BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Industri yang bergerak dalam bidang minyak dan gas bumi memiliki
resiko tinggi di sektor hulu, yaitu pada kegiatan pengelolaan dan
pengeboran. Selain itu pada sector hilir yaitu pada kegiatan
pengolahan dan distribusi juga memiliki resiko yang hampir sama
dengan sektor hulu. Resiko ini meliputi aspek finansial,
kecelakaan, kebakaran, ledakan maupun penyakit akibat kerja dan
dampak lingkungan. Melihat keadaan tersebut diperlukan suatu
manajemen yang berorientasi pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) pada industri perminyakan. Indonesia telah memiliki undang
undang mengenai keselamatan kerja yaitu Undang Undang No. 1 Tahun
1970.
Selain itu terdapat pula beberapa peraturan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Perkembangan ilmu manajemen yang
mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja telah berhasil
menurunkan angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja pada berbagai
industri di dunia. Selain bidang Keselamatan dan Kesehatan
Lingkungan, juga diperlukan aspek Lindung Lingkungan (LL). K3 dan
LL merupakan aspek organisasi bisnis yang tidak hanya memerlukan
pengetahuan mendalam akan latar belakang maupun tata cara
pelaksanaannya, tetapi juga bagaimana perusahaan menaati peraturan
yangberkaitan dengan K3 dan LL. Pemahaman K3 dan LL ini berawal
dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan prilaku
(behaviour).
Salah satu faktor yang mempengaruhi prilaku manusia dalam hal
yang berkaitan dengan K3 dan LL adalah persepsinya terhadap K3 dan
LL serta pelaksanaannya dalam perusahaan yang bersangkutan.
Persepsi ini dipengaruhi oleh aspek internal dan aspek eksternal.
Aspek internal merupakan aspek yang berkaitan dengan sifat atau
karakter individu karyawan serta motivasi karyawan. Sedangkan aspek
eksternal meruapak aspek yang berkaitan dengan kepemimpinan serta
pengelolaan aspek K3 dan LL seperti komitmen pimpinan dan karyawan
terhadap pelaksanaan, kebijakan yang diberlakukan, program dan
penerapan program K3 dan LL. Persepsi atau bagaimana pandangan
penilaian karyawan terhadap K3 dan LL dalam perusahaan menjadi
semakin penting dalam mewujudkan budaya yang mendukung K3 dan LL
yang akan memberikan kontribusi yang besar untuk meningkatkan
performance dan citra perusahaan secara keseluruhan.
Perkembangan bidang keselamatan dan kesehatan lingkungan
mengikuti upaya pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan
yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan
terencana yang memadukan lingkungan hidup termasuk sumber daya ke
dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan
dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Untuk
menunjang pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan ini
diperlukan suatu sistem politik yang menjamin partisipasi aktif
masyarakat dalam pengambilan keputusan, sistem ekonomi yang mampu
menghasilkan surplus dan berdasarkan kemampuan sendiri yang
berlanjut, sistem sosial yang memberikan penyelesaian terhadap
ketegangan akibat pembangunan yang tidak selaras, sistem produksi
yang menghormati kewajiban untuk melestarikan ekologi, sistem
teknologi yang dapat menemukan jawaban terhadap permasalahan
lingkungan yang ada secara terus menerus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.PENGERTIAN MINYAK BUMI
Minyak Bumi ialah Campuran komplek hidrokarbon plus senyawaan
organik dari Sulfur, Oksigen, Nitrogen dan senyawa senyawa yang
mengandung konstituen logam terutama Nikel, Besi dan Tembaga.
Minyak bumi sendiri bukan merupakan bahan yang uniform,
melainkan berkomposisi yang sangat bervariasi, tergantung pada
lokasi, umur lapangan minyak dan juga kedalaman sumur. Dalam minyak
bumi parafinik ringan mengandung hidrokarbon tidak kurang dari 97 %
sedangkan dalam jenis asphaltik berat paling rendah 50 %.
Komponen Hidrokarbon
Perbandingan unsur unsur yang terdapat dalam minyak bumi sangat
bervariasi. Berdasarkan atas hasil analisa, diperoleh data sebagai
berikut :
Karbon : 83,0 87,0 %
Hidrogen : 10,0 14,0 %
Nitrogen : 0,1 2,0 %
Oksigen : 0,05 1,5 %
Sulfur : 0,05 6,0 %
Komponen hidrokarbon dalam minyak bumi diklasifikasikan atas
tiga golongan, yaitu :
1. golongan parafinik
2. golongan naphthenik
3. golongan aromatik
Sedangkan golongan olefinik umumnya tidak ditemukan dalam crude
oil, demikian juga hidrokarbon asetilenik sangat jarang. Crude oil
mengandung sejumlah senyawaan non hidrokarbon, terutama senyawaan
Sulfur, senyawaan Nitrogen, senyawaan Oksigen, senyawaan Organo
Metalik (dalam jumlah kecil/trace sebagai larutan) dan garam garam
anorganik (sebagai suspense koloidal).
Senyawaan Sulfur
Crude oil yang densitynya lebih tinggi mempunyai kandungan
Sulfur yang lebih tinggu pula. Keberadaan Sulfur dalam minyak bumi
sering banyak menimbulkan akibat, misalnya dalam gasoline dapat
menyebabkan korosi (khususnya dalam keadaan dingin atau berair),
karena terbentuknya asam yang dihasilkan dari oksida sulfur
(sebagai hasil pembakaran gasoline) dan air.
