2
KETERAMPILAN DASAR KLINIK II
PENGAMBILAN SPESIMEN DARAH VENA PADA NN. BW DI RUANG KASUARI I
RSUD KABUPATEN SORONG
Disusun Sebagai Tugas IndividuKeterampilan Dasar Klinik Semester
II
DISUSUN OLEH:RIRIN AOENG S. POETRINIM. 13.032
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIABADAN PENGEMBANGAN DAN
PEMBERDAYAANSUMBER DAYA MANUSIA KESEHATANPOLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SORONGPROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN2014KETERAMPILAN DASAR
KLINIK II
PENGAMBILAN SPESIMEN DARAH VENA PADA NN. BW DI RUANG KASUARI I
RSUD KABUPATEN SORONG
Disusun Sebagai Tugas IndividuKeterampilan Dasar Klinik Semester
II
Dosen Pembimbing InstitusiAriani Pongoh, S.ST, M.Kes
Pembimbing KlinikZr. Poppy S, A.MK
DISUSUN OLEH:RIRIN AOENG S. POETRINIM. 13.032
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIABADAN PENGEMBANGAN DAN
PEMBERDAYAANSUMBER DAYA MANUSIA KESEHATANPOLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SORONGPROGRAM STUDI D-IV KEBIDANANTAHUN 2014LEMBAR
PERSETUJUAN
MAKALAH KETERAMPILAN DASAR KLINIK II
PENGAMBILAN SPESIMEN DARAH VENA PADA NN. BW DI RUANG KASUARI I
RSUD KABUPATEN SORONG
Sorong, 11 April 2014 Pembimbing Klinik Dosen Pembimbing
Institusi
Zr. Poppy S, A.MK Ariani Pongoh, S.ST, M.Kes NIP. 140 149 221
NIP. 196601011985032005
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat sehingga pengkajian yang
berjudul Pengambilan Spesimen Darah Vena pada Nn. Bw di Ruang
Kasuari I RSUD Kabupaten Sorong dapat diselesaikan sesuai target
yang ingin dicapai oleh penulis.Pengkajian ini dibuat untuk
memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai perbandingan tekhnik
pengambilan spesimen darah vena antara teori di Institusi dengan
pelaksanaan di lapangan. Selain itu, pengkajian ini juga dibuat
untuk menambah wawasan bagi penulis.Penulis menyadari tak mungkin
penulisan pengkajian ini dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan,
bimbingan, dan saran-saran dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :1. Bapak W. Isir, B.Sc, S.Sos, MM
selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Sorong.2. Ibu M. Wattimena,
A.Kp, M.Kes selaku ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Sorong.3. Ibu Sunaeni, M.Keb selaku ketua Program Studi Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Sorong.4. Ibu Adriana Egam, S.ST, M.Kes selaku
dosen wali tingkat I Program Studi D-IV Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Sorong.5. Ibu Zr. Poppy S, A.MK selaku pembimbing klinik
(CI).6. Ibu Ariani Pongoh, S.ST, M.Kes selaku dosen pembimbing
Institusi..7. Seluruh pihak yang telah membantu, khususnya pada
penyusunan makalah ini.Semoga usaha pembuatan pengkajian yang telah
dikerahkan ini dapat membuahkan hasil yang maksimal dan bermanfaat
bagi penulis maupun pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan pengkajian ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu,
penulis mohon maaf, karena sesungguhnya kesempurnaan itu hanyalah
milik Tuhan Yang Maha Esa.Sorong, 15 Januari 2014PenulisRirin Aoeng
S. PoetriDAFTAR ISI
Halaman Judul ..Lembar Persetujuan ...Kata Pengantar .....Daftar
Isi ...BAB I. PENDAHULUANA. Latar Belakang ........B. Rumusan
Masalah C. Tujuan Pengambilan Kasus .....D. Manfaat Kasus .BAB II.
KAJIAN TEORIA. Pengertian ............B. Tujuan ..C. Lokasi
Pengambilan Spesimen Darah Vena D. Pengambilan Darah Vena Untuk
Berbagai Pemeriksaan E. Cara Pengambilan Darah Vena F. Faktor
Penyulit dalam Pengambilan Spesimen Darah Vena ...G. Komplikasi
...H. Faktor yang Harus Diperhatikan ..I. Pengambilan Sampel Darah
Vena pada Pasien yang Terpasang Intravena (IV) Lines ..J. Menampung
Darah dalam Tabung ..K. Prosedur Kerja Berdasarkarkan Teori di
Akademi (Pengambilan Spesimen Darah Vena) .BAB III. TINJAUAN
KASUSA. Pengkajian ....B. Prosedur Kerja di Lahan Praktik
.........BAB IV. PEMBAHASANA. Persamaan ........B. Kesenjangan
.........BAB V. PENUTUPA. Kesimpulan ..B. Saran ........Daftar
Pustaka ...iiiiiivv
112334446791014191320
22
2429
3232
3434vi
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangSaat ini banyak penyakit yang bertambah dan
merajalela dalam kehidupan masyarakat. Akan tetapi penyakit infeksi
tetap menjadi primadona penyakit yang paling sering menyerang
manusia. Penyakit infeksi yang ditimbul sering diakibatkan
mikroorganisme yang bersifat patogen. Dalam pemeriksaan penyakit
infeksi, biasanya dilakukan pemeriksaan fisik dan anamnese guna
menemukan etiologi penyakit. Cara lain dalam menegakkan diagnosa
guna menemukan mikroorganisme apa yang menjadi penyebab suatu
penyakit adalah dengan cara pemeriksaan spesimen.Pengambilan
spesimen darah merupakan tugas dari petugas laboratorium akan
tetapi dalam kenyataanya semua dilakukan oleh perawat. Untuk itu
diperlukan adanya suatu pengalaman yang lebih dari perawat untuk
mengambil spesimen darah untuk pemeriksaan laboratorium. Hal ini
untuk mencegah spesimen darah tersebut mengalami hemolisis.
Persiapan dan teknik yang baik dalam pengambilan spesimen darah
vena sangat mempengaruhi hasil tes laboratorium. Tujuan pengambilan
spesimen darah vena adalah untuk mendapatkan hasil spesimen darah
vena tanpa anti koagulan yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan kimia klinik dan imunoserologi.Seorang bidan sama
halnya dengan perawat yang salah satu tugasnya juga merawat pasien
atau klien, oleh sebab itu bidan juga harus mengetahui tujuan,
persiapan, teknik, faktor penyulit, serta komplikasi dalam
pengambilan spesimen darah vena.
B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, dapat
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:1. Apa pengertian
dari venipuncture?2. Apa tujuan dari pengambilan spesimen darah
vena?3. Dimana letak lokasi pengambilan spesimen darah vena?4.
