakan magnetik
stirrer agar kedua larutan dapat bercampur dengan baik, bersamaan
dengan diaduknya campuran kedua larutan tersebut, dimasukkan
larutan iodin kedalam larutan. Larutan iodine tersebut yang akan
dilihat reaksinya dengan aseton. Reaksi iodin dengan aseton
tersebut diamati dengan cara menentukan konsentrasi iodin sebagai
fungsi waktu. Dalam percobaan, pada tiap selang waktu tertentu,
cuplikan-cuplikan larutan diambil kemudian dicampurkan dengan
larutan Natrium tiosulfat dan indikator amilum 1% untuk mengetahui
konsentrasi iod yang tidak terikat oleh aseton, kemudian larutan
tersebut dititrasi dengan larutan Natrium tiosulat (Na2S2O3) hingga
terjadi perubahan warna menjadi bening. Amilum digunakan sebagai
indikator karena amilum dapat mengikat iod bebas membentuk kompleks
iodin-kanji yang berwarna orange. Titik akhir titrasi ditandai
ketika larutan cuplikan yang dititrasi berubah warna menjadi
bening.Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat dilihat bahwa
semakin lama waktu pengambilan cuplikan, semakin kecil volume
Na2S2O3 yang diperlukan utuk menitrasi larutan. Hal ini disebabkan
karena semakin lama, semakin banyak iodin yang bereaksi dengan
aseton, sehingga semakin kecil konsentrasi iodin yang tidak terikat
oleh aseton dalam larutan tersebut.Dari hasil perhitungan,
diperoleh persamaan laju reaksi sebagai berikut: pada prosedur
pertama diperoleh V= 1,6181 x 10-7 [ I2 ]-0,332, untuk prosedur
kedua diperoleh V= 3,4277 x 10-8 [ I2 ]-0,527 dan untuk prosedur
ketiga diperoleh V = 8,5114 x 10-8 [ I2 ]-0,290.
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangAda begitu banyak reaksi yang terjadi dalam
kehidupan kita sehari-hari. Reaksi itu ada yang berlangsung secara
cepat, ada juga yang berlangsung secara lambat. Hal ini tentu saja
dipengaruhi oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar
(lingkungan).Kinetika kimia adalah bagian ilmu kimia fisika yang
mempelajari laju reaksi kimia, faktor-faktor yang mempengaruhinya
serta penjelasan hubungannya terhadap mekanisme reaksi. Kinetika
kimia disebut juga dinamika kimia, karena adanya gerakan molekul,
elemen atau ion dalam mekanisme reaksi dan laju reaksi sebagai
fungsi waktu. Mekanisme reaksi dapat diramalkan dengan bantuan
pengamatan dan pengukuran besaran termodinamika suatu reaksi,
dengan mengamati arah jalannya reaktan maupun produk suatu
sistem.Reaksi antara aseton dan iod dalam air adalah sebuah contoh
reaksi yang berjalan lambat. Dengan penambahan katalis bersuasana
asam, reaksi ini dapat berlangsung cepat dan hukum laju reaksinya
dapat ditentukan. Bila pada reaksi dan suhu yang sama digunakan
aseton dan asam dalam jumlah berlebih, maka orde reaksinya dapat
ditentukan, yaitu orde reaksi terhadap iod dengan menentukan
konsentrasi I2 sebagai fungsi waktu.Berdasarkan tinjauan di atas,
maka dianggap perlu untuk melakukan percobaan ini untuk mengetahui
metode kinetika dalam menentukan kecepatan suatu reaksi kimia.1.2
Maksud dan Tujuan Percobaan1.2.1 Maksud PercobaanMaksud dari
percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari metode
penentuan hukum kecepatan reaksi dengan metode kinetika kimia serta
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. 1.2.2 Tujuan
PercobaanTujuan dari percobaan ini adalah menentukan hukum dan
faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi iodinasi aseton
dalam larutan air, yang terkatalisis dengan asam.
