Top Banner
KEBIJAKAN GUBERNUR DKI JAKARTA DALAM PENCABUTAN IZIN REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA 2018 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Azizah Putri Rivinia NIM: 11151120000050 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019/1440 H
115

KEBIJAKAN GUBERNUR DKI JAKARTA DALAM PENCABUTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49246/1/AZIZA… · C. Kerangka Pikir .....30 . xi BAB III: GAMBARAN UMUM JAKARTA

Oct 22, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • KEBIJAKAN GUBERNUR DKI JAKARTA DALAM

    PENCABUTAN IZIN REKLAMASI PANTAI UTARA

    JAKARTA 2018

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

    Oleh:

    Azizah Putri Rivinia

    NIM: 11151120000050

    PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2019/1440 H

  • i

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

    ABSTRAK

    Nama : Azizah Putri Rivinia

    NIM : 11151120000050

    Judul : Kebijakan Gubernur DKI Jakarta dalam Pencabutan Izin

    Reklamasi Pantai Utara Jakarta 2018

    Penelitian ini menganalisa kebijakan gubernur DKI Jakarta dalam

    pencabutan izin reklamasi pantai utara Jakarta 2018. Tujuan penelitian ini adalah

    untuk melihat faktor terjadinya perubahan kebijakan dalam konteks reklamasi

    pantai utara Jakarta dan melihat secara lebih lanjut tentang dampak yang

    ditimbulkan dari kebijakan pencabutan izin reklamasi pantai utara Jakarta 2018.

    Penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka dan wawancara. Kebijakan

    reklamasi pantai utara Jakarta yang di dalamnya terjadi perubahan kebijakan

    publik melalui kebijakan pencabutan izin reklamasi pantai utara Jakarta 2018

    periode Anies. Peneliti menemukan bahwa penyebab terjadinya perubahan

    kebijakan pencabutan izin reklamasi pantai utara Jakarta 2018 yaitu adanya

    gerakan penolakan dan laporan serta bentuk tindakan lainnya dari berbagai ormas,

    NGO, dan masyarakat pesisir yang tergabung dalam Koalisi Selamatkan Teluk

    Jakarta (KSTJ). Kemudian kajian ilmiah yang menyatakan bahwa reklamasi

    pantai utara Jakarta telah menyalahi aturan lingkungan hidup yakni terjadinya

    penurunan muka tanah, banjir, dan pencemaran lingkungan yang berdampak pada

    masyarakat sekitar. Dan janji kampanye gubernur Anies Baswedan dalam Pilkada

    DKI Jakarta 2017 sebagai salah satu pendukung kebijakan pencabutan izin 13

    pulau reklamasi pantai utara Jakarta terimplementasi.

    Setelah terimplementasi, muncul perubahan dampak lingkungan, ekonomi,

    dan kemitraan antara berbagai pihak dirasa berdampak positif walaupun belum

    terlihat secara signifikan. Penelitian ini menggunakan kerangka teoretis dari

    kebijakan publik serta kemitraan pemerintah dan swasta dalam perspektif good

    governance. Dari hasil analisa menggunakan kedua teori tersebut dapat

    disimpulkan bahwa adanya perubahan kebijakan publik tentunya memiliki

    dampak baru setelah kebijakan tersebut diimplementasikan, dalam hal tersebut

    memperlihatkan bahwa Pemprov DKI Jakarta telah melakukan implementasi

    kebijakan tersebut sesuai dengan ketentuan dan prinsip-prinsip tata kelola

    pemerintahan yang berlaku hanya saja perlu adanya proses lebih lanjut untuk lebih melegalitasi kebijakan tersebut agar tidak terjadi gugatan-gugatan yang

    memungkinkan diteruskannya kembali proyek reklamasi yang telah dicabut

    izinnya.

    Kata Kunci: Reklamasi, Pencabutan Izin, Kebijakan Publik.

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum Wr. Wb

    Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

    karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

    Shalawat serta salam dicurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, Rasul

    yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju ke zaman yang

    terang benderang sampai saat ini.

    Skripsi yang berjudul “KEBIJAKAN GUBERNUR DKI JAKARTA

    DALAM PENCABUTAN IZIN REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA

    2018” disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana

    Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

    Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari

    betul dalam penyusunan skripsi ini masih belum sempurna dan banyak

    kekurangan. Tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, penulis

    tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu, penulis ingin

    mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Prof. Dr. Amany Lubis M.A., selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta, beserta seluruh staf dan jajarannya.

    2. Ali Munhanif, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

    Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh staf dan

    jajarannya.

    3. Dr. Iding Rosyidin, M.Si, selaku Kepala Program Studi Ilmu Politik FISIP

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

  • vii

    4. Suryani, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku dosen Penasehat Akademik (PA).

    Terimakasih atas bimbingan, masukan, dan nasehatnya selama ini.

    5. Dr. Ahmad Bakir Ihsan, M.Si, selaku dosen seminar proposal, terimakasih

    telah membimbing, menyaring, dan mengkritik permasalahan yang

    diajukan sehingga sampai pada penelitian ini.

    6. Dr. Agus Nugraha, M.A., selaku dosen pembimbing dalam penelitian ini,

    terimakasih atas bimbingan, kritikan atau masukan, dan dorongannya

    selama proses mengerjakan penelitian ini.

    7. Dra. Gefarina Djohan, M.A dan Dr. Haniah Hanafie M.Si selaku dosen

    penguji penelitian skripsi ini, terimakasih atas segala masukan untuk

    penyempurnaan penulisan substansi dalam skripsi ini.

    8. Seluruh dosen pengajar di Program Studi Ilmu Politik yang telah

    memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis selama masa

    perkuliahan.

    9. Seluruh narasumber yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk

    memberikan informasi atas data-data yang penulis perlukan selama

    berlangsungnya wawancara.

    10. Orang tua tercinta, Azmi Hasan dan Erlina D serta ketiga abang terbaik,

    Arief Rahman, Ahmad Muhardi dan Aulia Rahman Putra, terimakasih atas

    segala doa, bantuan, dan dukungan baik moral maupun materi tanpa henti

    dalam menyelesaikan penelitian ini.

  • viii

    11. CB Politik 2015, Febi Dwi Andyani, Nahdahtul Hikmah, Dyah Safira

    Priambodo, Neng Sys Mafazah, Nofika Indah Lestari, Indah Dwi

    Wulandari, Diana Novita Sari, Astri Diyawati, terimakasih atas doa,

    dukungan, serta bantuan dalam berdiskusi dan memberi masukan dalam

    penelitian ini.

    12. Sahabat/i PMII Politik 2015, Firjie Asfahany, Ade Tamara Putra, Ihsan

    Fikri Islami, Edy Saputra, Luthfi Ramadhan, Chika Susanti, Adnan

    Zhaffar, Aulia Rahman, Adelia Rorianti, Daffa Daud, Nida Mardhiah,

    terimakasih atas doa, dukungan dan pengalaman berharga bagi penulis

    sewaktu menempuh pendidikan.

    13. Teman seperjuangan Ilmu Politik B (Polbe) 2015, Afif Aryadi, Ricky

    Ridestian, dll., terimakasih untuk segala dinamika selama proses

    perkuliahan berlangsung di kelas yang akan selalu terkenang.

    14. Sahabat terbaik, Ayesha, Denya Ersa Cavalera, Hera Chicarachel, dan

    Husnul Khotimah terimakasih atas doa dan dukungan yang selalu

    diberikan yang dapat memotivasi penulis dalam menyelesaikan penelitian

    ini.

    15. Sahabat/i PMII KOMFISIP, Masayu Fitria, Siska Andrianika, Shabrina

    Aufar, Dyah Damayanti, Ayu Nur Permana, dan sahabat/i lainnya,

    terimakasih atas segala pengalaman berorganisasi paling berharga yang

    telah kita rajut bersama sewaktu penulis menempuh pendidikan.

    16. KKN PEMUDA 120, Syifa Fauziah, Dea Maudi, Dewi Mariyah, Violita

    Sadhillah, Astira Elvani, Kamilah Birrimbiki, Alfi Haryo, Mohan Saputra,

  • ix

  • x

    DAFTAR ISI

    PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ....................................... ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................... iii

    PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................. iv

    ABSTRAKSI ........................................................................................ v

    KATA PENGANTAR ........................................................................ vi

    DAFTAR ISI ........................................................................................ x

    DAFTAR TABEL.............................................................................. xii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xiii

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xiv

    DAFTAR SINGKATAN ................................................................... xv

    BAB I: PENDAHULUAN .................................................................. 1

    A. Pernyataan Masalah ..................................................................................... 1

    B. Pertanyaan Masalah ................................................................................... 10

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 10

    1. Tujuan Penelitian ................................................................................... 10

    2. Manfaat Penelitian ................................................................................. 10

    D. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 11

    E. Metode Penelitian....................................................................................... 15

    F. Sistematika Penulisan ............................................................................... 18

    BAB II: Landasan Teori dan Kerangka Pikir ............................... 20

    A. Kebijakan Publik ........................................................................................ 20

    1. Pengertian Kebijakan Publik .................................................................. 20

    2. Implementasi Kebijakan Publik ............................................................. 21

    3. Perubahan Kebijakan Publik .................................................................. 23

    B. Good Governance ...................................................................................... 24

    1. Pengertian Good Governance ................................................................ 24

    2. Karakteristik Good Governance ............................................................ 25

    3. Pemerintah dan Mitra Pengembang dalam Perspektif Good Governance28

    C. Kerangka Pikir ........................................................................................... 30

  • xi

    BAB III: GAMBARAN UMUM JAKARTA UTARA DAN

    REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA ................................ 33

    A. Profil Kota Administrasi Jakarta Utara ...................................................... 34

    B. Reklamasi Pantai Utara Jakarta .................................................................. 38

    1. Profil Reklamasi Pantai Utara Jakarta.................................................... 39

    2. Ruang Lingkup Wilayah Reklamasi Pantai Utara Jakarta ..................... 44

    BAB IV: PERUBAHAN DAN DAMPAK KEBIJAKAN

    GUBERNUR DKI JAKARTA DALAM PENCABUTAN IZIN

    REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA 2018 ....................... 46

    A. Perubahan Kebijakan Gubernur DKI Jakarta dalam Pencabutan Izin

    Reklamasi Pantai Utara Jakarta 2018 ......................................................... 46

    1. Kebijakan Izin Reklamasi Pantai Utara Jakarta Periode Ahok .............. 47

    2. Pencabutan Izin Reklamasi Pantai Utara Jakarta 2018 .......................... 52

    3. Kebijakan Pencabutan Izin Reklamasi Pantai Utara Jakarta Periode

    Anies .......................................................................................................... 68

    B. Dampak Kebijakan Gubernur DKI Jakarta dalam Pencabutan Izin

    Reklamasi Pantai Utara Jakarta 2018 ......................................................... 74

    1. Dampak Lingkungan .............................................................................. 75

    2. Dampak Ekonomi................................................................................... 81

    3. Dampak Kemitraan ................................................................................ 85

    BAB V: PENUTUP ........................................................................... 90

    A. Kesimpulan ................................................................................................ 90

    B. Saran ........................................................................................................... 92

    1. Saran Akademis ..................................................................................... 92

    2. Saran Praktis .......................................................................................... 92

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 93

    LAMPIRAN ....................................................................................... 97

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel III.A.1 Perkiraan Luas Lahan Kawasan Reklamasi Pantai Utara

    Jakarta .................................................................................................................... 34

