1 PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN IKIP SILIWANGI Juli, 2019 Oleh : Hj. Komala, M.Pd (Ketua) NIDN. 0403017301 Fifiet Dwi Tresna Santana, M.Pd. (Anggota 1) NIDN. 0420078204 Triana Octaviani (Anggota 3) NIM. 16070084 Wulan Purnamasari (anggota 4) NIM. 16070092 LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN KOMPETITIF IKIP SILIWANGI TAHUN 2019 KEMAMPUAN GURU MEMBANGUN LITERASI ETNOMATEMATIKA PADA ANAK USIA DINI
61
Embed
KEMAMPUAN GURU MEMBANGUN LITERASI ......kemampuan guru dalam membangun pengetahuan anak usia dini untuk mengenal matematika mengenai pengenalan angka dan bilangan melalui budaya yang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA
DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
IKIP SILIWANGI
Juli, 2019
Oleh :
Hj. Komala, M.Pd (Ketua)
NIDN. 0403017301
Fifiet Dwi Tresna Santana, M.Pd. (Anggota 1)
NIDN. 0420078204
Triana Octaviani (Anggota 3)
NIM. 16070084
Wulan Purnamasari (anggota 4)
NIM. 16070092
LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN KOMPETITIF
IKIP SILIWANGI
TAHUN 2019
KEMAMPUAN GURU MEMBANGUN LITERASI
ETNOMATEMATIKA PADA ANAK USIA DINI
2
3
RINGKASAN
Kemampuan guru anak usia dini adalah suatu ukuran yang ditetapkan dan
dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan untuk menumbuhkembangkan anak usia 0 – 6 tahun.
Pengajaran pada anak tentunya harus menyenangkan, karena pembelajaran yang tidak
menggunakan media atau metode bermain kurang dapat mengoptimalkan fungsi psikis, fisik
dan sensoris anak yang tengah berkembang pesat.Anak membutuhkan kesempatan untuk
bereksplorasi, bergerak, serta memenuhi kebutuhan utamanya untuk bermain.Kemampuan-
kemampuan tersebut termasuk dalamkemampuan yang terdapat dalam literasi anak.Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa strategi literasi etnomatematika merupakan strategi yang
mampu menstimulasi danmengoptimalkan kemampuan literasi anak khususnya dalam
pengenalan matematika yaitu pengenalan angka dan bilangan. Berdasarkan paparan di atas
peneliti tertarik dengan bagaimana Kemampuan guru dalam mengembangkan literasi
etnomatematika anak usia dini.Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment yang
memiliki perlakuan, pengukuran dampak, dan mempunyai kelompok kontrol dengan
rancangan non-equivalent control group design.Perlakuan yang diberikan pada kelompok
eksperi-men berupa pemberian paket literasi etnomatematika kepada guru anak usia dini.
Sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan apapun. Jumlah keseluruhan subjek
dalam penelitian ini adalah guru yang terbagi menjadi kelompok eksperimen dan kontrol.
Kata Kunci : Kemampuan, Guru, Literasi, Etnomatematika.
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin majunya ilmu pengetahuan teknologi, terutama kita memasuki era revolusi
industri 4.0, maka pendidikan harus mengikuti perkembangan yang cukup pesat pada masa
kini. Hal itu tentu saja, pendidikan merupakan sarana untuk menuju kepada pertumbuhan dan
perkembangan bangsa. Pendidikan juga merupakan investasi sumber daya manusia jangka
panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia. Sehingga
untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut dituntut kemampuan guru sesuai dengan tuntutan
jaman.
Seiring dengan semakin berkembangnya perkembangan zaman maka akan
memberikan kontribusi yang cukup besar dalam mengembangkan teknologi pendidikan. Di
tengah perkembangan teknologi pendidikan, kurikulum pendidikan pun menuntut keterlibatan
budaya dalam pembelajaran di sekolah dengan tujuan agar siswa dapat menjadi generasi yang
berkarakter dan mampu menjaga serta melestarikan budaya sebagai landasan karakter bangsa.
Pendidikan karakter dikenalkan dari sejak dini sehingga apabila dikenalkan sejak dini
diharapkan generasi pada masa yang akan datang memiliki karakter yang baik sesuai dengan
karakter bangsa Indonesia.
Undang-undang Nomor 20. Tahun 2013 tentang sistem pendidikan nasional
menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) dapat diselenggarakan melalui jalur
pendidikan formal, nonformal dan informal. PAUD pendidikan formal berbentuk Taman
Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sejenis. PAUD jalur nonformal
berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) atau bentuk lain yang
sederajat, sedangkan PAUD jalur informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan
yang diselenggarakan oleh lingkungan. Undang-undang tersebut juga menyebutkan mengenai
pendidik.Selanjutnya, menjelaskan bahwa guru merupakan salah satu pendidik.Hal tersebut
juga berlaku di PAUD. Lebih spesifik Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 menjelaskan
bahwa guru, merupakan salah satu pendidik professional pada jalur pendidikan formal.
Selanjutnya, guru juga wajib memiliki kompetensi.
Masa usia dini (0 – 6 tahun) merupakan masa keemasan (golden age). Pada masa ini
stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan
selanjutnya. Masa usia dini merupakan merupakan masa terpenting dalam rentang kehidupan
seseorang karena pada masa ini terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
5
cepat. Menurut para ahli neurosain masa usia dini merupakan masa pembentukan jaringan sel
otak dan terjadinya sangat cepat (Direktorat Pembinaan Anak Usia Dini, 2015:6). Berkenaan
dengan hal itu stimulasi intensif dari lingkungan pendidikan sangat diperlukan agar anak bisa
berkembang secara optimal.
Anak usia dini memiliki karakteristik tertentu dalam belajar. Salah satu karakteristik
cara belajar anak adalah anak belajar melalui bermain. Atas dasar karakteristik tersebut maka
dalam pembelajaran untuk anak usia dini berlaku prinsip bermain sambil belajar dan belajar
seraya bermain. Bermain disesuaikan dengan perkembangan anak dimulai dari bermain sambil
belajar (unsur bermain lebih besar) dan ke belajar seraya bermain (unsur belajar lebih besar).