1.3 Prinsip PercobaanPrinsip dari percobaan ini adalah menitrasi
larutan iod dalam asam dengan Na2S2O3 dengan indikator amilum
sampai larutan berubah warna dari biru menjadi tidak berwarna
dengan pengambilan cuplikan dalam selang waktu tetentu sehingga
dapat ditentukan berapa jumlah iod yang tidak terikat oleh aseton
yang akan bereaksi dengan Na2S2O3, kemudian menentukan konsentrasi
zat penyusun cuplikan berdasarkan volume Na2S2O3 yang digunakan
untuk menentukan konstanta kecepatan reaksi dan orde reaksi.1.4
Manfaat PercobaanManfaat dari percobaan ini adalah kita dapat
menentukan tetapan laju reaksi dan orde reaksi terhadap I2, aseton,
dan H+.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Chemical kinetics is the study of rates of chemical reactions
and what factors affect the rate of reactions. These factors
include concentration, temperature, pressure, surface area, and the
effect of a catalyst. Many chemical reactions are required to be
sped up or slowed down depending on the nature of the reaction. For
example, when food is placed in the refrigerator the temperature is
decreased to keep the food from decomposing. The rate of reaction
is slowed down by decreasing the temperature. Chemical kinetics
plays an important role both in industry and in our daily lives
(Bewick, 2009).Kinetika kimia adalah studi tentang tingkat reaksi
kimia dan apa faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Faktor-faktor
termasuk konsentrasi, temperatur, tekanan, luas permukaan, dan efek
katalis. Banyak reaksi kimia yang diperlukan untuk mempercepat atau
memperlambat tergantung pada sifat reaksi. Sebagai contoh, ketika
makanan ditempatkan di lemari es suhu dikurangi untuk menjaga
makanan dari pembusukan. Laju reaksi diperlambat dengan menurunkan
suhu. Kinetika kimia memainkan peran penting baik dalam industri
dan dalam kita kehidupan sehari-hari (Bewick, 2009).Tahap pertama
dalam analisis kinetika tentang reaksi adalah menentukan
stoikiometri reaksi dan mengenali setiap reaksi samping. Dengan
demikian, data dasar tentang kinetika kimia adalah konsentrasi
reaktan dan produk pada waktu yang berbeda-beda setelah reaksi
dimulai. Karena laju reaksi kimia umumnya peka terhadap temperatur,
maka temperatur campuran reaksi harus dijaga supaya konstan selama
reaksi berlangsung. Jika tidak, maka laju yang diamati akan
merupakan laju rata-rata pada temperatur yang berbeda-beda, yang
tidak berarti. Syarat ini menyebabkan tuntutan yang keras pada
perancangan eksperimen (Atkins, 1997).Hukum laju mempunyai dua
penerapan utama. Penerapan praktisnya: setelah kita mengetahui
hukum laju dan konstanta laju, kita dapat meramalkan laju reaksi
dari komposisi campuran. Penerapan teoritis hukum laju ini adalah
hukum laju merupakan pemandu untuk mekanisme reaksi. Setiap
mekanisme yang diajukan harus konsisten dengan hukum laju yang
diamati (Atkins, 1997).Laju reaksi didefenisikan sebagai perubahan
konsentrasi per satuan waktu. Satuan yang umum digunakan adalah mol
dm-3. Umumnya laju reaksi meningkat dengan meningkatnya
konsentrasi. Konstanta laju didefenisikan sebagai laju reaksi bila
konsentrasi dari masing-masing jenis adalah 1. Satuannya tergantung
pada orde reaksi. Orde dari suatu reaksi menggambarkan bentuk
matematik dimana hasil percobaan dapat ditunjukkan. Orde reaksi
hanya dapat dihitung secara eksperimen, dan hanya dapat diramalkan
jika suatu mekanisme reaksi diketahui keseluruh orde reaksi yang
dapat ditentukan sebagai jumlah dari eksponen untuk masing-masing
reaktan, sedangkan harga eksponen untuk masing-masing reaktan
dikenal sebagai orde reaksi untuk komponen itu (Dogra dan Dogra,
1990).Ada sejumlah variabel yang mempengaruhi laju reaksi, yang
utamanya adalah sebagai berikut (Siregar, 2008): 1.
KonsentrasiPaling sedikit ada satu reaktan dalam suatu reaksi.
Untuk terbentuknya suatu produk akibat reaksi katalisis atau
auto-katalisis. Adakala suatu produk boleh menghambat suatu reaksi,
hal ini tidak diinginkan, karena reaksi tidak menyajikan hasil yang
sempurna. Suatu katalis dapat mempengaruhi laju reaksi. Salah
satunya membuat semua usaha untuk mengetahui apakah suatu katalis
penting adanya. Pengaruh pengotoran tidak dapat diperhitungkan
tanpa pengontrolan percobaan. 2. Kondisi Fisika. Suhu dan tekanan
mempengaruhi laju reaksi. Kedua-duanya biasanya dijaga konstan. 3.
Intensitas Radiasi. Sinar matahari atau sinar lampu juga dapat
mempengaruhi laju reaksi. Umumnya pengaruh ini sedikit diperhatikan
hanya untuk mempelajari pengaruh fotokimia. Kekuatan sinar di dalam
spektrofotometri yang menggunakan sinar monokromatik tidak
diharapkan. Tetapi jika berkas sinar putih jatuh lurus ke atas
sampel seperti di dalam dioda spektrofotometer perlu diperhatikan.
4. Sifat-Sifat Pelarut.Laju reaksi tergantung dari kepolaran
pelarut, viskositas, jumlah donor elektron, dan sebagainya.
