oleh M. Miftahul Huda * * * * * ! * Jamaah Jumat yang
berbahagia; Dari atas mimbar yang megah ini, perkenankan saya
mengajak kita semua, mari kita berusaha meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kita dan sekaligus mengaplikasikannya dalam setiap derap
langkah kehidupan kita. Semoga dengan keimanan dan ketaqwaan itu
akan membimbing jalan hidup kita sehingga kita dapat mencapai
keridoan Allah swt. Selanjutnya, sebagai umat Nabi Muhammd yang
telah menikmatu hasil pejuangannya membangun dan menyebarkan ajaran
Islam hingga samapi kepada kita, mari kita ucapkan solawat dan
salam kepada beliau: Jamaah Jumat rohimakumullah Sungguh Maha Kasih
Allah swt kepada hamba-Nya, umat manusia. Kendatipun pada awal
penciptaannya, manusia diciptakan dari tanah yang tidak berharga
dan pada penciptaan berikutnya manusia diciptakan dari perpaduan
antara sperma dan laki-laki (ayah) dan ovum perempuan (ibu) yang
menjijikkan, Allah swt menciptakan manusia dengan penciptaan yang
sempurna. Anatomi yang tersusun mengagumkan, memfasilitasi manusia
untuk berkarya dan berprestasi. Lebih menakjubkan lagi, tidak
satupun diantara makhluk ciptaannya itu yang sama persis. Sejuta
manusia yang Ia ciptakan sejuta rupa pula yang ia adakan, tidak
pernah seorang ibu tertukar anaknya karena tidak bisa memedakannya.
Semua diciptakan dengan rupa dan karakter yang berbeda-beda dengan
kelebihan dan kekurangan yang beragam pula. Allah memberikan
penjelasan dalam al-Qur`an surat al-Tin 95 ; 4 sebagai berikut: )4(
Disamping pencipataan manusia dengan anantomi yang indah dan rupa
yang menawan, Allah pun menganugerahkan kemulian dasar, kemuliaan
generic, kepada setiap manusia yang dilahirkan. Firman Allah secara
tegas terdapat dalam al-Qur`an surat al-Isro` 17 : 70: )70( Ayat
Allah ini betul-betul menegaskan dan memastikan bahwa tidak
seorangpun diantara manusia yang dilahirkan di muka bumi ini dalam
keadaan hina. Oleh karena itu, tidak ada satupun manusia berhak
memnghina manusia lainnya. Untuk kemuliaan itu Allah swt
lengkapi
manusia dengan soft were yang super canggih yang disebut akal
atau ratio. Dengan akal yang terbimbing dan terpimpin serta
bertumpu pada nurani yang disinari hadayah Allah yang dilengkapi
dengan tuntunan ilmu pengetahuan yang memadai, maka akan
memungkinkan bagi manusia untuk menjalankan fungsi dan tugas
kekhalifahannya di muka bumi ini secara benar dan bertanggung
jawab. Masih dalam rangka menjaga dan melempangkan kemulian dan
martabat kemanusiaan itu, sekalipun ramat dan karunia yang
dianugerahkan kepada manusia sudah tidak terhitung jumlahnya, namun
beban dan kewajiban yang diberikan sungguh tidak sebnding dengan
karunia yang diterimanya. Dengan bahasa lain tidak akan pernah
cukup ibadah atau pengabdian seorang hamba untuk menebus karunia
yang pernah ia terima dari Tuhannya. Kendatipun Allah swt
berkehendak memikulkan beban kepada hamba-Nya, namun jika beban
standar yang dipikulkan itu tidak mampu dilaksanakan oleh
hamba-Nya, maka akan ada pengecualian atau rukhsoh sehingga beban
dilakukan sesuai kemampuan yang bersangkutan. Di dalam al-Qur`an
surat alBaqoroj 2: 268 Allah swt berfirman: Di dalam surat al-Nisa`
4 : 28 juga ditegaskan dan diakui bahwa Allah swt bermaksud
meringankan beban manusia berdasarkan pertimbangan bahwa manusia,
disamping kemliaannya, memiliki kekurgan dan kelemahan. )82( Memang
harus disadari dan diakui, bahwa betapapun mulianya manusia dalam
ciptaan Allah Allah swt, tetap saja ada kelemahan dan kekurangan
yang menyertainya. Kiranya kelemahan itu sudah terbukti sejak orang
