Top Banner
Kekurangan energi protein (KEP) adalah penyakit atau keadaan klinis yang diakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan energy dan protein, dapat terjadi karena asupan yang kurang atau kebutuhan atau keluaran yang meningkat atau keduanya secara bersama. KEP hamper selalu disertai dengan defisiensi nutrient lain. Sindrom kwasiorkor terjadi manakala defisiensi lebih menampakkan dominasi protein, dan marasmus termanifestasi jika terjadi kekurangan energi yang parah. Kombinasi kedua bentuk ini yaitu marasmik – kwasiorkor, juga tidak sedikit, meskipun sulit menentukan kekurangan apa yang lebih dominan. Secara garis besar penyebab anak kekurangan gizi disebabkan karena asupan makanan yang kurang atau anak sering sakit / terkena infeksi. a) Asupan yang kurang disebabkan oleh banyak faktor antara lain : 1. Tidak tersedianya makanan secara adekuat Tidak tersedinya makanan yang adekuat terkait langsung dengan kondisi sosial ekonomi. Kadang kadang bencana alam, perang, maupun kebijaksanaan politik maupun ekonomi yang memberatkan rakyat akan menyebabkan hal ini. Kemiskinan sangat identik dengan tidak tersedianya makan yang adekuat. Data Indonesia dan negara lain menunjukkan bahwa adanya hubungan timbal balik antara kurang gizi dan kemiskinan. Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk. Proporsi anak malnutrisi berbanding terbalik dengan pendapatan. Makin kecil pendapatan penduduk, makin tinggi persentasi anak yang kekurangan gizi.
24

Kekurangan Energi Protein

Apr 13, 2016

Download

Documents

Gina Annisah

khhk
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kekurangan Energi Protein

Kekurangan energi protein (KEP) adalah penyakit atau keadaan klinis yang

diakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan energy dan protein, dapat terjadi karena asupan

yang kurang atau kebutuhan atau keluaran yang meningkat atau keduanya secara bersama.

KEP hamper selalu disertai dengan defisiensi nutrient lain. Sindrom kwasiorkor terjadi

manakala defisiensi lebih menampakkan dominasi protein, dan marasmus termanifestasi jika

terjadi kekurangan energi yang parah. Kombinasi kedua bentuk ini yaitu marasmik –

kwasiorkor, juga tidak sedikit, meskipun sulit menentukan kekurangan apa yang lebih

dominan. Secara garis besar penyebab anak kekurangan gizi disebabkan karena asupan

makanan yang kurang atau anak sering sakit / terkena infeksi.

a) Asupan yang kurang disebabkan oleh banyak faktor antara lain :

1. Tidak tersedianya makanan secara adekuat

Tidak tersedinya makanan yang adekuat terkait langsung dengan kondisi

sosial ekonomi. Kadang kadang bencana alam, perang, maupun kebijaksanaan

politik maupun ekonomi yang memberatkan rakyat akan menyebabkan hal ini.

Kemiskinan sangat identik dengan tidak tersedianya makan yang adekuat. Data

Indonesia dan negara lain menunjukkan bahwa adanya hubungan timbal balik

antara kurang gizi dan kemiskinan. Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau

akar masalah gizi buruk. Proporsi anak malnutrisi berbanding terbalik dengan

pendapatan. Makin kecil pendapatan penduduk, makin tinggi persentasi anak yang

kekurangan gizi.

2. Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang

Makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu, dan sesudahusia 6

bulan anak tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)yang tepat, baik

jumlah dan kualitasnya akan berkonsekuensi terhadapstatus gizi bayi. MP-ASI

yang baik tidak hanya cukup mengandung energy dan protein, tetapi juga

mengandung zat besi, vitamin A, asam folat,vitamin B serta vitamin dan mineral

lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik dapat disiapkan sendiri di rumah. Pada

keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah seringkali

anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan

gizi balita karena ketidaktahuan.

3. Pola makan yang salah

Suatu studi "positive deviance" mempelajari mengapa dari sekianbanyak bayi

dan balita di suatu desa miskin hanya sebagian kecil yang giziburuk, padahal

Page 2: Kekurangan Energi Protein

orang tua mereka semuanya petani miskin. Dari studi inidiketahui pola

pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk.

