1 KESETIAAN PERASAAN (Galih Aditya M.) Handphone ku berdering menandakan adanya suatu panggilan masuk, sambil menyetir kulihat siapa yang menelepon, ternyata Anisa, temanku yang berada di Lampung, segera ku menepi di pinggir jalan dan mengangkat telepon itu. “Halo,aku harap kamu ngasih aku kabar baik malam ini?”, kataku langsung to the point “Maaf Dit,semuanya gak sesuai yang kamu harapkan,maafin aku gak bisa bantu kamu lebih lagi”.Suara Anisa tampak terdengar putus asa “Lantas?,apa sudah gak ada lagi kesempatan?”, tolonglah Nis, rayu dia, Aku serius ingin meminangnya”,Aku memohon. “Gak bisa Dit,Putri udah punya pacar, seorang Polisi,Aku gak bisa maksaiin semua ini, dia sahabatku Dit,kamu ngertiin dong”, Anisa sedikit kesal karena kengeyelanku. “Pacar! Cuma pacar? Aku ini mau meminangnya, ingin menikahinya!”,jawabku “Kenapa gak kamu ngomong sendiri ke dia?”,Kata Anisa sedikit membentak. “Dia gak pernah mau berbicara padaku,dia selalu diam tanpa penjelasan seolah Aku ini seekor punguk yang diacuhkan bulan, e-mail,tweet,wall facebook semuanya gak ada yang dia balas! Untuk Nomor handphonenya aja kamu gak pernah mau ngasih ke aku!”,kataku tak kalah kesal. “Maafin aku, aku hanya menjaga kepercayaan dari dia, dia memintaku untuk tidak memberi nomornya padamu,maafin aku,lalu kenapa kamu gak kerumahnya saja?”, Anisa menyarankan. “Anisa, Aku bukan type orang yang datang ke rumah orang tanpa undangan dan seizinn tuan rumahnya tak ada jaminan dia bakal mau bertemu denganku saat aku kerumahnya,andai saja dia memintaku datang, aku rela pulang ke Lampung malam ini dan meninggalkan urusanku disini!” Kataku “Untuk saat ini maafin aku, aku benar-benar berada di posisi yang serba salah, maafin aku udah gak bisa bantu kamu lagi”, kata Anisa dengan rasa sedikit kesal dan serba salahnya. “Apa gara-gara aku pernah menjadi kekasih Via, dia tidak menganggapku?”tanyaku “Dit, aku harap kamu mengerti, meski Via dan Putri tidak akrab, namun mereka berdua sahabatku, dan Putri tahu kamu itu mantannya Via, Putri tahu cara menghormati wanita”, Jawabnya “Baiklah, tapi tolong selalu kabari aku soal Putri, aku masih mengha rapnya dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
KESETIAAN PERASAAN
(Galih Aditya M.)
Handphone ku berdering menandakan adanya suatu panggilan masuk, sambil
menyetir kulihat siapa yang menelepon, ternyata Anisa, temanku yang berada di
Lampung, segera ku menepi di pinggir jalan dan mengangkat telepon itu.
“Halo,aku harap kamu ngasih aku kabar baik malam ini?”,kataku langsung to the
point
“Maaf Dit,semuanya gak sesuai yang kamu harapkan,maafin aku gak bisa bantu
kamu lebih lagi”.Suara Anisa tampak terdengar putus asa
“Lantas?,apa sudah gak ada lagi kesempatan?”, tolonglah Nis, rayu dia, Aku
serius ingin meminangnya”,Aku memohon.
“Gak bisa Dit,Putri udah punya pacar, seorang Polisi,Aku gak bisa maksaiin
semua ini, dia sahabatku Dit,kamu ngertiin dong”, Anisa sedikit kesal karena
kengeyelanku.
“Pacar! Cuma pacar? Aku ini mau meminangnya, ingin menikahinya!”,jawabku
“Kenapa gak kamu ngomong sendiri ke dia?”,Kata Anisa sedikit membentak.
“Dia gak pernah mau berbicara padaku,dia selalu diam tanpa penjelasan seolah
Aku ini seekor punguk yang diacuhkan bulan, e-mail,tweet,wall facebook
semuanya gak ada yang dia balas! Untuk Nomor handphonenya aja kamu gak
pernah mau ngasih ke aku!”,kataku tak kalah kesal.
“Maafin aku, aku hanya menjaga kepercayaan dari dia, dia memintaku untuk
tidak memberi nomornya padamu,maafin aku,lalu kenapa kamu gak kerumahnya
saja?”, Anisa menyarankan.
