-
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena
atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum
Fisiologi ini dengan judul Laporan Praktikum Fisiologi Blok
Stomatognasi I :
Oklusi.
Laporan Praktikum ini saya buat sebagai salah satu sarana untuk
lebih
mendalami materi tentang oklusi gigi geligi. Saya menyadari
bahwa hasil yang
dicapai dalam penulisan laporan ini masih mengandung berbagai
kelemahan dan
kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat saya
harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
menjadi
sumbangan yang berharga bagi semua pihak.
Jember, 7 Maret 2015
Penulis
-
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
...............................................................................................
1
Daftar isi
........................................................................................................
2
BAB I. PENDAHULUAN
.............................................................................
3
1.1 Dasar Teori
..........................................................................................
3
BAB II. HASIL PERCOBAAN
...................................................................
11
2.1 Tabel Hasil Percobaan
.........................................................................
11
BAB III. PEMBAHASAN
...........................................................................
15
BAB IV. PENUTUP
....................................................................................
21
4.1 Kesimpulan
.........................................................................................
21
DAFTAR PUSTAKA
-
3
BAB I
PENDAHULUAN
DASAR TEORI
1.1 Oklusi
Oklusi berasal dari kata occlusion, yang terdiri dari dua kata
yakni oc yang
berarti ke atas (up) dan clusion yang berarti menutup (closing).
Jadi occlusion
adalah closing up atau menutup ke atas. Dengan demikian
pengertian oklusi
adalah berkontaknya gigi geligi rahang atas dengan permukaan
gigi geligi rahang
bawah pada saat kedua rahang tersebut menutup (Sinaga, BA :
2011).
Pada tahun 1907, Angle menyimpulkan pandangannya bahwa
oklusi
merupakan dasar pengetahuan ortodonti. Bentuk tonjol gigi,
mahkota, akar gigi,
dan struktur jaringan pengikat gigi disusun sedemikian rupa
untuk tujuan utama
yaitu oklusi. Angle mendefinisikan oklusi sebagai hubungan
normal dari dataran
miring permukaan oklusal gigi geligi atas bawah apabila rahang
atas dan rahang
bawah menutup (Sinaga, BA : 2011).
Definisi lain dari oklusi adalah perubahan hubungan permukaan
gigi geligi
pada maksila dan mandibula, yang terjadi selama pergerakan
mandibula dan
berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang.
Oklusi terjadi
karena adanya interaksi antara dental system, skeletal system,
dan muscular
system (Soeyoto : 2009).
Secara teoritis, oklusi didefinisikan sebagai kontak antara
gigi-geligi yang
saling berhadapan secara langsung (tanpa perantara) dalam suatu
hubungan
biologis yang dinamis antara semua komponen sistem stomatognatik
terhadap
permukaan gigi-geligi yang berkontak dalam keadaan berfungsi
berkontak dalam
keadaan berfungsi. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
diketahui bahwa oklusi
bukanlah merupakan suatu proses statik yang hanya dapat
diketahui bila
-
4
seseorang menutup mulut sampai gigi geliginya mengalami kontak.
Beberapa ahli
menyatakan bahwa oklusi dibentuk oleh suatu sistem struktur yang
terintegrasi
antara sistem otot-otot mastikasi dan sistem neuromuskuler,
sendi
temporomandibular (STM) dan gigi geligi (Hamzah, Zahreni. dkk :
2015).
1.2 Konsep Dasar Oklusi
A. Oklusi Seimbang (Balanced Occlusion)
Oklusi seimbang (balanced occlusion) yang menyatakan suatu
oklusi baik
atau normal, apabila hubungan antara kontak geligi bawah dan
geligi atas
memberikan tekanan yang seimbang pada kedua rahang, baik dalam
kedudukan
sentrik maupun eksentrik. Keadaan ini akan tercapai bila
terdapat keseimbangan
kontak gigi pada sisi kiri dan kanan. Dalam kenyataannya,
keadaan ini jarang
ditemukan pada gigi geligi asli. Walaupun demikian fungsi kunyah
tetap
berlangsung baik (Hamzah, Zahreni. dkk : 2015).
1. Oklusi Morfologik (Morphologic Occlusion)
Oklusi morfologik (morphologic occlusion) menilai baik dan
buruknya
oklusi melalui hubungan antar geligi bawah dengan geligi
antagonisnya di rahang
atas pada saat geligi tersebut berkontak. Konsep ini
menitik-beratkan pada segi
morfologiknya saja (Hamzah, Zahreni. dkk : 2015).
