Top Banner
A. JUDUL Pemanfaatan Limbah Rumput Laut Eucheuma sp Di Kabupaten Rote Ndao Menjadi Produk Bioetanol Untuk Meningkatkan Nilai Ekonomis Dan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir B. LATAR BELAKANG MASALAH Sejak lima tahun terakhir Indonesia mengalami penurunan produksi minyak nasional yang disebabkan menurunnya secara alamiah (natural decline) cadangan minyak pada sumur-sumur yang berproduksi. Di lain pihak, pertambahan jumlah penduduk telah meningkatkan kebutuhan sarana transportasi dan aktivitas industri yang berakibat pada peningkatan kebutuhan dan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional. Untuk memenuhi kebutuhan BBM tersebut, pemerintah mengimpor sebagian BBM. Menurut Ditjen Migas, impor BBM terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 106,9 juta barrel pada 2002 menjadi 116,2 juta barrel pada 2003 dan 154,4 juta barrel pada 2004. Dilihat dari jenis BBM yang diimpor, minyak solar (ADO) merupakan volume impor terbesar setiap tahunnya. Pada 2002, impor BBM jenis ini mencapai 60,6 juta barrel atau 56,7% dari total, kemudian meningkat menjadi 61,1 juta barrel pada 2003 dan 77,6 juta barrel pada 2004. Melihat kondisi tersebut, pemerintah telah mengumumkan rencana untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada bahan bakar minyak, dengan meluncurkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional
42

KARYA TULIS ETANOL

Mar 01, 2023

Download

Documents

Ronald Sukwadi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KARYA TULIS ETANOL

A JUDUL

Pemanfaatan Limbah Rumput Laut Eucheuma sp Di Kabupaten Rote Ndao

Menjadi Produk Bioetanol Untuk Meningkatkan Nilai Ekonomis Dan

Kesejahteraan Masyarakat Pesisir

B LATAR BELAKANG MASALAH

Sejak lima tahun terakhir Indonesia mengalami penurunan

produksi minyak nasional yang disebabkan menurunnya secara

alamiah (natural decline) cadangan minyak pada sumur-sumur yang

berproduksi Di lain pihak pertambahan jumlah penduduk telah

meningkatkan kebutuhan sarana transportasi dan aktivitas industri

yang berakibat pada peningkatan kebutuhan dan konsumsi Bahan

Bakar Minyak (BBM) nasional Untuk memenuhi kebutuhan BBM

tersebut pemerintah mengimpor sebagian BBM Menurut Ditjen

Migas impor BBM terus mengalami peningkatan yang cukup

signifikan dari 1069 juta barrel pada 2002 menjadi 1162 juta

barrel pada 2003 dan 1544 juta barrel pada 2004 Dilihat dari

jenis BBM yang diimpor minyak solar (ADO) merupakan volume impor

terbesar setiap tahunnya Pada 2002 impor BBM jenis ini mencapai

606 juta barrel atau 567 dari total kemudian meningkat

menjadi 611 juta barrel pada 2003 dan 776 juta barrel pada

2004

Melihat kondisi tersebut pemerintah telah mengumumkan

rencana untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada bahan

bakar minyak dengan meluncurkan Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional

untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti

Bahan Bakar Minyak Walapun kebijakan tersebut menekankan

penggunaan batu bara dan gas sebagai pengganti BBM kebijakan

tersebut juga menetapkan sumber daya yang dapat diperbaharui

seperti bahan bakar nabati sebagai alternatif pengganti BBM

Kebutuhan nasional untuk mewujudkan bahan bakar nabati

sedikitnya 18 miliar liter per tahun Akan tetapi keterbatasan

bahan baku menjadi kendala utama karena harus berbagi dengan

berbagai industri lain Industri yang menggunakan etanol misalnya

saja kosmetik farmasi sampai kimia Industri Etanol mempunyai

prospek yang sangat bagus di Indonesia karena kebutuhan etanol

di Indonesia terus mengalami peningkatan Hal ini tidak diimbangi

dengan kapasitas produksi industri etanol di Indonesia yang

hanya berjumlah sekitar 9 industri Akan tetapi saat ini banyak

produsen yang menghasilkan bioetanol dengan kemurnian di bawah

95 Sebetulnya bioetanol berkadar kemurnian 95 masih layak

dimanfaatkan sebagai bahan bakar Hanya saja dengan kadar

kemurnian itu perlu penambahan zat antikorosif pada tangki bahan

bakar agar tidak menimbulkan karat Karena penggunaan bahan bakar

alternatif ini menjadi salah satu pilihan yang diharapkan dapat

memenuhi permintaan kebutuhan bahan bakar yang semakin meningkat

maka perlu dikembangkan etanol dengan kadar yang lebih tinggi

lagi yaitu 996

Alkohol merupakan bahan kimia yang diproduksi dari bahan

baku tanaman yang mengandung selulosa seperti kayu cairan

buangan pabrik pulp dan tongkol biasanya disebut dengan

bioethanol Ubi kayu ubi jalar dan jagung merupakan tanaman

pangan yang biasa ditanam rakyat hampir di seluruh wilayah

Indonesia sedangkan ampas rumput yang merupakan limbah dari

pembuatan agar-agar lebih ramah lingkungan karena termasuk

memanfaatkan limbah

Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan panjang

garis pantai sekitar 81000 km merupakan kawasan pesisir dan

lautan yang memiliki berbagai sumberdaya hayati yang sangat besar

dan beragam Salah satu komoditi perairan Indonesia yang sangat

berpotensi untuk dikembangkan adalah rumput laut Namun tidak

semua hasil panen Eucheuma cottonii dapat diekspor sebagai bahan

baku kosmetik dan bahan makanan karena ada saja bagian ndash bagian

yang tidak masuk kedalam kriteria kelayakan sebagai bahan baku

untuk diekspor Sisa hasil panen ini ada yang terserang penyakit

pertumbuhannya terhambat karena kurangnya nutrisi yang sangat

dibutuhkan dalam masa pertumbuhan serangan gulma serta adanya

serangan predator luar seperti ikan yang merusak pertumbuhan

Eucheuma cottonii

Beberapa penelitian sebelumnya telah membahas tentang

pemanfaatan alga sebagai bahan bakar alternatif salah satunya

adalah penelitian dari Jorge Alberto Vieira Costa dan Michele

Greque de Morais dari Laboratory of Biochemical Engineering

College of Chemistry and Food Engineering Federal University of

Rio Grande Brazil (2010) yang melaporkan bahwa mikroalga

ternyata dapat dijadikan sebagai sumber bahan baku utama dalam

pembuatan biofuel pengganti energi fosil karena ramah lingkungan

dan mampu mengurangi emisi gas karbondioksida yang berdampak pada

efek rumah kaca dan pemanasan global

Selanjutnya ada pula hasil penelitian sebelumnya tentang

rumput laut dari jenis Eucheuma cottonii yaitu dari hasil

penelitian Luthfy (1988) yang melaporkan bahwa rumput laut jenis

Eucheuma cottonii ternyata mengandung kadar abu 1992 protein

280 lemak 178 serat kasar 702 dan mengandung

karbohidrat yang cukup tinggi yaitu sekitar 6848 Adanya

lignin dalam bahan berselulosa ini akan menghambat aktifitas

enzim yang terdapat didalam ragi dalam proses pengkonversian gula

sederhana menjadi etanol Sehingga untuk meningkatkan proses

hidrolisis maka perlu dilakukan proses delignifikasi untuk

mendegradasi lignin dari struktur selulosa dengan menggunakan

bantuan senyawa katalis salah satu caranya adalah dengan

menggunakan katalis kimia berupa senyawa NaOH Dari hasil

penelitian Samsul Rizal (2005) penambahan konsentrasi katalis

NaOH hingga 8 ternyata mampu meningkatkan kandungan selulosa

dalam produksi pulp dari jerami sehingga diperoleh hasil

produksi optimum selulosa sekitar 914 dengan sisa lignin dalam

pulp yang hanya mencapai sekitar 12 saja

Berdasarkan catatan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia produksi rumput laut

nasional pada 2004 baru sekitar 410570 ton Pada tahun 2005

skala tersebut meningkat menjadi 910636 ton Begitu pula pada

2006 skala produksinya mengalami peningkatan menjadi 1079850

ton Pada tahun 2007 produksi rumput laut nasional meningkat

lagi menjadi 1343700 ton Areal strategis yang dapat digunakan

untuk budidaya rumput laut di seluruh Indonesia adalah 21500 Ha

(Anonim 2007)

Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara wilayah

daratan dengan karakteristik daratannya dan wilayah lautan dengan

karakteristik lautannya dan membawa dampak yang cukup signifikan

terhadap pembentukan karakteristik wilayah sendiri yang lebih

khas Kekhasannya ini tidak hanya berlaku pada karakteristik

sumber daya manusia dan kelembagaan sosial yang terdapat di

sekitarnya

C PERUMUSAN MASALAH

Krisis energi yang terjadi di berbagai negara di belahan

dunia saat ini sudah memasuki tahapan yang sangat serius dan

memprihatinkan sehingga harus segera dicari metode pemecahan

masalahnya termasuk Indonesia Menurut data PDSI (2008) saat

ini sumber energi dunia masih didominasi oleh sumber daya alam

yang tidak terbarukan antara lain minyak bumi batubara dan gas

alam yakni sekitar 801 dimana masing-masing penggunaanya

adalah olahan minyak bumi sebesar 3503 batubara sebanyak

2459 dan gas alam sekitar 2044 Sumber energi terbarukan

lainnya tetapi mengandung resiko yang cukup tinggi adalah energi

nuklir yaitu sekitar 63 Dilain pihak sumber energy yang

terbarukan lainnya baru dikembangkan sekitar 136 terutama

biomassa tradisional yaitu hanya sekitar 85 saja

Meningkatnya penggunaan etanol sebagai salah satu sumber

energi alternatif akan meningkatkan permintaan bahan baku

Mengingat hingga saat ini teknologi proses pembuatan etanol yang

telah mantap dikembangkan adalah teknologi starch - based (Sun

and Cheng 2002) maka dikhawatirkan akan terjadi kompetisi

antara ketersediaan bahan baku untuk pangan pakan dan untuk

sumber energi Selain itu untuk menggantikan semua kebutuhan

bahan bakar minyak dunia saat ini dengan etanol maka diperlukan

luas tanah lahan pertanian hutan dan lain-lain yang tak

terbatas

Apalagi jika melihat bahwa saat ini di berbagai negara

khususnya negara berkembang sudah menunjukkan indikasi adanya

krisis pangan dan energi sehingga sangatlah perlu untuk segera

dicari sumber bahan baku pembuatan etanol lain Sumber bahan baku

potensial yang ketersediaannya melimpah berharga murah belum

banyak dimanfaatkan orang dan mengandung

struktur gula sederhana yang dapat diubah menjadi etanol adalah

bahan-bahan berlignosellulosa yang dalam beberapa dekade

terakhir menjadi salah satu obyek penelitian yang menarik untuk

mengetahui potensi dari bahan ndash bahan lignoselulosa dalam

memproduksi etanol

Namun pembuatan etanol dari bahan berselulosa memerlukan

beberapa tahapan sebelum masuk pada tahapan fermentasi untuk

menghasilkan etanol Hal ini disebabkan karena struktur selulosa

yang lebih kompleks sehingga harus dirombak agar proses

fermentasi untuk menghasilkan etanol dapat berlangsung dengan

optimal Menurut Shofiyanto (2008) bahan selulosa pada limbah

dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbon untuk produksi etanol

dengan melakukan proses hidrolisis terlebih dahulu Proses

hidrolisis dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gula

sederhana yang kemudian difermentasi oleh khamir untuk

menghasilkan etanol

Persediaan bahan bakar mulai menipis sedangkan kebutuhan

energi semakin meningkat Untuk itu perlu dikembangkan energi

alternatif yang terbarukan Bioetanol salah satu energi yang

terbarukan Indonesia merupakan negara yang berpotensi besar

dalam pengembangan sumber energi yang terbarukan karena memiliki

sumber nabati yang melimpah seperti rumput laut Limbah

pengolahan rumput laut merupakan masalah yang perlu dicarikan

upaya pemanfaatannya yang lebih baik padahal kandungan dalam

limbah pengolahan tersebut masih dapat dimanfaatkan sehingga hal

ini diharapkan bukan saja memberikan nilai tambah pada usaha

pengolahan rumput laut selain itu dapat menanggulangi masalah

pencemaran lingkungan yang ditimbulkan terutama masalah bau yang

dikeluarkan serta estetika lingkungan yang kurang baik (Devis

2008)

D TUJUAN

Tujuan penulisan karya tulis ini adalah

1 Mengenalkan potensi Kabupaten Rote Ndao sebagai penghasil

rumput laut yang sangat potensial dan memberikan kontribusi

yang besar terhadap produksi rumput laut nasional

2 Meningkatkan nilai ekonomis rumput laut melalui penerapan

teknologi sederhana menjadi produk bioetanol yang multiguna

E LUARAN YANG DIHARAPKAN

Luaran yang diharapkan dari penulisan karya tulis ini

adalah

1 Dapat dijadikan solusi alternatif penggunaan bahan bakar

nabati melalui pengolahan limbah rumput laut menjadi

bioetanol yang dapat diterapkan untuk mengurangi penggunaan

Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri

2 Dapat dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat pesisir

Pulau Rote melalui pengolahan rumput laut menjadi bioetanol

sehingga mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan

F KEGUNAAN

Kegunaan penulisan karya tulis ini adalah sebagai program

dan karya inovatif dan kreatif pemanfaatan rumput laut di sekitar

pantai laut di Kabupaten Rote Ndao menjadi produk bioetanol

yang potensial sebagai bahan bakar alternatif yang ramah

lingkungan

G TINJAUAN PUSTAKA

Definisi dan Morfologi Rumput laut (Eucheuma spinosum)

Rumput laut (seaweed) adalah ganggang berukuran besar

(macroalgae) yang merupakan tanaman tingkat rendah dan termasuk

kedalam divisi thallophyta Dari segi morfologinya rumput laut

tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar batang dan

daun Secara keseluruhan tanaman ini mempunyai morfologi yang

mirip walaupun sebenarnya berbeda Bentuk-bentuk tersebut

sebenarnya hanyalah thallus belaka Bentuk thallus rumput laut ada

bermacam-macam antara lain bulat seperti tabung pipih gepeng

dan bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya (Aslan 1998)

Thallophyta adalah tanaman yang morfologinya hanya terdiri

dari thallus tanaman ini tidak mempunyai akar batang dan daun

sejati Fungsi ketiga bagian tersebut digantikan oleh thallus

Tiga kelas utama rumput laut dari thallophyta adalah Rhodophyceae

(ganggang merah) Phaeophyceae (ganggang coklat) Chlorophyceae

(ganggang hijau) yang ketiganya dibedakan oleh kandungan pigmen

dan klorofil Rhodophyceae yang umumnya berwarna merah coklat

nila dan bahkan hijau mempunyai sel pigmen fikoeritrin

Phaeophyceae umumnya berwarna kuning kecoklatan karena selndashselnya

mengandung klorofil a dan c Chlorophyceae umumnya berwarna hijau

karena sel-selnya mengandung klorofil a dan b dengan sedikit

karoten (Direktorat Jenderal Perikanan 1990)

Rumput laut memerlukan substrat sebagai tempat menempel

biasanya pada karang mati moluska pasir dan lumpur Kejernihan

air kira-kira sampai 5 meter atau batas sinar matahari bisa

menembus air laut Tempat hidup Chlorophyceae umumnya lebih dekat

dengan pantai lebih ke tengah lagi Phaeophyceae dan lebih dalam

alga Rhodophyceae Pengukuran kedalaman secara umum untuk rumput

laut yang baik adalah pada waktu air surut Pada waktu air surut

kedalaman rumput laut berada pada kedalaman 30 ndash 50 cm dari

permukaan laut Fotosintesa berlangsung tidak hanya dibantu oleh

sinar matahari tetapi juga oleh zat hara sebagai bahan

makanannya Tidak seperti tumbuhan pada umumnya yang zat haranya

tersedia di dalam tanah zat hara alga diperoleh dari air laut

sekitarnya Penyerapan zat hara dilakukan melalui seluruh bagian

tumbuhan dan zat hara bukan menjadi penghambat pertumbuhan rumput

laut Hal ini terjadi karena adanya sirkulasi yang baik dari zat

hara yang ada di darat dengan dibantu oleh gerakan air (Indriani

dan Sumiarsih 1991)

Eucheuma spinosum merupakan rumput laut dari kelompok

Rhodopyceae (alga merah) yang mampu menghasilkan karaginan

Eucheuma dikelompokkan menjadi beberapa spesies yaitu Eucheuma

edule Eucheuma spinosum Eucheuma cottoni Eucheuma cupressoideum dan masih

banyak lagi yang lain Kelompok Eucheuma yang dibudidayakan di

Indonesia masih sebatas pada Eucheuma cottoni dan Eucheuma spinosum

Eucheuma cottoni dapat menghasilkan kappa karaginan dan telah banyak

diteliti baik proses pengolahan maupun elastisitasnya

(Romimohtarto dan Juwana 2005)

Ciri-ciri dan Taksonomi Eucheuma spinosum

Rumput laut ini dikenal dengan nama daerah agar-agar Dalam

dunia perdagangan rumput laut ini dikenal dengan istilah

spinosum yang berarti duri yang tajam Rumput laut ini berwarna

cokelat tua hijau cokelat hijau kuning atau merah ungu Ciri-

ciri lainnya adalah memiliki thallus silindris lilin dan kenyal

(Sudradjat 2008) Eucheuma adalah alga merah yang biasa

ditemukan di bawah air surut rata-rata pada pasut bulan-setengah

Alga ini mempunyai thallus yang silindris berdaging dan kuat dengan

bintil-bintil atau duri-duri yang mencuat ke samping pada

beberapa jenis thallusnya licin Warna alganya ada yang tidak

merah tetapi hanya coklat kehijau-hijauan kotor atau abu-abu

dengan bercak merahDi Indonesia tercatat empat jenis yakni

Eucheuma spinosum Eucheuma edule Eucheuma alvarezii dan Eucheuma serra

(Romimohtarto dan Juwana 2005)

Cirindashciri dari genus Eucheuma sp yaitu thallus dan cabang-

cabangnya berbentuk silinder atau pipih Waktu masih hidup

warnanya hijau hingga kemerahan dan bila kering warnanya kuning

kecoklatan (Direktorat Jenderal Perikanan 1990) Ciri-ciri

rumput laut jenis Eucheuma spinosum yaitu thallus silindris

percabangan thallus berujung runcing atau tumpul dan ditumbuhi

nodulus (tonjolan-tonjolan) berupa duri lunak yang tersusun

berputar teratur mengelilingi cabang lebih banyak dari yang

terdapat pada Eucheuma cottonii Ciri-ciri lainnya mirip seperti

Eucheuma cottoni Jaringan tengah terdiri dari filamen tidak

berwarna serta dikelilingi oleh sel-sel besar lapisan korteks

dan lapisan epidermis (luar) Pembelahan sel terjadi pada bagian

apikal thallus (Anggadireja dkk 1986)

Eucheuma spinosum tumbuh melekat pada rataan terumbu karang

batu karang batua benda keras dan cangkang kerang Eucheuma

spinosum memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesis

sehingga hanya hidup pada lapisan fotik Habitat khas dari

Eucheuma adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang

tetap lebih menyukai variasi suhu harian yang kecil dan substrat

batu karang mati (Aslan 1998) Eucheuma spinosum termasuk dalam

kelas Rhodophyceae atau alga merah dengan klasifikasi sebagai

berikut

Kingdom Plantae

Divisi Rhodophyta

Kelas Rhodophyceae

Ordo Gigartinales

Famili Solieracea

Genus Eucheuma

Species Eucheuma spinosum

Ekologi dan Penyebaran Rumput Laut

Rumput laut tumbuh hampir diseluruh bagian hidrosfir sampai

batas kedalaman 200 meter Di kedalaman ini syarat hidup untuk

tanaman air masih memungkinkan Jenis rumput laut ada yang hidup

diperairan tropis subtropis dan diperairan dingin Di samping

itu ada beberapa jenis yang hidup kosmopolit seperti Ulva lactuca

Hypnea musciformis Colpomenia sinuosa dan Gracilaria verrucosa Rumput laut

hidup dengan cara menyerap zat makanan dari perairan dan

melakukan fotosintesis Jadi pertumbuhannya membutuhkan faktor-

faktor fisika dan kimia perairan seperti gerakan air suhu kadar

garam nitrat dan fosfat serta pencahayaan sinar matahari

(Puncomulyo 2006)

Beberapa jenis alga di Indonesia yang memiliki nilai ekonomi

yang tinggi yaitu Eucheuma sp salah satu jenis dari kelompok

alga merah terutama jenis alvarezii dan spinosum terdapat di perairan

Indonesia seperti Bali Pameungpeuk Sulawesi Selatan Sulawesi

utara dan Maluku (Satari1998)

Kadi dan Atmaja (1988) menambahkan bahwa pemanenan rumput

laut dapat dilakukan sekitar 1-3 bulan dari saat penanaman

Selanjutnya dikatakan bahwa persyaratan lingkungan yang harus

dipenuhi bagi budidaya Eucheuma adalah

a Substrat stabil terlindung dari ombak yang kuat dan umumnya

di daerah terumbu karang

b Tempat dan lingkungan perairan tidak mengalami pencemaran

c Kedalaman air pada waktu surut terendah 1- 30 cm

d Perairan dilalui arus tetap dari laut lepas sepanjang tahun

e Kecepatan arus antara 20 - 40 mmenit

f Jauh dari muara sungai

g Perairan tidak mengandung lumpur dan airnya jernih

h Suhu air berkisar 27ndash280C dan salinitas berkisar 30 -37 ppt

Rumput laut merupakan tumbuhan marine-macroalgae yang

merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang komersial dan

penting Rumput laut ini termasuk kelompok primitif dari tumbuhan

autotrofik tak berbunga (Thalophyta) yang tumbuh di perairan laut

intertidal dangkal dan kadang-kadang di bawah muka air hngga

kedalaman laut 100 m serta di perairan estuaria (Kaladharan dan

Kaliaperumal 1999) Struktur kerangka tubuhnya tidak berdaun

berbatang dan berakar sehingga semuanya terdiri atas batang

(thallus) sajaTumbuhan ini hidup di tempat-tempat berbatu atau

berkarang yang dijadikannya sebagai substrat tempat melekatkan

alat penempel rhizoid atau holdfast Rumput laut merupakan bahan baku

untuk pembuatan koloid seperti agar algin dan karaginan yang

sering digunakan dalam industri pangan kimia dan farmasi Rumput

laut mengandung protein vitamin mineral dan trace element Ada juga

rumput laut yang digunakan sebagai bahan makanan langsung

makanan temak sebagai pupuk bahan pembuat kertas dan bahan

obat-obatan (Sumpeno 2007)

Ampas Rumput Laut

Rumput laut merupakan bahan baku awal pembuatan agar-agar

adalah tanaman yang hanya perlu waktu 45 hari untuk memanennya

diperkirakan potensi budidaya rumput laut setiap tahun ada 12

juta hektar Pada 2001 terdapat 27847 ton rumput laut

Sedangkan limbah Industri agar-agar yang berupa ampas rumput laut

merupakan salah satu sumber bahan baku bioethanol yang potensial

karena kandungan selulosanya tinggi Selain itu satu pabrik

besar agar-agar dengan kapasitas produksi 80 ton per bulan dapat

menghasilkan limbah serat sebanyak 56 ton per bulan (Ujiani

2007)

Selain itu pertimbangan pemakaian ampas rumput laut sebagai

bahan baku proses produksi bioethanol juga didasarkan pada

pertimbangan ekonomi Pertimbangan keekonomian pengadaan bahan

baku tersebut bukan saja meliputi harga produksi tanaman sebagai

bahan baku tetapi juga meliputi biaya pengelolaan tanaman biaya

produksi pengadaan bahan baku dan biaya bahan baku untuk

memproduksi setiap liter ethanolbio-ethanol Memanfaatkan ampas

rumput laut sebagai bahan baku bioethanol dapat menghindari

persaingan antara pangan dengan BBN Oleh karena itu kita

berusaha memanfaatkan limbah ampas ini supaya mempunyai nilai

jual yang lebih tinggi Di Indonesia tercatat ada tiga pabrik

besar di daerah Pasuruan Jawa timur yaitu PT Agar Swallow

menghasilkan limbah sebanyak 672 tontahun PT Agar sehat makmut

lestari menghasilkan 189 tontahun dan juga CV Agar sari raya

menghasilkan 14 tontahun

Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan

sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dan merupakan salah

satu komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia

karena pemanfaatannya yang demikian luas dalam kehidupan sehari-

hari baik sebagai sumber pangan obat-obatan dan bahan baku

industri (Indriani dan Sumiarsih 1991)

Rumput laut juga dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia

yang dikandungnya sehingga dikenal rumput laut penghasil

karaginan (karagenofit) agar (agarofit) dan alginat (alginofit)

Berdasarkan cara pengelompokan tersebut maka ganggang merah

(Rhodophyceae) seperti Eucheuma sp dikelompokkan sebagai rumput

laut penghasil karaginan karena memiliki kadar karaginan yang

demikian tinggi sekitar 62-68 berat keringnya (Aslan 1998)

Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di sulawesi

selatan adalah Eucheuma spinosum Jenis ini mempunyai nilai

ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan dalam dunia

industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama

dengan agar-agar dan alginat yaitu karaginan dapat digunakan

sebagai bahan baku untuk industri farmasi kosmetik makanan dan

lain-lain (Mubarak dkk 1990) Eucheuma merupakan jenis rumput

laut yang banyak dicari oleh masyarakat Hal ini disebabkan

karena industri makanan kosmetika dan farmasi memerlukan

ldquocarrageeninrdquo yang terkandung dalam Eucheuma untuk dijadikan

sebagai bahan campuran (Nontji 2002) Karaginan merupakan

senyawa polisakarida galaktosa Senyawa-senyawa polisakarida

mudah terhidrolisis dalam larutan yang bersifat asam dan stabil

dalam suasana basa Karaginan banyak digunakan pada sediaan

makanan sediaan farmasi dan kosmetik sebagai bahan pembuat gel

pengental atau penstabil (Nehen 1987)

Bioethanol

Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari bahan baku

berupa biomassa seperti jagung singkong sorgum kentang

gandum tebu bit rumput laut dan juga limbah biomassa seperti

tongkol jagung limbah jerami dan limbah sayuran lainnya

Bioetanol memang potensial dimanfaatkan sebagai bahan bakar

kendaraan bermotor Syaratnya etanol alami itu mesti berkadar

kemurnian 995 Syarat itu mutlak karena jika berkadar di bawah

90 mesin tidak bisa menyala karena kandungan airnya terlampau

tinggi Sebetulnya bioetanol berkadar kemurnian 95 masih layak

dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor Hanya saja dengan kadar

kemurnian itu perlu penambahan zat antikorosif pada tangki bahan

bakar agar tidak menimbulkan karat Semakin besar kadar etanol

semakin bagus performa mesin Masalahnya etanol bersifat

higroskopis mudah menarik molekul air dari kelembapan udara Di

Indonesia yang udaranya lembab problem ini bisa menjadi masalah

serius

Bioetanol diproduksi dengan teknologi biokimia melalui

proses fermentasi bahan baku kemudian etanol yang diproduksi

dipisahkan dari air dengan proses distilasi Cara lama dilakukan

dengan destilasi tetapi kemurnian hanya sampai 96 Maka kemudian

dilakukan proses dehidrasi molecular sieve karena proses ini

dapat menghilangkan air hingga kadar etanol menjadi 995 dan

dihasilkan etanol absolute (murni)

Secara umum ethanolbio-ethanol dapat digunakan sebagai

bahan baku industri turunan alkohol campuran untuk miras bahan

dasar industri farmasi campuran bahan bakar untuk kendaraan

Mengingat pemanfaatan ethanolbio-ethanol beraneka ragam

sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai

dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai

grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri

Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995

vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar

industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade

ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar

untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous

supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus

mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade

akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi

gula (glukosa) larut air

H METODE PENULISAN

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini

merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka

serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan

berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku

penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan

online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan

ini

Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan

penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu

a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan

dengan teori dan pustaka yang mendukung

b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka

serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan

masalah berdasarkan perumusan masalah

c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian

menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan

untuk kesempurnaan penulisan berikutnya

Analisis dan Sintesis Data

Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap

antara lain

1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data

yang diperlukan

2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah

ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang

perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan

kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep

berdasarkan pustaka yang relevan

3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek

penulisan

4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada

kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah

Pengambilan Simpulan

Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan

sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan

karya tulis ini

Perumusan Rekomendasi Saran

Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau

prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah

diadopsi oleh masyarakat

I HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang

tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1

mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif

stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga

mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang

relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil

memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa

mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas

yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga

usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong

jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga

kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk

memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan

pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya

Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan

pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis

rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan

industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan

kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas

yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk

pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor

Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut

menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami

dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan

produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru

dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam

statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975

namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak

diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun

1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan

budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata

Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari

sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini

menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara

komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana

terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun

2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton

meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)

Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan

diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi

negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja

yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja

serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan

Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut

sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan

Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma

Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut

Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam

(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau

(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung

Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta

(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur

(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh

hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa

Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara

Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere

Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo

Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan

Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku

(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)

Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya

tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la

melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu

gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir

diseluruh perairan Indonesia

Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao

Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan

oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut

mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-

daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah

cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan

potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri

pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan

beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang

belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim

seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah

secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan

mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan

tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara

intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat

Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan

lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu

1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam

investasi maupun opersionalnya

2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup

sederhana

3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya

tingkat pengembaliannya cukup cepat

4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan

cenderung meningkat

Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote

Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan

luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga

pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian

utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di

Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan

31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003

dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun

2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004

yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total

luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya

yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005

terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18

menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah

potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya

potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka

tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah

serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada

Produktivitas

Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa

pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per

desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa

atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat

produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak

cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan

rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja

yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu

berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat

mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah

jumlah tenaga kerja

Sumber Daya Manusia (SDM)

Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005

terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote

Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat

di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada

umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang

atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau

Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam

sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang

tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan

budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu

keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha

budidaya rumput laut

Jenis dan Metode Budidaya

Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote

adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga

eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut

(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)

melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan

lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya

yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran

air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan

Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif

luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat

surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu

pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari

yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang

cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut

Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT

yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya

long line disamping paling murah dalam investasi juga paling

sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga

relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun

demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga

memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin

yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin

cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan

Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin

namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani

karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian

pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang

terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus

gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar

Tingkat Produksi

Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke

tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari

produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton

pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086

ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain

disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani

rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan

atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan

pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap

rumput laut pasca panen

Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya

yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang

meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan

binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani

Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut

adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk

memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah

terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang

rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani

Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh

kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)

akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun

demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun

tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan

sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan

tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah

yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat

diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar

Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 2: KARYA TULIS ETANOL

untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti

Bahan Bakar Minyak Walapun kebijakan tersebut menekankan

penggunaan batu bara dan gas sebagai pengganti BBM kebijakan

tersebut juga menetapkan sumber daya yang dapat diperbaharui

seperti bahan bakar nabati sebagai alternatif pengganti BBM

Kebutuhan nasional untuk mewujudkan bahan bakar nabati

sedikitnya 18 miliar liter per tahun Akan tetapi keterbatasan

bahan baku menjadi kendala utama karena harus berbagi dengan

berbagai industri lain Industri yang menggunakan etanol misalnya

saja kosmetik farmasi sampai kimia Industri Etanol mempunyai

prospek yang sangat bagus di Indonesia karena kebutuhan etanol

di Indonesia terus mengalami peningkatan Hal ini tidak diimbangi

dengan kapasitas produksi industri etanol di Indonesia yang

hanya berjumlah sekitar 9 industri Akan tetapi saat ini banyak

produsen yang menghasilkan bioetanol dengan kemurnian di bawah

95 Sebetulnya bioetanol berkadar kemurnian 95 masih layak

dimanfaatkan sebagai bahan bakar Hanya saja dengan kadar

kemurnian itu perlu penambahan zat antikorosif pada tangki bahan

bakar agar tidak menimbulkan karat Karena penggunaan bahan bakar

alternatif ini menjadi salah satu pilihan yang diharapkan dapat

memenuhi permintaan kebutuhan bahan bakar yang semakin meningkat

maka perlu dikembangkan etanol dengan kadar yang lebih tinggi

lagi yaitu 996

Alkohol merupakan bahan kimia yang diproduksi dari bahan

baku tanaman yang mengandung selulosa seperti kayu cairan

buangan pabrik pulp dan tongkol biasanya disebut dengan

bioethanol Ubi kayu ubi jalar dan jagung merupakan tanaman

pangan yang biasa ditanam rakyat hampir di seluruh wilayah

Indonesia sedangkan ampas rumput yang merupakan limbah dari

pembuatan agar-agar lebih ramah lingkungan karena termasuk

memanfaatkan limbah

Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan panjang

garis pantai sekitar 81000 km merupakan kawasan pesisir dan

lautan yang memiliki berbagai sumberdaya hayati yang sangat besar

dan beragam Salah satu komoditi perairan Indonesia yang sangat

berpotensi untuk dikembangkan adalah rumput laut Namun tidak

semua hasil panen Eucheuma cottonii dapat diekspor sebagai bahan

baku kosmetik dan bahan makanan karena ada saja bagian ndash bagian

yang tidak masuk kedalam kriteria kelayakan sebagai bahan baku

untuk diekspor Sisa hasil panen ini ada yang terserang penyakit

pertumbuhannya terhambat karena kurangnya nutrisi yang sangat

dibutuhkan dalam masa pertumbuhan serangan gulma serta adanya

serangan predator luar seperti ikan yang merusak pertumbuhan

Eucheuma cottonii

Beberapa penelitian sebelumnya telah membahas tentang

pemanfaatan alga sebagai bahan bakar alternatif salah satunya

adalah penelitian dari Jorge Alberto Vieira Costa dan Michele

Greque de Morais dari Laboratory of Biochemical Engineering

College of Chemistry and Food Engineering Federal University of

Rio Grande Brazil (2010) yang melaporkan bahwa mikroalga

ternyata dapat dijadikan sebagai sumber bahan baku utama dalam

pembuatan biofuel pengganti energi fosil karena ramah lingkungan

dan mampu mengurangi emisi gas karbondioksida yang berdampak pada

efek rumah kaca dan pemanasan global

Selanjutnya ada pula hasil penelitian sebelumnya tentang

rumput laut dari jenis Eucheuma cottonii yaitu dari hasil

penelitian Luthfy (1988) yang melaporkan bahwa rumput laut jenis

Eucheuma cottonii ternyata mengandung kadar abu 1992 protein

280 lemak 178 serat kasar 702 dan mengandung

karbohidrat yang cukup tinggi yaitu sekitar 6848 Adanya

lignin dalam bahan berselulosa ini akan menghambat aktifitas

enzim yang terdapat didalam ragi dalam proses pengkonversian gula

sederhana menjadi etanol Sehingga untuk meningkatkan proses

hidrolisis maka perlu dilakukan proses delignifikasi untuk

mendegradasi lignin dari struktur selulosa dengan menggunakan

bantuan senyawa katalis salah satu caranya adalah dengan

menggunakan katalis kimia berupa senyawa NaOH Dari hasil

penelitian Samsul Rizal (2005) penambahan konsentrasi katalis

NaOH hingga 8 ternyata mampu meningkatkan kandungan selulosa

dalam produksi pulp dari jerami sehingga diperoleh hasil

produksi optimum selulosa sekitar 914 dengan sisa lignin dalam

pulp yang hanya mencapai sekitar 12 saja

Berdasarkan catatan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia produksi rumput laut

nasional pada 2004 baru sekitar 410570 ton Pada tahun 2005

skala tersebut meningkat menjadi 910636 ton Begitu pula pada

2006 skala produksinya mengalami peningkatan menjadi 1079850

ton Pada tahun 2007 produksi rumput laut nasional meningkat

lagi menjadi 1343700 ton Areal strategis yang dapat digunakan

untuk budidaya rumput laut di seluruh Indonesia adalah 21500 Ha

(Anonim 2007)

Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara wilayah

daratan dengan karakteristik daratannya dan wilayah lautan dengan

karakteristik lautannya dan membawa dampak yang cukup signifikan

terhadap pembentukan karakteristik wilayah sendiri yang lebih

khas Kekhasannya ini tidak hanya berlaku pada karakteristik

sumber daya manusia dan kelembagaan sosial yang terdapat di

sekitarnya

C PERUMUSAN MASALAH

Krisis energi yang terjadi di berbagai negara di belahan

dunia saat ini sudah memasuki tahapan yang sangat serius dan

memprihatinkan sehingga harus segera dicari metode pemecahan

masalahnya termasuk Indonesia Menurut data PDSI (2008) saat

ini sumber energi dunia masih didominasi oleh sumber daya alam

yang tidak terbarukan antara lain minyak bumi batubara dan gas

alam yakni sekitar 801 dimana masing-masing penggunaanya

adalah olahan minyak bumi sebesar 3503 batubara sebanyak

2459 dan gas alam sekitar 2044 Sumber energi terbarukan

lainnya tetapi mengandung resiko yang cukup tinggi adalah energi

nuklir yaitu sekitar 63 Dilain pihak sumber energy yang

terbarukan lainnya baru dikembangkan sekitar 136 terutama

biomassa tradisional yaitu hanya sekitar 85 saja

Meningkatnya penggunaan etanol sebagai salah satu sumber

energi alternatif akan meningkatkan permintaan bahan baku

Mengingat hingga saat ini teknologi proses pembuatan etanol yang

telah mantap dikembangkan adalah teknologi starch - based (Sun

and Cheng 2002) maka dikhawatirkan akan terjadi kompetisi

antara ketersediaan bahan baku untuk pangan pakan dan untuk

sumber energi Selain itu untuk menggantikan semua kebutuhan

bahan bakar minyak dunia saat ini dengan etanol maka diperlukan

luas tanah lahan pertanian hutan dan lain-lain yang tak

terbatas

Apalagi jika melihat bahwa saat ini di berbagai negara

khususnya negara berkembang sudah menunjukkan indikasi adanya

krisis pangan dan energi sehingga sangatlah perlu untuk segera

dicari sumber bahan baku pembuatan etanol lain Sumber bahan baku

potensial yang ketersediaannya melimpah berharga murah belum

banyak dimanfaatkan orang dan mengandung

struktur gula sederhana yang dapat diubah menjadi etanol adalah

bahan-bahan berlignosellulosa yang dalam beberapa dekade

terakhir menjadi salah satu obyek penelitian yang menarik untuk

mengetahui potensi dari bahan ndash bahan lignoselulosa dalam

memproduksi etanol

Namun pembuatan etanol dari bahan berselulosa memerlukan

beberapa tahapan sebelum masuk pada tahapan fermentasi untuk

menghasilkan etanol Hal ini disebabkan karena struktur selulosa

yang lebih kompleks sehingga harus dirombak agar proses

fermentasi untuk menghasilkan etanol dapat berlangsung dengan

optimal Menurut Shofiyanto (2008) bahan selulosa pada limbah

dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbon untuk produksi etanol

dengan melakukan proses hidrolisis terlebih dahulu Proses

hidrolisis dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gula

sederhana yang kemudian difermentasi oleh khamir untuk

menghasilkan etanol

Persediaan bahan bakar mulai menipis sedangkan kebutuhan

energi semakin meningkat Untuk itu perlu dikembangkan energi

alternatif yang terbarukan Bioetanol salah satu energi yang

terbarukan Indonesia merupakan negara yang berpotensi besar

dalam pengembangan sumber energi yang terbarukan karena memiliki

sumber nabati yang melimpah seperti rumput laut Limbah

pengolahan rumput laut merupakan masalah yang perlu dicarikan

upaya pemanfaatannya yang lebih baik padahal kandungan dalam

limbah pengolahan tersebut masih dapat dimanfaatkan sehingga hal

ini diharapkan bukan saja memberikan nilai tambah pada usaha

pengolahan rumput laut selain itu dapat menanggulangi masalah

pencemaran lingkungan yang ditimbulkan terutama masalah bau yang

dikeluarkan serta estetika lingkungan yang kurang baik (Devis

2008)

D TUJUAN

Tujuan penulisan karya tulis ini adalah

1 Mengenalkan potensi Kabupaten Rote Ndao sebagai penghasil

rumput laut yang sangat potensial dan memberikan kontribusi

yang besar terhadap produksi rumput laut nasional

2 Meningkatkan nilai ekonomis rumput laut melalui penerapan

teknologi sederhana menjadi produk bioetanol yang multiguna

E LUARAN YANG DIHARAPKAN

Luaran yang diharapkan dari penulisan karya tulis ini

adalah

1 Dapat dijadikan solusi alternatif penggunaan bahan bakar

nabati melalui pengolahan limbah rumput laut menjadi

bioetanol yang dapat diterapkan untuk mengurangi penggunaan

Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri

2 Dapat dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat pesisir

Pulau Rote melalui pengolahan rumput laut menjadi bioetanol

sehingga mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan

F KEGUNAAN

Kegunaan penulisan karya tulis ini adalah sebagai program

dan karya inovatif dan kreatif pemanfaatan rumput laut di sekitar

pantai laut di Kabupaten Rote Ndao menjadi produk bioetanol

yang potensial sebagai bahan bakar alternatif yang ramah

lingkungan

G TINJAUAN PUSTAKA

Definisi dan Morfologi Rumput laut (Eucheuma spinosum)

Rumput laut (seaweed) adalah ganggang berukuran besar

(macroalgae) yang merupakan tanaman tingkat rendah dan termasuk

kedalam divisi thallophyta Dari segi morfologinya rumput laut

tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar batang dan

daun Secara keseluruhan tanaman ini mempunyai morfologi yang

mirip walaupun sebenarnya berbeda Bentuk-bentuk tersebut

sebenarnya hanyalah thallus belaka Bentuk thallus rumput laut ada

bermacam-macam antara lain bulat seperti tabung pipih gepeng

dan bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya (Aslan 1998)

Thallophyta adalah tanaman yang morfologinya hanya terdiri

dari thallus tanaman ini tidak mempunyai akar batang dan daun

sejati Fungsi ketiga bagian tersebut digantikan oleh thallus

Tiga kelas utama rumput laut dari thallophyta adalah Rhodophyceae

(ganggang merah) Phaeophyceae (ganggang coklat) Chlorophyceae

(ganggang hijau) yang ketiganya dibedakan oleh kandungan pigmen

dan klorofil Rhodophyceae yang umumnya berwarna merah coklat

nila dan bahkan hijau mempunyai sel pigmen fikoeritrin

Phaeophyceae umumnya berwarna kuning kecoklatan karena selndashselnya

mengandung klorofil a dan c Chlorophyceae umumnya berwarna hijau

karena sel-selnya mengandung klorofil a dan b dengan sedikit

karoten (Direktorat Jenderal Perikanan 1990)

Rumput laut memerlukan substrat sebagai tempat menempel

biasanya pada karang mati moluska pasir dan lumpur Kejernihan

air kira-kira sampai 5 meter atau batas sinar matahari bisa

menembus air laut Tempat hidup Chlorophyceae umumnya lebih dekat

dengan pantai lebih ke tengah lagi Phaeophyceae dan lebih dalam

alga Rhodophyceae Pengukuran kedalaman secara umum untuk rumput

laut yang baik adalah pada waktu air surut Pada waktu air surut

kedalaman rumput laut berada pada kedalaman 30 ndash 50 cm dari

permukaan laut Fotosintesa berlangsung tidak hanya dibantu oleh

sinar matahari tetapi juga oleh zat hara sebagai bahan

makanannya Tidak seperti tumbuhan pada umumnya yang zat haranya

tersedia di dalam tanah zat hara alga diperoleh dari air laut

sekitarnya Penyerapan zat hara dilakukan melalui seluruh bagian

tumbuhan dan zat hara bukan menjadi penghambat pertumbuhan rumput

laut Hal ini terjadi karena adanya sirkulasi yang baik dari zat

hara yang ada di darat dengan dibantu oleh gerakan air (Indriani

dan Sumiarsih 1991)

Eucheuma spinosum merupakan rumput laut dari kelompok

Rhodopyceae (alga merah) yang mampu menghasilkan karaginan

Eucheuma dikelompokkan menjadi beberapa spesies yaitu Eucheuma

edule Eucheuma spinosum Eucheuma cottoni Eucheuma cupressoideum dan masih

banyak lagi yang lain Kelompok Eucheuma yang dibudidayakan di

Indonesia masih sebatas pada Eucheuma cottoni dan Eucheuma spinosum

Eucheuma cottoni dapat menghasilkan kappa karaginan dan telah banyak

diteliti baik proses pengolahan maupun elastisitasnya

(Romimohtarto dan Juwana 2005)

Ciri-ciri dan Taksonomi Eucheuma spinosum

Rumput laut ini dikenal dengan nama daerah agar-agar Dalam

dunia perdagangan rumput laut ini dikenal dengan istilah

spinosum yang berarti duri yang tajam Rumput laut ini berwarna

cokelat tua hijau cokelat hijau kuning atau merah ungu Ciri-

ciri lainnya adalah memiliki thallus silindris lilin dan kenyal

(Sudradjat 2008) Eucheuma adalah alga merah yang biasa

ditemukan di bawah air surut rata-rata pada pasut bulan-setengah

Alga ini mempunyai thallus yang silindris berdaging dan kuat dengan

bintil-bintil atau duri-duri yang mencuat ke samping pada

beberapa jenis thallusnya licin Warna alganya ada yang tidak

merah tetapi hanya coklat kehijau-hijauan kotor atau abu-abu

dengan bercak merahDi Indonesia tercatat empat jenis yakni

Eucheuma spinosum Eucheuma edule Eucheuma alvarezii dan Eucheuma serra

(Romimohtarto dan Juwana 2005)

Cirindashciri dari genus Eucheuma sp yaitu thallus dan cabang-

cabangnya berbentuk silinder atau pipih Waktu masih hidup

warnanya hijau hingga kemerahan dan bila kering warnanya kuning

kecoklatan (Direktorat Jenderal Perikanan 1990) Ciri-ciri

rumput laut jenis Eucheuma spinosum yaitu thallus silindris

percabangan thallus berujung runcing atau tumpul dan ditumbuhi

nodulus (tonjolan-tonjolan) berupa duri lunak yang tersusun

berputar teratur mengelilingi cabang lebih banyak dari yang

terdapat pada Eucheuma cottonii Ciri-ciri lainnya mirip seperti

Eucheuma cottoni Jaringan tengah terdiri dari filamen tidak

berwarna serta dikelilingi oleh sel-sel besar lapisan korteks

dan lapisan epidermis (luar) Pembelahan sel terjadi pada bagian

apikal thallus (Anggadireja dkk 1986)

Eucheuma spinosum tumbuh melekat pada rataan terumbu karang

batu karang batua benda keras dan cangkang kerang Eucheuma

spinosum memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesis

sehingga hanya hidup pada lapisan fotik Habitat khas dari

Eucheuma adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang

tetap lebih menyukai variasi suhu harian yang kecil dan substrat

batu karang mati (Aslan 1998) Eucheuma spinosum termasuk dalam

kelas Rhodophyceae atau alga merah dengan klasifikasi sebagai

berikut

Kingdom Plantae

Divisi Rhodophyta

Kelas Rhodophyceae

Ordo Gigartinales

Famili Solieracea

Genus Eucheuma

Species Eucheuma spinosum

Ekologi dan Penyebaran Rumput Laut

Rumput laut tumbuh hampir diseluruh bagian hidrosfir sampai

batas kedalaman 200 meter Di kedalaman ini syarat hidup untuk

tanaman air masih memungkinkan Jenis rumput laut ada yang hidup

diperairan tropis subtropis dan diperairan dingin Di samping

itu ada beberapa jenis yang hidup kosmopolit seperti Ulva lactuca

Hypnea musciformis Colpomenia sinuosa dan Gracilaria verrucosa Rumput laut

hidup dengan cara menyerap zat makanan dari perairan dan

melakukan fotosintesis Jadi pertumbuhannya membutuhkan faktor-

faktor fisika dan kimia perairan seperti gerakan air suhu kadar

garam nitrat dan fosfat serta pencahayaan sinar matahari

(Puncomulyo 2006)

Beberapa jenis alga di Indonesia yang memiliki nilai ekonomi

yang tinggi yaitu Eucheuma sp salah satu jenis dari kelompok

alga merah terutama jenis alvarezii dan spinosum terdapat di perairan

Indonesia seperti Bali Pameungpeuk Sulawesi Selatan Sulawesi

utara dan Maluku (Satari1998)

Kadi dan Atmaja (1988) menambahkan bahwa pemanenan rumput

laut dapat dilakukan sekitar 1-3 bulan dari saat penanaman

Selanjutnya dikatakan bahwa persyaratan lingkungan yang harus

dipenuhi bagi budidaya Eucheuma adalah

a Substrat stabil terlindung dari ombak yang kuat dan umumnya

di daerah terumbu karang

b Tempat dan lingkungan perairan tidak mengalami pencemaran

c Kedalaman air pada waktu surut terendah 1- 30 cm

d Perairan dilalui arus tetap dari laut lepas sepanjang tahun

e Kecepatan arus antara 20 - 40 mmenit

f Jauh dari muara sungai

g Perairan tidak mengandung lumpur dan airnya jernih

h Suhu air berkisar 27ndash280C dan salinitas berkisar 30 -37 ppt

Rumput laut merupakan tumbuhan marine-macroalgae yang

merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang komersial dan

penting Rumput laut ini termasuk kelompok primitif dari tumbuhan

autotrofik tak berbunga (Thalophyta) yang tumbuh di perairan laut

intertidal dangkal dan kadang-kadang di bawah muka air hngga

kedalaman laut 100 m serta di perairan estuaria (Kaladharan dan

Kaliaperumal 1999) Struktur kerangka tubuhnya tidak berdaun

berbatang dan berakar sehingga semuanya terdiri atas batang

(thallus) sajaTumbuhan ini hidup di tempat-tempat berbatu atau

berkarang yang dijadikannya sebagai substrat tempat melekatkan

alat penempel rhizoid atau holdfast Rumput laut merupakan bahan baku

untuk pembuatan koloid seperti agar algin dan karaginan yang

sering digunakan dalam industri pangan kimia dan farmasi Rumput

laut mengandung protein vitamin mineral dan trace element Ada juga

rumput laut yang digunakan sebagai bahan makanan langsung

makanan temak sebagai pupuk bahan pembuat kertas dan bahan

obat-obatan (Sumpeno 2007)

Ampas Rumput Laut

Rumput laut merupakan bahan baku awal pembuatan agar-agar

adalah tanaman yang hanya perlu waktu 45 hari untuk memanennya

diperkirakan potensi budidaya rumput laut setiap tahun ada 12

juta hektar Pada 2001 terdapat 27847 ton rumput laut

Sedangkan limbah Industri agar-agar yang berupa ampas rumput laut

merupakan salah satu sumber bahan baku bioethanol yang potensial

karena kandungan selulosanya tinggi Selain itu satu pabrik

besar agar-agar dengan kapasitas produksi 80 ton per bulan dapat

menghasilkan limbah serat sebanyak 56 ton per bulan (Ujiani

2007)

Selain itu pertimbangan pemakaian ampas rumput laut sebagai

bahan baku proses produksi bioethanol juga didasarkan pada

pertimbangan ekonomi Pertimbangan keekonomian pengadaan bahan

baku tersebut bukan saja meliputi harga produksi tanaman sebagai

bahan baku tetapi juga meliputi biaya pengelolaan tanaman biaya

produksi pengadaan bahan baku dan biaya bahan baku untuk

memproduksi setiap liter ethanolbio-ethanol Memanfaatkan ampas

rumput laut sebagai bahan baku bioethanol dapat menghindari

persaingan antara pangan dengan BBN Oleh karena itu kita

berusaha memanfaatkan limbah ampas ini supaya mempunyai nilai

jual yang lebih tinggi Di Indonesia tercatat ada tiga pabrik

besar di daerah Pasuruan Jawa timur yaitu PT Agar Swallow

menghasilkan limbah sebanyak 672 tontahun PT Agar sehat makmut

lestari menghasilkan 189 tontahun dan juga CV Agar sari raya

menghasilkan 14 tontahun

Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan

sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dan merupakan salah

satu komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia

karena pemanfaatannya yang demikian luas dalam kehidupan sehari-

hari baik sebagai sumber pangan obat-obatan dan bahan baku

industri (Indriani dan Sumiarsih 1991)

Rumput laut juga dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia

yang dikandungnya sehingga dikenal rumput laut penghasil

karaginan (karagenofit) agar (agarofit) dan alginat (alginofit)

Berdasarkan cara pengelompokan tersebut maka ganggang merah

(Rhodophyceae) seperti Eucheuma sp dikelompokkan sebagai rumput

laut penghasil karaginan karena memiliki kadar karaginan yang

demikian tinggi sekitar 62-68 berat keringnya (Aslan 1998)

Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di sulawesi

selatan adalah Eucheuma spinosum Jenis ini mempunyai nilai

ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan dalam dunia

industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama

dengan agar-agar dan alginat yaitu karaginan dapat digunakan

sebagai bahan baku untuk industri farmasi kosmetik makanan dan

lain-lain (Mubarak dkk 1990) Eucheuma merupakan jenis rumput

laut yang banyak dicari oleh masyarakat Hal ini disebabkan

karena industri makanan kosmetika dan farmasi memerlukan

ldquocarrageeninrdquo yang terkandung dalam Eucheuma untuk dijadikan

sebagai bahan campuran (Nontji 2002) Karaginan merupakan

senyawa polisakarida galaktosa Senyawa-senyawa polisakarida

mudah terhidrolisis dalam larutan yang bersifat asam dan stabil

dalam suasana basa Karaginan banyak digunakan pada sediaan

makanan sediaan farmasi dan kosmetik sebagai bahan pembuat gel

pengental atau penstabil (Nehen 1987)

Bioethanol

Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari bahan baku

berupa biomassa seperti jagung singkong sorgum kentang

gandum tebu bit rumput laut dan juga limbah biomassa seperti

tongkol jagung limbah jerami dan limbah sayuran lainnya

Bioetanol memang potensial dimanfaatkan sebagai bahan bakar

kendaraan bermotor Syaratnya etanol alami itu mesti berkadar

kemurnian 995 Syarat itu mutlak karena jika berkadar di bawah

90 mesin tidak bisa menyala karena kandungan airnya terlampau

tinggi Sebetulnya bioetanol berkadar kemurnian 95 masih layak

dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor Hanya saja dengan kadar

kemurnian itu perlu penambahan zat antikorosif pada tangki bahan

bakar agar tidak menimbulkan karat Semakin besar kadar etanol

semakin bagus performa mesin Masalahnya etanol bersifat

higroskopis mudah menarik molekul air dari kelembapan udara Di

Indonesia yang udaranya lembab problem ini bisa menjadi masalah

serius

Bioetanol diproduksi dengan teknologi biokimia melalui

proses fermentasi bahan baku kemudian etanol yang diproduksi

dipisahkan dari air dengan proses distilasi Cara lama dilakukan

dengan destilasi tetapi kemurnian hanya sampai 96 Maka kemudian

dilakukan proses dehidrasi molecular sieve karena proses ini

dapat menghilangkan air hingga kadar etanol menjadi 995 dan

dihasilkan etanol absolute (murni)

Secara umum ethanolbio-ethanol dapat digunakan sebagai

bahan baku industri turunan alkohol campuran untuk miras bahan

dasar industri farmasi campuran bahan bakar untuk kendaraan

Mengingat pemanfaatan ethanolbio-ethanol beraneka ragam

sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai

dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai

grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri

Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995

vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar

industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade

ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar

untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous

supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus

mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade

akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi

gula (glukosa) larut air

H METODE PENULISAN

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini

merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka

serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan

berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku

penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan

online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan

ini

Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan

penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu

a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan

dengan teori dan pustaka yang mendukung

b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka

serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan

masalah berdasarkan perumusan masalah

c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian

menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan

untuk kesempurnaan penulisan berikutnya

Analisis dan Sintesis Data

Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap

antara lain

1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data

yang diperlukan

2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah

ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang

perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan

kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep

berdasarkan pustaka yang relevan

3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek

penulisan

4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada

kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah

Pengambilan Simpulan

Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan

sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan

karya tulis ini

Perumusan Rekomendasi Saran

Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau

prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah

diadopsi oleh masyarakat

I HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang

tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1

mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif

stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga

mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang

relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil

memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa

mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas

yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga

usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong

jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga

kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk

memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan

pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya

Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan

pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis

rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan

industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan

kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas

yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk

pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor

Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut

menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami

dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan

produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru

dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam

statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975

namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak

diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun

1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan

budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata

Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari

sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini

menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara

komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana

terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun

2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton

meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)

Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan

diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi

negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja

yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja

serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan

Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut

sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan

Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma

Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut

Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam

(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau

(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung

Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta

(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur

(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh

hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa

Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara

Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere

Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo

Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan

Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku

(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)

Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya

tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la

melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu

gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir

diseluruh perairan Indonesia

Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao

Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan

oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut

mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-

daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah

cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan

potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri

pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan

beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang

belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim

seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah

secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan

mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan

tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara

intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat

Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan

lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu

1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam

investasi maupun opersionalnya

2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup

sederhana

3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya

tingkat pengembaliannya cukup cepat

4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan

cenderung meningkat

Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote

Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan

luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga

pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian

utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di

Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan

31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003

dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun

2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004

yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total

luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya

yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005

terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18

menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah

potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya

potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka

tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah

serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada

Produktivitas

Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa

pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per

desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa

atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat

produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak

cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan

rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja

yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu

berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat

mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah

jumlah tenaga kerja

Sumber Daya Manusia (SDM)

Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005

terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote

Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat

di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada

umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang

atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau

Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam

sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang

tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan

budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu

keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha

budidaya rumput laut

Jenis dan Metode Budidaya

Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote

adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga

eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut

(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)

melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan

lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya

yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran

air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan

Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif

luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat

surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu

pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari

yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang

cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut

Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT

yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya

long line disamping paling murah dalam investasi juga paling

sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga

relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun

demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga

memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin

yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin

cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan

Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin

namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani

karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian

pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang

terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus

gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar

Tingkat Produksi

Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke

tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari

produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton

pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086

ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain

disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani

rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan

atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan

pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap

rumput laut pasca panen

Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya

yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang

meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan

binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani

Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut

adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk

memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah

terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang

rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani

Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh

kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)

akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun

demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun

tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan

sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan

tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah

yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat

diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar

Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 3: KARYA TULIS ETANOL

bioethanol Ubi kayu ubi jalar dan jagung merupakan tanaman

pangan yang biasa ditanam rakyat hampir di seluruh wilayah

Indonesia sedangkan ampas rumput yang merupakan limbah dari

pembuatan agar-agar lebih ramah lingkungan karena termasuk

memanfaatkan limbah

Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan panjang

garis pantai sekitar 81000 km merupakan kawasan pesisir dan

lautan yang memiliki berbagai sumberdaya hayati yang sangat besar

dan beragam Salah satu komoditi perairan Indonesia yang sangat

berpotensi untuk dikembangkan adalah rumput laut Namun tidak

semua hasil panen Eucheuma cottonii dapat diekspor sebagai bahan

baku kosmetik dan bahan makanan karena ada saja bagian ndash bagian

yang tidak masuk kedalam kriteria kelayakan sebagai bahan baku

untuk diekspor Sisa hasil panen ini ada yang terserang penyakit

pertumbuhannya terhambat karena kurangnya nutrisi yang sangat

dibutuhkan dalam masa pertumbuhan serangan gulma serta adanya

serangan predator luar seperti ikan yang merusak pertumbuhan

Eucheuma cottonii

Beberapa penelitian sebelumnya telah membahas tentang

pemanfaatan alga sebagai bahan bakar alternatif salah satunya

adalah penelitian dari Jorge Alberto Vieira Costa dan Michele

Greque de Morais dari Laboratory of Biochemical Engineering

College of Chemistry and Food Engineering Federal University of

Rio Grande Brazil (2010) yang melaporkan bahwa mikroalga

ternyata dapat dijadikan sebagai sumber bahan baku utama dalam

pembuatan biofuel pengganti energi fosil karena ramah lingkungan

dan mampu mengurangi emisi gas karbondioksida yang berdampak pada

efek rumah kaca dan pemanasan global

Selanjutnya ada pula hasil penelitian sebelumnya tentang

rumput laut dari jenis Eucheuma cottonii yaitu dari hasil

penelitian Luthfy (1988) yang melaporkan bahwa rumput laut jenis

Eucheuma cottonii ternyata mengandung kadar abu 1992 protein

280 lemak 178 serat kasar 702 dan mengandung

karbohidrat yang cukup tinggi yaitu sekitar 6848 Adanya

lignin dalam bahan berselulosa ini akan menghambat aktifitas

enzim yang terdapat didalam ragi dalam proses pengkonversian gula

sederhana menjadi etanol Sehingga untuk meningkatkan proses

hidrolisis maka perlu dilakukan proses delignifikasi untuk

mendegradasi lignin dari struktur selulosa dengan menggunakan

bantuan senyawa katalis salah satu caranya adalah dengan

menggunakan katalis kimia berupa senyawa NaOH Dari hasil

penelitian Samsul Rizal (2005) penambahan konsentrasi katalis

NaOH hingga 8 ternyata mampu meningkatkan kandungan selulosa

dalam produksi pulp dari jerami sehingga diperoleh hasil

produksi optimum selulosa sekitar 914 dengan sisa lignin dalam

pulp yang hanya mencapai sekitar 12 saja

Berdasarkan catatan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia produksi rumput laut

nasional pada 2004 baru sekitar 410570 ton Pada tahun 2005

skala tersebut meningkat menjadi 910636 ton Begitu pula pada

2006 skala produksinya mengalami peningkatan menjadi 1079850

ton Pada tahun 2007 produksi rumput laut nasional meningkat

lagi menjadi 1343700 ton Areal strategis yang dapat digunakan

untuk budidaya rumput laut di seluruh Indonesia adalah 21500 Ha

(Anonim 2007)

Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara wilayah

daratan dengan karakteristik daratannya dan wilayah lautan dengan

karakteristik lautannya dan membawa dampak yang cukup signifikan

terhadap pembentukan karakteristik wilayah sendiri yang lebih

khas Kekhasannya ini tidak hanya berlaku pada karakteristik

sumber daya manusia dan kelembagaan sosial yang terdapat di

sekitarnya

C PERUMUSAN MASALAH

Krisis energi yang terjadi di berbagai negara di belahan

dunia saat ini sudah memasuki tahapan yang sangat serius dan

memprihatinkan sehingga harus segera dicari metode pemecahan

masalahnya termasuk Indonesia Menurut data PDSI (2008) saat

ini sumber energi dunia masih didominasi oleh sumber daya alam

yang tidak terbarukan antara lain minyak bumi batubara dan gas

alam yakni sekitar 801 dimana masing-masing penggunaanya

adalah olahan minyak bumi sebesar 3503 batubara sebanyak

2459 dan gas alam sekitar 2044 Sumber energi terbarukan

lainnya tetapi mengandung resiko yang cukup tinggi adalah energi

nuklir yaitu sekitar 63 Dilain pihak sumber energy yang

terbarukan lainnya baru dikembangkan sekitar 136 terutama

biomassa tradisional yaitu hanya sekitar 85 saja

Meningkatnya penggunaan etanol sebagai salah satu sumber

energi alternatif akan meningkatkan permintaan bahan baku

Mengingat hingga saat ini teknologi proses pembuatan etanol yang

telah mantap dikembangkan adalah teknologi starch - based (Sun

and Cheng 2002) maka dikhawatirkan akan terjadi kompetisi

antara ketersediaan bahan baku untuk pangan pakan dan untuk

sumber energi Selain itu untuk menggantikan semua kebutuhan

bahan bakar minyak dunia saat ini dengan etanol maka diperlukan

luas tanah lahan pertanian hutan dan lain-lain yang tak

terbatas

Apalagi jika melihat bahwa saat ini di berbagai negara

khususnya negara berkembang sudah menunjukkan indikasi adanya

krisis pangan dan energi sehingga sangatlah perlu untuk segera

dicari sumber bahan baku pembuatan etanol lain Sumber bahan baku

potensial yang ketersediaannya melimpah berharga murah belum

banyak dimanfaatkan orang dan mengandung

struktur gula sederhana yang dapat diubah menjadi etanol adalah

bahan-bahan berlignosellulosa yang dalam beberapa dekade

terakhir menjadi salah satu obyek penelitian yang menarik untuk

mengetahui potensi dari bahan ndash bahan lignoselulosa dalam

memproduksi etanol

Namun pembuatan etanol dari bahan berselulosa memerlukan

beberapa tahapan sebelum masuk pada tahapan fermentasi untuk

menghasilkan etanol Hal ini disebabkan karena struktur selulosa

yang lebih kompleks sehingga harus dirombak agar proses

fermentasi untuk menghasilkan etanol dapat berlangsung dengan

optimal Menurut Shofiyanto (2008) bahan selulosa pada limbah

dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbon untuk produksi etanol

dengan melakukan proses hidrolisis terlebih dahulu Proses

hidrolisis dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gula

sederhana yang kemudian difermentasi oleh khamir untuk

menghasilkan etanol

Persediaan bahan bakar mulai menipis sedangkan kebutuhan

energi semakin meningkat Untuk itu perlu dikembangkan energi

alternatif yang terbarukan Bioetanol salah satu energi yang

terbarukan Indonesia merupakan negara yang berpotensi besar

dalam pengembangan sumber energi yang terbarukan karena memiliki

sumber nabati yang melimpah seperti rumput laut Limbah

pengolahan rumput laut merupakan masalah yang perlu dicarikan

upaya pemanfaatannya yang lebih baik padahal kandungan dalam

limbah pengolahan tersebut masih dapat dimanfaatkan sehingga hal

ini diharapkan bukan saja memberikan nilai tambah pada usaha

pengolahan rumput laut selain itu dapat menanggulangi masalah

pencemaran lingkungan yang ditimbulkan terutama masalah bau yang

dikeluarkan serta estetika lingkungan yang kurang baik (Devis

2008)

D TUJUAN

Tujuan penulisan karya tulis ini adalah

1 Mengenalkan potensi Kabupaten Rote Ndao sebagai penghasil

rumput laut yang sangat potensial dan memberikan kontribusi

yang besar terhadap produksi rumput laut nasional

2 Meningkatkan nilai ekonomis rumput laut melalui penerapan

teknologi sederhana menjadi produk bioetanol yang multiguna

E LUARAN YANG DIHARAPKAN

Luaran yang diharapkan dari penulisan karya tulis ini

adalah

1 Dapat dijadikan solusi alternatif penggunaan bahan bakar

nabati melalui pengolahan limbah rumput laut menjadi

bioetanol yang dapat diterapkan untuk mengurangi penggunaan

Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri

2 Dapat dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat pesisir

Pulau Rote melalui pengolahan rumput laut menjadi bioetanol

sehingga mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan

F KEGUNAAN

Kegunaan penulisan karya tulis ini adalah sebagai program

dan karya inovatif dan kreatif pemanfaatan rumput laut di sekitar

pantai laut di Kabupaten Rote Ndao menjadi produk bioetanol

yang potensial sebagai bahan bakar alternatif yang ramah

lingkungan

G TINJAUAN PUSTAKA

Definisi dan Morfologi Rumput laut (Eucheuma spinosum)

Rumput laut (seaweed) adalah ganggang berukuran besar

(macroalgae) yang merupakan tanaman tingkat rendah dan termasuk

kedalam divisi thallophyta Dari segi morfologinya rumput laut

tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar batang dan

daun Secara keseluruhan tanaman ini mempunyai morfologi yang

mirip walaupun sebenarnya berbeda Bentuk-bentuk tersebut

sebenarnya hanyalah thallus belaka Bentuk thallus rumput laut ada

bermacam-macam antara lain bulat seperti tabung pipih gepeng

dan bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya (Aslan 1998)

Thallophyta adalah tanaman yang morfologinya hanya terdiri

dari thallus tanaman ini tidak mempunyai akar batang dan daun

sejati Fungsi ketiga bagian tersebut digantikan oleh thallus

Tiga kelas utama rumput laut dari thallophyta adalah Rhodophyceae

(ganggang merah) Phaeophyceae (ganggang coklat) Chlorophyceae

(ganggang hijau) yang ketiganya dibedakan oleh kandungan pigmen

dan klorofil Rhodophyceae yang umumnya berwarna merah coklat

nila dan bahkan hijau mempunyai sel pigmen fikoeritrin

Phaeophyceae umumnya berwarna kuning kecoklatan karena selndashselnya

mengandung klorofil a dan c Chlorophyceae umumnya berwarna hijau

karena sel-selnya mengandung klorofil a dan b dengan sedikit

karoten (Direktorat Jenderal Perikanan 1990)

Rumput laut memerlukan substrat sebagai tempat menempel

biasanya pada karang mati moluska pasir dan lumpur Kejernihan

air kira-kira sampai 5 meter atau batas sinar matahari bisa

menembus air laut Tempat hidup Chlorophyceae umumnya lebih dekat

dengan pantai lebih ke tengah lagi Phaeophyceae dan lebih dalam

alga Rhodophyceae Pengukuran kedalaman secara umum untuk rumput

laut yang baik adalah pada waktu air surut Pada waktu air surut

kedalaman rumput laut berada pada kedalaman 30 ndash 50 cm dari

permukaan laut Fotosintesa berlangsung tidak hanya dibantu oleh

sinar matahari tetapi juga oleh zat hara sebagai bahan

makanannya Tidak seperti tumbuhan pada umumnya yang zat haranya

tersedia di dalam tanah zat hara alga diperoleh dari air laut

sekitarnya Penyerapan zat hara dilakukan melalui seluruh bagian

tumbuhan dan zat hara bukan menjadi penghambat pertumbuhan rumput

laut Hal ini terjadi karena adanya sirkulasi yang baik dari zat

hara yang ada di darat dengan dibantu oleh gerakan air (Indriani

dan Sumiarsih 1991)

