Top Banner
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Kekerasan Tajam (4A) Definisi Kekerasan tajam adalah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan tubuh yang disebabkan oleh benda-benda tajam. Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka seperti ini adalah benda yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing, yang bervariasi dengan menggunakan alat-alat seperti golok, pisau, dan sebagainya, hingga keping kaca, gelas, logam, sembilu bahkan tepi kertas atau rumput. Luka akibat benda tajam pada umumnya mudah dibedakan dari luka yang disebabkan oleh benda tumpul dan dari luka tembakan senjata api (Sjamsuhidajat, R., 2010). Luka akibat kekerasan tajam merupakan salah satu kasus tersering dalam Ilmu Kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Secara medis, luka dipandang sebagai suatu kerusakan jaringan akibat dari trauma, sedangkan secara hukum luka merupakan bukti suatu keadaan yang dapat disebabkan oleh suatu tindak pidana baik yang bersifat intensional (sengaja), recklessness (ceroboh), atau negligence (kurang hati– hati). Dalam ilmu perlukaan dikenal istilah trauma tumpul dan trauma tajam (Dahlan, S., 2004). Berdasarkan aspek medis, luka merupakan kerusakan atau hilangnya hubungan antara jaringan (discontinuous
22

Kekerasan Tajam

Oct 23, 2015

Download

Documents

forensik
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kekerasan Tajam

Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

Kekerasan Tajam (4A)

Definisi Kekerasan tajam adalah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada

permukaan tubuh yang disebabkan oleh benda-benda tajam. Benda-benda yang

dapat mengakibatkan luka seperti ini adalah benda yang memiliki sisi tajam, baik

berupa garis maupun runcing, yang bervariasi dengan menggunakan alat-alat

seperti golok, pisau, dan sebagainya, hingga keping kaca, gelas, logam, sembilu

bahkan tepi kertas atau rumput. Luka akibat benda tajam pada umumnya mudah

dibedakan dari luka yang disebabkan oleh benda tumpul dan dari luka tembakan

senjata api (Sjamsuhidajat, R., 2010).

Luka akibat kekerasan tajam merupakan salah satu kasus tersering dalam

Ilmu Kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban

mati. Secara medis, luka dipandang sebagai suatu kerusakan jaringan akibat dari

trauma, sedangkan secara hukum luka merupakan bukti suatu keadaan yang dapat disebabkan

oleh suatu tindak pidana baik yang bersifat intensional (sengaja), recklessness

(ceroboh), atau negligence (kurang hati– hati). Dalam ilmu perlukaan dikenal

istilah trauma tumpul dan trauma tajam (Dahlan, S., 2004).

Berdasarkan aspek medis, luka merupakan kerusakan atau hilangnya

hubungan antara jaringan (discontinuous tissue) seperti jaringan kulit, jaringan

lunak, jaringan otot, jaringan pembuluh darah, jaringan saraf, dan tulang. Bentuk

luka bermacam-macam, tergantung dari penyebabnya, misalnya luka sayat atau

vulnuss scissum disebabkan oleh benda tajam, sedangkan luka tusuk yang disebut

vulnus punctum akibat benda runcing (Dahlan, S., 2004).

Patofisologi dan gambaran klinis

Mekanisme luka

Tubuh biasanya mengabsorbsi kekuatan baik dari elastisitas jaringan atau

kekuatan rangka. Intensitas tekanan mengikuti hukum fisika. Hukum fisika yang

terkenal dimana kekuatan = ½ masa x kecepatan. Sebagai contoh, 1 kg batu bata

Page 2: Kekerasan Tajam

ditekankan ke kepala tidak akan menyebabkan luka, namun batu bata yang sama

dilemparkan ke kepala dengan kecepatan 10 m/s menyebabkan perlukaan.

Faktor lain yang penting adalah daerah yang mendapatkan kekuatan.

kekuatan dari masa dan kecepatan yang sama yang terjadi pada dareah yang lebih

kecil menyebabkan pukulan yang lebih besar pada jaringan. Pada luka tusuk,

semua energi kinetik terkonsentrasi pada ujung pisau sehingga terjadi perlukaaan,

sementara dengan energi yang sama pada pukulan dengan menggunakan tongkat

mungkin tidak menimbulkan memar.