Bermain, bagi anak selain mendatangkan kegembiraan juga merupakan proses belajar yang
menyebabkan terjadinya perkembangan pada berbagai aspek. Hal ini membawa konsekuensi
bahwa bermain hendaknya dilakukan sebagai metode pengembangan dan bukan hanya sebagai
selingan kegiatan belaka.Sebagai metode pengembangan, bermain hendaknya dikelola dengan
sebaik-baiknya. Guru sebagai pengelola proses belajar pembelajaran semestinya mampu
memilih jenis permainan yang tepat untuk perkembangan anak dan mampu pula
menerapkannya dalam proses belajar pembelajaran. Untuk dapat mengelola proses belajar dan
pembelajaran yang baik guru harus memiliki kompetensi/kemampuan.
Kompetensi guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam
bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan
untuk menduduki jabatan fungsional sesuai dengan bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang
pendidikan (Suparlan, 2005: 93), sedangkan kompetensi yang wajib dimiliki oleh guru PAUD,
yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional (Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005; Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007;
Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014). Kemampuan pedagogik guru PAUD merupakan salah
satu kemampuan yang wajib dimiliki guru PAUD yaitu guru wajib menguasai teori belajar dan
prinsip pembelajaran baik berupa pendekatan, strategi, metode, maupun teknik (Permendiknas
Nomor 16 Tahun 2007; Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014). Salah satu teori dan
pendekatan pembelajaran yang sedang aktual dibicarakan adalah literasi dan etnomatematika.
Literasi adalah salah satu cara pengembangan pengetahuan anak sejak dini.
Menstimulasi literasi anak sejak dini dibutuhkan kemampuan guru yang kreatif dan inovatif
yang dapat membangun literasi. Kemampuan guru dalam menstimulasi literasi adalah suatu
upaya yang dilakukan oleh guru agar senantiasa mengembangkan bahan atau materi pelajaran
dan mampu menciptakan suasana yang menarik, aktif dan menyenangkan dalam pembelajaran.
Untuk melakukan program literasi, dibutuhkan pendekatan atau strategi model pembelajaran
6
yang harus dilakukan oleh guru sehingga anak-anak dapat memahaminya.Salah satu
pendekatan model pembelajaran yang memasukan unsur literasi dan budaya untuk
menanamkan konsep-konsep pengenalan angka atau bilangan dikenal dengan literasi
etnomatematika.
Etnomatematika di Indonesia sebenarnya bukanlah merupakan suatu ilmu pengetahuan
baru melainkan sudah dikenal sejak diperkenalkan ilmu matematika itu sendiri. Hanya saja
disiplin ilmu ini disadari setelah beberapa ilmuwan memperkenalkan nama etnomatematika
menjadi bagian dari ilmu matematika. Etnomatematika menggunakan konsep matematika
secara luas yang terkait dengan berbagai aktivitas matematika, meliputi aktivitas
mengelompokkan, berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat, bermain, menentukan
lokasi, dan lain sebagainya. Inda Rachmawati (2012) dalam penelitiannya menerangkan bahwa
etnomatematika adalah “cara-cara khusus yang digunakan oleh suatu kelompok budaya atau
masyarakat tertentu dalam aktivitas matematika”. Dimana aktivitas matematika adalah
aktivitas yang di dalamnya terjadi proses pengabstraksian dari pengalaman nyata dalam
kehidupan sehari-hari ke dalam matematika atau sebaliknya, meliputi aktivitas
mengelompokkan, berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat, membuat pola,
membilang, menentukan lokasi, permainan, menjelaskan, dan sebagainya. Praktik budaya
memungkinkan tertanamnya konsep-konsep matematika.Inilah yang disebut
etnomatematika.Dengan demikian Etnomatematika merupakan sebuah pendekatan yang dapat
digunakan untuk menjelaskan realitas hubungan antara budaya lingkungan dan matematika
sebagai rumpun ilmu pengetahuan.Etnomatematika memunculkan kearifan budaya sehingga
mampu memotivasi siswa dalam pembelajaran matematika.
Kemampuan guru membangun literasi etnomatematika pada pendidikan anak usia dini
akhir-akhir ini mulai dikenalkan, hal ini dilakukan untuk mengenalkan metode berhitung
permulaan agar lebih menarik dan tepat dilakukan oleh guru PAUD untuk membangun literasi
khususnya dalam pengenalan angka dan bilangan melalui permainan. Untuk itulah dituntut
kemampuan guru dalam membangun literasi etnomatematika pada anak usia dini sesuai dengan
Permen No. 136 Tahun 2014 baru berupa pengenalan angka dan bilangan. Sesuai dengan
konsep literasi etnomatematika yang menggabungkan unsur budaya ke dalam pembelajaran
maka peneliti tertarik untuk mencoba memodifikasi mengenai bagaimana kemampuan guru
membangun literasi etnomatematika yang berupa pengenalan angka dan bilangan melalui
permainan tradisional.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru
membangun literasi etnomatematika pada pendidikan anak usia dini adalah bagaimana
7
kemampuan guru dalam membangun pengetahuan anak usia dini untuk mengenal matematika
mengenai pengenalan angka dan bilangan melalui budaya yang sudah dikenal dan dilakukan
dari sejak jaman dahulu, salah satunya adalah permainan tradisional. Dengan Penelitian ini
diharapkan akan memberikan kontribusi terhadap perkembangan kemampuan guru dalam
membangun literasi etnomatematika anak usia dini khususnya di Kota Cimahi umumnya Jawa
Barat dan Indonesia dalam menyongsong kado seratus tahun generasi emas serta revolusi
industri 4.0.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini yaitu:Berdasarkanpermasalahan yang akan dibahas, penulis membatasi usia anak
dalam penelitian ini yaitu 5 – 6 tahun. Secara umum permasalahan dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah Kemampuan Guru dalam Membangun Literasi
Etnomatematika Pada Anak Usia Dini Kelompok B di TK AL Hikmah Mujahidin dan TK
PHBS?
Adapun rumusan penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan jawaban dan bukti
empirik yang akan diajukan sebagai rumusan masalah penelitian yang dijabarkan dalam
beberapa pertanyaan penelitian berikut:
1. Bagaimanakah gambaran umum kemampuan guru dalam membangun literasianak usia
dini di TK Al Hikmah Mujahidin dan TK PHBS ?