Senyawaan Oksigen
Kandungan total oksigen dalam minyak bumi adalah kurang dari 2 %
dan menaik dengan naiknya titik didih fraksi. Kandungan oksigen
bisa menaik apabila produk itu lama berhubungan dengan udara.
Oksigen dalam minyak bumi berada dalam bentuk ikatan sebagai asam
karboksilat, keton, ester, eter, anhidrida, senyawa monosiklo dan
disiklo dan phenol. Sebagai asam karboksilat berupa asam Naphthenat
(asam alisiklik) dan asam alifatik.
Senyawaan Nitrogen
Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sangat rendah,
yaitu 0,1 0,9 %. Kandungan tertinggi terdapat pada tipe Asphalitik.
Nitrogen mempunyai sifat racun terhadap katalis dan dapat membentuk
gum / getah pada fuel oil. Kandungan nitrogen terbanyak terdapat
pada fraksi titik didih tinggi. Nitrogen klas dasar yang mempunyai
berat molekul yang relatif rendah dapat diekstrak dengan asam
mineral encer, sedangkan yang mempunyai berat molekul yang tinggi
tidak dapat diekstrak dengan asam mineral encer.
Konstituen Metalik
Logam logam seperti besi, tembaga, terutama nikel dan vanadium
pada proses catalytic cracking mempengaruhi aktifitas katalis,
sebab dapat menurunkan produk gasoline, menghasilkan banyak gas dan
pembentukkan coke. Pada power generator temperature tinggi,
misalnya oil fired gas turbine, adanya konstituen logam terutama
vanadium dapat membentuk kerak pada rotor turbine. Abu yang
dihasilkan dari pembakaran fuel yang mengandung natrium dan
terutama vanadium dapat bereaksi dengan refactory furnace (bata
tahan api), menyebabkan turunnya titik lebur campuran sehingga
merusakkan refractory itu.
Agar dapat diolah menjadi produk-produknya, minyak bumi dari
sumur diangkut ke Kilang menggunakan kapal, pipa, mobil tanki atau
kereta api. Didalam Kilang, minyak bumi diolah menjadi produk yang
kita kenal secara fisika berdasarkan trayek titik didihnya
(distilasi), dimana gas berada pada puncak kolom fraksinasi dan
residu (aspal) berada pada dasar kolom fraksinasi. Tentang
pengolahan minyak bumi menjadi produkproduk yang kita ketahui di
pasaran dari dalam kilang akan dibahas secara khusus nanti. Setiap
trayek titik didih disebut Fraksi, misal :
0 50C : Gas
50 85C : Gasoline
85 105C : Kerosin
105 135C : Solar
> 135C : Residu (Umpan proses lebih lanjut)
Tetapi karena di alam bisa dikatakan tidak pernah ditemukan
minyak bumi dalam bentuk olefin, maka minyak bumi kemudian
dikelompokkan menjadi tiga jenis saja, yaitu Parafin, Naften dan
Aromat.
Kandungan utama dari campuran hidrokarbon ini adalah parafin
atau senyawa isomernya. Isomer sendiri adalah bentuk lain dari
suatu senyawa hidrokarbon yang memiliki rumus kimia yang sama.
Keduanya merupakan jenis minyak bumi jenis parafin.
Sedangkan sisa kandungan hidrokarbon lainnya dalam minyak bumi
adalah senyawa siklo-parafin yang disebut juga naften dan/atau
senyawa aromat. Berikut adalah contoh dari siklo-parafin dan
aromat. Keluarga hidrokarbon tersebut diatas disebut homologis,
karena sebagian besar kandungan yang ada dalam minyak bumi tersebut
dapat dipisahkan kedalam beberapa jenis kemurnian untuk keperluan
komersial. Secara umum, di dalam kilang minyak bumi, pemisahan
perbandingan kemurnian dilakukan terhadap hidrokarbon yang memiliki
kandungan karbon yang lebih kecil dari C7. Pada umumnya kandungan
tersebut dapat dipisahkan dan diidentifikasi, tetapi hanya untuk
keperluan di laboratorium.
Campuran siklo parafin dan aromat dalam rantai hidrokarbon
panjang dalam minyak bumi membuat minyak bumi tersebut digolongkan
menjadi minyak bumi jenis aspaltin. Minyak bumi di alam tidak
pernah terdapat dalam bentuk parafin murni maupun aspaltin murni,
tetapi selalu dalam bentuk campuran antara parafin dan aspaltin.
Pengelompokan minyak bumi menjadi minyak bumi jenis parafin dan
minyak bumi jenis aspaltin berdasarkan banyak atau dominasi minyak
parafin atau aspaltin dalam minyak bumi.
Artinya minyak bumi dikatakan jenis parafin jika senyawa
parafinnya lebih dominan dibandingkan aromat dan/atau siklo
parafinnya. Begitu juga sebaliknya. Dalam skala industri, produk
dari minyak bumi dikelompokkan berdasarkan rentang titik didihnya,
atau berdasarkan trayek titik didihnya. Pengelompokan produk
berdasarkan titik didih ini lebih sering dilakukan dibandingkan
pengelompokan berdasarkan komposisinya.
Minyak bumi tidak seluruhnya terdiri dari hidrokarbon murni.
Dalam minyak bumi terdapat juga zat pengotor (impurities) berupa
sulfur (belerang), nitrogen dan logam. Pada umumnya zat pengotor
yang banyak terdapat dalam minyak bumi adalah senyawa sulfur
organik yang disebut merkaptan. Merkaptan ini mirip dengan
hidrokarbon pada umumnya, tetapi ada penambahan satu atau lebih
atom sulfur dalam molekulnya.
