Top Banner
KEPERAWATAN PADA ANAK (AFIDA & RULY) Minggu, 30 September 2012 ASKEP MENINGITIS PADA ANAK MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MENINGITIS Oleh: Afidah Oktaviana (10620304) Dyah Ruly Susanti (10620313)
36

Keperawatan Pada Anak

Feb 15, 2015

Download

Documents

Yunita Sari
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Keperawatan Pada Anak

KEPERAWATAN PADA ANAK (AFIDA & RULY)

Minggu, 30 September 2012

ASKEP MENINGITIS PADA ANAK

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK II

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MENINGITIS

Oleh:

         Afidah Oktaviana (10620304)         Dyah Ruly Susanti (10620313)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Page 2: Keperawatan Pada Anak

UNIVERSITAS KADIRI

2012

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang

Penyakit infeksi di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Salah satu

penyakit tersebut adalah infeksi susunan saraf pusat. Penyebab infeksi susunan saraf pusat adalah

virus, bakteri atau mikroorganisme lain. Meningitis merupakan penyakit infeksi dengan angka

kematian berkisar antara 18-40% dan angka kecacatan 30-50%.

Bakteri penyebab meningitis ditemukan di seluruh dunia, dengan angka kejadian penyakit

yang bervariasi. Di Indonesia, dilaporkan bahwa Haemophilus influenzae tipe B ditemukan pada

33% diantara kasus meningitis. Pada penelitian lanjutan, didapatkan 38% penyebab meningitis

pada anak kurang dari 5 tahun. Di Australia pada tahun 1995 meningitis yang disebabkan

Neisseria meningitidis 2,1 kasus per 100.000 populasi, dengan puncaknya pada usia 0 – 4 tahun

dan 15 – 19 tahun . Sedangkan kasus meningitis yang disebabkan Steptococcus pneumoniae

angka kejadian pertahun 10 – 100 per 100.000 populasi pada anak kurang dari 2 tahun dan

diperkirakan ada 3000 kasus per tahun untuk seluruh kelompok usia, dengan angka kematian

pada anak sebesar 15%, retardasi mental 17%, kejang 14% dan gangguan pendengaran 28%.

(http://theacademyofnursing2008.blogspot.com ).

Meningitis merupakan peradangan dari meningen yang menyebabkan terjadinya gejala

perangsangan meningen seperti sakit kepala, kaku kuduk, fotofobia disertai peningkatan jumlah

leukosit pada liquor cerebrospinal (LCS). Berdasarkan durasi dari gejalanya, meningitis dapat

dibagi menjadi akut dan kronik. Meningitis akut memberikan manifestasi klinis dalam rentang

jam hingga beberapa hari, sedangkan meningitis kronik memiliki onset dan durasi berminggu-

minggu hingga berbulan-bulan. Pada banyak kasus, gejala klinik meningitis saling tumpang

tindih karena etiologinya sangat bervariasi.

Page 3: Keperawatan Pada Anak

Meningitis juga dapat dibagi berdasarkan etiologinya. Meningitis bakterial akut merujuk

kepada bakteri sebagai penyebabnya. Meningitis jenis ini memiliki onset gejala meningeal dan

pleositosis yang bersifat akut. Penyebabnya antara lain Streptococcus pneumoniae, Neisseria

meningitidis, Haemophilus influenzae. Jamur dan parasit juga dapat menyebabkan meningitis

seperti Cryptococcus, Histoplasma, dan amoeba.

Meningitis aseptik merupakan sebutan umum yang menunjukkan respon selular nonpiogenik

yang disebabkan oleh agen etiologi yang berbeda-beda. Penderita biasanya menunjukkan gejala

meningeal akut, demam, pleositosis LCS yang didominasi oleh limfosit. Setelah beberapa

pemeriksaan laboratorium, didapatkan peyebab dari meningitis aseptik ini kebanyakan berasal

dari virus, di antaranya Enterovirus, Herpes Simplex Virus (HSV).

Pada referat ini akan dibahas mengenai meningitis bakterialis. Meningitis bakterialis

merupakan penyakit yang mengancam jiwa disebabkan oleh infeksi lapisan meningen oleh

bakteri. Insidensi meningitis bakterialis di Amerika Serikat sudah menurun sejak diterapkannya

penggunaan rutin vaksin Haemophilus influenzae tipe B (HIB). Umumnya penderita berusia di

bawah 5 tahun dan pada 70% kasus terjadi pada anak-anak usia 2 tahun.