“Anisa, Aku bukan type orang yang datang ke rumah orang tanpa undangan dan
seizinn tuan rumahnya tak ada jaminan dia bakal mau bertemu denganku saat aku
kerumahnya,andai saja dia memintaku datang, aku rela pulang ke Lampung
malam ini dan meninggalkan urusanku disini!” Kataku
“Untuk saat ini maafin aku, aku benar-benar berada di posisi yang serba
salah,maafin aku udah gak bisa bantu kamu lagi”, kata Anisa dengan rasa sedikit
kesal dan serba salahnya.
“Apa gara-gara aku pernah menjadi kekasih Via, dia tidak
menganggapku?”tanyaku
“Dit, aku harap kamu mengerti, meski Via dan Putri tidak akrab, namun mereka
berdua sahabatku, dan Putri tahu kamu itu mantannya Via, Putri tahu cara
menghormati wanita”, Jawabnya
“Baiklah, tapi tolong selalu kabari aku soal Putri, aku masih mengharapnya dan
2
selalu mengharapnya”,kataku meminta
Lalu obrolan kami lewat handphone pun berakhir dan aku melanjutkan perjalanan
pulang ke apartemenku hari semakin larut, etos kerja di Jakarta membuatku lelah
setiap harinya ditambah perasaan ini yang masih berharap sesuatu cinta yang
belum atau tidak pernah pasti.Putri namanya gadis yang selalu menjadi impianku,
ku mencintainya sejak lama, sejak dia berpacaran dengan pacar masa sekolahnya
dan ia menjalin hubungan jarak jauh dengan pacarnya itu, juga sampai saat dia
putus dengan kekasih masa sekolahnya, disela kesendiriannya ku coba
mendekatinya, namun tetap saja dia tak membuka pintu hatinya untukku, sampai
suatu ketika bisnisku berjalan pesat dan aku harus mengembangkan ke Jakarta
sampai sesukses ini Putri masih menutup hatinya untukku, malah dia memilih pria
lain yang sekarang menjadi kekasihnya, ya seorang polisi itu, haruskah aku
meninggalkan dan merelakan cintaku??
*******
Sinar mentari ini menyinari kelopak mataku dan menembus ke korneaku sehingga
menyadarkanku dari tidurku, ku lihat jam dikamarku pukul 08:27, lelap sekali aku
tidur, aku terduduk sesaat di tepi tempat tidur, aku melihat sejenak foto Putri yang
ada di meja kecil di samping tempat tidurku,
“Apa aku masih pantas menyimpan fotomu, apakah aku masih sportif dimata
lelaki mengingat statusmu kini?”, aku berbicara sendiri sambil menatap fotonya,
wajahnya sangat indah, begitupun senyumnya, juga rambutnya, fikiranku
menerawang jauh saat pertama kali bertemu dengannya…
Oktober 2011
saat itu aku masih di Lampung kuliah sambil bekerja merintis suatu usaha di
bidang education non formal, internet menjadi kebutuhan utama di hidupku saat
itu, selain Olivia tentunya yang selalu mensuport ku, Olivia atau Via biasa ia
disapa ialah kekasihku saat itu, satu kampus denganku namun berbeda jurusan,
kuliahku yang lenggang saat itu kugunakan untuk bekerja, merancang program
dan mencari bahan-bahan pembelajaran dan inovasi terbaru melalui internet, ku
datangi suatu warnet langgananku, aku masuk dan ternyata seeorang gadis manis
berambut panjang dengan mata yang mentap indah menjadi operatornya hari itu,
siapa dia? bukannya biasanya Bambang atau kiyay?, kedua orang itu seudah ku
kenal, tapi siapa gadis ini,aku langsung saja masuk ke bilik warnet biasa tepat di
depan meja operator, hari itu aku tidak konsentrasi dengan bahanku, aku menatap
gadis itu dari sisi bilik (karena bilik ku dan mejanya berhadapan),aku sesekali
3
menatapnya dia masih saja sibuk mengetak-ngetik di komputernya sesekali ber
sms-an dan melayani konsumen yang hendak bayar, sampai ketika limit ku habis,
aku segera membayar,
“berapa?,kataku, meski sebenarnya aku sudah tahu harganya dari bill otomatisnya
“5000”,jawabnya singkat
Aku keluarkan pecahan 20.000an saat dia sibuk menyiapkan kembalian untukku
aku sedikit ada niat ingin berkenalan dengannya, namun ku urungkan, aku ingat
Olivia, gadis baik yang selalu setia padaku, tak ada yang terjadi hari itu antara aku
dan gadis warnet itu, akupun pulang ke rumah, dan sorenya aku menjemput
Olivia dan berkencan dengannya.