Anak yang diasuh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagiibunya

berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI, manfaat posyandudan kebersihan,

meskipun sama-sama miskin, ternyata anaknya lebihsehat.Unsur pendidikan

perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhananak.Sebaliknya sebagian anak

yang gizi buruk ternyata diasuh olehnenek atau pengasuh yang juga miskin dan

tidak berpendidikan.Banyaknya perempuan yang meninggalkan desa untuk

mencari kerja dikota bahkan menjadi TKI, kemungkinan juga dapat menyebabkan

anakmenderita gizi buruk.

Kebiasaan, mitos ataupun kepercayaan atau adat istiadat masyarakattertentu

yang tidak benar dalam pemberian makan akan sangat merugikananak. Misalnya

kebiasaan memberi minum bayi hanya dengan air putih,memberikan makanan

padat terlalu dini, berpantang pada makanan tertentu( misalnya tidak memberikan

anak anak daging, telur, santan dll) , hal inimenghilangkan kesempatan anak untuk

mendapat asupan lemak, proteinmaupun kalori yang cukup.

b. Sering sakit (frequent infection)

Menjadi penyebab terpenting kedua kekurangan gizi, apalagi di negara-negara

terbelakang dan yang sedang berkembang seperti Indonesia, dimanakesadaran akan

kebersihan / personal hygine yang masih kurang, serta ancamanendemisitas penyakit

tertentu, khususnya infeksi kronik seperti misalnyatuberkulosis (TBC) masih sangat

tinggi. Kaitan infeksi dan kurang gizi sepertilayaknya lingkaran setan yang sukar

diputuskan, karena keduanya saling terkaitdan saling memperberat. Kondisi infeksi

kronik akan meyebabkan kurang gizi dankondisi malnutrisi sendiri akan memberikan

dampak buruk pada system pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi.

Page 3: Kekurangan Energi Protein

Penentuan prevalensi KEP diperlukan klasifikasi menurut derajat beratnya KEP, klasifikasi

demikian yang sering dipakai adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan proses terjadinya dapat dibedakan menjadi  :

KEP Primer : bila terjadinya akibat tidak tersedianya zat gizi/bahan makanan.

KEP Sekunder : bila terjadinya karena adanya kelainan/menderita penyakit.

2. Berdasarkan jenisnya, ada tiga tipe KEP, diantaranya adalah :

a. Marasmus (Defisiensi Kalori)

Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan

karbohidrat.7Malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan

tidak cukup atau hygine jelek.Sinonim marasmus ditetapkan pada pola

penyakit klinis yang menekankan satu atau lebih tanda defisiensi protein dan

kalori.Gambaran klinis marasmus berasal dari masukan kalori yang tidak

cukup karena diet yang tidak cukup, karena kebiasaan makan yang tidak tepat

seperti mereka yang hubungan orangtua-anak terganggu, atau karena kelainan

metabolik atau malformasi kongenital.Gangguan berat setiap sistem tubuh

dapat mengakibatkan malnutrisi.Pada awalnya, terjadi kegagalan menaikkan

berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,

Page 4: Kekurangan Energi Protein

dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar

karena lemak subkutan hilang.

Lemak pada daerah pipih adalah bagian terakhir yang hilang sehingga

untuk beberapa waktu muka bayi tampak relative normal sampai nantinya

menyusut dan berkeriput.Abdomen dapat kembung atau datar dan gambaran

usus dapat dengan mudah dilihat.Terjadi atrofi otot dengan akibat

hipotoni.Suhu biasanya subnormal, nadi mungkin lambat, dan angka

metabolism basal cenderung menurun.Mula-mula bayi mungkin rewel, tetapi

kemudian menjadi lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi,

tetapi dapat muncul diare dengan buang air besar sering, tinja berisi mucus

dan sedikit.

Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak

terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit),

rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan

(sering diare), pembesaran hati dan sebagainya.Anak tampak sering rewel dan

banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar.

