Top Banner
KESEPIAN PADA LANSIA DITINJAU DARI TEMPAT TINGGAL OLEH KRISTINDA PUJI VERAWATI 80 2009 114 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
43

Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

Mar 14, 2019

Download

Documents

tranxuyen
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

KESEPIAN PADA LANSIA DITINJAU DARI TEMPAT TINGGAL

OLEH

KRISTINDA PUJI VERAWATI

80 2009 114

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan UntukMencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari
Page 3: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari
Page 4: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari
Page 5: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari
Page 6: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari
Page 7: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

KESEPIAN PADA LANSIA DITINJAU DARI TEMPAT TINGGAL

Kristinda Puji Verawati

Aloysius L.S. Soesilo

Krismi Diah Ambarwati

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 8: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat kesepian dan jenis kesepian pada

lansia yang tinggal di panti wredha Sumarah, di rumah sendiri dan di rumah anak. Teknik

sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah incidental sampling dengan partisipan

sebanyak 25 lansia masing-masing di panti wredha, di rumah sendiri dan di rumah anak. Alat

ukur yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada UCLA Scale dan A Rasch Tipe.

Penghitungan uji beda pada tingkat kesepian dan jenis kesepian menggunakan one way

ANOVA. Hasil dari penelitian untuk tingkat kesepian didapati bahwa ada perbedaan yang

signifikan pada lansia yang tinggal di panti wredha, di rumah sendiri dan di rumah anak

dengan F hitung 51,62 serta signifikansi 0,000 (p<0,05) dan kelompok lansia yang tinggal di

rumah anak lebih banyak yang merasakan kesepian dengan nilai mean 55,00. Kemudian hasil

penelitian untuk jenis kesepian sosial didapati bahwa ada perbedaan yang signifikan pada

ketiga kelompok lansia dengan F hitung 59,10 serta signifikansi 0,000 (p<0,05) dan ternyata

kelompok lansia yang tinggal di rumah anak lebih cenderung mengalami kesepian sosial

dengan nilai mean 28,00. Terakhir hasil penelitian untuk kesepian emosional didapati bahwa

ada perbedaan yang signifikan pada ketiga kelompok lansia dengan nilai F hitung 38,51 serta

signifikansi 0,000 (p<0,05) dan kelompok lansia yang tinggal di rumah anak lebih cenderung

mengalami kesepian emosional dengan nilai mean 27,92.

Kata Kunci : Tingkat Kesepian, Kesepian Sosial, Kesepian Emosional, Lansia

Page 9: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

ABSTRACK

This study aims to determine the difference in levels and types of loneliness in the elderly

living in Sumarah nursing home, elderly living in their own homes, and the elderly living in

homes of their children. The sampling technique used in this study is incidental sampling,

with as many as 25 elderly participants from three different places as mentioned above.

Measuring instruments used in this study refers to the UCLA scale and the A Rasch Type.

Tally different test at the levels and types of loneliness is using one-way ANOVA. It was found

that there was a significant difference in the levels of loneliness among the elderly living in

Sumarah, elderly living in their own homes, and in the elderly living in homes of their

children, with F is of 51.62 and a significance of 0.000 (p <0 , 05). Elderly people living in

homes of their children are more likely to feel lonely with a mean of 55.00. As for the types of

social loneliness, it was found that there are significant differences in the three groups of

elderly with F is of 59.10 and significance of 0.000 (p <0.05). Elderly living in homes of their

children are more likely to experience social loneliness with a mean of 28.00. For emotional

loneliness, it was found that there are significant differences in the three groups of elderly

with F is of 38.51 and significance of 0.000 (p <0.05). Elderly living in homes of their

children are more likely to experience emotional loneliness with a mean of 27.92.

Keywords: Level of Loneliness, Social Loneliness, Emotional Loneliness, Elderly

Page 10: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

1

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang memasuki era penduduk berstruktur

lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah

penduduk Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas semakin meningkat.

Berkaitan dengan usia, menurut Organisasi Kesehatan Sedunia kantor Asia

Selatan dan Asia Tenggara (WHO/ SEARO/ WHO South East Regional Office)

di New Delhi, batasan usia lanjut untuk orang Indonesia sampai saat ini masih

60 tahun ke atas (Czeresna dalam Soetjiningsih, 2005). Sependapat dengan hal

tersebut dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998

tentang Kesejahteraan Lanjut Usia Bab 1 pasal 1, yang dimaksud dengan Lanjut

Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.

Masa lanjut usia (lansia) merupakan tahap perkembangan paling akhir

dari siklus kehidupan manusia, dalam masa ini akan terjadi proses penuaan atau

aging yang merupakan suatu proses dinamis sebagai akibat dari perubahan-

perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

beberapa perubahan: (1) perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan, serta

kulit, (2) perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf (otak), isi perut

(limpa, hati), (3) perubahan panca indra: penglihatan, pendengaran, perasa,

perabaan, penciuman dan (4) perubahan motorik antara lain berkurangnya

kekuatan, kecepatan dan belajar keterampilan baru (Suhartini, 2004). Perubahan

tersebut umumnya akan mengarah pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis

sehingga akan berpengaruh pada aktivitas sehari-hari.

Penurunan kondisi fisik lanjut usia berpengaruh pada kondisi psikis

dengan berubahnya penampilan, menurunnya fungsi panca indra menyebabkan

Page 11: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

2

lansia merasa rendah diri, mudah tersinggung dan merasa tidak berguna lagi,

bahkan tak jarang pula pandangan negatif bahwa lansia akan menjadi beban

keluarga dan masyarakat. Pandangan tersebut dapat berpengaruh buruk bagi

perkembangan lansia sendiri karena akan mempengaruhi cara orang lain dalam

memperlakukan lansia. Padahal dengan beberapa penurunan yang dialami, lansia

membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan aktivitasnya (Hurlock,

1980).

Secara psikologis lansia akan dinyatakan mengalami krisis psikologis

ketika mereka menjadi sangat ketergantungan pada orang lain. Wirartakusuma

dan Anwar (1994) memperkirakan angka ketergantungan lansia pada tahun

1995 adalah 6,93% dan tahun 2015 menjadi 8,7% yang berarti bahwa pada tahun

1995 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 7 orang lansia yang

berumur 65 tahun keatas sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 100 orang

penduduk produktif harus menyokong 9 orang lansia yang berumur 65 tahun

keatas.

Pada umumnya kesepian merupakan masalah psikologis yang paling

banyak dialami lansia. Beberapa penyebab kesepian antara lain (1) longgarnya

kegiatan dalam mengasuh anak-anak karena anak-anak sudah dewasa dan

bersekolah tinggi sehingga tidak memerlukan penanganan yang terlampau rumit,

(2) berkurangnya teman/relasi akibat kurangnya aktivitas diluar rumah, (3)

meninggalnya pasangan hidup, (4) anak-anak meninggalkan rumah karena

menempuh pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja, (5) anak-anak telah

dewasa dan membentuk keluarga sendiri. Hal tersebut dapat menimbulkan rasa

kesepian lebih cepat pada lansia. Lansia merasa tidak memiliki seorangpun

Page 12: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

3

untuk dijadikan pelarian saat dibutuhkan serta kurangnya waktu untuk

berhubungan dengan lingkungan keluarga maupun sekitar tempat tinggalnya

(Santrock, 2002).