Pemeriksaan apa sajakah yang dapat diperoleh dari spesimen darah
vena?5. Bagaimanakah cara pengambilan spesimen darah vena?6. Apa
sajakah yang dapat menjadi faktor penyulit dalam pengambilan
spesimen darah vena?7. Komplikasi apa saja yang mungkin terjadi
setelah tindakan pengambilan spesimen darah vena?8. Faktor apa saja
yang harus diperhatikan oleh phlebotomis?9. Bagaimana cara
pengambilan sampel darah vena pada pasien yang terpasang intravena
(IV) lines?10. Bagaimana ragam jenis tabung penampung sampel
darah?11. Bagaimana prosedur kerja berdasarkan teori di akademi
mengenai pengambilan spesimen darah vena?
C. Tujuan Pengambilan Kasus1. Tujuan UmumTujuan penulisan secara
umum dari pengkajian kasus ini adalah:Untuk mengetahui tentang
pengambilan spesimen darah vena baik dalam teori maupun
penerapannya di lahan praktik.2. Tujuan KhususTujuan penulisan
secara khusus dari pengkajian kasus ini adalah:a. Mengetahui
pengertian dari venipuncture.b. Mengetahui tujuan pengambilan
spesimen darah vena.c. Mengetahui letak lokasi pengambilan spesimen
darah vena.d. Mengetahui pengambilan darah vena untuk berbagai
pemeriksaan.e. Memahami cara pengambilan spesimen darah vena.f.
Mengetahui faktor penyulit dalam pengambilan spesimen darah vena.g.
Mengetahui komplikasi mungkin terjadi setelah tindakan pengambilan
spesimen darah vena.h. Memahami faktor-faktor yang harus
diperhatikan dalam pengambilan spesimen darah vena.i. Memahami cara
pengambilan sampel darah vena pada pasien yang terpasang intravena
(IV) lines.j. Mengetahui berbagai jenis tabung penampung sampel
darah.k. Memahami prosedur kerja berdasarkan teori di akademi
mengenai pengambilan spesimen darah vena.l. Membandingkan penerapan
pengambilan spesimen darah vena di klinik dengan teori yang
ada.
D. Manfaat Kasus1. Manfaat Bagi MahasiswaManfaat yang diharapkan
dari pengkajian kasus ini adalah:a. Dapat mengetahui
persiapan-persiapan dan prosedur pengambilan spesimen darah vena
dengan baik.b. Sebagai informasi bahwa pentingnya keterampilan
plhebotomis akan teknik pengambilan spesimen darah vena dalam dunia
medis.c. Melatih kedisiplinan diri.d. Menjadi pembelajaran bagi
penulis agar lebih baik dalam penulisan-penulisan berikutnya.2.
Manfaat Bagi Rumah SakitManfaat yang diharapkan dari pengkajian
kasus ini adalah:a. Dapat membantu tenaga medis dalam pelayanan dan
pengobservasian pasien.b. Meningkatkan keterampilan dalam
membimbing mahasiswa.3. Manfaat Bagi Institusi PendidikanManfaat
yang diharapkan dari pengkajian kasus ini adalah:a. Dapat
memberikan praktik secara nyata bagi mahasiswa.b. Meningkatkan
kualitas dan keterampilan tenaga pengajar (dosen) dalam mendidik
mahasiswa.
BAB IIKAJIAN TEORI
A. PengertianDalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal
istilah phlebotomy yang berarti proses pengeluaran darah. Dalam
praktek laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah,
yaitu melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit
(skinpuncture), dan tusukan arteri atau nadi.Venipuncture adalah
cara yang paling umum dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy
sering dikaitkan dengan venipuncture.Pada pengambilan darah vena
(venipuncture), contoh darah umumnya diambil dari vena median
cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini
terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada
pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica
atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture
pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya
berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median.Jika vena
cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka
pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan
tangan. Lakukan pengambilan dengan sangat hati-hati dan menggunakan
jarum yang ukurannya lebih kecil.
B. TujuanMendapatkan spesimen darah vena tanpa anti koagulan
yang memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan kimia klinik dan
imunoserologi.
C. Lokasi Pengambilan Spesimen Darah VenaPengambilan darah vena
dapat dilakukan pada lokasi vena yang cukup besar dan letaknya
superfisial. Pada orang dewasa biasa vena di fossa cubiti sedangkan
pada anak-anak dan bayi diambil pada Vena Jugularis Externa, Vena
Femoralis (paha), Vena Sinus Sagitalis Superior (kepala).Lokasi
yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :1. Lengan pada sisi
mastectomy2. Daerah oedema3. Hematoma4. Daerah dimana darah sedang
ditransfusikan5. Daerah bekas luka6. Daerah dengan cannula, fistula
atau cangkokan vascular7. Daerah intra-vena lines. Pengambilan
darah di daerah ini dapat menyebabkan darah menjadi lebih encer dan
dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu. (a) (b)
(c)
Gambar 2.1: Lokasi Venipuncture; (a) vena fossa cubiti, (b) vena
jugularris eksterna, (c) vena femoralisD. Pengambilan Darah Vena
Untuk Berbagai PemeriksaanPemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang
menggunakan bahan atau spesimen darah. Pemeriksaan darah vena
meliputi:1. SGPT (serum glutamic piruvic transaminase) atau alanin
amonio transferase merupakan pemeriksaan yang bertujuan mendeteksi
adanya kerusakan hepatoseluler.2. Albumin. Pemeriksaan albumin
dilakukan untuk mendeteksi kemampuan albumin yang disintesis hepar,
yang dapat digunakan untuk menentukan adanya gangguan hepar seperti
sirosis, luka bakar, gangguan ginjal atau kehilangan protein dalam
jumlah banyak.3. Bilirubin (total, direk dan indirek). Pemeriksaan
ini bertujuan untuk mendeteksi kadar bilirubin, adanya ikterus
obstruktif karena batu atau neoplasma, hepatitis, dan sirosis.
Bilirubin indirek dapat mendeteksi adanya anemia, malaria, dan
lain-lain.4. Gula darah puasa. Pemeriksaan gula darah dilakukan
untuk mendeteksi adanya diabetes, atau reaksi hipoglikemik.5. Gula
darah posprandial. Pemeriksaan gula darah ini bertujuan mendeteksi
adanya diabetes, atau reaksi hipoglikemik, yang dilakukan 2 jam
setelah makan.6. Hematokrit. Pemeriksaan hematokrit dilakukan untuk
mengukur konsentrasi sel-sel darah merah dalam darah, yang dapat
mendeteksi adanya anemia, kehilangan darah, gagal ginjal kronis,
defisiensi vitamin B dan C. Peningkatan kadar hematokrit dapat
diidentifikasi pada dehidrasi, asidosis, trauma, pembedahan, dan
lain-lain.7. Hemoglobin. Pemeriksaan hemoglobin bertujuan untuk
mendeteksi anemia dan penyakit ginjal. Peningkatan hemoglobin dapat
terjadi pada dehidrasi, penyakit paru obstruksi kronis, gagal
jantung kongestif, dan lain-lain.8. Trombosit. Pemeriksaan
trombosit bertujuan untuk mendeteksi adanya trombositopenia yang
berhubungan dengan perdarahan, dan trombositosis yang menyebabkan
peningkatan pembekuan.9. Masa tromboplastin parsial (PTT), adalah
masa tromboplastin parsial teraktivasi (APTT). Pemeriksaan yang
bertujuan untuk mendeteksi defisiensi faktor pembekuan kecuali
faktor VII dan VIII, mendeteksi variasi trombosit, dan memonitor
terapi heparin.Selain pemeriksaan tersebut di atas masih banyak
pemeriksaan yang banyak dilakukan seperti pemeriksaan elektrolit,
sel darah putih, laju endap darah, dan pemeriksaan enzim-enzim
lain.