2. Bagaimana pengembangan literasi etnomatematika di TK Al Hikmah Mujahidin dan TK
PHBS?
3. Bagaimana kemampuan guru membangun literasi etnomatematika anak usia dini di TK
TK Al Hikmah Mujahidin dan TK PHBS?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk memperoleh pengetahuan dan
bukti empirik mengenai kemampuan guru membangun literasi etnomatematika di TK Al
Hikmah Mujahidin dan TK PHBS. Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui gambaran secara umum mengenai kemampuan Guru PAUD dalam
membangun Literasi.
2. Mengetahui bagaimana pelaksanaan Literasi Etnomatematika pada PAUD.
3. Mengetahui gambaran mengenai Kemampuan Guru PAUD dalam Membangun Literasi
Etnomatematika di TK Al Hikmah Mujahidin dan TK PHBS.
8
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat dari segi teori, penelitian ini bermanfaat membantu memperkaya dan
mengembangkan khasanah teori dan praktek mengenai kemampuan Guru PAUD
membangun literasi etnomatematika yang tepat.
2. Manfaat dari segi praktik, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk
mengembangkan kemampuan guru untuk mengembangkan literasi etnomatematika di
PAUD.
3. Manfaat dari segi kebijakan penelitian ini akan membantu memperbaiki sistem
pembelajaran di PAUD khususnya pada pengembangan program pembelajaran, silabus,
metode pembelajaran dan penyusunan instrumen penilaian yang tepat dan teruji dengan
cara, metode dan langkah-langkah yang benar dan melibatkan guru PAUD secara aktif
dalam menstimulasi literasi etnomatematika anak usia dini.
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan paparan hasil penelitian tersebut diatas maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian yaitu bahwa Adanya pengaruh Kemampuan guru membangun literasi
etnomatematika anak usia dini di TK Hikmah Mujadin dan TK PHBS.
F. Target Luaran yang telah dicapai
Target luaran hasil penelitian yang ingin dicapai berupa :
No. Jenis Luaran
1. Publikasi Ilmiah di Jurnal Ilmiah Terindeks SINTA 4
“Jurnal IJIECE”
BAB 2
9
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kemampuan Guru Anak Usia Dini
Kompetensi guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam
bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan
untuk menduduki jabatan fungsional sesuai dengan bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang
pendidikan (Suparlan, 2005: 93), sedangkan kompetensi yang wajib dimiliki oleh guru PAUD,
yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional (Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005; Permendiknas Nomor 16 Tahun
2007Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014).
Kompetensi pedagogik merupakankemampuan dalam pengelolaan peserta didik yaitu:
1) pemahaman wawasan guruakan landasan dan filsatat pendidikan; 2) guru memahaman
potensi dankeberagaman peserta didik, sehingga dapat didesain strategi pelayanan
belajarsesuai keunikan masing-masing peserta didik; 3) guru mampu
mengembangkankurikulum/silabus baik dalam bentuk dokumen maupun implementasi
dalambentuk pengalaman belajar; 4) guru mampu menyusun rencana dan strategipembelajaran
berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar; 5) mampumelaksanakan pembelajaran
yang mendidik dengan suasana dialogis daninteraktif, sehingga pembelajaran menjadi aktif,
inovatif, kreatif, efektif, danmenyenangkan.Selanjutnya, 6) mampu mmelakukan evaluasi hasil
belajar denganmemenuhi prosedur dan standar yang dipersyaratkan, dan 7)
mampumengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan intrakurikulerdan
ekstrakurikuler untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki olehguru tersebut
(Sagala, 2009: 32).
Kemampuan pedagogik guru PAUD adalah satu kemampuan yang wajib dimiliki guru
PAUD yaitu guru wajibmenguasai teori belajar dan prinsip pembelajaran baik berupa
pendekatan, strategi, metode, maupun teknik (Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007;
Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014).Salah satunya adalah etnomatematika.Kemampuan-
kemampuan tersebut termasuk dalamkemampuan yang terdapat dalam literasi anak.Oleh
karena itu dapat dikatakanbahwa strategi merupakan strategi yang mampu menstimulasi
danmengoptimalkan kemampuan literasi anak.
B. Pengembangan Literasi Anak Usia Dini
10
Perkembangan anak usia 0 hingga 8 tahun merupakan masa keemasan dimana anak
mulai mengenal dunia dan menentukan bagaimana akan tumbuh, berkembang, hidup dan
berkreasi dalam menjalani kehidupannya, masa ini hanya terjadi sekali dalam kehidupan dan
berdampak luar biasa ketika anak itu beranjak dewasa serta anak juga akan mengalami
kecepatan pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Masa ini merupakan suatu fase
yang sangat baik untuk dapat memberikan pola dasar pada pendidikan anak agar berkembang
sehingga ia dapat menjalankan dan memberikan yang terbaik dalam aktivitasnya ketika
beranjak dewasa.
Memberikan deskripsidan gambaran secara umum mengenai pengetahuan dan
pengenalan angka dan bilangan sejak awal untuk anak serta pengembangan berhitung yang
dibutuhkan merupakan, pengenalan literasi matematika sesuai dengan jenisnya dapat
memberikanpengetahuan awal serta akses untuk setiap anakdalam bersosialisasi, berpartisipasi
dan berkenalan dengan angka atau berhitung permulaanbaik dalam belajar maupun dalam
kehidupan sehari-hariserta bagaimana anak tersebut dapat menyadarinya.
Kemampuan literasi untukperkembangan anak usia dini, melalui kemampuanliterasi
informasi yang sebaiknya sudah dikembangkansejak dini, hal ini dapat membantu anak untuk
memilikiketerampilan dan kemampuan dalam mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi,
menyusun dansecara efektif menciptakan pengetahuan baru,memanfaatkannya serta
mengkomunikasikannyadalam rangkaian pemecahan masalah yang sedangdan akan
dihadapinya.Kemampuan literasi awal adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan seorang
anak usia dini yang berkaitan dengan membaca dan menulis sebelum menguasai kemampuan
formal pada usia sekolah. Kemampuan tersebut diukur menggunakan alat ukur kemampuan
literasi awal dari Ruhaena (2013) yang berisi komponen-komponen literasi awal, yaitu minat
membaca, kemampuan bahasa, kesadaran fonologis, kemampuan membaca, dan kemampuan
menulis. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi pula kemampuan
literasinya.Semakin rendah skor yang didapatkan, menunjukan semakin rendah pula
kemampuan literasi.
