Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh karies, trauma, penyakit periodontal atau
atrisi yang berat. Kehilangan gigi–geligi dapat menimbulkan berbagai dampak, yaitu
dampak fungsional, sistemik dan emosional. Dampak fungsional yaitu berkurangnya
kemampuan mengunyah, menggigit serta berbicara. Dampak sistemik berupa penyakit
sistemik seperti defisiensi nutrisi, osteoporosis dan penyakit kardiovaskular, akibat status
kesehatan gigi–geligi yang buruk dan perubahan pola konsumsi. Dampak emosional
kehilangan gigi–geligi menyebabkan berkurangnya rasa percaya diri sehingga dapat
mengakibatkan keterbatasan aktivitas. Untuk dapat mengembalikan fungsi tersebut maka
dibuatkan gigi tiruan yang dapat menggantikan gigi yang hilang. Gigi tiruan adalah suatu
protesa yang berfungsi untuk menggantikan sebagian atau seluruh gigi asli yang hilang dan
digunakan pada rahang atas maupun rahang bawah.
Gigi tiruan dapat dibagi menjadi dua macam yaitu gigi tiruan lepasan (GTL) dan
gigi tiruan cekat (GTC). Gigi tiruan lepasan terdiri atas gigi tiruan penuh (GTP) dan gigi
tiruan sebagian lepasan (GTSL). Gigi tiruan cekat (GTC) adalah gigi tiruan jembatan.
Pemilihan jenis gigi tiruan yang dibutuhkan oleh seorang pasien disesuaikan dengan jumlah
elemen gigi yang hilang, kondisi jaringan pendukung gigi tiruan, lokasi gigi yang hilang,
usia pasien, kesehatan sistemik pasien, keinginan dan kebutuhan pasien. Gigi tiruan
jembatan adalah gigi tiruan yang mengganti satu atau lebih gigi yang hilang, dan dilekatkan
ke satu atau lebih gigi asli atau akar gigi yang bertindak sebagai penyangga. Jembatan dapat
terlepas setelah dipasangkan beberapa lama di dalam rongga mulut. Terlepasnya jembatan
dapat disebabkan karena perubahan bentuk retainer, gigi penyangga yang goyah, terlarutnya
semen, kesalahan dalam pemilihan retainer, karies, dan bentuk preparasi yang kurang
memberikan retensi bagi retainer.
Page 2
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis bermaksud untuk membahas
faktor kegagalan gigi tiruan jembatan serta penatalaksanaan dari kegagalan gigi tiruan
jembatan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja faktor kegagalan gigi tiruan jembatan?
2. Bagaimana evaluasi kegagalan pada gigi tiruan jembatan?
3. Bagaimana rangkaian penatalaksanaan secara kompleks dari kegagalan gigi tiruan
jembatan?
4. Bagaimana upaya pencegahan kegagalan gigi tiruan jembatan?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Mampu memahami dan menjelaskan faktor kegagalan dari gigi tiruan jembatan.
2. Mampu memahami dan menjelaskan evaluasi kegagalan pada gigi tiruan jembatan.
3. Mampu memahami dan menjelaskan rangkaian penatalaksanaan secara kompleks dari
kegagalan gigi tiruan jembatan.
4. Mampu mengetahui dan menjelaskan pencegahan kegagalan gigi tiruan jembatan.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan laporan tutorial ini adalah dapat
melengkapi informasi tentang faktor kegagalan gigi tiruan jembatan serta penatalaksanaan
dari kegagalan gigi tiruan jembatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Page 3
2.1 Gigi Tiruan Jembatan
2.1.1 Definisi
Gigi tiruan jembatan adalah gigi tiruan yang menggantikan kehilangan satu atau
lebih gigi-geligi asli yang dilekatkan secara permanen dengan semen serta didukung
sepenuhnya oleh satu atau beberapa gigi, akar gigi atau implan yang telah dipersiapkan.
2.1.2 Tujuan Pemakaian
Kegunaan pemakaian gigi tiruan jembatan antara lain:
1. Memperbaiki penampilan
Pada pasien dengan kehilangan gigi, terutama gigi anterior, tentu saja
penampuilan harus diperhatikan.
2. Kemampuan mengunyah
Banyak pasien tidak bisa makan dengan baik karena banyaknya gigi yang
hilang.
3. Stabilitas Oklusal
Stabilitas oklusal dapat hilang karena adanya gigi yang hilang. Kehilangan
gigi dapat menyebabkan gigi disekitarnya ekstrusi, migrasi dan merusak
stabilitas oklusi pasien.
4. Memperbaiki pengucapan
Kehilangan gigi insisivus atas dapat menganggu pengucapan seseorang.
5. Sebagai splinting periodontal
Kehilangan gigi dapat menyebabkan gigi tetangganya goyang, jadi gigi
tiruan jembatan dapat berfungsi juga sebagai splinting.
6. Membuat pasien merasa sempurna
Pasien percaya jika penggunaan gigi tiruan dapat memberikan banyak
keuntungan terhadap kesehatannya secara umum.
2.1.3 Indikasi dan Kontra Indikasi
Adapun indikasi dari pemakaian gigi tiruan jembatan, adalah sebagai berikut :
1. Kehilangan satu atau lebih gigi
Page 4
2. Kurangnya celah karena pergeseran gigi tetangga ke daerah edentulus
3. Gigi di sebelah daerah edentulus miring
4. Splintbagi gigi yang memiliki ketebalan email yang cukup untuk dietsa.
Adapun kontraindikasi dari pemakaian gigi tiruan jembatan adalah sebagai berikut
:
1. Pasien yang tidak kooperatif
2. Kondisi kejiwaan pasien kurang menunjang
3. Kelainan jaringan periodonsium
4. Prognosis yang jelek dari gigi penyangga
5. Diastema yang panjang
6. Kemungkinan kehilangan gigi pada lengkung gigi yang sama
7. Resorbsi lingir alveolus yang besar pada daerah anodonsia.
Page 5
2.1.4 Komponen Gigi Tiruan Jembatan
Adapun komponen dari gigi tiruan jembatan adalah sebagai berikut:
1. Retainer
Retainer merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan
gigi tiruan tersebut dengan gigi penyangga. Retainer berfungsi untuk
memegang/menahan (to retain) gigi tiruan agar tetap stabil di tempatnya serta
menyalurkan beban kunyah (dari gigi yang diganti) ke gigi penyangga.
