i Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir untuk pekerjaan Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga. Laporan Akhir ini merupakan hasil dari analisis terhadap identifikasi dan pengumpulan data terkait potensi, unggulan, andalan suatu produk dari pekerjaan Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga. Laporan ini berisi antara lain: Pendahuluan, Telaah Pustaka, Gambaran Umum, Metode Pekerjaan, Analisis & Pembahasan, serta Kesimpulan & Rekomendasi. Laporan Akhir ini diharapkan menjadi acuan dalam perumusan kebijakan Kota Salatiga untuk mengembangkan produk yang memiliki potensi, unggulan, dan andalan dalam mendorong peningktan ekonomi. Terima kasih kami ucapkan pada semua pihak yang telah membantu memberikan data, dan informasi dalam penyusunan kegiatan ini. Salatiga, November 2020 Tim Penyusun Kata Pengantar
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan Laporan Akhir untuk pekerjaan Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan
Daerah Kota Salatiga.
Laporan Akhir ini merupakan hasil dari analisis terhadap identifikasi dan pengumpulan data
terkait potensi, unggulan, andalan suatu produk dari pekerjaan Penyusunan Kajian Pengembangan
Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga. Laporan ini berisi antara lain: Pendahuluan, Telaah Pustaka,
Gambaran Umum, Metode Pekerjaan, Analisis & Pembahasan, serta Kesimpulan & Rekomendasi.
Laporan Akhir ini diharapkan menjadi acuan dalam perumusan kebijakan Kota Salatiga untuk
mengembangkan produk yang memiliki potensi, unggulan, dan andalan dalam mendorong
peningktan ekonomi.
Terima kasih kami ucapkan pada semua pihak yang telah membantu memberikan data, dan
informasi dalam penyusunan kegiatan ini.
Salatiga, November 2020
Tim Penyusun
Kata Pengantar
ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. viii
DAFTAR PETA .................................................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................ I-1
1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran .......................................................................................... I-2
1.2.1 Maksud dan Tujuan ............................................................................................. I-2
jasa kesehatan & kegiatan social 7,60 %, dan sktor lainnya sebesar 6,38%).
3-6 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Tabel 3.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Salatiga Tahun 2010-2019
Sumber: BPS Kota Salatiga, berbagai tahun terbitan (diolah). Ket: Tahun Dasar 2010
3-7 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Tabel 3.2 PDRB Kota Salatiga Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2018 (ADHK; Persen)
Sumber: BPS Kota Salatiga, 2019 Ket:Tahun Dasar 2010
3-8 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Tabel 3.3. PDRB Kota Salatiga Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2019 (ADHK)
Lanjutan Sumber: BPS Kota Salatiga dan BPS Provinsi Jawa Tengah, berbagai tahun terbitan (diolah); Ket: * angka sementara; **: angka sangat sementara; Tahun Dasar 2010
3-9 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Mengacu pada hasil Listing BPS Kota Salatiga (2017), jumlah usaha di Kota
Salatiga tercatat sebanyak 25.612 unit. Perkembangan jumlah penduduk dan
tumbuhnya usaha modern seperti bisnis online turut memberikan andil
meningkatnya aktivitas ekonomi di Kota Salatiga beberapa tahun terakhir,
khususnya pada sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor (sektor G) dan sektor Transportasi dan Pergudangan (sektor H) yang memiliki
jumlah usaha masing-masing 10.548 unit dan 5.441 unit.
Menurut Badan Pusat Statistik Kota Salatiga (2019), distribusi persentase PDRB
ADHB dengan sumbangan terbesar adalah sektor Industri Pengolahan mencapai
31,15% pada tahun 2019. Disusul oleh sektor Kontruksi dan sektor Perdagangan
Besar dan Eceran dengan nilai masing-masing 14,45% dan 13,19%. Ketiganya
mempunyai nilai share PDRB yang besar sehingga diharapkan mampu menciptakan
nilai tambah yang tinggi dan menyerap tenaga kerja.
3.2.2. Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi Kota Salatiga ditopang oleh 4 (empat) lapangan usaha yaitu:
Industri Pengolahan (C), Konstruksi (F), Perdagangan (G), dan Penyediaan
Akomodasi (I) dengan kontribusi pada tahun 2019 berturut-turut adalah 31,15%,
14,45%, 13,19%, dan 7,52%. Sementara dari sisi pengeluaran, kontribusi terbesar
dalam perekonomian Kota Salatiga didominasi oleh Pengeluaran Konsumsi Rumah
Tangga (PK-RT) dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).
Berdasarkan kategorinya, terlihat bahwa perekonomian Kota Salatiga semakin
menuju ke arah Sektor Tersier (perdagangan dan jasa) dibandingkan Sektor
Sekunder (industri dan konstruksi). Beberapa hal yang mendasarinya antara lain:
1. Kontribusi Sektor Primer,yaitu Pertanian dan Pertambangan secara konsisten
menunjukkan trend menurun dari 5,64% pada tahun 2010 menjadi 5,01% pada
tahun 2019. Rata-rata pertumbuhan sektor ini selama tahun 2010-2019 sebesar
2,97%. Laju pertumbuhan dari sektor primer ini cenderung fluktuatif dan
mengalami peningkatan di tahun 2019 menjadi 4,54%, meskipun demikian nilai
pertumbuhan sektor primer ini secara konsisten selalu di bawah rata-rata
pertumbuhan ekonomi daerah Kota Salatiga.
3-10 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
2. Kontribusi Sektor Sekunder (Industri, Pengadaan Listrik, Gas dan Air, dan
Konstruksi) mengalami peningkatan dari 42,44% pada tahun 2010 menjadi
45,59% pada tahun 2019. Namun, jika dilihat dari aspek growth, terlihat bahwa
sektor ini mengalami pelambatan dimulai tahun 2014. Semua sektor
mengalami penurunan kecuali Sektor Pengadaan Air. Penurunan dan kenaikan
tajam dialami oleh Sektor Pengadaan Listrik dan Gas yang sebelumnya memiliki
nilai pertumbuhan sebesar 6,04% pada tahun 2014 merosot hingga -0,11%
pada tahun 2015 kemudian kembali mengalami peningkatan menjadi 6,37% di
tahun 2016. Jika dilihat secara keseluruhan, stabilnya pertumbuhan Sektor
Sekunder banyak ditopang oleh sektor konstruksi yang menunjukkan tren
peningkatan dan tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi daerah,
khususnya pada tahun 2016 dan 2018 yaitu sebesar 7,09% dan 6,14%. Jika
dikaitkan dengan pertumbuhan usaha/perusahaan, maka perkembangan sektor
konstruksi ini diindikasikan menopang aktivitas perdagangan, pariwisata, dan
jasa (sektor tersier). Rata-rata pertumbuhan tertinggi di Sektor Sekunder masih
dipegang oleh sektor industri pengolahan sebesar 6,30%. Selama periode 2010-
2019 laju pertumbuhan mengalami nilai fluktuatif, sempat mengalami
peningkatan tertinggi pada tahun 2013 sebesar 8,06% dan tahun 2017 sebesar
5,11% meskipun kemudian mengalami penurunan kembali pada tahun 2018
menjadi 4,34%. Adapun rata-rata pertumbuhan Sektor Sekunder selama
periode 2010-2019 adalah sebesar 5,90%.
3. Kontribusi Sektor Tersier (perdagangan, pariwisata, dan jasa) mengalami
penurunan dari 51,92% pada tahun 2010 menjadi 49,74% pada tahun 2019.
Rata-rata kontribusi Sektor Tersier selama tahun 2010-2019 adalah 49,95%
dengan rata-rata pertumbuhan 5,81%. Namun, jika dilihat dari aspek growth,
terlihat bahwa Sektor Tersier menunjukkan trend meningkat selama periode
tahun 2013-2019, adapun laju pertumbuhan Sektor Tersier pada tahun 2019
mencapai 6,58%. Hal ini menjadikan nilai pertumbuhan Sektor Tersier secara
konsisten selalu diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi daerah Kota Salatiga
sejak tahun 2015.
3-11 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Tabel 3.4. PDRB Kota Salatiga Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2019 (ADHB; Juta Rupiah)
Sumber: BPS Kota Salatiga, 2019 Ket: * 2017: angka sementara; **2018: angka sangat sementara; Tahun Dasar 2010
3-12 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Tabel 3.5. Kontribusi Lapangan Usaha pada PDRB Kota SalatigaTahun 2010-2019 (ADHB; Persen)
Sumber: BPS Kota Salatiga, 2019 Ket: * 2017: angka sementara; **2018: angka sangat sementara; Tahun Dasar 201
3-13 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
3.3. Kondisi Keternagakerjaan
Menurut BPS Kota Salatiga (2019), jumlah penduduk di Kota Salatiga pada
tahun 2019 adalah 195.010 jiwa dengan laju pertumbuhan 1,80%. Kepadatan
penduduk Kota Salatiga terus mengalami peningkatan dan pada tahun 2019
mencapai 3.434 Jiwa/km2. Berdasarkan kelompok umur, jumlah penduduk usia
produktif (15-64 th) jauh lebih besar dibandingkan penduduk usia non produktif
dengan Dependency Ratio sebesar 40,49 pada tahun 2019. Artinya, setiap 100
penduduk produktif menanggung sekitar 40 hingga 41 penduduk usia tidak
produktif. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa Kota Salatiga sudah dalam periode
menikmati bonus demografi dengan persentase penduduk usia produktif mencapai
70,84%. Besarnya persentase penduduk usia produktif ini bisa menjadi pemacu
pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran jika mereka mendapatkan lapangan
pekerjaan, namun hal sebaliknya akan terjadi pengangguran dan permasalahan
kemasyarakatan lainnya.Kondisi ini harus segera diantisipasi karena terdapat
beberapa hal yang dapat dijadikan indikasi bahwa bonus demografi yang dimiliki
Kota Salatiga belum dioptimalkan, khususnya dalalm 4 (empat) tahun terakhir,
antara lain dapat dilihat dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan pertumbuhan
ekonomi.
Tabel 3.6. Kondisi Kependudukan Kota Salatiga Tahun 2015-2019
No. Uraian 2015 2016 2017 2018 2019
1 Penduduk (jiwa) 183.815 186.420 188.928 191.571 195.010
2 Usia 0-14 40.400 40.451 40.486 40.573 40.625
3 Usia 15-64 130.543 132.557 134.455 136.377 138.148
4 Usia 65+ 12.872 13.412 13.987 14.621 15.311
5 Rasio Jenis Kelamin (%) 95,78 95,77 95,78 95,77 98,29
Sumber: PDRB Kota Salatiga dan Kota Salatiga Dalam Angka, berbagai tahun terbitan (diolah) Ket: *: hasil interpolasi karena data tahun 2016 untuk tenaga kerja tidak dirilis/tidak tersedia.
Pada tahun 2019 terjadi kondisi inelastis positif yang mengindikasikan bahwa
masih terjadi pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di Kota Salatiga tersebut pada
tahun 2019 akan tetapi persentase pertumbuhan penyerapan tenaga kerja lebih
kecil dari persentase pertumbuhan ekonominya. Kondisi ini kurang menguntungkan
bagi suatu perekonomian karena hal ini dapat menggambarkan bahwa
pertumbuhan ekonomi belum berperan efektif dalam meningkatkan aktivitas
sektor-sektor usaha sehingga penggunaan tenaga kerja baru atau pembukaan
lapangan kerja baru relatif masih sedikit. Pada kondisi ini biasanya angka
pengangguran meningkat/relatif tinggi akibat masih sedikitnya lapangan kerja yang
dibuka sementara jumlah angkatan kerja terus bertambah.
Dengan demikian, diperlukan perhatian lebih dari Pemerintah untuk
mendorong penyerapan tenaga kerja, terutama pada sektor-sektor yang relatif
labour intensive. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2018 sektor yang paling banyak
menyerap tenaga kerja Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel
(29.603 orang atau 28,47%), diikuti oleh Jasa Kemasyarakatan (27,183 orang atau
26,14%) dan Industri Pengolahan (25.219 atau 24,25%). Sedangkan sektor pertanian
hanya menyerap sekitar4,23 persen. Persentase di sektor pertanian relatif kecil.
Kondisiini terjadi kemungkinandisebabkan karena semakin berkurangnya lahan
pertanian sebagai akibat tingginya permintaan akan perumahan dan/atau
perdagangan dan jasa. Kondisi yang relatif normal karena memang karakteristik
Kota Salatiga adalah sebagai Kawasan Perkotaan.
