Top Banner
Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020 p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949 156 http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index KELUARGA DAN KETAHANAN PANGAN: SUATU TINJAUAN KONSEP PERTANIAN DOMESTIK INTEGRATIF BERWAWASAN LINGKUNGAN Yusuf Effendi [email protected] Konsentrasi Pekerjaan Sosial Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta ABSTRAK Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang pemenuhannya bergantung pada produksi hasil pertanian. Tuntutan pemenuhan produksi pertanian berdampak pada penggunaan pupuk kimia secara tidak teratur yang berakibat pada penurunan produktivitas lahan pertanian. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk mengenalkan satu konsep pertanian integratif dengan memnfaatkan beragam limbah rumah tangga sebagai bahan kompos yang digunakan sebagai pupuk untuk menyuburkan tanah pertanian di pekarangan rumah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan pustaka (library research). Penelitian ini menemukan bahwasnya lahan pekarangan memiliki potensi yang besar dengan model pemanfaatan yang mudah untuk diterapkan oleh sebab itu perluasan pengetahuan terkait sistem pertanian domestik perlu dilakukan untuk meningkatkan efektifitas pemanfaatan lahan pekerangan rumah. Kata Kunci: Keluarga, Ketahanan Pangan, Pertanian Domestik ABSTRACT Food is a basic need for every human being whose fulfillment depends on the production of agricultural products. The demand for fulfillment of agricultural production has an impact on the irregular use of chemical fertilizers which results in a decrease in the productivity of agricultural land. Therefore, this study aims to introduce an integrative agricultural concept by utilizing a variety of household waste as compost which is used as fertilizer to fertilize agricultural soil in the yard. This study uses a qualitative research method with a library approach (library research). This study found that homestead land has great potential with an easy-to-apply utilization model. Therefore, it is necessary to expand knowledge regarding domestic agricultural systems to increase the effectiveness of yard use.. Keyword: Family, Food Security, Domestic Agriculture Naskah diajukan pada tanggal 20 Juli 2020 Naskah revisi diterima pada tanggal 31 Agustus 2020 Naskah diterima pada tanggal 25 September 2020
14

KELUARGA DAN KETAHANAN PANGAN: SUATU TINJAUAN KONSEP ...

Oct 03, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KELUARGA DAN KETAHANAN PANGAN: SUATU TINJAUAN KONSEP ...

Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020

p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949

156

http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index

KELUARGA DAN KETAHANAN PANGAN:

SUATU TINJAUAN KONSEP PERTANIAN DOMESTIK

INTEGRATIF BERWAWASAN LINGKUNGAN

Yusuf Effendi [email protected]

Konsentrasi Pekerjaan Sosial

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta

ABSTRAK

Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang pemenuhannya

bergantung pada produksi hasil pertanian. Tuntutan pemenuhan produksi pertanian

berdampak pada penggunaan pupuk kimia secara tidak teratur yang berakibat pada

penurunan produktivitas lahan pertanian. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk

mengenalkan satu konsep pertanian integratif dengan memnfaatkan beragam limbah

rumah tangga sebagai bahan kompos yang digunakan sebagai pupuk untuk menyuburkan

tanah pertanian di pekarangan rumah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian

kualitatif dengan pendekatan pustaka (library research). Penelitian ini menemukan

bahwasnya lahan pekarangan memiliki potensi yang besar dengan model pemanfaatan

yang mudah untuk diterapkan oleh sebab itu perluasan pengetahuan terkait sistem

pertanian domestik perlu dilakukan untuk meningkatkan efektifitas pemanfaatan lahan

pekerangan rumah.

Kata Kunci: Keluarga, Ketahanan Pangan, Pertanian Domestik

ABSTRACT

Food is a basic need for every human being whose fulfillment depends on the production

of agricultural products. The demand for fulfillment of agricultural production has an

impact on the irregular use of chemical fertilizers which results in a decrease in the

productivity of agricultural land. Therefore, this study aims to introduce an integrative

agricultural concept by utilizing a variety of household waste as compost which is used

as fertilizer to fertilize agricultural soil in the yard. This study uses a qualitative research

method with a library approach (library research). This study found that homestead land

has great potential with an easy-to-apply utilization model. Therefore, it is necessary to

expand knowledge regarding domestic agricultural systems to increase the effectiveness

of yard use..

Keyword: Family, Food Security, Domestic Agriculture

Naskah diajukan pada tanggal 20 Juli 2020

Naskah revisi diterima pada tanggal 31 Agustus 2020

Naskah diterima pada tanggal 25 September 2020

Page 2: KELUARGA DAN KETAHANAN PANGAN: SUATU TINJAUAN KONSEP ...

Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020

p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949

157

http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index

PENDAHULUAN

Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia oleh sebab itu pemenuhan

kebutuhan pangan seyogyanya selalu terjamin.[1] Pangan dalam paradigma humanistik

juga menjadi fondasi dari piramida kebutuhan yang memasukan pangan ke dalam jenis

kebutuhan fisiologis bersamaan dengan beragam kebutuhan dasar lain seperti halnya

sandang dan papan.[2] Oleh sebab itu, sebagai landasan kehidupan manusia kebutuhan

pangan memiliki urgenitas untuk dipenuhi secara optimal.

Pembahasan pangan merujuk pada satu disukursus yang fokus pada beragam

usaha pemenuhan kebutuhan pangan yang akrab disebut sebagai ketahanan pangan.