2. Konektor
Konektor adalah bagian yang mencekatkan pontik ke retainer. Konektor dapat
berupa sambungan yang disolder, struktur cor (alumina derajat tinggi, jika terbuat
dari porselen seluruhnya).
3. Pontik
Pontik merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi
asli yang hilang dan berfungsi untuk mengembalikan fungsi kunyah dan bicara,
estetis, rasa nyaman, serta mempertahankan hubungan antar gigi tetangga untuk
mencegah migrasi atau hubungan gigi tersebut dan ektrusi gigi lawan.
4. Penyangga (abutment)
Abutment adalah gigi penyangga dapat bervariasi dalam kemampuan untuk
menahan gigitiruan cekat dan tergantung pada faktor-faktor seperti daerah membran
periodontal, panjang serta jumlah akar.
2.2 Dampak Desain Gigi Tiruan Jembatan yang Buruk
Desain gigitiruan yang tidak memenuhi syarat dapat menimbulkan pengaruh buruk
pada beberapa jaringan di rongga mulut, terutama pada jaringan gingiva, misalnya :
a. Tidak adanya rest, dan rest yang jelek atau patah karena preparasi yang tidak cukup,
umumnya dapat mengakibatkan migrasi dari komponen-komponen logam ke apikal
sehingga terjadi gingivitis hiperplasia. Jika migrasi dibiarkan berlanjut, maka dapat
terjadi dehiscence dan penetrasi akar..
Page 6
b. Celah antara lengan cengkram dan tepi gingiva menyebabkan makanan terperangkap dan
meningkatkan kemungkinan besar pembusukan makanan dan gingivitis.
c. Penempatan cengkram atau konektor yang terlalu cepat ke tepi gingiva.
d. Adanya penimbunan sisa makanan diantara pinggiran basis gigitiruan dan gigi alami.
Timbunan sisa makanan akan mendorong tepi gingiva keluar dari perlekatannya terhadap
inflamasi jaringan akibat toksin yang dibentuk oleh mikroorganisme yang berinkubasi.
e. Penekanan atau penutupan basis yang terlalu menekan pada tepi gingiva dapat
mengakibatkan trauma mekanik, respon inflamasi dan jika dalam keadaan kronik, dapat
mempercepat terbentuknya poket.
f. Kontrol plak yang kurang dari pasien
g. Kurangnya perawatan di rumah, baik pada kebersihan gigitiruan cekat maupun
kebersihan mulut yang menyebabkan respon tidak menguntungkan karena makanan
terperangkap. Dengan berkurangnya perawatan di rumah, maka masalah jaringan
periodontal sering mengikuti gingivitis dan karies gigi.
h. Konstruksi GTC yang tidak benar mempengaruhi kondisi kesehatan rongga mulut,
menghambat kemampuan saliva sebagai self-cleaning, trauma mekanis pada gingiva,
mengalami kesulitan dalam membersihkan rongga mulut yang dapat menimbulkan bau
mulut.
Page 7
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Faktor Kegagalan Gigi Tiruan Jembatan
3.1.1 Faktor Biologis
1. Karies pada gigi penyangga
Karies pada gigi penyangga merupakan kegagalan biologis yang paling
umum. Karies dapat mempengaruhi jembatan dalam beberapa cara, baik secara
langsung pada margin dari retainer atau tidak langsung dengan di tempat lain pada
gigi dan menyebar ke permukaan casting atau mungkin disebabkan karena kegagalan
sementasi.
Penyebab :
- Tepi retainer yang terlalu panjang
- Tepi retainer yang terbuka
- Kerusakan atau keausan pada retainer
- Oral hygiene yang buruk
- Kesalahan pemilihan retainer
Pemeriksaan :
- Pemeriksaan visual (diskolorasi di sekitar margin)
- Melakukan sondasi pada retainer dengan eksplorer yang tajam
- Radiografi pada karies interproksimal
Penatalaksanaan
- Apabi lesi karies kecil maka dapat dilakukan prosedur konservatif
- Lapian emas adalah pilihan bahan yang tepat untuk karies pada margin
- Pada daerah dengan akses yang terbatas, amalgam lebih dipilih daripada emas
karena marginal seal jangka panjang
Page 8
- Pada area yang membutuhkan estetik dapat digunakan glass ionomer
- Apabila karies terletak di proksimal, protesa harus dilepas untuk meningkatkan
akses. Apabila lesi kecil maka dilakukan perluasan untuk mengambil jaringan
kariesnya kemudian ditumpat dengan menggunakan amalgam.
2. Degenerasi pulpa
Saat pemeriksaan pasien mengeluhkan adanya sensitivitas pada gigi
abutment pasca insersi gigi tiruan jembatan, rasa sakit spontan atau kelainan periapikal
yang terdeteksi pada gambaran radiografi.
Penyebab:
- Panas yang berlebih pada saat preparasi
- Pengurangan gigi yang berlebihan
- Trauma oklusal
- Keterlibatan semen
Penatalaksanaan
- Membuat perforasi dan direstorasi dengan gold foil atau amalgam
- Apabila retainer logam menjadi longgar atau terjadi fraktur porselen maka
dilakukan pembuata protesa baru
- Dilakukan perawatan endodontic untuk mengembalikan kualitas dan kuantitas
truktur gigi untuk pendukung dan retensi dari protesa.