Efek dari kekuatan mekanis yang berlebih pada jaringan tubuh akan

menyebabkan penekanan, penarikan, perputaran, dan luka iris. Kerusakan yang

terjadi tidak hanya pada jenis penyebab mekanisnya tetapi juga pada target

jaringannya. Contohnya, kekerasan penekanan pada ledakan mungkin hanya

sedikit perlukaan pada otot namun dapat menyebabkan ruptur paru atau intestinal,

sementara pada torsi mungkin tidak memberikan efek pada jaringan adiposa

namun menyebabkan fraktur spiral pada femur.

Klasifikasi luka

1. Abrasi

2. Kontusi

3. Laserasi

4. Luka insisi

Anatomi forensik kulit

Bagian paling atas pada kulit adalah lapisan sel keratinisasi stratum korneum

yang memiliki ketebalan bermacam-macam pada bagian-bagian tubuh tertentu.

Tumit dan telapak tangan memiliki lapisan yang paling tebal sementara pada

daerah yang terlindungi seperti skrotum dan kelopak mata hanya pecahan dari

millimeter. Berkaitan dengan forensik pada perkiraan perlukaan penetrasi pada

kulit.

Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah. Lapisan epidermis umumnya

berkerut, permukaan bawahnya terdiri dari papila yang masuk ke dalam dermis.

Dermis (korium) terdiri dari jaringan ikat dan adneksa kulit, seperti: folikel

rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar keringat. Terdapat banyak pembuluh

darah, saraf pembuluh limfe serta ujung saraf taktil, tekan, dan panas. Bagian

Page 3: Kekerasan Tajam

bawah dari dermis terdapat jaringan adiposa dan fascia (tergantung dari bagian

tubuh), jaringan lemak, dan otot yang berurutan di bawahnya.

Abrasi

Merupakan perlukaan paling superfisial, dengan definisi tidak menebus

lapisan epidermis. Abrasi yang sesungguhnya tidak berdarah karena pembuluh

darah terdapat pada dermis. Kontak gesekan yang mengangkat sel keratinisasi dan

sel di bawahnya akan menyebabkan daerah tersebut pucat dan lembab oleh karena

cairan eksudat jaringan.

Ketika kematian terjadi sesudahnya, abrasi menjadi kaku, tebal, perabaan

seperti kertas berwarna kecoklatan. Pada abrasi yang terjadi sesudah kematian

berwarna kekuningan jernih dan tidak ada perubahan warna.

 - Tangensial atau abrasi geser

Abrasi kebanyakan disebabkan oleh gerakan lateral daripada tekanan

vertikal. Ketika tanda abrasi ini ditemukan, arah kekuatan dapat ditentukan dari

sisa epidermis yang terbawa sampai ke ujung abrasi. Pemeriksaan visual, bila

perlu menggunakan lensa dapat menunjukkan pergerakan dari tubuh.

 - Abrasi Crushing

Ketika penekanan vertikal pada permukaan kulit, tidak ada goresan yang

terjadi, namun epidermis hancur dan objek yang menghantam tercetak. Jika

hantaman tersebut kuat dan daerah permukaan kontak kecil, akan terjadi luka

dengan lubang kecil dan abrasi hantaman terjadi. Kerusakan yang terjadi berupa

penekanan hingga depresi ringan dari permukaan, paling tidak memar atau

tonjolan udem lokal. Abrasi ini salah satu dari abrasi yang menunjukkan cetakan

dari objek yang membuat luka.

 - Abrasi kuku jari

Sangat penting karena frekuensi pada serangan khususnya pada penyiksaan

anak, penyerangan seksual, dan penjeratan. Sering disertai dengan memar lokal.

Abrasi kuku jari biasanya sering ditemukan pada leher, muka, lengan atas, dan

lengan depan. Mungkin berupa goresan linear jika jari-jari tersebut menarik ke

bawah, tanda kurva atau garis lurus jika tangan tersebut menggenggam.

Page 4: Kekerasan Tajam

Lengan bagian depan sering merupakan lokasi untuk penggenggaman dan

menahan baik pada penyiksaan anak atau serangan pada orang dewasa. Memar

umum ditemukan, namun tanda kuku jari dapat menumpang pada memar tersebut.