Kesepian menunjuk pada kegelisahan subjektif yang individu rasakan

pada saat hubungan sosialnya kehilangan ciri-ciri penting (Sears, Freedman, &

Peplau 1985). Hal ini bisa bersifat kuantitatif seperti, tidak memiliki teman atau

hanya sedikit memiliki teman, bisa juga bersifat kualitatif seperti, individu yang

merasakan kesepian tersebut merasa bahwa hubungannya dengan orang lain

dangkal atau kurang memuaskan seperti yang diharapkan (Nugraheni, 2013).

Kesepian dapat timbul karena seseorang membutuhkan orang lain untuk

membina hubungan khusus yang salah satunya adalah persahabatan akrab

sampai kasih sayang yang mendalam (Lake, 1986). Rubinstein, Shaver & Peplau

(1989) berpendapat ketika merasa kesepian individu akan cenderung mengalami

keputusasaan (desperation), kejenuhan yang tidak tertahankan (impatient

boredom), pencelaan diri (self deprecation), serta depresi (depression) hal itu

pula yang akan dialami oleh lansia jika kesepian dibiarkan bersarang dalam

dirinya.

Menurut Weiss (dalam Perlman & Peplau, 1981) terdapat dua tipe

kesepian, yang pertama kesepian emosional (emotional loneliness) dan kesepian

sosial (social loneliness). Kesepian emosional timbul dari ketiadaan figur kasih

sayang yang intim. Sedangkan kesepian sosial terjadi bila seseorang mengalami

kekurangan keterhubungan sosial atau perasaan tergabung dalam sebuah

komunitas. Selanjutnya De Jong Gierveld (1998) mengemukakan bahwa

kesepian merupakan fenomena yang multidimensi. Adapun 2 dimensi yang

Page 13: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

4

dikemukakan yaitu Emotional Loneliness timbul karena ketidakhadiran

hubungan emosional yang intim, atau kurang intimnya dalam berhubungan

dengan teman dekat, dan hal ini tidak berkaitan dengan jumlah hubungan

pertemanan itu sendiri dan Social lonelines timbul karena adanya perasaan

dikucilkan oleh lingkungan. Social loneliness disebabkan oleh tidak adanya

keterlibatan diri dalam jaringan sosial tertentu. Individu akan merasa tersisihkan

tanpa hubungan dengan kelompok tertentu atau individu-individu lain yang

dapat membentuk hubungan personal.

Menurut Martin & Osborn (1989) ada tiga faktor umum terjadinya

kesepian, pertama faktor psikologis yaitu harga diri rendah pada lansia disertai

dengan munculnya perasaan-perasaan negatif. Kedua, faktor spiritual yaitu

agama seseorang dapat menghilangkan kecemasan seseorang dan kekosongan

spiritual seringkali berakibat kesepian. Ketiga, faktor kebudayaan dan

situasional yaitu terjadinya perubahan dalam tata cara hidup dan kultur budaya

misalnya, keluarga yang menjadi basis perawatan bagi lansia kini banyak yang

lebih menitipkan lansia ke panti.

Panti Wredha sendiri merupakan suatu lembaga yang menangani dan

merawat manusia lanjut usia dan kebutuhan fisik bagi lansia dikerjakan oleh

orang-orang yang telah dilatih dan dapat bertindak seperti yang dilakukan oleh

pihak rumah sakit bila memang diperlukan (Hurlock, 1980). Lansia diberikan

berbagai macam kegiatan ringan seperti menyulam dan berkebun yang

memungkinkan lansia untuk terus aktif dan produktif. Namun, beberapa

penelitian menyatakan bahwa lansia yang tinggal di panti justru mengalami

kesepian. Menurut penelitian yang dilakukan Suharjati (dalam Iswari, 2005)

Page 14: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

5

kesepian lebih banyak dialami oleh lansia yang tinggal di Panti Wredha. Hal ini

disebabkan oleh tidak adanya perhatian keluarga atau anak-anaknya terhadap

orangtua yang dititipkan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Juniarti, Eka & Damayanti (2008) mengenai jenis dan tingkat kesepian lansia di

Balai Panti Sosial Bandung mendapatkan hasil bahwa 69,5% lansia mengalami

kesepian yang ringan dan 49,4% mengalami kesepian emosional. Dari hasil

penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar lansia di Panti

Sosial Bandung cenderung kurang merasakan kesepian.

Tidak hanya perubahan tata cara hidup di panti, lansia yang memiliki

keberuntungan bahwa anak-anaknya dapat tinggal dengan mereka di rumah

sendiripun kerap kali mengalami kesepian. Meskipun lansia tetap dapat

berkumpul dengan keluarga inti dan juga pihak keluarga tetap dapat mengontrol

kondisi mereka sayangnya, kesibukan akan pekerjaan yang dilakukan anak,

menantu ataupun cucu para lansia membuat seakan lansia terabaikan. Ditambah

lagi lansia akan merasa sangat kesepian ketika pasangan mereka telah tiada.

Lansia yang kehilangan pasangan hidup memicu perasaan kesepian yang

semakin lama akan menyebabkan stress dan depresi. Selain itu lansia yang

kehilangan pasangan hidup akan menunjukkan tingkat kebahagiaan yang lebih

rendah serta kurang menikmati hidup (Retha, 2012). Perasaan kesepian itu

agaknya terobati dengan keberadaan tetangga yang telah cukup dikenal.

Kalaupun tidak, perasaan kesepian yang dialami tidak diperparah dengan

keterasingan. Dengan asumsi bahwa mereka telah cukup lama tinggal di rumah

tersebut, maka mereka sudah merasa memiliki rumah dan lingkungan sekitar

(Soraya, 2007).

Page 15: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

6

Sebaliknya, tak dapat dipungkiri keterbatasan waktu yang dimiliki oleh

anak dan pasangannya (keduanya berkerja) dalam memberikan layanan

kesejahteraan bagi orangtuanya banyak diantaranya mengajak orangtua untuk

bertempat tinggal di rumahnya dan sangat mungkin bahwa di lingkungan baru

tidak ada teman sesama lansia yang tinggal berdekatan sehingga perasaan

kesepian yang dialami semakin parah. Padahal, semakin besar perbedaan antara

lingkungan lama dan baru akan semakin besar pula kebutuhan lansia untuk

membangun respon-respon adaptif diatas kapasitas yang dimilikinya (Tobin et

al., dalam Soraya, 2007). Menurut penelitian yang dilakukan Suardiman (1999)

mengenai harapan lansia tentang pilihan tempat tinggal menyimpulkan bahwa

90% dari informan lansia menyatakan keinginannya bertempat tinggal di rumah

sendiri. Sedangan penelitian serupa yang dilakukan BKKBN (1999)

menyimpulkan bahwa pada tahun 1990 orangtua tinggal dengan anak dan

menantu sebanyak 1,04% dan pada tahun 1999 turun menjadi 0,12%. Hal ini

menunjukkan bahwa budaya keluarga batih mulai berkurang, padahal hubungan

keluarga memberi kenyamanan bagi lansia.

Dengan kondisi tempat tinggal yang berbeda pada masing-masing

kelompok lansia, serta belum dapat ditentukan antara kelompok lansia yang

tingkat kesepian paling tinggi, sedang dan rendah dan juga perbedaan jenis

kesepian emosional dan kesepian sosial yang dialami tiap kelompok lansia

tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “ kesepian pada

lansia ditinjau dari tempat tinggal”. Masalah dalam penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut: “Apakah terdapat perbedaan tingkat dan jenis kesepian pada

lansia bila ditinjau dari tempat tinggal?