Aku memang sering ke warnet itu beberapa hari terakhir karena memang
kebutuhan dan selalu bertemu gadis manis itu lagi, aku tak bisa memungkiri
perasaan ini, aku mulai tertarik pada dia, ya, aku tertarik fisiknya, aku beranikan
berkenalan, pada hari itu aku memprint beberapa dokumen, sambil menunggu
hasil print kami bebrbicara,
“Nama kamu siapa?” kataku
gadis itu menjawab dengan suara yang kecil, aku tidak mendengarnya sehingga
aku terus berkata apa dan apa, aku tampak bodoh, hingga dia menulis namanya di
kertas “Putri Amanda” dan ia berikan padaku, setelah membayar, aku keluar
warnet untuk pulang, kupacu motorku, dalam benakku berkecamuk, “Apa Tuhan
mengujiku? kenapa dia buat hati ini bergetar saat melihat Putri disaat aku masih
sangat menyayangi Olivia?”, pertanyaan itu terus berkecamuk, sampai akhirnya
cinta untuk Olivia perlahan hilang dan mulai tergantikan oleh sosok Putri,
perasaanku berselingkuh, aku menjadi kasar pada Olivia, kadang tak peduli lagi
dengnnya di tambah Olivia yang posesif, hubungan kami pun harus berakhir,,
dalam masa putusku dengan Olivia, aku mencoba ingin mengenal Putri lebih
dekat, aku search akun jejaring sosialnya dan kami ternyata sudah lama berteman
namun kami tidak sadar, aku sapa dia ku lihat infonya, sayang beribu sayang dia
sudah memiliki kekasih, namun sang kekasihnya jauh di Aceh sana untuk bekerja,
long distance relationship, apa bisa Putri setia?,
beberapa jam kemudian Putri membalas dan bertanya padaku, “kamu temannya
Anisa?”
Hah! Anisa? “kamu kenal dia darimana?”tanyaku balik
“dia teman aku dari kecil dan satu sekolah waktu SMA, Lebih dari teman, dia
sahabatku”,katanya
Ternyata dia melihat salah satu fotoku bersama Anisa dan Olivia, juga Anggi
kekasih Anisa, kami berfoto ber empat disuatu pusat perbelanjaan, jadi dalam
kasus ini :
4
Putri Anisa Olivia
Anisa sahabat keduanya! Astaga!, kenapa ini? Terlalu sempitkah Lampung ini?
segera kuhubungi Anisa dan bertanya tentang Putri padanya. Ya, benar saja,
Anisa sangat mengenalnya bahkan kekasih Putri pun Anisa sangat
mengenalnya,dia menjadi saksi suka duka kisah cinta Putri dan kekasihnya,
tampaknya Putri sangat menyayanginya, apa aku harus tega menghancurkan
hubungan mereka, ingin aku pergi dari perasaan tentangnya, tapi apa daya tidak
bisa,aku ingin bercerita waktu itu tentang bebanku, tapi aku tak tahu harus pada
siapa?,aku pacu motor bebekku entah kemana tak tahu arah, sampai terbesit lagi
Olivia di fikiranku, aku hubungi dia, syukurlah dia menjawab, kutanyakan
keberadaannya, ternyata dia di rumah neneknya, aku susul dia kesana, kami
bertemu dan kami berbicara di bungalau kecil di depan rumah neneknya
“kamu apa kabar?”,tanyaku tanpa ku berani menatap matanya
“Baik, ada perlu apa?”, tanyanya singkat
Aku tak tahu apa yang harus aku katakana hari itu,tidak etis rasanya aku berbicara
tentang Putri didepan Olivia, aku beranikan menatap Olivia, pandangannya sayu,
aku tahu dia masih mencintaiku,tak kuasa aku menatap wajahnya,
“Kenapa kamu diem?”, tanyanya lagi
“Via,maafin aku ya?” kataku
“Untuk apa? Yang kemaren-kemaren? Udahlah, kan udah putus ini, lupain lah?”,
katanya memandang nanar ke depan
“Kamu masih marah?”, tanyaku padanya.
“Aku tidak marah padamu, tapi aku sakit hati, sakit hati yang sebenar-
benarnya”,Olivia mengungkapkan isi hatinya.
