Lapisan ini mempunyai ketebalan antara 30 cm - 50 cm dalam
keadaan padat (kelulusan maksimum 1x10-4 cm/det). Lapisan ini
dilakukan setelah telah terjadi tiga lapis sel harian. Lapisan
antara ini dapat dibiarkan selama 1/2 sampai 1 tahun.
- Lapisan Lapisan Akhir (Final Cover)
Merupakan penutupan tanah terakhir setelah kapasitas terpenuhi.
Ketebalan minimumyang disyaratkan adalah 50 cm dalam keadaan padat
(kelulusan maksimum 10-7 cm/det). Tanah penutup akhir ini juga akan
berfungsi sebagai tempat dari akar tumbuhan oenutup. Lpaisan
penutup akhir terdiri dari:
Lapisan pendukung, berfungsi untuk meratakan muka tanah penutup
timbunan antara sebelumnya dan memberikan kemiringan permukaan
bukit. Tebal hingga 10 cm dan dapat menggunakan tanah sekiar
lokasi.
Lapisan kedap, berfungsi untuk mencegah resapan air hujan atau
air permukaan lainnya. Terdiri dari tanah lempung atau bentukannya
dengan persyaratan yang sama dengan pembentukan lapisan dasar.
Memiliki ketebalan lapisan 50 cm.
Lapisan penutup, berfungsi untuk menunjang perkembangan tumbuhan
penutup bukit. Kualitas tanah penutup yang diharapkan adalah mudah
dalam pengerjaan, ikatan partikel cukup baik dan kuat. Untuk bahan
yang sesuai adalah campuran pasir, lanau, dan lempung dan
prosentase perbandingan lanau, lempung dan pasir yang hampir sama.
Tanah ini harus memiliki kapasitas kelembaban (moisture holding
capacity) yang tinggi. Tebal lapisan minimal 15 cm. Sebaiknya
lapisan ini diberikan tambahan kandungan bahan organik (pupuk).
Namuun demikian, pada pasca operasi direncanakan penanaman pohon
dengan akar yang dalam, maka ketebalan harus mencapai (1,5 - 2 m)
agar kondisi pohon cukup kuat dan pertumbuhan akarnya tidak
terganggu oleh gas yang terperangkap dalam lapisan sampah.
Gambar 7.4. Detail lapisan penutup akhir (controlld
landfill)
Gambar 7.5 Detail lapisan penutup akhir (sanitary landfill)
- Penutupan sampah dengan tanah serta proses pemadatannya
dilakukan secara bertahap sel demi sel sehinga setelah sel lapisan
pertama selesai maka dapat dilanjutkan dengan membuat lapisan
selanjutnya di atasnya.
- Lakukan pencatatan terhadap jenis, frekuensi, dan ketebalan
tanah penutup reguler pada sel-sel urugan/timbunan sampah.
- Padatkan tanah penutup reguler dengan alat berat, dan arahkan
kemiringan dasar menuju pengumpul aliran drainase. Upayakan agar
air run-off ini tidak bercampur dengan saluran penampung lindi yang
keluar secara lateral.
Lapisan tanah penutup hendaknya :
- Tidak tergerus selama menunggu penggunaan, seperti tergerus
hujan, tergerus akibat operasi rutin, khususnya akibat truk
pengangkut sampah dan operasi alat berat yang lalu di atasnya.
- Mempunyai kemiringan menuju titik pengumpulan.
- Sistem penutup akhir pada controlled landfill terdiri atas
beberapa lapis, yaitu berturut-turut dari bawah ke atas:
- Di atas timbunan sampah : lapisan tanah penutup reguler
(harian atau antara). Bila sel harian tidak akan dilanjutkan untuk
jangka waktu lebih dari satu bulan, maka dibutuhkan penutp antara
setebal 30 cm dengan pemadatan.
- Sistem penutup akhir pada sanitary landfill terdiri atas
bebrapa lapis berturur-turut yaitu:
- Di atas timbunan sampah : lapisan tanah pentup reguler (lebih
dari satu harian atau antara). Bila sel harian tidak akan
dilanjutkan untuk jangka waktu lebih dari1 bulan, maka dibutuhkan
penutup antara seyebal 30 cm dengan pemadatan.
- Lapisan karpet kerikil berdiameter 30 - 50 mm sebagai
penangkap gas horizontal setebal 20 cm, yang berhubungan dengan
perpipaan penangkap gas vertikal
- Lapisan tanah liat setebal 20 cm dengan permebilitas maksimum
sebeasr 1 x 10-7 cm/det.
- Lapisan karpet kerikil under-drain penangkap air infiltrasi
terdiri dari media kerikil berdiameter 30 - 50 mm setebal 20 cm,
menuju sistem drainase. Bilamana diperlukan di atasnya dipasang
lapisan geotekstil untuk mencegah masuknya tanah di atasnya.
- Lapisan tanah humus setebal minimum 60 cm.
Kemiringan tanah penutup akhir hendaknya mempunyai grading
dengan kemiringan maksimum 1 : 2 untuk menghindari terjadinya
erosi.
