BAB 1PENDAHULUANSejakawal 1990-an para pakar yang aktif dalam
upayaSafe Motherhood mengatakan bahwa pendekatan risiko, yang
mengelompokkan ibu hamil dalam kelompok tidak berisiko dan
berisiko, sebaiknya tidak digunakan lagi. Hal ini berdasarkan
kenyataan bahwa lebih dari 90% kematian ibu disebabkan komplikasi
obstetric, yang sering tak diramalkan saat kehamilan. Kebanyakan
komplikasi itu terjadi pada saat atau sekitar persalinan. Banyak di
antara ibu yang tidak dikategorikan berisiko, ternyata mengalami
komplikasi; dan sebaliknya, di antara ibu yang dikategorikan
berisiko, ternyata persalinannya berlangsung normal. Karena itu
pendekatan yang dianjurkan adalah menganggap semua kehamilan itu
berisiko dan setiap ibu hamilagar mempunyai akses ke pertolongan
persalinan yang aman dan pelayanan obstetri. Diperkirakan 15%
kehamilan akan mengalami keadaan risiko tinggi dan komplikasi
obstetric, yang dapat membahayakan kehidupan ibu maupun janinnya
bila tidak ditangani dengan memadai. (Abdul Bari S., 2002)Setiap
tahun kira-kira 3,5 juta kehamilan mencapai viabilitas (gestasi 22
sampai 24 minggu), tetapi dari angka ini sedikitnya 30.000 janin
gagal bertahan hidup. Kira-kira dengan jumlah yang sama, bayi baru
lahir meninggal selama bulan pertama kehidupan. Kehamilan Risiko
Tinggi merupakan salah satu masalah paling kritis dalam asuhan
keperawatan dan medis modern. Penekanan diberikan pada keamanan
kelahiran janin normal yang dapat berkembang sampai potensial
maksimum mereka. Kemajuan penelitian ke depan memungkinkan
tekhnologi mencapai tingkat keperawatan kesehatan perinatal yang
jauh lebih baik dari sebelumnya. (Irene M. Bobak, add all, 1998).
Ide bahwa peristiwa intra partum dan prenatal dapat menimbulkan
efek merugikan pada bayi dalam kehidupan selanjutnya bukanlah hal
yang baru. Kecacatan biologis serius, masalah kesehatan, gangguan
obstetric, dan masalah social yang dapat mengganggu ibu dan bayi,
baik tingkat ringan maupun secara nyata.Identifikasi pasien dengan
risiko tinggi penting dalam meminimalkan mortalitas dan morbiditas
maternal dan neonatus. Ada banyak bukti yang diketahui merupakan
faktor risiko yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pasien
risiko tinggi secara dini dalam masa prenatal serta intrapartum.
Kira-kira 20% wanita hamil diidentifikasi berisiko tinggi pada masa
prenatal; hal ini membuat sekitar 55% hasil akhir kehamilan buruk (
ACOG, 1988). Umumnya perawat yang siaga dan mengenal penyimpangan
dari kondisi normal melihat dan melaporkan faktor risiko tinggi
yang potensial atau nyata. Banyak faktor pada wanita tersebut dan
dari lingkungan sekitar mempengaruhi hasil akhir
kehamilannya.(Irene M. Bobak, add all, 1998).
BAB 2LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
A. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGAI. Identitas Pasien Nama : Ny.
Tunjiyah Jenis kelamin: Perempuan Usia: 32 tahun Status Pernikahan:
Menikah Alamat: Dusun Kranjang Lor Rt.05/02 Desa Sidosari,
Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang Agama: Islam Suku Bangsa:
Jawa Pendidikan: SMP Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
II. Identitas Kepala Keluarga Nama: Tn. Sumaji Jenis Kelamin:
Laki laki Umur: 37 tahun Status Pernikahan: Menikah Alamat: Dusun
Kranjang Lor Rt.05/02 Desa Sidosari, Kecamatan Salaman, Kabupaten
Magelang Agama: Islam Suku Bangsa: Jawa Pendidikan: SMP Pekerjaan:
Buruh
B. PROFIL KELUARGA YANG TINGGAL SATU RUMAHTabel 1. Profil
Keluarga Yang Tinggal Satu RumahNoNamaKedudukan dalam
KeluargaJKUmur (th)PendidikanPekerjaanKeterangan
1SumajiKKL37SMPBuruhSehat
2TunjiyahIstriP32SMPIRTSehat
3FirzaAnak pertamaL7SD kelas 2PelajarSehat
TunjiyahSumajiFirzaBapakIbuRetnoDarsonoKeterangan: laki-laki
: perempuanGambar 1. Pohon Keluarga
C. RESUME PENYAKIT DAN PENATALAKSANAAN YANG SUDAH DILAKUKAN
I. ANAMNESISAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada
tanggal 27 Februari 2014 pukul 09.00-pukul 10.30 WIB di rumah
pasien di Dusun Kranjang Lor Rt.05/02 Desa Sidosari, Kecamatan
Salaman, Kabupaten Magelang.a. Keluhan Utama:Besar kandungan tidak
sesuai dengan usia kehamilan.b. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien
merupakan ibu hamil dengan usia kehamilan 24 minggu.c. Riwayat
Penyakit DahuluPasien tidak memiliki riwayat penyakit asma, alergi,
hipertensi, jantung dan DM.d. Riwayat Penyakit KeluargaTidak ada
riwayat hipertensi, DM dan jantung pada keluarga.e. Riwayat
PerkawinanPasien menikah satu kali pada saat usia 24 tahun dan
telah dikaruniai satu orang anak.f. Riwayat HaidPasien menarche
pada usia 16 tahun, haid datang teratur tiap bulan, menggunakan 3
pembalut reguler tiap harinya, siklusnya 28 hari, lamanya kurang
lebih 7 hari, tidak ada keluhan nyeri perut hebat atau keluhan lain
saat datang bulanHPHT : 10 September 2013UK: 24 minggu 4 hariTP :
17 Juni 2014g. Riwayat KBPasien merupakan akseptor KB suntik 3
bulan selama 5 tahun terakhir.h. Riwayat Kehamilan dan Persalinan:
G2P1A0I. 2006/Bidan/aterm/spontan/3,5kg/laki-laki/sehat.i. Riwayat
ANC :kontrol di bidan praktek swasta tiap bulan /TT (+) 2x.