3-18 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Tabel 3.9. Tenaga Kerja Berdasarkan Lapangan Kerja Utama di Kota Salatiga
Tahun 2015-2018
Tahun Unit Lapangan Pekerjaan Utama
Jumlah 1 2 3 4 5
2015 Orang 3.498 15.765 24.272 22.363 18.482 84.380
% 4,15 18,68 28,77 26,50 21,90 100,00
2017 Orang 4.924 22.917 29.167 27.524 16.302 100.834
% 4,88 22,73 28,93 27,30 16,17 100,00
2018 Orang 4.400 25.219 29.603 27.183 17.577 103.982
% 4,23 24,25 28,47 26,14 16,90 100,00
Sumber: Profil Tenaga Kerja Kota Salatiga, berbagai tahun terbitan (diolah) Ket: 1. Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan; 2. Industri Pengolahan; 3. Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel; 4. Jasa Kemasyarakatan; 5.Lainnya
Selain sektoral, upaya peningkatan penyerapan tenaga kerja juga perlu melihat
tingkat pendidikan tenaga kerja yang tersedia. Dalam kondisi normal, produktivitas
tenaga kerja dipengaruhi oleh keahlian yang salah satunya dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan yang dimiliki. Semakin tinggi tingkat pendidikan diasumsikan akan
meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Berdasarkan data BPS,terlihat bahwa tenaga kerja di Kota Salatiga didominasi
oleh tenaga kerja berpendidikan SLTA/SMK. Pada tahun 2019, jumlah tenaga kerja
dengan pendidikan SLTA/SMK mencapai 37.833 orang atau 38,69%. Kondisi ini
menunjukkan bahwa pekerja dengan pendidikan SLTA/SMK ke atas lebih
berpeluang untuk masuk kesektor industri, perdagangan dan jasa.
Tabel 3.10. Tenaga Kerja Berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
di Kota Salatiga Tahun 2015-2019
Tahun Unit Pendidikan
Jumlah SD SLTP SLTA/SMK D-I, D-II, D-III PT
2015 Orang 19.837 13.335 31.377 5.694 14.137 84.380
% 23,51 15,8 37,19 6,75 16,75 100
2017 Orang 18.262 18.975 38.646 4.553 20.398 100.834
% 18,11 18,82 38,33 4,52 20,23 100
2018 Orang 18.331 17.738 43.861 5.051 19.001 103.982
3-19 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Tahun Unit Pendidikan
Jumlah SD SLTP SLTA/SMK D-I, D-II, D-III PT
% 17,63 17,06 42,18 4,86 18,27 100
2019 Orang 22.904 16.328 37.833
20.717 97.782
% 23,42 16,70 38,69 - 21,19 100,00
Sumber: Profil Tenaga Kerja Kota Salatiga, berbagai tahun terbitan (diolah)
Jika kondisi ketersediaan tenaga kerja dari sisi sektoral dan pendidikan tersebut
dikaitkan dengan jenis status usahanya, maka akan terlihat bahwa meskipun sektor
formal masih memegang peranan utama pada penyerapan tenaga kerja, namun
pertumbuhan tenaga kerja yang bekerja di sektor informal semakin meningkat.
Pada tahun 2019, persentase tenaga kerja sektor formal adalah sebesar 60,49%
menurun jika dibandingkan kondisi pada tahun 2017 yang mampu menyerap sekitar
61,84% tenaga kerja di Kota Salatiga. Sementara itu, tenaga kerja sektor informal
mengalami kenaikan dari 38,16% di tahun 2017 menjadi 39,51% di tahun 2018.
Jika dilihat dari sektoralnya, sektor informal ini didominasi oleh sektor
perdagangan yang menyerap 29,60 ribu penduduk Salatiga usia 15 tahun keatas
diikuti oleh sektor jasa laininya yang menyerap 17,58 ribu penduduk Salatiga usia 15
tahun keatas (BPS Kota Salatiga, 2019). Ini menjadi salah satu hal yang perlu
dicermati karena sangat mungkin pekerjaan informal pada kedua sektor ini berkait
erat dengan kencenderungan semakin meningkatnya jumlah PKL (Pedagang Kaki
Lima) di Kota Salatiga. Dengan demikian, potensi PKL dalam penciptaan lapangan
kerja harus mampu dikelola dengan baik karena tidak saja mampu menyerap tenaga
kerja, namun juga mampu menggerakkan perekonomian daerah.
3.4. Investasi
Investasi memegang peranan penting karena investasi adalah langkah awal
kegiatan produksi dan menjadi faktor untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Dalam konteks Kota Salatiga, selama tahun 2010-2019, investasi (berupa PMTB)
berkontribusi signifikan dalam PDRB dengan share rata-rata sebesar 45,32% dan
rata-rata pertumbuhan 6,15%.
3-20 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Tabel 3.11. Kontribusi dan Pertumbuhan PMTB (PDRB ADHK 2010)
4-1 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
4.1. Kerangka Pikir Pekerjaan
Pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Kajian Produk Unggulan Daerah Kota
Salatiga mengacu pada KAK yang didasarkan adanya rencana pengembangan
produk unggulan (PUD) Kota Salatiga yang disusun berdasarkan keragaman potensi
sektor ekonomi dan produk pada masing-masing Kecamatan dalam wilayah Kota
Salatiga.
Pengembangan PUD Kota Salatiga yang disusun diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran pemerintah dan masyarakat terhadap produk-produk
yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai PUD. Maksud kegiatan ini
adalah agar tersusunnya Kajian Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga sebagai
acuan untuk menyusun Kebijakan -kebijakan yang mendukung pertumbuhan
ekonomi daerah. Sementara keragka pikir dari kegiatan ini antara lain:
1. Survei data sekuder dan data primer terkait dengan maksud da tujuan kegiatan.
2. Identifikasi produk-produk sektor ekonomi Kota Salatiga.
3. Penentuan produk unggulan daerah (PUD) Kota Salatiga.
4. Penyusunan rencana pengembangan produk unggulan daerah Kota Salatiga
Dimana kerangka pelaksanaan pekerjaan dapat dilihat pada diagram berikut ini:
Bab IV METODE PEKERJAAN
4-2 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Gambar 4.1. Kerangka Pikir Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan Kajian Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
KAK
Diskusi Draft Lap. Pendahuluan
Studi literatur dan kebijakan terkait
Dokumen pendukung lain
Metode pendekatan
Identifikasi produk-produk sektor ekonomi dan produk unggulan
daerah di Kota Salatiga
LAPORAN PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR
Survey Primer dan Sekunder
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA Penetapan Produk Unggulan Daerah Kota
Salatiga
KOMPILASI DATA Data kebijakan pembangunan
Data kondisi sosial ekonomi
Data sumberdaya alam
Data sumberdaya manusia
Data PDRB Kota dan Provinsi
Data penggunaan lahan
Datapembiayaan
pembangunan
PROSES ANALISIS
Analisis Potensi ekonomi makro dan
sektor unggulan.
LQ
Growth& Share
Analisis Potensi UAP (Unggulan,
Andalan, Potensial) Daerah
Analisis Daya Dukung
Analisis Prasarana dan Sarana
Kearifan Lokal
Sumberdaya Manusia
Sumber Pembiayaan
Analisis SWOT Kekuatan-Kelemahan,
Peluang-Ancaman Potensi Daerah
Diskusi Draft Lap. Akhir
Dokumen Kajian Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga Tahun 2020
LAPORAN AKHIR
4-3 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
4.2. Metode Pengumpulan Data
4.2.1. Survey Primer
a. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden, dimana
jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam (Hasan, 2002).
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dari
pihak-pihak yang berkompeten dan terkait dengan pengembangan produk
unggulan daerah.
b. Observasi Langsung
Observasi adalah pemilihan, pengubahan, pencatatan dan pengkodean
serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme
sesuai dengan tujuan empiris (Hasan, 2002). Pengumpulan data dilapangan
yaitu dengan melihat secara langsung situasi dan kondisi eksisting lokasi
studi.
c. Foto Mapping dan Dokumentasi
Foto mapping dan dokumentasi merupakan salah satu penunjang dalam
rangka perekaman secara realistis kondisi lapangan, sebagai bukti maupun
sumber data analisa.
Untuk memvalidasi data yang bersifat kualitatif, dilakukan melalui triangulasi
data. Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multi metode yang
dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya
adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga
diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang.
Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda akan
memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang handal. Karena itu, triangulasi
ialah usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari
berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin
perbedaan yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data.
4-4 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
4.2.2. Survey Sekunder
Survei sekunder merupakan survei yang dilakukan untuk mendapatkan data
sekunder berupa dokumen atau buku yang berhubungan dengan studi
pengembangan produk unggulan daerah. Dilakukan dengan cara mempelajari
literatur-literatur, karya ilmiah, buku wajib maupun anjuran, laporan-laporan serta
bahan pustaka lainnya yang berhubungan dengan karakteristik wilayah studi, agar
diperoleh dasar teoritis dalam pembahasan dan analisisnya, sehingga dapat
dilakukan pembahasan dengan membandingkan antara teori, kebijakan, dan kondisi
eksisting yang ada.
Survey literatur merupakan dokumentasi dari tinjauan menyeluruh terhadap
publikasi dan nonpublikasi dari sumber sekunder dalam bidang minat khusus bagi
peneliti.Meninjau literatur yang berkaitan dengan bidang topic pada saat ini
membantu peneliti untuk memfokuskan wawancara berikutnya secara lebih baik
pada aspek-aspek tertentu yang ditemukan penting dalam publikasi studi lain,
bahkan jika hal tersebut belum mengemuka selama tanya-jawab pendahuluan.
Survei literatur memastikan bahwa:
1. Variabel penting yang kemungkinan besar mempengaruhi situasi masalah tidak
terlewatkan dalam studi.
2. Gagasan yang lebih jelas akan muncul. Dengan demikian, survei literatur
membantu penyusunan kerangka teoritis dan hipotesis untuk pengujian.
3. Pertanyaan masalah dapat dibuat dengan tepat dan jelas.
4. Sifat dapat diuji dan dapat ditiru dari temuan penelitian saat ini meningkat.
5. Peneliti tidak mengalami risiko menemukan kembali sesuatu dengan susah
payah yang itu sudah diketahui.
Langkah pertama dalam proses ini meliputi mengidentifikasikan berbagai
bahan publikasi dan nonpublikasi yang tersedia mengenai pokok persoalan, dan
memperoleh akses ke hal tersebut. Langkah kedua adalah pengumpulan informasi
relevan, entah melalui pencarian bahan yang diperlukan diperpustakaan atau
pencarian akses ke sumber online.
4-5 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Sebelumnya seseorang harus secara manual mencari menelusuri beberapa
indeks bibliografi yang disusun secara periodic, mendaftar jurnal, buku, dan sumber
lain dimana sumber karya yang berkaitan dengan persoalan yang diteliti dapat
ditemukan. Tetapi dengan adanya teknologi, mencari sumber dimana topic
persoalan telah dipublikasikan menjadi mudah.
Basis data yang dapat digunakan ketika meninjau litelatur:
1. Basis data bibliografi, yang hanya menampilkan kutipan bibliografi.
2. Basis data abstrak, yang sebagai tambahan memuat abstrak atau ikhtisar
artikel.
3. Basis data teks-lengkap, yang menyediakan lengkap artikel.
Mengakses sistem online dan memperoleh cetakan semua karya publikasi yang
diminati dari sebuah indeks bibliografi akan memberikan bibliorgrafi komprehensif
mengenai subyek yang akan membentuk dasar untuk langkah selanjutnya.
Pandangan sekilas pada judul artikel atau buku akan menunjukkan mana dari semua
itu yang mungkin berhubungan dari mana yang hanya merupakan permukaan dari
studi yang diteliti. Hal tersebut akan member gagasan mengenai artikel yang perlu
ditelaah lebih dalam, sehingga teks lengkapnya pun kemudian bisa dicetak. Rincian
mengenai masalah yang diteliti, rincian desain studi, dan temuan akhir dapat dicatat
secara sistematis dalam sejumlah format yang sesuai, hal ini dapat mempermudah
penulisan tinjauan literature dengan gangguan minimum dan efisiensi maksimum.
Kemungkinan adanya faktor tertentu yang juga berkaitan erat dengan masalah yang
diteliti. Semua artikel yang dianggap relevan itu kemudian dapat dicantumkan
sebagai referensi.
4.3. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah :
4.3.1. Analisis Kebijakan
Analisa kebijakan bertujuan untuk melihat kesesuaian secara horizontal dan
vertikal tentang informasi yang berkaitan dalam peraturan pemerintah. Dalam studi
pengembangan produk unggulan daerah, analisa kebijakan digunakan untuk
mengetahui peraturan pemerintah (pusat dan daerah) serta isi didalamnya yang
4-6 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
terkait dengan pengembangan produk unggulan. Informasi yang didapatkan akan
digunakan sebagai dasar dalam penyusunan arahan pengembangan produk
unggulan daerah Kota Salatiga yang berkesesuaian dengan peraturan pemerintah.
Analisis kebijakan dilakukan dengan perbandingan peraturan-peraturan
secarahorizontal (peraturan pemerintah dengan struktur pemerintahan sejajar) dan
perbandigan peraturan-peraturan secara vertikal (peraturan pemerintah dengan
struktur top-down).
4.3.2. Analisis Sektor Unggulan
a. Analisis Location Quotient (LQ)
Menurut Hood (1998), Location Quotient adalah suatu alat pengembangan
ekonomi yang sederhana dan umum digunakan dalam model ekonomi basis.
Teori Location Quotient digunakan sebagai metode dalam menentukan
komoditas unggulan. Seperti metodemetode pada umumnya LQ memiliki
kelebihan dan keunggulan dalam penggunaannya. Kelebihan LQ diantaranya
penerapannya mudah, sederhana dan tidak memerlukan program pengolahan
data yang rumit. Kekurangan dari LQ yaitu karena perhitungan yang sederhana
maka memerlukan data dengan tingkat akurasi tinggi, disamping itu tingkat bias
dan acuan dalam menetapkan wilayah yang dikaji juga cenderung tidak jelas.