E. Cara Pengambilan Darah VenaAda dua cara dalam pengambilan
darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara manual dilakukan
dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara vakum
dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer).1. Pengambilan Darah
Vena dengan SyringPengambilan darah vena secara manual dengan alat
suntik (syring) merupakan cara yang masih lazim dilakukan di
berbagai laboratorium klinik dan tempat-tempat pelayanan kesehatan.
Alat suntik ini adalah sebuah pompa piston sederhana yang terdiri
dari sebuah tabung silinder, pendorong, dan jarum. Berbagai ukuran
jarum yang sering dipergunakan mulai dari ukuran terbesar sampai
dengan terkecil adalah : 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G.Pengambilan
darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut
dan pasien dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau
kecil).2. Pengambilan Darah Vena dengan Tabung VakumTabung vakum
pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD (Becton-Dickinson) di
bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi
yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung
dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung
dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah
tercapai.
Gambar 2.2: Tabung vakum.
Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang
dihubungkan oleh sambungan berulir. Jarum pada sisi anterior
digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada sisi posterior
ditancapkan pada tabung. Jarum posterior diselubungi oleh bahan
dari karet sehingga dapat mencegah darah dari pasien mengalir
keluar. Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan jarum pada
sebuah holder dan memudahkan pada saat mendorong tabung menancap
pada jarum posterior.Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini
adalah, tak perlu membagi-bagi sampel darah ke dalam beberapa
tabung. Cukup sekali penusukan, dapat digunakan untuk beberapa
tabung secara bergantian sesuai dengan jenis tes yang diperlukan.
Untuk keperluan tes biakan kuman, cara ini juga lebih bagus karena
darah pasien langsung dapat mengalir masuk ke dalam tabung yang
berisi media biakan kuman. Jadi, kemungkinan kontaminasi selama
pemindahan sampel pada pengambilan dengan cara manual dapat
dihindari.Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua, anak
kecil, bayi, atau jika vena tidak bisa diandalkan (kecil, rapuh),
atau jika pasien gemuk. Untuk mengatasi hal ini mungkin bisa
digunakan jarum bersayap (winged needle).
Gambar 2.3: Winged needle
Jarum bersayap atau sering juga dinamakan jarum kupu-kupu hampir
sama dengan jarum vakutainer seperti yang disebutkan di atas.
Perbedaannya adalah, antara jarum anterior dan posterior terdapat
dua buah sayap plastik pada pangkal jarum anterior dan selang yang
menghubungkan jarum anterior dan posterior. Jika penusukan tepat
mengenai vena, darah akan kelihatan masuk pada selang (flash).
F. Faktor Penyulit dalam Pengambilan Spesimen Darah Vena1.
Faktor Fisik Pasien a. Kegemukan Pada pasien yang gemuk terkadang
phlebotomis sulit untuk menemukan pembuluh darah vena yang akan
ditusuk karena terhalang oleh jaringan lemak. Orang yang gemuk
memiliki vena yang lebih dalam dan tidak terlihat sehingga sulit
untuk dipalpasi.b. OedemaOedema merupakan penimbunan cairan tubuh.
Phlebotomis menjadi sulit untuk menemukan letak vena. Jika darah
yang diambil pada tempat yang oedema, maka darah akan tercampur
dengan cairan oedema sehingga akan terjadi pengenceran. Phlebotomis
dapat mencari pembuluh darah lain yang tidak oedema.c. Luka
bakarPasien yang mengalami luka bakar, jaringan pada tubuhnya rusak
dan mudah mengalami infeksi. Jangan melakukan pengambilan di daerah
ini. Pasien sangat rentan terhadap infeksi.2. Faktor Psikologis
PasienFaktor penderita yang kurang kooperatif disebabkan penderita
merasa ketakutan sehingga penderita menolak untuk dilakukan
pengambilan darah. Cara mengatasinya dengan mencari bantuan petugas
lain dan menenangkan pasien agar pasien mengerti perlunya untuk
dilakukan pengambilan darah. Bila tidak berhasil, jelaskan secara
tertulis pada lembar permintaan laboratorium.3. Faktor TeknikGagal
memperoleh darah. Gagal pengambilan darah disebabkan:a. Cara
pengambilan darah vena yang salah oleh phlebotomisb. Tusukan sudah
tepat tetapi darah tidak cukup terhisap, kemungkinan:1) Kesalahan
teknika) Arah tusukan tidak tepatb) Sudut tusukan terlalu kecil
atau terlalu besarc) Salah menentukan vena yang dipilihd) Tusukan
terlalu dalam atau kurang dalame) Pembuluh bergeser karena tidak
terfiksasi2) Kesalahan non teknikPembuluh darah menyempit (kolaps)
karena rasa takut yang berlebihan dan menyebabkan volume darah
berkurang.Volume darah berkurang karena pendarahan berat,
kekurangan cairan tubuh, dan tekanan darah turun.
G. KomplikasiDalam pengambilan darah vena yang salah dapat
menyebabkan komplikasi, antara lain:1. Pingsan (Syncope)Pingsan
adalah keadaan dimana pasien kehilangan kesadaran beberapa saat
karena penurunan tekanan darah. Gejala dapat berupa rasa pusing,
keringat dingin, pengelihatan kabur, nadi cepat, bahkan bisa sampai
muntah. Pingsan dapat disebabkan karena pasien mengalami rasa takut
yang berlebihan atau karena pasien puasa terlalu lama.Sebelum
dilakukan phlebotomi hendaknya seorang phlebotomis menanyakan
apakah pasien memiliki kecenderungan untuk pingsan saat dilakukan
pengambilan darah. Jika benar maka pasien diminta untuk berbaring.
Phlebotomis hendaknya memberikan pengertian kepada pasien agar
pasien merasa nyaman dan tidak takut. Agar pasien tidak takut,
phlebotomist sebaiknya mengajak pasien berbicara agar perhatiannya
teralihkan.Pengambilan darah vena pada orang pingsan harus diberi
oksigen agar pembuluh darah membuka, sebab pada orang pingsan
pembuluh darahnya menutup.Cara Mengatasi:a. Hentikan pengambilan
darahb. Pasien dibaringkan di tempat tidur, kepala dimiringkan ke
salah satu sisic. Tungkai bawah ditinggikan (lebih tinggi dari
posisi kepala)d. Longgarkan baju dan ikat pinggang pasiene. Minta
pasien untuk menarik nafas panjangf. Minta bantuan kepada dokterg.