2. Oklusi Dinamis/Individual/Fungsional
Oklusi dinamik/individual/fungsional
(dinamic/individual/functional
occlusion) menyatakan bahwa oklusi yang baik atau normal harus
dilihat dari segi
keserasian antara komponen-komponen yang berperan dalam proses
terjadinya
kontak antar geligi tadi. Komponen-komponen ini antara lain
ialah geligi dan
jaringan ini antara lain ialah geligi dan jaringan penyangganya,
otot-otot mastikasi
dan sistem neuromuskularnya, serta sendi temporo mandibula. Bila
semua
struktur tersebut berada dalam keadaan sehat dan mampu
menjalankan fungsinya
dengan baik, maka oklusi tersebut dikatakan normal (Gunadi,
Haryanto A. dkk :
1994).
B. Oklusi Gigi Geligi
-
5
Oklusi ideal merupakan konsep teoretis dari struktur oklusal
dan
hubungan fungsional yang mencakup prinsip dan karakteristik
ideal yang harus
dimiliki suatu keadaan oklusi. Menurut Kamus Kedokteran Gigi,
oklusi ideal
adalah keadaan beroklusinya semua gigi, kecuali insisivus
central bawah dan
molar tiga atas, beroklusi dengan dua gigi di lengkung
antagonisnya dan
didasarkan pada bentuk gigi yang tidak mengalami keausan (Harty,
F. J. Ogston,
R. : 1995).
Syarat lain untuk mendapatkan oklusi ideal antara lain:
Bentuk korona gigi berkembang dengan normal dengan
perbandingan
yang tepat antara dimensi mesio-distal atau buko-lingual.
Tulang, otot, jaringan disekitar gigi anatomis mempunyai
perbandingan
yang normal.
Semua bagian yang membentuk gigi geligi geometris dan anatomis,
satu
dan secara bersama-sama memenuhi hubungan yang tertentu.
Gigi geligi terhadap mandibula dan cranium mempunyai
hubungan
geometris dan anatomis yang tertentu.
Karena gigi dapat mengalami atrisi akibat fungsi pengunyahan,
maka
bentuk gigi ideal jarang dijumpai (Gros, Martin D. : 1991).
Oklusi ideal dapat diperoleh apabila bentuk hirroglyphics (cusp,
ridge, dan
groove) gigi geligi ideal, tetapi hal ini akan sulit dicapai
sebab dalam proses
pemakaiannya seringkali gigi geligi tersebut mengalami berbagai
perubahan.
Berbagai perubahan yang dapat terjadi adalah : (a) atrisi yaitu
keausan gigi yang
disebabkan faktor fisiologis misalnya gesekan antar gigi, (b)
abrasi yaitu
keausan gigi yang disebabkan faktor mekanis misalnya cara
menyikat gigi yang
kurang benar, (c) erosi yaitu ausnya gigi yang disebabkan
hilangnya jaringangan
keras gigi yakni enamel karena proses kimiawi dan tidak
melibatkan bakteri
(Walton, Richard E. : 2008).
1. Oklusi Normal
Leory Johnson menggambarkan oklusi normal sebagai suatu
kondisi
oklusi yang berfungsi secara harmonis dengan proses metabolik
untuk
-
6
mempertahankan struktur penyangga gigi dan rahang berada dalam
keadaan sehat
(Foster, T. D : 1997).
Andrew (1972) menyebutkan enam kunci oklusi normal yang berasal
dari
penelitian yang dilakukannya terhadap 120 subyek yang oklusi
idealnya memiliki
enam ciri. Keenam ciri tersebut adalah sebagai berikut :
1. Hubungan yang tepat dari gigi-gigi molar pertama tetap pda
bidang
sagital.
2. Angulasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang
transversal.
3. Inklinasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang
sagital.
4. Tidak adanya rotasi gigi-gigi individual.
5. Kontak yang akurat dari gigi-gigi individual dalam
masing-masing
lengkung gigi, tanpa celah maupun berjejal-jejal.
6. Bidang oklusal yang datar atau sedikit melengkung (Foster, T.
D : 1997).