II. PEMERIKSAAN FISIKTanggal 27 Februari pukul 10.00 di rumah
pasienKeadaan umum: tidak tampak sakitKesadaran: Compos mentisa.
Tanda vital: Tekanan darah:110/70mmHg Nadi: 80x/menit Suhu:36,50C
Pernapasan: 20x/menit,reguler TB : 148 cm BB : 50kg BMI : 22,83
b. Status Generalis: Kepala : Mesocephali Mata : Konjungtiva
anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Telinga : Normotia, benjolan
(-), oedem (-), nyeri tekan (-), cairan (-), membran timpani intak
Hidung : Normosepti, sekret (-), deviasi septum (-) Bibir : pucat
(-), sianosis (-) Tenggorok : T1-T1, faring hiperemis (-),
granulasi (-), nyeri telan (-) Leher : Trakhea di tengah,
pembesaran KGB (-/-) Thoraks :
Paru - paru Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, gerak
thoraks pada pernafasan simetris, sama tinggi, tidak ada bagian
yang tertinggal, retraksi (-/-) Palpasi : Gerak nafas simetris,
sama tinggi, tidak ada bagian yang tertinggal, vokal fremitus
simetris, sama kuat Perkusi : Kedua hemitoraks berbunyi sonor,
batas paru hepar tidak dapat dinsilai, peranjakan paru tidak dapat
dinilai Auskultasi : Suara napas vesikuler, rhonchi (-/-), wheezing
(-/-) Jantung Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, iktus kordi
tidak terlihat pada ICS V 2 cm lateral dari garis mid klavikularis
kiri Palpasi : Iktus cordis teraba di ics V 1 cm medial dari garis
mid klavikularis kiri Perkusi : Tidak ada nyeri ketuk, batas
jantung kanan pada garis parasternalis kanan setinggi ics V, batas
jantung atas pada sela iga II linea parasternal kiri, batas jantung
kiri pada sela iga V, 1cm sebelah medial linea midklavikula kiri.
batas paru lambung sekitar ics VI, Auskultasi : Bunyi jantung I-II
reguler, murmur (-), gallop (-) AbdomenLihat status obstetrik
Ekstremitas Inspeksi : Bentuk normal simetris, sianosis (-/-),
edema (-/-) Palpasi : Suhu hangat, edema (-/-)
c. Status Obstetrik:1. Abdomen :TFU: cmDJJ: 11-11-11His: -Letak
mobile2. Pemeriksaan dalamVaginal toucher : tidak dilakukand. Hasil
Laboratorium Dan Pemeriksaan Penunjang: Hb : 11,8 g/dL
III. DIAGNOSIS KERJA G2P1A0 U32 H 24minggu4hari Janin I hidup IU
Letak Mobile IV. RENCANA PENATALAKSANAAN Medikamentosa : Tablet Fe
Asam Folat Vitamin B kompleks Nonmedikamentosa : Pemeriksaan
kehamilan secara berkala Hindari aktivitas yang berlebih Pola makan
dengan gizi seimbang : diet tinggi asam folat Rencana Sectio
Caesarea ai bekas SC
V. HASIL PENATALAKSANAAN MEDISPasien mengurangi aktivitas
sehari-hari. Pasien memiliki KMS. Faktor pendukung :Pasien memiliki
KMS dan sudah mengurangi aktivitas sehari-hari. Faktor penghambat:-
Indikator keberhasilan Adanya kartu KMS ibu.
D. TABEL PERMASALAHAN PADA PASIENTabel 2. Tabel Permasalahan
Pada PasienNo.Risiko & masalah kesehatanRencana
pembinaanSasaran
1.Riwayat SCEdukasi tentang persiapan persalinan dengan sectio
caesareaPasien dan keluarga
E. IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA1. Fungsi BiologisyaDari
wawancara dengan pasien, diperoleh keterangan bahwa pasien memiliki
riwayat SC dua kali yaitu saat hamil anak kedua dengan indikasi
bayi letak sungsang dan saat hamil anak ketiga dengan indikasi
ketidaksesuain antara besar kepala janin dan panggul ibu.2. Fungsi
PsikologisPasien tinggal bersama suami dan anaknya. Hubungan antara
penderita dengan keluarga baik. Penderita tidak bekerja, hanya
mengerjakan pekerjaan ibu rumah tangga dan mengurus anaknya.
Suaminya bekerja sebagai pembuat peralatan dari bambu. Pasien telah
mempunyai 2 anak perempuan hasil pernikahan dengan suami pertama,
dan satu anak perempuan dari hasil pernikahan dengan suami yang
sekarang. Anak pertama Os bersekolah di Purworejo dan tinggal
dengan ibu OS, terkadang pulang bila ada libur sekolah. Pasien
mempunyai kepribadian yang cukup terbuka, tidak cepat tersinggung,
dan ramah terhadap orang lain. Di sebelah rumahnya tinggal kedua
mertua dan kakak ipar pasien, terkadang kakak iparnya membantu
suami pasien dalam membuat peralatan bambu. Ibu mertuanya terkadang
tidur di dalam rumah Os pada siang hari. Walau tinggal berdekatan,
tidak pernah ada masalah antara pasien dengan mertua ataupun kakak
iparnya. Bila ada masalah dalam rumah tangga, dibicarakan dan
dirundingkan berdua dengan suami tanpa campur tangan pihak lain.3.