Cara perhitungan LQ yaitu:
Keterangan :
Vij = Nilai tambah (PDRB) Produksi di Kota Salatiga
Vj = Nilai tambah (PDRB) di Kota Salatiga
Vin =Nilai tambah (PDRB) Produksi di Provinsi Jawa Tengah
Vn = Nilai tambah (PDRB) di Provinsi Jawa Tengah
LQ >1 : Produksi di Kota Salatiga merupakan produk unggulan dan
berpotensi ekspor
LQ <1 : Produksi di Kota Salatiga bukan merupakanproduk unggulan
LQ =1 : Produksi di Kota Salatigamaupun Provinsi Jawa Tengah
memiliki kesamaan dalam memproduksi produksi
4-7 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Dengan demikian maka dapat diketahui produk yang potensial untuk
dikembangkan di Kota Salatiga dan berfungsi sebagai produk unggulan daerah.
4.3.3. Analisis Growth-Share
Analisis growth-share terdiri dari dua bagian yaitu analisis growth yang
digunakan untuk mendapatkan pertumbuhan setiap produk dan share digunakan
untuk menentukan kontribusi hasil suatu produk terhadap hasil produk lain yang
ada di wilayah dalam jangka waktu satu tahun produksi (Sukirno, 1985:15). Kedua
metode ini digunakan minimal untuk dua tahun masa produksi, dengan formula
sebagai berikut :
Tabel 4.1. Identifikasi Produk Unggulan
Jenis Produk Nilai Growth Nilai Share
Unggulan Positif Positif
Potensi Negatif Positif
Dominan Positif Negatif
Statis Negatif Negatif
Data-data yang mendukung untuk menentukan Growth dan Share berupa data
jumlah produksi, harga satuan, dan nilai produksi.
Rumus: Growth =
Keterangan:
Tn = Jumlah produksi tahun ke-n
Tn-1= Jumlah produksi tahun awal
Dari hasil tersebut (growth 1 dan growth 2) dirata-rata. Hasil dari rata-rata
diatas kemudian dijumlah kebawah sesuai dengan jumlah data dan hasilnya
dijadikan standart bagi rata-rata produksi lain. Tanda positif (+) dinyatakan bahwa
produksi tersebut berpotensi dan tanda negatif dianggapbahwa produksi tersebut
kurang berpotensi. Share membantu mengkarakteristikkan struktur ekonomi
berbagai wilayah.
Rumus :
Keterangan:
NP1 = Nilai produksi produk A di satu kecamatan.
4-8 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
NP2 = Nilai produksi produk A di seluruh wilayah studi.
Dari hasil tersebut, bila share > 1 diberi nilai 3 dan bila share = 1 maka diberi
nilai 2 dan bila share < 1 diberi nilai 1. Untuk menyatakan besaran kontribusi nilai
adalah dengan melihat ketentuan berikut : bila share yang diberi nilai 2 dan diberi
tanda (+) maka dinyatakan kontribusi yang diberikan besar. Bila Share diberi nilai 1
maka diberi tanda (-) maka dinyatakan kontribusi yang diberikan kecil (rendah). Nilai
2 dinyatakan memiliki kontribusi yang besar dengan asumsi bahwa perkembangan
berikutnya akan mengalami peningkatan atau dalam kurun waktu 3 tahun
kontribusi yang diberikan tetap atau dalam artian tidak mengalami peningkatan dan
penurunan. Dari hasil growth share dapat didiagramkan sebagai berikut:
Gambar 4.2. Diagram Growth & Share
Dari hasil diagram di atas menunjukkan bahwa : jika suatu sektor/komoditas
memiliki pertumbuhan yang cukup tinggi (+) dan kontribusi yang diberikan cukup
besar (+) maka disebut sektor unggulan dan sektor ini dijadikan base sektor suatu
wilayah. Jika suatu sektor/komoditas memiliki growth (-) dan share (+) maka disebut
dengan sektor/komoditas potensial, dimana sektor/komoditas tersebut nantinya
mampu dijadikan base sector dalam waktu yang panjang. Jika sektor/komoditas
memiliki growth (+) dan share (-) maka disebut dengan sektor/komoditas dominan
yang nantinya mampu menjadi base sector dengan adanya perlakuan-perlakuan
khusus. Dan jika sektor/komoditas tersebut memiliki growth (-) dan share (-)
4-9 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
makasektor/komoditas ini disebut dengan sektor/komoditas statis dimana nantinya
dapat dijadikan sebagai sektor/komoditas dominan dengan perlakuan khusus dan
upaya diversifikasi komoditas dan sebagainya.
4.3.4. Analisis Potensi Unggulan, Andalan, dan Potensial Daerah Kota Salatiga.
Kriteria yang digunakan dalam penentuan produk unggulan, andalan dan
potensial daerah adalah:
a. Bahan Baku
Bahan baku diberi bobot sebesar 40, untuk pembobotan bahan baku ini
dibagi dalam dua kelompok yaitu asal bahan baku (bobot 20) dan kuantitas
bahan baku (bobot 20).
b. Asal Bahan Baku
Asal bahan baku diberi bobot sebesar 20. Bahan baku berasal dari lokal
(skor 10). Bahan baku yang berasal dari lokal dan daerah lain di sekitar wilayah
Jawa Tengah (skor 5), Bahan baku yang berasal dari lokal dan daerah lain di
wilayah Indonesia/nasional (skor 3). Bahan baku Impor (skor 2).
c. Ketersediaan Bahan Baku
Ketersediaan bahan baku diberi bobot 20. Penentuan skoring bahan baku
berdasarkan jumlah ketersediaanya dibagi dalam 4 (empat) strata/kategori.
1) Tidak ada (skor 0): apabila bahan baku yang digunakan dalam proses
produksi tidak tersedia.
2) Kurang (skor 3): apabila ketersediaan bahan baku tidak mampu (kurang)
mencukupi kebutuhan akan bahan baku tersebut.
3) Cukup (skor 7): apabila jumlah ketersediaan bahan baku sesuai dengan
tingkat permintaan terhadap bahan baku tersebut.
4) Banyak (skor 10): apabila jumlah ketersediaan bahan baku sedikit
melebihi kebutuhan bahan baku tersebut.
d. Aspek Tenaga Kerja
Aspek tenaga kerja yaitu kemampuan unit usaha produksi dari setiap jenis
komoditas daerah untuk mempekerjakan tenaga kerja terutama tenaga kerja
4-10 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
asli daerah (pekerja lokal). Aspek tenaga kerja diberi bobot penilaian sebesar
20. Semakin banyak tenaga kerja yang diserap untuk menghasilkan suatu
produk, skornya akan semakin tinggi pula. Aspek tenaga kerja ini dilihat dari
jumlah kelompok. Penentuan skor ini dilakukan dengan metode interval yang
dibagi dalam 4 strata.
e. Aspek Pemasaran/jangkauan pasar
Yaitu keluasan jumlah dan wilayah pemasaran suatu komoditas. Jangkauan
pasar diberi bobot 20 dan dibagi dalam lima strata yaitu, lokal (skor 1), regional
(skor 2), nasional (skor 3), ekspor (skor 4), ekspor dan lokal (skor 10).
f. Aspek Omset/pemasaran
Dari aspek ini dapat untuk mengetahui potensi dana yang dapat dihasilkan
oleh suatu komoditas. Aspek omset mendapat bobot tertinggi yaitu 20. Aspek
omset dibagi dalam 5 (lima) strata dengan penetapan skoringnya dilakukan
dengan metode interval. Semakin tinggi omset suatu produk, akan mendapat
skor atau nilai tinggi pula, demikian sebaliknya.
Penentuan komoditas unggulan, andalan dan potensian dengan penentuan
skor sebagai berikut:
Unggulan : > 481
Andalan : 281 - 480
Potensial : < 280
4.3.5. Analisis Daya Dukung
Analisis daya dukung prasarana dan sarana dilakukan dengan menilai
ketersediaan dan kelayakan prasarana dan sarana yang mendukung kegiatan
masing-masing sub sektor menggunakan standar penyediaan prasarana dan sarana
(dalam dokumen tata ruang maupun SNI). Dengan mengetahui ketersediaan dan
kelayakan masing-masing sub sektor ekonomi maka dapat direncanakan
peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana sehingga menunjang
produksi komoditi-komoditi unggulan daerah.
a. Kearifal Lokal
4-11 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Salah satu ciri dari PUD adalah memiliki kekhasan Daerah. Analisa ini
dilakukan dengan melihat keterkaitan produk-produk hasil sub sektor ekonomi
dengan kekhasan daerah, baik dari segi bahan baku, cara produksi,
pengemasan, maupun promosi. Nilai kekhasan daerah yang tinggi merupakan
indikasi bahwa produk tersebut dapat dikembangkan sebagai PUD.
b. Sumber Daya Manusia
Analisis daya dukung sumber daya manusia secara umum menitik beratkan
kepada penilaian terhadap kemampuan sumber daya manusia (tingkat
pendidikan formal dan informal, serta pengalaman kerja) dan tingkat
kesejahteraan (pendapatan) masyarakat yang bekerja pada sub sektor
komoditi-komoditi unggulan daerah.
c. Sumber Pembiayaan
Dalam rangka meningkatkan investasi dan perlindungan bagi produksi PUD
maka diperlukan analisa terhadap sumber-sumber pembiayaan yang
menunjang pengembangan PUD. Pembahasan daya dukung pembiayaan terkait
sumber-sumber pembiayaan dari pemerintah, maupun peluang adanya
kerjasama dengan sektor swasta.
4.3.6. Analisis SWOT
Analisis Alat analisis ini digunakan untuk menghasilkan suatu strategi rencana
dengan mempertimbangkan Strenghts, Weakness, Opportunities, Threats (SWOT).
Analisis ini mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
suatu strategi pengembangan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).
Analisis SWOT membandingkan antara faktor ekternal dengan faktor internal
(Rangkuti, 2002), Kemudian dilakukan penilaian (bobot dan rating) faktor eksternal
dan internal yang disajikan pada tabel berikut ini.
4-12 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Tabel 4.2. Matrik Faktor Strategi Eksternal
FAKTOR-FAKTOR STRATEGI EKSTERNAL
BOBOT RATING BOBOT X RATING KOMENTAR
(1) (2) (3) (4=2x3) (5)
PELUANG Uraian yang berisi mengenai peluang-peluang yang terdapat di lokasi studi dan dapat dimanfaatkan sebagai suatu kesempatan dalam pengembangan potensi unggulan di Kota Salatiga.
X Y XY Catatan yang berisi mengenai alasan faktor-faktor tertentu yang dipilih
ANCAMAN Uraian yang berisi mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi upaya-upaya dalam pengembangan potensi unggulan di Kota Salatiga.
X Y XY Catatan yang berisi mengenai alasan faktor-faktor tertentu yang dipilih
∑ 100 100
Keterangan:
Bobot pada masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 3 (sangat penting) sampai dengan 1 (tidak penting). Faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis. Rating pada kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 3 (outstanding) sampa dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor terhadap kondisi lokasi yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +3, tetapi jika peluangnya lebih kecil diberi rating +1). Sedangkan pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya. Misalnya, jika nilai ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1. Sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 3.
Tabel 4.3. Matrik Faktor Strategi Internal
Faktor-Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Komentar
(1) (2) (3) (4=2x3) (5)
KEKUATAN Uraian yang berisi mengenai pengembangan potensi unggulan yang dimiliki oleh lokasi studi yang dapat dikembangan lebih lanjut.
X Y XY Catatan yang berisi mengenai alasan faktor-faktor tertentu yang dipilih
KELEMAHAN Uraian yang berisi mengenai potensi-potensi yang dimiliki oleh lokasi studi yang menimbulkan permasalahan dalam pengembangannya.
Y Y XY Catatan yang berisi mengenai alasan faktor-faktor tertentu yang dipilih
∑ 100 100
Keterangan:
Bobot pada masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 3 (sangat penting) sampai dengan 1 (tidak penting). Faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis. Rating pada kolom 3 untuk masing-masing faktor degan memberikan skala mulai dari 3 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor terhadap kondisi lokasi yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai +1 sampai dengan +3 (sangat baik). Sedangkan variabel yang bersifat negatif, kebalikannya.
4-13 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Contents 4.1. Kerangka Pikir Pekerjaan .......................................................................................................... 1
4.2. Metode Pengumpulan Data ..................................................................................................... 3
4.2.1. Survey Primer ........................................................................................................... 3
7 Kota Semarang 5,12 5,68 5,13 5,25 5,04 4,97 4,85 4,62 4,14 4,98 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, berbagai tahun terbitan (diolah)
Mengacu pada aspek pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan, maka posisi
relatif Kota Salatiga secara rata-rata selama tahun 2011-2019, berada pada daerah dengan
kategori pro growth, pro poor sebagaimana terlihat pada Gambar dibawah ini.
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, berbagai tahun terbitan (diolah)
Gambar 5.4.
Tipologi Kabupaten/Kota di Kawasan Kedungsepur Berdasarkan Pertumbuhan Ekonomi (rata-rata tahun 2011-2019) dan Tingkat Kemiskinan (rata-rata Tahun 2011-
2019)
5-7 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Jika dilihat secara time series, maka posisi relatif Kota Salatiga bergerak secara
konsisten pada kategori pro growth, pro poor. Hal ini menjadi salah satu indikasi bahwa
secara umum, pertumbuhan ekonomi di Kota Salatiga secara konsisten mampu
menurunkan tingkat kemiskinan. Selengkapnya posisi relatif Kota Salatiga berdasarkan
aspek pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan dapat dilihat pada Gambar IV.5.