“Apa bedanya antara kamu marah dan sakit hati,keduanya rasa yang menyebalkan
bukan?”, kataku
Olivia hanya menatap ku, aku lihat air matanya menetes,
“Kamu jangan nangis”, kataku sambil mengusap air matanya
“Apa kamu pernah belajar tentang perasaan?”, tanyanya dengan mata yang masih
berkaca-kaca
“Maksud kamu?”, aku sedikit bingung
“Kamu tahu kenapa aku sakit hati tapi tidak marah padamu?”, tanyanya lagi
“jelaskan itu vi?”, kataku penasaran
“Pernahkah kamu sangat jatuh cinta dan menyayangi seseorang dengan tulus,
mencoba berusaha sempurna di matanya meski tak sempurna,ingin selalu ada saat
5
kamu butuh?” Olivia menjelaskannya.
Aku hanya terdiam membisu kata-kata tak keluar lagi dari mulutku..
“kamu tahu kalau aku tulus mencintaimu apa adanya, meskipun tulus bukan tulus
yang sempurna, tulus dari seorang gadis biasa yang gak munafik mengharap
balasanmu,tapi apa?, aku tahu semuanya Aditya!, kamu mencintai Putri kan?”,
katanya dengan tangis yang semakin menjadi
Aku bingung Olivia mengetahui semuanya, mungkin dari Anisa,
“Kamu tahu dari mana Vi?”, hanya itu yang keluar dari mulutku
“Kamu tahu Anisa sahabat terbaikku sekarang, dan kamu pun sudah tahu kan
Putri dan Anisa sahabat sejak kecil? Kenapa harus Putri? Sahabat dari orang yang
paling dekat denganku sekarang?”, katanya menjawab tanyaku.
Aku masih diam saja, aku tidak bisa mengelak, akupun tak mampu berbohong
tentang perasaanku pada Putri, hati dan rasa ini mendominasi atas diriku, tak ada
sepatah katapun terucap..
“Sudah dit, kamu pergi aja, aku semakin sakit mengingat ini dan tahu kenyataan
ini,”pinta Olivia padaku
“Tapi vi, sesakit inikah kamu dan semarah inikah kamu sekarang?, aku tak tahu
apa yang membawaku sekarang menemui mu disini ,aku tak tahu apa yang
hendak aku sampaikan sekarang ak..”aku berusaha mengeluarkan kata yang ku
bisa namun Via memotong kata-kataku
“Dit, aku gak marah sama kamu, kalau kamu punya rasa seperti rasaku, kamu
akan sadar, cinta meredam amarah itu dan menjadikannya sakit, aku wanita Dit,
tak tahan bila harus menahan rasa sakit!”, kata Olivia
Mendengar itu aku tak kuasa lagi berkata, bodohnya aku meninggalkan gadis ini
demi seseorang yang sudah memiliki kekasih, air matanya membuat ku jatuh
cinta lagi padanya, kedua kalinya aku jatuh cinta pada Olivia, langsung kupeluk
dia..
“Maafkan aku, izinkan aku memulai semuanya dari awal dan mengulang kembali
kisah kita yang tertunda?”, kataku memohon.
Olivia melepas pelukanku dan memegang tepat di jantungku “Aku tahu detak
jantungmu ini, ini detak keraguan, kamu sebenarnya ragu akan yang tadi kamu
katakan,detak jantung ini sudah banyak terbagi,sudah tidak ada aku lagi disini?
“Apa maksudmu Vi,,,?”, aku bingung akan perkataannya
“Tuhan tanpa kamu sadari sudah mengisi sebagian besar jantungmu, lalu keluarga
mu, dan sisanya itu Putri, aku yakin Putri yang ada di jantungmu tidak mau
berbagi tempatnya denganku,” jawabnya
“Vi…beri aku kesempatan?, aku memohon padanya
“Kesempatan yang ada lebih baik kamu pakai untuk mendapatkannya, jaga
rasamu untuk Putri, kalau kamu benar cinta dia perjuangkan dia”, kata Olivia
dengan sendu, lalu pergi masuk ke rumah meninggalkanku sendiri di bungalau
6
kecil itu
Aku berfikir perkataan Olivia, aku tak bisa pungkiri ini, saat ini aku jatuh cinta
pada dua wanita, ingin kumiliki mereka berdua seandainya aku bisa, aku semakin
kalut dalam ke galauan ini..
……………………………………………………………………………………
“Woy! Ngelamu aja lu Dit!”, suara tak asing itu membuyarkan lamunan masa itu.
Suara rekan kerjaku Lukman, pria asli Jakarta
“Hey Man, dari mana lu masuk?”, tanyaku sambil meletakan foto Putri di
tempatnya
“Lu ceroboh pintu depan gak lu kunci, emang jam berape lu pulang semalem?”
tanyanya
“gak tau gue Man,” jawabku singkat
“Heh, lu masih galau ya soal Putri, ada cerita apa?”, Tanya nya
“Dia punya pacar Man, Polisi disana”, jawabku apa adanya
“Sabar lah,seenggaknya dia pernah jadi motivasi lu kan sampai lu jadi kayak
sekarang ini, sampai lu bisa ngelebarin bisnis lu di Jakarta ini?”, kata Lukman
menghiburku
“Kadang di balik suatu harapan kosong yang menyakitkan ada hikmahnya,”
kataku.