Eucheuma spinosum merupakan rumput laut dari kelompok

Rhodopyceae (alga merah) yang mampu menghasilkan karaginan

Eucheuma dikelompokkan menjadi beberapa spesies yaitu Eucheuma

edule Eucheuma spinosum Eucheuma cottoni Eucheuma cupressoideum dan masih

banyak lagi yang lain Kelompok Eucheuma yang dibudidayakan di

Indonesia masih sebatas pada Eucheuma cottoni dan Eucheuma spinosum

Eucheuma cottoni dapat menghasilkan kappa karaginan dan telah banyak

diteliti baik proses pengolahan maupun elastisitasnya

(Romimohtarto dan Juwana 2005)

Ciri-ciri dan Taksonomi Eucheuma spinosum

Rumput laut ini dikenal dengan nama daerah agar-agar Dalam

dunia perdagangan rumput laut ini dikenal dengan istilah

spinosum yang berarti duri yang tajam Rumput laut ini berwarna

cokelat tua hijau cokelat hijau kuning atau merah ungu Ciri-

ciri lainnya adalah memiliki thallus silindris lilin dan kenyal

(Sudradjat 2008) Eucheuma adalah alga merah yang biasa

ditemukan di bawah air surut rata-rata pada pasut bulan-setengah

Alga ini mempunyai thallus yang silindris berdaging dan kuat dengan

bintil-bintil atau duri-duri yang mencuat ke samping pada

beberapa jenis thallusnya licin Warna alganya ada yang tidak

merah tetapi hanya coklat kehijau-hijauan kotor atau abu-abu

dengan bercak merahDi Indonesia tercatat empat jenis yakni

Eucheuma spinosum Eucheuma edule Eucheuma alvarezii dan Eucheuma serra

(Romimohtarto dan Juwana 2005)

Cirindashciri dari genus Eucheuma sp yaitu thallus dan cabang-

cabangnya berbentuk silinder atau pipih Waktu masih hidup

warnanya hijau hingga kemerahan dan bila kering warnanya kuning

kecoklatan (Direktorat Jenderal Perikanan 1990) Ciri-ciri

rumput laut jenis Eucheuma spinosum yaitu thallus silindris

percabangan thallus berujung runcing atau tumpul dan ditumbuhi

nodulus (tonjolan-tonjolan) berupa duri lunak yang tersusun

berputar teratur mengelilingi cabang lebih banyak dari yang

terdapat pada Eucheuma cottonii Ciri-ciri lainnya mirip seperti

Eucheuma cottoni Jaringan tengah terdiri dari filamen tidak

berwarna serta dikelilingi oleh sel-sel besar lapisan korteks

dan lapisan epidermis (luar) Pembelahan sel terjadi pada bagian

apikal thallus (Anggadireja dkk 1986)

Eucheuma spinosum tumbuh melekat pada rataan terumbu karang

batu karang batua benda keras dan cangkang kerang Eucheuma

spinosum memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesis

sehingga hanya hidup pada lapisan fotik Habitat khas dari

Eucheuma adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang

tetap lebih menyukai variasi suhu harian yang kecil dan substrat

batu karang mati (Aslan 1998) Eucheuma spinosum termasuk dalam

kelas Rhodophyceae atau alga merah dengan klasifikasi sebagai

berikut

Kingdom Plantae

Divisi Rhodophyta

Kelas Rhodophyceae

Ordo Gigartinales

Famili Solieracea

Genus Eucheuma

Species Eucheuma spinosum

Ekologi dan Penyebaran Rumput Laut

Rumput laut tumbuh hampir diseluruh bagian hidrosfir sampai

batas kedalaman 200 meter Di kedalaman ini syarat hidup untuk

tanaman air masih memungkinkan Jenis rumput laut ada yang hidup

diperairan tropis subtropis dan diperairan dingin Di samping

itu ada beberapa jenis yang hidup kosmopolit seperti Ulva lactuca

Hypnea musciformis Colpomenia sinuosa dan Gracilaria verrucosa Rumput laut

hidup dengan cara menyerap zat makanan dari perairan dan

melakukan fotosintesis Jadi pertumbuhannya membutuhkan faktor-

faktor fisika dan kimia perairan seperti gerakan air suhu kadar

garam nitrat dan fosfat serta pencahayaan sinar matahari

(Puncomulyo 2006)

Beberapa jenis alga di Indonesia yang memiliki nilai ekonomi

yang tinggi yaitu Eucheuma sp salah satu jenis dari kelompok

alga merah terutama jenis alvarezii dan spinosum terdapat di perairan

Indonesia seperti Bali Pameungpeuk Sulawesi Selatan Sulawesi

utara dan Maluku (Satari1998)

Kadi dan Atmaja (1988) menambahkan bahwa pemanenan rumput

laut dapat dilakukan sekitar 1-3 bulan dari saat penanaman

Selanjutnya dikatakan bahwa persyaratan lingkungan yang harus

dipenuhi bagi budidaya Eucheuma adalah

a Substrat stabil terlindung dari ombak yang kuat dan umumnya

di daerah terumbu karang

b Tempat dan lingkungan perairan tidak mengalami pencemaran

c Kedalaman air pada waktu surut terendah 1- 30 cm

d Perairan dilalui arus tetap dari laut lepas sepanjang tahun

e Kecepatan arus antara 20 - 40 mmenit

f Jauh dari muara sungai

g Perairan tidak mengandung lumpur dan airnya jernih

h Suhu air berkisar 27ndash280C dan salinitas berkisar 30 -37 ppt

Rumput laut merupakan tumbuhan marine-macroalgae yang

merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang komersial dan

penting Rumput laut ini termasuk kelompok primitif dari tumbuhan

autotrofik tak berbunga (Thalophyta) yang tumbuh di perairan laut

intertidal dangkal dan kadang-kadang di bawah muka air hngga

kedalaman laut 100 m serta di perairan estuaria (Kaladharan dan

Kaliaperumal 1999) Struktur kerangka tubuhnya tidak berdaun

berbatang dan berakar sehingga semuanya terdiri atas batang

(thallus) sajaTumbuhan ini hidup di tempat-tempat berbatu atau

berkarang yang dijadikannya sebagai substrat tempat melekatkan

alat penempel rhizoid atau holdfast Rumput laut merupakan bahan baku

untuk pembuatan koloid seperti agar algin dan karaginan yang

sering digunakan dalam industri pangan kimia dan farmasi Rumput

laut mengandung protein vitamin mineral dan trace element Ada juga

rumput laut yang digunakan sebagai bahan makanan langsung

makanan temak sebagai pupuk bahan pembuat kertas dan bahan

obat-obatan (Sumpeno 2007)

Ampas Rumput Laut

Rumput laut merupakan bahan baku awal pembuatan agar-agar

adalah tanaman yang hanya perlu waktu 45 hari untuk memanennya

diperkirakan potensi budidaya rumput laut setiap tahun ada 12

juta hektar Pada 2001 terdapat 27847 ton rumput laut

Sedangkan limbah Industri agar-agar yang berupa ampas rumput laut

merupakan salah satu sumber bahan baku bioethanol yang potensial

karena kandungan selulosanya tinggi Selain itu satu pabrik

besar agar-agar dengan kapasitas produksi 80 ton per bulan dapat

menghasilkan limbah serat sebanyak 56 ton per bulan (Ujiani

2007)

Selain itu pertimbangan pemakaian ampas rumput laut sebagai

bahan baku proses produksi bioethanol juga didasarkan pada

pertimbangan ekonomi Pertimbangan keekonomian pengadaan bahan

baku tersebut bukan saja meliputi harga produksi tanaman sebagai

bahan baku tetapi juga meliputi biaya pengelolaan tanaman biaya

produksi pengadaan bahan baku dan biaya bahan baku untuk

memproduksi setiap liter ethanolbio-ethanol Memanfaatkan ampas

rumput laut sebagai bahan baku bioethanol dapat menghindari

persaingan antara pangan dengan BBN Oleh karena itu kita

berusaha memanfaatkan limbah ampas ini supaya mempunyai nilai

jual yang lebih tinggi Di Indonesia tercatat ada tiga pabrik

besar di daerah Pasuruan Jawa timur yaitu PT Agar Swallow

menghasilkan limbah sebanyak 672 tontahun PT Agar sehat makmut

lestari menghasilkan 189 tontahun dan juga CV Agar sari raya

menghasilkan 14 tontahun

Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan

sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dan merupakan salah

satu komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia

karena pemanfaatannya yang demikian luas dalam kehidupan sehari-

hari baik sebagai sumber pangan obat-obatan dan bahan baku

industri (Indriani dan Sumiarsih 1991)

Rumput laut juga dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia

yang dikandungnya sehingga dikenal rumput laut penghasil

karaginan (karagenofit) agar (agarofit) dan alginat (alginofit)

Berdasarkan cara pengelompokan tersebut maka ganggang merah

(Rhodophyceae) seperti Eucheuma sp dikelompokkan sebagai rumput

laut penghasil karaginan karena memiliki kadar karaginan yang

demikian tinggi sekitar 62-68 berat keringnya (Aslan 1998)

Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di sulawesi

selatan adalah Eucheuma spinosum Jenis ini mempunyai nilai

ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan dalam dunia

industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama

dengan agar-agar dan alginat yaitu karaginan dapat digunakan

sebagai bahan baku untuk industri farmasi kosmetik makanan dan

lain-lain (Mubarak dkk 1990) Eucheuma merupakan jenis rumput

laut yang banyak dicari oleh masyarakat Hal ini disebabkan

karena industri makanan kosmetika dan farmasi memerlukan

ldquocarrageeninrdquo yang terkandung dalam Eucheuma untuk dijadikan

sebagai bahan campuran (Nontji 2002) Karaginan merupakan

senyawa polisakarida galaktosa Senyawa-senyawa polisakarida

mudah terhidrolisis dalam larutan yang bersifat asam dan stabil

dalam suasana basa Karaginan banyak digunakan pada sediaan

makanan sediaan farmasi dan kosmetik sebagai bahan pembuat gel

pengental atau penstabil (Nehen 1987)

Bioethanol

Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari bahan baku

berupa biomassa seperti jagung singkong sorgum kentang

gandum tebu bit rumput laut dan juga limbah biomassa seperti

tongkol jagung limbah jerami dan limbah sayuran lainnya

Bioetanol memang potensial dimanfaatkan sebagai bahan bakar

kendaraan bermotor Syaratnya etanol alami itu mesti berkadar

kemurnian 995 Syarat itu mutlak karena jika berkadar di bawah

90 mesin tidak bisa menyala karena kandungan airnya terlampau

tinggi Sebetulnya bioetanol berkadar kemurnian 95 masih layak

dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor Hanya saja dengan kadar

kemurnian itu perlu penambahan zat antikorosif pada tangki bahan

bakar agar tidak menimbulkan karat Semakin besar kadar etanol

semakin bagus performa mesin Masalahnya etanol bersifat

higroskopis mudah menarik molekul air dari kelembapan udara Di

Indonesia yang udaranya lembab problem ini bisa menjadi masalah

serius

Bioetanol diproduksi dengan teknologi biokimia melalui

proses fermentasi bahan baku kemudian etanol yang diproduksi

dipisahkan dari air dengan proses distilasi Cara lama dilakukan

dengan destilasi tetapi kemurnian hanya sampai 96 Maka kemudian

dilakukan proses dehidrasi molecular sieve karena proses ini

dapat menghilangkan air hingga kadar etanol menjadi 995 dan

dihasilkan etanol absolute (murni)

Secara umum ethanolbio-ethanol dapat digunakan sebagai

bahan baku industri turunan alkohol campuran untuk miras bahan

dasar industri farmasi campuran bahan bakar untuk kendaraan

Mengingat pemanfaatan ethanolbio-ethanol beraneka ragam

sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai

dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai

grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri

Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995

vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar

industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade

ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar

untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous

supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus

mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade

akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi

gula (glukosa) larut air

H METODE PENULISAN

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini

merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka

serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan

berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku

penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan

online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan

ini

Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan

penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu

a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan

dengan teori dan pustaka yang mendukung

b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka

serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan

masalah berdasarkan perumusan masalah

c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian

menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan

untuk kesempurnaan penulisan berikutnya

Analisis dan Sintesis Data

Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap

antara lain

1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data

yang diperlukan

2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah

ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang

perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan

kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep

berdasarkan pustaka yang relevan

3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek

penulisan

4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada

kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah

Pengambilan Simpulan

Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan

sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan

karya tulis ini

Perumusan Rekomendasi Saran

Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau

prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah

diadopsi oleh masyarakat

I HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang

tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1

mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif

stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga

mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang

relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil

memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa

mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas

yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga

usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong

jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga

kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk

memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan

pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya

Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan

pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis

rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan

industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan

kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas

yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk

pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor

Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut

menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami

dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan

produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru

dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam

statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975

namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak

diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun

1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan

budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata

Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari

sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini

menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara

komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana

terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun

2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton

meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)

Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan

diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi

negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja

yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja

serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan

Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut

sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan

Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma

Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut

Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam

(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau

(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung

Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta

(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur

(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh

hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa

Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara

Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere

Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo

Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan

Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku

(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)

Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya

tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la

melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu

gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir

diseluruh perairan Indonesia

Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao

Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan

oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut

mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-

daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah

cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan

potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri

pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan

beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang

belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim

seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah

secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan

mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan

tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara

intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat

Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan

lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu

1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam

investasi maupun opersionalnya

2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup

sederhana

3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya

tingkat pengembaliannya cukup cepat

4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan

cenderung meningkat

Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote

Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan

luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga

pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian

utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di

Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan

31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003

dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun

2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004

yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total

luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya

yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005

terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18

menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah

potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya

potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka

tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah

serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada

Produktivitas

Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa

pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per

desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa

atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat

produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak

cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan

rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja

yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu

berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat

mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah

jumlah tenaga kerja

Sumber Daya Manusia (SDM)

Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005

terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote

Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat

di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada

umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang

atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau

Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam

sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang

tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan

budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu

keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha

budidaya rumput laut

Jenis dan Metode Budidaya

Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote

adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga

eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut

(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)

melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan

lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya

yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran

air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan

Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif

luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat

surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu

pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari

yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang

cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut

Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT

yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya

long line disamping paling murah dalam investasi juga paling

sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga

relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun

demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga

memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin

yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin

cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan

Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin

namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani

karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian

pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang

terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus

gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar

Tingkat Produksi

Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke

tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari

produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton

pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086

ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain

disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani

rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan

atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan

pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap

rumput laut pasca panen

Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya

yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang

meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan

binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani

Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut

adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk

memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah

terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang

rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani

Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh

kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)

akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun

demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun

tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan

sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan

tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah

yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat

diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar

Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 4: KARYA TULIS ETANOL

dan mampu mengurangi emisi gas karbondioksida yang berdampak pada

efek rumah kaca dan pemanasan global

Selanjutnya ada pula hasil penelitian sebelumnya tentang

rumput laut dari jenis Eucheuma cottonii yaitu dari hasil

penelitian Luthfy (1988) yang melaporkan bahwa rumput laut jenis

Eucheuma cottonii ternyata mengandung kadar abu 1992 protein

280 lemak 178 serat kasar 702 dan mengandung

karbohidrat yang cukup tinggi yaitu sekitar 6848 Adanya

lignin dalam bahan berselulosa ini akan menghambat aktifitas

enzim yang terdapat didalam ragi dalam proses pengkonversian gula

sederhana menjadi etanol Sehingga untuk meningkatkan proses

hidrolisis maka perlu dilakukan proses delignifikasi untuk

mendegradasi lignin dari struktur selulosa dengan menggunakan

bantuan senyawa katalis salah satu caranya adalah dengan

menggunakan katalis kimia berupa senyawa NaOH Dari hasil

penelitian Samsul Rizal (2005) penambahan konsentrasi katalis

NaOH hingga 8 ternyata mampu meningkatkan kandungan selulosa

dalam produksi pulp dari jerami sehingga diperoleh hasil

produksi optimum selulosa sekitar 914 dengan sisa lignin dalam

pulp yang hanya mencapai sekitar 12 saja

Berdasarkan catatan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia produksi rumput laut

nasional pada 2004 baru sekitar 410570 ton Pada tahun 2005

skala tersebut meningkat menjadi 910636 ton Begitu pula pada

2006 skala produksinya mengalami peningkatan menjadi 1079850

ton Pada tahun 2007 produksi rumput laut nasional meningkat

lagi menjadi 1343700 ton Areal strategis yang dapat digunakan

untuk budidaya rumput laut di seluruh Indonesia adalah 21500 Ha

(Anonim 2007)

Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara wilayah

daratan dengan karakteristik daratannya dan wilayah lautan dengan

karakteristik lautannya dan membawa dampak yang cukup signifikan

terhadap pembentukan karakteristik wilayah sendiri yang lebih

khas Kekhasannya ini tidak hanya berlaku pada karakteristik

sumber daya manusia dan kelembagaan sosial yang terdapat di

sekitarnya

C PERUMUSAN MASALAH

Krisis energi yang terjadi di berbagai negara di belahan

dunia saat ini sudah memasuki tahapan yang sangat serius dan

memprihatinkan sehingga harus segera dicari metode pemecahan

masalahnya termasuk Indonesia Menurut data PDSI (2008) saat

ini sumber energi dunia masih didominasi oleh sumber daya alam

yang tidak terbarukan antara lain minyak bumi batubara dan gas

alam yakni sekitar 801 dimana masing-masing penggunaanya

adalah olahan minyak bumi sebesar 3503 batubara sebanyak

2459 dan gas alam sekitar 2044 Sumber energi terbarukan

lainnya tetapi mengandung resiko yang cukup tinggi adalah energi

nuklir yaitu sekitar 63 Dilain pihak sumber energy yang

terbarukan lainnya baru dikembangkan sekitar 136 terutama

biomassa tradisional yaitu hanya sekitar 85 saja

Meningkatnya penggunaan etanol sebagai salah satu sumber

energi alternatif akan meningkatkan permintaan bahan baku

Mengingat hingga saat ini teknologi proses pembuatan etanol yang

telah mantap dikembangkan adalah teknologi starch - based (Sun

and Cheng 2002) maka dikhawatirkan akan terjadi kompetisi

antara ketersediaan bahan baku untuk pangan pakan dan untuk

sumber energi Selain itu untuk menggantikan semua kebutuhan

bahan bakar minyak dunia saat ini dengan etanol maka diperlukan

luas tanah lahan pertanian hutan dan lain-lain yang tak

terbatas

Apalagi jika melihat bahwa saat ini di berbagai negara

khususnya negara berkembang sudah menunjukkan indikasi adanya

krisis pangan dan energi sehingga sangatlah perlu untuk segera

dicari sumber bahan baku pembuatan etanol lain Sumber bahan baku

potensial yang ketersediaannya melimpah berharga murah belum

banyak dimanfaatkan orang dan mengandung

struktur gula sederhana yang dapat diubah menjadi etanol adalah

bahan-bahan berlignosellulosa yang dalam beberapa dekade

terakhir menjadi salah satu obyek penelitian yang menarik untuk

mengetahui potensi dari bahan ndash bahan lignoselulosa dalam

memproduksi etanol

Namun pembuatan etanol dari bahan berselulosa memerlukan

beberapa tahapan sebelum masuk pada tahapan fermentasi untuk

menghasilkan etanol Hal ini disebabkan karena struktur selulosa

yang lebih kompleks sehingga harus dirombak agar proses

fermentasi untuk menghasilkan etanol dapat berlangsung dengan

optimal Menurut Shofiyanto (2008) bahan selulosa pada limbah

dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbon untuk produksi etanol

dengan melakukan proses hidrolisis terlebih dahulu Proses

hidrolisis dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gula

sederhana yang kemudian difermentasi oleh khamir untuk

menghasilkan etanol

Persediaan bahan bakar mulai menipis sedangkan kebutuhan

energi semakin meningkat Untuk itu perlu dikembangkan energi

alternatif yang terbarukan Bioetanol salah satu energi yang

terbarukan Indonesia merupakan negara yang berpotensi besar

dalam pengembangan sumber energi yang terbarukan karena memiliki

sumber nabati yang melimpah seperti rumput laut Limbah

pengolahan rumput laut merupakan masalah yang perlu dicarikan

upaya pemanfaatannya yang lebih baik padahal kandungan dalam

limbah pengolahan tersebut masih dapat dimanfaatkan sehingga hal

ini diharapkan bukan saja memberikan nilai tambah pada usaha

pengolahan rumput laut selain itu dapat menanggulangi masalah

pencemaran lingkungan yang ditimbulkan terutama masalah bau yang

dikeluarkan serta estetika lingkungan yang kurang baik (Devis

2008)

D TUJUAN

Tujuan penulisan karya tulis ini adalah

1 Mengenalkan potensi Kabupaten Rote Ndao sebagai penghasil

rumput laut yang sangat potensial dan memberikan kontribusi

yang besar terhadap produksi rumput laut nasional

2 Meningkatkan nilai ekonomis rumput laut melalui penerapan

teknologi sederhana menjadi produk bioetanol yang multiguna

E LUARAN YANG DIHARAPKAN

Luaran yang diharapkan dari penulisan karya tulis ini

adalah

1 Dapat dijadikan solusi alternatif penggunaan bahan bakar

nabati melalui pengolahan limbah rumput laut menjadi

bioetanol yang dapat diterapkan untuk mengurangi penggunaan

Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri

2 Dapat dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat pesisir

Pulau Rote melalui pengolahan rumput laut menjadi bioetanol

sehingga mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan

F KEGUNAAN

Kegunaan penulisan karya tulis ini adalah sebagai program

dan karya inovatif dan kreatif pemanfaatan rumput laut di sekitar

pantai laut di Kabupaten Rote Ndao menjadi produk bioetanol

yang potensial sebagai bahan bakar alternatif yang ramah

lingkungan

G TINJAUAN PUSTAKA

Definisi dan Morfologi Rumput laut (Eucheuma spinosum)

Rumput laut (seaweed) adalah ganggang berukuran besar

(macroalgae) yang merupakan tanaman tingkat rendah dan termasuk

kedalam divisi thallophyta Dari segi morfologinya rumput laut

tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar batang dan

daun Secara keseluruhan tanaman ini mempunyai morfologi yang

mirip walaupun sebenarnya berbeda Bentuk-bentuk tersebut

sebenarnya hanyalah thallus belaka Bentuk thallus rumput laut ada

bermacam-macam antara lain bulat seperti tabung pipih gepeng

dan bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya (Aslan 1998)

Thallophyta adalah tanaman yang morfologinya hanya terdiri

dari thallus tanaman ini tidak mempunyai akar batang dan daun

sejati Fungsi ketiga bagian tersebut digantikan oleh thallus

Tiga kelas utama rumput laut dari thallophyta adalah Rhodophyceae

(ganggang merah) Phaeophyceae (ganggang coklat) Chlorophyceae

(ganggang hijau) yang ketiganya dibedakan oleh kandungan pigmen

dan klorofil Rhodophyceae yang umumnya berwarna merah coklat

nila dan bahkan hijau mempunyai sel pigmen fikoeritrin

Phaeophyceae umumnya berwarna kuning kecoklatan karena selndashselnya

mengandung klorofil a dan c Chlorophyceae umumnya berwarna hijau

karena sel-selnya mengandung klorofil a dan b dengan sedikit

karoten (Direktorat Jenderal Perikanan 1990)

Rumput laut memerlukan substrat sebagai tempat menempel

biasanya pada karang mati moluska pasir dan lumpur Kejernihan

air kira-kira sampai 5 meter atau batas sinar matahari bisa

menembus air laut Tempat hidup Chlorophyceae umumnya lebih dekat

dengan pantai lebih ke tengah lagi Phaeophyceae dan lebih dalam

alga Rhodophyceae Pengukuran kedalaman secara umum untuk rumput

laut yang baik adalah pada waktu air surut Pada waktu air surut

kedalaman rumput laut berada pada kedalaman 30 ndash 50 cm dari

permukaan laut Fotosintesa berlangsung tidak hanya dibantu oleh

sinar matahari tetapi juga oleh zat hara sebagai bahan

makanannya Tidak seperti tumbuhan pada umumnya yang zat haranya

tersedia di dalam tanah zat hara alga diperoleh dari air laut

sekitarnya Penyerapan zat hara dilakukan melalui seluruh bagian

tumbuhan dan zat hara bukan menjadi penghambat pertumbuhan rumput

laut Hal ini terjadi karena adanya sirkulasi yang baik dari zat

hara yang ada di darat dengan dibantu oleh gerakan air (Indriani

dan Sumiarsih 1991)

Eucheuma spinosum merupakan rumput laut dari kelompok

Rhodopyceae (alga merah) yang mampu menghasilkan karaginan

Eucheuma dikelompokkan menjadi beberapa spesies yaitu Eucheuma

edule Eucheuma spinosum Eucheuma cottoni Eucheuma cupressoideum dan masih

banyak lagi yang lain Kelompok Eucheuma yang dibudidayakan di

Indonesia masih sebatas pada Eucheuma cottoni dan Eucheuma spinosum

Eucheuma cottoni dapat menghasilkan kappa karaginan dan telah banyak

diteliti baik proses pengolahan maupun elastisitasnya

(Romimohtarto dan Juwana 2005)

Ciri-ciri dan Taksonomi Eucheuma spinosum

Rumput laut ini dikenal dengan nama daerah agar-agar Dalam

dunia perdagangan rumput laut ini dikenal dengan istilah

spinosum yang berarti duri yang tajam Rumput laut ini berwarna

cokelat tua hijau cokelat hijau kuning atau merah ungu Ciri-

ciri lainnya adalah memiliki thallus silindris lilin dan kenyal

(Sudradjat 2008) Eucheuma adalah alga merah yang biasa

ditemukan di bawah air surut rata-rata pada pasut bulan-setengah

Alga ini mempunyai thallus yang silindris berdaging dan kuat dengan

bintil-bintil atau duri-duri yang mencuat ke samping pada

beberapa jenis thallusnya licin Warna alganya ada yang tidak

merah tetapi hanya coklat kehijau-hijauan kotor atau abu-abu

dengan bercak merahDi Indonesia tercatat empat jenis yakni

Eucheuma spinosum Eucheuma edule Eucheuma alvarezii dan Eucheuma serra

(Romimohtarto dan Juwana 2005)

Cirindashciri dari genus Eucheuma sp yaitu thallus dan cabang-

cabangnya berbentuk silinder atau pipih Waktu masih hidup

warnanya hijau hingga kemerahan dan bila kering warnanya kuning

kecoklatan (Direktorat Jenderal Perikanan 1990) Ciri-ciri

rumput laut jenis Eucheuma spinosum yaitu thallus silindris

percabangan thallus berujung runcing atau tumpul dan ditumbuhi

nodulus (tonjolan-tonjolan) berupa duri lunak yang tersusun

berputar teratur mengelilingi cabang lebih banyak dari yang

terdapat pada Eucheuma cottonii Ciri-ciri lainnya mirip seperti

Eucheuma cottoni Jaringan tengah terdiri dari filamen tidak

berwarna serta dikelilingi oleh sel-sel besar lapisan korteks

dan lapisan epidermis (luar) Pembelahan sel terjadi pada bagian

apikal thallus (Anggadireja dkk 1986)

Eucheuma spinosum tumbuh melekat pada rataan terumbu karang

batu karang batua benda keras dan cangkang kerang Eucheuma

spinosum memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesis

sehingga hanya hidup pada lapisan fotik Habitat khas dari

Eucheuma adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang

tetap lebih menyukai variasi suhu harian yang kecil dan substrat

batu karang mati (Aslan 1998) Eucheuma spinosum termasuk dalam

kelas Rhodophyceae atau alga merah dengan klasifikasi sebagai

berikut

Kingdom Plantae

Divisi Rhodophyta

Kelas Rhodophyceae

Ordo Gigartinales

Famili Solieracea

Genus Eucheuma

Species Eucheuma spinosum

Ekologi dan Penyebaran Rumput Laut

Rumput laut tumbuh hampir diseluruh bagian hidrosfir sampai

batas kedalaman 200 meter Di kedalaman ini syarat hidup untuk

tanaman air masih memungkinkan Jenis rumput laut ada yang hidup

diperairan tropis subtropis dan diperairan dingin Di samping

itu ada beberapa jenis yang hidup kosmopolit seperti Ulva lactuca

Hypnea musciformis Colpomenia sinuosa dan Gracilaria verrucosa Rumput laut

hidup dengan cara menyerap zat makanan dari perairan dan

melakukan fotosintesis Jadi pertumbuhannya membutuhkan faktor-

faktor fisika dan kimia perairan seperti gerakan air suhu kadar

garam nitrat dan fosfat serta pencahayaan sinar matahari

(Puncomulyo 2006)

Beberapa jenis alga di Indonesia yang memiliki nilai ekonomi

yang tinggi yaitu Eucheuma sp salah satu jenis dari kelompok

alga merah terutama jenis alvarezii dan spinosum terdapat di perairan

Indonesia seperti Bali Pameungpeuk Sulawesi Selatan Sulawesi

utara dan Maluku (Satari1998)

Kadi dan Atmaja (1988) menambahkan bahwa pemanenan rumput

laut dapat dilakukan sekitar 1-3 bulan dari saat penanaman

Selanjutnya dikatakan bahwa persyaratan lingkungan yang harus

dipenuhi bagi budidaya Eucheuma adalah

a Substrat stabil terlindung dari ombak yang kuat dan umumnya

di daerah terumbu karang

b Tempat dan lingkungan perairan tidak mengalami pencemaran

c Kedalaman air pada waktu surut terendah 1- 30 cm

d Perairan dilalui arus tetap dari laut lepas sepanjang tahun

e Kecepatan arus antara 20 - 40 mmenit

f Jauh dari muara sungai

g Perairan tidak mengandung lumpur dan airnya jernih

h Suhu air berkisar 27ndash280C dan salinitas berkisar 30 -37 ppt

Rumput laut merupakan tumbuhan marine-macroalgae yang

merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang komersial dan

penting Rumput laut ini termasuk kelompok primitif dari tumbuhan

autotrofik tak berbunga (Thalophyta) yang tumbuh di perairan laut

intertidal dangkal dan kadang-kadang di bawah muka air hngga

kedalaman laut 100 m serta di perairan estuaria (Kaladharan dan

Kaliaperumal 1999) Struktur kerangka tubuhnya tidak berdaun

berbatang dan berakar sehingga semuanya terdiri atas batang

(thallus) sajaTumbuhan ini hidup di tempat-tempat berbatu atau

berkarang yang dijadikannya sebagai substrat tempat melekatkan

alat penempel rhizoid atau holdfast Rumput laut merupakan bahan baku

untuk pembuatan koloid seperti agar algin dan karaginan yang

sering digunakan dalam industri pangan kimia dan farmasi Rumput

laut mengandung protein vitamin mineral dan trace element Ada juga

rumput laut yang digunakan sebagai bahan makanan langsung

makanan temak sebagai pupuk bahan pembuat kertas dan bahan

obat-obatan (Sumpeno 2007)

Ampas Rumput Laut

Rumput laut merupakan bahan baku awal pembuatan agar-agar

adalah tanaman yang hanya perlu waktu 45 hari untuk memanennya

diperkirakan potensi budidaya rumput laut setiap tahun ada 12

juta hektar Pada 2001 terdapat 27847 ton rumput laut

Sedangkan limbah Industri agar-agar yang berupa ampas rumput laut

merupakan salah satu sumber bahan baku bioethanol yang potensial

karena kandungan selulosanya tinggi Selain itu satu pabrik

besar agar-agar dengan kapasitas produksi 80 ton per bulan dapat

menghasilkan limbah serat sebanyak 56 ton per bulan (Ujiani

2007)

Selain itu pertimbangan pemakaian ampas rumput laut sebagai

bahan baku proses produksi bioethanol juga didasarkan pada

pertimbangan ekonomi Pertimbangan keekonomian pengadaan bahan

baku tersebut bukan saja meliputi harga produksi tanaman sebagai

bahan baku tetapi juga meliputi biaya pengelolaan tanaman biaya

produksi pengadaan bahan baku dan biaya bahan baku untuk

memproduksi setiap liter ethanolbio-ethanol Memanfaatkan ampas

rumput laut sebagai bahan baku bioethanol dapat menghindari

persaingan antara pangan dengan BBN Oleh karena itu kita

berusaha memanfaatkan limbah ampas ini supaya mempunyai nilai

jual yang lebih tinggi Di Indonesia tercatat ada tiga pabrik

besar di daerah Pasuruan Jawa timur yaitu PT Agar Swallow

menghasilkan limbah sebanyak 672 tontahun PT Agar sehat makmut

lestari menghasilkan 189 tontahun dan juga CV Agar sari raya

menghasilkan 14 tontahun

Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan

sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dan merupakan salah

satu komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia

karena pemanfaatannya yang demikian luas dalam kehidupan sehari-

hari baik sebagai sumber pangan obat-obatan dan bahan baku

industri (Indriani dan Sumiarsih 1991)

Rumput laut juga dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia

yang dikandungnya sehingga dikenal rumput laut penghasil

karaginan (karagenofit) agar (agarofit) dan alginat (alginofit)

Berdasarkan cara pengelompokan tersebut maka ganggang merah

(Rhodophyceae) seperti Eucheuma sp dikelompokkan sebagai rumput

laut penghasil karaginan karena memiliki kadar karaginan yang

demikian tinggi sekitar 62-68 berat keringnya (Aslan 1998)

Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di sulawesi

selatan adalah Eucheuma spinosum Jenis ini mempunyai nilai

ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan dalam dunia

industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama

dengan agar-agar dan alginat yaitu karaginan dapat digunakan

sebagai bahan baku untuk industri farmasi kosmetik makanan dan

lain-lain (Mubarak dkk 1990) Eucheuma merupakan jenis rumput

laut yang banyak dicari oleh masyarakat Hal ini disebabkan

karena industri makanan kosmetika dan farmasi memerlukan

ldquocarrageeninrdquo yang terkandung dalam Eucheuma untuk dijadikan

sebagai bahan campuran (Nontji 2002) Karaginan merupakan

senyawa polisakarida galaktosa Senyawa-senyawa polisakarida

mudah terhidrolisis dalam larutan yang bersifat asam dan stabil

dalam suasana basa Karaginan banyak digunakan pada sediaan

makanan sediaan farmasi dan kosmetik sebagai bahan pembuat gel

pengental atau penstabil (Nehen 1987)