1. Kerusakan jaringan periodontal
Pemeriksaan klinis menunjukkan adanya resesi gingiva, keterlibatan daerah
furkasi, pembentukan poket, dan kegoyangan gigi. Halini dapat berupa kerusakan
periodontal yang menyeluruh di rongga mulut yang mungkin berhubungan dengan
drifting gigi atau mungkin terlokalisasi pada abutment jembatan.
Penyebab :
- Instruksi tidak adekuat pada prosthesis hygiene atau pasien dengan implementasi
rendah
- Protesa yang menghalangi oral hygiene yang baik
o Adaptasi marginal buruk
Page 9
o Permukaan axial over kontur
o Konektor terlalu besar sehingga membatasi embrasur pada servikal
o Kontak pontik yang besar pada puncak edentolous
o Protesa dengan permukaan yang kasar sehingga menyebabkan akumulasi
plak
- Trauma oklusi
- Jumlah gigi abutment kurang
Penatalaksanaan
- Apabila penyakit periodontal ringan hingga sedang dilakukan scaling dan root
planning serta kontroll plask
- Apabila penyakit periodontal sedang hingga berat dilkukan bedah flap, bone
graft, dsb.
- Occlusal adjustment
- Apabila prognosis dari gigi abutment menurun, maka gigi tersebut harus dicabut
2. Masalah oklusal
Kegagalan gigi tiruan jembatan yang berhubungan dengan masalah oklusal dapat
ditandai dengan adanya facet yang besar, kegoyangan gigi, rasa nyeri pada saat di
perkusi, kontak yang terbuka, fraktur cusp, dan keterlibatan nyeri pada otot-otot
pengunyahan.
Penatalaksanaan
- Kontak oklusal yang sentrik dan eksentrik dapat menyebabkan egoyangan gigi.
Apabila dapat terdeteksi secara dini, hal ini dapat dihilangkan dengan cara
occlusal adjustment
- Pada pasien dengan kebiasaan buruk bruxism, maka dibuatkan night guard atau
occlusal splint.
- Ketidanyamanan neuromuscular berhubungan dengan oklusi yang salah dalam
kegagalan gigi tiruan cekat dapat diatasi dengan cara membentuk kembali kontak
giginya
3. Perforasi gigi
Page 10
Lubang pasak atau pasak yang digunakan dalam restorasi dengan pin retained yang
teletak salah dapat menyebabkan perforasi lateral.
- Apabila perforasi terletak lebih ke oklusal ligamen periodontal, maka preparasi
diperluas untuk menutupi defek.
- Apabila perforasi meluas ke ligamen periodontal maka dilakukan bedah
periodontal untuk menghaluskan atau menempatkan restorasi pada area perforasi.
- Appabila area tersebut tidak dapat diakses maka gigi tersebut harus diekstraksi.
4. Intrusi gigi pendukungIntrusi gigi pendukung dapat terjadi karena perubahan yang terjadi dimana posisi
gigi pendukung menjauhi bidang oklusal.
3.1.2 Kegagalan mekanis
1. Kehilangan retensi
Hal ini terjadi akibat pengaruh beban oklusi yang tidak seimbang pada
bagian lain dari gigi tiruan jembatan. Retainer yang longgar menyebabkan kerusakan
yang cepat dari gigi abutment. Pasien mungkin menyadari kelonggaran atau
sensitivitas terhadap suhu atau permen. juga mungkin ada rasa tidak enak yang
berulang dan bau, yang harus dibedakan dari gejala serupa yang disebabkan oleh
kebersihan atau periodontal masalah mulut yang buruk.
Penatalaksanaan :
- Apabila retainer menjadi longgar, gigi tiruan jembatan harus dilepas sehingga
gigi abutment dapat dievaluasi.
- Apabila restorasi dapat dilepas dari gigi yang dipreparasi tanpa kerusakan dan
tidak ada karies, maka penyemenan kembali dapat dilakukan. Prosedur
penyemenan yang salah, seperti kontaminasi dengan pelembab atau ruang kosong
pada semen meningkat mungkin dapat menyebabkan masalah.
2. Fraktur konektor
Rangka jembatan atau konektor yang kaku seperti patutan yang disolder
dapat patah. Mobilitas tiap bagian akan menyebabkan kegagalan tersebut, tetapi perlu
Page 11
diperiksa juga gangguan oklusi dengan palpasi jari, kertas artikulasi, atau malam
indikator oklusal.
Penatalaksanaan :
- Fraktur konektor sulit untuk dideteksi pada gigi penyangga dengan tanpa
mobilitas. Wedges ditempatkan di bawah konektor untuk memisahkan
komponen gigi tiruan jembatan untuk memastikan diagnosis. Kadang-kadang
inlay seperti preparasi Dovetail dapat dikembangkan dalam logam untuk
menjangkau lokasi fraktur dan casting dapat disemen untuk menstabilkan
prostesa.
- Jika hal ini tidak mungkin dan pembuatan ulang tidak dapat dengan cepat
dicapai, konektor tersebut harus dihilangkan dengan memotong melalui konektor
utuh. Gigi tiruan sebagian lepasan sementara dapat diinsersikan untuk menjaga
ruang yang ada dan memenuhi persyaratan estetika.
- Akan lebih baik bila memungkinkan untuk menggabungkan beberapa satuan
jembatan dengan menyolder sendi pada tengah pontics sebelum porselen
ditambahkan. Hal ini dapat memberikan luas permukaan yang lebih besar
untuk sendi yang disolder dan juga diperkuat oleh porselen penutup.
Page 12
3. Fraktur gigi
- Fraktur koronal
Fraktur koronal dapat disebabkan karena karies pada gigi abutment.
Fraktur juga dapat disebabkan karena preparasi gigi yang berlebihan sehingga
menyebabkan struktur gigi tidak mampu untuk menahan beban oklusal.
Penatalaksanaan :
o Apabila defek kecil dapat direstorasi dengan amalgam, gold foil, atau
resin.
o Apabila terdapat fraktur koronal yang besar di sekeliling retainer, maka
dibuatkan ful coverage retainer.
o Apabila fraktur menyebabkan terbukanya pulpa, maka dilakukan
perawatan endodontic.
