OPTIMALISASI PERAN PERAWAT KOMUNITAS SEBAGAI KONSELOR DALAM
UPAYA PROGRAM BERHENTI MEROKOK DI POLI PAL UPTD PUSKESMAS PANONGAN
KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014
KARYA TULIS ILMIAHDiajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna
mengikuti seleksi tenaga kesehatan teladan Dinas Kesehatan
Kabupaten Majalengka tahun 2014
Disusun Oleh :
SUJANA, S.Kep., NsNIP. 197503242005011004
DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAJALENGKAPEMERINTAH KABUPATEN
MAJALENGKAMAJALENGKA2014
ABSTRAK
OPTIMALISASI PERAN PERAWAT KOMUNITAS SEBAGAI KONSELOR DALAM
UPAYA PROGRAM BERHENTI MEROKOK DI POLI PAL UPTD PUSKESMAS PANONGAN
KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014
iv+37 halaman, 2 gambar, 2 lampiran
Indonesia menjadi negara ketiga dengan jumlah perokok aktif
terbanyak di dunia 61,4 juta perokok setelah Cina dan India,
sekitar 60 persen pria dan 4,5 persen wanita di Indonesia adalah
perokok. Sementara itu, perokok pada anak dan remaja juga terus
meningkat dan 43 juta dari 97 juta warga Indonesia adalah perokok
pasif. Tingginya jumlah perokok aktif tersebut berbanding lurus
dengan jumlah non-smoker yang terpapar asap rokok orang lain
(second hand smoke) dan 11,4 juta diantaranya berusia 0-4 tahun. Di
Puskesmas Panongan berdasarkan hasil observasi tercatat 90,48% dari
pengunjung pria dengan gangguan pernapasan di Poli PAL adalah
perokok aktif, dan 86,95% dari pengunjung wanita adalah perokok
pasif. Tingginya angka perokok aktif tersebut merupakan ancaman
serius terhadap derajat kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat
di wilayah kerja Puskesmas Panongan sehingga diperlukan upaya dari
berbagai pihak untuk melindungi generasi masa kini dan masa
mendatang dari dampak konsumsi tembakau dan paparan asap rokok
terhadap Upaya yang telah dilakukan di Puskesmas Panongan khususnya
di Poli PAL sebagai wujud implementasi peran perawat sebagai
konselor dalam upaya mendukung program berhenti merokok dan
kampanye anti rokok adalah konseling berhenti merokok terhadap
klien (perokok) dengan gangguan pernapasan yang berkunjung ke Poli
PAL dan penyampaian informasi atau pesan melalui pemasangan foster
anti rokok, seperti matikan rokok sebelum rokok mematikan anda,
singkirkan rokok dari hidup anda sebelum rokok menyingkirkan anda
dari hidup ini, buktikan rasa sayang anda pada orang sekitar anda
dengan berhenti merokok dan stop rokok kawasan tanpa rokok.Untuk
lebih mengoptimalkan peran perawat komunitas dalam memberikan
konseling berhenti merokok, keberadaan klinik konsutasi berhenti
merokok di fasilitas pelayanan kesehatan khususnya di Puskesmas
Panongan perlu untuk dipertimbangkan.
Kata kunci: Perawat, Konselor, RokokDaftar bacaan: 11 (2002 -
2014)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis ilmiah dengan judul Optimalisasi Peran
Perawat Komunitas Sebagai Konselor Dalam Upaya Program Berhenti
Merokok di Poli PAL UPTD Puskesmas Panongan Tahun 2014. Adapun
tujuan penulisan karya tulis ini untuk memenuhi salah satu syarat
guna mengikuti seleksi tenaga kesehatan teladan Dinas Kesehatan
Kabupaten Majalengka tahun 2014.Penulis telah berupaya seoptimal
mungkin untuk dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan
sebaik-baiknya, namun penulis menyadari banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.Penulis berharap semoga karya tulis
ilmiah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari
bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan karya tulis
ilmiah ini. Mudah-mudahan bantuan, bimbingan dan budi baik yang
telah diberikan pada penulis mendapat balasan dengan limpahan
berkat dan anugrah dari Allah SWT. Amin...
Majalengka, April 2014Penulis
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPembangunan kesehatan untuk mencapai Indonesia
Sehat 2015 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dan perubahan paradigma sehat
yaitu upaya untuk meningkatkan kesehatan bangsa Indonesia agar
mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga
kesehatan sendiri melalui kesadaran yang tinggi yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif. (Depkes RI, 2006)Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat, yang menjadi kebutuhan dasar derajat kesehatan
masyarakat, salah satu aspeknya adalah tidak ada anggota keluarga
yang merokok. Setiap kali menghirup asap rokok, entah sengaja atau
tidak, berarti juga mengisap lebih dari 4.000 macam racun. Karena
itulah, merokok sama dengan memasukkan racun-racun tadi ke dalam
rongga mulut dan tentunya paru-paru. Merokok mengganggu kesehatan,
kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit telah
terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok,
tetapi juga bagi orang di sekitarnya. (Syamsul Maarif, 2013)Bahaya
merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh
banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun sudah
diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan bahwa
kebiasaan merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit.
Seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker
paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker osefagus,
bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi, serta gangguan
kehamilan dan cacat pada janin. Merokok merupakan penyebab utama
dari sekitar 90% kasus kanker paru-paru pada pria dan sekitar 70%
pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar
resiko untuk menderita kanker paru-paru. (Hans Tjandra, 2003) Saat
ini Indonesia masih menjadi negara ketiga dengan jumlah perokok
aktif terbanyak di dunia 61,4 juta perokok setelah Cina dan India,
sekitar 60 persen pria dan 4,5 persen wanita di Indonesia adalah
perokok. Sementara itu, perokok pada anak dan remaja juga terus
meningkat dan 43 juta dari 97 juta warga Indonesia adalah perokok
pasif. Tingginya jumlah perokok aktif tersebut berbanding lurus
dengan jumlah non-smoker yang terpapar asap rokok orang lain
(second hand smoke) dan 11,4 juta diantaranya berusia 0-4 tahun.
(Depkes RI, 2013)Di Puskesmas Panongan berdasarkan hasil observasi
terhadap 88 orang pasien dengan gangguan sistem pernapasan yang
berkunjung ke Poli PAL UPTD Puskesmas Panongan selama triwulan
pertama tahun 2014, tercatat 90,48% (38 orang) dari pengunjung pria
adalah perokok aktif, dan 86,95% (40 orang) dari pengunjung wanita
adalah perokok pasif.Tingginya angka perokok aktif dan pasif di
Indonesia merupakan ancaman serius terhadap derajat kesehatan
masyarakat, sehingga di perlukan upaya dari berbagai pihak untuk
melindungi generasi masa kini dan masa mendatang dari dampak
konsumsi tembakau dan paparan asap rokok terhadap kesehatan,
sosial, lingkungan dan ekonomi.Perawat sebagai bagian dari profesi
kesehatan mempunyai tugas, tanggung jawab dan peran yang sangat
penting dalam upaya menghentikan kebiasaan merokok. Salah satu
peran perawat di komunitas adalah sebagai konselor dan pendidik
kesehatan (health education), yaitu memberikan pendidikan
kesehatan, memberikan dukungan emosional dan intelektual kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk menanamkan
perilaku hidup sehat sehingga terjadi perubahan perilaku untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. (Kozier, 1995)Menurut WHO
(2004), salah satu strategi untuk merubah perilaku adalah melalui
upaya pemberian informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat,
cara pemeliharaan kesehatan, dan lain-lain akan meningkatkan
pengetahuan masyarakat. Perubahan perilaku degan cara ini memakan
waktu lama, tetapi perubahan yang dicapai bersifat langgeng karena
didasari oleh kesadaran mereka sendiri (bukan karena paksaan).
Kebiasaan merokok merupakan perilaku yang sulit untuk dihentikan.
Diperlukan upaya yang sinergis dari perokok, masyarakat, tenaga
kesehatan dan pemerintah agar program antirokok dapat berhasil.
Algoritma upaya berhenti merokok merupakan salah satu pendekatan
program berhenti merokok yang merupakan sarana penyampaian
informasi tentang dampak buruk rokok terhadap kesehatan dan
keuntungan tidak merokok sebagai upaya prevensi dan motivasi untuk
menghentikan perilaku merokok. Dengan menumbuhkan motivasi dalam
diri untuk berhenti atau tidak mencoba untuk merokok, diharapkan
akan membuat perokok mampu untuk tidak terpengaruh oleh godaan
merokok yang datang dari lingkungan, baik lingkungan internal
maupun eksternal.Berdasarkan uraian di atas, tingginya angka
perokok aktif (90,48%) pada klien pria dengan gangguan pernapasan
di Poli PAL UPTD Puskesmas Panongan, diperlukan upaya atau program
untuk memotivasi perokok untuk berhenti merokok, yang tentunya
membutuhkan peran dan upaya yang sinergis dari berbagai pihak, maka
penulis tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah dengan judul
Optimalisasi Peran Perawat Komunitas Sebagai Konselor Dalam Upaya
Program Berhenti Merokok di Poli PAL UPTD Puskesmas Panongan Tahun
2014.
