KETERAMPILAN PROSES DASAR PADA PEMBELAJARAN Oktober 23, 2008 — Wahidin A. Pengertian Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan- keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan- kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam Moedjiono, 1992/ 1993 : 14) Menurut Semiawan, dkk (Nasution, 2007 : 1.9-1.10) menyatakan bahwa keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan- kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru. Dimyati dan Mudjiono (Sumantri, 1998/1999: 113) mengungkapkan bahwa pendekatan keterampilan proses bukanlah tindakan instruksional yang berada diluar jangkauan kemampuan peserta didik. Pendekatan ini justru bermaksud mengembangkan kemampuan- kamapuan yang dimiliki peserta didik.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KETERAMPILAN PROSES DASAR PADA PEMBELAJARAN
Oktober 23, 2008 — Wahidin
A. Pengertian
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan
keterampilan- keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-
kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam
Moedjiono, 1992/ 1993 : 14)
Menurut Semiawan, dkk (Nasution, 2007 : 1.9-1.10) menyatakan bahwa keterampilan proses
adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan- kemampuan yang mendasar
yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan
berhasil menemukan sesuatu yang baru.
Dimyati dan Mudjiono (Sumantri, 1998/1999: 113) mengungkapkan bahwa pendekatan
keterampilan proses bukanlah tindakan instruksional yang berada diluar jangkauan kemampuan
peserta didik. Pendekatan ini justru bermaksud mengembangkan kemampuan- kamapuan yang
dimiliki peserta didik.
B. Jenis- Jenis Pendekatan Keterampilan Proses Dasar
Khusus untuk keterampilan proses dasar, proses- prosesnya meliputi keterampilan
memprediksi, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta mengenal hubungan- hubungan angka.
B. SARAN
Untuk mengoptimilisasikan proses pembelajaran bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam di
sekolah dasar, terkadang membutuhkan alat peraga atau media pembelajaran yang bersifat
modern, seperti audio visual dan alat peraga atau media pembelajaran tersebut terkesan mahal,
sehingga semua sekolah dasar tidak mampu memilikinya yang dampaknya akan menghambat
daripada proses pembelajaran IPA disekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Noehi, dkk.2007. Pendidikan IPA di SD. Jakarta : Universitas Terbuka
Moedjiono dan Moh. Dimyati. 1992/ 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD
Sumantri, Mulyani dan Johar Permana.1998/ 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
DEPDIKBUD
Ditulis dalam Makalah Belajar Dan Pembelajaran, Makalah Bimbingan Konseling, Makalah Evaluasi Pembelajaran, Makalah Kurikulum Dan Pembelajaran, Makalah Media Pembelajaran, Makalah Pedagogik, Makalah Pengelolaan Pendidikan, Makalah ilmu Pendidikan. 10 Komentar - komentar »
« Memilih Strategi Belajar Mengajar yang Tepat Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran »
Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA
Ditulis oleh Mahmuddin di/pada November 5, 2009
Pembelajaran biologi dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan, antara lain pendekatan inkuiri, keterampilan proses, konstruktivistik, dan sains teknologi masyarakat. Kesemua pendekatan tersebut bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting dalam kecakapan hidup. Oleh karena itu, pemberian pengalaman belajar menekankan pada penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Pengembangan keterampilan proses siswa dapat dilatihkan melalui suatu kegiatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan intelektual dan sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan ilmiah seperti yang dikerjakan para ilmuwan, tetapi pendekatan keterampilan proses tidak bermaksud menjadikan setiap siswa menjadi ilmuwan.
Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas. Dengan demikian, Pendekatan Keterampilan Proses adalah perlakuan yang diterapkan dalam pembelajaran yang menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan kemudian mengkomunikasikan perolehannya. Keterampilan memperoleh pengetahuan dapat dengan menggunakan kemampuan olah pikir (psikis) atau kemampuan olah perbuatan (fisik).
American Association for the Advancement of Science (1970), mengklasifikasikan keterampilan proses menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses dasar meliputi, observasi (pengamatan), clasifying (menggolongkan), communication (komunikasi), measuring (pengukuran), inferensi (menyimpulkan), prediksi (meramalkan). Sedangkan keterampilan proses terpadu meliputi pengontrolan variable, interpretasi data, perumusan hipotesa, pendefinisian variabel secara operasional, merancang eksperimen.
Penilaian dalam keterampilan proses dilakukan selama proses pembelajaran (penilaian proses) dengan menggunakan indikator dan kata operasional:
2. Menggolongkan (mengklasifikasikan): mencari persamaan, menyamakan, membedakan, membandingkan, mengontraskan, mecari dasar penggolongan.