(http://referensikedokteran.blogspot.com).

1.2         Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak dengan meningitis?

1.3         Tujuan

Tujuan  Umum

Mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan meningitis

Tujuan Khusus 

1.   Mengidentifikasi Definisi meningitis

2.   Mengidentifikasi Etiologi meningitis

3.   Mengidentifikasi Manifestasi Klinik meningitis

4.   Mengidentifikasi Klasifikasi meningitis

5.   Mengidentifikasi Patofisiologi meningitis

6.   Mengidentifikasi Pemeriksaan Diagnostik meningitis

7.   Mengidentifikasi Penatalaksanaan meningitis

Page 4: Keperawatan Pada Anak

8.   Mengidentifikasi Komplikasi meningitis

9.   Mengidentifikasi pathway meningitis

10. Mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan meningitis

1.4         Manfaat 

         1.      Mahasiswa mampu dan mengerti tentang meningitis

         2.      Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan meningitis

BAB 2PEMBAHASAN

2.1  Definisi

Peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang

menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat. (Rita Yuliani & Suriadi, 2006).

Meningitis merupakan peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal

column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).    

Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari

mikroorganisme pneumokok, meningokok, stafilokok, streptokok, hemophilus influenza dan

bahan aseptis (virus) (Long, 1996).

Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter, araknoid dan

dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla spinalis yang superfisial

(neorologi kapita selekta, 1996). 

2.2  Etiolog·    

            -   Bakteri

           Merupakan penyebab tersering dari meningitis, adapun beberapa bakteri yang secara

umum   

           diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah :

           Haemophillus influenza

           Nesseria meningitides (meningococcal)

Page 5: Keperawatan Pada Anak

           Diplococcus pneumoniae (pneumococca)

           Streptococcus, grup A

           Staphylococcus aureus

           Escherichia coli

           Klebsiella

           Proteus

           Pseudomonas 

       

       -   Virus

                 Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa sembuh

sendiri. Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi awal (misalnya sistem

nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar kesistem saraf pusat melalui sistem

vaskuler. Virus : Toxoplasma Gondhi, Ricketsia.

       

       

        Faktor Imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin, anak yang

mendapat obat  

      Anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan

dengan sistem   

            persarafan.

2.3  Manifestasi Klinis

          Aktivitas/Istirahat;

                   Malaise, aktivitas terbatas, ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter, kelemahan,

hipotonia.

Page 6: Keperawatan Pada Anak

        Sirkulasi;

             Riwayat endokarditis, abses otak, tekanan darah meningkat, nadi menurun, tekanan

             nadi berat, takikardi, dan disritmia pada fase akut.

        Eliminasi;

            Adanya inkontinensia atau retensi urin.

         Makanan/cairan;

             Anorexia, kesulitan menelan, muntah, turgor kulit jelek, mukosa kering.

         Higiene;

             Tidak mampu merawat diri

        Neurosensori;

             Sakit kepala, parsetesia, kehilangan sensai, Hiperalgesia meningkatnay rasa nyeri,

kejang,  

             gangguan penglihatan, diplopia, fotofobia, ketulian, halusianasi penciuman, kehilangan 

             memori, sulit mengambil keputusan, afasia, pupil anisokor, hemiparese, hemiplegia,

tanda 

             brudzinzki positif, rigiditas nukal, refleks babinski positif, refleks abdominal menurun, 

             refleks kremasterik hilang pada laki-laki.

         Nyeri/ketidaknyamanan;

             Sakit kepala hebat, kaku kuduk, nyeri gerakan okuler, fotosensitivitas, nyeri

tenggorokan, 

             gelisah, mengaduh/mengeluh.

        Pernafasan;

             Riwayat infeksi sinus atau paru, nafas meningkat, letargi dan gelisah.

         Keamanan;

              Riwayat mastoiditis, otitis media, sinusitis, infeksi pelvis, abdomen atau kulit, pungsi

              lumbal, pembedahan, fraktur cranial, anemia sel sabit, imunisasi yang baru 

              berlangsung, campak, chiken pox, herpes simpleks, demam, diaforesios, menggigil,

rash, 

              gangguan sensasi.

         Penyuluhan/pembelajaran;

              Riwayat hipersensitifitas terhadap obat, penyakit kronis, diabetes mellitus.