Page 16: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

7

Adapun tujuan dari penelitian ini pertama mengetahui perbedaan tingkat

kesepian pada lansia yang tinggal di panti wredha, lansia yang tinggal bersama

keluarga di rumah sendiri, serta lansia yang tinggal bersama keluarga di rumah

anak. Kedua, untuk mengetahui adakah perbedaan jenis kesepian emosional dan

kesepian sosial pada lansia yang tinggal di panti wredha, lansia yang tinggal

bersama keluarga di rumah sendiri, serta lansia yang tinggal bersama keluarga di

rumah anak.

Hipotesis

Hipotesis dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ho1 : Tidak terdapat perbedaan tingkat kesepian pada lansia yang tinggal di

Panti dengan yang tinggal di rumah sendiri, dan tinggal di rumah anak.

Ha1 : Terdapat perbedaan tingkat kesepian pada lansia yang tinggal di Panti

dengan yang tinggal di rumah sendiri, dan tingal di rumah anak.

Ho2 : Tidak terdapat perbedaan jenis kesepian pada lansia yang tinggal di

panti dengan yang tinggal di rumah sendiri dan tinggal di rumah anak.

Ha2 : Terdapat perbedaan jenis kesepian pada lansia yang tinggal i panti

dengan rumah sendiri dan rumah anak.

TINJAUAN PUSTAKA

Tingkat Kesepian

Kesepian merupakan salah satu fenomena umum yang sering kali terjadi dan

merupakan salah satu situasi paling menyakitkan yang dialami manusia. Hampir

setiap orang pernah mengalami kesepian namun perasaan tersebut akan berbeda

antara satu individu dengan individu lainnya (Matondang, 1991). Weiss

(Perlman & Peplau, 1982) mengemukakan bahwa kesepian tidak disebabkan

Page 17: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

8

oleh kesendirian, namun disebabkan karena tidak terpenuhinya kebutuhan akan

hubungan atau rangkaian hubungan yang pasti, atau karena tidak tersedianya

hubungan yang dibutuhkan individu tersebut. Kesepian biasanya disertai

penyebab negatif yaitu perasaan depresi, kecemasan, ketidakbahagiaan,

menyalahkan diri sendiri serta rasa malu.

Kesepian juga didefinisikan Gierveld & Tillburg (1990) sebagai bentuk

kehilangan dalam mendapatkan kesempatan untuk mengadakan hubungan

dengan orang lain baik secara sosial maupun dalam level yang lebih intim.

Berkaitan dengan masalah hilangnya komunikasi, Lake (1986) menjelaskan

bahwa individu yang kesepian adalah individu yang membutuhkan individu lain

untuk diajak berkomunikasi dan membina suatu hubungan yang khusus, yakni

hubungan persahabatan yang akrab sampai kasih sayang mendalam.

Banyak ahli yang memberikan berbagai macam definisi dari kesepian,

namun menurut Perlman & Peplau (1982) mengemukakan bahwa kesepian

menunjuk pada kegelisahan subyektif yang kita rasakan pada saat hubungan

sosial kita kehilangan ciri-ciri pentingnya. Hilangnya ciri-ciri tersebut bisa

bersifat kuantitatif, seperti tidak memiliki teman atau hanya memiliki sedikit

teman. Bisa juga bersifat kualitatif seperti individu yang merasakan kesepian

tersebut merasa bahwa hubungannya dengan orang lain dangkal atau kurang

memuaskan daripada yang diharapkan.

Perlman & Peplau (1981) juga menambahkan bahwa kesepian memiliki tiga

hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu :

a. Kesepian merupakan hasil dari kekurangan dalam hubungan sosial seseorang

Page 18: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

9

b. Kesepian merupakan fenomena subyektif ( bukan merupakan sinomin dari

isolasi obyektif, dimana seseorang bisa sendirian tanpa merasakan kesepian).

c. Kesepian merupakan hal yang tidak menyenangkan dan menimbulkan stress.

Lebih lanjut Perlman & Peplau mengelompokkan kesepian menjadi tiga

pendekatan, yaitu pendekatan need for intimacy, pendekatan kognitif dan

pendekatan social reinforcement.

1. Pendekatan need of intimacy

Sullivan, Weiss, Fromm-Reichmann merupakan beberapa tokoh yang masuk

dalam pendekatan ini. Menurut Sullivan, loneliness merupakan pengalaman

tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kebutuhan akan intimacy

(terutama interpersonal intimacy ) yang tidak terpenuhi.

Fromm-Reichmann ( Perlman & Peplau, 1982) menambahkan bahwa need

for intimacy merupakan pengalaman universal yang akan menetap pada

individu sepanjang hidupnya.

2. Pendekatan Kognitif

Pendekatan ini menekankan kepada persepsi dan evaluasi seseorang terhadap

hubungan sosial mereka. Flander, Sadler dan Johnson (Perlman & Peplau,

1982) berpendapat bahwa kesepian merupakan hasil dari ketidakpuasan

seseorang terhadap hubungan interpersonalnya. Dalam pendekatan ini,

dinyatakan bahwa kesepian terjadi saat seseorang mempersepsikan adanya

kesenjangan antara hubungan interpersonal yang diharapkannya dengan

hubungan interpersonal yang dicapainya.

Page 19: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

10

3. Pendekatan Social Reinforcement

Menurut pendekatan ini, kesepian merupakan suatu keadaan yang

diakibatkan perasaan ketidakterpenuhinya hubungan sosial seseorang.

Dapat disimpulkan bahwa kesepian merupakan perasaan kurang

menyenangkan disebabkan oleh berbagai hal, yaitu karena kedekatan dalam

hubungan sosial yang tidak ada, hubungan sosial yang kurang memuaskan atau

hubungan sosial yang tidak sesuai dengan harapan individu itu sendiri.

Kata “tingkat” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai taraf,

rentang atau tinggi rendahnya suatu obyek lapisan dari sesuatu yang bersusun.

Obyek atau sesuatu yang dimaksud dalam pengertian ini adalah kesepian.

Mengacu pada penelitian Gierveld & Tillburg (1990) dapat disimpulkan bahwa

tingkat kesepian adalah suatu rentang tinggi atau rendahnya perasaan subyektif

individu yang merupakan bentuk kehilangan dalam mendapatkan kesempatan

untuk mengadakan hubungan dengan orang lain baik secara sosial maupun

dalam level yang lebih intim.

Penyebab Kesepian

Peplau dan Perlman (1982) membagi penyebab kesepian dalam dua kelompok

yaitu :

1. Peristiwa atau perubahan yang menimbulkan terjadinya kesepian

(Precipitate event).

Terdapat dua perubahan umum yang menimbulkan terjadinya kesepian.

Perubahan yang paling umum adalah menurunya hubungan sosial seseorang

sampai dibawah tingkat optimal. Contoh dari perubahan ini antara lain,

berakhirnya hubungan dekat akibat kematian, perceraian atau putusnya

Page 20: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

11

hubungan cinta. Perubahan juga dapat terjadi saat seseorang pindah ke suatu

lingkungan baru dan berpisah secara fisik dengan orang-orang dekatnya (Peplau

& Perlman, 1982).

Perubahan yang kedua adalah perubahan pada kebutuhan atau keinginan

sosial seseorang. Perubahan ini biasanya terjadi seiring dengan bertambahnya

usia seseorang dan akan menimbulkan kesepian jika tidak diikuti dengan

penyesuaian pada hubungan sosial yang aktual.