    Tabel III.A.2 Kepadatan Penduduk Jakarta Utara Berdasarkan Kecamatan

    Tahun 2016 ............................................................................................................ 37

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar I.A.1 Hasil Penghitungan Suara Pilkada DKI Jakarta 2017 Putaran

    Kedua ....................................................................................................................... 6

    Gambar II.B.3.1 Piramida Segmentasi Hubungan Kemitraan antara

    Pemerintah, Sektor Bisnis (Mitra Pengembang) dan Masyarakat ......................... 29

    Gambar II.C.1 Kerangka Pikir ....................................................................... 32

    Gambar III.A.1 Peta Administrasi Kota Jakarta Utara Provinsi DKI Jakarta . 35

    Gambar III.B.1.1 Perencanaan Giant Sea Wall.................................................. 40

    Gambar III.B.1.2 Peta Letak 17 Pulau dan Pengembang ................................... 41

    Gambar III.B.1.3 Peta Rencana Reklamasi Pantai Utara Jakarta ...................... 43

    Gambar III.B.2.1 Peta Wilayah Strategis Pantai Utara Jakarta.......................... 45

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran I Surat Wawancara Kepada Feirully Irzal ............................... 97

    Lampiran 2 Surat Wawancara Kepada Irfan Pulungan ............................. 98

    Lampiran 3 Surat Wawancara Kepada Marthin Hadiwinata .................... 99

  • xv

    DAFTAR SINGKATAN

    AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

    Bappeda : Badan Pembangunan Daerah

    BKP : Badan Koordinasi dan Pengelolaan

    BPR : Badan Pelaksana Reklamasi

    Cagub/Cawagub : Calon Gubernur/Calon Wakil Gubernur

    DKI : Daerah Khusus Ibukota

    DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

    HGB : Hak Guna Bangunan

    IMB : Izin Mendirikan Bangunan

    Kabid : Kepala Bidang

    KepGub : Keputusan Gubernur

    Keppres : Keputusan Presiden

    KLHK : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

    KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis

    KNTI : Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia

    KSTJ : Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta

    MA : Mahkamah Agung

    P4 : Perencanaan, Pengembangan, dan Pemantauan

    Pembangunan

    Pantura Jakarta : Pantai Utara Jakarta

    Pemprov : Pemerintah Provinsi

    PERDA : Peraturan Daerah

    PERGUB : Peraturan Gubernur

    Perpres : Peraturan Presdien

    Pilkada : Pemilihan Kepala Daerah

    PTUN : Pengadilan Tata Usaha Negara

    RAPERDA : Rancangan Peraturan Daerah

    RTRKS : Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis

    RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah

    RZWP3K : Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

    SK Gub : Surat Keputusan Gubernur

    TGUPP : Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan

    UU : Undang-Undang

    Walhi : Wahana Lingkungan Hidup

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Pernyataan Masalah

    Penelitian ini membahas tentang pencabutan izin reklamasi pantai

    utara Jakarta pada tahun 2018 yang merupakan suatu kebijakan dari Anies

    Rasyid Baswedan atau yang selanjutnya disebut Anies Baswedan, selaku

    gubernur DKI Jakarta dalam menyelesaikan permasalahan publik di Jakarta

    yakni mengenai reklamasi di pantai utara Jakarta. DinamikaIpro danIkontra

    yangIberlangsung serta dampak setelah proses pengimplementasian kebijakan

    tersebut menarik untuk diteliti. Pencabutan izin reklamasi pantai utara Jakarta

    tentunya tidakIdapat dilepaskan dari konteks atau keadaan sewaktu Anies

    Baswedan berkampanye dalam pilkada DKI Jakarta 2017.

    Dalam pilkada DKI Jakarta 2017, pasanganIcalon gubernurIdan wakil

    gubernurIDKIIJakarta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno menyatakan

    23Ijanji jikaIterpilihImemimpin IbuIKota. Janji kampanye tersebutImulai dari

    memperluas manfaatIKartu Jakarta Pintar (KJP) hingga penghentian

    proyekIreklamasi pantai utara Jakarta.1 Penghentian proyek reklamasi

    tersebut langsung menjadi sorotan bagi pasangan calon lawan. Juru bicara tim

    pemenangan Ahok-Djarot mengatakan pasangan calon tandingan Basuki

    Tjahaja Purnama atau yang biasa disebut Ahok pada Pilkada Jakarta pun

    tidak akan bisa menghentikan proyek reklamasi yang tengah berjalan. Namun

    1 Erwin Dariyanto, “23 Janji Anies Baswedan Sandiaga Uno KJP Plus Sampai Setop

    Reklamasi”, https://news.detik.com/berita/d-3341915/23-janji-anies-baswedan-sandiaga-uno-kjp-

    plus-sampai-setop-reklamasi, 17 Januari 2019.

    https://news.detik.com/berita/d-3341915/23-janji-anies-baswedan-sandiaga-uno-kjp-plus-sampai-setop-reklamasihttps://news.detik.com/berita/d-3341915/23-janji-anies-baswedan-sandiaga-uno-kjp-plus-sampai-setop-reklamasi

  • 2

    proyek reklamasi sendiri sebenarnya sudah berkali-kali dibatalkan pada

    putusan sidang Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, yang terbaru adalah

    pembatalan izin reklamasi untuk Pulau D, I, dan K pada persidangan hari

    Kamis 16 Maret 2017. Namun pembatalan tersebut hanya terkait dengan izin

    operasional. Begitu izin yang baru keluar, maka proyek akan berjalan

    kembali.

    Reklamasi pantai utara Jakarta pada masa pemerintahannya Ahok pada

    tahun 2014 sampai 2017 telah mendapatkan izin pelaksanaan reklamasi. Pada

    masa pemerintahannya Ahok tersebut juga dikeluarkannya 4 keputusan dan 1

    peraturan, ini artinya sudah ada 4 pengembang sudah bisa melanjutkan

    kegitan pelaksanaan pembangunan reklamasi sesuai dengan aturan dan

    pemanfaatan lahan dari masing-masing pulau. Keseriusan Ahok untuk

    membangun reklamasi Teluk Jakarta mulai terlihat di tahun pertama ia

    menjabat sebagai pimpinan Pemprov DKI Jakarta.

    Ahok menilai pembangunan 17 pulau reklamasi Teluk Jakarta bisa

    memberikan keuntungan bagi DKI Jakarta. Pasalnya, biaya pembangunan

    reklamasi dibebankan oleh pengembang atau perusahaan dan tidak

    dibebankan dari APBD DKI Jakarta dan APBN Pemerintah Pusat. Selain itu,

    Ahok mengklaim bahwa pembangunan reklamasi memiliki dampak yang

    baik untuk pembangunan Jakarta. Ini dikarenakan, ada biaya-biaya yang

    harus dibayarkan oleh pengembang kepada Pemprov DKI Jakarta dan biaya

    inilah yang nantinya akan digunakan oleh Pemprov membangun Jakarta.

  • 3

    Namun pada tahun 2016, disaat Ahok masih memimpin DKI Jakarta,

    permasalahan baru terkait reklamasi pantai utara Jakarta muncul. DPRD

    memberhentikan pembahasan terkait Rancangan Peraturan Daerah (Raperda)

    Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) dan

    Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (RTRKS) Pantura ini karena kasus

    OTT. Terungkapnya tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Mohamad

    Sanusi sebagai anggota DPRD DKI Jakarta, yang terbukti melakukan tindak

    pidana korupsi Raperda reklamasi dari mantan Presiden Direktur PT. Agung

    Podomoro Land yaitu Ariesman Widjaja menjadi semakin hangat dan

    membuat banyak pihak terseret dalam dugaan tindak pidana korupsi

    pembangunan reklamasi pantai utara ini Jakarta.2

    Selain permasalahan di atas, permasalahan lainnya mengenai aspek

    lingkungan juga muncul. Reklamasi dilakukan dengan menimbun pasir

    dengan spesifikasi tertentu ke laut hingga membentuk daratan baru.

    Sebelumnya, tanggul harus dibangun untuk penahan pasir, yang dengan

    demikian tentunya ekosistem laut di sekitar daerah pembangunan akan

    berubah. Keanekaragaman hayati banyak yang diprediksi akan punah jika

    proyek reklamasi ini terus dilakukan. Hal ini juga yang membuat para

    nelayan akan kehilangan matapencahariannya yakni mencari ikan di wilayah

    pantai utara Jakarta. Dampak lingkungan lainnya dari proyek reklamasi ini

    adalah meningkatkan potensi banjir karena ada 13 sungai yang mengalir ke

    2 Bayu Nanda Permana, “Konflik dalam Kebijakan Reklamasi Teluk Utara Jakarta pada

    Masa Pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) Periode 2015-2017”, (Skripsi Ilmu Poltik

    FISIP: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018).

  • 4

    wilayah reklamasi pantai utara Jakarta serta reklamasi dapat mengubah

    bentang alam dan aliran air (hidrologi).3

    Secara umum, dampak negatif yang ditimbulkan akibat dari reklamasi

    pantai ialah sebagai berikut yakni pencemaran lingkungan pantai oleh limbah

    yang dihasilkan, perubahan garis pantai pola arus laut saat ini, gangguan

    terhadap pola lalu lintas kota, pola kegiatan nelayan menjadi terganggu,

    gangguan terhadap tata air tanah maupun air permukaan termasuk di

    dalamnya masalaherosi, penurunan kualitas dan kuantitas air, serta potensi

    banjir di kawasan pantai. Kemudian terjadinya pencemaran pantai pada saat

    pembangunan, permasalahan pemindahan penduduk dan pembebasan tanah,

    potensi terjadinya kerusakan pantai dan instalasi bawah air (kabel, pipa gas,

    dan lainya), potensi gangguan terhadap lingkungan (tergusurnya perumahan

    nelayan, berkurangnya hutan mangrove, terancamnya biota pantai langkah).

