1 Kekuatan Mengikat Surat Pesanan Satuan Rumah Susun Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) (Studi Kasus Putusan Nomor 51/PDT.G/2015/PN.JKT.SEL) Wita Jesiska, Abdul Salam, Marliesa Qadariani Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok 16424, Indonesia E-mail: [email protected]Abstrak Maraknya pemasaran satuan rumah susun yang masih belum dibangun atau masih dalam tahap pembangunan terutama yang belum mencapai keterbangunan minimal 20% menjadikan terhambatnya proses pemasaran satuan rumah susun melalui Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB). Surat Pesanan Satuan Rumah Susun dapat dijadikan alternatif atau jalan keluar yang melindungi posisi calon pembeli yang telah melakukan pembayaran terhadap satuan rumah susun yang dipasarkan namun belum dapat melaksanakan PPJB. Surat Pesanan Satuan Rumah Susun merupakan suatu perjanjian innominaat yang klausula-klausulanya telah dibakukan oleh pelaku pembangunan yang mengikat pelaku pembangunan dan calon pembeli untuk melaksanakan PPJB. Prose jual beli satuan rumah susun berdasarkan pemasaran melalui Surat Pesanan dan PPJB belum mengalihkan hak kepemilikan satuan rumah susun dari pelaku pembangunan kepada calon pembeli. Surat Pesanan Satuan Rumah Susun yang dilakukan antara Sdr. Ike Farida selaku calon pembeli dan PT. Elite Prima Hutama selaku pelaku pembangunan adalah sah dan mengikat. Dengan demikian, PT. Elite Prima Hutama telah wanprestasi dengan tidak melaksanakan PPJB sebagaimana yang diperjanjikan dalam Surat Pesanan Satuan Rumah Susun tersebut. The Legal Binding of Apartment Purchase Order Letter on The Implementation of Sale and Purchase Agreement (Case Study of South Jakarta State Court Number 51/PDT.G/2015/PN. JKT. SEL) Abstract Proliferative marketing of the un-built or under construction condominium which has not reached at least 20% of construction delays the implementation of making the Preliminary Sale and Purchase Agreement. To overcome that condition, the Purchase Order Letter can be used as an alternative or solution that protects the position of potential buyers who have made the payment of the condominium but has not been able to implement the Preliminary Sale and Purchase Agreement. Purchase Order Letter of Condominium units is an innominate agreement where the terms and conditions of the agreement are set by one of the parties and the other party has little or no ability to negotiate the terms and conditions, both parties are bound to implement the Preliminary Sale and Purchase Agreement. The implementation process of buying and selling of Condominium Units through Purchase Order Letter and Preliminary Sale and Purchase Agreement have not transferred the Condominium Units ownership rights of the developer to the potential buyer. The Purchase Order Letter between Ike Farida and PT. Elite Prima Hutama is valid and binding, so PT. Elite Prima Hutama has been in default or breach of contract by not implementing the Preliminary Sale and Purchase Agreement as agreed in the Purchase Order Letter. Keyword: Breach of Contract, Condominium, Preliminary Sale and Purchase Agreement, Purchase Order Letter. Kekuatan Mengikat ..., Wita Jesiska, FH UI, 2017
18
Embed
Kekuatan Mengikat Surat Pesanan Satuan Rumah Susun ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
Kekuatan Mengikat Surat Pesanan Satuan Rumah Susun Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) (Studi Kasus Putusan
Nomor 51/PDT.G/2015/PN.JKT.SEL)
Wita Jesiska, Abdul Salam, Marliesa Qadariani
Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok 16424, Indonesia
Maraknya pemasaran satuan rumah susun yang masih belum dibangun atau masih dalam tahap pembangunan terutama yang belum mencapai keterbangunan minimal 20% menjadikan terhambatnya proses pemasaran satuan rumah susun melalui Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB). Surat Pesanan Satuan Rumah Susun dapat dijadikan alternatif atau jalan keluar yang melindungi posisi calon pembeli yang telah melakukan pembayaran terhadap satuan rumah susun yang dipasarkan namun belum dapat melaksanakan PPJB. Surat Pesanan Satuan Rumah Susun merupakan suatu perjanjian innominaat yang klausula-klausulanya telah dibakukan oleh pelaku pembangunan yang mengikat pelaku pembangunan dan calon pembeli untuk melaksanakan PPJB. Prose jual beli satuan rumah susun berdasarkan pemasaran melalui Surat Pesanan dan PPJB belum mengalihkan hak kepemilikan satuan rumah susun dari pelaku pembangunan kepada calon pembeli. Surat Pesanan Satuan Rumah Susun yang dilakukan antara Sdr. Ike Farida selaku calon pembeli dan PT. Elite Prima Hutama selaku pelaku pembangunan adalah sah dan mengikat. Dengan demikian, PT. Elite Prima Hutama telah wanprestasi dengan tidak melaksanakan PPJB sebagaimana yang diperjanjikan dalam Surat Pesanan Satuan Rumah Susun tersebut.