Jika pasien belum sempat dibaringkan, minta pasien menundukkan
kepala diantara kedua kakinya dan menarik nafas panjang2.
HematomaTerjadi karena :a. Vena terlalu kecil untuk jarum yang
dipakaib. Jarum menembus seluruh dinding venac. Jarum dilepaskan
pada saat tourniquet masih dipasangd. Tusukan berkali-kalie.
Tusukan tidak tepatf. Pembuluh darah yang rapuhCara mengatasi:Jika
terjadi hematoma lepaskan jarum dan tekan dengan kuat sehingga
darah tidak menyebar dan mencegah pembengkakan. Apabila ingin cepat
hilang, kompres dengan air hangat seraya diurut dan diberi salep
trombopop.3. PetechiaeBintik kecil merah dapat muncul karena
pendarahan kapiler di bawah kulit. Ini karena kelainan pembuluh
darah. Jika terjadi setelah dibendung dapat dikarenakan
pembendungan yang terlalu lama.4. Nyeri pada bekas tusukanRasa
nyeri berlangsung tidak lama sehingga tidak memerlukan penanganan
khusus. Nyeri bisa timbul akibat alkohol yang belum kering atau
akibat penarikan jarum yang terlalu kuat.Cara pencegahan :a.
Setelah kulit didesinfeksi, tunggu alkohol hingga mengering sebelum
dilakukan pengambilan darah. b. Penarikan jarum jangan terlalu
kuat.5. Vena kolapsTerjadi karena penarikan plunger terlalu lama
atau terlalu cepat.
6. Pendarahan berlebihanPendarahan yang berlebihan terjadi
karena terganggunya sistem koagulasi darah pada pasien. Hal ini
bisa terjadi karena :a. Pasien melakukan pengobatan dengan obat
antikoagulan sehingga menghambat pembekuan darah.b. Pasien
menderita gangguan pembekuan darah.c. Pasien mengidap penyakit hati
kronis sehingga pembentukan protrombin dan fibrinogennya
terganggu.Cara mengatasi :a. Menekan kuat pada tempat pendarahanb.
Memanggil dokter untuk penanganan selanjutnya7. Kerusakan
venaTerjadi karena pengambilan darah yang berulang kali pada tempat
yang sama sehingga meyebabkan kerusakan dan peradangan setempat.
Hal ini mengakibatkan pembuluh darah menutup.Pencegahannya dengan
menghindari pengambilan berulang kali pada tempat yang sama.8.
Komplikasi neurologisKomplikasi neurologis dapat bersifat lokal
karena tertusuknya syaraf dilokasi penusukan. Hal ini dapat
menimbulkan keluhan nyeri atau kesemutan yang menjalar ke lengan.
Serangan kejang juga dapat terjadi.Cara mengatasi :a. Hentikan
pengambilan darahb. Baringkan pasien dengan kepala dimiringkan ke
salah satu sisi, bebaskan jalan nafas dan hindari agar lidah tidak
tergigitc. Hubungi dokter9. Terambilnya darah arteriSalah penusukan
dapat mengakibatkan terambilnya darah arteri karena phlebotomis
menusuk pembuluh darah arteri. Jadi, seorang phlebotomis harus bisa
menentukan pembuluh darah yang akan ditusuk.10. Alergi Alergi bisa
terjadi karena bahan-bahan yang dipakai dalam phlebotomi, misalnya
alergi terhadap antiseptik dan plester. Gejala alergi bisa ringan
atau berat, berupa kemerahan dan gatal.Phlebotomis hendaknya
menanyakan apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap
bahan-bahan yang akan digunakan dalam proses pengambilan darah.
Jika pasien alergi terhadap alkohol 70% maka dapat diganti dengan
larutan iodium atau dengan betadine.Cara mengatasi :a. Tenangkan
pasien dan beri penjelasanb. Panggil dokter untuk penanganan
selanjutnya
H. Faktor yang Harus DiperhatikanAda beberapa faktor yang harus
diperhatikan seorang phlebotomis dalam pengambilan darah, antara
lain :1. Keadaan basalKeadaan basal mengacu pada kondisi fisik
pasien di pagi hari. Pasien dianjurkan untuk puasa kurang lebih 12
jam. Keadaan ini biasa dipakai untuk penentuan nilai
normal.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keadaan basal :a. Usia
b. Jenis kelaminc. Kehamiland. Dehidrasie. Dietf. Obat-obatang.
Stress2. Persyaratan pemeriksaana. Persiapan pasienBeritahukan
kepada pasien tentang hal-hal yang perlu dilakukan dan tidak perlu
dilakukan oleh pasien sebelum dilakukan pengambilan darah.
Persiapan secara umum, seperti : puasa selama 10-12 jam sebelum
pengambilan darah (untuk pemeriksaan glukosa darah puasa,
cholesterol, trigliserid, ureum, dan kreatinin) tidak melakukan
aktifitas fisik yang berat, tidak merokok, tidak minum alkohol.b.
Waktu pengambilanWaktu pengambilan darah pada pasien harus dicatat
karena dapat digunakan untuk menentukan hasil dari pemeriksaan
tersebut. Jika terjadi kesalahan hasil maka dapat dilacak letak
kesalahannya dari waktu pengambilan.c. Peralatan yang digunakan
Pastikan bahwa semua peralatan yang digunakan untuk proses
phlebotomi sudah tersedia di dekat phlebotomis. Peralatan yang
digunakan harus memenuhi persyaratan, seperti:3) Bersih4) Kering5)
Tidak mengandung bahan kimia6) Steril7) Sekali pakai (disposable)8)
Wadah tidak pecah atau retakAlat alat yang dipergunakan untuk
pengambilan darah vena :1) Spuit
Gambar 2.4: Spuit
Adalah alat yang digunakan untuk pengambilan darah atau
pemberian injeksi intravena dengan volume tertentu. Spuit mempunyai
skala yang dapat digunakan untuk mengukur jumlah darah yang akan
diambil, volume spuit bervariasi dari 1ml, 3ml, 5ml bahkan ada yang
sampai 50ml yang biasanya digunakan untuk pemberian cairan sonde
atau syring pump.2) Tourniquet
Gambar 2.5: TourniquetMerupakan bahan mekanis yang fleksibel,
biasanya terbuat dari karet sintetis yang bisa merenggang.