1.2 Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah
dikemukakan di atas maka permasalahanya dapat dirumuskan sebagai
berikut : Bagaimanakah Peran Perawat Komunitas Sebagai Konselor
Dalam Upaya Program Berhenti Merokok di Poli PAL UPTD Puskesmas
Panongan Tahun 2014 ?
1.3 TujuanUntuk mendeskripsikan Peran Perawat Komunitas Sebagai
Konselor Dalam Upaya Program Berhenti Merokok di Poli PAL UPTD
Puskesmas Panongan Tahun 2014.
1.4 Manfaat1.4.1 Manfaat TeoritisKarya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat sebagai sumber informasi dalam pengembangan ilmu
keperawatan komunitas khususnya peran perawat sebagai konselor
dalam upaya program berhenti merokok, dan bermanfaat sebagai sumber
informasi dan pengembangan literatur serta dapat menjadi bahan
acuan untuk penelitian selanjutnya.
1.4.2 Manfaat PraktisMemberikan informasi faktual kepada
Puskesmas Panongan tentang pentingnya peran perawat sebagai
konselor dalam upaya program berhenti merokok, dan dapat digunakan
oleh perawat komunitas khususnya di Puskesmas Panongan sebagai
bahan acuan dalam memberikan penyuluhan atau konseling kepada
masyarakat khususnya klien dengan gangguan sistem pernapasan, dan
lain-lain sebagai perokok aktif yang memiliki keinginan atau
motivasi berhenti merokok.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Perawat2.1.1 Definifi PerawatPerawat adalah mereka
yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh
melalui pendidikan perawatan. (Undang-undang RI No. 23 Tahun
1992)Perawat mempunyai fungsi yang unik yaitu, membantu individu
baik yang sehat maupun sakit, dari lahir hingga meninggal agar
dapat melaksanakan aktifitas sehari-hari secara mandiri, dengan
menggunakan kekuatan, kemauan, atau pengetahuan yang dimiliki. Oleh
sebab itu, perawat berupaya menciptakan hubungan yang baik dengan
pasien untuk menyembuhkan atau meningkatkan kemandirianya. Apabila
kemandirian tidak berhasil diciptakan maka perawat membantu
mengatasi hambatan. Apabila penyakit tidak dapat disembuhkan dan
akhirnya meninggal dunia, maka perawat berusaha agar pasien dapat
meninggal dengan tenang. (Virginia Henderson, 1980)Keperawatan
adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang
menyeluruh ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia. (Lokakarya Keperawatan, 1983)
2.1.2 Peran dan Fungsi PerawatPeran dan fungsi perawat dapat
dijelaskan sebagai berikut :1. Peran PerawatPeran adalah
seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar
dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang
diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier
Barbara, 1995)Menurut Florence Nightingale peran perawat adalah
menjaga pasien mempertahankan kondisi terbaiknya terhadap masalah
kesehatan yang menimpa dirinya. Sedangkan Peran perawat menurut
konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari :1) Pemberi
Asuhan KeperawatanPeran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini
dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan
dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat
ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan
dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.
Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana
sampai dengan kompleks.2) Advokat Klien Peran ini dilakukan perawat
dalam membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan
berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain
khusunya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan
yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan
dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan
sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas
privasi, hak untuk menntukan nasibnya sendiri dan hak untuk
menerima ganti rugi akibat kelalaian.3) EdukatorPeran ini dilakukan
dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikankan,
sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.4) Koordinatorperan ini dilaksanakan dengan
mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan
dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat
terarah serta sesuai dengan kebutuan klien.
5) KolaboratorPeran perawat disini dilakukan karena perawat
bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter,
fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk
diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan
selanjutnya.6) Konsultan Peran disini adalah sebagai tempat
konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat
untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap
informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.7)
Peneliti / PembaharuPeran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan
mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan
terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
Peran perawat menurut Kozier Barbara tahun 1995, yaitu sebagai
berikut :1) Care Giver Pada peran ini perawat diharapkan mampu :a.
Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga ,
kelompok atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi
mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang
kompleks.b. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan
klien, perawat harus memperhatikan klien berdasrkan kebutuhan
significan dari klien.2) Client Advocate (Pembela hak klien)Pada
peran ini perawat mempunyai tugas :a. Bertanggung jawab membantu
klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari
berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang
diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.b. Mempertahankan dan
melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit
dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas
kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama
kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat harus mampu
membela hak-hak klien.3) ConselorKonseling adalah proses membantu
klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah
sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk
meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan
emosional dan intelektual.Peran perawat sebagai konselor adalah
sebagai berikut :a. Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien
terhadap keadaan sehat sakitnya.b. Perubahan pola interaksi
merupakan Dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan
kemampuan adaptasinya.c. Memberikan konseling atau bimbingan
penyuluhan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan
pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu.d. Pemecahan
masalah di fokuskan pada masalah keperawatan
Sedangkan peran perawat komunitas menurut Kepmenkes no. 279
tahun 2006 adalah sebagai berikut :1 Pelaksana Pelayanan
Keperawatan (Provider of Nursing Care)Peranan yang utama perawat
komunitas adalah sebagai pelaksana asuhan keperawatan kepada
individu, keluarga, kelompok dan komunitas baik sehat atau sakit
atau mempunyai masalah kesehatan atau keperawatn di rumah,
disekolah, dipanti, tempat kerja, dan lain-lain. 2 Sebagai Pendidik
(Health Educator)Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu,
keluarga, kelompok dan komunitas baik dirumah, dipuskesmas,
dikomunitas secara terorganisir untuk menanamkan perilaku hidup
sehat sehingga terjadi perubahan perilaku untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal.
3 Sebagai Pengamat Kesehatan (Health Monitor).Monitoring
terhadap perubahan yg terjadi pada individu, keluarga, kelompok,
komunitas terhadap masalah kesehatan/keperawatan yang timbul serta
dampak terhadap status kesehatan melalui :a. Kunjungan rumah b.
Pertemuan-pertemuan c. Observasi d. Pengumpul data4 Koordinator
Yankes (Coordinator of Servises)Mengkoordinir seluruh kegiatan
upaya pelayanan kesehatan masyarakat dalam mencapai tujuan
kesehatan melalui kerjasama dengan tim kesehatan lainya agar
tercipta keterpaduan dalam sistem pelayanan kesehatan sehingga
pelayanan kesehatan merupakan kegiatan yang menyeluruh dan tidak
terpisah-pisah.5 Sebagai Pembaharu (Inovator)Pembaharu terhadap
individu, keluarga, kelompok, dan komunitas untuk merubah perilaku
dan pola hidup sebagai upaya peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan.6 Pengorganisir Pelayanan Kesehatan (Organisator)Berperan
serta dalam memberikan motivasi dalam rangka meningkatkan peran
serta individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam setiap
upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh masyarakat.
Misalnya : kegiatan posyandu, mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, sampai dengan tahap penilaian,sehingga ikut
berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan dan pengorganisasian
masyarakat dalam bidang kesehatan.7 Sebagai Panutan (Role
Model)Dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan
kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tentang
bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh
masyarakat.8 Sebagai Tempat Bertanya (Fasilitator)a. Tempat
bertanya oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk
memecahkan berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan atau
keperawatan yang dihadapi sehari-hari. b. Dapat membantu memberikan
jalan keluar dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang
mereka hadapi.c. Penghubung antara masyarakat dengan unit yankes
dan instansi terkait.9 Sebagai Pengelola (Manager)a. Dapat
mengelola berbagai kegiatan yankes dan masyarakat sesuai dengan
beban tugas dan tanggung jawab yang diembankan kepadanya.b.
Mengkoordinasikan upaya-upaya kesehatan yang dijalankan, melalui
puskesmas sebagai institusi pelayanan dasar utama, baik di dalam
atau di luar gedung ataukah di keluarga, terhadap kelompok-kelompok
khusus seperti kelompok ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas/menyususi, anak balita, usia lanjut, sesuai dengan peran,
fungsi dan tanggung jawabnya.2. Fungsi PerawatFungsi adalah
pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan peranannya. Dalam
menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi
diantaranya :1) Tujuh fungsi perawat (Phaneuf, 1972)a. Melaksanakan
perintah dokter yang syah dalam rangka penyembuhan penyakit (fungsi
dependent).b. Observasi gejala dan reaksi penderita berkaitan
dengan penyakit dan penyebabnya.c. Mengawasi pasien,
memformulasikan dan merevisi rencana keperawatan secara terus
menerus tergantung pada kondisi dan kemampuan pasien.d. Mengawasi
segala pihak yang ikut merawat pasien dan mempertimbangkan
kemampuan mereka dalam merawat.e. Pencatatan dan pelaporan keadaan
pasien.f. Menerapkan dan melaksanakan prosedur dan teknik
keperawatan.g. Pengarahan dan penyuluhan untuk meningkatkan
kesehatan fisik dan emosional.