Senyawa sulfur yang lebih kompleks dalam minyak bumi terdapat
dalam bentuk tiofen dan disulfida. Tiofen dan disulfida ini banyak
terdapat dalam rantai hidrokarbon panjang atau pada produk distilat
pertengahan (middle distillate).Selain itu zat pengotor lainnya
yang terdapat dalam minyak bumi adalah berupa senyawa halogen
organik, terutama klorida, dan logam organik, yaitu natrium (Na),
Vanadium (V) dan nikel (Ni). Titik didih minyak bumi parafin dan
aspaltin tidak dapat ditentukan secara pasti, karena sangat
bervariasi, tergantung bagaimana komposisi jumlah dari rantai
hidrokarbonnya.
Jika minyak bumi tersebut banyak mengandung hidrokarbon rantai
pendek dimana memiliki jumlah atom karbon lebih sedikit maka titik
didihnya lebih rendah, sedangkan jika memiliki hidrokarbon rantai
panjang dimana memiliki jumlah atom karbon lebih banyak maka titik
didihnya lebih tinggi.B.PENGERTIAN KILANG MINYAK
Kilang minyak (oil refinery) adalah pabrik/fasilitas industri
yang mengolah minyak mentah menjadi produk petroleum yang bisa
langsung digunakan maupun produk-produk lain yang menjadi bahan
baku bagi industri petrokimia. Produk-produk utama yang dihasilkan
dari kilang minyak antara lain: minyak bensin (gasoline), minyak
disel, minyak tanah (kerosene). Kilang minyak merupakan fasilitas
industri yang sangat kompleks dengan berbagai jenis peralatan
proses dan fasilitas pendukungnya. Selain itu, pembangunannya juga
membutuhkan biaya yang sangat besar.
C.PROSES PADA KILANG MINYAK
Sebuah kilang minyak adalah pabrik proses industri dimana minyak
mentah diproses dan dimurnikan menjadi produk petroleum berguna.
Minyak yang mentah atau tak diproses tidak begitu berguna dalam
bentuknya saat dipompa keluar dari dalam tanah. Agar dapat
dimanfaatkan secara optimal, minyak mentah tersebut harus diproses
terlebih dahulu di dalam kilang minyak.
Diperlukan proses untuk menguraikannya menjadi bagian-bagian dan
memurnikannya sebelum penggunaan dalam bahan padat seperti plastik
dan busa, atau sebagai bahan bakar fosil petroleum seperti dalam
halnya mesin otomotif dan pesawat terbang.
Minyak bisa digunakan dengan banyak cara yang beragam karena
mengandung hidrokarbon yang berbeda panjangnya seperti parafin,
aromatik, napthene (atau cycloalkane), alkene, diene, dan alkyne.
Minyak mentah dipisahkan menjadi pecahan-pecahan dengan distilasi
fraksional (penyulingan pecahan). Pecahan pendorong, yang timbul
dari bawah lajur pemecahan seringkali diuraikan (retak) untuk
membuat produk yang lebih berguna.
Hidrokarbon adalah susunan molekul-molekul berbeda panjang dan
kerumitan terbuat dari hidrogen dan karbon. Strukturnya yang
bermacam-macam memberikan mereka ciri-ciri dan fungsi berbeda.
Kelihaian dalam proses pengilangan minyak adalah memisahkan dan
memurnikan ini. Semua hidrokarbon yang berbeda ini memiliki titik
didih yang berbeda, yang berarti mereka dapat dipisahkan dengan
distilasi / penyulingan.
Setelah dipisahkan dan segala kontaminan serta ketidakmurnian
telah dibuang, minyak ini bisa: baik dijual tanpa pemrosesan lebih
lanjut, atau molekul-molekul yang lebih kecil seperti isobutane dan
propylene atau butylene dapat digabung ulang untuk memenuhi
persyaratan oktan tertentu dengan proses seperti alkylasi atau yang
kurang umum, dimerisasi. Oktan juga bisa diperbaiki dengan
pembentukan ulang katalytik, yang mencarik hidrogen keluar dari
hidrokarbon untuk memproduksi aromatik, yang mempunyai taraf oktan
lebih tinggi. Produk menengah bahkan dapat pula diproses ulang
untuk menghancurkan minyak berat dan berantai-panjang menjadi yang
lebih ringan dan berantai-pendek, menggunakan berbagai bentuk
peretakan seperti Peretakan Katalytik Cairan, Peretakan Thermal,
dan Peretakan-hidro. Langkah final dalam produksi gasolin adalah
pencampuran bahan bakar dengan taraf oktan berbeda, tekanan uap dan
ciri-ciri lain untuk memenuhi spesifikasi produk.
Minyak mentah hanya sedikit mengandung bensin dan minyak diesel,
2 fraksi terpenting yang paling banyak digunakan. Untuk
meningkatkan produk 2 fraksi ini, maka sejak 60 tahun yang lalu
ditambahkan proses menggunakan katalis pada penyulingan minyak bumi
untuk meningkatkan fraksi minyak mentah yang diubah menjadi bensin
dan minyak diesel.
Pada perkembangannya, proses katalis dilakukan tidak hanya untuk
memperbesar produk bensin dan minyak disel, tetapi juga dilakukan
untuk meningkatkan kualitas produknya. Secara umum penggunaan
katalis di dalam proses pengolahan minyak bumi dikenal sebagai
hidroprocessing. Ada 3 bagian dari hidroprocessing, yaitu
hidrocracking, hidrorefining, dan hidrotreating.
