Top Banner
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 821 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR-PELAYARAN TIMUR SURABAYA (APTS) MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 8 Peraturan Pemcrintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian, Menteri Perhubungan wajib menelapkan alur-pelayaran, sistem rute, tata cara berlalu lintas, dan dacrah labuli kapal sesuai dengan kepentingarmya; b. bahwa berdasarkan pertimbangan scbagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Timur Surabaya (AFFS); Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849);
23

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_821_TAHUN...KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran di Alur-Pelayaran Timur

Apr 07, 2019

Download

Documents

truongthien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_821_TAHUN...KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran di Alur-Pelayaran Timur

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR KP 821 TAHUN 2018

TENTANG

PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU

LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA

DI ALUR-PELAYARAN TIMUR SURABAYA (APTS)

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 8 Peraturan

Pemcrintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian,

Menteri Perhubungan wajib menelapkan alur-pelayaran,

sistem rute, tata cara berlalu lintas, dan dacrah labuli

kapal sesuai dengan kepentingarmya;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan scbagaimana

dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan

Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur-Pelayaran,

Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh

Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran

Timur Surabaya (AFFS);

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor

64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4849);

Page 2: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_821_TAHUN...KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran di Alur-Pelayaran Timur

- 2-

2. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang

Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun

2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah

Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015

Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5731);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5093);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang

Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5108) sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22

Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang Angkutan di

Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5208);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang

Perlindungan Lingkungan Maritim (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 27, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5109);

6. Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1979 tentang

Pengesahan Peraturan Internasional Tentang Pencegahan

Tubrukan di Laut Collision Regulation Tahun 1972

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979

Nomor 53);

Page 3: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_821_TAHUN...KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran di Alur-Pelayaran Timur

- 3-

7. Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang

Mengesahkan "INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE

SAFETY OF LIFE AT SEA, 1974", sebagai hasil Konferensi

Internasional tentang Keselamatan Jiwa Di Laut 1974,

yang telah ditandatangani oleh Delegasi Pemerintah

Republik Indonesia, di London, pada tanggal 1 November

1974, yang merupakan pengganti "INTERNATIONAL

CONVENTION FOR THE SAFETY OF LIFE AT SEA, 1960",

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980

Nomor 65);

8. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang

Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

9. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang

Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);

10. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor

173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA

Maritime Bouyage System for Region-A dalam Tatanan

Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran di Indonesia;

11. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 30 Tahun

2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Distrik Navigasi;

12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun

2011 tentang Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran;

13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun

2011 tentang Telekomunikasi-Pelayaran;

14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 52 Tahun

2011 tentang Pengerukan dan Reklamasi sebagaimana

telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri

Perhubungan Nomor PM 136 Tahun 2015 tentang

Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Perhubungan

Nomor PM 52 Tahun 2011 tentang Pengerukan dan

Reklamasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015

Nomor 1309);

Page 4: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_821_TAHUN...KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran di Alur-Pelayaran Timur

- 4-

15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 34 Tahun

2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor

Kesyahbandaran Utama (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2012 Nomor 627);

16. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 35 Tahun

2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas

Pelabuhan Utama (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2012 Nomor 628);

17. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun

2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 311)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Perhubungan Nomor PM 146 Tahun 2016 tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor

PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan

Laut (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016

Nomor 1867);

18. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 57 Tahun

2015 tentang Pemanduan dan Penundaan Kapal (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 390);

19. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun

2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 1844) sebagaimana telah diubah terakhir

dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 44

Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan

Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2017 Nomor 816);

20. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 129 Tahun

2016 tentang Alur-Pelayaran di Laut dan Bangunan

dan/atau Instalasi di Perairan (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2016 Nomor 1573);

Page 5: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_821_TAHUN...KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran di Alur-Pelayaran Timur

- 5-

Memperhatikan: Surat Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor

UM.002/11/ 19/DJPL-18 tanggal 6 Februari 2018 perihal

Penyampaian Rancangan Keputusan Menteri Perhubungan

(RKM) Tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata

Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan

Kepentingannya di Alur-Pelayaran Timur Surabaya, Alur-

Pelayaran Pelabuhan Lernbar, Alur-Pelayaran Pelabuhan

Ambon dan Alur-Pelayaran Pelabuhan Dumai;

Menetapkan :

MEMUTUSKAN:

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG

PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA

BERLALU LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI

DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR-PELAYARAN TIMUR

SURABAYA (APTS).