Fungsi EkonomiBiaya kebutuhan sehari-hari pasiendipenuhi oleh
suaminya. Sejak menikah dengan suaminya yang sekrangpasien tidak
pernah bekerja. Pendapatan perbulan kurang lebih Rp. 500.000. Uang
tersebut dipakai untuk kebutuhan rumah tangga seperti listrik dan
makan. Pasien memelihara dua ekor bebek dan beberapa ayam yang
telurnya kadang dikonsumsi sendiri ataupun dijual. Pasien tidak
mempunyai kartu Jamkesmas ataupun asuransi lainnya tetapi sedang
diusahakan untuk dibuat oleh bidan desa agar persalinannya yang
sekarang tidak menggunakan biaya pribadi4. Fungsi
PendidikanPenderita bersekolah sampai SD5. Fungsi Religiuspasien
sejak kecil menganut agama Islam, suami, anak-anak dan keluarganya
juga menganut agama yang sama dan taat beribadah6. Fungsi Sosial
dan BudayaPenderita dan keluarga tinggal di Dusun Sabrang, Desa
Kalirejo. Os Komunikasi dengan tetangga baik. Keluarga penderita
aktif dalam kegiatan di lingkungan baik dengan tetangga sekitar. di
lingkungan seperti pengajian ataupun arisan yang diadakan oleh
ibu-ibu di lingkungan tempat tinggalnya.
F. POLA KONSUMSI KELUARGAa. Frekuensi makan rata-rata 3x sehari.
Penderita biasanya makan di rumah. Jenis makanan dalam keluarga ini
kurang bervariasi. Variasi makanan sebagai berikut : nasi, lauk
(tahu, tempe), sayur hijau,dll, air minum biasanya air putih atau
teh.Pasien mengkonsumsi daging ikan atau ayam , telur kira-kira
seminggu/dua minggu sekali. pasien dan keluarga mengaku tidak suka
mengkonsumsi susub. Faktor PerilakuPasien seorang ibu rumah tangga
yang pekerjaan sehari-harinya mengurus pekerjaan rumah tangga
seperti memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah dan mengurus
anakc. Faktor LingkunganTinggal dalam lingkungan yang tidak terlalu
padat penduduk. Atap rumah tidak memiliki langit-langit, dinding
terbuat dari anyaman kayu, lantai rumah masih terbuat dari tanah
tidak diplester atau disemen. Kebersihan di dalam rumah kurangbaik.
Pencahayaan di dalam kurang, dan sirkulasi udara kurang. Sumber air
minum berasal dari kali yang kemudian dimasak. Buang air besar
menggunakan jamban cemplung di kali dekat rumah. Untuk pembuangan
limbah dialirkan ke kali dekat rumah, sampah dibuang ke tanah,tidak
tersedianya tempat pembuangan sampah di luar rumah.
G. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN Faktor
Sarana pelayanan kesehatanTerdapat Puskesmas Salaman yang berjarak
< 5km. Faktor keturunan-H. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAHGambaran
Lingkungan Rumah Rumah pasien terletak di Dusun Sabrang, Desa
Kalirejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, dengan ukuran
rumah 7 x 10 m2, bentuk bangunan 1 lantai. Rumah tersebut ditempati
oleh 5 orang. Secara umum gambaran rumah terdiri dari 2 kamar
tidur, 1 ruang tamu yang merangkap sebagai ruang makan dan ruang
keluarga, gudang tempat menyimpan bambu-bambu bahan perkakas, dan 1
dapur di bagian belakang rumah. Rumah tidak mempunyai
langit-langit, tidak memiliki tembok permanen, lantai terdiri dari
tanah tidak disemen. Penerangan dalam rumah dan kamar kurang,siang
hari pencahayaan hanya berasal dari cahaya matahari. Ventilasi dan
jendela kurang memadai, yaitu dua pada ruang tamu yang merangkap
ruang keluarga dan ruang makan, satu pada kamar tidur depan dan
satu pada dapur. Secara umum kondisi dalam rumah terasa lembab.
Cahaya matahari masuk lewat pintu dan jendela. Tata letak barang di
rumah cukup rapi tetapi berdebu. Sumber air bersih berasal dari
kali yang dipakai untuk minum maupun cuci dan masak. Air minum
dimasak sendiri. Fasilitas MCK dilakukan di kali, yang menggunakan
jambancemplung dengan sumber air bersih berjarak < 10 m.
Kebersihan dapur kurang,, tidak ada lubang asap dapur, namun asap
dapur langsung mengarah ke jendela. Pembuangan air limbah ke
saluran limbah ke kali dekat rumah. Tidak Ada tempat pembuangan
sampah sehingga sampah hanya dibuang ke tanah di depan rumah atau
dibakar bila menumpuk. Jalan di depan rumah lebarnya 3 meter
terbuat dari tanah.
Gambar 3. Denah Rumah
I. DIAGNOSIS FUNGSI KELUARGA1. Fungsi BiologisDari hasil
wawancara. 2. Fungsi Psikologis Hubungan pasien dengan keluarga
terjalin baik Hubungan sosial dengan tetangga dan kerabat baik.3.
Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan KebutuhanMeskipun penghasilan per
bulan kurang lebih hanya Rp 500.000,00 tetapi Os dan keluarga tidak
merasa kekurangan, dapat memenuhi kebutuhan makan sehari-hari4.
Fungsi Religius dan Sosial BudayaOS dan keluarga menganut agama
yang sama, taat beribadah, ikut aktif dalam kegiatan keagamaan di
sekitar lingkungan rumah5. Faktor PerilakuPasien tinggal di rumah
yang pencahayaannya kurang baik dan ventilasi udara di rumah kurang
baik sehingga udara di dalam rumah terasa lembab. Lantai terbuat
dari tanah yang tidak disemen sehingga tidak kedap air dan basah
bila hujan
6. Faktor non perilakuSarana pelayanan kesehatan di sekitar
rumah sangat dekat. Jarak antara rumah pasien dengan puskesmas <
10 km.
J. DIAGRAM REALITA YANG ADA PADA KELUARGA
STATUSKESEHATANGENETIKYANKESLINGKUNGANPERILAKUIbu tidak ada
riwayat komplikasi kehamilanDinding tidak permanen, Ventilasi
kurang, Jendela kurang, Lantai terbuat dari tanahDokter
praktekBidan Gambar 3. Diagram Realita
K. PEMBINAAN DAN HASIL KEGIATAN
Tabel 3. Pembinaan dan Hasil KegiatanTanggalKegiatan yang
dilakukanKeluarga yang terlibatHasil Kegiatan
12 Mei 2012Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik kepada
pasien di rumah pasienPasien, suami pasienMendapatkan diagnosis
kerja pasiendan penyebab
13 Mei 2012 Mengamati keadaan kesehatan rumah dan lingkungan
sekitar Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien
mengenai pentingnya ANC pada kehamilan dan rencana dilakukannya
persalinan dengan sectio caesarea, serta komplikasinya. Kontrol
tiap bulan hingga usia kehamilan 36 minggu,dimana usia kehamilan
37minggu kontrol ke dr.SP Obgyn untuk rencana SC elektif pada
minggu ke 38. Edukasi untuk menggunakan KB setelah melahirkan dan
teratur menggunakannya Pasien dan keluarga
Pasien dan keluarga Pasien dan suamipasien dapat memahami
penjelasan yang diberikan, dan setuju untuk dilakukan SC karena
indikasi medis
Pasien dan suami setuju untuk menggunakan KB setelah
melahirkan
L. KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA a. Tingkat pemahaman: Pemahaman
terhadap pembinaan yang dilakukancukup baik.b. Faktor pendukung:
Penderita dan keluarga mau menerima informasi yang diberikan,
merasa ingin tahu, dapat memahami dan menangkappenjelasan yang
diberikan tentang antenatal care dan pola hidup sehat untuk ibu
hamil. Keluarga yang kooperatif dan adanya keinginan untuk hidup
sehatc. Faktor penyulit : -d. Indikator keberhasilan : pasien
mengetahui risiko bila tidak dilakukan SC pada kehamilan yang
sekarang
BAB 3KEHAMILAN RISIKO TINGGI
A. DEFINISIKehamilan Risiko Tinggi adalah suatu kehamilan yang
memiliki risiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun
bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun
sesudah persalinan. B. MACAM-MACAM KEHAMILAN RESIKO TINGGIKriteria
yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti dari berbagai institut
berbeda-beda, namun dengan tujuan yang sama mencoba mengelompokkan
kasus-kasus risiko tinggi.
Menurut Poedji Rochyati dkk.Mengemukakan kriteria KRT sebagai
berikut:Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau
kemungkinan untuk terjadinya suatu keadaan gawat-darurat yang tidak
diinginkan pada masa mendatang, seperti kematian, kesakitan,
kecacatan, ketidak nyamanan, atau ketidak puasan (5K) pada ibu dan
bayi.Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka
disebutSKOR.Digunakan angka bulat di bawah 10, sebagai angka dasar
2, 4 dan 8 pada tiap faktor untuk membedakan risiko yang rendah,
risiko menengah, risiko tinggi.Berdasarkan jumlah skor kehamilan
dibagi tiga kelompok:1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah
skor 2Kehamilan tanpa masalah / faktor risiko, fisiologis dan
kemungkinan besar diikuti oleh persalinan normal dengan ibu dan
bayi hidup sehat.2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah
skor 6-10Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari
pihak ibu maupun janinnya yang memberi dampak kurang menguntungkan
baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki risiko kegawatan tetapi
tidak darurat.3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan
jumlah skor 12Kehamilan dengan faktor risiko: Perdarahan sebelum
bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat bagi jiwa ibu dan atau
banyinya, membutuhkan di rujuk tepat waktu dan tindakan segera
untuk penanganan adekuat dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan
bayinya. Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko
kegawatannya meningkat, yang membutuhkan pertolongan persalinan di
rumah sakit oleh dokter Spesialis. (Poedji Rochjati, 2003).
C. BATASAN FAKTOR RISIKO/MASALAHa. Ada Potensi Gawat Obstetri /
APGO (kehamilan yang perlu diwaspadai) Primi muda Primi tua Grande
multi Tinggi badan 145 cm atau kurang Riwayat obstetric jelek (ROJ)
Dllb. Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO (Ada ancaman nyawa ibu dan
bayi) Perdarahan antepartum Plasenta Previaplasenta melekat dibawah
rahim dan menutupi sebagian / seluruh mulut rahim. Solusio
Plasentaplesenta sebagian atau seluruhnya lepas dari tempatnya.