Penambahan suatu elektrolit dapat memperkecil atau menaikkan suatu
laju reaksi (pengaruh garam), dan demikian pula adanya
buffer.Penentuan orde reaksi secara praktek dapat dilakukan dengan
metode:a. Metode IntegrasiSalah satu cara untuk menentukan orde
reaksi adalah dengan jalan mencocokkan persamaan laju reaksi.
Masalah utama yang terdapat dalam metode ini adalah reaksi samping
dan reaksi kebalikan yang dapat mempengaruhi hasil percobaan.
Tetapi cara ini merupakan cara penentuan orde reaksi yang paling
tepat.b. Metode Laju Reaksi AwalDengan metode ini, masalah reaksi
samping dan reaksi kebalikan yang dapat mempengaruhi hasil
percobaan dapat ditiadakan. Pada metode ini, prosedur yang
dilakukan adalah mengukur laju reaksi awal dengan konsentrasi awal
reaktan yang berbeda-beda.c. Metode Waktu ParuhSecara umum, untuk
suatu reaksi yang berorde n, waktu paruh reaksi sebanding dengan
1/c0 n-1, dimana c0 adalah konsentrasi awal reaktan. Jadi, data
hasil percobaan dimasukkan ke dalam persamaan diatas, kemudian
dibuat kurva yang berbentuk garis lurus dengan cara yang sama
seperti pada metode integrasi, adanya reaksi samping mempengaruhi
ketepatan metode ini (Bird, 1993).Reaksi antara aseton dan iod
dalam larutan air :CH3COCH3 + I2 CH3COCH2IBerjalan lambat tanpa
katalis. Dalam suasana asam reaksi ini berlangsung dengan cepat dan
hukum laju reaksinya dapat dinyatakan sebagai :
dengan menggunakan aseton dalam asam dalam jumlah berlebih,
persamaan diatas dapat diubah menjadi : dengan k = k
[aseton]a[H+]cReaksi ini dapat dimonitor dengan cara menentukan
konsentrasi I2 sebagai fungsi waktu. Dari data ini ditentukan nilai
b, yaitu orde reaksi terhadap iod. Orde reaksi terhadap aseton dan
terhadap asam dapat ditentukan dengan cara mengubah konsentrasi
awal kedua zat tersebut (Taba, dkk., 2007).
BAB IIIMETODE PERCOBAAN3.1 BahanBahan-bahan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah aseton, larutan iod 0,1 M, larutan Na2S2O3 0,1
M, larutan Na2S2O3 0,01 M, larutan H2SO4 1 M, larutan CH3COONa 10%,
larutan indikator amilum, aquadest, aluminium foil dan tissue
roll.
3.2Alat Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah
erlenmeyer 300 mL, erlenmeyer 100 mL, labu ukur 250 mL + tutup,
gelas ukur 10 mL, gelas kimia 250 mL, buret 50 mL, stopwatch, botol
semprot, bulb, stirrer + magnet bar, statif, klem, pipet volume 5
mL, pipet volume 10 mL, pipet volume 25 mL, dan pipet tetes.
3.3 Prosedur PercobaanA. Aseton 25 mL dan 10 mL larutan asam
sulfatSebanyak 25 mL aseton dan 10 mL larutan asam sulfat
dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL lalu diencerkan sampai tanda
batas. Kemudian larutan tersebut dipindahkan ke dalam erlenmeyer,
kemudian ditambahkan 25 mL larutan iod ke dalam erlenmeyer
tersebut. Segera setelah reaksi terjadi, stopwatch dijalankan dan
dipipet larutan sebanyak 25 mL kemudian dimasukkan ke dalam
erlenmeyer yang berisi 10 mL larutan CH3COONa 10 % dan 0,5 mL
amilum. Selanjutnya larutan tersebut kemudian dititrasi dengan
larutan Na2S2O3 0,1 M yang sebelumnya telah diisi pada buret,
sampai larutan tidak berwarna (bening). Lalu volume Na2S2O3 yang
telah digunakan dicatat. Selanjutnya cuplikan-cuplikan berikutnya
diambil dalam selang waktu 4 menit.B. Aseton 10 mL dan 10 mL
larutan asam sulfatSebanyak 10 mL aseton dan 10 mL larutan asam
sulfat dimasukkan ke dalam labuukur 250 mL lalu diencerkan sampai
tanda batas. Kemudian larutan tersebut dipindahkan ke dalam
erlenmeyer, kemudian ditambahkan 25 mL larutan iod ke dalam
erlenmeyer tersebut. Segera setelah reaksi terjadi, stopwatch
dijalankan dan dipipet larutan sebanyak 25 mL kemudian dimasukkan