Ciri dari marasmus antara lain:

- Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang terbungkus kulit

- Wajah seperti orang tua (Old Man Face)

- Cengeng, rewel

- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada

(pakai celana longgar-baggy pants)

- Perut umumnya cekung

- Iga gambang

- Sering disertaipenyakit infeksi umumnya kronis berulang dan diare

Page 5: Kekurangan Energi Protein

Gambar .Gambaran anak dengan Marasmus

b. Kwashiorkor (Defisiensi Protein)

Anak harus mengkonsumsi cukup makanan nitrogen untuk

mempertahankan keseimbangan positif (karena sedang dalam masa

pertumbuhan). Walaupun defisiensi kalori dan nutrient lain mempersulit

gambaran klinik dan kimia, gejala utama malnutrisi protein disebabkan karena

masukan protein tidak cukup bernilai biologis baik.Dapat juga karena

penyerapan protein terganggu, seperti pada diare kronis, kehilangan protein

abnormal seperti pada proteinuria atau nefrosis, infeksi, perdarahan atau luka

bakar, dan gagal mensistensis protein seperti pada penyakit hati kronis.

Kwashiorkor merupakan sindroma klinis akibat dari malnutri protein berat

(MEP berat) dan masukan kalori tidak cukup.Dari kekurangan masukan atau

dari kehilangan yang berlebihan atau kenaikan angka metabolik yang

disebabkan oleh infeksi kronis, akibat defisiensi vitamindan mineral dapat

turut menimbulkan tanda-tanda dan gejala-gejala tersebut.Bentuk malnutrisi

yang paling serius dan paling menonjol di dunia saat ini terutama yang berada

didaerah industri belum berkembang. Kwashiorkor berarti “anak

tersingkirkan”, yaitu anak yang tidak lagi menghisap, dapat menjadi jelas

sejak masa bayi awal sampai sekitar usia 5 tahun, biasanya sesudah menyapih

dari ASI. Walaupun penambahan tinggi dan berat badan dipercepat dengan

pengobatan, ukuran ini tidak pernah sama dengan tinggi dan berat badan anak

normal.Ciri dari Kwashiorkor antara lain:

Page 6: Kekurangan Energi Protein

- Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum

pedis).

- Wajah membulat dan sembab (Moon Face).

- Pandangan mata sayu.

- Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut

tanpa sakit, rontok.

- Perubahan status mental, seperti apatis dan rewel.

- Pembesaran hati (Hepatomegaly).

- Otot mengecil (Hipotrofi).

- Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna

menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis).

- Sering disertai penyakit infeksi umumnya akut, anemia, dan diare.

Gambar .Gambaran anak dengan Kwashiorkor

c. Marasmik-Kwashiorkor (Campuran)

Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik

kwashiorkor dan marasmus.Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung

protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita

demikian disamping menurunnya berat badan < 60% dari normal

memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut,

kelainan kulit, sedangkan kelainan biokimiawi terlihat pula.

Page 7: Kekurangan Energi Protein

Gambar .Gambaran anak dengan Marasmus-Kwashiorkor

3. Klasifikasi menurut Gomez (1956)

Table1. Klasifikasi Gomez

Klasifikasi tersebut didasarkan atas berat badan individu dibandingkan dengan berat

badan yang diharapkan pada anak sehat seumur. Sebagai baku patokan dipakai

persentil 50 baku Harvard.

4. Modifikasi yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan R.I.

Page 8: Kekurangan Energi Protein

Table 2. Modifikasi RI

5. Klasifikasi kualitatif menurut Welcome Trust (FAO/WHO Exp. Comm.1997)

Table 3. Klasifikasi Welcome Trust

Cara Wellcome Trust dapat dipraktekkan dengan mudah, tidak diperlukan penentuan

gejala klinis maupun laboratoris, dan dapat dilakukan oleh tenaga para medis setelah

diberi latihan seperlunya. Untuk survei lapangan guna menentukan prevalensi tipe-

tipe KEP banyak gunanya. Akan tetapi jika cara Wellcome Trust diterapkan pada

penderita yang sudah beberapa hari dirawat dan dapat pengobatan diet, maka

adakalanya dapat dibuat diagnosa yang salah.

6. Klasifikasi kualitatif menurut McLaren, dkk (1967)

Tabel 4. Klasifikasi mc Laren

Page 9: Kekurangan Energi Protein

Penentuan tipe didasarkan atas jumlah angka yang dapat dikumpulkan dari tiap

penderita:

0 – 3 angka = marasmus

4 – 8 angka = kwashiorkor marasmik

9 – 15 angka = kwashiorkor

Cara demikian mengurangi kesalahan-kesalahan jika dibandingkan dengan cara

Wellcome Trust, akan tetapi harus dilakukan oleh seorang dokter dengan bantuan

laboratorium.