Biasanya disebabkan karena trauma / kecelakaan, tekanan darah
tinggi atau pre-eklamsia, maka terjadi perdarahan pada tempat
melekat plasenta. Akibat perdarahan, dapat menyebabkan adanya
penumpukan darah beku dibelakang plasenta.Bahaya yang dapat
terjadi: Bayi terpaksa dilahirkan sebelum cukup bulan Dapat
membahayakan ibu: Kehilangan darah, timbul anemia berat dan syok
Ibu dapat meninggal Dapat membahayakan janinnya yaitu mati dalam
kandungan.(Poedji Rochjati, 2003).c. Ada Gawat Obstetri / AGO
(tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan, dan nifas) Anemia
Preeklamsi Letak lintang
D. LANGKAH-LANGKAH PENCEGAHANSemua ibu hamil diharapkan
mendapatkan perawatan kehamilan oleh tenaga kesehatan. Untuk
deteksi dini factor risiko maka pada semua ibu hamil perlu
dilakukan skrining antenatal. Untuk itu periksa ibu hamil paling
sedikit dilakukan 4 kali selama kehamilan:a. Satu kali pada
triwulan I (K1)b. Satu kali pada Triwulan IIc. Dua kali dalam
triwulan III (K4) (Poedji Rochjati, 2003).Bidan melakukan
pemeriksaan klinis terhadap kondisi kehamilannya. Bidan memberi KIE
(Komunikasi Informasi Edukasi) kepada ibu hamil, suami dan
keluarganya tentang kondisi ibu hamil dan masalahnya.(Poedji
Rochjati, 2003).Perawatan yang diberikan kepada ibu hamil secara
berkala dan teratur selama masa kehamilan sangat penting, sebab
merupakan upaya bersama antara petugas kesehatan dan ibu hamil,
suami, keluarga dan masyarakat, mengenai:a. Aspek kesehatan dari
ibu dan janin untuk menjaga kelangsungan kehamilan, pertumbuhan
janin dalam kandungan, kelangsungan hidup ibu dan bayi setelah
lahir.b. Aspek psikologik, agar menghadapi kehamilan dan
persalinannya ibu hamil mendapatkan rasa aman, tenang, terjamin dan
terlindungi keselamatan diri dan bayinya. Pendekatan Komunikasi
Informasi dan Edukasi (KIE), dengan sikap ramah, penuh pengertian,
diberikan secara sederhana, dapat ditangkap dan dimengerti melalui
dukungan moril dari petugas, suami, keluarga, dan masyarakat di
sekitarnya.c. Aspek social ekonomi, ibu hamil dari keluarga miskin
(gakin) pada umumnya tergolong dalam kelompok gizi kurang, anemis,
penyakit menahun. Ibu risiko tinggi atau ibu dengan komplikasi
persalinan dari keluarga miskin membutuhkan dukungan biaya dan
transportasi untuk rujukan ke Rumah Sakit. (Poedji Rochjati,
2003).
E. TUJUAN PERAWATAN ANTENATAL :Perawatan antenatal mempunyai
tujuan agar kehamilan dan persalinan berakhir dengan:a. Ibu dalam
kondisi selamat selama kehamilan, persalinan dan nifas tanpa trauma
fisik meupun mental yang merugikan.b. Bayi dilahirkan sehat, baik
fisik maupun mentalc. Ibu sanggup merawat dan memberi ASI kepada
bayinyad. Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk
mengikuti keluarga berencana setelah kelahiran bayinya. (Poedji
Rochjati, 2003).Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil :Dalam strategi
pendekatan risiko, kegiatan skrining merupakan komponen penting
dalam pelayanan kehamilan, yang harus diikuti dengan komunikasi,
Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada ibu hamil, suami, dan keluarga,
untuk perencanaan persalinan aman dilakukan persiapan rujukan
terencana bila diperlukan. (Poedji Rochjati, 2003).Melalui kegiatan
ini beberapa faKtor risiko yang ada pada ibu hamil telah dapat
dilakukan prediksi / perkiraan kemungkinan macam komplikasi yang
akan terjadi. Oleh karena itu kegiatan skrining harus dilakukan
berulang kali sehingga dapat ditemukan secara dini factor risiko
yang berkembang pada umur kehamilan lebih lanjut. (Poedji Rochjati,
2003).
F. PENANGANANUntuk menghadapi kehamilan atau janin risiko tinggi
harus di ambil sikap proaktif, dan berencana dengan upaya promotif
dan preventif sampai pada waktunya harus di amnil sikap tepat dan
cepat untuk menyelamatkan ibu dan bayinya atau hanya di pilih
ibunya saja.1). Penegakan diagnosis kehamilan dan janin dengan
risiko tinggi adalah:a). Melakukan anamnesis yang intensif
(baik)b). Melakukan pemeriksaan penunjang, seperti: Pemeriksaan
laboratorium Pemeriksaan rontgen. Pemeriksaan USG Pemeriksaan lab
yang di anggap perlu2). Berdasarkan waktu, keadaan risiko tinggi
ditetapkan pada :a). Menjelang kehamilanb). Saat hamil mudac). Saat
hamil pertengahand). Saat trimester IIIe). Saat persalinan/pasca
partus.3). Pengawasan antenatal bertujuan untuk menegakkan secara
dini risiko tinggi.a). Apakah kehamilan berjalan dengan baikb).