Bioethanol

Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari bahan baku

berupa biomassa seperti jagung singkong sorgum kentang

gandum tebu bit rumput laut dan juga limbah biomassa seperti

tongkol jagung limbah jerami dan limbah sayuran lainnya

Bioetanol memang potensial dimanfaatkan sebagai bahan bakar

kendaraan bermotor Syaratnya etanol alami itu mesti berkadar

kemurnian 995 Syarat itu mutlak karena jika berkadar di bawah

90 mesin tidak bisa menyala karena kandungan airnya terlampau

tinggi Sebetulnya bioetanol berkadar kemurnian 95 masih layak

dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor Hanya saja dengan kadar

kemurnian itu perlu penambahan zat antikorosif pada tangki bahan

bakar agar tidak menimbulkan karat Semakin besar kadar etanol

semakin bagus performa mesin Masalahnya etanol bersifat

higroskopis mudah menarik molekul air dari kelembapan udara Di

Indonesia yang udaranya lembab problem ini bisa menjadi masalah

serius

Bioetanol diproduksi dengan teknologi biokimia melalui

proses fermentasi bahan baku kemudian etanol yang diproduksi

dipisahkan dari air dengan proses distilasi Cara lama dilakukan

dengan destilasi tetapi kemurnian hanya sampai 96 Maka kemudian

dilakukan proses dehidrasi molecular sieve karena proses ini

dapat menghilangkan air hingga kadar etanol menjadi 995 dan

dihasilkan etanol absolute (murni)

Secara umum ethanolbio-ethanol dapat digunakan sebagai

bahan baku industri turunan alkohol campuran untuk miras bahan

dasar industri farmasi campuran bahan bakar untuk kendaraan

Mengingat pemanfaatan ethanolbio-ethanol beraneka ragam

sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai

dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai

grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri

Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995

vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar

industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade

ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar

untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous

supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus

mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade

akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi

gula (glukosa) larut air

H METODE PENULISAN

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini

merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka

serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan

berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku

penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan

online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan

ini

Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan

penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu

a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan

dengan teori dan pustaka yang mendukung

b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka

serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan

masalah berdasarkan perumusan masalah

c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian

menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan

untuk kesempurnaan penulisan berikutnya

Analisis dan Sintesis Data

Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap

antara lain

1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data

yang diperlukan

2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah

ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang

perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan

kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep

berdasarkan pustaka yang relevan

3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek

penulisan

4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada

kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah

Pengambilan Simpulan

Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan

sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan

karya tulis ini

Perumusan Rekomendasi Saran

Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau

prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah

diadopsi oleh masyarakat

I HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang

tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1

mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif

stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga

mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang

relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil

memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa

mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas

yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga

usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong

jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga

kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk

memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan

pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya

Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan

pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis

rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan

industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan

kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas

yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk

pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor

Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut

menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami

dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan

produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru

dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam

statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975

namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak

diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun

1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan

budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata

Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari

sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini

menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara

komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana

terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun

2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton

meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)

Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan

diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi

negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja

yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja

serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan

Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut

sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan

Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma

Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut

Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam

(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau

(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung

Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta

(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur

(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh

hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa

Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara

Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere

Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo

Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan

Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku

(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)

Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya

tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la

melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu

gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir

diseluruh perairan Indonesia

Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao

Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan

oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut

mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-

daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah

cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan

potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri

pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan

beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang

belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim

seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah

secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan

mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan

tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara

intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat

Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan

lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu

1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam

investasi maupun opersionalnya

2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup

sederhana

3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya

tingkat pengembaliannya cukup cepat

4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan

cenderung meningkat

Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote

Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan

luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga

pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian

utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di

Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan

31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003

dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun

2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004

yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total

luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya

yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005

terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18

menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah

potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya

potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka

tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah

serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada

Produktivitas

Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa

pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per

desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa

atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat

produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak

cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan

rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja

yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu

berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat

mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah

jumlah tenaga kerja

Sumber Daya Manusia (SDM)

Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005

terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote

Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat

di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada

umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang

atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau

Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam

sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang

tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan

budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu

keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha

budidaya rumput laut

Jenis dan Metode Budidaya

Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote

adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga

eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut

(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)

melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan

lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya

yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran

air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan

Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif

luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat

surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu

pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari

yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang

cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut

Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT

yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya

long line disamping paling murah dalam investasi juga paling

sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga

relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun

demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga

memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin

yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin

cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan

Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin

namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani

karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian

pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang

terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus

gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar

Tingkat Produksi

Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke

tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari

produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton

pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086

ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain

disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani

rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan

atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan

pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap

rumput laut pasca panen

Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya

yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang

meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan

binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani

Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut

adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk

memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah

terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang

rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani

Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh

kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)

akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun

demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun

tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan

sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan

tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah

yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat

diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar

Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 5: KARYA TULIS ETANOL

lagi menjadi 1343700 ton Areal strategis yang dapat digunakan

untuk budidaya rumput laut di seluruh Indonesia adalah 21500 Ha

(Anonim 2007)

Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara wilayah

daratan dengan karakteristik daratannya dan wilayah lautan dengan

karakteristik lautannya dan membawa dampak yang cukup signifikan

terhadap pembentukan karakteristik wilayah sendiri yang lebih

khas Kekhasannya ini tidak hanya berlaku pada karakteristik

sumber daya manusia dan kelembagaan sosial yang terdapat di

sekitarnya

C PERUMUSAN MASALAH

Krisis energi yang terjadi di berbagai negara di belahan

dunia saat ini sudah memasuki tahapan yang sangat serius dan

memprihatinkan sehingga harus segera dicari metode pemecahan

masalahnya termasuk Indonesia Menurut data PDSI (2008) saat

ini sumber energi dunia masih didominasi oleh sumber daya alam

yang tidak terbarukan antara lain minyak bumi batubara dan gas

alam yakni sekitar 801 dimana masing-masing penggunaanya

adalah olahan minyak bumi sebesar 3503 batubara sebanyak

2459 dan gas alam sekitar 2044 Sumber energi terbarukan

lainnya tetapi mengandung resiko yang cukup tinggi adalah energi

nuklir yaitu sekitar 63 Dilain pihak sumber energy yang

terbarukan lainnya baru dikembangkan sekitar 136 terutama

biomassa tradisional yaitu hanya sekitar 85 saja

Meningkatnya penggunaan etanol sebagai salah satu sumber

energi alternatif akan meningkatkan permintaan bahan baku

Mengingat hingga saat ini teknologi proses pembuatan etanol yang

telah mantap dikembangkan adalah teknologi starch - based (Sun

and Cheng 2002) maka dikhawatirkan akan terjadi kompetisi

antara ketersediaan bahan baku untuk pangan pakan dan untuk

sumber energi Selain itu untuk menggantikan semua kebutuhan

bahan bakar minyak dunia saat ini dengan etanol maka diperlukan

luas tanah lahan pertanian hutan dan lain-lain yang tak

terbatas

Apalagi jika melihat bahwa saat ini di berbagai negara

khususnya negara berkembang sudah menunjukkan indikasi adanya

krisis pangan dan energi sehingga sangatlah perlu untuk segera

dicari sumber bahan baku pembuatan etanol lain Sumber bahan baku

potensial yang ketersediaannya melimpah berharga murah belum

banyak dimanfaatkan orang dan mengandung

struktur gula sederhana yang dapat diubah menjadi etanol adalah

bahan-bahan berlignosellulosa yang dalam beberapa dekade

terakhir menjadi salah satu obyek penelitian yang menarik untuk

mengetahui potensi dari bahan ndash bahan lignoselulosa dalam

memproduksi etanol

Namun pembuatan etanol dari bahan berselulosa memerlukan

beberapa tahapan sebelum masuk pada tahapan fermentasi untuk

menghasilkan etanol Hal ini disebabkan karena struktur selulosa

yang lebih kompleks sehingga harus dirombak agar proses

fermentasi untuk menghasilkan etanol dapat berlangsung dengan

optimal Menurut Shofiyanto (2008) bahan selulosa pada limbah

dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbon untuk produksi etanol

dengan melakukan proses hidrolisis terlebih dahulu Proses

hidrolisis dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gula

sederhana yang kemudian difermentasi oleh khamir untuk

menghasilkan etanol

Persediaan bahan bakar mulai menipis sedangkan kebutuhan

energi semakin meningkat Untuk itu perlu dikembangkan energi

alternatif yang terbarukan Bioetanol salah satu energi yang

terbarukan Indonesia merupakan negara yang berpotensi besar

dalam pengembangan sumber energi yang terbarukan karena memiliki

sumber nabati yang melimpah seperti rumput laut Limbah

pengolahan rumput laut merupakan masalah yang perlu dicarikan

upaya pemanfaatannya yang lebih baik padahal kandungan dalam

limbah pengolahan tersebut masih dapat dimanfaatkan sehingga hal

ini diharapkan bukan saja memberikan nilai tambah pada usaha

pengolahan rumput laut selain itu dapat menanggulangi masalah

pencemaran lingkungan yang ditimbulkan terutama masalah bau yang

dikeluarkan serta estetika lingkungan yang kurang baik (Devis

2008)

D TUJUAN

Tujuan penulisan karya tulis ini adalah

1 Mengenalkan potensi Kabupaten Rote Ndao sebagai penghasil

rumput laut yang sangat potensial dan memberikan kontribusi

yang besar terhadap produksi rumput laut nasional

2 Meningkatkan nilai ekonomis rumput laut melalui penerapan

teknologi sederhana menjadi produk bioetanol yang multiguna

E LUARAN YANG DIHARAPKAN

Luaran yang diharapkan dari penulisan karya tulis ini

adalah

1 Dapat dijadikan solusi alternatif penggunaan bahan bakar

nabati melalui pengolahan limbah rumput laut menjadi

bioetanol yang dapat diterapkan untuk mengurangi penggunaan

Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri

2 Dapat dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat pesisir

Pulau Rote melalui pengolahan rumput laut menjadi bioetanol

sehingga mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan

F KEGUNAAN

Kegunaan penulisan karya tulis ini adalah sebagai program

dan karya inovatif dan kreatif pemanfaatan rumput laut di sekitar

pantai laut di Kabupaten Rote Ndao menjadi produk bioetanol

yang potensial sebagai bahan bakar alternatif yang ramah

lingkungan

G TINJAUAN PUSTAKA

Definisi dan Morfologi Rumput laut (Eucheuma spinosum)

Rumput laut (seaweed) adalah ganggang berukuran besar

(macroalgae) yang merupakan tanaman tingkat rendah dan termasuk

kedalam divisi thallophyta Dari segi morfologinya rumput laut

tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar batang dan

daun Secara keseluruhan tanaman ini mempunyai morfologi yang

mirip walaupun sebenarnya berbeda Bentuk-bentuk tersebut

sebenarnya hanyalah thallus belaka Bentuk thallus rumput laut ada

bermacam-macam antara lain bulat seperti tabung pipih gepeng

dan bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya (Aslan 1998)

Thallophyta adalah tanaman yang morfologinya hanya terdiri

dari thallus tanaman ini tidak mempunyai akar batang dan daun

sejati Fungsi ketiga bagian tersebut digantikan oleh thallus

Tiga kelas utama rumput laut dari thallophyta adalah Rhodophyceae

(ganggang merah) Phaeophyceae (ganggang coklat) Chlorophyceae

(ganggang hijau) yang ketiganya dibedakan oleh kandungan pigmen

dan klorofil Rhodophyceae yang umumnya berwarna merah coklat

nila dan bahkan hijau mempunyai sel pigmen fikoeritrin

Phaeophyceae umumnya berwarna kuning kecoklatan karena selndashselnya

mengandung klorofil a dan c Chlorophyceae umumnya berwarna hijau

karena sel-selnya mengandung klorofil a dan b dengan sedikit

karoten (Direktorat Jenderal Perikanan 1990)

Rumput laut memerlukan substrat sebagai tempat menempel

biasanya pada karang mati moluska pasir dan lumpur Kejernihan

air kira-kira sampai 5 meter atau batas sinar matahari bisa

menembus air laut Tempat hidup Chlorophyceae umumnya lebih dekat

dengan pantai lebih ke tengah lagi Phaeophyceae dan lebih dalam

alga Rhodophyceae Pengukuran kedalaman secara umum untuk rumput

laut yang baik adalah pada waktu air surut Pada waktu air surut

kedalaman rumput laut berada pada kedalaman 30 ndash 50 cm dari

permukaan laut Fotosintesa berlangsung tidak hanya dibantu oleh

sinar matahari tetapi juga oleh zat hara sebagai bahan

makanannya Tidak seperti tumbuhan pada umumnya yang zat haranya

tersedia di dalam tanah zat hara alga diperoleh dari air laut

sekitarnya Penyerapan zat hara dilakukan melalui seluruh bagian

tumbuhan dan zat hara bukan menjadi penghambat pertumbuhan rumput

laut Hal ini terjadi karena adanya sirkulasi yang baik dari zat

hara yang ada di darat dengan dibantu oleh gerakan air (Indriani

dan Sumiarsih 1991)

Eucheuma spinosum merupakan rumput laut dari kelompok

Rhodopyceae (alga merah) yang mampu menghasilkan karaginan

Eucheuma dikelompokkan menjadi beberapa spesies yaitu Eucheuma

edule Eucheuma spinosum Eucheuma cottoni Eucheuma cupressoideum dan masih

banyak lagi yang lain Kelompok Eucheuma yang dibudidayakan di

Indonesia masih sebatas pada Eucheuma cottoni dan Eucheuma spinosum

Eucheuma cottoni dapat menghasilkan kappa karaginan dan telah banyak

diteliti baik proses pengolahan maupun elastisitasnya

(Romimohtarto dan Juwana 2005)

Ciri-ciri dan Taksonomi Eucheuma spinosum

Rumput laut ini dikenal dengan nama daerah agar-agar Dalam

dunia perdagangan rumput laut ini dikenal dengan istilah

spinosum yang berarti duri yang tajam Rumput laut ini berwarna

cokelat tua hijau cokelat hijau kuning atau merah ungu Ciri-

ciri lainnya adalah memiliki thallus silindris lilin dan kenyal

(Sudradjat 2008) Eucheuma adalah alga merah yang biasa

ditemukan di bawah air surut rata-rata pada pasut bulan-setengah

Alga ini mempunyai thallus yang silindris berdaging dan kuat dengan

bintil-bintil atau duri-duri yang mencuat ke samping pada

beberapa jenis thallusnya licin Warna alganya ada yang tidak

merah tetapi hanya coklat kehijau-hijauan kotor atau abu-abu

dengan bercak merahDi Indonesia tercatat empat jenis yakni

Eucheuma spinosum Eucheuma edule Eucheuma alvarezii dan Eucheuma serra

(Romimohtarto dan Juwana 2005)

Cirindashciri dari genus Eucheuma sp yaitu thallus dan cabang-

cabangnya berbentuk silinder atau pipih Waktu masih hidup

warnanya hijau hingga kemerahan dan bila kering warnanya kuning

kecoklatan (Direktorat Jenderal Perikanan 1990) Ciri-ciri

rumput laut jenis Eucheuma spinosum yaitu thallus silindris

percabangan thallus berujung runcing atau tumpul dan ditumbuhi

nodulus (tonjolan-tonjolan) berupa duri lunak yang tersusun

berputar teratur mengelilingi cabang lebih banyak dari yang

terdapat pada Eucheuma cottonii Ciri-ciri lainnya mirip seperti

Eucheuma cottoni Jaringan tengah terdiri dari filamen tidak

berwarna serta dikelilingi oleh sel-sel besar lapisan korteks

dan lapisan epidermis (luar) Pembelahan sel terjadi pada bagian

apikal thallus (Anggadireja dkk 1986)

Eucheuma spinosum tumbuh melekat pada rataan terumbu karang

batu karang batua benda keras dan cangkang kerang Eucheuma

spinosum memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesis

sehingga hanya hidup pada lapisan fotik Habitat khas dari

Eucheuma adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang

tetap lebih menyukai variasi suhu harian yang kecil dan substrat

batu karang mati (Aslan 1998) Eucheuma spinosum termasuk dalam

kelas Rhodophyceae atau alga merah dengan klasifikasi sebagai

berikut

Kingdom Plantae

Divisi Rhodophyta

Kelas Rhodophyceae

Ordo Gigartinales

Famili Solieracea

Genus Eucheuma

Species Eucheuma spinosum

Ekologi dan Penyebaran Rumput Laut

Rumput laut tumbuh hampir diseluruh bagian hidrosfir sampai

batas kedalaman 200 meter Di kedalaman ini syarat hidup untuk

tanaman air masih memungkinkan Jenis rumput laut ada yang hidup

diperairan tropis subtropis dan diperairan dingin Di samping

itu ada beberapa jenis yang hidup kosmopolit seperti Ulva lactuca

Hypnea musciformis Colpomenia sinuosa dan Gracilaria verrucosa Rumput laut

hidup dengan cara menyerap zat makanan dari perairan dan

melakukan fotosintesis Jadi pertumbuhannya membutuhkan faktor-

faktor fisika dan kimia perairan seperti gerakan air suhu kadar

garam nitrat dan fosfat serta pencahayaan sinar matahari

(Puncomulyo 2006)

Beberapa jenis alga di Indonesia yang memiliki nilai ekonomi

yang tinggi yaitu Eucheuma sp salah satu jenis dari kelompok

alga merah terutama jenis alvarezii dan spinosum terdapat di perairan

Indonesia seperti Bali Pameungpeuk Sulawesi Selatan Sulawesi

utara dan Maluku (Satari1998)

Kadi dan Atmaja (1988) menambahkan bahwa pemanenan rumput

laut dapat dilakukan sekitar 1-3 bulan dari saat penanaman

Selanjutnya dikatakan bahwa persyaratan lingkungan yang harus

dipenuhi bagi budidaya Eucheuma adalah

a Substrat stabil terlindung dari ombak yang kuat dan umumnya

di daerah terumbu karang

b Tempat dan lingkungan perairan tidak mengalami pencemaran

c Kedalaman air pada waktu surut terendah 1- 30 cm

d Perairan dilalui arus tetap dari laut lepas sepanjang tahun

e Kecepatan arus antara 20 - 40 mmenit

f Jauh dari muara sungai

g Perairan tidak mengandung lumpur dan airnya jernih

h Suhu air berkisar 27ndash280C dan salinitas berkisar 30 -37 ppt

Rumput laut merupakan tumbuhan marine-macroalgae yang

merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang komersial dan

penting Rumput laut ini termasuk kelompok primitif dari tumbuhan

autotrofik tak berbunga (Thalophyta) yang tumbuh di perairan laut

intertidal dangkal dan kadang-kadang di bawah muka air hngga

kedalaman laut 100 m serta di perairan estuaria (Kaladharan dan

Kaliaperumal 1999) Struktur kerangka tubuhnya tidak berdaun

berbatang dan berakar sehingga semuanya terdiri atas batang

(thallus) sajaTumbuhan ini hidup di tempat-tempat berbatu atau

berkarang yang dijadikannya sebagai substrat tempat melekatkan

alat penempel rhizoid atau holdfast Rumput laut merupakan bahan baku

untuk pembuatan koloid seperti agar algin dan karaginan yang

sering digunakan dalam industri pangan kimia dan farmasi Rumput

laut mengandung protein vitamin mineral dan trace element Ada juga

rumput laut yang digunakan sebagai bahan makanan langsung

makanan temak sebagai pupuk bahan pembuat kertas dan bahan

obat-obatan (Sumpeno 2007)

Ampas Rumput Laut

Rumput laut merupakan bahan baku awal pembuatan agar-agar

adalah tanaman yang hanya perlu waktu 45 hari untuk memanennya

diperkirakan potensi budidaya rumput laut setiap tahun ada 12

juta hektar Pada 2001 terdapat 27847 ton rumput laut

Sedangkan limbah Industri agar-agar yang berupa ampas rumput laut

merupakan salah satu sumber bahan baku bioethanol yang potensial

karena kandungan selulosanya tinggi Selain itu satu pabrik

besar agar-agar dengan kapasitas produksi 80 ton per bulan dapat

menghasilkan limbah serat sebanyak 56 ton per bulan (Ujiani

2007)

Selain itu pertimbangan pemakaian ampas rumput laut sebagai

bahan baku proses produksi bioethanol juga didasarkan pada

pertimbangan ekonomi Pertimbangan keekonomian pengadaan bahan

baku tersebut bukan saja meliputi harga produksi tanaman sebagai

bahan baku tetapi juga meliputi biaya pengelolaan tanaman biaya

produksi pengadaan bahan baku dan biaya bahan baku untuk

memproduksi setiap liter ethanolbio-ethanol Memanfaatkan ampas

rumput laut sebagai bahan baku bioethanol dapat menghindari

persaingan antara pangan dengan BBN Oleh karena itu kita

berusaha memanfaatkan limbah ampas ini supaya mempunyai nilai

jual yang lebih tinggi Di Indonesia tercatat ada tiga pabrik

besar di daerah Pasuruan Jawa timur yaitu PT Agar Swallow

menghasilkan limbah sebanyak 672 tontahun PT Agar sehat makmut

lestari menghasilkan 189 tontahun dan juga CV Agar sari raya

menghasilkan 14 tontahun

Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan

sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dan merupakan salah

satu komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia

karena pemanfaatannya yang demikian luas dalam kehidupan sehari-

hari baik sebagai sumber pangan obat-obatan dan bahan baku

industri (Indriani dan Sumiarsih 1991)

Rumput laut juga dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia

yang dikandungnya sehingga dikenal rumput laut penghasil

karaginan (karagenofit) agar (agarofit) dan alginat (alginofit)

Berdasarkan cara pengelompokan tersebut maka ganggang merah

(Rhodophyceae) seperti Eucheuma sp dikelompokkan sebagai rumput

laut penghasil karaginan karena memiliki kadar karaginan yang

demikian tinggi sekitar 62-68 berat keringnya (Aslan 1998)

Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di sulawesi

selatan adalah Eucheuma spinosum Jenis ini mempunyai nilai

ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan dalam dunia

industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama

dengan agar-agar dan alginat yaitu karaginan dapat digunakan

sebagai bahan baku untuk industri farmasi kosmetik makanan dan

lain-lain (Mubarak dkk 1990) Eucheuma merupakan jenis rumput

laut yang banyak dicari oleh masyarakat Hal ini disebabkan

karena industri makanan kosmetika dan farmasi memerlukan

ldquocarrageeninrdquo yang terkandung dalam Eucheuma untuk dijadikan

sebagai bahan campuran (Nontji 2002) Karaginan merupakan

senyawa polisakarida galaktosa Senyawa-senyawa polisakarida

mudah terhidrolisis dalam larutan yang bersifat asam dan stabil

dalam suasana basa Karaginan banyak digunakan pada sediaan

makanan sediaan farmasi dan kosmetik sebagai bahan pembuat gel

pengental atau penstabil (Nehen 1987)

Bioethanol

Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari bahan baku

berupa biomassa seperti jagung singkong sorgum kentang

gandum tebu bit rumput laut dan juga limbah biomassa seperti

tongkol jagung limbah jerami dan limbah sayuran lainnya

Bioetanol memang potensial dimanfaatkan sebagai bahan bakar

kendaraan bermotor Syaratnya etanol alami itu mesti berkadar

kemurnian 995 Syarat itu mutlak karena jika berkadar di bawah

90 mesin tidak bisa menyala karena kandungan airnya terlampau

tinggi Sebetulnya bioetanol berkadar kemurnian 95 masih layak

dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor Hanya saja dengan kadar

kemurnian itu perlu penambahan zat antikorosif pada tangki bahan

bakar agar tidak menimbulkan karat Semakin besar kadar etanol

semakin bagus performa mesin Masalahnya etanol bersifat

higroskopis mudah menarik molekul air dari kelembapan udara Di

Indonesia yang udaranya lembab problem ini bisa menjadi masalah

serius

Bioetanol diproduksi dengan teknologi biokimia melalui

proses fermentasi bahan baku kemudian etanol yang diproduksi

dipisahkan dari air dengan proses distilasi Cara lama dilakukan

dengan destilasi tetapi kemurnian hanya sampai 96 Maka kemudian

dilakukan proses dehidrasi molecular sieve karena proses ini

dapat menghilangkan air hingga kadar etanol menjadi 995 dan

dihasilkan etanol absolute (murni)

Secara umum ethanolbio-ethanol dapat digunakan sebagai

bahan baku industri turunan alkohol campuran untuk miras bahan

dasar industri farmasi campuran bahan bakar untuk kendaraan

Mengingat pemanfaatan ethanolbio-ethanol beraneka ragam

sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai

dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai

grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri

Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995

vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar

industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade

ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar

untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous

supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus

mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade

akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi

gula (glukosa) larut air

H METODE PENULISAN

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini

merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka

serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan

berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku

penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan

online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan

ini

Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan

penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu

a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan

dengan teori dan pustaka yang mendukung

b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka

serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan

masalah berdasarkan perumusan masalah

c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian

menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan

untuk kesempurnaan penulisan berikutnya

Analisis dan Sintesis Data

Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap

antara lain

1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data

yang diperlukan

2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah

ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang

perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan

kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep

berdasarkan pustaka yang relevan

3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek

penulisan

4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada

kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah

Pengambilan Simpulan

Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan

sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan

karya tulis ini

Perumusan Rekomendasi Saran

Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau

prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah

diadopsi oleh masyarakat

I HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang

tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1

mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif

stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga

mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang

relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil

memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa

mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas

yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga

usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong

jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga

kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk

memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan

pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya

Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan

pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis

rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan

industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan

kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas

yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk

pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor

Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut

menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami

dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan

produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru

dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam

statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975

namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak

diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun

1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan

budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata

Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari

sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini

menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara

komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana

terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun

2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton

meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)

Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan

diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi

negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja

yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja

serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan

Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut

sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan

Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma

Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut

Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam

(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau

(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung

Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta

(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur

(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh

hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa

Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara

Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere

Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo

Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan

Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku

(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)

Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya

tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la

melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu

gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir

diseluruh perairan Indonesia

Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao

Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan

oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut

mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-

daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah

cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan

potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri

pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan

beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang

belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim

seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah

secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan

mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan

tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara

intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat

Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan

lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu

1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam

investasi maupun opersionalnya

2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup

sederhana

3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya

tingkat pengembaliannya cukup cepat

4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan

cenderung meningkat

Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote

Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan

luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga

pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian

utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di

Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan

31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003

dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun

2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004

yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total

luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya

yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005

terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18

menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah

potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya

potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka

tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah

serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada

Produktivitas

Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa

pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per

desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa

atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat

produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak

cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan

rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja

yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu

berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat

mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah

jumlah tenaga kerja

Sumber Daya Manusia (SDM)

Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005

terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote

Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat

di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada

umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang

atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau

Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam

sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang

tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan

budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu

keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha

budidaya rumput laut

Jenis dan Metode Budidaya

Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote

adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga

eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut

(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)

melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan

lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya

yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran

air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan

Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif

luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat

surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu

pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari

yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang

cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut

Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT

yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya

long line disamping paling murah dalam investasi juga paling

sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga

relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun

demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga

memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin

yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin

cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan

Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin

namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani

karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian

pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang

terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus

gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar

Tingkat Produksi

Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke

tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari

produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton

pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086

ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain

disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani

rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan

atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan

pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap

rumput laut pasca panen

Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya

yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang

meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan

binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani

Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut

adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk

memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah

terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang

rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani

Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh

kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)

akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun

demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun

tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan

sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan

tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah

yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat

diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar

Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 6: KARYA TULIS ETANOL

Meningkatnya penggunaan etanol sebagai salah satu sumber

energi alternatif akan meningkatkan permintaan bahan baku

Mengingat hingga saat ini teknologi proses pembuatan etanol yang

telah mantap dikembangkan adalah teknologi starch - based (Sun

and Cheng 2002) maka dikhawatirkan akan terjadi kompetisi

antara ketersediaan bahan baku untuk pangan pakan dan untuk

sumber energi Selain itu untuk menggantikan semua kebutuhan

bahan bakar minyak dunia saat ini dengan etanol maka diperlukan

luas tanah lahan pertanian hutan dan lain-lain yang tak

terbatas

Apalagi jika melihat bahwa saat ini di berbagai negara

khususnya negara berkembang sudah menunjukkan indikasi adanya

krisis pangan dan energi sehingga sangatlah perlu untuk segera

dicari sumber bahan baku pembuatan etanol lain Sumber bahan baku

potensial yang ketersediaannya melimpah berharga murah belum

banyak dimanfaatkan orang dan mengandung

struktur gula sederhana yang dapat diubah menjadi etanol adalah

bahan-bahan berlignosellulosa yang dalam beberapa dekade

terakhir menjadi salah satu obyek penelitian yang menarik untuk

mengetahui potensi dari bahan ndash bahan lignoselulosa dalam

memproduksi etanol

Namun pembuatan etanol dari bahan berselulosa memerlukan

beberapa tahapan sebelum masuk pada tahapan fermentasi untuk

menghasilkan etanol Hal ini disebabkan karena struktur selulosa

yang lebih kompleks sehingga harus dirombak agar proses

fermentasi untuk menghasilkan etanol dapat berlangsung dengan

optimal Menurut Shofiyanto (2008) bahan selulosa pada limbah

dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbon untuk produksi etanol

dengan melakukan proses hidrolisis terlebih dahulu Proses

hidrolisis dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gula

sederhana yang kemudian difermentasi oleh khamir untuk

menghasilkan etanol

Persediaan bahan bakar mulai menipis sedangkan kebutuhan

energi semakin meningkat Untuk itu perlu dikembangkan energi

alternatif yang terbarukan Bioetanol salah satu energi yang

terbarukan Indonesia merupakan negara yang berpotensi besar

dalam pengembangan sumber energi yang terbarukan karena memiliki

sumber nabati yang melimpah seperti rumput laut Limbah

pengolahan rumput laut merupakan masalah yang perlu dicarikan

upaya pemanfaatannya yang lebih baik padahal kandungan dalam

limbah pengolahan tersebut masih dapat dimanfaatkan sehingga hal

ini diharapkan bukan saja memberikan nilai tambah pada usaha

pengolahan rumput laut selain itu dapat menanggulangi masalah

pencemaran lingkungan yang ditimbulkan terutama masalah bau yang

dikeluarkan serta estetika lingkungan yang kurang baik (Devis

2008)

D TUJUAN

Tujuan penulisan karya tulis ini adalah

1 Mengenalkan potensi Kabupaten Rote Ndao sebagai penghasil

rumput laut yang sangat potensial dan memberikan kontribusi

yang besar terhadap produksi rumput laut nasional

2 Meningkatkan nilai ekonomis rumput laut melalui penerapan

teknologi sederhana menjadi produk bioetanol yang multiguna

E LUARAN YANG DIHARAPKAN

Luaran yang diharapkan dari penulisan karya tulis ini

adalah

1 Dapat dijadikan solusi alternatif penggunaan bahan bakar

nabati melalui pengolahan limbah rumput laut menjadi

bioetanol yang dapat diterapkan untuk mengurangi penggunaan

Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri

2 Dapat dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat pesisir

Pulau Rote melalui pengolahan rumput laut menjadi bioetanol

sehingga mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan

F KEGUNAAN

Kegunaan penulisan karya tulis ini adalah sebagai program

dan karya inovatif dan kreatif pemanfaatan rumput laut di sekitar

pantai laut di Kabupaten Rote Ndao menjadi produk bioetanol

yang potensial sebagai bahan bakar alternatif yang ramah

lingkungan

G TINJAUAN PUSTAKA

Definisi dan Morfologi Rumput laut (Eucheuma spinosum)

Rumput laut (seaweed) adalah ganggang berukuran besar

(macroalgae) yang merupakan tanaman tingkat rendah dan termasuk

kedalam divisi thallophyta Dari segi morfologinya rumput laut

tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar batang dan

daun Secara keseluruhan tanaman ini mempunyai morfologi yang

mirip walaupun sebenarnya berbeda Bentuk-bentuk tersebut

sebenarnya hanyalah thallus belaka Bentuk thallus rumput laut ada

bermacam-macam antara lain bulat seperti tabung pipih gepeng

dan bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya (Aslan 1998)

Thallophyta adalah tanaman yang morfologinya hanya terdiri

dari thallus tanaman ini tidak mempunyai akar batang dan daun

sejati Fungsi ketiga bagian tersebut digantikan oleh thallus

Tiga kelas utama rumput laut dari thallophyta adalah Rhodophyceae

(ganggang merah) Phaeophyceae (ganggang coklat) Chlorophyceae

(ganggang hijau) yang ketiganya dibedakan oleh kandungan pigmen

dan klorofil Rhodophyceae yang umumnya berwarna merah coklat

nila dan bahkan hijau mempunyai sel pigmen fikoeritrin

Phaeophyceae umumnya berwarna kuning kecoklatan karena selndashselnya

mengandung klorofil a dan c Chlorophyceae umumnya berwarna hijau

karena sel-selnya mengandung klorofil a dan b dengan sedikit

karoten (Direktorat Jenderal Perikanan 1990)

Rumput laut memerlukan substrat sebagai tempat menempel

biasanya pada karang mati moluska pasir dan lumpur Kejernihan

air kira-kira sampai 5 meter atau batas sinar matahari bisa

menembus air laut Tempat hidup Chlorophyceae umumnya lebih dekat

dengan pantai lebih ke tengah lagi Phaeophyceae dan lebih dalam

alga Rhodophyceae Pengukuran kedalaman secara umum untuk rumput

laut yang baik adalah pada waktu air surut Pada waktu air surut

kedalaman rumput laut berada pada kedalaman 30 ndash 50 cm dari

permukaan laut Fotosintesa berlangsung tidak hanya dibantu oleh

sinar matahari tetapi juga oleh zat hara sebagai bahan

makanannya Tidak seperti tumbuhan pada umumnya yang zat haranya

tersedia di dalam tanah zat hara alga diperoleh dari air laut

sekitarnya Penyerapan zat hara dilakukan melalui seluruh bagian

tumbuhan dan zat hara bukan menjadi penghambat pertumbuhan rumput

laut Hal ini terjadi karena adanya sirkulasi yang baik dari zat

hara yang ada di darat dengan dibantu oleh gerakan air (Indriani

dan Sumiarsih 1991)

Eucheuma spinosum merupakan rumput laut dari kelompok

Rhodopyceae (alga merah) yang mampu menghasilkan karaginan

Eucheuma dikelompokkan menjadi beberapa spesies yaitu Eucheuma

edule Eucheuma spinosum Eucheuma cottoni Eucheuma cupressoideum dan masih

banyak lagi yang lain Kelompok Eucheuma yang dibudidayakan di

Indonesia masih sebatas pada Eucheuma cottoni dan Eucheuma spinosum

Eucheuma cottoni dapat menghasilkan kappa karaginan dan telah banyak

diteliti baik proses pengolahan maupun elastisitasnya

(Romimohtarto dan Juwana 2005)

