Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keamanan dan rasa nyaman merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh semua orang dan termasuk dalam lima kebutuhan dasar dalam hierarki kebutuhan Maslow. Keamanan dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang terbebas dari cedera fisik dan psikologis. Sedangkan rasa nyaman adalah suatu kondisi dimana seseorang merasakan sensasi menyenangkan dalam berespon terhadap lingkungan atau rangsangan. Proses penuaan mengakibatkan lansia mengalami berbagai perubahan fisiologis yang berakibat pada penurunan kemampuan fisik, psikologis dan kognitif. Hal itu menyebabkan lansia mengalami keterbatasan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, termasuk kebutuhan keamanan dan kenyamanan. Perubahan fungsi fisiologis sebagai konsekuensi dari penuaan, kondisi patologis, efek pengobatan dan faktor lingkungan merupakan beberapa faktor yang menyebabkan munculnya masalah dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dan rasa nyaman pada lansia. Penyakit stroke merupakan salah satu kondisi patologis yang menyebabkan penurunan fungsi neurologis pada lansia dan memiliki dampak 1
106

Keamanan & Kenyamanan.docx

Oct 25, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Keamanan & Kenyamanan.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keamanan dan rasa nyaman merupakan kebutuhan dasar yang harus

dipenuhi oleh semua orang dan termasuk dalam lima kebutuhan dasar dalam

hierarki kebutuhan Maslow. Keamanan dapat diartikan sebagai suatu keadaan

dimana seseorang terbebas dari cedera fisik dan psikologis. Sedangkan rasa

nyaman adalah suatu kondisi dimana seseorang merasakan sensasi

menyenangkan dalam berespon terhadap lingkungan atau rangsangan.

Proses penuaan mengakibatkan lansia mengalami berbagai perubahan

fisiologis yang berakibat pada penurunan kemampuan fisik, psikologis dan

kognitif. Hal itu menyebabkan lansia mengalami keterbatasan dalam pemenuhan

kebutuhan sehari-hari, termasuk kebutuhan keamanan dan kenyamanan.

Perubahan fungsi fisiologis sebagai konsekuensi dari penuaan, kondisi patologis,

efek pengobatan dan faktor lingkungan merupakan beberapa faktor yang

menyebabkan munculnya masalah dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dan

rasa nyaman pada lansia. Penyakit stroke merupakan salah satu kondisi patologis

yang menyebabkan penurunan fungsi neurologis pada lansia dan memiliki

dampak sistemik bagi tubuh. Oleh karena itu, stroke mempengaruhi kualitas

hidup seseorang karena stroke merupakan penyakit yang dapat menimbulkan

kecacatan atau disabilitas pada penderitanya.

Lansia yang menderita stroke beresiko mengalami masalah dalam

kebutuhan rasa aman dan nyaman, terutama bagi mereka yang mengalami

kondisi hemiparesis post stroke. Masalah yang sering terjadi pada kebutuhan

keamanan lansia dengan stroke yaitu resiko cedera atau jatuh. Selain itu,

penurunan kemampuan self-care menyebabkan lansia dengan stroke mengalami

kesulitan dalam memenuhi kebutuhan rasa nyaman, terutama dalam hal

kebersihan diri. Oleh karena itu, lansia membutuhkan bantuan dan dukungan

untuk tetap dapat mempertahankan kesehatan dan kualitas hidupnya.

1

Page 2: Keamanan & Kenyamanan.docx

Masalah dan komplikasi lebih lanjut dari penyakti stroke dan

terganggunya kebutuhan keamanan dan kenyamanan pada penderitanya dapat

diidentifikasi dengam melakukan pengkajian yang holistik dan komprehensif.

Pengkajian dilakukan untuk dapat menegakkan diagnosa yang sesuai, untuk

kemudian dapat dilakukan intervensi keperawatan yang tepat. Intervensi

keperawatan untuk lansia post stroke dapat melibatkan keluarga karena keluarga

merupakan support system yang paling utama bagi lansia. Selain itu,

pemeliharaan kesehatan usia lanjut adalah tanggung jawab bersama anggota

keluarga. Oleh karena itu asuhan keperawatan yang berfokus pada keluarga

sangat membantu dalam menyelesaikan masalah dalam pemenuhan kebutuhan

keamanan dan rasa nyaman pada lansia post stroke

Berdasarkan uraian tersebut, maka melalui makalah ini, penyusun akan

membahas beberapa aspek penting yang harus diketahui mahasiswa keperawatan

atau perawat untuk meningkatkan wawasan dan pemahaman terkait kebutuhan

keamanan dan rasa nyaman pada lansia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep keamanan dan kenyamanan pada lansia?

2. Apa definisi dan gangguan terkait keamanan dan kenyamanan yang umum

terjadi pada lansia?

3. Bagaimana pengkajian holistik dan komprehensif dalam pemenuhan

kebutuhan keamanan dan rasa nyaman pada lansia?

4. Bagaiaman diagnosa, perencanaan, intervensi dan implementasi keperawatan

pada lansia yang mengalami masalah dalam pemenuhan kebutuhan keamanan

dan rasa nyaman?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui konsep keamanan dan rasa nyaman pada lansia.

2. Mengetahui definisi dan gangguan terkait keamanan dan rasa nyaman yang

umum terjadi pada lansia.

3. Mengetahui pengkajian holistik dan komprehensif untuk pemenuhan

kebutuhan keamanan dan rasa nyaman pada lansia.

2

Page 3: Keamanan & Kenyamanan.docx

4. Mengetahui diagnosa, perencanaan, intervensi dan implementasi keperawatan

pada lansia yang mengalami masalah pemenuhan kebutuhan keamanan dan

rasa nyaman

1.4 Metode Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengambil sumber data dari

buku-buku dan artikel dari internet sesuai topik bahasan. Pada pembuatan

makalah ini juga, penyusun menggunakan metode studi pustaka dan melakukan

studi kelompok. Melalui studi pustaka, penyusun mendapatkan pengetahuan

yang jelas mengenai bahasan sedangkan melalui diskusi kelompok, penyusun

membahas dan mendiskusikan materi masing-masing di dalam kelompok.

1.5 Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari 4 bab. Bab I yaitu pendahuluan, yang

mengemukakan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,

metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II yaitu tinjauan pustaka

terkait pemenuhan kebutuhan keamanan dan rasa nyaman pada lansia. Bab III

yaitu analisa kasus yang mengemukakan pembahasan kasus pemicu dan proses

keperawatan klien dengan masalah pada pemenuhan keamanan dan rasa

nyaman. Bab terakhir yaitu Bab IV berisi simpulan dan saran dikemukakan

penulis pada bab-bab sebelumnya.

3

Page 4: Keamanan & Kenyamanan.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Jenis Gangguan Keamanan dan Rasa Nyaman

Keamanan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan terbebas dari

cedera fisik, kecelakaan atau kondisi psikologis yang menganggu. Sedangkan

kenyamanan merupakan suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar

manusia seperti kebutuhan akan ketentraman, rasa puas/lega, dan terbebas dari

masalah-masalah fisik yang mengganggu. Keduanya dibutuhkan setiap

individu untuk dapat melangsungkan kehidupan. Konsep keamanan dan

kenyamanan dipandang secara holistik yang meliputi empat katagori yaitu

fisik, sosial, psikospritual, dan lingkungan. Konteks fisik berhubungan dengan

sensasi tubuh seperti terbebas dari rasa nyeri atau penyakit yang mengganggu

kondisi fisik seseorang. Adapun konteks sosial berhubungan dengan

kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain (interpersonal).

Keamanan dan kenyamanan dalam konteks psikospritual berhubungan dengan

kewaspadaan dari dalam diri seseorang meliputi harga diri, seksualitas dan

penilaian terhadap kehidupan. Konteks terakhir yaitu lingkungan, berhubungan

dengan latar belakang pengalaman eksternal individu dan keadaan lingkungan

yang terbebas dari bahaya lingkungan (Potter & Perry, 2006)

Dalam memberikan perawatan pada klien lansia, perawat perlu

memperhatikan beberapa standar yang mendukung terpenuhinya kebutuhan

keamanan dan kenyamanan pada lansia dengan tanpa mengabaikan hak-hak

individu lansia untuk mengambil keputusan perawatannya. Tugas utama

perawat selain membantu lansia terhindar dari bahaya yang mengancam

keamanan dan kenyamanan adalah dengan memberikan pendidikan/informasi

kepada klien atau keluarga atau sebagai advokasi bagi klien lansia terkait

beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan

keamanan dan kenyamanan. Beberapa masalah-masalah yang umum terjadi

pada lansia terkait keamanan dan kenyamanan seperti: jatuh, penggunaan

restrain, luka kecelakaan, kriminal, penganiayaan, dan keamanan lingkungan

(Leuckenotte & Meiner, 2006).

4

Page 5: Keamanan & Kenyamanan.docx

2.2 Mekanisme Perubahan Patofisiologi

Miller (2004) membagi faktor resiko jatuh berdasarkan 4 katagori yaitu

perubahan akibat proses penuaan, kondisi patologis, gangguan fungsional,

dampak pengobatan dan faktor lingkungan. Gabungan dari keempat faktor

tersebut menjadi faktor resiko terjadinya jatuh pada lansia.

Perubahan akibat penuaan yang mempengaruhi resiko jatuh pada lansia

antara lain nokturia, osteoporosis, penurunan fungsi penglihatan, gangguan

keseimbangan, hipotensi ortostatistik, penurunan kekuatan otot, dan perubahan

sistem saraf pusat seperti penurunan waktu reaksi yang menimbulkan resiko

jatuh. Penyakit seperti osteoporosis juga menambah parah luka yang

diakibatkan oleh jatuh. Beberapa kondisi medis yang neningkatkan resiko jatuh

pada lansia meliputi:

1. Kondisi medis yang memerlukan pengobatan sehingga memicu lansia

untuk jatuh

2. Penyakit yang menyebabkan gangguan fungsional seperti gangguan

penglihatan, dan keterbatasan mobilitas.

3. Penyakit yang diakibatkan oleh gangguan metabolik dan fisiologis

4. Jatuh merupakan manifestasi dari penyakit akut atau perubahan dari

penyakit kronik (Miller, 2004)

Kondisi gangguan kognitif dan gangguuan fungsi psikososial juga

meningkatkan resiko jatuh pada lansia. penyakit dimensia dan depresi misalnya

memiliki dampak menurunkan kesadaran lansia terhadap lingkungan

sekitarnya. Dimensia juga akan mempengaruhi kemampuan lansia untuk

memproses informasi terhadap stimulus lingkungan (Miller, 2004).

Efek pengobatan tertentu juga mempengruhi resiko jatuh pada lansia.

obat-obatan seperti benzodiazepam, golongan sedatif, obat antihipertensi bisa

mempengaruhi fungsi psikomotorik dan kognitif sehingga meningkatkan

resiko jatuh. Interkasi antara satu obat dengan obat lainnya, reaksi pengobatan

dengan alkohol atau jumlah dosis dan waktu pemberian obat juga

mempengaruhi resiko jatuh (Miller, 2004).

5

Page 6: Keamanan & Kenyamanan.docx

Faktor lingkungan juga meningkatkan resiko jatuh pada lansia. beberapa

keadaan lingkungan seperti lantai yang licin, tangga, kamar mandi dan

peralatan rumah lainnya merupakan beberapa pemicu terjadinya jatuh pada

lansia. Oleh sebab itu, aspek keamanan dan kenyamanan rumah/lingkungan

perlu dikaji oleh perawat melalaui edukasi baik pada klien dan keluarga lansia

bergantung dari lokasi perawatan lansia ( Stanley & Beare, 2006).