ke dalam erlenmeyer yang berisi 10 mL larutan CH3COONa 10 % dan 0,5
mL amilum. Selanjutnya larutan tersebut kemudian dititrasi dengan
larutan Na2S2O3 0,1 M yang sebelumnya telah diisi pada buret,
sampai larutan tidak berwarna (bening). Lalu volume Na2S2O3 yang
telah digunakan dicatat. Selanjutnya cuplikan-cuplikan berikutnya
diambil dalam selang waktu 10 menit.C.Aseton 25 mL dan 5 mL larutan
asam sulfatSebanyak 25 mL aseton dan 5 mL larutan asam sulfat
dimasukkan ke dalam labuukur 250 mL lalu diencerkan sampai tanda
batas. Kemudian larutan tersebut dipindahkan ke dalam erlenmeyer,
kemudian ditambahkan 25 mL larutan iod ke dalam erlenmeyer
tersebut. Segera setelah reaksi terjadi, stopwatch dijalankan dan
dipipet larutan sebanyak 25 mL kemudian dimasukkan ke dalam
erlenmeyer yang berisi 10 mL larutan CH3COONa 10 % dan 0,5 mL
amilum. Selanjutnya larutan tersebut kemudian dititrasi dengan
larutan Na2S2O3 0,01 M yang sebelumnya telah diisi pada buret,
sampai larutan tidak berwarna (bening). Lalu volume Na2S2O3 yang
telah digunakan dicatat. Selanjutnya cuplikan-cuplikan berikutnya
diambil dalam selang waktu 10 menit.
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN5.1 KesimpulanBerdasarkan hasil
percobaan, didapatkan kesimpulan bahwa persamaan laju reaksi pada
prosedur pertama adalah V= 1,6181 x 10-7 [ I2 ]-0,332, untuk
prosedur kedua diperoleh V= 3,4277 x 10-8 [ I2 ]-0,527 dan untuk
prosedur ketiga diperoleh V = 8,5114 x 10-8 [ I2 ]-0,290.
5.2 Saran1. Untuk LaboratoriumAlat- alat yang digunakan
sebaiknya yang masih baik, dan bahan-bahannya juga diperbaharui
agar tidak terjadi kesalahan dalam pengukuran.2. Untuk
PraktikumUntuk percobaan berikutnya agar bahan yang digunakan
disesuaikan dengan prosedur dan sebaiknya alat yang disediakan
seperti erlenmeyer dan buret diperbanyak agar praktikum dapat
berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKAAtkins P.W., 1997, Kimia Fisika Jilid 2, Erlangga,
Jakarta.Bewick S., Edge, J., Forsythe T., dan Parsons R., 2009,
Chemical Kinetics, CK-12 Foundation, America.
Bird T., 1993, Kimia Fisika untuk Universitas, Gramedia,
Jakarta.Dogra S. K., dan Dogra, S., 1990, Kimia Fisika dan
Soal-Soal, UI-Press, Jakarta.Siregar T., Kinetika Kimia (Online,
www.usupress.ac.id, diakses tanggal 08 November 2010 pukul 18.00
WITA).
Taba P., Zakir M., dan Fauziah St., 2007, Penuntun Praktikum
Kimia Fisika, Laboratorium Kimia Fisika Jurusan Kimia-UNHAS,
Makassar.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 11 November 2010
AsistenPraktikan
(Tiur Mauli) (Denesya Natalia)BAGAN KERJA
25 mL aseton + 10 mL asam sulfat Diencerkan dengan air hingga
volume menjadi 250 mL Dipindahkan kedalam labu erlemeyer 300 mL dan
dibiarkan sampai mencapai suhu kamar Ditambahkan 25 mL larutan Iod
dan diguncang dengan kuat sementara stopwatch dijalankan Diambil 25
mL larutan Dimasukkan kedalam 10 mL larutan Na-asetat Dititrasi
dengan larutan Na2S2O3 dan ditambahkan amilim 10 mL sebagai
indikator HasilDiambil cuplikan-cuplikan berikutnya dalam selang
waktu 4 menit sampai campuran reaksi tidak berwarna
Diulangi prosedur di atas dengan 10 mL aseton dan 10 mL asam
sulfat dan cuplikan diambil setiap 10 menit Diulangi prosedur di
atas dengan 25 mL aseton dan 5 mL asam sulfat dan cuplikan diambil
setiap 10 menit
LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA FISIKA
PERCOBAAN IX
PENENTUAN PERSAMAAN LAJU (KINETIKA KIMIA)
NAMA: DENESYA NATALIA P.NIM: H31108257KELOMPOK / REGU: II/4HARI
/ TGL PERCOBAAN: KAMIS / 04 NOVEMBER 2010ASISTEN: TIUR MAULI
LABORATORIUM KIMIA FISIKAJURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2010