Kegawatdaruratan Penyakit MataOleh : Dr. Dito Anurogo |
17-Mar-2008,21:08:52 WIB
KabarIndonesia - Tulisan ini akan menyebutkan beberapa penyakit
mata yang telah diklasifikasikan menurut tingkat kegawatannya,
yaitu: gawat sangat, gawat, dan semi gawat.
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk memberikan dan
menyebarluaskan informasi kepada masyarakat awam dan praktisi medis
terutama yang baru saja menekuni bidang ini.
Bila ada pertanyaan, kritikan, maupun saran, silakan dikirimkan
melalui email: [email protected] Terus terang, kami amat
mengharapkan berbagai masukan terutama bila Anda, pembaca setia
HOKI, telah berpengalaman dan atau termasuk ahli di dalam bidang
ini.
Kegawatdaruratan (emergency) di bidang oftalmologi (penyakit
mata) diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu:
1. gawat sangat, 2. gawat, dan 3. semi gawat.
Berikut ini akan kami uraikan secara singkat dan padat.
1. Gawat SangatYang dimaksud dengan keadaan "gawat sangat"
adalah keadaan atau kondisi pasien memerlukan tindakan yang harus
sudah diberikan dalam waktu beberapa menit. Terlambat sebentar saja
dapat mengakibatkan kebutaan.
Adapun keadaan atau kondisi pasien yang termasuk di dalam
kategori ini adalah:luka bakar kimia (luka bakar kerena alkali/basa
dan luka bakar asam)
2. GawatYang dimaksud dengan keadaan "gawat" adalah keadaan atau
kondisi pasien memerlukan penegakan diagnosis dan pengobatan yang
harus sudah diberikan dalam waktu satu atau beberapa jam.
Adapun keadaan atau kondisi pasien yang termasuk di dalam
kategori ini adalah:
1. Laserasi kelopak mata
2. Konjungtivitis gonorhoe
3. Erosi kornea
4. Laserasi kornea
5. Benda asing di kornea
6. Descemetokel
7. Tukak korneaTukak atau ulkus kornea merupakan hilangnya
sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea.
8. HifemaHifema atau timbunan darah di dalam bilik mata depan.
Terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau
badan siliar.
9. Skleritis (peradangan pada sklera)Sklera merupakan jaringan
ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata. Sklera bersama
dengan jaringan uvea dan retina berfungsi sebagai pembungkus dan
pelindung bola mata.
10. Iridosiklitis akut
11. EndoftalmitisEndoftalmitis merupakan infeksi intraokular
yang umumnya melibatkan seluruh jaringan segmen anterior dan
posterior mata. Umumnya didahului oleh trauma tembus pada bola
mata, ulkus kornea perforasi, riwayat operasi intraokuler
(misalnya: ekstraksi katarak, operasi filtrasi, vitrektomi). Gejala
klinis endoftalmitis adalah penurunan tajam penglihatan (visus
menurun), mata merah, bengkak, nyeri.
12. Glaukoma kongestif
13. Glaukoma sekunder
14. Ablasi retina (retinal detachment)Yaitu suatu keadaan
terpisahnya (separasi) sel kerucut dan batang atau lapisan sensorik
retina dengan sel epitel pigmen (retinal pigment epithelium atau
RPE).
15. Selulitis orbita
16. Trauma tembus mata
17. Trauma radiasi
3. Semi GawatYang dimaksud dengan keadaan "semi gawat" adalah
keadaan atau kondisi pasien memerlukan pengobatan yang harus sudah
diberikan dalam waktu beberapa hari atau minggu.
Adapun keadaan atau kondisi pasien yang termasuk di dalam
kategori ini adalah:1. Defisiensi (kekurangan) vitamin A.Sinonim
(nama lain) untuk kondisi ini adalah: vitaminosis A,
hypovitaminosis A.
2. Trakoma yang disertai dengan entropion.Entropion adalah
keadaan kelopak mata yang terbalik atau membalik ke dalam tepi
jaringan, terutama tepi kelopak bawah. Namun pada trakoma,
entropion terdapat pada kelopak atas.
3. Oftalmia simpatikaYaitu peradangan granulomatosa yang khas
pada jaringan uvea, bersifat bilateral, dan didahului oleh trauma
tembus mata yang biasanya mengenai badan siliar, bagian uvea
lainnya, atau akibat adanya benda asing dalam mata.
4. Katarak kongenitalYaitu kekeruhan lensa mata yang timbul
sejak lahir, dan merupakan salah satu penyebab kebutaan pada anak
yang cukup sering dijumpai. Gejalanya: leukokoria (bercak putih),
fotofobia (silau, dapat disertai atau tanpa rasa sakit), strabismus
(juling), nystagmus (pergerakan bola mata yang involunter.
Involunter maksudnya: tanpa sengaja, diluar kemauan; dapat teratur,
bolak-balik, dan tidak terkendali).
5. Glaukoma kongenital
6. Glaukoma simpleks
7. Perdarahan badan kaca
8. Retinoblastoma (tumor ganas retina) Yaitu jenis tumor ganas
mata yang berasal dari neuroretina (selkerucut dan batang).
9. Neuritis optika / papilitis
10. Eksoftalmus (bola mata menonjol keluar) atau lagoftalmus
(kelopak mata tidak dapat menutup sempurna).
11. Tumor intraorbita
12. Perdarahan retrobulbar
Trauma Basa padaMataPosted on July 9, 2010. Filed under: Health
and Medicine |
LATAR BELAKANGMata merupakan salah satu indra dari pancaindra
yang sangat penting untuk kehidupan manusia. Terlebih-lebih dengan
majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan kebutuhan
yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang sangat peka.
Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti
rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain
terdapatnya refleks memejam atau mengedip, mata masih sering
mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan
kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita.
Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit
sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata memerlukan
perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih
berat yang akan mengakibatkan kebutaan.1Kemajuan mekanisasi dan
teknik terlebih-lebih dengan bertambah banyaknya kawasan industri,
kecelakaan akibat pekerjaan bertambah banyak pula, juga dengan
bertambah ramainya lalu lintas, kecelakaan di jalan raya bertambah
pula, belum terhitung kecelakaan akibat perkelahian, yang juga
dapat mengenai mata. Pada anak-anak kecelakaan mata biasanya
terjadi akibat kecelakaan terhadap alat dari permainan yang biasa
dimainkan seperti panahan, ketapel, senapan angin, tusukan dari
gagang mainan dan sebagainya.1Trauma okular adalah penyebab
kebutaan yang cukup signifikan, terutama pada golongan sosioekonomi
rendah dan di negara-negara berkembang. Kejadian trauma okular
dialami oleh pria 3 sampai 5 kali lebih banyak daripada wanita.
Trauma pada mata dapat mengenai jaringan di bawah ini secara
terpisah atau menjadi gabungan trauma jaringan mata. Trauma dapat
mengenai jaringan mata: palpebrae, konjungtiva, cornea, uvea,
lensa, retina, papil saraf optik, dan orbita. Trauma mata merupakan
keadaan gawat darurat pada mata.2Bentuk kelainan pada mata yang
terkena trauma (trauma oculi) bisa hanya berupa kelainan ringan
saja sampai kebutaan. Trauma oculi dapat dibedakan atas trauma
tumpul, trauma akibat benda tajam/trauma tembus, ataukah trauma
fisis. Kelainan yang diakibatkan oleh trauma mata sesuai dengan
berat ringannya serta jenis trauma itu sendiri yang dapat menyerang
semua organ struktural mata sehingga menyebabkan gangguan
fisiologis yang reversibel ataupun non-ireversibel. Trauma oculi
dapat menyebabkan perdarahan, adanya laserasi, perforasi, masuknya
benda asing ke dalam bola mata, kelumpuhan saraf, ataukah atrofi
dari struktur jaringan bola mata.2Anamnesis dan pemeriksaan fisis
oftamologi yang dilakukan secara teliti untuk mengetahui penyebab,
jenis trauma yang terjadi, serta kelainan yang disebabkan yang akan
menuntun kita ke arah diagnosis dan penentuan langkah selanjutnya.
Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti:
slit lamp, oftalmoskopi direk maun indirek, tes fluoresensi,
tonometri, USG, maupun CT-scan. Penatalaksanaan pada trauma mata
bergantung pada berat ringannya trauma ataupun jenis trauma itu
sendiri.2DEFINISITrauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak
disengaja yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan
kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan
sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan
mata.2Trauma asam merupakan salah satu jenis trauma kimia mata dan
termasuk kegawatdaruratan mata yang disebabkan zat kimia basa
dengan pH>7.2EPIDEMIOLOGITrauma okular, terutama yang berat dan
mengakibatkan penurunan penglihatan bahkan kehilangan penglihatan.
Trauma okular adalah penyebab kebutaan yang cukup signifikan,
terutama pada golongan sosioekonomi rendah dan di negara-negara
berkembang. Kejadian trauma okular dialami oleh pria 3 sampai 5
kali lebih banyak daripada wanita. Dari data WHO tahun 1998 trauma
okular berakibat kebutaan unilateral sebanyak 19 juta orang, 2,3
juta mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6 juta mengalami
kebutaan bilateral akibat cedera mata. Menurut United States Eye
Injury Registry (USEIR), frekuensi di Amerika Serikat mencapai 16 %
dan meningkat di lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih
banyak pada laki-laki (93 %) dengan umur rata-rata 31
tahun.2ANATOMI MATAMata merupakan organ penglihatan primer. Manusia
memiliki dua buah bola mata yang terletak di dalam rongga orbita
yang dikelilingi tulang-tulang yang membentuk rongga orbita. Selain
itu juga terdapat jaringan adneksa mata yaitu; palpebra, sistem
lakrimalis, konjungtiva, oto-otot ekstraokular, fasia, lemak
orbital, pembuluh darah, dan serat saraf.3,4Kelopak mata atau
palpebra yang terdiri atas palpebra superior dan inferior mempunyai
fungsi melindungi bola mata terhadap trauma, serta mengeluarkan
sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata. Setiap kelopak
terdiri dari bagian anterior (kulit, folikel rambut, m.
orbikularis, dan m. levator palpebralis superior) dan bagian
posterior (tarsus dan konjungtiva palpebralis). Sistem lakrimal
mata terdiri dari sistem sekresi yang diperankan oleh glandula
lakrimalis yang terletak di temporoanterosuperior rongga orbita dan
sistem ekskresi yang dimulai dari pungtum lakrimal, kanalikuli
lakrimal, duktus nasolakrimal, dan berakhir di meatus nasi
inferior. Konjungtiva merupakan membran yang menutupi permukaan
luar bola mta dan kelopak bagian belakang. Konjungtiva terdiri atas
tiga bagian, yaitu; konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan
konjungtiva forniks. 3,4Bola mata berbentuk bulat yang terdiri dari
3 lapisan yaitu:3,41. Lapisan jaringan ikat yang terdiri dari
kornea di bagian depan dan sklera di bagian belakang yang merupakan
pembungkus dan pelindung isi bola mata. Kornea merupakan selaput
bening mata yang bersifat transparan yang tembus cahaya yang
mempunyai kelengkungan yang lebih besar dibanding sklera. Kornea
teridiri dari 5 lapisan yaitu; epitel, membran Bowman, stroma,
membran descement, dan endotel. Sklera merupakan bagian bola mata
yang berwarna putih dengan tebal + 1 mm yang mempunyai kekakuan
tertentu sehingga mempengaruhi tekanan bola mata.
2. Lapisan vaskular (uvea), yang terdiri atas iris dan badan
silir dibagian depan dan koroid di bagian belakang. Uvea mengandung
banyak pembuluh darah yang diperdarahi oleh arteri siliaris anteror
dan posterior. Persarafan uvea berasal dari ganglion siliar yang
mengandung serat saraf sensoris, motorik, dan otonom.
3. Lapisan dalam (lapisan neuroreseptor/ retina), yang terdiri
dari 10 lapisan yang menerima rangsangan cahaya kemudian
mengubahnya dan menghantarkannya ke pusat penglihatan di lobus
occipitalis.
Media refraksi bola mata dari depan ke belakang meliputi kornea,
bilik mata depan, pupil, bilik mata belakang, lensa, corpus
vitreus, dan retina. Otot-otot penggerak bola mata terdiri dari; m.
rektus superior, m. rektus inferior, m. rektus lateralis, m. rektus
medialis, m. oblik superior, dan m. oblik inferior.3,4Secara klinis
bola mata juga terdiri dari 2 segmen, yaitu segmen anterior yang
merupakan semua struktur bola mata yang terletak di depan lensa dan
segmen posterior yang merupakan struktur yang terletak dibelakang
lensa.3,4PATOFISIOLOGITrauma akibat bahan kimia basa akan
memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luar.
Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini
mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea,
camera oculi anterior, dan sampai retina dengan cepat, sehingga
berakhir dengan kebutaan. Pada trauma basa akan terjadi
penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat
koagulasi sel dan terjadi proses persabunan, disertai dengan
dehidrasi.5,6Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau
rusaknya sel jaringan. Pada pH yang tinggi alkali akan
mengakibatkan persabunan disertai dengan disosiasi asam lemak
membrane sel. Akibat persabunan membrane sel akan mempermudah
penetrasi lebih lanjut dari pada alkali. Mukopolisakarida jaringan
oleh basa akan menghilang dan terjadi penggumapalan sel kornea atau
keratosis. Serat kolagen kornea akan bengkak dan stroma kornea akan
mati. Akibat edema kornea akan terdapat serbukan sel
polimorfonuklear ke dalam stroma kornea. Serbukan sel ini cenderung
disertai dengan masuknya pembuluh darah baru atau neovaskularisasi.
Akibat membrane sel basal epitel kornea rusak akan memudahkan sel
epitel diatasnya lepas. Sel epitel yang baru terbentuk akan
berhubungan langsung dengan stroma dibawahnya melalui plasminogen
activator. Bersamaan dengan dilepaskan plasminogen aktivatir
dilepas juga kolagenase yang akan merusak kolagen kornea. Akibatnya
akan terjadi gangguan penyembuhan empitel yang berkelanjutan dengan
tukak kornea dan dapat terjadi perforasi kornea. Kolagenase ini
mulai dibentuk 9 jam sesudah trauma dan puncaknya terdapat pada
hari ke 12-21. Biasanya tukak pada kornea mulai terbentuk 2 minggu
setelah trauma kimia. Pembentukan tukak berhenti hanya bila terjadi
epitelisasi lengkap atau vaskularisasi telah menutup dataran depan
kornea. Bila alkali sudah masuk ke dalam bilik mata depan maka akan
terjadi gangguan fungsi badan siliar. Cairan mata susunannya akan
berubah, yaitu terdapat kadar glukosa dan askorbat yang berkurang.
Kedua unsure ini memegang peranan penting dalam pembentukan
jaringan kornea.5,6Teori terbentuknya kolagenase :5,6,7 Pada defek
epitel kornea plasminogen activator yang terbentuk merubah
plasminogen menjadi plasmin.
Plasmin melaui C3a mengeluarkan faktor hemotaktik untuk leukosit
polimorfonuklear (PMN)
Kolagenase laten berubah menjadi kolagenase aktif akibat
terdapatnya tripsin, plasmin ketepepsin.