2.2.1 Stroke

Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) merupakan kehilangan fungsi

otak yang diakibatkan oleh terhentinya suplai darah ke otak (Smeltzer & Bare,

2002). Stroke biasanya disebabkan oleh salah satu dari empat kejadian: 1)

trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah darah otak atau leher), 2)

embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari

bagian tubuh lain), 3) iskemia (penurunan aliran darah ke area otak), 4) hemoragi

serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan

otak atau ruang sekitar otak).

a. Trombosis

Trombosis serebral merupakan penyebab stroke paling sering ditemukan

(Stanley & Bare, 2007). Trombosis serebral biasanya disebabkan oleh

aterosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral. Tanda-tanda

trombosis serebral bervariasi, klien dapat mengalami pusing, perubahan

kognitif, atau kejang, dan beberapa awitan yang tidak dapat dibedakan dari

hemoragi intraserebral dan embolisme serebral. Secara umum, trombosis

serebral tidak terjadi secara tiba-tiba. Kehilangan bicara sementara, hemiplagia

atau paralisis setengah tubuh merupakan awitan paralisis berat pada beberapa

jam atau hari.

b. Iskemia Serebral

Iskemia serebral merupakan penyebab stroke yang disebabkan penurunan

suplai darah ke otak. Penurunan suplai darah ke otak ini terutama terjadi karena

konstriksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak. Berikut ini

merupakan skema stroke akibat iskemia serebral:

6

Page 7: Keamanan & Kenyamanan.docx

Skema 1.1 Stroke Iskemia

c. Embolisme Serebral

Embolisme serebral biasanya disebabkan oleh abnormalitas patologis

pada jantung kiri seperti endokarditis, infeksi, penyakit jantung reumatik, dan

infark miokard serta infeksi pulmonal. Selain itu juga pemasangan katup

jantung prostetik, kegagalan picu jantung, dan fibrilasi atrium merupakan

penyebab emboli serebral dan stroke. Embolus biasanya akan menyumbat

arteri serebral tengah atau cabang-cabangnya yang pada akhirnya akan

menymbat sirkulasi serebral (Smeltzer & Bare, 2002).

d. Hemoragi

Berikut skema patofisiologi strok hemoragik:

Skema 1.2 Stroke Hemoragik

7

Defisit neurologis

Peningkatan tekanan intrakranial

edema

Gangguan Keseimbangan asam basa dan elektrolit

Metabolisme anaerob

Hipoxia Serebral

Iskemia

Oklusi

Defisit neurologis mendadak

Peningkatan tekanan intrakranial

Peningkatan volume atau massa intrakranial

Ruptur pembuluh darah serebral

Stroke Hemoragik

Page 8: Keamanan & Kenyamanan.docx

2.2.2 Faktor Resiko

Terdapat beberapa faktor resiko seseorang mengalami stroke, diantaranya:

a. Hipertensi: Faktor resiko utama pada penyakit koroner dan stroke. Efek

jangka panjang peningkatan tekanan darah adalah kerusakan dinding arteri

yang menyebabkan arteri lebih rentan terhadap tekanan, penyempitan atau

ruptur.

b. Penyakit kardiovaskuler: kerusakan jantung yang terjadi pada penyakit

kardiovaskuler dapat mengakibatkan lepasnya bekuan yang akan mengalir

ke otak sehingga menyebabkan sumbatan.

c. Kolesterol tinggi: tingginya kolesterol beresiko aterosklerosis.

d. Obesitas dan inaktivitas: meningkatkan resiko hipertensi, penyakit jantung

dan diabetes.

e. Peningkatan hematokrit: meningkatkan resiko infark serebral.

f. Diabetes: dikaitkan dengan aterogenesis terakselerasi.

g. Kontrasepsi oral (terutama dengan disertai hipertensi, merokok, dan kadar

estrogen tinggi).

h. Merokok: beresiko tinggi menghasilkan sumbatan atau emboli.

i. Penyalahgunaan obat seperti kokain dan amphetamine

j. Usia

k. Genetik

2.2.3 Anatomi dan Fisiologi Otak

Otak dibagi menjadi tiga area, yaitu: batang otak, serebelum, dan

serebrum. Batang otak berfungsi mengontrol fungsi dasar seperti: bernapas,

mengunyah, menelan, dan pergerakan mata. Serebelum berfungsi

mengkoordinasi pergerakan dan keseimbangan. Sedangkan serebrum dibagi

menjadi dua bagian, yaitu hemispare kanan dan kiri. Secara umum, bagian

kanan menerima sensasi dari bagian kiri tubuh dan mengontrol pergerakan

tubuh bagian kiri. Jadi ketika stroke merusak bagian kanan otak, akan

mengakibatkan kelemahan pada tubuh bagian kiri. Hal ini terjadi sebaliknya.

Jika stroke merusak bagian kiri otak, akan terjadi kelemahan pada tubuh

bagian kanan. Gambar 1.1 merupakan gambar bagian otak dan fungsinya.

8

Page 9: Keamanan & Kenyamanan.docx

Gambar 1.1 Gambar Bagian Otak dan Fungsinya

Dari masing-masing sisi dari serebrum dibagi menjadi empat (4) lobus,

yaitu: lobus frontalis, lobus temporalis, lobus parietalis, dan lobus oksipitalis.

Lobus frontalis berfungsi mengontrol fungsi motorik, perencanaan dan

ekspresi bahasa. Lobus temporalis berhubungan dengan pendengaran,

memori dan kebiasaan. Lobus parietalis menginterpretasikan sensasi dan

kontrol terhadap pemahaman bahasa. Lobus oksipitalis merasa dan

menginterpretasikan penglihatan.

2.3 Pengkajian Holistik dan Komprehensif

Lansia memiliki perubahan pada struktur dan postur tubuhnya. Perawat

harus mengkaji tinggi badannya saat ini, tulang belakang lansia sudah memiliki

penipisan sehingga tinggi lansia tersebut bisa saja berkurang sekitar 1,2 cm tiap

20 tahun begitu pula dengan panjang abdomen. Massa tulang juga akan

berkurang karena penyerapan kalsium dan pembaharuan sel-sel pada tulang

mulai menurun. Struktur dan postur tubuh akan berubah seiring dengan

kehilangan kalsium dan proses atropi pada otot dan kartilago. Perawat perlu

memeriksa apakah klien mengalami kyphosis atau osteoporosis.

9

Page 10: Keamanan & Kenyamanan.docx

Pemeriksaan terhadap klien dapat dilanjutkan dengan menggunakan

Morse Fall Scale. Form pengkajian ini digunakan dalam perawatan akut. Pada

form sudah terdapat variabel dan nilai numerik yang apabila ditotal setelah

pengkajian dilakukan maka akan menentukan berapa besar resiko/ kemungkinan

klien jatuh. Hal yang dikaji yaitu:

1. Riwayat jatuh

Hal pertama yang dikaji yaitu riwayat jatuh klien, klien akan langsung

mendapat 25 poin jika selama perawatan di rumah sakit klien pernah jatuh

yang misalnya disebabkan oleh kejang atau cara berjalan yang tidak sesuai.

Namun jika klien belum pernah jatuh maka klien akan mendapat poin 0 di

dalam form. Jika klien jatuh pada hari pertama perawatan maka klien akan

langsung mendapatkan 25 poin.

2. Diagnosis sekunder

Klien mendapatkan 15 poin jika memiliki lebih dari satu diagnosa medis di

dalam statusnya, apabila tidak maka poinnya adalah 0.

3. Bantuan rawat jalan

Klien mendapat poin 0 jika klien mampu berjalan tanpa alat bantu walaupun

diawasi oleh perawat, menggunakan kursi roda, atau bed rest atau tidak dapat

bangkit dari tempat tidur sama sekali. Namun apabila menggunakan kruk,

tongkat, atau walker klien mendapat poin 15. Jika klien berjalan dengan

merembet atau mencengkram benda lain sebagai bantuan maka poinnya

adalah 30.

4. IV atau akses IV

Klien mendapat 20 poin jika klien mendapat terapi saline/heparin via

intravena, jika tidak maka poin 0.

5. Gaya berjalan

Terdapat tiga tipe gangguan gaya berjalan terlepas dari kecacatan fisik

maupun penyebab yang mendasari

a. Gaya berjalan normal merupakan gaya jalan yang apabila klien berjalan

dengan kepala tegak, lengan bergerak bebas disamping tubuh dan

melangkah tanpa ragu, maka poin 0.

10

Page 11: Keamanan & Kenyamanan.docx

b. Gaya berjalan tidak biasa (10 poin). Apabila klien membungkuk tetapi

mampu mengangkat kepala sambil berjalan tanpa kehilangan

keseimbangan. Klien mungkin membutuhkan bantuan untuk

mencengkram perabot, dan mungkin langkahnya lebih pendek dan acak.

c. Gaya berjalan tidak sesuai (poin 20). Klien mungkin akan sulit untuk

berdiri dari kursi, dapat bangun dari tempat duduk dengan mendorong

lengan kearah kursi. Kepala tertunduk dan melihat ke arah lantai.

Kesimbangan sangat kurang, menggenggam perabot sekitarnya, dan tidak

dapt berjalan tanpa ada pendamping. Langkah pendek dan acak.

d. Apabila klien berada pada kursi roda, pengambilan nilai dilakukan pada

saat pemindahan klien dari kursi roda ke tempat tidur.

6. Status mental

Saat menggunakan pengukuran ini, status mental dikaji dengan pertanyaan

seperti : “Apakah anda dapat pergi ke kamar mandi sendiri atau dengan

bantuan orang lain?”. Apabila klien menjawab sesuai dengan apa yang

tertulis di kardex maka klien tergolong “normal” (poin 0). Apabila jawaban

klien tidak sesuai maka klien mendapat poin 15.

2.4 Intervensi keperawatan dalam pengelolaan pemenuhan kebutuhan

keamanan dan kenyamanan lansia

Intervensi keperawatan dalam pengelolaan pemenuhan kebutuhan keamanan

dan kenyamanan lansia dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia.

Cedera dan jatuh sering dialami oleh lansia sebagai konsekuensi dari proses

penuaan, seperti penurunan kemampuan fisik dan kemampuan mempertahankan

keseimbangan. Selain perubahan fisiologis akibat penuaan, berbagai riwayat

masalah medis lansia juga perlu mendapatkan perhatian. Hal ini bertujuan untuk

menentukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan keamanan

dan kenyamanan lansia. Beberapa intervensi keperawatan yang dapat digunakan

untuk membantu memenuhi kebutuhan keamanan dan kenyamanan pada lansia,

yaitu: Berg Balance Test (BBT), Balance Exercise (BE), Range of Motion

(ROM), penggunaan alat bantu, modifikasi lingkungan untuk mencegah jatuh

dan meningkatkan kenyamanan lansia.

11

Page 12: Keamanan & Kenyamanan.docx

1. Berg Balance Test (BBT)

BBT merupakan alat yang digunakan untuk mengukur risiko jatuh pada

lansia sebelum menentukan intervensi keperawatan yang tepat. BBT terdiri

dari 14 perintah yang ditujukan pada lansia. Perintah yang diberikan meliputi

perintah untuk menampilkan kemampuan duduk, berdiri, bersandar, berbelok,

dan posisi berdiri tegak pada satu kaki. Skor yang didapatkan kemudian

dijumlahkan dan dari skor tersebut pasien dikelompokkan ke dalam salah satu

dari tiga level atau tingkatan risiko jatuh. Skor terendah yaitu 0 dan skor

tertinggi yaitu 56. Skor 0-20 menunjukkan bahwa lansia berisiko tinggi

mengalami jatuh. Skor 21-40 menunjukkan bahwa lansia berisiko sedang

mengalami jatuh. Skor 41-56 menunjukkan bahwa lansia berisiko rendah

mengalami jatuh (Sirven & Malamut, 2008).

2. Balance Exercise (BE)

Balance exercise atau latihan keseimbangan merupakan latihan khusus

yang ditujukan untuk membantu meningkatkan kekuatan otot dan untuk

meningkatkan kesimbangan tubuh. Latihan keseimbangan pada lansia penting

untuk dilakukan karena latihan tersebut dapat meningkatkan keseimbangan

sehingga dapat mencegah jatuh dan cedera pada lansia. Latihan

keseimbangan sederhana yang dapat dilakukan oleh lansia sehat terdiri dari 5

gerakan utama, yaitu berjalan ke samping (sideway walking), selentingan

sederhana (simple grapevine), berjalan tumit ke ujung kaki (heel to toe walk),

berdiri satu kaki (one leg stand), dan naik (step up) (NHS, 2012). Adapun

langkah-langkah melakukan gerakan tersebut akan dijelaskan dalam uraian

berikut ini:

a. Berjalan ke samping (sideway walking)

12

1) 2) 3)

Page 13: Keamanan & Kenyamanan.docx

1) Berdiri dengan kedua kaki dengan kaki sedikit menekuk

2) Langkahkan satu kaki ke samping secara perlahan dan terkontrol.

3) Pindahkan kaki yang lain dan satukan posisi kaki kembali seperti posisi

awal.

Gerakan dilakukan sebanyak 10 langkah atau melangkah dari satu sisi ruang

ke sisi ruang yang lain. Selain itu, saat melakukan gerakan, sebisa mungkin

hindari menurunkan pinggul.

b. Selentingan sederhana (simple grapevine)

Gerakan ini meliputi gerakan melangkah ke samping dengan menyilangkan

satu kaki di depan kaki yang lain.

1) Gerakan dimulai dengan menyilangkan kaki kanan di depan kaki kiri.

2) Pindahkan dan satukan kaki kiri di samping kaki kanan.

Gerakan dilakukan sebanyak 5 kali langkah menyilang pada masing-masing

kaki. Lansia yang kesulitan dapat berpegangan pada dinding saat melakukan

gerakan. Pada gerakan selentingan sederhana, semakin kecil langkah maka

usaha mempertahankan keseimbangan semakin baik.

c. Berjalan tumit ke ujung kaki (heel to toe walk)

13

1) 2)

1) 2)

Page 14: Keamanan & Kenyamanan.docx

1) Berdiri tegak, tempatkan tumit kanan pada lantai tepat di depan kaki kiri.

2) Kemudian pindahkan kaki kanan di depan kaki kiri dan tumit kaki kanan

menempel kaki kiri. Pastikan klien tetap melihat ke depan.