The Legal Binding of Apartment Purchase Order Letter on The Implementation of Sale and Purchase Agreement (Case Study of South Jakarta State Court Number
51/PDT.G/2015/PN. JKT. SEL)
Abstract
Proliferative marketing of the un-built or under construction condominium which has not reached at least 20% of construction delays the implementation of making the Preliminary Sale and Purchase Agreement. To overcome that condition, the Purchase Order Letter can be used as an alternative or solution that protects the position of potential buyers who have made the payment of the condominium but has not been able to implement the Preliminary Sale and Purchase Agreement. Purchase Order Letter of Condominium units is an innominate agreement where the terms and conditions of the agreement are set by one of the parties and the other party has little or no ability to negotiate the terms and conditions, both parties are bound to implement the Preliminary Sale and Purchase Agreement. The implementation process of buying and selling of Condominium Units through Purchase Order Letter and Preliminary Sale and Purchase Agreement have not transferred the Condominium Units ownership rights of the developer to the potential buyer. The Purchase Order Letter between Ike Farida and PT. Elite Prima Hutama is valid and binding, so PT. Elite Prima Hutama has been in default or breach of contract by not implementing the Preliminary Sale and Purchase Agreement as agreed in the Purchase Order Letter.
Keyword: Breach of Contract, Condominium, Preliminary Sale and Purchase Agreement, Purchase Order Letter.
Kekuatan Mengikat ..., Wita Jesiska, FH UI, 2017
2
Pendahuluan
Mengingat maraknya pemasaran satuan rumah susun yang masih belum dibangun atau
masih dalam tahap pembangunan yang belum mencapai keterbangunan paling sedikit 20% (dua
puluh persen) menjadikan belum dapat dilakukannya Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) oleh
pelaku pembangunan rumah susun dan calon pembeli sebagaimana yang diatur dalam Undang-
Undang No. 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun. Salah satu jalan yang ditempuh dalam
melaksanakan pemasaran tersebut adalah melalui pemesanan yang dituangkan dalam bentuk
Surat Pesanan. Surat Pesanan ini penting dalam berperan sebagai jalan keluar yang melindungi
posisi calon pembeli yang rawan mengalami kerugian sebab telah melakukan pembayaran
terhadap satuan rumah susun/unit apartemen namun belum memiliki hubungan hukum
berdasarkan PPJB dengan pelaku pembangunan rumah susun.
Semakin berkembangnya jumlah penduduk di dunia menyebabkan semakin kompleks
kebutuhan hidup masyarakat dunia tidak terkecuali masyarakat Indonesia. Kebutuhan hidup yang
semakin kompleks tersebut didominasi oleh meningkatnya kebutuhan akan tempat tinggal seperti
perumahan dan pemukiman. Terkait dengan usaha pemenuhan kebutuhan masyarakat yang
semakin meningkat terhadap perumahan dan pemukiman secara langsung juga berkaitan terhadap
ketersediaan jumlah lahan atau tanah. Namun pada kenyataannya, tingginya kebutuhan hidup
masyarakat akan tempat tinggal tidaklah sebanding dengan ketersediaan jumlah tanah yang
menjadi tempat didirikannya perumahan dan pemukiman terutama di daerah-daerah yang
berpenduduk padat.
Salah satu alternatif dalam memecahkan permasalahan kebutuhan perumahan dan
pemukiman terutama di daerah yang berpenduduk padat yakni perkotaan adalah pembangunan
komplek hunian dan permukiman secara vertikal dalam bentuk rumah susun atau apartemen.
Sebagai alternatif pemukiman dan penghunian maka sistem rumah susun atau apartemen tersebut
haruslah memiliki ketentuan hukum tersendiri yang khusus mengatur mengenai rumah susun,
ketentuan hukum mengenai rumah susun diatur oleh Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang
Rumah Susun. Selain itu, ketentuan hukum mengenai rumah susun juga diatur oleh Undang-
Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Peraturan Pemerintah
No. 4 Tahun 1988 Tentang Rumah Susun, Keputusan Menteri Perumahan Rakyat (Kepmenpera)
No. 11/KPTS/1994 Tentang Pedoman Perikatan Jual Beli Rumah Susun.