2. Faktor- faktor yang memungkinkan individu cenderung merasa kesepian

atau faktor-faktor yang membuat kesepian dirasakan terus menerus

(Predisposing and maintaining factor)

Dalam kelompok ini, yang menyebabkan individu lebih rentan terhadap

kesepian adalah adanya keberagaman dari faktor personal dan situasional

individu. Kedua faktor inilah yang meningkatkan kecenderungan seseorang

merasakan kesepian dan juga mempersulit seseorang untuk mendapatkan

kepuasan hubungan sosialnya kembali (Peplau & Perlman, 1982). Menurut para

sosiolog (dalam Peplau & Perlman, 1982), faktor situasional dan kebudayaan

juga dapat menyebabkan seseorang mengalami kesepian.

Jenis-jenis Kesepian

Terdapat beberapa hal yang dapat dipakai untuk membedakan jenis-jenis

kesepian, menurut Weiss, 1973 (dalam Perlman & Peplau, 1981) terdapat 2 tipe

kesepian. Kesepian emosional (emotional loneliness) yang timbul dari ketiadaan

figur kasih sayang yang intim. Sedangkan kesepian sosial (social loneliness)

terjadi bila seseorang mengalami kekurangan keterhubungan sosial atau

perasaan tergabung dalam sebuah komunitas. Kesepian emosional timbul dari

Page 21: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

12

ketiadaan figur kasih sayang yang intim. Sedangkan kesepian sosial terjadi bila

seseorang mengalami kekurangan keterhubungan sosial atau perasaan tergabung

dalam sebuah komunitas.

Sedangkan menurut Moustakas (dalam Perlman & Peplau, 1981)

kesepian dibedakan menjadi kecemasan kesepian (loneliness anxiety) dan

kesepian eksistensial (existential loneliness). Kecemasan kesepian merupakan

hasil dari keterasingan dasar antar manusia, dan bersifat aversif. Sedangkan

kesepian eksistensial merupakan bagian yang tidak terelakkan dari pengalaman

hidup manusia yang melibatkan periode konfrontasi diri serta memberikan

kesempatan untuk pertumbuhan diri. Meskipun hal tersebut dapat menyakitkan,

namun hal tersebut juga bisa menyebabkan adanya “penciptaan kemenangan

(triumphant creation)”. Moustakas juga mengategorikan dimensi positif-negatif

terhadap dua jenis kesepian tersebut. Kecemasan kesepian merupakan bentuk

yang negatif, sementara kesepian eksistensial merupakan bentuk yang positif.

Lebih lanjut, Perlman dan Peplau (1981) menyatakan bahwa waktu juga dapat

digunakan sebagai dasar untuk membedakan jenis kesepian. Kesepian dapat

dipandang sebagai “keadaan” sementara yang mungkin dihubungkan dengan

kejadian spesifik seperti pindah ke dalam komunitas baru. Kesepian dapat juga

dipandang sebagai “sifat” yang lebih kronis. Individu dapat merasakan

“pengalaman” kesepian dalam jangka waktu yang relatif yang singkat, atau

individu tersebut merupakan “orang yang kesepian”.

Page 22: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

13

METODE

Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian

kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode penelitian kuantitatif komparasi.

Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah kelompok lansia di

kota Palembang, berusia 60-75 tahun yang pasangannya sudah tiada.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik incidental

sampling. Selanjutnya, populasi dikategorikan dalam tiga kelompok berdasarkan

tempat tinggalnya yaitu, kelompok lansia yang tinggal di panti wredha,

kelompok lansia yang tinggal di rumah sendiri, dan kelompok lansia yang

tinggal di rumah anak. Jumlah sampel pada masing-masing kelompok adalah 25

orang.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini ialah

metode skala. Skala dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis

1. UCLA Loneliness Scale version 3 untuk mengukur tingkat kesepian

pada tiga kelompok lansia dengan 20 aitem penyataan yakni, 11

aitem menyatakan kesepian (2,3,4,7,8,11,12,13,14,17,dan 18) dan 9

aitem menyatakan tidak kesepian (1,5,6,9,10,15,16,19,20), skala ini

bersifat unidimentional.

2. A Rasch-Tipe Loneliness Scale digunakan untuk mengetahui jenis

kesepian pada tiga kelompok lansia. Skala ini disusun peneliti

Page 23: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

14

berdasarkan komponen menurut de Jong-Gierveld Rasch & Tillburg

(2006) yakni 10 aitem mencakup kesepian sosial yang terdiri dari 5

aitem favorable dan 5 aitem unfavorable serta 10 aitem mencakup

kesepian emosi yang terdiri dari 9 aitem favorable dan 1 aitem

unfavorable.

Sebelum kedua skala digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba (try

out) untuk mengetahui indeks daya beda aitem dan reliabilitas dari masing-

masing skala. Aitem dianggap memuaskan dan memberikan kontribusi yang

baik apabila memiliki koefisien korelasi aitem-total rit ≥ 0,3 (Azwar, 2010). Dari

hasil analisis item pada UCLA Scale didapatkan koefisien korelasi aitem total rit

yang bergerak antara 0,302 sampai dengan 0,855 sehingga dapat dikatakan

bahwa 20 aitem skala UCLA Scale memuaskan. Hasil perhitungan reliabilitas

didapatkan koefisien alpha cronbach sebesar 0,879 yang berarti bahwa alat ukur

dikatakan sangat reliabel (Azwar,2010).

Pada skala kedua Rasch-Tipe Scale dilakukan pengujian analisis aitem

sebanyak dua putaran yang menyisakan 21 aitem dari 24 aitem dengan koefisien

korelasi item-total rit bergerak antara 0,319 – 0,796. Hasil perhitungan

reliabilitas didapatkan koefisien alpha cronbach 0,921 yang berarti bahwa alat

ukur dikatakan sangat reliabel (Azwar, 2010).

Prosedur

Setelah tahap uji coba selesai dilakukan, peneliti mulai melakukan

pengambilan data pada hari Senin, 26 Januari 2015 sampai dengan hari Senin 08

Februari 2015. Pertama peneliti mengunjungi Panti Wredha Sumarah-

Palembang dan mendata lansia yang memenuhi kriteria untuk menjadi subyek,

Page 24: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

15

di panti peneliti dibantu oleh 3 orang suster untuk membimbing lansia dalam

mengisi kuisioner. Sedangkan kelompok rumah sendiri dan rumah anak, peneliti

mencari di perkumpulan lansia di Gereja Protestan Indonesia bagian Barat-

Palembang dan komplek perumahan. Beberapa kuisioner diisi dengan bantuan

rekan keluarga lansia (cucu, anak, dan pembantu), yang sebelumnya peneliti

telah menjelaskan terlebih dahulu cara pengisian.

Teknik analisis data

Penghitungan pada penelitian ini menggunakan bantuan program statistik

komputer SPSS 16 for windows. Untuk menguji validitas aitem pada penelitian

ini menggunakan Corrected Item-Total Correlation. Sedangkan untuk menguji

reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Cronbach Alpha. Pengujian

normalitas pada penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov, dan untuk uji

beda digunakan one way ANOVA.