7. Klasifikasi Waterlow

Table 5. Klasifikasi Waterlow

Waterlow membedakan antara penyakit KEP yang terjadi akut dan menahun. Beliau

berpendapat, bahwa defisit berat terhadap tinggi mencerminkan gangguan gizi yang

akut dan menyebabkan keadaan wasting (kurus-kering), sedangkan deficit tinggi

menurut umur merupakan akibat kekurangan gizi yang berlangsung sangat lama.

Akibat yang disebut belakangan ini mengganggu melajunya tinggi badan, hingga anak

menjadi pendek (stunting) untuk umurnya. Waterlow membagi keadaan wasting

maupun stunting dalam 3 kategori.

DIAGNOSIS

KWASHIORKOR

Definisi

Kwashiorkor adalah sindrom klinis yang diakibatkan dari defisiensi

protein berat dan asupan kalori yang tidak adekuat.Dari kekurangan masukan

Page 10: Kekurangan Energi Protein

atau dari kehilangan yang berlebihan atau kenaikan angka metabolik yang

disebabkan oleh infeksi kronik, akibat defisiensi vitamin dan mineral dapat

turut menimbulkan tanda-tanda dan gejala-gejala tersebut. Kwashiorkor berarti

“anak tersingkirkan”, yaitu anak yang tidak lagi menghisap, dapat menjadi

jelas sejak masa bayi awal sampai sekitar usia 5 tahun, biasanya sudah

menyapih dari ASI. Walaupun pertambahan tinggi dan berat dipercepat

dengan pengobatan, ukuran ini tidak pernah sama dengan tinggi dan berat

badan anak yang secara tetap bergizi baik

Etiologi

Etiologi dari kwashiorkor adalah

- Kekurangan intake protein

- Gangguan penyerapan protein pada diare kronik

- Kehilangan protein secara berlebihan seperti pada proteinuria dan

infeksi kronik

- Gangguan sintesis protein seperti pada penyakit hati kronis.

Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang

berlangsung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut antara lain :

1) Pola makan

Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk

tumbuh dan berkembang.Meskipun intake makanan mengandung kalori

yang cukup, tidak semua makanan mengandung protein / asam amino yang

memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari

ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI

protein dari sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dll) sangatlah

dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi

anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa

peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.

2) Faktor social

Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan

sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk

menggunakan makanan tertentu dan sudah berlangsung turun temurun

dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.

3) Faktor ekonomi

Page 11: Kekurangan Energi Protein

Kemiskinan keluarga / penghasilan yang rendah yang tidak dapat

memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak

terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan

proteinnya.

4) Faktor infeksi dan penyakit lain

Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan

infeksi.Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan

sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan

imunitas tubuh terhadap infeksi. Seperti gejala malnutrisi protein

disebabkan oleh gangguan penyerapan protein, misalnya yang dijumpai

pada keadaan diare kronis, kehilangan protein secara tidak normal pada

proteinuria (nefrosis), infeksi saluran pencernaan, serta kegagalan

mensintesis protein akibat penyakit hati yang kronis.

Patofisiologi

MEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam

makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG),

dan biasanya juga diserta adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya.

Disebut malnutrisi primer bila kejadian MEP akibat kekurangan asupan

nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi,

pendidikan serta rendahnya pengetahuan di bidang gizi. Malnutrisi

sekunder bila kondisi masalah nutrisi seperti di atas disebabkan karena

adanya penyakit utama, seperti kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun

kelainan pencernaan dan metabolik, yang mengakibatkan kebutuhan

nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun dan/ meningkatnya

kehilangan nutrisi. Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan

mobilisasi berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi

penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat

kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses katabolik.