    Serta yang terakhir perubahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW),

    Rencana Detail Tata Ruang (RDRT).4

    Data yang diperoleh dari Lembaga Survey Indobarometer

    menunjukkan bahwa proyek reklamasi di Jakarta Utara lebih cenderung

    merugikan warga daripada menguntungkannya. Asep Saepudin selaku

    peneliti Indobarometer mengatakan dari hasil survei yang telah dilakukan,

    3 Rita Ayuningtyas, “3 Fakta tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta”,

    https://www.liputan6.com/news/read/2478494/3-fakta-tentang-reklamasi-pantai-utara-

    jakarta?utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9arwTvQ.0&utm_referrer=https%3A%2F%2Fwww.goog

    le.com%2F, 18 Agustus 2019. 4 Dr Flora Kalalo, SH, MH, Implikasi Hukum Kebijakan Reklamasi Pantai dan Laut di

    Indonesia, (LoGoz Publishing, 2009), 5. Dalam Olivianty Reulla, “Proses Perizinan dan Dampak

    Lingkungan Terhadap Kegiatan Reklamasi Pantai”, (Jurnal Lex Administratum Vol. 1, No. 2,

    Tahun 2013).

    https://www.liputan6.com/news/read/2478494/3-fakta-tentang-reklamasi-pantai-utara-jakarta?utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9arwTvQ.0&utm_referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2Fhttps://www.liputan6.com/news/read/2478494/3-fakta-tentang-reklamasi-pantai-utara-jakarta?utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9arwTvQ.0&utm_referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2Fhttps://www.liputan6.com/news/read/2478494/3-fakta-tentang-reklamasi-pantai-utara-jakarta?utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9arwTvQ.0&utm_referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F

  • 5

    menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat tidak menyetujui adanyaIproyek

    reklamasiIpantaiIutara Jakarta. Asep juga mengatakan bahwa ada 58,3%

    mayoritas publik yang menolak atau tidak setujuIdenganIadanyaIproyek

    reklamasiIpantai utara Jakarta. Hanya ada 38,3% masyarakat yang

    menyatakan bahwa ia setuju dengan diberlangsungkannya proyek reklamasi

    tersebut. Sementara itu, ada sebesar 3.5% yang menjawab tidak mengetahui

    atau tidak menjawab.5

    Adanya ketidaksetujuan masyarakat disebabkan oleh berbagai hal,

    namun yang pasti menurut masyarakat proyek reklamasi ini berdampak

    buruk. Pertama, yang berasumsi bahwa proyek reklamasi ini dianggap

    merugikan nelayan ada sekitar 34,9%, kemudian yang berasumsi merusak

    lingkungan sebesar 31,9%, lalu yang berasumsi bisa mengakibatkan bencana

    (banjir/abrasi) ada 19,2% masyarakat, yang berasumsi hanya untuk dinikmati

    orang kaya (menengah keatas) 5,2%, akan menimbulkan kasus korupsi 3,9%,

    membuang anggaran Pemerintah Provinsi 3,5%, terjadinya penyempitan

    lahan peariran (laut) 0,9%, dan hanya menguntungkan kepentingan

    pengembang saja 0,4%. Karena berbagai alasan tersebut maka mayoritas

    masyarakat menyetujui agar proyek reklamasi pantai utara Jakarta harus

    dihentikan.6

    5 Hery H Winarno, “Survei Indo Barometer: Mayoritas Warga Tolak Reklamasi Teluk

    Jakarta”, https://www.merdeka.com/jakarta/survei-indo-barometer-mayoritas-warga-tolak-

    reklamasi-teluk-jakarta.html, 10 November 2018. 6 Hery H Winarno, “Survei Indo Barometer: Mayoritas Warga Tolak Reklamasi Teluk

    Jakarta”, https://www.merdeka.com/jakarta/survei-indo-barometer-mayoritas-warga-tolak-

    reklamasi-teluk-jakarta.html, 10 November 2018.

    https://www.merdeka.com/jakarta/survei-indo-barometer-mayoritas-warga-tolak-reklamasi-teluk-jakarta.htmlhttps://www.merdeka.com/jakarta/survei-indo-barometer-mayoritas-warga-tolak-reklamasi-teluk-jakarta.htmlhttps://www.merdeka.com/jakarta/survei-indo-barometer-mayoritas-warga-tolak-reklamasi-teluk-jakarta.htmlhttps://www.merdeka.com/jakarta/survei-indo-barometer-mayoritas-warga-tolak-reklamasi-teluk-jakarta.html

  • 6

    Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 menjadi cukup semarak, selain

    isu identitas politik yang sangat ramai diperbincangkan khalayak, rencana

    program kerja atau janji kampanye yang dilontarkan juga membuat kontestasi

    yang berlangsung pada saat itu menjadi semakin panas. Pilgub DKI Jakarta

    putaran dua dilaksanakan pada 19 April 2017. Pada perhitungan akhir yang

    resmi oleh KPU, pasangan Anies-Sandiaga mengungguli pasangan Ahok-

    Djarot.

    Gambar I.A.1

    Hasil Penghitungan Suara Pilkada DKI Jakarta 2017 Putaran Kedua

    Sumber: Komisi Pemilihan Umum, 2017.

    Dari data di atas, gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta yang telah

    terpilih yakni Anies Baswedan dan Sandiaga Uno akan dilantik pada 16

    Oktober 2017 secara resmi oleh Presiden Jokowi di Istana Negara. Setelah

    resmi dilantik dan menjabat sebagai gubernur dan wakil gubernur baru DKI

    Jakarta, sudah ada aksi demo pada hari pertama Anies dan Sandi di Balai

  • 7

    Kota DKI Jakarta. Demo tersebut dilakukan oleh Aliansi Korban Reklamasi

    yang melakukan aksi demonya di depan Balai Kota untuk menagih kembali

    janji Anies-Sandi dalam menolak reklamasi.

    Dari gambaran di atas, dapat dijelaskan suatu keadaan bahwa gubernur

    DKI Jakarta, Anies Baswedan mengeluarkan suatu kebijakan yang berbeda

    dengan Basuki Tjahaja Purnama, yang selanjutnya disebut Ahok, pada

    periode kepemimpinan sebelumnya yaitu Anies memutuskanIuntuk

    menghentikan total proyek reklamasi di Teluk Jakarta. Ada 13 pulau yang

    akan direklamasi dicabut izinnya. Kemudian Anies juga menyebut alasan izin

    reklamasi itu dicabut, menurutnya, karenaIparaIpengembang yang sudah

    memegang izin reklamasi tidak melaksanakanIkewajiban mereka berdasarkan

    hasil verifikasi audit yang dilakukan oleh pihak Pemprov DKI Jakarta.

    Anies menjelaskan di dalam konferensi persnya saat di Balai Kota

    yang terletak di Jalan Medan Merdeka Selatan, hari Rabu tanggal 26

    September 2018 lalu mengenai pencabutan izin reklamasi, ia mengatakan

    bahwasannya setelah dilakukan verifikasi lebih lanjut yang dilakukan oleh

    Badan Koordinasi dan Pengelolaan (BKP) reklamasi pantai utara Jakarta

    yang dibentuk oleh Anies melalui Pergub nomor 58 tahun 2018, maka

    gubernur DKI Jakarta secara resmi mencabut 13 pulau yang telah

    mendapatkan izin untuk dilakukan proses reklamasi.7 Adapun daftar 13

    inisial nama pulau reklamasi beserta nama pemegang izin yang dicabut

    izinnya oleh Anies, diantaranya yaitu: Pulau A, B, dan E dengan pemegang

    7 Nursita Sari, “Ini Daftar 13 Pulau Reklamasi di Teluk Jakarta yang dicabut Izinnya”,

    https://megapolitan.kompas.com/read/2018/09/26/17555181/ini-daftar-13-pulau-reklamasi-di-

    teluk-jakarta-yang-dicabut-izinnya, 9 November 2018.

    https://megapolitan.kompas.com/read/2018/09/26/17555181/ini-daftar-13-pulau-reklamasi-di-teluk-jakarta-yang-dicabut-izinnyahttps://megapolitan.kompas.com/read/2018/09/26/17555181/ini-daftar-13-pulau-reklamasi-di-teluk-jakarta-yang-dicabut-izinnya

  • 8

    izin yaitu PT Kapuk Naga Indah. Pulau I, J, dan K dengan pemegang izin

    yaitu PT Pembangunan Jaya Ancol. Pulau O dan F dengan pemegang izin PT

    Jakarta Propertindo. Pulau P dan Q dengan PT KEK Marunda Jakarta sebagai

    pemegang izinnya. Pulau M dengan PT Manggala Krida Yudha sebagai

    pemegang izin. Pulau H dan I dengan PT Taman Harapan Indah dan PT

    Jaladri Kartika Pakci masing-masing sebagai pemegang izinnya.8

    Seperti yang telah kita ketahui bersama melalui pemberitaan,

    bahwasannya ada 17 pulau yang rencananya akan direklamasi di pantai utara

    Jakarta. 13 daftar nama pulau yang telah disebutkan di atas telah dicabut

    izinnya oleh Anies, dengan demikianIadaI4IpulauIreklamasi lainnya yang

    terus berjalan untuk direklamasi atau tidak dicabut izinnya, karena telah

    berlangsung proses reklamasi di 4 pulau tersebut. 4 pulau itu antara lain

    yakniIPulau C, D, G, danIN, yang juga pada Desember 2018 telah diresmikan

    dan diberi nama oleh AniesIBaswedanIselaku gubernurIDKIIJakarta. Dari

    data daftar nama pulau di atas, dapat kita lihat dengan jelas terdapat

    perbedaan kebijakan gubernur DKI Jakarta tersebut dalam isu reklamasi

    pantai utara Jakarta yang sangat bertolakbelakang dengan Ahok, gubernur

    DKI Jakarta periode sebelumnya.

    Perbedaan kebijakan Anies dan Ahok tersebut tentu tidak dapat

    dilepaskan dari konteks Pilkada 2017, yang pada saat itu reklamasi pantai

    utara Jakarta merupakan kebijakan kontroversial pada masa kepemimpinan

    Ahok dan menjadi komoditas politik dengan wacana kebijakan pencabutan

    8 Nursita Sari, “Ini Daftar 13 Pulau Reklamasi di Teluk Jakarta yang dicabut Izinnya”,

    https://megapolitan.kompas.com/read/2018/09/26/17555181/ini-daftar-13-pulau-reklamasi-di-

    teluk-jakarta-yang-dicabut-izinnya, 9 November 2018.

    https://megapolitan.kompas.com/read/2018/09/26/17555181/ini-daftar-13-pulau-reklamasi-di-teluk-jakarta-yang-dicabut-izinnyahttps://megapolitan.kompas.com/read/2018/09/26/17555181/ini-daftar-13-pulau-reklamasi-di-teluk-jakarta-yang-dicabut-izinnya

  • 9

    izin reklamasi dari Anies sebagai salah satu janji kampanyenya yang

    dilontarkan saat masa kampanye berlangsung untuk melawan Ahok sebagai

    petahana saat itu. Hal ini tentunya berkaitan dengan tata kelola kebijakan

    dalam suatu pemerintahan yang baik, dan juga berhubungan erat dengan

    kemitraan yang dijalin antara pemerintah dan pihak swasta serta masyarakat

    dalam menjalankan kebijakan ini.

    Governance dapat didefinisikan sebagai suatu mekanisme, praktek dan

    tata cara pemerintahan dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan

    masalah-masalah dalam ranah publik. Dalam konsep governance, pemerintah

    hanya menjadi salah satu aktor dan tidak selalu menjadi aktor yang

    menentukan. Peran pemerintah selain berorientasi pada pembangunan dan

    penyediaan jasa layanan serta infrastruktur juga menjadi wadah pendorong

    terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak lain dalam

    komunitas.

    Dari latar belakang tersebut, peneliti melihat lebih lanjut penyebab

    terjadinya perubahan kebijakan dan dampak selanjutnya yang dimunculkan

    dari kebijakan pencabutan izin reklamasi pantai utara Jakarta 2018,

    permasalahan seputar kebijakan reklamasi pada tahun 2018 tersebut

    kemudian sangat menarik untuk dijadikan topik penelitian skripsi yang

    berjudul “Kebijakan Gubernur DKI Jakarta dalam Pencabutan Izin

    Reklamasi Pantai Utara Jakarta 2018”. Permasalahan ini kemudian secara

    ringkas diformulasikan ke dalam pertanyaan penelitian.

  • 10

    B. Pertanyaan Penelitian

    Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan kedalam

    pertanyaan penelitian sebagai berikut:

    1. Mengapa terjadi perubahan kebijakan reklamasi pantai utara Jakarta?

    2. Bagaimana dampak yang terjadi setelah kebijakan pencabutan izin

    reklamasi pantai utara Jakarta 2018 diimplementasikan?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. TujuanIPenelitian

    TujuanIdalamIpenelitianIiniIadalahIsebagaiIberikut:

    a. Untuk mendeskripsikan hal yang menyebabkan terjadinya perubahan

    kebijakan reklamasi pantai utara Jakarta.

    b. Untuk menjelaskan dampak yang terjadi setelah kebijakan pencabutan

    izin reklamasi pantai utara Jakarta pada tahun 2018 diimplementasikan.