“Asli! Gue suka gaya lu! Usia 25 pengusaha muda dan lu amat sangat
dewasa,”Lukman memujiku.
“Ah bisa aja lu, ada apaan tumben pagi-pagi kerumah?”, tanyaku
“Astaga Bos! Lu lupa kita mau ketemu Pak Johan siang ini?,” Lukman
mengingatkan ku
“Astaga, maaf gue lupa, yaudah gue mandi dulu, kalau lu belum sarapan ada roti
tawar ma susu di kulkas makan aja tuh” kataku menawarkan Lukman.
Aku pun bergegas mandi untuk persiapan bertemu client, saat ini karier tujuan
utama ku unggul sedikit atas rasa Cinta.
******
Pukul 11.05, kami menerabas keramaian jalan Jakarta dengan BMW s-
class ku, Lukman yang menyetir, aku terlalu malas untuk menyetir hari itu,
dan asik memainkan i-phone ku, ku buka salah satu jejaring social dan ku
buka akun Putri, ternyata Husain adalah nama kekasihnya, seorang polisi
berpangkat Letnan satu di kesatuannya di Lampung sana, melihat dari senda
gurau mereka di jejaring itu, tampak bahagia mereka, aku sempat berfikir,
apa mungkin akhirnya Putri akan bersanding dengan Husain dan memupus
semua harapanku? Sudah berapa pria yang aku cemburui karena pernah
berpacaran atau dekat dengan Putri, tanpa sekalipun Putri berpaling padaku
di masa saat dia sedang sendiri, sekarang dia malah bersama Pria lain, aku
7
memang terlambat atau mungkin tidak akan datang sama sekali..
“Sialan! Pasti pesta nikahan pejabat tuh!, bikin macet!” Lukman kesal
karena ada irin-iringan pengantin yang dikawal oleh patwal dan polisi
sehinngga kami rakyat biasa terpaksa harus memberi jalan, tak ayal
kemacetan pun terjadi
“Sial!!! Gak tau apa kita diburu waktu!”, Lukman kesal dan terus mengeluh
namun aku tak peduli, aku melihat iring-iringan itu, pernikahan, ya,, itu
yang aku ingin capai, pernikahan yang indah sesuai dengan harapan ku,
pernikahan dengan Putri, satu-satunya wanita yang membuat aku
mengorbankan perasaan pada wanita lain,, Olivia…..
……………………………………………………………………………
Setelah kejadian di bungalau itu aku dan Olivia putus komunikasi, sibuk
dengan urusan masing-masing, kesibukanku sedikit mengalihkan perasaan
ku pada Putri dan Olivia, hingga suatu sore, hari itu aku sendiri dirumah
hanya menonton Televisi, sampai seseorang mengetuk pintu rumah segera
kubuka, ternyata Olivia datang
“Via”, kataku terkejut
“Boleh aku masuk?”, tanyanya sambil tersenyum
“Boleh, masuk aja,maaf berantakan orang tua ku pergi ke rumah tante ma
Abdia dan Zahra (kedua adiku)”, kataku smbil membereskan beberapa
Koran yang tampak acak-acakan di ruang tamu.
“Aku kira kamu, udah gak mau ketemu aku lagi?”, kataku memulai obrolan.