PERTAMA : Menetapkan Alur-Pelayaran Timur Surabaya (APTS), Sarana

Bantu Navigasi-Pelayaran, dan jalur perlintasan (Ujung

Surabaya-Kamal Madura) dibatasi oleh titik koordinat

geografis sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri

ini.

KEDUA : Menetapkan Sistem Rute Pelayaran di Alur-Pelayaran Timur

Surabaya (APTS) sebagaimana tercantum dalam Lampiran II

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan

Menteri ini.

KETIGA : Menetapkan Tata Cara Berlalu Lintas di Alur-Pelayaran

Timur Surabaya (APTS) sebagaimana tercantum dalam

Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Keputusan Menteri ini.

Page 6: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_821_TAHUN...KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran di Alur-Pelayaran Timur

- 6-

KEEMPAT : Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara Berlalu Lintas di

Alur-Pelayaran Pelayaran Timur Surabaya (APTS)

sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETIGA diatur

dengan Standar Operasional dan Prosedur (SOP) yang

ditetapkan oleh Kepala Kantor Kesyahbandaran Utama

Tanjung Perak.

KELIM A : Menetapkan Daerah Aman Melintas Perairan Armada Timur

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut dan Daerah

Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-

Pelayaran Timur Surabaya (APTS) sebagaimana tercantum

dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.

KEENAM : Alur-Pelayaran Timur Surabaya (APTS), Sarana Bantu

Navigasi-Pelayaran, dan jalur perlintasan (Ujung Surabaya-

Kamal Madura) sebagaimana dimaksud dalam Diktum

PERTAMA serta Daerah Aman Melintas Perairan Armada

Timur TNI AL dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan

Kepentingannya sebagaimana dimaksud dalam Diktum

KELIMA, wajib dimuat dalam Peta Laut Indonesia Edisi

Terbaru Nomor 96 dan 82 serta Buku Petunjuk Pelayaran

sebagaimana tercantum dalam Peta Tematik pada Lampiran

V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan

Menteri ini.

KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran

di Alur-Pelayaran Timur Surabaya (APTS) dilaksanakan oleh

Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Perak dan

melaporkan hasil pengawasannya kepada Direktur Jenderal

Perhubungan Laut.

KEDELAPAN : Pengawasan terhadap penataan dan penyelenggaraan Alur-

Pelayaran Timur Surabaya (APTS) dilaksanakan oleh Distrik

Navigasi Kelas I Surabaya dan melaporkan hasil

pengawasannya kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut.

Page 7: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_821_TAHUN...KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran di Alur-Pelayaran Timur

- 7-

KESEMBILAN :

KESEPULUH :

KESEBELAS :

KEDUABELAS:

KETI GABELAS:

Pemeliharaan Alur-Pelayaran Timur Surabaya (APTS)

dilaksanakan oleh Kantor Otoritas Pelabuhan Utama

Tanjung Perak secara berkala atau sewaktu-waktu apabila

diperlukan.

Laporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam

Diktum KETUJUH dan Diktum KEDELAPAN digunakan

sebagai bahan evaluasi oleh Direktur Jenderal Perhubungan

Laut untuk setiap perubahan terhadap Penetapan Alur-

Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan

Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-

Pelayaran Timur Surabaya (APTS).

Perubahan terhadap Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute,

Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai

Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Timur Surabaya

(APTS) sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESEPULUH,

diinformasikan melalui penerbitan Maklumat Pelayaran

(MAPEL) serta disiarkan melalui Berita Pelaut Indonesia

(Notice to Marines).

Setiap perubahan Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute,

Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai

Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Timur Surabaya

(APTS) sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESEBELAS

ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut dan

dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun akan

dilakukan penyesuaian terhadap Keputusan Menteri ini.

Direktur Jenderal Perhubungan Laut melaksanakan

pembinaan dan pengawasan teknis terhadap pelaksanaan

Keputusan Menteri ini.