C. Etnomatematika
Etnomatematika di Indonesia sebenarnya bukanlah merupakan suatu ilmu pengetahuan
baru melainkan sudah dikenal sejak diperkenalkan ilmu matematika itu sendiri. Hanya saja
disiplin ilmu ini disadari setelah beberapa ilmuwan memperkenalkan nama etnomatematika
menjadi bagian dari ilmu matematika. Sejak dikenal secara luas, etnomatematika mulai
dikembangkang melalui kajian berbagai keilmuan yang relevan.Oleh karena itu kini telah
11
banyak pengembangan etnomatematika terutama pada aplikasi pembelajaran di sekolah-
sekolah.Istilah etnomatematika berasal dari kata ethnomathematics, yang diperkenalkan oleh
D’Ambrosio seorang matematikawan Brasil pada tahun 1977. Terbentuk dari kata ethno,
mathema, dan tics. Awalan ethno mengacu pada kelompok kebudayaan yang dapat dikenali,
seperti perkumpulan suku di suatu negara dan kelas-kelas profesi di masyarakat, termasuk pula
bahasa dan kebiasaan mereka sehari-hari.
Lebih luas lagi, jika ditinjau dari sudut pandang riset, maka etnomatematika
didefinisikan sebagai antropologi budaya (cultural antrophology of mathematics) dari
matematika dan pendidikan matematika (D’Ambrosio, 2006: 1). Matematika yang timbul dan
berkembang dalam masyarakat dan sesuai dengan kebudayaan setempat, merupakan pusat
proses pembelajaran dan metode pengajaran. Hal ini membuka potensi pedagogis dengan
mempertimbangkan pengetahuan para peserta didik yang diperoleh dari belajar di luar kelas.
Dengan mengambil tema tertentu, pembelajaran matematika dapat dilakukan secara
kontekstual sehingga akan memberikan pengalaman dan wawasan baru bagi peserta didik.
Melalui etnomatematika pembelajaran akan lebih berkesan karena sekaligus memperkenalkan
tradisi maupun budaya lokal yang masih diakui dan dilakukan oleh kelompok masyarakat
tertentu. Ruang lingkup etnomatematika yang mencakup ide-ide matematika, pemikiran dan
praktik yang dikembangkan oleh semua budaya. Etnomatematika juga dapat dianggap sebagai
sebuah program yang bertujuan untuk mempelajari bagaimana peserta didik untuk memahami,
mengartikulasikan, mengolah, dan akhirnya menggunakan ide-ide matematika, konsep, dan
praktek-praktek tersebut dan diharapkan akan dapat memecahkan masalah yang berkaitan
dengan aktivitas sehari-hari mereka.
Etnomatematika menggunakan konsep matematika secara luas yang terkait dengan
berbagai aktivitas matematika, meliputi aktivitas mengelompokkan, berhitung, mengukur,
merancang bangunan atau alat, bermain, menentukan lokasi, dan lain sebagainya.Inda
Rachmawati (2012) dalam penelitiannya menerangkan bahwa etnomatematika adalah cara-
cara khusus yang digunakan oleh suatu kelompok budaya atau masyarakat tertentu dalam
aktivitas matematika. Dimana aktivitas matematika adalah aktivitas yang di dalamnya terjadi
proses pengabstraksian dari pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam
matematika atau sebaliknya, meliputi aktivitas mengelompokkan, berhitung, mengukur,
merancang bangunan atau alat, membuat pola, membilang, menentukan lokasi, permainan,
menjelaskan, dan sebagainya. Etnomatematika merupakan sebuah pendekatan yang dapat
digunakan untuk menjelaskan realitas hubungan antara budaya lingkungan dan matematika
sebagai rumpun ilmu pengetahuan. Jika menengok negaranegara lain, keberhasilan negara
12
Jepang dan Tionghoa dalam pembelajaran matematika karena mereka menggunakan
Etnomatematika 24 Jurnal Ilmiah “PENDIDIKAN DASAR” Vol. IV No. 1 Januari 2017 dalam
pembelajaran matematika (Uloko ES, Imoko BI, 2007:31-36). Hal ini membuktikan bahwa
implementasi etnomatematika dalam pembelajaran akan lebih bermakna dan efektif bagi
peserta didik.
Etnomatematika terbentuk dari cara-cara atau kebiasaan yang mampu membaur dengan
tradisi setempat. Kebiasaan atau cara yang dilakukan secara turun temurun dan memiliki nilai
guna bagi kehidupan masyarakat sehingga masih dipertahankan hingga saat ini. Cara-cara yang
digunakan berbeda antara satu tempat dengan tempat lain. Seperti misalnya beberapa
kebudayaan yang masih bertahan dan dilestarikan hingga saat ini yakni beberapa alat musik
tradisional rebana.Dalam perancangannya menggunaakan konsep geometri dengan mengikuti
cara-cara yang sudah ada tanpa mempelajari tehnik rancang dengan hitungan matematis yang
rumit.Oleh karena tumbuh dan berkembang dari budaya, keberadaan etnomatematika
seringkali tidak disadari oleh masyarakat penggunanya.Hal ini disebabkan, etnomatematika
seringkali terlihat lebih “sederhana” dari bentuk formal matematika yang dijumpai di
sekolah.Masyarakat daerah yang biasa menggunakan etnomatematika mungkin merasa tidak
percaya diri dengan warisan nenek moyangnya, karena matematika dalam budaya ini, tidak
dilengkapi definisi, teorema, dan rumus-rumus seperti yang biasa ditemui di matematika
akademik. Tiap budaya dan sub budaya mengembangkan matematika dengan caranya sendiri.
Matematika bukanlah domain pengetahuan formal yang universal, tetapi merupakan
kumpulan representasi dan prosedur simbolik yang terkonstruksi secara kultral dalam
kelompok masyarakat tertentu (Silvia, 1999: 9).Disadari atau tidak matematika memiliki andil
yang penting dalam mempengaruhi konstruksi budaya manusia, karena konsep dasar yang
ditawarkan oleh matematika dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang sifatnya
praktis.Peran lainnya adalah mampu memberikan wawasan peran sosial matematika dalam
bidang akademik.Melalui nilai-nilai budaya lokal karakter bangsa dapat dibangun. Hal ini
diharapkan akan memberikan angin segar dalam rangka menjawab kompleksitas permasalahan
yang dialami oleh masyarakat dengan tetap melestarikan dan mengembangkan budaya lokal.