- Fraktur akar
Fraktur akar sering terjadi pada gigi yang mengalami trauma. Fraktur juga
dapat terjadi selama perawatan endodontik akibat preparasi yang berlebihan.
Apabila fraktur akar terletak jauh dibawah tulang alveolar, maka harus
diekstraksi dan dibuatkan protesa baru.
4. Fraktur porselen
Fraktur porselen terjadi baik dengan logam keramik dan restorasi all ceramic.
Sebagian besar fraktur porcelain fused to metal dapat dikaitkan dengan karakteristik
desain yang tidak tepat dari kerangka logam atau masalah yang berhubungan dengan
oklusi. Restorasi all ceramic umumnya gagal karena kekurangan dalam preparasi
gigi atau adanya gaya oklusal yang berat. Sudut yang tajam atau sudut tajam atau
daerah yang sangat kasar dan tidak teratur di atas area pelapisan bertindak sebagai
titik konsentrasi tegangan yang menyebabkan penjalaran retak dan patah keramik.
Pengecoran logam yang terlalu tipis tidak cukup mendukung porselen, sehingga
lentur dan patah pada porselen. porselen yang tidak didukung oleh logam dalam
porcelain fused to metal mungkin patah karena kegagalan kohesif dalam porselen.
Page 13
Penanganan yang tidak tepat dari alloy selama pengecoran, finishing atau aplikasi
dari porselen dapat menyebabkan kontaminasi logam.
Penatalaksanaan :
- Metode terbaik adalah membuat protesa baru.
- Bahan resin sering digunakan untuk membangun kembali bentuk porselen di
daerah dimana fraktur terjadi, memadai untuk pencocokan warna yang baik dapat
dicapai. Retensi dari material ini umumnya dengan mechanical interlocking,
apabila diletakkan pada gigi dengan tekanan kunyah yang besar seringkali
mengalami kegagalan.
- Apabila fraktur disebabkan karena tekanan oklusal yang besar, bagian yang
berkontak dengan gigi tersebut dihindarkan mada metal-ceramic junction dan
harus 1.5 mm dari junction.
5. Kegagalan penyemenan
Kegagalan penyemenan dapat disebabkan karena melonggarnya retainer
karena retensi mekanis yang tidak memadai sebagai kekuatan adhesi kimia, dan
kekuatan kohesif semen yang terbatas. Kegagalan penyemenan juga dapat terjadi
karena teknik sementasi yang buruk. Semen resin dianggap paling kuat. Namun
kelemahan utama dari semen resin yaitu perembesan H2O yang menyebabkan
peningkatan tekanan pada interface yang bertindak sebagai ruang hidrolik, yang
mengarah ke kegagalan.
6. Gigi tiruan jembatan yang lepas dari penyangga
Gigi tiruan jembatan yang lepas dari gigi penyangga dapat terjadi karena
sebagai berikut :
- Adanya torsi atau ungkitan
- Kesalahan teknik penyemenan (bahan semen kurang baik atau pengadukan yang
kurang sempurna)
- Terlarutnya semen karena terbukanya tepi restorasi
- Gigi penyangga goyang
- Gigi penyangga mengalami karies
- Kesalahan dalam pemilihan retainer
- Restorasi tidak akurat
Page 14
3.1.3 Kegagalan estetis
1. Ketidakcocokan warna
Ketidakcocokan warna disebabkan oleh sebagai berikut :
- Ketidakmampuan operator untuk mencocokkan gigi alami pasien dengan tersedia
warna porselen.
- Pilihan warna yang tidak memadai karena metamerism.
- Pengurangan gigi tidak cukup atau kegagalan untuk karena bentuk yang salah
atau desain kerangka yang menampilkan logam.
- Di samping itu, gigi alami mengalami perubahan warna yang tidak terjadi dalam
porselen, sehingga pencocokan warna tidak dapat diterima.
- Bentuk margin atau bentuk serviks dari protesa dapat meningkatkan akumulasi
plak, menyebabkan inflamasi gingiva, yang menghasilkan warna jaringan lunak
yang tidak wajar atau bentuk yang estetis tidak dapat diterima
2. Hilangnya facing (porcelain)
Hilangnya facing atau lapisan estetik dapat disebabkan karena kurangnya
retensi, perubahan dari kerangka logam, maloklusi dan pengolahan bahan pelapis yang
salah serta keausan bahan.
3.2 Evaluasi Kegagalan Gigi Tiruan Jembatan
Setelah GTJ selesai difabrikasi dari laboratorium (belum jadi sepenuhnya baru
backing logam), sebelum dipasangkan pada pasien GTJ ini perlu dievaluasi terlebih dahulu,
terutama pada kualitas backing logam dan facing porcelainnya (pada tipe PFM), namun jika
tidak menggunakan bahan ini maka tidak perlu dievaluasi. Disini dievaluasi kecekatan GTC,
ketepatan marginal, kontak proksimal, ruang untuk facing, kontak oklusal dan artikulasi.
Jika evaluasinya baik, maka backing logam ini dikembalikan lagi ke laboratorium untuk
dibuatkan facing porselennya. Setelah jadi sepenuhnya, kembali dilakukan evaluasi
pemeriksaan di gigi pasien namun belum disementasi secara permanen. Evaluasi ini
meliputi:
Page 15
- Kecekatan ( fitness/self retention ). GTC harus memiliki kecekatan yang maksudnya
saat dipasangkan bisa pas dan tidak jatuh saat dipasang di gigi hasil preparasi dan
mampu melawan gaya-gaya ringan yang berlawanan dengan arah insersi tanpa
sementasi.