tua kita Adam dan Hawa tinggal di surga. Diantara kelemahan manusia
adalah terkadang tidak mampu menghadapi dan menahan godaan sebagai
mana dialami oleh leluhur kita Adam dan Hawa. Ketidakmampuan
menahan godaan setan menggiring mereka berdua terusir dari
singgasana surga lalu tercampak ke dunia. Begitu pula dalam
kehidupan sehari-hari yang kita saksikan akhir-akhir ini, tidak
sedikit diantara kita orang yang terjerembat kelembah kehinaan dan
kesengsaran karena terseret oleh dahsyatnya arus godaan dunia. Hal
lain yang sering menjatuhkan martabat dan kemuliaan manusia adalah
tiga serangkai sifat buruk, yaitu ( , ,ujub sombong, merasa bangga
dengan diri sendiri). Sifat ujub dimulai dari kegemaran kita
melihat dan memuji diri sendiri dengan memfokskan pada kelebihan
dan dan keberhasilan (prestasi) tanpa membanding-bandingkan dengan
orang lain. Ujub ini apa bila ditambah dengan keemaran merandahkan
orang lain, maka ujub itu meningkat kualitasnya menjadi takabur.
Apa bila takabbur ditambah dengan kebanggaan-kebanggaan yang
berlebihan makan menjadilah ia soifat tafakhur. Ketiga sikap yang
berjenjang ini merupakan penyakit hati yang dahsyat, yang apa bila
sudah tumbuh di dalam hati tidak mudah mengatasi apa lagi
membasminya.
Sebagai contoh proses lahirnya ujub, takabbur, dan tafakhur
dapat dilihat pada ungkapan berikut ini: Sungguh hebat saya ini,
hartaku berlimpah, amal solehku banyak, dosaku sedikit. Di saat itu
dia sudah mengantongi sifat ujub. Namun jika ia berkata: Aku ini
hebat, aku lebih kaya dari pada si fulan, dia itu miskin, amal
solehku lebih banyak dari dari dia sementara dosanya labih banyak
dari dosaku, maka ketika itu ujubnya sudah meningkat menjadi
takabbur. Apa bila ia perkataannya ia lanjutkan dengan: Kamu tidak
usah mimpi untuk menyaingi kekayaan dan amal solehku, karena kamu
tidak akan mampu, maka sesungguhnya pada waktu itu ketakabburan
yang bersangkutan telah meningkat menjadi tafakhur. Orang yang
memiliki tiga sifat buruk diatas pada mulanya bermaksud untuk
menambah kemuliaan dan martabatnya, tetapi sesungguhnya ujub dan
kesombongan itu sepanjang sejarah telah terbukti justru akan
menjatuhkan kemuliaan dan martabat kemanusiaan. Firun dan Namrud
merupakan dua contoh korban kesombongan dan keangkuhan. Betapapun
kecilnya kesombongan atau ketakabburan yang bersemayam di lubuk
hati kita, kiranya tetap akan membawa dampak buruk bagi diri dan
keluarga, serta lingkungan. Sungguh kesombongan akan membuahkan
kebencian dan ketidaksenangan dan bahkan akan memunculkan sikap
anti pati mansuia lain terhadap dirinya. Lebih dari itu, Allah swt
menyatakan ketidaksukaannya terhadap orang-orang yang sombong.
Firman-Nya dalam alQur`an surat al-Nahl 16 : 23: )82( Dalam surat
al-Nahl 16 : 29 lebih tegas Allah swt berfirman: )82( Sebagai mana
diuraikan di atas bahwa ifat sombong itu datangnya perlahan-lahan
sehingga sering tidak terasakan, bahkan hampir-hampir tidak
disadari. Kesombongan itu menyelinap dibilik hati kita, terkadang
berbaju keindahan, terkadang berbusana kekuatan dan terkadang
tampil seperti satria penolong, dan bahkan terkadang hadir sebagai
orang yang mengerti agama dan berupaya melawan syriat dengan
berpura-pura mengkajinya. al-Mumin 40 : 56 )65( Sesungguhnya
orang-orang yang memperdebatkan ttentang ayat-ayat Allah swt tanpa
aargumn yang sampai kepada mereka, tidak ada dalam dada mereka
kecuali (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tidak
akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah swt.
Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Mereka yang di
dalam hatinya, baik disadari maupun tidak disadari, terdapat
benih-benih kesombongan, sekecil apapun adanya, niscaya tidak akan
diperkenankan Allah swt mencicipi
syurga apa lagi memasukinya. Mari kita secara bersama-sama
memperhatikan sabda Rosulullah saw yang dinukil dalam sebuah hadis
beliau: . Lebih tegas lagi firman Allah dalam al-Qur`an surat
al-Mumin 40 : 76 yang berbunyi: )75( Hadirin Penjelasan ayat-ayat
dan hadis di atas kiranya cukup untuk mengingatkan kita jika kita
belum terkonstaminasi oleh bibit-bibit kesombongan. Begitu pula
dengan muatan ancaman yang terkandung dalam ayat dn hadits ini
kiranya memadai untuk menyadarkan kita apa bila di dalam hati kita
telah tercemar oleh virus-virus kesombongan. Rasa takut kita
terhadap dahsyatnya siksa neraka mungkin akan menghambat
pertumbuhan dan perkembangan kesombongan, sementara kerinduan yang
mendalam kita kepada kenikmatan syurga akan menjadi pertimbangan
bagi kita untuk segera meninggalkan dan menjauhi kesombongan yang
sesunguhnya tidak pernah menguntungkan. Karena takut akan siksa
akibat dari kesombongan, seorang sahabat, ketika mendengar hadis di
atas lalu bertanya dan meminta penjelasan lebih lanjut dari
Rosulullah saw. Sahabat itu berkomentar: Mendengar komentar
sahabatnya itu lalu Rosulullah saw memberikan penjelasan singkat
tetapi memuaskan melalui sabda beliau: ): , ( Hadirin Untuk
membentengi diri dari intervensi kesombongan dalam bersikap dan
berprilaku dalam kehidupan sehari-hari, sebaiknya, bahkan
seharusnya, kita memilih dan membangun sikap tawadlu di dalam diri
kita masing-masing. Kembali kepada sikap tawadlu merupakan langkah
yang bijaksana dan terpuji serta aman dan menyenangkan, lebih-lebih
bila dihubungkan dengan keadaan kehidupan di zaman modern yang
penuh dengan godaan yang menyilaukan. Hadirin Tawadlu adalah suatu
sikap yang menunjukkan kerendahan hati seseorang. Dengan demikian
tawadlu merupakan lawan dari sikap tinggi hati. Sikap tinggi hati
selalu muncul dalam bentuk kesombongan. Oleh karena itu, tawadlu
bukanlah sikap atau rasa rendah diri, tetapi tawadlu adalah lawan
dari ujub, takabbur, dan tafakhur. Memilih tawadlu berarti
menghindari ujub membuang takabbur dan memusnahkan tafakhur,
mengambil ujub, takabbur dan tafakhur berarti
mencampakkan tawadlu. Kalau ujub, takabbur, dan tafakhur akan
mendorong orang untuk masuk neraka, maka tawadlu berarti menutup
salah satu pintu neraka. Untuk menguraikan pengertian tawadlu
sehingga menjadi jelas da konkrit tentulah tidak mudah, karena
tawadlu pusatnya berada di dasar hati yang terdalam. Yang paling
memungkinkan adalah menjelaskan fenomena-fenomena yang menunjukkan
sebuah sikap tawadlu atau sikap rendah hati yang ada pada
seseorang. Untuk mengurai penjelasan itu dalam sebuah pertanyaan
dikatakan: Kapan seseorang dapat disebut bersifat tawadlu atau
rendah hati? orang bijak akan menjawab: Ketika seseorang merasa
tidak memiliki kelebihan padahal sesungguhnya dia lebih dan tidak
merasakan adanya orang yang lebih rendah dari pada dirinya
kendatipun sesungguhnya di lebih tinggi dari orang lain, dia tidak
akan tampil berlebihan sekalipun sesungguhnya dia mampu
melakukannya. Ia lakukan segala sesuatunya semata-mata karena
ketundukan mereka kepada Allah swt. Keikhlasan itu pula yang
menyebabkan yang bersangkutan berhak menerima ganjaran dan
penghargaan yang amat tinggi dan prestisius dari Allah swt )( Untuk