Andrew memperkirakan bahwa jika satu atau beberapa ciri tidak
tepat,
hubungan oklusal dari gigi geligi tidaklah ideal. Beberapa
kriteria mengenai
oklusi fungsional yang ideal sudah diperkenalkan oleh Roth
(1976). Berikut ini
adalah salinan dari konsep Roth, yang ditujukan terutama untuk
mendapatkan
efisiensi pengunyahan maksimal yang konsisten dengan beban
traumatik minimal
yang mengenai gigi-gigi dan jaringan pendukung serta otot dan
aparatus
pengunyahan skeletal (Foster, T. D : 1997).
1. Pada posisi intercuspal maksimal (oklusi sentrik), kondil
mandibula harus
berada pada posisi paling superior dan paling retrusi dalam fosa
kondilar.
Ini berdampak bahwa posisi intercuspal adalah sama dengan posisi
kontak
retrusi.
2. Pada saat menutup ke oklusi sentrik, stress yang mengenai
gigi-gigi
posterior harus diarahkan sepanjang sumbu panjang gigi.
3. Gigi-gigi posterior harus berkontak setara dan merata, tanpa
kontak pada
gigi-gigi anterior pada oklusi sentrik.
-
7
4. Harus ada overjet dan overbite minimal, tetapi cikup besar
untuk membuat
gigi-gigi posterior saling tidak berkontak pada gerak lateral
dari
mandibula, ke luar dari oklusi sentrik.
5. Harus ada halangan minimal dari gigi-gigi terhadap gerak
mandibula
seperti dibatasi oleh sendi temporomandibular (Foster, T. D :
1997).
Oklusi gigi-geligi secara normal dapat dikelompokkan dalam 2
jenis,
yaitu:
a. Oklusi statik merupakan hubungan gigi geligi rahang atas (RA)
dan
rahang bawah (RB) dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah
kunyah gigi-
geligi dalam keadaan tidak berfungsi (statik). Pada oklusi
statik, hubungan cusp
fungsional gigi geligi posterior (premolar) berada pada posisi
cusp to marginal
ridge dan cusp fungsional gigi molar pada posisi cusp to
fossa.
Sedangkan pada hubungan gigi anterior dapat ditentukan jarak
gigit
(overjet) dan tinggi gigit (overbite) dalam satuan milimeter
(mm). Jarak gigit
(overjet) adalah jarak horizontal antara incisal edge gigi
incisivus rahang atas
terhadap bidang labial gigi insisivus pertama rahang bawah.
Overjet tergantung
pada inklinasi dari gigi-gigi insisivus dan hubungan
antero-posterior dari
lengkung gigi. Pada sebagian besar individu, ada overjet
positif, misalnya sewaktu
insisivus atas terletak di depan insisivus bawah pada keadaan
oklusi, namun
overjet juga bisa kebalikan, atau edge to-edge (Foster, T. D :
1997).
Tinggi gigit (overbite) adalah jarak vertikal antara incisal
edge rahang
bawah sampai incisal edge rahang atas. Dipengaruhi oleh
perkembangan derajat
vertikal dari segmen dento-alveolar anterior. Idealnya,
gigi-gigi insisivus bawah
harus berkontak dengan sepertiga permukaan palatal dari
insisivus atas, pada
keadaan oklusi, namun bisa juga terjadi overbite berlebihan atau
tidak ada kontak
insisal. Pada keadaan ini overbite disebut tidak sempurna jika
insisivus bawah di
atas ketinggian edge insisal atas, atau gigitan terbuka
anterior, jika insisivus
bawah lebih pendek dari edge insisal atas pada oklusi (Foster,
T. D : 1997).
b. Oklusi dinamik merupakan hubungan antara gigi geligi rahang
atas dan
rahang bawah pada saat seseorang melakukan gerakan mandibula ke
arah lateral
-
8
(samping) ataupun kedepan (antero-posterior). Oklusi dinamik
timbul akibat
gerakan mandibula ke lateral, kedepan (anterior) dan kebelakang
(posterior).
Oklusi yang terjadi karena pergerakan mandibula ini sering
disebut artikulasi.
Pada gerakan ke lateral akan ditemukan sisi kerja (working side)
yang ditunjukan
dengan adanya kontak antara cusp bukal rahang atas dan cusp
molar rahang
bawah dan sisi keseimbangan (balancing side). Working side dalam
oklusi
dinamik digunakan sebagai panduan oklusi (oklusal guidance),
bukan pada
balancing side (Hamzah, Zahreni. dkk : 2015).
Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat
diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Intercupal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal
antara
gigi geligi dengan antagonisnya
2. Retruded Contact Position (RCP), adalah kontak maksimal
antara
gigi geligi pada saat mandibula bergerak lebih ke posterior dari
ICP,
namun RB masih mampu bergerak secara terbatas ke lateral.
3. Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi
anterior
pada saat RB digerakkan ke anterior
4. Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi
geligi
pada saat RB digerakkan ke lateral (Hamzah, Zahreni. dkk :
2015).
Selain klasifikasi diatas, secara umum pola oklusi akibat
gerakan rahang
bawah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Bilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada
kerja dan sisi
keseimbangan, keduanya dalam keadaan kontak
2. Unilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior
pada sisi kerja kontak
dan sisi keseimbangan tidak kontak
3. Mutually protected occlusion, dijupai kontak ringan pada gigi
geligi anterior,
sedang pada gigi posterior
4. Tidak dapat ditetapkan, bila tidak dikelompokkan dalam
klasifikasi diatas
(Hamzah, Zahreni. dkk : 2015).
Oklusi memiliki 2 aspek. Aspek yang pertama adalah statis
yang
mengarah kepada bentuk, susunan, dan artikulasi gigi geligi pada
dan antara
-
9
lengkung gigi, dan hubungan antara gigi geligi dengan jaringan
penyangga. Aspek
yang kedua adalah dinamis yang mengarah kepada fungsi sistem
stomatognatik
yang terdiri dari gigi geligi, jaringan penyangga, dan
sendi.
c. Oklusi sentrik adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi
pada waktu
mandibula dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondisi berada
dalam posisi
bilateral simetris di dalam fossanya. Sentris atau tidaknya
posisi mandibula ini
sangat ditentukan oleh panduan yang diberikan oleh kontak antara
gigi pada saat
pertama berkontak. Keadaan ini akan mudah berubah bila terdapat
gigi supra
posisi ataupun overhanging restoration (Harshanur, IW :
1992).
Definisi oklusi sentrik tidak bisa diterapkan untuk semua
individu, karena
pada beberapa kasus seperti pada tahap akhir gigi geligi susu,
atrisi sudah
mengurangi tinggi tonjol gigi-gigi sehingga permukaan oklusi
relatif datar.
Syarat-syarat oklusi sentris :
1. Gigi atas dan bawah dalam hubungan kontak maksimal dan tak
bekerja.
2. Bibir menekan satu sama lain.
3. Ujung lidah pada sepertiga insisal dan tengah dari gigi-gigi
insisivus atas
dan bawah.
4. Otot-otot kunyah dalam keadaan kontraksi
5. Ekspresi/tarikan muka harus kelihatan normal (Harshanur, IW :
1992).
1.3 Hubungan Mandibula Terhadap Maksila
Relasi sentrik merupakan hubungan mandibula terhadap maksila,
yang
menunjukkan posisi mandibula terletak 1-2 mm lebih kebelakang
dari oklusi
sentris (mandibula terletak paling posterior dari maksila) atau
kondil terletak
paling distal dari fossa glenoid, tetapi masih dimungkinkan
adanya gerakan
dalam arah lateral. Pada keadaan kontak ini gigi-geligi dalam
keadaan
Intercuspal Contact Position (ICP) atau dapat dikatakan bahwa
ICP berada pada
posisi RCP (Thomson, Hamish : 2007).
Jarak Inter-Oklusal (Psycological Rest Position) yaitu jarak
antara
oklusal premolar rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan
istirahat, rileks
-
10
dan posisi tegak lurus. Posisi istirahat mandibula, kadang
disebut posisi postural
endogen. Pada keadaan ini otot-otot pengunyahan dalam keadaan
istirahat, hal ini
menunjukkan otot-otot kelompok elevator dan depressor tonus adan
kontraksinya
dalam keadaan seimbang, dan kondil dalam keadaan netral atau
tidak tegang.
Keadaan ini dianggap dikendalikan oleh mekanisme refleks yang
dipicu oleh
reseptor regangan pada otot mastikasi, khususnya otot temporal
(Foster, T. D :
1997).
