Program Studi Fakultas Kedokteran Unjani, 2Bagian Penyakit Kulit KELAINAN KULIT DAN KUKU PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT DUSTIRA CIMAHI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2016 Farah Shafira Zulkarnain 1 , Dian Mardianti 2 , Eddy Harjadi Soenarso 3 1 Kedokteran Unjani, 3 Bagian Penyakit Dalam Kedokteran Unjani Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani ABSTRAK Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan suatu penyakit dengan proses patofisiologi dan etiologi yang berbeda-beda sehingga mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan dapat berakhir dengan gagal ginjal. Pasien PGK mengalami tanda dan gejala sistemik yang beragam dengan prevalensi kelainan kulit yang tinggi. Pada penelitian sebelumnya, kelainan kulit dialami oleh 50-100% pasien hemodialisis. Pada penelitian lain oleh Mariam Seikh pada tahun 2014, ditemukan kelainan kulit pada 100%. Kelainan kulit yang muncul pada pasien PGK merupakan manifestasi dari PGK atau berhubungan dengan hemodialisis. Kelainan kulit yang sering ditemukan pada pasien PGK yaitu renal pruritus, xerosis kutis, hiperpigmentasi, kulit pucat, ekimosis, uremic frost, lesi sekunder dan reaksi alergi sedangkan pada kuku yaitu Lindsay’ s nails. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional untuk mengetahui kelainan kulit dan kuku pada pasien PGK yang menjalani terapi hemodialisis di Rumah Sakit Dustira Cimahi. Data yang digunakan adalah data primer dari wawancara terpimpin pada pasien PGK yang menjalani terapi hemodialisis di unit hemodialisis RS Dustira Cimahi dipilih menggunakan metode simple random sampling. Hasil penelitian didapatkan xerosis kutis pada 100% responden, renal pruritus pada 85 pasien Garukan yang dilakukan pasien renal pruritus dapat menimbulkan lesi sekunder seperti eksoriasi. Hiperpigmentasi generalisata juga ditemukan pada 81 orang pasien. Lokasi hiperpigmentasi yang paling sering adalah wajah dan ekstremitas. Selain itu kelainan kulit pucat ditemukan pada 63 orang responden, uremic frost pada 6 orang, ekimosis ditemukan pada 15 orang pasien, riwayat reaksi alergi ditemukan pada 1 orang pasien, dan Lindsay’s nails terjadi pada 19 orang pasien hemodialisis. Kata kunci: PGK, Kelainan Kulit dan Kuku 1
16
Embed
kelainan kulit dan kuku pada pasien penyakit ginjal kronik
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Program Studi Fakultas Kedokteran Unjani, 2Bagian Penyakit Kulit
KELAINAN KULIT DAN KUKU PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK
YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT DUSTIRA CIMAHI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2016
Kedokteran Unjani,3Bagian Penyakit Dalam Kedokteran Unjani
Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani
ABSTRAK Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan suatu penyakit dengan proses
patofisiologi dan etiologi yang berbeda-beda sehingga mengakibatkan
penurunan fungsi ginjal yang progresif dan dapat berakhir dengan gagal ginjal.
Pasien PGK mengalami tanda dan gejala sistemik yang beragam dengan
prevalensi kelainan kulit yang tinggi. Pada penelitian sebelumnya, kelainan kulit
dialami oleh 50-100% pasien hemodialisis. Pada penelitian lain oleh Mariam
Seikh pada tahun 2014, ditemukan kelainan kulit pada 100%. Kelainan kulit yang
muncul pada pasien PGK merupakan manifestasi dari PGK atau berhubungan
dengan hemodialisis. Kelainan kulit yang sering ditemukan pada pasien PGK
yaitu renal pruritus, xerosis kutis, hiperpigmentasi, kulit pucat, ekimosis, uremic
frost, lesi sekunder dan reaksi alergi sedangkan pada kuku yaitu Lindsay’s nails.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional untuk mengetahui
kelainan kulit dan kuku pada pasien PGK yang menjalani terapi hemodialisis di
Rumah Sakit Dustira Cimahi. Data yang digunakan adalah data primer dari
wawancara terpimpin pada pasien PGK yang menjalani terapi hemodialisis di unit
hemodialisis RS Dustira Cimahi dipilih menggunakan metode simple random
sampling. Hasil penelitian didapatkan xerosis kutis pada 100% responden, renal
pruritus pada 85 pasien Garukan yang dilakukan pasien renal pruritus dapat
menimbulkan lesi sekunder seperti eksoriasi. Hiperpigmentasi generalisata juga
ditemukan pada 81 orang pasien. Lokasi hiperpigmentasi yang paling sering
adalah wajah dan ekstremitas. Selain itu kelainan kulit pucat ditemukan pada 63
orang responden, uremic frost pada 6 orang, ekimosis ditemukan pada 15 orang
pasien, riwayat reaksi alergi ditemukan pada 1 orang pasien, dan Lindsay’s nails
terjadi pada 19 orang pasien hemodialisis.