    2. Manfaat Penelitian

    Manfaat dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 yakni manfaat

    akademik dan manfaat praktis sebagai berikut:

    a. Manfaat Akademik

    Mendalami dan mengembangkan pembahasan tentang faktor dan

    dampak yang ditimbulkan dari implementasi kebijakan pencabutan izin

    reklamasi pantai utara Jakarta 2018 dari sudut pandang adanya

    perubahan kebijakan dalam tata kelola pemerintahan yang baik secara

    lebih objektif serta memberikan sudut pandang baru dan literatur baru

  • 11

    dalam kajian maupun penelitian mengenai reklamasi pantai utara

    Jakarta.

    b. ManfaatIPraktis

    Sebagai evaluasi bagi Pemprov DKI Jakarta untuk

    mempertimbangkan dan mengakomodir kepentingan masyarakat dalam

    mengeluarkan kebijakan guna menyelesaikan permasalahan yang ada di

    DKI Jakarta dalam tata kelola pemerintahan yang baik serta sebagai

    informasi baru bagi mahasiswa dan masyarakat umum yang minat

    kajian tentang kebijakan publik ataupun menjadi bahan bagi yang minat

    meneliti tentang reklamasi pantai utara Jakarta.

    D. Tinjauan Pustaka (Literatur Review)

    Tinjauan pustaka dilakukan sebelum peneliti melakukan penelitiannya

    guna mencari tahu studi kepustakaan yang telah ada baik disertasi, tesis,

    skripsi maupun referensi lainnya seperti buku atau jurnal ilmiah yang

    memiliki keterkaitan dengan judul yang diteliti oleh peneliti. Kemudian

    peneliti menemukan beberapa penelitian yang berkaitan yakni mengenai

    penghentian reklamasi di wilayah luar Jakarta serta reklamasi pantai utara

    Jakarta secara umum sebagai objek kajiannya. Namun penelitian yang sudah

    ada sebelumnya berbeda dengan pokok pembahasan yang diteliti, untuk

    menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, berikut beberapa penelitian

    sejenis yang terkait.

  • 12

    Pertama, skripsi Hesti Septia Wulandari tahun 2017 di Universitas

    Negeri Lampung, dengan judul: Analisis Kebijakan Penghentian Reklamasi

    Pantai di Pesisir Teluk Lampung.9 PenelitianIini bertujuan untuk memberi

    suatu gambaran umum dengan cara menganalisis kebijakan penghentian

    reklamasi pantai di pesisir teluk Lampung. Dengan menggunakan metode

    penelitian kualitatif dan analisis deskriptif, dan ditemukan hasil dari

    penelitian ini yaitu faktor-faktor dilakukannya penghentian reklamasi pantai

    di pesisir teluk Lampung antara lain faktornya yaitu adanya penolakan dari

    masyarakat yang tinggal di sekitar pantai. Faktor selanjutnya juga datang dari

    ekosistem laut dan lingkungan di sekitar pantai pesisir teluk Lampung

    tersebut yang terkena dampak negatifnya, dan dan faktor yang terakhir ialah

    faktor perizinan yang bermasalah.

    Kedua, jurnal Olivianty Reulla tahun 2013 dengan judul: Proses

    Perizinan dan Dampak Lingkungan Terhadap Kegiatan Reklamasi Pantai.10

    Dalam penelitian ini dijelaskan seputar dampak-dampak lingkungan yang

    terjadi dari adanya proses reklamasi yang dilakukan dan usaha pemerintah

    dalam menetapkan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan

    hidup agar mendorong perilaku masyarakat dalam menerapkan prinsip-

    prinsip pembangunan berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan metode

    9 HestiISeptiaIWulandari, “Analisis Kebijakan Penghentian Reklamasi Pantai di Pesisir

    Teluk Lampung”, (Skripsi FakultasIIlmu SosialIdan Ilmu Politik, Lampung: Universitas Negeri

    Lampung, 2017). 10

    Olivianty Reulla, “Proses Perizinan dan Dampak Lingkungan Terhadap Kegiatan

    Reklamasi Pantai”, (Jurnal Lex Administratum Vol. 1, No. 2, Tahun 2013).

  • 13

    penelitian kepustakaan, dengan menggunakan bahan-bahan hukum yang

    digunakan untuk mendukung seperti perundang-undangan, buku literatur, dan

    bahan-bahan tertulis lainnya. HasilIpenelitianIini menunjukkanIbahwa suatu

    penyelenggaraan sistem perizinan terpadu harus didasarkan kepada UU-

    PPLH. Dan adapun dampakIpemanfaatan lahan dari hasil proses reklamasi

    tersebut dapat berupa dampak positif dan dampak negatif.

    Ketiga, jurnal dengan judul: Manajemen Konflik Penyelesaian Kasus

    Reklamasi Pulau G Pantai Utara Jakarta oleh AntikIBintari dan

    TaloloIMuara tahunI2018 dari Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP

    Universitas Padjajaran.11

    Tujuan dibuatnya jurnal ini tidak jauh untuk

    menganalisis konflik yang terjadi seperti pada gambaran di atas melalui

    manajemen konflik serta dengan fase-fase konflik yang terjadi pada reklamasi

    Pulau G pantai utara Jakarta dengan menggunakan metode kualitatif dalam

    penelitiannya. Penelitian ini menemukan hasil empiris yang memperlihatkan

    dan menjelaskan tentang proses-proses terjadinya fase konflik pada kasus

    yang diteliti tersebut secara mendetail.12

    Keempat, tesisIBudiIDrajatIBudimanItahun 2018 di Universitas

    Pasundan Bandung, dengan judul: Aspek Hukum Tentang Pemberian Izin

    Kegiatan Reklamasi Pantai Utara Jakarta.13

    Tesis ini menggunakan metode

    deskripsi analitis sebagai bentuk penjabarannya dengan pendekatan yuridis

    11

    AntikIBintariIdanITaloloIMuara, “Manajemen Konflik Penyelesaian Kasus Reklamasi

    Pulau G Pantai Utara Jakarta”, (Bandung: Cosmogov, Jurnal Ilmu Pemerintahan Vol. 4, No. 1,

    TahunI2018), 119. 12

    AntikIBintari danITaloloIMuara, “Manajemen Konflik Penyelesaian Kasus Reklamasi

    Pulau G Pantai Utara Jakarta”. 13

    Budi DrajatIBudiman, “Aspek Hukum Tentang Pemberian Izin Kegiatan Reklamasi Pantai

    Utara Jakarta”, (TesisIPascasarjanaIIlmuIHukum, Bandung: Univeritas Pasundan Bandung, 2018).

  • 14

    normatif. Tesis ini menjelaskan bahwasannya kegiatan reklamasi pantai utara

    Jakarta terjadi polemik perdebatan danIpembahasanItentang manakah

    peraturan yang tetap yang dapat dijadikan satu landasan hukum dalam

    melaksanakan reklamasi dan siapa yang berhak atau berwenang dalam

    memberikan rekomendasi maupun izin atas dilaksanakannya reklamasi.

    Adapun hasil dari penelitian dalam tesis ini yaitu dalam hal pemberian izin

    reklamasi pantai utara Jakarta, hal tersebut dinilai tidak patut secara jalur

    hukum.14

    Kelima, disertasi Sapto SuponoItahunI2009 di Institut Pertanian

    Bogor, dengan judul: Model Kebijakan Pengembangan Kawasan Pantai

    Utara Jakarta Secara Berkelanjutan.15

    Pembahasan di dalam disertasi ini

    dapat dilihat dari beberapa tujuan dari dilakukannya penelitian ini yaitu

    memformulasikan model pengembanganIkawasan pantai utara Jakarta

    dengan secara berkelanjutan. Dengan menggunakan metode penelitian

    kualitatif dan metode wawancara sebagai teknik pengumpulan datanya.

    Adapun hasil penelitian ini yaitu tentang hal yang perlu dilakukan oleh

    pemangku kepentingan dalam rangka mengembangkan kawasan pantai utara

    Jakarta dengan tetap memperhatikan keterkaitannya dengan aspek ekologi

    (lingkungan), ekonomi, dan sosial.

    14

    Budi Drajat Budiman, “Aspek Hukum Tentang Pemberian Izin Kegiatan Reklamasi Pantai

    Utara Jakarta”. 15

    Sapto Supono, “Model Kebijakan Pengembangan Kawasan Pantai Utara Jakarta Secara

    Berkelanjutan”, (DisertasiIPascasarjanaIIPB, Bogor: IPB, 2009).

  • 15

    Perbedaan penelitian skripsi ini dengan beberapa penelitian yang

    sudah ada di atas, yakni terletak pada subjek dan objek penelitiannya. Peneliti

    mengambil tema terbaru dari objek reklamasi dengan subjek kebijakan

    gubernur DKI Jakarta pada tahun 2018 yang berbicara mengenai proses atau

    dinamika perubahan kebijakan publik dan dampak setelah pencabutan izin

    reklamasi pantai utara Jakarta 2018 diimplementasikan, penulis meneliti

    factor lebih lanjut munculnya kebijakan tersebut dan melihat lebih jauh

    dampak dari kebijakan gubernur DKI Jakarta tentang pencabutan izin

    reklamasi pantai utara Jakarta 2018. Sedangkan penelitian yang sudah ada,

    telah digambarkan dengan jelas di atas bahwa berbeda pendekatan, sudut

    pandang kajian, kota, dan tahun penelitian walaupun memang objeknya sama

    yakni mengenai reklamasi.

    E. Metode Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu peneliti

    menggunakan metode kualitatif melalui analisis serta pemahaman yang

    mendalam. Metode penelitian kualitatif dapat digunakan untuk meneliti pada

    kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrument kunci, teknik

    pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data

    bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

    makna dari pada generalisasi.16

    Dengan gaya penulisan penelitian induktif

    dan dengan metode penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif

    16

    Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV.

    Alfabeta, 2013), 347.

  • 16

    (menggambarkan dengan penjelasan) berupa tulisan dari pokok-pokok

    analisis yang diteliti.17

    Dalam hal pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik wawancara,

    studi kepustakaan, dan telaah dokumen. Wawancara dalam hal ini merupakan

    satu dari beberapa teknik yang ada dari proses pengumpulan data dengan cara

    bertemu secara langsung dengan informan yang sudah ditentukan dalam

    penelitian ini. Tentu dengan harapan melalui teknik wawancara ini peneliti

    dapat memperoleh informasi yang mungkin tidak dapat peneliti dapatkan dari

    berbagai dokumen atau literasi (referensi) lain yang tersedia.18

    Adapun teknik

    pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitianIiniIterdiriIdari

    duaIsumber, yaitu:

    1. DataIprimer

    Yakni data yang memberikan suatu penjelasan yang kuat atas

    permasalahan yang diteliti, seperti salah satunya teknik wawancara.