Ahli patologi harus berhati-hati dengan interpretasi yang salah. Contohnya,

memutuskan tanda kuku jari pada leher yang disebabkan oleh tangan dari depan

atau belakang leher.

 - Abrasi berpola

Abrasi yang terjadi mengikuti pola objek. Tidak hanya epidermis yang

rusak, kulit dapat tertekan mengikuti pola objek, sehingga dapat terjadi memar

intradermal. Contohnya, ketika ban motor melewati kulit, meninggalkan pola pada

kulit dimana kulit juga tertekan mengikuti alur ban tersebut.

 - Abrasi post-mortem (sesudah kematian)

Dapat disebabkan berbagai macam, antara lain penyeretan pada saat

pemakaman atau akibat proses otopsi. Pada saat proses pemakaman, khususnya

setelah dibersihkan dengan air panas. Pada otopsi kedua, perlu diperiksa dengan

deskripsi sebelumnya atau dengan foto, jika beberapa luka yang ditemukan

diragukan.

Kontusio atau memar

Meskipun sering bersamaan dengan abrasi dan laserasi, memar murni terjadi

karena kebocoran pada pembuluh darah dengan epidermis yang utuh oleh karena

proses mekanis. Ekstravasasi darah dengan diameter lebih dari beberapa

millimeter disebut memar atau kontusio, ukuran yang lebih kecil disebut ekimosis

dan yang terkecil seukuran ujung peniti disebut petekie. Baik ekimosis dan

petekie biasanya terjadi bukan karena sebab trauma mekanis.

Kontusio disebabkan oleh kerusakan vena, venula, arteri kecil. Perdarahan

kapiler hanya dapat dilihat melalui mikroskop, bahkan petekie berasal dari

pembuluh darah yang lebih besar dari kapiler. Kata ‘memar’ mengacu pada lesi

yang dapat dilihat pada kulit atau yang terjadi pada subkutanea, sementara

‘kontusio’ dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja seperti limpa, mesenterium,

Page 5: Kekerasan Tajam

atau otot. Penggunaan kata memar lebih banyak digunakan dokter saat

memberikan laporan atau keterangan pada kalangan non-medik.

- Memar Intradermal

Memar yang biasa terjadi akibat penekanan pada subkutanea, sering pada

jaringan adiposa. Jika dilihat, memar terjadi pada perbatasan dermis dan

epidermis, namun kadang samar. Ketika memar terjadi akibat penekanan dengan

objek berpola, perdarahan yang terjadi lebih dapat dilihat, jika berada di lapisan

subepidermal. Jumlah darahnya sedikit namun karena posisinya yang superfisial

dan lapisan tipis di atasnya yang jernih sehingga polanya dapat dibedakan. Memar

ini terjadi ketika objek yang menekan memiliki pinggiran dan alur, sehingga kulit

dipaksa mengikuti alur dan bentuknya.

  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Munculnya Memar

1.   Kebocoran pembuluh darah. Harus ada ruangan yang cukup untuk darah

yang keluar berakumulasi. Ini menjelaskan kenapa memar lebih mudah

terjadi pada skrotum daripada tumit, dimana jaringan-jaringan fibrosanya

padat. Karena banyaknya jaringan subkutanea pada orang yang gemuk,

mereka lebih mudah terjadi memar daripada orang yang kurus. Jika

faktor lain seperti fragilitas pembuluh darah dan umur

2.   Jumlah darah yang keluar

3.   Ruangan yang cukup

4.   Kedalaman memar yang terjadi

5.   Fragilitas pembuluh darah

6.   Pada orang yang berbaring lama

 - Pergerakan dari Memar

Pada daerah superfisial memar muncul dengan cepat, sementara pada area

yang dalam membutuhkan waktu untuk muncul ke permukaan. Memar dapat

bergerak mengikuti gaya gravitasi. Contohnya, perdarahan subkutanea dapat turun

melewati alis mata dan muncul di orbita mata yang memberikan gambaran ‘mata

hitam’ yang dapat disalah artikan sebagai trauma langsung. Begitu juga memar

pada lengan atas atau betis, dapat turun sampai siku atau tumit.