Ketahanan pangan diartikan sebagai suatu kondisi dimana kebutuhan pangan telah

tercukupi hingga lingkup individu baik dari sisi jumlah ataupun kualitas pangan. [3]

Ketahanan pangan tercapai apabila kebutuhan pangan dapat terpenuhi secara optimal,

terdistribusi dengan harga terjangkau serta aman untuk dikonsumsi masyarakat untuk

menopang aktivitas sehari-hari.[4] Pada era kontemporer ketahanan pangan menjadi isu

strategis terkhusus bagi negara berkembang karena ketahanan pangan memiliki peranan

ganda yaitu sebagai sasaran dan instrumen utama pembangunan suatu bangsa. [5]

Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah

dan berpotensi besar ununuk dikembangkan guna memnuhi kebutuhan pangan

masyarakat sehingga tercipta suatu kondisi ketahanan pangan nasional.[6] Ketahanan

pangan di Indonesia secara khusus telah menjadi perhatian khusus dengan adanya

ratifikasi dalam berbagai kebijakan ketahanan pangan seperti UU Nomor 7 Tahun 1996

tentang pangan, Perpres Nomor 83 Tahun 2006 tentang pembentukan dewan ketahanan

pangan dan yang terbaru adalah UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan.[7]

Implementasi kebijakan ketahanan pangan salah satunya diwujudkan dengan

keberadaan lumbung pangan di desa untuk menanggulangi kekurangan bahan pangan di

masa paceklik. Kehadiran lumbung pangan diharapkan tidak hanya berdampak pada sisi

pemenuhankebutuhan pangan namun juga dapat meningkatkan taraf perekonomian

anggota lumbung pangan.[8] Model pemenuhan kebutuhan pangan yang lain adalah

dengan melakukan subtitusi bahan pangan dengan berbagai sumber daya alam yang

melimpah di suatu wilayah.[9]

Ketahanan pangan memiliki tiga dimensi yaitu ketersediaan pangan (food

availability), konsumsi pangan (food consumption) serta keterjangkauan pangan (food

accessibility).[10] Ketiga dimensi tersebut memerlukan suatu pemenuhan yang bersfat

intergatif untuk memastikan keterpenuhan kebutuhan pangan bagi warga di suatu negara

secara umum. Bertolak belakang dengan ketahanan pangan, ketidaktahanan pangan

memiliki dua kategorisasi yaitu kronis dan transitory. Kronis diartikan sebagai kondisi

ketidaktahanan pangan yang sifatnya jangka panjang. Sedangkan ketidaktahanan

transitory memiliki sifat sementara yang disebabkan oleh beragam faktor salah satu

diantaranya adalah bencana alam.[11]

Ketahanan pangan dihadapkan dengan beragam problematika yang berkaitan

dengan pembangunan pertanian seperti perubahan iklim, konversi lahan pertanian,

Page 3: KELUARGA DAN KETAHANAN PANGAN: SUATU TINJAUAN KONSEP ...

Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020

p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949

158

http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index

ketimpangan pertumbuhan penduduk serta eksploitasi lahan yang berakibat pada

degradasi sumber daya lahan yang menurunkan kualitas tanah, lingkungan hingga produk

pertanian.[12] Keberagaman masalah pertanian dihadapkan pada satu problematika dasar

yaitu kurangnya inovasi petani untuk memunculkan suatu sistem pertanian yang ramah

lingkungan. Hal ini disebabkan karena mayoritas lahan pertanian yang dimiliki

merupakan hasil warisan, sehingga selain pewarisan terwujud dalam lahan pertanian juga

turut dalam sistem pengelolaan lahan.[13] Oleh sebab itu sistem pertanian yang ramah

lingkungan hadir sebagai salah satu solusi untuk menghadapi permasalahan ketahanan

pangan.

Pertanian yang ramah lingkungan pada dasarnya merupakan sistem pertanian

yang menghidarkan penggunaan bahan kimia untuk mempromosikan kesehatan

lingkungan pertanian. Sistem pertanian ini juga fokus pada usaha untuk memgembalikan

kesuburan tanah pada lahan yang kurang sehat.[14] Salah satu bentuk implementasi

pertanian ramah lingkungan adalah dengan mengganti penggunaan pestisida kimia yang

memiliki korelasi yang erat dengan penurunan produktivitas pertanian dan kerusakan

lingkungan dengan pestisida alami.[15]

Ketahanan pangan memiliki keterikatan erat dengan pertanian. Hal ini

dikarenakan apabila produksi pangan tersedia dalam jumlah dan ragam yang memadai

serta ditunjang dengan distribusi hasil pertanian dan daya beli masyarakat yang baik maka

berdampak positif pada pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat.[16] Oleh sebab itu

permasalahan gizi yang muncul merupakan cerminan dari kurang terpenuhinya

ketahanan gizi akibat dari ketahanan pangan yang tidak tercukupi dnegan baik.[17]

Menanggapi problematika ini beragam kebijakan dan metode telah diuji untuk

memaksimalkan produksi pertanian salah satunya dengan produksi pertanian dalam

lingkup domestik (keluarga).

Konsep pertanian domestik didasarkan pada tujuan untuk mewujudkan ketahanan

pangan keluarga yang mengandung beragam aspek seperti ketersediaan bahan makanan

yang cukup serta pemenuhan gizi anggota keluarga untuk menopang kehidupan yang

aktif dan sehat. [18] Konsep pertanian domestik berlandaskan pada optimalisasi

pekarangan rumah untuk menghasilkan bahan pangan bagi keluarga. Pemanfaatan lahan

pekarangan rumah dapat dilakukan di wilayah pedesaan maupun perkotaan. Dalam ranah

pertanian domestik pekarangan rumah tidak hanya berfungsi untuk menyediakan ruang

hijau ataupun menambah keindahan rumah namun juga dapat memberi nilai tambah bagi

anggota keluarga.[19]

Perencanaan pemanfaatan lahan pekarangan apabila dikerjakan dengan baik

memiliki potensi untuk meningkatkan penghasilan keluarga.[20] Hal ini didasarkan pada

sistem pertanian domestik yang mengacu pada budidaya beragam tanaman holtikultura

seperti halnya aneka tanaman dan buah-buahan yang selain dapat dikonsumsi sendiri juga

laku untuk dijual di pasaran.[21] Pemanfaatan lahan pekarangan dihadapkan pada satu

problematika dasar yaitu masih kurangnya perhatian petani untuk memanfaatkan lahan

pertanian. Hal ini dikarenakan petani lebih memilih fokus untuk meningkatkan

produktivitas lahan pertanian (sawah/ladang).[22]

Page 4: KELUARGA DAN KETAHANAN PANGAN: SUATU TINJAUAN KONSEP ...

Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020

p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949

159

http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index

Merujuk pada beragam data, temuan serta problematika tersebut peneliti akan

memfokuskan kajian pada konsep pertanian domestik integratif yang berwawasan

lingkungan untuk memunculkan suatu solusi akan dua isu utama yaitu ketahanan pangan

dan pelestarian lingkungan. Penelitian ini akan menkerucutkan pembahasan pada

pemanfaatan limbah (organik dan non organik) di pekarangan rumah untuk kebutuhan

optimalisasi lahan terbatas dengan sifat integratif.

METODE PENELITIAN

Metode merupakan suatu langkah sistematis untuk mencapai suatu tujuan.[23]

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yang memiliki

kecenderungan fokuas fokus pada konteks penelitian untuk kemudian disusun suatu

predikat untuk menunjukkan kualitas atau ukuran dari suatu obyek penelitian.[24] Metode

penelitian kualitatif memiliki perhatian khusus pada pembentukan teori yang bersifat

substansif dengan berdasarkan pada konsep yang dicitrakan oleh beragam temuan di

lapangan.[25]

Penelitian ini menggunakan pendekatan kepustakaan yang berdasarkan pada

serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan data pustaka.[26] Kegiatan penelitian

dilakukan dengan mencari dan mendapatkan beragam data dengan memanfaatkan

fasilitas kepustakaan. [27] Data penelitian dalam pendekatan kepustakaan bersumber dari

dokumen, artikel, jurnal dan beragam sumber pustaka lain.[28] Data pustaka yang

tersedia dikumpulkan, dibaca, diolah dan kemudian dijadikan sebagai data penelitian.

[29]

Langkah penelitian yang dilakukan yaitu pertama dengan mengumpulkan dan

menganalisa data penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kajian pertanian ramah

lingkungan dan ketahanan pangan berbasiskan keluarga (domestik). Kedua dengan

memadukan beragam konsep serta temuan yang berkaitan dengan konteks pembahasan

dalam penelitian. Langkah terkahir adalah dengan mengkritisi serta mnegkolaborasikan

temuan sehingga dapat memunculkan satu konsep integrasi utuh berkaitan dengan topik

pembahasa

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pemanfaatan Limbah Organik Rumah Tangga

Sampah merupakan permasalahan khusus di Indonesia. Sebagai contoh pada

sektor limbah organik produksi limbah cenderung mengalami peningkatan. Diperkirakan

setiap orang di Indonesia menghasilkan setengah kilogram limbah organik perhari.[30]

Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi sampah pada sektor rumah tangga antara

lain pola hidup, jumlah anggota keluarga, pendapatan dan pengeluaran konsumsi rumah

tangga yang berdampak pada pengingkatan produksi sampah.[31] Salah satu faktor yang

memicu pertambahan produksi limbah organik di Indonesia yang paling kentara adalah

pertambahan penduduk. Hal ini dikarenakan seiring dengan pertambahan jumlah

Page 5: KELUARGA DAN KETAHANAN PANGAN: SUATU TINJAUAN KONSEP ...

Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020

p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949

160

http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index

penduduk berbanding lurus dengan peningkatan pemenuhan kebutuhan yang

menghasilkan sisa limbah dari kegiatan produksi untuk memenuhi kebutuhan hidup.[32]

Beragam metode telah dilakukan untuk mengolah limbah menjadi sesuatu yang

memiliki kegunaan. Contohnya seperti pembuatan biogas dengan memanfaatkan bakteri

anaerob untuk membantu proses pengolahan limbah organik menjadi biogas.[33] Metode

lain adalah dengan pembuatan beragam kompos (cair/padat) dengan mengolah limbah

organik menjadi pupuk kompos yang dapat meningkatkan kesuburan tanah. Beragam

kegunaan yang bersumber dari pengelolaan limbah organik dihadapkan pada satu

problematika yaitu belum banyak masyarakat yang mengetahui cara pengolahan limbah

organik di lingkup domestik menjadi sesuatu yang memiliki nilai kegunaan.[34]

Limbah organik apabila diolah dengan cara yang tepat meski menggunakan

metode yang sederhana mampu menghasilkan pupuk organik yang dapat dimanfaatkan

dalam bidang pertanian.[35] Pupuk organik mengandung beragam zat hara makro seperti

N,P,K yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.[36] Dengan beragam kandungan zat

hara, pupuk organik mampu mengurangi pencemaran, meningkatkan produktivitas

pertanian serta meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.[37]

Klasifikasi limbah organik pada cakupan domestik yang dapat digunakan sebagai

bahan baku pupuk organik antara lain seperti sisa makanan, buah-buahan busuk serta

dedaunan yang apabila tidak diolah dengan baik dapat menimbulkan beragam dampak

lingkungan seperti halnya bau tidak sedap, penyumbatan saluran air dan menjadi sarang

penyakit.[38] Salah satu metode pengelolaan limbah organik yang cukup sederhana

adalah pembuatan kompos. Berikut beberapa cara pembuatan kompos organik dengan

memanfaatkan limbah domestik.

Pembuatan Starter/EM4

Bahan pembuatan pupuk organik memerlukan starter/EM4 sebagai katalisator

perkembangan bakteri yang menjadi peran utama dalam proses pembuatan pupuk

organik. Berikut langkah-langkah pembuatan starter/EM4:[39]

Pertama, siapkan limbah organik seperti sisa sayuran, buah-buahan atau kulit

buah. Kedua, campur dan cacah semua bahan untuk mempermudah dapat menggunakan

blender. Ketiga, campurkan limbah yang telah dicacah dengan air dan gula pasir

kemudian aduklah secara merata. Keempat, simpan cairan yang telah dicampur tadi di

botol air mineral, kemudian tutup dnegan rapat tunggu selama tujuh hari. Kelima, setelah

tujuh hari saring air yang berwarna kecoklatan dengan bahan baku limbah yang nantinya

dapat digunakan lagi menjadi bahan kompos. Cairan starter/EM4 sudah siap digunakan

dan dapat dipakai hingga jangka waktu 6 bulan.

Pembuatan Pupuk Organik Cair

Limbah organik juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk

organik cair yang dapat dibuat dengan cara yang sederhana. Alat dan bahan yang

diperlukan juga mudah dijumpai pada lingkup domestik. Berikut langkah-langkah

pembuatan pupuk organik cair dengan bahan baku limbah rumah tangga:[40]

Page 6: KELUARGA DAN KETAHANAN PANGAN: SUATU TINJAUAN KONSEP ...

Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020

p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949

161

http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index

Pertama, siapkan limbah organik yang akan diolah serta pisahkan antara limbah

orgnaik sayuran dan buah-buahan. Kedua, cincang limbah tersebut untuk memudahkan

proses pengolahan. Ketiga, masukkan limbah ke dalam botol air mineral 1 liter,

kemudian fermentasikan selama 7-14 hari. Keempat, Setiap hari goyang-goyangkan

botol selama 5 menit untuk mempercepat proses fermentasi. Larutan dapat digunakan

apabila telah tercium wangi tape, sebelum larutan digunakan lakukan penyaringan dan

simpan larutan dengan baik untuk menjaga kualitas pupuk organik cair.

Pupuk organik cair memiliki kelebihan dari sisi produksi dan penyimpanan.

Proses pembuatan pupuk organik cair juga hanya menggunakan limbah rumah tangga

dengan memanfaatkan alat-alat dapur untuk mempermudah proses produksi. Dari sisi

penyimpanan pupuk organik cair hanya perlu diletakan dalam sebuah botol bekas air

mineral pada tempat yang teduh dan tidak terlalu lembab. Selain karena dua keunggulan

tersebut, pupuk organik cair juga dapat digunakan sebagai nutrisi tanaman pada sistem

hidroponik. Pupuk organik cair mampu memberikan nutrisi pada tanaman hidroponik

selayaknya nutrisi AB yang jamak digunakan dalam budidaya hidroponik.

Pembuatan Pupuk Organik Padat

Pengelolaan limbah organik menjadi pupuk organik padat cukup familiar di

Indonesia yang lekat dengan istilah pupuk kompos. Pembuatan pupuk organik padat juga

sederhana karena pada umumnya alat dan bahan tersedia di sekitar rumah. Berikut

langkah-langkah pembuatan pupuk organik padat dengan memanfaatkan beragam limbah

rumah tangga:[41]

Pertama, siapkan beragam bahan seperti sisa sayuran, buah-buahan, sisa

makanan (nasi, roti), arang sekam, EM4 dan gula pasir. Kedua, sampah organik dicacah

terlebih dahulu untuk mempercepat proses pengomposan. Ketiga, masukkan bahan

kompos yang telah dicincang ke dalam tong pengomposan kemudian tambahkan arnag

sekam. Keempat, aduk seluruh bahan yang ada di dalam tong pengomposan dan tutup

rapat. Terakhir, aduk adonan yang ada di dalam tong setiap hari untuk menjaga suhu

adonan tetap berada pada kisaran suhu 40-500 selama proses fementasi berlangsung.

Pengelolaan limbah organik di ranah domestik memiliki potensi besar untuk

dikembangkan. Hal ini dikarenakan alat serta metode yang digunakan mudah untuk

dijumpai di sekeliling rumah. Kemudahan aksesibiltas pembuatan pupuk dari limbah

organik ini ditunjang dengan bahan baku yang hanya berasal dari sisa limbah perumahan

sehingga bersifat ekonomis. Oleh sebab itu selain karena faktor kemudahan dan manfaat

jangka panjang pada lahan pertanian pengolahan pupuk organik skala domestik

berpotensi mampu meningkatkan produktivitas lahan pekarangan untuk kemudian dapat

menghasilkan profit tambahan bagi keluarga.

Optimalisasi Lahan Pekarangan

Buah dan sayur merupakan dua dari beragam unsur makanan sehat yang

diperlukan tubuh. Namun konsumsi buah dan sayur di Indonesia pada tahun 2016 masih

setengah dari ambang yang direkomendasikan. Sebagian besar masyarakat Indonesia

hanya mengkonsumsi buah dan sayur sebanyak 173/g/kapita/hari yang jauh lebih kecil

Page 7: KELUARGA DAN KETAHANAN PANGAN: SUATU TINJAUAN KONSEP ...

Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020

p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949

162

http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index

dari angka kecukupan gizi sebesar 400/g/kapita/hari.[42] Problematika kecukupan gizi

dapat ditanggulangi salah satunya melalui optimalisasi lahan pekarangan rumah.

Lahan pekarangan rumah memiliki potensi untuk membantu mencukupi

kebutuhan gizi keluarga, mengurangi pengeluaran keluarga khususnya untuk bahan

pangan serta meningkatkan pendapatan keluarga.[43] Pekarangan secara umum memiliki

beragam fungsi yaitu untuk menghasilkan bahan makanan tambahan, sayur dan buah-

buahan, unggas, rempah-rempah, bahan kerajinan dan uang tunai.[44] Optimalisasi lahan

pekarangan memiliki potensi besar untuk dikembangkan karena umumnya masyarakat

yang tinggal di daerah pedesaan maupun perkotaan memiliki tanah pekarangan.[45]

Optimaliasi lahan pekarangan pada realitanya masih minim untuk dilakukan yang

merupakan akibat dari minimnya pengatahuan dan keterbatasan pengetahuan akan

teknologi pangan.[46] Salah satu contoh teknologi pangan modern tertuang dalam konsep

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang mengacu pada sebuah konsep lingkungan

yang secara kolektif melakukan pendayagunaan pekarangan secara intensif untuk

dijadikan sebagai sumber pangan yang berkelanjutan dengan mempertimbangkan

beragam faktor seperti potensi wilayah dan kebutuhan gizi masyarakat setempat.[47]

Pemanfaatan pekarangan rumah selain untuk tanaman pangan juga dapat

digunakan sebagai tempat budidaya tanaman obat yang berfungsi untuk meningkatkan

taraf kesehatan masyarakat. Dengan penanaman obat di pekarangan rumah keluarga dapat

memperoleh, meramu dan menanam obat secara mandiri. Oleh sebab itu selain fokus pada

penanaman tanaman pangan sektor budidaya tanaman obat juga perlu digalakan untuk

meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.[48] Adapun

pemanfaatan lahan pekarangan secara singkat dapat dilakukan dengan langkah

berikut:[49]