3. Menafsirkan (menginterprestasikan): menaksir, memberi arti, mengartikan, memposisikan, mencari hubungan, ruang-waktu, menentukan pola, menarik kesimpulan, mengeneralisasikan.
4. Meramalkan (memprediksi): mengantisipasi berdasarkan kecenderungan, pola atau hubungan antar data atau informasi.
5. Menerapkan/menggunakan (informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori, sikap, nilai atau keterampilan dalam situasi): menghitung, menentukan variabel, mengendalikan variabel, menghubungkan konsep, merumuskan konsep, pertanyaan penelitian, menyusun hipotesis, membuat modul.
6. Merencanakan penelitian: menentukan masalah/objek yang akan diteliti, menentukan tujuan penelitian, menentukan ruang lingkup penelitian, menentukan sumber data, menentukan alat, bahan, dan sumber kepustakaan, menentukan cara penelitian.
7. Mengkomunikasikan: berdiskusi, mendeklamasikan, mendramakan, merenungkan, meragakan, mengugkapkan, melaporkan (dalam bentuk lisan, tulisan, gerak atau penampilan).
Penilaian dalam pembelajaran yang menggunakan keterampilan proses dapat dilakukan secara tes dan nontes. Penilaian secara tes dapat dilakukan melalui ujian tertulis dan lembar kerja. Sedangkan tes perbuatan dapat dilakukan melalui observasi dan tes perbuatan. Namun demikian, secara spesifik penilaian sangat ditentukan oleh tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan serta kreativitas dan kemampuan guru.
Entri ini dituliskan pada November 5, 2009 pada 8:27 am dan disimpan dalam Pembelajaran. Bertanda: Keterampilan Proses, Pendekatan Keterampilan Proses, Penilaian Keterampilan
Proses. Anda bisa mengikuti setiap tanggapan atas artikel ini melalui RSS 2.0 pengumpan. Anda bisa tinggalkan tanggapan, atau lacak tautan dari situsmu sendiri.
PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN SUMBERAGUNG I KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN
Ninis Rodeyah
Abstrak
ABSTRAK
Rodeyah, N. 2009. Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Sumberagung 1 Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan. Skripsi. Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah. Progam Studi S1 PGSD. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Pembimbing:
(I) Dr. Musa Sukardi, M.Pd, (II) Drs. Heru Agus Triwidjaja, M.Pd.
Kata kunci: keterampilan proses, prestasi belajar, IPA, SD
Sebagai upaya untuk memenuhi tuntutan kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas, wahana dan sarana yang paling strategis adalah pendidikan. Pembelajaran IPA, selain untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, penguasaan keterampilan proses diperlukan pula dalam rangka menyelidiki alam sekitar. Kenyataannya, penerapan PKP masih jarang dilakukan. Sebagian besar guru masih beranggapan bahwa suatu pengetahuan atau informasi dapat dipindah ke dalam otak siswa secara utuh.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) peningkatan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDN Sumberagung I melalui pendekatan keterampilan proses, (2) kemampuan guru kelas IV SDN Sumberagung 1 dalam pembelajaran IPA melalui pendekatan keterampilan proses, (3) aktivitas siswa kelas IV SDN Sumberagung 1 dalam pembelajaran IPA melalui pendekatan keterampilan proses, (4) tanggapan guru kelas IV SDN Sumberagung 1 terhadap penerapan pendekatan keterampilan proses
dalam pembelajaran IPA, (5) tanggapan siswa kelas IV SDN Sumberagung 1 terhadap penerapan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA.
Penelitian ini menggunakan rancangan PTK. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV sebanyak 36 siswa. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar observasi, wawancara, angket, dan tes. Teknik analisis data yang dipakai adalah rata-rata dan persentase.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa. pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDN Sumberagung I. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata nilai siswa pada pratindakan (57,4), siklus I (67,0), dan siklus II (86,1). Rata-rata aktivitas siswa juga meningkat pada siklus I (40,8%), dan siklus II (70,7%). Tanggapan guru dan siswa sangat mendukung pada pembelajaran IPA denan menerapkan PKP.
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: (1) pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, (2) kemampuan guru dalam menerapkan PKP mengalami peningkatan dari siklus I ke sikus II. (3) jumlah siswa dalam aktivitas belajar dengan pendekatan keterampilan proses mengalami peningkatan, (4) tanggapan guru dan siswa dengan PKP dalam pembelajaran sangat mendukung.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan: (1) kepala sekolah hendaknya meningkatkan layanan fasilitas pembelajaran di SD, (2) guru hendaknya menggunakan PKP iuntuk meningkatkan pemahaman konsep materi pelajaran IPA, (3) mengingat pelaksanaan penelitian ini berlangsung pada satu sekolah saja, maka peneliti lain diharapkan dapat melanjutkan pada beberapa sekolah lain untuk mendapatkan temuan yang lebih signifikan.
memprediksi, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta mengenal hubungan- hubungan angka.