HASIL

Uji Asumsi

Sebelum melihat apakah terdapat perbedaan tingkat kesepian dan jenis

kesepian pada tiga kelompok lansia dengan uji beda (ANOVA) penulis harus

melakukan uji asumsi.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengukur data yang dihasilkan memiliki

distribusi normal atau tidak pada masing-masing kelompok. Dari hasil perhitungan

melalui metode Kolmogorov-Smirnov, didapati bahwa skor K-S-Z tingkat

kesepian yang tinggal di panti wredha memiliki signifikansi sebesar 0,141 (p>0,05),

rumah sendiri 0,513 (p>0,05), dan rumah anak 0,105 (p>0,05). Selanjutnya, skor K-

Page 25: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

16

S-Z kesepian emosional yang tinggal di panti wredha memiliki signifikansi 0,227

(p>0,05), rumah sendiri 0,719 (p>0,05), dan rumah anak 0,495 (p>0,05). Kemudian

untuk skor K-S-Z kesepian sosial pada lansia yang tinggal di panti wredha memiliki

signifikansi sebesar 0,500 (p>0,05), rumah sendiri sebesar 0,879 (p>0,05) dan

rumah anak 0,711 (p>0,05). Dari hasil tersebut, maka data dapat dikatakan

berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dengan menggunakan teknik Levene’s Test, bertujuan untuk

melihat apakah sampel-sampel dalam penelitian berasal dari populasi yang

sama. Hasil uji homogenitas pada skala UCLA menunjukkan bahwa nilai

koefisien Levene Test sebesar 1,122 dengan signifikansi sebesar 0,331.

Selanjutnya, hasil uji homogenitas skala RASCH-TIPE menunjukkan bahwa

nilai koefisien Levene Test sebesar 0,047 dengan signifikansi sebesar 0,954. Dari

hasil uji homogenitas pada ke dua skala nilai signifikansi yang diperoleh lebih

dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen.

Analisis Deskriptif

Untuk menentukan tinggi rendahnya variabel tingkat kesepian pada lansia

yang tinggal di panti, rumah sendiri dan rumah anak, maka digunakan 3

kategori pengelompokan yaitu tinggi, sedang dan rendah. Variabel tingkat

kesepian memiliki aitem yang baik sebanyak 20 aitem, dengan skor berjenjang

antara skor 1 hingga skor 4. Berikut hasil dari pengelompokan kriteria skor :

Page 26: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

17

Tabel 1.0

Kriteria Skor Kesepian Keseluruhan

No Interval Kategori Frekuensi %

1 60 ≤ x ≤ 80 Tinggi 6 8 %

2 40 ≤ x < 60 Sedang 53 70,7%

3 20 ≤ x < 40 Rendah 16 21,3%

Total 75 100%

Bila ditinjau dari data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar lansia di

tiga tempat tinggal masuk dalam kategori tingkat kesepian sedang sebanyak 53

orang (70,7%).

Tabel 2.0

Kategori Perbedaan Tingkat Kesepian pada Lansia yang tinggal di Panti,

Rumah Sendiri, dan Rumah Anak.

N

o

Interval Kategori F

PW

% Mean F

RS

% Mean F

RA

% Mean

1 60 ≤ x ≤

80

Tinggi 0 0%

40,12

0 %

44,32

6 24%

55,00

2 40 ≤ x <

60

Sedang 11 44% 24 96% 18 72%

3 20 ≤ x <

40

Rendah 14 56% 1 4% 1 4%

Total 25 100 % 25 100% 25 100%

Page 27: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

18

Keterangan :

F PW : Frekuensi Panti Wredha

F RS : Frekuensi Rumah Sendiri

F RA : Frekuensi Rumah Anak

Data tersebut menunjukan bahwa pada kategori kesepian tinggi memiliki

persentase 0% (tidak ada lansia di panti wredha Sumarah yang tergolong dalam

kategori tersebut), pada kategori kesepian sedang sebanyak 11 (44%) lansia, dan

sebanyak 14 (56%) lansia yang tinggal di panti tergolong dalam kategori

kesepian rendah.

Sedangkan lansia yang tinggal di rumah sendiri tidak tergolong dalam

kategori kesepian tinggi dengan persentase 0%, untuk kategori kesepian sedang

sebanyak 24 (96%) lansia tergolong kategori tersebut, dan sebanyak 1 (4%)

lansia tergolong dalam kategori kesepian rendah.

Pada lansia yang tinggal di rumah anak sebanyak 6 (24%) tergolong

dalam kategori kesepian tinggi, 18 lansia diantaranya (72%) tergolong dalam

kategori kesepian sedang, dan 1 lansia (4%) termasuk dalam kategori kesepian

rendah.

Uji Beda

Hasil pengujian one way Anova menunjukkan bahwa nilai F sebesar

51,623 dengan signifikansi 0,000 atau p<0,05 yang berarti terdapat perbedaan

tingkat kesepian pada lansia yang tinggal di panti wredha, rumah sendiri dan

rumah anak dengan nilai mean pada kelompok panti wredha sebesar 40,12,

rumah sendiri sebesar 44,32 dan rumah anak sebesar 55,00 maka dapat

Page 28: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

19

dikatakan bahwa lansia yang tinggal di rumah anak cenderung mengalami

kesepian.

Perhitungan mengenai perbedaan tingkat kesepian pada lansia yang tinggal

di panti wredha, tinggal di rumah sendiri dan di rumah anak juga dijelaskan

dengan hasil perhitungan analisis lebih lanjut menggunakan uji Bonferroni yang

menunjukkan skor signifikansi antara kelompok lansia panti wredha dengan

kelompok rumah sendiri sebesar 0,021, kelompok lansia di rumah sendiri

dengan di rumah anak sebesar 0,000 dan kelompok lansia di rumah anak dengan

panti sebesar 0,000.

Tabel 3.0

Multiple Comparisons

Kesepian

Bonferroni

(I) TempatTinggal (J) TempatTinggal

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Panti Rumah Sendiri -4.200* 1.510 .021 -7.90 -.50

Rumah Anak -14.880* 1.510 .000 -18.58 -11.18

Rumah Sendiri Panti 4.200* 1.510 .021 .50 7.90

Rumah Anak -10.680* 1.510 .000 -14.38 -6.98

Rumah Anak Panti 14.880* 1.510 .000 11.18 18.58

Rumah Sendiri 10.680* 1.510 .000 6.98 14.38

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Kemudian, untuk mengetahui perbedaan kesepian emosional pada tiga

kelompok tempat tinggal dilakukan uji one way anova, dan didapati hasil F

hitung sebesar 38,510 dengan signifikansi 0,000 (p<0,05) menunjukkan bahwa

ada perbedaan kesepian emosional antara lansia yang tinggal di panti wredha

Sumarah, yang tinggal di rumah sendiri dan yang tinggal di rumah anak dengan

Page 29: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

20

nilai mean pada kelompok panti wredha sebesar 23,28, di rumah sendiri sebesar

24,48 dan di rumah anak sebesar 27,92. Maka dapat dikatakan bahwa lansia

yang tinggal di rumah anak lebih cenderung mengalami kesepian emosional.

Terakhir untuk mengetahui perbedaan kesepian sosial pada tiga kelompok

tempat tinggal didapati hasil F hitung sebesar 59,100 dengan signifikansi 0,000

atau p<0,05 yang berarti terdapat perbedaan kesepian sosial pada lansia yang

tinggal di panti wredha Sumarah, di rumah sendiri dan di rumah anak dengan

nilai mean di panti wredha 22,12, di rumah sendiri sebesar 25,72 dan di rumah

anak 28,00. Maka dapat dikatakan bahwa lansia yang tinggal di rumah anak

lebih cenderung mengalami kesepian sosial.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat dikatakan bahwa pertama,

terdapat perbedaan tingkat kesepian yang signifikan pada lansia yang tinggal di

panti wredha, di rumah sendiri dan di rumah anak dengan nilai F hitung 51,62

serta signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Adapun kelompok panti wredha

memiliki nilai mean sebesar 40,12 untuk kelompok rumah sendiri sebesar 44,32

dan kelompok rumah anak 55,00 sehingga ditemukan bahwa lansia yang tinggal

di rumah anak cenderung lebih mengalami kesepian dibandingkan kelompok

panti wredha dan rumah sendiri. Merujuk pada hasil perhitungan menggunakan

uji Bonferroni dapat disimpulkan pula bahwa terdapat perbedaan kesepian pada

kelompok lansia yang tinggal di panti wredha dan yang tinggal di rumah sendiri

dengan skor signifikansi sebesar 0,021, terdapat perbedaan kesepian lansia yang

tinggal di rumah sendiri dan di rumah anak dengan skor signifikansi sebesar

Page 30: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

21

0,000, maupun lansia yang tinggal di rumah anak dengan di panti wredha

terdapat perbedaan dengan skor signifikansi sebesar 0,000.

