Alkohol Alkohol merupakan substansi yang paling banyak digunakan di dunia, dan tidak ada obat lain yang dipelajari sebanyak alkohol. Dari segi kimiawi, alkohol merupakan suatu senyawa kimia yang mengandung gugus OH. Alkohol dalam masyarakat umum mengacu kepada etanol atau grain alkohol. Etanol dapat dibuat dari fermentasi buah atau gandum dengan ragi. Istilah alkohol sendiri pada awalnya berasal dari bahasa Arab “Al Kuhl” yang digunakan untuk menyebut bubuk yang sangat halus yang biasanya dipakai untuk bahan kosmetik khususnya eyeshadow. Sejak 5000 tahun yang lalu alkohol digunakan sebagai minuman dengan berbagai tujuan, seperti sarana untuk komunikasi transedental dalam upacara kepercayaan dan untuk memperoleh kenikmatan. Alkohol bersifat depresan terhadap sistem saraf pusat dengan menghambat aktivitas neuronal. Ini berakibat hilangnya kendali diri dan mengarah kepada keadaan membahayakan diri sendiri maupun orang disekitarnya. Diperkirakan alkohol menjadi penyebab 25% kunjungan ke Unit Gawat Darurat rumah sakit.1 Alkohol dapat menyebabkan komplikasi yang serius dalam menangani dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Alkohol
Alkohol merupakan substansi yang paling banyak digunakan di dunia, dan tidak
ada obat lain yang dipelajari sebanyak alkohol. Dari segi kimiawi, alkohol
merupakan suatu senyawa kimia yang mengandung gugus OH. Alkohol dalam
masyarakat umum mengacu kepada etanol atau grain alkohol. Etanol dapat dibuat
dari fermentasi buah atau gandum dengan ragi.
Istilah alkohol sendiri pada awalnya berasal dari bahasa Arab “Al Kuhl” yang
digunakan untuk menyebut bubuk yang sangat halus yang biasanya dipakai untuk
bahan kosmetik khususnya eyeshadow. Sejak 5000 tahun yang lalu alkohol
digunakan sebagai minuman dengan berbagai tujuan, seperti sarana untuk
komunikasi transedental dalam upacara kepercayaan dan untuk memperoleh
kenikmatan.
Alkohol bersifat depresan terhadap sistem saraf pusat dengan menghambat
aktivitas neuronal. Ini berakibat hilangnya kendali diri dan mengarah kepada
keadaan membahayakan diri sendiri maupun orang disekitarnya. Diperkirakan
alkohol menjadi penyebab 25% kunjungan ke Unit Gawat Darurat rumah sakit.1
Alkohol dapat menyebabkan komplikasi yang serius dalam menangani dan
mengobati pasien trauma. Interaksi antara alkohol dengan obat lainnya dapat
terjadi, sehingga harus diperhitungkan secara hati-hati penggunaannya dalam
obat, operasi, maupun obat anestesi. Akibat penggunaan alkohol dapat muncul
masalah kesehatan lainnya seperti gangguan hati, cardiomyopati, gangguan
pembekuan darah, gangguan keseimbangan cairan, hingga ketergantungan
terhadap alkohol. Ini akan menyebabkan perlunya pertimbangan yang lebih
matang dalam menangani pasien dengan alkohol.
Mengidentifikasi permasalahan yang dapat timbul akibat penggunaan alkohol
pada pasien yang memerlukan pembedahan pada saat perioperatif merupakan
suatu tantangan bagi dokter, terutama ahli bedah dan anestesi. Setelah
diiidentifikasi, masalah pada pasien dapat ditangani dengan lebih efektif untuk
meningkatkan outcome dari pembedahan dan mengurangi efek samping yang
dapat terjadi.