Minyak mentah merupakan campuran yang amat kompleks yang
tersusun dari berbagai senyawa hidrokarbon. Di dalam kilang minyak
tersebut, minyak mentah akan mengalami sejumlah proses yang akan
memurnikan dan mengubah struktur dan komposisinya sehingga
diperoleh produk yang bermanfaat.
Secara garis besar, proses yang berlangsung di dalam kilang
minyak dapat digolongkan menjadi 5 bagian, yaitu:
1.Proses Distilasi, yaitu proses penyulingan berdasarkan
perbedaan titik didih; 2.Proses ini berlangsung di Kolom Distilasi
Atmosferik dan Kolom Destilasi Vakum.
3.Proses Konversi, yaitu proses untuk mengubah ukuran dan
struktur senyawa hidrokarbon. Termasuk dalam proses ini adalah:
4.Dekomposisi dengan cara perengkahan termal dan katalis
(thermal and catalytic cracking)
5.Unifikasi melalui proses alkilasi dan polimerisasi
6.Alterasi melalui proses isomerisasi dan catalytic
reforming
7.Proses Pengolahan (treatment). Proses ini dimaksudkan untuk
menyiapkan fraksi-fraksi hidrokarbon untuk diolah lebih lanjut,
juga untuk diolah menjadi produk akhir.
8.Formulasi dan Pencampuran (Blending), yaitu proses pencampuran
fraksi-fraksi hidrokarbon dan penambahan bahan aditif untuk
mendapatkan produk akhir dengan spesikasi tertentu.
9.Proses-proses lainnya, antara lain meliputi: pengolahan
limbah, proses penghilangan air asin (sour-water stripping), proses
pemerolehan kembali sulfur (sulphur recovery), proses pemanasan,
proses pendinginan, proses pembuatan hidrogen, dan proses-proses
pendukung lainnya.
D.PRODUK-PRODUK KILANG MINYAKProduk-produk utama kilang minyak
adalah:
-Minyak bensin (gasoline). Minyak bensin merupakan produk
terpenting dan terbesar dari kilang minyak.
-Minyak tanah (kerosene)
-LPG (Liquified Petroleum Gas)
-Minyak distilat (distillate fuel)
-Minyak residu (residual fuel)
-Kokas (coke) dan aspal
-Bahan-bahan kimia pelarut (solvent)
-Bahan baku petrokimia
-Minyak pelumas
E.Kilang Minyak di Indonesia
Di Indonesia terdapat sejumlah kilang minyak, antara lain:
1. Pertamina Unit Pengolahan I Pangkalan Brandan, Sumatera Utara
(Kapasitas 5 ribu barel/hari). Kilang minyak pangkalan brandan
sudah ditutup sejak awal tahun 2007.
2. Pertamina Unit Pengolahan II Dumai/Sei Pakning, Riau
(Kapasitas Kilang Dumai 127 ribu barel/hari, Kilang Sungai Pakning
50 ribu barel/hari)
3. Pertamina Unit Pengolahan III Plaju, Sumatera Selatan
(Kapasitas 145 ribu barel/hari)
4. Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap (Kapasitas 348 ribu
barel/hari)
5. Pertamina Unit Pengolahan V Balikpapan, Kalimantan Timur
(Kapasitas 266 ribu barel/hari)
6. Pertamina Unit Pengolahan VI Balongan, Jawa Barat (Kapasitas
125 ribu barel/hari)
7. Pertamina Unit Pengolahan VII Sorong, Irian Jaya Barat
(Kapasitas 10 ribu barel/hari)
8. Pusdiklat Migas Cepu, Jawa Tengah (Kapasitas 5 ribu
barel/hari).
Semua kilang minyak di atas dioperasikan oleh Pertamina.BAB
III
PEMBAHASAN
A.DESKRIPSI TEMPAT
Kilang minyak Balikpapan terletak di tepi Teluk Balikpapan,
meliputi areal seluas 2.5 km2 . Kilang ini terdiri dari unit Kilang
Balikpapan 1 dan unit Kilang Balikpapan II. Kilang Balikpapan 1
dibangun sejak tahun 1922 dan dibangun kembali pada tahun 1948.
Saat pecah Perang Dunia II kilang ini hancur akibat pemboman hebat
yang dilancarkan oleh pihak Sekutu dan pembangunan kembali kilang
yang hancur ini mulai beroperasi tahun 1950. Sedangkan Kilang
Balikpapan II dibangun tahun 1980 dan resmi beroperasi 1 Nopember
1983. Tugas Kilang Balikpapan mengolah minyak mentah menjadi
produk-produk yang siap dipasarkan, yaitu BBM dan Non BBM. yang
memenuhi kebutuhan dalam negeri khususnya kawasan Timur Indonesia.
Lokasi kilang terletak di Jl. Minyak yang berhadapan langsung
dengan teluk Balikpapan.Kilang Balikpapan I terdiri dari :
- 2 Unit pengilangan minyak kasar (mentah). Hasil dari unit ini
adalah Naphta, kerosene, gasoline, diesel, dan residue.
- 1 Unit penyulingan hampa (High Vacuum Unit) hasil unit ini
adalah : parafinic oil destilate (POD), yang dipakai untuk bahan
baku untuk 1 unit pabrik lilin dengan kapasitas 100 ton lilin
perhari. Lilin yang dihasilkan terdiri dari berbagai jenis (grade)
yang dipasarkan didalam negeri maupun keluar negeri.