Page 8: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_821_TAHUN...KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran di Alur-Pelayaran Timur

- 8-

KEEMPATBELASrKeputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal

ditetapkan.Ditetapkan di JAKARTA pada tanggal 18 Mei 2018

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDT KARYA SUMADTSALINAN Keputusan Menteri ini disampaikan kepada:

1. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman;

2. Menteri Kelautan dan Perikanan;

3. Menteri Badan Usaha Milik Negara;

4. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral;

5. Kepala Staf TNI Angkatan Laut;

6. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;

7. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, dan Direktur Jenderal

Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan;

8. Gubernur Jawa Timur;

9. Walikota Surabaya;

10. Kepala Pusat Hidrografi dan Oceanografi TNI Angkatan Laut;

11. Kepala Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Perak Surabaya;

12. Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak Surabaya;

13. Kepala Distrik Navigasi Kelas I Surabaya;

14. Kepala Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai Kelas II Tanjung Perak;

15. Kepala Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Gresik;

16. Ketua Umum DPP Indonesian National Ship Owners Association (INSA).

Salinan sesuai dengan aslinya

HUKUM,

(ama Muda (IV/c) >1023 199203 1 003

Page 9: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_821_TAHUN...KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran di Alur-Pelayaran Timur

- 9-

Lampiran IKeputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KP 821 TAHUN 2018 tentangPenetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Timur Surabaya (APTS)

ALUR-PELAYARAN TIMUR SURABAYA (APTS),

SARANA BANTU NAVIGASI-PELAYARAN, DAN JALUR PERLINTASAN

(UJUNG SURABAYA - KAMAL MADURA)

1. Posisi Koordinat Alur-Pelayaran Timur Surabaya (APTS):

No KodeBatas Kiri

AlurKode

Batas Kanan

Alur

1MPMT

A

07° 23' 32.43" LS/

113° 00' 30.13" BT

MPMT

B

07° 23' 27.56" LS/

113° 00’ 29.87" BT

2 1A07° 23' 39.88" LS/

112° 57’ 10.69" BT1B

07° 23’ 35.15" LS/

112° 57' 12.73" BT

3 2A07° 21' 22.81" LS/

112° 55' 13.14" BT2B

07° 21' 19.37" LS/

112° 55' 16.61" BT

4 3A07° 19' 36.38" LS/

112° 53' 24.48" BT3B

07° 19' 33.86" LS/

112° 53’ 28.75" BT

5 4A07° 15' 20.22" LS/

112° 52’ 07.08" BT4B

07° 15’ 18.31" LS/

112° 52' 11.59" BT

6 5A07° 13’ 39.79" LS/

112° 51’ 09.53" BT5B

07° 13’ 36.51" LS/

112° 51' 13.22" BT

7 6A07° 11' 10.33" LS/

112° 47' 52.48" BT6B

07° 11' 05.47" LS/

112° 47' 52.95" BT

8 7A07° 11' 10.32" LS/

112° 45'01.70" BT7B

07° IT 05.51" LS/

112° 45' 00.62" BT

9 8A07° 11' 34.71" LS/

112° 44' 03.08" BT8B

07° 11' 29.84" LS/

112° 44' 02.44" BT

Page 10: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_821_TAHUN...KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran di Alur-Pelayaran Timur