Kalau terjadi stress katabolik (infeksi) maka kebutuhan protein akan

meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relatif,

kalau kondisi ini terjadi pada saat status gizi masih di atas -3 SD (-2SD- -

3SD), maka terjadilah kwashiorkor (malnutrisi akut /”decompensated

malnutrition”). Pada kondisi ini penting peranan radikal bebas dan anti

oksidan. Bila stres katabolik ini terjadi pada saat status gizi di bawah -3

Page 12: Kekurangan Energi Protein

SD, maka akan terjadilah marasmik-kwashiorkor. Kalau kondisi

kekurangan ini terus dapat teradaptasi sampai di bawah -3 SD maka akan

terjadilah marasmik (malnutrisi kronik / compensated malnutrition).

Dengan demikian pada MEP dapat terjadi: gangguan pertumbuhan, atrofi

otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan hemoglobin, penurunan

sistem kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesis enzim.

Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang

sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah

kalori dalam dietnya.Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik

dan perubahan sel yang disebabkan edema dan perlemakan hati. Karena

kekurangan protein dalam diet akan terjadi kekurangan berbagai asam

amino dalam serum yang jumlahnya yang sudah kurang tersebut akan

disalurkan ke jaringan otot, makin kurangnya asam amino dalam serum ini

akan menyebabkan kekurangan tekanan onkotik dan peningkatan tekanan

hidrostatik. Ini akan menyebabkan cairan dalam vaskular berpindah

ruangan ke ruang interstisial yang kemudian berakibat timbulnya edema

dan ascites. Edema juga terjadi karena hormonal akibat dari gangguan

eliminasi ADH. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan

beta liprotein, sehingga transport lemak dari hati terganggu dengan akibat

terjadinya penimbunan lemak dalam hati.3,7

Karena terjadi kekurangan protein dalam serum akan menyebabkan kurangnya

produksi albumin oleh hepar.Sehingga kekurangan protein pada hati menyebabkan

Page 13: Kekurangan Energi Protein

infiltrasi glikogen dan trigliserida.Kekurangan energi pada hati juga bisa

menyebabkan infiltrasi glikogen dan trigliserida dan atrofi hati. Kedua-dua ini akan

menyebabkan hepatomegali.

Karena terjadi hipoproteinemia menyebabkan kekurangan produksi

eritropoietin.Produksi eritrosit berkurang. Hipoproteinemia juga bisa menyebabkan

stem sel tidak berkembang, sehingga akan mengakibatkan anemia.

Kekurangan protein juga bisa menyebabkan edema saluran nafas dan

meningkatkan sekresi bronkus dan menimbulkan gejala sesak napas, takipnue,

sianosis dan ronki basah halus.

Kekurangan protein juga dapat menyebabkan miodegenerasi yang dapat

mengurangi kontraksi jantung. Ini menyebabkan cardiac output menurun dan akan

menyebabkan hipotensi dan penurunan oksigen arterial. Ini akan menimbulkan

hipoksia yang dapat dilihat pada sianosis pada anak ini.

Kekurangan protein dapat menyebabkan atrofi mukosa.Malnutrisi energi

protein dapat mengakibatkan terjadi atrofi glomerulus sehingga GFR menurun.

Massa otot berkurang karena kurangnya protein.Protein juga dibakar untuk

dijadikan kalori demi penyelamatan hidup.

Pada penderita kwashiorkor terdapat kelainan pada rambut yaitu rambut

mudah tercabut, rambut tampak kusam, kering dan berubah warna menjadi

putih.Rambut yang mudah dicabut terjadi karena kurangnya protein menyebabkan

degenerasi pada rambuut dan kutikula yang rusak. Rambut terdiri dari keratin

(senyawa protein) sehingga kurangnya protein akan menyebabkan kelainan pada

rambut.

Pada penderita kwashiorkor mudah terkena infeksi karena sistem imun yang

lemah, karena terjadi gangguan pembentukan antibodi akibatnya terjadi defek

umunitas seluler dan gangguan sistem komplime yang disebabkan karena

kekurangnya protein.

Protein mempunyai fungsi penting dalam membangun dan memelihara sel

jaringan tubuh.Protein juga merupakan prekusor untuk neurotransmitter yang

mendukung perkembangan otak, sehingga pada kwashiorkor terjadi gangguan

perkembangan otak yang menyebabkan perubahan mental pada anak.