Posisi istirahat pada kebanyakan kasus adalah sedemikian rupa
hingga ada
celah beberapa milimeter antara gigi atas dan gigi bawah. Celah
ini disebut free-
way space atau jarak antar oklusal. Posisi ini dianggap konstan
untuk setiap
individu, ada variasi baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Variasi sehari-
hari dari posisi istirahat terlihat bersama variasi postur
kepala. Jika kepala
didongakkan ke belakang, jarak antar oklusal akan meningkat,
jika dicondongkan
ke depan jarak antar oklusal berkurang. Variasi jangka panjang
berhubungan
dengan tanggalnya gigi dan proses penuaan selain perubahan tonus
otot (Foster,
T. D : 1997).
Oklusi pada masing-masing individu tidaklah sama. Faktor-faktor
yang
mempengaruhi oklusi gigi manusia antara lain :
Variasi genetik
Perkembangan gigi-geligi secara acak
Adanya gigi-gigi supernumerary
Otot-otot dan jaringan sekitar rongga mulut
Kebiasaan
Trauma (Soeyoto : 2009).
-
11
BAB II
HASIL PERCOBAAN
1. Pemeriksaan Oklusi Sentrik
Relasi Gigi Nomor Gigi
Rahang Atas 27 26 25 24 14 15 16 17
Rahang Bawah 37 36 36 34 45 - 46 47
2. Pemeriksaan Relasi Sentrik
Relasi Mandibula Terhadap Maksila Overjet (mm)
Oklusi Sentrik 5 mm
Relasi Sentrik 7 mm
3. Pemeriksaan Psychological Rest Position
Relasi Mandibula Terhadap Maksila Free Way Space (mm)
Psychological Rest Position 2 mm
-
12
4. Pemeriksaan Oklusi Statik
Relasi Gigi Anterior Jarak (mm)
Overjet 5 mm
Overbite 5 mm
Cusp to Marginal Ridge 16 26 27 14 15
46 36 37 44 45
Cusp to Fossa 17 25 24
47 35 34
5. Pemeriksaan Oklusi Dinamik
Tipe oklusi pada orang coba adalah
Bilateral Balanced Occlusion
6. Pemeriksaan Oklusi Yang Ideal
No. Indikator Ya Tidak
1. Saat melakukan oklusi sentrik, apakah hubungan
kedua rahang stabil.
2. Saat melakukan oklusi sentrik, apakah mengalami
hambatan.
3. Saat melakukan gerakan relasi sentrik ke oklusi
sentrik apakah mengalami hambatan.
4. Saat melakukan gerakan mandibula ke anterior,
apakah mengalami hambatan.
5. Apakah ada kontak prematur pada saat Interuspal
Contact Position (ICP).
-
13
6. Apakah ada kontak prematur pada saat Retruded
Contact Position (RCP).
7. Apakah ada kontak prematur pada saat Protrusif
Contact Position (PCP).
Jika ada kontak prematur, catat pada tabel berikut.
No. Relasi Gigi Gigi yang mengalami kontak prematur
1. ICP 27 26 17
37 36 47
2. RCP 27 26
37 36
3. PCP 26 15
36 45
Kesimpulan : Oklusi Gigi Tidak Normal
7. Pemeriksaan Gerakan Mandibula
No. Kegiatan Hasil Pengamatan
1. Gerakan Mandibula
Membuka-Menutup Mulut
Kondil normal dan seimbang
2. Gerakan Mandibula ke
Arah Antero-Posterior
Kondisi kondil normal dan seimbang, gerakan
kondil ke depan dan ke belakang
3. Pemeriksaan Gerakan
Mandibula ke Arah
Lateral
Kondil normal dan seimbang, gerakan
mandibula ke kanan dan kondil menonjol kanan
begitu pula sebaliknya
4. Koordinasi Gerakan
Mandibula
Kondil bergerak bersama dan simetris
5. Gerakan Mandibula :
-
14
a. Saat Menunduk Normal, kondil seimbang
b. Saat Menengadah Normal, kondil seimbang
c. Saat Tidur
Telentang
Normal, kondil seimbang
d. Saat Tidur Miring
ke Samping
Normal, kondil seimbang
e. Saat Duduk
Istirahat
Normal, kondil seimbang
-
15
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pemeriksaan Oklusi Sentrik
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap praktikum yang telah
dilakukan pada orang coba pertama yang berjenis kelamin
perempuan,
didapatkan data oklusi sentrik terjadinya hubungan oklusi yang
seimbang pada
regio kiri, yaitu gigi 27 kontak dengan gigi 37, gigi 26 kontak
dengan gigi 36,
gigi 25 kontak dengan gigi 35 dan 36, dan gigi 24 kontak dengan
gigi 34.