Selanjutnya untuk hasil tujuan yang kedua, didapati bahwa terdapat

perbedaan jenis kesepian emosional yang signifikan pada lansia yang tinggal di

panti wredha, di rumah sendiri dan di rumah anak dengan nilai F hitung 38,51

serta signifikansi yang ditunjukkan sebesar 0,000 (p<0,05). Kemudian didapati

juga untuk nilai mean pada kelompok lansia tinggal di panti wredha sebesar

23,28 untuk yang tinggal di rumah sendiri sebesar 24,48 dan di rumah anak

sebesar 27,92 sehingga ditemukan bahwa lansia yang tinggal di rumah anak

lebih cenderung mengalami kesepian emosional.

Berikutnya hasil penghitungan ketiga didapati bahwa terdapat perbedaan

jenis kesepian sosial yang signifikan pada lansia yang tinggal di panti wredha, di

rumah sendiri dan di rumah anak dengan nilai F hitung 59,10 serta signifikansi

yang ditunjukkan sebesar 0,000 (p<0,05). Untuk nilai mean pada kelompok

lansia yang tinggal di panti wredha sebesar 22,12 di rumah sendiri sebesar 25,72

dan di rumah anak sebesar 28,00 sehingga dapat dikatakan bahwa lansia yang

tinggal di rumah anak juga lebih cenderung mengalami kesepian sosial.

Adanya hasil perbedaan tingkat kesepian pada lansia serta ditemukan

bahwa kelompok lansia di rumah anak lebih tinggi mengalami kesepian baik

sosial maupun emosional, tampaknya berkaitan dengan proses adaptasi yang

perlu dilakukan lansia ketika mereka menghadapi situasi baru, dalam hal ini

tempat tinggal baru. Seperti dikatakan Tobin & Lieberman (1987) semakin besar

perbedaan antara lingkungan lama dan baru maka akan semakin besar pula

kebutuhan lansia untuk membangun respon-respon adaptif yang seringkali diatas

Page 31: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

22

kapasitasnya. Foster (dalam Tobin & Lieberman, 1987) menyatakan bahwa

keterasingan terhadap lingkungan baru dan ketidakhadiran dukungan sosial

dapat menyebabkan kecemasan dan depresi yang jika lansia tidak mampu

melakukan interaksi sosial akan merasakan kesepian. Hal ini juga disebutkan

Peplau & Perlman (1982) bahwa peristiwa yang menimbulkan kesepian dapat

terjadi saat seseorang pindah ke suatu lingkungan baru. Selain itu kurangnya

dukungan sosial baik dari anggota keluarga dan lingkungan sekitar pada lansia

di rumah anak menjadi pemicu munculnya perasaan kesepian (Gunarsa, 2004).

Faktor dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan atau

bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok pada individu (Kuntjoro,

2002). Tuntutan era globalisasi terutama daerah perkotaan cenderung membuat

hubungan generasi muda dan orang tua semakin renggang karena adanya

kesibukan sehingga kurangnya perhatian dan bantuan yang diberikan sehingga

lansia merasa kurang merasakan kelekatan secara dalam dengan anak, menantu

dan cucu. Selain itu pula perpisahan dengan pasangan hidup yang selama

bertahun-tahun hidup bersama menjadi pemicu lansia semakin cenderung

merasakan kesepian emosional.

Sebaliknya, lansia yang tinggal di panti wredha cenderung kurang

merasakan kesepian. Hasil penelitian Juniari (2008) menyebutkan bahwa lansia

yang tinggal di panti wredha tidak selalu mengalami kesepian mendalam

dibandingkan kelompok lain, hal ini disebabkan faktor lingkungan di panti

wredha yang kondusif yaitu terjalinnya kenyamanan masing-masing lansia,

fasilitas serta aktivitas yang diberikan membuat lansia tetap produktif. Selain itu

adanya faktor dukungan sosial dari keluarga membuat lansia cenderung kurang

Page 32: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

23

merasakan kesepian, dan setiap akhir pekan pihak keluarga selalu berkunjung

menjenguk lansia, memberikan beberapa kebutuhan. Menurut Soraya (2007),

lansia yang tinggal di panti wredha dengan interaksi sosial yang baik

memungkinkan lansia untuk dapat kelompok berbagi cerita, minat dan dapat

melakukan aktivitas secara bersama-sama dengan rekan sebaya sehingga saling

memberi semangat yang berdampak menurunnya beban pikiran pada lansia dan

rendahnya tingkat kesepian.

Jika lansia yang tinggal di rumah anak cenderung sulit melakukan

adaptasi, berbeda dengan lansia tinggal yang di rumah sendiri tidak terlalu

banyak penyesuaian yang dilakukan karena lansia sudah merasa aman dan

nyaman serta bebas melakukan apa saja di rumahnya sendiri (Surbakti, 2013).

Menurut Hayatie (2009) lansia yang tinggal di rumah sendiri hanya perlu

beradaptasi dengan anggota keluarga dalam satu rumah. Tidak hanya itu lansia

yang tinggal di rumah sendiri tentunya mendapatkan dukungan sosial baik dari

anggota keluarga maupun lingkungan sekitar. Adanya kedekatan secara

emosional dengan anggota keluarga maupun rekan sesama lansia diperkumpulan

memberi dampak bermakna positif dalam pemberian dukungan sosial (Gunarsa,

2004).

Temuan empiris lain dalam penelitian ini menunjukkan tingkat kesepian

antara lansia yang tinggal di panti wredha Sumarah sebanyak 14 lansia dengan

persentase 56% masuk kategori rendah, sebanyak 11 lansia dengan persentase

44% masuk dalam kategori sedang dan tidak ada yang masuk dalam kategori

kesepian tingkat tinggi. Selanjutnya untuk kelompok lansia yang tinggal di

rumah sendiri sebanyak 1 lansia dengan persentase 4% masuk kategori rendah

Page 33: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

24

dan sisanya sebanyak 24 lansia (96%) masuk kategori sedang. Sedangkan lansia

yang tinggal di rumah anak sebanyak 1 lansia dengan persentase 4% masuk pada

kategori rendah, sebanyak 18 lansia dengan persentase 72% masuk dalam

kategori sedang dan sebanyak 6 lansia dengan persentase 24% masuk kategori

tinggi. Dari hasil persentase dapat dilihat bahwa secara keseluruhan tingkat

kesepian antara lansia yang tinggal di panti wredha, tinggal di rumah sendiri dan

tinggal di rumah anak sebagian besar tergolong dalam kategori sedang.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas tentang perbedaan

kesepian antara lansia yang tinggal di panti wredha, yang tinggal di rumah

sendiri dan yang tinggal di rumah anak, maka dapat disimpulkan bahwa pertama

ada perbedaan tingkat kesepian pada lansia ditinjau dari tempat tinggal yang

sebagian besar kelompok rumah anak cenderung lebih merasa kesepian dengan

nilai mean sebesar 55,00. Kedua, ada perbedaan jenis kesepian sosial dan

kesepian emosional pada lansia yang tinggal di panti wredha, di rumah sendiri

dan di rumah anak. Bahwa kelompok lansia yang tinggal di rumah anak bersama

keluarga mengalami tingkat kesepian paling banyak baik kesepian sosial

maupun kesepian emosional.