Page 6: Kekerasan Tajam

 

- Perubahan Memar oleh Waktu

Dengan berlalunya waktu, hematom yang terbentuk pecah oleh pengaruh

enzim jaringan dan infiltrasi seluler. Sel darah merah yang menutupi ruptur dan

mengandung Hb membuat degradasi secara kimiawi yang memyebabkan

perubahan warna. Hemoglobin pecah menjadi hemosiderin, biliversin, dan

bilirubon yang menyebabkan perubahan warna memar dari ungu atau coklat

kebiruan menjadi coklat kehijauan, kemudian hijau kekuningan sebelum akhirnya

samar. Memar kecil pada dewasa muda yang sehat akan menghilang dalam waktu

1 minggu. Namun pada memar akibat ‘gigitan asmara’ (cupang) akan menghilang

dalam waktu beberapa hari, ini dikemukakan oleh Roberts yang mengadakan

penelitian.

Beberapa faktor yang berpengaruh antara lain:

Besarnya ekstravasasi

Umur korban

Idosinkrasi seseorang

Beberapa observasi yang ditemukan:

Jika ditemukan memar yang tampak baru tanpa disertai perubahan warna,

diperkirakan terjadi 2 hari sebelum kematian

Jika memar terdapat perubahan warna kehijauan, diperkirakan terjadi tidak

lebih dari 18 jam sebelum kematian

Jika ada beberapa memar dengan beberapa warna yang berbeda, berarti

tidak terjadi pada saat yang sama. Penting pada kasus penyiksaan anak.

 - Memar pada Tanda Khusus

Kumpulan memar bentuk koin kecil merupakan karakterisitik tekanan jari,

baik pada pemegangan atau tusukan. Sering tampak pada kasus penyiksaan anak,

dimana orang yang dewasa memegang dengan pegangan yang nyaman. Biasa

disebut ‘memar sixpenny’. Ketika permukaan kulit dilanggar oleh roda atau objek

berpola seperti rotan, memar yang tampak mengikuti pola objek tersebut.

Page 7: Kekerasan Tajam

- Luka akibat Tendangan

Telapak kaki dapat meninggalkan pola memar pada tubuh, sering pada

abdomen dan dada walaupun ini juga dapat dikenali pada leher dan wajah.

Tendangan yang cepat dapat menyebabkan luka lecet disertai memar, sedangkan

menurut arahnya, tendangan vertikal menunjukkan memar intradermal dengan

pola telapak kaki. Kasus luka akibat tendangan menjadi hal biasa dengan

meningkatnya kekerasan pada masyarakat. Sebagian besar tendangan dilakukan

pada korban yang telah duduk atau terjatuh ke tanah, yang sebelumnya

disebabkan tindakan kekerasan lainnya seperti mendorong atau memukul,

sehingga setelah korban lemas dan kaki pelaku menyerang bagian yang paling

mudah seperti pinggang, paha, leher, dan area abdominal. Variasi lain tendangan

yaitu pelaku menyerang dari atas korban dengan cara loncat dan menendang

dengan satu atau dua kaki, sehingga dada paling sering terkena dan dapat

menyebabkan patah tulang iga maupun tulang dada.

Bahaya umum yang terjadi pada tendangan ke arah muka adalah patah

tulang mandibula, maksila, tulang hidung, dan zigoma. Tendangan pada satu sisi

wajah dapat benar-benar melepas bagian bawah dari maksila dengan bagian

lengkungan gigi dam palatum.

 - Memar post mortem dan artefak lainnya

Khususnya pada kematian kongesti seperti tekanan pada leher, sistem vena

dapat tersumbat dan dapat terjadi memar. Salah satu area yang penting yang dapat

mendeskripsikan secara penuh dibandingkan yang lain adalah leher, dimana

kumpulan dari darah antara esophagus dan tulang belakang servikal dapat

menimbulkan memar dari stranhulasi.

Luka gores/Laserasi

Berbeda dengan luka iris dimana pada luka gores jaringan yang rusak

menyobek bukan mengiris.

- Laserasi dapat dibedakan dari luka iris :

1. Garis tepi memar dan kerusakan memiliki area yang sangat kecil sehingga

untuk pemeriksaannya kadang dibutuhkan bantuan kaca pembesar.

Page 8: Kekerasan Tajam

2. Keberadaan rangkaian jaringan yang terkena terdapat pada daerah bagian

dalam luka, termasuk pembuluh darah dan saraf .