Digunakan untuk pengebat atau pembendung pembuluh darah pada organ
yang akan dilakukan penusukan plebotomy. Adapun tujuan pembendungan
ini adalah untuk fiksasi, pengukuhan vena yang akan diambil. Dan
juga untuk menambah tekanan vena yang akan diambil, sehingga akan
mempermudah proses penyedotan darah kedalam spuit.8. Kapas
alkohol
Gambar 2.6: Kapas alkohol
Merupakan bahan dari wool atau kapas yang mudah menyerap dan
dibasahi dengan antiseptic berupa etil alkohol. Tujuan penggunaan
kapas alkohol adalah untuk menghilangkan kotoran yang dapat
mengganggu pengamatan letak vena sekaligus mensterilkan area
penusukan agar resiko infeksi bisa ditekan.9. Needle, Wing
Needle
Gambar 2.7: Wing needle
Ialah ujung spuit atau jarum yang digunakan untuk pengambilan
secara vakum. Needle ini bersifat non fixed atau mobile sehingga
mudah dilepas dari spuit serta container vacuum. Penggantian needle
dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan besarnya vena yang akan
diambil atau untuk kenyamanan pasien yang menghendaki pengambilan
dengan jarum kecil.10. Vacuum Tube
Gambar 28.: Vacum tube
Tabung vakum pertama kali dipasarkan dengan nama dagang
Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara,
terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada
jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti
mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai.11. Blood
Container
Gambar 2.9: Blood container
Tabung tempat penampungan darah yang tidak bersifat vakum udara.
Ini biasa digunakan untuk pemeriksaan manual, dan dengan keperluan
tertentu misalnya pembuatan tampungan sendiri untuk efisiensi
biaya.12. Plester
Gambar 2.10: Plester
Digunakan untuk fiksasi akhir penutupan luka bekas plebotomi,
sehingga membantu proses penyembuhan luka dan mencegah adanya
infeksi akibat perlukaan atau trauma akibat penusukan.
d. Antikoagulan Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan
untuk mencegah pembekuan darah. Beberapa antikoagulan yang sering
dipakai adalah EDTA (Ethylene Diamine Tetraacetic Acid), citrat,
dan heparin. Pemilihan antikoagulan harus sesuai dengan jenis
pemeriksaan dan takarannya harus sesuai. e. Faktor teknik1) Pada
umumnya vena yang baik adalah vena yang besar, letaknya
superfisial, dan terfiksasi.2) Lokasi penusukan harus diperhatikan.
Phlebotomis tidak boleh menusuk pada bagian yang terdapat luka,
hematoma, infeksi, oedema. Untuk pengambilan darah, selain tidak
dilakukan pengambilan pada tempat-tempat tersebut juga tidak boleh
dilakukan pada daerah yang sedang dipasang infus. 3) Pada waktu
penusukan posisi kemiringan jarum yang dibentuk adalah 15 - 20.4)
Bila tusukan sudah dalam tetapi tidak mengenai vena maka jangan
sekali-kali membelokkan jarum kearah vena karena dapat menimbulkan
rasa sakit. Tindakan yang benar adalah jarum ditarik jangan sampai
lepas kemudian ditusukkan ke arah vena.5) Pembendungan vena dengan
tourniquet jangan terlalu lama karena dapat menyebabkan
hemokonsentrasi setempat.6) Jangan melepas tourniquet sesudah jarum
dilepaskan karena menyebabkan hematoma.7) Kulit yang ditusuk masih
basah oleh alkohol maka dapat menyebabkan darah hemolisis.f.
Pemeriksaan CITOPengambilan dan informasi harus segera (medical
emergency). Spesimen terjadwal (glukosa 2 jam PP, GTT, Cortisol,
Enzim-enzim jantung).g. ASAP (As Soon As Possible)Hasil pemeriksaan
segera diminta oleh dokter tetapi kondisi pasien tidak kritis.
I. Pengambilan Sampel Darah Vena pada Pasien yang Terpasang
Intravena (IV) LinesAgar dapat diperoleh spesimen darah yang
memenuhi syarat uji laboratorium, maka prosedur pengambilan sampel
darah harus dilakukan dengan benar, mulai dari persiapan peralatan,
pemilihan jenis antikoagulan, pemilihan letak vena, teknik
pengambilan sampai dengan pelabelan.Pemilihan letak vena menjadi
perhatian penting ketika pasien terpasang intravena (IV) line,
misalnya infus. Prinsipnya, pengambilan sampel darah tidak boleh
dilakukan pada lengan yang terpasang infus. Jika salah satu lengan
terpasang infus, maka pengambilan darah dilakukan pada lengan yang
tidak terpasang infus. Jika kedua lengan terpasang infus, lakukan
pengambilan pada vena kaki. Jika tidak ada akses vena di tempat
lain, lakukan pengambilan sampel darah pada lengan yang terpasang
infus dengan cara:1. Menghentikan aliran infus selama minimal 2
menit sebelum pengambilan.2. Pasang tourniquet pada bagian sebelah
bawah jarum infus. 3. Lakukan pengambilan sampel darah pada vena
yang berbeda dari yang terpasang infus atau di bagian bawah vena
yang terpasang infus. 4. Me-restart infus setelah spesimen
dikumpulkan.5. Buatlah catatan bahwa spesimen dikumpulkan dari
lengan yang terpasangi infus beserta jenis cairan infus yang
diberikan. Tulis informasi ini pada lembar permintaan lab.
Jika hanya ada satu saja akses vena di tempat yang terpasang
infus, maka:1. Hentikan aliran infus seperti cara di atas2.
Keluarkan darah dari vena tersebut, buang 2-5 ml pertama, dan
tampung aliran sampel darah selanjutnya dalam tabung. 3. Me-restart
infus setelah spesimen dikumpulkan.4. Buatlah catatan bahwa
spesimen dikumpulkan dari lengan yang terpasangi infus beserta
jenis cairan infus yang diberikan. Tulislah informasi ini pada
lembar permintaan lab.
J. Menampung Darah dalam TabungBeberapa jenis tabung sampel
darah yang digunakan dalam praktek laboratorium klinik adalah
sebagai berikut :1. Tabung tutup merah. Tabung ini tanpa penambahan
zat additive, darah akan menjadi beku dan serum dipisahkan dengan
pemusingan. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah,
imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching test).2. Tabung
tutup kuning. Tabung ini berisi gel separator (serum separator
tube/SST) yang fungsinya memisahkan serum dan sel darah. Setelah
pemusingan, serum akan berada di bagian atas gel dan sel darah
berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia
darah, imunologi dan serologi.3. Tabung tutup hijau terang. Tabung
ini berisi gel separator (plasma separator tube/PST) dengan
antikoagulan lithium heparin. Setelah pemusingan, plasma akan
berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel.
Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah.4. Tabung tutup
ungu atau lavender. Tabung ini berisi EDTA. Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan darah lengkap dan bank darah (crossmatch)5. Tabung
tutup biru. Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan
untuk pemeriksaan koagulasi (mis. PPT, APTT)6. Tabung tutup hijau.
Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin, umumnya digunakan
untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah.7.