Ciri-ciri dan Taksonomi Eucheuma spinosum

Rumput laut ini dikenal dengan nama daerah agar-agar Dalam

dunia perdagangan rumput laut ini dikenal dengan istilah

spinosum yang berarti duri yang tajam Rumput laut ini berwarna

cokelat tua hijau cokelat hijau kuning atau merah ungu Ciri-

ciri lainnya adalah memiliki thallus silindris lilin dan kenyal

(Sudradjat 2008) Eucheuma adalah alga merah yang biasa

ditemukan di bawah air surut rata-rata pada pasut bulan-setengah

Alga ini mempunyai thallus yang silindris berdaging dan kuat dengan

bintil-bintil atau duri-duri yang mencuat ke samping pada

beberapa jenis thallusnya licin Warna alganya ada yang tidak

merah tetapi hanya coklat kehijau-hijauan kotor atau abu-abu

dengan bercak merahDi Indonesia tercatat empat jenis yakni

Eucheuma spinosum Eucheuma edule Eucheuma alvarezii dan Eucheuma serra

(Romimohtarto dan Juwana 2005)

Cirindashciri dari genus Eucheuma sp yaitu thallus dan cabang-

cabangnya berbentuk silinder atau pipih Waktu masih hidup

warnanya hijau hingga kemerahan dan bila kering warnanya kuning

kecoklatan (Direktorat Jenderal Perikanan 1990) Ciri-ciri

rumput laut jenis Eucheuma spinosum yaitu thallus silindris

percabangan thallus berujung runcing atau tumpul dan ditumbuhi

nodulus (tonjolan-tonjolan) berupa duri lunak yang tersusun

berputar teratur mengelilingi cabang lebih banyak dari yang

terdapat pada Eucheuma cottonii Ciri-ciri lainnya mirip seperti

Eucheuma cottoni Jaringan tengah terdiri dari filamen tidak

berwarna serta dikelilingi oleh sel-sel besar lapisan korteks

dan lapisan epidermis (luar) Pembelahan sel terjadi pada bagian

apikal thallus (Anggadireja dkk 1986)

Eucheuma spinosum tumbuh melekat pada rataan terumbu karang

batu karang batua benda keras dan cangkang kerang Eucheuma

spinosum memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesis

sehingga hanya hidup pada lapisan fotik Habitat khas dari

Eucheuma adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang

tetap lebih menyukai variasi suhu harian yang kecil dan substrat

batu karang mati (Aslan 1998) Eucheuma spinosum termasuk dalam

kelas Rhodophyceae atau alga merah dengan klasifikasi sebagai

berikut

Kingdom Plantae

Divisi Rhodophyta

Kelas Rhodophyceae

Ordo Gigartinales

Famili Solieracea

Genus Eucheuma

Species Eucheuma spinosum

Ekologi dan Penyebaran Rumput Laut

Rumput laut tumbuh hampir diseluruh bagian hidrosfir sampai

batas kedalaman 200 meter Di kedalaman ini syarat hidup untuk

tanaman air masih memungkinkan Jenis rumput laut ada yang hidup

diperairan tropis subtropis dan diperairan dingin Di samping

itu ada beberapa jenis yang hidup kosmopolit seperti Ulva lactuca

Hypnea musciformis Colpomenia sinuosa dan Gracilaria verrucosa Rumput laut

hidup dengan cara menyerap zat makanan dari perairan dan

melakukan fotosintesis Jadi pertumbuhannya membutuhkan faktor-

faktor fisika dan kimia perairan seperti gerakan air suhu kadar

garam nitrat dan fosfat serta pencahayaan sinar matahari

(Puncomulyo 2006)

Beberapa jenis alga di Indonesia yang memiliki nilai ekonomi

yang tinggi yaitu Eucheuma sp salah satu jenis dari kelompok

alga merah terutama jenis alvarezii dan spinosum terdapat di perairan

Indonesia seperti Bali Pameungpeuk Sulawesi Selatan Sulawesi

utara dan Maluku (Satari1998)

Kadi dan Atmaja (1988) menambahkan bahwa pemanenan rumput

laut dapat dilakukan sekitar 1-3 bulan dari saat penanaman

Selanjutnya dikatakan bahwa persyaratan lingkungan yang harus

dipenuhi bagi budidaya Eucheuma adalah

a Substrat stabil terlindung dari ombak yang kuat dan umumnya

di daerah terumbu karang

b Tempat dan lingkungan perairan tidak mengalami pencemaran

c Kedalaman air pada waktu surut terendah 1- 30 cm

d Perairan dilalui arus tetap dari laut lepas sepanjang tahun

e Kecepatan arus antara 20 - 40 mmenit

f Jauh dari muara sungai

g Perairan tidak mengandung lumpur dan airnya jernih

h Suhu air berkisar 27ndash280C dan salinitas berkisar 30 -37 ppt

Rumput laut merupakan tumbuhan marine-macroalgae yang

merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang komersial dan

penting Rumput laut ini termasuk kelompok primitif dari tumbuhan

autotrofik tak berbunga (Thalophyta) yang tumbuh di perairan laut

intertidal dangkal dan kadang-kadang di bawah muka air hngga

kedalaman laut 100 m serta di perairan estuaria (Kaladharan dan

Kaliaperumal 1999) Struktur kerangka tubuhnya tidak berdaun

berbatang dan berakar sehingga semuanya terdiri atas batang

(thallus) sajaTumbuhan ini hidup di tempat-tempat berbatu atau

berkarang yang dijadikannya sebagai substrat tempat melekatkan

alat penempel rhizoid atau holdfast Rumput laut merupakan bahan baku

untuk pembuatan koloid seperti agar algin dan karaginan yang

sering digunakan dalam industri pangan kimia dan farmasi Rumput

laut mengandung protein vitamin mineral dan trace element Ada juga

rumput laut yang digunakan sebagai bahan makanan langsung

makanan temak sebagai pupuk bahan pembuat kertas dan bahan

obat-obatan (Sumpeno 2007)

Ampas Rumput Laut

Rumput laut merupakan bahan baku awal pembuatan agar-agar

adalah tanaman yang hanya perlu waktu 45 hari untuk memanennya

diperkirakan potensi budidaya rumput laut setiap tahun ada 12

juta hektar Pada 2001 terdapat 27847 ton rumput laut

Sedangkan limbah Industri agar-agar yang berupa ampas rumput laut

merupakan salah satu sumber bahan baku bioethanol yang potensial

karena kandungan selulosanya tinggi Selain itu satu pabrik

besar agar-agar dengan kapasitas produksi 80 ton per bulan dapat

menghasilkan limbah serat sebanyak 56 ton per bulan (Ujiani

2007)

Selain itu pertimbangan pemakaian ampas rumput laut sebagai

bahan baku proses produksi bioethanol juga didasarkan pada

pertimbangan ekonomi Pertimbangan keekonomian pengadaan bahan

baku tersebut bukan saja meliputi harga produksi tanaman sebagai

bahan baku tetapi juga meliputi biaya pengelolaan tanaman biaya

produksi pengadaan bahan baku dan biaya bahan baku untuk

memproduksi setiap liter ethanolbio-ethanol Memanfaatkan ampas

rumput laut sebagai bahan baku bioethanol dapat menghindari

persaingan antara pangan dengan BBN Oleh karena itu kita

berusaha memanfaatkan limbah ampas ini supaya mempunyai nilai

jual yang lebih tinggi Di Indonesia tercatat ada tiga pabrik

besar di daerah Pasuruan Jawa timur yaitu PT Agar Swallow

menghasilkan limbah sebanyak 672 tontahun PT Agar sehat makmut

lestari menghasilkan 189 tontahun dan juga CV Agar sari raya

menghasilkan 14 tontahun

Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan

sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dan merupakan salah

satu komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia

karena pemanfaatannya yang demikian luas dalam kehidupan sehari-

hari baik sebagai sumber pangan obat-obatan dan bahan baku

industri (Indriani dan Sumiarsih 1991)

Rumput laut juga dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia

yang dikandungnya sehingga dikenal rumput laut penghasil

karaginan (karagenofit) agar (agarofit) dan alginat (alginofit)

Berdasarkan cara pengelompokan tersebut maka ganggang merah

(Rhodophyceae) seperti Eucheuma sp dikelompokkan sebagai rumput

laut penghasil karaginan karena memiliki kadar karaginan yang

demikian tinggi sekitar 62-68 berat keringnya (Aslan 1998)

Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di sulawesi

selatan adalah Eucheuma spinosum Jenis ini mempunyai nilai

ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan dalam dunia

industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama

dengan agar-agar dan alginat yaitu karaginan dapat digunakan

sebagai bahan baku untuk industri farmasi kosmetik makanan dan

lain-lain (Mubarak dkk 1990) Eucheuma merupakan jenis rumput

laut yang banyak dicari oleh masyarakat Hal ini disebabkan

karena industri makanan kosmetika dan farmasi memerlukan

ldquocarrageeninrdquo yang terkandung dalam Eucheuma untuk dijadikan

sebagai bahan campuran (Nontji 2002) Karaginan merupakan

senyawa polisakarida galaktosa Senyawa-senyawa polisakarida

mudah terhidrolisis dalam larutan yang bersifat asam dan stabil

dalam suasana basa Karaginan banyak digunakan pada sediaan

makanan sediaan farmasi dan kosmetik sebagai bahan pembuat gel

pengental atau penstabil (Nehen 1987)

Bioethanol

Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari bahan baku

berupa biomassa seperti jagung singkong sorgum kentang

gandum tebu bit rumput laut dan juga limbah biomassa seperti

tongkol jagung limbah jerami dan limbah sayuran lainnya

Bioetanol memang potensial dimanfaatkan sebagai bahan bakar

kendaraan bermotor Syaratnya etanol alami itu mesti berkadar

kemurnian 995 Syarat itu mutlak karena jika berkadar di bawah

90 mesin tidak bisa menyala karena kandungan airnya terlampau

tinggi Sebetulnya bioetanol berkadar kemurnian 95 masih layak

dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor Hanya saja dengan kadar

kemurnian itu perlu penambahan zat antikorosif pada tangki bahan

bakar agar tidak menimbulkan karat Semakin besar kadar etanol

semakin bagus performa mesin Masalahnya etanol bersifat

higroskopis mudah menarik molekul air dari kelembapan udara Di

Indonesia yang udaranya lembab problem ini bisa menjadi masalah

serius

Bioetanol diproduksi dengan teknologi biokimia melalui

proses fermentasi bahan baku kemudian etanol yang diproduksi

dipisahkan dari air dengan proses distilasi Cara lama dilakukan

dengan destilasi tetapi kemurnian hanya sampai 96 Maka kemudian

dilakukan proses dehidrasi molecular sieve karena proses ini

dapat menghilangkan air hingga kadar etanol menjadi 995 dan

dihasilkan etanol absolute (murni)

Secara umum ethanolbio-ethanol dapat digunakan sebagai

bahan baku industri turunan alkohol campuran untuk miras bahan

dasar industri farmasi campuran bahan bakar untuk kendaraan

Mengingat pemanfaatan ethanolbio-ethanol beraneka ragam

sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai

dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai

grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri

Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995

vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar

industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade

ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar

untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous

supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus

mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade

akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi

gula (glukosa) larut air

H METODE PENULISAN

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini

merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka

serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan

berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku

penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan

online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan

ini

Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan

penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu

a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan

dengan teori dan pustaka yang mendukung

b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka

serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan

masalah berdasarkan perumusan masalah

c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian

menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan

untuk kesempurnaan penulisan berikutnya

Analisis dan Sintesis Data

Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap

antara lain

1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data

yang diperlukan

2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah

ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang

perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan

kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep

berdasarkan pustaka yang relevan

3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek

penulisan

4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada

kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah

Pengambilan Simpulan

Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan

sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan

karya tulis ini

Perumusan Rekomendasi Saran

Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau

prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah

diadopsi oleh masyarakat

I HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang

tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1

mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif

stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga

mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang

relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil

memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa

mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas

yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga

usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong

jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga

kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk

memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan

pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya

Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan

pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis

rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan

industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan

kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas

yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk

pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor

Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut

menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami

dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan

produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru

dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam

statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975

namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak

diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun

1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan

budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata

Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari

sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini

menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara

komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana

terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun

2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton

meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)

Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan

diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi

negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja

yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja

serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan

Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut

sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan

Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma

Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut

Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam

(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau

(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung

Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta

(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur

(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh

hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa

Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara

Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere

Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo

Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan

Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku

(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)

Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya

tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la

melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu

gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir

diseluruh perairan Indonesia

Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao

Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan

oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut

mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-

daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah

cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan

potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri

pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan

beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang

belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim

seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah

secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan

mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan

tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara

intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat

Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan

lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu

1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam

investasi maupun opersionalnya

2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup

sederhana

3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya

tingkat pengembaliannya cukup cepat

4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan

cenderung meningkat

Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote

Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan

luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga

pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian

utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di

Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan

31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003

dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun

2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004

yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total

luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya

yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005

terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18

menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah

potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya

potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka

tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah

serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada

Produktivitas

Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa

pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per

desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa

atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat

produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak

cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan

rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja

yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu

berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat

mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah

jumlah tenaga kerja

Sumber Daya Manusia (SDM)

Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005

terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote

Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat

di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada

umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang

atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau

Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam

sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang

tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan

budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu

keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha

budidaya rumput laut

Jenis dan Metode Budidaya

Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote

adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga

eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut

(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)

melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan

lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya

yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran

air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan

Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif

luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat

surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu

pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari

yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang

cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut

Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT

yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya

long line disamping paling murah dalam investasi juga paling

sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga

relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun

demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga

memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin

yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin

cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan

Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin

namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani

karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian

pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang

terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus

gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar

Tingkat Produksi

Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke

tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari

produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton

pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086

ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain

disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani

rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan

atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan

pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap

rumput laut pasca panen

Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya

yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang

meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan

binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani

Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut

adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk

memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah

terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang

rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani

Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh

kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)

akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun

demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun

tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan

sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan

tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah

yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat

diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar

Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 7: KARYA TULIS ETANOL

optimal Menurut Shofiyanto (2008) bahan selulosa pada limbah

dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbon untuk produksi etanol

dengan melakukan proses hidrolisis terlebih dahulu Proses

hidrolisis dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gula

sederhana yang kemudian difermentasi oleh khamir untuk

menghasilkan etanol

Persediaan bahan bakar mulai menipis sedangkan kebutuhan

energi semakin meningkat Untuk itu perlu dikembangkan energi

alternatif yang terbarukan Bioetanol salah satu energi yang

terbarukan Indonesia merupakan negara yang berpotensi besar

dalam pengembangan sumber energi yang terbarukan karena memiliki

sumber nabati yang melimpah seperti rumput laut Limbah

pengolahan rumput laut merupakan masalah yang perlu dicarikan

upaya pemanfaatannya yang lebih baik padahal kandungan dalam

limbah pengolahan tersebut masih dapat dimanfaatkan sehingga hal

ini diharapkan bukan saja memberikan nilai tambah pada usaha

pengolahan rumput laut selain itu dapat menanggulangi masalah

pencemaran lingkungan yang ditimbulkan terutama masalah bau yang

dikeluarkan serta estetika lingkungan yang kurang baik (Devis

2008)

D TUJUAN

Tujuan penulisan karya tulis ini adalah

1 Mengenalkan potensi Kabupaten Rote Ndao sebagai penghasil

rumput laut yang sangat potensial dan memberikan kontribusi

yang besar terhadap produksi rumput laut nasional

2 Meningkatkan nilai ekonomis rumput laut melalui penerapan

teknologi sederhana menjadi produk bioetanol yang multiguna

E LUARAN YANG DIHARAPKAN

Luaran yang diharapkan dari penulisan karya tulis ini

adalah

1 Dapat dijadikan solusi alternatif penggunaan bahan bakar

nabati melalui pengolahan limbah rumput laut menjadi

bioetanol yang dapat diterapkan untuk mengurangi penggunaan

Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri

2 Dapat dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat pesisir

Pulau Rote melalui pengolahan rumput laut menjadi bioetanol

sehingga mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan

F KEGUNAAN

Kegunaan penulisan karya tulis ini adalah sebagai program

dan karya inovatif dan kreatif pemanfaatan rumput laut di sekitar

pantai laut di Kabupaten Rote Ndao menjadi produk bioetanol

yang potensial sebagai bahan bakar alternatif yang ramah

lingkungan

G TINJAUAN PUSTAKA

Definisi dan Morfologi Rumput laut (Eucheuma spinosum)

Rumput laut (seaweed) adalah ganggang berukuran besar

(macroalgae) yang merupakan tanaman tingkat rendah dan termasuk

kedalam divisi thallophyta Dari segi morfologinya rumput laut

tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar batang dan

daun Secara keseluruhan tanaman ini mempunyai morfologi yang

mirip walaupun sebenarnya berbeda Bentuk-bentuk tersebut

sebenarnya hanyalah thallus belaka Bentuk thallus rumput laut ada

bermacam-macam antara lain bulat seperti tabung pipih gepeng

dan bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya (Aslan 1998)

Thallophyta adalah tanaman yang morfologinya hanya terdiri

dari thallus tanaman ini tidak mempunyai akar batang dan daun

sejati Fungsi ketiga bagian tersebut digantikan oleh thallus

Tiga kelas utama rumput laut dari thallophyta adalah Rhodophyceae

(ganggang merah) Phaeophyceae (ganggang coklat) Chlorophyceae

(ganggang hijau) yang ketiganya dibedakan oleh kandungan pigmen

dan klorofil Rhodophyceae yang umumnya berwarna merah coklat

nila dan bahkan hijau mempunyai sel pigmen fikoeritrin

Phaeophyceae umumnya berwarna kuning kecoklatan karena selndashselnya

mengandung klorofil a dan c Chlorophyceae umumnya berwarna hijau

karena sel-selnya mengandung klorofil a dan b dengan sedikit

karoten (Direktorat Jenderal Perikanan 1990)

Rumput laut memerlukan substrat sebagai tempat menempel

biasanya pada karang mati moluska pasir dan lumpur Kejernihan

air kira-kira sampai 5 meter atau batas sinar matahari bisa

menembus air laut Tempat hidup Chlorophyceae umumnya lebih dekat

dengan pantai lebih ke tengah lagi Phaeophyceae dan lebih dalam

alga Rhodophyceae Pengukuran kedalaman secara umum untuk rumput

laut yang baik adalah pada waktu air surut Pada waktu air surut

kedalaman rumput laut berada pada kedalaman 30 ndash 50 cm dari

permukaan laut Fotosintesa berlangsung tidak hanya dibantu oleh

sinar matahari tetapi juga oleh zat hara sebagai bahan

makanannya Tidak seperti tumbuhan pada umumnya yang zat haranya

tersedia di dalam tanah zat hara alga diperoleh dari air laut

sekitarnya Penyerapan zat hara dilakukan melalui seluruh bagian

tumbuhan dan zat hara bukan menjadi penghambat pertumbuhan rumput

laut Hal ini terjadi karena adanya sirkulasi yang baik dari zat

hara yang ada di darat dengan dibantu oleh gerakan air (Indriani

dan Sumiarsih 1991)

Eucheuma spinosum merupakan rumput laut dari kelompok

Rhodopyceae (alga merah) yang mampu menghasilkan karaginan

Eucheuma dikelompokkan menjadi beberapa spesies yaitu Eucheuma

edule Eucheuma spinosum Eucheuma cottoni Eucheuma cupressoideum dan masih

banyak lagi yang lain Kelompok Eucheuma yang dibudidayakan di

Indonesia masih sebatas pada Eucheuma cottoni dan Eucheuma spinosum

Eucheuma cottoni dapat menghasilkan kappa karaginan dan telah banyak

diteliti baik proses pengolahan maupun elastisitasnya

(Romimohtarto dan Juwana 2005)

Ciri-ciri dan Taksonomi Eucheuma spinosum

Rumput laut ini dikenal dengan nama daerah agar-agar Dalam

dunia perdagangan rumput laut ini dikenal dengan istilah

spinosum yang berarti duri yang tajam Rumput laut ini berwarna

cokelat tua hijau cokelat hijau kuning atau merah ungu Ciri-

ciri lainnya adalah memiliki thallus silindris lilin dan kenyal

(Sudradjat 2008) Eucheuma adalah alga merah yang biasa

ditemukan di bawah air surut rata-rata pada pasut bulan-setengah

Alga ini mempunyai thallus yang silindris berdaging dan kuat dengan

bintil-bintil atau duri-duri yang mencuat ke samping pada

beberapa jenis thallusnya licin Warna alganya ada yang tidak

merah tetapi hanya coklat kehijau-hijauan kotor atau abu-abu

dengan bercak merahDi Indonesia tercatat empat jenis yakni

Eucheuma spinosum Eucheuma edule Eucheuma alvarezii dan Eucheuma serra

(Romimohtarto dan Juwana 2005)

Cirindashciri dari genus Eucheuma sp yaitu thallus dan cabang-

cabangnya berbentuk silinder atau pipih Waktu masih hidup

warnanya hijau hingga kemerahan dan bila kering warnanya kuning

kecoklatan (Direktorat Jenderal Perikanan 1990) Ciri-ciri

rumput laut jenis Eucheuma spinosum yaitu thallus silindris

percabangan thallus berujung runcing atau tumpul dan ditumbuhi

nodulus (tonjolan-tonjolan) berupa duri lunak yang tersusun

berputar teratur mengelilingi cabang lebih banyak dari yang

terdapat pada Eucheuma cottonii Ciri-ciri lainnya mirip seperti

Eucheuma cottoni Jaringan tengah terdiri dari filamen tidak

berwarna serta dikelilingi oleh sel-sel besar lapisan korteks

dan lapisan epidermis (luar) Pembelahan sel terjadi pada bagian

apikal thallus (Anggadireja dkk 1986)

Eucheuma spinosum tumbuh melekat pada rataan terumbu karang

batu karang batua benda keras dan cangkang kerang Eucheuma

spinosum memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesis

sehingga hanya hidup pada lapisan fotik Habitat khas dari

Eucheuma adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang

tetap lebih menyukai variasi suhu harian yang kecil dan substrat

batu karang mati (Aslan 1998) Eucheuma spinosum termasuk dalam

kelas Rhodophyceae atau alga merah dengan klasifikasi sebagai

berikut

Kingdom Plantae

Divisi Rhodophyta

Kelas Rhodophyceae

Ordo Gigartinales

Famili Solieracea

Genus Eucheuma

Species Eucheuma spinosum

Ekologi dan Penyebaran Rumput Laut

Rumput laut tumbuh hampir diseluruh bagian hidrosfir sampai

batas kedalaman 200 meter Di kedalaman ini syarat hidup untuk

tanaman air masih memungkinkan Jenis rumput laut ada yang hidup

diperairan tropis subtropis dan diperairan dingin Di samping

itu ada beberapa jenis yang hidup kosmopolit seperti Ulva lactuca

Hypnea musciformis Colpomenia sinuosa dan Gracilaria verrucosa Rumput laut

hidup dengan cara menyerap zat makanan dari perairan dan

melakukan fotosintesis Jadi pertumbuhannya membutuhkan faktor-

faktor fisika dan kimia perairan seperti gerakan air suhu kadar

garam nitrat dan fosfat serta pencahayaan sinar matahari

(Puncomulyo 2006)

Beberapa jenis alga di Indonesia yang memiliki nilai ekonomi

yang tinggi yaitu Eucheuma sp salah satu jenis dari kelompok

alga merah terutama jenis alvarezii dan spinosum terdapat di perairan

Indonesia seperti Bali Pameungpeuk Sulawesi Selatan Sulawesi

utara dan Maluku (Satari1998)

Kadi dan Atmaja (1988) menambahkan bahwa pemanenan rumput

laut dapat dilakukan sekitar 1-3 bulan dari saat penanaman

Selanjutnya dikatakan bahwa persyaratan lingkungan yang harus

dipenuhi bagi budidaya Eucheuma adalah

a Substrat stabil terlindung dari ombak yang kuat dan umumnya

di daerah terumbu karang

b Tempat dan lingkungan perairan tidak mengalami pencemaran

c Kedalaman air pada waktu surut terendah 1- 30 cm

d Perairan dilalui arus tetap dari laut lepas sepanjang tahun

e Kecepatan arus antara 20 - 40 mmenit

f Jauh dari muara sungai

g Perairan tidak mengandung lumpur dan airnya jernih

h Suhu air berkisar 27ndash280C dan salinitas berkisar 30 -37 ppt

Rumput laut merupakan tumbuhan marine-macroalgae yang

merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang komersial dan

penting Rumput laut ini termasuk kelompok primitif dari tumbuhan

autotrofik tak berbunga (Thalophyta) yang tumbuh di perairan laut

intertidal dangkal dan kadang-kadang di bawah muka air hngga

kedalaman laut 100 m serta di perairan estuaria (Kaladharan dan

Kaliaperumal 1999) Struktur kerangka tubuhnya tidak berdaun

berbatang dan berakar sehingga semuanya terdiri atas batang

(thallus) sajaTumbuhan ini hidup di tempat-tempat berbatu atau

berkarang yang dijadikannya sebagai substrat tempat melekatkan

alat penempel rhizoid atau holdfast Rumput laut merupakan bahan baku

untuk pembuatan koloid seperti agar algin dan karaginan yang

sering digunakan dalam industri pangan kimia dan farmasi Rumput

laut mengandung protein vitamin mineral dan trace element Ada juga

rumput laut yang digunakan sebagai bahan makanan langsung

makanan temak sebagai pupuk bahan pembuat kertas dan bahan

obat-obatan (Sumpeno 2007)

Ampas Rumput Laut

Rumput laut merupakan bahan baku awal pembuatan agar-agar

adalah tanaman yang hanya perlu waktu 45 hari untuk memanennya

diperkirakan potensi budidaya rumput laut setiap tahun ada 12

juta hektar Pada 2001 terdapat 27847 ton rumput laut

Sedangkan limbah Industri agar-agar yang berupa ampas rumput laut

merupakan salah satu sumber bahan baku bioethanol yang potensial

karena kandungan selulosanya tinggi Selain itu satu pabrik

besar agar-agar dengan kapasitas produksi 80 ton per bulan dapat

menghasilkan limbah serat sebanyak 56 ton per bulan (Ujiani

2007)

Selain itu pertimbangan pemakaian ampas rumput laut sebagai

bahan baku proses produksi bioethanol juga didasarkan pada

pertimbangan ekonomi Pertimbangan keekonomian pengadaan bahan

baku tersebut bukan saja meliputi harga produksi tanaman sebagai

bahan baku tetapi juga meliputi biaya pengelolaan tanaman biaya

produksi pengadaan bahan baku dan biaya bahan baku untuk

memproduksi setiap liter ethanolbio-ethanol Memanfaatkan ampas

rumput laut sebagai bahan baku bioethanol dapat menghindari

persaingan antara pangan dengan BBN Oleh karena itu kita

berusaha memanfaatkan limbah ampas ini supaya mempunyai nilai

jual yang lebih tinggi Di Indonesia tercatat ada tiga pabrik

besar di daerah Pasuruan Jawa timur yaitu PT Agar Swallow

menghasilkan limbah sebanyak 672 tontahun PT Agar sehat makmut

lestari menghasilkan 189 tontahun dan juga CV Agar sari raya

menghasilkan 14 tontahun

Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan

sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dan merupakan salah

satu komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia

karena pemanfaatannya yang demikian luas dalam kehidupan sehari-

hari baik sebagai sumber pangan obat-obatan dan bahan baku

industri (Indriani dan Sumiarsih 1991)

Rumput laut juga dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia

yang dikandungnya sehingga dikenal rumput laut penghasil

karaginan (karagenofit) agar (agarofit) dan alginat (alginofit)

Berdasarkan cara pengelompokan tersebut maka ganggang merah

(Rhodophyceae) seperti Eucheuma sp dikelompokkan sebagai rumput

laut penghasil karaginan karena memiliki kadar karaginan yang

demikian tinggi sekitar 62-68 berat keringnya (Aslan 1998)

Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di sulawesi

selatan adalah Eucheuma spinosum Jenis ini mempunyai nilai

ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan dalam dunia

industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama

dengan agar-agar dan alginat yaitu karaginan dapat digunakan

sebagai bahan baku untuk industri farmasi kosmetik makanan dan

lain-lain (Mubarak dkk 1990) Eucheuma merupakan jenis rumput

laut yang banyak dicari oleh masyarakat Hal ini disebabkan

karena industri makanan kosmetika dan farmasi memerlukan

ldquocarrageeninrdquo yang terkandung dalam Eucheuma untuk dijadikan

sebagai bahan campuran (Nontji 2002) Karaginan merupakan

senyawa polisakarida galaktosa Senyawa-senyawa polisakarida

mudah terhidrolisis dalam larutan yang bersifat asam dan stabil

dalam suasana basa Karaginan banyak digunakan pada sediaan

makanan sediaan farmasi dan kosmetik sebagai bahan pembuat gel

pengental atau penstabil (Nehen 1987)

Bioethanol

Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari bahan baku

berupa biomassa seperti jagung singkong sorgum kentang

gandum tebu bit rumput laut dan juga limbah biomassa seperti

tongkol jagung limbah jerami dan limbah sayuran lainnya

Bioetanol memang potensial dimanfaatkan sebagai bahan bakar

kendaraan bermotor Syaratnya etanol alami itu mesti berkadar

kemurnian 995 Syarat itu mutlak karena jika berkadar di bawah

90 mesin tidak bisa menyala karena kandungan airnya terlampau

tinggi Sebetulnya bioetanol berkadar kemurnian 95 masih layak

dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor Hanya saja dengan kadar

kemurnian itu perlu penambahan zat antikorosif pada tangki bahan

bakar agar tidak menimbulkan karat Semakin besar kadar etanol

semakin bagus performa mesin Masalahnya etanol bersifat

higroskopis mudah menarik molekul air dari kelembapan udara Di

Indonesia yang udaranya lembab problem ini bisa menjadi masalah

serius

Bioetanol diproduksi dengan teknologi biokimia melalui

proses fermentasi bahan baku kemudian etanol yang diproduksi

dipisahkan dari air dengan proses distilasi Cara lama dilakukan

dengan destilasi tetapi kemurnian hanya sampai 96 Maka kemudian

dilakukan proses dehidrasi molecular sieve karena proses ini

dapat menghilangkan air hingga kadar etanol menjadi 995 dan

dihasilkan etanol absolute (murni)

Secara umum ethanolbio-ethanol dapat digunakan sebagai

bahan baku industri turunan alkohol campuran untuk miras bahan

dasar industri farmasi campuran bahan bakar untuk kendaraan

Mengingat pemanfaatan ethanolbio-ethanol beraneka ragam

sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai

dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai

grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri

Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995

vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar

industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade

ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar

untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous

supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus

mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade

akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi

gula (glukosa) larut air

H METODE PENULISAN

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini

merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka

serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan

berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku

penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan

online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan

ini

Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan

penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu

a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan

dengan teori dan pustaka yang mendukung

b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka

serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan

masalah berdasarkan perumusan masalah

c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian

menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan

untuk kesempurnaan penulisan berikutnya

Analisis dan Sintesis Data

Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap

antara lain

1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data

yang diperlukan

2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah

ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang

perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan

kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep

berdasarkan pustaka yang relevan

3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek

penulisan

4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada

kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah

Pengambilan Simpulan

Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan

sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan

karya tulis ini

Perumusan Rekomendasi Saran

Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau

prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah

diadopsi oleh masyarakat

I HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang

tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1

mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif

stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga

mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang

relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil

memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa

mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas

yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga

usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong

jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga

kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk

memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan

pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya

Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan

pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis

rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan

industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan

kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas

yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk

pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor

Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut

menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami

dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan

produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru

dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam

statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975

namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak

diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun

1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan

budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata

Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari

sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini

menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara

komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana

terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun

2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton

meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)

Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan

diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi

negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja

yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja

serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan

Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut

sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan

Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma

Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut

Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam

(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau

(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung

Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta

(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur

(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh

hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa

Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara

Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere

Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo

Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan

Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku

(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)

Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya

tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la

melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu

gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir

diseluruh perairan Indonesia

Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao

Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan

oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut

mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-

daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah

cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan

potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri

pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan

beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang

belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim

seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah

secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan

mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan

tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara

intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat

Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan

lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu

1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam

investasi maupun opersionalnya

2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup

sederhana

3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya

tingkat pengembaliannya cukup cepat

4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan

cenderung meningkat

Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote

Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan

luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga

pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian

utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di

Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan

31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003

dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun

2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004

yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total

luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya

yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005

terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18

menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah

potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya

potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka

tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah

serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada

Produktivitas

Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa

pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per

desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa

atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat

produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak

cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan

rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja

yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu

berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat

mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah

jumlah tenaga kerja

Sumber Daya Manusia (SDM)

Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005

terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote

Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat

di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada

umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang

atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau

Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam

sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang

tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan

budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu

keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha

budidaya rumput laut

Jenis dan Metode Budidaya

Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote

adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga

eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut

(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)

melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan

lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya

yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran

air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan

Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif

luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat

surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu

pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari

yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang

cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut

Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT

yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya

long line disamping paling murah dalam investasi juga paling

sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga

relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun

demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga

memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin

yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin

cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan

Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin

namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani

karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian

pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang

terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus

gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar

Tingkat Produksi

Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke

tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari

produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton

pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086

ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain

disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani

rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan

atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan

pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap

rumput laut pasca panen

Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya

yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang

meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan

binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani

Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut

adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk

memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah

terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang

rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani

Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh

kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)

akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun

demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun

tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan

sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan

tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah

yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat

diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar

Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 8: KARYA TULIS ETANOL

2 Meningkatkan nilai ekonomis rumput laut melalui penerapan

teknologi sederhana menjadi produk bioetanol yang multiguna

E LUARAN YANG DIHARAPKAN

Luaran yang diharapkan dari penulisan karya tulis ini

adalah

1 Dapat dijadikan solusi alternatif penggunaan bahan bakar

nabati melalui pengolahan limbah rumput laut menjadi

bioetanol yang dapat diterapkan untuk mengurangi penggunaan

Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri

2 Dapat dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat pesisir

Pulau Rote melalui pengolahan rumput laut menjadi bioetanol

sehingga mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan

F KEGUNAAN

Kegunaan penulisan karya tulis ini adalah sebagai program

dan karya inovatif dan kreatif pemanfaatan rumput laut di sekitar

pantai laut di Kabupaten Rote Ndao menjadi produk bioetanol

yang potensial sebagai bahan bakar alternatif yang ramah

lingkungan

G TINJAUAN PUSTAKA

Definisi dan Morfologi Rumput laut (Eucheuma spinosum)