B. SARAN
Untuk mengoptimilisasikan proses pembelajaran bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam di
sekolah dasar, terkadang membutuhkan alat peraga atau media pembelajaran yang bersifat
modern, seperti audio visual dan alat peraga atau media pembelajaran tersebut terkesan mahal,
sehingga semua sekolah dasar tidak mampu memilikinya yang dampaknya akan menghambat
daripada proses pembelajaran IPA disekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Noehi, dkk.2007. Pendidikan IPA di SD. Jakarta : Universitas Terbuka
Moedjiono dan Moh. Dimyati. 1992/ 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD
Sumantri, Mulyani dan Johar Permana.1998/ 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
DEPDIKBUD
Ditulis dalam Makalah Jurusan IPA, Makalah Perencanaan Pembelajaran, Makalah ilmu Pendidikan. 8 Komenta
(KODE PTK-0015X) : TESIS PTK PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEMATIK DALAM RANGKA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS II SD X (MATA PELAJARAN : MATEMATIKA)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahSaat ini kita akan memasuki milenium ketiga yang sudah di depan pintu. Era ini ditandai oleh berbagai perubahan yang cepat terjadi dan sering tidak diantisipasi sebelumnya. Era globalisasi menjadikan kita terekspos oleh berbagai kejadian dan tuntutan kondisi yang dipersyaratkan di masa yang akan datang. Secara arif perlu dilakukan refleksi terhadap cara kita melengkapi diri dalam memenuhi tuntutan tersebut. Berbagai perubahan tersebut dikomunikasikan melalui informasi dengan berbagai media seperti komputer, data base dan jaringan informasi canggih yang beraneka ragam. Semakin lama semakin canggih informasi yang harus disampaikan ke pamakainya. Apabila kita tidak ingin terpelanting dalam era global tersebut, maka perlengkapan manusia harus disertai upaya belajar. Sementara itu belajar merupakan kebutuhan hidup yang self generating yang mengupayakan dirinya sendiri, karena sejak lahir manusia memiliki dorongan melangsungkan hidup dan menuju tujuan tertentu.Hal tersebut tentu saja karena ikhtiar untuk melangsungkan hidup bersumber dari dirinya, selain
juga karena sebagai makhluk sosial ia harus mempertahankan hidup. Demikian juga dorongan esensial dalam diri manusia, yaitu dorongan untuk tumbuh berkembang dan dorongan untuk mempertahankan diri menjelaskan alasan manusia itu belajar. Dengan belajar kualitas sumber daya manusia menjadi meningkat.Dalam upaya peningkatan sumber daya manusia (SDM) anak merupakan sasaran prioritas pembangunan. Oleh karena itu anak-anak harus dipersiapkan dengan baik untuk melanjutkan hidup mereka. Adapun persiapan itu dilakukan melalui pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan guru agar siswa dapat mencapai tujuan tertentu.Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru SD, yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru SD adalah orang yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing di jaman perkembangan teknologi. Guru SD dalam setiap pembelajaran selalu menggunakan pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami materi yang diajarkannya.Menurut pengamatan penulis, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas penggunaan model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan model konvesional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran yang ada. Padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru. Untuk menjadi guru yang profesional menurut Sardiman A.M. (2007: 132) tidak hanya dengan modal ijazah, tetapi harus ditambah dengan kemampuan-kemampuan teknis operasional serta persepsi-persepsi filosofis, terutama yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan berinteraksi dengan pihak yang lain.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diberlakukan di sekolah dasar bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan cerdas sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini hanya dapat tercapai apabila proses pembelajaran yang berlangsung mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa. Disamping itu kurikulum tingkat satuan pendidikan memberi kemudahan kepada guru dalam menyajikan pengalaman belajar, sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hidup yang mengacu pada empat pilar pendidikan universal, yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar dengan melakukan (learning to do), belajar untuk hidup dalam kebersamaan (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be).Untuk itu guru perlu meningkatkan mutu