    Wawancara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya sebagai

    prosesi tanya jawab yang dilakukan dengan seseorang yang dituju untuk

    dimintai pendapatnya atau keterangan tentang suatu hal.19

    Oleh karena itu,

    proses wawancara dipusatkan terhadap beberapa narasumber yang

    diantaranya adalah Kepala Bidang Perencanaan, Pengembangan, dan

    Pemantauan Pembangunan (P4) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

    (Bappeda) Pemprov DKI Jakarta, Tim Gubernur untuk Percepatan

    17

    David Marsh dan Gerry Stoker, Teori dan Metode Dalam Ilmu Politik, (Bandung:

    Nusamedia, 2002), 242. 18

    LisaIHarrison, Metodologi Penelitian Politik, (Jakarta: PrenadaIMediaIGroup, 2009),

    104. 19

    Diakses dari https://kbbi.web.id/wawancara, pada 25 November 2018.

    https://kbbi.web.id/wawancara

  • 17

    Pembangunan (TGUPP) Bidang Pengelolaan Pesisir Pemprov DKI

    Jakarta, serta Ketua DPP Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI),

    untuk mengetahui faktor dalam proses pengimplementasiannya dan

    dampak yang ditimbulkan setelahnya.

    2. DataISekunder

    Data sekunder dalam penelitian ini berupa studi atau telaah

    dokumentasi, yaitu usaha yang dilakukan dalam mencari literatur yang

    berkaitan erat dengan topik penelitian. Gambar, tulisan, atau karya-karya

    monumental lainnya dari seseorang merupakan bentuk dari studi atau

    telaah dokumentasi.20

    Dalam menganalisis data yang terkumpul, penulis menggunakan

    metode deskriptif analisis, yaitu kegiatan menggambarkan dan menganalisis

    dengan cara tertentu sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan.

    Proses analisis data atau pengolahan data, dimulai dengan menelaah seluruh

    data yang diperoleh dari berbagai sumber, kemudian membuat abstraksi

    penyederhanaan sebagai usaha membuat rangkuman inti dan untuk menjawab

    permasalahan yang telah dirumuskan berdasarkan teori yang ada dalam

    kerangka teori yaitu: kebijakan publik dan good governance. Secara umum,

    teknik penulisan studi ini bersandar pada buku “Panduan Penyusunan

    Proposal dan Penelitian Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Sosial

    dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulllah Jakarta.

    20

    Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif , dan R&D, 240.

  • 18

    Penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang

    menggambarkan fenomena sosial atau kejadian-kejadian nyata di lapangan

    melalui observasi lapangan oleh peneliti. Oleh sebab itu metode penelitian ini

    dirasa sangat tepat untuk menjelaskan kebijakan gubernur DKI Jakarta dalam

    pencabutan izin reklamasi pantai utara Jakarta tahun 2018. Peneliti berharap

    dapat memperoleh pemahaman yang mendalam terkait faktor yang

    mendorong munculnya kebijakan gubernur DKI Jakarta mengeluarkan

    kebijakan tentang pencabutan izin reklamasi pantai utara Jakarta dan dampak

    yang setelah pengimplementasiannya.

    F. Sistematika Penulisan

    Untuk dapat dilakukannya penelitiannya secara terstruktur dan

    sistemastis serta berkaitan, maka peneliti memformulasikan sistematika

    pembahasan penelitian ini kedalam 5 bab.

    Bab I pendahuluan. Pada bab ini, peneliti memaparkan latar belakang

    penelitian, rumusan masalah atau pertanyaan penelitian, manfaat dan tujuan

    dari penelitian ini, tinjauan pustaka (literatur review), metode yang digunakan

    dalam melakukan penelitian, dan sistematika penulisan yang juga akan

    digunakan oleh peneliti di dalam penelitian tentang kebijakan gubernur DKI

    Jakarta dalam pencabutan izin reklamasi pantai utara JakartaI2018.

    Bab II kerangka teori dan pemikiran. Peneliti mengeksplorasi

    kerangka teori yang digunakan sebagai rancangan konseptual guna menjawab

    pertanyaan penelitian ini.

  • 19

    Bab III gambaran umum objek penelitian. Peneliti memfokuskan pada

    gambaran umum objek penelitian yakni wilayah Jakarta Utara dan reklamasi

    pantai utara Jakarta.

    Bab IV kebijakan gubernur DKI Jakarta dalam pencabutan izin

    reklamasi pantai utara Jakarta 2018. Peneliti melakukan pembahasan untuk

    menjawab rumusan masalah atau pertanyaan penelitian dengan menjelaskan

    proses terjadinya perubahan kebijakan dan dampak yang ditimbulkan dari

    kebijakan gubernur DKI Jakarta dalam pencabutan izin reklamasi pantai utara

    Jakarta 2018.

    Bab V penutup. Peneliti menarik kesimpulan berdasarkan temuan-

    temuan yang diperoleh pada bab sebelumnya, serta memaparkan beberapa

    rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

  • 20

    BAB II

    LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

    A. Kebijakan Publik

    1. Pengertian Kebijakan Publik

    Kebijakan atau policy merupakan suatu bentuk dari keputusan-

    keputusan atau beberapa pilihan tindakan yang secara langsung dibuat

    untuk mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam,

    finansial, dan manusia demi mengakomodir kepentingan publik

    (masyarakat).21

    Pengertian publik dalam rangkaian public policy

    memiliki tiga konotasi yang berarti pemerintah, masyarakat, dan umum.

    Hal ini dapat dilihat dalam dimensi subjek, objek dan lingkungan dari

    kebijakan. Dalam dimensi subjek, kebijakan publik adalah kebijakan dari

    pemerintah, pemerintah yang dapat dianggap sebagai pembuat kebijakan

    yang resmi (regulator), sehingga mempunyai kewenangan yang dapat

    memaksa masyarakat untuk mematuhinya.22

    Kebijakan publik atau public policy merupakan suatu kunci yang

    dibentuk oleh pemerintah dan beberapa kelompok kepentingan lainnya

    (termasuk masyarakat di dalamnya) yang bertujuan sebagai solusi untuk

    menyelesaikan suatu permasalahan. Sebagian besar ahli dalam bidang

    kebijakan publik memberi pengertian kebijakan publik dalam kaitannya

    dengan ketetapan atau keputusan yang dibuat oleh pemerintah untuk

    21

    Edi Suharto, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik, (Bandung: CV Alfabeta,

    2008), 3. 22

    SaidIZainalIAbidin, KebijakanIPublik, (Jakarta: SalembaIHumanika, 2012), 7.

  • 21

    melakukan tindakan yang dianggap mampu membawa dampak baik bagi

    kehidupan masyarakat. MenurutISaidIZainal Abidin23

    , kebijakanIpublik

    tidak bersifatIspesifik danIsempit, tetapiIluas danIberada padaIstrata

    strategis. Oleh karena itu, kebijakan publik berfungsi sebagai pedoman

    umum untuk kebijakan danIkeputusan khususIdi bawahnya.

    Seperti yang dikatakan oleh Thomas R. Dye “public policy is

    whatever governments choose to do or not to do” yang artinya

    kebijakan publik adalah sesuatu apapun pilihan pemerintah (pusat

    maupun daerah) untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. 24

    Konsep di atas dapat diartinya secara lebih luas karena kebijakan

    publik itu mencakup sesuatu yang tidak dilakukan pemerintah maupun

    sesuatu yang dilakukan pemerintah dalam menghadapi suatu

    permasalahan di ranah publik. Pemerintah harus bijaksana dalam

    menetapkan suatu kebijakan karena suatu kebijakan harus dilakukan dan

    memiliki manfaat bagi kehidupan bersama yang artinya harus menjadi

    pertimbangan yang holistik agar kebijakan tersebut mengandung manfaat

    yang besar bagi warganya dan tidak menimbulkan kerugian.

    2. Implementasi Kebijakan Publik

    Implementasi kebijakan atau policy implementation merupakan

    sebagai bentuk penyelenggaraan aktivitas yang telah ditetapkan

    berdasarkan undang-undang dan menjadi kesepakatan bersama diantara

    pemangku kepentingan (stakeholders), aktor, organisasi (publik atau

    privat), prosedur, dan teknik secara sinergitas yang digerakkan untuk

    23

    Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik. 24

    Sahya Anggara, Kebijakan Publik, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014), 35.

  • 22

    bekerjasama guna menerapkan kebijakan ke arah tertentu yang

    dikehendaki.25

    MeskipunIpenjelasanImengenai berbagai faktor yang membatasi

    atau menjadi kendala bagi berlangsungnya implementasi yang efektif

    adalah sesuatu yang sangat bermanfaat. Kategori implementasi luas yang

    berupaya mengembangkan teori yang mengidentifikasi faktor-faktor

    yang memberikan kontribusi pada terwujud atau tidak terwujudnya

    tujuan kebijakan yang telah ditetapkan. Pekerjaan akademis yang

    dilakukan dalam area ini, yang kemudian hari dikenal dengan istilah

    pendekatan top-down atau bottom-up. Pada dasarnya logika dalam

    pendekatan top-down selalu diawali dengan keputusan kebijakan yang

    dibuat oleh para pejabat pemerintah (pusat) dan kemudian

    mempersoalkan hal-hal berikut:

    1. Sampai sejauh mana tindakan para pelaku implementasi serta

    kelompok sasaran sejalan atau konsisten dengan tujuan serta

    prosedur di dalam keputusan kebijakan.

    2. Sampai sejauh mana tujuan telah dicapai setelah program atau

    proyek atau kegiatan tertentu dijalankan beberapa waktu, atau

    sejauh mana dampak yang ditimbulkan benar-benar konsisten

    dengan tujuan.

    25

    Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan Publik: Dari Formulasi ke Penyusunan

    Model-Model Implementasi Kebijakan Publik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), 133.

  • 23

    3. Apa yang menjadi faktor-faktor utama yang mempengaruhi

    keluaran (output) dan dampak (impact) kebijakan, baik yang

    relevan bagi kebijakan pemerintah maupun kebijakan politis lain

    yang signifikan.

    4. Bagaimana kebijakan di reformulasikan dari waktu ke waktu

    sejalan dengan pengalaman yang diperoleh.26

    3. Perubahan Kebijakan Publik

    Policy termination atau penghentian kebijakan atau perubahan

    kebijakan merupakan salah satu tahapan atau fase dalam siklus kebijakan

    publik. Seperti yang diketahui, tahapan kebijakan publik terdiri mulai

    dari tahap identifikasi masalah atau merumuskan permasalahan publik,

    penyusunan agenda menjadi suatu agenda kebijakan publik dan formulasi

    kebijakan, kemudian tahap pengimplementasian kebijakan, dan yang

    terakhir diakhiri dengan melakukan penilaian kebijakan melalui

    mekanisme evaluasi dan monitoring.27

    Siklus dari suatu kebijakan publik bermula dari suatu masalah dan

    pemrumusannya ketika pembuat kebijakan mempunyai wewenang untuk

    mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada publik kemudian

    memformulasikannya kedalam bentuk kebijakan publik. Siklus

    selanjutnya setelah itu yakni menerapkan atau mengimplementasikan

    26

    SolichinIAbdulIWahab, Analisis Kebijakan Publik: Dari Formulasi ke Penyusunan

    Model-Model Implementasi Kebijakan Publik, 162-163. 27

    William N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Gadjah Mada

    UniversityIPress, 2003).

  • 24

    kebijakan publik yang telah ditetapkan tersebut kepada masyarakat guna

    menyelesaikan suatu permasalahan yang terjadi ditengah masyarakat.