- 10-

2. Posisi Koordinat Garis Haluan Alur-Pelayaran Timur Surabaya (APTS):

No KodePosisi Koordinat Arah haluan

Lintang Bujur Masuk Keluar

1 MPMT 7° 23' 30.00" LS 113° 00' 30.00" BT 267° 87°

2 GH. 1 7° 23' 37.63" LS 112° 57' 11.64" BT 319° 139°

3 GH.2 7° 21' 21.09" LS 112° 55' 14.88" BT 314° 134°

4 GH.3 7° 19' 35.16" LS 112° 53’ 26.59" BT 343° 163°

5 GH.4 7° 15' 19.26" LS 112° 52' 09.34" BT 330° 150°

6 GH.5 7° 13’ 38.14" LS 112° 51' 11.40" BT 307° 127°

7 GH.6 7° 11' 07.89" LS 112° 47’ 53.30" BT 270° 90°

8 GH.7 7° 11' 10.32" LS 112° 45' 01.70" BT 247° 67°

9 GH.8 7° 11' 32.27" LS 112° 44' 02.95" BT 267° 87°

3. Posisi Koordinat Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran Eksisting:

NoNama dan

Jenis SBNPNo Dsi Koordinat DSI

1 Pelsu MPMT 3821 7° 23' 30.00" LS / 113° 00’ 30.00" BT

2 Anpel No.01 1870 7° 23’ 35.00" LS / 112° 57’ 15.00" BT

3 Anpel No.02 1880 7° 21' 22.00" LS / 112° 55' 12.00" BT

4 Anpel No.03 1890 7° 19’ 08.00" LS / 112° 53' 20.00" BT

5 Anpel No.04 1900 7° 15' 50.00" LS / 112° 52' 01.00" BT

6 Anpel No.05 1910 7° 15' 35.00" LS / 112° 51' 45.00" BT

7 Anpel No.06 1920 7° 13' 25.00" LS / 112° 50’ 30.00" BT

8 Anpel No.07 1930 7° 11' 05.36" LS / 112° 44' 57.88" BT

9 Anpel No.08 1940 7° 11' 27.00" LS / 112°48' 07.00" BT

10 Ramsu Castur - 7° 19’ 00.00" LS / 112° 53' 00.00" BT

11 Ramsu Kessek3730

K. 1188

7° 09' 44.00" LS / 112° 45' 57.50" BT

Page 11: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_821_TAHUN...KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran di Alur-Pelayaran Timur

- 11-

4. Posisi Koordinat Rencana Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran:

NO SBNP POSISI KOORDINAT

1 Pelsu Hijau No. 01 7° 23' 35.00" LS/112° 57’ 15.00" BT

2 Pelsu Merah No. 02 7° 23' 39.61" LS/112° 57' 09.09" BT

3 Pelsu Hijau No. 03 7° 21' 20.25" LS/112° 55' 19.43" BT

4 Pelsu Merah No. 04 7° 21' 22.00" LS/112° 55’ 12.00" BT

5 Pelsu Hijau No. 05 7° 19’ 31.64" LS/112° 53' 29.99" BT

6 Pelsu Merah No. 06 7° 19' 38.04" LS/112° 53' 23.58" BT

7 Pelsu Hijau No. 07 7° 15' 17.36" LS/112° 52' 15.58" BT

8 Pelsu Merah No. 08 7° 15’ 22.22" LS/112° 52' 03.53" BT

9 Pelsu Hijau No. 09 7° 13’ 34.07" LS/112° 51' 18.46" BT

10 Pelsu Merah No. 10 7° 13' 42.60" LS/112° 51’ 06.19" BT

11 Pelsu Hijau No. 11 7° 10' 59.92" LS/112° 47’ 49.72" BT

12 Pelsu Merah No. 12 7° 1L 13.39" LS/112° 47' 46.63" BT

13 Pelsu Hijau No. 13 7° 11' 01.51" LS/112° 47' 00.48" BT

14 Pelsu Merah No. 14 7° 11’ 13.22" LS/112° 47' 08.77" BT

15 Pelsu Hijau No. 15 7° 11’ 01.16" LS/ 112° 46' 31.01" BT

16 Pelsu Merah No. 16 7° 11' 13.08" LS/112° 46' 31.01" BT

17 Pelsu Hijau No. 17 7° 11' 05.36" LS/112° 44' 57.88" BT

18 Pelsu Kardinal Barat 7° 18' 38.28" LS/112° 53' 29.64" BT

19 Pelsu Kuning Zona Labuh 7° 23' 16.96" LS/112° 57' 43.36" BT

5. Posisi Koordinat Jalur Perlintasan (Penyeberangan Ujung Surabaya ke

Kamal Madura):

No KodeBatas Timur

AlurKode

Batas Barat

Alur

1 1A07° 11' 43.31" LS /

112° 44' 12.53" BT1B

07° 11' 45.49" LS/

112° 44' 02.95" BT

2 2A07° 10' 46.06" LS/

112° 43' 40.87" BT2B

07° 10' 55.17" LS/

112° 43' 23.30" BT

3 3A07° 10' 34.16" LS/

112° 43' 30.21" BT3B

07° 10' 38.21" LS/

112° 43' 11.10" BT

Page 12: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_821_TAHUN...KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran di Alur-Pelayaran Timur

- 12-

6. Posisi Naik Turun Petugas Pandu (Pilot Boarding Ground) pada titik

koordinat:

No Koordinat

A 7° 23' 19.76" LS / 112° 58' 11.27" BT

Salinan sesuai dengan aslinya

HUKUM,

I H., SH, DESS ama Muda (IV/c)

1023 199203 1 003

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Page 13: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_821_TAHUN...KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran di Alur-Pelayaran Timur

- 13-

Lampiran IIKeputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor tentangPenetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Timur Surabaya (APTS)

SISTEM RUTE ALUR-PELAYARAN TIMUR SURABAYA (APTS)

1. Sistem Rute di Alur-Pelayaran Timur Surabaya (APTS)

Sistem Rute yang ditetapkan di Alur-Pelayaran Timur Surabaya (APTS)

yaitu Rute Dua Arah (Ttuo Ways Routes) dengan lebar alur ±150 (seratus

lima puluh) meter.