Tabung tutup biru gelap. Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam,
umumnya digunakan untuk pemeriksaan trace element (zink, copper,
mercury) dan toksikologi.8. Tabung tutup abu-abu terang. Tabung ini
berisi natrium fluoride dan kalium oksalat, digunakan untuk
pemeriksaan glukosa.9. Tabung tutup hitam ; berisi bufer sodium
sitrat, digunakan untuk pemeriksaan LED (ESR).10. Tabung tutup pink
; berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan
imunohematologi.11. Tabung tutup putih ; potassium EDTA, digunakan
untuk pemeriksaan molekuler/PCR dan bDNA.12. Tabung tutup kuning
dengan warna hitam di bagian atas; berisi media biakan, digunakan
untuk pemeriksaan mikrobiologi - aerob, anaerob dan jamur.
Beberapa hal penting dalam menampung sampel darah adalah : Darah
dari syring atau suntikan harus dimasukkan ke dalam tabung dengan
cara melepas jarum lalu mengalirkan darah perlahan-lahan melalui
dinding tabung. Memasukkan darah dengan cara disemprotkan, apalagi
tanpa melepas jarum, berpotensi menyebabkan hemolisis. Memasukkan
darah ke dalam tabung vakum dengan cara menusukkan jarum pada tutup
tabung, biarkan darah mengalir sampai berhenti sendiri ketika
volume telah terpenuhi. Homogenisasi sampel jika menggunakan
antikoagulan dengan cara memutar-mutar tabung 4-5 kali atau
membolak-balikkan tabung 5-10 kali dengan lembut. Mengocok sampel
berpotensi menyebabkan hemolisis. Urutan memasukkan sampel darah ke
dalam tabung vakum adalah: Pertama - botol biakan (culture) darah
atau tabung tutup kuning, hitam, kedua - tes koagulasi (tabung
tutup biru), ketiga - tabung non additive (tutup merah), keempat -
tabung tutup merah atau kuning dengan gel separator atau clot
activator, tabung tutup ungu/lavendet (EDTA), tabung tutup hijau
(heparin), tabung tutup abu-abu (NaF dan Na oksalat).
K. Prosedur Kerja Berdasarkarkan Teori di Akademi (Pengambilan
Spesimen Darah Vena)1. Memberitahu dan menjelaskan pada pasien
tindakan yang akan dilakukan.2. Menyiapkan alat dan bahan, secara
ergonomis:a. Bak instrumentb. Spuit 3 cc atau 5 ccc. Bengkokd.
Sarung tangan sterile. Aqua destilataf. Plesterg. Gunting plesterh.
Perlaki. Kapas alkoholj. Tourniquetk. Botol-botol tertutup yang
bersih dan kering untuk tempat spesimen atau bahan.l. Waskom
larutan chlorine 0,5%3. Memasang sampiran.4. Mengatur posisi pasien
senyaman mungkin.5. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,
mengeringkan dengan handuk bersih.6. Memakai sarung tangan.7.
Membebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian.8. Mencari
daerah yang terlihat jelas venanya.9. Memasang pengalas dibawah
daerah atau tempat yang akan diambil darahya.10. Mengikat bagian di
atas daerah yang akan disuntik atau diambil darahnya dengan karet
pembendung atau tourniquet, pasien dianjurkan mengepalkan
tangannya.11. Menghapushamakan atau mendesinfeksi kulit dengan
kapas alkohol secara sirkular dengan diameter + 5 cm.12.
Menegangkan kulit dengan tangan yang tidak dominan.13. Menusukkan
jarum kedalam vena, dengan tangan dominan (jarum dan kulit
membentuk sudut + 20o).14. Menarik sedikit penghisap untuk aspirasi
apakah jarum sudah masuk vena.15. Membuka karet pembendung,
anjurkan pasien membuka kepalan tangan (bila darah telah terlihat
pada tabung spuit).16. Menarik penghisap sehingga darah masuk ke
dalam tabung spuit, hisap sebanyak kebutuhan.17. Menarik jarum
keluar, dengan meletakkan kapas alkohol di atas jarum dan tarik
jarum keluar.18. Masukkan darah dalam spuit ke dalam botol yang
tersedia (memasukkan agak miring, dan tidak terlalu keras
menyemprotkannya).19. Memberi label pada botol, dan siap dibawa ke
laboratorium untuk pemeriksaan.20. Membereskan alat, buang alat
suntik dengan benar.21. Mencuci sarung tangan dalam larutan
chlorine 0,5% lepas sarung tangan secara terbalik dan merendam
dalam larutan chlorine selama 10 menit.22. Mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih.23.
Melakukan dokumentasi tindakan yang dilakukan.
BAB IIITINJAUAN KASUS
A. PengkajianNo. Med Record: 08-16-22Diagnosa Medical: Dispepsia
SyndromeTgl Masuk RS: Selasa, 01-04-2014 Jam 11.00 WITTgl
Pengkajian: Rabu, 02-04-2014Waktu Anamnesa: 11.08 WITRuang: Kasuari
I Bed 4 (Interna)Nama Pengkaji: 1. Ririn Aoeng S. Poetri2. Nur
Asmayani Asnur1. Data Subjektifa. Identitas1) Identitas PasienNama:
Nn. BWUmur: 16 TahunSuku: SeruiAgama: Kristen ProtestanPendidikan:
SMPPekerjaan: PelajarAlamat: Jl. Nuri HBMJenis Kelamin: Perempuan
(P)
2) Identitas Penanggung JawabNama: Ny. YIUmur: 50 TahunSuku:
SeruiAgama: Kristen ProtestanPendidikan: SMPPekerjaan: Ibu Rumah
TanggaAlamat: SP 2Jenis Kelamin: Perempuan (P)Status: Ibu
Kandung
b. Riwayat Kesehatan1) Keluhan UtamaPasien mengatakan bahwa uluh
hati dan lambung terasa sakit saat usai makan dan saat
berkemih.
2) Riwayat Keluhan UtamaPasien mengatakan gejala uluh hati dan
perut terasa sakit baru pertama kali dialami. Pasien merasakan
gejala ini pada dua hari sebelum akhirnya dibawa ke Rumah Sakit
Umum Kabupaten Sorong pada tanggal 1 April 2014 jam 11.00.
3) Keluhan yang MenyertaiAdapun keluhan lain yaitu perut pasien
terasa semakin sakit jika memakan makanan pokok seperti nasi,
jagung, dan lain-lain.
4) Riwayat Penyakit yang LaluPasien mengatakan tidak menderita
penyakit sebelumnya.
5) Riwayat Penyakit KeluargaPasien mengatakan keluarga tidak
memiliki riwayat penyakit keturunan.
6) Data PsikologisPasien merasa takut jika disuntik dan di ambil
darahnya. Pasien juga merasa jenuh dan malas bergerak karena tidak
bertemu dengan teman-teman sekolahnya.
7) Data SosialHubungan pasien dengan ayahnya baik. Namun,
hubungan pasien dengan ibu, saudara kandung, dan tetangga kurang
baik karena sering tidak akur. Hubungan pasien dengan
teman-temannya baik.
8) Data SpiritualSelama sakit, pasien jarang berdoa. Pada saat
sehat pun pasien jarang beribadah di Gereja.