- Marginal fitness & integrity. Diperiksa pada bagian tepi servikal restorasi menggunakan
sonde half- moon; apakah ada bagian yang terlalu pendek atau terbuka serta dilakukan
pemeriksaan mengelilingi servikal. Kemudian dilihat juga kondisi gusi, apakah
mengalami kepucatan (menandakan tepi servikal yang terlalu panjang sehingga
menekan gusi). Disini perlu dilakukan pengurangan panjang namun jangan sampai
terlalu pendek yang dapat berakibat terbukanya tepi restorasi.
- Kontak proksimal. Kontak tidak boleh terlalu menekan, overhanging, atau overkontur
(terlalu ke labial atau lingual atau oklusal). Perhatikan juga efek dari ACF karena gaya
ini sangat berpengaruh terhadap kondisi inklinasi gigi. Pengecekan dilakukan dengan
menggunakan benang gigi dan dilewatkan di proksimal gigi tetangga ataupun antar
GTC. Disini benang harus mengalami hambatan ringan namun tidak sampai merobek
benang.
- Stabilitas dan adaptasi ke mukosa gingiva. Merupakan kedudukan pada gigi penyangga
harus tetap dan tepat, sehingga tidak goyang, memutar, ataupun terungkit meskipun
tidak diberi gaya. Untuk masalah faktor ungkit umumnya diperiksa dengan menekan
salah satu gigi penyangga. Adaptasi mukosa tentu perlu karena nantinya GTJ akan
menekan gusi meskipun ringan namun tetap tidak boleh membuat perubahan warna
pada gusi yang dapat berujung pada resesi serta untuk memaksimalkan efek self
cleansing pada daerah embrasurnya.
- Penyesuaian oklusal. Pemeriksaan dilakukan menggunakan kertas artikulasi dan
diletakan di titik kontak dan titi oklusi dan suruh pasien menggigit kertas tersebut dalam
kondisi oklusi sentris. Hasil yang baik adalah tidak adanya tanda pada hasil restorasi
yang menandakan bahwa oklusi sudah nyaman dan tidak ada yang mengganjal atau
ketidaknyamanan saat beroklusi. Hal ini perlu karena ketidaknyamanan ini dapat
berujung pada gangguan sistem mastikasi.
- Estetika. Syarat estetis selalu menjadi poin utama dalam setiap restorasi, khususnya
pada masa kini dimana pasien menginginkan restorasinya sewarna gigi dan seideal
Page 16
mungkin, maka pada bagian yang terlihat saat tersenyum (anterior dan sebagian kecil
posterior) maka restorasi harus sewarna gigi tetangganya dan harus mengikuti kontur,
anatomi, dan bentuk normal gigi tersebut.
3.3 Rangkaian Penatalaksanaan Gigi Tiruan Jembatan
1. Perawatan bahan
Syarat-syarat bahan secara umum adalah memiliki aspek:
- Biologis. Bahan hendaknya tidak menimbulkan iritasi, non toksik, dan kariostatik
- Kelarutan. Bahan tersebut harus tahan terhadap saliva (tidak larut dalam saliva)
- Mekanis. Memiliki daya tahan abrasi yang baik dan momdulus elastisitasnya
sama dengan enamel dan dentin.
- Sifat termis. Koefisien muai panas sama dengan enamel dan dentin.
Macam-macam bahan gigi tiruan adalah sebagai berikut :
- All porcelain bridge
Bahan porselen adalah bahan yang sangat populer saat ini. Kelebihannya
adalah pilihan gradasi warna yang sangat estetis dan permukaannya mengkilat.
Bahan porselen sangat sulit dibedakan dengan gigi yang asli. Kekuatannya lebih
besar daripada akrilik namun tidak sekuat logam. Kekurangan dari bahan porselen
ini bersifat rapuh sehingga tidak dapat diasah dan tidak dapat diletakkan pada
permukaan oklusal gigi belakang. Biasanya juga digunakan untuk gigi yang
memerlukan estetik tinggi. Bahan porselen ini tidak cocok digunakan pada pasien
dengan kebiasaan buruk bruxism karena gesekan yang terus menerus dengan gigi
antagonisnya akan menyebabkan porcelain cepat pecah.
- All acrylic bridge
Bahan akrilik biasanya digunakan untuk pembuatan mahkota jaket
sementara (menunggu mahkota jaket permanen). Bahan akrilik biasanya
dikombinasikan dengan logam karena sifat bahan akrilik tidak kuat menahan
beban kunyah. Kelebihan dari bahan akrilik warnanya dapat disesuaikan dengan
gigi asli, namun mudah berubah warnyanya. Harganya pun murah tetapi tampilan
Page 17
menarik. Kontraindikasi dari bahan ini adalah tidak digunakan pada gigi yang
memiliki beban kunyah yang besar karena kekerasan akrilik hanya 1/16
kekerasan dentin. Gigi tiruan yang menggunakan bahan ini juga tidak cocok
digunakan pada penderita dengan bruxism.
- All metal bridge
Gigi tiruan permanen yang terbuat dari logam atau emas mempunyai
kekuatan yang sangat bagus bahkan dapat bertahan sampai bertahun-tahun,
keuntungan yang lain adalah logam dan emas tidak korosif dan tidak berkarat.
Tetapi gigi tiruan dari bahan logam dan emas tampilan warnanya sangat berbeda
dengan gigi asli. Biasanya diindikasikan pada gigi posterior dan
kontraindikasinya adalah gigi abutment yang digunakan mempunyai ketebalan
dentin yang kecil.
- Porcelain fused to metal
Porcelain fused to metal adalah jenis hibrida antara mahkota logam dan
mahkota porselen. Mereka terutama dipilih untuk gigi depan tetapi tidak
menutup kemungkinan juga digunakan pada gigi posterior. Porcelain fused to
metal ini lebih kuat dari all porcelain bridge. Meskipun porcelain fused to metal
dipilih untuk penampilan yang sangat baik karena keestetikannya, ada beberapa
kelemahan utama yang terkait dengan logam yang menyatu di dalamnya.