Saat melakukan gerakan ini, lansia dapat mele takkan jarinya

pada dinding agar gerakan stabil. Gerakan ini dilakukan setidaknya sebanyak

lima langkah dan apabila kemampuan melakukan gerakan sudah meningkat,

lepaskan jari tangan dari dinding.

d. Berdiri satu kaki (one leg stand)

1) Gerakan dimulai dengan menghadap ke dinding kemudian tangan

direntangkan dan jari-jari kedua tangan menyentuh dinding.

2) Angkat kaki kiri, pertahankan posisi atau tinggi pinggul, pertahankan

sedikit lengkungan pada kaki yang berlawanan. Kemudian letakkan kaki

kembali ke lantai secara perlahan.

Saat melakukan gerakan tersebut, kaki yang diangkat ditahan selama 5-10

detik dan gerakan mengangkat kaki dilakukan 3 kali untuk masing-masing

kaki.

e. Naik (step up)

Gerakan ini sebaiknya dilakukan dekat dinding untuk pendukung gerakan.

14

1) 2)

Page 15: Keamanan & Kenyamanan.docx

1) Langkahkan kaki kanan naik.

2) Pindahkan dan langkahkan kaki kiri naik hingga bergabung dengan kaki

kanan.

3) Melangkah turun kembali ke posisi awal.

Kunci untuk mencapai peningkatan keseimbangan adalah dengan menaik-

turunkan kaki secara perlahan-lahan dan terkontrol. Gerakan dilakukan

sebanyak lima langkah untuk tiap kaki.

Kondisi stroke menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan pada lansia dan

menjadi faktor risiko lansia mengalami jatuh dan cedera. Pada penderita

stroke sedang maupun ringan, keseimbangan tubuh saat duduk terganggu dan

menjadi salah satu target rehabilitasi stroke. Latihan keseimbangan untuk pasien

stroke dalam posisi duduk menjadi penting untuk dilakukan karena tanpa

keseimbangan dalam posisi duduk, klien dengan stroke tidak dapat melakukan

latihan keseimbangan dalam posisi berdiri. Adapun gerakan latihan

keseimbangan tersebut, yaitu:

a. Weight Shift Side to Side (pergeseran berat badan dari satu sisi ke sisi yang

lain)

Gerakan dilakukan dengan menggeser berat badan di atas pinggul kanan

kemudian pinggul kiri. Tulang rusuk harus bergerak dari satu sisi ke sisi

yang lain dan pinggul harus diangkat dari dari permukaan. Pada saat

melakukan gerakan, bagian pinggang tetap dalam posisi yang lurus dan tidak

bersandar. Gerakan diulangi sebanyak 10 kali. Buku ditempatkan di bawah

tangan sambil duduk agar berat badan melewati tangan dan untuk menjaga

tangan tidak terlepas dari permukaan tempat duduk (Stroke-rehab.com,

2010).15

1) 2) 3)

Page 16: Keamanan & Kenyamanan.docx

b. Weigt Sift Forward and Back (pergeseran berat badan ke depan dan ke

belakang)

Gerakan dilakukan dengan menggeser berat badan ke depan dan belakang

dengan melengkungkan dan membulatkan punggung bawah. Gerakan

dilakukan dan diulangi sebanyak 10 kali.

c. Leaning down on elbow (condong turun di atas siku)

Gerakan dilakukan dengan mencondongkan tubuh ke kiri di atas siku kiri,

kemudian kembalikan tubuh ke posisi semula (tegak). Selanjutnya,

condongkan tubuh ke kanan di atas siku kanan, kemudian kembali ke posisi

semula (tegak). Gerakan dilakukan sebanyak lima kali.

d. Reaching Toward Weak Side (menjangkau ke arah sisi yang lemah)

Gerakan dilakukan dengan menjangkau menggunakan tangan normal ke arah

bagian tubuh yang lemah dengan meletakkan berat badan ke bagian tangan

yang lemah. Gerakan dilakukan sebanyak 5 sampai 10 kali.

16

Page 17: Keamanan & Kenyamanan.docx

e. Reaching Forward with Clasped Hands (menjangkau ke depan dengan

tangan terkatup)

Gerakan dilakukan dengan menggenggam tangan kemudian menjangkaukan

tangan ke depan dan kembali pada posisi semula atau posisi tegak. Gerakan

dilakukan sebanyak 10 kali.

f. Sit to Stand with Clasped Hands (duduk dan berdiri dengan tangan terkatup)

Gerakan dilakukan dengan menggenggam kedua tangan kemudian

menjangkaukan tangan ke depan. Selanjutnya, angkat tubuh perlahan hingga

posisi tubuh berdiri tegak. Apabila klien tidak dapat berdiri tegak, maka

klien dapat mengangkat tubuh hingga dapat berdiri parsial sesuai

kemampuan. Selanjutnya, kembali ke posisi duduk seperti semula. Gerakan

dilakukan sebanyak 5 sampai 10 kali.

17

Page 18: Keamanan & Kenyamanan.docx

3. Range of Motion (ROM)

ROM atau latihan rentang gerak dibutuhkan oleh klien dengan

keterbatasan mobilisasi sendi karena penyakit, ketidakmampuan, atau trauma

untuk mengurangi bahaya imobilisasi. baik aktif maupun pasif memiliki

keuntungan yang berbeda (Potter & Perry, 2006). Latihan rentang gerak dibagi

menjadi 3, yaitu latihan rentang gerak aktif (AROM), latihan rentang gerak pasif

(PROM), dan latihan rentang gerak aktif asistif. Pada latihan rentang gerak aktif,

klien menggerakkan semua rentang gerak sendinya sendiri tanpa bantuan.

Latihan rentang gerak aktif membantu mempertahankan fleksibilitas sendi

dan kekuatan otot serta meningkatkan penampilan kognitif. Sedangkan pada

latihan rentang gerak pasif, klien tidak dapat menggerakkan sendinya secara

mandiri sehingga perawat menggerakkan setiap sendi dengan rentang gerak.

Latihan rentang gerak sendi pasif berfungsi meningkatkan fleksibilitas (Potter &

Perry, 2006; Stanley & Beare, 2007). Latihan rentang gerak aktif asistif

dilakukan jika klien masih dapat menggerakkan sendi namun membutuhkan

bantuan sehingga sebagian rentang gerak dibantu oleh perawat. Untuk

mempertahankan rentang gerak, sendi-sendi harus dilatih dua sampai tiga kali

pengulangan per hari. Latihan rentang gerak pasif menurunkan edema dan

kontraktur pada klien setelah stroke sehingga latihan rentang gerak pasif tepat

utuk diterapkan pada klien pasca stroke sebagai terapi rehabilitasi (Stanley &

Beare, 2007).

Beberapa cara melatih rentang gerak sendi yaitu: fleksi dan ekstensi

pergelangan tangan dan siku. Gerakan selanjutnya yaitu pronasi dan supinasi

lengan bawah, pronasi fleksi bahu, abduksi dan adduksi lengan, serta rotasi

bahu. Gerakan rentang gerak sendi selanjutnya yaitu gerakan pada bagian

ekstremitas bawah, yaitu fleksi dan ekstensi jari-jari kaki, infersi dan efersi kaki,

fleksi dan ekstensi pergelangan kaki, fleksi dan ekstensi lutut. Gerakan

selanjutnya pada ekstremitas bawah yaitu rotasi pangkal paha serta abduksi dan

adduksi pangkal paha (Potter & Perry, 2006).

4. Penggunaan Alat Bantu

Alat bantu gerak merupakan alat yang digunakan untuk membantu klien

dalam mempermudah mobilisasi. Beberapa tujuan penggunaan alat bantu gerak

18

Page 19: Keamanan & Kenyamanan.docx

yaitu untuk meningkatkan kekuatan otot, menurunkan resiko komplikasi

immobilisasi, menurunkan ketergantungan klien dan meningkatkan rasa percaya

diri klien. Pencegahan komplikasi dari tindakan serta pertimbangan aspek

keamanan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Perawat terlebih

dahulu mengkaji toleransi aktivitas, kekuatan nyeri, koordinasi, dan

keseimbangan klien untuk menentukan jumlah bantuan yang diberikan. Perawat

memeriksa lingkungan untuk memastikan tidak ada rintangan di jalan klien

(Potter & Perry, 2006).

Keseimbangan klien harus stabil sebelum berjalan menggunakan alat bantu

jalan. Perawat harus memberikan sokongan pada pinggang sehingga pusat

gravitasi klien tetap berada di garis tengah. Untuk mencegah hipotensi ortostatik,

klien harus dibantu untuk duduk di sisi tempat tidur dan harus istirahat selama 1-

2 menit sebelum berjalan. Klien yang terlihat tidak siap atau pusing harus

dikembalikan ke tempat tidur atau kursi terdekat (Potter & Perry, 2006).

Ada bermacam-macam alat bantu jalan. Masing-masing alat bantu jalan

mempunyai indikasi dan kontraindikasi penggunaan dan cara penggunaan yang

berbeda. Pemilihan alat bantu jalan harus disesuaikan dengan kondisi klien.

Adapun alat bantu jalan yang dapat digunakan untuk membantu mobilisasi klien,

yaitu:

a. Tongkat (Canes)

Tongkat merupakan alat ringan, membantu pergerakan dengan

mudah, terbuat dari kayu atau besi. Tongkat dapat membantu menjaga

keseimbangan badan, biasanya diberikan pada klien dengan hemiparesis dan

digunakan untuk menurunkan ketegangan. Tongkat tidak direkomendasikan

untuk klien dengan kelemahan kaki bilateral. Terdapat tiga tipe tongkat

yang umum digunakan, meliputi: tongkat standar, memberikan dukungan

minimal dan digunakan oleh klien yang membutukan sedikit bantuan untuk

berjalan. Tongkat bertangkai, terdapat pegangan atau gagang untuk

dipegang sehingga memudahkan untuk memberikan stabilitas lebih besar

dari tongkat standar, khususnya berguna untuk klien dengan kelemahan

tangan. Tipe tongkat selanjutnya yaitu tongkat segiempat yang mempunyai

3 atau 4 kaki yang memberikan dukungan keseimbangan lebih besar. Alat

19

Page 20: Keamanan & Kenyamanan.docx

ini digunakan bagi klien dengan parsial unilateral atau paralisis penuh pada

kaki.

b. Tongkat penopang (kruk)

Kruk terbuat dari kayu atau besi sepanjang ujung mencapai aksila.

Kruk digunakan untuk memindahkan berat dari satu atau kedua kaki.

Terdapat 3 macam atau jenis kruk, yaitu: kruk aksila, lofstrand, dan kruk

platform. Kruk aksila kebanyakan digunakan oleh klien dengan semua

golongan umur, kruk lofstrand mempunyai suatu pegangan tangan diatur

sesuai dengan ketinggian klien. Kruk tipe ini sangat berguna untuk klien

yang mengalami ketidakmampuan permanen seperti paraplegia. Kruk

platform digunakan oeh klien yang tidak dapat menahan berat dipergelangan

tangannya.

c. Walkers (alat bantu jalan)

Alat ini memiliki dasar yang lebar sehingga dapat memberikan

keseimbangan dan keamanan. Terdiri dari tangkai besi dengan pegangan

20

Kruk Aksila Kruk Lofstrand Kruk Platform

Page 21: Keamanan & Kenyamanan.docx

tangan, 4 kaki yang kuat dan satu tempat/permukaan terbuka. Alat bantu ini

dapat digunakan bagi klein yang mengalami masalah keseimbangan.

5. Modifikasi Lingkungan untuk Mencegah Jatuh

Modifikasi lingkungan diperlukan untuk membantu meningkatkan dan

memenuhi kebutuhan keamanan dan kenyamanan lansia. Intervensi keperawatan

untuk mengatasi jatuh dan cedera akibat jatuh penting untuk dilakukan. Akan

tetapi, karena jatuh dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga tindakan

pencegahan menjadi pilihan yang tepat untuk dilakukan. Tindakan pencegahan

itu sendiri berfokus pada faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian jatuh

pada lansia (Miller, 2004).

Modifikaasi lingkungan yang dilakukan diantaranya mengatur suhu ruangan

supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk menghindari pusing. Selain itu,

barang-barang yang memang seringkali diperlukan diletakkan pada tempat yang

berada dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulu. Selain itu, karpet digunakan

agar lansia tidak terpeleset di kamar mandi. Kualitas penerangan di rumah juga

perlu diperhatikan dan disesuaikan. Untuk menghindari hazard, letak kabel

listrik pada lantai yang biasa untuk melintas harus dihindarkan.

Klien lansia dengan penurunan kemampuan fisik dan keseimbangan

memerlukan bantuan saat berjalan. Oleh karena itu, pegangan tangan pada

tangga perlu dipasang dan bila perlu pasang lampu tambahan untuk daerah

tangga. Barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang biasa

untuk melintas. Selain itu, gunakan lantai yang tidak licin. Pengaturan letak

furnitur perlu diperhatikan supaya jalan untuk melintas mudah tanpa

21

Page 22: Keamanan & Kenyamanan.docx

halangan. Selain itu, untuk mencegah jatuh, pegangan tangan perlu dipasang

ditempat yang di perlukan seperti misalnya di kamar mandi.