menjelaskan lebih dalam tentang tawadlu saoyidina Umar bin Khottob
ra menjelaskan: : , , )464 : ( Ketiga sikap diri yg dikemukakan
oleh Umar ibnu Khotob ini bukan hal yang mudah untuk dilakukan,
tetapi membutuhkan latihan yang intensif. Ditengah kehidupan yang
cenderung matererialistis ini sering kita jumpai dan kita saksikan
betapa orang, atau justru diri kita sendiri, lebih senang menjawab
salam ketimbang memberi atau memulai salam. Ada kemungkinan sikap
enggan memulai ini disebabkan adanya perasaan bahwa dirinya lebih
tinggi dari orang lain sehingga dalam anggapannya orang lainlah
yang seharusnya memulai salam kepadanya. Juga tidak sedikit orang
yang tersinggung atau merasa dilecehkan ketika ia ditempatkan
dibelakang disuatu forum atau majlis karena ia merasa dirinya lebih
terhormat dan lebih pantas untuk dihormati, padahal hal penempatan
itu terjadi hanya karena yang bersangkutan terlambat datang. Ada
pula diantara kita yg justru merasa sengan jika dirinya
disebut-sebut sebagai orang baik, orang berjasa dan lain
sebagainya. Rosulullah Saw bersabda: bertawadulah, dan duduklah
bersama orang-orang miskin, niscaya kamu menjadi orang-orang yang
besar disisi SWT dan terlepas dari sifat sombong dan angkuh.
Latihan tawadlu dapat diawali dengan duduk bersama dengan
pembantu.untuk mendukung konsep ini ada riwayat dari Qois bin Hazim
yenjelaskan peristiwa yang dialami oleh Khalifah ke dua, Umar Ibnu
Khottob; kisahnya demikian.
Saiyidina Umar Ibnu Khottob, ketika bepergian menuju kota Syam,
dalam rangka kunjungan kerja, bersama dengan pembantunya dengan
menunggang seekor kuda. Mereka sadar betul bahwa jika mereka berdua
bersama-sama duduk menunggang kuda adalah merupakan kezoliman
terhadap kuda tersebut, maka mereka berdua, Umar Ibnu Khottob dan
pembantunya sepakat untuk bergilir atau bergantian menunggang kuda
tersebut. Ketika memulai perjalanan Umar Ibnu Khottob mendapat
giliran pertama menunggang kuda sementara pembantunya mendapat
gilian pertama membimbing kuda itu. Selama dalam pejalan mereka
secara rutin bergantian sesuai dengan kesepakatan. Akan tetapi
keitika menjelang sampai di tujuan, dalam hal ini kotaSyam, giliran
menunggang kuda jatuh kepada pembantunya, ementara Umar Ibnu
Khottob mendapat giliran membimbing kuda. Tidak ada perasaan di
hati mereka masing-masing kecuali ikhlas menjalankan kesepakatan
yang telah mereka bangun bersama. Namun, ternyata di depan pintu
gerbang kota, telah berdiri Abu Ubaidah, salah seorang pembesar
kota Syam yang bermaksud menyambut dengan Umar Ibnu Khottob di kota
itu. Melihat kejadian, itu lalu Abu Ubaidah berkata kepada Umar
Ibnu Khottob: Wahai Kholifah, para pembesar kota Syam pada saat itu
berkumpul di balai sidang untuk menyambut Kholifah, maka adalah
tidak pantas apa bila nanti mereka melihat kejadian ini, bagai mana
komentar mereka nanti. Mendengar perkataan yang bernuansa keluhan
structural dari Abu Ubaidah itu, lalu Umar Ibnu Khottob menjawab: .
, Ternyata dalam pikiran dan prinsip Umar Ibnu Khottob bahwa rendah
hati tidak akan menghinakan seseorang. Dalam kejadian berikutnya
Umar mengaplikasikan kembali sikap tawadlunya dengan kesediaannya
memikul ember berisi air lalu diberikan kepada tetangganya demi
untuk menutup rapat-rapat pintu hatinya dari invasi dan interpensi
benih-benih kesombongan. Kiranya ketawadluan Umar telah membangun
pengertian dan kesadaran bahwa pujian dan sanjungan rakyatnya dapat
berakibat memunculkan sikap sombong dan angkuh pada dirinya.