Page 7: Keperawatan Pada Anak

         Neonatus : 

                    Menolak untuk makan, refleks mengisap kurang, muntah atau diare, tonus otot kurang, 

                    kurang gerak,, dan menangis lemah.

         Anak-anak dan remaja :

                   Demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti dengan perubahan sensori, kejang, 

                    mudah terstimulasi dan teragitasi, fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif atau 

                    maniak, stupor, koma, kaku kuduk, opistotonus. Tanda kernig dan brudzinski positif, 

                    refleks fisiologis hiperaktif, ptechiae atau pruritus (menunjukkan adanya infeksi 

                    meningococcal).

           Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun): 

                    Demam, malas makan, muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis dengan merintih, 

                    ubun-ubun menonjol, kaku kuduk, dan tanda Kernig dan Brudzinsky positif.

2.4  Klasifikasi

Meningitis dibagi menjadi 2 :

1.     Meningitis purulen ( pus )

            Radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. 

            Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis

            (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus

influenzae,

            Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.

2.     Meningitis serosa ( bakteri )

            Peradangan yang disebabkan oleh organisme pada bakteri seperti meningococcus,

            staphylococcus, Baccilus influenza, Baccilus tubercula, Neiserria meningitides,

sreptococus

            pnemoniae (pada dewasa), haimopilus influenza (pada anak-anak dan remaja).

2.5  Patofisiologi

      Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinal yang dapat 

     menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi hidrosefalus dan peningkatan tekanan intra 

Page 8: Keperawatan Pada Anak

     kranial. Efek patologi dari peradangan tersebut adalah Hiperemi pada meningen. Edema dan 

     esudasi yang kesemuanya menyebabkan peningkatan intra kranial.

      Organisasi masuk melalui sel darah merah blood brain barrier. Masuknya dapat melalui 

     trauma penetrasi, prosedur pembedahan, atau pecahnya abses serebral atau kelainan sistem 

     saraf pusat. Otorrhea atau rhinorrhea akibat fraktur dasar tenggkorak dapat menimbulkan 

     meningitis, dimana terjadi hubungan antara CSF dan dunia luar.

      Masuknya mikroorganisme ke susunan saraf pusat melalui ruang sub-arachnoid dan

     menimbulkan respon peradangan pada via, arachnoid, CFS dan ventrikel.

      Dari reaksi radang muncul eksudat dan perkembangan infeksi pada ventrikel, edema dan 

     skar jaringan sekeliling ventrikel menyebabkan obstruksi pada CSF dan menimbulkan 

     hidrosefalus.

       Meningitis bakteri: netrofil, monosit, limfosit, dan yang lainnya merupakan sel respon 

     radang. Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan lekosit yang dibentuk di ruang subarachnoid. 

     Penumpukan pada CSF akan bertambah dan mengganggu aliran CSF di sekitar otak dan 

     medulla spinalis. Terjadi vasodilatasi yang cepat dari pembuluh darah dapat menimbulkan

     ruptur atau trombosis dinding pembuluh darah dan jaringan otak dapat menjadi infarct.

       Meningitis virus sebagai akibat dari penyakit virus seperti meales, mump, herpes simplek 

     dan herpes zoster. Pembentukan eksudat pada umumnya tidak terjadi dan tidak ada 

     mikroorganisme pada kultur CSF.

Page 9: Keperawatan Pada Anak

    

2.6  Pemeriksaan Penunjang

      Lumbal Pungsi:

Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa hitung jenis sel dan protein, cairan

serebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan TIK.

  Meningitis bacterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, leukosit dan protein meningkat,

glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri.

      Glukosa & dan LDH : meningkat.

      LED/ESRD: meningkat.

      CT Scan/MRI: melihat lokasi lesi, ukuran ventrikel, hematom, hemoragik.

      Rontgent kepala: mengindikasikan infeksi intrakranial.

      Kultur Darah

      Kultur Swab Hidung dan Tenggorokan

2.7  Penatalaksanaan

Page 10: Keperawatan Pada Anak

      Penatalaksanaan Terapeutik

-      Isolasi

-    Terapi antimikroba: antibiotik yang diberikan berdasarkan pada hasil kultru, diberikan dengan

dosis tinggi melalui intravena.

-      Mempertahankan hidrasi optimum: mengatasi kekurangan cairan dan mencegah kelebihan

cairan yang dapat menyebabkan edema.