Kolagenase aktif dapat juga berasal dari tukak kornea.
Keratosit juga membentuk kolagenase akif melalui kolagenase
laten.
Perjalanan penyakit trauma alkali :5,6,7Keadaan akut yang
terjadi ada minggu pertama :
Sel membrane rusak.
Bergantung pada kuatnya alkali akan mengakibatkan hilangnya
epitel, keratosit, saraf kornea dan pembuluh darah.
Terjadi kerusakan komponen vascular iris, badan siliar dan
epitel lensa, trauma berat akan merusak sel goblet konjungtiva
bulbi.
Tekanan intra ocular akan meninggi.
Hipotoni akan terjadi bila terjadi kerusakan pada badan
siliar
Kornea keruh dalam beberapa menit.
Terjadi infiltrasi segera sel polimorfonuklear, monosit dan
fibroblast
Keadaan minggu kedua dan ketiga :
Mulai terjadi regenerasi sel epitel konjugtiva dan kornea.
Masuknya neovaskularisasi ke dalam kornea diserta dengan sel
radang.
Kekeruhan pada kornea akan mulai menjernih kembali,
Sel penyembuhan berbentuk invasi fibroblast memasuki kornea.
Terbentuknya kolagen.
Trauma alkali berat akan membentuk jaringan granulasi pada iris
dan badan siliar sehingga terjadi fibrosis.
Keadaan pada minggu ketiga dan selanjutnya :
Terjadi vaskularisasi aktif sehingga seluruh kornea tertutup
oleh pembuluh darah.
Jaringan pembuluh darah akan membawa bahan nutrisi dan bahan
penyembuhan jaringan seperti protein dan fibroblast.
Akibat terdapatnya jaringan dengan vaskularisasi ini, tidak akan
terjadi perforasi kornea.
Mulai terjadi pembetukan panus pada kornea.
Endotel yang tetap sakit akan mengakibatkan edema kornea.
Terdapat membaran retrokornea, iristis, dan membrane
siklitik.
Dapat terjadi kerusakan permanen saraf kornea dengan
gejala-gejala seperti tekanan bola mata mata dapat rendah atau
tinggi.
Kelainan pada jaringan lain akibat trauma alkali :5,6,7Kelopak
Mata : Trauma alkali akan membentuk jaringan parut pada
kelopak.
Margo palpebra rusak sehingga mengakibatkan gangguan ada break
up time air mata.
Lapisan air pada depan kornea atau tear film menjadi tidak
normal.
Terjadinya pembentukan jaringan parut pada kelenjar asesori air
mata yang mengakibatkan mata menjadi kering.
Konjungtiva : Terjadi kerusakan pada sel goblet.
Sekresi musin konjungtiva bulbi berkurang daya basahnya pada
setiap kedipan kelopak. Dapat terjadi simblefaron pada konjungtiva
bulbi yang akan menarik bola mata sehingga pergerakan mata menjadi
terbatas.
Akibat terjadinya simblefaron penyebaran air mata menjadi tidak
merata.
Terjadi pelepasan kronik daripada epitel kornea.
Terjadi keratinisasi (pertandukan) epitel kornea akibat
berkurangnya mucin.
Lensa : Lensa keruh diakibatkan kerusakan kapsul lensa.
ETIOLOGIZat-zat basa atau alkali yang dapat menyebabkan trauma
pada mata antara lain :5,6,7 Semen
Soda kuat
Amonia
NaOH
CaOH
Cairan pembersih dalam rumah tangga
Bahan alkali Amonia merupakan gas yang tidak berwarna, dipakai
sebagai bahan pendingin lemari es, larutan 7% ammonia dipakai
sebagai bahan pembersih. Pada konsentrasi rendah ammonia bersifat
merangsang mata. Amonia larut dalam air dan lemak, hal ini dangat
merugikan karena kornea mempunyai komponen epitel yang lipofilik
dan stroma yang hidrofilik. Amonia mudah merusak jaringan bagian
dalam mata seperti iris dan lensa. Amonia merusak stroma lebih
sedikit disbanding dengan NaOH dan CaOH. pH cairan mata naik
beberapa detik setelah trauma.5Bahan alkali lainnya adalah NaOH dan
Ca(OH)2. NaOH dikenal sebahai kausatik soda. NaOH dipakai sebagai
pembersih pipa. pH cairan mata naik beberapa menit sesudah trauma
akibat NaOH. Ca(OH)2 memiliki daya tembus yang kurang pada mata.
Hal ini akibat terbentuknya sabun kalsium pada epitel kornea. pH
cairan mata menjadi normal kembali sesudah 30 sampai 3 jam
pascatrauma.5DIAGNOSISPemeriksaan awal pada trauma mata antara lain
meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik.
ANAMNESESering sekali pasien menceritakan telah tersiran cairan
atau tersemprot gas pada mata atau pastikel-partikelnya masuk ke
dalam mata. Tanyakan kepada pasien apa persisnya zat kimia dan
bagaimana terjadinya trauma tersebut (misalnya tersiram sekali atau
akibat ledakan dengan kecepatan tinggi).2Secara umum, pada
anamneses dari kasus trauma mata perlu diketahui apakah terjadi
penurunan visus setelah cedera atau saat cedera terjadi. Onset dari
penurunan visus apakah terjadi secara progresif atau terjadi secara
tiba-tiba. Nyeri, lakrimasi, dan pandangan kabur merupakan gambaran
umum trauma. Dan harus dicurigai adanya benda asing intraokular
apabila terdapat riwayat salah satunya apabila trauma terjadi
akibat ledakan.2,6,7PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan yang seksama
sebaiknya ditunda sampai mata yang terkena zat sudah terigasi
dengan air dan pH permukaan bola mata sudah netral. Obat anestesi
topical boleh digunakan untuk membantu pasien lebih nyaman dan
kooperatif. Setalah dilakukan irigasi, pemeriksaan mata yang
seksama dilakukan dengan perhatian khusus untuk memeriksa
kejernihan dan keutuhan kornea, derajat iskemik limbus dan tekanan
intra okuli.2Pada kasus trauma basa dapat dijumpai kerusakan kornea
yaitu terjadi kekeruhan kornea, konjungtivalisasi pada kornea,
neovaskularisasi, peradangan kronik dan defek epitel yang menetap
dan berulang serta perforasi kornea. Apabila trauma basa tersebut
mengakibatkan penetrasi kedalam intraokuler dapat kita jumpai
adanya komplikasi katarak, glaukoma sekunder dan kasus berat ptisis
bulbi. Kelainan lain yang dapat dijumpai yaitu pada palpebra berupa
jaringan parut pada palpebra dan sindroma mata kering. Pada
konjungtiva dapat dijumpai adanya simbleparon.2PEMERIKSAAN
PENUNJANGPemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam kasus
trauma basa mata adalah pemeriksaan pH bola mata secara berkala.
Irigasi pada mata harus dilakukan sampai tercapai pH netral.
Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit lamp yang
bertujuan untuk mengetahui lokasi luka. Pemeriksaan oftalmoskopi
direk dan indirek juga dapat dilakukan. Selain itu dapat pula
dilakukan pemeriksaan tonometri untuk mengatahui tekanan
intraocular.2DIAGNOSA DIFFERENSIALDiagnosa differenisal dari trauma
basa pada mata adalah :6 Konjugtivitis
Konjugtivitis hemoragik akut
Keratokunjugtivitis sicca
Ulkus kornea
Dan lain-lain
PENATALAKSANAANPenatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada
berat ringannya trauma ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun
demikian ada empat tujuan utama dalam mengatasi kasus trauma okular
adalah :2,5 Memperbaiki penglihatan.
Mencegah terjadinya infeksi.