Epidemiologi
Sekitar 14 juta warga Amerika termasuk dalam kriteria alkoholism, membuatnya
sebagai peringkat ketiga penyakit yang memerlukan kunjungan ke psikiater dan
menghabiskan lebih dari 165 miliar dolar amerika setiap tahunnya akibat
penurunan produksi kerja, kematian, dan biaya pengobatan langsung. Diantara
mereka 10% wanita dan 20% pria termasuk dalam kriteria penyalahgunaan
alkohol, sedangkan 3-5% wanita dan 10% pria dimasukkan dalam ketergantungan
alkohol.2
Usia 13-15 tahun merupakan usia yang berisiko dimana pada usia tersebut remaja
mulai menjadi peminum. Pengkonsumsi alkohol terbanyak berkisar pada usia 20-
35 tahun.2 Penelitian pada sebuah sekolah di Amerika menunjukkan bahwa siswa
kulit putih mengkonsumsi alkohol terbanyak, siswa kulit hitam merupakan
peminum yang paling sedikit, dan siswa Hispanic berada diantaranya. Survey
memfokuskan kepada masalah yang dihadapi oleh 4.390 siswa dimana hampir
80% dilaporkan menjadi peminuman saat pesta. Lebih dari 50% mengaku alcohol
menyebabkan mereka merasa sakit, kehilangan sekolah maupun pekerjaan,
ditahan polisi, atau mengalami kecelakaan lalu lintas.2
Pria dilaporkan mengkonsumsi alkohol lebih banyak dibandingkan wanita.
Wanita mulai mengkonsumsi alkohol lebih lambat dibandingkan pria. Namun
wanita lebih cepat menjadi alkoholik karena rendahnya kadar air dalam tubuh dan
tingginya lemak pada wanita dibandingkan pria.2 Karena tingginya kadar alkohol,
wanita memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami gangguan kesehatan
yang berkaitan dengan alkohol seperti cirosis, cardiomiopaty, dan atropi otak.
Alkohol
Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk senyawa
organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom
karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau atom karbon lain.3
Rumus kimia umum alkohol adalah CnH2n+1OH. Alkohol dapat dibagi kedalam
beberapa kelompok tergantung pada bagaimana posisi gugus -OH dalam rantai
atom-atom karbonnya. Kelompok-kelompok alkohol antara lain alkohol primer,
sekunder, dan tersier. Titik didih alkohol meningkat seiring dengan meningkatnya
jumlah atom karbon.
Alkohol murni tidaklah dikonsumsi manusia. Alkohol sering dipakai untuk
menyebut etanol, yaitu minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan
karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman
tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Bahan ini dihasilkan dari
proses fermentasi gula yang dikandung dari malt dan beberapa buah-buahan
seperti hop, anggur dan sebagainya.
Setiap Negara memiliki aturan yang membahas kadar alkohol dalam darah yang
masih ditolerir demi keamanan bersama. Kadar alkohol dalam darah atau Blood
Alkohol Concentration (BAC) digunakan sebagai satuan ukur intoksikasi alkohol
untuk tujuan hukum maupun medis. BAC dihitung dengan membandingkan massa
tubuh per volume. Jumlah alkohol yang dikonsumsi tidak dapat di hitung dengan
BAC, karena bervariasi terhadap berat badan, jenis kelamin, dan lemak tubuh.
Namun secara umum diperkirakan bahwa satu gelas alkohol yang tidak
menyebabkan mabuk (contohnya 14 gram (17,74 ml) ethanol berdasarkan standar
amerika) akan meningkatkan ± 0,02-0,05% BAC dalam 1,5 sampai 3 jam
berikutnya7.
Farmakokinetik Alkohol
Absorpsi
Setelah diminum, alkohol kebanyakan diabsorpsi di duodenum melalui difusi.