Hadirin. Untuk memperkaya hazanah kita tentang tawadlu ini, mari
kita ungkap sekelumit wejangan Ibrohim bin Syaiban dalam kata-kata
hikahnya: Ketinggian itu ada di dalam ketawdluan, kemulyaan ada di
dalam ketaqwaan, kebebasan/kemerdekaan ada di dalam sikap qanaah.
Menutup khutbah kita pada hari ini mari kita simak wejangan Imam
al-Ghozali yg termaktub dalam bukunya Bidayatul Hidayah. , , , , ,
: , .:
. , , ., ,
KHUTBAH JUMAT BAHASA JAWA KAUTAMAAN WULAN ROMADLON 8 . . . . ) :
( . ! . Hadirin sidang jumat ingkang minulyo. Sak mantunipun muji
dumateng Alloh, soho maos sholawat konjuk dateng junjungan kito
Nabi Agung Muhammad SAW., kulo wasiat dumateng panjenengan sedoyo,
khususipun pribadi kulo piyambak, monggo samiyo nambahi takwa
dumateng Allah SWT kanthi nebihi awisanawisanipun lan nglampahi
punopo ingkang dipun dawuhaken. Sak meniko kito wonten sak
lebetipun wulan romadlon, wulan ingkang agung, wulan ingkang kebak
berkahipun Allah. Wonten wulan meniko Allah nurunaken al-Quran,
kitab panutan kito umat Islam, kitab ingkang isi pitedah-pitedah
ingkang bagus tumraping tiyang ingkang mukmin. Ugi ing dalem wulan
meniko wonten dalu ingkang langkung sahe ketimbang sewu wulan, dalu
meniko dipun wastani lailatul Qodar. Allah majibaken dumateng kito
sedoyo siyam ing dalem wulan Romadlon meniko minongko adDzikr /
pepiling tumraping menungso ingkang panci kathah supenipun. Inggih
supe nindaaken syukur saking nimat ingkang sampun dipun paringaken.
Poro hadirin jumah ingkang minulyo. Sangking arah meniko kito kedah
kados pundi sak sampunipun mangertos fadlilah lan agungipun wulan
romadlon? Mboten wonten sanes monggo kito inggahake kito tambahi
ibadah amal sholih kitho ingkang kange simpenan benjang bikaipun
wonten ing akherot. Kito katah-katahaken
istighfar lan deres al-Quran kanti eling-eling sak maknane soho
sholawatipun, kito sudo anggenipun nyambut damel utawi ngulari
bondo, sebab manawi badan kito kesel utawi sayah meniko saged
ngelaleaken dateng nindaaken kewajiban-kewajiban wonten ing wulan
meniko. Kito kedah saget bagi wekdalipun ingkang supados hasil
sedoyonipun. ! . Poro kaum muslimin hadirin sidang jumat ingkang
minulyo. Monggo wonten ing wulan meniko kito supados
ngatah-ngatahaken mahos al_Quran al_karim derek tindak lampahipun
kanjeng Nabi Muhammad SAW. Keranten wonten ing wulan meniko kanjeng
nabi dipun panggihi deneng malaikat Jibril AS lajeng tadarrus
al-Quran. Lan malih poro ulama kito sami ngatah-ngatahaken mahos
al-Quran wonten ing wulan meniko. Keranten gusti Allah sampun
maringi keistimewaan ing wulan romadlon arupi temurunipun al_Quran.