Rumput laut (seaweed) adalah ganggang berukuran besar

(macroalgae) yang merupakan tanaman tingkat rendah dan termasuk

kedalam divisi thallophyta Dari segi morfologinya rumput laut

tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar batang dan

daun Secara keseluruhan tanaman ini mempunyai morfologi yang

mirip walaupun sebenarnya berbeda Bentuk-bentuk tersebut

sebenarnya hanyalah thallus belaka Bentuk thallus rumput laut ada

bermacam-macam antara lain bulat seperti tabung pipih gepeng

dan bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya (Aslan 1998)

Thallophyta adalah tanaman yang morfologinya hanya terdiri

dari thallus tanaman ini tidak mempunyai akar batang dan daun

sejati Fungsi ketiga bagian tersebut digantikan oleh thallus

Tiga kelas utama rumput laut dari thallophyta adalah Rhodophyceae

(ganggang merah) Phaeophyceae (ganggang coklat) Chlorophyceae

(ganggang hijau) yang ketiganya dibedakan oleh kandungan pigmen

dan klorofil Rhodophyceae yang umumnya berwarna merah coklat

nila dan bahkan hijau mempunyai sel pigmen fikoeritrin

Phaeophyceae umumnya berwarna kuning kecoklatan karena selndashselnya

mengandung klorofil a dan c Chlorophyceae umumnya berwarna hijau

karena sel-selnya mengandung klorofil a dan b dengan sedikit

karoten (Direktorat Jenderal Perikanan 1990)

Rumput laut memerlukan substrat sebagai tempat menempel

biasanya pada karang mati moluska pasir dan lumpur Kejernihan

air kira-kira sampai 5 meter atau batas sinar matahari bisa

menembus air laut Tempat hidup Chlorophyceae umumnya lebih dekat

dengan pantai lebih ke tengah lagi Phaeophyceae dan lebih dalam

alga Rhodophyceae Pengukuran kedalaman secara umum untuk rumput

laut yang baik adalah pada waktu air surut Pada waktu air surut

kedalaman rumput laut berada pada kedalaman 30 ndash 50 cm dari

permukaan laut Fotosintesa berlangsung tidak hanya dibantu oleh

sinar matahari tetapi juga oleh zat hara sebagai bahan

makanannya Tidak seperti tumbuhan pada umumnya yang zat haranya

tersedia di dalam tanah zat hara alga diperoleh dari air laut

sekitarnya Penyerapan zat hara dilakukan melalui seluruh bagian

tumbuhan dan zat hara bukan menjadi penghambat pertumbuhan rumput

laut Hal ini terjadi karena adanya sirkulasi yang baik dari zat

hara yang ada di darat dengan dibantu oleh gerakan air (Indriani

dan Sumiarsih 1991)

Eucheuma spinosum merupakan rumput laut dari kelompok

Rhodopyceae (alga merah) yang mampu menghasilkan karaginan

Eucheuma dikelompokkan menjadi beberapa spesies yaitu Eucheuma

edule Eucheuma spinosum Eucheuma cottoni Eucheuma cupressoideum dan masih

banyak lagi yang lain Kelompok Eucheuma yang dibudidayakan di

Indonesia masih sebatas pada Eucheuma cottoni dan Eucheuma spinosum

Eucheuma cottoni dapat menghasilkan kappa karaginan dan telah banyak

diteliti baik proses pengolahan maupun elastisitasnya

(Romimohtarto dan Juwana 2005)

Ciri-ciri dan Taksonomi Eucheuma spinosum

Rumput laut ini dikenal dengan nama daerah agar-agar Dalam

dunia perdagangan rumput laut ini dikenal dengan istilah

spinosum yang berarti duri yang tajam Rumput laut ini berwarna

cokelat tua hijau cokelat hijau kuning atau merah ungu Ciri-

ciri lainnya adalah memiliki thallus silindris lilin dan kenyal

(Sudradjat 2008) Eucheuma adalah alga merah yang biasa

ditemukan di bawah air surut rata-rata pada pasut bulan-setengah

Alga ini mempunyai thallus yang silindris berdaging dan kuat dengan

bintil-bintil atau duri-duri yang mencuat ke samping pada

beberapa jenis thallusnya licin Warna alganya ada yang tidak

merah tetapi hanya coklat kehijau-hijauan kotor atau abu-abu

dengan bercak merahDi Indonesia tercatat empat jenis yakni

Eucheuma spinosum Eucheuma edule Eucheuma alvarezii dan Eucheuma serra

(Romimohtarto dan Juwana 2005)

Cirindashciri dari genus Eucheuma sp yaitu thallus dan cabang-

cabangnya berbentuk silinder atau pipih Waktu masih hidup

warnanya hijau hingga kemerahan dan bila kering warnanya kuning

kecoklatan (Direktorat Jenderal Perikanan 1990) Ciri-ciri

rumput laut jenis Eucheuma spinosum yaitu thallus silindris

percabangan thallus berujung runcing atau tumpul dan ditumbuhi

nodulus (tonjolan-tonjolan) berupa duri lunak yang tersusun

berputar teratur mengelilingi cabang lebih banyak dari yang

terdapat pada Eucheuma cottonii Ciri-ciri lainnya mirip seperti

Eucheuma cottoni Jaringan tengah terdiri dari filamen tidak

berwarna serta dikelilingi oleh sel-sel besar lapisan korteks

dan lapisan epidermis (luar) Pembelahan sel terjadi pada bagian

apikal thallus (Anggadireja dkk 1986)

Eucheuma spinosum tumbuh melekat pada rataan terumbu karang

batu karang batua benda keras dan cangkang kerang Eucheuma

spinosum memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesis

sehingga hanya hidup pada lapisan fotik Habitat khas dari

Eucheuma adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang

tetap lebih menyukai variasi suhu harian yang kecil dan substrat

batu karang mati (Aslan 1998) Eucheuma spinosum termasuk dalam

kelas Rhodophyceae atau alga merah dengan klasifikasi sebagai

berikut

Kingdom Plantae

Divisi Rhodophyta

Kelas Rhodophyceae

Ordo Gigartinales

Famili Solieracea

Genus Eucheuma

Species Eucheuma spinosum

Ekologi dan Penyebaran Rumput Laut

Rumput laut tumbuh hampir diseluruh bagian hidrosfir sampai

batas kedalaman 200 meter Di kedalaman ini syarat hidup untuk

tanaman air masih memungkinkan Jenis rumput laut ada yang hidup

diperairan tropis subtropis dan diperairan dingin Di samping

itu ada beberapa jenis yang hidup kosmopolit seperti Ulva lactuca

Hypnea musciformis Colpomenia sinuosa dan Gracilaria verrucosa Rumput laut

hidup dengan cara menyerap zat makanan dari perairan dan

melakukan fotosintesis Jadi pertumbuhannya membutuhkan faktor-

faktor fisika dan kimia perairan seperti gerakan air suhu kadar

garam nitrat dan fosfat serta pencahayaan sinar matahari

(Puncomulyo 2006)

Beberapa jenis alga di Indonesia yang memiliki nilai ekonomi

yang tinggi yaitu Eucheuma sp salah satu jenis dari kelompok

alga merah terutama jenis alvarezii dan spinosum terdapat di perairan

Indonesia seperti Bali Pameungpeuk Sulawesi Selatan Sulawesi

utara dan Maluku (Satari1998)

Kadi dan Atmaja (1988) menambahkan bahwa pemanenan rumput

laut dapat dilakukan sekitar 1-3 bulan dari saat penanaman

Selanjutnya dikatakan bahwa persyaratan lingkungan yang harus

dipenuhi bagi budidaya Eucheuma adalah

a Substrat stabil terlindung dari ombak yang kuat dan umumnya

di daerah terumbu karang

b Tempat dan lingkungan perairan tidak mengalami pencemaran

c Kedalaman air pada waktu surut terendah 1- 30 cm

d Perairan dilalui arus tetap dari laut lepas sepanjang tahun

e Kecepatan arus antara 20 - 40 mmenit

f Jauh dari muara sungai

g Perairan tidak mengandung lumpur dan airnya jernih

h Suhu air berkisar 27ndash280C dan salinitas berkisar 30 -37 ppt

Rumput laut merupakan tumbuhan marine-macroalgae yang

merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang komersial dan

penting Rumput laut ini termasuk kelompok primitif dari tumbuhan

autotrofik tak berbunga (Thalophyta) yang tumbuh di perairan laut

intertidal dangkal dan kadang-kadang di bawah muka air hngga

kedalaman laut 100 m serta di perairan estuaria (Kaladharan dan

Kaliaperumal 1999) Struktur kerangka tubuhnya tidak berdaun

berbatang dan berakar sehingga semuanya terdiri atas batang

(thallus) sajaTumbuhan ini hidup di tempat-tempat berbatu atau

berkarang yang dijadikannya sebagai substrat tempat melekatkan

alat penempel rhizoid atau holdfast Rumput laut merupakan bahan baku

untuk pembuatan koloid seperti agar algin dan karaginan yang

sering digunakan dalam industri pangan kimia dan farmasi Rumput

laut mengandung protein vitamin mineral dan trace element Ada juga

rumput laut yang digunakan sebagai bahan makanan langsung

makanan temak sebagai pupuk bahan pembuat kertas dan bahan

obat-obatan (Sumpeno 2007)

Ampas Rumput Laut

Rumput laut merupakan bahan baku awal pembuatan agar-agar

adalah tanaman yang hanya perlu waktu 45 hari untuk memanennya

diperkirakan potensi budidaya rumput laut setiap tahun ada 12

juta hektar Pada 2001 terdapat 27847 ton rumput laut

Sedangkan limbah Industri agar-agar yang berupa ampas rumput laut

merupakan salah satu sumber bahan baku bioethanol yang potensial

karena kandungan selulosanya tinggi Selain itu satu pabrik

besar agar-agar dengan kapasitas produksi 80 ton per bulan dapat

menghasilkan limbah serat sebanyak 56 ton per bulan (Ujiani

2007)

Selain itu pertimbangan pemakaian ampas rumput laut sebagai

bahan baku proses produksi bioethanol juga didasarkan pada

pertimbangan ekonomi Pertimbangan keekonomian pengadaan bahan

baku tersebut bukan saja meliputi harga produksi tanaman sebagai

bahan baku tetapi juga meliputi biaya pengelolaan tanaman biaya

produksi pengadaan bahan baku dan biaya bahan baku untuk

memproduksi setiap liter ethanolbio-ethanol Memanfaatkan ampas

rumput laut sebagai bahan baku bioethanol dapat menghindari

persaingan antara pangan dengan BBN Oleh karena itu kita

berusaha memanfaatkan limbah ampas ini supaya mempunyai nilai

jual yang lebih tinggi Di Indonesia tercatat ada tiga pabrik

besar di daerah Pasuruan Jawa timur yaitu PT Agar Swallow

menghasilkan limbah sebanyak 672 tontahun PT Agar sehat makmut

lestari menghasilkan 189 tontahun dan juga CV Agar sari raya

menghasilkan 14 tontahun

Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan

sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dan merupakan salah

satu komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia

karena pemanfaatannya yang demikian luas dalam kehidupan sehari-

hari baik sebagai sumber pangan obat-obatan dan bahan baku

industri (Indriani dan Sumiarsih 1991)

Rumput laut juga dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia

yang dikandungnya sehingga dikenal rumput laut penghasil

karaginan (karagenofit) agar (agarofit) dan alginat (alginofit)

Berdasarkan cara pengelompokan tersebut maka ganggang merah

(Rhodophyceae) seperti Eucheuma sp dikelompokkan sebagai rumput

laut penghasil karaginan karena memiliki kadar karaginan yang

demikian tinggi sekitar 62-68 berat keringnya (Aslan 1998)

Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di sulawesi

selatan adalah Eucheuma spinosum Jenis ini mempunyai nilai

ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan dalam dunia

industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama

dengan agar-agar dan alginat yaitu karaginan dapat digunakan

sebagai bahan baku untuk industri farmasi kosmetik makanan dan

lain-lain (Mubarak dkk 1990) Eucheuma merupakan jenis rumput

laut yang banyak dicari oleh masyarakat Hal ini disebabkan

karena industri makanan kosmetika dan farmasi memerlukan

ldquocarrageeninrdquo yang terkandung dalam Eucheuma untuk dijadikan

sebagai bahan campuran (Nontji 2002) Karaginan merupakan

senyawa polisakarida galaktosa Senyawa-senyawa polisakarida

mudah terhidrolisis dalam larutan yang bersifat asam dan stabil

dalam suasana basa Karaginan banyak digunakan pada sediaan

makanan sediaan farmasi dan kosmetik sebagai bahan pembuat gel

pengental atau penstabil (Nehen 1987)

Bioethanol

Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari bahan baku

berupa biomassa seperti jagung singkong sorgum kentang

gandum tebu bit rumput laut dan juga limbah biomassa seperti

tongkol jagung limbah jerami dan limbah sayuran lainnya

Bioetanol memang potensial dimanfaatkan sebagai bahan bakar

kendaraan bermotor Syaratnya etanol alami itu mesti berkadar

kemurnian 995 Syarat itu mutlak karena jika berkadar di bawah

90 mesin tidak bisa menyala karena kandungan airnya terlampau

tinggi Sebetulnya bioetanol berkadar kemurnian 95 masih layak

dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor Hanya saja dengan kadar

kemurnian itu perlu penambahan zat antikorosif pada tangki bahan

bakar agar tidak menimbulkan karat Semakin besar kadar etanol

semakin bagus performa mesin Masalahnya etanol bersifat

higroskopis mudah menarik molekul air dari kelembapan udara Di

Indonesia yang udaranya lembab problem ini bisa menjadi masalah

serius

Bioetanol diproduksi dengan teknologi biokimia melalui

proses fermentasi bahan baku kemudian etanol yang diproduksi

dipisahkan dari air dengan proses distilasi Cara lama dilakukan

dengan destilasi tetapi kemurnian hanya sampai 96 Maka kemudian

dilakukan proses dehidrasi molecular sieve karena proses ini

dapat menghilangkan air hingga kadar etanol menjadi 995 dan

dihasilkan etanol absolute (murni)

Secara umum ethanolbio-ethanol dapat digunakan sebagai

bahan baku industri turunan alkohol campuran untuk miras bahan

dasar industri farmasi campuran bahan bakar untuk kendaraan

Mengingat pemanfaatan ethanolbio-ethanol beraneka ragam

sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai

dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai

grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri

Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995

vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar

industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade

ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar

untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous

supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus

mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade

akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi

gula (glukosa) larut air

H METODE PENULISAN

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini

merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka

serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan

berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku

penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan

online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan

ini

Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan

penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu

a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan

dengan teori dan pustaka yang mendukung

b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka

serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan

masalah berdasarkan perumusan masalah

c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian

menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan

untuk kesempurnaan penulisan berikutnya

Analisis dan Sintesis Data

Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap

antara lain

1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data

yang diperlukan

2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah

ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang

perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan

kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep

berdasarkan pustaka yang relevan

3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek

penulisan

4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada

kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah

Pengambilan Simpulan

Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan

sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan

karya tulis ini

Perumusan Rekomendasi Saran

Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau

prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah

diadopsi oleh masyarakat

I HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang

tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1

mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif

stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga

mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang

relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil

memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa

mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas

yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga

usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong

jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga

kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk

memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan

pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya

Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan

pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis

rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan

industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan

kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas

yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk

pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor

Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut

menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami

dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan

produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru

dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam

statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975

namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak

diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun

1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan

budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata

Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari

sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini

menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara

komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana

terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun

2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton

meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)

Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan

diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi

negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja

yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja

serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan

Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut

sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan

Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma

Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut

Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam

(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau

(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung

Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta

(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur

(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh

hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa

Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara

Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere

Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo

Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan

Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku

(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)

Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya

tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la

melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu

gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir

diseluruh perairan Indonesia

Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao

Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan

oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut

mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-

daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah

cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan

potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri

pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan

beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang

belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim

seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah

secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan

mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan

tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara

intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat

Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan

lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu

1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam

investasi maupun opersionalnya

2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup

sederhana

3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya

tingkat pengembaliannya cukup cepat

4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan

cenderung meningkat

Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote

Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan

luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga

pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian

utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di

Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan

31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003

dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun

2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004

yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total

luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya

yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005

terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18

menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah

potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya

potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka

tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah

serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada

Produktivitas

Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa

pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per

desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa

atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat

produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak

cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan

rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja

yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu

berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat

mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah

jumlah tenaga kerja

Sumber Daya Manusia (SDM)

Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005

terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote

Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat

di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada

umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang

atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau

Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam

sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang

tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan

budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu

keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha

budidaya rumput laut

Jenis dan Metode Budidaya

Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote

adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga

eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut

(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)

melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan

lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya

yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran

air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan

Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif

luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat

surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu

pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari

yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang

cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut

Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT

yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya

long line disamping paling murah dalam investasi juga paling

sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga

relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun

demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga

memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin

yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin

cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan

Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin

namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani

karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian

pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang

terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus

gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar

Tingkat Produksi

Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke

tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari

produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton

pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086

ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain

disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani

rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan

atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan

pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap

rumput laut pasca panen

Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya

yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang

meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan

binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani

Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut

adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk

memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah

terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang

rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani

Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh

kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)

akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun

demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun

tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan

sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan

tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah

yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat

diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar

Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 9: KARYA TULIS ETANOL

tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar batang dan

daun Secara keseluruhan tanaman ini mempunyai morfologi yang

mirip walaupun sebenarnya berbeda Bentuk-bentuk tersebut

sebenarnya hanyalah thallus belaka Bentuk thallus rumput laut ada

bermacam-macam antara lain bulat seperti tabung pipih gepeng

dan bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya (Aslan 1998)

Thallophyta adalah tanaman yang morfologinya hanya terdiri

dari thallus tanaman ini tidak mempunyai akar batang dan daun

sejati Fungsi ketiga bagian tersebut digantikan oleh thallus

Tiga kelas utama rumput laut dari thallophyta adalah Rhodophyceae

(ganggang merah) Phaeophyceae (ganggang coklat) Chlorophyceae

(ganggang hijau) yang ketiganya dibedakan oleh kandungan pigmen

dan klorofil Rhodophyceae yang umumnya berwarna merah coklat

nila dan bahkan hijau mempunyai sel pigmen fikoeritrin

Phaeophyceae umumnya berwarna kuning kecoklatan karena selndashselnya

mengandung klorofil a dan c Chlorophyceae umumnya berwarna hijau

karena sel-selnya mengandung klorofil a dan b dengan sedikit

karoten (Direktorat Jenderal Perikanan 1990)

Rumput laut memerlukan substrat sebagai tempat menempel

biasanya pada karang mati moluska pasir dan lumpur Kejernihan

air kira-kira sampai 5 meter atau batas sinar matahari bisa

menembus air laut Tempat hidup Chlorophyceae umumnya lebih dekat

dengan pantai lebih ke tengah lagi Phaeophyceae dan lebih dalam

alga Rhodophyceae Pengukuran kedalaman secara umum untuk rumput

laut yang baik adalah pada waktu air surut Pada waktu air surut

kedalaman rumput laut berada pada kedalaman 30 ndash 50 cm dari

permukaan laut Fotosintesa berlangsung tidak hanya dibantu oleh

sinar matahari tetapi juga oleh zat hara sebagai bahan

makanannya Tidak seperti tumbuhan pada umumnya yang zat haranya

tersedia di dalam tanah zat hara alga diperoleh dari air laut

sekitarnya Penyerapan zat hara dilakukan melalui seluruh bagian

tumbuhan dan zat hara bukan menjadi penghambat pertumbuhan rumput

laut Hal ini terjadi karena adanya sirkulasi yang baik dari zat

hara yang ada di darat dengan dibantu oleh gerakan air (Indriani

dan Sumiarsih 1991)

Eucheuma spinosum merupakan rumput laut dari kelompok

Rhodopyceae (alga merah) yang mampu menghasilkan karaginan

Eucheuma dikelompokkan menjadi beberapa spesies yaitu Eucheuma

edule Eucheuma spinosum Eucheuma cottoni Eucheuma cupressoideum dan masih

banyak lagi yang lain Kelompok Eucheuma yang dibudidayakan di

Indonesia masih sebatas pada Eucheuma cottoni dan Eucheuma spinosum

Eucheuma cottoni dapat menghasilkan kappa karaginan dan telah banyak

diteliti baik proses pengolahan maupun elastisitasnya

(Romimohtarto dan Juwana 2005)

Ciri-ciri dan Taksonomi Eucheuma spinosum

Rumput laut ini dikenal dengan nama daerah agar-agar Dalam

dunia perdagangan rumput laut ini dikenal dengan istilah

spinosum yang berarti duri yang tajam Rumput laut ini berwarna

cokelat tua hijau cokelat hijau kuning atau merah ungu Ciri-

ciri lainnya adalah memiliki thallus silindris lilin dan kenyal

(Sudradjat 2008) Eucheuma adalah alga merah yang biasa

ditemukan di bawah air surut rata-rata pada pasut bulan-setengah

Alga ini mempunyai thallus yang silindris berdaging dan kuat dengan

bintil-bintil atau duri-duri yang mencuat ke samping pada

beberapa jenis thallusnya licin Warna alganya ada yang tidak

merah tetapi hanya coklat kehijau-hijauan kotor atau abu-abu

dengan bercak merahDi Indonesia tercatat empat jenis yakni

Eucheuma spinosum Eucheuma edule Eucheuma alvarezii dan Eucheuma serra

(Romimohtarto dan Juwana 2005)

Cirindashciri dari genus Eucheuma sp yaitu thallus dan cabang-

cabangnya berbentuk silinder atau pipih Waktu masih hidup

warnanya hijau hingga kemerahan dan bila kering warnanya kuning

kecoklatan (Direktorat Jenderal Perikanan 1990) Ciri-ciri

rumput laut jenis Eucheuma spinosum yaitu thallus silindris

percabangan thallus berujung runcing atau tumpul dan ditumbuhi

nodulus (tonjolan-tonjolan) berupa duri lunak yang tersusun

berputar teratur mengelilingi cabang lebih banyak dari yang

terdapat pada Eucheuma cottonii Ciri-ciri lainnya mirip seperti

Eucheuma cottoni Jaringan tengah terdiri dari filamen tidak

berwarna serta dikelilingi oleh sel-sel besar lapisan korteks

dan lapisan epidermis (luar) Pembelahan sel terjadi pada bagian

apikal thallus (Anggadireja dkk 1986)

Eucheuma spinosum tumbuh melekat pada rataan terumbu karang

batu karang batua benda keras dan cangkang kerang Eucheuma

spinosum memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesis

sehingga hanya hidup pada lapisan fotik Habitat khas dari

Eucheuma adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang

tetap lebih menyukai variasi suhu harian yang kecil dan substrat

batu karang mati (Aslan 1998) Eucheuma spinosum termasuk dalam

kelas Rhodophyceae atau alga merah dengan klasifikasi sebagai

berikut

Kingdom Plantae

Divisi Rhodophyta

Kelas Rhodophyceae

Ordo Gigartinales

Famili Solieracea

Genus Eucheuma

Species Eucheuma spinosum

Ekologi dan Penyebaran Rumput Laut

Rumput laut tumbuh hampir diseluruh bagian hidrosfir sampai

batas kedalaman 200 meter Di kedalaman ini syarat hidup untuk

tanaman air masih memungkinkan Jenis rumput laut ada yang hidup

diperairan tropis subtropis dan diperairan dingin Di samping

itu ada beberapa jenis yang hidup kosmopolit seperti Ulva lactuca

Hypnea musciformis Colpomenia sinuosa dan Gracilaria verrucosa Rumput laut

hidup dengan cara menyerap zat makanan dari perairan dan

melakukan fotosintesis Jadi pertumbuhannya membutuhkan faktor-

faktor fisika dan kimia perairan seperti gerakan air suhu kadar

garam nitrat dan fosfat serta pencahayaan sinar matahari

(Puncomulyo 2006)

Beberapa jenis alga di Indonesia yang memiliki nilai ekonomi

yang tinggi yaitu Eucheuma sp salah satu jenis dari kelompok

alga merah terutama jenis alvarezii dan spinosum terdapat di perairan

Indonesia seperti Bali Pameungpeuk Sulawesi Selatan Sulawesi

utara dan Maluku (Satari1998)

Kadi dan Atmaja (1988) menambahkan bahwa pemanenan rumput

laut dapat dilakukan sekitar 1-3 bulan dari saat penanaman

Selanjutnya dikatakan bahwa persyaratan lingkungan yang harus

dipenuhi bagi budidaya Eucheuma adalah

a Substrat stabil terlindung dari ombak yang kuat dan umumnya

di daerah terumbu karang

b Tempat dan lingkungan perairan tidak mengalami pencemaran

c Kedalaman air pada waktu surut terendah 1- 30 cm

d Perairan dilalui arus tetap dari laut lepas sepanjang tahun

e Kecepatan arus antara 20 - 40 mmenit

f Jauh dari muara sungai

g Perairan tidak mengandung lumpur dan airnya jernih

h Suhu air berkisar 27ndash280C dan salinitas berkisar 30 -37 ppt

Rumput laut merupakan tumbuhan marine-macroalgae yang

merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang komersial dan

penting Rumput laut ini termasuk kelompok primitif dari tumbuhan

autotrofik tak berbunga (Thalophyta) yang tumbuh di perairan laut

intertidal dangkal dan kadang-kadang di bawah muka air hngga

kedalaman laut 100 m serta di perairan estuaria (Kaladharan dan

Kaliaperumal 1999) Struktur kerangka tubuhnya tidak berdaun

berbatang dan berakar sehingga semuanya terdiri atas batang

(thallus) sajaTumbuhan ini hidup di tempat-tempat berbatu atau

berkarang yang dijadikannya sebagai substrat tempat melekatkan

alat penempel rhizoid atau holdfast Rumput laut merupakan bahan baku

untuk pembuatan koloid seperti agar algin dan karaginan yang

sering digunakan dalam industri pangan kimia dan farmasi Rumput

laut mengandung protein vitamin mineral dan trace element Ada juga

rumput laut yang digunakan sebagai bahan makanan langsung

makanan temak sebagai pupuk bahan pembuat kertas dan bahan

obat-obatan (Sumpeno 2007)

Ampas Rumput Laut

Rumput laut merupakan bahan baku awal pembuatan agar-agar

adalah tanaman yang hanya perlu waktu 45 hari untuk memanennya

diperkirakan potensi budidaya rumput laut setiap tahun ada 12

juta hektar Pada 2001 terdapat 27847 ton rumput laut

Sedangkan limbah Industri agar-agar yang berupa ampas rumput laut

merupakan salah satu sumber bahan baku bioethanol yang potensial

karena kandungan selulosanya tinggi Selain itu satu pabrik

besar agar-agar dengan kapasitas produksi 80 ton per bulan dapat

menghasilkan limbah serat sebanyak 56 ton per bulan (Ujiani

2007)

Selain itu pertimbangan pemakaian ampas rumput laut sebagai

bahan baku proses produksi bioethanol juga didasarkan pada

pertimbangan ekonomi Pertimbangan keekonomian pengadaan bahan

baku tersebut bukan saja meliputi harga produksi tanaman sebagai

bahan baku tetapi juga meliputi biaya pengelolaan tanaman biaya

produksi pengadaan bahan baku dan biaya bahan baku untuk

memproduksi setiap liter ethanolbio-ethanol Memanfaatkan ampas

rumput laut sebagai bahan baku bioethanol dapat menghindari

persaingan antara pangan dengan BBN Oleh karena itu kita

berusaha memanfaatkan limbah ampas ini supaya mempunyai nilai

jual yang lebih tinggi Di Indonesia tercatat ada tiga pabrik

besar di daerah Pasuruan Jawa timur yaitu PT Agar Swallow

menghasilkan limbah sebanyak 672 tontahun PT Agar sehat makmut

lestari menghasilkan 189 tontahun dan juga CV Agar sari raya

menghasilkan 14 tontahun

Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan

sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dan merupakan salah

satu komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia

karena pemanfaatannya yang demikian luas dalam kehidupan sehari-

hari baik sebagai sumber pangan obat-obatan dan bahan baku

industri (Indriani dan Sumiarsih 1991)

Rumput laut juga dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia

yang dikandungnya sehingga dikenal rumput laut penghasil

karaginan (karagenofit) agar (agarofit) dan alginat (alginofit)

Berdasarkan cara pengelompokan tersebut maka ganggang merah

(Rhodophyceae) seperti Eucheuma sp dikelompokkan sebagai rumput

laut penghasil karaginan karena memiliki kadar karaginan yang

demikian tinggi sekitar 62-68 berat keringnya (Aslan 1998)

Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di sulawesi

selatan adalah Eucheuma spinosum Jenis ini mempunyai nilai

ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan dalam dunia

industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama

dengan agar-agar dan alginat yaitu karaginan dapat digunakan

sebagai bahan baku untuk industri farmasi kosmetik makanan dan

lain-lain (Mubarak dkk 1990) Eucheuma merupakan jenis rumput

laut yang banyak dicari oleh masyarakat Hal ini disebabkan

karena industri makanan kosmetika dan farmasi memerlukan

ldquocarrageeninrdquo yang terkandung dalam Eucheuma untuk dijadikan

sebagai bahan campuran (Nontji 2002) Karaginan merupakan

senyawa polisakarida galaktosa Senyawa-senyawa polisakarida

mudah terhidrolisis dalam larutan yang bersifat asam dan stabil

dalam suasana basa Karaginan banyak digunakan pada sediaan

makanan sediaan farmasi dan kosmetik sebagai bahan pembuat gel

pengental atau penstabil (Nehen 1987)

Bioethanol

Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari bahan baku

berupa biomassa seperti jagung singkong sorgum kentang

gandum tebu bit rumput laut dan juga limbah biomassa seperti

tongkol jagung limbah jerami dan limbah sayuran lainnya

Bioetanol memang potensial dimanfaatkan sebagai bahan bakar

kendaraan bermotor Syaratnya etanol alami itu mesti berkadar

kemurnian 995 Syarat itu mutlak karena jika berkadar di bawah

90 mesin tidak bisa menyala karena kandungan airnya terlampau

tinggi Sebetulnya bioetanol berkadar kemurnian 95 masih layak

dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor Hanya saja dengan kadar

kemurnian itu perlu penambahan zat antikorosif pada tangki bahan

bakar agar tidak menimbulkan karat Semakin besar kadar etanol

semakin bagus performa mesin Masalahnya etanol bersifat

higroskopis mudah menarik molekul air dari kelembapan udara Di

Indonesia yang udaranya lembab problem ini bisa menjadi masalah

serius

Bioetanol diproduksi dengan teknologi biokimia melalui

proses fermentasi bahan baku kemudian etanol yang diproduksi

dipisahkan dari air dengan proses distilasi Cara lama dilakukan

dengan destilasi tetapi kemurnian hanya sampai 96 Maka kemudian

dilakukan proses dehidrasi molecular sieve karena proses ini

dapat menghilangkan air hingga kadar etanol menjadi 995 dan

dihasilkan etanol absolute (murni)

Secara umum ethanolbio-ethanol dapat digunakan sebagai

bahan baku industri turunan alkohol campuran untuk miras bahan

dasar industri farmasi campuran bahan bakar untuk kendaraan

Mengingat pemanfaatan ethanolbio-ethanol beraneka ragam

sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai

dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai

grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri

Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995

vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar

industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade

ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar

untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous

supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus

mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade

akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi

gula (glukosa) larut air

H METODE PENULISAN

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini

merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka

serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan

berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku

penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan

online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan

ini

Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan

penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu

a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan

dengan teori dan pustaka yang mendukung

b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka

serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan

masalah berdasarkan perumusan masalah

c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian

menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan

untuk kesempurnaan penulisan berikutnya

Analisis dan Sintesis Data

Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap

antara lain

1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data

yang diperlukan

2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah

ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang

perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan

kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep

berdasarkan pustaka yang relevan

3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek

penulisan

4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada

kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah

Pengambilan Simpulan

Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan

sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan

karya tulis ini

Perumusan Rekomendasi Saran

Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau

prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah

diadopsi oleh masyarakat

I HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang

tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1

mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif

stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga

mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang

relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil

memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa

mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas

yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga

usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong

jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga

kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk

memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan

pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya

Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan

pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis

rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan

industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan

kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas

yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk

pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor

Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut

menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami

dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan

produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru

dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam

statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975

namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak

diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun

1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan

budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata

Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari

sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini

menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara

komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana

terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun

2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton

meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)

Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan

diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi

negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja

yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja

serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan

Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut

sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan

Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma

Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut

Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam

(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau

(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung

Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta

(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur

(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh

hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa

Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara

Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere

Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo

Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan

Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku

(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)

Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya

tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la

melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu

gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir

diseluruh perairan Indonesia

Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao

Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan

oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut

mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-

daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah

cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan

potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri

pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan

beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang

belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim

seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah

secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan

mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan

tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara

intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat

Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan

lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu

1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam

investasi maupun opersionalnya

2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup

sederhana

3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya

tingkat pengembaliannya cukup cepat

4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan

cenderung meningkat

Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote

Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan

luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga

pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian

utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di

Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan

31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003

dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun

2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004

yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total

luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya

yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005

terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18

menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah

potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya

potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka

tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah

serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada

Produktivitas

Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa

pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per

desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa

atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat

produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak

cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan

rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja

yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu

berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat

mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah

jumlah tenaga kerja

Sumber Daya Manusia (SDM)

Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005

terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote

Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat

di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada

umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang

atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau

Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam

sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang

tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan

budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu

keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha

budidaya rumput laut

Jenis dan Metode Budidaya

Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote

adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga

eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut

(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)

melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan

lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya

yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran

air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan

Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif

luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat

surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu

pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari

yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang

cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut

Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT

yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya

long line disamping paling murah dalam investasi juga paling

sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga

relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun

demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga

memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin

yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin

cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan

Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin

namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani

karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian

pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang

terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus

gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar

Tingkat Produksi

Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke

tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari

produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton

pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086

ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain

disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani

rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan

atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan

pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap

rumput laut pasca panen

Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya

yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang

meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan

binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani

Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut

adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk

memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah

terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang

rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani

Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh

kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)

akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun

demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun

tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan

sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan

tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah

yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat

diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar

Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 10: KARYA TULIS ETANOL

permukaan laut Fotosintesa berlangsung tidak hanya dibantu oleh

sinar matahari tetapi juga oleh zat hara sebagai bahan

makanannya Tidak seperti tumbuhan pada umumnya yang zat haranya

tersedia di dalam tanah zat hara alga diperoleh dari air laut

sekitarnya Penyerapan zat hara dilakukan melalui seluruh bagian

tumbuhan dan zat hara bukan menjadi penghambat pertumbuhan rumput

laut Hal ini terjadi karena adanya sirkulasi yang baik dari zat

hara yang ada di darat dengan dibantu oleh gerakan air (Indriani

dan Sumiarsih 1991)