2. Kondisi Kedalaman dan Panjang Alur-Pelayaran

Kondisi kedalaman dan panjang Alur-Pelayaran Timur Surabaya

kedalaman minimal eksisting -3,5 (tiga koma lima) meter LWS sementara

kedalaman yang direncanakan -5 (lima) meter LWS, dan panjang alur-

pelayaran dari pelampung suar MPMT sampai Pelabuhan Tanjung Perak

Surabaya ± 22 (dua puluh dua) Nautical Miles/NM atau ± 37,04 (tiga puluh

tujuh koma nol empat) Kilometer/KM. Berdasarkan hal tersebut, ukuran

dan sarat (draft) kapal yang dapat melalui alur-pelayaran ini maksimum 3

(tiga) meter pada kondisi air surut terendah.

Page 14: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_821_TAHUN...KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran di Alur-Pelayaran Timur

- 14-

3. Daerah Aman Melintas Perairan Armada Timur TNI AL

Area Pangkalan Armada Timur TNI AL sebagaimana tergambar pada Peta

Laut Indonesia Nomor 96 dan 84 dengan Jarak aman melintas Perairan

Armada Timur TNI AL yaitu diluar area tersebut atau 500 (lima ratus)

meter dari sisi terluar Kapal TNI AL. Terkait keselamatan dan keamanan

pelayaran kapal yang melintas agar memperhatikan ketentuan tersebut.

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Salinan sesuai dengan aslinya

M l H„ SH. DESS^fama Muda (IV/c) 1023 199203 1 003

IRO HUKUM,

Page 15: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_821_TAHUN...KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran di Alur-Pelayaran Timur

- 15-

Lampiran IIIKeputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor tentangPenetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Timur Surabaya (APTS)

TATA CARA BERLALU LINTAS DI ALUR-PELAYARAN TIMUR SURABAYA (APTS)

Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan menekan angka kecelakaan kapal,

maka perlu diatur tata cara berlalu lintas di Alur-Pelayaran Timur Surabaya

(APTS) sebagai berikut:

1. Pemanduan

a. kapal dengan ukuran tonase kotor GT 500 (lima ratus Gross Tonnage)

atau lebih yang berlayar di perairan wajib pandu wajib menggunakan

pelayanan jasa pemanduan kapal;

b. mesin penggerak utama dan alat navigasi harus dalam kondisi baik dan

normal untuk olah gerak kapal;

c. mengibarkan bendera “G“ pada siang hari dan menyalakan lampu putih

merah pada malam hari apabila kapal sedang menunggu petugas

pandu;

d. mengibarkan bendera “H“ pada siang hari dan menyalakan lampu putih

merah pada malam hari apabila petugas pandu berada di atas kapal;

dan

e. mengibarkan bendera “Q“ pada siang hari dan menyalakan lampu putih

merah pada malam hari bagi kapal yang baru tiba dari luar negeri,

petugas pandu hanya diperbolehkan naik ke kapal untuk membawa

kapal apabila kapal telah dinyatakan bebas dari penyakit menular oleh

petugas karantina kesehatan (free practique) dan bendera kuning telah

diturunkan.

2. Komunikasi

a. pemilik/operator kapal atau Nakhoda wajib memberitahukan rencana

kedatangan kapalnya kepada Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung

Perak dengan mengirimkan telegram radio Nakhoda (master cable)

melalui Stasiun Radio Pantai (SROP) dengan tembusan kepada

Page 16: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_821_TAHUN...KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran di Alur-Pelayaran Timur

- 16-

perusahaan angkutan laut atau agen umum dalam waktu paling lama 48

(empat puluh delapan) jam sebelum kapal tiba di pelabuhan;

b. komunikasi sebelum kapal masuk dan/atau keluar alur-pelayaran wajib

melapor kepada stasiun VTS (Surabaya) Distrik Navigasi Kelas I

Surabaya melalui channel 12;

c. komunikasi antara petugas pandu/ kapal/ kapal pandu dapat

menggunakan Bahasa Indonesia dan/atau Bahasa Inggris dengan radio

VHF melalui channel 12; dan

d. komunikasi dengan kapal sebelum petugas pandu berada di atas kapal

wajib dilakukan oleh Nakhoda dengan memberikan keterangan kepada

petugas pandu antara lain kondisi, sifat, cara, data, karakteristik, dan

lain-lain yang berkaitan dengan kemampuan olah gerak kapal.