2) Fungsi perawat menurut PK. St. Carolus (1983)a. Fungsi
pokokMembantu individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun
sehat dalam melaksanakan kegiatan yang menunjang kesehatan,
penyembuhan atau menghadapi kematian dengan tenang sesuai dengan
martabat manusia yang pada hakekatnya dapat mereka laksanakan tanpa
bantuan.b. Fungsi tambahanMembantu individu, keluarga dan
masyarakat dalam melaksanakan rencana pengobatan yang ditentukan
oleh dokter.c. Fungsi kolaboratifSebagai anggota tim kesehatan,
bekerja sama saling membantu dalam merencanakan dan melaksanakan
program kesehatan secara keseluruhan yang meliputi pencegahan
penyakit, peningkatkan kesehatan, penyembuhan dan rehabilitasi.3)
Menurut Kozier (1981), mengemukakan fungsi perawat sebagai berikut
:a. Fungsi Keperawatan Mandiri (Independen)Merupan fungsi mandiri
dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam
melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan
sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan
dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan
kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,
pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktifitas dan
lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan
cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi
diri.b. Fungsi Keperawatan Ketergantungan (Dependen)Merupakan
fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan atas pesan atau
instruksidari perawat lain. Sehingga sebagian tindakan pelimpahan
tugas yang di berikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat
spesialis kepada perawat umum atau dari perawat primer ke perawat
pelaksana.
c. Fungsi Keperawatan Kolaboratif (Interdependen)Fungsi ini
dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di
antara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi
apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian
pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada
penderita yang mempunyapenyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat
diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun
yang lainnya.
2.2 Konsep (Algoritma) Upaya Berhenti Merokok2.2.1
DefinisiAlgoritma upaya berhenti merokok merupakan salah satu
pendekatan penyampaian informasi tentang dampak buruk rokok
terhadap kesehatan dan keuntungan berhenti merokok sebagai upaya
memotivasi klien untuk menghentikan perilaku merokok. (Depkes RI,
2013)Rokok adalah benda berbentuk silinder yang memiliki panjang
7-12 cm dengan diameter kurang dari 1 cm. Benda yang terbuat dari
tembakau yang dibungkus kertas ini ternyata tidak sebaik bentuknya.
Benda ini dikonsumsi oleh orang dengan cara dibakar pada satu ujung
dan dihisap pada ujung yang lain. Pada dasarnya orang yang merokok
mengkonsumsi racun. Racun bahaya rokok itu pula telah dituliskan di
dalam bungkusnya, namun ternyata tidak banyak orang yang
menganggapnya penting sehingga mereka terus saja merokok dan tidak
peduli dengan kesehatan. (Hans Tjandra, 2003)
2.2.2 Zat-Zat Beracun Pada RokokRokok mengandung kurang lebih
4000 lebih elemen-elemen dan setidaknya 200 diantaranya berbahaya
bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan
karbon monoksida. Selain itu, dalam sebatang rokok juga mengandung
bahan-bahan kimia lain yang tak kalah beracunnya. Zat-zat beracun
yang terdapat dalam rokok antara lain adalah sebagai berikut :1.
Karbon monoksida (CO)Gas CO adalah sejenis gas yang tidak memiliki
bau. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari
unsur zat arang atau karbon. Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok
dapat mencapai 3 6%, gas ini dapat dihisap oleh siapa saja. Oleh
orang yang merokok atau orang yang terdekat dengan si perokok, atau
orang yang berada dalam satu ruangan. Seorang yang merokok hanya
akan menghisap 1/3 bagian saja, yaitu arus yang tengah atau
mid-stream, sedangkan arus pinggir (side stream) akan tetap berada
diluar. Sesudah itu perokok tidak akan menelan semua asap tetapi ia
semburkan lagi keluar.Gas CO mempunyai kemampuan mengikat
hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit)
lebih kuat dibanding oksigen, sehingga setiap ada asap rokok
disamping kadar oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah lagi
sel darah merah akan semakin kekurangan oksigen, oleh karena yang
diangkut adalah CO dan bukan O2 (oksigen). Sel tubuh yang menderita
kekurangan oksigen akan berusaha meningkatkan yaitu melalui
kompensasi pembuluh darah dengan jalan menciut atau spasme. Bila
proses spasme berlangsung lama dan terus menerus maka pembuluh
darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses aterosklerosis
(penyempitan). Penyempitan pembuluh darah akan terjadi dimana-mana.
Di otak, di jantung, di paru, di ginjal, di kaki, di saluran
peranakan, dan di ari-ari pada wanita hamil.2. NikotinNikotin
adalah merupakan candu yang sangat kuat. Nikotin rokok mengandung
lebih banyak zat addictive (zat yang menyebabkan kecanduan)
daripada heroin ataupun kokain. Perusahaan-perusahaan rokok
seringkali memanipulasi kadar nikotin pada rokok yang mereka
produksi agar memberikan rasa yang tetap sama. Mereka juga tidak
bisa memastikan kadar nikotin yang sama pada setiap batang rokok
yang anda hisap. Nikotin yang terkandung di dalam asap rokok antara
0.5-3 mg dan semuanya diserap, sehingga di dalam cairan darah atau
plasma antara 40-50 mg/ml. Nikotin bukan merupakan komponen
karsinogenik. Hasil pembusukan panas dari nikotin seperti
dibensakridin, dibensokarbasol, dan nitrosamin-lah yang bersifat
karsinogenik. Pada paru, nikotin dapat menghambat aktivitas silia.
Seperti halnya heroin dan kokain, nikotin juga memiliki
karakteristik efek adiktif dan psikoaktif. Perokok akan merasakan
kenikmatan, kecemasan berkurang, toleransi dan keterikatan fisik.
Hal itulah yang menyebabkan mengapa sekali merokok susah untuk
berhenti. Efek nikotin menyebabkan perangsangan terhadap hormon
kathekolamin (adrenalin) yang bersifat memacu jantung dan tekanan
darah. Jantung tidak diberikan kesempatan istirahat dan tekanan
darah akan semakin meninggi, berakibat timbulnya hipertensi. Efek
lain merangsang berkelompoknya trombosit (sel pembekuan darah),
trombosit akan menggumpal dan akhirnya akan menyumbat pembuluh
darah yang sudah sempit akibat asap yang mengandung CO yang berasal
dari rokok.3. TarTar adalah sebuah zat yang dihasilkan dalam
pembakaran tembakau (rokok biasa) dan bahan tanaman lain (rokok
herbal) ketika seseorang merokok. Ia merupakan campuran dari
beberapa zat yang bersama-sama membentuk suatu massa yang dapat
melekat di paru-paru.Tar adalah sejenis cairan kental berwarna
coklat tua atau hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang
bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Kadar tar pada rokok
antara 0,5-35 mg per batang. Tar merupakan suatu zat karsinogen
yang dapat menimbulkan kanker pada jalan nafas dan paru-paru.4.
KadmiumKadmium adalah zat yang dapat meracuni jaringan tubuh
terutama ginjal.5. AkroleinAkrolein merupakan zat cair yang tidak
berwarna seperti aldehid. Zat ini sedikit banyak mengandung kadar
alcohol. Artinya, akrolein ini adalah alcohol yang cairannya telah
diambil. Cairan ini sangat mengganggu kesehatan.6. AmoniakAmoniak
merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan
hydrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang. Begitu
kerasnya racun yang ada pada ammonia sehingga jika masuk sedikit
pun ke dalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan
atau koma.7. Asam FormatAsam format merupakan sejenis cairan tidak
berwarna yang bergerak bebas dan dapat membuat lepuh. Cairan ini
sangat tajam dan menusuk baunya. Zat ini dapat menyebabkan
seseorang seperti merasa digigit semut.
8. Hidrogen Sianida/HCNHidrogen sianida merupakan sejenis gas
yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak memiliki rasa. Zat ini
merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar dan sangat efisien
untuk menghalangi pernapasan dan merusak saluran pernapasan.
Sianida adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat
berbahaya. Sedikit saja sianida dimasukkan langsung ke dalam tubuh
dapat mengakibatkan kematian.9. Nitrous OxidNitrous oxide merupakan
sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila terhisap dapat
menyebabkan hilangnya pertimbangan dan menyebabkan rasa sakit.