Menyadari ada banyaknya keterbatasan penulis dalam melakukan

penelitian, penulis mengajukan beberapa saran. Pertama, bagi lembaga Panti

Wredha/ Jompo Sumarah agar dapat terus dipertahankan kondisi yang kondusif

untuk para lansia seperti fasilitas panti yang menunjang, serta lebih aktif

memberikan kegiatan sehingga lansia tetap produktif. Kedua, untuk para

keluarga/anak diharapkan agar lebih dapat memberikan perhatian, ketika ada hal

Page 34: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

25

yang berkaitan dengan para lansia cobalah untuk dilibatkan seperti akan tinggal

dimana lansia nantinya. dan juga cobalah untuk menjadi pendengar yang baik

karena para lansia selalu ingin berbagi pengalaman yang dirasakan. Ketiga,

untuk peneliti selanjutnya dapat menggali lebih dalam lagi faktor yang

mempengaruhi kesepian pada lansia seperti jenis kelamin, kondisi ekonomi,

serta dukungan sosial pada tiap kelompok lansia serta dapat mencari gambaran

setiap jenis kesepian yang dialami oleh tiap kelompok lansia yang tinggal di

panti wredha, di rumah sendiri dan di rumah anak.

Page 35: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

26

Daftar Pustaka

Azwar, S. (2012). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Departemen Kesejahteraan Sosial. (1998). Undang-Undang Republik Indonesia no.13pasal 1 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia. Diunduh pada 23 September2014 www.dpr.go.id/uu/uu1998/UU_1998_13.pdf.

Gierveld, D. J. (1998). A review of loneliness: concept and definitions, determinats andconsequence. Clinical Gerontology 15(8), 73-80.

___________ & Tilburg, V. T. (1990). Rush type loneliness scale. Measures ofPersonality and Social Psychological Attitudes. Editor: Robinson, Shaver, &Lawrence.

________________________ (2006). A 6-Item Scale for Overall, Emotion, and SocialLoneliness: Confirmation Tests on Survey Data. Research on Aging 28(5), 582-598.

Gunarsa, S. D. (2004). Dari anak sampai usia lanjut. BPK Gunung MuliaDiunduh pada 27 November 2014http://books.google.co.id/books?id=GUAG74nH4C=kesepian+lansia#PPA409,MI.

Hayati, S. (2009). Pengaruh dukungan sosial terhadap kesepian pada lansia. Skripsi.Medan: Fakultas Psikolog Universitas Sumatera Utara. Diunduh pada 15 Januari2015 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14512/1/10E00077.pdf.

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Iswari, T. (2005). Kesepian pada Lanjut Usia yang tinggal di Panti Wredha dan yangtinggal bersama keluarga. Skripsi .Salatiga: Fakultas Psikologi UniversitasKristen Satya Wacana.

Juniarti, N., Eka, R. S., & Damayanti, A. (2008). Gambaran jenis kesepian dan tingkatkesepian pada lansia di Balai Panti Sosial Tresna Wredha Pakutandang. Skripsi.Bandung: Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Padjajaran. Diunduh pada 22Oktober 2014http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/10/gambaran_jenis_dan_tingkat_kesepian.pdf.

Lake, T. (1986). Kesepian. (Alih Bahasa : F.X Budiyanto) Jakarta: ARCAN.

Lieberman, M. A & Tobin. S. (1986). The Experience of Old Age: Stress, Coping andSurvival. New York: Basic Books. Diunduh pada 22 Agustus 2014http://booksjournal.google.com.acl4mkl7D=Old+Age+Coping+Stress#KLad,8jl.

Martin & Osborn, J. G. (1989). Psychology Adjusment and Everyday Living. NewJersey: Prentice Hall, Inc.

Page 36: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

27

Perlman, D & Peplau, L. A. (1981). Toward a social psychology of loneliness. In. S.Duck & R. Gilmour (Eds.), Personal Relationship in Disorder (pp. 31-56).London: Academic Press.

Peplau, L. A. (1982). In search of intimacy: a report on loneliness and what to do aboutit. Journal of Psychosocial Nursing and Mental Health Services, 20(11), 38-39.

Rahayu, M. N. M. (2013). Pengalaman kesepian pada wanita yang berperan sebagaiorangtua tunggal dalam periode Empty-nest. Skripsi . Salatiga: FakultasPsikologi Universitas Kristen Satya Wacana.

Russell, W. D. (1996) UCLA Loneliness Scale (version 3): Reliability, Validity, andFactor Structure. Journal of Personality Assessment, 66(1), 20-40.

Santrock, J. W. (2002). Life Span Development (jilid 1). Jakarta. Erlangga.

Sears, D. O., Freedman, J.L., & Peplau,L.A. (1985). Psikologi Sosial (jilid 1) (Edisi 5).Jakarta: Penerbit Erlangga.

Seotjiningsih, H. Ch. (2005). Psikogerontologi. Salatiga: Penerbit Widya Sari.

Setyowanti. (2009). Perbedaan tingkat kesepian pada pensiunan ditinjau dari jabatansebelum pensiun (manager dan non-manager). Skripsi. Salatiga: FakultasPsikologi Universitas Kristen Satya Wacana.

Soraya, I. (2007). Perbandingan Psychological well-being lansia berdasarkan statustinggal. Skripsi . Jakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia. Diunduhpada 04 April 2014 http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126719-306.872%20RAH%20p%20-%20Psychological%20Well-Being%20%20Literatur.pdf.

Suardiman, Partini. S. (2011). Profil Lansia di DIY. Yogyakarta: (Lemlit UNY bekerjasama dengan BKKBN dan UNFPA. Diunduh pada 28 Oktober 2014http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/23376/Reference.pdf;jsessionid=296F749B9E225DDAD7B08D645E85C830?sequence=1.

Sugiyono. (2013). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suhartini, R. (2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian orang lanjut usia.Tesis. Surabaya: Universitas Airlangga. Diunduh pada 28 Oktober 2014http://www.damandiri.or.id/file/ratnasuhartiniunaircover.pdf.

Surbakti, B. E. (2013). Menata Kehidupan pada Usia Lanjut. Jakarta: Penerbit PranintaAksara.