3. Proses Kapal Masuk

a. Dalam Kondisi Normal

1) setelah posisi berada di ambang luar arahkan haluan kapal mengarah

ke outer Pelampung Suar dengan haluan kapal 267 derajat;

2) kecepatan kapal disekitar pelampung suar pengenal disarankan

dengan maneuvering speed, sampai kapal pandu dapat merapat di

kapal untuk menaikkan petugas pandu;

3) setelah kapal berada di outer Pelampung Suar dan kapal memasuki

Alur-Pelayaran Pelayaran Timur Surabaya (APTS) arahkan haluan

kapal 267 derajat;

4) setiap kapal harus senantiasa bergerak dengan kecepatan aman

sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat dan berhasil untuk

menghindari tubrukan dan dapat diberhentikan dalam suatu jarak

yang sesuai dengan keadaan dan suasana yang ada;

5) setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan, apabila

keadaan mengijinkan harus tegas dan jelas dilakukan dalam waktu

yang cukup dan benar-benar memperhatikan persyaratan kepelautan

yang baik;

6) apabila kondisi dermaga sedang penuh atau Nakhoda memutuskan

untuk berlabuh terlebih dahulu, maka kapal dapat berlabuh di daerah

labuh kapal yang sudah disediakan; dan

7) apabila proses administrasi kelengkapan dokumen selesai dan sudah

tersedia posisi tambat untuk kapal di dermaga, maka petugas VTS

Page 17: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_821_TAHUN...KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran di Alur-Pelayaran Timur

- 17-

Surabaya akan menginformasikan ke kapal bahwa petugas pandu

akan naik dan memandu kapal hingga tambat di pelabuhan.

b. Dalam Kondisi Angin di Atas Normal/Kabut/Hujan Lebat/Gelombang

Tinggi

1) kecepatan kapal di sekitar pelampung suar pengenal disarankan

menggunakan maneuvering speed; dan

2) untuk memasuki alur-pelayaran dalam kondisi kabut/hujan

lebat/gelombang tinggi, maka kapal mempergunakan sarana navigasi

visual, elektronik (radar/GPS/AIS) dan peralatan navigasi lainnya

secara baik dan tepat guna.

4. Proses Kapal Keluar

a. Nakhoda dan/atau petugas pandu melaporkan kepada Kantor

Kesyahbandaran Utama Tanjung Perak dan/atau stasiun VTS (Surabaya)

mengenai ukuran kapal dan jam kapal mulai dipandu keluar;

b. meminta informasi ke stasiun VTS (Surabaya) mengenai pergerakan

kapal yang keluar/masuk Alur-Pelayaran Timur Surabaya (APTS);

c. arahkan haluan menuju bagian tengah alur dan berlayar menuju

Pelampung Suar terluar (Outer Buoy) dengan haluan 87 derajat; dan

d. sesampainya di titik Naik Turun Petugas Pandu (Pilot Boarding Ground),

maka petugas pandu turun dan dijemput oleh kapal pandu.

5. Tindakan Menghindari Tubrukan

a. Pengaturan Tindakan Untuk Menghindari Tubrukan Meliputi:

1) setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan,

apabila keadaan mengijinkan harus tegas dan jelas dilakukan dalam

waktu yang cukup dan benar-benar memperhatikan persyaratan

kepelautan yang baik;

2) setiap perubahan haluan dan/atau kecepatan untuk menghindari

tubrukan, apabila keadaan mengijinkan harus cukup besar sehingga

menjadi jelas bagi kapal lain yang sedang mengamati dengan

penglihatan atau dengan radar, serangkaian perubahan kecil dari

haluan dan/atau kecepatan hendaknya dihindari;

3) apabila ada ruang gerak yang cukup, maka perubahan haluan

merupakan tindakan yang paling berhasil untuk menghindari situasi

saling mendekati terlalu rapat, dengan ketentuan bahwa perubahan

Page 18: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_821_TAHUN...KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran di Alur-Pelayaran Timur