Kata kunci: PGK, Kelainan Kulit dan Kuku
1
2
ABSTRACT
Chonic Kidney Disease (CKD) caused by many different etiology and
pathophysiology and decreasing the renal function progresively resulting a renal
failure. Patient with CKD will have a various sistemic sign and symptom with a
high prevalence of skin manifestation. In the previous research, skin
manifestation shown in 50-100% patients. Skin manifestations are the result of
the pathophysiology of CKD or could be related with hemodyalisis. Most common
skin manifestations in CKD are xerosis cutis, renal pruritus, hiperpigmentation,
pallor, eccymosis, uremic frost, secondary lession, and allergic reaction
meanwhile Lindsay’s nails is the most common nails manifestation. This is a
descriptive observasional to identified skin and nail manifestation in chronic
kidney disease in hemodyalisis patients at Dustira Hospital Cimahi with
cnnducted interview. Xerosis cutis were visible in 96 patients while renal pruritus
found in 85 patients.. Scratching in renal pruritus patients might be the cause of
secondary lession such as ecscoriasis and prurigo nodular. Skin pigmentation
disorder such as hiperpigmentation visible in 81 patients and pallor visible in 63
patients. Others uncommon skin manifestations such as uremic frost were found
in 6 patients, eccymosis in 15 patients, allergic reaction happened in 1 patients.
The most common nails manifestation is Lindsay’s nails which visible in 19
patients.
Keyword: CKD, Skin Manifestation, Nails Manifestation PENDAHULUAN
Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi yang berkaitan
dengan kelainan fungsi ginjal dan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) yang progresif. Penyakit ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kerusakan ginjal dan atau penurunan fungsi ginjal dalam waktu tiga bulan atau lebih sebelum ditegakkannya diagnosis. Penyakit ginjal kronik merupakan suatu permasalahan bidang nefrologi yang angka kejadiannya cenderung meningkat dengan etiologi yang bermacam-macam dan sangat kompleks, sering tanpa
18
keluhan maupun gejala klinik pada stadium dini. 1,2
Pada tahun 2010, the Global Burden of Disease study yang merupakan
implementasi dari kolaborasi universitas dengan fakultas kedokteran di berbagai
negara melaporkan angka kematian akibat PGK telah meningkat 82,3% dalam
dua dekade terakhir dan merupakan peningkatan tertinggi ketiga diantara 25
penyebab kematian tersering setelah HIV/AIDS dan diabetes melitus. Angka
kematian lebih tinggi di negara berkembang berhubungan dengan keterbatasan
alat dialisis sebagai salah satu sarana terapi PGK. Diperkirakan 10% populasi
dunia menderita PGK. Survei populasi di Amerika Serikat paling sedikit 6%
populasinya mengidap PGK stadium 1 dan 2 serta sebanyak 4,5% diperkirakan
mengidap PGK stadium 3 dan 4. Sebagian dari kelompok ini akan berlanjut ke
stadium-stadium PGK yang lebih berat dan berujung dengan End Stage Renal
Disease (ESRD). Penyebab tersering PGK di dunia adalah penyakit diabetes
melitus terutama akibat diabetes melitus tipe 2 sedangkan penyebab tersering
pada pasien PGK di Indonesia adalah hipertensi (34%), diabetes melitus (27%),
dan glomeropati primer (14%). 1,2,3,4
Pada tahun 2011, Indonesia Renal Registry (IRR) melaporkan bahwa Jawa
Barat merupakan salah satu daerah dengan jumlah pasien PGK yang paling
banyak. Pasien PGK di Jawa Barat diperkirakan sekitar 3968 pasien sedangkan
di Jakarta 3471 pasien dan Jawa Timur 2004 pasien. Jumlah pasien baru dan
aktif di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dan Rumah Sakit Dustira Cimahi
juga terus meningkat dari tahun 2011-2015. Hal tersebut terjadi seiring dengan
peningkatan prevalensi hipertensi dan penyakit vaskular lainnya pada negara-
negara berkembang. Peningkatan ini dapat terjadi akibat meningkatnya angka