Transformasi nilai-nilai budaya ini dapat dilakukan melalui etnomatematika
BAB 3
METODE PENELITIAN
13
A. Metode Penelitian
Penelitian ini berjudul tentang “Kemampuan Guru dalam MembangunLiterasi
Etnomatematika pada Anak Usia Dini”. Dengan demikian penelitian ini termasuk dalam
penelitian kuantitatif. Penelitian anak usia dini pada Taman Kanak-kanak Kota Cimahi
menerapkan pendekatan penelitian deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan teknik quasi
ekperimen. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain kuasi
eksperimen, pada kuasi eksperimen ini subjek tidak dikelompokkan secara acak tetapi peneliti
mengambil subjek yang telah ada di lapangan (Cresswell, 2008; Ruseffendi, 2005). Hal ini
dilakukan dengan pertimbangan bahwa, jika dilakukan lagi pengelompokkan secara acak maka
akan mengganggu pembelajaran dan program yang telah ada di sekolah. Jenis desain
eksperimen yang digunakan yaitu kelompok kontrol tidak ekivalen (the nonequivalent control
group design).
Penelitian ini terdiri dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diberikan
paket literasi etnomatematika dan kelas kontrol memperoleh perlakuan konvensional. Desain
eksperimen kelompok kontrol tidak ekivalen (the nonequivalent control group design) adalah sebagai
berikut.
Kelas Eksperimen : O X O
Kelas Kontrol : O O
(Borg dan Gall, 1989, hlm. 690)
Keterangan:
O : Pretest atau Posttest literasi etnomatematika anak usia dini
X : perlakuan dengan memmberikan paket literasi etnomatematika
: Subjek tidak dikelompokkan secara acak
Metode analisis deskriptif dilaksanakan untuk melakukan pengumpulan data secara
sistematis, faktual, akurat, mengenai fakta dan sifat yang terkait dengan substansi penelitian
yaituliterasi etnomatematika yang dilakukan guru PAUD untuk menangani dan merangsang
anak AUD.
B. Lokasi Penelitian
14
Lokasi penelitian yang ditentukan yaitu di TK Hikmah Mujadin dan TK PHBS.Lokasi
ini dipilih karena kedua sekolah tersebut, akan menjadi bahan perbandingan dalam melihat
kemampuan guru membangun literasi etnomatematika.
C. Tahapan-tahapan Penelitian
15
Diagram Fish Bone Penelitian “Kemampuan Guru Membangun Literasi Etnomatematika Pada Anak Usia Dini”
Analisis Kemampuan Membangun
Literasi AUD
Analisis Kemampuan Membangun
Etnomatematika AUD
Kompetensi guru dalam
mengajar
Berkomunikasi melalui
media kepada anak
Berkomunikasi secara
lisan dan tulisan kepada
anak
Membangun budaya
literasi sejak dini
Mengenalkan
etnomatematika melalui
angka permulaan
Mengenalkan
etnomatematika melalui
Bentuk geometri
Mengenalkan
etnomatematika melalui
warna
Membangun budaya etnomatematika
melalui angka, bentuk dalam permainan
tradisional
16
BAB 4
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian paket literasi
etnomatematika terhadap pengembangan literasi etnomatematika anak usia dini. Untuk mencapai
tujuan tersebut dilakukan pengolahan data dengan menggunakan bantuan software SPSS 18
dan Microsoft Office Excel 2007. Adapun data yang disajikan berkenaan dengan 1) Deskripsi
kemampuan literasi anak khususnya dalam pengenalan matematika yaitu pengenalan angka
dan bilangan, 2) Uji hipotesis perbedaan peningkatan literasi etnomatematika anak usia dini di
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
1. Deskripsi Literasi etnomatematika anak usia dini
Data literasi etnomatematika anak usia dini anak diperoleh dari hasil pretest, posttest
dan Gain yang ternormalisasi (N-Gain). Deskripsi data tersebut disajikan dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1
Deskripsi Literasi etnomatematika anak usia dini Anak
Pembelajaran Nilai N Min Maks �̅� Sd
Kelompok
Eksperimen
Pretest 10 67 118 89,58 13,63
Posttest 10 117 132 125,43 4,93
N-Gain 10 0,71 1 0,82 0,10
Kelompok
Kontrol
Pretest 10 50 95 73,70 14,12
Posttest 10 97 119 105,95 7,03
N-Gain 10 0,41 0,90 0,62 0,11
Berdasarkan Tabel 4.1 dari hasil pretest yang dilakukan terhadap literasi
etnomatematika anak usia dini anak, untuk kelas eksperimen yang memperoleh perlakan
pemberian paket literasi etnomatematika diperoleh nilai rata-rata sebesar 89,58 dengan standar
deviasi 13,63, adapun hasil pretest kelas kontrol diperoleh rata-rata 73,70 dengan standar
deviasi 14,12. Untuk lebih jelasnya perolehan nilai literasi etnomatematika anak usia dini anak
pada kedua kelas digambarkan pada grafik gambar 4.1
17
Gambar 4.1
Nilai Pretest Literasi etnomatematika anak usia dini Kelas Eksperimen dan
Kontrol
Dari tabel 4.1 dan gambar 4.1 terlihat nilai rata-rata kelas kontrol dan kelas eksperimen
tidak memiliki perbedaan yang cukup besar. Artinya kedua kelas dapat dikatakan memiliki
kemampuan awal yang tidak jauh berbeda. Setelah dilakukan pegamatan pada kedua kelas
dengan perakuan yang berbeda, yakni kelas eksperimen diberkan paket literasi dan kelas kontrol
tidak diberikan perlakuan, dilakukan postest dan pada kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata
sebesar 125,43 dengan standar deviasi 4,93. Sedangkan untuk hasil postest kelas kontrol
diperoleh nilai rata-rata literasi etnomatematika sebesar 105,95 dengan standar deviasi 7,03.