22

Page 23: Keamanan & Kenyamanan.docx

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

3.1 Gambaran Kasus

Seorang laki-laki berumur 64 th post stroke 1 bulan yang lalu dan mengalami

hemiparesis kanan. Perawat yang datang berkunjung ke rumah mendapati klien

terbaring di kasur yang lembab dengan ruangan tanpa ventilasi dan tercium bau

tidak sedap dari klien. Keluarga mengatakan klien tidak dapat duduk tegak

sendiri, selama ini klien hanya berbaring di kasur karena tidak memiliki kursi

roda. Buang air kecil dan besar dilakukan dengan pispot, mandipun hanya di lap

dengan handuk basah saja. Klien mengatakan merasa sangat bosan dan tidak

nyaman dengan kondisinya sekarang.

3.2 Pengkajian (Friedman)

I. Data Umum

1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Bapak Y

2. Usia Kepala Keluarga : 39 tahun

3. Alamat : Jl. Mulyasari no. 3, RT 01/RW 03

Depok

4. Pendidikan Kepala Keluarga : SMK

5. Pekerjaan Kepala Keluarga : Karyawan Manufaktur

6. Komposisi keluarga :

No NamaJenis

KelaminHubungan dengan KK

Usia Pendidikan Pekerjaan

1. Kakek D Laki-lakiAyah

Mertua64 th SD Petani

2. Ibu M Perempuan Istri 36 th SMPIbu rumah

tangga

3. Anak Z Perempuan Anak 11 th SD Pelajar

23

Page 24: Keamanan & Kenyamanan.docx

Genogram :

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

7. Tipe keluarga : Keluarga besar (extended family). Istri Kakek D

meninggal 2 tahun yang lalu akibat penyakit hipertensi.

8. Suku : Keluarga Bapak Y berasal dari suku Jawa. Saat ini Kakek D

menempati rumahnya bersama keluarga Bapak Y. Ibu M bertanggung

jawab merawat Kakek D di rumah. Bapak Y dan keluarga biasa

menggunakan bahasa Indonesia saat berkomunikasi dengan orang

lain. Bahasa Jawa hanya digunakan untuk berkomunikasi antar

anggota keluarga. Bapak Y bisa berbahasa Sunda karena teman kerja

nya banyak yang orang Sunda.

9. Agama : Kepercayaan yang dianut Bapak Y adalah Islam sehingga

nilai-nilai yang diyakini dalam keluarga ini adalah nilai-nilai Islam.

Keluarga Bapak Y selalu menjalankan ibadah sholat berjamaah di

rumah dan di mushola dekat rumah. Dahulu sebelum sakit, Kakek D

selalu sholat berjamaah di mushola dan aktif mengikuti kegiatan

keagaamaan di kampungnya seperti pengajian dan panitia hari-hari

besar keagamaan. Namun, semenjak post stroke dan mengalami

24

Anak V, 20 thAnak B, 15 th

Ibu S, 38 thBpk Y, 39 th Ibu M, 36 th Bpk G, 40 th

Anak Z, 11 th

Nenek J, 60 thKakek D, 64 th

Page 25: Keamanan & Kenyamanan.docx

hemiparesis kanan, Kakek D hanya melaksanakan ibadah di rumah

karena sulit untuk berjalan.

10. Status sosial ekonomi keluarga : Keluarga Bapak Y termasuk keluarga

dengan status ekonomi menengah ke bawah. Penghasilan suami hanya

sebesar Rp 1.500.000, 00 sesuai standar UMR. Bapak Y bekerja di

pabrik manufaktur dan selalu pulang pada sore hari. Untuk menambah

penghasilan keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, Ibu M

berjualan kue dan sering menerima pesanan untuk acara dari para

tetangganya. Rumah yang keluarga tempati sekarang ini adalah rumah

dari Kakek D. Keluarga memutuskan untuk tetap tinggal di rumah ini

karena keluarga Bapak Y tidak ingin meninggalkan Kakek D untuk

tinggal sendiri di rumah apalagi sejak meninggalnya istri Kakek D.

Keluarga Bapak Y khawatir jika Kakek D tidak ada yang mengurus.

Selain itu, keputusan tersebut juga dianggap dapat membantu

mengurangi biaya hidup keluarga dan membantu biaya pendidikan

Anak Z.

11. Aktivitas rekreasi keluarga : Keluarga biasanya suka menonton TV di

rumah untuk menghibur diri dan menghilangan kepenatan seusai

beraktivitas. Keluarga jarang pergi ke tempat hiburan. Jalan-jalan

hanya dilakukan jika berkunjung ke rumah kakak Ibu M yang tinggal

di Bogor. Komunikasi keluarga baik dan terbuka antar anggota

keluarga.

II. Riwayat dan Tahapan Perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini: Kelarga berada pada tahap

perkembangan keluarga dengan lansia.

2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenhi : Menurut Carter

dan McGoldrick (1988) dalam Maryam, et al (2008) ada 6 tugas

perkembangan keluarga dengan lansia yaitu m tugas tersebut, pada

keluarga Bapak Y tugas yang belum terpenuhi yaitu:

a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

25

Page 26: Keamanan & Kenyamanan.docx

Kakek D tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri

sejak terkena stroke 1 bulan yang lalu. Kakek D mengalami

hemiparesis pada bagian tubuh sebelah kanan sehingga mengalami

keterbatasan dalam mobilisasi. Kakek D juga hanya dapat

berbaring di kasur dan tidak dapat duduk tegak sendiri sehingga

semua aktivitas dan pemenuhan kebutuhannya perlu dibantu oleh

keluarga, termasuk kebutuhan kebersihan diri dan eliminasi. Kakek

D mengatakan merasa sangat bosan dan tidak nyaman dengan

kondisinya sekarang.

b. Penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun

Kakek D sudah tidak memiliki penghasilan sebagai petani sejak 5

tahun yang lalu karena sawahnya sudah dijual. Kakek D saat ini

hanya mendapatkan penghasilan dari kedua anaknya setiap bulan.

Selain tu jika membutuhkan uang untuk berobat, Kakek D sering

menggunakan uang tabungan dari sisa hasil penjualan sawahnya.

Kakek D memiliki kartu Jamkesmas yang akan digunakan untuk

meringankan biaya perawatan di pelayanan kesehatan.

c. Mempertahankan hubungan perkawinan

Istri Kakek D sudah meninggal dunia sejak 2 tahun yang lalu.

d. Penyesuaian diri terhadap kehilangan pasangan

Kakek D sudah dapat melakukan penyesuaian diri terhadap

kehilangan istrinya. Namun, terkadang Kakek D sedih jika teringat

dengan istrinya apalagi semenjak dia menderita post stroke dan

hanya bisa berbaring di tempat tidur.

e. Pemeliharaan ikatan keluarga antargenerasi

Hubungan Kakek D dengan cucu dan anaknya terjalin dengan baik.

Kakak dari Ibu M yaitu Bapak G dan keluarganya yang tinggal di

Bogor sering datang menjenguk ayahnya.

f. Meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut

Kakek D merasa kurang dapat menyesuaikan diri terhadap

perubahan-perubahan pada usia lanjut yang terjadi pada dirinya

terutama dengan penyakit stroke yang dideritanya.

26

Page 27: Keamanan & Kenyamanan.docx

3. Riwayat keluarga inti: Keluarga Bapak Y tidak mengalami sakit yang

parah. Hanya saja Anak Z pernah dirawat di rumah sakit karena

menderita DHF.

4. Riwayat keluarga sebelumnya: Menurut Bapak Y, orang tua dan

keluarganya tidak pernah menderita penyakit yang serius

sebelumnya. Sementara menurut Ibu M, ibunya meninggal dunia 2

tahun yang lalu karena sudah menderita hipertensi selama 8 tahun dan

meninggal dunia karena telah mengalami komplikasi penyakit

jantung. Sementara itu, Kakek D memiliki riwayat hipertensi sudah 5

tahun

III. Lingkungan

1. Karakteristik rumah : Rumah Bapak Y yang ditempati saat ini adalah

rumah pribadi. Tipe bangunan rumah Bapak Y adalah rumah permanen

pada lahan berukuran 6 m x 10 m yang terdiri dari 5 ruang yaitu ruang

tamu sekaligus ruang keluarga, 2 kamar tidur, dapur serta toilet.

Lingkungan rumah tampak gelap. Ventilasi kurang karena hanya ada 2

ventilasi yaitu di ruang tamu dan di dapur.

Kamar tertutup dan pencahayaan hanya berasal dari lampu sehingga

lembab. Lantai rumah terbuat dari ubin. Lantai kamar mandi terbuat

dari semen dan sedikit berlumut. Sumber api yang digunakan sehari-

hari berasal dari tabung gas. Sumber air yang digunakan berasal dari

sumur. Jarak sumur dengan septic tank lebih dari 10 meter. Jalan depan

rumah Bapak Y cukup ramai. Jarak antar rumah di kampung Bapak Y

sangat dekat dan beberapa tidak memiliki jarak dan saling menempel

Denah rumah :

27

Keterangan: Jendela/ ventilasi Pintu

Kamar

Kamar

Kamar mandi

Dapur

Ruang tamu dan ruang keluarga

Teras

Page 28: Keamanan & Kenyamanan.docx

2. Karakteristik tetangga dan komunitas: Rumah keluarga Bapak Y berada

di perkampungan yang agak padat. Jarak antar rumah dekat dan

beberapa tidak memiliki jarak dan saling menempel. Warga biasanya

menggunakan fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, Klinik atau Rumah

Sakit terdekat untuk berobat. Warga memiliki kegiatan pengajian,

arisan dan kerja bakti rutin. Di pemukiman ini terdapat lapangan yang

biasanya digunakan oleh warga untuk kegiatan seperti senam jantung

sehat. Selain itu juga terdapat Poskamling yang dibangun warga secara

swadana dan warga juga mengadakan tugas ronda malam bergiliran

walaupun sudah ada hansip.

3. Mobilitas grafis keluarga : Keluarga Bapak Y memiliki satu motor dan

satu sepeda. Motor digunakan oleh Bapak Y untuk bekerja. Sedangkan

sepeda digunakan Anak Z untuk bersekolah. Kakek D dan Keluarga

Bapak Y sudah menetap di wilayah tersebut dari dulu dan tidak pernah

pindah rumah.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat : Semua

anggota keluarga pada malam hari. Selain itu, keluarga dengan keluarga

yang lain biasanya berkumpul sebulan sekali. Karena Kakek D tinggal

di rumah bersama Ibu M, rumah keluarga Ibu M lah yang paling sering

disinggahi keluarga yang lain untuk berkumpul bersama. Interaksi

keluarga dengan masyarakat juga cukup baik karena masing-masing

menjalani perannya dengan baik dan terlihat aktif di lingkungan sosial.

Perkumpulan yang sering diikuti anggota keluarga adalah pengajian dan

arisan kelompok ibu-ibu di sekitar rumah.

5. Sistem pendukung keluarga : Jarak fasilitas kesehatan terdekat yaitu

klinik yang jaraknya dan puskesmas yang berjarak ± 1 km. Selain itu

rumah sakit terdekat berjarak ± 1,5 km dan buka 24 jam. Apabila

memerlukan bantuan kesehatan, tetangga atau keluarga yang lain juga

bersedia membantu.

28

Page 29: Keamanan & Kenyamanan.docx

IV. Struktur Keluarga

1. Struktur peran (Formal dan Informal)

a. Bapak Y berperan sebagai kepala keluarga, pencari nafkah dan

pengambil keputusan di keluarga

b. Ibu M berperan sebagai pencari nafkah, pengatur rumah tangga dan

pengambil keputusan.

2. Pola komunikasi : Anggota keluarga bebas dan terbuka untuk saling

berkomunikasi satu sama lain. Antar anggota keluarga terjalin

hubungan yang harmonis. Setiap masalah dibicarakan bersama dan

keputusan diambil melalui musyawarah dengan mendengarkan terlebih

dahulu pendapat dari masing-masing anggota keluarga. Keluarga

biasanya menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa untuk

berkomunikasi dalam keluarga.

3. Struktur kekuatan keluarga : Pengambil keputusan dalam keluarga ini

adalah Bapak Y. Namun Bapak Y juga meminta pertimbangan dari Ibu

M sebelum akhirnya mengambil keputusan. Biasanya Ibu M sepakat

dengan keputusan yang diambil dari Bapak Y.

4. Nilai atau norma keluarga : Nilai dan norma budaya keluarga ini sesuai

dengan nilai dari suku dan agama yang mereka anut. Selain itu keluarga

juga menyesuaikan diri dengan nilai dan norma masyarakat sekitarnya.

Keluarga memiliki peraturan tentang batas jam keluar malam untuk

anak yaitu jam 21.00.

V. Fungsi Keluarga

1. Fungsi afektif: Keluarga cukup rukun. Ibu M tampak sangat

memperhatikan keseluruhan kondisi keluarga. Tugas penjagaan dan

perawatan Kakek D banyak dilakukan oleh Ibu M dan dibantu oleh

Bapak Y. Masing-masing anggota keluarga saling memperhatikan

kebutuhan anggota yang lain.