Page 37: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

28

Data Mentah Variabel Kesepian

UCLA Scale

SubjekNomor Aitem

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 201 1 2 1 2 4 2 1 2 2 4 3 2 2 3 1 1 2 2 2 12 2 3 2 2 3 1 1 4 2 4 3 1 2 3 1 1 2 1 3 23 2 2 2 3 4 3 3 3 2 4 3 2 2 3 1 1 2 2 2 14 1 3 3 3 4 3 3 2 3 4 3 4 2 2 1 2 2 1 3 15 1 1 1 2 4 1 2 1 1 1 3 3 3 3 2 2 2 1 1 16 1 2 2 1 4 2 1 2 2 3 3 2 2 2 1 1 2 1 2 17 2 2 1 3 4 2 2 2 2 4 3 2 2 3 1 1 3 1 3 18 2 1 1 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 3 39 1 2 1 2 2 1 1 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 110 1 2 1 1 3 1 1 2 1 3 3 2 2 2 2 1 2 1 2 111 1 2 1 1 3 1 1 2 1 3 3 1 2 2 2 1 2 2 2 112 2 2 2 1 3 1 1 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 113 1 2 1 1 2 1 1 2 2 3 3 2 2 2 2 1 2 2 2 114 1 2 1 2 2 1 1 2 2 3 3 2 2 2 2 1 2 2 2 115 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 216 1 2 2 1 2 2 1 2 1 3 3 2 1 2 2 1 2 1 2 317 1 2 2 1 4 2 2 3 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 318 1 2 2 2 2 1 1 2 2 3 3 2 2 2 1 1 2 2 1 119 1 2 2 2 3 2 1 2 2 3 3 3 1 3 1 1 2 1 2 120 1 2 2 1 4 1 1 2 2 3 3 1 2 3 2 1 2 2 2 221 1 2 1 2 3 1 1 2 2 2 2 2 2 3 1 1 2 1 2 1

Page 38: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

29

22 2 2 1 2 3 1 1 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 123 2 2 1 1 3 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 224 1 2 1 1 3 1 1 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 125 1 2 2 2 3 2 1 2 2 3 3 2 2 3 1 1 2 2 3 226 1 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 1 2 2 2 127 1 2 2 1 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 1 3 2 3 128 1 2 2 1 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 1 1 2 2 2 229 1 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 1 2 2 3 130 2 3 2 1 4 3 2 3 3 3 3 2 3 3 1 1 3 2 3 331 2 2 2 2 4 2 1 2 2 3 3 2 3 3 1 2 3 3 3 332 2 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 133 2 2 2 2 4 3 2 3 3 3 3 2 3 3 1 1 3 2 3 134 1 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 1 1 3 2 3 135 1 2 1 1 3 2 1 2 2 3 3 2 2 3 2 1 2 2 2 236 2 3 1 2 3 2 1 2 2 3 3 2 2 3 1 1 3 2 2 137 1 2 2 2 3 1 1 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 238 1 2 2 1 3 2 1 3 2 3 3 2 3 3 1 2 2 2 2 239 2 2 2 1 3 2 1 2 2 3 2 2 2 3 1 1 3 2 2 240 1 2 2 1 2 2 1 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 241 2 2 2 1 3 2 1 3 2 3 3 2 3 3 1 2 3 3 2 242 2 2 1 1 3 2 1 3 2 3 3 2 3 3 2 1 3 2 3 343 1 2 1 1 3 3 1 3 2 3 3 2 2 3 2 1 2 2 2 244 2 2 2 1 3 1 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 245 2 2 1 1 3 2 1 2 2 3 2 2 3 3 2 1 2 2 2 246 2 2 2 1 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 1 3 3 2 247 2 2 2 1 2 3 1 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 148 2 3 2 1 3 2 1 3 2 3 2 3 3 3 2 1 3 3 2 2

Page 39: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

30

49 1 1 2 1 3 1 2 3 3 2 4 3 3 3 1 2 3 2 3 350 3 3 2 2 4 2 2 3 3 4 3 3 3 3 1 2 3 2 3 251 2 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 4 252 3 3 3 3 4 2 3 3 3 4 3 4 3 3 2 2 3 3 4 253 2 3 3 3 4 2 3 3 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 254 2 3 2 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 2 3 3 3 255 2 3 3 3 4 2 2 2 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 256 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 2 3 3 2 2 3 3 3 257 2 3 2 3 4 2 3 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 258 2 3 2 3 4 2 3 2 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 359 2 3 3 3 4 2 2 2 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 260 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 261 2 3 3 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 262 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 263 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 1 3 3 3 364 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 2 3 4 365 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 2 4 2 3 3 3 3 2 266 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 3 367 2 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 368 2 3 3 4 3 2 3 3 4 4 3 4 4 3 3 2 3 3 3 369 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 370 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 371 2 3 1 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 2 2 2 2 4 372 2 2 2 1 3 3 2 2 3 3 3 1 2 3 1 1 2 2 3 173 1 1 1 1 3 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 3 2 2 274 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 4 3 2 2 2 3 2 2 275 3 2 1 2 4 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 1 3 2 2 2

Page 40: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

31

Data Mentah Variabel Jenis Kesepian

A Rasch Tipe Scale

SubyekNomor Aitem

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 201 1 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 22 2 3 2 3 3 2 2 4 2 2 4 2 3 2 2 2 2 3 3 33 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 4 2 24 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 35 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 26 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 27 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 28 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 4 3 2 3 3 4 2 29 2 3 2 2 2 2 2 3 1 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 110 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 211 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 1 212 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 1 213 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 1 214 1 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 215 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 3 2 2 3 2 2 2 4 2 116 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 3 3 2 3 2 2 2 3 1 217 2 2 2 2 3 2 2 4 2 1 4 3 2 3 2 2 2 3 2 218 1 2 3 2 3 2 2 4 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 219 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 220 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 221 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 3 3 2 2 2 2 1 3 2 2

Page 41: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

32

22 1 2 2 3 2 2 2 4 2 2 3 3 2 3 2 3 2 4 2 223 2 3 2 2 2 2 2 3 2 1 3 2 2 2 2 2 1 3 1 224 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 4 2 2 2 2 3 1 4 2 225 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 4 3 2 4 2 2 2 4 2 226 2 2 3 3 2 2 3 4 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 227 2 2 3 2 2 2 3 4 2 2 3 2 2 3 2 3 3 4 2 228 2 2 3 2 2 2 3 4 2 2 4 3 2 4 2 3 3 3 2 229 1 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 4 2 3 3 3 2 230 2 2 3 2 2 2 3 4 3 2 4 3 2 4 2 3 3 3 2 231 2 2 3 2 3 2 3 4 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 232 1 2 2 2 2 2 3 4 2 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 233 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 234 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 4 2 3 3 3 3 235 1 3 3 3 2 2 3 4 2 2 3 2 1 4 2 3 3 3 2 236 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 4 3 3 3 3 2 137 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 338 1 2 2 3 2 2 3 3 2 2 4 2 2 3 2 3 3 3 2 139 2 3 2 2 2 2 3 4 2 2 2 2 1 3 2 2 3 3 2 240 1 3 2 2 2 3 2 4 2 2 3 2 1 3 2 3 3 3 2 241 1 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 242 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 4 2 243 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 4 2 2 2 2 2 3 3 2 244 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 4 2 245 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 246 1 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 247 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 248 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 4 4 2 2

Page 42: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

33

49 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 1 3 1 2 3 4 2 150 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 351 2 3 2 3 2 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 352 3 4 4 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 2 353 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 354 2 2 2 3 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 255 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 256 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 357 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 258 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 359 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 260 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 261 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 362 3 3 3 3 2 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 363 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 264 2 3 3 3 1 2 2 2 1 2 2 3 2 4 4 3 3 2 2 265 2 3 3 3 2 1 3 3 3 2 2 3 2 4 2 3 3 4 2 266 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 367 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 268 3 2 3 2 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 369 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 270 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 2 271 2 3 3 3 2 3 2 4 2 2 4 3 3 3 2 4 3 3 2 272 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 373 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 274 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 275 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 4 3 2 3 3 3 3 3 2 2

Page 43: Kesepian Pada Lansia Ditinjau Dari Tempat Tinggalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8975/2/T1...perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari

34