Kekuatan Mengikat ..., Wita Jesiska, FH UI, 2017
3
Terlepas dari fungsinya sebagai jalan keluar alternatif dalam mengatasi permasalahan
penghunian dan permukiman, pembangunan rumah susun tidak jarang juga menimbulkan
permasalahan-permasalahan yang berujung pada sengketa- sengketa antara pelaku pembangunan
dengan pembeli unit rumah susun. Permasalahan yang paling sering terjadi adalah permasalahan
yang berkaitan dengan proses pelaksanaan jual beli satuan rumah susun. Hal ini tidak lain dipicu
oleh kebiasaan-kebiasaan pelaku pembangunan memasarkan rumah susun yang belum dibangun
atau masih dalam tahap pembangunan.
Pemasaran pelaku pembangunan terhadap rumah susun yang belum dibangun atau masih
dalam tahap pembangunan itu menyebabkan terhambatnya pelaksanaan jual beli satuan tumah
susun mengingat adanya pemilikan bersama atas tanah maka pelaksanaan jual beli rumah susun
juga harus mengikuti konsep jual beli tanah. Konsep jual beli tanah menurut Undang- Undang
No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) tidak terlepas dari
konsep jual beli tanah menurut hukum adat yaitu harus bersifat terang dan tunai.
Terang berarti perbuatan hukum jual beli tersebut dilaksanakan di hadapan Kepala Adat
atau Kepala Desa atau sekarang dihadapan PPAT yang berwenang. Tunai berarti adanya dua
perbuatan yang dilaksanakan secara bersamaan yaitu pemindahan hak atas tanah yang menjadi
objek jual beli dari penjual kepada pembeli dan pembayaran harga dari pembeli kepada penjual
secara serentak dan bersamaan.1 Selain itu, mengingat pemilikan satuan rumah susun juga
meliputi pemilikan bersama atas tanah maka pemilik satuan rumah susun juga harus memenuhi
persyaratan sebagai pemegang hak atas tanah sebagaimana yang diatur dalam UUPA.
Dalam hal belum selesai dibangunnya rumah susun, maka pelaku pembangunan belum
dapat melaksanakan penjualan unit rumah susun melalui Akta Jual Beli (AJB) melainkan
pemasaran satuan rumah susun melalui Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 43 ayat (1) Undang- Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Untuk melaksanakan PPJB tersebut maka harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan Pasal 43 ayat (2) Undang- Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Adapun proses jual beli satuan rumah susun melalui PPJB itu sebagai akibat dari belum
terpenuhinya semua syarat terhadap pembuatan AJB misalnya pembangunan rumah susun yang
belum selesai sebab belum terbitnya sertifikat laik fungsi dan Sertifikat Hak Milik Satuan Rumah
Susun atau SKBG sarusun. PPJB baru dapat dilaksanakan setelah dipenuhinya persyaratan yang
1 Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, ed.1, cet. 13, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013), hlm. 190.
Kekuatan Mengikat ..., Wita Jesiska, FH UI, 2017
4
ditentukan Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun yakni salah satunya adalah
keterbangunan minimal 20%.
Tindakan pelaku pembangunan yang telah memasarkan satuan rumah susun sebelum
rumah susun dibangun atau belum memenuhi keterbangunan minimal 20% menyebabkan posisi
calon pembeli rawan mengalami kerugian sebab PPJB belum dapat dilaksanakan padahal calon
pembeli yang telah melakukan pembayaran. Untuk mengatasi hal tersebut, Surat Pesanan Satuan
Rumah Susun dapat menjadi jalan keluar untuk memasarkan satuan rumah susun yang belum
dibangun dan belum memenuhi keterbangunan minimal 20%. Dengan demikian, Surat Pesanan
memiliki andil yang kuat dalam pelaksanaan PPJB satuan rumah susun tersebut
Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini memiliki pokok permasalahan: 1) Bagaimana
kekuatan mengikat Surat Pesanan Satuan Rumah Susun terhadap pelaksanaan PPJB? 2)
Bagaimana status kepemilikan satuan rumah susun dalam proses jual beli melalui Surat Pesanan
dan PPJB? 3) Bagaimana kekuatan mengikat surat pesanan yang dilakukan para pihak dalam
kasus berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri No. 51/PDT.G/2015/PN. Jkt Sel. antara Sdr. Ike
Farida yang menggugat PT Elite Prima Hutama atas dasar tindakan wanprestasi surat pesanan
satuan rumah susun/apartemen?