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, berbagai tahun terbitan (diolah)
Gambar 5.5. Tipologi Kota Salatiga Berdasarkan Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Kemiskinan
Tahun 2011-2019
c. Tipologi Berdasarkan Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pengangguran
Terbuka
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Salatiga selama tahun 2011-2019
memperlihatkan trend menurun. Selama tahun 2011-2019 rata-rata TPT Kota Salatiga
merupakan yang tertinggi kedua di Kawasan Kedungsepur, setelah Kota Semarang, sebesar
6,43%. Meski demikian, terjadi penurunan TPT di Kota Salatiga secara signifikan mulai
tahun 2013.
5-8 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Tabel 5.4. TPT Provinsi Jawa Tengah dan Kawasan Kedungsepur
7 Kota Semarang 8,98 7,65 6,01 6,02 7,76 5,77 6,61 5,29 6,76
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, berbagai tahun terbitan (diolah); data 2017 tidak dirilis
Mengacu pada aspek pertumbuhan ekonomi dan TPT, maka posisi relatif Kota Salatiga
secara rata-rata selama tahun 2011-2019 berada pada daerah dengan kategori pro growth,
less pro job. Jika dilihat secara time series, maka posisi relatif Kota Salatiga secara fluktuatif
bergerak di antara daerah dengan kategori pro growth, less pro job dan pro growth, pro job.
Hal ini menjadi salah satu indikasi bahwa secara relatif terhadap Provinsi Jawa Tengah,
pertumbuhan ekonomi di Kota Salatiga masih cukup efektif dalam meningkatkan aktivitas
sektor-sektor usaha sehingga mampu membuka lapangan kerja baru meskipun belum
mencapai kapasitasnya. Selengkapnya posisi relatif Kota Salatiga berdasarkan aspek
pertumbuhan ekonomi dan TPT dapat dilihat pada Gambar 5.6. dan 5.7.
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, berbagai tahun terbitan (diolah)
Gambar 5.6. Tipologi Kabupaten/Kota di Kawasan Kedungsepur Berdasarkan Pertumbuhan
Ekonomi (rata-rata tahun 2011-2019) dan TPT (rata-rata Tahun 2011-2019)
5-9 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, berbagai tahun terbitan (diolah)
Gambar 5.7. Tipologi Kota Salatiga Berdasarkan Pertumbuhan Ekonomi dan TPT Tahun 2011-2019
5.2.2. Analisis Sektor Unggulan
Analisis ini bertujuan untuk memberikan gambaran awal tentang
sektor/lapangan usaha yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah.
Sektor/lapangan usaha menjadi basis karena sektor/lapangan usaha tersebut
mampu menambah arus pendapatan ke wilayah tersebut. Sektor/lapangan usaha
ini pada akhirnya menggerakkan aktivitas perekonomian karena ada efek
pengganda dari pembelanjaan kembali pendapatan yang diperoleh melalui
penyediaan barang dan jasa yang dihasilkan oleh wilayah dan dipasarkan ke luar
wilayah (Muta’ali, 2015:87-88).
Sementara itu, sektor unggulan adalah sektor yang diharapkan mampu
meningkatkan pertumbuhan suatu wilayah. Secara teknik, sektor basis diasumsikan
sebagai sektor unggulan dengan kriteria yang berbeda-beda di masing-masing
5-10 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
wilayah, tergantung seberapa besar perannya dalam pembangunan wilayah
(Tarigan, 2005 dalam Muta’ali: 89), meliputi:
1. Sektor unggulan karena memiliki laju pertumbuhan yang relatif tinggi.
2. Sektor unggulan karena memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif
besar.
3. Sektor unggulan karena memiliki keterkaitan antarsektor yang relatif tinggi,
baik ke depan maupun ke belakang.
4. Sektor unggulan karena mampu menciptakan nilai tambah yang relatif tinggi.
Dalam studi ini, dasar penentuan sektor basis dan/atau unggulan adalah PDRB
ADHK Tahun 2010 pada level sektor/lapangan usaha. Dengan demikian, hasil
analisis sektor yang terpilih adalah bersifat indikatif karena tidak sepenuhnya
menggambarkan kinerja keseluruhan dari subsektor yang ada masing-masing
sektor.
Analisis Symmetric Location Quotient(SymLQ)secara prinsip sama dengan
Location Quotient (LQ), yaitu untuk menganalisis sektor unggulan dari suatu wilayah
yang dapat dikembangkan. Analisis SymLQ ini digunakan karena penggunaan
metode LQ selama ini menghasilkan nilai indeks yang tidak simetris, jika dilakukan
analisis lebih lanjut maka cenderung tidak memenuhi uji normalitas. SymLQ
merupakan modifikasi sederhana dari rumus Location Quotient (LQ) dengan
membuat indeks LQ simetrik di sekitar angka nol berdasarkan rumus Revealed
Symmetric Compoarative Advantage (RSCA) yang dikembangkan oleh Dalum dkk.
pada tahun 1998. SymLQ akan lebih memudahkan dalam melakukan mapping
sektor-sektor yang mempunyai keunggulan komparatif karena dibuat dalam skala -1
s.d. 1 (-1≤SymLQij≤1), sehingga simetris. Jika nilai SymLQ >0 (positif), maka sektor
tersebut merupakan sektor basis/mempunyai keunggulan komparatif, demikian
sebaliknya jika sektor tersebut <0. Rumus SymLQ adalah sebagai berikut (Widodo
dan Taufiqurahman, 2011):
5-11 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
dimana:
LQij : LQ kabupaten i untuk sektor j; SymLQij : SymLQ kabupaten i untuk sektor j; GDRPij : nilai PDRB kabupaten i untuk sektor j; GDRPin : nilai PDRB kabupaten i; GDRPrj : nilai PDRB provinsi r untuk sektor j; GDRPin : nilai PDRB provinsi i
5-12 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Tabel 5.5. Hasil Penghitungan Symmetric Location Quotient (SymLQ) PDRB ADHK Kota Salatiga dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2019
15 P. Jasa Pendidikan 10.428.957 14.482.855 -3.813.323 21.098.488 10.669.531
16 Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
3.715.619 3.557.356 -397.578 6.875.398 3.159.779
17 R.S.T.U. Jasa lainnya 3.212.338 809.999 -364.667 3.657.670 445.332
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun Tahun 2020
Keterangan: Mij < 0 : laju pertumbuhan sektor i pada wilayah studi berjalan lambat Mij > 0 : laju pertumbuhan sektor i pada wilayah studi berjalan cepat Cij < 0 : sektor i pada wilayah studi mempunyai daya saing rendah dibandingkan dengan wilayah referensi Cij > 0 : sektor i pada wilayah studi mempunyai daya saing tinggi dibandingkan dengan wilayah referensi SNij < 0 : sektor i pada wilayah studi bersifat tidak progresif (tidak ada kemajuan) SNij > 0 : sektor i pada wilayah studi bersifat progresif (ada kemajuan)
Berdasarkan hasil analisis Shift Share diatas terdapat 3 (tiga) komponen yang
perlu diamati, yaitu PS, DS, dan SN:
1. Tinjauan dari segi Komponen Pertumbuhan Proporsional/ Proportional Share
(PS);
Hasil perhitungan menuinjukkan bahwa 11 dari 17 kegiatan/sektor bernominal
positif, artinya sebelas sektor pada PDRB Kota Salatiga ini memiliki laju
pertumbuhan yang berjalan cepat dibandingkan sebelas sektor yang sama di
PDRB Provinsi Jawa Tengah. Nilai Propotional Share (PS) terbesar adalah sektor
informasi dan komunikasi, hal ini sesuai dengan nilai pertumbuhan sektor
tersebut berdasarkan PDRB ADHK Kota Salatiga tahun 2019 yang memiliki
pertumbuhan tertinggi mencapai 11,77%. Enam kegiatan/sektor yang
bernominal negatif (meliputi O, A, C, G, K, E) memiliki laju pertumbuhan yang
lebih lambat dibandingkan pertumbuhan keenam kegiatan/sektor yang sama
di tingkat Provinsi Jawa Tengah.
: sektor dengan laju pertumbuhan pesat dibandingkan dengan sektor yang sama di Jawa Tengah
: sektor dengan daya saing tinggi dibandingkan dengan sektor yang sama di Jawa Tengah
: sektor progresif (ada kemajuan)
: sektor dengan pertumbuhan pesat, daya saing tinggi, & lebih progresif dibandingkan dengan sektor yang sama di Jawa Tengah
5-17 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
2. Tinjauan dari segi Komponen Pertumbuhan Keunggulan Kompetitif/
Differential Shift (DS);
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa 4 dari 17 kegiatan/sektor bernominal
positif, artinya keempat sektor pada PDRB Kota Salatiga ini memiliki daya
saing lebih tinggi dibandingkan empat sektor yang sama pada PDRB Provinsi
Jawa Tengah. Empat sektor tersebut terdiri dari sektor C, A, H, dan K. Tiga
belas sektor lainnya yang bernominal negatif memiliki daya saing lebih rendah
dibandingkan tiga belas sektor yang sama di tingkat Provinsi Jawa Tengah.
3. Tinjauan dari segi Pergeseran Bersih/ Shift Netto (SN)
Penghitungan pergeseran bersih/ shift netto menunjukkan ada atau tidak
adanya kemajuan dari suatu sektor di Kota Salatiga. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa terdapat 9 (sembilan) sektor yang bersifat progresif
(mengalami kemajuan). Adapun 8 (lima) sektor lainnya yang bernominal
negatif bersifat tidak progresif, dengan arti lain tidak mengalami kemajuan.
Hasil Tipologi Klassen berdasarkan pendekatan kombinasi antara Proportional
Shift (PS) dan Different Shift (DS) dapat dilihat pada gambar berikut :
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun Tahun 2020
Gambar 5.8. Hasil Tipologi Klassen Pendekatan Proportional Shift (PS) dan Different Shift (DS)
Kota Salatiga Periode Tahun 2010-2019
5-18 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Gambar diatas menunjukkan Tipologi Klassen dengan pendekatan PS dan DS
dengan rincian sebagai berikut:
1. TIPE 1: Pertumbuhan Pesat (Fast Growing), ditunjukkan dengan nilai PS
dan DS . Sektor transportasi dan pergudangan (sektor H) menjadi satu-
satunya sektor yang masuk ke dalam Tipe 1. Sektor ini memiliki pertumbuhan
sangat pesat dan berdaya saing tinggi (rapid growth region/ industry or fast
growing). Hal ini sesuai dengan hasil analisis-analisis sebelumnya dimana
perhitungan MRPmenunjukkan sektor H masuk ke dalam Klasifikasi 1 dan
perhitungan analisis overlay menunjukkan sektor H memiliki potensi daya
saing secara kompetitif dan keunggulan komparatif. Sektor transportasi dan
pergudangan di PDRB Kota Salatiga lebih unggul dibandingkan sektor
transportasi dan pergudangan di Provinsi Jawa Tengah;
2. TIPE 2: Cenderung berpotensi (Highly Potential), ditunjukkan dengan nilai PS
dan DS . Adapun sektor yang termasuk ke dalam Tipe 2 adalah sektor
A, C, dan K. Ketiganya memiliki pertumbuhan terhambat namun masih
berpotensi (berdaya saing tinggi);
3. TIPE 3: Berkembang (Developing), ditunjukkan dengan nilai PS dan DS .
Adapun sektor yang termasuk ke dalam Tipe 3 merupakan yang terbanyak,
mencapai 10 (sepuluh)sektor. Sepuluh sektor pada PDRB Kota Salatiga
tersebut memiliki laju pertumbuhan yang pesat namun daya saing masih
rendah;
4. TIPE 4: Terbelakang (Depressed), ditunjukkan dengan nilai PS dan DS .
Adapun sektor yang termasuk ke dalam Tipe 4 adalah sektor E, G, dan O.
Ketiganya di dalam PDRB Kota Salatiga memiliki pertumbuhan yang
terhambat dan daya saing rendah dibandingkan sektor yang sama pada PDRB
Provinsi Jawa Tengah.
b. Penentuan Sektor Unggulan
Hasil penentuan sektor unggulan berdasarkan indeks komposit yang telah
dilakukan diatas kemudian dikombinasikan dengan sektor-sektor yang telah
ditetapkan dalam dokumen perencanaan agar lebih terintegrasi dengan dokumen
5-19 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
perencanaan yang ada. Sesuai dengan Peraturan Menteri ATR No. 1 Tahun 2018,
maka dalam penyusunan RTRW harus dilakukan harmonisasi dengan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), dalam hal ini adalah RPJPD Kota
Salatiga Tahun 2005-2025. Sesuai dengan Perda No. 6 Tahun 2010 tentang RPJPD
Kota Salatiga Tahun 2005-2025, terdapat 4 (empat) sektor andalan selama kurun
waktu 2005-2010 meliputi: sektor (1) Jasa-jasa, (2) Industri Pengolahan, (3)
Perdagangan, Hotel dan Restoran, serta (4) Pengangkutan dan Informasi. Pada saat
itu, sektor jasa memiliki sumbangan terhadap total PDRB tertinggi dibanding sektor
lainnya mencapai 27%, sedangkan industri pengolahan sebagai salah satu sektor
andalan mampu menunjang pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja
Kota Salatiga. Pembangunan sektor industri menjadi prioritas utama pembangunan
ekonomi tanpa mengabaikan pembangunan di sektor lain.