Mempertahankan arsitektur mata.
Mencegah sekuele jangka panjang.
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk menangani trauma basa pada
mata adalah :2,51. Bila terjadi trauma basa adalah secepatnya
melakukan irigasi dengan garam fisiologik selama mungkin. Irigasi
dilakukan sampai pH menjadi normal, paling sedikit 2000 ml selama
30 menit. Bila dilakukan irigasi lebih lama akan lebih baik.
2. Untuk mengetahui telah terjadi netralisasi basa dapat
dilakukan pemeriksaan dengan kertas lakmus. pH normal air mata
7,3.
3. Bila penyebabnya adalah CaOH, dapat diberi EDTA karena EDTA
0,05 dapat bereaksi dengan CaOH yang melekat pada jaringan.
4. Pemberian antibiotika dan debridement untuk mencegah infeksi
oleh kuman oportunis.
5. Pemeberian sikloplegik untuk mengistirahatkan iris mengatasi
iritis dan sinekia posterior.
6. Pemberian Anti glaukoma (beta blocker dan diamox) untuk
mencegah terjadinya glaucoma sekunder.
7. Pemberian Steroid secara berhati-hati karena steroid
menghambat penyembuhan. Steroid diberikan untuk menekan proses
peradangan akibat denaturasi kimia dan kerusakan jaringan kornea
dan konjungtiva. Steroid topical ataupun sistemik dapat diberikan
pada 7 hari pertama pasca trauma. Diberikan Dexametason 0,1% setiap
2 jam. Steroid walaupun diberikan dalam dosis tinggi tidak mencegah
terbentuknya fibrin dan membrane siklitik.
8. Kolagenase inhibitor seperti sistein diberikan untuk
menghalangi efek kolagenase. Diberikan satu minggu sesudah trauma
karena pada saat ini kolagenase mulai terbentuk.
9. Pemberian Vitamin C untuk pembentukan jaringan kolagen.
10. Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak
lembek dan artificial tear (air mata buatan).
11. Operasi Keratoplasti dilakukan bila kekeruhan kornea sangat
mengganggu penglihatan.
KOMPLIKASIKomplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat
ringannya trauma, dan jenis trauma yang terjadi. Komplikasi yang
dapat terjadi pada kasus trauma basa pada mata antara lain :2,5,71.
Simblefaron
2. Kornea keruh, edema, neovaskuler
3. Katarak traumatik, merupakan katarak yang muncul sebagai
akibat cedera pada mata yang dapat merupakan trauma perforasi
ataupun tumpul yang terlihat sesudah beberapa hari ataupun beberapa
tahun. Katarak traumatik ini dapat muncul akut, subakut, atau pun
gejala sisa dari trauma mata. Trauma basa pada permukaan mata
sering menyebabkan katarak, selain menyebabkan kerusakan kornea,
konjungtiva, dan iris. Komponen basa yang masuk mengenai mata
menyebabkan peningkatan PH cairan akuos dan menurunkan kadar
glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi secara akut ataupun
perlahan-lahan. Trauma kimia dapat juga disebabkan oleh zat asam,
namun karena trauma asam sukar masuk ke bagian dalam mata
dibandingkan basa maka jarang
4. Phtisis bulbi
PROGNOSISTrauma kimia pada mata dapat menyebabkan gangguan
penglihatan berat jangka panjang dan rasa tidak enak pada mata.
Prognosinya ditentukan oleh anestesi kornea dan bahan alkali
penyebab trauma tersebut. Terdapat 2 klasifikasi trauma basa pada
mata untuk menganalisis kerusakan dan beratnya
kerusakan.5Klasifikasi akbat luka bakar alkali:5Klasifikasi
HugesEnteng :
Prognosis baik
Terdapat erosi epitel kornea
Pada kornea tedaat kekeruhan yang ringan
Tidak terdapat iskemia dan nekrosis kornea ataupun
konjungtiva
Sedang :
Prognosis baik
Terdapat kekeruhan kornea sehingga sulit melihat iris dan pupil
secara terperinci
Terdapat iskemia dan nekrosis enteng pada kornea dan
konjungtiva
Sangat berat :
Prognosis buruk
Akibat kekeruhan kornea upil tidak dapat dilihat
Konjungtiva dan sclera pucat
Klasifikasi ThoftMenurut klasifikasi Thoft, trauma basa dapat
dibedakan menjadi:
Derajat 1 : terjadi hiperemi konjungtiva disertai dengan
keratitis pungtata
Derajat 2 : terjadi hiperemi konjungtiva disertai hilangnya
epitel kornea
Derajat 3 : terjadi hiperemi disertai dengan nekrosis
konjungtiva dan lepasnya epitel kornea
Derajat 4 : konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%
Luka bakar alkali derajat 1 dan 2 akan sembuh dengan jaringan
arut tanpa terdapatnya neovaskularisasi kedalam kornea. Luka bakar
alkali derajat 3 dan 4 membutuhkan waktu sembuh berbulan bulan
bahkan bertahun-tahun.
Trauma Kimia Pada Mata
Last Updated on Sunday, 06 March 2011 16:02 Written by
Ramadhanus Sunday, 06 March 2011 15:11 Mata
Mata merupakan salah satu indra dari pancaindra yang sangat
penting untuk kehidupan manusia. Terlebih-lebih dengan majunya
teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan kebutuhan yang
tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang sangat peka.
Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti
rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retro bulbar selain
terdapatnya refleks memejam atau mengedip, mata masih sering
mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan
kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita.
Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit
sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata memerlukan
perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih
berat yang akan mengakibatkan kebutaan.1Trauma mata adalah tindakan
sengaja maupun tidak disengaja yang menimbulkan perlukaan mata.
Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang
ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan
bahkan kehilangan mata.2Trauma okuli adalah penyebab kebutaan yang
cukup signifikan, terutama pada golongan sosioekonomi rendah dan di
negara-negara berkembang. Kejadian trauma okular dialami oleh pria
3 sampai 5 kali lebih banyak daripada wanita. Trauma pada mata
dapat mengenai jaringan di bawah ini secara terpisah atau menjadi
gabungan trauma jaringan mata. Trauma dapat mengenai jaringan mata:
palpebrae, konjungtiva, cornea, uvea, lensa, retina, papil saraf
optik, dan orbita. Trauma mata merupakan keadaan gawat darurat pada
mata.2Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik
seperti rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar
selain terdapatnya reflek memejam atau mengedip, mata masih sering
mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan keruh
akan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita.
Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit
sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata memerlukan
perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih
berat yang akan mengakibatkan kebutaan.4Pada mata dapat terjadi
trauma dalam bentuk-bentuk berikut :4 Trauma tumpul Trauma tembus
bola mata Trauma kimia Trauma radiasiTrauma kimia pada mata dapat
dibedakan dalam trauma asam dan trauma basa atau alkali.4 Pada
tinjauan kepustakaan ini hanya dibahas trauma kimia okuli yang
meliputi truma asam dan trauma basa atau alkali.