Pertama, penyiapan media tanam. Media tanam dapat dibuat dari beragam benda

mulai dari polybag, pot, hingga barang bekas seperti tempat nasi, ember bekas cat dan

botol bekas. Media tanam dapat menggunakan tanah maupun air sebagai tempat tumbuh

tanaman. Untuk media tanah menggunakan campuran dengan perbandingan komposisi

tanah, sekam dan pupuk kendang/kompos 1:1:1. Kedua, pemindahan bibit. Bibit yang

dipindahkan adalah bibit yang telah selesai disemai dan juga sudah siap untuk

dikembangkan dalam media tanam. Proses pemindahan dilakukan secara hati-hati dengan

mengusahakan akar tidak rusak, tertekuk serta sebisa mungkin lurus masuk ke dalam

media tanam dan diusahakan pemindahan dilakukan pada waktu pagi atau sore hari untuk

menghindari stress pada tanaman.

Ketiga, pemeliharaan dan perawatan. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan

memberi pupuk kompos secara teratur, melakukan penyiraman air, khusus untuk tanaman

berkayu dilakukan pemotongan daun dan tunas untuk merangsang produktivitas buah.

Selain perawatan pada tanaman proses pemeliharaan juga dilakukan dengan melakukan

penyiangan dan pembersihan terhadap beragam hama yang berpotensi menganggu

pertumbuhan tanaman. Perawatan yang diberikan menyesuaikan dengan jenis dan kondisi

tanaman oleh sebab itu pengetahuan akan beragam seluk beluk budidaya tanaman

menjadi urgenitas khusus. Keempat, pemanenan. Proses pemanenan dapat dilakukan

Page 8: KELUARGA DAN KETAHANAN PANGAN: SUATU TINJAUAN KONSEP ...

Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020

p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949

163

http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index

apabila tanaman sudah siap ataupun buah yang dihasilkan telah memasuki masa siap

panen. Pada beberapa sayuran yang sifatnya sekali panen seperti bayam dan kangkung

perlu untuk dilakukan pembibitan mandiri dengan mengambil biji dari tanaman yang

sudah matang. Oleh sebab itu pada tanaman jenis ini untuk memperkecil ongkos produksi

perlu membuat bibit secara mandiri dengan menyisakan beberapa tanaman yang nantinya

dijadikan sebagai indukan.

Pemilihan jenis tumbuhan yang akan ditanam di pekarangan rumah dilakukan

dengan memperhatikan beragam faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Oleh

sebab itu untuk tanaman di sisi rumah sebaiknya diisi dengan jenis tanaman berakar kecil

seperti sayur-sayuran dan obat-obatan, hal ini dikarenakan apabila tanaman berakar besar

ditanam disisi rumah akan merusak pondasi dan membuat rumah menjadi lembab. Untuk

tanaman di belakang rumah diisi dengan tanaman yang berakar besar namun pohon tidak

terlalu tinggi seperti pohon buah-buahan. Terkahir untuk tanaman yang berfungsi sebagai

pagar dipilih jenis tanaman yang cepat tumbuh, memiliki banyak cabnag dan lebat seperti

beluntas, puring dan kemangi.[50]

Optimalisasi lahan pertanian pada realitanya memiliki dampak yang signifikan

pada ketahanan pangan seperti yang terjadi di Kabupaten Pacitan pada kisaran tahun

2011. Pemanfaatan lahan pekarangan berhasil meningkatkan konsumsi energi dan protein

ditandai dengan meningkatnya skor PPH (Pola Pangan Harapan) sebesar 11.90-20.46 %.

Selain itu pemanfaatan pekarangan juga turut meningkatkan penghasilan rumah tangga

sebesar 6,81 %. Program tersebut turut memicu tumbuhnya ekonomi produktif dengan

berbasiskan pada pemanfaatan lahan pekarangan seperti usaha pembibitan dan

pengolahan hasil pertanian.[51]

Penanaman beragam komoditas pertanian di pekarangan rumah yang dikelola

dengan baik berpotensi memberi sumbangan pendapatan bagi keluarga sebesar 7-45 %.

Pekarangan rumah turut membantu memenuhi kebutuhan pangan keluarga dikala terjadi

gagal panen dengan merujuk pada hasil penelitian Landon-Lane dibawah naungan FAO

pada tahun 2004 diketemukan bahwa hasil pertanian di pekarangan rumah yang dikelola

dengan baik mempu menyumbang 25 % pendapatan untuk petani miskin.[20] Oleh sebab

itu optimalisasi lahan pekarangan tidak hanya berfungsi sebagai tambahan penghasilan

namun dapat menjadi sumber pendapatan massif bagi keluarga.

Budidaya Tanaman secara Integratif di Lahan Pekarangan

Budidaya tanaman dengan konsep integratif memiliki paradigma sirkular yang

menitikberatkan pada proses penanaman yang menghasilkan emisi limbah yang minim.

Fokus lain dari model budidaya integratif adalah untuk mempromosikan dan

mengembalikan kesuburan lahan guna mendapat hasil budidaya yang optimal. Produk

pertanian yang dihasilkan dengan sistem integratif juga memiliki nilai yang tinggi baik

dari segi ekonomis maupun kesehatan karena proses penanaman dan perawatan yang

diberikan tanpa menggunakan bahan kimiawi.

Tahapan pertama dari sistem pertanian integratif adalah melakukan pemisahan

limbah rumah tangga antara limbah organik dan anorganik. Limbah organik domestik

Page 9: KELUARGA DAN KETAHANAN PANGAN: SUATU TINJAUAN KONSEP ...

Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020

p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949

164

http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index

seperti sisa bahan makanan difungsikan sebagai bahan dasar pembuatan starter, kompos

dan pengsuir hama. Limbah organik yang dibuat menjadi kompos dan starter dapat

berasal dari beragam sisa bahan makanan. Sedangkan, khusus untuk pengusir hama

terbuat dari sisa bahan makanan yang bersifat pahit atau pedas seperti cabai, daun papaya

dan tembakau.