-     Mencegah dan mengobati komplikasi: aspirasi efusi subdural (pada bayi), terapi heparin pada

anak yang mengalami DIC,

-       Mengontrol kejang: pemberian terapi antiepilepsi

-       Mempertahankan ventilasi

-       Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial

-        Penatalaksanaan syok bacterial

-        Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim

-        Memperbaiki anemia

       Penatalaksanaan Medis

1.         Antibiotik sesuai jenis agen penyebab

2.         Steroid untuk mengatasi inflamasi

3.         Antipiretik untuk mengatasi demam

4.         Antikonvulsant untuk mencegah kejang

5.         Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa dipertahankan

6.         Pembedahan: seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Periton).

7.         Pemberian cairan intravena. Pilihan awal yang bersifat isotonik seperti asering atau 

        ringer laktat dengan dosis yang dipertimbangkan melalui penurunan berat badan anak 

        atau tingkat dehidrasi. Ini diberikan karena anak yang menderita meningitis sering datang

        dengan penurunan kesadaran karena kekurangan cairan akibat muntah, pengeluaran 

        cairan melalui proses evaporasi akibat hipertermia dan intake cairan yang 

        kurang akibat kesadaran yang menurun.

8.         Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang. Pada dosis awal diberikan 

        diazepam 0,5 mg/Kg BB/kali pemberian secara intravena. Setelah kejang dapat diatasi  

        maka diberikan fenobarbital dengan dosis awal pada neonatus 30 mg, anak kurang 

Page 11: Keperawatan Pada Anak

        dari 1 tahun 50 mg sedangkan yang lebih 1 tahun 75 mg. Untuk rumatannya 

        diberikan fenobarbital 8-10 mg/Kg BB/ dibagi dalam 2 kali pemberian diberikan

        selama 2 hari. Sedangkan pemberian fenobarbital 2 hari berikutnya dosis 

        diturunkan menjadi 4-5 mg/Kg BB/ dibagi dalam 2 kali pemberian. Pemberian

        diazepam selain untuk menurunkan kejang juga diharapkan dapat menurunkan 

        suhu tubuh karena selain hasil toksik kuman peningkatan suhu tubuh juga berasal 

        dari kontraksi otot akibat kejang.

9.         Penempatan pada ruangan yang minimal rangsangan seperti rangsangan suara, cahaya dan

rangsangan polusi. Rangsangan yang berlebihan dapat membangkitkan kejang pada anak karena

peningkatan rangsangan depolarisasi neuron yang dapat berlangsung cepat.

10.     Pembebasan jalan nafas denga menghisap lendir melalui section dan memposisikan anak pada

posisi kepala miring hiperekstensi. Tindakan pembebasan jalan nafas dipadu dengan pemberian

oksigen untuk mensupport kebutuhan metabolisme yang meningkat selain itu mungkin juga

terjadi depresi pusat pernafasan karena peningkatan tekanan intrakranial sehingga perlu

diberikan oksigen bertekanan lebih tinggi yang lebih mudah masuk ke saluran pernafasan.

Pemberian oksigen pada anak dengan meningitis dianjurkan konsentrasi yang masuk bisa tinggi

melalui masker oksigen.

11.     Pemberian antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab. Antibiotik yang sering

dipakai adalah ampisillin dengan dosis 300-400mg/KgBB dibagi dalam 6 dosis pemberian secara

intrevena dikombinasikan dengan kloramfenikol 50 mg/KgBB dibagi dalam 4 dosis pemberian.

Pemberian antibiotik ini yang paling rasional melalui kultur dari pembelian cairan serebrospinal

melalui lumbal fungtio.

      Penatalaksanaan di Rumah:

1.       Tempatkan anak pada ruangan dengan sirkulasi udara baik, tidak terlalu panas dan tidak terlalu

lembab. Sirkulasi udara yang baik berfungsi mensupport penyediaan oksigen lingkungan yang

cukup karena anakyang menderita demam terjadi peningkatan metabolisme aerobik yang praktis

membutuhkan masukan oksigen yang cukup. Selain itu ruangan yang cukup oksigen juga

berfungsi menjaga fungsi saluran pernafasan dapat berfungsi dengan baik. Adapun

lingkunganyang panas selain mempersulit perpindahan panas anak ke lingkungan juga dapat

terjadi sebaliknya kadang anak yang justru menerima paparan sinar dari lingkungan.