Jika kita bandingkan peningkatan yang terjadi pada kedua kelas maka diperoleh gain
antara hasil pretest dan postest, gain ini untuk selanjutnya diolah menjadi gain yang sudah
ternormalisasi atau disebut N-gain. Untuk kelas eksperimen diperoleh N-gain sebesar 0,82
dengan standar deviasi 0,10 sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh N-gain sebesar 0,62
dengan standar deviasi 0,11. Berdasarkan kategori Hake (1999) diperoleh bahwa peningkatan
literasi etnomatematika anak usia dini pada kelas eksperimen tergolong kategori tinggi
sedangkan peningkatan literasi etnomatematika pada kelas kontrol tergolong sedang. Hal ini
dapat diartikan peningkatan literasi etnomatematika anak usia dini pada kelas kontrol lebih
tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen.
Berikut secara ringkas digambarkan grafik peningkatannya pada gambar 4.2 untuk
peningkatan pretest dan postest-nya, serta gambar 4.3 untuk N-Gain-nya.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Eksperimen Kontrol
89.58
73.7
Nila
i Pre
test
18
Gambar 4.2
Grafik Pretest dan Postest Literasi etnomatematika anak usia dini
Gambar 4.3
Grafik N-Gain Literasi etnomatematika anak usia dini
2. Uji Statistik untuk Literasi etnomatematika anak usia dini
a. Uji Asumsi Statistik
Sebelum data literasi etnomatematika anak usia dini diolah lebih lanjut, terlebih dahulu
dilakukan uji asumsi statistik. Uji asumsi statistik yang dilakukan yaitu uji normalitas dan uji
0
20
40
60
80
100
120
140
Eksperimen Kontrol
89.58
73.7
125.43
105.95
Pretest
Postest
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
Eksperimen Kontrol
0.82
0.62
N-G
ain
19
homogenitas varians. Uji normalitas dan homogenitas varians dilakukan terhadap data pretest,
data N-Gain.
1) Uji Normalitas dan Homogenitas Varians data Pretest
Uji normalitas dan homogenitas varians data pretest dilakukan untuk mengetahui jenis
statistik uji kesamaan rata-rata data pretest. Analisis ini bertujuan untuk menguji bahwa tidak
adanya perbedaan terhadap kemampuan awal literasi etnomatematika anak antara kelas
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol sebelum pembelajaran. Jika data memenuhi syarat
normalitas dan homogenitas, maka uji kesamaan rata-rata dilakukan dengan menggunakan uji-
t, sedangkan jika data normal tetapi tidak homogen uji kesamaan rataan menggunakan uji-t’,
dan untuk data yang tidak memenuhi syarat normalitas, uji kesamaan rata-rata menggunakan
uji non-parametrik, uji Mann-Whitney U. Tabel 4.2 berikut menyajikan hasil uji normalitas data
pretest untuk literasi etnomatematika anak usia dini.
Tabel 4.2
Data Hasil Uji Normalitas Pretest Literasi etnomatematika anak usia dini
Kemampuan Kelas
Kolmogorov-Smirnov
Kesimpulan
Stat Sig
Literasi
etnomatematika
Kelompok
Eksperimen
0,127 0,200 H0 diterima
Kelompok
Kontrol
0,122 0,200 H0 diterima
H0 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh informasi bahwa seluruh data hasil pretest untuk
kemampuan kuantitataif berdistribusi normal. Untuk selanjutnya dilakukan uji homogenitas,
yang hasilnya tertera pada tabel 4.3.
20
Tabel 4.3
Data Hasil Uji Homogenitas Varians Pretest Literasi etnomatematika anak usia dini
Kemampuan Levene
Statistic df1 df2 Sig Kesimpulan
Literasi
etnomatem
atika
0,094 1 38 0,760 H0 Diterima
H0 : Varians data Pretest pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol sama
H1 : Varians data Pretest pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol tidak sama
Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh informasi bahwa data hasil pretest untuk kemampuan
kuantitataif memiliki varians yang sama atau homogen. Oleh karena itu untuk menguji
perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol maka statistik uji yang dipilih
adalah uji-t.
2) Uji Normalitas dan Homogenitas Varians data N-Gain
Uji normalitas dan homogenitas varians data N-Gain dilakukan untuk mengetahui jenis
statistik uji perbedaan dua rata-rata data N-Gain. Analisis ini bertujuan untuk menguji ada
tidaknya perbedaan terhadap peningkatan literasi etnomatematika anak usia dini anak antara
pembelajaran dengan Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol setelah pembelajaran. Jika
data memenuhi syarat normalitas dan homogenitas, maka uji kesamaan rata-rata dilakukan
dengan menggunakan uji-t, sedangkan jika data normal tetapi tidak homogen uji kesamaan
rata-rata menggunakan uji-t’, dan untuk data yang tidak memenuhi syarat normalitas, uji
kesamaan rataan menggunakan uji non-parametrik, uji Mann-Whitney U. Tabel 4.4 berikut
menyajikan hasil uji normalitas data N-Gain tersebut.
21
Tabel 4.4
Data Hasil Uji Normalitas N-Gain
Kemampuan Kelas
Kolmogorov-Smirnov
Kesimpulan
Stat Sig
Literasi
etnomatematika
Kelompok
Eksperimen
0,153 0,200 H0 diterima
Kelompok
Kontrol
0,221 0,012 H0 ditolak
H0 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh informasi bahwa untuk data N-Gain literasi
etnomatematika anak usia dini kelas kontrol berdistribusi tidak normal, oleh karena itu untuk
N-Gain literasi etnomatematika anak usia dini tidak dilakukan uji homogenitas, untuk
selanjutnya pengujian beda rata-rata akan dilakukan dengan statistik uji Mann-Whitney U.
b. Uji Perbedaan dua Rata-rata Data Pretest
Berdasarkan hasil uji normalitas data pretest pada Tabel 4.3 diperoleh bahwa data
pretest untuk literasi etnomatematika anak usia dini berdistribusi normal, sehingga dalam
menguji perbedaan dua rata-rata data pretest literasi etnomatematika anak usia dini dan spasial
tersebut dilakukan uji-t. Hasil uji tersebut tersaji seperti pada Tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5
Data Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Pretest
Literasi etnomatematika anak usia dini
Kemampuan Uji t Sig. Kesimpulan
Literasi
etnomatematika
0,273 0,786 H0 diterima
22
H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata pretest antara Kelompok Eksperimen dengan Pembelajaran
Kelompok Kontrol.