9) Kebiasaan Sehari-hariKebutuhanSebelum SakitSaat Sakit
Nutrisi Makan Frekuensi Jenis
Keluhan
Minum Frekuensi
Jenis
KeluhanKurang baik1piring per hariNasi dan makanan ringanSusah
makan, lebih sering ngemil dibanding makan nasi, dan sering makan
yang asam-asam seperti buah-buahan.
Baik+ 2 liter per hari atau 9 gelas per hariAir putih, minuman
bersoda, susu, dan siropTidak adaMenurun4 sendok nasi per hariBubur
dan makanan ringanSusah makan karena tidak ada nafsu makan, terasa
sakit tiap usai makan terutama makan nasi atau bubur.
Menurun+1 liter per hari atau 4 gelas per hariAir putih
Tidak ada
Eliminasi Buang air kecil (BAK) Frekuensi Warna Bau Keluhan
Buang air besar (BAB) Frekuensi Konsistensi Warna Bau
KeluhanBaik+ 4 kali per hariKuning jernihKhas urineTidak ada
Baik1 kali per hariPadatKhas fesesKhas fesesTidak adaMenurun+ 2
kali per hariKuning pekatBerbau obatTerasa nyeri saat berkemih
Menurun1 kali per 3 hariPadat Khas fesesKhas fesesPerut terasa
sakit saat melakukan BAB
Istirahat dan tidur Tidur Siang
Tidur malam
Keluhan+ 6 jam. Dari jam 13.30 p.m. sampai jam 18.30 p.m.
+ 8 jam . Dari jam 23.00 p.m. sampai jam 07.00 a.m.
Tidak ada+ 1 jam. Dari jam 14.00 p.m. sampai jam 15.00 p.m.
+ 5 jam. Dari jam 01.00 a.m sampai jam 06.00 a.m.
Terasa kurang nyaman tidur di Rumah Sakit karena belum terbiasa
dengan suasananya
Aktivitas Di dalam rumah
Di luar rumah
KeluhanBermain game, tidur, dan nonton TV
Bermain dan jalan-jalan dengan teman-teman
Tidak adaBerbaring
Jalan-jalan di ruang perawatan
Gerakan lebih pasif karena tidak nyaman menggunakan infus
Personal Hygiene Mandi
Gosok gigi
Keramas
Keluhan2 kali per hari, memakai sabun mandi.
1 kali per hari dengan menggunakan odol
1 kali per 2 hari dengan menggunakan sampo
Tidak ada1 kali per hari, badan hanya di lap dengan kain yang
direndam di air hangat tanpa sabun.
Tidak pernah
Tidak pernah
Merasa tidak nyaman karena kebutuhan pasien tidak terpenuhi
SeksualTidak dilakukanTidak dilakukan
Kebiasaan HidupJalan-jalan dan menyanyiTidak ada
2. Data Objektifa. Pemeriksaan Umum1) Keadaan Umum: Baik2)
Status Emosional: Pasien merasa cemas akan penyakitnya3) Kesadaran:
Compos Mentis (CM), dalam kesadaran normal, sadar sepenuhnya.4)
Tanda-tanda Vitala) Nadi : 80 kali/menitb) Suhu : 36,6 oCc)
Respirasi : 20 kali/menitd) Tekanan darah (TD): 110/70 mmHg5) BB
(Berat Badan): 48 kg6) TB (Tinggi Badan): 150 cm7) Lila: Tidak
dilakukan pemeriksaan
b. Pemeriksaan Fisik1) Kepalaa) Rambut: Keriting dan tidak ada
ketombe.b) Muka: Bulat dan tidak pucatc) Mata: Conjungtiva:
Berwarna merah muda cerah (Normal) Sclera: Putih (Normal)d) Hidung:
Tidak ada polip, bentuk simetris, tidak ada sinusitis, tidak ada
cuping hidung, dan tidak ada secret.e) Telinga: Normal, bentuk
simetris, ada sedikit secret, pendengaran baik, ada daun telinga,
dan tidak ada serumen.f) Mulut: Warna gusi merah muda, gigi agak
kekuningan, gigi berlubang, terdapat karies, dan tidak terdapat
jamur pada lidah.g) Leher: tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, kelenjar thyroid, dan vena jugularis.2) Dada: Datar,
simetris, dan pergerakan nafas teratur.3) Mammae: Normal, bentuk
simetris.4) Perut: Bagian perut dibawah pusat tampak buncit, terasa
nyeri jika disentuh, dan perut terasa lunak.5) Punggung: Normal,
bentuk tulang simetris.6) Genitalia: Tidak dilakukan pemeriksaan.7)
Ekstremitas: a) Atas: Tangan berfungsi dengan baik, tidak ada
oedema, dan jari-jari tangan lengkap.b) Bawah: Kaki berfungsi
dengan baik, tidak ada oedema, dan jari-jari kaki lengkap.
c. Pemeriksaan Penunjang1) Laboratorium: Dilakukan hasil
kolaborasi petugas ruangan dengan petugas Laboratorium. Dilakukan
pemeriksaan darah lengkap dan hasil HB (12 gr%).2) USG: Tidak
dilakukan.3) Rontgen: Tidak dilakukan.4) EKG: Tidak dilakukan.
d. Riwayat Pemberian Terapi Obat1) Metronidazol 500 mg 3x1 per
oral2) Redacid 250 mg 1x1 per oral3) Antasida 200 mg 3x1 per
oral
B. Prosedur Kerja di Lahan PraktikAdapun prosedur kerja di lahan
praktik yaitu:1. Menyiapkan alat dan bahan:a. Keranjang kecil
berbentuk persegi panjangb. Spuit 5 cc dan spuit 1 ccc. Tabung
darahd. Sarung tangan biasae. Kapas alkohol2. Mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih. 3.
Memakai sarung tangan dan masker.4. Memberitahu dan menjelaskan
pada pasien tindakan yang akan dilakukan.5. Mengatur posisi pasien
senyaman mungkin6. Mencari daerah yang terlihat jelas venanya.7.
Membendung bagian di atas daerah yang akan disuntik dengan
tourniquet atau karet pembendung, pasien dianjurkan mengepalkan
tangannya.8. Menghapushamakan atau mendesinfeksi kulit dengan kapas
alkohol dengan gerakan dari atas ke bawah.9. Menegangkan kulit
dengan tangan yang tidak dominan.10. Menusukkan jarum ke dalam
vena, dengan tangan dominan (jarum dan kulit membentuk sudut +
20o)11. Menarik sedikit penghisap untuk aspirasi apakah jarum sudah
masuk vena.12. Tangan petugas lain yang membendung tangan pasien
dilepas, anjurkan pasien membuka kepalan tangan (bila darah telah
terlihat pada tabung spuit).13. Menarik penghisap sehingga darah
masuk ke dalam tabung spuit 5 cc, hisap sebanyak 6 cc.14. Menarik
jarum keluar, dengan meletakkan kapas alkohol di atas jarum dan
tarik jarum keluar.15. Masukkan darah dari dalam spuit 5 cc ke
dalam tabung darah sebanyak 2 cc (memasukkan agak miring, dan tidak
terlalu keras menyemprotkannya)16. Mengambil darah yang tersisa di
dalam spuit 5 cc dengan menggunakan spuit 1 cc. (Membuka jarum pada
spuit 5 cc, memasukkan jarum spuit 1 cc, kemudian menarik penghisap
spuit 1 cc sehingga darah masuk ke dalam tabung spuit 1 cc, hisap
sebanyak 1 cc).17. Memasang kembali jarum pada spuit 5 cc. (darah
yang tersisa pada spuit 5 cc yaitu sebanyak 3 cc).18. Memberi tanda
atau label pada tabung darah, spuit 5 cc, dan spuit 1 cc, dan siap
dibawa ke laboratorium untuk pemeriksaan.19. Membereskan alat.20.