Limbah anorganik dalam pertanian integratif dapat difungsikan sebagai media

tanam dengan menggunakan beragam model sistem penanaman. Sebagai contoh, limbah

pipa peralon dapat diubah menjadi media tanam dengan sistem vertikultur. Limbah ember

dapat dialihfungsikan sebagai media tanam dengan sistem hidroponik terkoleksi dangan

menambahkan budidaya ikan di bawah tanaman. Sedangkan, untuk limbah botol dan

gelas plastik bekas dapat diubah menjadi bergaam media tanam dengan menggunakan

sistem hidroponik.

Tahapan kedua adalah pemilihan dan penanaman jenis tumbuhan yang sesuai

dengan kontur daerah. Pemilihan dilakukan dengan memperhatikan posisi lahan yang

tersedia. Sebagai contoh untuk rumah yang memiliki pekarangan yang luas maka model

penanaman dapat dilakukan dengan memilih pohon buah-buahan di belakang rumah, di

bagian pagar ditanami dengan jenis tanaman yang lebat sedangkan di samping rumah diisi

dengan tanaman yang memiliki akar kecil seperti beragam model sayur-sayuran.

Budidaya tanaman di pekarangan yang sempit seperti di daerah perkotaan dapat

memanfaatkan berbagai inovasi media tanam. Salah satu contohnya adalah sistem

hidroponik. Budidaya dengan metode hidroponik dapat memanfaatkan media tanam

seperti botol dan gelas plastik yang ditempatkan di pagar atau tembok rumah yang

mendapatkan asupan sinar matahari yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman.

Metode lain seperti model vertikultur dapat menjadi pilihan dengan memanfatkan lahan

yang minim untuk mendapat hasil yang maksimal. Model terakhir yang dewasa ini cukup

diminati adalah hidroponik terkoleksi dengan memanfaatkan ember dan gelas plastik

untuk menghasilkan sayur dan ikan dalam satu periode masa panen.

Tahapan ketiga adalah pemanenan dan reproduksi bibit tanaman. Pemanenan

dilakukan ketika tumbuhan telah berbuah atau cukup usia untuk diambil hasilnya. Hasil

pemanenan dapat dikonsumsi keluarga atau dapat juga dipasarkan untuk menambah profit

keluarga. Pada beberapa jenis tumbuhan sayur pada tahapan pemanenan seyogyanya

turut dilakukan reproduksi bibit dengan menyisakan beberapa tanaman yang dibiarkan

melewati usia panen untuk dijadikan sebagai indukan dengan mengambil biji yang

berasal dari bunga yang sudah cukup tua. Reproduksi bibit ini ditujukan untuk

menghemat biaya produksi dan menjamin kualitas tanaman yang akan dibudidayakan di

pekarangan rumah.

Tahapan keempat adalah pengumpulan sisa tanaman dan limbah domestik yang

tidak dapat dikonsumsi untuk dijadikan sebagai bahan baku pupuk. Bagian yang dapat

digunakan seperti halnya buah-buahan yang membusuk, dedaunan, kulit atau dahan

pohon dan sisa makanan. Pengolahan limbah dapat disesuaikan dengan karakteristik

limbah yang tersedia sebagai contoh limbah yang pahit atau pedas dapat dimanfaatkan

Page 10: KELUARGA DAN KETAHANAN PANGAN: SUATU TINJAUAN KONSEP ...

Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020

p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949

165

http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index

untuk membuat pestisida organik, limbah yang bersifat padat atau manis dapat

difungsikan untuk membuat pupuk padat dan cair.

Konsep budidaya tanaman integratif di pekarangan rumah memiliki sifat yang

sirkulatif. Hal ini dikarenakan integrasi proses budidaya terjadi secara berulang dengan

tetap mengacu pada asas dasar optimalisasi limbah dan lahan pekarangan. Harapan utama

dari sistem pertanian integratif adalah mengasilkan sirkulasi budidaya tanam yang utuh

di pekarangan rumah. Dengan sosialiasi model budidaya integratif di ranah domestik

yang memadai dapat turut meningkatkan angka kecukupan gizi keluarga serta

mempromosikan taraf kesejahteraan keluarga.

SIMPULAN DAN SARAN

Permasalahan pangan telah menjadi problematika global beriringan dengan

kerusakan lingkungan yang kian hari semakin memburuk. Sistem pertanian yang ramah

lingkungan merupakan jawaban dari beragam problematika tersebut dengan mulai

memasyarakatkan sistem pertanian yang ramah lingkungan di sekitar rumah Hal ini

dikarenakan lahan pekarangan rumah memiliki potensi besar untuk dikembangkan namun

pada realitanya lahan pekarangan masih belum banyak dilirik. Oleh sebab itu perlu

perluasan akses pengetahuan terkhusus pada bidang pertanian integratif berwawasan

lingkungan pada ranah domestik untuk menjaga ketahanan pangan dan memperbaiki

kerusakan alam secara berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] R. J. R. Sinaga, S. N. Lubis, dan M. B. Darus, “Kajian faktor-faktor sosial

ekonomi masyarakat terhadap ketahanan pangan rumah tangga di Medan,” J.

Agric. Agribus. Socioecon., vol. 2, no. 5, hlm. 15067, 2017.

[2] Waryono Abdul Ghafur, Kesejahteraan Sosial dalam Al-Qur’an Konsep dan

Paradigma. Yogyakarta: Dakwah Press, 2014.

[3] D. E. Jayarni dan S. Sumarmi, “Hubungan Ketahanan Pangan dan Karakteristik

Keluarga dengan Status Gizi Balita Usia 2–5 Tahun (Studi di Wilayah Kerja

Puskesmas Wonokusumo Kota Surabaya),” Amerta Nutr., vol. 2, no. 1, hlm. 44–

51, 2018.

[4] H. P. Saliem dan M. Ariani, “Ketahanan pangan, konsep, pengukuran dan

strategi,” 2016.

[5] P. Simatupang, “Analisis kritis terhadap paradigma dan kerangka dasar kebijakan

ketahanan pangan nasional,” dalam Forum Penelitian Agro Ekonomi, 2016, vol.

25, no. 1, hlm. 1–18.

Page 11: KELUARGA DAN KETAHANAN PANGAN: SUATU TINJAUAN KONSEP ...

Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020

p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949

166

http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index

[6] Murtiningsih, “Diversifikasi Tepung Biji Nangka dan Tepung Biji Durian dalam

Pembuatan Cookies Terhadap Kesukaan Konsumen,” J. Kel., vol. Vol 5 No 2

September 2019, Sep 2019.

[7] A. Arlius, T. Sudargo, dan S. Subejo, “Hubungan ketahanan pangan keluarga

dengan status gizi balita (studi di desa palasari dan puskesmas kecamatan legok,

kabupaten tangerang),” J. Ketahanan Nas., vol. 23, no. 3, hlm. 359–375, 2017.

[8] A. Faqih dan N. Rohayati, “Hubungan Program Lumbung Pangan Padi Dengan

Ketahanan Pangan Keluarga,” Agrijati J. Ilm. Ilmu-Ilmu Pertan., vol. 28, no. 1,

2016.

[9] Yeni Tustiana dan Rina Setyaningsih, “Kesukaan Masyarakat Terhadap

Pembuatan Brownies Bersubtitusi Tepung Kulit Ari Kacang Kedelai,” J. Kel., vol.

Vol 6 No 1 Februari 2020, Feb 2020.

[10] S. Rahmadya, A. L. Lily, dan S. Joko, “Pola konsumsi pangan dan tingkat

ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Kampar Provinsi Riau,” J. Gizi

Klin. Indones., 2019.

[11] A. Sutriningsih dan L. Lasri, “KETAHANAN PANGAN KELUARGA

BERKAITAN DENGAN STATUS GIZI BALITA PASCA ERUPSI GUNUNG

BROMO DI KABUPATEN MALANG,” Care J. Ilm. Ilmu Kesehat., vol. 5, no.

2, hlm. 263–276, 2017.

[12] A. Wihardjaka, “Penerapan Model Pertanian Ramah Lingkungan sebagai Jaminan

Perbaikan Kuantitas dan Kualitas Hasil Tanaman Pangan,” J. Pangan, vol. 27, no.

2, hlm. 155–164, 2018.

[13] H. Herawati, A. V. Hubeis, S. Amanah, dan A. Fatchiya, “Kapasitas Petani Padi

Sawah Irigasi Teknis dalam Menerapkan Prinsip Pertanian Ramah Lingkungan di

Sulawesi Tengah,” 2018.

[14] F. R. Insani, I. Setiawan, dan S. Rasiska, “Determinan Partisipasi dan Peran Petani

Muda dalam Pengembangan Pertanian Ramah Lingkungan di Desa Cisondari,

Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat,” Mimb. Agribisnis J.

Pemikir. Masy. Ilm. Berwawasan Agribisnis, vol. 4, no. 2, hlm. 153–168, 2018.

[15] P. K. Suparyana dkk., “SOSIALISASI AGRO-ENTREPRENEURSHIP BAGI

KELOMPOK TANI MENGANI MENUJU PERTANIAN RAMAH

LINGKUNGAN DI KINTAMANI-BALI,” J. Apl. Dan Inov. Iptek, vol. 1, no. 1,

hlm. 48–54, 2019.

[16] A. M. Safitri, D. R. Pangestuti, dan R. Aruben, “Hubungan Ketahanan Pangan

Keluarga dan Pola Konsumsi dengan Status Gizi Balita Keluarga Petani (Studi di

Desa Jurug Kabupaten Boyolali Tahun 2017),” J. Kesehat. Masy. E-J., vol. 5, no.

3, hlm. 120–128, 2017.

Page 12: KELUARGA DAN KETAHANAN PANGAN: SUATU TINJAUAN KONSEP ...

Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020

p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949

167

http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index

[17] F. A. Adelia, L. Widajanti, dan S. A. Nugraheni, “Hubungan Pengetahuan Gizi

Ibu, Tingkat Konsumsi Gizi, Status Ketahanan Pangan Keluarga dengan Balita

Stunting (Studi pada Balita Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Duren

Kabupaten Semarang),” J. Kesehat. Masy. E-J., vol. 6, no. 5, hlm. 361–369, 2018.

[18] D. F. Hamzah, “HUBUNGAN KETAHANAN PANGAN KELUARGA

DENGAN STATUS GIZI KELUARGA BURUH KAYU DI KAMPUNG

KOTALINTANG KECAMATAN KOTA KUALA SIMPANG KABUPATEN

ACEH TAMIANG PROVINSI ACEH TAHUN 2014,” Jumantik J. Ilm. Penelit.

Kesehat., vol. 1, no. 1, hlm. 134–146, 2017.

[19] S. Dwiratna, A. Widyasanti, dan D. M. Rahmah, “Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Dengan Menerapkan Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari,” Dharmakarya,

vol. 5, no. 1, 2016.

[20] T. B. Purwantini, “Potensi dan prospek pemanfaatan lahan pekarangan untuk

mendukung ketahanan pangan,” dalam Forum Penelitian Agro Ekonomi, 2016,

vol. 30, no. 1, hlm. 13–30.

[21] A. Hamzah dan S. U. Lestari, “Rumah Pangan Lestari Organik sebagai Solusi

Peningkatan Pendapatan Keluarga,” JAPI J. Akses Pengabdi. Indones., vol. 1, no.

1, hlm. 65–72, 2017.

[22] T. Tedjaningsih, S. Suyudi, Y. Sunarya, dan H. Nuryaman, “RUMAH PANGAN

LESTARI BAGI KETAHANAN PANGAN KELUARGA TANI MENDONG,”

J. Pengabdi. Siliwangi, vol. 5, no. 1, 2019.

[23] Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam. Bandung: Refika Aditama, 2009.

[24] Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

[25] Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

[26] Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2011.

[27] Abdul Rahman Sholeh, Pendidikan Agama dan Pengembangan untuk Bangsa.

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.

[28] Rusdin Pohan, Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Rijal

Institute, 2007.

[29] Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2008.

[30] E. R. Zain, “Konversi Limbah Rumah Tangga Menjadi Biofuel Secara Simultan

Melalui Rekayasa Reduksi Ukuran Bahan Dan Kombinasi Enzim,” J. Pertan.,

vol. 2, no. 2, hlm. 110–116, 2017.