3. Tidak adanya luka lurus yang tajam pada tulang dibawahnya, terutama jika

yang terluka daerah tulang tengkorak.

4. Jika area tertutup oleh rambut seperti kulit kepala, maka rambut tersebut

akan terdapat pada luka.

 - Laserasi terpola

Laserasi tidak menciptakan kembali bentuk dari alat yang melukai,

tendangan dapat menyebabkan laserasi, khususnya jika menggunakan sepatu boot

yang besar dengan ujung kakinya yang keras. Pukulan yang sangat keras dapat

menyebabkan laserasi linier atau stellate.

 - Luka akibat benda tumpul yang berpenetrasi

Luka ini merupakan luka campuran antara luka laserasi dan luka iris. Dapat

terjadi akibat dari pukulan besi atau sebilah kayu. Pada waktu alat tumpul

dipukulkan ke kulit, maka akan ada lekukan dan lecet pada sisinya, walaupun

bekas yang lebih dulu akan hilang jika alatnya telah ditarik kembali. Material

seperti karat, kotoran atau serpihan mungkin tertinggal pada luka dan harus sangat

hati-hati dilindungi untuk pemeriksaan forensik, jika alat yang digunakan belum

diketahui.

Luka Iris

Luka iris adalah luka yang disebabkan oleh objek yang tajam, biasanya

mencakup seluruh luka akibat benda-benda seperti pisau, pedang, silet, kaca,

kapak tajam, dan lain-lain. Ciri yang paling penting dari luka iris adalah adanya

pemisahan yang rapi dari kulit dan jaringan dibawahnya, maka sudut bagian luar

biasanya bisa dikatakan bersih dari kerusakan apapun.

- Luka potong

Luka potong adalah luka iris yang kedalamannya lebih panjang. Luka

potong tidak lebih berbahaya dibandingkan tikaman, sebagaimana ketidakdalaman

luka tidak akan terlalu mempengaruhi organ vital, khususnya target utamanya

adalah tangan dan muka.

Page 9: Kekerasan Tajam

Luka tikam dan luka yang berpenetrasi

Tikaman yang dilakukan biasanya menggunakan pisau, hal ini sering terjadi

pada kasus pembunuhan dan pembantaian.

Karakteristik dari alat tikam:

1. Panjang, lebar, dan ketebalan pisau

2. Satu atau dua sisi

3. Derajat dari ujung yang lancip

4. Bentuk belakang pada pisau satu sudut (bergerigi/kotak)

5. Bentuk dari pelindung pangkal yang berdekatan dengan mata pisau

6. Adanya alur, bergerigi atau cabang dari mata pisau

7. Ketajaman dari sudut dan khususnya ujung dari mata pisau

Karakteristik luka tikam, dapat menerangkan tentang:

1. Dimensi senjata

2. Tipe senjata

3. Kelancipan senjata

4. Gerakan pisau pada luka

5. Kedalaman luka

6. Arah luka

7. Banyaknya tenaga yang digunakan

 Petunjuk dari luka tusuk

Petunjuk dari luka tusuk sering dianggap sebagai suatu masalah

pembunuhan terutama sebagai persidangan, yang mengarah pada saat rekontruksi

kejadian. Kejadian-kejadian penusukan sering bergerak dan dinamis sehingga

korban jarang dalam keadaan statis. Penjelasan mengenai petunjuk, berdasarkan

gambaran luka dan jejak benda. Saat pisau dengan mata pisau kurang cukup besar,

maka luka sering tampak terpotong bagian bawahnya mengenai jaringan

subkutan. Pada otopsi menjelaskan, seperti pada luka tusuk di dada, kadang saat

diotopsi luka terletak dibawah puting. Pembedahan dari jaringan dan otot bisa

mengungkapkan bahwa kerusakan dinding dada terletak di ICS berapa. Informasi

ini menjadi petunjuk luka dan mengambarkan jejak luka.

 

Page 10: Kekerasan Tajam

Perkiraan mengenai derajat kekuatan luka tusuk

Diberikan keterangan mengenai:

1. Bagian dari tulang atau pengerasan tulang rawan

2. Ketajaman dari ujung pisau

3. Kecepatan datangnya pisau

4. Kulit yang elastis lebih mudah ditembus

5. Variasi ketebalan kulit terhadap pisau, kulit telapak kaki lebih tebal dari

bagian tubuh lain.