Sedangkan pada regio kanan, gigi 14 kontak dengan gigi 45, gigi
16 kontak
dengan gigi 46, gigi 17 kontak dengan gigi 47. Namun, pada gigi
15 terjadi
kelainan karena tidak berkontak dengan gigi antagonisnya.
Oklusi sentrik adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi
pada saat
mandibula dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondil berada dalam
posisi
bilateral simetris di dalam fossanya. Dari hasil pemeriksaan
didapatkan tidak
semua gigi berkontak tepat dengan antagonisnya melainkan ada
yang
berkontak dengan antagonis gigi tetangga.
2. Pemeriksaan Relasi Sentrik
Relasi sentrik merupakan hubungan mandibula terhadap maksila
yang
menunjukkan posisi mandibula terletak 1-2 mm lebih ke belakang
dari oklusi
sentris atau kondil terletak paling distal dari fossa glenoid,
tetapi masih
dimungkinkan adanya gerakan dalam arah lateral. Pada keadaan
kontak ini,
gigi geligi dalam keadaan intercuspal contact position (ICP)
atau dapat
dikatakan bahawa ICP berada dalam posisi RCP.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, hubungan
maksila terhadap mandibula (pemeriksaan relasi sentrik) pada
orang coba
ditemukan jarak gigi (overjet) saat oklusi sentris adalah 5 mm
pada gigi
-
16
insisivus. Sedangkan jarak pergeseran dari posisi ICP
(intercuspal contact
position) ke RCP (retruded contat position) adalah sebesar 2
mm.
3. Pemeriksaan Psychological Rest Position
Psychological rest position bertujuan untuk menunjukkan
bahwa
ketika otot-otot pengunyahan berelaksasi maka gigi geligi rahang
atas dan
rahang bawah tidak berkontak sama sekali dan posisi kondilus
pada sendi
temporomandibular juga pada posisi netral dan terletak tepat
pada fossa
glenoidnya yang ditandai dengan adanya free way space yang
lebarnya
tergantung dengan umur, pada anak-anak lebih lebar dibandingkan
dengan
orang lanjut usianya. Umumnya lebar free way space berkisar
antara 2-6 mm.
Selain itu, gigi geligi tidak berkontak atau dalam keadaan
statis dan posisi
istirahat ujung lidah pada permukaan palatal dari gigi insisivus
pertama atas.
Berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan free way space dengan
lebar
2 mm. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan free way space orang
coba dalam
keadaan normal.
4. Pemeriksaan Oklusi Statik
Oklusi statis adalah kontak statis dari gigi-gigi rahang atas
dan rahang
bawah. Oklusi fungsional adalah gerak dinamis dari gigi-gigi
rahang bawah
dengan gigi-gigi yang saling berkontak. Berdasarkan hasil
pemeriksaan yang
telah dilakukan pada orang coba ditemukan hubungan gigi geligi
posterior
(cusp fungsional) untuk menentukan relasi gigi posterior cusp to
marginal
ridge dan relasi gigi posterior cusp to fossa.
Lengkung rahang antara rahang atas dan rahang bawah dapat
mempengaruhi keadaan oklusi statis pada orang coba. Jarak gigit
(overjet) dan
tinggi gigit (overbite) normal adalah 1-2 mm tetapi pada orang
coba
ditemukan overjet dan overbite sebesar 5 mm. Overjet dan
overbite pada
orang coba dikatakan tidak normal, hal ini disebabkan karena
perbedaan
inklinasi pada gigi setiap orang yang berbeda yang disebabkan
oleh banyak
-
17
faktor. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan overjet dan
overbite yang
tidak normal adalah faktor genetik, kebiasaan buruk saat masih
kecil seperti
menghisap jari sehingga sudut gigi lebih besar daripada sudut
normal.
Selain itu arah erupsi gigi geligi permanen orang coba yang
berbeda
juga menyebabkan cusp to marginal dan cusp to fossa antara
rahang atas dan
rahang bawah berbeda. Pada gigi posterior yang mengalami erupsi
tidak
sempurna misalnya mengalami rotasi maupun angulasi, akan
mempengaruhi
oklusi statik pada orang tersebut dan dapat dikatakan terjadi
maloklusi.