    Setelah proses implementasi kebijakan publik, selanjutnya siklus

    yang paling penting ialah tahap evaluasi kebijakan. Dari proses evaluasi

    kebijakan ini kita dapat menilai dan mendapatkan suatu hasil dari

    kebijakan publik yang telah di implementasikan tersebut. Hasil evaluasi

    yang didapat akan menjadi bahan acuan guna penyusunan atau perubahan

    bagi penyempurnaan kebijakan. Langkah terakhir dari siklus kebijakan

    adalah mengakhiri kebijakan karena tujuan telah tercapai atau kebijakan

    digantikan atau dirubah dengan kebijakan yang baru. Perubahan atau

    penghentian kebijakan publik merupakan suatu keputusan yang disengaja

    oleh pemerintah dengan penghentian secara spesifik dari fungsi

    pemerintah, kebijakan, atau organisasi dengan evaluasi kebijakan publik

    yang menjadi bahan pertimbangan pemerintah melakukan perubahan

    kebijakan tersebut.

    B. Good Governance

    1. Pengertian Good Governance

    Governance diartikan sebagai mekanisme, praktek dan tata cara

    pemerintahan dan warga mengaturIsumber dayaIserta memecahkan

    masalah-masalah publik. DalamIkonsep governance, pemerintahIhanya

    menjadi salah satu aktor danItidak selalu menjadiIaktor yang menentukan

    karena terdapat aktor lainnyaIselain pemerintah yang juga memiliki

  • 25

    peran dominan.28

    Good governace merupakan suatu cita-cita yang

    menjadi dasar dari sebuah visi dalam setiap penyelenggaraan urusan

    negara di berbagai negara yang ada, tak terkecuali Indonesia.

    Secara umum istilah good governance atau good & clean

    governance memiliki pengertian yang merujuk pada segala sesuatu yang

    berkaitan dengan suatu tindakan atau tingkah laku yang bersifat

    mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi urusan publik untuk

    mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dalam

    konteks ini, pengertian good governance tidak hanya sebatas pengelolaan

    lembaga pemerintahan semata, tetapi juga menyangkut semua lembaga

    baik pemerintah maupun non-pemerintah (lembaga swadaya masyarakat

    atau bahkan perusahaan) dengan islitah good corporate.29

    2. Karakteristik Good Governance

    Berkaitan dengan teori good governance, Bhatta30

    menyebutkan

    ada 4 unsur utama yang terkandung di dalamnya, yaitu: (1)

    accountability (akuntabilitas), (2) transparency (transparansi), (3)

    oppenes (keterbukaan), dan (4) rule of law (aturan hukum). Ganie-

    Rochman dalam Widodo31

    juga menyebutkan bahwa ada 4 unsur utama

    28

    Sumarto Hetifa Sj, Inovasi, Partisipasi dan Good Governance, (Bandung: Yayasan

    Obor Indonesia, 2003), 1-2. 29

    A. Ubaedillah dan AbdulIRozak, dkk, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan

    Masyarakat Madani, (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007, 116. 30

    Gambhir Bhatta, Capacity Building at The Local Level for Effective Governance,

    Empowerment Without Capacity is Meaningless, (Paper presented in The International Conference

    on Governance Innovation: Building TheIGovernmentICitizen BusinessIPartnership; October 20-

    23 1996), 7. 31

    JokoIWidodo, Good Governanve: Telaah dan Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol

    Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah, (Surabaya: InsanICendikia, 2001), 26.

  • 26

    yang terkandung di dalam pengertian good governance, yakni: (1)

    akuntabilitas, (2) kerangka hukum, (3) informasi, dan (4) transparansi.

    Dalam perkembangan selanjutnya, UNDP sebagaimana yang

    dikutip oleh Lembaga Administrasi Negara dalam Widodo32

    menjelaskan

    ada 9 karakteristik good governance, yang dijelaskan sebagai berikut:

    a. Partisipasi, yakni setiap warga negara mempunyai suara dalam proses

    pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun tidak langsung

    (melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili

    kepentingannya).

    b. Aturan hukum, kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa

    pandang bulu, terutamaIhukum untukIHAM (HakIAsasiIManusia).

    c. Transparansi, harus dibangun atas dasar kebebasan arus informasi,

    proses-proses, lembaga-lembaga dan informasi yang secara langsung

    dapat diterima oleh yang membutuhkan. Informasi harus dapat

    dipahami dan dapat dimonitor.

    d. Responsif, lembaga-lembaga dan proses-proses harus mencoba untuk

    melayaniIsetiap stakeholder.

    e. Konsensus orientasi, good governance menjadi perantara kepentingan

    yang berbeda untuk memperoleh pilihan-pilihan terbaik bagi

    kepentingan yang lebih luas, baik dalam hal kebijakan-kebijakan

    maupun prosedur-prosedur.

    32

    JokoIWidodo, Good Governanve: Telaah dan Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol

    Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah.

  • 27

    f. Persamaan, semua warga negara baik laki-laki maupun perempuan

    mempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga

    kesejahteraan mereka.

    g. Efektif dan efisien, proses-proses dan lembaga-lembaga sebaik

    mungkin menghasilkan sesuai dengan apa yang digariskan dengan

    menggunakan sumber-sumber yang tersedia.

    h. Akuntabilitas, para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor

    swasta dan masyarakat (civil society) bertanggung jawab kepada

    publik dan lembaga-lembaga stakeholder. Akuntabilitas ini tergantung

    pada organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan

    tersebut untuk internal atau eksternal organisasi.

    i. Visi strategis, para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif

    good governance dan pengembangan manusia yang luas dan jauh ke

    depan sejalan dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan.33

    Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik

    good governance dalam perkembangannya cenderung mengalami

    peningkatan. Setidaknya, ada 9 karakteristik good governance yang telah

    dijelaskan di atas. Semakin banyak karakteristik good governance yang

    terpenuhi dalam penyelenggaran pemerintahan berarti mencerminkan

    bahwa sistem pemerintahan tersebut semakin baik.

    33

    JokoIWidodo, Good Governanve: Telaah dan Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol

    Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah.

  • 28

    3. Pemerintah dan Mitra Pengembang dalam Perspektif Good

    Governance

    Prinsip mendasar dalam melandasi perbedaan antara konsepsi

    kepemerintahan (governance) dan pola pemerintahan yang tradisional

    terletak padaIadanya tuntutanIyang kuat agarIperanan pemerintah

    dikurangi dan peran masyarakat termasuk lembaga dunia usaha

    (swasta/mitra pengembang) dan LSM semakin ditingkatkan dan terbuka

    aksesnya

    a. NegaraIdan Pemerintah

    Konsepsi kepemerintahan pada dasarnya adalah kegiatan

    kenegaraan dengan melibatkan sektor swasta dan kelembagaan

    masyarakat madani (civil society). Pengertian negara/pemerintahan

    mencakup keseluruhan lembaga politik dan sektor publik. Peranan

    dan tanggung jawab negara atau pemerintah meliputi

    penyelenggaraan pelayanan publik, penyelenggaraan kekuasaan

    untuk memerintah, membangun lingkungan yang kondusif bagi

    tercapainya tujuan pembangunan, baik lokal, nasional, maupun

    global.34

    b. SektorISwastaISebagaiIPelaku

    Sektor swasta mencakup perusahaan swasta yang aktif dalam

    interaksi dalam sistem pasar, industri manufakturing (pengelolaan),

    perdagangan, perbankan, koperasi, dan sektor informal lainnya

    34

    Sahya Anggara, Kebijakan Publik, 209.

  • 29

    dalam beberapa kegiatan yang bersifat penyerapan tenaga kerja,

    peningkatan produksi, investasi, pengembangan usaha, sumber

    penerimaan masyarakat, dan pertumbuhan ekonomi.35

    c. MasyarakatIMadani

    Masyarakat madani merupakan kelompok masyarakat dalam

    konteks kenegaraan yang berada di antara pemerintah dan

    perseorangan, baik perseorangan maupun kelompok tersebut

    berinteraksi secara sosial, politik, dan ekonomi. Kelembagaan

    masyarakat sipil dirasakan oleh masyarakat melalui fasilitas

    partisipasi masyarakat dengan mobilisasi.36

    Gambar II.B.3

    Piramida Segmentasi Hubungan Kemitraan antara

    Pemerintah, Sektor Bisnis (Mitra Pengembang) dan

    Masyarakat

    35

    Sahya Anggara, Kebijakan Publik, 209. 36

    Sahya Anggara, Kebijakan Publik, 209.

    Pemerintah

    Masyarakat

    .

    Sektor Bisnis

  • 30

    Dari gambar piramida di atas, dapat diartikan bahwa selain suatu

    kebijakan publik juga memiliki kaitan atau hubungan yang erat dalam

    diterapkannya prinsip-prinsip good governance dalam memutuskan kebijakan

    yang tepat bagi semua kalangan masyarkat. Dalam konteks dampak kebijakan

    gubernur DKI Jakarta dalam pencabutan izin reklamasi pantai utara Jakarta

    pada tahunI2018 juga menarik jika kita melihat apakah perubahan kebijakan

    tersebut sudah memenuhi kriteria atau prinsip-prinsip dasar dari tata kelola

    pemerintahan yang baik (good governance).

    C. Kerangka Pikir

    Reklamasi pantai utara Jakarta merupakan suatu isu yang sangat

    menyorot perhatian banyak pihak, baik pemerintah, pengembang, maupun

    elemen masyarakat lainnya. Wacana atau rencana reklamasi sudah jauh

    muncul pada tahun 1995 dimasa pemerintahannya Soeharto dimana pada

    rezim tersebut pembangunan lah yang sangat menjadi tolok ukur

    pemerintahannya. Proses panjang reklamasi pantai utara Jakarta berlangsung

    panjang selama kurang lebih 23 tahun dengan penuh dinamika pro dan kontra

    dalam proses pengimplementasiannya.

    Sampai pada tahun 2018 lalu rencana reklamasi pantai utara Jakarta

    2018 hanyalah tinggal sejarah bagi Jakarta setelah dikeluarkannya keputusan

    gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan untuk menghentikan reklamasi pantai

    utara Jakarta dengan kebijakannya melalui pencabutan izin reklamasi pantai

    utara Jakarta 2018. Namun tidak berhenti sampai disini, setelah adanya

    pencabutan izin reklamasi pantai utara Jakarta 2018 hal ini juga menuai

  • 31

    banyak pro dan kontra dalam upaya pengimplementasiannya akibat dari

    adanya perubahan kebijakan yang cukup signifikan dari adanya pergantian

    kepemimpinan dari Ahok yang pro akan reklamasi ke Anies yang berbeda

    pendapat, yang dimana isu tentang teluk Jakarta dan reklamasi pantai utara

    Jakarta ini menjadi komoditas politik yang cukup panas dan kembali menyita

    perhatian publik pasca Pilkada DKI Jakarta 2017.

    Pencabutan izin reklamasi pantai utara Jakarta 2018 juga tentunya

    memiliki dampak baru yang ditimbulkan pada masyarakat, baik dampak

    dalam konotasi positif maupun negatif. Penelitian ini juga akan berusaha

    menjawab dan menjelaskan perubahan dampak yang mungkin dirasakan oleh

    masyarakat setempat yang berkenaan dengan proyek reklamasi pantai utara

    Jakarta. Dampak dari segi hubungan kemitraan antara pemerintah dengan

    swasta itu sendiri sampai pada dampak lingkungan dan ekonomi yang

    drasakan dari kebijakan tersebut. Serta menjabarkan apa saja tindak lanjut

    yang akan dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta setelah

    dicabutnya izin reklamasi pantai utara Jakarta.