Kilang Balikpapan II terdiri dari :
Kilang ini terdiri dari dua kelompok kilang, yaitu : Kilang
Hydroskiming dan kelompok Kilang Hydrocracking. Hasil dari kilang
balikpapan II ini adalah : gas (refinery gas), LPG, Naphta,
kerosene, diesel, dan residue.
B.PARAMETER KESEHATAN LINGKUNGAN
1.SIMPUL A : RISIKO YANG AKAN TERJADI PADA KILANG MINYAK
Proses yang terjadi pada kilang minyak tentunya akan
menghasilkan limbah. Adapun jenis limbah yang dihasilkan dari
kilang minyak berupa :
- ceceran minyak yang terakumulasi dalam kurun waktu relatif
lama
- limbah kimia hasil cracking crude oil
- limbah gas
- air sisa produksi
- limbah domestik
Dengan adanya jenis limbah tersebut, maka fisik lingkungan
disekitarnya akan beresiko mengalami pencemaran. Suatu tumpahan
minyak mengkontaminasi tanah dan beresiko mencemarai air tanah
dalam. Jika hal ini tidak ditangani dengan benar maka pencemaran
yang terjadi semakin parah dan meluas.
RESIKO PADA LINGKUNGAN KERJA
Resiko yang terjadi dalam aktivitas kerja manusia berkaitan
dengan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Setiap kecelakaan
tidak terjadi begitu saja, tetapi terdapat faktor penyebabnya.
Apabila faktor tersebut dapat kita ketahui, maka kita dapat
melakukan pencegahan ataupun penanggulangan terhad kecelakaan
tersebut.
Penyebab utama kecelakaan adalah :
a. Kondisi tidak aman (unsafe condition)
Hal ini berkaitan dengan mesin / alat kerja seperti mesin yang
rusak ataupun tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Selain itu
kondisi tidak aman juga dapat berupa kondisi lingkungan kerja yang
kurang mendukung, seperti penerangan yang kurang, keadaan bising,
kebersihan maupun instalasi yang kurang baik. Kondisi tidak aman
juga dapat diakibatkan oleh metode / proses produksi yang kurang
baik. Hal ini dilihat dari sistem pengisian bahan kimia yang salah,
pengangkutan beban secara manal / menggunakan tenaga manusia.
b. Tindakan tidak aman (unsafe action)
Tindakan tidak aman ini lebih berkaitan terhadap personal
pekerja, antara lain :
menggunakan peralatan yang kurang baik, sembrono dalam bekerja,
tidak menggunakan alat pelindung diri maupun menjalan sesuatu tanpa
wewenang.
c. Kelemahan sistem manajemen
Kelemahan sistem manajemen ini seringkali terkait dengan sistem
prosedur kerja yang tidak jelas ataupun tidak adanya standar yang
dapat menjadi acuan bagi pekerja dalam melakukan kegiatan kerja
nya.
Dari penyebab kecelakaan di atas, tentunya akan berpengaruh pula
pada lingkungan kerja dan lingkungan hidup sekitarnya. Kecelakaan
kerja khususnya di bidang industry seringkali diikuti dengan adanya
kerusakan lingkungan terlebih jika kecelakaan industri tersebut
berskala besar. Bagi para pekerja sendiri tentunya akan berakibat
cedera bahkan kematian jika kecelakaan yang terjadi sangat fatal,
sedangkan bagi lingkungan hidup akan terjadi gangguan keseimbangan
ekosistem bahkan penurunan kualitas lingkungan hidup. Penurunan
kualitas lingkungan ini biasanya disebabkan oleh adanya bahan sisa
proses produksi yang masih mengandung zat kimia berbahaya. Zat
kimia berbahaya ini tidak hanya terjadi akibat dari kecelakaan
industri, namun bahkan lebih sering sebagai akibat dari sistem
pengolahan limbah industry yang tidak baik.Suatu lingkungan kerja
meliputi :
1. Faktor Mekanis
2. Faktor Fisik
3. Faktor Kimia
4. Faktor Biologi
5. Faktor Ergonomi
Lingkungan kerja yang kondusif mendukung terciptanya keselamatan
dan kesehatan kerja, terpelihara sumber produksi dan tercapainya
produktivitas kerja yang tinggi.
Lingkungan kerja yang baik dan cara kerja yang baik disamping
faktor-faktor lain di masyarakat akan menciptakan lingkungan umum /
hidup yang terjamin secara
komprehensif.
Bahaya Khusus yang Timbul dari Crude Oil
Bahaya yang perlu mendapat perhatian di samping hal-hal umum
juga tentang adanya bahaya peledakan crude oil yang tinggi. Uap dan
gas mudah meledak dan menimbulkan asap racun. Crude Oil juga
mengandung sulfur yang tinggi yang dapat menimbulkan bahaya
kematian.
2.SIMPUL B : POTENSI BAHAYA/DAMPAK PADA KILANG MINYAK
Secara umum bahaya yang timbul pada kilang minyak terdiri dari
:
1. Jenis Pekerjaan, berhubungan dengan bahaya mekanik dan bahan
kimia
2. Crude Oil, berhubungan dengan bahaya uap gas, cairan yang
mudah meledak, keracunan sulfur.
3. Cuaca, misalnya petir
Bahaya Bahan Kimia
Kilang minyak menggunakan bahan bahan kimia yang terkadang
berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan manusia serta lingkungan
hidup. Penangangan bahan bahan kimia tersebut harus dilakukan
dengan serius. Untuk membantu pekerja dalam memperlakukan bahan
bahan kimia tersebut, maka diberikan suatu sistem labeling yang
dapat menunjukan jenis dan bahaya dari bahan kimia yang mereka
gunakan.