Kados dawuhipun Allah wonten ing al-Quran; . Ingkang artosipun:
Kang ono ing sak jerone wulan Romadlon al-Quran diturunake kangge
nuduhake marang menungso lan dadi tondo terang saking pituduhe
Allah SWT lan kangge bedaaken antarane barang kang haq lan kang
bathil. : Artosipun; Sopo wonge moco sak huruf sangking kitab
al-Quran mongko kanggu wong iku sepuluh kabagusan. Poro hadirin
ingkang kawulo mulyaaken. Kejawi kito supados ngatah-ngatahaken
mahos al_quran lajeng kito supados saged ngerekso / nyejani dateng
siyam kito meniko sangking perkawis-perkawis ingkang saged ngerusak
dateng sah ipun siyam, inggih meniko amal awon, kados ngerasani
tiyang sanes, adu-adu lan sak panunggalanipun. Keranten engkang
nami siyam meniko boten namung ngempet dahar lan minum kemawon,
ananging ugi kedah ngempet sangking pendamelan mungkar ingkang
dipun awisi deneng Allah SWT. Pramilo monggo wonten wulan romadlon
meniko dipun isi kanthi amal-amal ingkang soleh. Kados tadarrus
al-Quran, sholat tarawih berjamaah lan qiyamul lail, soho
ngatah-ngatahaken anggenipun taubat lan istighfar dateng Allah SWT.
Dipun sebataken wonten ing hadis bilih rasulullah SAW ngendiko;
.
Artosipun; Ono telung golongan kang bakal salaman karo malaikat
naliko tangi soko kubur. Deweke yoiku: Poro syuhada, wong-wong
mukmin kang ndiriaken sholat tahajjud ono ing wulan romadlon lan
wong-wong kang poso ing dino Arofah. Lajeng kados pundi lan sinten
tiyang ingkang mboten kepingin waget salaman kaliyan malaikat,
makhlukipun Allah ingkang mulyo, lan malaikat meniko pirso
nami-nami kito. Lan kanti salaman mentandaaken bilih kito kalebet
tiyang ingkang bejo, slamet mangke dumugi suargo. Temtu kemawon
meniko dados idam-idamanipun kito sedoyo. Wonten hadits lintu
Rasulullah SAW ngendiko: ) ( Artosipun; Sopo wonge ngelakoni ibadah
ing wulan ramadlan kanthi dasar iman lan kerono murih ganjaran,
mongko wong mahu bakal dingapuro dusane kang wis keliwat.
Akhiripun, monggo kito tansah ngiyataken jiwo rogo, kito jagi
kesehatan wonten ing wulan romadon meniko supados kito wagedbibadah
sak katah-katahipun. Lan mugi-mugi Allah tansah paring pitedah soho
kekiatan, amin, amin, aminya robbal alamin. . . , , , . .
KHUTBAH JUMAT BAHASA SUNDAKASAIMBANGAN HIRUP Oleh: Bpk. Andi
Rachman Hakim Assalamualaikum Wr.Wb., Puji syukur mangga urang
sami-sami panjatkeun ka hadirat Alloh SWT anu parantos maparin
kanikmatan iman sinareng Islam dugi ka dangeut ieu urang sadayana
masih dina kaayaan sehat walafiat sahingga tiasa ngalaksanakeun
salah sahiji kawajiban hirup urang sadayana nyaeta ngalaksanakeun
ibadah jumat di masjid ieu. Sholawat sinareng salam mugia tetep
kacurahlimpahkeun kanggo junjungan urang sadayana, Nabi Muhammad
SAW., ka para sahabatna, ka para tabiit tabiin anu satia dugi akhir
zaman anu insya Alloh kalebet oge urang sadayana. Dina kasempetan
ayeuna khotib masihan wasiat khususna kanggo pribados nyalira
sareng ka jamaah jumat sadaya, hayu urang sami-sami ningkatkeun
kaimanan sareng kataqwaan ka Alloh
SWT ku ngalaksanakeun sagala parentahna sareng ngajauhan sagala
laranganna supados kenging ridho ti mantenna. Alloh SWT nyiptakeun
manusa teh kalayan makhluk anu panghadena di dunya ieu, jeung
dibere akal sarta nurani. Sajabi ti janten hamba Alloh oge janten
kholifah di bumi anu dipaparin kawajiban pokok nyaeta ibadah. Dawuh
Alloh SWT dina surat adz-dzariat ayat 56 : Jeung Kuring (Alloh)
henteu nyiptakeun jin jeung manusa teh teu aya lian pikeun
maranehna kacuali nyembah ka Kawula. Nyembah dina harti luas nyaeta
sagala rupa bentuk pangabdian atawa ibadah nu hade didasaran
parentah Allah jeung sakumaha Rasulullah parantos nyontohkeun dina
ngalaksanakeunna, boh ibadah langsung ka Alloh (Hablu minalloh)
atanapi ibadah kasasama manusa (hablu minannas). Sajabi ti eta oge,
manusa teh kudu bisa ngalola jeung ngamanfaatkeun naon-naon nu ku
Gusti Alloh ciptakeun di dunya ieu pikeun kasejahteraan hirup
manusa sebab nu kitu teh masih keneh kaasup kana ibadah. Hadirin
Rohimakumullah, Urang sadayana yakin yen sagala urusan dunya nu
disinghareupan baheula nepi ayena ieu, sanajan urang ngadekul teu
euereun-eureun beurang jeung peuting moal aya beakna jeung
tungtungna salila hawa masih kaluar tina irung, pagawean jeung
pangabutuh teh bakal datang. Salaku jalma nu boga iman mah kudu
bisa ngatur jeung ngatasi perkara eta. Sabab lamun urang teu bisa
ngatur jeung ngabatasan pangabutuh hirup urang leuwih bahayana
leungiteun kabahagian hirup jeung kasaimbangan hirup dina kahirupan
sapopoe. Alloh Maha Adil nyiptakeun kabeh mahluk teh aya pasanganna
samodel langit jeung bumi, daratan jeung lautan, halodo jeung
hujan, lalaki jeung awewe leuwih tina hal eta jasmani jeung rohani.