Olivia hanya diam sambil menatapku, aku bingung dengan tatapan
itu,sejenak terjadi keheningan diantara kami, aku pun berusaha memecah
suasana,
“Oh iya, kamu mau orange juice gak? Aku buatin dulu ya?”, kataku sambil
hendak ke dapur membuatkan orange juice tanpa menunggu persetujuannya,
“Aku memahami arti tulus yang sebenarnya”, kata-kata itu keluar dari mulut
mungil Olivia
“Maksudmu?”, kataku menatap nya
dia mendekatiku dan langsung memeluku erat sekali,pelukan dari seorang
wanita yang tulus
“Via, apa maksudmu?”, aku bertanya lagi
dia melepaskan pelukannya “Dit, kamu cium aku!”, pintanya
Aku kaget mendengar permintaannya, “cium??”, kataku tersentak
“iya cium aku dimanapun kamu suka, lakukan Dit!”, pintanya memaksaku
Aku ragu, tak biasanya Olivia seaneh ini, bahkan saat berpacaran, Aku yang
meminta untuk menciumnya bukan dia yang meminta, aku tatap matanya,
aku usap pipinya, aku mulai mendekatkan wajahku ke wajahnya, dia hanya
memejamkan matanya dan….kukecup dia tepat di keningnya, dia membuka
8
matanya, air matanya menetes dan memeluku lagi, “Dit, apapun perasaanmu
pada Putri, tolong kembali padaku, aku tahu kamu masih menyayangiku?”,
pintanya
Mendengar itu aku terkejut lagi, dengan sikap gadis ini, “kamu tahu dari
mana aku masih menyayangimu?”, tanyaku padanya
“Ciuman itu, aku merasakannya Dit, kecupan di kening itu yang selalu aku
harap dari kamu, ada sayang yang kamu kirim ke aku dit”, kata Olivia
sambil menatap wajahku
“Aku rela bila harus menjadi tempat pijakanmu untuk menggapai Putri, aku
sayang kamu Dit, mungkin inilah sekarang tulusku yang aku lakukan
padamu,” tambahnya
“Tapi kamu akan terus tersakiti!”, kataku
“Cinta itu menyakitkan Dit, maslahnya untuk siapa kita rela tersakiti dan
aku rela untukmu”, katanya dengan tulus.
Mendengar itu langsung ku peluk dia dengan erat kami pun menjalin
hubungan kami kembali yang sempat putus, kami memulai lagi dari awal,
Olivia mewarnai hidupku lagi dibalik sisi lain perasaanku pada Putri yang
masih setia dengan pacaran jarak jauhnya, mudah-mudahan kebahagiaan
selalu memayungi kita (Aku,Olivia,putri,dan kekasihnya)
Januari 2012
Hubungan ku dengan Olivia masih baik-baik saja, sampai suatu ketika aku sedang
mengendarai motorku pulang dari rumah seorang teman sore itu, sore yang
mendung sampai akhirnya hujan setitik demi setitik membasahiku, aku bingung
berteduh dimana, aku ingat warnet itu tak jauh dari sini, aku masuk ke halaman
warnet itu untuk berteduh, aku berdiri diluar warnet itu, “Mudah-mudahan bukan
Putri operatornya,tak kuasa kalau aku harus menatap wajahnya”, kataku dalam
hati, karena hujan semakin deras akupun masuk ke warnet, dan.. Putri yang
menjadi operatornya, tidak ada pelanggan lain disitu hanya ada aku dan Putri, ada
yang beda darinya, rambutnya kini pendaek sebatas lehernya namun itu tak
mengubah keindahannya yang membuat aku jatuh cinta waktu itu,
“Hei”, sapaku, Putri tersenyum manis padaku
sambil menunggu hujan aku masuk bilik warnet favoritku, ya tepat di depan
mejanya Putri, aku terus melihat Putri, astaga,, ini benar-benar cinta, apalagi saat
Putri tertawa lepas karena video lucu di komputernya,
“Hei Dit, liat lucu deh!”,katanya padaku
Dia memanggil namaku, untuk pertama kalinya, aku hampiri dia,
“apaan sih berisik aja kamu?”, kataku dan kami pun menonton video lucu itu
berdua
9
“Put, aku matiin dulu komputer aku ya?”, kataku
“Lho, kan limitnya belum abis?lagian masih ujan”, kata Putri
“iya, aku gak pulang kok pingin ngobrol aja ma kamu,”, kataku sembari berlalu
ke bilik warnetku
“terserah deh, asal bayarnya full hhehe,”katanya
Kami pun bercerita panjang lebar tentang kehidupan kami dan banyak hal
ternyata warnet itu adalah warnet milik sepupunya dia menjadi operator kalau dia
ada jam kosong saat mengajar,Putri seorang guru muda, guru bahasa inggris di
Sekolah Tekhnik Mesin dia dan orang tuan nya mengabdi di sekolah itu yang
letak sekolah itu tepat di samping rumahku! astaga,Tuhan telah lama
mendekatkan kami, tapi apakah dengan dekat kami bisa bersatu??
lalu kami bercerita tentang Anisa juga hingga dia bertanya tentang Olivia, ya, aku
teringat kembali akan statusku, aku pacar Olivia sekarang dan aku mengobrol
dengan wanita lain yang aku cintai,aku malu akan diriku sendiri, aku menatap lagi
wajah Putri, itu membuatku semakin jatuh cinta padanya.
hujan telah reda saatnya aku harus pulang, aku membayar tarif warnet ku dan
menatap Putri lagi,
“Put, boleh minta kertas ma pinjem pulpen?”, kataku
“buat apa?”, katanya heran
“gak apa-apa”,kataku, lalu Putri memberiku kertas dan pulpen itu, aku catatkan
nomor handphone ku di situ,
“Hubungi aku”, pintaku pada Putri, namun Putri hanya diam saja, aku pun pergi,
“Dit!”, kata putri memanggilku
“Apa?”, kataku
Dia menunjuk jadwal hari dia menjadi operator yang menempel di dinding dekat
kursinya, aku hanya tersenyum dan pergi meninggalkannya.