Apakah terjadi kelainan bawaan pada janinc). Bagaimana fungsi
plasenta untuk tumbuh kembang janind). Apakah terjadi penyulit pada
kehamilane). Apakah terdapat penyakit ibu yang membahayakan
janinf). Jika diperlukan terminasi kehamilan : Apakah terminasi
untuk menyelamatkan ibu Apakah janin dapat hidup di luar kandungan
Bagaimana tehnik terminasi kehamilan sehingga tidak menambah
penyulit ibu atau janin.g). Kesanggupan memberikan pertolongan
persalinan dengan memperhitungkan : Tempat pertolongan itu
dilakukan Persiapan alat yang diperlukan untuk tindakan Kemampuan
diri sendiri untuk melakukan tindakanh). Sikap yang akan di ambil
menghadapi kehamilan adalah: Kehamilan dengan risiko rendah dapat
di tolong di tempat Kehamilan dengan risiko tinggi meragukan perlu
pengawasan intensif Kehamilan dengan risiko tinggi perlu di
rujuk.4). Pengawasan antenatal untuk mengetahui secara dini keadaan
risiko tinggi pada ibu dan janin dapat: Melakukan pengawasan yang
lebih intensif Memberikan pengobatan sehingga ririko dapat
dikendalikan Melakukan rujukan mendapatkan tindakan yang adekuat
Segera merujuk untuk mendapatkan tindakan yang adekuat Segera
melakukan terminasi kehamilan Wanita akan mengalami risiko
kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan kehamilan paling
kecil jika : Menunda saat mulai berkeluarga hingga mereka mencapai
umur paling sedikit 20 tahun. Mempunyai anak tidak lebih dari
empat. Jarak kelahiran paling tidak 2 tahun. Tidak mempunyai anak
lagi setelah berumur 35 tahun.
G. KELUARGA BERENCANAProgram KB di IndonesiaPengertian KB Upaya
peningkatkan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga
kecilyang bahagia sejahtera (Undang-undang No. 10/1992). Keluarga
Berencana (Family Planning, Planned Parenthood ) : suatu usaha
untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan
dengan memakaikontrasepsi. WHO (Expert Committe, 1970), tindakan yg
membantu individu/ pasutri untuk:Mendapatkan objektif-obketif
tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantarakehamilan dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga.Tujuan Program KB Tujuan umum
adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekutan sosialekonomi
suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar
diperolehsuatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran,
pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan
kesejahteraan keluarga. Kesimpulan dari tujuan program KB adalah:
Memperbaiki kesehatan dankesejahteraan ibu, anak, keluarga dan
bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup
rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakatakan pelayanan KB
dan KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkanangka
kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah
kesehatanreproduksi.
BAB IV KEHAMILAN RESIKO TINGGI RIWAYAT SC
A. DEFINISI SEKSIO SECAREAIstilah seksio sesarea berasal dari
perkataan Latin Caedere yang artinya memotong. Seksio sesarea
adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina. Seksio
sesareaa tau kelahiran sesarea adalah melahirkan janin melalui
irisan pada dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus
(histerektomi). Definisi ini tidak termasuk melahirkan janin dari
rongga perut pada kasus ruptura uteri atau kehamilan abdominal
(Pritchard dkk, 1991). Tindakan ini dilakukan untuk mencegah
kematian janin maupun ibu sehubungan dengan adanya bahaya atau
komplikasi yang akan terjadi bila persalinan dilakukan
pervaginam.
B. ISTILAHI. Seksio sesarea primer (efektif)Dari semula telah
direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio sesarea,
tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit
(CV kecil dari 8 cm)II. Seksio sesarea sekunder Dalam hal ini kita
bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus percobaan), bila
tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru
dilakukan seksio sesarea.III. Seksiosesarea ulang (repeat caesarean
section)Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami seksio sesarea
(previous caesarean section) dan pada kehamilan selanjutnya
dilakukan seksio sesarea ulang.IV. Seksio sesarea histerektomi
(caesarean section hysterectomy)Adalah suatu operasi dimana setelah
janin dilahirkan dengan seksio sesarea, langsung dilakukan
histerektomi oleh karena sesuatu indikasi.V. Operasi Porro (Porro
operation)Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum
uteri (janin sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi,
misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.
C. INDIKASI SEKSIO SECAREADalam persalinan ada beberapa faktor
yang menentukan keberhasilan suatu persalinan yaitu jalan lahir,
janin, kekuatan ibu, psikologi ibu dan penolong. Apabila terdapat
salah satu gangguan pada salah satu factor tersebut akan
mengakibatkan persalinan tidak berjalan dengan lancer bahkan dapat
menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janin.
Operasi seksio sesarea dilakukan jika kelahiran per vaginam mungkin
akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin. Adapun
indikasi dilakukannya seksio sesarea adalah persalinan
berkepanjangan, malpresentasi atau malposisi,
disproporsisefalo-pelvis, distress janin, prolaps talipusat,
plasenta previa, abrupsio plasenta, penyakit pada calon ibu, bedah
sesarea ulangan.Seksio sesarea yang disertai histerektomi yaitu
pengangkatan uterus setelah seksio sesarea karena atoni uteri yang
tidak dapat diatasi dengan tindakan lain, pada mioma atau usus yang
besar dan atau banyak atau pada ruptur uteri yang tidak dapat
diatasi dengan jahitan. Seksio sesarea vaginal yaitu pembedahan
melalui dinding vagina anterior kedalam rongga uterus. Seksio
sesarea ekstraperitoneal yaitu seksio yang dilakukan tanpa insisi
peritoneum dengan mendorong lipatan peritoneum keatas dan kandung
kemih kebawah atau kegaris tengah kemudian uterus dibuka dengan
insisi di segmen bawah.
Menurut Kasdu (2003) indikasi seksio sesarea di bagi menjadi dua
faktor : Faktor Janin1. Bayi terlalu besarBerat bayi sekitar 4000
gram atau lebih, menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir2.