Patali tina sakian ciptaan nu hade, geus sakuduna urang bisa miara
jeung ngatur sanajan sawareh oge nu aya kaitan jeung hajat
(pangabutuh) urang salaku manusa supaya bisa maju, lancar, sauyunan
tur saimbang, utamana mah pangabutuh jasmani jeung rohani eta.
Kasaimbangan dina pandangan Islam teh nyaeta mangrupikeun faktor nu
penting, malahan jadi tujuan jeung cita-cita hirup keur muslim.
Sakumaha parantos ditetelakeun dina Al-Quran surat Al-Baqoroh ayat
201 : Jeung di antara maranehna aya jalma anu ngadoa : Nun gusti,
pasihan diri kami kasaean di dunya sareng kasaean di akherat sareng
piara diri kami tina siksa seuneu naraka. Leuwih jelasna deui
Rasululloh ngadawuh dina hadits nu diriwayatkeun ti Ibnu Asyakir :
Jalma nu niggalkeun urusan dunya ngan saukur pikeun akherat teh
lain jalma nu hade, kitu oge jalma nu ninggalkeun urusan akherat
ngan saukur pikeun dunya kacuali lamun manehna meunangkeun dunya
jeung akherat babarengan sabab dunya teh jalan keur ka akherat
jeung urang teh ulah jadi beban keur batur. Hadirin Rohimakumullah,
Tina ayat Quran jeung hadits di luhur meunang kasimpulan sapertos
kieu : 1. Urang sadayana dituntut kudu bisa nyaimbangkeun miwah
kapentingan lahiriyah duniawiyah jeung kapentingan ruhaniyah
ukhrowiyah, ulah dugi kabeurat sabeulah komo lamun
mentingkeun salah sahijina. Duanana kudu saimbang, sajalan,
sauyunan jeung saarah. Sakumaha conto saimbang jeung saarahna rel
kareta api teu bisa jangkung sabeulah, sabab bisa ngakibatkeun
kareta api nyangeyeng malahan bisa tiguling. 2. Dunya teh
mangrupikeun jambatan keur nuju akherat. Dunya ieu lain tujuan
sabab fana nu sawaktu-waktu geus ditangtukeun ku Gusti Alloh pasti
bakal ancur jeng binasa ka asup manusa nu bakal balik nyinghareupan
ka nu nyiptakeunana nyaeta Alloh SWT. Hadirin Sidang Jumat
Rohimakumulloh, Mung sakieu rupina khutbah nu tiasa didugikeun dina
kasempetan ayeuna, mugia aya manfaat khususna kanggo khotib sareng
umumna ka para jamaah salaku kaum muslimin. Mugia Alloh SWT maparin
kakiatan Iman tur kataqwaan dina ngalaksanakeun kahirupan urang
sadayana sahingga tiasa ngajalankeun parentahna sareng ngajauhan
sagala laranganna nu akhirna Gusti Alloh maparin karidhoan-Na. Amin
Ya Robbal alamin. Wassalamualaikum Wr.Wb.