    Dalam hal ini beberapa pihak swasta atau pengembang dan beberapa

    masyarakat sudah menaruh investasinya pada proyek reklamasi tersebut

    merasa dirugikan akibat dicabutnya izin reklamasiIpantaiIutaraIJakarta,

    namun berbeda dengan masyarakat nelayan yang mayoritas memang menolak

    proyek reklamasi pantai utara Jakarta sedari dilontarkannya wacana atau

    rencana tersebut, karena dinilai sangat merugikan banyak aspek dalam

    kehidupan masyarakat nelayan tersebut. Dilihat dari masih adanya pro dan

  • 32

    kontra setelah dihentikannya proyek reklamasi pantai utara Jakarta ini,

    penelitian ini berusaha menjawab dinamika perubahan kebijakan dalam

    perspektif good governance yakni dari sisi akuntabilitas, transparansi, aturan

    hukum, dan pastisipasi masyarakat.

    Skripsi ini menggunakan kerangka teoretis dari politik dan kebijakan

    publik serta kemitraan pemerintah dan swasta dalam perspektif good

    governance agar dapat melihat dan membahas secara keseluruhan pada BAB

    IV mengenai perubahan kebijakan publik dan dampak kebijakan gubernur

    DKI Jakarta dalam pencabutan izin reklamasi pantai utara Jakarta 2018.

    Adapun kerangka pemikiran penulisan skripsi ini sebagai berikut.

    Gambar II.C.1

    Kerangka Pikir

    KEBIJAKAN PENCABUTAN IZIN

    REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA 2018

    PERUBAHAN KEBIJAKAN PUBLIK

    KEBIJAKAN REKLAMASI PERIODE AHOK

    FAKTOR PERUBAHAN KEBIJAKAN PUBLIK

    KEBIJAKAN REKLAMASI PERIODE ANIES

    DAMPAK YANG DITIMBULKAN: DALAM

    PERSPEKTIF GOOD GOVERNANCE

    DAMPAK LINGKUNGAN

    DAMPAK EKONOMI

    DAMPAK KEMITRAAN

  • 33

    BAB III

    GAMBARAN UMUM JAKARTA UTARA DAN REKLAMASI

    PANTAIIUTARAIJAKARTA

    ReklamasiIpantaiIutaraIJakarta merupakan suatu proyek besar yang telah

    digagas oleh Presiden Soeharto melalui Keputusan Presiden atau Keppres nomor

    52 tahun 1995 tentang pelaksana reklamasi pantai utara Jakarta adalah Pemprov

    DKI Jakarta yang mempunyai wewenang dan tanggungjawab penuh. Pantai utara

    (pantura) Jakarta pada awalnya dikategorikan sebagai kawasan andalan, yaitu

    kawasan yang mempunyai nilai strategisIdipandang dari sudutIpandang ekonomi

    dan perkembangan kota. Upaya untuk mewujudkan fungsi pantai utara Jakarta

    sebagai kawasan andalan, dapat dilakukan melalui reklamasi pantaiIutara

    sekaligus menata ruangIdaratan pantai yang ada secara terarah dan terpadu,

    merupakanInomenklaturIatau amanatIdari ditetapkannya Keppres nomor 52Itahun

    1995Itentang reklamasi pantai utara Jakarta.

    Pengembangan kawasan strategis pantai utara atau reklamasi

    mempertimbangkan rencana rinci tata ruang wilayah yang berbatasan langsung

    dengan beberapa Kecamatan yang berada di wilayah Kota Administrasi Jakarta

    Utara, diantaranya Kecamatan Penjaringan, Kecamatan Pademangan, Kecamatan

    Tanjung Priok, Kecamatan Koja dan Kecamatan Cilincing untuk mewujudkan

    keterpaduan rencana tata ruang dan arahan pemanfaatan ruang dalam rangka

    revitalisasi pantai lama.

  • 34

    A. Profil Kota Administrasi Jakarta Utara

    Pantai utara Jakarta berlokasi di bagian utara DKI Jakarta meliputi

    kawasan perairanIdi TelukIJakarta yangItermasuk wilayahIDKI Jakarta

    danIberbatasan denganIkawasan daratanIpantai yangIada.

    SecaraIadministratif kawasanIpantai utara Jakarta termasuk wilayah Kota

    Administrasi Jakarta Utara. Secara keseluruhan, kawasanIpantai utara

    JakartaImencakup kawasanIperairan, diImana 5.218 ha di antaranya

    yangIdirencanakan akan dikembangkan sebagai daratan baru melalui

    reklamasi dalamIbentuk pulau-pulau yangIterpisah dari daratanIProvinsi

    DKIIJakarta.37

    Tabel III.A.1

    Perkiraan Luas Lahan Kawasan Reklamasi Pantai Utara

    Jakarta

    Pulau Luas

    (ha)

    Perkiraan Luas Lahan

    Kontribusi 5% (ha)

    A 79 3.95

    B 380 19

    C 276 13.8

    D 312 15.6

    E 284 14.2

    F 190 9.5

    G 155 7.55

    H 63 3.15

    I 405 20.25

    J 316 15.8

    K 32 1.6

    L 447 22.35

    M 587 29.35

    N 379 18.95

    O 344 17.2

    P 463 23.15

    37

    Materi Teknis Raperda RTRKS (Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis) Pantura Jakarta

    2015.

  • 35

    Q 369 18.45 Sumber: Materi Teknis Raperda Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis

    Pantai Utara Jakarta 2015

    Secara keseluruhan kawasan perairan tersebut berbatasan dengan garis

    pantai utara Provinsi DKI Jakarta sepanjang ±32 km, di bagian barat

    berbatasan dengan pantai utara Kabupaten Tangerang dan di bagian timur

    berbatasan dengan pantai utara Kabupaten Bekasi. Kawasan pantai yang ada

    di utara Provinsi DKI Jakarta meliputi bagian wilayah Kecamatan

    Penjaringan, Kecamatan Pademangan, Kecamatan Tanjung Priok, Kecamatan

    Koja, dan Kecamatan Cilincing.38

    Gambar III.A.1

    Peta Administrasi Kota Jakarta Utara Provinsi DKI Jakarta

    Sumber: Peta Administrasi Kota Jakarta Utara Provinsi DKI Jakarta

    38

    Materi Teknis Raperda RTRKS Pantura Jakarta 2015.

  • 36

    Kota Administrasi Jakarta Utara memiliki luas wilayah 146,66 km2,

    Kecamatan Penjaringan memiliki luas wilayah paling besar diantara

    kecamatannya lainnya, yaitu seluas 45,41 km2, sedangkan Kecamatan

    Pademangan merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil, yaitu

    11,92 km2. Pada tahun 2016, Kota Administrasi Jakarta Utara memiliki

    jumlah penduduk sebanyak 1,764,614 jiwa yang tersebar di 6 (enam)

    kecamatan. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling banyak,

    yaitu Kecamatan Cilincing dengan jumlah penduduk sebesar 408,992

    jiwa, sedangkan Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling kecil

    adalah Kecamatan Kelapa Gading dengan jumlah penduduk sebesar

    157,582 jiwa.39

    Kota Administrasi Jakarta Utara dengan luas wilayah 46,66 km2 dan

    jumlah penduduk pada tahun 2016 sebanyak 1,764,614 jiwa, sehingga

    kepadatan penduduk di kota ini sebesar 12,032.01 jiwa/km2. Kecamatan

    yang berada di Kota Administrasi Jakarta Utara yang memiliki kepadatan

    tertinggi adalah Kecamatan Koja sebesar 25,197.96 jiwa/km2. Sedangkan

    kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk terendah adalah

    Kecamatan Cilincing sebesar 10,302.07 jiwa/km2. Untuk lebih jelasnya

    kepadatan penduduk di Kota Administrasi Jakarta Utara per kecamatan

    tahun 2016 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.40

    39

    Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta dalam Laporan BAB 3 Bidang P4 Bappeda

    Provinsi DKI Jakarta 40

    Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta dalam Laporan BAB 3 Bidang P4 Bappeda

    Provinsi DKI Jakarta

  • 37

    Tabel III.A.2

    Kepadatan Penduduk Jakarta Utara Berdasarkan

    Kecamatan Tahun 2016

    No

    Kecamatan

    Jumlah

    Penduduk

    2016

    Luas

    Wilayah

    (km2)

    Kepadatan

    Penduduk

    (Jiwa/km2)

    1 Penjaringan 337,582 45.41 7,434.09

    2 Pademangan 161,862 11.92 13,579.03

    3 Tanjung

    Priok

    389,921 22.52 17,314.43

    4 Koja 308,675 12.25 25,197.96

    5 Kelapa

    Gading

    157,582 14.87 10,597.31

    6 Cilincing 408,992 39.70 10,302.07

    Jakarta Utara 1,764,614 146.66 12,032.01

    Sumber: Hasil Perhitungan, 2018

    Di dalam wilayah Kota Jakarta Utara sendiri, penduduk menyebar di 6

    wilayah kecamatan dengan 5 kecamatan di antaranya Kecamatan Penjaringan,

    Pademangan, Tanjung Priok, Koja, dan Cilincing termasuk dalam kawasan

    pantai utara Jakarta, yaitu wilayah yang diperkirakan akan menjadi areal

    sebaran dampak dariIkegiatanIreklamasiIyang direncanakan di TelukIJakarta.

    Di wilayah tersebut juga terdapat sejumlah areal yang direncanakan untuk

    pelaksanaan kegiatan revitalisasi yang dampaknya diprakirakan akan

    menyebar di dalam wilayah tersebut. UntukIwilayahIpantai utaraIJakarta,

    jumlahIpendudukIpada tahunI2010 tercatat 1,490,744 jiwa 90,61% dari total

    penduduk JakartaIUtara atauIsekitar 17,16% dariItotalIpenduduk DKI

    Jakarta) terdiriIdari laki-laki 751,056 jiwa dan perempuan 739,688 jiwa.

    JumlahIpenduduk pantai utara Jakarta terbesar ada di Kecamatan Tanjung

  • 38

    Priok sejumlah 375.195 jiwaIdan tingkat kepadatan terendah untuk wilayah

    pantai utara Jakarta ada diIKecamatan Penjaringan (8.633 jiwa/km2).41

    B. ReklamasiiPantaiiUtaraiJakarta

    Pantai utara Jakarta merupakan kawasan strategis bagi DKI Jakarta,

    baik sebagai ibukota provinsi sekaligus sebagai ibukota negara. Areal

    sepanjang pantai sekitar 32 km tersebut merupakan pintu gerbang dari arah

    laut, dengan berbagai aktivitas masyarakat dan pembangunan yang sangat

    beragam, termasuk objek-objek vital yang ada di kawasan tersebut. Pantai

    utara (pantura) Jakarta pada awalnya dikategorikan sebagai kawasan andalan,

    yaitu kawasan yang mempunyai nilai strategis dipandang dari sudut pandang

    ekonomi dan perkembangan kota, berdasarkan Keppres nomor 17 tahun

    1994. Upaya untuk mewujudkan fungsi pantai utara Jakarta sebagai kawasan

    andalan, dapat dilakukan melalui reklamasi pantai utara sekaligus menata

    ruang daratan pantai yang ada secara terarah dan terpadu, merupakan

    nomenklatur atau amanat dari ditetapkannya Keppres nomor 52 tahun 1995

    tentang reklamasi pantai utara Jakarta.42

    Pada dasarnya Perpres nomor 54 tahun 2008 memuat tentang

    pembangunan kawasan pantai utara Jakarta melalui reklamasi, yang

    terintegrasi dengan area revitalisasi pada daratannya. Pada Keppres nomor 52

    tahun 1995, reklamasi dapat dilakukan dengan memperpanjang daratan.