Nitrous oxide ini adalah sejenis zat yang pada mulanya dapat
digunakan sebagai pembius waktu melakukan operasi oleh dokter.10.
FormaldehidFormaldehid adalah sejenis gas tidak berwarna dengan bau
tajam. Gas ini tergolong sebagai pengawet dan pembasmi hama. Gas
ini juga sangat beracun keras terhadap semua organisme hidup.11.
FenolFenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari
distilasi beberapa zat organic seperti kayu dan arang, serta
diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun dan membahayakan karena
fenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktivitas enzim.12.
AsetolAsetol adalah hasil pemanasan aldehid (sejenis zat yang tidak
berwarna yang bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alcohol.13.
Hidrogen sulfidaHidrogen sulfida adalah sejenis gas yang beracun
yang gampang terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi
oksidasi enzim (zat besi yang berisi pigmen).14. PiridinPiridin
adalah sejenis cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Zat ini
dapat digunakan mengubah sifat alcohol sebagai pelarut dan pembunuh
hama.
15. Metil KloridaMetil klorida adalah campuran dari zat-zat
bervalensi satu antara hydrogen dan karbon merupakan unsurnya yang
utama. Zat ini adalah senyawa organic yang beracun.16.
MetanolMetanol adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan
mudah terbakar. Meminum atau menghisap methanol mengakibatkan
kebutaan dan bahkan kematian.
2.2.3 Bahya Rokok Terhadap KesehatanMerokok sudah merupakan hal
yang biasa kita jumpai. Kebiasaan ini sudah begitu luas dilakukan
baik dalam lingkungan berpendidikan tinggi maupun berpendidikan
rendah. Merokok sudah menjadi masalah yang kompleks yang menyangkut
aspek psikologis dan gejala sosial. Merokok memang mengganggu
kesehatan. Kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit
telah terbukti akibat buruk dari merokok, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok tidak hanya merugikan si
perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya. Asap rokok merupakan
polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Tidak hanya bagi
kesehatan, merokok juga menimbulkan akibat buruk di bidang ekonomi.
Di negara industri maju, kini terdapat kecenderungan untuk berhenti
merokok, sedangkan di negara berkembang, khususnya Indonesia justru
cenderung timbul peningkatan kebiasaan merokok.Asap rokok yang
dihirup seorang perokok mengandung komponen gas dan partikel.
Komponen gas terdiri dari karbon monoksida, karbon dioksida,
hidrogen sianida, amoniak, oksida dari nitrogen dan senyawa
hidrokarbon. Adapun komponen partikel terdiri dari tar, nikotin,
benzopiren, fenol, dan kadmium. (Hans Tjandra, 2003)Berdasarkan
penjelasan di atas, rokok dan asapnya mempunyai dampak yang buruk
bagi kesehatan. Tidak hanya bagi perokok itu sendiri, tetapi juga
bagi perokok pasif yang hanya ikut menghirup asapnya saja. Dilihat
dari bahan bahan yang berbahaya dalam rokok, nikotin dapat
menaikkan tekanan darah dan mempercepat denyut jantung hingga
pekerjaan jantung menjadi lebih berat, karbon monoksida dapat
menyingkirkan oksigen yang dibutuhkan tubuh dengan mengikat dirinya
pada HB darah, dan tar memicu timbulnya kanker.Asap yang
dihembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama (main stream
smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan
asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap
samping merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas,
yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif. Telah
ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di
antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di mana
bahan racun ini lebih banyak didapatkan pada asap samping, misalnya
karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada asap
samping daripada asap utama, benzopiren 3 kali, dan amoniak 50
kali. Bahan-bahan ini dapat bertahan sampai beberapa jam lamanya
dalam ruang setelah rokok berhenti.Asap rokok yang baru mati di
asbak mengandung 3 kali lipat bahan pemicu kanker di udara dan 50
kali mengandung bahan pengiritasi mata dan pernapasan. Seseorang
yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat
candu (Yudhistira, 2008). Dari pendapat ini kita tahu bahwa asap
rokok mengandung komponen-komponen dan zat-zat yang berbahaya bagi
tubuh. Banyaknya komponen tersebut tergantung pada tipe tembakau,
temperatur pembakaran, panjang rokok, porositas kertas pembungkus,
bumbu rokok serta ada tidaknya filter. Partikel dalam asap rokok
dapat menyebabkan kanker (bersifat karsinogenik). Nikotin, karbon
monoksida, dan bahan-bahan lain dalam asap rokok terbukti merusak
endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan mempermudah timbulnya
penggumpalan darah.Rokok merupakan faktor risiko untuk
sekurang-kurangnya 25 jenis penyakit, diantaranya adalah kanker
kandung kencing, kanker perut, kanker usus dan rahim, kanker mulut,
kanker esophagus, kanker tekak, kanker pancreas, kanker payudara,
kanker paru, penyakit saluran pernapasan kronik, strok,
osteoporosis, jantung, kemandulan, putus haid awal, melahirkan bayi
yang cacat, keguguran bayi, bronchitis, batuk, penyakit ulser
peptic, emfisima, otot lemah, penyakit mulut, dan kerusakan mata.
Diantaranya akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Penyakit Kanker Paru Terdapat hubungan yang erat antara
kebiasaan merokok dengan kanker paru. Bahkan Chaerunnisa (2008),
secara tegas menyatakan bahwa rokok sebagai penyebab utama
terjadinya kanker paru-paru. Oleh karena itu, kebiasaan merokok
harus dihentikan. Mengingat tidak adanya obat yang manjur untuk
menyembuhkan kanker paru.Merokok dapat menyebabkan perubahan
struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada
saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar
mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil,
terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel
dan penumpukan lendir.Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan
jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi
saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi
paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi
dasar utama terjadinya penyakiti paru obstruksi menahun (PPOM).
Dikatakan merokok merupakan penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk
emfisema paru-paru, bronkitis kronis, dan asma.2. Penyakit Jantung
Koroner Banyak orang mengira bahwa kanker paru merupakan bahaya
terbesar akibat merokok. Sesungguhnya, penyakit jantung koronerlah
yang jauh lebih berbahaya. Menurut Hans Tjandra (2003), banyak
penelitian telah membuktikan adanya hubungan merokok dengan
penyakit jantung koroner (PJK). Dari 11 juta kematian per tahun di
negara industri maju, WHO melaporkan lebih dari setengah (6 juta)
disebabkan gangguan sirkulasi darah, di mana 2,5 juta adalah
penyakit jantung koroner dan 1,5 juta adalah stroke. Survei Depkes
RI tahun 1986 dan 1992, mendapatkan peningkatan kematian akibat
penyakit jantung dari 9,7 persen (peringkat ketiga) menjadi 16
persen (peringkat pertama). Dengan demikian, merokok menjadi faktor
utama penyebab penyakit jantung koroner tersebut. Bukan hanya
menyebabkan penyakit jantung koroner, merokok juga berakibat buruk
bagi pembuluh darah otak dan perifer sebagaimana akibat yang
dihasilkan karbon monoksida.Efek rokok terhadap jantung dapat
dijelaskan melalui efek kimia. Ada dua zat yang dianggap mempunyai
efek yang besar yaitu CO ( Karbon Monoksida ) dan nikotin. Efek
berkepanjangan dari karbon monoksida adalah bahwa jaringan pembuluh
darah akan terganggu, menyempit dan mengeras sehingga dapat
mengakibatkan penyumbatan.Merokok terbukti merupakan faktor risiko
terbesar untuk mati mendadak. Risiko terjadinya penyakit jantung
koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan
perokok. Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah
rokok yang dihisap. Faktor risiko merokok bekerja sinergis dengan
faktor-faktor lain, seperti hipertensi, kadar lemak atau gula darah
yang tinggi, terhadap tercetusnya PJK. Perlu diketahui bahwa risiko
kematian akibat penyakit jantung koroner berkurang dengan 50 persen
pada tahun pertama sesudah rokok dihentikan.Akibat penggumpalan
(trombosis) dan pengapuran (aterosklerosis) dinding pembuluh darah,
merokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer. Sklerosis
pembuluh darah yang melibatkan pembuluh darah arteri dan vena di
tungkai bawah atau tangan sering ditemukan pada dewasa muda perokok
berat, sering akan berakhir dengan amputasi.3. Penyakit
StrokePenyakit stroke merupakan penyumbatan pembuluh darah otak
yang bersifat mendadak. Stroke banyak dikaitkan dengan merokok.