Kecepatan absorpsi bervariasi, tergantung beberapa faktor, antara lain8:
a) Volume, jenis, dan konsentrasi alkohol yang dikonsumsi. Alkohol dengan
konsentrasi rendah diabsorpsi lebih lambat. Namun alkohol dengan konsentrasi
tinggi akan menghambat proses pengosongan lambung. Selain itu, karbonasi juga
dapat mempercepat absorpsi alkohol.
b) Kecepatan minum, semakin cepat seseorang meminumnya, semakin cepat
absorpsi terjadi.
c) Makanan. Makanan memegang peranan besar dalam absorpsi alkohol. Jumlah,
waktu, dan jenis makanan sangat mempengaruhi. Makanan tinggi lemak secara
signifikan dapat memperlambat absorpsi alkohol. Efek utama makanan terhadap
alkohol adalah perlambatan pengosongan lambung.
d) Metabolisme lambung, seperti juga metabolisme hati, dapat secara signifikan
menurunkan bioavailabilitas alkohol sebelum memasuki sistem sirkulasi.
Distribusi
Alkohol didistribusikan melalui cairan tubuh. Terdapat perbedaan komposisi
tubuh antara pria dan wanita, dimana wanita memiliki proporsi cairan tubuh yang
lebih rendah dibandingkan pria, meskipun mereka memiliki berat badan yang
sama. Karena itu, meskipun seorang wanita dengan berat badan yang sama,
mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang sama dengan pria, wanita tersebut
akan memiliki kadar alkohol darah yang lebih tinggi.
Metabolisme
Metabolisme primer alkohol adalah di hati, dengan melalui 3 tahap. Pada tahap
awal, alkohol dioksidasi menjadi acetaldehyde oleh enzim alkohol dehydrogenase
(ADH). Enzim ini terdapat sedikit pada konsentrasi alkohol yang rendah dalam
darah. Kemudian saat kadar alkohol dalam darah meningkat hingga tarap sedang
(social drinking), terjadi zero-order kinetics, dimana kecepatan metabolisme
menjadi maksimal, yaitu 7-10 gram/jam (setara dengan sekali minum dalam satu
jam). Namun kecepatan metabolisme tersebut sangat berbeda antara masing-
masing individu, dan bahkan berbeda pula pada orang yang sama dari hari ke hari.
Tahap kedua reaksi metabolisme, acetaldehyde diubah menjadi acetate oleh enzim
aldehyde dehydrogenase. Dalam keadaan normal, acetaldehyde dimetabolisme
secara cepat dan biasanya tidak mengganggu fungsi normal. Namum saat
sejumlah besar alkohol di konsumsi, sejumlah acetaldehyde akan menimbulkan
gejala seperti sakit kepala, gastritis, mual, pusing, hingga perasaan nyeri saat
bangun tidur.
Tahap ketiga merupakan tahap akhir, terjadi konversi gugus acetate dari koenzim
A menjadi lemak, atau karbondioksida dan air.6 Tahap ini juga dapat terjadi pada
semua jaringan dan biasanya merupakan bagian dari siklus asam trikarbosilat
(siklus Krebs). Jaringan otak dapat mengubah alkohol menjadi asetaldehid, asetil
koenzim A, atau asam asetat.
Pada peminum alkohol kronis dapat terjadi penumpukan produksi lemak (fatty
acid). Fatty acis akan membentuk plug pada pembuluh darah kapiler yang
mengelilingi sel hati dan akhirnya sel hati mati yang akan berakhir dengan cirrosis
hepatis.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Wilkinson menunjukkan bahwa
konsentrasi alkohol dalam darah (BAC) setelah mengonsumsi secara cepat
berbeda pada setiap orang. Selain itu, jika sejumlah alkohol di konsumsi dalam
jangka waktu yang lama, BAC menjadi lebih rendah.8 Dibawah ini ditunjukkan
konsentrasi alkohol dalam darah setelah beberapa jam. 100 mg% merupakan
konsentrasi alkohol dalam darah yang masih di ijinkan pada beberapa negara,
sedangkan BAC 50 mg% merupakan kadar aman yang masih diperbolehkan untuk
mengemudikan kendaraan.