6. Luka tembus yang disebabkan tusukan

 - Luka oleh senjata lain selain pisau

Pisau cukur dan pecahan gelas memiliki tepi tajam yang berbeda sehingga

dapat memberikan jejak yang berbeda pula. Pada derah luka yang berambut, maka

akan terlihat rambut yang terpotong.

 - Luka akibat Gunting

Sering ditemukan pada kejadian rumah tangga, dimana biasanya pelaku

adalah wanita, menggunakan senjata yang gampang, dikenal, dan mudah diraih.

Gambaran luka tergantung pada posisi gunting saat ditusukkan, terbuka atau

tertutup. Pada gunting yang terbuka, dengan satu sisi tertusuk, maka gambaran

luka sukar dibedakan dengan gambaran luka tusuk oleh pisau. Sedangkan untuk

luka akibat gunting yang tertutup, maka luka akan membentuk seperti huruf Z

atau seperti kilatan cahaya.

 - Luka tangkis

Luka tangkis merupakan luka yang terjadi akibat perlawanan korban dan

pada umumnya ditemukan pada telapak tangan, punggung tangan, jari-jari tangan,

punggung lengan bawah, dan tungkai. Bila pada keadaan tangkis dengan cara

menangkap mata pisau dengan telapak tangan, maka luka yang terjadi akan

mengiris telapak tangan, melintasi lekukan jari, mengiris kulit, jaringan tendon,

atau kadang teririsnya keempat jari tangan.

Page 11: Kekerasan Tajam

Penentuan luka secara histologi

Untuk keperluan forensik, pemeriksaan histologi digunakan untuk

menentukan faktor:

1. Apakah luka yang ditemukan pada saat otopsi terjadi pada saat sebelum

atau sesudah kematian.

2. Apabila telah terjadi kematian, berapa lama kematian itu sudah terjadi.

Berikut ini adalah perubahan histologi akibat terjadinya luka:

1. 30 menit – 4 jam terjadi pengumpulan leukosit PMN pada luka &

terbentuknya benang-benang fibrin.

2. 4 - 12 jam terjadi udem jaringan & pembengkakan endotel pembuluh

darah

3. 12 - 24 jam terdapat peningkatan jumlah Makrofag dan dimulainya

pembersihan jaringan mati.

4. 24 - 72 jam terdapat peningkatan jumlah leukosit sampai maksimal sekitar

48 jam, perbaikan dimulai, fibroblast muncul, pembuluh darah baru mulai

terbentuk untuk membuat jaringan granulasi.

5. 3 - 6 hari, epidermis mulai tumbuh.

6. 10 - 15 hari , epidermis menjadi tipis & datar.

7. Minggu - bulan, proses penyembuhan jaringan berlanjut, jaringan

granulasi terbentuk.

Gambaran klinis kekerasan tajam

Secara klinis gambaran umum akibat dari kekerasan tajam memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

1. Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata, dan sudutnya runcing

2. Bila ditautkan akan mejadi rapat (karena benda tersebut hanya

memisahkan, tidak menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus

dan sedikit lengkung.

3. Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan.

4. Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar.

Kekerasan tajam dikenal dalam tiga bentuk, yaitu luka iris atau luka sayat

(vulnus scissum), luka tusuk (vulnus punctum) dan luka bacok (vulnus caesum)

(Satyo, A., 2006).

Page 12: Kekerasan Tajam

1. Luka sayat (Cuts or incised wound)

Luka sayat ialah luka karena alat yang digunakan memiliki tepi tajam dan

menimbulkan luka oleh karena alat ditekan pada kulit dengan kekuatan

relatif ringan kemudian digeserkan sepanjang kulit sehingga syok traumatik

tidak terjadi, kecuali ditimbulkan oleh faktor-faktor yang lain seperti

perdarahan. Komplikasi fatal dari luka iris yang paling sering terjadi adalah

perdarahan sepsis. Luka iris pada kasus bunuh diri paling sering terjadi di

kerongkongan, pergelangan tangan, dan lengan bawah sisi fleksor.