……………………………………………………………………………………
tiba saat dimana Olivia harus study tour dikampusnya ke Jakarta-Jogjakarta-
Semarang tentunya bersama Anisa, karena mereka satu jurusan, pagi-pagi Aku
dan Anggi (kekasih Anisa) mengantarkan mereka ke kampus, pukul 09:00 tepat
mereka berangkat, seminggu aku ditinggal Olivia, terbesit fikiranku untuk
menemui Putri tepat di jadwal dia sebagai operator, dan aku bertemu dengannya
“Kenapa kamu belum menghubungi ku?”, tanyaku
“Gak apa-apa, mana pacarmu?”, Tanya nya
“Study tour mereka”, kataku
“Mereka?, ada berapa pacarmu?” tanya dia sambil tersenyum
“Maksud mereka itu pacarku dan si Anisa!,” jawabku
“Memang Anisa pacarmu juga?”, kata Putri becanda
“Bukanlah, udah deh,aku boleh minta nomor kamu?,” pinta ku
10
“Ehm, gimana ya,emang buat apa?”, katanya
“Buat apa ya?, buat ngehubungi kamu lah?”, kataku
“Buat apa ngehubungi aku?”, tanyanya lagi
“Buat,, booking tempat, ya booking tempat!”, kataku sekenanya
“kan ada nomer opertaopr lainnya?”, katanya
“Operator lain gak ada yang menarik”, jawabku sekenanya lagi
mendengar jawabanku Putri hanya terdiam dia melihatku, mungkin dia
menganggap apa aku ini, aku mempunyai kekasih dan bilang menarik ke wanita
lain,barang kali itu di fikirannya, apalagi status Putri yang memang tidak sendiri
dia mempunyai kekasih meski jauh. Putri hanya diam, aku tak dapat memaksanya
lagi,
“Yaudah aku permisi pulang, kamu tolong hubungi aku,” kataku, lalu aku berlalu
meninggalkannya, seandainya aku tahu sebenarnya hari itu adalah terakhir ku
melihatnya di masa itu..
……………………………………………………………………………………
“Huh sampai juga senayan city,” kata Lukman
“Cepet banget?”, kataku
“Cepet apa? Lu dijalan ngelamun terus ketiduran, ayo turun Pak Johan dah
nelponin dari tadi dia di food court”, kata Lukaman setelah memarkir mobil
Kami pun turun dari mobil dan berjalan ke lokasi Pak Johan berada, “Difikir-fikir
kayak ABG ya,ketemu sama partner bisnis di Mall?”, kata Lukman
“Yang penting ber duit, biar deal harga nya gak lama-lama”, kataku
kami menaiki lift sampai menuju tempat food court, hari itu ramai karena kami
tiba saat jam makan siang, “yang mana orangnya?”, tanyaku. Lukman mencari
sekeliling dan dia menemukannya, Pak Johan melambaikan tangannya, ternyata
dia tidak sendiri, dia bersama istri dan kedua anaknya yang masih kecil kira-kira 5
tahunan dan 6 tahunan, Pak Johan ku taksir berusia 40 tahun dan istrinya masih
tampak muda dan cantik khas mojang Bandung, mereka sekeluarga berasal dari
Bandung,kami berjabatan tangan dan duduk semeja untuk membahas bisnis kami,
“Bagaimana Pak suasana Jakarta?”, Tanya Lukman dengan ramah
“Panas, nyenengin anak-anak aja nih kesini, bosen katanya main di Bandung terus
pingin jalan-jalan hehe,” kata Pak Johan
“Anak-anak apa Papa Mama nya nih yang bosan?”, kata Lukman diikuti gelak
tawa kami, Lukman memang orang yang pintar bergaul dan berbasa-basi, setelah
itu terjadilah obrolan ringan antara sambil makan siang dan setelah itu masuk ke
inti obrolan tentang bisnis, aku menjelaskan tentang lembagaku dan sistemnya
karena Pak Johan ingin bermitra dengan ku, ia berminat membuka lembaga ku
yang bergerak di bidang pendidikan non-formal di Bandung tepatnya di daerah
Dago, tak perlu lama, kami sudah deal harga, setelah mengobrol sebentar kami
pun ke pergi dari Mall itu
11
“Oke bos kita mau kemana?”,tanya Lukman padaku
“Kita ke kantor bentar,cek materi pembelajaran tahun depan?”, kataku
“Oke Bos,” kata Lukman sambil memacu mobilku ke arah kuningan, kantor kami.