kelebihan berat badan sebagai faktor resiko penyakit vaskular. 1,4
Pada penelitian oleh IRR juga dilaporkan bahwa terjadi peningkatan pasien
yang aktif melakukan terapi hemodialisis di Indonesia pada tahun 2007-2011
dengan diagnosis utama ESRD (84%), gagal ginjal akut (9%) dan gagal ginjal
akut pada gagal ginjal kronik (7%). Data distribusi pasien PGK berdasarkan jenis
kelamin setiap tahunnya menunjukan bahwa banyaknya pasien laki-laki melebihi
wanita dengan presentase usia paling sering 45-54 (27%), 55 sampai 64 tahun
(22%). dan lebih dari 65 tahun (25%) 4,5,6
4
Tanda dan gejala yang ditemukan pada pasien PGK dapat berupa akibat
penurunan fungsi ginjal ataupun komplikasi dari terapi dialisis, gejala tersebut
sering timbul akibat penurunan fungsi ginjal sehingga menyebabkan sindrom
uremik yang ditandai dengan gangguan cairan dan elekrolit, metabolik-endokrin,
neuromuskular, kardiovaskular dan paru, kulit dan kuku, gastrointestinal,
imunologik dan hematologik. Timbulnya sindrom uremik juga merupakan indikasi
umum dilakukannya terapi hemodialisis. Kriteria lainnya sebagai dasar
dilakukannya dialisis adalah hiperkalemia yang tidak berespon terhadap tindakan
konservatif, ekspansi volume ekstrasel presisten meskipun pasien sudah
diberikan diuretik, asidosis yang refrakter terhadap terapi medik, diathesis
perdarahan, dan klirens kreatinin atau perkiraan LFG kurang dari 10 mL per
menit per 1.73m2.1,2
Diagnosis PGK dapat ditegakkan apabila terdapat kelainan struktur dan atau
fungsi ginjal dengan atau tanpa penurunan LFG serta presentasi kelainan
struktur ginjal, meliputi kelainan komposisi darah yaitu ureum dan kreatinin serum
yang meningkat serta pada urin dapat ditandai dengan albuminuria, proteinuria,
haematuria. Selain itu diagnosis PGK dapat ditegakan apabila adanya
penurunan LFG kurang dari 60mL/menit/1.73m2 lebih atau sama dengan tiga
bulan. 1,7
Pasien ESRD setidaknya mengalami paling sedikit satu kelainan kulit dengan
prevalensi 50-100%. Kelainan kulit yang paling sering ditemukan pada pasien
PGK adalah renal pruritus yang ditemukan pada 58 sampai dengan 90% pasien
yang sedang menjalani hemodialisis. Selain itu dapat ditemukan juga xerosis
kutis dengan prevalensi 60-90% yang juga salah satu predisposisi renal pruritus.
Perubahan warna kulit sepeti hiperpigmentasi, kulit kekuningan, dan kulit pucat
diperkirakan terjadi pada 25-70% pasien ESRD. Selain itu kelainan fungsi ginjal
juga menyebabkan terjadinya ekimosis, dan uremic frost. Kelainan kuku yang
paling sering ditemukan pada pasien adalah Lindsay nail’s sebanyak satu pertiga
total pasien ESRD. Prevalensi kelainan kulit dan kuku pada pasien PGK cukup
tinggi dan sering kali mengganggu kualitas tidur pasien dan menyebabkan
depresi sehingga memperburuk kualitas hidup pasien.1,8
Kelainan kulit juga dapat timbul akibat komplikasi akut hemodialisis seperti
reaksi alergi, walaupun reaksi alergi atau hipersensitivitas jarang terjadi pada
pasien hemodialisis namun dapat menjadi penyulit apabila luput dan
18
penangananya tidak tepat. Reaksi anafilaksis akibat hemodialisis juga dapat
terjadi dengan ditandai oleh adanya eritema, flushing, urtikaria dan
angioudem.9,10
Klasifikasi PGK menurut NKF-KDOQI dibagi berdasarkan LFG menjadi lima
stadium dan pasien dinyatakan mengalami gagal ginjal apabila LFG kurang dari
15 mL per menit per 1.73m2 dan hemodialisis merupakan salah satu terapi
utamanya.1,3
Belum adanya penelitian mengenai kelainan kulit dan kuku pada pasien PGK
serta seringnya kelainan kulit dan kuku ditemukan pada pasien PGK maupun
sebagai komplikasi akut hemodialisis maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian kelainan kulit dan kuku pada pasien penyakit ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis di rumah sakit dustira cimahi pada periode september-