TINJAUAN PUSTAKA2.1 DefinisiTrauma kimia pada mata merupakan
trauma yang mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan kimia baik
yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak struktur bola mata
tersebut.4 Trauma kimia pada mata merupakan kedaruratan
oftalmologi, karena dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.4
Trauma kimia pada mata adalah trauma yang mengenai bola mata baik
diakibatkan oleh zat asam (zat dengan pH < 7) ataupun basa (zat
dengan pH > 7) yang dapat menyebabkan kerusakan struktur bola
mata tersebut. Tingkat keparahan trauma dikaitkan dengan jenis,
volume, konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat penetrasi dari zat
kimia. Mekanisme cedera antara asam dan basa sedikit
berbeda.3Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang
terjadi dalam laboratorium, industry, pekerjaan yang memakai bahan
kimia, pekerjaan pertanian, dan peperangan memakai bahan kimia di
abad modern. Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan
segera.Irigasi daerah yang terkena trauma kimia merupakan tindakan
yang segera harus dilakukan.3 2.2 EpidemiologiTrauma okuli,
terutama yang berat dan mengakibatkan penurunan penglihatan bahkan
kehilangan penglihatan. Trauma okuli adalah penyebab kebutaan yang
cukup signifikan, terutama pada golongan sosio ekonomi rendah dan
di negara-negara berkembang. Kejadian trauma okular dialami oleh
pria 3 sampai 5 kali lebih banyak daripada wanita. Dari data WHO
tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan unilateral sebanyak 19
juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6
juta mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata. Sebagian
besar (84%) merupakan trauma kimia.Rasio frekuensi bervariasi
trauma asam:basa antara 1:1 sampai 1:4. Secara international, 80%
dari trauma kimiawi dikarenakan oleh pajanan karena
pekerjaan.Menurut United States Eye Injury Registry (USEIR),
frekuensi di Amerika Serikat mencapai 16 % dan meningkat di lokasi
kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada laki-laki (93
%) dengan umur rata-rata 31 tahun.2 2.3 EtiologiTrauma kimiawi
biasanya disebabkan akibat bahan-bahan yang tersemprot atau
terpercik pada wajah. Trauma pada mata yang disebabkan oleh bahan
kimia disebabkan oleh 2 macam bahan yaitu bahan kimia yang bersifat
asam dan bahan kimia yang bersifat basa.Bahan kimia dikatakan
cersifat asam bila mempunyai pH < 7 dan dikatakan bersifat basa
bila mempunyai pH > 7.4,5Contoh bahan kimia bersifat asam : asam
sulfat, air accu, asam sulfit, asam klorida, zat pemutih, asam
asetat, asam nitrat, asam kromat, asam hidroflorida, dan lain
sebagainya.2Contoh bahan kimia bersifat basa : amoniak, Freon/bahan
pendingin lemari es, sabun, shampo, kapur gamping, semen, tiner,
lem, kaustik soda, cairan pembersih dalam rumah tangga.2Tabel 1
Penyebab Paling Sering pada Trauma Kimia Mata6Chemical Example
AcidsSulfuric acidBattery acidIndustrial cleaner
Acetic acidVinegarGlacial acetic acid
Hydrochloric acidChemistry laboratoriesMuriatic acid
(cleaner)
Sulfurous acidBleachRefrigerantFruit and vegetable
preservative
Hydrofluoric acidGlass polishing and etchingGasoline
alkylationSilicone production
AlkalisAmmoniaFertilizerRefrigerantCleaning agent
LyeDrain cleaner
LimePlasterMortarCementWhitewash
Potassium hydroxideCaustic potash
Magnesium hydroxideSparklersIncendiary devices
2.4 Klasifikasi 2.4.1 Trauma AsamBahan kimia asam yang sering
menyebabkan trauma kimia asam pada mata antara lain : asam sulfat,
sulfurous acid, asam hidroklorida, asam nitrat, asam asetat, asam
kromat,dan asam hidroflorida. Akibat ledakan baterai mobil, yang
menyebabkan luka bakar asam sulfat, mungkin merupakan penyebab
tersering dari luka bakar kimiawi pada mata. Asam Hidroflorida
dapat ditemukan dirumah pada cairan penghilang karat, pengkilap
aluminum, dan cairan pembersih yang kuat.Asam dipisahkan dalam dua
mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam kornea. Molekul
hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH, sementara
anion merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan
koagulasi. Koagulasi protein umumnya mencegah penetrasi yang lebih
lanjut dari zat asam, dan menyebabkan tampilan ground glass dari
stroma korneal yang mengikuti trauma akibat asam. Sehingga trauma
pada mata yang disebabkan oleh zat kimia asam cenderung lebih
ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh zat kimia basa.7Asam
hidrofluorik adalah satu pengecualian. Asam lemah ini secara cepat
melewati membran sel, seperti alkali. Ion fluoride dilepaskan ke
dalam sel, dan memungkinkan menghambat enzim glikolitik dan
bergabung dengan kalsium dan magnesium membentuk insoluble
complexes. Nyeri local yang ekstrim bisa terjadi sebagai hasil dari
immobilisasi ion kalsium, yang berujung pada stimulasi saraf dengan
pemindahan ion potassium. Fluorinosis akut bisa terjadi ketika ion
fluoride memasuki sistem sirkulasi, dan memberikan gambaran gejala
pada jantung, pernafasan, gastrointestinal, dan neurologik.3Bahan
kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi dan
presipitasi dengan jaringan protein disekitarnya, karena adanya
daya buffer dari jaringan terhadap bahan asam serta adanya
presipitasi protein maka kerusakannya cenderung terlokalisir. Bahan
asam yang mengenai kornea juga mengadakan presipitasi sehingga
terjadi koagulasi, kadang kadang seluruh epitel kornea terlepas.
Bahan asam tidak menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di
kornea. Bila trauma diakibatkan asam keras maka reaksinya mirip
dengan trauma basa.4Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera
terjadi koagulasi protein epitel kornea yang mengakibatkan
kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka
tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali biasanya
kerusakan hanya pada bagian superfisial saja. Koagulasi protein ini
terbatas pada daerah kontak bahan asam dengan jaringan. Koagulasi
protein ini dapat mengenai jaringan yang lebih dalam. 82.4.2 Trauma
Basa Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena
bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik
dimana dapat secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke
bilik mata depan, bahkan sampai retina.4,5Zat-zat basa atau alkali
yang dapat menyebabkan trauma pada mata antara lain : semen, soda
kuat, ammonia, NaOH, CaOH, cairan pembersih dalam rumah
tangga.8,9Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan iritasi
ringan pada mata apabila dilihat dari luar. Namun, apabila dilihat
pada bagian dalam mata, trauma basa ini mengakibatkan suatu
kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, kamera okuli anterior,
dan sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan.
Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea.
Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses
safonifikasi, disertai dengan dehidrasi.8,9Bahan alkali atau basa
akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan. Pada pH yang
tinggi alkali akan mengakibatkan safonifikasi disertai dengan
disosiasi asam lemak membrane sel. Akibat safonifikasi membran sel
akan mempermudah penetrasi lebih lanjut dari pada alkali.
Mukopolisakarida jaringan oleh basa akan menghilang dan terjadi
penggumpalan sel kornea atau keratosis. Serat kolagen kornea akan
bengkak dan stroma kornea akan mati. Akibat edema kornea akan
terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma kornea.
Serbukan sel ini cenderung disertai dengan pembentukan pembuluh
darah baru atau neovaskularisasi. Akibat membran sel basal epitel
kornea rusak akan memudahkan sel epitel diatasnya lepas. Sel epitel
yang baru terbentuk akan berhubungan langsung dengan stroma
dibawahnya melalui plasminogen aktivator. Bersamaan dengan
dilepaskan plasminogen aktivator dilepas juga kolagenase yang akan
merusak kolagen kornea. Akibatnya akan terjadi gangguan penyembuhan
epitel yang berkelanjutan dengan ulkus kornea dan dapat terjadi
perforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam sesudah
trauma dan puncaknya terdapat pada hari ke 12-21. Biasanya ulkus
pada kornea mulai terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia.