Sedangkan jika mengacu pada Perda No. 4 Tahun 2011 tentang RTRW Kota
Salatiga Tahun 2010-2030, khususnya pada pasal 8 disebutkan bahwa Tujuan
penataan ruang Kota Salatiga adalah mewujudkan Kota Salatiga sebagai pusat
pendidikan dan olahraga di Kawasan Kendal-Ungaran-Semarang-Salatiga-Purwodadi
(Kedungsepur) yang berkelanjutan didukung sektor perdagangan dan jasa yang
berwawasan lingkungan.
Mengacu pada Perda Provinsi Jawa Tengah No. 5 Tahun 2019 tentang RPJMD
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018-2023 disebutkan bahwa Kebijakan Arah
pengembangan WP Kedungsepur adalah “Pengembangan Wilayah Kedungsepur
Berbasis Perdagangan Jasa, dan Industri Pengolahan yang Sinergis Dengan Kegiatan
Pertanian dan Pariwisata Terpadu Berlandaskan Prinsip Pembangunan
Berkelanjutan”. Dari kedua acuan tersebut dapat disimpulkan bahwa sektor
unggulan di Kota Salatiga adalah pendidikan, transportasi, penyediaan akomodasi,
adan perdagangan dan jasa.
Selanjutnya, agar relevan dengan dinamika perkembangan, maka faktor lain
yang dijadikan sebagai kriteria adalah jumlah usaha/perusahaan dari masing-masing
sektor dan serapan tenaga kerjanya. Semakin besar jumlah usaha dan serapan
tenaga kerjanya, maka sektor tersebut semakin diunggulkan karena berperan dalam
5-20 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
menggerakkan aktivitas perekonomian daerah. Mengacu pada data BPS Tahun
2020, berikut adalah jumlah serapan tenaga kerja dari masing-masing sektor:
Tabel 5.7. Jumlah Penduduk Usia 15+ Yang Bekerja di Kota Salatiga Tahun 2018
Sektor Jumlah Persen
Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan
4.400 4,23
Industri Pengolahan 25.219 24,25
Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel
29.603 28,47
Jasa Kemasyarakatan 27.183 26,14
Lainnya 17.577 16,90
Jumlah 103.982 100,00
Sumber: BPS Kota Salatiga, 2019
Dari kriteria tersebut, maka ditetapkan sektor unggulan sebagai berikut:
Tabel 5.8. Penentuan Sektor Unggulan di Kota Salatiga
Sektor LQ &
SS RPJPD
RTRW +RPJMD
Serapan Tenaga Kerja
Hasil
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan - - - - 0
B. Pertambangan dan Penggalian - - - - 0
C. Industri Pengolahan - + - + 2
D. Pengadaan Listrik dan Gas - - - - 0
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang - - - - 0
F. Konstruksi - - - - 0
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor - + + + 3
H. Transportasi dan Pergudangan + + + - 3
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum + + + + 3
J. Informasi dan Komunikasi - + - - 1
K. Jasa Keuangan dan Asuransi - - - -
L. Real Estat + - - - 1
M.N. Jasa Perusahaan + - - - 1
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib - + - + 2
P. Jasa Pendidikan + + + + 4
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial + + - + 3
R.S.T.U. Jasa lainnya - - - - 0
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun Tahun 2020
5-21 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Ket: 1. Tanda (+) menunjukkan bahwa sektor tersebut termuat dalam kriteria, sedangkan tanda (-) berarti
sebaliknya. 2. Sektor yang ditetapkan dalam RPJPD menggunakan pengelompokkan lama PDRB sehingga untuk
sektor Jasa-jasa dibagikan ke dalam sektor yang berhubungan seperti sektor O, P, dan Q; sektor Perdagangan Hotel dan Restoran ke dalam sektor G dan I; sektor Pengangkutan dan Informasi ke dalam sektor H dan J.
3. Untuk sektor pariwisata karena tidak ada dalam kriteria maka digunakan proxy sektor penyedia akomodasi dan makan minum.
4. Untuk jasa kemasyarakatan (tabel 17) dimasukkan ke dalam sektor O, P, dan Q. 5. Untuk serapan tenaga kerja, diambil yang 3 sektor utama yang paling banyak menyerap tenaga
kerja.
Dari penggabungan beberapa kriteria tersebut, maka Sektor Unggulan di Kota
Salatiga meliputi: 1). Jasa Pendidikan; 2). Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor; 3) Transportasi dan Pergudangan; 4). Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum; 5). Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.
5.3. Analisis Potensi Komoditas Unggulan, Andalan dan Potensial
Setelah melihat kondisi potensi sektoral atau makro ekonomi, akan dilihat
potensi komoditas (produk) unggulan di Kota Salatiga. Dimana dalam melihat
potensi unggulan daerah yang dilihat adalah bidang pariwisata da UMKM.
Mengingat yang bisa dilihat produk unggulan pada bidang : pertanian, industri,
UMKM dan pariwisata.
Hasil analisis untuk beberapa produk unggulan di bidang pariwisata dan UMKM
adalah sebagai berikut ini :
5.3.1. Analisis Potensi Industri
Berikut ini adalah hasil analisis potensi industri di Kota Salatiga :
a. Gambaran Potensi Industri
Sektor Industri dibedakan menjadi Industri besar, Industri menengah dan
Industri kecil dan Industri rumah tangga. Definisi yang digunakan BPS, Industri besar
adalah perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih, Industri
sedang adalah perusahaan dengan tenaga kerja 20 orang sampai dengan 99 orang,
Industri kecil adalah perusahaan dengan tenaga kerja 5 orang sampai dengan 19
5-22 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
orang, dan Industri rumah tangga adalah perusahaan dengan tenaga kerja 1 orang
sampai dengan 4 orang.
Menurut Dinas PerIndustrian dan Tenaga Kerja Kota Salatiga jumlah
perusahaan sebanyak 1.971 buah, Industri kecil dan menengah sebanyak 1969 unit
usaha dan menyerap tenaga kerja sebanyak 14.647, total nilai investasi Industri
yang ditanamkan di Kota Salatiga Tahun 2019 sebesar 21.493.030,--
Tabel 5.9. Banyaknya Perusahaan Industri, Tenaga Kerja, Investasi dan
Nilai Produksi per Kecamatan di Kota Salatiga, 2019
Uraian Unit
Usaha Tenaga Kerja
Investasi (Juta Rp) Nilai Produksi (Juta
Rupiah)
Argomulyo 308 6.865 884.157 8.787.554
Tingkir 601 3.216 132.904 1.736.611
Sidomukti 477 3.329 268.179 232.381
Sidorejo 585 2.158 207.790 445.593
Jumlah 1.971 15.568 1.493.030 11.202.139
Sumber : Kota Salatiga Dalam Angka Tahun 2020.
Tabel 5.10. Banyaknya Perusahaan Industri Kecil Menengah, Tenaga Kerja,
Investasi per Kecamatan di Kota Salatiga, 2019
Uraian Unit
Usaha Tenaga Kerja
Investasi (Juta Rp)
Argomulyo 306 6.865 884.157
Tingkir 601 3.216 132.904
Sidomukti 477 3.329 266.694
Sidorejo 585 1.237 20.779
Jumlah 1.969 14.647 1.491.545
Sumber : Kota Salatiga Dalam Angka Tahun 2020.
b. Sumber Daya Industri
Kota Salatiga memiliki potensi sumber daya Industri meliputi tenaga kerja
sektor Industri, sumber daya alam sebagai bahan baku, lembaga diklat dan litbang
serta investasi Industri. Sumber daya Industri Kota Salatiga tahun 2019 dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
5-23 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Tabel 5.11. Sumber Daya Industri Kota Salatiga Tahun 2019
No. Sumber Daya Industri Tahun 2019
1 Tenaga kerja sektor Industri (orang) 15.220
2 Sekolah Menengah Kejuruan - Jumlah (unit Pendidikan) 12 - Kapasitas (Orang) 94,39
4 J umlah lembaga LITBANG (unit Litbang) -
5 Jumlah investasi Industri (Rp.Juta) 1.453,65
6 Tenaga Kerja yang terserap 15.220 Sumber : Kota Salatiga Dalam Angka, 2019
c. Kawasan Peruntukan Industri (KPI)
Luas zona peruntukan Industri berdasarkan sesuai ketentuan pasal 47 dan pasal
48 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 9 Tahun 2018 tentang Rencana Detail
Tata Ruang BWK PK. I, II dan IV Kota Salatiga sebagai berikut:
a. zona Industri aneka Industri dengan luas lebih kurang 235.07 (dua ratus
tiga puluh lima koma nol tujuh) hektar ; dan
b. zona Industri kimia dasar dengan luas lebih kurang 4.65 (empat koma
enam puluh lima) hektar.
Tabel 5.12. Lokasi Peruntukan Industri (KPI)
Jenis Kawasan Jenis Lokasi Budidaya Pemanfaatan
Kawasan 1. Industri kecil • Kelurahan Kutowinangun; Peruntukan • Kelurahan Gendongan;
Industri • Kelurahan Tingkir Lor; dan
• Kelurahan Tingkir Tengah
2. Industri • Keluahan Sidorejo Kidul;dan
Menengah • Kelurahan Noborejo. 3. Industri Besar • Kelurahan Kutowinanguan; Non Polutan • Kelurahan Ledok; • Kelurahan mangunsari; • Kelurahan Cebongan; • Kelurahan Randuacir; dan
• Kelurahan Noborejo
Sumber: Perda RPIK Kota Salatiga
5-24 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
d. Industri Unggulan Kota Salatiga
Industri Unggulan Daerah mengacu pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
Indonesia (KBLI) yang tercatum dalam pasal 7 Perda Kota Salatiga tentang RPIK Kota
Salatiga Tahun 2020 2040, terdiri dari:
1 Industri makanan;
2 Industri minuman;
3 Industri tekstil;
4 Industri komputer, barang elektronika dan optik;
5 Industri furniture; dan
6 Industri piranti lunak dan konten multimedia.
5.3.2. Potensi IKM
Industri kecil menengah (IKM) di Kota Salatiga pada tahun 2019
beranekaragam, mulai dari industri pengolahan makanan, percetakan, sampai
dengan industri kerajinan. Adapun jenis IKM dapat dijelaskan pada tabel dibawah
ini.
Tabel 5.13. IKM Kota Salatiga Tahun 2019
NO JENIS BIDANG ARGOMULYO SIDOMUKTI SIDOREJO TINGKIR TOTAL
1 Alumunium - - - 1 1
2 BakalanSapu - - - 1 1
3 Bakpia - - - 1 1
4 Batako - - 1 2 3
5 Bengkel 3 35 53 27 118
6 Bengkel& Service - 6 - - 6
7 BengkelBubut 1 - - - 1
8 Bengkel Cat 4 - - - 4
9 Bengkel Cat Motor - - - 1 1
10 BengkelElektronik 1 - - 3 4
11 BengkelKenalpot 1 - - - 1
12 Bengkel Las 8 - 1 3 12
13 Bengkel Mobil 7 - - - 7
14 Bengkel Motor 16 2 1 19
15 Bever, Gravir - - - 1 1
16 Criping Tales - - - 1 1
17 Depot air - - - 1 1
5-25 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
NO JENIS BIDANG ARGOMULYO SIDOMUKTI SIDOREJO TINGKIR TOTAL
18 Fotocopy 1 - 3 - 4
19 Gypsum - - 1 - 1
20 IndustriBahanBangunan 11 11
21 IndustriMinuman 7 7
22 Jasa 5 5
23 Jasa 4 4
24 Karak 2 2
25 Kasur 1 1
26 Kerajinan 2 18 26 10 56
27 KerajinanAlumunium 1 1
28 KerajinanBambu 12 12
29 KerajinanBambu 35 35
30 Kerajinan Ban 1 1
31 KerajinanBesi 3 3
32 Kijing 1 1
33 Konveksi 1 62 63
34 Kosmetik 1 1
35 Kosmetika 1 1
36 Krecek 1 1
37 Kripik Jamur 1 1
38 KripikTeme 1 1
39 Makanan 63 63
40 Makanan Kecil 1 1
41 Mebel Kayu 3 3
42 Meuble 5 5
43 Minuman 4 4
44 Packing Makanan 1 1
45 Pakaian 1 1
46 PakanTernak 1 1
47 Pejahit Sepatu 1 1
48 PengolahBesi 1 1
49 PengolahanAlumunium 2 2
50 PengolahanCengkeh 1 1
51 Pengolahan Ikan 1 1
52 pengolahanJamu 1 1
53 PengolahanKapuk 1 1
54 Pengolahan Kayu 21 40 17 12 90
55 PengolahanKulit 1 1
56 PengolahanMakanan 137 118 281 187 723
57 PengolahanMakanan/Minuman - 76 - - 76
58 PengolahanMinuman 7 3 2 7 19
59 Pengrajin 8 8
5-26 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
NO JENIS BIDANG ARGOMULYO SIDOMUKTI SIDOREJO TINGKIR TOTAL
60 Penjahit 69 44 52 102 267
61 Penjahit&Konveksi 15 15
62 Penjahit/konveksi 52 52
63 PerainAlumunium 1 1
64 Percetakan 3 3
65 Percetakan&fotocopy 6 6
66 Pertukangan 5 5
67 Rambak 1 1
68 Sablon 5 5 10
69 SapuDuk 5 5
70 SelepanPadi 4 4
71 Sempe 1 1
72 Service Komputer 1 1
73 Tambal Ban 1 1
74 Tambal Ban 1 1
75 TanpaKeterangan 6 70 76
76 Tempe 3 3
77 Wenter 1 1
TOTAL 316 387 543 605 1851
Sumber: Sekertaris Daerah Kota SalatigaTahun 2020
Berdasarkan tabel diatas, IKM di Kota Salatiga pada tahun 2019 sejumlah 1.851
dan dapat digambarkan peringkat tiga teratas jumlah IKM terbesar yakni: pertama
adalah pengolahan makanan dengan jumlah 723, kedua adalah penjahit dengan
jumlah 267, dan ketiga adalah bengkel dengan jumlah 118.
a. Perkembangan IKM Perkecamatan
Berikut adalah perkembangan IKM di tiap-tiap Kecamatan Kota Salatiga :
1. Kecamatan Argomulyo
IKM di Kecamatan Argomulyo pada tahun 2019 sejumlah 316, dengan industri
paling banyak sejumlah 137 pada pengolahan makanan, kemudian kedua adalah
penjahit sejumlah 69, dan ketiga adalah bengkel motor sejumlah 16.