5. Pemeriksaan Oklusi Dinamik
Oklusi dinamik adalah hubungan antara gigi geligi rahang atas
dan
rahang bawah saat seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah
lateral
(samping) ataupun ke depan (antero-posterior). Pada oklusi
statik, hubungan
cusp fungsional gigi geligi posterior (premolar dan molar)
berada pada posisi
cusp to marginal ridge dan cusp to fossa. Sedangkan hubungan
pada gigi
geligi anterior dapat ditentukan jarak gigit (overjet) dan
tinggi gigit (overbite)
dalam satuan milimeter (mm). Jarak gigit (overjet) adalah jarak
horizontal
antara incisal edge gigi insisivus rahang atas terhadap bidang
labial gigi
insisivus pertama rahang bawah. Sedangkan tinggi gigit
(overbite) adalah
jarak vertikal antara incisal edge rahang bawah sampai incisal
edge rahang
atas.
Oklusi dinamik timbul akibat gerakan mandibula ke lateral, ke
depan
(anterior) dan ke belakang (posterior). Oklusi yang terjadi
karena pergerakan
mandibula ini sering disebut artikulasi. Pada gerakan ke lateral
akan
ditemukan sisi kerja (working side) yang ditunjukkan dengan
adanya kontak
antar cusp bukal molar rahang atas dan cusp bukal molar rahang
bawah, dan
sisi keseimbangan (balancing side). Working side dalam oklusi
dinamik
digunakan sebagai panduan oklusi (oklusi guidance), bukan pada
balancing
side.
-
18
Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat
diklasifikasikan
sebagai berikut.
Intercuspal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal
gigi
geligi dengan gigi antagonisnya.
Retruded Contact Position (RCP), adalah kontak maksimal gigi
geligi pada saat mandibula bergerak lebih ke posterior dari
ICP,
namun rahang bawah masih mampi bergerak secara terbatas ke
arah lateral.
Protrusif Contact Position (PCP), adalah kontak gigi geligi
anterior
pada saat rahang bawah digerakkan ke anterior.
Working Side Contact Position (WSCP), adalah kontak gigi
geligi
saat rahang bawah digerakkan ke lateral.
Selain klasifikasi di atas, secara umum pola oklusi akibat
rahang
bawah dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
Bilateral Balanced Occlusion, bila gigi geligi posterior
pada
working side dan balancing side , keduanya dalam keadaan
kontak.
Unilateral Balanced Occlusion, bila gigi geligi posterior
pada
working side kontak sedangkan pada balancing side tidak
kontak.
Mutually Protected Occlusion, dijumpai kontak ringan pada
gigi
geligi anterior sedangkan gi posterior tidak kontak.
Tidak dapat ditetapkan, bila tidak dapat dikelompokkan dalam
klasifikasi di atas.
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, tipe oklusi
dinamik
orang coba adalah Unilateral Balanced Occlusion yaitu gigi
geligi posterior
pada working side berkontak sedangkan pada balancing side tidak
kontak.
Pada pemeriksaan ini kita mampu mengetahui perbedaan tumbuh
kembang lengkung gigi serta erupsi gigi pada seseorang yang
dapat
menyebabkan perbedaan profil wajah dan bahkan cara mengunyah
serta
berbicara.
-
19
6. Pemeriksaan Oklusi Ideal
Andrew (1972) menyebutkan enam kunci oklusi normal yang
berasal
dari penelitian yang dilakukannya terhadap 120 subyek yang
oklusi idealnya
memiliki ciri-ciri berikut :
1. Hubungan yang tepat dari gigi-gigi molar pertama tetap pda
bidang
sagital.
2. Angulasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada
bidang
transversal.
3. Inklinasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang
sagital.
4. Tidak adanya rotasi gigi-gigi individual.
5. Kontak yang akurat dari gigi-gigi individual dalam
masing-masing
lengkung gigi, tanpa celah maupun berjejal-jejal.
6. Bidang oklusal yang datar atau sedikit melengkung.
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, ditemukan
gerakan
oklusi sentrik yang tidak normal pada orang coba dikarenakan
gigi 15 yang
tidak mengalami kontak dengan gigi antagonisnya.
Pengamatan ini dilakukan pada saat orang coba melakukan
gerakan
Intercuspal Contact Position (ICP) ditemukan adanya gigi geligi
yang
mengalami kontak prematur yaitu gigi molar pertama dan kedua
rahang atas
dan rahang bawah pada sisi kanan dan kiri. Pada gerakan Retruded
Contact
Position (RCP) ditemukan adanya gigi geligi yang mengalami
kontak
prematur yaitu pada molar pertama dan kedua rahang atas dan
rahang bawah
pada sisi kiri. Sedangkan pada Protrusif Contact Position (PCP)
ditemukan
adanya gigi geligi yang mengalami kontak prematur yaitu pada
gigi molar
pertama kiri dan premolar kedua kanan rahang atas dan rahang
bawah.