2. Fungsi sosialisasi: Keluarga Bapak Y bersosialisasi aktif di lingkungan

sekitar tempat tinggal. Bapak Y dan keluarga sering mengikuti kegiatan

yang dibuat oleh RT setempat. Keluarga ini juga merupakan orang yang

29

Page 30: Keamanan & Kenyamanan.docx

senang mengobrol dengan tetangga-tetangganya. Dahulu sebelum sakit,

Kakek D juga sering melakukan aktivitas di luar rumah dan mengobrol

dengan tetangga. Namun sejak sakit, Kakek D hanya berada di dalam

kamar. Tetangga terkadang datang berkunjung untuk menjenguk Kakek

D.

3. Fungsi perawatan keluarga: Keluarga sepertinya belum terlalu

memahami masalah masalah kesehatan pada lansia. Keluarga

memutuskan untuk merawat Kakek D di rumah dan belum memutuskan

untk membelikan alat bantu jalan bagi Kakek D karena melihat kondisi

Kakek D yang belum dapat duduk tegak sendiri. Keluarga hanya

melakukan perawatan dasar sekadarnya saja pada Kakek D dan belum

melakukan perawatan khusus terkait stroke yang diderita Kakek D

karena belum tahu perawatan khusus untuk stroke. Keluarga juga belum

pernah melakukan modifikasi lingkungan pada anggota keluarga

dengan masalah kesehatan. Keluarga akan membawa Kakek D ke

fasilitas pelayanan kesehatan apabila kondisi Kakek D melemah.

Tingkat ekonomi dan transportasi yang dimiliki keluarga Bapak Y

mencukupi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

4. Fungsi ekonomi : Penghasilan keluarga berasal dari Bapak Y yang

bekerja di pabrik manufaktur dan Ibu M yang berjualan kue. Keluarga

tidak mempunyai dana khusus untuk kesehatan. Apabila ada anggota

keluarga yang sakit, keluarga menggunakan dana yang ada. Selain itu,

keluarga juga mendapatkan bantuan dari keluarga yang lain. Keluarga

ini menggunakan fasilitas kesehatan dengan Jamkesmas serta biaya

pribadi.

5. Fungsi Reproduksi : Kakek D memiliki dua anak dan satu orang cucu

dari anak

pertama dan dua orang cucu dari anak kedua.

VI. Stress dan Koping Keluarga

1. Stressor yang dimiliki: Stressor yang dimiliki Kakek D adalah kondisi

tubuhnya yang mengalami hemiparesis kanan dan membuat Kakek D

30

Page 31: Keamanan & Kenyamanan.docx

kesulitan melakukan segala hal sendiri termasuk memenuhi kebutuhan

dasarnya sendiri. Selain itu, Kakek D merasa bosan dengan kondisinya

saat ini yang hanya bisa berbaring di kasur. Terkadang Kakek D juga

merasa kesepian. Kakek D juga merasa tidak nyaman karena kasurnya

lembab dan tercium bau tidak sedap dari badannya.

2. Kemampuan keluarga berespons terhadap situasi/ stresor: Keluarga

memiliki empati yang besar antara satu anggota keluarga dengan

anggota keluarga lainnya. Menurut keluarga, mereka sudah merawat

Kakek D dengan baik dan semampu mereka.

3. Strategi koping yang digunakan: Anak Kakek D merasa sedih dengan

kondisi Kakek D. Mereka selalu berusaha merawat dan memenuhi

kebutuhan Kakek D sebaik dan semampu mereka. Keluarga menghibur

Kakek D dengan mengajaknya mengobrol dan membelikan radio agar

Kakek D tidak bosan.

31

Page 32: Keamanan & Kenyamanan.docx

VII. Pemeriksaan Fisik

No Pemeriksaan

Fisik

Kakek D Bapak Y Ibu M Anak Z

1. TTV TD: 140/90 mmHgR : 18 x/menitN : 83 x/menitS : 37oC

TD : 130/80 mmHgR : 20 x/menitN : 80 x/menitS : 37oC

TD : 110/90 mmHgR : 16 x/menitN : 72 x/menitS : 37oC

TD : 100/80 mmHgR : 16 x/menitN : 80 x/menitS : 37oC

2. Kondisi Umum › Kesadaran kompos mentis› Terlihat lemas› Kebersihan dan kerapihan

kurang› Tercium bau tidak sedap

› Kesadaran kompos mentis› Kondisi umum baik

› Kesadaran kompos mentis› Kondisi umum baik`

› Kesadaran kompos mentis› Kondisi umum baik

3. Kepala › Rambut sebagian putih› Konjungtiva mata tidak

anemis, penglihatan sedikit rabun dekat› Hidung tidak ada sumbatan› Telinga bersih,

pendengaran baik› Bibir dan mukosa sedikit

kering› Mulut tidak ada kelainan› Lidah merah muda,

permukaan berbintik

› Rambut hitam› Konjungtiva mata tidak› anemis, penglihatan jelas› Hidung tidak ada

sumbatan› Telinga bersih,

pendengaran baik› Bibir dan mukosa lembab› Mulut tidak ada kelainan› Lidah merah muda,

permukaan berbintik› Gigi bersih, satu gigi

› Rambut hitam› Konjungtiva mata tidak› anemis, penglihatan jelas› Hidung tidak ada

sumbatan› Telinga bersih,

pendengaran baik› Bibir dan mukosa lembab› Mulut tidak ada kelainan› Lidah merah muda,› permukaan berbintik› Gigi bersih

› Rambut hitam› Konjungtiva mata agak› anemis, penglihatan jelas› Hidung tidak ada

sumbatan› Telinga bersih,

pendengaran baik› Bibir dan mukosa

lembab› Mulut tidak ada kelainan› Lidah merah muda,› permukaan berbintik

32

Page 33: Keamanan & Kenyamanan.docx

› Gigi kuning, 2 gigi geraham tanggal, ada karies

geraham berlubang › Gigi bersih

4. Leher › Tidak ada pembengkakankelenjar tiroid› Denyut jugularis teraba› Tidak terlihat adanya

peningkatan tekanan vena jugularis

› Tidak ada pembengkakankelenjar tiroid› Denyut jugularis teraba› Tidak terlihat adanya

peningkatan tekanan vena jugularis

› Tidak ada pembengkakankelenjar tiroid› Denyut jugularis teraba› Tidak terlihat adanya

peningkatan tekanan vena jugularis

› Tidak ada pembengkakankelenjar tiroid› Denyut jugularis teraba› Tidak terlihat adanya

peningkatan tekanan vena jugularis

5. Dada › Pergerakan dada terlihat simetris› Suara jantung S1 dan S2,

murmur (+)› Suara napas vesikuler,

ronchi (+), wheezing (-)

› Pergerakan dada terlihat simetris› Suara jantung S1 dan S2,

murmur (-)› Suara napas vesikuler,

ronchi (-), wheezing (-)

› Pergerakan dada terlihat simetris› Suara jantung S1 dan S2,

murmur (-)› Suara napas vesikuler,

ronchi (-), wheezing (-)

› Pergerakan dada terlihat simetris› Suara jantung S1 dan S2,

murmur (-)› Suara napas vesikuler,

ronchi (-), wheezing (-)6. Abdomen › Perut terlihat bersih

› Tidak ada lesi› Warna kulit kecoklatan› Tidak ada pembesaran

organ› Bising usus 5 x/ menit

› Perut terlihat bersih› Tidak ada lesi› Warna kulit kecoklatan› Tidak ada pembesaran

organ› Bising usus 6 x/ menit

› Perut terlihat bersih› Tidak ada lesi› Warna kulit kecoklatan› Tidak ada pembesaran

organ› Bising usus 5 x/ menit

› Perut terlihat bersih› Tidak ada lesi› Warna kulit kecoklatan› Tidak ada pembesaran

organ› Bising usus 5 x/ menit

7. Genitalia › Normal › Normal › Normal › Normal8. Rektal › Tidak ada impaksi fekal › Tidak ada impaksi fekal › Tidak ada impaksi fekal › Tidak ada impaksi fekal9. Ekstremitas › Warna kulit kecoklatan

› Akral hangat› Warna kulit kecoklatan› Tangan kanan dan kiri

› Warna kulit kecoklatan› Tangan kanan dan kiri

› Warna kulit kecoklatan› Tangan kanan dan kiri

33

Page 34: Keamanan & Kenyamanan.docx

› Tidak ada clubbing finger› Tangan simetris.› Tidak terdapat varises di

kaki› Tonus dan elastisitas

kurang› Teraba arteri brakhialis.› Kulit sedikit kering› Kaki kanan atropi› Kekuatan otot klien 4343 5544 3333 4555

simetris.› Kaki kanan dan kiri

simetris› Tidak terdapat varises di

kaki› Tidak ada clubbing finger› Akral hangat› Tonus dan elastisitas baik› Teraba arteri brakhialis.› Tidak terdapat edema› Kulit lembab dan elastis› Tidak menderita

kelumpuhan (kekuatan otot baik)5555 5555

5555 5545

simetris.› Kaki kanan dan kiri

simetris› Tidak terdapat varises di

kaki› Tidak ada clubbing finger› Akral hangat› Tonus dan elastisitas baik› Teraba arteri brakhialis.› Tidak terdapat edema› Kulit lembab dan elastis› Tidak menderita

kelumpuhan (kekuatan otot baik) 5555 5555

5555 5555

simetris.› Kaki kanan dan kiri

simetris› Tidak terdapat varises di

kaki› Tidak ada clubbing

finger› Akral hangat› Tonus dan elastisitas

baik› Teraba arteri brakhialis.› Tidak terdapat edema› Kulit lembab dan elastis› Tidak menderita

kelumpuhan (kekuatan otot baik) 5555 5555

5555 5555

VIII. Harapan Keluarga

Kehadiran perawat dapat membantu keluarga untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan, dan perawatan keluarga

yang sakit terutama perawatan stroke untuk Kakek D. Keluarga juga berharap semua anggota keluarga bisa lebih sehat dengan

berperilaku sehat.

34

Page 35: Keamanan & Kenyamanan.docx

3.3 Analisa Data

No Data Masalah Keperawatan

1. DS:

› Klien mengatakan merasa sangat bosan

dan tidak nyaman dengan kondisinya

sekarang.

› Keluarga mengatakan klien tidak dapat

duduk tegak sendiri, selama ini klien

hanya berbaring di kasur

DO:

› Kamar tertutup tanpa ventilasi dan

pencahayaan hanya berasal dari lampu

› Klien terbaring di kasur yang lembab

› Tercium bau tidak sedap dari klien.

› Kegiatan sehari-hari klien hanya tiduran

di kasur dan mendengarkan radio

Gangguan rasa nyaman

2. DS :

Keluarga mengatakan klien tidak dapat

duduk tegak sendiri, selama ini klien hanya

berbaring di kasur

DO:

› Klien post stroke 1 bulan yang lalu dan

mengalami hemiparesis kanan

› Buang air kecil dan besar dilakukan

dengan pispot

› Mandi hanya di lap dengan handuk basah

saja

› Tercium bau tidak sedap dari klien

› Penampilan terlihat kurang rapi

Defisit perawatan diri

3. DS :

› Klien mengatakan merasa sangat bosan Gangguan mobilitas fisik

35

Page 36: Keamanan & Kenyamanan.docx

dan tidak nyaman dengan kondisinya

sekarang.

› Keluarga mengatakan bahwa Kakek D

tidak dapat duduk tegak sendiri, selama

ini Kakek D hanya berbaring di kasur

karena tidak memiliki kursi roda

› Kakek D merasa kesulitan melakukan

segala hal sendiri termasuk memenuhi

kebutuhan dasarnya.

DO:

› Kakek D mengalami hemiparesis kanan

› Tampak lemah

› Kaki kanan atropi

› Kekuatan otot klien

4343 5544

3333 4555

3.4 Skoring Masalah Keperawatan

1. Gangguan mobilitas fisik pada keluarga Bapak Y khususnya Kakek D

No

.

Kriteria Skoring Pembenaran

1. Sifat masalah:

Skala: Aktual

3/3 x 1 = 1 Kakek D mengeluh bosan dan merasa

tidak nyaman dengan kondisinya saat ini

yang hanya dapat berbaring di kasur

yang lembab. Kakek D tidak dapat duduk

tegak sendiri serta tidak memiliki kursi

roda.

2. Kemungkinan

masalah untuk

diubah: mudah

2/2 x 2 = 2 Kakek D masih memiliki 2 orang anak

dan 3 orang cucu. Anak kedua yaitu Ibu

M tinggal bersama Kakek D dengan

suami dan anaknya. Anak dan menantu

36

Page 37: Keamanan & Kenyamanan.docx

Kakek D sama-sama memiliki

penghasilan. Kakek D pun memiliki

masih memiliki tabungan dari sisa hasil

penjualan sawahnya. Ibu M sebagian

besar waktunya dihabiskan di rumah

sebagai ibu rumah tangga sambil

menerima pesanan kue. Rumah Kakek D

tidak jauh dari fasilitas pelayanan

kesehatan.