5-27 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Tabel 5.14. IKM Kecamatan Argomulyo Tahun 2019
No Jenis Bidang Jumlah
1 Pengolahan Makanan 137
2 Pengolahan Minuman 7
3 Bengkel Mobil 7
4 Bengkel Motor 16
5 Bengkel Las 8
6 Bengkel Cat 4
7 Bengkel Bubut 1
8 Tambal Ban 1
9 Penjahit 69
10 Pengolahan Kayu 21
11 Kerajinan Bambu 12
12 Kerajinan Besi 3
13 Kerajinan Alumunium 1
14 Percetakan 3
15 Ind. Bahan Bangunan 11
16 Bengkel Kenalpot 1
17 Bengkel Elektronik 1
18 Pengolahan Kapuk 1
19 Pengolahan Kulit 1
20 Pengolahan Alumunium 2
21 Kerajinan 2
22 Fotocopy 1
23 Bengkel 3
24 Konveksi 1
25 Kerajinan Ban 1
26 Pengolah Besi 1
TOTAL 316 Sumber: Sekertaris Daerah Kota SalatigaTahun 2020
5-28 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Sumber: Sekertaris Daerah Kota SalatigaTahun 2020
Gambar 5.9. Grafik IKM Kecamatan Argomulyo Tahun 2019
2. Kecamatan Sidomukti
IKM di Kecamatan Sidomukti pada tahun 2019 sejumlah 387, dengan industri
paling banyak sejumlah 118 pada pengolahan makanan, kemudian kedua adalah
pengolahan makanan/minuman sejumlah 76, dan ketiga adalah penjahit sejumlah
44.
Tabel 5.15. IKM Kecamatan Sidomukti Tahun 2019
No JenisBidang Jumlah
1 pengolahanmakanan/minuman 76
2 Pengolahanmakanan 118
3 Bengkel 35
4 Kerajinan 18
5 Penjahit 44
6 Jasa 5
7 Pengolahankayu 40
5-29 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
No JenisBidang Jumlah
8 Bengkel& Service 6
9 percetakan&fotocopy 6
10 Industriminuman 7
11 penjahit&konveksi 15
12 Pengolahanminuman 3
13 Pengrajin 8
14 Tanpaketerangan 6
TOTAL 387 Sumber: Sekertaris Daerah Kota SalatigaTahun 2020
Sumber: Sekertaris Daerah Kota SalatigaTahun 2020
Gambar 5.10. Grafik IKM Kecamatan Sidomukti Tahun 2019
3. Kecamatan Sidorejo
IKM di Kecamatan Sidorejo pada tahun 2019 sejumlah 543, dengan industri
paling banyak sejumlah281 pada pengolahan makanan, kemudian kedua adalah
bengkel sejumlah 53, dan peringkat ketiga terdapat 2 industri yaitu penjahit
sejumlah 52 dan penjahit/konveksi jumlah 52.
5-30 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Tabel 5.16. IKM Kecamatan Sidorejo Tahun 2019
No Jenis Bidang Jumlah
1 PengolahanMakanan 281
2 Penjahit 52
3 Bengkel 53
4 Kerajinan 26
5 Pengolahan Kayu 17
6 SelepanPadi 4
7 Fotocopy 3
8 Penjahit/Konveksi 52
9 PerainAlumunium 1
10 PakanTernak 1
11 Sablon 5
12 Kosmetika 1
13 PengolahanCengkeh 1
14 Batako 1
15 PengolahanMinuman 2
16 Gypsum 1
17 Kasur 1
18 KerajinanBambu 35
19 Mebel Kayu 3
20 Bengkel Motor 2
21 Bengkel Las 1
TOTAL 543 Sumber: Sekertaris Daerah Kota SalatigaTahun 2020
Sumber: Sekertaris Daerah Kota SalatigaTahun 2020
Gambar 5.23. Grafik IKM Kecamatan Sidorejo Tahun 2019
5-31 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
4. Kecamatan Tingkir
IKM di Kecamatan Tingkir pada tahun 2019 sejumlah 605, denganindustri paling
banyak sejumlah187 pada pengolahan makanan, kemudian kedua adalah penjahit
sejumlah 102, dan peringkat ketiga adalah makanan sejumlah 63.
Tabel 5.17. IKM Kecamatan Tingkir Tahun 2019
No JenisBidang Jumlah
1 Bengkel 27
2 Sablon 5
3 Kerajinan 10
4 Konveksi 62
5 Makanan 63
6 Penjahit 102
7 PengolahanMakanan 187
8 PengolahanMinuman 7
9 BengkelElektronik 3
10 Meuble 5
11 Minuman 4
12 Batako 2
13 Depot air 1
14 Jasa 4
15 Pertukangan 5
16 Alumunium 1
17 Bengkel Cat Motor 1
18 Bengkel Las 3
19 Bever, Gravir 1
20 Kijing 1
21 Packing Makanan 1
22 pengolahanJamu 1
23 Pengolahan Kayu 12
24 Service Komputer 1
25 Pakaian 1
26 Pengolahan Ikan 1
27 Tempe 3
28 Pejahit Sepatu 1
29 Bakpia 1
30 Bengkel Motor 1
31 Criping Tales 1
32 Karak 2
33 Krecek 1
5-32 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
No JenisBidang Jumlah
34 KripikJamur 1
35 KripikTeme 1
36 Sempe 1
37 BakalanSapu 1
38 Makanan Kecil 1
39 Rambak 1
40 SapuDuk 5
41 Kosmetik 1
42 Tambal Ban 1
43 Wenter 1
44 TanpaKeterangan 70
TOTAL 605 Sumber: Sekertaris Daerah Kota SalatigaTahun 2020
Sumber: Sekertaris Daerah Kota SalatigaTahun 2020
Gambar 5.12. Grafik IKM Kecamatan TingkirTahun 2019
5-33 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Argomulyo
Sidomukti
Sidorejo
Tingkir
5-34 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
b. Pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah
Pemberdayaan IKM di Kota Salatiga dilakukan melalui penguatan sentra IKM
dan unit pelayanan teknis (UPT). Pemberdayaan IKM di Kota Salatiga Tahun 2019
dapat dilihat pada tabel sbb:
Tabel 5.18. Pemberdayaan IKM Tahun 2019
No. Kelembagaan Jumlah
1 Sentra IKM (sentra) 38
2 UPT (unit) 5
3 Pusat promosi (unit) Sumber : RPJMD Kota Salatiga, 2017-2022
5.3.3. Analisis Potensi UMKM
a. Gambaran Umum UMKM Kota Salatiga
Berikut ini adalah jumlah UMKM di Kota Salatiga, dimana sebagian UMKM
bergerak di bidang industri makanan, dimana total UMKM yang bergerak di usaha
ini sebesar 42 UMKM dimana dengan penggunaan tenaga kerja sejumlah 47 orang.
Kemudian UMKM yang bergerak di bidang kerajinan Kota Salatiga Sebesar 21
UMKM, berikut ini untuk lebih jelasnya :
Tabel 5.19. Jumlah UMKM DI Kota Salatiga Tahun 2019
Industri Makanan 42 49 151.000.000 830.700.000
Industri Minuman 1 2 20.000.000 3.000.000
Industri Makanan dan Minuman 2 3 40.000.000 1.530.000.000
Konveksi 4 1 22.000.000 12.000.000
Kerajinan 21 27 159.500.000 398.500.000
Industri Pengolahan Ikan 1 2 40.000.000 40.000.000
Peternakan1
Kerajinan dan Indsutri Makanan 1 2
TOTAL 73 86 432.500.000 2.814.200.000,00
Jumlah asset Jumlah OmzetJenis IndustriJumlah
Industri
Tenaga
Kerja
Sumber : Hasil Olahan Tim Penyusun Tahun 2020
5-35 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Argomulyo
Tingkir Sidomukti
Sidorejo
5-36 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
b. Analisis Komoditas Unggulan, Andalan dan Potensial Produk UMKM Kota
Salatiga
Kriteria yang digunakan dalam penentuan produk unggulan, andalan dan
potensial daerah adalah:
1. Bahan baku (40%) A. Asal bahan baku (20%)
Lokal (10)
Lokal dan daerah jateng (5)
Lokal dan daerah Indonesia (3)
Impor (2) B. Ketersediaan (20%)
Tidak ada (0)
Kurang (3)
Cukup (7)
Banyak (10)
2. Tenaga Kerja (20%)
Tidak ada (1)
Sedikit (2)
Cukup (3)
Banyak (4)
3. Pemasaran (20%)
Lokal (1)
Regional (2)
Nasional (3)
Ekspor (4)
Lokalekspor (5)
4. Omzet (20%)
Sedikit (1)
Cukup (2)
Cukup tinggi (3)
Tinggi (4)
Sangat tinggi (5)
Penentuan komoditas unggulan, andalan dan potensian dengan penentuan
skor sebagai berikut:
Unggulan : > 481
Andalan : 281 - 480
5-37 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Potensial : < 280
Adapun hasil perhitungan dengan menggunakan Analisis UAP (unggulan,
Andalan dan Potensial). UMKM yag bisa menjadi unggulan di Kota Salatiga :
1. Bidang Usaha Makanan
2. Bidang Usaha Laundry
3. Bidang Usaha Konveksi
4. Bidang Usaha makanan olahan
5. Bidang Usaha minuman
6. Bidang Usaha aneka snack
7. Bidang Usaha kuliner
8. Bidang Usaha catering
9. Bidang Usaha pertanian
10. Bidang Usaha jasa
5-38 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Tabel 5.20. Pembobotan Potensi Unggulan, Andalan, dan Potensial Bidang UMKM
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun Tahun 2020
5-39 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Sedangkan hasil analisis produk UMKM yang ada di Kota Salatiga yang
termasuk produk unggulan adalah :
Tabel 5.21. Hasil Analisis Produk UMKM & EKRAF Yang Termasuk Unggulan di Kota Salatiga
NO PRODUK KECAMATAN ALAMAT
1 Singkong Keju D-9 Argomulyo Jl. Argowiyoto No.8A, Ledok, Kec. Argomulyo, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50732
2 Kripik Paru Tingkir Jl. Karang Rejo No.30, Gendongan, Kec. Tingkir, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50743
3 Enting-enting Gepuk Agung Echo
Sidorejo Jl. Kartini No.20, RW.3, Kec. Sidorejo, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50711
4 Enting-enting Gepuk 2 Pohon Kelapa
Tingkir Jl. Tirtoyoso No.18/56, Kutowinangun Kidul, Kec. Tingkir, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50743
5 Enting-enting Gepuk 2 Holo & Klentheng
Tingkir Jl. Kalibodri No.37, Kutowinangun Kidul, Kec. Tingkir, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50742
Argomulyo Jl. Karangkepoh RT 01 / RW 02 No. 17B, Tegalrejo, Kec. Argomulyo, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50733
8 Minuman Beras Merah dan Beras Hitam
Argomulyo Kel. Ledok, Kec. Argomulyo, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50732
9 Batik Plumpungan Sidorejo Purisatya Permai IV / 5 Sidorejo Lor, Kec. Sidorejo, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50714
10 Batik Selotigo Sidorejo Jl. Patimura, Watu Rumpuk, Pabelan, Kauman Kidul, Kec. Sidorejo, Semarang, Jawa Tengah 50712
11 Stasiun Edukasi Sidomukti Jl. Imam Bonjol No.160, Rt.03 / 01, Kecandran, Kec. Sidomukti, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50723
12 Kerajinan ban bekas "Sapu Upcyle"
Argomulyo Jl. Kenanga, Randuacir, Kec. Argomulyo, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50735
13 Clay Craft Tepung Sidorejo Jl. Menur No.4, Sidorejo Lor, Kec. Sidorejo, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50714
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun Tahun 2020
5-40 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan produk unggulan UMKM
berdasarkan Kecamatan, yaitu:
Kecamatan Argomulyo memiliki 4 produk unggulan UMKM yaitu:
Singkong Keju D-9, Enting-enting Gepuk Gedung Batu, Minuman Beras
Merah dan Beras Hitam, Kerajinan ban bekas "Sapu Upcyle"
Kecamatan Tingkir memiliki 3 produk unggulan UMKM yaitu : Kripik Paru,
Enting-enting Gepuk 2 Pohon Kelapa, Enting-enting Gepuk 2 Holo &
Klentheng.