Tinjauan Teoritis
Pelaksanaan proses jual beli satuan rumah baru dapat dilanjutkan dengan PPJB setelah
dipenuhinya persyaratan yang disebutkan dalam Pasal 43 ayat (2) Undang-Undang No. 20 Tahun
2011 Tentang Rumah Susun. Untuk mengatasi hal tersebut, Surat Pesanan Satuan Rumah Susun
dapat dijadikan jalan keluar atau alternatif bagi pemasaran rumah susun yang belum dibangun
dan rumah susun yang belum memenuhi keterbangunan minimal 20% (dua puluh persen).
Kaidah hukum Surat Pesanan Satuan Rumah Susun berpedoman pada Kepmenpera Nomor
11/KPTS/1994 telah diatur bahwa pada hari pemesanan maka pihak pemesan menerima dan
menandatangani surat pesanan yang harus berisikan hal-hal yang telah ditentukan seperti
spesifikasi dari satuan rumah susun yang dipesan serta dilampiri dengan gambar yang
menunjukaan letak pasti satuan rumah susun. Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari kalender setelah menandatangani surat pesanan, pemesan dan perusahaan
pembangunan harus melaksanakan PPJB atas satuan rumah susun. Dengan demikian Surat
Pesanan Satuan Rumah Susun menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk melaksanakan
Kekuatan Mengikat ..., Wita Jesiska, FH UI, 2017
5
PPJB sebagaimana yang diatur dalam Kepmenpera Nomor 11/KPTS/1994 tentang Pedoman
Perikatan Jual Beli Satuan Rumah Susun.
Surat Pesanan Satuan Rumah Susun merupakan perjanjian innominaat yang lahir sebagai
akibat dari sistem pengaturan terbuka dan asas kebebasan berkontrak dari hukum perjanjian yaitu
berdasarkan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang berbunyi : “Semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” yang berarti bahwa
setiap orang dapat secara bebas untuk mengadakan perjanjian baik yang sudah diatur maupun
belum diatur dalam undang-undang sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang,
ketertiban umum dan kesusilaan.
Surat Pesanan Satuan Rumah Susun dapat dikategorikan sebagai perjanjian innominaat.
Dimana Surat Pesanan Satuan Rumah Susun telah memenuhi unsur-unsur yang terkandung
dalam suatu perjanjian innominaat, yakni sebagai berikut :
1. Adanya Kaidah Hukum
Kaidah Hukum dari Surat Pesanan Satuan Rumah Susun itu sifatnya tertulis sebab
berdasarkan pada Kepmenpera Nomor 11/KPTS/1994 telah diatur bahwa pada hari
pemesanan maka pihak pemesan menerima dan menandatangani surat pesanan yang
harus berisikan hal-hal yang telah ditentukan seperti spesifikasi dari satuan rumah
susun yang dipesan serta dilampiri dengan gambar yang menunjukaan letak pasti
satuan rumah susun.
2. Adanya Subjek Hukum
Subjek Hukum dalam Surat Pesanan Satuan Rumah Susun dapat berupa pribadi
kodrati dan badan hukum. Pemesanan satuan rumah susun melalui surat pesanan
dilakukan antara penyelenggara pembangunan rumah susun dengan calon pembeli.2
Pelaku pembangunan sebagai pihak yang menawarkan satuan rumah susun dan calon
pembeli (baik pribadi kodrati atau badan hukum) sebagai pemesan.
3. Adanya Objek Hukum
Objek Hukum yang diperjanjikan dalam Surat Pesanan Satuan Rumah Susun adalah
pemesanan terhadap satuan rumah susun. Surat Pesanan Satuan Rumah Susun harus
memuat spesifikasi satuan rumah susun yang menjadi objek hukum secara detail. Hal
2 Arie S. Hutagalung, Condominium dan Permasalahannya, (Depok: Badan Penerbit Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2003), hlm. 56.
Kekuatan Mengikat ..., Wita Jesiska, FH UI, 2017
6
tersebut sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam memuat syarat dan ketentuan
yang berkaitan dengan hak dan kewajiban para pihak dengan bentuk baku, ditentukan
secara sepihak oleh pelaku pembangunan tanpa melalui perundingan dengan pembeli,
serta telah disiapkan dalam bentuk formulir tertulis yang menentukan bahwa surat
pesanan berisikan hal sekurang-kurangnya sebagai berikut:3
a. Nama dan /atau nomor bangunan dan satuan rumah susun yang dipesan.
b. Nomor lantai dan tipe satuan rumah susun.
c. Luas satuan rumah susun.
d. Harga jual satuan rumah susun.
e. Ketentuan pembayaran uang muka.
f. Spesifikasi bangunan.
g. Tanggal selesainya pembangunan rumah susun.
h. Ketentuan mengenai pernyataan dan persetujuan untuk menerima persyaratan dan
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan serta menandatangani dokumen-dokumen
yang dipersiapkan oleh perusahaan pembangunan perumahan dan permukiman.