Page 12: Keperawatan Pada Anak

2.       Tempatkan anak pada tempat tidur yang rata dan lunak dengan posisi kepala miring hiperektensi.

       Posisi ini diharapkan dapat menghindari tertekuknya jalan nafas sehingga mengganggu

masuknya oksigen ke saluran pernafasan.

3.      Berikan kompres hangat pada anak untuk membantu menurunkan demam. Kompres ini berfungsi

memindahan panas anak melalui proses konduksi. Perpindahan panas anak biar dapat lebih

efektif dipadukan dengan pemberian pakaian yang tipis sehingga panas tubuh anak mudah

berpindah ke lingkungan.

4.        Berikan anak obat turun panas (dosis disesuaikan dengan umur anak). Untuk patokan umum

dosis dapat diberikan anak dengan usia sampai 1 tahun 60 – 120 mg, 1-5 tahun 120-150 mg, 5

tahun ke atas 250-500 mg yang diberikan rata-rata 3 kali sehari.

5.       Anak diberikan minum yang cukup dan hangat dengan patokan rata-rata kebutuhan 30-40

cc/KgBB/hari. Cairan ini selain secara volume untuk mengganti cairan yang hilang karena

peningkatan suhu tubuh juga berfungsi untuk menjaga kelangsungan fungsi sel tubuhyang

sebagian besar komposisinya adalah unsur cairan. Sedangkan minuman hangat dapat membantu

mengencerkan sekret yang kental pada saluran pernafasan.

2.8  Komplikasi 

      Komplikasi yang muncul pada anak dengan meningitis, antara lain: 

      1.        Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini muncul karena

adanya desakan 

             pada intrakranial yang meningkat sehingga memungkinkan lolosnya cairan dari lapisan

otak ke 

             daerah subdural. 

      2.        Peradangan pada daerah ventrikuler ke otak (ventrikulitis). Abses pada meningen dapat

sampai ke 

             jaringan kranial lain baik melalui perembetan langsung maupun hematogen termasuk ke

ventrikuler. 

      3.        Hidrosepalus. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan produksi Liquor

Cerebro 

             Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih kental sehingga memungkinkan

terjadinya 

             sumbatan pada saluran LCS yang menuju medulla spinalis. Cairan tersebut akhirnya

Page 13: Keperawatan Pada Anak

banyak 

             tertahan di intrakranial. 

      4.        Abses otak. Abses otak terjadinya apabila infeksi sudah menyebar ke otak karena

meningitis tidak 

             mendapat pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat. 

      5.        Epilepsi 

      6.        Retardasi mental. Retardasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis yang sudah

menyebar ke 

             serebrum sehingga mengganggu gyrus otak anak sebagai tempat menyimpan memori. 

      7.        Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan yang tidak tuntas

atau 

             mikroorganisme yang sudah resisten terhadap antibiotik yang digunakan untuk

pengobatan.

 

Page 15: Keperawatan Pada Anak

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1     Pengkajian

3.1.1    Identitas Klien

3.1.2        Riwayat kesehatan yang lalu

-       Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?

-       Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?

-       Pernahkah operasi daerah kepala ?

3.1.3        Riwayat kesehatan sekarang

Page 16: Keperawatan Pada Anak

     Merupakan penjelasan dari keluhan utama.

3.1.4        Aktivitas

Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.

3.1.5        Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda : tekanan darah

meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi, disritmia.

3.1.6        Eliminasi

Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.

3.1.7        Makanan/cairan

Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek

dan membran mukosa kering.

3.1.8        Higiene

Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.

3.1.9        Neurosensori

Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena, kehilangan sensasi,

hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan halusinasi penciuman. Tanda : letargi

sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi, kehilangan memori,

afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif dan

atau kernig positif, rigiditas nukal, babinski positif,reflek abdominal menurun dan reflek

kremastetik hilang pada laki-laki.

3.1.10    Nyeri/keamanan

Gejala : sakit kepala(berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah, menangis.

3.1.11    Pernafasan

Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja pernafasan.

3.2         Diagnosa Keperawatan yang sering terjadi

1.        Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi neuromuskuler

2.        Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi neuromuskuler

3.        Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah vena arteri

4.        Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

Page 17: Keperawatan Pada Anak

3.3         Discharge Planning

1.    Ajarkan pada orang tua tentang pemberian obat dan pemantauan efek samping.

2.    Ajarkan pada orang tuan untuk emmantau komplikasi jangka panjang serta tanda dan gejalanya.

3.4         Rencana Keperawatan

1.    Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi neuromuskuler.