Pukul 18:30 aku sudah di apartemenku setelah seharian di kantor, Lukman baru
saja pulang, sambil ngedumel, aku bilangnya sebentar di kantor tapi sampai sore
karena memang banyak yang harus di urus, untungnya dia orang yang
professional, Lukman adalah tangan kanan ku dia yang membuat lembaga ku
besar di Jakarta, lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu sangat
pandai dalam hal lobi sehingga anak cabang lembaga ku sudah menyebar di
Jakarta ini, sekarang tinggal di Bandung mudah-mudahan sesukses Jakarta, ku
buat teh hangat dan kuhidupkan laptop, dan ku koneksikan ke internet aku ingin
mengecek data financial lembaga pertama ku di Lampung yang dipegang oleh
teman seperjuangan ku Wiwit Sumodihardjo, dan ternyata masih sehat dan aman,
ku save dan ku pindahkan ke dokumen saat membuka dokumen ku tak sengaja
menemukan foto Aku dan Olivia, memakai sepasang jam couple yang dia beli
saat study tour hadiah untuku..
……………………………………………………………………………………
Hari kepulangan study tournya aku tidak menjemputnya ke kampus, aku ada
kerjaan waktu itu, samapai-sampai aku pun tak sempat menemui Putri lagi satu
hari setelah kepulangannya barulah kami bertemu, dia kerumahku membawa
oleh-oleh beberapa makanan khas Jogjakarta dan Semarang juga sepasang jam
couple,
“Sayang kita samaan sekarang,” katanya manja
“Makasih ya,aku suka,” kataku, dia hanya tersenyum dan kami pun mengobrol
biasa layaknya sepasang kekasih.
Suatu hari dia mengajaku jalan-jalan ke suatu pusat perbelanjaan, dan jalan yang
ku ambil ternyata harus melewati warnet tempat Putri biasa jadi operator.
“Sayang, aku ingin ketemu Putri”, katanya lirih
“hah! Untuk apa? Udah lah gak usah!”, kataku
“Sekali aja, kalau aku udah ketemu dia dan kenal dia mungkin aku gak sejealous
ini lagi ma dia, please?”, kata Olivia memohon
Aku tidak ada pilihan lain, mana kebetulan hari itu hari Jum‟at jadwal Putri
menjadi operator, aku pun menuruti kemauan Olivia, jantungku berdetak kencang
karena terakhir aku bertemu Putri bukanlah kesan yang baik untuknya, sampai
sekarang Putri tak menghubungi ku, aku meminta nomornya pada Anisa? Gila,
pasti dia mengadu pada Olivia, meskipun Olivia bilang rela tersakiti, pria mana
yang rela menyakitinya, termasuk aku, Olivia pun masuk ke warnet namun aku
tetap di luar, ku melihat wajah Olivia tampak kecewa, “masuk yang, Putri gak ada
12
kok, cowok operatornya?”, katanya dengan nada kekecewaan, legal ah aku
mendengar itu, “yaudah kita pergi aja?”, ajakku, “gak aku mau nanya Putri dulu
ma mas operatornya,” kata Olivia, Olivia pun masuk lagi ke dalam namun aku
hanya di luar, tak beberapa lama Olivia keluar, wajahnya tampak sumringah,
“Kenapa kamu, seneng banget kayaknya?”, Tanya ku
“Aku seneng pasti kamu galau?”, kata Olivia
“Galau kenapa?”, Tanya ku heran
“Putri melanjutkan sekolah ke Bandung,” jawabnya
“Apa?”, kata ku kaget,
“Iya dia ke Bandung,kenapa kamu?, galau ya ditinggal?”, kata Olivia
“Gak biasa aja”, kataku mencoba tegar sambil mengambil motor ku
“Ayo berangkat , katanya kamu mau beli kue buat Maya?”, kataku mengalihkan
omongan, Olivia hanya diam dan naik ke motor, dia memberiku tissue,
“Ini kamu simpen aja, nanti kamu pasti butuh,” katanya
Aku hanya terdiam, mana mungkin aku menangis gara-gara hal ini? gumanku
dalam hati, namun benar saja di sepnjang kencan ku sore itu aku masih saja
terfikir kepergian Putri, aku merasa kehilangan gadis yang kucintai sejak itu hari-
hariku tampak tak bersemangat lagi, semuanya terbengkalai hingga sampai Olivia