3. Potensial masalah

untuk dicegah

Skala : tinggi

3/3 x 1 = 1 Hemiparesis yang dialami Kakek D

hanya pada bagian tubuh sebelah kanan.

Ibu M bertanggung jawab terhadap

perawatan Kakek D sehari-hari

4. Menonjolnya

masalah

Skala: segara diatasi

2/2 x 1 = 1 Kondisi Kakek D saat ini berdampak

negatif terhadap kualitas hidupnya

sehingga Kakek D tidak dapat

melakukan aktifitas. Kelurga juga selalu

mendengar keluhan Kakek D atas

masalahnya sehingga menginginkan

masalah tersebut untuk diatasi

TOTAL 5

2. Defisit perawatan diri (mandi dan toileting) pada keluarga Bapak Y

khususnya Kakek D

No

.

Kriteria Skoring Pembenaran

1. Sifat masalah

Skala: Aktual

3/3 x 1 = 1 Tercium bau tidak sedap dari tubuh

Kakek D. Pemenuhan kebutuhan

kebersihan diri Kakek D seperti mandi

dan toileting dibantu oleh kelurga. Mandi

hanya dengan dilap dengan kain basah

saja.

37

Page 38: Keamanan & Kenyamanan.docx

2. Kemungkinan

masalah untuk

diubah: mudah

2/2 x 2 = 2 Anak yang tinggal bersama Kakek D di

rumah lebih banyak berada di rumah dan

tidak terlalu sibuk bekerja kecuali jika

sedang banyak pesanan. Tingkat

ekonomi Kakek D dan anak-anaknya

cukup untuk melakukan perawatan

3. Potensial masalah

untuk dicegah

Skala : sedang

2/3 x 1 =

2/3

Kondisi kamar dan kasur lembab belum

coba untuk diatasi oleh keluarga. Kakek

D sudah mengalami kondisi post stroke

dengan hemiparesis kanan selama 1

bulan dan keluarga belum melakukan

perawatan khusus untuk Kakek D

4. Menonjolnya

masalah

Skala: ada masalah,

tetapi tidak perlu

segera ditangani

1/2 x 1 =

1/2

Menurut keluarga, mereka sudah

melakukan perawatan pada Kakek D

semampu mereka sehingga masalah

belum perlu segera ditangani.

TOTAL 4 1/6

3. Gangguan rasa nyaman pada keluarga Bapak Y khususnya Kakek D

No

.

Kriteria Skoring Pembenaran

1. Sifat masalah:

Skala: Aktual

3/3 x 1 = 1 Kakek D mengeluh bosan dan merasa

tidak nyaman dengan kondisinya saat ini.

Ia tidak dapat melakukan aktifitas lain

dan hanya berbaring. Hiburan Kakek D

yaitu mendengarkan siaran radio

2. Kemungkinan

masalah untuk

diubah: sebagian

1/2 x 2 = 1 Anak yang tinggal bersama Kakek D di

rumah lebih banyak berada di rumah dan

tidak terlalu sibuk bekerja kecuali jika

sedang banyak pesanan. Tingkat

ekonomi Kakek D dan anak-anaknya

38

Page 39: Keamanan & Kenyamanan.docx

cukup untuk melakukan perawatan

3. Potensial masalah

untuk dicegah

Skala : sedang

2/3 x 1 =

2/3

Kondisi Kakek D sudah berlangsung

selama 1 bulan, dan selama itu Kakek D

tidak pernah keluar rumah

4. Menonjolnya

masalah

Skala: ada masalah

tetapi tidak perlu

segera ditangani

1/2 x 1 = 1 Menurut keluarga masalah belum perlu

segera ditangani.

TOTAL 4

3.5 Prioritas Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan mobilitas fisik pada keluarga Bapak Y khususnya Kakek D

2. Defisit perawatan diri (mandi dan toileting) pada keluarga Bapak Y khususnya

Kakek D

3. Gangguan rasa nyaman pada keluarga Bapak Y khususnya Kakek D

39

Page 40: Keamanan & Kenyamanan.docx

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA BAPAK Y KHUSUSNYA KAKEK D

DENGAN POST STROKE HEMIPARESIS KANAN

Diagnosa

KeperawatanTujuan Umum Tujuan Khusus

Kriteria EvaluasiIntervensi

Kriteria Standar

Ganggungan

mobilitas

fisik pada keluarga

Bapak Y,

khususnya

Kakek D

Setelah dilakukan

pertemuan 3 x 30

menit, Kakek D

menunjukkan

peningkatan

kekuatan dan

kemampuan

fungsional

mobilisasi,

terutama pada

bagian tubuh yang

mengalami

kelemahan

Setelah dilakukan

pertemuan 1 x 30 menit,

keluarga:

1. Mampu mengenal masalah

stroke dengan:

› Menyebutkan pengertian

dan jenis stroke

Respon

verbal

Stroke adalah gangguan fungsi

otak yang disebabkan oleh

gangguan aliran darah ke otak.

Stroke ada 2 jenis:

1. Stroke hemoragik:

diakibatkan pecahnya

pembuluh darah di otak

sehingga terjadi perdarahan

di jaringan atau ruang

sekitar otak

2. Stroke iskemik: diakibatkan

penurunan aliran darah ke

otak karena adnya

sumbatan seperti bekuaan

darah atau gelembung

a. Diskusikan bersama keluarga apa

yang

diketahui keluarga mengenai

pengertian dan jenis stroke

b. Berikan pujian kepada keluarga

tentang

pemahaman keluarga yang benar.

c. Berikan informasi kepada keluarga

mengenai pengertian dan jenis

stroke.

d. Berikan kesempatan keluarga

bertanya tentang materi yang

disampaikan.

e. Berikan penjelasan ulang tentang

materi yang belum dimengerti.

40

Page 41: Keamanan & Kenyamanan.docx

udara. f. Motivasi keluarga untuk mengulangi

materi yang telah dijelaskan.

g. Berikan reinforcement atas usaha

keluarga.

› Menyebutkan faktor resiko

penyakit stroke

Respon

verbal

Keluarga dapat

menyebutkan minimal 4 faktor

resiko yang dapat dimodifikasi

atau tidak dapat dimodifikasi

berikut:

• Faktor resiko dapat

dimodifikasi :

- Hipertensi

- Penyakit jantung

- Merokok

- Diabetes

- Kolesterol tinggi

- Alkohol

- Kegemukan

- Kurang aktivitas fisik

• Faktor resiko tidak dapat

dimodifikasi :

- Usia

- Jenis kelamin

a. Diskusikan bersama keluarga apa

yang

diketahui keluarga mengenai faktor

resiko dari penyakit stroke

b. Berikan pujian kepada keluarga

tentang

pemahaman keluarga yang benar.

c. Berikan informasi kepada keluarga

mengenai faktor resiko penyakit

stroke yang dapat dimodifikasi dan

tidak dapat dimodifikasi

d. Berikan kesempatan keluarga

bertanya

tentang materi yang disampaikan.

e. Berikan penjelasan ulang tentang

materi

yang belum dimengerti.

f. Motivasi keluarga untuk mengulangi

materi yang telah dijelaskan.

41

Page 42: Keamanan & Kenyamanan.docx

- Ras

- Keturunan

g. Berikan reinforcement atas usaha

keluarga.

› Menyebutkan tanda dan

gejala awal stroke.

Respon

verbal

Keluarga dapat

menyebutkan 3 dari

7 tanda gejala awal stroke

berikut:

- Pandangan kabur

- Baal, kelemahan,

kelumpuhan (hemiparesis)

pada wajah, ekstremitas atau

salah satu sisi tubuh secara

mendadak

- Sulit berbicara

- Sulit menelan

- Nyeri kepala hebat

- Penurunan tingkat kesadaran

- Kejang

a. Diskusikan bersama keluarga apa

yang diketahui keluarga mengenai

tanda dan gejala awal stroke

b. Berikan pujian kepada keluarga

tentang pemahaman keluarga yang

benar.

c. Berikan informasi kepada keluarga

mengenai tanda dan gejala awal

stroke

d. Berikan kesempatan keluarga

bertanya tentang materi yang

disampaikan.

e. Berikan penjelasan ulang tentang

materi yang belum dimengerti.

f. Motivasi keluarga untuk mengulangi

materi yang telah dijelaskan.

g. Berikan reinforcement atas usaha

keluarga.

2. Mampu mengambil

keputusan dalam merawat

anggota keluarga dengan

42

Page 43: Keamanan & Kenyamanan.docx

masalah kesehatan stroke,

dengan:

› Menyebutkan dampak

dari stroke (kondisi pasca

stroke)

Respon

verbal

Keluarga mampu menyebutkan

minimal 5 dari akibat stroke

berikut:

- Hemiparesis (kelumpuhan)

- Keterbatasan aktifitas

(mandi, berpakaian, makan,

toileting, mobilisasi)

- Keterbatasan komunikasi

- Gangguan keseimbangan dan

koordinasi

- Gangguan kognitif dan

psikologis

- Gangguan sensori

- Inkontinensia

a. Diskusikan bersama keluarga apa

yang diketahui keluarga mengenai

dampak dari stroke

b. Berikan pujian kepada keluarga

tentang pemahaman keluarga yang

benar.

c. Berikan informasi kepada keluarga

mengenai dampak dari stroke atau

kondisi yang dialami pasca stroke

d. Berikan kesempatan keluarga

bertanya tentang materi yang

disampaikan.

e. Berikan penjelasan ulang tentang

materi yang belum dimengerti.

f. Motivasi keluarga untuk mengulangi

materi yang telah dijelaskan.

g. Berikan reinforcement atas usaha

keluarga.

›Menyebutkan komplikasi

dari stroke

Respon

verbal

Keluarga mampu menyebutkan

minimal 5 dari komplikasi

stroke berikut:

a. Diskusikan bersama keluarga apa

yang diketahui keluarga mengenai

komplikasi dari stroke

43

Page 44: Keamanan & Kenyamanan.docx

- Depresi / Ansietas

- Emosional

- Jatuh

- Malnutrisi

- Nyeri

- Infeksi dan kerusakan

integritas kulit (luka)

- Recurrent stroke

(kekambuhan stroke)

- Kekakuan

- Lelah dan linglung

- Kontraktur

- Aspirasi

b. Berikan pujian kepada keluarga

tentang pemahaman keluarga yang

benar.

c. Berikan informasi kepada keluarga

mengenai komplikasi dari stroke

d. Berikan kesempatan keluarga

bertanya tentang materi yang

disampaikan.

e. Berikan penjelasan ulang tentang

materi yang belum dimengerti.

f. Motivasi keluarga untuk mengulangi

materi yang telah dijelaskan.

g. Berikan reinforcement atas usaha

keluarga.

›Mengambil keputusan

untuk mengatasi kondisi

post stroke

Respon

verbal

Keluarga mengatakan akan

mengatasi masalah mobilitas

dan keterbatasan aktifitas

akibat hemiparesis pasca stroke

a. Bantu keluarga untuk mengenal dan

menyadari akan adanya masalah

mobilitas dan keterbatasan aktifitas

pasca stroke

b. Bantu keluarga untuk memutuskan

merawat anggota keluarga yang

sakit.

c. Berikan reinforcement atas

keputusan yang telah diambil.

44

Page 45: Keamanan & Kenyamanan.docx

3. Mampu melakukan

perawatan sederhana untuk

anggota keluarga dengan

post stroke dengan :

› Menyebutkan cara

mencegah kekambuhan

(recurrent) stroke atau

preventif sekunder

Respon

verbal

Keluarga mampu menyebutkan

3 dari 5 cara mencegah

kekambuhan (recurrent) stroke

berikut:

- Kontrol tekanan darah dan

cek rutin minimal sekali

dalam setahun

- Berhenti merokok

- Kontrol kolesterol darah

- Kontrol berat badan

- Manajemen diabetes

termasuk kontrol gula darah

- Olahraga teratur selama 30

menit sebanyak 5 kali tiap

minggu misal dengan

olahraga ringan (jalan kaki,

bersepeda, jogging, renang)

- Diet rendah lemak dan garam

a. Diskusikan bersama keluarga apa

yang diketahui keluarga mengenai

cara mencegah kekambuhan stroke

b. Berikan pujian kepada keluarga

tentang pemahaman keluarga yang

benar.

c. Berikan informasi kepada keluarga

mengenai cara mencegah

kekambuhan stroke

d. Berikan kesempatan keluarga

bertanya tentang materi yang

disampaikan.

e. Berikan penjelasan ulang tentang

materi yang belum dimengerti.

f. Motivasi keluarga untuk

mengulangi materi yang telah

dijelaskan.

g. Berikan reinforcement atas usaha

keluarga.