Risiko stroke dan risiko kematian lebih tinggi pada perokok
dibandingkan dengan bukan perokok. Dalam penelitian yang dilakukan
di Amerika Serikat dan Inggris, didapatkan kebiasaan merokok
memperbesar kemungkinan timbulnya AIDS pada pengidap HIV. Pada
kelompok perokok, AIDS timbul rata-rata dalam 8 bulan, sedangkan
pada kelompok bukan perokok timbul setelah 14,5 bulan. Penurunan
kekebalan tubuh pada perokok menjadi pencetus lebih mudahnya
terkena AIDS sehingga berhenti merokok penting sekali dalam langkah
pertahanan melawan AIDS. 4. Penyakit Mulut Merokok terutama dapat
menimbulkan penyakit kardiovaskuler dan kanker, baik kanker
paru-paru, oesophagus, laryng, dan rongga mulut. Kanker di dalam
rongga mulut biasanya dimulai dengan adanya iritasi dari
produk-produk rokok yang dibakar dan dihisap. Iritasi ini
menimbulkan lesi putih yang tidak sakit (Nugroho, 2004). Memang
terdapat keterkaitan yang erat antara merokok dengan kesehatan
mulut karena aktivitas merokok dimulai di mulut.Merokok juga dapat
menimbulkan kelainan-kelainan rongga mulut misalnya pada lidah,
gusi, mukosa mulut, gigi dan langit-langit yang berupa stomatitis
nikotina dan infeksi jamur. Secara lebih rinci dapat dijelaskan
sebagai berikut :1) Pengaruh rokok terhadap lidahPada perokok
berat, merokok menyebabkan rangsangan pada papilafiliformis
(tonjolan/juntai pada lidah bagian atas) sehingga menjadi lebih
panjang (hipertropi). Di sini hasil pembakaran rokok yang berwarna
hitam kecoklatan mudah dideposit, sehingga perokok sukar merasakan
rasa pahit, asin, dan manis, karena rusaknya ujung sensoris dari
alat perasa (tastebuds).2) Pengaruh rokok terhadap gusiJumlah
karang gigi pada perokok cenderung lebih banyak daripada yang bukan
perokok. Karang gigi yang tidak dibersihkan dapat menimbulkan
berbagai keluhan seperti gingivitis atau gusi berdarah. Disamping
itu hasil pembakaran rokok dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
peredaran darah ke gusi sehingga mudah terjangkit penyakit.3)
Pengaruh rokok terhadap mukosa mulutMerokok merupakan salah satu
faktor penyebab Leukoplakia yaitu suatu bercak putih atau plak pada
mukosa mulut yang tidak dapat dihapus. Hal ini bisa dijumpai pada
usia 30-70 tahun yang mayoritas penderitanya pria terutama yang
perokok. Iritasi yang terus menerus dari hasil pembakaran tembakau
menyebabkan penebalan pada jaringan mukosa mulut. Sebelum gejala
klinis terlihat, iritasi dari asap tembakau ini menyerang sel-sel
epitel mukosa sehingga aktivitasnya meningkat. Gejala ini baru
terlihat bila aktivitas seluler bertambah dan epitel menjadi tebal,
terutama tampak pada mukosa bukal (mukosa yang menghadap pipi) dan
pada dasar mulut. Perubahan mukosa mulut terlihat sebagai bercak
putih. Bercak putih tersebut mungkin disebabkan karena epitel yang
tebal jenuh dengan saliva (air ludah). Para ahli mengatakan bahwa
leukoplakia merupakan lesi pra-ganas di dalam mulut. Perubahan
leukoplakia menjadi ganas 3-6%. Kebiasaan merokok sangat
mempengaruhi kesehatan mulut terutama perubahan mukosa (selaput
lendir) ini. Kebanyakan, kanker di dalam mulut dimulai dengan
perubahan mukosa. Perubahan ini tidak menimbulkan rasa sakit (lesi
pra-ganas) sehingga tidak diperhatikan sampai keadaan menjadi
lanjut. Oleh karena itu jika terdapat bercak putih, sedini mungkin
datang ke dokter gigi. Biasakan memeriksa gigi setiap 6 bulan
sekali, meskipun tidak mengalami keluhan dan yang paling penting
adalah kemauan yang keras untuk menghilangkan kebiasaan merokok.5.
Dampak Bagi Perokok PasifSekarang ini kebanyakan perokok tahu bahwa
merokok dapat menyebabkan beberapa penyakit berbahaya. Namun mereka
biasanya masa bodoh terhadap hal itu dan menganggap bahwa merokok
adalah urusan pribadi mereka, tetapi sebenarnya merokok bukan
urusan pribadi. Asap rokok tidak hanya berpengaruh kepada perokok
aktif, tetapi juga mengotori udara sekitar.Orang-orang yang bukan
perokok, tetapi ikut menghirup udara yang tercemar asap rokok
dinamakan perokok pasif ('passive smoking'). Perlu diketahui bahwa
asap yang dihasilkan dan rokok yang mengepul ke udara luar ditambah
dengn asap yang dihembuskan oleh perokok mengandung zat kimia yang
lebih tinggi daripada yang dihisap oleh perokok sendiri yang labil.
Mereka yang peka sebagai perokok pasif terutama adalah bayi dan
anak-anak. Risiko yang akan diterima perokok pasif antara lain
dapat mengalami kanker paru dan penyakit jantung, masalah prnapasan
termasuk radang paru dan bronchitis, sakit atau pedih mata, bersin,
batuk-batuk, dan sakit kepala.Disamping itu, perokok pasif juga
mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengidap berbagai
penyakit, 30 % penyakit jantung dan 25% kanker. Bagi ibu hamil yang
merokok akan mengalami pengaruh buruk antara lain akan mengalami
keguguran, pendarahan, bayi lahir prematur, bayi meninggal atau
meninggal setelah lahir, bayi lahir dengan berat badan rendah
(BBLR) dan bayi sering sakit.
2.2.4 Upaya Penanggulangan Bahaya MerokokKebiasan merokok memang
sulit untuk dihentikan. Sudah seharusnya upaya menghentikan
kebiasaan merokok menjadi tugas dan tanggung jawab dari segenap
lapisan masyarakat. Usaha penerangan dan penyuluhan, khususnya di
kalangan generasi muda, dapat pula dikaitkan dengan usaha
penanggulangan bahaya narkotika, usaha kesehatan sekolah, dan
penyuluhan kesehatan masyarakat pada umumnya. Tokoh-tokoh panutan
masyarakat, termasuk para pejabat, pemimpin agama, guru, petugas
kesehatan, artis, dan olahragawan, sudah sepatutnya menjadi teladan
dengan tidak merokok. Profesi kesehatan, terutama para dokter,
perawat, dan lain-lain berperan sangat penting dalam penyuluhan dan
menjadi contoh bagi masyarakat. Kebiasaan merokok pada profesi
kesehatan harus segera dihentikan. Perlu pula pembatasan kesempatan
merokok di tempat-tempat umum, sekolah, kendaraan umum, tempat
kerja, pengaturan dan penertiban iklan promosi rokok, memasang
peringatan kesehatan pada bungkus rokok dan iklan rokok. Iklim
tidak merokok harus diciptakan. Ini harus dilaksanakan serempak
oleh kita semua, yang menginginkan tercapainya negara dan bangsa
Indonesia yang sehat dan makmur. (Hans Tjandra, 2003)Adanya upaya
prevensi dan motivasi untuk menghentikan perilaku merokok penting
untuk dipertimbangkan dan dikembangkan. Dengan menumbuhkan motivasi
dalam diri untuk berhenti atau tidak mencoba untuk merokok, akan
membuat mereka mampu untuk tidak terpengaruh oleh godaan merokok
yang datang dari teman, media massa atau kebiasaan
keluarga/orangtua.Suatu program kampanye anti merokok yang
dilakukan dapat dijadikan contoh dalam melakukan upaya pencegahan
agar tidak merokok, karena ternyata program tersebut membawa hasil
yang menggembirakan. Kampanye anti merokok ini dilakukan dengan
cara membuat berbagai poster, film dan diskusi-diskusi tentang
berbagai aspek yang berhubungan dengan merokok. Lahan yang
digunakan untuk kampanye ini adalah fasilitas pelayanan kesehatan,
sekolah-sekolah, televisi atau radio dan lain-lain. Pesan-pesan
yang disampaikan dapat berupa : 1. Meskipun orangtua Anda merokok,
Anda tidak perlu harus meniru, karena Anda mempunyai akal yang
dapat dipakai untuk membuat keputusan sendiri. 2. Iklan-iklan
merokok sebenarnya menjerumuskan orang. Sebaiknya Anda mulai
belajar untuk tidak terpengaruh oleh iklan seperti itu. 3. Anda
tidak harus ikut merokok hanya karena teman-teman Anda merokok.