4. Adanya Kesepakatan
Kesepakatan para pihak merupakan unsur mutlak untuk terjadinya perjanjian.
Berdasarkan asas konsensualisme perjanjian maka perjanjian terjadi pada saat detik
tercapainya kesepakatan. KUHPerdata tidak menentukan mengenai kapan terjadinya
kesepakatan, padahal detik terjadinya kesepakatan merupakan momentum berlakunya
perjanjian. Atas dasar tersebut, terdapat empat teori mengenai kapan timbulknya
kesepakatan dalam suatu perjanjian yaitu sebagai berikut :4
a. Teori Pernyataan (uitingsheorie), kesepakatan terjadi pada saat penerima tawaran
menyatakan bahwa ia menerima tawaran. Dengan demikian, kesepakatan dilihat
dari pihak yang menerima, yaitu pada saat baru menjatuhkan ballpoint untuk
menyatakan menerima maka kesepakatan dianggap telah terjadi. Dapat
disimpulkan kesepakatan terjadi pada saat adanya pernyataan tertulis penerimaan
tawaran oleh penerima tawaran dalam bentuk tanda tangan.
3 Indonesia, Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat tentang Pedoman Perikatan Jual Beli Satuan Rumah Susun, Kepmenpera Nomor 11/KPTS/1994, Bagian III Poin 2.
4 Salim, Hukum Kontrak (Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak), (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), hlm. 41.
Kekuatan Mengikat ..., Wita Jesiska, FH UI, 2017
7
b. Teori Pengiriman (verzendtheorie), kesepakatan terjadi ketika pihak penerima
penawaran dengan mengirimkan telegram, surat atau telex dimana tanggap cap pos
pada saat pengiriman jawaban penerimaan dipakai sebagai pegangan kapan saat
lahirnya kesepakatan.
c. Teori Pengetahuan (vernemingstheorie), kesepakatan terjadi apabila pihak yang
menawarkan itu mengetahui adanya acceptatie namun penerimaan belum
diterimanya
d. Teori Penerimaan (ontvangstheorie), kesepakatan terjadi pada saat pihak yang
melakukan penawaran mengetahui bahwa penawarannya telah dketahui oleh pihak
yang menerima tawaran tersebut.
Berdasarkan hal diatas, dengan melihat dari sisi formalitas dan substansi Surat
Pesanan Satuan Rumah Susun yang pada dasarnya merupakan suatu kesepakatan
yang isinya berupa pernyataan bahwa pemesan menerima tawaran atas pemasaran
satuan rumah susun oleh pelaku pembangunan maka berdasarkan teori pernyataan
tersebut kesepakatan terjadi pada saat detik pemesan menyatakan menerima
tawaran berupa pemesanan satuan rumah susun yang dituangkan dalam bentuk
penandatanganan Surat Pesanan Rumah Susun oleh para pihak yakni calon pembeli
sebagai pemesan dan pelaku pembangunan sebagai penjual yang memasarkan
satuan rumah susun. Hal tersebut dikuatkan dengan adanya klausul dalam surat
pesanan yang menyatakan bahwa: “Dengan ditandatanganinya Surat Pesanan
maka pemesan menyatakan setuju dan mengikatkan diri atas syarat dan ketentuan
mengenai pesanan. “
5. Adanya Akibat Hukum
Akibat Hukum dari dilakukannya pemesanan satuan rumah susun melalui Surat
Pesanan Satuan Rumah Susun adalah lahirnya hak dan kewajiban dari Pemesan dan
Pelaku Pembangunan. Meskipun tidak adanya ketentuan hukum yang secara khusus
mengatur mengenai hak dan kewajiban pemesan dan pelaku pembangunan yang lahir
dari adanya Surat Pesanan Satuan Rumah Susun namun dalam ketentuan Kepmenpera
Nomor 11/KPTS/1994 terdapat beberapa ketentuan yang menurut penulis dapat
dikategorikan sebagai kewajiban Pemesan dan Pelaku Pembangunan yang lahir
Kekuatan Mengikat ..., Wita Jesiska, FH UI, 2017
8
setelah dilakukannya pemesanan melalui Surat Pesanan Satuan Rumah susun yaitu
sebagai berikut:5
1. Kewajiban Perusahaan Pembangunan atau Pengembang.
a. Menyelesaikan bangunan sesuai dengan standar yang telah diperjanjikan yaitu
pembangunan minimal 20% (dua puluh persen) agar dapat memenuhi