Pembentukan ulkus berhenti hanya bila terjadi epitelisasi lengkap
atau vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea. Bila alkali
sudah masuk ke dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan
fungsi badan siliar. Cairan mata susunannya akan berubah, yaitu
terdapat kadar glukosa dan askorbat yang berkurang. Kedua unsur ini
memegang peranan penting dalam pembentukan jaringan
kornea.8,10Terbentuknya kolagenase :8,9,10 Pada defek epitel kornea
plasminogen activator yang terbentuk merubah plasminogen menjadi
plasmin. Plasmin melaui C3a mengeluarkan faktor hemotaktik untuk
leukosit polimorfonuklear (PMN) Kolagenase laten berubah menjadi
kolagenase aktif akibat terdapatnya tripsin, plasmin ketepepsin.
Kolagenase aktif dapat juga berasal dari tukak kornea. Keratosit
juga membentuk kolagenase akif melalui kolagenase laten.Perjalanan
penyakit trauma alkali :8,9,10Keadaan akut yang terjadi pada minggu
pertama : Sel membran rusak. Bergantung pada kuatnya alkali akan
mengakibatkan hilangnya epitel, keratosit, saraf kornea dan
pembuluh darah. Terjadi kerusakan komponen vascular iris, badan
siliar dan epitel lensa, trauma berat akan merusak sel goblet
konjungtiva bulbi. Tekanan intra ocular akan meninggi. Hipotoni
akan terjadi bila terjadi kerusakan pada badan siliar Kornea keruh
dalam beberapa menit. Terjadi infiltrasi segera sel
polimorfonuklear, monosit dan fibroblastKeadaan minggu kedua dan
ketiga : Mulai terjadi regenerasi sel epitel konjugtiva dan kornea.
Masuknya neovaskularisasi ke dalam kornea diserta dengan sel
radang. Kekeruhan pada kornea akan mulai menjernih kembali, Sel
penyembuhan berbentuk invasi fibroblast memasuki kornea.
Terbentuknya kolagen. Trauma alkali berat akan membentuk jaringan
granulasi pada iris dan badan siliar sehingga terjadi
fibrosis.Keadaan pada minggu ketiga dan selanjutnya : Terjadi
vaskularisasi aktif sehingga seluruh kornea tertutup oleh pembuluh
darah. Jaringan pembuluh darah akan membawa bahan nutrisi dan bahan
penyembuhan jaringan seperti protein dan fibroblast. Akibat
terdapatnya jaringan dengan vaskularisasi ini, tidak akan terjadi
perforasi kornea. Mulai terjadi pembetukan pannus pada kornea.
Endotel yang tetap sakit akan mengakibatkan edema kornea. Terdapat
membaran retrokornea, iritis, dan membrane siklitik. Dapat terjadi
kerusakan permanen saraf kornea dengan gejala-gejala seperti
tekanan bola mata mata dapat rendah atau tinggi.Kelainan pada
jaringan lain akibat trauma alkali :8,9,10Kelopak Mata : Trauma
alkali akan membentuk jaringan parut pada kelopak. Margo palpebra
rusak sehingga mengakibatkan gangguan ada break up time air mata.
Lapisan air pada depan kornea atau tear film menjadi tidak normal.
Terjadinya pembentukan jaringan parut pada kelenjar asesoris air
mata yang mengakibatkan mata menjadi kering.Konjungtiva : Terjadi
kerusakan pada sel goblet. Sekresi musin konjungtiva bulbi
berkurang daya basahnya pada setiap kedipan kelopak. Dapat terjadi
simblefaron pada konjungtiva bulbi yang akan menarik bola mata
sehingga pergerakan mata menjadi terbatas. Akibat terjadinya
simblefaron penyebaran air mata menjadi tidak merata. Terjadi
pelepasan kronik daripada epitel kornea. Terjadi keratinisasi
(pertandukan) epitel kornea akibat berkurangnya mucin.Lensa : Lensa
keruh diakibatkan kerusakan kapsul lensa.2.5 DiagnosaPemeriksaan
awal pada trauma mata antara lain meliputi anamnesis dan
pemeriksaan fisik.2.5.1 AnamnesaTrauma kimia biasanya disebabkan
akibat bahan-bahan yang tersemprot atau terpercik pada wajah.
Sering sekali pasien menceritakan telah tersiram cairan atau
tersemprot gas pada mata atau pastikel-partikelnya masuk ke dalam
mata. Tanyakan kepada pasien apa persisnya zat kimia dan bagaimana
terjadinya trauma tersebut (misalnya tersiram sekali atau akibat
ledakan dengan kecepatan tinggi) serta kapan terjadinya trauma
tersebut.2Secara umum, pada anamnesis dari kasus trauma mata perlu
diketahui apakah terjadi penurunan visus setelah cedera atau saat
cedera terjadi. Onset dari penurunan visus apakah terjadi secara
progresif atau terjadi secara tiba tiba. Nyeri, lakrimasi, dan
pandangan kabur merupakan gambaran umum trauma. Dan harus dicurigai
adanya benda asing intraokular apabila terdapat riwayat salah
satunya apabila trauma terjadi akibat ledakan.2,8,10Trauma kimia
mata yang disebabkan karena asam biasanya di dapatkan dari hasil
anamnesis mengenai bahan apa yang mengenai mata penderita. Etiologi
tersering dari trauma kimia asam pada mata adalah: cairan
penghilang karat, cairan pengkilap aluminium, cairan pembersih yang
keras (biasanya digunakan untuk membersihkan noda yang menempel
pada lantai keramik), bahan pembersih dinding, glass etching,
electropolishing, penyamakan kulit, fermentasi pada pengolahan
bir.7Sedangkan trauma kimia mata yang disebabkan basa biasanya
disebabkan oleh: Semen, soda kuat, ammonia, NaOH, CaOH, cairan
pembersih dalam rumah tangga.72.5.2 Pemeriksaan FisikPemeriksaan
yang seksama sebaiknya ditunda sampai mata yang terkena zat sudah
terigasi dengan air dan pH permukaan bola mata sudah netral. Obat
anestesi topical boleh digunakan untuk membantu pasien lebih nyaman
dan kooperatif. Setelah dilakukan irigasi, pemeriksaan mata yang
seksama dilakukan dengan perhatian khusus untuk memeriksa
kejernihan dan keutuhan kornea, derajat iskemik limbus dan tekanan
intra okuli.2Pada kasus trauma basa dapat dijumpai kerusakan kornea
yaitu terjadi kekeruhan kornea, konjungtivalisasi pada kornea,
neovaskularisasi, peradangan kronik dan defek epitel yang menetap
dan berulang serta perforasi kornea. Apabila trauma basa tersebut
mengakibatkan penetrasi kedalam intraokuler dapat kita jumpai
adanya komplikasi katarak, glaukoma sekunder dan kasus berat ptisis
bulbi. Kelainan lain yang dapat dijumpai yaitu pada palpebra berupa
jaringan parut pada palpebra dan sindroma mata kering. Pada
konjungtiva dapat dijumpai adanya simbleparon.2Anastesi lokal akan
sangat membantu agar pasien tenang sebelum dilakukan pemeriksaan
mata yang seksama. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai
tanda umum dan tanda komplikasi dari trauma kimia pada mata adalah;
kejernihan dan keutuhan kornea, konjungtivalisasi kornea,
neovaskularisasi, defek epitel kornea, derajat iskemik limbus dan
tekanan intra okuli, simblefaron, dan edema.22.5.3 Pemeriksaan
PenunjangPemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam kasus
trauma basa mata adalah pemeriksaan pH bola mata secara berkala.
Irigasi pada mata harus dilakukan sampai tercapai pH netral.
Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit lamp yang
bertujuan untuk mengetahui lokasi luka. Pemeriksaan oftalmoskopi
direk dan indirek juga dapat dilakukan. Selain itu dapat pula
dilakukan pemeriksaan tonometri untuk mengetahui tekanan
intraocular.32.6 Diagnosa Banding Beberapa penyakit yang menjadi
diagnosis banding trauma kimia pada mata, terutama yang disebabkan
oleh basa atau alkali antara lain konjugtivitis, konjugtivitis
hemoragik akut, keratokunjugtivitis sicca, ulkus kornea, dan
lain-lain.82.7 PenatalaksanaanPenatalaksanaan pada trauma mata
bergantung pada berat ringannya trauma ataupun jenis trauma itu
sendiri. Namun demikian ada empat tujuan utama dalam mengatasi
kasus trauma okular adalah memperbaiki penglihatan, mencegah
terjadinya infeksi, mempertahankan struktur dan anatomi mata,
mencegah sekuele jangka panjang.2,9Pada trauma akibat asam
dilakukan irigasi jaringan yang terkena-kena secepat mungkin
setelah terpajan cairan kimia, dilakukan selama mungkin untuk
meyakinkan cairan yang mengakibatkan trauma benar-benar bersih dari
mata. Irigasi dapat dilakukan dengan menggunakan garam fisiologis
atau air selama 15-30 menit. Trauma asam pada dasarnya akan kembali
normal, namun jika perlu dapat diberikan anastesi topikal, larutan
natrium bikarbonat 3%, dan antibiotik.4Penatalaksanaan yang
dilakukan untuk menangani trauma basa pada mata adalah secepatnya
melakukan irigasi dengan garam fisiologik selama mungkin. Irigasi
dilakukan sampai pH menjadi normal, paling sedikit 2000 ml selama
30 menit. Bila dilakukan irigasi lebih lama akan lebih baik. Untuk
mengetahui telah terjadi netralisasi basa dapat dilakukan
pemeriksaan dengan kertas lakmus. pH normal air mata 7,3. Bila
penyebabnya adalah CaOH, dapat diberi EDTA karena EDTA 0,05 dapat
bereaksi dengan CaOH yang melekat pada jaringan. Pemberian
antibiotika dan debridement untuk mencegah infeksi oleh kuman
oportunis. Pemberian sikloplegik untuk mengistirahatkan iris,
mencegah iritis dan sinekia posterior. Pemberian Anti glaukoma
(beta blocker dan diamox) untuk mencegah terjadinya glaucoma
sekunder. Pemberian Steroid secara berhati-hati karena steroid
menghambat penyembuhan. Steroid diberikan untuk menekan proses
peradangan akibat denaturasi kimia dan kerusakan jaringan kornea
dan konjungtiva. Steroid topical ataupun sistemik dapat diberikan
pada 7 hari pertama pasca trauma. Diberikan Dexametason 0,1% setiap
2 jam. Steroid walaupun diberikan dalam dosis tinggi tidak mencegah
terbentuknya fibrin dan membrane siklitik. Kolagenase inhibitor
seperti sistein diberikan untuk menghalangi efek kolagenase.
Diberikan satu minggu sesudah trauma karena pada saat ini
kolagenase mulai terbentuk. Pemberian Vitamin C untuk pembentukan
jaringan kolagen. Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata,
lensa kontak lembek dan artificial tear (air mata buatan). Operasi
Keratoplasti dilakukan bila kekeruhan kornea sangat mengganggu
penglihatan.5,8,14,152.8 KomplikasiKomplikasi dari trauma mata juga
bergantung pada berat ringannya trauma, dan jenis trauma yang
terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma basa pada
mata antara lain :5,8,10,161. Simblefaron, adalah perlengketan
antara konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva
forniks. Dapat disebabkan akibat trauma kecelakaan, operasi, luka
bakar oleh zat kimia, dan peradangan. Dengan gejala gerak mata
terganggu, diplopia, lagoftalmus, sehingga kornea dan penglihatan
terganggu.2. Kornea keruh, edema, neovaskuler3. Sindroma mata
kering4. Katarak traumatik, merupakan katarak yang muncul sebagai
akibat cedera pada mata yang dapat merupakan trauma perforasi
ataupun tumpul yang terlihat sesudah beberapa hari ataupun beberapa
tahun. Katarak traumatik ini dapat muncul akut, subakut, atau pun
gejala sisa dari trauma mata. Trauma basa pada permukaan mata
sering menyebabkan katarak, selain menyebabkan kerusakan kornea,
konjungtiva, dan iris. Komponen basa yang masuk mengenai mata
menyebabkan peningkatan PH cairan akuos dan menurunkan kadar
glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi secara akut ataupun
perlahan-lahan. Trauma kimia dapat juga disebabkan oleh zat asam,
namun karena trauma asam sukar masuk ke bagian dalam mata
dibandingkan basa maka jarang terjadi katarak traumataik akibat
trauma asam.5. Glaukoma sudut tertutup6. Entropion7. Phtisis
bulbi2.9 PrognosisTrauma kimia pada mata dapat menyebabkan gangguan
penglihatan berat jangka panjang dan rasa tidak enak pada mata.
Prognosisnya ditentukan oleh bahan alkali penyebab trauma tersebut.
Terdapat 2 klasifikasi trauma basa pada mata untuk menganalisis
kerusakan dan beratnya kerusakan.2Klasifikasi Huges5Ringan :
Prognosis baik Terdapat erosi epitel kornea Pada kornea terdapat
kekeruhan yang ringan Tidak terdapat iskemia dan nekrosis kornea
ataupun konjungtivaSedang : Prognosis baik Terdapat kekeruhan
kornea sehingga sulit melihat iris dan pupil secara terperinci
Terdapat iskemia dan nekrosis enteng pada kornea dan
konjungtivaSangat berat : Prognosis buruk Akibat kekeruhan kornea
upil tidak dapat dilihat Konjungtiva dan sklera pucatKlasifikasi
Thoft 4Menurut klasifikasi Thoft, trauma basa dapat dibedakan
menjadi: Derajat 1 : terjadi hiperemi konjungtiva disertai dengan
keratitis pungtata Derajat 2 : terjadi hiperemi konjungtiva
disertai hilangnya epitel kornea Derajat 3 : terjadi hiperemi
disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel kornea
Derajat 4 : konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%Luka bakar
alkali derajat 1 dan 2 akan sembuh dengan jaringan arut tanpa
terdapatnya neovaskularisasi kedalam kornea. Luka bakar alkali
derajat 3 dan 4 membutuhkan waktu sembuh berbulan bulan bahkan
bertahun-tahun.4ASUHAN GAWAT DARURAT PADA MATA (TRAUMA MATA)
Diposkan oleh Bayu on Minggu, 07 November 2010 Label:
Keperawatan A. PENGERTIANKedaruratan mata adalah sikap keadaan yang
mengancam tajam penglihatan seseorang berupa penurunan tajam
penglihatan sampai terjadinya kebutaan (Roper- hall, 1990, FI UI
1982, perhimpunan indonesia 1994).Klasifikasi :Berdasarkan konsep
penanganan masalah gawat darurat maka kedaruratan mata dapat
dikelompokkan menjadi beberapa keadaan :1. Sight threatening
conditionDalam situasi ini mata akan mengalami kebutaan atau cacat
yang menetap dengan penurunan penglihatan yang berat dalam waktu
beberapa detik sampai beberapa menit saja bila tidak segera
mendapatkan pertolongan yang tepat. Cedera mata akibat bahan kimia
basa (alkali) termasuk dalam keadaan ini. Oklusi arteria sentralis
retina merupakan keadaan bukan trauma yang termasuk dalam kelompok
ini.2. Mayor conditionDalam situasi ini pertolongan harus diberikan
tetapi dengan batasan waktu yang lebih longgar, dapat beberapa jam
sampai beberapa hari. Bila pertolongan tidak diberikan maka
penderita akan mengalami hal yang sama seperti disebutkan pada
sight threatening condition.