pembelajarannya, dimulai dengan rancangan pembelajaran yang baik dengan memperhatikan tujuan, karakteristik siswa, materi yang diajarkan, dan sumber belajar yang tersedia. Kenyataannya masih banyak ditemui proses pembelajaran yang kurang berkualitas, tidak efisien dan kurang mempunyai daya tarik, bahkan cenderung membosankan, sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal.Rendahnya perolehan hasil belajar menunjukkan adanya indikasi terhadap rendahnya kinerja belajar siswa dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang berkualitas. Untuk mengetahui mengapa prestasi siswa tidak seperti yang diharapkan, tentu guru perlu merefleksi diri untuk dapat mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan siswa dalam
pembelajaran. Sebagai guru yang baik dan profesional, permasalahan ini tentu perlu ditanggulangi dengan segera. Hal ini sesuai dengan pendapat Soetarno Joyoatmojo (2003: 22) bahwa kemampuan guru dalam memotivasi peserta didik untuk memperoleh sesuatu yang terbaik dari proses belajar yang dijalaninya merupakan hal yang sangat mendasar.Penelitian ini merupakan suatu proses belajar yang sistematik, artinya kegiatan ini memerlukan kemampuan dan ketrampilan. Orientasi penelitian ini adalah perbaikan pendidikan dengan melakukan perubahan-perubahan dalam mengajar, karena itu kesiapan guru untuk berubah merupakan syarat penting yang sedang dihadapi guru sehingga diperlukan sebuah metode pembelajaran yang efektif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Maria Montessori (2008: 4) bahwa pendidikan harus dipahami sebagai upaya pertolongan untuk menyingkap kekuatan psikis alami siswa. Hal ini berarti bahwa kita tidak dapat menerapkan metode pembelajaran ortodoks yang bergantung pada ucapan. Oleh karena itu, metode pembelajaran yang efektif sangat dibutuhkan. Dalam penelitian ini metode efektif yang dipilih adalah pendekatan pembelajaran tematik. Pendekatan pembelajaran tematik diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.Pembelajaran tematik secara efektif akan membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat dan membangun konsep-konsep yang saling berkaitan. Dengan demikian pembelajaran tematik memberi kesempatan pada siswa untuk memahami masalah yang komplek dengan cara pandang yang utuh. Dengan pembelajaran tematik ini diharapkan siswa memiliki kemampuan mengidentifikasi, mengumpulkan, menilai, dan menggunakan informasi yang ada disekitarnya secara bermakna.Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan. Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang atau guru menjelaskan.Siswa yang berada di sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung.Pendekatan pembelajaran tematik sudah dilakukan oleh beberapa sekolah, termasuk di SD X
tetapi hasil yang dicapai belum optimal terutama pada mata pelajaran Matemetika. Hal ini yang menarik perhatian peneliti untuk mengadakan penelitian tindakan kelas tentang pendekatan pembelajaran tematik di sekolah terutama di SD X. Dengan menguasai konsep-konsep pembelajaran tematik di Sekolah Dasar, guru kelas bawah (kelas I, II, dan III) diharapkan akan mempunyai ketrampilan untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan lebih efektif.Dimulai dari kondisi tersebut diperlukan penelitian mengenai pendekatan pembelajaran tematik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa. Tinggi rendahnya kualitas pembelajaran merupakan hasil dari sebuah proses yaitu proses kegiatan belajar mengajar. Di samping itu, kualitas pembelajaran juga dipengaruhi oleh kondisi orang-orang yang terlibat dalam proses tersebut serta cara mereka bekerjasama. Kualitas perlu diperlakukan sebagai dimensi kriteria yang berfungsi sebagai tolak ukur dalam kegiatan pengembangan profesi baik yang berkaitan dengan usaha penyelenggaraan lembaga pendidikan maupun kegiatan pembelajaran di kelas. Hal ini diperlukan karena suatu bangsa akan mampu bersaing dalam percaturan internasional jika bangsa tersebut memiliki keunggulan (excellence) yang diakui oleh bangsa lain.Selanjutnya prestasi belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan dan pengalaman baru yang diperoleh melalui proses interaktif dalam pembelajaran antara siswa dengan lingkungannya dan dapat diukur langsung dengan tes dan hasilnya dianalisis secara statistik.Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan penelitian ini dengan judul "Peneranan Pendekatan Pembelajaran Tematik Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Pembelajaran dan Prestasi Belajar Siswa Kelas II SD X".