Sedangkan pada pemeriksaan oklusi ideal baik gerakan oklusi
sentrik,
relasi sentris ke oklusi sentris, dan pergerakan mandibula ke
anterior, pada
orang coba tidak terlihat adanya hambatan yang menunjukkan bahwa
oklusi
orang coba tersebut normal dan ideal. Dan pada pemeriksaan ICP,
RCP, dan
-
20
PCP didapatkan hasil gerakan oklusi ICP (kontak maksimal antara
gigi geligi
dengan antagonisnya) lebih banyak. Hal ini disebabkan karena
gerakan RCP
dan PCP gerakannya lebih terbatas daripada ICP.
7. Pemeriksaan Gerak Mandibula
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada
praktikum
didapatkan hasil berupa gerakan mandibula yang normal.
Pergerakan
mandibula yang normal ini diketahui dari pergerakan kondilnya.
Pada
beberapa arah gerakan yang berbeda, baik itu gerakan mandibula
untuk
membuka dan menutup mulut, gerakan mandibula ke
antero-posterior,
maupun gerakan mandibula ke arah lateral didapatkan gerakan yang
seimbang
dan simetris pada kondil.
Sedangkan pada pemeriksaan gerakan mandibula pada berbagai
posisi
juga menunjukkan keadaan kondil yang normal, bergerak secara
seimbang dan
simetris pada kedua kondil kanan dan kiri.
-
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada
maksila dan
mandibula yang terjadi selama pergerakan mandibula dan berakhir
dengan kontak
penuh dengan gigi geligi pada rahang atas dan rahang bawah.
Oklusi terjadi
karena adanya interaksi antara sistem otot-otot mastikasi dan
sistem
neuromuskuler, sendi temporomandibular (STM) dan gigi
geligi.
Konsep dasar oklusi dibagi menjadi dua yakni oklusi seimbang
yang terdiri
dari oklusi morfologik dan oklusi dinamik serta oklusi ideal
yang terdiri dari
oklusi sentrik, oklusi statik, dan oklusi dinamik. Keadaan tidak
terjadinya oklusi
disebut dengan physicological rest position dimana terjadi
keadaan istirahat pada
rahang atas dan rahang bawah.
Keadaan oklusi pada setiap individu tidaklah sama. Banyak faktor
yang
berperan dalam mempengaruhi bentuk oklusi individu, antara lain
:
1. Variasi genetik
2. Perkembangan gigi geligi secara acak
3. Adanya gigi-gigi supernumerary
4. Otot-otot dan jaringan sekitar rongga mulut
5. Kebiasaan
6. Trauma
-
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Hamzah, Zahreni; dkk. 2015. Modul Fisiologi Oklusi Gigi dan
Sendi
Temporomandibula Edisi II. Jember : Bagian Biomedik-Fisiologi
FKG
Universitas Jember.
2. Thomson, Hamish. 2007. Oklusi Edisi 2. Jakarta: EGC
3. Foster, T. D. 1997. Buku Ajar Ortodonsi Edisi ke 3. Jakarta:
EGC.
4. Gunadi, Haryanto A; dkk. 1994. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan
Sebagian
Lepasan Jilid 2. Jakarta : Hipokrates.
5. Harty, F. J. Ogston, R. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta
: EGC
6. Walton, Richard E. : 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu
Endodonsia. Jakarta :
EGC
7. Gros, Martin D; Mahtews, J.D. 1991. Oklusi Dalam Kedokteran
Gigi
Restoratif. Surabaya : Airlangga University Press.
8. Harshanur, IW. 1992. Anatomi gigi. Jakarta : EGC
9. Mokhtar, M. 2002. Dasar-Dasar Ortodonti : Pertumbuhan dan
Perkembangan Kraniodentofasial Edisi 2. Medan : Bina Insani
10. Sinaga, BA. 2011. Oklusi dan Maloklusi.
http://repository.usu.ac.id/
bitstream/123456789/34559/4/Chapter%20II.pdf diakses pada 7
Maret
2015
11. Soeyoto; Wiyono, Adi; Nindyo P. Aris. 2009. Gigi dan Mulut.
http://rssm.
Iwarp.com/konsultasi.html. diakses pada 7 Maret 2015