Anda bisa menolak ajakan mereka untuk ikut merokok. 4. Matikan
rokok sebelum rokok mematikan anda5. Singkirkan rokok dari hidup
anda sebelum rokok menyingkirkan anda dari hidup ini.6. Buktikan
rasa sayang anda pada orang sekitar anda dengan berhenti
merokok.Perilaku merokok akan memberikan dampak bagi kesehatan
secara jangka pendek maupun jangka panjang yang nantinya akan
ditanggung tidak saja oleh diri sendiri tetapi juga akan dapat
membebani orang lain. Bagi mereka yang susah untuk menghentikan
kebiasaan merokok ini, kadang-kadang akan mengalami frustasi, mudah
tersinggung dan sulit berkonsentrasi. Adanya jalan tengah untuk
menyikapi hal ini memungkinkan mereka boleh merokok tiga sampai
lima batang sehari, tetapi mereka harus sedapat mungkin
mengendalikan faktor-faktor risiko lainnya. Mereka bisa ditolong
dengan mengunyah permen bila dorongan untuk merokok timbul.Melalui
resolusi tahun 1983, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah
menetapkan tanggal 31 Mei sebagai Hari Bebas Tembakau Sedunia.
Maksud utama dari Hari Bebas Tembakau ini adalah untuk mendorong
para perokok secara sukarela berhenti merokok sebagai langkah awal
untuk mengurangi atau berhenti sama sekali, menghimbau para penjual
rokok untuk secara sukarela tidak menjual rokok selama sehari
sebagai suatu tindakan demi kepentingan dan kebaikan umum,
menghimbau media massa terutama di negara-negara yang sedang
bekembang untuk tidak memuat atau menyebarluaskan iklan rokok
selama sehari demi kepentingan dan kebaikan umum juga.Indonesia
merupakan salah satu pemrakarsa Framework Convention on Tobacco
Control (FCTC) atau Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau,
merupakan perjanjian internasional kesehatan masyarakat pertama
sebagai hasil negosiasi 192 negara anggota WHO. FCTC bertujuan
untuk melindungi generasi masa kini dan masa mendatang dari dampak
konsumsi tembakau dan paparan asap rokok terhadap kesehatan,
sosial, lingkungan dan ekonomi.Menurut Menteri Kesehatan RI, dr.
Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, terdapat 4 hal yang mendasar bagi bangsa
Indonesia untuk untuk meratifikasi dan mengaksesi FCTC, yaitu :1.
Aspek hak asasi manusia (HAM)Setiap individu berhak untuk hidup dan
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pemerintah
berkewajiban untuk melindungi masyarakat dari segala macam hal yang
dapat menghambat pencapaian hak asasi manusia tersebut. Merokok
jelas mengancam kesehatan dan menghambat masyarakat dalam mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.2. Aspek
legalUndang-undang Kesehatan RI No. 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa
zat yang terdapat dalam rokok itu merupakan zat adiktif. Saat ini
diketahui bahwa zat adiktif terdapat dalam 4 jenis, yaitu zat
adiktif dalam narkotika, psikotropika, alkohol dan zat adiktif
dalam tembakau, karena itulah perlu dilakukan pengaturan. Disamping
itu sudah terdapat kesepakatan secara internasional untuk mengatur
tersebut.3. Hubungan internasionalDi dalam lingkup internasional,
Indonesia dianggap sebagai pemimpin dalam global health. Dalam
perhelatan The 3rd APEC High Level Meeting on Health and the
Economy di Nusa Dua Bali yang bersepakat menyatakan bahwa kesehatan
merupakan isu prioritas. Indonesia menjadi satu-satunya negara yang
belum mengaksesi FCTC.4. Segi ekonomisSaat ini perokok yang berasal
dari golongan menengah kebawah (golongan tidak mampu) semakin
banyak, ini merupakan beban yang besar. Disamping itu kebiasaan
merokok menyebabkan penyakit yang sangat mahal biaya pengobatanya
seperti penyakit paru, penyakit jantung, stroke dan kecacatan pada
bayi, ini akan menjadi beban ekonomi negara yang luar biasa besar
dan anggaran kesehatan akan tersedot untuk penyakit-penyakit mahal
yang sebenarnya dapat dicegah. Disamping itu Kebijakan Pemerintah
Indonesia melalui Revisi PP No 81 Tahun 1999 tentang Pengamanan
Rokok Bagi Kesehatan menjadi PP No 19 Tahun 2003 yang mengatur
Kadar nikotin dalam setiap batang rokok di wilayah Indonesia tidak
boleh melebihi 1,5 mg, dan kadar kandungan tar maksimal 20
mg.Pendekatan melalui agama juga diperlukan, diantaranya adalah
merokok merupakan bentuk perbuatan merusak/mebunuh diri sendiri dan
orang lain, sebagaimana tertmaktub dalam QS. Al-Baqoroh ayat 195
dan QS. An-Nisa ayat 29, yaitu sebagai berikut :1. ...dan janganlah
kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalamkebinasaan dan berbuat
baiklah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat
kebaikan.(QS. Al-Baqarah : 195)2. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS.
An-Nisa : 29)
2.2.5 Peran Perawat Pada Program Berhenti MerokokSalah satu
peran perawat di komunitas adalah sebagai pendidik kesehatan
(health education), yaitu memberikan pendidikan kesehatan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik dirumah,
dipuskesmas, maupun dikomunitas secara terorganisir untuk
menanamkan perilaku hidup sehat sehingga terjadi perubahan perilaku
untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Disamping itu
perawat dapat berperan sebagai konselor yaitu melakukan konseling
untuk membantu klien agar dapat menyadari dan mengatasi tekanan
psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan
interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan
seseorang, di dalamnya diberikan dukungan emosional dan
intelektual.Menurut WHO (2004), salah satu strategi untuk merubah
perilaku adalah melalui upaya pemberian informasi tentang cara-cara
mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, dan lain-lain
akan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Perubahan perilaku degan
cara ini memakan waktu lama, tetapi perubahan yang dicapai bersifat
langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri (bukan
karena paksaan).Kebiasaan merokok merupakan perilaku yang sulit
untuk dihentikan. Algoritma upaya berhenti merokok merupakan salah
satu pendekatan penyampaian informasi tentang dampak buruk rokok
terhadap kesehatan sebagai upaya prevensi dan motivasi untuk
menghentikan perilaku merokok. Dengan menumbuhkan motivasi dalam
diri untuk berhenti atau tidak mencoba untuk merokok, akan membuat
mereka mampu untuk tidak terpengaruh oleh godaan merokok yang
datang dari lingkungan internal maupun eksternal.Woodhworth
mengungkapkan bahwa perilaku terjadi karena adanya motivasi atau
dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai
dengan kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai. Karena tanpa
dorongan tadi tidak akan ada suatu kekuatan yang mengarahkan
individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku. Dorongan
diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam arti kebutuhan
membangkitkan dorongan, dan dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan
atau memunculkan mekanisme perilaku. (Notoatmodjo, 2007)Lebih
lanjut dijelaskan bahwa motivasi sebagai penyebab dari timbulnya
perilaku menurut Woodworth mempunyai 3 (tiga) karakteristik,
yaitu(21) :1. Intensitas, menyangkut lemah dan kuatnya dorongan
sehingga menyebabkan individu berperilaku tertentu2. Pemberi arah,
mengarahkan individu dalam menghindari atau melakukan suatu
perilaku tertentu3. Persistensi atau kecenderungan untuk mengulang
perilaku secara terus menerus.Dengan kata lain, jika ketiga hal
tersebut lemah, maka motivasi tak akan mampu menimbulkan
perilaku.Strategi-strategi yang dapat digunakan oleh perokok untuk
berhenti merokok :1. Rencanakan waktu berhentiNiatkan dan
rencanakan kapan anda akan berhenti merokok untuk selamanya.
Waktunya mungkin saja beberapa hari ke depan.2. Bantu diri Anda
sendiriDalam merencanakan dan menjaga keinginan Anda untuk berhenti
merokok, carilah informasi mengenai rokok dan penyakit yang
ditimbulkan dari berbagai sumber terpercaya seperti American Cancer
Society, American Lung Association, Centers for Disease Control and
Prevention atau situs lokal seperti Yayasan Kanker Indonesia,
Yayasan Jantung Indonesia, Komite Nasional Penanggulangan Masalah
Merokok atau konsultasikan dengan dokter.
3. Kelompok pendukungEntah Anda bertemu secara online atau
sebuah kelompok pendukung. Carilah dukungan dari orang-orang yang
juga berusaha untuk berhenti merokok.4. KonselingKonseling
merupakan pertemuan tatap muka dengan dokter yang terpercaya,
psikolog, perawat atau konselor misalnya di Klinik Berhenti
Merokok. Forum ini akan membahas hal-hal apa saja yang menghalangi
anda untuk berhenti merokok dan cara-cara untuk mengatasinya.5.
OlahragaOlahraga akan membantu anda mengatasi stres dan berat badan
yang bertambah setelah anda berhenti merokok.6. Ajak
Sahabat/Keluarga AndaMintalah teman atau anggota keluarga yang
tidak merokok untuk menyediakan waktu mereka jika anda mengalami
masa-masa yang sulit.