45

Page 46: Keamanan & Kenyamanan.docx

› Menyebutkan perawatan/

rehabilitasi untuk

anggota keluarga yang

mengalami hemiparesis

pasca stroke

Respon

verbal

Keluarga mampu menyebutkan

minimal 3 dari cara rehabilitasi

dan perawatan pasca stroke

berikut:

- Pemberian posisi yang aman

dan nyaman (therapeutic

positioning)

- Latihan Range of Motion

(ROM)

- Penggunaan alat bantu jalan

- Membantu dalam pemenuhan

ADL (activities of daily

living) termasuk kebutuhan

kebersihan diri

a. Dorong keluarga untuk menceritakan

apa yang dilakukan untuk merawat

anggota keluarga pasca stroke dan

bagaimana hasilnya

b. Diskusikan dengan keluarga cara

perawatan dan rehabilitasi pasca

stroke

c. Beri kesempatan keluarga untuk

bertanya.

d. Berikan reinforcement positif pada

keluarga.

Setelah dilakukan pertemuan

kedua, selama 1 x 30 menit,

anggota keluarga mampu

melakukan:

› Theraputic positioning Respon

psikomotor

Anggota keluarga mampu

melakukan memberikan posisi

terapeutik untuk memberikan

kenyamanan, mendukung

pemulihan yang optimal

a. Diskusikan dengan keluarga cara

memposisikan dengan tepat untuk

memberikan kenyamanan,

mendukung pemulihan yang optimal

dan mencegah komplikasi

b. Motivasi keluarga untuk menjelaskan

c. kembali cara memberikan posisi

46

Page 47: Keamanan & Kenyamanan.docx

dengan modulasi tonus otot,

memberikan informasi sensorik

yang tepat, meningkatkan

kesadaran spasial dan

mencegah komplikasi seperti

luka tekanan, kontraktur, rasa

sakit, aspirasi dan masalah

pernapasan. Posisi yang perlu

diberikan yaitu:

- Lima posisi utama

dianjurkan: berbaring miring

(side lying) ke sisi yang tidak

mengalami kelemahan,

fowler (30-45), semi fowler

(15-30), upright dengan

bersandar di tempat tidur atau

kursi.

- Elevasikan lengan atau kaki

yang mengalami kelemahan

(hemiparesis) untuk

mencegah edema

- Pasang footboard pada

tempat tidur untuk

terapeutik

d. Berikan reinforcement positif

terhadap kemampuan yang dicapai

keluarga

47

Page 48: Keamanan & Kenyamanan.docx

menyangga telapak kaki agar

tidak terjadi foot drop

- Posisikan jari dan telapak

tangan dengan menggenggam

bola atau handuk untuk

mencegah kontraktur

- Posisikan tubuh dengan tepat

dan selaras untuk mencegah

deformitas dan kontraktur

- Ubah posisi bergantian

miring kanan-telentang-

miring kiri setiap 2 jam

› Latihan Range of Motion

(ROM) pasif

Respon

psikomotor

Anggota keluarga mampu

melakukan latihan ROM pasif

untuk meningkatkan kekuatan

dan kelenturan otot serta

mencegah kontraktur dan

kekakuan pada persendian,

yaitu:

- Berbaring dalam posisi yang

nyaman.

- Anjurkan bernapas normal

selama latihan.

a. Diskusikan cara latihan ROM pasif

untuk meningkatkan kekuatan dan

kelenturan otot serta mencegah

kontraktur dan kekakuan pada

persendian.

b. Motivasi keluarga untuk menjelaskan

kembali cara melakukan latihan

ROM pasif untuk meningkatkan

kekuatan dan kelenturan otot serta

mencegah kontraktur dan kekakuan

pada persendian.

48

Page 49: Keamanan & Kenyamanan.docx

- Lakukan gerakan fleksi

(menekuk persendian),

ekstensi (meluruskan

persendian), abduksi (satu

anggota tubuh ke arah

mendekati aksis tubuh),

adduksi (satu anggota tubuh

ke arah menjauhi aksis

tubuh), rotasi (memutar atau

menggerakkan satu bagian

melingkari aksis tubuh),

pronasi (memutar ke bawah),

supinasi (memutar ke atas),

inverse (gerakan ke dalam),

dan eversi (gerakan ke luar).

- Latihan dilakukan minimal 4

kali sehari.

c. Berikan reinforcement positif

terhadap kemampuan yang dicapai

keluarga.

› Penggunaan alat bantu jalan

(kursi roda)

Respon

psikomotor

Anggota keluarga mampu

melakukan penggunaan alat

bantu jalan (kursi roda) yaitu:

- Kunci roda kursi roda,

naikkan pijakan kaki, da

pindahkan lansia ke kursi

a. Diskusikan cara penggunaan alat

bantu jalan (kursi roda)

b. Motivasi keluarga untuk menjelaskan

kembali cara penggunaan alat bantu

jalan (kursi roda)

c. Berikan reinforcement positif

49

Page 50: Keamanan & Kenyamanan.docx

roda

- Periksa kesejajaran tubuh

lansia dan berikan penyangga

jika tidak dapat

mempertahankan kesejajaran

tubuhnya sendiri

- Minta lansia untuk duduk

bersandar pada tempat duduk

- Atur posisi penyangga betis,

turunkan pijakan kaki dan

letakkan kaki di atasnya

- Pasang sabuk pengaman bila

perlu

- Lepas rem ketika akan

mendorong kursi roda

- Jangan meninggalkan lansia

sendirian jika tidak dapat

menggerakkan kursi roda

secara mandiri.

terhadap kemampuan yang dicapai

keluarga.

›Membantu dalam

pemenuhan ADL

Respon

psikomotor

Anggota keluarga mampu

melakukan pemenuhan ADL

yaitu :

1. Makan

a. Diskusikan dengan keluarga cara

memenuhi dan melatih pemenuhan

ADL secara bertahap untuk

mendukung pemulihan yang optimal

50

Page 51: Keamanan & Kenyamanan.docx

- Bantu menyuapi ketika

makan

- Dorong dan latih

sementara untuk makan

dengan tangan kiri

- Dampingi saat waktu

makan

- Siapkan makanan dengan

tekstur lembut atau

potongan yang kecil

- Posisikan tubuh dengan

benar saat makan

- Tempatkan atau dekatkan

makanan pada sisi tubuh

yang tidak sakit

- Beri waktu yang cukup

untuk makan

- Bersihkan mulut dan gigi

setelah makan, minta

untuk berkumur

2. Mandi dan toileting

- Bantu untuk mandi

dengan menggunakan

b. Motivasi keluarga untuk menjelas

kan kembali cara memenuhi dan

melatih pemenuhan ADL

a. Berikan reinforcement positif

terhadap kemampuan yang dicapai

keluarga

51

Page 52: Keamanan & Kenyamanan.docx

sabun (non parfum)

- Dorong untuk melakukan

mandi sendiri dengan

anggota gerak yang tidak

sakit

- Berikan lotion setelah

mandi agar kulit tidak

kering

- Bantu BAB/BAK dengan

pispot dan bersihkan anus

serta genitalia dengan lap

basah setelah BAB/BAK

- Dorong latihan otot dasar

panggul dan otot anus

secara bertahap untuk

mengontrol BAB/BAK

- Pantau daerah pantat dan

kemaluan apakah

kemerahan atau ada lesi

- Pastikan tempat tidur atau

alas selalu kering dan

bersih serta tidak berlipat.

- Ganti baju, seprei, atau

52

Page 53: Keamanan & Kenyamanan.docx

alas 3 hari sekali atau

segera jika kotor dan

basah.

› Melakukan cara

perawatan dan

rehabilitasi untuk post

stroke

Respon

afektif

Keluarga melakukan cara

perawatan dan rehabilitasi post

stroke

a. Evaluasi kemampuan keluarga dalam

merawat anggota keluarga dengan

hemiparesis post stroke

b. Berikan reinforcement positif

terhadap kemampuan yang dicapai

oleh keluarga.

3. Memodifikasi lingkungan

yang sesuai untuk

penderita hemiparesis post

stroke, dengan :

› Menyebutkan cara

modifikasi lingkungan

untuk penderita

hemiparesis post stroke

Respon

verbal

Anggota keluarga mampu

menyebutkan minimal 3 dari

modifikasi lingkungan yang

sesuai untuk penderita

hemiparesis berikut:

- Meningkatkan pencahayaan

ruangan dengan

menambahkan lampu.

- Memasang pegangan tangan

ditempat yang diperlukan

a. Diskusikan cara memodifikasi

lingkungan untuk penderita

hemiparesis post stroke

b. Jelaskan cara memodifikasi

lingkungan untuk penderita

hemiparesis post stroke

c. Motivasi keluarga untuk menjelaskan

kembali cara memodifikasi

lingkungan.

d. Tanyakan kepada keluarga materi

53

Page 54: Keamanan & Kenyamanan.docx

seperti misalnya dikamar

mandi.

- Memasang foot board dan

side rail pada kasur

- Memindahkan kasur di lantai

dengan diberi alas agar tidak

lembab untuk menghindari

jatuh

- Tempatkan barang/

kebutuhan perawatan lansia

di lokasi yang sama dan

dalam jangkauan pada sisi

yang tidak sakit

yang belum jelas.

e. Jelaskan kepada keluarga materi yang

belum dimengerti.

f. Berikan reinforcement terhadap

kemampuan yang dicapai keluarga.

› Mendemonstrasikan

penempatan barang

dalam jangkauan lansia

pada sisi yang tidak sakit

Respon

psikomotor

Keluarga dapat

mendemonstrasikan cara

modifikasi lingkungan dengan

menempatkan barang/

kebutuhan lansia di lokasi yang

sama dan dalam jangkauan sisi

yang tidak sakit

a. Diskusikan dengan keluarga cara

penempatan barang dalam jangkauan

lansia

b. Demonstrasikan cara menempatkan

barang/kebutuhan perawatan dalam

jangkauan sisi tubuh yang tidak sakit

c. Motivasi keluarga untuk

mendemonstrasikan kembali apa

yang diajarkan

d. Redemonstrasi jika keluarga masih

54

Page 55: Keamanan & Kenyamanan.docx

memerlukan.

e. Berikan reinforcement positif atas

upaya keluarga

› Melakukan cara

modifikasi lingkungan

Respon

psikomotor

Keluarga melakukan cara

modifikasi lingkungan

a. Evaluasi kemampuan keluarga dalam

memodifikasi lingkungan untuk

anggota keluarga yang hemiparesis

post stroke

b. Berikan reinforcement positif

terhadap kemampuan yang dicapai

oleh keluarga.

4. Mampu menggunakan

fasilitas kesehatan yang

ada untuk melakukan

perawatan post stroke,

dengan:

› Menyebutkan tempat

pelayanan kesehatan

untuk dirujuk

Respon

verbal

Keluarga dapat menyebut kan

fasilitas kesehatan

yang dapat dikunjungi:

- Puskesmas

- Rumah sakit

- Klinik dokter

a. Diskusikan bersama keluarga

mengenai fasilitas kesehatan yang

ada di sekitar tempat tinggal.

b. Motivasi keluarga untuk

menyebutkan kembali fasilitas

kesehatan yang dapat dikunjungi.

c. Berikan reinforcement positif atas

usaha keluarga

55

Page 56: Keamanan & Kenyamanan.docx

› Menyebutkan manfaat

fasilitas kesehatan

Respon

verbal

Keluarga dapat menyebut kan

manfaat kunjungan ke fasilitas

kesehatan, yaitu mendapatkan

pemeriksaan, mendapatkan

perawatan, mendapatkan

penyuluhan atau pendkes

a. Diskusikan bersama keluarga

mengenai manfaat fasilitas kesehatan

yang ada di sekitar tempat tinggal.

b. Berikan reinforcement positif atas

usaha keluarga.

› Mengunjungi fasilitas

pelayanan kesehatan

Respon

afektif

Keluarga memanfaatkan

pelayanan kesehatan untuk

pemeriksaan dan pengobatan

post stroke dengan

menunjukkan kartu

kesehatan.

a. Motivasi keluarga untuk berkunjung

ke fasilitas kesehatan.

b. Berikan reinforcement positif atas

usaha keluarga untuk mengguna kan

fasilitas pelayanan kesehatan.