Farmakodinamik Alkohol
Alkohol lebih banyak bekerja pada sistem saraf, terutama otak. Pada otak, alkohol
mengakibatkan depresi yang menyerupai depresi akibat narkotik, kemungkinan
melalui gangguan pada transmisi sinaptik, dimana impuls saraf akan mengalami
inhibisi. Terjadi pembebasan pusat otak yang lebih rendah dari kontrol pusat yang
lebih tinggi dan inhibisi.8
a) Efek pada sistem GABA
Alkohol menimbulkan efek seperti kerja GABA-A dengan berinteraksi dengan
GABA-A reseptor, namun melalui tempat yang berbeda dari tempat berikatannya
GABA ataupun benzodiazepine. Interaksi ini akan mengaktifkan neuron DA di
sistem mesolimbik. Akibatnya muncul efek sedatif, anxiolytic, dan
hyperexcitability.
b) Efek pada sistem Dopamin dan Opioid
Alkohol tidak bekerja secara langsung pada reseptor DA, namun secara tidak
langsung dengan meningkatkan kadar DA pada sistem mesocorticolimbic.
Peningkatan ini memiliki efek terhadap penguatan efek alkohol dalam tubuh.
Interaksi alkohol dengan sistem opioid juga tidak langsung dan mengakibatkan
pengaktifan sistem opioid. Interaksi ini bersifat menguatkan (kemungkinan
melalui reseptor MU). Sistem opioid juga terlibat dalam munculnya kecanduan
alkohol.
c) Efek terhadap sistem lain (NMDA, 5HT, stress hormone)
Alkohol menghambat reseptor NMDA, tidak dengan berikatan langsung pada
glutamate binding site, namun dengan mengubah jalan glutamate menuju
tempatnya berikatan pada reseptor (allosteric effect). Interaksi ini juga
memfasilitasi munculnya efek sedatif/hypnotic alkohol, seperti halnya
neuroadaptation.
Sistem serotonin juga berperanan dalam farmakologi alkohol. Meskipun
mekanisme kerja belum jelas, namun membantu dalam pelepasan DA.
Peningkatan kadar serotonin pada sinap menurunkan pengambilan alkohol.
Konsumsi alkohol akut juga memiliki efek terhadap hypothalamic-pituitary axis,
kemungkinan dengan melibatkan hormone CRF (corticotrophin releasing factor).
Kerja pada tempat ini kemungkinan mendasari efek penekanan stress pada
alkohol.
Interaksi Alkohol dengan Obat
Terdapat dua tipe interaksi alkohol dan obat lain, yaitu interaksi farmakokinetik,
dimana alkohol mempengaruhi efek obat, dan interaksi farmakodinamik, alkohol
mengubah efek obat, umumnya di sistem saraf pusat (contoh : sedasi). Interaksi
farmakokinetik umumnya terjadi di hati, dimana alkohol dan banyak obat-obatan
di metabolisme, kebanyakan oleh enzim yang sama. Pada alkohol dosis akut
(sekali minum atau beberapa kali minum setelah beberapa jam) dapat
menghambat metabolisme obat dengan berkompetisi dengan menggunakan enzim
metabolisme yang sama. Interaksi ini akan memperpanjang dan mengubah
kemampuan obat, berpotensi meningkatkan risiko terjadinya efek samping obat.
Pada peminum alkohol kronis (dalam jangka waktu lama), alkohol akan
mengaktifkan enzim metabolisme. Ini akan menurunkan dan mengurangi efek
kerja obat. Setelah enzim diaktifkan, mereka akan selalu ada meskipun tanpa
adanya alkohol, mempengaruhi metabolisme beberapa obat selama beberapa
minggu setelah penghentian konsumsi alkohol.
Sejumlah golongan obat dapat menimbulkan interaksi dengan alkohol, termasuk