BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Oklusi 2.1.1 Oklusi Normal Oklusi adalah kontak antara gigi-gigi yang berantagonis dan mengacu pada peristiwa (momen) dan tempat terjadinya kontak, bukan pada gigi-giginya sendiri. Semua posisi oklusi adalah peristiwa berkontaknya gigi dari satu rangkaian gerakan mandibula. Istilah artikulasi di gunakan untuk kontak yang terjadi antara gigi-gigi ketika mandibula bergerak (Thompson, 2007). Pada gigi-geligi yang dianggap normal, semua gigi berkontak dengan gigi antagonisnya melalui tonjol, fosa, lingir marginal gigi posterior dan melalui tepi incisal serta permukaan lingual gigi anterior. Batasan normal ini hanya berlaku untuk 60% gigi-geligi dan istilah oklusi interkuspa berarti kontak maksimal yang mungkin diperoleh oleh gigi-gigi yang berantagonis. Jadi pada kasus gigitan terbuka anterior , kontak yang terjadi hanyalah gigi-gigi molar yang saling berhadapan pada oklusi interkuspa. Demikian pula, pada gigitan terbuka posterior, yang berkontak hanya gigi-gigi insisivus. Posisi mandibula, ketika gigi- geligi berada pada oklusi interkuspa, disebut posisi interkuspa (IP) dan mandibula berada pada relasi interkuspa terhadap maksila (Thompson, 2007).
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Oklusi
2.1.1 Oklusi Normal
Oklusi adalah kontak antara gigi-gigi yang berantagonis dan mengacu pada
peristiwa (momen) dan tempat terjadinya kontak, bukan pada gigi-giginya sendiri.
Semua posisi oklusi adalah peristiwa berkontaknya gigi dari satu rangkaian gerakan
mandibula. Istilah artikulasi di gunakan untuk kontak yang terjadi antara gigi-gigi
ketika mandibula bergerak (Thompson, 2007).
Pada gigi-geligi yang dianggap normal, semua gigi berkontak dengan gigi
antagonisnya melalui tonjol, fosa, lingir marginal gigi posterior dan melalui tepi
incisal serta permukaan lingual gigi anterior. Batasan normal ini hanya berlaku untuk
60% gigi-geligi dan istilah oklusi interkuspa berarti kontak maksimal yang mungkin
diperoleh oleh gigi-gigi yang berantagonis. Jadi pada kasus gigitan terbuka anterior ,
kontak yang terjadi hanyalah gigi-gigi molar yang saling berhadapan pada oklusi
interkuspa. Demikian pula, pada gigitan terbuka posterior, yang berkontak hanya
gigi-gigi insisivus. Posisi mandibula, ketika gigi-geligi berada pada oklusi interkuspa,
disebut posisi interkuspa (IP) dan mandibula berada pada relasi interkuspa terhadap
maksila (Thompson, 2007).
Oklusi dikatakan normal jika susunan gigi didalam lengkung teratur dengan
baik, kontak proksimal dan marginal ridge baik, kurva Spee yang ideal, hubungan
serasi antara gigi geligi rahang atas dan bawah, gigi dan tulang rahang terhadap
tulang kranium dan otot di sekitarnya. Jadi, pada oklusi normal, akan tercapai
hubungan yang baik antara gigi geligi, otot, dan sendi TMJ sehingga tercapainya
efisiensi mastikasi yang baik (Thompson, 2007).
Pada oklusi normal, ketika gigi berkontak maka terdapat interdigitasi
maksimal serta overbite dan overjet yang minimal. Cusp mesio-bukal M1 RA berada
di groove mesio-bukal M1 RB dan cusp disto-bukal M1 RA berada dicelah antara M1
dan M2 RB dan seluruh jaringan periodontal secara harmonis dengan kepala dan
wajah. Apabila terjadi perubahan terhadap oklusi normal seperti yang terjadi pada
kondisi kehilangan gigi, destruksi substansi gigi, migrasi gigi maka sebagai akibatnya
antara lain maloklusi (Thompson, 2007).
Oklusi Sentrik adalah istilah lain oklusi interkuspa dan menunjukkan gigi-
geligi atau mandibula terletak sentral pada oklusi. Ini bukanlah istilah deskriptif untuk
gigi-geligi atau mandibula dan tidak satupun dari keduanya yang dapat dianggap
berada pada posisi atau relasi sentral. Oklusi interkuspa mengindikasikan oklusi
maksimal tanpa bergantung posisi gigi-geligi atau mandibula (Thompson, 2007).
Fungsi oklusal diartikan sebagai kontak antar gigi-geligi dan antara gigi
dengan makanan selama peristiwa mastikasi dan penelanan. Istilah parafungsi (fungsi
yang keliru atau tidak teratur) juga berarti kontak antar gigi-gigi yang berantagonis
tetapi dalam keadaan mulut kosong (Thompson, 2007).