[31] Rusnani, Sri Harimurti, Sophia, dan Enita, “Menuju Zero Waste Life Styledengan

Mengolah LimbahOrganik danLimbahAnorganik Rumah Tangga.” .

Page 13: KELUARGA DAN KETAHANAN PANGAN: SUATU TINJAUAN KONSEP ...

Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020

p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949

168

http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index

[32] P. Parmadi, D. Hastuti, E. Erfit, R. Nurjanah, dan F. Zeyava, “Pengolahan Limbah

Organik Rumah Tangga di Desa Renah Alai Kabupaten Merangin,” J. Inov.

Teknol. Dan Dharma Bagi Masy., vol. 1, no. 1, hlm. 43–50, 2019.

[33] M. C. Reynaldi, S. Sudarno, dan I. W. Wardhana, “Studi Kelayakan Pemanfaatan

Limbah Organik Dari Rumah Makan Sebagai Produksi Energi Dengan

Menggunakan Reaktor Biogas Skala Rumah Tangga,” PhD Thesis, Diponegoro

University, 2016.

[34] M. Fikri, “‘PETIK (Pemanfaatan Limbah Kakao)’ Sebagai Bahan Biogas,” J. Ilm.

Maju, vol. 1, no. 1, hlm. 57–59, 2018.

[35] Eliyani, Susylowati, dan AlveraPrihatini Dewi Nazari, “PEMANFAATAN

LIMBAH RUMAH TANGGA SEBAGAIPUPUK ORGANIK CAIR PADA

TANAMAN BAWANG MERAH(Allium cepavar. ascalonicum(L.) Back),” J.

AGRIFOR, vol. Volume XVII Nomor 2, Oktober 2018.

[36] HARNENY PANE, “SOSIALISASI DAN PENYULUHAN PEMBUATAN

PUPUK ORGANIK CAIRDARI LIMBAH ORGANIK PASAR DAN RUMAH

TANGGA DI.” .

[37] Eka Trisnawati, “PELATIHAN PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH

ORGANIK RUMAH TANGGA DENGAN METODE TAKAKURA.”

JURUSAN FARMASI UNIVERSITAS PERADABAN BUMIAYU, 2018.

[38] S. Hamdiani, N. Ismillayli, S. R. Kamali, dan S. Hadi, “Pengolahan mandiri

limbah organik rumah tangga untuk mendukung pertanian organik lahan sempit,”

J. Pijar Mipa, vol. 13, no. 2, hlm. 151–154, 2018.

[39] N. Gesriantuti, E. Elsie, I. Harahap, N. Herlina, dan Y. Badrun,

“PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK RUMAH TANGGA DALAM

PEMBUATAN PUPUK BOKASHI DI KELURAHAN TUAH KARYA,

KECAMATAN TAMPAN, PEKANBARU,” J. Pengabdi. UntukMu NegeRI, vol.

1, no. 1, hlm. 72–77, 2017.

[40] A. K. Sari, “PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK RUMAH TANGGA

UNTUK PEMBUDIDAYAAN BAWANG MERAH DENGAN TEKNIK

HIDROPONIK,” Inisiasi, vol. 5, no. 1, 2016.

[41] D. Andesta, “PEMANFAATAN LIMBAH SAMPAH RUMAH TANGGA

MENJADI PUPUK ORGANIK DI DESA BANJARMADU,” DedikasiMU J.

Community Serv., vol. 2, no. 2, hlm. 307–315, 2020.

[42] R. Purwasih, “Pemanfaatan lahan pekarangan untuk budi daya sayuran secara

hidroponik di Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung,” Agrokreatif J. Ilm. Pengabdi. Kpd. Masy., vol. 5, no. 3, hlm.

195–201, 2019.

Page 14: KELUARGA DAN KETAHANAN PANGAN: SUATU TINJAUAN KONSEP ...

Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020

p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949

169

http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index

[43] U. Trisnaningsih, S. Wahyuni, dan S. Nur, “Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Dengan Tanaman Obat Keluarga,” JPPM J. Pengabdi. Dan Pemberdaya. Masy.,

vol. 3, no. 2, hlm. 259–263, 2019.

[44] I. Khomah dan R. U. Fajarningsih, Potensi Dan Prospek Pemanfaatan Lahan

Pekarangan Terhadap Pendapatan Rumah Tangga. 2019.

[45] H. A. FARHAN OMARA dan M. S. D. Y. Wikarya, “PERANCANGAN BUKU

PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEMPIT DI PERKOTAAN,”

DEKAVE J. Desain Komun. Vis., vol. 8, no. 4, 2019.

[46] R. Widiastuti, I. M. Harjanti, dan A. P. Siswanto, “UPAYA PEMANFAATAN

LAHAN PEKARANGAN AGAR BERNILAI EKONOMI,” J. Pengabdi. Vokasi,

vol. 1, no. 1, hlm. 1–4, 2019.

[47] A. H. Sulaiman, “Strategi Penguatan Modal Sosial Perempuan Tani dalam

Pemanfaatan Lahan Pekarangan Terbatas di Kabupaten Bogor,” J. Penyul., vol.

15, no. 2, hlm. 239–253, 2019.

[48] A. D. Oktaviani, N. N. P. Ulayyah, dan D. Sukma, “Pemanfaatan Lahan

Pekarangan untuk Memenuhi Kebutuhan Keluarga di Desa Cintalaksana,

Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang,” J. Pus. Inov. Masy. PIM, vol. 2,

no. 4, hlm. 535–539, 2020.

[49] S. E. D. Jatmika, Pemanfaatan Lahan Pekarangan untuk meningkatkan gizi

keluarga. KMedia, 2019.

[50] E. Solihin, “Pemanfaatan Pekarangan Rumah Untuk Budidaya Sayuran Sebagai

Penyedia Gizi Sehat Keluarga,” J. Pengabdi. Kpd. Masy., vol. 2, no. 8, hlm. 590–

593, 2018.

[51] S. Suharyon dan V. Darwis, “Manfaat Kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari

Terhadap Ketahanan Pangan Keluarga di Kabupaten Sarolangun,” 2017.