2.3 Konsep Practical Approach to Lung Health (PAL)2.3.1
DefinisiPendekatan Praktis Kesehatan Paru (Practical Approach to
Lung Health / PAL) adalah merupakan suatu pendekatan inovatif dalam
peningkatan penemuan pasien Tuberkulosis (TB) diantara pasien
gangguan pernapasan kronik mengingat gejala dan keluhan-keluhan
pasien yang hampir sama. Dari segi kunjungan pelayanan, sebagian
besar kunjungan ke Puskesmas adalah pasien dengan ganguan
pernapasan/ISPA namun penatalaksanaannya masih didasarkan atas
gejala, tanpa indikasi yang sistematik dan jelas. Suatu pendekatan
yang sistematik, terstandarisasi dan benar, diperlukan untuk
mengidentifikasi secara tepat pasien TB diantara sejumlah besar
pasien gangguan saluran pernapasan. PAL diprioritaskan kepada 4
penyakit gangguan pernapasan pada pasien berusia > 5 tahun,
yaitu : Tuberkulosis, Pneumonia, Asma dan PPOK, karena keempat
penyakit ini merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada
orang dewasa dengan alasan sebagai berikut :1. TB dan Pneumonia
merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada usia produktif di
negara-negara berkembang2. PPOK merupakan salah satu penyebab
kematian yang sering di dunia dengan prevalensi yang semakin
meningkat;3. Makin meningkatnya prevalensi Asma di dunia.4.
Penatalaksanaan penyakit pernapasan yang belum efisien dan belum
memadai.
2.3.2 Tujuan Practical Approach to Lung Health (PAL)Pelaksanaan
PAL bertujuan untuk meningkatkan cara diagnosis dan pelayanan
pasien TB dengan memperbaiki mutu pelayanan gangguan saluran
pernapasan di Puskesmas dan efisiensi pemberian pelayanan bagi
pasien gangguan saluran pernapasan dalam sistem kesehatan yang ada.
Selanjutnya tujuan PAL dapat dibedakan atas tujuan umum dan tujuan
khusus, yaitu sebagai berikut :1. Tujuan UmumUntuk memperkuat
sistem kesehatan dalam melakukan diagnosis dan pengobatan pasien
gangguan pernapasan.2. Tujuan Khusus1) ManajerialMeningkatkan
efisiensi pelayanan dalam menatalaksana kasus penyakit pernapasan
melalui penetapan standar, cara pengobatan yang efektif dan
kompetensi petugas kesehatan.2) Mutu pelayananMeningkatkan mutu
penatalaksanaan kasus gangguan pernapasan dalam sistem pelayanan
kesehatan melalui peningkatkan penemuan kasus, perbaikan sistem
rujukan, peningkatan mutu diagnosis.3) Epidemiologi Mengurangi
beban kesakitan dan kematian penyakit pernapasan melalui penurunan
kesakitan-kematian dan penularan TB, pencegahan komplikasi infeksi
bakterial saluran pernapasan dan kematian Pneumonia, serta
pengurangan jumlah serangan Asma dan eksaserbasi PPOK.
2.3.3 Dampak Practical Approach to Lung HealthDampak practical
approach to lung health, yaitu sebagai berikut :1. Program
Pengendalian Tuberkulosis (TB) 1) Meningkatkan kualitas penanganan
kasus TB sebagai bagian dari gangguan saluran pernapasan.
Meningkatkan penemuan kasus dan mutu penegakan diagnosis TB.2)
Mengupayakan Pengendalian TB sebagai prioritas dalam agenda
kesehatan.3) Menyediakan informasi tentang penemuan TB dalam
pelayanan kesehatan umum.2. Program Pengendalian Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA)1) Untuk mendeteksi dini penemuan kasus
Pneumonia pada usia 5 tahun dalam upaya penanggulangan pandemi
influenza.2) Mengurangi kesalahan dalam penegakan diagnosis dan
tatalaksana kasus Pneumonia usia 5 tahun.3. Program Pengendalian
Penyakit Tidak Menular (PPTM)1) Terdapatnya panduan tentang
penanganan Asma2) Terdapatnya panduan tentang penanganan PPOK3)
Terlaksanannya pencegahan (primer, sekunder, dan tertier) terhadap
asma dan PPOK di berbagai tingkat pelaporan.4) Deteksi dini PTM
khususnya penemuan kasus Asma dan PPOK5) Dapat mendiagnosis dini
dan menatalaksana kasus Asma dan PPOK6) Terdapatnya pencatatan dan
pelaporan PTM khususnya Asma dan PPOK di Puskesmas4. Dampak PAL
terhadap Pelayanan Kesehatan Umum1) Meningkatkan kompetensi petugas
kesehatan Puskesmas dalam penatalaksanaan 4 penyakit terkait PAL.2)
Meningkatkan pengobatan rasional dengan peresepan obat-obatan dan
antibiotika yang rasional.3) Meningkatkan sistem rujukan untuk
gangguan saluran pernapasan pada umumnya dan TB pada khususnya.4)
Meningkatkan pengelolaan Sumber Daya.5) Meningkatkan sistem
informasi manajemen kesehatan.6) Memperkuat pelayanan Puskesmas
dalam meningkatkan kunjungan dan mengatasi gangguan saluran
pernapasan5. Dampak PAL terhadap Masyarakat1) Meringankan beban
pasien gangguan saluran pernapasan di Puskesmas melalui penyediaan
paket pelayanan kesehatan dasar.2) Meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap pelayanan Puskesmas.
2.3.4 Peran Perawat dalam Pelaksanaan PALPeran perawat dalam
pelaksanan PAL, yaitu sebagai berikut :1. Menilai keadaan pasien.2.
Mengelompokkan penyakit berdasarkan gejala.3. Merujuk pasien ke
Puskesmas/Rumah sakit untuk penatalaksanaan lebih lanjut bila tidak
ada dokter.4. Memberikan KIE kepada pasien tentang penyakit,
pengobatan, efek samping obat dan pemantauan pengobatan.5.
Melakukan tatalaksanan pasien berdasarkan pengelompokan gejala bila
dokter tidak ada.6
5
Gambar 2.1 Diagram Pendekatan Program Berhenti Merokok
Penderita datang ke dokter Puskesmas atau Rumah Sakit
5A : Bentuk pelayanan lengkap yang diberikan kepada penderita
batuk yang akan berhenti merokokAsk: Ditanyakan mengenai masalah
seputar merokokAdvice: Dinasehati untuk berhenti merokokAssess:
Dinilai keinginan pasien untuk berhenti merokokAssist: Dibantu
untuk berhenti merokokArrange : Dirancang dan diatur untuk
menjalani program berhenti merokok5R : Bentuk pelayanan bagi
penderita yang belum akan berhenti merokok dan harus dimotivasi
untuk berhenti merokokRelevance: Penjelasan dan diskusi dengan
perokokRisk: Resiko jika terus merokokReward: Penjelasan keuntungan
berhenti merokokRoadblocks: Identifikasi hambatan berhenti
merokokRepetition: Ulangi motivasi berhenti merokok setiap kali
kunjunganMempertahankan tidak merokokMencegah merokok
lagiTidakYaPenanganan yang memadai (5A)Motivasi untuk berhenti
(5R)TidakYaApakah penderita pernah merokok ?Apakah penderita akan
berhenti merokok ?TidakYaApakah penderita perokok aktif ?
BAB IIIKERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka pemikiran pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara
pemikiran-pemikiran yang ingin diamati atau diukur melalui
penelitian-penelitian yang akan dilakukan. (Notoatmodjo,
2007)Setiap kali menghirup asap rokok, entah sengaja atau tidak,
berarti juga mengisap lebih dari 4.000 macam racun. Karena itulah,
merokok sama dengan memasukkan racun-racun tadi ke dalam rongga
mulut dan tentunya paru-paru. Merokok mengganggu kesehatan,
kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit telah
terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok,
tetapi juga bagi orang di sekitarnya. (Syamsul Maarif,
2013)Indonesia masih menjadi negara ketiga dengan jumlah perokok
aktif terbanyak di dunia 61,4 juta perokok setelah Cina dan India.