Posisi oklusal dan gerak artikular adalah produk aktivitas otot, kontur gigi-
gigi dan fungsi sendi mandibula. Daya yang bekerja pada gigi-geligi berasal dari otot
melalui media makanan, benda-benda asing atau gigi antagonis (Thompson, 2007).
Disfungsi pada sistem mastikasi didefinisikan sebagai gerak fungsional
mandibula yang menimbulkan kelainan atau gangguan dari sistem (Thompson, 2007).
2.1.2 Gangguan dan Kelainan Oklusi
Sejak gigi erupsi, permukaan oklusal dan jaringan pendukungnya berubah
baik karena karies, penyakit periodontium, dan keausan. Bentuk gigi, tulang
pendukungnya dan ruang di antara gigi sudah lebih dahulu ditentukan secara genetic
dan factor factor ini tidak selalu memberikan fungsi yang optimal. Pada umunya
tedapat fenomena adaptasi untuk memperoleh fungsi yang terbaik namun fenomena
ini tidak selalu memadai bagi kesehatan sistem mastikasi. Berlandaskan pada
penyakit , perubahan, dan adaptasi inilah berbagai macam gangguan dan kelainan
akan dibahas di bawah ini (Thompson, 2007).
Ada perbedaan yang tipis antara istilah “gangguan (disturbance), “ kelainan”
(disorder), dan “penyakit” (disease) dan mungkin terlalu ilmiah untuk membedakan
istilah tersebut. Namun, dengan mempertimbangkan efek fungsi pada sistem
mastikasi, perbedaan perlu dilakukan agar mampu memilah antara perubahan atau
gangguan fungsi dengan kerusakan yang mungkin diakibatkannya. Juga perlu
dibedakan atntara kedua kondisi ini dengan penyakit itu sendiri, yang merupakan
respon patologis terhadap infeksi atau perubahan jaringan (Thompson, 2007).
Definisi kedua istilah yang digunakan pada makalah ini adalah sebagai
berikut:
Gangguan adalah setiap gangguan atau perubahan pada fungsi oklusal sistem
mastikasi. Kelainan adalah respon terhadap gangguan yang menimbulkan perubahan
patologis pada jaringan sistem mastikasi. Gangguan pada sistem mastikasi bisa
berupa gangguan perkembangan atau gangguan fungsional (Thompson, 2007).
2.1.2.1 Gangguan Perkembangan
a. Maloklusi
Ini adalah akibat dari malrelasi antara pertumbuhan dan posisi serta ukuran
gigi. maloklusi diklasifikasikan menurut relasi molar pertama (I, II, dan III), atau
sebagai relasi normal, pranormal, dan pascanormal. Maloklusi juga bisa dibagi
menjadi maloklusi primer yang timbul pada gigi-geligi yang sedang berkembang dan
maloklusi sekunder yang timbul pada orang dewasa akibat tanggalnya gigi dan
pergerakan gigi tetangga (Thompson, 2007).
Gangguan yang berasal dari maloklusi primer adalah sebagai berikut :
1. Gigi-gigi sangat berjejal yang mengakibatkan rotasi gigi-gigi indivudual
atau berkembangnya gigi di dalam atau di luar lengkung. Gangguan ini
mengakibatkan interferensi tonjol dan aktivitas pergeseran mandibula, walaupun gigi-
geligi yang sedang berkembang adaptasi dari pergerakan gigi umumnya bisa
mencegah timbulnya gangguan tersebut. Gangguan lain yang diakibatkannya adalah
relasi oklusal yang kurang stabil (tonjol terhadap tonjol ketimbang tonjol terhadap
fosa) dan kelainan gingiva antara gigi-gigi karena tidak memadainya ruang untuk
tempat epitelium interdental (Thompson, 2007).
2. Meningkat atau berkurangnya overlap vertikal atau horizontal yang bisa
mengakibatkan fungsi insisivus yang tidak stabil atau perlunya seal bibir yang adaptif
(Thompson, 2007).
3. Penyimpangan garis median atas dan bawah yang menandai adanya
interferensi insisivus atau interfernsi tonjol pada segmen posterior (Thompson, 2007).
Gangguan-gangguan ini sering menerima perawatan ortodonti di saat remaja.