Diagnosa

KeperawatanTujuan Umum Tujuan Khusus

Kriteria EvaluasiIntervensi

Kriteria Standar

Defisit perawatan

diri: mandi,

toileting pada

keluarga Bapak Y,

khususnya pada

Kakek D

Setelah dilakukan

pertemuan 1 x 60

menit keluarga

mampu membantu

melakukan

perawatan diri pada

anggota keluarga

yang mengalami

Setelah dilakukan pertemuan

1x 60 menit, keluarga:

1. Mampu mengenal masalah

defisit perawatan diri

dengan:

› Menyebutkan

pengertian defisit

Respon

verbal

Defisit perawatan diri adalah

kondisi ketika individu

mengalami hambatan

a. Diskusikan bersama keluarga apa

yang diketahui keluarga mengenai

56

Page 57: Keamanan & Kenyamanan.docx

keterbatasan

aktivitas akibat

post stroke serta

keluarga dapat

memahami

pentingnya

perawatan diri

perawatan diri kemampuan untuk melakukan

beberapa aktivitas atau

mendapatkan layanan yang

penting untuk mengelola

rumah tangga

defisit perawatan diri

b. Berikan pujian kepada keluarga

tentang pemahaman keluarga yang

benar

c. Berikan informasi kepada keluarga

mengenai pengertian defisit

perawaratan diri

d. Berikan kesempatan keluarga

bertanya tentang materi yang

disampaikan

e. Berikan penjelasan ulang tentang

materi yang belum dimengerti

f. Motivasi keluarga untuk mengulangi

materi yang telah dijelaskan

g. Berikan reinforcement atas usaha

keluarga

› Menyebutkan penyebab

terjadinya defisit

perawatan diri

Respon

verbal

Keluarga dapat menyebutkan 2

dari 4 penyebab terjadinya

defisit perawatan diri, yaitu:

Kurangnya motivasi dalam

melakukan perawatan diri

Kehilangan orang yang

disayanginya

a. Diskusikan bersama keluarga apa

yang diketahui keluarga mengenai

penyebab terjadinya defisit perawatan

diri

b. Berikan pujian kepada keluarga

tentang pemahaman keluarga yang

benar

57

Page 58: Keamanan & Kenyamanan.docx

Keterbatasan fisik/

imobilitas yang

menghalangi untuk

melakukan perawatan diri

Mendapatkan stressor dari

luar

c. Berikan informasi kepada keluarga

mengenai penyebab defisit perawatan

diri

d. Berikan kesempatan keluarga

bertanya tentang materi yang

disampaikan

e. Berikan penjelasan ulang tentang

materi yang belum dimengerti

f. Motivasi keluarga untuk mengulangi

materi yang telah dijelaskan

g. Berikan reinforcement atas usaha

keluarga

› Menyebutkan tanda-

tanda defisit perawatan

diri

Respon

verbal

Keluarga dapat menyebutkan 3

dari 5 tanda defisit perawatan

diri, yaitu:

Tidak berpenampilan baik

dalam berpakaian

Kondisi tubuh yang kotor

Tercium bau yang kurang

sedap ketika didekati

Tidak mau/ malas

melakukan mandi

Tidak mau/ malas

a. Diskusikan bersama keluarga apa

yang diketahui keluarga mengenai

tanda defisit perawatan diri

b. Berikan pujian kepada keluarga

tentang pemahaman keluarga

mengenai tanda defisit perawatan diri

c. Berikan informasi kepada keluarga

mengenai tanda-tanda defisit

perawatan diri

d. Berikan kesempatan keluarga

bertanya tentang materi yang

58

Page 59: Keamanan & Kenyamanan.docx

melakukan perawatan gigi Mdisampaikan

e. Berikan penjelasan ulang tentang

materi yang belum dimengerti

f. Motivasi keluarga untuk mengulangi

materi yang telah dijelaskan

g. Berikan reinforcement atas usaha

keluarga

› Menyebutkan jenis-

jenis defisit perawatan

diri

Respon

verbal

Keluarga menyebutkan 2 dari

4 jenis defisit perawatan diri

berikut:

- Makan

- Mandi

- Toileting

- Berpakaian

a. Diskusikan bersama keluarga apa

yang diketahui keluarga mengenai

jenis defisit perawatan diri

b. Berikan pujian kepada keluarga

tentang pemahaman keluarga yang

benar

c. Berikan informasi kepada keluarga

mengenai jenis defisit perawatan diri

d. Berikan kesempatan keluarga

bertanya tentang materi yang

disampaikan

e. Berikan penjelasan ulang tentang

materi yang belum dimengerti

f. Motivasi keluarga untuk mengulangi

materi yang telah dijelaskan

g. Berikan reinforcement atas usaha

59

Page 60: Keamanan & Kenyamanan.docx

keluarga

› Mengidentifikasi

anggota keluarga yang

mengalami defisit

perawatan diri

Respon

verbal

Keluarga mengidentifikasi

Kakek D mengalami defisit

perawatan diri ditunjukkan

dengan adanya tanda-tanda

defisit paerawatan diri

a. Tanyakan kepada keluarga apakah

tanda-tanda defisit perawatan diri

dialami oleh anggota keluarga

b. Berikan reinforcement positif atas

apa yang dikemukakan keluarga

2. Mampu mengambil

keputusan dalam merawat

anggota keluarga dengan

masalah defisit perawatan

diri, dengan:

› Menyebutkan akibat

dari defisit perawatan

diri

Respon

verbal

Keluarga mampu menyebutkan

2 dari 4 akibat defisit

perawatan diri:

Timbulnya bau yang tidak

sedap

Memunculkan penyakit

Beresiko terjadi kerusakan

integritas kulit

Berisiko dihindari/ dijauhi

oleh orang lain

Berisiko harga diri rendah

a. Diskusikan bersama keluarga apa

yang diketahui keluarga mengenai

akibat defisit perawatan diri

b. Berikan pujian kepada keluarga

tentang pemahaman keluarga yang

benar

c. Berikan informasi kepada keluarga

mengenai akibat defisit perawatan

diri

d. Berikan kesempatan keluarga

bertanya tentang materi yang

60

Page 61: Keamanan & Kenyamanan.docx

disampaikan

e. Berikan penjelasan ulang tentang

materi yang belum dimengerti

f. Motivasi keluarga untuk mengulangi

materi yang telah dijelaskan

g. Berikan reinforcement atas usaha

keluarga

› Mengambil keputusan

untuk mengatasi defisit

perawatan diri

Respon

verbal

Keluarga mengatakan akan

mengatasi defisit perawatan

diri pada Kakek D

a. Bantu keluarga untuk mengenal dan

menyadari akan adanya masalah

defisit perawatan diri dalam keluarga

b. Diskusikan dengan keluarga

mengenai cara melakukan perawatan

diri yang tepat pada anggota

keluarga yang mengalami defisit

perawatan diri

c. Berikan kesempatan kepada

keluarga untuk bertanya

d. Bantu keluarga untuk memutuskan

merawat anggota keluarga yang sakit

e. Berikan reinforcement atas

keputusan yang telah diambil

f. Berikan motivasi kepada keluarga

dalam merawat anggota keluarga

61

Page 62: Keamanan & Kenyamanan.docx

yang sakit

3. Mampu melakukan

perawatan sederhana untuk

mengatasi defisit

perawatan diri dengan:

› Menyebutkan cara

merawat anggota

keluarga dengan defisit

perawatan diri

Respon

verbal

Keluarga mampu membantu

melakukan perawatan diri pada

anggota keluarga yang sakit

yaitu :

1. Makan :

- Bantu menyuapi ketika

makan

- Dorong dan latih

sementara untuk makan

dengan tangan kiri

- Dampingi saat waktu

makan

- Siapkan makanan dengan

tekstur lembut atau

potongan yang kecil

- Posisikan tubuh dengan

benar saat makan

- Tempatkan atau dekatkan

a. Diskusikan dengan keluarga cara

membantu perawatan diri pada

anggota keluarga yang sakit

b. Motivasi keluarga untuk menjelas

kan kembali cara membantu

perawatan diri pada anggota keluarga

yang sakit

c. Berikan reinforcement positif

terhadap kemampuan yang dicapai

keluarga

62

Page 63: Keamanan & Kenyamanan.docx

makanan pada sisi tubuh

yang tidak sakit

- Beri waktu yang cukup

untuk makan

- Bersihkan mulut dan gigi

setelah makan, minta

untuk berkumur

2. Mandi dan toileting

- Bantu untuk mandi

dengan menggunakan

sabun (non parfum)

- Dorong untuk melakukan

mandi sendiri dengan

anggota gerak yang tidak

sakit

- Berikan lotion setelah

mandi agar kulit tidak

kering

- Bantu BAB/BAK dengan

pispot dan bersihkan anus

serta genitalia dengan lap

basah setelah BAB/BAK

- Dorong latihan otot dasar

a. Diskusikan dengan keluarga cara

membantu perawatan diri pada

anggota keluarga yang sakit

b. Motivasi keluarga untuk menjelas

kan kembali cara membantu

perawatan diri pada anggota keluarga

yang sakit

c. Berikan reinforcement positif

terhadap kemampuan yang dicapai

keluarga

63

Page 64: Keamanan & Kenyamanan.docx

panggul dan otot anus

secara bertahap untuk

mengontrol BAB/BAK

- Pantau daerah pantat dan

kemaluan apakah

kemerahan atau ada lesi

- Pastikan tempat tidur atau

alas selalu kering dan

bersih serta tidak berlipati

- Ganti baju, seprei, atau

alas 3 hari sekali atau

segera jika kotor dan

basah.

› Mendemonstrasikan cara

perawatan diri yaitu

mandi pada anggota

keluarga dengan defisit

perawatan diri

Respon

psikomotor

Keluarga dapat

mendemonstrasikan cara

memandikan anggota keluarga

yang mengalami hemiparesis

post stroke

f. Diskusikan dengan keluarga cara

cara memandikan anggota keluarga

yang mengalami hemiparesis post

stroke

g. Demonstrasikan cara memandikan

anggota keluarga dengan benar

h. Motivasi keluarga untuk

mendemonstrasikan kembali apa

yang diajarkan

i. Berikan reinforcement positif atas

64

Page 65: Keamanan & Kenyamanan.docx

upaya keluarga

› Melakukan perawatan

untuk mengatasi defisit

perawatan diri pada

anggota keluarga

Respon

afektif

Keluarga melakukan perawatan

untuk mengatasi defisit

perawatan diri pada anggota

keluarga yang mengalami

hemiparesis post stroke

a. Evaluasi kemampuan keluarga dalam

merawat anggota keluarga dengan

hemiparesis post stroke

b. Berikan reinforcement positif

terhadap kemampuan yang dicapai

oleh keluarga.

65

Page 66: Keamanan & Kenyamanan.docx

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Keamanan dan kenyamanan merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi

pada setiap tahap perkembangan, termasuk lansia. Konsep keamanan dan

kenyamanan dipandang secara holistik yang meliputi empat katagori yaitu fisik,

sosial, psikospritual, dan lingkungan. Dari semua aspek, lansia memiliki resiko

tinggi mengalami gangguan kenyamanan dan keamanan. Hal ini disebabkan karena

perubahan-perubahan yang terjadi akibat proses penuaan.

Jatuh merupakan gangguan keamanan yang sering dialami lansia. Perubahan

akibat penuaan mengakibatkan lansia beresiko mengalami jatuh. Perubahan akibat

penuaan yang mempengaruhi resiko jatuh pada lansia antara lain nokturia,

osteoporosis, penurunan fungsi penglihatan, gangguan keseimbangan, hipotensi

ortostatistik, gangguan kignitif seperti demensia, penurunan kekuatan otot, dan

perubahan sistem saraf pusat seperti penurunan waktu reaksi yang menimbulkan

resiko jatuh.

Perawat mempunyai peran yang sangat besar dalam membantu lansia

memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman. Tindakan yang dapat dilakukan

perawat dalam memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman pada lansia dengan

memberikan pendidikan/informasi kepada klien atau keluarga atau sebagai advokasi

bagi klien lansia terkait beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan

pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan.

4.2 Saran

Perawat harus memperhatikan kebutuhan keamanan dan kenyamanan pada lansia.

Perawat harus teliti dalam mengkaji kebutuhan rasa aman dan nyaman sehingga

dapat membantu lansia terhindar dari bahaya yang mengancam keamanan dan

kenyamanan.

66

Page 67: Keamanan & Kenyamanan.docx

DAFTAR PUSTAKA

Brass, L. M. Stroke. http://www.iristrial.org/teleforms/documents/stroke.pdf, diakses

pada tanggal 19 Februari 2013

Ebersole, P., Hess, P. (1990). Toward healthy aging: human needs and nursing

response. St. Louis: Mosby.

Hughes-hart, S. (2001). Patient Personal Freedoms and Security, Fall Prevention and

Management. VHA National Center for Patient Safety.

Lueckenotte, A. (2000). Gerontologic nursing. Philadelphia: Mosby.

Leuckenotte, A.G & Meiner, S.E. (2006). Gerontologic Nursing. Third Edition.

Missouri: Mosby Elsevier

Miller, C. (2004). Nursing for Wellness Older Adults: Theory and practice. 4th Edition.

USA: Lippincott.

National Health Service. (2012). Balance exercise for older people.

http://www.nhs.uk/Livewell/fitness/Pages/balance-exercises-for-older-

people.aspx, diakses tanggal 20 Februari 2013

Potter, P.A & Perry, A.G. (2006). Fundamental of nursing: Concepts, process and

practice.4th Ed. St.Louis: Mosby Year Book

Sirven, J. I., & Malamut, B. L. (2008). Clinical neurology of the older adult.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

Sirven, J. I. & Malamut, B. L. (2008). Clinical neurology of the older adult. 2nd Ed.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Medical surgical nursing. 8th ed. Philadelphia:

Lippincott-Raven Publisher

Stanley, M. & Beare, P. G. (2007). Buku ajar keperawatan gerontik. Edisi 2. Alih

bahasa: Juniati, N. & Kurnianingsih, S. Jakarta: EGC

Stanley, M., & Beare, P. G. (2007). Gerontological nursing: A health

promotion/protection approach. 2rd ed. Philadelphia: FA Davis Company.

Stroke-rehab.com. (2010). Balance exercise. http://www.stroke-rehab.com/balance-

exercises.html, diakses tanggal 20 Februari 2013

67