Kemiringan dan kondisi tanah penutup harus dikontrol setiap hari
untuk menjamin peran dan fungsinya, bilamana perlu dilakukan
penambahan dan perbaikan pada lapisan ini.
Dalam kondisi sulit mendapatkan tanah penutup, dapat digunakan
reruntuhan bangunan sampah lama atau kompos, debu sapuan jalan,
hasil pembersihan saluran sebagai pengganti tanah penutup.
Penutup akhir diaplikasikan pada setiap area penimbuhan yang
tidak akan digunakan lagi lebih dari 1 tahun. Ketebalan tanah
penutup final ini paling tidak 60 cm.
Rasio tanah penutup secara keseluruhan sebesar 15-20% dari
sampah yang diingankan dan mempunyai grading dengan kemiringan iak
lebih dari 300 untuk mencegah terjadinya erosi.
Pada aera yang telah dilaksanakan penutupan final diharuskan
ditanami pohon yang sesuai dengan kondisi daerah setempat.
Kegiatan operasional penimbunan sampai dengan penutupan akhir
dicatat pada Formulir-03
PENGOPERASIAN ALAT BERAT
Berbagai kegiatan operasional penimbunan sampah di lahan
penimbunan terdiri dari beberapa kegiatan di bawah ini sesuai
dengan kebutuhan peralatannya:
Penghamparan, kegiatan operasi penimbunan sampah diawali dengan
kegiatan penghamparan sampah yang bertujuan untuk memindahkan
sampah menuju ke dalam lokasi kerja penimbunan yang terdiri dari
sub pekerjaan pengambialn dan sub penyebaran sampah (feding dan
spreading-in). Jenis kegiatan ini dilakukan oleh alat berat
bulldozer.
Perataan/penataan, perataan atau penataan sampah yang sudah
berada di lokasi penimbunan dilakukan oleh alat berat
bulldozer.
Pemadatan, alat yang digunakan untuk pekerjaan pemadatan sampah
yaitu bulldozer dengan cara berikut:
Lapisan timbunan sampah dipadatkan dengan cara digiling sebanyak
5-7 kali sehingga didapatkan kepadatan optimum 600-650 kg/m3.
Operasi kerja bulldozer haru diatur dengan baik agar tidak
menganggu lalu lintas operasi pengangkutan.
Penutupan lapisan sampah, penutupan lapisan sampah dilakukan
setiap akhir operasi pada sel harian yaitu sebagai berikut:
Pada akhir penimbunan sampah harus dilakukan penutupan timbunan
tersebut dengan tanah urugan yang sudah disiapkan sebelumnya.
Tanah penutup disiapkan dan diambil dari bukit sebagai quary
(sumber material) dari lokasi TPA. Pengangkutan tanah penutup
dilakukan dengan menggunakan dump truck.Penggalian dan penumpukan
tanah penutup menggunakan excavator.
Setelah lapisan tanah penutup dihamburkan kemudian langsung
dipadatkan dengan roller 2-3 sehingga diperoleh kepadatan dan
ketebalan.
Adapun beberapa ketentuan tenis dalam penggunaan alat berat ini
adalah sebgai berikut:
Kebutuhan alat berat untuk sebuah TPA akan bervariasi sesuai
denhan perhitungan desain dari sarana landfill ini.Jumlah
PendudukSampah HarianPeralatanPerlengkapan
Ton/hariJumlahJenisBerat (kg)
100000>260>2Tractor, Crawler atau Rubber-tired Scraper,
dragline, water truck.>22500Dozer blade froud and loader
Bulicalm Trush Blade.
Alat berat yang digunakan untuk operasi penimbunan sampah
hendaknya selalu siap dioperasikan setiap hari.
Katalog dan tata-cara pemeliharaan harus tersedia di lapangan
dan diketahui secara baik oleh petugas yang diberi tugas.
Melakukan inentarisasi dan teliti kembali spesifikasi teknis dan
fungsi alt-alat berat yang tersedia:
- Loader atau bulldozer atau landfill compactor berfungsi untuk
mendorong, menyebarkan, menggilas, memadatkan lapasitas altivis
lapisan sampah. Gunakan blade sesuai spesifikasi pabrik guna
memnuhi kebutuhan kapasitas aktivitas.
- Excavator untuk penggalian dn peletakan tanah penbucket 0,5 -
1,5 mutup ataupun memindahkan sampah dengan spesifikasi yang
diisyarakatkan dengan bucket 0,5-1,5 m2.
- Dump truck untuk mengangkut tanah penutup (bila diperlukan)
dengan volume 8 - 12 m3.
Penggunaan dan pemeliharaan alat-alat berat harus sesuai dengan
spesifikasi teknis dalam rekomendasi pabrik. Karena alat-alat
tersebut pada dasarnya digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan teknik
sipil, maka penggunaan pada sampahakan mengakibatkan terjadinya
korosi yang berlebihan atau bantalan/sepatu whell atau bylldozer
macet karena terselip ptongan jenis sampah tertentu yang
diurug.