Akan tetapi, adaklanya perawatan ini mengakibatkan relasi tonjol posterior yang tidak
stabil, dan dianjurkan untuk melakukan analisis oklusal agar stabilitas segmen
posterior dalam keadaan berfungsi bisa dijamin.
b. Kurangnya Perkembangan Jaringan Dentoalveolar
Keadaan ini umumnya terlihat pada segmen posterior, uni- atau bilateral, dan
mengakibatkan overclosure mandibula, jika bilateral, dan kurangnya oklusi
fungsional unilateral jika terbatas pada satu sisi. Kondisi ini menimbulkan gigitan
terbuka (open bite) posterior. Gangguan ini juga bisa terjadi pada segmen anterior
atas sebagai akibat kurangnya pertumbuhan tulang premaksila (Thompson, 2007).
c. Perkembangan Berlebihan
Pertumbuhan tulang yang terlalu besar pada regio kedua kondilus yang sedang
berkembang akan menghasilkan gigitan terbuka anterior atau jika berlebihan,
mandibula yang akromegali. Pertumbuhan terlalu besar ini juga bisa terjadi pada
tulang premaksila (Thompson, 2007).
d. Celah Palatum Dan Defek Terkait
Keadaan ini dan operasi koreksi yang dilakukan untuk memperbaikinya, dapat
menimbulkan berbagai macam masalah ortodonti dan prostodonti (Thompson, 2007).
Respons sistem mastikasi terhadap gangguan perkembangan umumnya
berupa adaptasi. Sewaktu pertumbuhan dan perkembangan tulang dan jaringan
dentoalveolar berlanjut, adaptasi melalui pergerakan gigi dan aktivitas otot akan
berlangsung dan kelainan jeringan terbentuk. Namun hal ini tidak selalu demikian,
dan remaja atau dewasa muda harus senantiasa waspada terhadap tanda-tanda dan
gejala-gejala kelainan yang berasal dari gangguan perkembangan (Thompson, 2007).
2.1.2.2 Gangguan Fungsional
a. Maloklusi sekunder
Ini adalah posisi gigi yang berubah akibat tanggalnya satu atau beberapa gigi
atau akibat penyakit periodontium. Tanggalnya gigi mengakibatkan migrasi gigi atau
gigi-gigi di dekatnya hanya jika oklusi di antara gigi-gigi ini dan gigi antagonisnya
kurang stabil untuk mencegah terjadinya keadaan tersebut. Beberapa migrasi biasanya
berlangsung sampai diperoleh kembali oklusi yang stabil dan keadaan ini bisa
mengakibatkan timbulnya satu atau beberapa kelainan yang lain. Modotnya gigi-gigi
yang tidak ber¬antagonis pada situasi ini merupakan kejadian yang umum walaupun
bisa dicegah dengan gaya otot lidah atau pipi. Kerusakan jaringan pendukung
periodontium gigi yang tidak memiliki antagonis me¬rupakan efek yang umum dan
bisa berkembang menjadi kelainan Perawatan dengan mengganti gigi yang tanggal
sangat sulit dilakukan. Suatu gangguan yang tidak mungkin di¬rawat secara restoratif
tetapi masih belum menimbulkan. Contoh gigi tidak berantagonis yang bisa
menim¬bulkan kelainan aktivitas otot atau sendi adalah gigi molar terakhir. Pasien ini
mengalami nyeri hebat pada regio sendi kanan yang reda jika molar ketiga kiri
dicabut. Jika ada penyakit periodontium, dengan atau tanpa disertai tanggalnya gigi,
fungsi oklusal bisa mengakibatkan mi¬grasi yang selanjutnya bisa berkembang
menjadi maloklusi sekunder (Thompson, 2007).
b. Fungsi Unilateral Dan Fungsi Yang Berkurang
Gigi-gigi yang tanggal, sakit, atau gigi-gigi yang tajam, kelainan gingiva atau
mukosa bisa menyebabkan mastikasi terbatas hanya pada satu sisi atau bahkan pada
segmen labial. Meskipun demikian, fungsi unilateral pada gigi tiruan lengkap cukup
sering ditemukan sehingga bisa, dianggap normal dan adakalanya disebut sebagai
mastikasi "kidal" atau "normal". Keadaan ini tidak dianggap sebagai faktor
perkembangan karena kedua sendi berhubungan dengan satu tulang. Adaptasi
terhadap fungsi unilateral biasanya sudah cukup untuk mencegah terjadinya kelainan,
tetapi seba¬liknya, restorasi fungsi bilateral sering kali merupakan tindakan
perawatan yang membantu jika timbul sakit pada salah satu atau kedua regio sendi.
Salah satu perluasan dari gangguan ini adalah kurangnya dukungan gigi posterior
yang umumnya diasosiasikan dengan sindrom disfungsi mandi¬bula. Manifestasi
gangguan ini adalah tanggalnya satu atau beberapa gigi pada segmen bukal; dan
kadang-kadang kerusakan permukaan oklusal sudah cukup menimbulkan nyeri pada
daerah sendi. Pertanyaan yang di¬ajukan kepada Pasien mengenai efisiensi
kemampuan pengunyahannya sering dijawab sebagai: "Saya tidak bisa menggigit"
atau "gigi-gigi saya tidak saling menyentuh." Berkurangnya fungsi mastikasi
merupakan gangguan yang sering ditemukan dan gangguan ini jarang langsung