- 18-

itu dilakukan dalam waktu yang cukup dini dan tidak

mengakibatkan terjadinya situasi saling mendekati terlalu rapat;

4) tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan dengan kapal

lain harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan jarak yang aman

dan hasil tindakan tersebut harus dikaji dengan seksama sampai

kapal tersebut dilewati dan bebas sama sekali; dan

5) apabila diperlukan untuk menghindari tubrukan atau memberikan

waktu yang lebih banyak untuk menilai keadaan, maka kapal harus

mengurangi kecepatannya atau menghilangkan kecepatannya sama

sekali dengan memberhentikan atau menjalankan mundur sarana

penggeraknya.

b. Pengaturan Tata Cara Berlalu Lintas Kapal Layar Meliputi:

1) apabila 2 (dua) Kapal Layar sedang saling mendekat sehingga akan

mengakibatkan bahaya tubrukan, maka salah satu dari kedua kapal

itu harus menghindari kapal lainnya dengan ketentuan sebagai

berikut:

a) apabila masing-masing mendapat angin di lambung yang

berlainan, maka kapal yang mendapat angin di lambung kiri

harus menghindari kapal yang lain;

b) apabila keduanya mendapat angin di lambung yang kanan, maka

kapal yang berada di atas angin harus menghindari kapal yang

berada di bawah angin; dan

c) apabila kapal mendapat angin di lambung kiri melihat sebuah

kapal berada di atas angin dan tidak dapat menentukan dengan

pasti apakah kapal lain itu mendapat angin di lambung kiri atau

kanan, maka kapal itu harus menghindari kapal lain itu.

2) Untuk memenuhi ketentuan ini, sisi atas angin harus dianggap sisi

yang berlawanan dengan sisi tempat layar utama berada atau bagi

kapal dengan layar segi empat merupakan sisi yang berlawanan

dengan sisi tempat layar membujur itu berada.

c. Pengaturan Penyusulan Meliputi:

1) setiap kapal yang sedang menyusul kapal lain harus menghindari

kapal lain yang sedang disusul tersebut;

Page 19: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_821_TAHUN...KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran di Alur-Pelayaran Timur

- 19-

2) kapal harus dianggap menyusul apabila sedang mendekati kapal lain

dari arah yang lebih besar dari 22,5 derajat di belakang arah

melintang, sehingga terhadap kapal yang sedang disusul itu pada

malam hari kapal hanya dapat melihat penerangan buritan, tetapi

tidak satupun dari penerangan lambungnya;

3) apabila kapal dalam keadaan ragu apakah sedang menyusul kapal

lain atau tidak, maka kapal itu harus beranggapan bahwa sedang

menyusul kapal lain; dan

4) setiap perubahan baringan antara kedua kapal yang terjadi kemudian

tidak akan mengakibatkan kapal yang sedang memotong dalam

pengertian ketentuan ini atau membebaskannya dari kewajiban

untuk menghindari kapal yang sedang disusul itu sampai kapal

tersebut dilewati dan bebas sama sekali.

d. Pengaturan Tata Cara Berlalu Lintas Kapal Dalam Situasi Berhadap-

Hadapan Meliputi:

1) apabila 2 (dua) kapal sedang bertemu dengan haluan berlawanan

atau hampir berlawanan sehingga akan mengakibatkan bahaya

tubrukan, maka masing-masing kapal harus mengubah haluannya ke

kanan sehingga masing-masing kapal akan berpapasan di lambung

kirinya;

2) keadaan sebagaimana dimaksud dalam angka 1), harus dianggap ada

apabila kapal melihat kapal lain tepat atau hampir di depan dan pada

malam hari kapal itu dapat melihat penerangan tiang kapal lain

tersebut terletak segaris atau hampir segaris dan/atau kedua

penerangan lambung serta pada siang hari kapal itu mengamati gatra

(aspek) yang sesuai mengenai kapal lain tersebut; dan

3) apabila kapal dalam keadaan ragu atas terdapatnya keadaan

sebagaimana dimaksud dalam angka 1), maka kapal itu harus

beranggapan bahwa keadaan tersebut ada dan bertindak sesuai

angka 1) dan angka 2).