Kelemahan porcelain fused to metal adalah ketidaknyamanan gigi akibat
sensitive terhadap panas dan dingin. Hal ini disebabkan karena gigi masih vital
dan logam merupakan konduktr termal yang baik. Selain itu, ada beberapa kasus
dimana permukaan mahkota menimbukan keausan pada gigi antagonisnya.
- In ceram (keramik bridge)
Terbuat dari porselen alumina yang sangat kuat. Memiiki estetika yang sangat
baik dan cukup kuat untuk dapat di semen den semen gigi konvensional.
a. Spinell. Porselen spinel digunakan untuk anterior unt tunggal yang
memerlukan estetika dan translusensi yang baik.
b. Alumina. Porsselen alumina digunakan untuk posterior unit tunggal dan kasus
anterior, dan sampai restorasi 3 unit jembatan.
Page 18
c. Zirkonia. Zirkonia porselen digunakan untuk posterior tunggal dan kasus
anterior, dan sampai restorasi 5 unit jembatan.
2. Perawatan pendahuluan
Perawatan pendahuluan adalah tindakan yang dilakukan terhadap gigi, jaringan
lunak maupun keras, dalam rangka mempersiapkan mulut untuk menerima gigitiruan.
Keberhasilan atau gagalnya gigitiruan sebagian lepasan tergantung pada beberapa
faktor diantarnya meliputi:
1. Kondisi mulut pasien
2. Keadaan periodontal gigi yang dipilih
3. Prognosa gigi tersebut.
Tujuan perawatan pendahuluan selain untuk mengadakan sanitasi mulut, juga
untuk menciptakan kondisi oklusi normal, yang menjamin kesehatan gigi dan jaringan
pendukungnya.
Usaha mempersiapkan mulut untuk menerima gigitiruan ada 2 (dua) hal
penting yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Pemeriksaan mulut, gigi geligi dan jaringan mulut lainnya.
2. Usaha mempersiapkan gigi dan mulut dalam menerima gigitiruan.
Perawatan pendahuluan meliputi:
1. Tindakan yang berhubungan dengan perawatan bedah
Umumnya pembedahan mencakup jaringan keras dan jaringan lunak yang
memerlukan waktu penyembuhan yang cukup sebelum pembuatan gigi tiruan.
Makin lama jarak waktu pembedahan dengan pencetakan makin sempurna
penyembuhan sehingga gigi tiruan lebih stabil.
a. Pencabutan.
Gigi yang akan dicabut harus ditentukan dengan teliti. Setiap gigi
diperiksa apakah cukup penting dan masih dapat dipertahankan untuk
keberhasilan gigitiruan yang akan dibuat atau harus dicabut. Gigi yang cukup
kuat yang akan dijadikan sandaran dapat dipertahankan sebaliknya gigi yang
dapat menimbulkan kesulitan dalam pembuatan gigitiruan sebaiknya dicabut.
b. Penyingkiran sisa akar yang tinggal dan gigi impaksi
Page 19
Pengambilan sisa akar yang terpenting dapat dilakukan dari permukaan
labial/bukal, atau palatal tanpa mengurangi tinggi alveolar ridge. Pengambilan
gigi yang impaksi dilakukan sedini mungkin agar dapat mencegah infeksi akut
dan kronis.
c. Kista dan tumor odontogenik
Semua gambaran radiolusen dan radiopak harus diselidiki. Penderita
harus diyakinkan tentang keadaan mulutnya yang mempunyai kelainan
berdasarkan laporan akhir patologis.
d. Penonjolan tulang
Penonjolan tulang yang menghalangi pemasangan gigitiruan harus
disingkirkan. Misalnya torus palatinus yang meluas sampai pada pertemuan
palatum mole sehingga menghalangi adanya posteror palatal seal, torus
palatinus yang sangat besar sehingga memenuhi palatum dan akan
menyebabkan ketidakstabilan gigitiruan, torus palatinus yang menyebabkan
penumpukan debris.
e. Bedah periodontal
Bedah periodontal dilakukan untuk mendapatkan keadaan jaringan
yang sehat sebagai pendukung gigitiruan. Penyingkiran saku gusi dapat
dilakukan dengan cara kuretase dan eksisi surgical. Misalnya gingivectomy,
reposisi flap.
2. Tindakan-tindakan yang berhubungan dengan perawatan jaringan pendukung.
Hal ini berguna untuk mendapatkan jaringan yang sehat pada gigi yang ada
sehingga dapat memberikan dukungan dan fungsi yang baik untuk gigitiruan, antara
lain:
a. Menghilangkan kalkulus
b. Menghilangkan pocket periodontal
c. Melakukan splinting terhadap gigi-gigi yang mobiliti
d. Memperbaiki tambalan yang tidak baik, seperti tambalan menggantung.
e. Menghilangkan gangguan oklusal
f. Tindakan Konservasi
Page 20
Sebelum merencanakan gigitiruan harus diketahui perbaikan yang akurat
terhadap gigi-gigi yang ada, antara lain :
a. Penambalan
b. Pembuatan inlay, dsb
c. Kedudukan rest
3. Tindakan-tindakan ortodonti
Tindakan ini misalnya ada kasus diastema sentralis, sebaiknya dilakukan
perawatan ortodonti terlebih dahulu sebelum pembuatan gigitiruan.
Skenario : Gangguan Pengunyahan
Ibu Akhamd 49 tahun merasakan adanya ketidaknyamanan karena adanya
kegoyangan gigi tiruan tetap pada rahang atas kiri. Keadaan ini telah dirasakan 3 hari
yang lalu setelah mengunyah makanan. Berdasarkan hasil pemeriksaan foto panoramic
dan periapikal yaitu pada gigi 25 menunjukkan post perawatan endodontic dengan
pemasangan pasak, radiolucent berbatas jelas pada apical gigi dan tampak fraktur pada
retainer. Pada gigi 27 menunjukkan fraktur pada akar palatal, radiolucent pada bagian
apical gigi dan resorbsi tulang alveolar sampai 2/3 panjang akar gigi. Secara klinis gigi 25
dan 27 merupakan retainer dengan desain extracoronal retainer berupa porcelain fuse to
metal dan pontic pada gigi 26 dengan tipe ridge lap pontic. Retainer dan pontic
dihubungkan dengan connector tipe fixed-fixed bridge. Disamping itu pada gigi 25
terdapat karies permukaan akarpada bagian bukal dan gigi 27 tampak adanya resesi
gingival dan karies permukaan akar pada bagian bukal dan palatal. Tampak adanya
pengelupasan lapisan estetik (lapisan porcelain) pada oklusal retainer gigi 25. Penderita
menginginkan penggantian gigi tiruan tersebut.