Kelainan letak bayiAda dua kelainan letak janin dalam rahim yaitu
letak sungsang dan lintang. Malpresentasi atau malposisi dimana
letak bayi dalam rahim tidak menguntungkan untuk dilahirkan lewat
vagina. Contoh malpresentasi adalah posisi transversal, presentasi
sungsang. Malposisi mencakup posisi oksiput posterior yang
persisten atau asinklitisme.3. Ancaman gawat janin (Fetal
Distres)Gangguan pada janin melalui tali pusat akibat ibu menderita
hipertensi atau kejang rahim (eklamsi). Gangguan pada bayi juga
diketahui adanya mekonium dalam air ketuban. Apabila proses
persalinan sulit melalui vagina maka dilakukan operasi seksio
sesarea.Fetal distress dimana perubahan tertentu pada kecepatan
denyut jantung janin dapat menunjukkan adanya masalah pada bayi.
Perubahan kecepatan jantung ini dapat terjadi jika tali pusat
tertekan atau berkurangnya aliran darah teroksigenasi ke plasenta.
Memantau respon kecepatan jantung janin terhadap rangsang kulit
kepala atau menggunakan pemantauan kejenuhan oksigen janin dapat
membantu pemberi perawatan mengetahui apakah bayi mengompensasi
keadaan ini dengan baik atau mulai mengalami efek kekurangan
oksigen. Jika bayi tidak mampu lagi mengompensasinya, perlu
dilakukan bedah sesar4. Janin abnormalJanin abnormal misalnya
kerusakan genetik dan hidrosephalus5. Faktor plasentaAda beberapa
kelainan plasenta yang menyebabkan keadaan gawat darurat pada ibu
dan janin sehingga harus dilakukan persalinan dengan operasi bila
itu plasenta previa dan solutio plasenta. Plasenta previa dimana
plasenta menutupi sebagian leher rahim. Saat leher rahim melebar,
plasenta terlepas dari rahim menyebabkan perdarahan yang tidak
sakit pada calon ibu. Hal ini dapat mengurangi pasokan oksigen ke
janin. Melahirkan lewat vagina yang aman tidak dimungkinkan pada
plasenta previa, karena plasenta akan keluar sebelum si
bayi.Abrupsio plasenta dimana plasenta secara dini terlepas dari
dinding rahim. Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan vagina atau
perdarahan tersembunyi dengan sakit perut yang spontan. Pemisahan
ini merupakan pasokan oksigen ke janin dan bergantung pada seberapa
banyak plasenta yang terlepas, perlu dilakukan bedah sesar.6.
Kelainan tali pusatAda dua kelainan tali pusat yang bisa terjadi
yaitu prolaps tali pusat dan terlilit tali pusat. Prolaps tali
pusat dimana jika tali pusat turun melalui leher rahim sebelum si
bayi, kepala atau tubuh bayi dapat menjepit tali pusat tersebut dan
secara drastis mengurangi pasokan oksigen sehingga mengharuskan
dilakukannya melahirkan secara bedah sesar segera.7. Multiple
pregnancyTidak selamanya bayi kembar dilaksanakan secara operasi.
Persalinan kembar memiliki resiko terjadinya komplikasi misalnya
lahir premature sering terjadi preeklamsi pada ibu. Bayi kembar
dapat juga terjadi sungsang atau letak lintang. Oleh karena itu
pada persalinan kembar dianjurkan dirumah sakit, kemungkinan
dilakukan tindakan operasi. Faktor Ibu1. UsiaIbu yang melahirkan
pertama kali diatas usia 35 tahun atau wanita usia 40 tahun ke
atas. Pada usia ini seseorang memiliki penyakit yang beresiko
misalnya hipertensi jantung, kencing manis dan eklamsia.2. Ibu
dengan penyakit kronikPenyakit pada calon ibu misalnya ibu
mempunyai sakit jantung atau kondisi medis lain yang serius, ibu
mungkin tidak akan mampu menahan stress persalinan dan melahirkan
lewat vagina.3. Tulang PanggulCephalopelvic disproportion (CPD)
adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran
lingkar kepala janin, dimanaukuran kepala bayi terlalu besar. Atau
dapat juga karena panggul sempit absolut.4. Persalinan sebelumnya
dengan operasi sehingga bisa berisiko untuk rupture uteri
iminens.5. Partus lama (prolonged labour) partus tak maju
(obstructed labour)Persalinan berkepanjangan dimana kontraksi
dengan kualitas rendah, pembukaan yang tidak berkembang, bayi yang
tidak turun meskipun sudah dilakukan usaha untuk mengistirahatkan
rahim atau merangsang kontraksi lebih kuat.6. Faktor hambatan jalan
lahirGangguan jalan lahir terjadi adanya tumor atau myoma. Keadaan
ini menyebabkan persalinan terhambat atau tidak maju adalah
distosia.Adanya luka herpes pada atau di dekat vagina pada saat
persalinan juga merupakan indikasi untuk melahirkan sesar karena
bayi akan tertular infeksi jika dilahirkan melewati jalan lahir.
Seorang ibu yang positif HIV akan dapat mengurangi risiko penularan
virus ke bayinya jika ia menjalani melahirkan sesar yang sudah
direncanakan7. Ketuban pecah diniBerdasarkan penelitian yang
dilakukan sekitar 60-70% bayi yang mengalami ketuban pecah dini
akan lahir sendiri 224 jam. Apabila bayi tidak lahir lewat waktu,
barulah dokter akan melakukan tindakan operasi seksio sesarea
D. KLASIFIKASI SEKSIO SESAREA Ada beberapa jenis seksio sesarea
yaitu seksio sesarea klasik atau corporal yaitu insisi pada segmen
atas uterus atau korpus uteri. Pembedahan ini dilakukan bila segmen
bawah rahim tidak dapat dicapai dengan aman, bayi besar dengan
kelainan letak terutama jika selaput ketuban sudah pecah (Manuaba,
1999). Seksio sesarea ismika atau profundal (low servical dengan
insisi pada segmen bawah rahim) merupakan suatu pembedahan dengan
melakukan insisi pada segmen bawah uterus (Prawiroharjo, 2008).