Kecamatan Sidomukti memiliki 1 produk unggulan UMKM yaitu stasiun
edukasi.
Kecamatan Sidorejo memiliki 4 produk unggulan UMKM yaitu: Enting-
enting Gepuk Agung Echo, Batik Plumpungan, Batik Selotigo, Clay Craft
Tepung.
5-41 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Argomulyo
Tingkir
Sidomukti
Sidorejo
5-42 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Tabel 5.22. Pembobotan Potensi Unnggulan, Andalan, dan Potensial Produk UMKM & EKRAF Kota Salatiga
Asal Ketersedia
anAsal (20)
Ketersedia
an (20)Asal
Ketersedia
an
1. Singkong Keju D-9 Lokal+Jateng Cukup Banyak Lokal+Jateng Sangat Tinggi 5 7 4 2 5 100 140 80 40 100 4832 Getuk ketek Lokal+Jateng Cukup Sedikit Lokal Cukup Tinggi 5 7 2 1 3 100 140 40 20 60 3783 Enting-enting gebuk Lokal+Jateng Banyak Banyak Lokal+Jateng Tinggi 5 10 4 2 4 100 200 80 40 80 5254 Keripik paru Lokal Cukup Cukup Banyak Lokal+Jateng Cukup Tinggi 10 7 3 2 3 200 140 60 40 60 5255 Dendeng Sapi Lokal+Jateng Banyak Cukup Banyak Lokal+Jateng Tinggi 5 10 3 2 4 100 200 60 40 80 5046 Rumah Wisata Kedelai Lokal+Jateng Banyak Cukup Banyak Lokal+Jateng Tinggi 5 10 3 2 4 100 200 60 40 80 5047 Coklat Tempe Latte lokal Banyak Cukup Banyak Lokal+Jateng Tinggi 10 10 3 2 4 200 200 60 40 80 6098 Beras Merah & Hitam Lokal Cukup Cukup Banyak Ekspor Tinggi 10 7 3 3 4 200 140 60 60 80 567
9 Batik Plumpungan Lokal Banyak Sedikit Lokal Cukup Tinggi 10 10 2 1 3 200 200 40 20 60 54610 Batik Selotigo Lokal Banyak Sedikit Lokal Cukup 10 10 2 1 2 200 200 40 20 40 52511 Panahan Amor Lokal+Jateng Banyak Cukup Banyak Lokal+Jateng Cukup 5 10 3 2 2 100 200 60 40 40 46212 Gallery Kayoe Lokal+Jateng Cukup Cukup Banyak Lokal+Jateng Cukup 5 7 3 2 2 100 140 60 40 40 39913 Bordir Randu Lokal+Jateng Cukup Sedikit Lokal+Jateng Cukup 5 7 2 2 2 100 140 40 40 40 378
14
Kerajinan biola,guitar,
dan cello Lokal+Jateng Kurang Sedikit Lokal+Jateng Tinggi 5 3 2 2 4 100 60 40 40 80 33615 Gallery Kayoe Lokasi+Jateng Cukup Cukup Banyak Lokal+Jateng CukupTinggi 5 7 3 2 3 100 140 60 40 60 42016 Stasiun Edukasi Lokal Cukup Cukup Banyak Lokal+Jateng Cukup 10 7 3 2 2 200 140 60 40 40 504
17
Kerajinan ban bekas
"Sapu Upcyle" Lokal+Indonesia Cukup Banyak Lokal+Ekspor Tinggi 3 7 4 4 5 60 140 80 80 100 48318 Clay Craft Tepung Lokal Banyak Cukup Banyak Lokal+Nasional Tinggi 10 5 3 3 5 200 100 60 60 100 54619 Balsam daun adas Lokal+Jateng Banyak Banyak Lokal+Jateng Tinggi 5 10 4 2 2 100 200 80 40 40 483
Tenaga
Kerja
Aspek
PemasaranOmzet Total
Makanan Olahan
Kerajinan & Ekraf
Komoditas UMKMBahan Baku Aspek
Pemasaran
(20)
Omzet (20)Bahan BakuPenggunaan
Tenaga Kerja
Aspek
Pemasaran Omzet
Bahan baku Penggunaa
n Tenaga
Kerja (20)
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun Tahun 2020
5-43 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
STASIUN EDUKASI
ENTING GEPUK TAJ
MAHAL
BATIK PLUMPUNGAN
BATIK SELOTIGO
ENTING GEPUK AGUNG ECHO
ENTING GEPUK 2 POHON KELAPA
ENTING GEPUK 2 HOLO &
KLENTHENG
ENTING GEPUK GEDUNG BATU
MINUMAN BUBUK BERAS MERAH &
BERAS HITAM
KRIPIK PARU BU PUR
SINGKONG KEJU D-9
CLAY CRAFT
SAPU UPCYCLE
5-44 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
c. Beberapa Profil Produk Unggulan UMKM Kota Salatiga
Berikut ini beberapa Produk unggulan UMKM Kota Salatiga :
1. Enting Gepuk
Enting enting gepuk merupakan makanan ringan yang terbuat dari kacang
tanah, gula pasir, air, dan vanili. Berbentuk prisma segitiga sama kaki dan dibungkus
dengan kertas merupakan ciri khas oleh-oleh asal Salatiga ini. Rasanya manis gurih
renyah dan rasa khas kacang tanah sangat terasa. Dinamakan gepuk karena proses
pembuatannya digepuk sampai halus hingga semua bahan tercampur jadi satu.
Enting-enting gepuk dibuat tanpa bahan pengawet dan pewarna.
Sumber: Hasil Survey Tim Penyusun Tahun 2020
Gambar 5.13. Enting-Enting Gepuk
2. Singkong Keju D-9
Singkong keju merupakan makanan yang berbahan dasar singkong atau
telo dalam bahasa Jawa, yang diolah menggunakan bumbu yang dicampur
keju dengan beberapa varian rasa. Bahan baku berkualitas yang dicampur
dengan bumbu spesial, menjadikan singkong dapat disulap menjadi beberapa
produk olahan yang cukup berkelas dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi
daripada sekedar direbus atau digoreng.
5-45 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Sumber: Hasil Survey Tim Penyusun Tahun 2020
Gambar 5.14. Singkong Keju D-9
3. Keripik Paru
Selain terkenal dengan cemilan enting-enting gepuk. Kota Salatiga,
tersohor dengan pembuatan keripik paru sapi. Makanan ringan keripik paru
dari Kota Salatiga itu kerap menjadi incaran buah tangan oleh wisatawan
yang datang ke kota yang berada di lereng gunung Merbabu itu.
Sumber: Hasil Survey Tim Penyusun Tahun 2020
Gambar 5.25. Keripik Paru
5-46 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
4. Minuman Beras Merah & Beras Hitam
Terdapat produk unik dari Kota Salatiga, yaitu minuman beras merah
dan hitam. Beras ini hasil dari produk pertanian Kota Salatiga. Minuman Beras
organik murni tanpa gula,pemasarannya dijual secara online dan offline.
Bahkan konsumen beras ini ada beberapa dari masyarakat Luar Negeri.
Sumber: Hasil Survey Tim Penyusun Tahun 2020
Gambar 5.16. Minuman Beras Merah & Hitam Salatiga
5. Dendeng Sapi
Selain keripik paru, yang menjadi produk unggulan Kota Salatiga
berbahan dasr sapi adalah dendeng sapi. Dendeng sapi khas Salatiga memiliki
rasa yang gurih dan pas di mulut. Maka tdendeng khas Salatiga ini bisa
diteriima oleh masyarakat di Salatiga atau di daerah lain. Pemasaran dendeng
ini dilakukan baik secaa online atau dititipkan pada tempat yang menjual
oleh-oleh khas Salatiga.
5-47 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Sumber: Hasil Survey Tim Penyusun Tahun 2020
Gambar 5.17. Dendeng Sapi
6. Rumah Wisata Kedelai
Rumah kedelai menjual produk olahan minuman berbahan dasar
kedelai, menjadi tempat wisata kuliner tersendiri di Kota Salatiga. Bahan baku
berasal dari kota Salatiga, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Grobogan.
Dimana pemasaran online dan retail di Jogja dan Semarang.
Rumah Wisata Kedelai sudah memiliki banyak varian produk, mulai dari
kedelai goreng rendah lemak dengan berbagai varian rasa (Bawang, keju,
Kecamatan Sidomukti memiliki 1 produk unggulan UMKM yaitu stasiun
edukasi.
Kecamatan Sidorejo memiliki 4 produk unggulan UMKM yaitu: Enting-enting
Gepuk Agung Echo, Batik Plumpungan, Batik Selotigo, Clay Craft Tepung.
6. Berdasar potensi dan masalah yang dimiliki UMKM, Kota Salatiga termasuk dalam
katagori grow and build, diperlukan strategi intensif penetrasi pasar dan
pengembangan produk. Atau strategi integrative (Integrasi kedepan dan
kebelakang, dan integrasi horizontal).
7. Obyek wisata di Kota Salatiga, yang termasuk kategori unggulan (andalan)
sejumlah 5 lokasi adalah :
Desa wisata Tingkir Lor di Kel. Tingkir Lor, Kec. Tingkir
Agrowisata Salib Putih dan D’Emmerick Adventure Park di Kel. Kumpulrejo,
Kec. Argomulyo
Agrowisata Sitalang di Kel. Kauman Kidul, Kec. Sidorejo
Taman Wisesa di Kel. Bugel, Kec. Sidorejo
Pasar Tegalan di Kel. Blotongan, Kec. Sidorejo
8. Kegiatan pariwisata di Kota Salatiga dipengaruhi oleh perkembangan dan
pengembangan pariwisata di wilayah sekitarnya, yaitu Kabupaten Semarang,
Kabupaten Boyolali, Kota Semarang dan Kota Surakarta. Oleh karena itu potensi
pariwisata ini mempunyai tekanan persaingan yang berat dari wilayah di
sekitarnya.
9. Posisi Strategis Kota Salatiga lebih sesuai sebagai penyedia jasa pariwisata,
sedangkan obyek wisata bisa berada di wilayah lain (Kabupaten Semarang, atau
Kabupaten Boyolali. Jasa pariwisata di Kota Salatiga dapat berupa akomodari
wisatawan, wisata kuliner, maupun pusat oleh-oleh dan souvenir.
6-3 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
10. Dalam masa Pandemi Covid 19, sektor usaha di Kota Salatiga mengalami
penurunan, demikian juga pada wilayah-wilayah lain. Namun demikian Kota
Salatiga mempunyai penurunan yang relatif besar.Penurunan sektor paling besar
adalah sektor jasa, dan akomodasi serta makan minum.
6.2. Rekomendasi
Rekomendasi berdasarkan tahapan analisis dan kesimpulan dirumuskan dalam tabel
program dan kegiatan yang diharapkan menjadi masukan stakeholder terkait dalam
pengembangan produk unggulan Kota Salatiga. Rekomendasi program yang diusulkan
adalah meliputi pokok-pokok program:
a. Program dan Kegiatan Pengembangan Potensi Unggulan Daerah di Bidang
UMKM
1. Program Pengembangan Sistem Pendukung UMKM
2. Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang Kondusif.
3. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif UKM.
4. Pelibatan Masyarakat UMKM
b. Program dan Kegiatan Program dan Kegiatan Pengembangan Potensi
Unggulan Daerah di Bidang Pariwisata
1. Pengembangan daya tarik wisatabaru (New Product) dalam rangka diversifikasi
produk wisata
2. Pengembangan jasa pariwisata, berupa hotel, restoran, maupun pemasaran
hasil UMKM berupa oleh-oleh baik makanan dan kerajinan. Kawasan ini bisa
memanfaatkan lokasi di pusat kota yang mempunyai nilai strategis di Kota
Salatiga, atau dengan memanfaatkan inlet outlet Jalan Tol Solo Semarang di
Salatiga
3. Pengembangan revitalisasi daya tarik wisata yang belum berkembang berbasis
pelestarian, perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan.
4. Pengembangan dan pemantapan sarana/moda transportasi dalam mendukung
kemudahan, kenyamanan, dan keselamatan wisatawan.
5. Pengembangan dan Peningkatan kapasitas dan kualitas fasilitas umum
6-4 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
6. Pengembangan dan Peningkatan kapasitas dan kualitas fasilitas pariwisata
Kota Salatiga
7. Peningkatan kemudahan investasi serta kebijakan insentif di bidang
pariwisata.
8. Peningkatan promosi investasi di bidang pariwisata..
9. Peningkatan promosi di bidang pariwisata dengan meningkatkan partisipasi
masyarakat, melalui media sosial.
6-5 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Tabel 6.1. Program dan Kegiatan Pengembangan Potensi Unggulan Daerah di Bidang UMKM Kota Salatiga
No Program Kegiatan OPD Yang Terlibat Keterangan
1 Program Pengembangan Sistem Pendukung UMKM
1. Pengembangan kebijakan dan peningkatan ekonomi lokal. a. Mengembangkan produk unggulan
daerah, untuk bidang makana olahan dan kuliner.
b. Mengembangkan ekonomi kreatif di Kota Salatiga.