Penatalaksanaan pada skenario tersebut adalah Gigi tiruan sebagian lepasan
karena kondisi gigi 25 dan 27 tidak dapat dipertahankan lagi dikarenakan kondisi yang
telah disebutkan di skenario. Maka gigi 25 dan 27 diindikasikan untuk dilakukan
ekstraksi. Selain itu, dilihat dari data foto panoramik di skenario, tampak gambarak
radiolusen pada beberapa gigi seperti pada gigi 16, 17, 36, 37, 45, 46 dan 47 yang
menandakan bahwa telah dilakukan perawatan pada gigi tersebut. Selain itu terlihat
Page 21
resorbsi tulang alveolar horizontal yang terjadi secara general dari gigi 37 sampai 47.
Oleh karena itu pasien diindikasikan untuk menggunakan GTSL.
3. Pemilihan desain
Pertimbangan pemilihan desain gigi tiruan cekat adalah sebagai berikut :
1. Retainer
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yg menghubungkan gigi
tiruan tersebut dengan gigi penyangga. Fungsinya:
a. Memegang/menahan (to retain) supaya gigi tiruan tetap stabil di tempatnya.
b. Menyalurkan beban kunyah (dari gigi yang diganti) ke gigi penyangga.
Macam-macam retainer:
a. Extra Coronal Retainer
Yaitu retainer yang meliputi bagian luar mahkota gigi, dapat berupa:
1) Full Veneer Crown Retainer
Indikasi:
- Tekanan kunyah normal/besar
- Gigi-gigi penyangga yang pendek
- Intermediate abutment pasca perawatan periodontal
- Untuk gigi tiruan jembatan yang pendek maupun panjang
Keuntungan
- Indikasi luas
- Memberikan retensi dan resistensi yg terbaik
- Memberikan efek splinting yg terbaik
Kerugian:
- Jaringan gigi yg diasah lebih banyak
- Estetis kurang optimal (terutama bila terbuat dari all metal)
Page 22
Gambar 3. Extra Coronal Retainer
2) Partial Veneer Crown Retainer
Indikasi :
- Gigi tiruan jembatan yang pendek
- Tekanan kunyah ringan/normal
- Bentuk dan besar gigi penyangga harus normal
- Salah satu gigi penyangga miring
Gambar 4. Partial Veneer Crown Retainer
Keuntungan
- Pengambilan jaringan gigi lebih sedikit
- Estetis lebih baik daripada full veneer crown retainer
Kerugian:
- Indikasi terbatas
- Kesejajaran preparasi antar gigi penyangga sulit
Page 23
- Kemampuan dalam hal retensi dan resistensi kurang
- Pembuatannya sulit (dlm hal ketepatan).
b. Intracoronal Retainer
Yaitu retainer yang meliputi bagian dalam mahkota gigi penyangga.
Bentuk dari intracoronal retainer dapat berupa:
- Onlay
- Inlay MO/DO/MOD
Indikasi:
- Gigi tiruan jembatan yang pendek
- Tekanan kunyah ringan atau normal
- Gigi penyangga dengan karies kelas II yang besar
- Gigi penyangga mempunyai bentuk/besar yang normal
Keuntungan:
- Jaringan gigi yang diasah sedikit
- Preparasi lebih mudah
- Estetis cukup baik
Kerugian:
- Indikasi terbatas
- Kemampuan dlm hal retensi resistensi kurang
- Mudah lepas/patah
Gambar 5. Intra Coronal Retainer Bentuk Onlay.
Page 24
c. Dowel retainer
Adalah retainer yang meliputi saluran akar gigi, dengan sedikit atau
tanpa jaringan mahkota gigi dengan syarat tidak sebagai retainer yang berdiri
sendiri.
Indikasi:
- Gigi penyangga yang telah mengalami perawatan syaraf
- Gigi tiruan pendek
- Tekanan kunyah ringan
- Gigi penyangga perlu perbaikan posisi/inklinasi
Keuntungan:
- Estetis baik
- Posisi dapat disesuaikan
Kerugian:
- Sering terjadi fraktur akar
Gambar 6. Dowel Retainer.
2. Pontik
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi asli
yang hilang dan berfungsi untuk mengembalikan:
- Fungsi kunyah dan bicara
- Estetis
- Comfort (rasa nyaman)
Page 25
- Mempertahankan hubungan antar gigi tetanggaà mencegah migrasi /
hubungan dengan gigi lawan à ektrusi
Berdasarkan hubungan dengan jaringan lunak, pontik dapat dibagi
menjadi:
1. Pontik Sanitary
Pada pontik ini, dasar pontik tidak berkontak sama sekali dengan
linggir alveolus sehingga terdapat ruangan/jarak antara dasar pontik dengan
linggir alveolus (1-3 mm), dan permukaan dasar pontik cembung dalam segala
aspek. Tujuan pembuatan dasar pontik ini adalah agar sisa-sisa makanan dapat
dengan mudah dibersihkan. Adanya bentuk pontik yang demikian
mengakibatkan kekurangan dalam hal estetis sehingga hanya diindikasikan
untuk pontik posterior rahang bawah.