B. Identifikasi MasalahBertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:1. Meskipun pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sudah berlangsung mulai tahun 2006 namun ternyata masih banyak pendidik dan masyarakat yang kurang memahami tentang KTSP maupun implementasinya di sekolah, khususnya dalam pengembangan model pembelajaran yang efektif dalam suatu satuan pendidikan.2. Penerapan pendekatan tematik tidak hanya menyatukan beberapa indikator dalam satu tema, tetapi juga merancang semua aspek yang terlibat dalam proses pembelajaran di kelas.3. Dalam mata pelajaran Matematika siswa kelas IID SD X dituntut menguasai salah satu standar kompetensi yaitu menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah melalui pendekatan pembelajaran tematik yang memperhatikan semua aspek dari siswa dan dilakukan secara berkesinambungan dan berkala.4. Hasil tes kemampuan awal diperoleh data 8 siswa dari 24 siswa kelas IID SD X belum mencapai KKM.
C. Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang dikaji
dalam penelitian ini difokuskan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Bagaimanakah penerapan pendekatan pembelajaran tematik dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di Sekolah Dasar?2. Bagaimanakah penerapan pendekatan pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi belajar di Sekolah Dasar?
D. Tujuan PenelitianTujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menerapkan pendekatan pembelajaran tematik di Kelas II SD X. Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Untuk mengetahui pelaksanaan pendekatan pembelajaran tematik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di Sekolah Dasar.2. Untuk mengetahui pelaksanaan pendekatan pembelajaran tematik dalam meningkatkan prestasi belajar di Sekolah Dasar.
E. Manfaat PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik dari segi teoritis maupun segi praktis. Adapun manfaat-manfaat tersebut adalah sebagai berikut:1. Manfaat Toeritisa. Membantu guru menghasilkan pengetahuan yang baru dan sahih serta relevan sebagai upaya untuk memperbaiki cara mengajar di Sekolah Dasar.b. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut. 2. Manfaat praktisa. Sebagai acuan dalam melaksanakan proses belajar mengajar di Sekolah Dasar.b. Sebagai masukan guna memperbaiki proses pembelajaran yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya serap akhir pembelajaran.c. Mengetahui sejauh mana keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar.d. Mengetahui kekurangan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar sehingga dapat memperbaiki kekurangan tersebut dan pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pembelajarannya.
Keterampilan Proses IPA, yuk Kita Cari Tahu……..OPINI Siti Raudatul Jannah
| 4 Oktober 2010 | 15:28
36
2
1 dari 1 Kompasianer menilai Bermanfaat.
Ilmu Pengetahuan Alam dan teknologi secara global telah mengalami berbagai perkembangan. Hal ini dapat dilihat dan dirasakan dalam kehidupan sehari-hari yang terjadi dilingkungan kita. Pada dasarnya ilmu pengetahuan alam atau sering kita dengar SAINS bertujuan untuk menyiapkan peserta didik agar tanggap menghadapi lingkunganya, karena dengan belajar sains siswa dapat belajar memahami fenomena-fenomena alam yang terjadi dilingkunganya.
Belajar IPA bukan hanya sekedar menghafalkan konsep dan prinsip IPA melainkan, dengan pembelajaran IPA diharapkan siswa dapat memiliki sikap dan kemampuan yang berguna bagi dirinya dalam mengalami perubahan yang terjadi dilingkunganya.
Seorang guru hendaknya memandang pembelajaran IPA tidak hanya menekan pada hasil saja, melainkan juga menekankan pada proses untuk memahami proses dan konsep tersebut, sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Jika guru dalam mengajarkan konsep IPA lebih menekankan pada proses dimana siswa mengkonstruksikan pengetahuanya sendiri untuk memahami masalah atau objek yang diamati, dapat membawa dampak yang positif bagi kemajuan belajar siswa yang berorientasi pada peningkatan hasil dan prestasi belajar siswa.
Guru perlu merancang dan melaksanakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa mengkonstruksikan pemikiranya sendiri untuk menemukan konsep dan prinsip IPA tersebut serta mengetahui untuk aa konsep tersebut dipelajari. Dengan memberikan kesempatan kepada siswa mengkonstruksikan pemikiranya sendiri, siswa dapat belajar lebih aktif, kreatif, menumbuhkan ksan bermakna dan menarik bagi siswa, sehingga hasil belajar yang diharapkan dalam pembelajaran IPA dapat tercapai.
Pendekatan pembelajaran IPA yang dapat digunakan dalam meningkatkan pemahaman siswa serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam memahami konsep dan prinsip IPA di sekolah dasar adalah menggunakan “PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES”. Sebagaimana Semiawan (1992) mengemukakan bahwa pada hakikatnya Pendekatan Keterampilan Proses adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif alam proses pemerolehan hasil belajar. Oleh karena itu kita sebagai guru yang muda harus dapat menerapkan pendekatan ketermpilan proses IPA di sekolah dasar demi meningkatkan hasil belajar siswa dan mutu pendidikan khususnya pada mapel IPA.