3. Monitor conditionSituasi ini tidak akan menimbulkan kebutaan
meskipun mungkin menimbulkan suatu penderitaan subyektif pada
pasien bila terabaikan pasien mungkin dapat masuk kedalam keadaan
mayor conditionB. ETIOLOGIKedaruratan mata dapat terjadi karena dua
hal :1. Tidak ada hubungannya denga trauma mata, misalnya :
glaukoma akuta oklusi arteria sentralis retina2. Disebabkan trauma
Ada 2 macam trauma yang dapat mempengaruhi mata, yaitu: trauma
langsung terhadap mata trauma tidak langsung, dengan akibat pada
mata, misalnya- trauma kepala dengan kebutaan mendadak - trauma
dada dengan akibat kelainan pada retina Pembagian sebab-sebab
trauma langsung terhadap mata adalah sbb:1. Trauma mekanika. Trauma
tajam Biasanya mengenai struktur diluar bola mata (tulang orbita
dan kelopak mata) dan mengenai bola mata (ruptura konjungtifa,
ruptura kornea)b. Trauma tumpulFraktura dasar orbita ditandai
enoftalmus. Dapat terjadi kebutaan pasca trauma tumpul pada orbita.
Hematoma palpebra biasanya dibatasi oleh rima orbita, selalu
dipikirkan cedera pada sinus paranasal.c. Trauma ledakan/
tembakanAda 3 hal yang terjadi, yaitu :- Tekanan udara yang
berubah- Korpus alineum yang dilontarkan kearah mata yang dapat
bersifat mekanik maupun zat kimia tertentu- Perubahan suhu/
termis2. Trauma non mekanik a. Trauma kimiaDibedakan menjadi 2,
trauma oleh zat yang bersifat asam dan trauma yang bersifat basa.b.
Trauma termikTrauma ini disebabkan seperti panas, umpamanya
percikan besi cair, diperlukan sama seperti trauma kimiac. Trauma
radiasiTrauma radiasi disebabkan oleh inframerah dan ultravioletC.
MANIFESTASI KLINISAdapun manifestasi klinisnya adalah sebagai
berikut: lembam oedema nyeri lakrimasi adanya benda asing pupil
bergeser (T10 meningkat) adanya zat kimia perubahan visusD.
KOMPLIKASI1. Mengancam penglihatan glaukoma kronik perdarahan
vitreus eksoftalmus unilateral kelainan saraf2. kerusakan permanen
benda asing (kornea atau intra okuler) Abrasi kornea Laserasi bola
mata Infeksi konjungifitis berat, selulitis orbita Penyumbatan
arteri Pengelupasan retina EnsoftalmusE. PENATALAKSANAAN1. Trauma
oftalmik jangan lakukan penekanan( Bila ada kecurigaan adanya
laserasi, cedera tembus, ruptur bola mata ( penekanan dapat
diakibatkan ekstrusi isi intraokule dan kerusakan yang tidak dapat
diperbaiki( letakkan ibu jari dan jari telunjuk pada atas dan bawah
orbita( robekan kelopak mata (2. Cedera bola mata Hindari
manipulasi mata sampai saat perdarahan( Pasang balutan ringan
(tanpa tekanan) dan perisai logam yang bersandar pada tulang orbita
diplester kedahi dan pipi( jaga jarak bola mata minimal( Pembalutan
bilateral ( antibiotik, analgesik, anti tetanus dll( Kolaborasi (
Bila( ruptur bola mata sudah teratasi periksakan struktur lain
dapat dilakukan penjahitan( Laserasi kelopak mata (3. Benda asing
Benda asing tidak menembus dibawah kelopak mata atas( sehingga
memungkinkan kelopak mata bawah menyapu benda asing untuk keluar(
Angkat kelopak mata atas keatas kelopak mata bawah ( hati-hati
jangan sentuh kornea( Lakukan irigasi ( rujuk( tutup mata ( jika
benda asing gagal keluar ( irigasi( benda asing supervisial kornea
( pembedahan( benda asing tertanam ( alat berujung tumpul hindari
gunakan aplikator beraujung kapas karena dapat bergesek epitel
terlalu banyak( ambil benda asing (4. Abrasi kornea mengimobilisasi
kelopak mata( Beri balut tekan mata ( Kolaborasi pemberian
antibiotik, anastesi, dll( terlambat penyembuhan( Monitor efeki
anastesi ( ( untuk abrasi ekstensif berlapisan bagian( 24
jam(Pembalutan sebelah penyembuhan tanpa jaringan parut (24 s/d 48
jam)(bawah tidak terkena Monitor epitelisasi dan penyembuhan(5.
Luka bakar kimia Irigasi segera dengan air bersih atau larutan
NaCl( Cuci mata dibawah aliran air keran( mengejap-ngejapkan mata(
Memasukkan mata kedalam air ( Bilas terus selama 20 mnt atau sampai
bersih( kolaborasi( Lain-lain ( Balut mata bilateral(6. Ruptur bola
mata Jangan buat bahaya atau cedera lain( pasang perisai( hindari
manipulasi( gunakan spekulum mata saat pemeriksaan mata (>
tekanan vertikal bukan kedepan Jangan beri tetes mata( Tutup dan
lindungi bola mata( 7. Trauma tumpul kompres es, istirahatkan(
Kontusio orbita ( bedah kamera( posisi tegak, dan isrirahatkan
mata. Kolaborasikan ( Hifema( anterior penurunan dosis(anemia sel
sabit dan penggunaan obat anti koagulan ( waspadai (F. ASUHAN
KEPERAWATAN1. Pemeriksaan fisik Inspeksi : Infeksi palpebra lebih
teliti bagi memar/ laserasi Periksa mata bagi cedera Periksa kornea
bagi laserasi/ kekeruhan Inspeksi iris Lihat kedalam pupil Periksa
konjungtifa dan sklera dalam tiap kuadran2. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lapang panjang Pemeriksaan oftalmoskopi untuk melihat
mata Pemeriksaan neurologi/ syaraf-syaraf pada mataG. DIAGNOSA
KEPERAWATAN1. Nyeri B.D cidera, inkontinuitas jaringan, peningkatan
tekanan intra okuler 2. Resiko perdarahan B.D kerusakan pembukuh
darah mata sekunder terhadap trauma mata, peningkatan tekanan
intraokuler,....3. Cemas B.D gangguan penglihatan dan gangguan
anatomi4. Perubahan sensori visual B.D trauma okuler, penyakit
infeksi, penyakit struktur mata5. Kurangnya pengetahuan tentang
prosedur operasi B.D misperseption, kuragnya mengenal sumber-sumber
informasiH. INTERVENSI1. Untuk diagnosa 1 Pasang balutan mata cukup
terang( Atur pencahayaan Anjurkan untuk tidak melihat TV, membaca
kacamata gelap( Anjurkan istirahatkan mata atau turunkan TI0(
Anjurkan tidak lakukan gerakan tiba-tiba mengejan, angkat berat,
(hindari gerakan valsava manauver) Kolaborasi2. Untuk diagnosa 2
fiksasi tidak terlalu ketat( Pasang balutan mata Kompres dingin
Hindari gerakan valsava manauver Kolaborasi.....3. Untuk diagnosa 3
bersama dokter( Beri informasi hasil pemeriksaan fisik, rencana
lanjut pengobatan dan perawatan serta efeknya (4. Untuk diagnosa 4
Beri penjelasan terkait penurunan visus Orientasikan ruangan
Kolaborasi..5. Untuk diagnosa 5 Beri informasi tentang perioperatif
care (pre operasi, intra operasi, pasca operasi)( persiapan op
terkait anastesi spt puasa, lavement( pembatasan aktivitas,
pemasangan tameng mata pasca operasi untuk jangka wakru
tertentu.(