Label ini dapat mejelaskan sifat bahaya dari bahan kimia yang
bersangkutan. Label bahaya diberikan dalam bentuk gambar untuk
memberikan gambaran cepat sifat bahaya. Terdapat dua label yang
digunakan, yaitu menurut PBB (internasional) dan NFPA (Amerika).
Label NFPA ditunjukkan pada tabel dibawah, berupa 4 kotak yang
mempunyai ranking bahaya (0-4) ditinjau dari aspek bahaya kesehatan
(biru), bahaya kebakaran (merah) dan reaktivitas (kuning).
Bahan bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi juga
harus diberikan informasi mengenai :
1. Informasi bahan singkat :
Informasi singkat mengenai jenis bahan, wujud, manfaat serta
bahaya-bahaya utamanya. Dari informasi singkat dan label bahaya,
secara cepat bisa dipahami
kehati-hatian dalam menangani bahan kimia tersebut.
2. Sifat-sifat bahaya :
a. Bahaya kesehatan :
Bahaya terhadap kesehatan dinyatakan dalam bahaya jangka pendek
(akut) dan jangka panjang (kronis). NAB (Nilai Ambang Batas)
diberikan dalam satuan mg/m3 atau ppm. NAB adalah konsentrasi
pencemaran dalam udara yang boleh dihirup seseorang yang bekerja
selama 8 jam/hari selama 5 hari. Beberapa data berkaitan dengan
bahaya kesehatan juga diberikan, yakni :
1.LD-50 (lethal doses) : dosis yang berakibat fatal terhadap 50
persen binatang percobaan mati.
2.LC-50 (lethal concentration) : konsentrasi yang berakibat
fatal terhadap 50 persen binatang percobaan.
3.IDLH (immediately dangerous to life and health) : pemaparan
yang berbahaya terhadap kehidupan dan kesehatan.
b. Bahaya kebakaran :
Ini termasuk kategori bahan mudah terbakar, dapat dibakar, tidak
dapat dibakar atau membakar bahan lain. Kemudahan zat untuk
terbakar ditentukan oleh :
1.Titik nyala : suhu terendah dimana uap zat dapat
dinyalakan.
2.Konsentrasi mudah terbakar : daerah konsentrasi uap gas yang
dapat dinyalakan. Konsentrasi uap zat terendah yang masih dapat
dibakar disebut LFL (low flammable limit) dan konsentrasi tertinggi
yang masih dapat dinyalakan disebut UFL (upper flammable limit).
Sifat kemudahan membakar bahan lain
ditentukan oleh kekuatan oksidasinya.
3.Titik bakar : suhu dimana zat terbakar sendirinya.
c. Bahaya reaktivitas :
Sifat bahaya akibat ketidakstabilan atau kemudahan terurai,
bereaksi dengan zat lain atau terpolimerisasi yang bersifat
eksotermik sehingga eksplosif. Atau reaktivitasnya terhadap gas
lain menghasilkan gas beracun.
3. Sifat-sifat fisika :
Sifat-sifat fisika merupakan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi sifat bahaya suatu bahan.
Potensi Dampak Pengilangan minyak
Kegiatan di kilang minyak merupakan sumber yang dapat
menimbulkan pencemaran minyak di perairan, karena air limbah proses
pengilangan bercampur minyak, misalnya air drain yang berasal dari
stripping, desalter, dan treating process. Setelah digunakan di
kilang, sebagian besar air dibuang kembali ke lingkungan sebagai
limbah, dimana limbah ini banyak mengandung minyak yang dapat
mencemari badan air dan pada akhirnya menuju ke laut.
Laut yang tercemar oleh tumpahan minyak, memberikan dampak
negatif ke berbagai organisme laut, sehingga mengganggu
keseimbangan ekosistem di laut, yang pada akhirnya akan merugikan
kehidupan manusia. Beberapa dampak ekologis akibat dari tumpahan
minyak adalah sebagai berikut :
1. Lapisan tumpahan minyak mempengaruhi tingkat intensitas
fotosintesis fitoplankton yang dapat menurunkan atau memusnahkan
populasi fitoplankton. Kondisi ini merupakan bencana besar bagi
kehidupan di perairan karena fitoplankton merupakan dasar bagi
semua kehidupan perairan.
2. Pencemaran air laut dari tumpahan minyak berdampak pada
beberapa jenis burung laut, karena tumpahan minyak tersebut
menyebabkan degradasi lemak dalam hati, kerusakan saraf, pembesaran
limpa, radang paru dan ginjal pada burung-burung tersebut.
3. Tumpahan minyak dapat mengganggu keseimbangan berbagai
organisme aquatik pantai, seperti berbagai jenis ikan, terumbu
karang, hutan mangrove dan rusaknya pantai wisata. Hutan mangrove
yang hidup disepanjang pantai beradaptasi di dalam air laut dengan
cara desalinasi melalui proses ultra-filtrasi. Akar mangrove, yang
tumbuh di dalam lumpur, berfungsi untuk menyerap oksigen melalui
suatu jaringan aerasi yang kontak dengan udara, yang disebut dengan
breathing roots. Jika pantai tercemar minyak, lumpur akan tertutup
oleh deposit minyak yang dapat merusak sistem akar mangrove,
sehingga difusi oksigen dari udara ke dalam jaringan aerasi
terhambat.