Untuk mengurangi resiko kerusakan tersebut, beberapa hal yang
perlu diperhatikan antara lain adalah:
- Kedisiplinan pemnafaatan jalur track pada lahan dan bidang
kerja TPA yang telah disiapkan, jalan operasional, dan tanah
penutup.
-Instruksi yang jelas dan training bagi operator untuk
menggunakan dan memelihara alat-alat berat.
Peningkatan management after-sales service system dengan alokasi
dana yang memadai untuk melakukan pemeliharaan secar rutin dan
periodik:
- Penyediaan garasi/bengkel beratap dan peralatan ynag
diperlukan
- Pembersihan dan pemeliharaan alat-alat berat harian
- Servis alat-alat bulanan
- Penyediaan minyak pelumas/oli
- Pembelian dan pemasangan spare-part (alokasi budget
tahunan)
- Hubungan on-line dengan supplie/dealer alat-alat berat dan
pelatihan diusahakan
Untuk operator/mechanic untuk pemahaman lebih lanjut mengenai
spesifikasi teknis, penggunaan dan pelaksanaan perwatan kendaraan
secara rutin dan berkala
- Penyiapan record konsumsi bahan bakar, penggunaan minyak
pelumas, dan data-data terkait dengan pemeliharaan rutin
berkala.
Gambar 8.1 Jenis alat berat untuk mendukung operasional TPA
PENANGANAN LINDI
Penanganan lindi untuk TPA di Indonesia minimal mnerapkan konsep
konvensional seperti skema berikut:
9.1 Pengumpul Lindi
Pengadaan sistem pengolahan lindi (leachate) sangat diperlukan
untuk mengurangi bahan pencemaran terhadap badan air pencemar.
Untuk meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan lindi, ada
beberapa cara yang dapat digunakan, antara lain:
- Penggunaan lapisan tanah penutup, baik lapisan tanah penutup
harian, awal maupun akhir.
- Pemakaian lapisan dsar/liner untuk mencegah lindi
berinfiltrasi ke air tanah/
Lateral drainage aliran lindi perlu disipkan, khususnya bila
timbunan sampah berada di atas tanah (above ground)) agar lindi
ynag muncul dari sisi timbunnan sampah tidak bercampur dengan air
permukaan. Drainase yang terkumpul melalui drainase khusus ini
dialirkan menuju pengolah lindi.
Penyediaan sarana pengolah lindi yang dihasilkan, termasuk
diantaranya:
- Pemasangan saluran lindi di lapisan dasar
- Pemangunan saluran drainase
- Penerapan pengolah lindi
Saluran pengumpulan lindi dirancang dan dibuat sedemikian rupa
dengan setengan sisi atas dilubangi (perforasi) dengan diameter dan
jarak tertentu.
Gambar 9.2. Pipa pengumpulan lindi perforated
9.2 Pengolahan Lindi
Drain pengumpul leachate, sistem pengunpul leachate, bak kontrol
dan bak penampung, pipa inlet ke instalasi, dan instalasi pengolah
lindi (IPL) agar sistem yang ada sesuai dengan perkembangan sampah
yan masuk.
Lakukan evaluasi desain, konstruksi, mapun operasional IPL
terutama terkait dengan konsep pola aliran antar kolam harus
dipastikan terlebih dahulu bahwa aliran lindi pada masing-masing
kolam dapat mengalir secara laminer (tercampur) baru kemudian
mengalir ke kolam berikutnya, sangat dihindari pengaliran lindi
hanya secara lateral yang mana hanya mengalirkan aliran lindi pada
bagian permukaan saja.
Pada pengolahan secara biologi, lakukan seeding dan aklimatisasi
terlebih dahulu sesuai SOP IPL, sebelum dilakukan proses pengolahn
leachate sesungguhnya. Langkah ini lemungkinan besar akan terus
dibutuhkan, bila terjadi perubahan kualitas dan beban seperti
akibat hujan atau akibat perubahan sampah yang masuk, atau akibat
tidak berfungsinya sistem IPL, biologis ini, sehingga merusak
mikroorganisme semula.
Penutupan sampah dengan tanah serta proses pemadatannya
dilakukan secara bertahap sel demi sel, sehingga setelah sel
lapisan pertama selesai maka dapat dilanjutkan dengan membuat
lapusan selanjutnya di atasnya.
Lakukan pencatatan terhadap jenis, frekuensi, dan ketebalan
tanah penutup reguler pada sel-sel urugan/timbunan sampah.
Padatkan tanah penutup reguler dengan alat berat, dan arahkan
kemiringan dasar menuju pengumpul aliran drainase. Upayakan agar
air run-off ini tidak bercampur dengan saluran penampung lindi yang
keluar secara lateral.
Lapisan tanah penutup hendaknya:
- Tidak tergerus selama menunggu penggunaan, seperti ergerus
hujan, tergerus akibat operasi rutin, kususnya akibattruk
pengangkut sampah dan operasi alat berat yang lalu di atasnya.
- Mempunyai kemiringan menuju titik pengumpulan.
Sistem penutup akhir pada controlled landfill terdiri atas
beberapa lapis, yaitu berturur-turut