BAPPEDA DinkopUKM
1. Sumber dana APBD. 2. Potensi unggulan UMKM
Kota Salataiga adalah makanan olahan dan kuliner.
3. Pengembangan klaster bisnis/Produk OVOP
BAPPEDA DinkopUKM
Sumber dana APBD
4. Pengembangan sarana pemasaran produk UMKM a. Pendampingan Pemasaran lewat
media social. b. Pendampingan pemasaran lewat
pameran di tingkat regional, Nasional dan Internasional.
c. Pembuatan tempat display sarana pameran UMKM di Kota Salatiga, yang menjadi tempat pameran dan pemasaran, sehingga bisa menjadi destinasi wisata oleh-oleh.
BAPPEDA DinkopUKM
1. Permasalahan UMKM Kota Salatiga yang terbesar adalah pemasaran, sehingga ini mnjadi pekerjaan bagi Pemerintah untuk mengatasinya.
2. Sumber dana APBD
3. Penyelenggaraan Pembinaan Industri Rumah Tangga, Industri Kecil dan Industri Menengah. a. Pendampingan oleh ptugas penyuluh
dari Dinas. b. Penyuluhan diversifikasi atau produk
DinkopUKM BAPPEDA
Sumber dana APBD
6-6 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
No Program Kegiatan OPD Yang Terlibat Keterangan
UMKM.
4. Penyelenggaraan Promosi Produk UMKM. Kegiatan secara perodik pameran
produk UMKM (setahun sekali/6 bulan sekali).
Adanya product branding unggulan UMKM Kota Salatiga
Pembangunan patung produkUMKM di tempat-tempat strategis Kota Salatiga, misal singkong, entig-enting dll
BAPPEDA Dinkop UKM
Sumber dana APBD
5. Pengembangan Kebijakan dan Program Peningkatan Ekonomi Lokal. a. Pembinaan produk unggulan
berbahan baku lokal Salatiga, yang khas Salatiga. Misal : singkong keju, enting-nting gepuk, dendeng sapi dll.
b. Bantuan modal dan teknologi bagi pelaku usaha ekonomi lokal.
DinkopUKM Sumber dana APBD
6. Pendataan dan Pembuatan Profil UMKM, BAPPEDA DinkopUKM
Pembuatan profil UMKM (pendataan), dibuat secara periodik, misal 1 tahun sekali. Sumber kegiatan ini APBD
7. Pembangunan Gedung Pusat Pengembangan UMKM
Dinas PU BAPPEDA
Sumber dana APBD
2 Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang Kondusif.
1. Perencanaan, Koordinasi dan Pengembangan UKM.
2. Pengembangan Jaringan Infrastruktur UKM.
Jaringan jalan
Dinas PU PLN PDAM
Sumber dana APBD, swasta dan CSR
6-7 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
No Program Kegiatan OPD Yang Terlibat Keterangan
Jaringan listrik Jaringan air bersih Jaringan transportasi Jaringan telekomunikasi
Swasta Diskoinfo Dishub
3. Pembinaan dan Pendampingan UMKM. DinkopUKM Sumber dana APBD
4. Penguatan ekonomi Masyarakat di Lingkungan UMKM dalam rangka pengentasan kemiskinan a. Pelatihan keterampilan masyarakat. b. Kemudahan membuka ijin usaha
mikro.
DinkopUKM Sumber dana APBD
3 Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif UKM.
1. Fasilitasi Pengembangan Inkubator Teknologi dan Bisnis.
DinkopUKM Sumber dana APBD
2. Memfasilitasi Peningkatan Kemitraan Usaha Bagi UMKM. a. Menjebatani fasilitas perbankan
(permodalan).
DinkopUKM Perbankan
Sumber dana Perbankan dan APBD
3. Fasilitasi Pengembangan Sarana Promosi Hasil Produksi
DinkopUKM Sumber dana APBD
4. Penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan
DinkopUKM Sumber dana APBD
5. Penyelenggaraan Kompetisi UMKM secara berkala
DinkpUKM Dinas
Perdagangan dan Tenaga Kerja
BAPPEDA
Sumber dana APBD, Investor
4 Pelibatan Masyarakat UMKM 1. Pembentukan komunitas/wadah bagi pelaku UMKM untuk diskusi, pengembangan kreatif, dan promosi.
BAPPEDA Dinas
perdagangan
Sumber dana APBD
6-8 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
No Program Kegiatan OPD Yang Terlibat Keterangan
dan Tenaga Kerja
Swasta
2. Pelibatan influencer/talent dalam promosi DinkopUKM BAPPEDA Swasta
6-9 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
Tabel 6.2. Program dan Kegiatan Pengembangan Potensi Unggulan Daerah di Bidang Pariwisata
No Program Kegiatan OPD Yang Terlibat Keterangan
1 Pengembangan daya tarik wisata baru (New Product) dalam rangka diversifikasi produk wisata.
1. Pengembangan dan Pembangunan Daya Tarik Wisata Malam, berupa pusat kuliner dan hiburan malam. a. Penyusunan masterplan kawasan
wisata kuliner. b. Penyusunan DED kawasan kuliner. c. Penataan kawasan hiburan malam
(karaoke).
BAPPEDA Disbudpar
1. Sumber biaya APBD 2. Wisata baru yang bisa
menjadi perhatian Pemda salah satunya wisata kuliner, wisata alam, dan wisata budaya.
2. Pembangunan dan penataan area parker di kawasan wisata kuliner.
Dishub Dinas PU
Sumber biaya APBN
3. Pengembangan dan pembangunan ikon wisata di kawasan pintu tol Semarang-Solo (Pembangunan Landmark ikon wisata Kota Salatiga).
Dinas PU BAPPEDA
Sumber biaya APBN.
4. Pengembangan daya tarik wisata budaya kesenian Drumblack, seni tari dan seni musik lintas budaya dan agama (Penyusunan Calender Event).
Disbudpar Sumber biaya APBD
5. Pengembangan dan pembangunan Sabuk emas (Potensi Unggulan Wisata Kota Salatiga)
Penyusunan masterplan dan DED
Disbudpar Sumber Biaya APBN dan APBD.
6-10 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
No Program Kegiatan OPD Yang Terlibat Keterangan
pelaksanaan pembangunan : Taman Wisesa, Museum Plumpungan, Sitalang, Desa Wisata Tingkir
6. Pengembangan ekonomi/industry kreatif sebagai tujuan wisata.
Disudpar Sumber dana dari APBD.
2 Pengembangan jasa pariwisata, berupa hotel, restoran, dan ekonomi kreatif, maupun pemasaran hasil UMKM berupa oleh-oleh baik makanan dan kerajinan.
1. Mendorong kemudahan investasi di bidang Pengembangan jasa pariwisata, berupa hotel, restoran
Disbudpar
Sumber dana dari APBD.
2. Mendorong kemudahan investasi di bidang Pengembangan jasa pariwisata, berupa sentra oleh-oleh dan kerajinan
Dinas Pu Disbudpar DinkopUKM
Sumber dana dari APBD.
3. Pembangunan Gedung Teater seni dan budaya di Kota Salatiga.
Dinas Pu Disbudpar BAPPEDA
Sumber dana dari APBN
4. Pembangunan galeri ekonomi kreatif. Disbudpar BAPPEDA
Sumber dana APBN
3 Pengembangan revitalisasi daya tarik wisata yang belum berkembang berbasis pelestarian, perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan.
1. Revitalisasi bangunan bersejarah Kota Salatiga
Bappeda Disbudpar
Sumber dana APBD
2. Revitalisasi cagar budaya prasasti Dinas Pu BAPPEDA Disbudpar
Sumber dana APBN
3. Pembangunan dan pemeliharaan potensi wisata yang sudah ada (Objek wisata yang termasuk kategori belum berkembang (potensi)
Disbudpar BAPPEDA Dinas Pu
Sumber dana APBN
4 Pengembangan dan pemantapan sarana/moda transportasi dalam mendukung kemudahan, kenyamanan, dan keselamatan
1. Peningkatan kualitas dan kuantitas moda transportasi. a. Pnyediaan moda transportasi
khusus wisatawan (shuttlebus).
Dishub Sumber dana APBD, DAK Pariwisata.
6-11 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
No Program Kegiatan OPD Yang Terlibat Keterangan
wisatawan.
b. Penambahan moda transportasi umum.
c. Pembangunan terminal atau area parker bis dalam kota.
5 Pengembangan dan peningkatan kapasitas prasarana umum (jaringan listrik, telekomunikasi, jaringan air bersih, dan system pembuangan limbah) di Kota Salatiga.
1. Peningkatan jaringan listrik dan penerangan.
PLN Sumber dana APBN
2. Peningkatan jaringan telekomunikasi. Kominfo Sumber dana APBN
3. Peningkatan jaringan air bersih PDAM Swadaya
masyarakat
Sumber dana APBN
4. Peningkatan system pembuangan sampah.
DLH Dinas PU
Sumber dana APBD DAK LH
6 Pengembangan dan Peningkatan kapasitas dan kualitas fasilitas umum.
1. Pengembangan dan peningkatan fasilitas keuangan dan perbankan. a. Penyediaan ATM b. Penyediaan tempat penukaran
uang (Money Changer).
Perbankan Swasta dan
Investor BAPPEDA
Sumber dana APBD
2. Pengembangan dan peningkatan fasilitas sanitasi dan kebersihan. a. Penyediaan toiet umum, tempat
sampah da laundry.
Dinas Kesehatan Swasta &Investor
Sumber dana APBD
3. Pengembangan dan peningkatan fasilitas rekreasi. a. Rest area b. Playing ground c. Fasilitas olahraga
Dinas PU Sumber dana APBD
4. Fasilitas ibadah a. Masjid b. Musholla
Dinas Pu Sumber dana APBD
6-12 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
No Program Kegiatan OPD Yang Terlibat Keterangan
c. Sarana ibadah lainnya
7
Pengembangan dan Peningkatan kapasitas dan kualitas fasilitas pariwisata Kota Salatiga
1. Pengembangan pusta infoPengembangan pusta informasi pariwisata (Tourism Information Center)
Disbudpar Sumber dana APBD
2. Pembangunan jaringan pejalan kaki (side walk) pendukung daya tarik wisata di DTW Kota Salatiga.
Dinas Pu Bappeda
Sumber dana APBD
3. Pembangunan RTH Dinas PU BAPPEDA
Sumber dana APBD
8 Peningkatan kemudahan investasi di bidang pariwisata.
1. Penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal.
BKPM BAPPEDA
Sumber dana APBD
2. Penetapan zonasi usaha pariwisata. BKPM Sumber dana APBD
3. Percepatan pemberian perijinan. BKPM Sumber dana APBD
4. Penyediaan sarana & prasarana investasi
BAPPEDA Sumber dana APBD
9 Peningkatan insentif investasi di bidang pariwisata.
1. Peningkatan minat investasi pariwisata di Kota Salatiga : a. Sosialisasi. b. Pemberian insentif berupa
pengurangan pajak/retribusi, keringanan suku bunga pinjaman untuk Investor.
c. Kemudahan persyaratan investor.
Pemkot Salatiga Sumber dana APBD
2. Peningkatankemitraan usaha di bidang pariwisata.
Pemkot Salatiga. Sumber dana APBD
10 Peningkatan promosi investasi di bidang pariwisata.
1. Pengadaan promosi/informasi peluang investasi berupa iklan,pembuatan event, dan lain-lain bagi Investor.
Pemkot Salatiga Sumber dana APBD
2. Peningkatan sinergi promosi Pemkot Salatiga Sumber dana APBD
6-13 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga
No Program Kegiatan OPD Yang Terlibat Keterangan
penanaman modal di bidang pariwisata dengan sektor terkait.
3. Pelibatan Influencer/Talent dalam promosi lokasi wisata
Disbudpar Swasta
Sumber dana APBD, investor
11 Peningkatan jumlah wisatawan di obyek wisata Kota Salatiga
1. Pengembangan kerjasama pemasaran dengan pelaku pariwisata. a. Kerjasama promosi dengan
maskapai penerbangan. b. Kerjasamadengan pelaku usaha
(travel agent, tour operator), yang menjual destinasi wisata Kota Salatiga.
Disbudpar Sumber dana APBD
2. Pengembangan kerjasama dengan hotel atau perusahaan wisata lain. a. Pembuatan majala promosi
pariwisata. b. Pembuatan penawaran paket
produk untuk wisatawan yang ingin berkunjung.
Disbudpar
Sumber dana APBN
3. Kerjasama dengan pihak sekolah jenjang SD, SMP, dan SMU agar murid dan guru berwisata ke KotaSalatiga
Disbudpar Sekolah SD, SMP
SMA
Sumber dana APBD
12 Peningkatan promosi di bidang pariwisata dengan meningkatkan partisipasi masyarakat, melalui media sosial
1. Pembentukan komunitas masyarakat sebagai wadah pengelolaan, dan pengembangan wisata alam, buatan, sejarah.
2. Fasilitasi promosi di bidang pariwisata melalui partisipasi masyarakat
Disbudpar Diskominfo
Sumber dana APBD
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun Tahun 2020
6-14 Penyusunan Kajian Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kota Salatiga