Seseorang biasanya memegang senjata dengan tangan kanan dan memulai

irisan dari sisi kiri ke sisi kanan, atau mungkin dia mengiris dari sisi kanan

leher ke depan dan ke bawah. Seseorang yang kidal akan mengiris dirinya

dengan cara yang sama, pada umumnya memulai irisan dari sisi kanan leher.

2. Luka tusuk (stab wound)

Luka tusuk ialah luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata

tajam atau tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong

pada permukaan tubuh. Efek yang terjadi pada luka tusuk tergantung dari

lokasinya pada tubuh. Luka dapat terjadi pada dada, abdomen, tulang

belakang, leher, kepala, dan ekstremitas. Contoh: belati, bayonet, keris,

clurit, kikir, tanduk kerbau.

3. Luka bacok (chop wound)

Luka bacok ialah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata

tajam atau agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga

yang cukup besar. Contoh : pedang, clurit, kapak, baling-baling kapal.

Pada kematian yang disebabkan oleh benda tajam, walaupun tetap harus

dipikirkan kemungkinan karena suatu kecelakaan, tetapi pada umumnya karena

suatu peristiwa pembunuhan atau peristiwa bunuh diri.

Pemeriksaan Penunjang

- Laboratorium dapat berupa pemeriksaan darah rutin tapi tidak spesifik.

Page 13: Kekerasan Tajam

- Pemeriksaan radiologis rontgen AP

Dilakukan pada luka berat dan pada luka yang tak kunjung sembuh seperti

ulkus. Luka dikatakan kronik atau gagal sembuh bila gagal menutup atau gagal

mengalami epitelisasi dalam 30 hari.

Diagnosa

Dilakukan pemeriksaan secara teliti tentang ciri-ciri khas pada kekerasan

tajam untuk memastikan apakah ada perdarahan yang harus dihentikan. Kemudian

tentukan jenis trauma tajam, luasnya kematian jaringan, banyaknya kontaminasi,

dan berat ringannya luka.

Ciri luka sayat :

a. Pinggir luka rata

b. Sudut luka tajam

c. Rambut ikut terpotong

d. Jembatan jaringan ( - )

e. Biasanya mengenai kulit, otot, pembuluh darah, tidak sampai tulang.

Ciri luka tusuk (misalnya: senjata pisau / bayonet) :

a. Tepi luka rata

b. Dalam luka lebih besar dari panjang luka

c. Sudut luka tajam

d. Sisi tumpul pisau menyebabkan sudut luka kurang tajam

e. Kadang-kadang ada memar / echymosis di sekitarnya

Ciri luka bacok :

a. Luka biasanya besar

b. Pinggir luka rata

c. Sudut luka tajam

d. Hampir selalu menimbulkan kerusakan tulang, dapat memutuskan bagian

tubuh yang terkena bacokan

e. Kadang-kadang pada tepi luka terdapat memar, aberasi.

Diagnosa differensial

Kekerasan tumpul

Page 14: Kekerasan Tajam

Aspek Medikolegal

Penentuan luka secara medikolegal seperti tindakan bunuh diri, kecelakaan

atau pembunuhan dapat ditentukan dengan mengumpulkan semua data

pemeriksaan korban. Beberapa faktor yang dapat menunjang adalah :

1. Tempat dan jumlah luka

2. Jenis luka

3. Luas dan daerah luka

4. Arah luka

5. Letak dan posisi senjata

6. Adanya darah atau benda asing pada senjata

7. Letak dan sifat darah pada korban dan pakaian serta situasi sekitar kejadian

8. Ada tidaknya robekan pada pakaian dan hubungannya dengan luka di

tubuh korban

9. Tanda perlawanan yang dapat dilihat dari pakaian ataupun tubuh dan

situasi tempat kejadian

Daftar Pustaka

Anonymous. Patofisologi Luka. Available online at:

http://www.freewebs.com/patofisiologi-luka

Dahlan, S. 2004. Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman bagi Dokter dan Penegak

Hukum. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Satyo, Alfred C. 2006. Aspek Medikolegal Luka pada Forensik Klinik. Majalah

Kedokteran Nusantara 39(3) : 430-432

Sjamsuhidajat, R. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat - De Jong. Eds 3.

Jakarta : EGC

Biodata Penulis

Nama : Topan Ardian

NIM : 0907101010016

Progam Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah

Kuala.