Manifestasi Klinis

Page 14: Kekurangan Energi Protein

Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan malnutrisi energi

protein kwashiorkor, antara lain :7,8

1. Wujud Umum

Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi pada

ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita ada

tanda moon face dari akibat terjadinya edema. Penampilan anak kwashiorkor

seperti anak gemuk (sugar baby).

2. Retardasi Pertumbuhan

Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu.Selain berat badan, tinggi

badan juga kurang dibandingkan dengan anak sehat.

3. Perubahan Mental

Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel.Pada stadium

lanjut bisa menjadi apatis.Kesadarannya juga bisa menurun, dan anak menjadi

pasif.Perubahan mental bisa menjadi tanda anak mengalami dehidrasi.Gizi buruk

dapat mempengaruhi perkembangan mental anak.

4. Edema

Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat.Edemanya

bersifat pitting.

5. Kelainan Rambut

Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture), maupun

warnanya.Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah

tercabut tanpa rasa sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak kusam,

halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih. Sering bulu mata menjadi panjang.

6. Kelainan Kulit

Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih

mendalam dan lebar.Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit karena

habisnya cadangan energi maupun protein.Pada sebagian besar penderita dtemukan

perubahan kulit yang khas untuk penyakit kwashiorkor, yaitu crazy pavement dermatosis

yang merupakan bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada

bagian tubuh yang sering mendapat tekanan.Terutama bila tekanan itu terus-menerus dan

disertai kelembapan oleh keringat atau ekskreta, seperti pada bokong, fosa poplitea, lutut,

buku kaki, paha, lipat paha, dan sebagainya.Perubahan kulit demikian dimulai dengan

Page 15: Kekurangan Energi Protein

bercak-bercak kecil merah yang dalam waktu singkat bertambah dan berpadu untuk

menjadi hitam.Pada suatu saat mengelupas dan memperlihatkan bagian-bagian yang tidak

mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih hitam oleh

hiperpigmentasi.Kurangnya nicotinamide dan tryptophan menyebabkan gampang terjadi

radang pada kulit.

7. Kelainan Gigi dan Tulang

Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis, dan

hambatan pertumbuhan.Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.

8. Kelainan Hati

Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang hampir

semua sela hati mengandung vakuol lemak besar.Sering juga ditemukan tanda fibrosis,

nekrosis, dan infiltrasi sel mononukleus.Perlemakan hati terjadi akibat defisiensi faktor

lipotropik.

9. Kelainan Darah dan Sumsum Tulang

Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor.Bila disertai penyakit

lain, terutama infestasi parasit (ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat dijumpai anemia

berat. Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang penting untuk pembentukan

darah seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat, B6).Kelainan dari pembentukan

darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang disebabkan defisiensi protein dan infeksi

menahun.Defisiensi protein juga menyebabkan gangguan pembentukan sistem kekebalan

tubuh.Akibatnya terjadi defek umunitas seluler, dan gangguan sistem komplimen.

Page 16: Kekurangan Energi Protein

10. Kelainan Pankreas dan Kelenjar Lain

Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva dan usus

halus terjadi perlemakan. Pada pankreas terjadi atrofi sel asinus sehingga menurunkan

produksi enzim pankreas terutama lipase.

11. Kelainan Jantung

Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan

hipokalemi dan hipomagnesemia.

12. Kelainan Gastrointestinal

Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting.Anoreksia kadang-kadang

demikian hebatnya, sehingga segala pemberian makanan ditolak dan makanan hanya dapat

diberikan dengan sonde lambung.Diare terdapat pada sebagian besar penderita.Hal ini

terjadi karena 3 masalah utama yaitu berupa infeksi atau infestasi usus, intoleransi laktosa,

dan malabsorbsi lemak.Intoleransi laktosa disebabkan defisiensi laktase.Malabsorbsi

lemak terjadi akibat defisiensi garam empedu, konjugasi hati, defisiensi lipase pankreas,

dan atrofi villi mukosa usus halus.Pada anak dengan gizi buruk dapat terjadi defisiensi

enzim disakaridase.

13. Atrofi Otot

Massa otot berkurang karena kurangnya protein.Protein juga dibakar untuk dijadikan

kalori demi penyelamatan hidup.

14. Kelainan Ginjal

Malnutrisi energi protein dapat mengakibatkan terjadi atrofi glomerulus sehingga

GFR menurun.

.