Hampir 99 % dari seluruh kasus seksio sesarea memilih teknik ini
karena memiliki beberapa keunggulan seperti kesembuhan lebih baik
dan tidak banyak menimbulkan perlekatan.Seksio sesarea yang
disertai histerektomi yaitu pengangkatan uterus setelah seksio
sesarea karena atoni uteri yang tidak dapat diatasi dengan tindakan
lain, pada miom atau sus yang besar dan atau banyak atau pada
ruptur uteri yang tidak dapat diatasi dengan jahitan (Manuaba,
1999). Seksio sesarea vaginal yaitu pembedahan melalui dinding
vagina anterior kedalam rongga uterus (Manuaba, 1999). Seksio
sesarea ekstraperitoneal yaitu seksio yang dilakukan tanpa insisi
peritoneum dengan mendorong lipatan peritoneum keatas dan kandung
kemih kebawah atau kegaris tengah kemudian uterus dibuka dengan
insisi di segmen bawah (Manuaba, 1999).
E. MACAM-MACAM SEKSIO SECARIA:1. Klasik / Corporal:
insisimemanjangpadadinding anterior rahim2.
TransperitonealProfunda: insisipada SBR (yang paling sering)3.
Extraperitoneal: cavumperitoneitidakdibuka4. Caesarian
histerektomi: SC diikutidenganhisterektomisupravaginalIndikasi : -
Perdarahanhebatkarenaatonia uteri Placenta increta, percreta
Infeksi intrauterine yang berat
F. KOMPLIKASI SEKSIO SESAREAKelahiran sesarea bukan tanpa
komplikasi, baik bagi ibu maupun janinnya. Morbiditas pada seksio
sesarea lebih besar jika dibandingkan dengan persalinan pervaginam.
Ancaman utama bagi wanita yang menjalani seksio sesarea berasal
dari tindakan anastesi, keadaan sepsis yang berat, serangan trombo
emboli dan perlukaan pada traktus urinarius, infeksi pada luka
Demam puerperalis didefenisikan sebagai peningkatan suhu mencapai
38,5oC. Demam pasca bedah hanya merupakan sebuah gejala bukan
sebuah diagnosis yang menandakan adanya suatu komplikasi serius.
Morbiditas febris merupakan komplikasi yang paling sering terjadi
pasca pembedahan seksio seksarea.Perdarahan masa nifas post seksio
sesarea didefenisikan sebagai kehilangan darah lebih dari 1000 ml.
Dalam hal ini perdarahan terjadi akibat kegagalan mencapai
homeostatis di tempat insisi uterus maupun pada placental bed
akibat atoni uteri. Komplikasi pada bayi dapat menyebabkan
hipoksia, depresi pernapasan, sindrom gawat pernapasan dan trauma
persalinan.Menurut Mochtar (1998), komplikasi seksio sesarea
sebagai berikut :1. Infeksi peurperal (nifas). Kenaikan suhu
beberapa hari merupakan infeksi ringan, kenaikan suhu yang disertai
dehidrasi serta perut kembung termasuk infeksi sedang. Sedangkan
peritonitis, sepsis serta ileus paralitik merupakan infeksi berat2.
Perdarahan dapat disebabkan karena pembuluh darah banyak yang
terputus atau dapat juga karena atonia uteri3. Luka kandung kemih,
emboli paru dan terluka kandung kemih bila repertonial terlalu
tinggi4. Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan
mendatang
G .PROGNOSISDulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan
janin tinggi. Pada masa sekarang, oleh karena kemajuan yang pesat
dalam teknik operasi, anestesi, penyediaan cairan dan darah,
indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun.Angka kematian
ibu pada rumah sakit - rumah sakit dengan fasilitas operasi yang
baik dan oleh tenaga-tenaga yang cekatan adalah kurang dari dua per
1000.Nasib janin yang ditolong secara seksio sesarea sangat
tergantung dari keadaan janin sebelum dilakukan operasi. Menurut
data dari negara-negara dengan pengawasan antenatal yang baik dan
fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal sekitar
4-7%.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kehamilan resiko tinggi. Available at:
http://medicastore.com/penyakit/569/Kehamilan_Risiko_Tinggi.html .
Accessed on: May,20, 2012.2. The American College of Obstetricians
and Gynecologists. Available at : http//
www.acog.org-publications-patient_education-bp038.html. Accessed
on: May, 20, 2012.3. Cunningham FG, Leveno, KJ, Bloom SL, Hauth JC,
Gilstrap LC, Wenstrom KD. Williams Obstetrics.22nd ed. McGraw Hill;
p 587606.4. Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo J. Perdarahan pada
Hamil Muda. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: 2002; Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.5. Mochtar R. Sinopsis Obstetri. 2nd ed. Jakarta :
1997;Penerbit Buku Kedokteran EGC. 6. Arjoso, S. Rencana Strategis
BKKBN .2005. BKKBN.7. Kependudukan KB dan KIA. Bandung; 1999. Balai
Litbang:NRC-POGI. 8. Buku Acuan Nasional Pelayanan Keluarga
Berencana. Makalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia.
Available at: www.bkkbn.go.id. Accessed on: May,21,2012.
LAMPIRAN
8