Definisi : ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan

untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.

Batasan Karakteristik:

      Dispneu, Penurunan suara nafas

      Orthopneu

      Cyanosis

      Kelainan suara nafas (rales, wheezing)

      Kesulitan berbicara

      Batuk, tidak efektif atau tidak ada

      Mata melebar

      Produksi sputum

      Gelisah

      Perubahan frekuensi dan irama nafas

Faktor-faktor yang berhubungan:

      Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, perokok pasif-POK, infeksi

      Fisiologis : disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas, asma

      Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan banyaknya mukus, adanya jalan nafas

buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.

NOC :                       

      Respiratory Status : Ventilation

      Respiratory status : Airway patency

      Aspiration Control

Kriteria Hasil :

      Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu

(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

Page 18: Keperawatan Pada Anak

      Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi

pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

      Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas.

NIC :

Airway suction

      Pastikan kebutuhan oral/tracheal suctioning

      Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning

      Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning

      Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan

      Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction nasotrakeal

      Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan

      Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dan nasotrakeal

      Monitor status oksigen pasien

      Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction

      Hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan

saturasi O2, dll.

Airway Management

      Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

      Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

      Identifikasikan pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

      Pasang mayo bila perlu

      Lakukan fisioterapi dada jika perlu

      Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

      Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

      Lakukan suction pada mayo

      Berikan bronkodilator bila perlu

      Berikan pelembab udara Kassa basah NACL Lembab

      Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan

      Monitor respirasi dan status O2

2.    Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi neuromuskuler

Page 19: Keperawatan Pada Anak

     NOC :

      Respiratory Status : Ventilation

      Respiratory status : Airway patency

      Vital sign Status

Kriteria Hasil :

      Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu

(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

      Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi

pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

      Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

     NIC :

Airway Management

      Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

      Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

      Identifikasikan pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

      Pasang mayo bila perlu

      Lakukan fisioterapi dada jika perlu

      Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

      Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

      Lakukan suction pada mayo

      Berikan bronkodilator bila perlu

      Berikan pelembab udara Kassa basah NACL Lembab

      Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan

      Monitor respirasi dan status O2

Oxygen Therapy

      Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea

      Pertahankan jalan nafas yang paten

      Atur peralatan oksigenasi

      Monitor aliran oksigen

      Pertahankan posisi pasien

      Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi

Page 20: Keperawatan Pada Anak

      Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring

      Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

      Catat adanya fluktuasi tekanan darah

      Monitor vital sign saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri

      Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

      Monitor TD, nadi, RR, sebelum selama, dan setelah aktivitas

      Monitor kualitas dari nadi

      Monitor frekuensi dan irama pernapasan

      Monitor suara paru

      Monitor pola pernapasan abnormal

      Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

      Monitor sianosis perifer

      Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)

      Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

                                         

3.    Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah vena arteri

NOC :

Circulation status

Tissue Prefusion : cerebral

Kriteria Hasil :

a.    Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan:

      Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan

      Tidak ada ortostatik hipertensi

      Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg)

b.    Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan:

      Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan

      Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi

      Memproses informasi

      Membuat keputusan dengan benar

Page 21: Keperawatan Pada Anak

c.    Menunjukkan fungsi sensori cranial yang utuh : tingkat kesadaran membaik, tidak ada gerakan-

gerakan involunter

NIC :

Peripheal Sensation Management (Manajemen Sensasi Perifer)

      Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/ dingin/ tajam/ tumpul

      Monitor adanya paretese

      Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi

      Gunakan sarung tangan untuk proteksi

      Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung

      Monitor kemampuan BAB

      Kolaborasi pemberian analgetik

      Monitor adanya tromboplebitis

      Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi

4.    Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

Definisi : suhu tubuh naik di atas rentang normal

Batasan Karakteristik :

      Kenaikan suhu tubuh di atas rentang normal

      Serangan atau konvulsi (kejang)

      Kulit kemerahan

      Pertambahan RR

      Takikardi

      Saat disentuh tangan terasa hangat

Faktor-faktor yang berhubungan:

      Penyakit/trauma

      Peningkatan metabolisme

      Aktivitas yang berlebih

      Pengaruh medikasi/anastesi

      Ketidakmampuan/penurunan kemampuan untuk berkeringat

      Terpapar di lingkungan panas

      Dehidrasi

Page 22: Keperawatan Pada Anak

      Pakaian yang tidak tepat

NOC :

Thermoregulation

Kriteria Hasil :

      Suhu tubuh dalam rentang normal

      Nadi dan RR dalam rentang normal

      Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman

NIC :                            

Fever treatment

      Monitor suhu sesering mungkin

      Monitor IWL

      Monitor warna dan suhu kulit

      Monitor tekanan darah, nadi dan RR

      Monitor penurunan tingkat kesadaran

      Monitor WBC, Hb, dan Hct

      Monitor intake dan output

      Berikan anti piretik

      Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam

      Selimuti pasien

      Lakukan tapid sponge

      Berikan cairan intravena

      Kompres pasien pada lipatan paha dan aksila

      Tingkatkan sirkulasi udara

      Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil

Temperature regulation

      Monitor suhu minimal tiap 2 jam

      Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu

      Monitor TD, nadi, dan RR

      Monitor warna dan suhu kulit

      Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi

      Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

Page 23: Keperawatan Pada Anak

      Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh

      Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas

      Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan

      Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan

      Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan

      Berikan anti piretik jika perlu

Vital Sign Monitoring

      Monitor TD, nadi, suhu, dan RR’

      Catat adanya fluktasi tekanan darah

      Monitor Vital Sign saat paien berbaring, duduk, atau berdiri

      Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

      Monitor TD, nadi, RR, sebelum selama, dan setelah aktivitas

      Monitor kualitas dari nadi

      Monitor frekuensi dan irama pernapasan

      Monitor suara paru

      Monitor pola pernapasan abnormal

      Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

      Monitor sianosis perifer

      Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)

      Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

BAB 4

PENUTUP

4.1    Kesimpulan

Meningitis merupakan peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal

column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat. Yang disebabkan oleh bakteri,

virus, faktor predisposisi, faktor maternal dan faktor imunologi. Meningitis dibagi menjadi 2

yaitu  Meningitis purulen ( pus ) adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi

otak dan medula spinalis dan Meningitis serosa ( bakteri ) merupakan peradangan yang

disebabkan oleh organisme pada bakteri seperti meningococcus, staphylococcus, Baccilus

Page 24: Keperawatan Pada Anak

influenza, Baccilus tubercula, Neiserria meningitides, sreptococus pnemoniae (pada dewasa),

haimopilus influenza (pada anak-anak dan remaja).

4.2    Saran

1.      Tenaga kesehatan

Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang meningitis dan

problem solving yang efektif  dan juga sebaiknya kita memberikan informasi atau health

education mengenai meningitis kepada para orang tua anak yang paling utama.

2.      Masyarakat

Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya meningitis dan

meningkatkan pola hidup yang sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Suriadi,dkk.2006.Asuhan Keperawatan pada Anak.Jakarta;Sagung Seto

Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa Indonesia, Monica

Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.

Riyadi,Sujono.2010.Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit.Yogyakarta;Gosyen Publising

Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And Outcome. Alih

bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998.

Diposkan oleh Afida Ruly di 03.08 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Page 25: Keperawatan Pada Anak

About Me

Afida Ruly Lihat profil lengkapku

Archive

▼   2012 (4) o ►   Oktober (3) o ▼   September (1)

ASKEP MENINGITIS PADA ANAK

Shopping Online

About

SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI

Pages

Beranda

Social Icons

Popular Posts

ASKEP MENINGITIS PADA ANAK

Page 26: Keperawatan Pada Anak

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MENINGITIS Oleh: ·          Afidah Oktaviana   ...

ASKEP ENSEFALITIS PADA ANAK

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ENSEFALITIS   Oleh: ·          Afidah Oktaviana...

FUNGSI ELEKTROLIT DALAM TUBUH

Air   (H 0)   merupakan   komponen   utama yang   paling   banyak   terdapat   di   dalam   tubuh manusia. Sekitar 60% dari total ber...

MEKANISME TERJADINYA BATUK

Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan yang ada. Batuk adalah refleks normal yang melindungi tubuh kita. Ten...

Blog Archive

▼   2012 (4) o ►   Oktober (3) o ▼   September (1)

ASKEP MENINGITIS PADA ANAK

Followers

Featured Posts

Page 27: Keperawatan Pada Anak

Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.