4. Tumpahan minyak menghambat atau mengurangi transmisi cahaya
matahari ke dalam air laut, yang disebabkan karena absorpsi minyak
bumi (cahaya matahari diserap oleh tumpahan minyak) atau cahaya
dipantulkan kembali oleh minyak ke udara. Semakin tebal lapisan
minyak maka pelarutan oksigen dari udara semakin terganggu dan akan
merugikan biota-biota laut.
5. Jika tumpahan minyak tersebut tidak mematikan sumber daya
laut, maka pencemaran tersebut menurunkan kualitasnya. Hal ini
berhubungan dengan kemampuan hewan-hewan laut untuk mengakumulasi
minyak di dalam tubuhnya. Akumulasi ini sering menyebabkan daging
ikan berbau minyak, sehingga merugikan para nelayan karena tidak
dapat menjual ikan tangkapan mereka.
6. Untuk bidang pariwisata, polutan minyak di perairan
mengurangi minat wisatawan, karena keindahan laut tertutup oleh
lapisan minyak.
C.PENANGANAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN BAHAYA PADA KILANG MINYAK
a. Mengurangi faktor resiko kebakaran dari sumber, misalnya
hubungan listrik.
Pencegahan ini harus dilengkapi dengan peralatan pemadam
kebakaran yang memadai.
b. Penanggulangan kedaruratan termasuk fasilitas komunikasi dan
medis
c. Pengawasan kesehatan dan mempertahankan personal hygiene yang
baik disamping pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) yang tepat,
termasuk penyediaan fasilitas pencegahan keracunan dan pengadaan
pertolongan pernafasan.
d. Mematuhi peraturan K3
e. Pelatihan K3 bagi semua pekerja sesuai dengan bidang kerja
dan produk masing masing, termasuk didalamnya emergency drill.
Setiap individu cenderung untuk melihat dan memahami dunia dan
lingkungan sekitarnya sesuai dengan cara pandang individu itu
sendiri. Tindakan dan reaksi individu tersebut berdasarkan
persepsinya, bukan atas dasar kenyataan obyektif.
Persepsi pekerja terhadap K3 dapat berupa persepsi positif
ataupun persepsi negatif. Persepsi positif terjadi jika pekerja
merasa bahwa K3 dapat memberikan kenyamanan, ketenangan, kesehatan
dan keamanan. Sedangkan persepsi negatif terjadi karena program K3
tidak dapat memberikan rasa nyaman, tenteram, tenang dan aman pada
pekerja.
Persepsi merupakan suatu proses untuk mengatur dan
menginterpretasikan sensor informasi yang masuk kedalam tubuh atau
persepsi merupakan suatu rangkaian proses pengenalan,
pengorganisasian dan pengartian stimulus yang ada dilingkungan.
Berdasarkan keadaan tersebut, maka diperlukan suatu kontrol
bahaya yang dapat mendefinisikan bahaya secara objektif bagi
seluruh pekerja di kilang minyak. Pengontrolan bahaya ini meliputi
kegiatan internal kilang minyak maupun kegiatan eksternal/lapangan
kilang minyak. Kontrol bahaya tersebut meliputi :
a. House keeping yang memadai
b. Penyediaan alat keselamatan dan alat pelindung diri (APD)
c. Perawatan mesin dan instalasi kilang minyak
d. Ventilasi4. Keselamatan dan pengamanan :
- Diberikan langkah-langkah keselamatan dan pengamanan :a.
Penanganan dan penyimpanan : usaha keselamatan yang dilakukan
apabila bekerja dengan atau menyimpan bahan.
b. Tumpahan dan kebocoran : usaha pengamanan apabila terjadi
bahan tertumpah atau bocor.
c. Alat pelindung diri : terhadap pernafasan, muka, mata dan
kulit sebagai usaha untuk mengurangi keterpaan bahan.
d. Pertolongan pertama : karena penghirupan uap / gas, terkena
mata dan kulit atau tertelan.
e. pemadaman api : alat pemadam api ringan yang dapat dipakai
untuk memadamkan api yang belum terlalu besar dan cara
penanggulangan apabila sudah membesar.
5. Informasi lingkungan :
Menjelaskan bahaya terhadap lingkungan dan bagaimana menangani
limbah atau buangan bhan kimia baik berupa padat, cair maupun gas.
Termasuk di dalamnya cara pemusnahan. Pencegahan pencemaran minyak
di perairan ditujukan untuk berbagai sumber penyebab
pencemaran.
Untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan polusi laut akibat
tumpahan minyak ini terdapat 3 (tiga) faktor yang dapat dijadikan
landasan yaitu:
a. Aspek Legalitas Suatu peraturan yang baik adalah peraturan
yang tidak saja memenuhi persyaratan formal sebagai suatu perturan,
tapi juga dapat menimbulkan rasa keadilan dan kepatuhan, serta
dilaksanakan atau ditegakan dalam kenyataan. Menjadi tugas
pemerintah dan seluruh komponen masyarakat untuk menegakan
peraturan-peraturan yang ada. Di lain pihak, tugas pemerintah ini
juga harus diimbangi dengan dua faktor yaitu: pertama, adanya
fasilitas yang memungkinkan untuk bergerak dinamis, dalam hal ini
mencari dan mengumpulkan data lapangan tentang penyebab terjadinya
suatu kasus pencemaran lingkungan akibat tumpahan minyak di laut;
kedua, ketersediaan sumber daya manusia yang memadai. Perlu ada
aturan yang jelas untuk diberikan sanksi kepada pemerintah yang
memberikan izin tidak sesuai dengan aturan sehingga menyebabkan
pencemaran lingkungan.