H1 : Ada perbedaan rata-rata pretest antara Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol.
Dari Tabel 4.5 di atas, dapat dilihat bahwa nilai uji-t untuk literasi etnomatematika anak usia
dini sebesar 0,273. Nilai Sig. > 0,05 sehingga H0 diterima, artinya tidak terdapat perbedaan
rata-rata pretest yang signifikan baik pada literasi etnomatematika anak usia dini untuk
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebelum
perlakuan pembelajaran dilakukan kedua kelas memiliki literasi etnomatematika anak usia dini
yang setara. Oleh karena itu, syarat bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
memiliki kemampuan awal yang sama dapat terpenuhi.
c. Uji Hipotesis untuk Literasi etnomatematika anak usia dini
Berdasarkan hasil uji normalitas data N-Gain pada Tabel 4.3 diperoleh bahwa data N-
Gain untuk literasi etnomatematika anak usia dini berdistribusi tidak normal oleh karena itu
untuk menganalisis perbedaan dua rata-rata menggunakan uji Mann-Whitney U. Hasil uji
tersebut tersaji seperti pada Tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6
Data Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata N-Gain
Literasi etnomatematika anak usia dini Anak
Kemampuan Uji Mann-
Whitney U Sig. Kesimpulan
Literasi
etnomatematika
30,500 0,000 H0 ditolak
Dari perhitungan pada Tabel 4.6 dapat dianalisis secara komprehensif untuk
pembuktian hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian pertama berbunyi: “Peningkatan literasi
23
etnomatematika anak usia dini Kelompok Eksperimen lebih baik dibandingkan dengan anak
Kelompok Kontrol”.
Adapun hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut.
H0 : µ N-Gain. eksperimen = µ N-Gain. kontrol
Rata-rata peningkatan literasi etnomatematika anak usia dini anak Kelompok
Eksperimen sama dengan anak Kelompok Kontrol
H1 : µ N-Gain. eksperimen > µ N-Gain. kontrol
Rata-rata peningkatan literasi etnomatematika anak usia dini anak Kelompok
Eksperimen lebih baik dibandingkan dengan Kelompok Kontrol
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa nilai Sig. = 0,000. Karena nilai Sig.
< 0,05 maka H0 ditolak, hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan literasi
etnomatematika anak usia dini anak yang signifikan antara anak Kelompok Eksperimen dengan
anak Kelompok Kontrol. Rata-rata peningkatan literasi etnomatematika anak usia dini pada
Kelompok Eksperimen yaitu 0,82 lebih besar dibandingkan kelompok kontrol sebesar 0,62,
selisih perbedaan tersebut sebesar 0,20. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan literasi
etnomatematika anak usia dini Kelompok Eksperimen lebih baik dibandingkan dengan anak
Kelompok Kontrol.
Setelah diketahui bahwa peningkatan kemampuan kelas eksperimen lebih baik dari
kelas kontrol, selanjutnya akan dilihat seberapa besar pengaruh Kelompok Eksperimen dalam
meningkatkan literasi etnomatematika anak usia dini dengan menggunakan effect size yaitu
sebagai berikut.
𝑑 =𝑛𝑡 − nc
S
dengan
d = effect size cohen’s d
S = Simpangan baku
nt = Rata-rata N-Gain Kelas Eksperimen
nc = Rata-rata N-Gain Kelas Kontrol
24
𝑑 =0,82−0,62
0,21 = 0,95
Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh besar effect size sebesar 0,95. Ukuran
tersebut berada pada kategori besar sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan pada
Kelompok Eksperimen memiliki pengaruh yang besar dalam meningkatkan literasi
etnomatematika anak usia dini.
B. Pembahasan
Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan terkait literasi etnomatematika anak.
Berikut ini akan dibahas secara rinci mengenai hasil penelitian tersebut. Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh bahwa rata-rata literasi etnomatematika sebelum pembelajaran tidak
berbeda secara signifikan antara kelas eksperimen dan kontrol. Hal ini berarti bahwa sebelum
pembelajaran dilaksanakan, tidak terdapat perbedaan kemampuan awal antara dua kelas
tersebut. Selanjutnya, setelah tindakan dilaksanakan, dilakukan posttest untuk mengetahui
gambaran akhir setelah tindakan di kedua kelas.
Hasil posttest pada literasi etnomatematika menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
yang lebih besar pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol. Rata-rata posttest
kelas eksperimen yaitu 125,43 dengan persentase pencapaian yaitu sebesar 91% sedangkan
untuk kelompok kontrol rata-ratanya yaitu 105,95 dengan persentase pencapaian yaitu sebesar
82%. Ringkasan skor literasi etnomatematika anak pada kelas kontrol dan eksperimen dapat
dilihat dari Tabel 4.11 berikut.
Tabel 4.7
Rangkuman Literasi Etnomatematika pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Skor
Literasi Etnomatematika
KelasEksperimen Kelas Kontrol
Skor %
Pencapaian Skor % Pencapaian
Pretest 89,58 55% 73,77 54%
Posttest 125,43 91% 105,95 82%
25
Berdasarkan rangkuman hasil penelitian pada Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa
setelah tindakan dilaksanakan diperoleh bahwa pencapaian pada kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pada kelas eksperimen guru
merancang suatu proses pembelajaran dengan pemberian paket literasi. Anak diajak diberikan
cara-cara khusus yang digunakan dalam aktivitas matematika. Dimana aktivitas matematika
adalah aktivitas yang di dalamnya terjadi proses pengabstraksian dari pengalaman nyata dalam
kehidupan sehari-hari ke dalam matematika atau sebaliknya, meliputi aktivitas
mengelompokkan, berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat, membuat pola,
membilang, menentukan lokasi, permainan, menjelaskan, dan sebagainya (Rachmawati, 2012).
Selanjutnya, ringkasan mengenai peningkatan literasi etnomatematika anak pada kelas
kontrol dan eksperimen ini dapat dilihat dari Tabel 4.8.