Di Puskesmas Panongan berdasarkan hasil observasi tercatat 90,48%
dari pengunjung pria dengan gangguan pernapasan adalah perokok
aktif, dan 86,95% dari pengunjung wanita adalah perokok
pasif.Tingginya angka perokok aktif dan pasif di Indonesia
merupakan ancaman serius terhadap derajat kesehatan masyarakat,
sehingga di perlukan upaya dari berbagai pihak untuk melindungi
generasi masa kini dan masa mendatang dari dampak konsumsi tembakau
dan paparan asap rokok terhadap kesehatan, sosial, lingkungan dan
ekonomi.Kebiasaan merokok merupakan perilaku yang sulit untuk
dihentikan. Diperlukan upaya yang sinergis dari perokok,
masyarakat, tenaga kesehatan dan pemerintah agar program antirokok
dapat berhasil. Peran perawat komunitas sebagai konselor dalam
upaya berhenti merokok merupakan salah satu upaya penyampaian
informasi tentang dampak buruk rokok terhadap kesehatan dan
keuntungan tidak merokok sebagai upaya prevensi dan motivasi untuk
menghentikan perilaku merokok. Perilaku manusia sebenarnya
merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, yaitu
pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi dan
sikap. Sedangkan gejala kejiwaan tersebut juga ditentukan atau
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor pengalaman,
keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya masyarakat. (Notoatmodjo,
2007)Woodhworth mengungkapkan bahwa perilaku terjadi karena adanya
motivasi atau dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk
bertindak sesuai dengan kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai.
Karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu kekuatan yang
mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku.
Dorongan diaktifkan oleh adanya suatu kebutuhan (need) pada diri
individu dalam bentuk energi aktif yang menyebabkan timbulnya
dorongan dengan intensitas tertentu yang berfungsi mengaktifkan,
memberi arah, dan membuat persisten (berulang-ulang) dari
suatuperilakuuntuk memenuhi kebutuhan yang menjadi penyebab
timbulnya dorongan itu sendiri. (Notoatmodjo, 2007)
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Peran Perawat Komunitas Sebagai
Konselor Dalam Upaya Program Berhenti Merokok di Poli PAL UPTD
Puskesmas Panongan Tahun 2014
PengetahuanPersepsiSikapKeinginanKehendakMotivasiNiat
Peran Perawat :Konselor / Health EducatorPerilaku
Sumber : Notoatmodjo, 2007
BAB IVPEMBAHASAN
Di Puskesmas Panongan berdasarkan hasil observasi tercatat
90,48% dari pengunjung pria dengan gangguan pernapasan di Poli PAL
adalah perokok aktif, dan 86,95% dari pengunjung wanita adalah
perokok pasif. Tingginya angka perokok aktif tersebut merupakan
ancaman serius terhadap derajat kesehatan masyarakat, khususnya
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Panongan sehingga diperlukan
upaya dari berbagai pihak untuk melindungi generasi masa kini dan
masa mendatang dari dampak konsumsi tembakau dan paparan asap rokok
terhadap kesehatan.Upaya yang telah dilakukan di Puskesmas Panongan
khususnya di Poli PAL sebagai bagian dalam upaya mendukung program
berhenti merokok dan kampanye anti rokok diantaranya adalah sebagai
berikut :1. Konseling berhenti merokok terhadap klien (perokok)
dengan gangguan pernapasan yang berkunjung ke Poli PAL UPTD
Puskesmas Panongan.2. Penyampaian informasi atau pesan melalui
pemasangan foster anti rokok, yaitu :a. Matikan rokok sebelum rokok
mematikan andab. Singkirkan rokok dari hidup anda sebelum rokok
menyingkirkan anda dari hidup ini.c. Buktikan rasa sayang anda pada
orang sekitar anda dengan berhenti merokok.d. Stop rokok, kawasan
tanpa rokok.Kebiasaan merokok merupakan perilaku yang sulit untuk
dihentikan. Diperlukan upaya yang sinergis dari perokok,
masyarakat, pemerintah dan tenaga kesehatan agar program antirokok
dapat berhasil. Menurut WHO (2004), salah satu strategi untuk
merubah perilaku adalah melalui upaya pemberian informasi tentang
cara-cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, dan
lain-lain akan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Perubahan
perilaku degan cara ini memakan waktu lama, tetapi perubahan yang
dicapai bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka
sendiri (bukan karena paksaan).Perawat komunitas mempunyai peran
sebagai konselor dan pendidik kesehatan (health education), yaitu
memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat baik dirumah, dipuskesmas, maupun dikomunitas secara
terorganisir untuk menanamkan perilaku hidup sehat sehingga terjadi
perubahan perilaku untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
(kozier, 1995)Konseling pada perokok bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang dampak rokok terhadap kesehatan dan merupakan
salah satu upaya prevensi dan motivasi untuk menghentikan perilaku
merokok. Dengan menumbuhkan motivasi dalam diri untuk berhenti atau
tidak mencoba untuk merokok, akan membuat mereka mampu untuk tidak
terpengaruh oleh godaan merokok yang datang dari teman, media
massa, kebiasaan keluarga atau orangtua dan
lain-lain.Motivasimerupakan suatu tenaga yang terdapat dalam diri
manusia yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasi tingkah
laku (perilaku). Perilaku ini timbul karena adanya dorongan faktor
internal dan faktor eksternal. Woodhworth mengungkapkan bahwa
perilaku terjadi karena adanya motivasi atau dorongan (drive) yang
mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan kepentingan atau
tujuan yang ingin dicapai. Karena tanpa dorongan tadi tidak akan
ada suatu kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme
timbulnya perilaku. Dorongan diaktifkan oleh adanya suatu kebutuhan
(need) pada diri individu dalam bentuk energi aktif yang
menyebabkan timbulnya dorongan dengan intensitas tertentu yang
berfungsi mengaktifkan, memberi arah, dan membuat persisten
(berulang-ulang) dari suatuperilakuuntuk memenuhi kebutuhan yang
menjadi penyebab timbulnya dorongan itu sendiri. (Notoatmodjo,
2007)Untuk lebih mengoptimalkan peran perawat komunitas dalam
memberikan konseling berhenti merokok, keberadaan klinik konsutasi
berhenti merokok di fasilitas pelayanan kesehatan khususnya di
Puskesmas Panongan perlu untuk dipertimbangkan.
BAB VSIMPULAN DAN SARAN
5.1 SimpulanUpaya yang telah dilakukan di Puskesmas Panongan
khususnya di Poli PAL sebagai bagian dalam upaya mendukung program
berhenti merokok dan kampanye anti rokok adalah sebagai berikut :3.
Konseling berhenti merokok terhadap klien (perokok) dengan gangguan
pernapasan yang berkunjung ke Poli PAL UPTD Puskesmas Panongan.4.
Penyampaian informasi atau pesan melalui pemasangan foster anti
rokok, yaitu :a. Matikan rokok sebelum rokok mematikan andab.
Singkirkan rokok dari hidup anda sebelum rokok menyingkirkan anda
dari hidup ini.c. Buktikan rasa sayang anda pada orang sekitar anda
dengan berhenti merokok.d. Stop rokok, kawasan tanpa rokok.
5.2 SaranPerawat komunitas di Puskesmas mempunyai peran yang
sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
individu, keluarga, kelompok dan komunitas sebagai bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang diberikan. Dalam hal ini perawat
dalam menjalankan tugasnya sebagai pelaksana pemberi layanan
kesehatan harus mampu menjadi konselor/edukator yang baik,
khususnya bagi klien dengan riwayat perokok aktif yang memiliki
keinginan untuk berhenti merokok. Untuk lebih mengoptimalkan peran
tersebut diatas keberadaan klinik konsutasi berhenti merokok di
fasilitas pelayanan kesehatan khususnya di Puskesmas Panongan perlu
untuk dipertimbangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Choerunisa. Bahaya Rokok Bagi Kesehatan Paru; (diunduh tanggal
17 April 2014). Tersedia dari :
http://www.lifestyle.okezone.com
Depkes RI. Pendekatan Praktis Kesehatan Paru Untuk Tenaga
Puskesmas. Jakarta : Depkes RI; 2013.
Depkes RI. Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok Pada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta : Depkes RI; 2013
Hans Tjandra. Merokok dan Kesehatan; (diunduh tanggal 17 April
2014). Tersedia dari : http://www.compas.co.id
Kepmenkes RI No. 279 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas
Moekijat. Dasar Dasar Motivasi. Bandung : Vioner Jaya; 2002
Notoatmodjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT
Rineka Cipta; 2007
Nugroho. Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut;
(diunduh tanggal 17 April 2014). Tersedia dari
http://www.infogizi.net
Suchri Suarli dan Yanyan Bachtiar. Manajemen Keperawatan Dengan
Pendekatan Praktis. Bandung: Balatin Pratama; 2007
Syamsul Maarif. Bahaya Rokok Terhadap Kesehatan. (diunduh
tanggal 17 April 2014). Tersedia dari :
http://www.rotinsuluhospital.org/berita-6-bahaya-rokok-terhadap-kesehatan.html
Yudhistira. Penyuluhan Bahaya Rokok; (diunduh tanggal 17 April
2014). Tersedia dari : http://www.yudhistira.blogsport.com
Sumber : Depkes RI, 2013