e. Dalam pengaturan tata cara berlalu lintas kapal dalam situasi

memotong, apabila 2 (dua) kapal sedang berlayar dengan haluan saling

memotong sehingga akan mengakibatkan bahaya tubrukan, maka kapal

yang mendapati kapal lain di sisi kanannya harus menghindar dan

Page 20: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_821_TAHUN...KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran di Alur-Pelayaran Timur

- 20-

apabila keadaan mengijinkan harus menghindar dengan cara memotong

di depan kapal lain tersebut. Dalam pengaturan tata cara tindakan kapal

menghindari, maka setiap kapal yang diwajibkan menghindari kapal lain

secepat mungkin. Dalam pengaturan tanggung jawab antar kapal

meliputi:

1) kapal bermesin yang sedang berlayar harus menghindari:

a) kapal yang tidak terkendalikan;

b) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas;

c) kapal yang sedang menangkap ikan; dan/atau

d) kapal layar.

2) kapal layar yang sedang berlayar harus menghindari:

a) kapal yang tidak terkendalikan;

b) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas; dan/atau

c) kapal yang sedang menangkap ikan.

3) kapal yang sedang menangkap ikan harus menghindari:

a) kapal yang tidak terkendalikan; dan/atau

b) kapal yang olah geraknya terbatas.

4) setiap kapal, kecuali kapal yang tidak dapat dikendalikan atau kapal

yang kemampuan olah geraknya terbatas, apabila keadaan

mengijinkan harus menghindarkan dirinya merintangi jalan aman

sebuah kapal yang terkendala oleh saratnya.

5) kapal yang terkendala oleh saratnya sebagaimana dimaksud dalam

angka 4) harus berlayar dengan kewaspadaan khusus dengan benar-

benar memperhatikan keadannya yang khusus tersebut.

6. Larangan

a. kapal dilarang memasuki alur-pelayaran dengan under keel cleareance

(UKC) kurang dari 10 % (sepuluh persen) dari sarat (draft) kecuali izin dari Syahbandar;

b. kapal penangkap ikan dilarang menangkap ikan di alur-pelayaran;

c. kapal dilarang masuk perairan wajib pandu tanpa mendapat pelayanan

pemanduan dari petugas pandu; dan

Page 21: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_821_TAHUN...KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran di Alur-Pelayaran Timur

- 21-

d. petugas pandu dilarang meninggalkan kapal yang dipandu dalam kondisi

dan situasi :

1) kapal kandas;

2) kapal tubrukan;

3) kerusakan mesin/kemudi; dan/atau

4) keadaan lain yang mengganggu lalu lintas kapal.

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Salinan sesuai dengan aslinya

P I H., SH. DESS^tama Muda (IV/c) 1023 199203 1 003

IRO HUKUM,

Page 22: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_821_TAHUN...KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran di Alur-Pelayaran Timur

- 22-

Lampiran IVKeputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KP 821 TAHUN 2018tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Timur Surabaya (APTS)

DAERAH AMAN MELINTAS PERAIRAN ARMADA TIMUR TENTARA NASIONAL

INDONESIA ANGKATAN LAUT DAN

DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA

DI ALUR-PELAYARAN TIMUR SURABAYA (APTS)

Titik Koordinat Luasan Kedalaman

A07° 23' 16.96" LS/

112° 57' 43.36" BT

+ 11.4 KmI 2

±5 Meter

s/d

±7 Meter

B07° 21' 54.19" LS /

112° 59’ 15.44" BT

C07° 20' 41.61" LS /

112° 58' 09.98" BT

D07° 22' 04.39" LS /

112° 56’ 37.91" BT

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Salinan sesuai dengan aslinya

HUKUM,

I H„ SH, DESS Muda (IV/c)

1023 199203 1 003

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Page 23: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2018/KP_821_TAHUN...KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran di Alur-Pelayaran Timur

- 23-

Lampiran VKeputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KP 821 TAHUN 2018tentang Penetäpan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Timur Surabaya (APTS)

PETA TEMATIK ALUR-PELAYARAN TIMUR SURABAYA (APTS), SARANA

BANTU NAVIGAS1-PELAYARAN JALUR PERLINTASAN

(UJUNG SURABAYA - MADURA) SERTA DAERAH AMAN MELINTAS PERAIRAN

ARMADA TIMUR TNI AL DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN

KEPENTINGANNYA

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Salinan sesuai dengan aslinya

5IRO HUKUM,

I H., SH, DESS ama Muda (IV/c)

1023 199203 1 003

ttd.

BUDI KARYA SUMADI