Gambar 7. Pontik Sanitary
2. Pontik Ridge Lap
Bagian labial/bukal dari dasar pontik berkontak dengan linggir
alveolus sedangkan bagian palatal menjauhi linggir ataupun sedikit
menyentuh mukosa dari linggir. Hal ini mengakibatkan estetis pada bagian
labial/bukal lebih baik, dan mudah dibersihkan pada bagian palatal. Walaupun
demikian menurut beberapa hasil penelitian, sisa makanan masih mudah
masuk ke bawah dasar pontik dan sulit untuk dibersihkan. Pontik jenis ini
biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior dan posterior.
Page 26
Gambar 8. Pontik Ridge Lap
3. Pontik Conical Root
Pontik conical root biasanya diindikasikan untuk jembatan imediat
yang dibuatkan atas permintaan pasien yang sangat mengutamakan estetis
dalam kegiatan sehari-hari. Pontik ini dibuat dengan cara bagian dasar pontik
masuk ke dalam soket gigi yang baru dicabut kira-kira 2 mm. pontik ini
dipasang segera setelah dilakukannya pencabutan dan pada pembuatan ini
tidak menggunakan restorasi provisional.4
Gambar 9. Pontik Conical Root.
3. Konektor (Connector)
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan pontik
dengan retainer, pontik dengan pontik atau retainer dengan retainer sehingga
menyatukan bagian-bagian tersebut untuk dapat berfungsi sebagai splinting dan
penyalur beban kunyah.
Terdapat 2 macam konektor, yakni:
1. Rigid connector
2. Non Rigid Connnector
4. Penyangga (Abutment)
Sesuai dgn jumlah, letak dan fungsinya dikenal istilah:
1. Single abutment hanya mempergunakan satu gigi penyangga
2. Double abutment bila memakai dua gigi penyangga
3. Multiple abutment bila memakai lebih dari dua gigi penyangga
Page 27
4. Terminal abutment
5. Intermediate/pier abutment
6. Splinted abutment
7. Double splinted
Gambar 10. Contoh Gambar Double Abutment dan Terminal Abutment.
Gambar 11. Contoh Gambar Intermediet/ Pier Abutment
Page 28
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan gigi tiruan jembatan adalah sebagai
berikut :
1. Oklusi gigi
Bila pasien kehilangan satu atau beberapa gigi dalam satu area di dalam
rongga mulut, bila tidak dibuatkan fixed bridge, maka gigi-gigi yang ada di antara
gigi yang hilang tersebut akan bergerak ke daerah yang kosong, sedangkan gigi
lawannya (oklusinya) akan cenderung memanjang karena tidak ada gigi yang
menopangnya pada saat oklusi. Bergeraknya gigi kedaerah yang kosong dinamakan
shifting/drifting, sedangkan gigi yang memanjang dinamakan elongation/extrusion.
Gambar 12. Gigi Bergerak ke Daerah yang Kosong (Shifting/drifting.)
Gambar 13. Gigi yang Memanjang (elongation/extrusion).
Bila kondisi ini berlanjut, maka akan menyebabkan :
a. Sakit pada rahang (terutama pada TMJ/Temporo Mandibular Joint)
b. Retensi sisa-sisa makanan diantara gigi-gigi (food Impaction) dan dapat
menyebabkan penyakit periodontal .
c. Berakhir dengan pencabutan pada gigi-gigi dan juga gigi lawannya. Beban
fungsional pada oklusal pontik terutama gigi posterior dapat dikurangi dengan
Page 29
mempersempit lebar buko-lingual atau buko-palatal untuk mengurangi beban
oklusi yang dapat merusak gigi tiruan pada pasien-pasien tertentu.
2. Oral hygiene
3. Jaringan periodontal
Hukum Ante menyatakan bahwa daerah membran periodontal pada akar-
akar dari gigi abutment harus sekurang-kurangnya sama dengan daerah membran
periodontal yang ada pada gigi-gigi yang akan diganti.
4. Posisi gigi dan kesejajaran gigi
Abutment yang melibatkan gigi anterior hanya gigi gigi insisivus biasanya
mempunyai inklinasi labial yang serupa dan tidak terlalu sulit untuk menyusun
kesejajarannya. Apabila abutment melibatkan gigi anterior seperti caninus dan
gigi posterior seperti premolar kedua atas supaya diperoleh kesejajaran, kaninus
harus dipreparasi pada arah yang sama seperti premolar.
5. Jumlah dan lokasi kehilangan gigi
6. Kegoyangan gigi
7. Frekwensi karies
8. Discoloration
3.4 Pencegahan Kegagalan Gigi Tiruan Jembatan
Usaha pencegahan yang dilakukan terhadap kegagalan gigi tiruan jembatan adalah :
1. Mengetahui pemilihan jumlah dan distribusi gigi pendukung. Pemilihan jumlah dan
distribusi gigi pendukung yang baik dapat mengurangi resiko terjadinya kegagalan gigi
tiruan jembatan. Hukum Ante tetap merupakan acuan utama untuk menentukan distribusi
jumlah gigi yang tepat pada gigi tiruan jembatan, idealnya dua pendukung digunakan
untuk satu pontik yang terletak pada ujung-ujungnya.
2. Dokter gigi mengetahui dengan baik prosedur perawatannya
3. Pasien menjaga oral hygiene dengan baik agar tidak ada akumulasi plak
4. Aplikasi bahan pelapis lunak
Page 30
5. Pemakaian stres absorbing elemen
6. Pemakaian konektor non rigid. Perbedaan gerakan gigi dan implan dapat menyebabkan
berbagai bentuk kegagalan pemakaian gigi tiruan jembatan dukungan gigi dan implant.
Usaha yang paling penting untuk diperhatikan dalam mencegah berbagai bentuk
kegagalan tersebut adalah dengan mencegah terjadinya tekanan berlebihan pada
pendukung gigi tiruan jembatan yang timbul akibat perbedaan pergerakan tersebut.
7. Pada pasien dengan indeks karies yang tinggi, mengatur waktu kunjungan untuk
melakukan control plak perlu dilakukan. Serta menggunakan pasta gigi dan obat kumur
yang mengandung fluoride.