desember tahun 2016. Peneliti juga tertarik untuk melakukan penelitian tersebut
karena cenderung meningkatnya angka kejadian PGK di Indonesia khususnya di
Jawa Barat dan di Rumah Sakit Dustira Cimahi. Selain itu RS Dustira merupakan
rumah sakit pendidikan fakultas kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder dengan metode
deskriptif observasional.15 Data primer diambil dengan cara wawancara terpimpin
sedangkan data sekunder diambil deri rekam medik pasien hemodialisis di RS
Dustira Cimahi periode September – Desember tahun 2016. Kriteria inklusi pada
penelitian ini adalah pasien hemodialisis yang menjalani hemodialisis lebih dari 3
bulan, bukan merupakan pasien gagal ginjal akut dan tidak memiliki kelainan kulit
sebelum menjalani hemodialisis. Sampel pada penelitian ini diambil dengan
metode simple random sampling. Penelitian dilaksanakan di RS Dustira Cimahi
pada bulan September 2016 – Desember 2016.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian mengenai kelainan kulit dan kuku pada pasien penyakit ginjal
kronik (PGK) dilakukan di unit hemodialisis di RS Dustira Cimahi pada bulan
September sampai dengan bulan Desember 2016. Penelitian ini diikuti oleh 96
responden yang memenuhi kriteria inklusi dan memenuhi jumlah kebutuhan
responden minimum yang berjumlah 96. Data wawancara terpimpin pada
penelitian ini diolah menggunakan software statistik SPSS sehingga dapat
menunjukkan gambaran kelainan kulit dan kuku pada pasien PGK yang
menjalani hemodialisis di RS Dustira Cimahi periode bulan September sampai
bulan Desember 2016.
Gambaran Karakteristik Pasien Hemodialisis berdasarkan Umur
Tabel 4.1 Gambaran Karakteristik Pasien Hemodialisis Unit Hemodialisis berdasarkan Umur
Umur Jumlah Pasien Presentase (%)
<45 36 37,5%
45-54 25 26%
55-64 26 27,1%
> 65 9 9,4 %
Total 96 100%
Pada penelitian ini responden berdasarkan jenis kelamin didapatkan jumlah
responden dengan usia <45 tahun sebanyak 36 orang (37,5persen), berusia 45-
54 tahun sebanyak 25 orang (26 persen), 55-64 tahun sebanyak 26 orang (27,1
persen) dan berusia lebih dari 65 tahun sebanyak 9 orang (9,4 persen). Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Mariam
Sheikh. Pada penelitian Mariam Seikh pada tahun 2014, kelompok umur yang
paling banyak pada responden adalah 30-39 tahun, diikuti oleh kelompok umur
50-59 tahun, dan 60-69 tahun.Pada tahun 2014, Indonesian Renal Registry (IRR)
melakukan penelitian yang menunjukan data presentase pasien hemodialisis di
Indonesia dengan presentase usia 45-54 sebanyak 25 persen, 55 sampai 64
tahun sebanyak 31 persen, lebih dari 65 tahun sebanyak 31 persen, dan di atas
18
65 tahun sebanyak 13 persen. Pada penelitian Mariam Seikh pada tahun 2014,
kelompok umur yang paling banyak pada responden adalah 30-39 tahun, diikuti
oleh kelompok umur 50-59 tahun, dan 60-69 tahun.3,36
Gambaran Karakteristik Pasien Hemodialisis berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Gambaran Karakteristik Pasien Unit Hemodialisis berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Pasien Presentase (%)
Laki-laki 50 52,1 %
Wanita 46 47,9 %
Total 96 100%
Pada tabel 4.2, didapatkan jumlah responden laki-laki sebanyak 50 orang
(52,1 persen) sedangkan jumlah responden wanita sebanyak 46 orang (47,9
persen). Total seluruh responden berjumlah 96 orang. Hal tersebut sesuai
dengan penelitian IRR pada tahun 2014 yang menunjukan data distribusi pasien
laki-laki jumlahnya lebih banyak dibandingkan pasien wanita. Penelitian berjudul
“Cutaneous Manifestatation of Chronic Renal Failure”, yang dilakukan oleh
Mariram Seikh pada tahun 2014 menunjukan bahwa lebih banyak pasien gagal
ginjal laki-laki. Pada penelitian yang melibatkan 350 responden tersebut terdiri
dari 186 orang laki-laki (53 persen) dan 164 orang wamita(47 persen).3,36
Gambaran Karakteristik Pasien Hemodialisis berdasarkan Etiologi