Mencuci sarung tangan dengan air mengalir dan sabun, lepas sarung
tangan secara terbalik, dan buang ke tempat sampah.21. Mencuci
tangan dengan sabundan air mengalir, mengeringkan dengan handuk
bersih.22. Melakukan dokumentasi tindakan yang dilakukan.
BAB IVPEMBAHASAN
A. PersamaanAdapun persamaan antara tindakan mengambil spesimen
darah vena di lapangan dengan teori mengambil spesimen darah vena
yang didapat di akademi yaitu:1. Pasien dianjurkan mengepalkan
tangan.2. Menggunakan tourniquet untuk membendung tangan pasien.3.
Menegangkan kulit dengan tangan yang tidak dominan.4. Menusukkan
jarum ke dalam vena, dengan tangan dominan (jarum dan kulit
membentuk sudut + 20o).5. Menarik sedikit penghisap untuk aspirasi
apakah jarum sudah masuk vena.6. Menarik penghisap sehingga darah
masuk ke dalam tabung spuit, hisap sebanyak kebutuhan.7. Menarik
jarum keluar, dengan meletakkan kapas alkohol di atas jarum dan
tarik jarum keluar.8. Masukkan darah dari dalam spuit ke dalam
tabung yang tersedia (memasukkan agak miring, dan tidak terlalu
keras menyemprotkannya).9. Memberi tanda atau label pada tabung
darah, spuit 5 cc, dan spuit 1 cc, dan siap dibawa ke laboratorium
untuk pemeriksaan.10. Membereskan alat.11. Mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih.12.
Melakukan dokumentasi tindakan yang dilakukan.
B. KesenjanganSetelah dilakukan praktik, maka penulis dapat
mengetahui adanya perbedaan tata cara pengambilan spesimen darah
vena yang penulis dapatkan antara teori di akademi dengan di lahan
praktik Ruang Kasuari 2 (Interna) RSUD Kabupaten Sorong.
Perbedaannya yaitu terdapat pada:1. Penjelasan pada pasien mengenai
tindakan yang akan dilakukan dijelaskan setelah perawat memakai
sarung tangan dan masker.2. Alat dan bahan yang disiapkan tidak
lengkap, karena tidak menyiapkan bak instrument, bengkok, sarung
tangan steril, aqua destilata, plester, gunting plester, perlak,
tourniquet, dan Waskom larutan chlorine 0,5%.3. Tidak menutup
sampiran.4. Mencuci tangan dilakukan sebelum menyapa pasien, dan
mengeringkan tangan bukan menggunakan handuk milik pribadi,
melainkan menggunakan handuk umum yang digunakan untuk beberapa
orang.5. Sarung tangan yang digunakan bukan sarung tangan steril,
melainkan hanya sarung tangan biasa.6. Tidak memasang pengalas di
bawah daerah atau tempat yang akan diambil darahnya.7. Tidak
mendesinfeksi kulit dengan kapas alkohol secara sirkular, melainkan
dilakukan secara gerakan satu arah dari atas ke bawah.8. Tidak
semua spesimen darah dimasukkan kedalam tabung darah, hanya
sebanyak 2 cc spesimen darah yang dimasukkan dalam tabung,
sedangkan sisanya diletakkan dalam spuit (darah 1 cc pada spuit 1
cc dan darah 3 cc pada spuit 5 cc).9. Sarung tangan setelah dipakai
tidak dicuci dan direndam dalam larutan chlorine 0,5%, melainkan
sarung tangan dicuci dan langsung dibuang ke tempat sampah.
BAB VPENUTUP
A. KesimpulanPraktik yang penulis dapatkan dilahan praktik yaitu
di RSUD Kabupaten Sorong dengan teori yang diajarkan kepada penulis
di lahan institusi pada dasarnya semua tindakan yang dilakukan
sama, namun terdapat sedikit perbedaan. Dengan adanya perbedaan
ini, maka kita harus dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang
ada pada lahan praktik dimana kita berada.Venipuncture (pengambilan
darah melalui vena) merupakan tindakan yang penting dilakukan untuk
mengumpulkan sampel yang digunakan untuk pemeriksaan laboratorium.
Keadaan basal pasien, persiapan pasien, waktu pengambilan spesimen
darah, peralatan yang digunakan, teknik pengambilan, pemeriksaan
CITO, dan ASAP (As Soon As Possible) perlu diperhatikan oleh
phlebotomis, untuk itu phlebotomis harus memiliki pengetahuan dan
skill yang cukup mengenai pengambilan spesimen darah. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan spesimen darah vena tanpa anti koagulan
yang memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan kimia klinik dan
imunoserologi dan agar dapat memperkecil tingkat kemungkinan
terjadinya komplikasi.
B. Saran1. Untuk institusi, metode pembelajaran yang diterapkan
sudah baik, namun lebih di tingkatkan pada praktik di laboratorium
agar mahasiswi lebih terampil saat melakukan tindakan dan
melaksanakan prosedur dengan benar saat akan turun praktik di rumah
sakit. Pemberian target penilaian daftar tilik KDK I dan KDK II
terlalu banyak, sehingga pembimbing klinik (CI) sedikit kesulitan
dalam memberikan penilaian.2. Untuk Rumah sakit, diharapkan agar
dalam setiap praktik baik diruang manapun di RSUD Kabupaten Sorong
dapat tersedia alat dan bahan yang sesuai dengan teori, sehingga
mahasiswi dan para perawat dapat melakukan tindakan atau
melaksanakan prosedur dengan baik.3. Untuk Mahasiswi, diharapkan
setelah melakukan praktik, mahasiswi dapat melakukan tindakan
pengambilan spesimen darah vena sesuai prosedur yang benar, selalu
melakukan tindakan pencegahan infeksi, lebih disiplin dan aktif
dalam mengikuti praktik di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Laboratorium Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2004.
Pedoman Praktek Laboratorium yang Benar (Good Laboratory Practice).
Jakarta: _____.Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Buku Saku Praktikum
Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.Joyce Lefever Kee. 2007. Pedoman
Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. Jakarta: EGC.