b. Aspek Perlengkapan Beberapa teknik yang dapat
direkomendasikan untuk penanggulangan minyak adalah: penggunaan
spraying chemical dispersants; pengoperasian slick-lickers; dan
floating boom. Berkaitan dengan perlengkapan kapal, UU No. 21 tahun
1992 juga menyebutkan tentang perlengkapan kapal baik dalam operasi
maupun penanggulangan kecelakaan (termasuk tumpahan minyak). Para
produsen minyak dan gas bumi pun sudah memiliki produsedur kerja
dan fasilitas penanggulangan tumpahan minyak yang cukup memadai
untuk digunakan dalam penerapan Tier 1 (penanggulangan bencana
tumpahan minyak yang terjadi dalam lingkup pelabuhan) dan Tier 2
(penanggulangan bencana tumpahan minyak yang terjadi di luar
lingkungan pelabuhan) yang dilakukan secara iner-connection di
bawah koordinasi Administrasi Pelabuhan (Adpel). Hal yang penting
untuk diperhatikan pada aspek ini adalah pentingnya penguasan
prosedur dan teknik-teknik penanggulangan tumpahan minyak oleh
pelaksana lapangan.
c. Aspek Koordinasi Seluruh departemen, instansi terkait serta
masyarakat harus dapat berkoordinasi untuk menanggulangi pencemaran
ini.
Beberapa penanganan yang dilakukan untuk mencegah dan
memperbaiki pencemaran yang telah terjadi adalah sebagai berikut
:
a. revegetasi alam, identifikasi lahan yang selanjutnya
ditentukan prioritas lahan dan jenis tanaman yang ditanam kembali
dilahan tersebut
b. rehabilitasi lahan tercemar
c. Flaring gas sisa, dalam proses kilang minyak terdapat gas
yang tidak bernilai ekonomis sehingga harus dikelola agar tidak
mencemari lingkungan.
Pengaturan Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan Bahan Kimia
Usaha untuk menjaga keselamatan dan kesehatan lingkungan
terutama yang berkaitan dengan bahan bahan kimia berbahaya
dilakukan mulai dari persiapan personal yang menggunakan bahan
kimia tersebut hingga perlakuan pada bahan kimia selama proses
produksi. Hal pertama yang perlu dilakukan :1. Gunakan peralatan
kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi mata,
jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup
untuk melindungi kaki.2. Dilarang memakai perhiasan yang dapat
rusak karena bahan Kimia.
3. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu
berhak tinggi.
4. Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.
Bekerja aman dengan bahan kimia :
1. Hindari kontak langsung dengan bahan Kimia.
2. Hindari mengisap langsung uap bahan Kimia.
3. Dilarang mencicipi atau mencium bahan Kimia kecuali ada
perintah khusus.4. Bahan Kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit
menimbulkan iritasi (pedih atau gatal).
Memindahkan bahan Kimia :
1. Baca label bahan Kimia sekurang-kurangnya dua kali untuk
menghindari kesalahan.
2. Pindahkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan.
3. Jangan menggunakan bahan Kimia secara berlebihan.
4. Jangan mengembalikan bahan Kimia ke dalam botol semula untuk
mencega kontaminasi.
Memindahkan bahan Kimia cair :
1. Tutup botol dibuka dan dipegang dengan jari tangan seklaigus
telapak tangan memegang botol tersebut.
2. Tutup botol jangan ditaruhdi atas meja karena isi botol dapat
terkotori.
3. Pindahkan cairan melalui batang pengaduk untuk mengalirkan
agar tidak memercik.
Memindahkan bahan Kimia padat :
1. Gunakan tutup botol untuk mengatur pengeluaran bahan
Kimia.
2. Jangan mengeluarkan bahan Kimia secara berlebihan.
3. Pindahkan sesuai keperluan tanpa menggunakan sesuatu yang
dapat mengotori bahan tersebut.
Cara memanaskan larutan menggunakan tabung reaksi :
1. Isi tabung reaksi maksimal sepertiganya.
2. Api pemanas hendaknya terletak pada bagiuan atas larutan.
3. Goyangkan tabung reaksi agar pemanasan merata.
4. Arahkan mulut tabung reaksi pada tempat yang aman agar
percikannya tidak melukai orang lain maupun diri sendiri.
Cara memanaskan larutan menggunakan gelas Kimia :
1. Gunakan kaki tiga dan kawat kasa untuk menopang gelas Kimia
tersebut.
2. Letakkan Batang gelas atau batu didih dalam gelas Kimia untuk
mencegah pemanasan mendadak.
3. Jika gelas Kimia digunakan sebagai penangas air, isilah
dengan air. Maksimum seperempatnya.
PENCEGAHAN KECELAKAAN
Setelah melihat proses yang terjadi pada suatu kilang minak dan
potensi bahaya yang terjadi pada kilang minyak, maka secara
keseluruhan pencegahan kecelakaan yang diperlukan adalah :
1. Peraturan yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan
perencanaan industri2. Standarisasi, baik dalam perlakuan bahan
baku industri, pengadaan alat pengamanan, maupun dari hasil limbah
yang dihasilkan agar tidak mengganggu kualitas lingkungan.3.
Dilakukan pelatihan dan tindakan persuasif bagi pengusaha dan
pekerja sehingga diharapkan dapat lebih berhati hati dalam
melakukan pekerjaan terutama yang menggunakan peralatan ataupun
bahan kimia yang dapat membahayakan diri sendiri maupun
lingkungan.