Tabel 4.8
Rangkuman Peningkatan Literasi Etnomatematika
Kelas N-Gain Kriteria
Kelas Eksperimen 0,82 Tinggi
Kelas Kontrol 0,62 Sedang
Berdasarkan kategori Hake (1999) diperoleh bahwa peningkatan literasi etnomatematika anak,
untuk kelas eksperimen berada pada kategori tinggi, sudangkan untuk kelas kontrol berada
pada kategori sedang. Jika dilihat dari rata-rata literasi etnomatematika anak kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
Rangkuman hasil pengujian hipotesis penelitian yang berkenaan dengan peningkatan
literasi etnomatematika anak pada kedua kelas penelitian pada taraf signifikansi 0,05 disajikan
pada Tabel 4.9 berikut.
Tabel 4.9
26
Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Hipotesis Penelitian Uji
Statistik Sig. Hasil Pengujian
Peningkatan literasi etnomatematika anak
kelas eksperimen lebih baik dibandingkan
dengan anak kelas kontrol
Uji Mann-
Whitney U
0,000
H0 ditolak, artinya,
berbeda signifikan
Hipotesis
penelitian
diterima
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas diperoleh bahwa hasil Uji Mann-Whitney U skor N-Gain
menunjukkan bahwa peningkatan literasi etnomatematika anak kelas eksperimen lebih baik
dibandingkan dengan kelas kontrol. Pengaruh pemberian paket literasi memberikan dampak
yang positif terhadap peningkatan literasi etnomatematika anak berada pada kalsifikasi besar.
Hal ini berarti bahwa tindakan yang diberikan memiliki pengaruh yang besar terhadap
peningkatan literasi etnomatematika anak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan pada kelas eksperimen mampu
meningkatkan literasi etnomatematika anak lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal
ini terjadi karena bagaimana anak diajak untuk memahami, mengartikulasikan, mengolah, dan
akhirnya menggunakan ide-ide matematika, konsep, dan praktek-praktek tersebut dan
diharapkan akan dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari
mereka. Selain itu, pada tindakan ini anak diajak untuk menjelaskan realitas hubungan antara
budaya lingkungan dan matematika sebagai rumpun ilmu pengetahuan.
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata literasi etnomatematika sebelum
pembelajaran tidak berbeda secara signifikan antara kelas eksperimen dan kontrol. Hal
ini berarti bahwa sebelum pembelajaran dilaksanakan, tidak terdapat perbedaan
kemampuan awal antara dua kelas tersebut. Selanjutnya, setelah tindakan dilaksanakan,
dilakukan posttest untuk mengetahui gambaran akhir setelah tindakan di kedua kelas.
2. Hasil posttest pada literasi etnomatematika menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
yang lebih besar pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol. Rata-rata
posttest kelas eksperimen yaitu 125,43 dengan persentase pencapaian yaitu sebesar
91% sedangkan untuk kelompok kontrol rata-ratanya yaitu 105,95 dengan persentase
pencapaian yaitu sebesar 82%. Ringkasan skor literasi etnomatematika anak pada kelas
kontrol dan eksperimensetelah tindakan dilaksanakan diperoleh bahwa pencapaian
pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini
dikarenakan pada kelas eksperimen guru merancang suatu proses pembelajaran dengan
pemberian paket literasi. Anak diajak diberikan cara-cara khusus yang digunakan dalam
aktivitas matematika. Dimana aktivitas matematika adalah aktivitas yang di dalamnya
terjadi proses pengabstraksian dari pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke
dalam matematika atau sebaliknya, meliputi aktivitas mengelompokkan, berhitung,
mengukur, merancang bangunan atau alat, membuat pola.
3. Setelah tindakan dilaksanakan diperoleh bahwa pencapaian pada kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pada kelas
eksperimen guru merancang suatu proses pembelajaran dengan pemberian paket
literasi. Anak diajak diberikan cara-cara khusus yang digunakan dalam aktivitas
matematika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan pada kelas eksperimen
mampu meningkatkan literasi etnomatematika anak lebih baik dibandingkan dengan
kelas kontrol.
B. Saran
1. Bagi Sekolah
28
Mengadakan pertemuan dengan orang tua yang berkaitan dengan literasi
etnomatematika di rumah, melalui kegiatan ini diharapkan orang tua dapat
menambah pengetahuan tentang cara menanamkan literasi etnomatematika pada
anak sejak dini.
2. Bagi Guru
Guru dapat memilih media pembelajaran yang lebih bervariasi mengenai literasi
etnomatematika.
3. Bagi Orang Tua
Orang tua seharusnya lebih memahami tahap-tahap perkembangan anak termasuk
perkembangan literasi etnomatematika, serta orang tua diharapkan mampu
mengajarkan literasi etnomatematika.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat menggali faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi
perkembangan literasi etnomatematika pada anak TK.
29
DAFTAR PUSTAKA
Astri, W., Aji, A., Tias, W., & Budiman, S. (2013). Peran Etnomatematika dalam
Membangun Karakter Bangsa. In Prosiding Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.
Creswell, W.J. 2010.Research Desain Qualitative dan Quantitative Approach, Third
Edition.London : SAGE Publication.
Danim, S. 2008. Menjadi Penekiti Kualitatif. (Anacangan Metodologi Presentasi dan Publikasi
Hasil Penelitian Untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang-bidang Sosial
Pendidikan dan Humaniora).Bandung : Pustaka Ilmu.
Neumann, M. M., Hood, M. Ford, R. M., dan Neumann, D. L. (2011). The Role of
Environmental Print In Emergent Literacy.Journal Of Early Childhood Literacy.
Vol.12, Iss. 3; pg 231-258,28 pgs diakses pada tanggal 26 Februari 2018 Peraturan
Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 146 tahun 2014.
Sagala, S. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta : Hikayat.
Senechal, M., & Young, L. (2008).The effect of family literacy intervention on children’s
acquisition of reading from kindergarten to grade 3: A meta analytic review. Review of
Educational Research, 78(4), 880-907
Stephenson, K. A., Parilla. R. K., Georgiou, G. K., & Kirby, J. R. (2008) Effects of home
literacy, parent’s beliefs and children’s task-focused behaviour on emergent literacy
and word reading skills.Scientific Studies of Reading, 12(1), 24-50. doi:
10.1080/10888430701746864.
Pemerintahan Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak
Usia Dini.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014.Standar
Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007.Standar