    Sedangkan, Perpres nomor 54 tahun 2008 mengatur reklamasi harus

    dilakukan dengan membentuk pulau, di mana ada kanal lateral berjarak ±

    41

    Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta dalam Laporan BAB 3 Bidang P4 Bappeda

    Provinsi DKI Jakarta 42

    Materi Teknis Raperda RTRKS Pantura Jakarta 2015.

  • 39

    200-300 meter di antara daratan dengan pulau reklamasi, tergantung dari

    zonasinya.43

    1. Profil Reklamasi Pantai Utara Jakarta

    Jakarta sebagai ibukota dan pusat pemerintahan Negara Kesatuan

    Republik Indonesia telah mengalamiIbencana banjir bahkan sejak Jakarta

    masih berada di bawahIkekuasaan Kerajaan Tarumanegara. Saat itu kota

    JakartaIkerap terendamIbanjir padaIsaat puncakImusim hujan. Apa yang

    tertulis pada Prasasti Tugu yangIditemukan di daerah Jakarta UtaraIpada

    tahun 1878, merupakan salah satu buktiIotentik bahwaIwilayah yang

    sekarang kita kenal sebagai JakartaIini sudah mengalamiIbanjir

    sejakIdahulu kala.

    Ada beberapa hal lain yang mengancam kawasan Jakarta pada masa

    sekarang ini. Diantaranya adalah terjadinya penurunan permukaan tanah

    akibat eksploitasi air tanah yang berlebihan dan tidak terkontrol. Curah

    hujan yang tinggi pada musim penghujan juga menjadi penyumbang besar

    bencana banjir Jakarta dan ditambah dengan adanya kenaikan permukaan

    laut, maka diperkirakan pada tahun 2050 garis pantai utara Jakarta akan

    berpindah hingga ke Semanggi, Jakarta Selatan.

    Pemerintah Daerah DKI Jakarta sedang melakukan berbagai upaya

    agar dapat melindungi wilayahnya. Diantaranya dengan melakukan

    normalisasi sungai yang mengalir melalui Jakarta, pembuatan waduk,

    pembuatan sumur resapan dan penempatan pompa air pada kawasan rawan

    43

    Materi Teknis Raperda RTRKS Pantura Jakarta 2015.

  • 40

    banjir. Bahkan pemerintah pusat sudah mewacanakan program

    pembangunan Giant Sea Wall dilepas pantai utara Jakarta dan

    disempurnakan lebih lagi dengan program NCICD (National Capital

    Integrated Coastal Development), yaitu program jangka panjang dengan

    membangun pulau-pulau reklamasi untuk meningkatkan nilai ekonomis

    Jakarta dan juga penguatan teluk Jakarta. Saat ini Jakarta sedang

    membangun tanggul disepanjang pantai utara Jakarta untuk melindungi

    Jakarta dari kemungkinan kenaikan permukaan laut. Ini merupakan tahap

    A (pertama) dari program NCICD. Sedangkan tahap B dan C adalah

    pembangunan laut Giant Sea Wall di lepas pantai utara Jakarta.

    Gambar III.B.1.1

    Perencanaan Giant Sea Wall44

    44

    Bambang Hari dan Yudi Rahman, “Tanggul Pantai Jakarta, Menteri PUPR: Darurat”

    https://kbr.id/nasional/03-2017/tanggul_pantai_jakarta__menteri_pupr__darurat/89110.html, 27

    Maret 2019.

    https://kbr.id/nasional/03-2017/tanggul_pantai_jakarta__menteri_pupr__darurat/89110.html

  • 41

    Seiring dengan pengerjaan tanggul di pantai utara, pemerintah

    provinsi DKI Jakarta dengan dukungan dari pemerintah pusat

    merencanakan pengembangan Water Front City Jakarta yang

    dilaksanakan melalui penyediaan lahan reklamasi dan revitalisasi daratan

    pantai lama secara terpadu. Nilai tambah hasil reklamasi dimanfaatkan

    untuk pembiayaan peningkatan atau revitalisasi kawasan Jakarta Utara

    dengan mekanisme cross subsidy. Ada sekitar 17 pulau reklamasi yang

    akan dibentuk, dimana prosesnya sudah dimulai sejak tahun 1995 yang

    sesuai dengan Keputusan Presiden nomor 52 tahun 1995 tentang reklamasi

    pantai utara Jakarta.

    Gambar III.B.1.2

    Peta Letak 17 Pulau dan Pengembang45

    45

    Laudy Gracivia, “Peta Reklamasi Teluk Jakarta”, https://kbr.id/nasional/03-

    2017/tanggul_pantai_jakarta__menteri_pupr__darurat/89110.html, 20 Maret 2019.

    https://kbr.id/nasional/03-2017/tanggul_pantai_jakarta__menteri_pupr__darurat/89110.htmlhttps://kbr.id/nasional/03-2017/tanggul_pantai_jakarta__menteri_pupr__darurat/89110.html

  • 42

    Pada prinsipnya ke 17 pulau reklamasi tersebut dipercayakan pada

    para investor untuk membangunnya dengan adanya berbagai kewajiban

    dan kontribusi baik yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah provinsi

    DKI Jakarta. Namun pada prosesnya, pembangunan pulau-pulau

    reklamasi menemui begitu banyak kendala, diantaranya;

    a) Erosi pada pantai sekitar serang (akibat pengerukan pasir dalam

    laut)

    b) Kerusakan jalan umum wilayah Jawa Barat (akibat transportasi

    material)

    c) Kurangnya sistem monitoring dan kontrol

    d) Penolakan dan protes dari nelayan

    Lokasi pantai utara Jakarta menjadikannya sebagai akses antara

    kawasan daratan dengan Kepulauan Seribu dan berbagai kegiatan dan

    aktivitas yang melalui atau berada di Laut Jawa. Oleh karenanya, pantai

    utara Jakarta juga berfungsi sebagai transhipment point untuk moda

    transportasi lautIdanIdarat padaIskala yang lebih luasIdari kotaIJakarta.

    Di kawasan tersebut terdapat berbagai kegiatan transportasi, seperti

    pelabuhan Tanjung Priok, pelabuhan Sunda Kelapa, Marina Ancol,

    rencanaIterminal MRT, jalan tol, dan jaringan jalan arteri lainnya.

    Adapun kawasan reklamasi pantai utara Jakarta memiliki total sekitar

    5.100 ha, yang dibagi menjadi tiga sub kawasan;

  • 43

    1. Sub-kawasan barat sebagai kawasan permukiman dengan intensitas

    sedang, kegiatan rekreasi/wisata dan kegiatan komersial secara

    terbatas.

    2. Sub-kawasan tengah sebagai pusat perdagangan/jasa skala

    internasional, pusat rekreasi/wisata dan permukiman dengan

    intensitas tinggi.

    3. Sub-kawasan timur sebagai pusat distribusi barang, pelabuhan,

    industri/pergudangan, serta permukiman dengan intensitas rendah

    sebagaiIpenunjang.46

    Gambar III.B.1.3

    Peta Rencana Reklamasi Pantai Utara Jakarta

    Sumber: Pergub DKI Jakarta nomor 245 tahun 2014

    46

    Bahan Paparan Seminar Internasional tentang pengembangan kawasan teluk Jakarta,

    diselenggarakanIoleh IWI (IndonesiaIWaterIInstitute) diIJakarta).

  • 44

    2. Ruang Lingkup Wilayah Reklamasi Pantai Utara Jakarta

    Kawasan Reklamasi mencakup kawasan perairan laut Teluk Jakarta

    yang diukur dari garis pantai utara Jakarta secara tegak lurus ke arah laut

    sampai garis yang menghubungkan titik-titik terluar yang menunjukkan

    kedalaman laut 8 (delapan) meter dan di dalamnya terdapat kawasan

    pengembangan lahan baru melalui pembangunan pulau-pulau hasil

    kegiatan reklamasi. Kawasan pantai utara Jakarta ini merupakan bagian

    wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara dan berada di perairan laut

    Teluk Jakarta dengan koordinat 106º43’10”BT, 6º22’55”LS –

    106º57’40” BT, 5º47’30”LS, dengan batas wilayah sebagai berikut:

    a) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kepulauan Seribu

    Selatan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi

    DKI Jakarta.

    b) Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kosambi

    Kabupaten Tangerang.

    c) Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tarumajaya

    Kabupaten Bekasi.

    d) Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Penjaringan,

    Kecamatan Pademangan, Kecamatan Tanjung Priok, Kecamatan

    Koja dan Kecamatan Cilincing Kota Administrasi Jakarta Utara.

  • 45

    Gambar III.B.2.1

    Peta Wilayah Kawasan Strategis Pantura Jakarta

    Sumber: Pergub DKI Jakarta 245/2014, Pergub DKI Jakarta 121/2012

  • 46

    BAB IV

    PERUBAHAN DAN DAMPAK KEBIJAKAN GUBERNUR DKI

    JAKARTA DALAM PENCABUTAN IZIN REKLAMASI

    PANTAI UTARA JAKARTA 2018

    A. Perubahan Kebijakan Gubernur DKI Jakarta dalam Pencabutan Izin

    Reklamasi Pantai Utara Jakarta 2018

    Dalam suatu pembahasan secara komprehensif, sebelum sampai pada

    inti pembahasan utama yaitu mengenai dampak dari kebijakan gubernur DKI

    Jakarta tentang pencabutan izin reklamasi pantai utara Jakarta 2018 penulis

    membuat bagian utama yaitu mengenai latar belakang dari kebijakan

    gubernur DKI Jakarta tentang pencabutan izin reklamasi pantai utara Jakarta

    2018 yang akan dituangkan atau dibahas dalam 3 sub-bagian.

    Pertama, reklamasiIpantaiIutara JakartaIpada periodeIAhok. Kedua,

    penyebab pencabutanIizin reklamasi pantai utara Jakarta 2018. Ketiga,

    kebijakan pencabutan izinIreklamasiIpantai utaraIJakarta periode Anies. Dari

    ketiga sub-bagian tersebut diharapkan mampu menyajikan suatu informasi

    yang didapat mengenai proses perubahan kebijakanIgubernur DKIIJakarta

    tentang pencabutan izin reklamasi pantaiIutaraIJakartaI2018.

  • 47

    1. Kebijakan Izin Reklamasi Pantai Utara Jakarta Periode Gubernur

    Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)

    Pada tahun 2012 gubernur DKI Jakarta saat itu, Fauzi Bowo

    mengeluarkan Pergub nomor 121 tahun 2012 tentang penataan ruang

    kawasan reklamasi pantai utara Jakarta. Melalui Pergub tersebut desain

    reklamasi berubah menjadi pembentukan 17 pulau baru yang dimana

    pulau-pulau tersebut akan digunakan sebagai pemukiman, wisata,

    perdagangan, dan distribusi barang.47

    Setelah itu, kepemimpinan di

    Jakarta pun berganti, dalam kepemimpinan yang baru Pemprov DKI

    Jakarta menerbitkan izin prinsip kepada masing-masing pengembang

    pulau buatan. Dari 17 pulau, empat pulau diantaranya mulai dibangun,

    yakni pulau C, D, G, dan N. Pulau C dan D dibangun oleh Grup Agung

    Sedayu, pulau G oleh Agung Podomoro, dan Pulau N merupakan

    pelabuhan baru Tanjung Priok yang dibangun oleh PT Pelabuhan

    Indonesia (Pelindo) II.48

    Pada tahun 2014 guber