Eucheuma spinosum merupakan rumput laut dari kelompok

Rhodopyceae (alga merah) yang mampu menghasilkan karaginan

Eucheuma dikelompokkan menjadi beberapa spesies yaitu Eucheuma

edule Eucheuma spinosum Eucheuma cottoni Eucheuma cupressoideum dan masih

banyak lagi yang lain Kelompok Eucheuma yang dibudidayakan di

Indonesia masih sebatas pada Eucheuma cottoni dan Eucheuma spinosum

Eucheuma cottoni dapat menghasilkan kappa karaginan dan telah banyak

diteliti baik proses pengolahan maupun elastisitasnya

(Romimohtarto dan Juwana 2005)

Ciri-ciri dan Taksonomi Eucheuma spinosum

Rumput laut ini dikenal dengan nama daerah agar-agar Dalam

dunia perdagangan rumput laut ini dikenal dengan istilah

spinosum yang berarti duri yang tajam Rumput laut ini berwarna

cokelat tua hijau cokelat hijau kuning atau merah ungu Ciri-

ciri lainnya adalah memiliki thallus silindris lilin dan kenyal

(Sudradjat 2008) Eucheuma adalah alga merah yang biasa

ditemukan di bawah air surut rata-rata pada pasut bulan-setengah

Alga ini mempunyai thallus yang silindris berdaging dan kuat dengan

bintil-bintil atau duri-duri yang mencuat ke samping pada

beberapa jenis thallusnya licin Warna alganya ada yang tidak

merah tetapi hanya coklat kehijau-hijauan kotor atau abu-abu

dengan bercak merahDi Indonesia tercatat empat jenis yakni

Eucheuma spinosum Eucheuma edule Eucheuma alvarezii dan Eucheuma serra

(Romimohtarto dan Juwana 2005)

Cirindashciri dari genus Eucheuma sp yaitu thallus dan cabang-

cabangnya berbentuk silinder atau pipih Waktu masih hidup

warnanya hijau hingga kemerahan dan bila kering warnanya kuning

kecoklatan (Direktorat Jenderal Perikanan 1990) Ciri-ciri

rumput laut jenis Eucheuma spinosum yaitu thallus silindris

percabangan thallus berujung runcing atau tumpul dan ditumbuhi

nodulus (tonjolan-tonjolan) berupa duri lunak yang tersusun

berputar teratur mengelilingi cabang lebih banyak dari yang

terdapat pada Eucheuma cottonii Ciri-ciri lainnya mirip seperti

Eucheuma cottoni Jaringan tengah terdiri dari filamen tidak

berwarna serta dikelilingi oleh sel-sel besar lapisan korteks

dan lapisan epidermis (luar) Pembelahan sel terjadi pada bagian

apikal thallus (Anggadireja dkk 1986)

Eucheuma spinosum tumbuh melekat pada rataan terumbu karang

batu karang batua benda keras dan cangkang kerang Eucheuma

spinosum memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesis

sehingga hanya hidup pada lapisan fotik Habitat khas dari

Eucheuma adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang

tetap lebih menyukai variasi suhu harian yang kecil dan substrat

batu karang mati (Aslan 1998) Eucheuma spinosum termasuk dalam

kelas Rhodophyceae atau alga merah dengan klasifikasi sebagai

berikut

Kingdom Plantae

Divisi Rhodophyta

Kelas Rhodophyceae

Ordo Gigartinales

Famili Solieracea

Genus Eucheuma

Species Eucheuma spinosum

Ekologi dan Penyebaran Rumput Laut

Rumput laut tumbuh hampir diseluruh bagian hidrosfir sampai

batas kedalaman 200 meter Di kedalaman ini syarat hidup untuk

tanaman air masih memungkinkan Jenis rumput laut ada yang hidup

diperairan tropis subtropis dan diperairan dingin Di samping

itu ada beberapa jenis yang hidup kosmopolit seperti Ulva lactuca

Hypnea musciformis Colpomenia sinuosa dan Gracilaria verrucosa Rumput laut

hidup dengan cara menyerap zat makanan dari perairan dan

melakukan fotosintesis Jadi pertumbuhannya membutuhkan faktor-

faktor fisika dan kimia perairan seperti gerakan air suhu kadar

garam nitrat dan fosfat serta pencahayaan sinar matahari

(Puncomulyo 2006)

Beberapa jenis alga di Indonesia yang memiliki nilai ekonomi

yang tinggi yaitu Eucheuma sp salah satu jenis dari kelompok

alga merah terutama jenis alvarezii dan spinosum terdapat di perairan

Indonesia seperti Bali Pameungpeuk Sulawesi Selatan Sulawesi

utara dan Maluku (Satari1998)

Kadi dan Atmaja (1988) menambahkan bahwa pemanenan rumput

laut dapat dilakukan sekitar 1-3 bulan dari saat penanaman

Selanjutnya dikatakan bahwa persyaratan lingkungan yang harus

dipenuhi bagi budidaya Eucheuma adalah

a Substrat stabil terlindung dari ombak yang kuat dan umumnya

di daerah terumbu karang

b Tempat dan lingkungan perairan tidak mengalami pencemaran

c Kedalaman air pada waktu surut terendah 1- 30 cm

d Perairan dilalui arus tetap dari laut lepas sepanjang tahun

e Kecepatan arus antara 20 - 40 mmenit

f Jauh dari muara sungai

g Perairan tidak mengandung lumpur dan airnya jernih

h Suhu air berkisar 27ndash280C dan salinitas berkisar 30 -37 ppt

Rumput laut merupakan tumbuhan marine-macroalgae yang

merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang komersial dan

penting Rumput laut ini termasuk kelompok primitif dari tumbuhan

autotrofik tak berbunga (Thalophyta) yang tumbuh di perairan laut

intertidal dangkal dan kadang-kadang di bawah muka air hngga

kedalaman laut 100 m serta di perairan estuaria (Kaladharan dan

Kaliaperumal 1999) Struktur kerangka tubuhnya tidak berdaun

berbatang dan berakar sehingga semuanya terdiri atas batang

(thallus) sajaTumbuhan ini hidup di tempat-tempat berbatu atau

berkarang yang dijadikannya sebagai substrat tempat melekatkan

alat penempel rhizoid atau holdfast Rumput laut merupakan bahan baku

untuk pembuatan koloid seperti agar algin dan karaginan yang

sering digunakan dalam industri pangan kimia dan farmasi Rumput

laut mengandung protein vitamin mineral dan trace element Ada juga

rumput laut yang digunakan sebagai bahan makanan langsung

makanan temak sebagai pupuk bahan pembuat kertas dan bahan

obat-obatan (Sumpeno 2007)

Ampas Rumput Laut

Rumput laut merupakan bahan baku awal pembuatan agar-agar

adalah tanaman yang hanya perlu waktu 45 hari untuk memanennya

diperkirakan potensi budidaya rumput laut setiap tahun ada 12

juta hektar Pada 2001 terdapat 27847 ton rumput laut

Sedangkan limbah Industri agar-agar yang berupa ampas rumput laut

merupakan salah satu sumber bahan baku bioethanol yang potensial

karena kandungan selulosanya tinggi Selain itu satu pabrik

besar agar-agar dengan kapasitas produksi 80 ton per bulan dapat

menghasilkan limbah serat sebanyak 56 ton per bulan (Ujiani

2007)

Selain itu pertimbangan pemakaian ampas rumput laut sebagai

bahan baku proses produksi bioethanol juga didasarkan pada

pertimbangan ekonomi Pertimbangan keekonomian pengadaan bahan

baku tersebut bukan saja meliputi harga produksi tanaman sebagai

bahan baku tetapi juga meliputi biaya pengelolaan tanaman biaya

produksi pengadaan bahan baku dan biaya bahan baku untuk

memproduksi setiap liter ethanolbio-ethanol Memanfaatkan ampas

rumput laut sebagai bahan baku bioethanol dapat menghindari

persaingan antara pangan dengan BBN Oleh karena itu kita

berusaha memanfaatkan limbah ampas ini supaya mempunyai nilai

jual yang lebih tinggi Di Indonesia tercatat ada tiga pabrik

besar di daerah Pasuruan Jawa timur yaitu PT Agar Swallow

menghasilkan limbah sebanyak 672 tontahun PT Agar sehat makmut

lestari menghasilkan 189 tontahun dan juga CV Agar sari raya

menghasilkan 14 tontahun

Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan

sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dan merupakan salah

satu komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia

karena pemanfaatannya yang demikian luas dalam kehidupan sehari-

hari baik sebagai sumber pangan obat-obatan dan bahan baku

industri (Indriani dan Sumiarsih 1991)

Rumput laut juga dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia

yang dikandungnya sehingga dikenal rumput laut penghasil

karaginan (karagenofit) agar (agarofit) dan alginat (alginofit)

Berdasarkan cara pengelompokan tersebut maka ganggang merah

(Rhodophyceae) seperti Eucheuma sp dikelompokkan sebagai rumput

laut penghasil karaginan karena memiliki kadar karaginan yang

demikian tinggi sekitar 62-68 berat keringnya (Aslan 1998)

Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di sulawesi

selatan adalah Eucheuma spinosum Jenis ini mempunyai nilai

ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan dalam dunia

industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama

dengan agar-agar dan alginat yaitu karaginan dapat digunakan

sebagai bahan baku untuk industri farmasi kosmetik makanan dan

lain-lain (Mubarak dkk 1990) Eucheuma merupakan jenis rumput

laut yang banyak dicari oleh masyarakat Hal ini disebabkan

karena industri makanan kosmetika dan farmasi memerlukan

ldquocarrageeninrdquo yang terkandung dalam Eucheuma untuk dijadikan

sebagai bahan campuran (Nontji 2002) Karaginan merupakan

senyawa polisakarida galaktosa Senyawa-senyawa polisakarida

mudah terhidrolisis dalam larutan yang bersifat asam dan stabil

dalam suasana basa Karaginan banyak digunakan pada sediaan

makanan sediaan farmasi dan kosmetik sebagai bahan pembuat gel

pengental atau penstabil (Nehen 1987)

Bioethanol

Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari bahan baku

berupa biomassa seperti jagung singkong sorgum kentang

gandum tebu bit rumput laut dan juga limbah biomassa seperti

tongkol jagung limbah jerami dan limbah sayuran lainnya

Bioetanol memang potensial dimanfaatkan sebagai bahan bakar

kendaraan bermotor Syaratnya etanol alami itu mesti berkadar

kemurnian 995 Syarat itu mutlak karena jika berkadar di bawah

90 mesin tidak bisa menyala karena kandungan airnya terlampau

tinggi Sebetulnya bioetanol berkadar kemurnian 95 masih layak

dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor Hanya saja dengan kadar

kemurnian itu perlu penambahan zat antikorosif pada tangki bahan

bakar agar tidak menimbulkan karat Semakin besar kadar etanol

semakin bagus performa mesin Masalahnya etanol bersifat

higroskopis mudah menarik molekul air dari kelembapan udara Di

Indonesia yang udaranya lembab problem ini bisa menjadi masalah

serius

Bioetanol diproduksi dengan teknologi biokimia melalui

proses fermentasi bahan baku kemudian etanol yang diproduksi

dipisahkan dari air dengan proses distilasi Cara lama dilakukan

dengan destilasi tetapi kemurnian hanya sampai 96 Maka kemudian

dilakukan proses dehidrasi molecular sieve karena proses ini

dapat menghilangkan air hingga kadar etanol menjadi 995 dan

dihasilkan etanol absolute (murni)

Secara umum ethanolbio-ethanol dapat digunakan sebagai

bahan baku industri turunan alkohol campuran untuk miras bahan

dasar industri farmasi campuran bahan bakar untuk kendaraan

Mengingat pemanfaatan ethanolbio-ethanol beraneka ragam

sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai

dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai

grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri

Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995

vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar

industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade

ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar

untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous

supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus

mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade

akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi

gula (glukosa) larut air

H METODE PENULISAN

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini

merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka

serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan

berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku

penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan

online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan

ini

Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan

penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu

a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan

dengan teori dan pustaka yang mendukung

b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka

serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan

masalah berdasarkan perumusan masalah

c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian

menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan

untuk kesempurnaan penulisan berikutnya

Analisis dan Sintesis Data

Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap

antara lain

1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data

yang diperlukan

2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah

ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang

perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan

kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep

berdasarkan pustaka yang relevan

3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek

penulisan

4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada

kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah

Pengambilan Simpulan

Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan

sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan

karya tulis ini

Perumusan Rekomendasi Saran

Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau

prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah

diadopsi oleh masyarakat

I HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang

tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1

mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif

stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga

mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang

relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil

memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa

mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas

yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga

usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong

jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga

kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk

memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan

pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya

Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan

pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis

rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan

industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan

kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas

yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk

pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor

Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut

menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami

dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan

produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru

dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam

statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975

namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak

diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun

1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan

budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata

Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari

sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini

menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara

komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana

terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun

2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton

meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)

Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan

diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi

negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja

yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja

serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan

Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut

sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan

Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma

Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut

Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam

(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau

(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung

Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta

(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur

(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh

hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa

Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara

Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere

Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo

Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan

Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku

(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)

Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya

tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la

melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu

gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir

diseluruh perairan Indonesia

Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao

Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan

oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut

mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-

daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah

cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan

potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri

pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan

beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang

belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim

seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah

secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan

mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan

tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara

intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat

Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan

lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu

1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam

investasi maupun opersionalnya

2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup

sederhana

3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya

tingkat pengembaliannya cukup cepat

4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan

cenderung meningkat

Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote

Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan

luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga

pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian

utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di

Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan

31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003

dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun

2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004

yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total

luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya

yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005

terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18

menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah

potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya

potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka

tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah

serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada

Produktivitas

Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa

pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per

desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa

atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat

produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak

cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan

rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja

yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu

berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat

mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah

jumlah tenaga kerja

Sumber Daya Manusia (SDM)

Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005

terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote

Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat

di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada

umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang

atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau

Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam

sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang

tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan

budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu

keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha

budidaya rumput laut

Jenis dan Metode Budidaya

Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote

adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga

eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut

(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)

melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan

lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya

yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran

air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan

Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif

luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat

surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu

pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari

yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang

cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut

Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT

yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya

long line disamping paling murah dalam investasi juga paling

sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga

relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun

demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga

memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin

yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin

cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan

Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin

namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani

karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian

pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang

terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus

gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar

Tingkat Produksi

Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke

tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari

produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton

pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086

ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain

disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani

rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan

atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan

pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap

rumput laut pasca panen

Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya

yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang

meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan

binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani

Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut

adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk

memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah

terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang

rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani

Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh

kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)

akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun

demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun

tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan

sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan

tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah

yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat

diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar

Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 11: KARYA TULIS ETANOL

ciri lainnya adalah memiliki thallus silindris lilin dan kenyal

(Sudradjat 2008) Eucheuma adalah alga merah yang biasa

ditemukan di bawah air surut rata-rata pada pasut bulan-setengah

Alga ini mempunyai thallus yang silindris berdaging dan kuat dengan

bintil-bintil atau duri-duri yang mencuat ke samping pada

beberapa jenis thallusnya licin Warna alganya ada yang tidak

merah tetapi hanya coklat kehijau-hijauan kotor atau abu-abu

dengan bercak merahDi Indonesia tercatat empat jenis yakni

Eucheuma spinosum Eucheuma edule Eucheuma alvarezii dan Eucheuma serra

(Romimohtarto dan Juwana 2005)

Cirindashciri dari genus Eucheuma sp yaitu thallus dan cabang-

cabangnya berbentuk silinder atau pipih Waktu masih hidup

warnanya hijau hingga kemerahan dan bila kering warnanya kuning

kecoklatan (Direktorat Jenderal Perikanan 1990) Ciri-ciri

rumput laut jenis Eucheuma spinosum yaitu thallus silindris

percabangan thallus berujung runcing atau tumpul dan ditumbuhi

nodulus (tonjolan-tonjolan) berupa duri lunak yang tersusun

berputar teratur mengelilingi cabang lebih banyak dari yang

terdapat pada Eucheuma cottonii Ciri-ciri lainnya mirip seperti

Eucheuma cottoni Jaringan tengah terdiri dari filamen tidak

berwarna serta dikelilingi oleh sel-sel besar lapisan korteks

dan lapisan epidermis (luar) Pembelahan sel terjadi pada bagian

apikal thallus (Anggadireja dkk 1986)

Eucheuma spinosum tumbuh melekat pada rataan terumbu karang

batu karang batua benda keras dan cangkang kerang Eucheuma

spinosum memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesis

sehingga hanya hidup pada lapisan fotik Habitat khas dari

Eucheuma adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang

tetap lebih menyukai variasi suhu harian yang kecil dan substrat

batu karang mati (Aslan 1998) Eucheuma spinosum termasuk dalam

kelas Rhodophyceae atau alga merah dengan klasifikasi sebagai

berikut

Kingdom Plantae

Divisi Rhodophyta

Kelas Rhodophyceae

Ordo Gigartinales

Famili Solieracea

Genus Eucheuma

Species Eucheuma spinosum

Ekologi dan Penyebaran Rumput Laut

Rumput laut tumbuh hampir diseluruh bagian hidrosfir sampai

batas kedalaman 200 meter Di kedalaman ini syarat hidup untuk

tanaman air masih memungkinkan Jenis rumput laut ada yang hidup

diperairan tropis subtropis dan diperairan dingin Di samping

itu ada beberapa jenis yang hidup kosmopolit seperti Ulva lactuca

Hypnea musciformis Colpomenia sinuosa dan Gracilaria verrucosa Rumput laut

hidup dengan cara menyerap zat makanan dari perairan dan

melakukan fotosintesis Jadi pertumbuhannya membutuhkan faktor-

faktor fisika dan kimia perairan seperti gerakan air suhu kadar

garam nitrat dan fosfat serta pencahayaan sinar matahari

(Puncomulyo 2006)

Beberapa jenis alga di Indonesia yang memiliki nilai ekonomi

yang tinggi yaitu Eucheuma sp salah satu jenis dari kelompok

alga merah terutama jenis alvarezii dan spinosum terdapat di perairan

Indonesia seperti Bali Pameungpeuk Sulawesi Selatan Sulawesi

utara dan Maluku (Satari1998)

Kadi dan Atmaja (1988) menambahkan bahwa pemanenan rumput

laut dapat dilakukan sekitar 1-3 bulan dari saat penanaman

Selanjutnya dikatakan bahwa persyaratan lingkungan yang harus

dipenuhi bagi budidaya Eucheuma adalah

a Substrat stabil terlindung dari ombak yang kuat dan umumnya

di daerah terumbu karang

b Tempat dan lingkungan perairan tidak mengalami pencemaran

c Kedalaman air pada waktu surut terendah 1- 30 cm

d Perairan dilalui arus tetap dari laut lepas sepanjang tahun

e Kecepatan arus antara 20 - 40 mmenit

f Jauh dari muara sungai

g Perairan tidak mengandung lumpur dan airnya jernih

h Suhu air berkisar 27ndash280C dan salinitas berkisar 30 -37 ppt

Rumput laut merupakan tumbuhan marine-macroalgae yang

merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang komersial dan

penting Rumput laut ini termasuk kelompok primitif dari tumbuhan

autotrofik tak berbunga (Thalophyta) yang tumbuh di perairan laut

intertidal dangkal dan kadang-kadang di bawah muka air hngga

kedalaman laut 100 m serta di perairan estuaria (Kaladharan dan

Kaliaperumal 1999) Struktur kerangka tubuhnya tidak berdaun

berbatang dan berakar sehingga semuanya terdiri atas batang

(thallus) sajaTumbuhan ini hidup di tempat-tempat berbatu atau

berkarang yang dijadikannya sebagai substrat tempat melekatkan

alat penempel rhizoid atau holdfast Rumput laut merupakan bahan baku

untuk pembuatan koloid seperti agar algin dan karaginan yang

sering digunakan dalam industri pangan kimia dan farmasi Rumput

laut mengandung protein vitamin mineral dan trace element Ada juga

rumput laut yang digunakan sebagai bahan makanan langsung

makanan temak sebagai pupuk bahan pembuat kertas dan bahan

obat-obatan (Sumpeno 2007)

Ampas Rumput Laut

Rumput laut merupakan bahan baku awal pembuatan agar-agar

adalah tanaman yang hanya perlu waktu 45 hari untuk memanennya

diperkirakan potensi budidaya rumput laut setiap tahun ada 12

juta hektar Pada 2001 terdapat 27847 ton rumput laut

Sedangkan limbah Industri agar-agar yang berupa ampas rumput laut

merupakan salah satu sumber bahan baku bioethanol yang potensial

karena kandungan selulosanya tinggi Selain itu satu pabrik

besar agar-agar dengan kapasitas produksi 80 ton per bulan dapat

menghasilkan limbah serat sebanyak 56 ton per bulan (Ujiani

2007)

Selain itu pertimbangan pemakaian ampas rumput laut sebagai

bahan baku proses produksi bioethanol juga didasarkan pada

pertimbangan ekonomi Pertimbangan keekonomian pengadaan bahan

baku tersebut bukan saja meliputi harga produksi tanaman sebagai

bahan baku tetapi juga meliputi biaya pengelolaan tanaman biaya

produksi pengadaan bahan baku dan biaya bahan baku untuk

memproduksi setiap liter ethanolbio-ethanol Memanfaatkan ampas

rumput laut sebagai bahan baku bioethanol dapat menghindari

persaingan antara pangan dengan BBN Oleh karena itu kita

berusaha memanfaatkan limbah ampas ini supaya mempunyai nilai

jual yang lebih tinggi Di Indonesia tercatat ada tiga pabrik

besar di daerah Pasuruan Jawa timur yaitu PT Agar Swallow

menghasilkan limbah sebanyak 672 tontahun PT Agar sehat makmut

lestari menghasilkan 189 tontahun dan juga CV Agar sari raya

menghasilkan 14 tontahun

Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan

sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dan merupakan salah

satu komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia

karena pemanfaatannya yang demikian luas dalam kehidupan sehari-

hari baik sebagai sumber pangan obat-obatan dan bahan baku

industri (Indriani dan Sumiarsih 1991)

Rumput laut juga dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia

yang dikandungnya sehingga dikenal rumput laut penghasil

karaginan (karagenofit) agar (agarofit) dan alginat (alginofit)

Berdasarkan cara pengelompokan tersebut maka ganggang merah

(Rhodophyceae) seperti Eucheuma sp dikelompokkan sebagai rumput

laut penghasil karaginan karena memiliki kadar karaginan yang

demikian tinggi sekitar 62-68 berat keringnya (Aslan 1998)

Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di sulawesi

selatan adalah Eucheuma spinosum Jenis ini mempunyai nilai

ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan dalam dunia

industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama

dengan agar-agar dan alginat yaitu karaginan dapat digunakan

sebagai bahan baku untuk industri farmasi kosmetik makanan dan

lain-lain (Mubarak dkk 1990) Eucheuma merupakan jenis rumput

laut yang banyak dicari oleh masyarakat Hal ini disebabkan

karena industri makanan kosmetika dan farmasi memerlukan

ldquocarrageeninrdquo yang terkandung dalam Eucheuma untuk dijadikan

sebagai bahan campuran (Nontji 2002) Karaginan merupakan

senyawa polisakarida galaktosa Senyawa-senyawa polisakarida

mudah terhidrolisis dalam larutan yang bersifat asam dan stabil

dalam suasana basa Karaginan banyak digunakan pada sediaan

makanan sediaan farmasi dan kosmetik sebagai bahan pembuat gel

pengental atau penstabil (Nehen 1987)

Bioethanol

Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari bahan baku

berupa biomassa seperti jagung singkong sorgum kentang

gandum tebu bit rumput laut dan juga limbah biomassa seperti

tongkol jagung limbah jerami dan limbah sayuran lainnya

Bioetanol memang potensial dimanfaatkan sebagai bahan bakar

kendaraan bermotor Syaratnya etanol alami itu mesti berkadar

kemurnian 995 Syarat itu mutlak karena jika berkadar di bawah

90 mesin tidak bisa menyala karena kandungan airnya terlampau

tinggi Sebetulnya bioetanol berkadar kemurnian 95 masih layak

dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor Hanya saja dengan kadar

kemurnian itu perlu penambahan zat antikorosif pada tangki bahan

bakar agar tidak menimbulkan karat Semakin besar kadar etanol

semakin bagus performa mesin Masalahnya etanol bersifat

higroskopis mudah menarik molekul air dari kelembapan udara Di

Indonesia yang udaranya lembab problem ini bisa menjadi masalah

serius

Bioetanol diproduksi dengan teknologi biokimia melalui

proses fermentasi bahan baku kemudian etanol yang diproduksi

dipisahkan dari air dengan proses distilasi Cara lama dilakukan

dengan destilasi tetapi kemurnian hanya sampai 96 Maka kemudian

dilakukan proses dehidrasi molecular sieve karena proses ini

dapat menghilangkan air hingga kadar etanol menjadi 995 dan

dihasilkan etanol absolute (murni)

Secara umum ethanolbio-ethanol dapat digunakan sebagai

bahan baku industri turunan alkohol campuran untuk miras bahan

dasar industri farmasi campuran bahan bakar untuk kendaraan

Mengingat pemanfaatan ethanolbio-ethanol beraneka ragam

sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai

dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai

grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri

Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995

vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar

industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade

ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar

untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous

supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus

mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade

akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi

gula (glukosa) larut air

H METODE PENULISAN

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini

merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka

serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan

berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku

penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan

online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan

ini

Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan

penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu

a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan

dengan teori dan pustaka yang mendukung

b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka

serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan

masalah berdasarkan perumusan masalah

c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian

menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan

untuk kesempurnaan penulisan berikutnya

Analisis dan Sintesis Data

Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap

antara lain

1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data

yang diperlukan

2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah

ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang

perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan

kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep

berdasarkan pustaka yang relevan

3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek

penulisan

4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada

kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah

Pengambilan Simpulan

Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan

sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan

karya tulis ini

Perumusan Rekomendasi Saran

Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau

prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah

diadopsi oleh masyarakat

I HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang

tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1

mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif

stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga

mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang

relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil

memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa

mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas

yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga

usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong

jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga

kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk

memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan

pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya

Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan

pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis

rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan

industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan

kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas

yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk

pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor

Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut

menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami

dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan

produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru

dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam

statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975

namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak

diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun

1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan

budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata

Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari

sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini

menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara

komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana

terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun

2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton

meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)

Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan

diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi

negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja

yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja

serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan

Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut

sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan

Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma

Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut

Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam

(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau

(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung

Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta

(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur

(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh

hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa

Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara

Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere

Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo

Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan

Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku

(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)

Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya

tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la

melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu

gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir

diseluruh perairan Indonesia

Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao

Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan

oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut

mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-

daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah

cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan

potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri

pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan

beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang

belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim

seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah

secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan

mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan

tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara

intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat

Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan

lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu

1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam

investasi maupun opersionalnya

2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup

sederhana

3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya

tingkat pengembaliannya cukup cepat

4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan

cenderung meningkat

Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote

Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan

luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga

pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian

utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di

Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan

31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003

dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun

2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004

yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total

luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya

yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005

terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18

menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah

potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya

potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka

tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah

serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada

Produktivitas

Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa

pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per

desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa

atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat

produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak

cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan

rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja

yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu

berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat

mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah

jumlah tenaga kerja

Sumber Daya Manusia (SDM)

Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005

terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote

Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat

di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada

umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang

atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau

Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam

sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang

tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan

budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu

keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha

budidaya rumput laut

Jenis dan Metode Budidaya

Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote

adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga

eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut

(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)

melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan

lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya

yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran

air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan

Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif

luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat

surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu

pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari

yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang

cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut

Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT

yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya

long line disamping paling murah dalam investasi juga paling

sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga

relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun

demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga

memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin

yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin

cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan

Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin

namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani

karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian

pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang

terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus

gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar

Tingkat Produksi

Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke

tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari

produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton

pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086

ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain

disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani

rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan

atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan

pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap

rumput laut pasca panen

Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya

yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang

meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan

binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani

Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut

adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk

memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah

terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang

rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani

Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh

kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)

akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun

demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun

tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan

sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan

tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah

yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat

diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar

Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 12: KARYA TULIS ETANOL

sehingga hanya hidup pada lapisan fotik Habitat khas dari

Eucheuma adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang

tetap lebih menyukai variasi suhu harian yang kecil dan substrat

batu karang mati (Aslan 1998) Eucheuma spinosum termasuk dalam

kelas Rhodophyceae atau alga merah dengan klasifikasi sebagai

berikut

Kingdom Plantae

Divisi Rhodophyta

Kelas Rhodophyceae

Ordo Gigartinales

Famili Solieracea

Genus Eucheuma

Species Eucheuma spinosum

Ekologi dan Penyebaran Rumput Laut

Rumput laut tumbuh hampir diseluruh bagian hidrosfir sampai

batas kedalaman 200 meter Di kedalaman ini syarat hidup untuk

tanaman air masih memungkinkan Jenis rumput laut ada yang hidup

diperairan tropis subtropis dan diperairan dingin Di samping

itu ada beberapa jenis yang hidup kosmopolit seperti Ulva lactuca

Hypnea musciformis Colpomenia sinuosa dan Gracilaria verrucosa Rumput laut

hidup dengan cara menyerap zat makanan dari perairan dan

melakukan fotosintesis Jadi pertumbuhannya membutuhkan faktor-

faktor fisika dan kimia perairan seperti gerakan air suhu kadar

garam nitrat dan fosfat serta pencahayaan sinar matahari

(Puncomulyo 2006)

Beberapa jenis alga di Indonesia yang memiliki nilai ekonomi

yang tinggi yaitu Eucheuma sp salah satu jenis dari kelompok

alga merah terutama jenis alvarezii dan spinosum terdapat di perairan

Indonesia seperti Bali Pameungpeuk Sulawesi Selatan Sulawesi

utara dan Maluku (Satari1998)

Kadi dan Atmaja (1988) menambahkan bahwa pemanenan rumput

laut dapat dilakukan sekitar 1-3 bulan dari saat penanaman

Selanjutnya dikatakan bahwa persyaratan lingkungan yang harus

dipenuhi bagi budidaya Eucheuma adalah

a Substrat stabil terlindung dari ombak yang kuat dan umumnya

di daerah terumbu karang

b Tempat dan lingkungan perairan tidak mengalami pencemaran

c Kedalaman air pada waktu surut terendah 1- 30 cm

d Perairan dilalui arus tetap dari laut lepas sepanjang tahun

e Kecepatan arus antara 20 - 40 mmenit

f Jauh dari muara sungai

g Perairan tidak mengandung lumpur dan airnya jernih

h Suhu air berkisar 27ndash280C dan salinitas berkisar 30 -37 ppt

Rumput laut merupakan tumbuhan marine-macroalgae yang

merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang komersial dan

penting Rumput laut ini termasuk kelompok primitif dari tumbuhan

autotrofik tak berbunga (Thalophyta) yang tumbuh di perairan laut

intertidal dangkal dan kadang-kadang di bawah muka air hngga

kedalaman laut 100 m serta di perairan estuaria (Kaladharan dan

Kaliaperumal 1999) Struktur kerangka tubuhnya tidak berdaun

berbatang dan berakar sehingga semuanya terdiri atas batang

(thallus) sajaTumbuhan ini hidup di tempat-tempat berbatu atau

berkarang yang dijadikannya sebagai substrat tempat melekatkan

alat penempel rhizoid atau holdfast Rumput laut merupakan bahan baku

untuk pembuatan koloid seperti agar algin dan karaginan yang

sering digunakan dalam industri pangan kimia dan farmasi Rumput

laut mengandung protein vitamin mineral dan trace element Ada juga

rumput laut yang digunakan sebagai bahan makanan langsung

makanan temak sebagai pupuk bahan pembuat kertas dan bahan

obat-obatan (Sumpeno 2007)

Ampas Rumput Laut

Rumput laut merupakan bahan baku awal pembuatan agar-agar

adalah tanaman yang hanya perlu waktu 45 hari untuk memanennya

diperkirakan potensi budidaya rumput laut setiap tahun ada 12

juta hektar Pada 2001 terdapat 27847 ton rumput laut

Sedangkan limbah Industri agar-agar yang berupa ampas rumput laut

merupakan salah satu sumber bahan baku bioethanol yang potensial

karena kandungan selulosanya tinggi Selain itu satu pabrik

besar agar-agar dengan kapasitas produksi 80 ton per bulan dapat

menghasilkan limbah serat sebanyak 56 ton per bulan (Ujiani

2007)

Selain itu pertimbangan pemakaian ampas rumput laut sebagai

bahan baku proses produksi bioethanol juga didasarkan pada

pertimbangan ekonomi Pertimbangan keekonomian pengadaan bahan

baku tersebut bukan saja meliputi harga produksi tanaman sebagai

bahan baku tetapi juga meliputi biaya pengelolaan tanaman biaya

produksi pengadaan bahan baku dan biaya bahan baku untuk

memproduksi setiap liter ethanolbio-ethanol Memanfaatkan ampas

rumput laut sebagai bahan baku bioethanol dapat menghindari

persaingan antara pangan dengan BBN Oleh karena itu kita

berusaha memanfaatkan limbah ampas ini supaya mempunyai nilai

jual yang lebih tinggi Di Indonesia tercatat ada tiga pabrik

besar di daerah Pasuruan Jawa timur yaitu PT Agar Swallow

menghasilkan limbah sebanyak 672 tontahun PT Agar sehat makmut

lestari menghasilkan 189 tontahun dan juga CV Agar sari raya

menghasilkan 14 tontahun

Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan

sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dan merupakan salah

satu komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia

karena pemanfaatannya yang demikian luas dalam kehidupan sehari-

hari baik sebagai sumber pangan obat-obatan dan bahan baku

industri (Indriani dan Sumiarsih 1991)

Rumput laut juga dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia

yang dikandungnya sehingga dikenal rumput laut penghasil

karaginan (karagenofit) agar (agarofit) dan alginat (alginofit)

Berdasarkan cara pengelompokan tersebut maka ganggang merah

(Rhodophyceae) seperti Eucheuma sp dikelompokkan sebagai rumput

laut penghasil karaginan karena memiliki kadar karaginan yang

demikian tinggi sekitar 62-68 berat keringnya (Aslan 1998)

Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di sulawesi

selatan adalah Eucheuma spinosum Jenis ini mempunyai nilai

ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan dalam dunia

industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama

dengan agar-agar dan alginat yaitu karaginan dapat digunakan

sebagai bahan baku untuk industri farmasi kosmetik makanan dan

lain-lain (Mubarak dkk 1990) Eucheuma merupakan jenis rumput

laut yang banyak dicari oleh masyarakat Hal ini disebabkan

karena industri makanan kosmetika dan farmasi memerlukan

ldquocarrageeninrdquo yang terkandung dalam Eucheuma untuk dijadikan

sebagai bahan campuran (Nontji 2002) Karaginan merupakan

senyawa polisakarida galaktosa Senyawa-senyawa polisakarida

mudah terhidrolisis dalam larutan yang bersifat asam dan stabil

dalam suasana basa Karaginan banyak digunakan pada sediaan

makanan sediaan farmasi dan kosmetik sebagai bahan pembuat gel

pengental atau penstabil (Nehen 1987)

Bioethanol

Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari bahan baku

berupa biomassa seperti jagung singkong sorgum kentang

gandum tebu bit rumput laut dan juga limbah biomassa seperti

tongkol jagung limbah jerami dan limbah sayuran lainnya

Bioetanol memang potensial dimanfaatkan sebagai bahan bakar

kendaraan bermotor Syaratnya etanol alami itu mesti berkadar

kemurnian 995 Syarat itu mutlak karena jika berkadar di bawah

90 mesin tidak bisa menyala karena kandungan airnya terlampau

tinggi Sebetulnya bioetanol berkadar kemurnian 95 masih layak

dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor Hanya saja dengan kadar

kemurnian itu perlu penambahan zat antikorosif pada tangki bahan

bakar agar tidak menimbulkan karat Semakin besar kadar etanol

semakin bagus performa mesin Masalahnya etanol bersifat

higroskopis mudah menarik molekul air dari kelembapan udara Di

Indonesia yang udaranya lembab problem ini bisa menjadi masalah

serius

Bioetanol diproduksi dengan teknologi biokimia melalui

proses fermentasi bahan baku kemudian etanol yang diproduksi

dipisahkan dari air dengan proses distilasi Cara lama dilakukan

dengan destilasi tetapi kemurnian hanya sampai 96 Maka kemudian

dilakukan proses dehidrasi molecular sieve karena proses ini

dapat menghilangkan air hingga kadar etanol menjadi 995 dan

dihasilkan etanol absolute (murni)

Secara umum ethanolbio-ethanol dapat digunakan sebagai

bahan baku industri turunan alkohol campuran untuk miras bahan

dasar industri farmasi campuran bahan bakar untuk kendaraan

Mengingat pemanfaatan ethanolbio-ethanol beraneka ragam

sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai

dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai

grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri

Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995

vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar

industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade

ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar

untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous

supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus

mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade

akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi

gula (glukosa) larut air

H METODE PENULISAN

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini

merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka

serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan

berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku

penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan

online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan

ini

Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan

penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu

a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan

dengan teori dan pustaka yang mendukung

b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka

serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan

masalah berdasarkan perumusan masalah

c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian

menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan

untuk kesempurnaan penulisan berikutnya

Analisis dan Sintesis Data

Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap

antara lain

1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data

yang diperlukan

2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah

ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang

perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan

kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep

berdasarkan pustaka yang relevan

3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek

penulisan

4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada

kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah

Pengambilan Simpulan

Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan

sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan

karya tulis ini

Perumusan Rekomendasi Saran

Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau

prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah

diadopsi oleh masyarakat

I HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang

tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1

mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif

stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga

mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang

relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil

memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa

mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas

yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga

usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong

jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga

kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk

memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan

pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya

Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan

pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis

rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan

industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan

kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas

yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk

pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor

Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut

menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami

dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan

produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru

dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam

statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975

namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak

diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun

1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan

budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata

Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari

sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini

menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara

komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana

terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun

2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton

meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)

Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan

diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi

negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja

yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja

serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan

Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut

sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan

Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma

Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut

Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam

(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau

(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung

Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta

(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur

(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh

hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa

Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara

Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere

Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo

Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan

Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku

(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)

Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya

tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la

melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu

gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir

diseluruh perairan Indonesia

Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao

Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan

oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut

mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-

daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah

cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan

potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri

pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan

beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang

belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim

seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah

secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan

mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan

tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara

intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat

Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan

lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu

1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam

investasi maupun opersionalnya

2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup

sederhana

3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya

tingkat pengembaliannya cukup cepat

4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan

cenderung meningkat

Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote

Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan

luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga

pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian

utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di

Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan

31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003

dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun

2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004

yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total

luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya

yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005

terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18

menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah

potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya

potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka

tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah

serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada

Produktivitas

Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa

pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per

desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa

atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat

produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak

cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan

rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja

yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu

berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat

mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah

jumlah tenaga kerja

Sumber Daya Manusia (SDM)

Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005

terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote

Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat

di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada

umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang

atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau

Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam

sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang

tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan

budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu

keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha

budidaya rumput laut

Jenis dan Metode Budidaya

Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote

adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga

eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut

(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)

melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan

lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya

yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran

air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan

Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif

luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat

surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu

pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari

yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang

cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut

Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT

yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya

long line disamping paling murah dalam investasi juga paling

sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga

relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun

demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga

memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin

yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin

cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan

Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin

namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani

karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian

pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang

terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus

gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar

Tingkat Produksi

Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke

tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari

produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton

pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086

ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain

disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani

rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan

atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan

pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap

rumput laut pasca panen

Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya

yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang

meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan

binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani

Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut

adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk

memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah

terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang

rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani

Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh

kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)

akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun

demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun

tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan

sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan

tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah

yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat

diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar

Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 13: KARYA TULIS ETANOL

Beberapa jenis alga di Indonesia yang memiliki nilai ekonomi

yang tinggi yaitu Eucheuma sp salah satu jenis dari kelompok

alga merah terutama jenis alvarezii dan spinosum terdapat di perairan

Indonesia seperti Bali Pameungpeuk Sulawesi Selatan Sulawesi

utara dan Maluku (Satari1998)

Kadi dan Atmaja (1988) menambahkan bahwa pemanenan rumput

laut dapat dilakukan sekitar 1-3 bulan dari saat penanaman

Selanjutnya dikatakan bahwa persyaratan lingkungan yang harus

dipenuhi bagi budidaya Eucheuma adalah

a Substrat stabil terlindung dari ombak yang kuat dan umumnya

di daerah terumbu karang

b Tempat dan lingkungan perairan tidak mengalami pencemaran

c Kedalaman air pada waktu surut terendah 1- 30 cm

d Perairan dilalui arus tetap dari laut lepas sepanjang tahun

e Kecepatan arus antara 20 - 40 mmenit

f Jauh dari muara sungai

g Perairan tidak mengandung lumpur dan airnya jernih

h Suhu air berkisar 27ndash280C dan salinitas berkisar 30 -37 ppt

Rumput laut merupakan tumbuhan marine-macroalgae yang

merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang komersial dan

penting Rumput laut ini termasuk kelompok primitif dari tumbuhan

autotrofik tak berbunga (Thalophyta) yang tumbuh di perairan laut

intertidal dangkal dan kadang-kadang di bawah muka air hngga

kedalaman laut 100 m serta di perairan estuaria (Kaladharan dan

Kaliaperumal 1999) Struktur kerangka tubuhnya tidak berdaun

berbatang dan berakar sehingga semuanya terdiri atas batang

(thallus) sajaTumbuhan ini hidup di tempat-tempat berbatu atau

berkarang yang dijadikannya sebagai substrat tempat melekatkan

alat penempel rhizoid atau holdfast Rumput laut merupakan bahan baku

untuk pembuatan koloid seperti agar algin dan karaginan yang

sering digunakan dalam industri pangan kimia dan farmasi Rumput

laut mengandung protein vitamin mineral dan trace element Ada juga

rumput laut yang digunakan sebagai bahan makanan langsung

makanan temak sebagai pupuk bahan pembuat kertas dan bahan

obat-obatan (Sumpeno 2007)

Ampas Rumput Laut

Rumput laut merupakan bahan baku awal pembuatan agar-agar

adalah tanaman yang hanya perlu waktu 45 hari untuk memanennya

diperkirakan potensi budidaya rumput laut setiap tahun ada 12

juta hektar Pada 2001 terdapat 27847 ton rumput laut

Sedangkan limbah Industri agar-agar yang berupa ampas rumput laut

merupakan salah satu sumber bahan baku bioethanol yang potensial

karena kandungan selulosanya tinggi Selain itu satu pabrik

besar agar-agar dengan kapasitas produksi 80 ton per bulan dapat

menghasilkan limbah serat sebanyak 56 ton per bulan (Ujiani

2007)

Selain itu pertimbangan pemakaian ampas rumput laut sebagai

bahan baku proses produksi bioethanol juga didasarkan pada

pertimbangan ekonomi Pertimbangan keekonomian pengadaan bahan

baku tersebut bukan saja meliputi harga produksi tanaman sebagai

bahan baku tetapi juga meliputi biaya pengelolaan tanaman biaya

produksi pengadaan bahan baku dan biaya bahan baku untuk

memproduksi setiap liter ethanolbio-ethanol Memanfaatkan ampas

rumput laut sebagai bahan baku bioethanol dapat menghindari

persaingan antara pangan dengan BBN Oleh karena itu kita

berusaha memanfaatkan limbah ampas ini supaya mempunyai nilai

jual yang lebih tinggi Di Indonesia tercatat ada tiga pabrik

besar di daerah Pasuruan Jawa timur yaitu PT Agar Swallow

menghasilkan limbah sebanyak 672 tontahun PT Agar sehat makmut

lestari menghasilkan 189 tontahun dan juga CV Agar sari raya

menghasilkan 14 tontahun

Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan

sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dan merupakan salah

satu komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia

karena pemanfaatannya yang demikian luas dalam kehidupan sehari-

hari baik sebagai sumber pangan obat-obatan dan bahan baku

industri (Indriani dan Sumiarsih 1991)

Rumput laut juga dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia

yang dikandungnya sehingga dikenal rumput laut penghasil

karaginan (karagenofit) agar (agarofit) dan alginat (alginofit)

Berdasarkan cara pengelompokan tersebut maka ganggang merah

(Rhodophyceae) seperti Eucheuma sp dikelompokkan sebagai rumput

laut penghasil karaginan karena memiliki kadar karaginan yang

demikian tinggi sekitar 62-68 berat keringnya (Aslan 1998)

Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di sulawesi

selatan adalah Eucheuma spinosum Jenis ini mempunyai nilai

ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan dalam dunia

industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama

dengan agar-agar dan alginat yaitu karaginan dapat digunakan

sebagai bahan baku untuk industri farmasi kosmetik makanan dan

lain-lain (Mubarak dkk 1990) Eucheuma merupakan jenis rumput

laut yang banyak dicari oleh masyarakat Hal ini disebabkan

karena industri makanan kosmetika dan farmasi memerlukan

ldquocarrageeninrdquo yang terkandung dalam Eucheuma untuk dijadikan

sebagai bahan campuran (Nontji 2002) Karaginan merupakan

senyawa polisakarida galaktosa Senyawa-senyawa polisakarida

mudah terhidrolisis dalam larutan yang bersifat asam dan stabil

dalam suasana basa Karaginan banyak digunakan pada sediaan

makanan sediaan farmasi dan kosmetik sebagai bahan pembuat gel

pengental atau penstabil (Nehen 1987)

Bioethanol

Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari bahan baku

berupa biomassa seperti jagung singkong sorgum kentang

gandum tebu bit rumput laut dan juga limbah biomassa seperti

tongkol jagung limbah jerami dan limbah sayuran lainnya

Bioetanol memang potensial dimanfaatkan sebagai bahan bakar

kendaraan bermotor Syaratnya etanol alami itu mesti berkadar

kemurnian 995 Syarat itu mutlak karena jika berkadar di bawah

90 mesin tidak bisa menyala karena kandungan airnya terlampau

tinggi Sebetulnya bioetanol berkadar kemurnian 95 masih layak

dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor Hanya saja dengan kadar

kemurnian itu perlu penambahan zat antikorosif pada tangki bahan

bakar agar tidak menimbulkan karat Semakin besar kadar etanol

semakin bagus performa mesin Masalahnya etanol bersifat

higroskopis mudah menarik molekul air dari kelembapan udara Di

Indonesia yang udaranya lembab problem ini bisa menjadi masalah

serius

Bioetanol diproduksi dengan teknologi biokimia melalui

proses fermentasi bahan baku kemudian etanol yang diproduksi

dipisahkan dari air dengan proses distilasi Cara lama dilakukan

dengan destilasi tetapi kemurnian hanya sampai 96 Maka kemudian

dilakukan proses dehidrasi molecular sieve karena proses ini

dapat menghilangkan air hingga kadar etanol menjadi 995 dan

dihasilkan etanol absolute (murni)

Secara umum ethanolbio-ethanol dapat digunakan sebagai

bahan baku industri turunan alkohol campuran untuk miras bahan

dasar industri farmasi campuran bahan bakar untuk kendaraan

Mengingat pemanfaatan ethanolbio-ethanol beraneka ragam

sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai

dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai

grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri

Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995

vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar

industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade

ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar

untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous

supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus

mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade

akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi

gula (glukosa) larut air

H METODE PENULISAN

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini

merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka

serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan

berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku

penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan

online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan

ini

Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan

penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu

a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan

dengan teori dan pustaka yang mendukung

b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka

serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan

masalah berdasarkan perumusan masalah

c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian

menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan

untuk kesempurnaan penulisan berikutnya

Analisis dan Sintesis Data

Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap

antara lain

1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data

yang diperlukan

2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah

ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang

perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan

kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep

berdasarkan pustaka yang relevan

3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek

penulisan

4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada

kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah

Pengambilan Simpulan

Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan

sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan

karya tulis ini

Perumusan Rekomendasi Saran

Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau

prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah

diadopsi oleh masyarakat

I HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang

tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1

mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif

stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga

mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang

relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil

memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa

mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas

yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga

usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong

jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga

kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk

memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan

pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya

Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan

pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis

rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan

industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan

kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas

yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk

pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor

Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut

menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami

dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan

produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru

dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam

statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975

namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak

diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun

1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan

budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata

Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari

sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini

menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara

komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana

terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun

2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton

meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)

Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan

diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi

negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja

yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja

serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan

Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut

sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan

Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma

Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut

Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam

(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau

(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung

Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta

(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur

(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh

hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa

Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara

Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere

Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo

Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan

Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku

(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)

Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya

tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la

melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu

gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir

diseluruh perairan Indonesia

Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao

Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan

oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut

mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-

daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah

cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan

potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri

pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan

beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang

belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim

seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah

secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan

mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan

tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara

intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat

Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan

lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu

1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam

investasi maupun opersionalnya

2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup

sederhana

3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya

tingkat pengembaliannya cukup cepat

4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan

cenderung meningkat

Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote

Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan

luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga

pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian

utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di

Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan

31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003

dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun

2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004

yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total

luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya

yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005

terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18

menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah

potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya

potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka

tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah

serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada

Produktivitas

Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa

pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per

desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa

atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat

produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak

cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan

rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja

yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu

berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat

mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah

jumlah tenaga kerja

Sumber Daya Manusia (SDM)

Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005

terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote

Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat

di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada

umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang

atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau

Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam

sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang

tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan

budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu

keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha

budidaya rumput laut

Jenis dan Metode Budidaya

Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote

adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga

eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut

(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)

melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan

lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya

yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran

air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan

Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif

luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat

surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu

pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari

yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang

cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut

Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT

yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya

long line disamping paling murah dalam investasi juga paling

sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga

relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun

demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga

memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin

yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin

cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan

Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin

namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani

karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian

pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang

terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus

gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar

Tingkat Produksi

Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke

tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari

produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton

pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086

ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain

disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani

rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan

atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan

pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap

rumput laut pasca panen

Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya

yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang

meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan

binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani

Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut

adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk

memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah

terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang

rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani

Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh

kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)

akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun

demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun

tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan

sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan

tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah

yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat

diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar

Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 14: KARYA TULIS ETANOL

(thallus) sajaTumbuhan ini hidup di tempat-tempat berbatu atau

berkarang yang dijadikannya sebagai substrat tempat melekatkan

alat penempel rhizoid atau holdfast Rumput laut merupakan bahan baku

untuk pembuatan koloid seperti agar algin dan karaginan yang

sering digunakan dalam industri pangan kimia dan farmasi Rumput

laut mengandung protein vitamin mineral dan trace element Ada juga

rumput laut yang digunakan sebagai bahan makanan langsung

makanan temak sebagai pupuk bahan pembuat kertas dan bahan

obat-obatan (Sumpeno 2007)

Ampas Rumput Laut

Rumput laut merupakan bahan baku awal pembuatan agar-agar

adalah tanaman yang hanya perlu waktu 45 hari untuk memanennya

diperkirakan potensi budidaya rumput laut setiap tahun ada 12

juta hektar Pada 2001 terdapat 27847 ton rumput laut

Sedangkan limbah Industri agar-agar yang berupa ampas rumput laut

merupakan salah satu sumber bahan baku bioethanol yang potensial

karena kandungan selulosanya tinggi Selain itu satu pabrik

besar agar-agar dengan kapasitas produksi 80 ton per bulan dapat

menghasilkan limbah serat sebanyak 56 ton per bulan (Ujiani

2007)

Selain itu pertimbangan pemakaian ampas rumput laut sebagai

bahan baku proses produksi bioethanol juga didasarkan pada

pertimbangan ekonomi Pertimbangan keekonomian pengadaan bahan

baku tersebut bukan saja meliputi harga produksi tanaman sebagai

bahan baku tetapi juga meliputi biaya pengelolaan tanaman biaya

produksi pengadaan bahan baku dan biaya bahan baku untuk

memproduksi setiap liter ethanolbio-ethanol Memanfaatkan ampas

rumput laut sebagai bahan baku bioethanol dapat menghindari

persaingan antara pangan dengan BBN Oleh karena itu kita

berusaha memanfaatkan limbah ampas ini supaya mempunyai nilai

jual yang lebih tinggi Di Indonesia tercatat ada tiga pabrik

besar di daerah Pasuruan Jawa timur yaitu PT Agar Swallow

menghasilkan limbah sebanyak 672 tontahun PT Agar sehat makmut

lestari menghasilkan 189 tontahun dan juga CV Agar sari raya

menghasilkan 14 tontahun

Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan

sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dan merupakan salah

satu komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia

karena pemanfaatannya yang demikian luas dalam kehidupan sehari-

hari baik sebagai sumber pangan obat-obatan dan bahan baku

industri (Indriani dan Sumiarsih 1991)

Rumput laut juga dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia

yang dikandungnya sehingga dikenal rumput laut penghasil

karaginan (karagenofit) agar (agarofit) dan alginat (alginofit)

Berdasarkan cara pengelompokan tersebut maka ganggang merah

(Rhodophyceae) seperti Eucheuma sp dikelompokkan sebagai rumput

laut penghasil karaginan karena memiliki kadar karaginan yang

demikian tinggi sekitar 62-68 berat keringnya (Aslan 1998)

Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di sulawesi

selatan adalah Eucheuma spinosum Jenis ini mempunyai nilai

ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan dalam dunia

industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama

dengan agar-agar dan alginat yaitu karaginan dapat digunakan

sebagai bahan baku untuk industri farmasi kosmetik makanan dan

lain-lain (Mubarak dkk 1990) Eucheuma merupakan jenis rumput

laut yang banyak dicari oleh masyarakat Hal ini disebabkan

karena industri makanan kosmetika dan farmasi memerlukan

ldquocarrageeninrdquo yang terkandung dalam Eucheuma untuk dijadikan

sebagai bahan campuran (Nontji 2002) Karaginan merupakan

senyawa polisakarida galaktosa Senyawa-senyawa polisakarida

mudah terhidrolisis dalam larutan yang bersifat asam dan stabil

dalam suasana basa Karaginan banyak digunakan pada sediaan

makanan sediaan farmasi dan kosmetik sebagai bahan pembuat gel

pengental atau penstabil (Nehen 1987)

Bioethanol

Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari bahan baku

berupa biomassa seperti jagung singkong sorgum kentang

gandum tebu bit rumput laut dan juga limbah biomassa seperti

tongkol jagung limbah jerami dan limbah sayuran lainnya

Bioetanol memang potensial dimanfaatkan sebagai bahan bakar

kendaraan bermotor Syaratnya etanol alami itu mesti berkadar

kemurnian 995 Syarat itu mutlak karena jika berkadar di bawah

90 mesin tidak bisa menyala karena kandungan airnya terlampau

tinggi Sebetulnya bioetanol berkadar kemurnian 95 masih layak

dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor Hanya saja dengan kadar

kemurnian itu perlu penambahan zat antikorosif pada tangki bahan

bakar agar tidak menimbulkan karat Semakin besar kadar etanol

semakin bagus performa mesin Masalahnya etanol bersifat

higroskopis mudah menarik molekul air dari kelembapan udara Di

Indonesia yang udaranya lembab problem ini bisa menjadi masalah

serius

Bioetanol diproduksi dengan teknologi biokimia melalui

proses fermentasi bahan baku kemudian etanol yang diproduksi

dipisahkan dari air dengan proses distilasi Cara lama dilakukan

dengan destilasi tetapi kemurnian hanya sampai 96 Maka kemudian

dilakukan proses dehidrasi molecular sieve karena proses ini

dapat menghilangkan air hingga kadar etanol menjadi 995 dan

dihasilkan etanol absolute (murni)

Secara umum ethanolbio-ethanol dapat digunakan sebagai

bahan baku industri turunan alkohol campuran untuk miras bahan

dasar industri farmasi campuran bahan bakar untuk kendaraan

Mengingat pemanfaatan ethanolbio-ethanol beraneka ragam

sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai

dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai

grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri

Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995

vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar

industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade

ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar

untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous

supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus

mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade

akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi

gula (glukosa) larut air

H METODE PENULISAN

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini

merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka

serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan

berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku

penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan

online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan

ini

Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan

penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu

a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan

dengan teori dan pustaka yang mendukung

b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka

serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan

masalah berdasarkan perumusan masalah

c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian

menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan

untuk kesempurnaan penulisan berikutnya

Analisis dan Sintesis Data

Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap

antara lain

1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data

yang diperlukan

2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah

ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang

perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan

kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep

berdasarkan pustaka yang relevan

3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek

penulisan

4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada

kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah

Pengambilan Simpulan

Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan

sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan

karya tulis ini

Perumusan Rekomendasi Saran

Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau

prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah

diadopsi oleh masyarakat

I HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang

tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1

mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif

stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga

mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang

relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil

memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa

mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas

yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga

usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong

jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga

kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk

memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan

pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya

Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan

pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis

rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan

industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan

kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas

yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk

pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor

Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut

menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami

dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan

produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru

dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam

statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975

namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak

diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun

1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan

budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata

Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari

sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini

menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara

komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana

terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun

2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton

meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)

Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan

diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi

negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja

yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja

serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan

Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut

sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan

Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma

Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut

Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam

(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau

(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung

Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta

(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur

(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh

hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa

Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara

Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere

Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo

Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan

Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku

(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)

Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya

tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la

melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu

gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir

diseluruh perairan Indonesia

Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao

Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan

oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut

mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-

daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah

cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan

potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri

pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan

beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang

belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim

seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah

secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan

mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan

tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara

intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat

Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan

lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu

1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam

investasi maupun opersionalnya

2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup

sederhana

3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya

tingkat pengembaliannya cukup cepat

4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan

cenderung meningkat

Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote

Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan

luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga

pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian

utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di

Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan

31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003

dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun

2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004

yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total

luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya

yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005

terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18

menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah

potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya

potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka

tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah

serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada

Produktivitas

Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa

pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per

desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa

atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat

produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak

cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan

rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja

yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu

berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat

mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah

jumlah tenaga kerja

Sumber Daya Manusia (SDM)

Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005

terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote

Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat

di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada

umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang

atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau

Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam

sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang

tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan

budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu

keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha

budidaya rumput laut

Jenis dan Metode Budidaya

Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote

adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga

eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut

(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)

melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan

lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya

yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran

air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan

Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif

luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat

surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu

pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari

yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang

cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut

Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT

yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya

long line disamping paling murah dalam investasi juga paling

sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga

relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun

demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga

memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin

yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin

cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan

Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin

namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani

karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian

pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang

terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus

gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar

Tingkat Produksi

Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke

tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari

produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton

pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086

ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain

disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani

rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan

atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan

pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap

rumput laut pasca panen

Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya

yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang

meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan

binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani

Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut

adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk

memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah

terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang

rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani

Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh

kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)

akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun

demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun

tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan

sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan

tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah

yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat

diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar

Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 15: KARYA TULIS ETANOL

produksi pengadaan bahan baku dan biaya bahan baku untuk

memproduksi setiap liter ethanolbio-ethanol Memanfaatkan ampas

rumput laut sebagai bahan baku bioethanol dapat menghindari

persaingan antara pangan dengan BBN Oleh karena itu kita

berusaha memanfaatkan limbah ampas ini supaya mempunyai nilai

jual yang lebih tinggi Di Indonesia tercatat ada tiga pabrik

besar di daerah Pasuruan Jawa timur yaitu PT Agar Swallow

menghasilkan limbah sebanyak 672 tontahun PT Agar sehat makmut

lestari menghasilkan 189 tontahun dan juga CV Agar sari raya

menghasilkan 14 tontahun

Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan

sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dan merupakan salah

satu komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia

karena pemanfaatannya yang demikian luas dalam kehidupan sehari-

hari baik sebagai sumber pangan obat-obatan dan bahan baku

industri (Indriani dan Sumiarsih 1991)

Rumput laut juga dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia

yang dikandungnya sehingga dikenal rumput laut penghasil

karaginan (karagenofit) agar (agarofit) dan alginat (alginofit)

Berdasarkan cara pengelompokan tersebut maka ganggang merah

(Rhodophyceae) seperti Eucheuma sp dikelompokkan sebagai rumput

laut penghasil karaginan karena memiliki kadar karaginan yang

demikian tinggi sekitar 62-68 berat keringnya (Aslan 1998)

Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di sulawesi

selatan adalah Eucheuma spinosum Jenis ini mempunyai nilai

ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan dalam dunia

industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama

dengan agar-agar dan alginat yaitu karaginan dapat digunakan

sebagai bahan baku untuk industri farmasi kosmetik makanan dan

lain-lain (Mubarak dkk 1990) Eucheuma merupakan jenis rumput

laut yang banyak dicari oleh masyarakat Hal ini disebabkan

karena industri makanan kosmetika dan farmasi memerlukan

ldquocarrageeninrdquo yang terkandung dalam Eucheuma untuk dijadikan

sebagai bahan campuran (Nontji 2002) Karaginan merupakan

senyawa polisakarida galaktosa Senyawa-senyawa polisakarida

mudah terhidrolisis dalam larutan yang bersifat asam dan stabil

dalam suasana basa Karaginan banyak digunakan pada sediaan

makanan sediaan farmasi dan kosmetik sebagai bahan pembuat gel

pengental atau penstabil (Nehen 1987)

Bioethanol

Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari bahan baku

berupa biomassa seperti jagung singkong sorgum kentang

gandum tebu bit rumput laut dan juga limbah biomassa seperti

tongkol jagung limbah jerami dan limbah sayuran lainnya

Bioetanol memang potensial dimanfaatkan sebagai bahan bakar

kendaraan bermotor Syaratnya etanol alami itu mesti berkadar

kemurnian 995 Syarat itu mutlak karena jika berkadar di bawah

90 mesin tidak bisa menyala karena kandungan airnya terlampau

tinggi Sebetulnya bioetanol berkadar kemurnian 95 masih layak

dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor Hanya saja dengan kadar

kemurnian itu perlu penambahan zat antikorosif pada tangki bahan

bakar agar tidak menimbulkan karat Semakin besar kadar etanol

semakin bagus performa mesin Masalahnya etanol bersifat

higroskopis mudah menarik molekul air dari kelembapan udara Di

Indonesia yang udaranya lembab problem ini bisa menjadi masalah

serius

Bioetanol diproduksi dengan teknologi biokimia melalui

proses fermentasi bahan baku kemudian etanol yang diproduksi

dipisahkan dari air dengan proses distilasi Cara lama dilakukan

dengan destilasi tetapi kemurnian hanya sampai 96 Maka kemudian

dilakukan proses dehidrasi molecular sieve karena proses ini

dapat menghilangkan air hingga kadar etanol menjadi 995 dan

dihasilkan etanol absolute (murni)

Secara umum ethanolbio-ethanol dapat digunakan sebagai

bahan baku industri turunan alkohol campuran untuk miras bahan

dasar industri farmasi campuran bahan bakar untuk kendaraan

Mengingat pemanfaatan ethanolbio-ethanol beraneka ragam

sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai

dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai

grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri

Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995

vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar

industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade

ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar

untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous

supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus

mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade

akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi

gula (glukosa) larut air

H METODE PENULISAN

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini

merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka

serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan

berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku

penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan

online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan

ini

Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan

penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu

a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan

dengan teori dan pustaka yang mendukung

b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka

serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan

masalah berdasarkan perumusan masalah

c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian

menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan

untuk kesempurnaan penulisan berikutnya

Analisis dan Sintesis Data

Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap

antara lain

1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data

yang diperlukan

2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah

ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang

perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan

kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep

berdasarkan pustaka yang relevan

3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek

penulisan

4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada

kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah

Pengambilan Simpulan

Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan

sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan

karya tulis ini

Perumusan Rekomendasi Saran

Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau

prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah

diadopsi oleh masyarakat

I HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang

tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1

mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif

stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga

mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang

relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil

memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa

mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas

yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga

usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong

jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga

kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk

memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan

pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya

Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan

pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis

rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan

industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan

kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas

yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk

pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor

Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut

menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami

dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan

produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru

dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam

statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975

namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak

diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun

1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan

budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata

Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari

sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini

menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara

komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana

terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun

2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton

meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)

Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan

diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi

negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja

yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja

serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan

Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut

sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan

Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma

Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut

Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam

(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau

(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung

Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta

(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur

(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh

hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa

Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara

Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere

Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo

Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan

Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku

(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)

Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya

tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la

melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu

gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir

diseluruh perairan Indonesia

Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao

Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan

oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut

mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-

daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah

cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan

potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri

pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan

beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang

belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim

seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah

secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan

mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan

tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara

intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat

Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan

lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu

1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam

investasi maupun opersionalnya

2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup

sederhana

3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya

tingkat pengembaliannya cukup cepat

4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan

cenderung meningkat

Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote

Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan

luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga

pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian

utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di

Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan

31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003

dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun

2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004

yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total

luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya

yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005

terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18

menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah

potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya

potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka

tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah

serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada

Produktivitas

Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa

pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per

desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa

atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat

produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak

cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan

rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja

yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu

berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat

mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah

jumlah tenaga kerja

Sumber Daya Manusia (SDM)

Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005

terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote

Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat

di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada

umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang

atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau

Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam

sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang

tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan

budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu

keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha

budidaya rumput laut

Jenis dan Metode Budidaya

Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote

adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga

eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut

(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)

melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan

lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya

yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran

air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan

Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif

luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat

surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu

pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari

yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang

cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut

Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT

yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya

long line disamping paling murah dalam investasi juga paling

sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga

relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun

demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga

memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin

yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin

cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan

Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin

namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani

karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian

pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang

terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus

gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar

Tingkat Produksi

Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke

tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari

produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton

pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086

ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain

disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani

rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan

atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan

pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap

rumput laut pasca panen

Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya

yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang

meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan

binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani

Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut

adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk

memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah

terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang

rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani

Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh

kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)

akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun

demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun

tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan

sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan

tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah

yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat

diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar

Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 16: KARYA TULIS ETANOL

industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama

dengan agar-agar dan alginat yaitu karaginan dapat digunakan

sebagai bahan baku untuk industri farmasi kosmetik makanan dan

lain-lain (Mubarak dkk 1990) Eucheuma merupakan jenis rumput

laut yang banyak dicari oleh masyarakat Hal ini disebabkan

karena industri makanan kosmetika dan farmasi memerlukan

ldquocarrageeninrdquo yang terkandung dalam Eucheuma untuk dijadikan

sebagai bahan campuran (Nontji 2002) Karaginan merupakan

senyawa polisakarida galaktosa Senyawa-senyawa polisakarida

mudah terhidrolisis dalam larutan yang bersifat asam dan stabil

dalam suasana basa Karaginan banyak digunakan pada sediaan

makanan sediaan farmasi dan kosmetik sebagai bahan pembuat gel

pengental atau penstabil (Nehen 1987)

Bioethanol

Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari bahan baku

berupa biomassa seperti jagung singkong sorgum kentang

gandum tebu bit rumput laut dan juga limbah biomassa seperti

tongkol jagung limbah jerami dan limbah sayuran lainnya

Bioetanol memang potensial dimanfaatkan sebagai bahan bakar

kendaraan bermotor Syaratnya etanol alami itu mesti berkadar

kemurnian 995 Syarat itu mutlak karena jika berkadar di bawah

90 mesin tidak bisa menyala karena kandungan airnya terlampau

tinggi Sebetulnya bioetanol berkadar kemurnian 95 masih layak

dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor Hanya saja dengan kadar

kemurnian itu perlu penambahan zat antikorosif pada tangki bahan

bakar agar tidak menimbulkan karat Semakin besar kadar etanol

semakin bagus performa mesin Masalahnya etanol bersifat

higroskopis mudah menarik molekul air dari kelembapan udara Di

Indonesia yang udaranya lembab problem ini bisa menjadi masalah

serius

Bioetanol diproduksi dengan teknologi biokimia melalui

proses fermentasi bahan baku kemudian etanol yang diproduksi

dipisahkan dari air dengan proses distilasi Cara lama dilakukan

dengan destilasi tetapi kemurnian hanya sampai 96 Maka kemudian

dilakukan proses dehidrasi molecular sieve karena proses ini

dapat menghilangkan air hingga kadar etanol menjadi 995 dan

dihasilkan etanol absolute (murni)

Secara umum ethanolbio-ethanol dapat digunakan sebagai

bahan baku industri turunan alkohol campuran untuk miras bahan

dasar industri farmasi campuran bahan bakar untuk kendaraan

Mengingat pemanfaatan ethanolbio-ethanol beraneka ragam

sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai

dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai

grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri

Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995

vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar

industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade

ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar

untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous

supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus

mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade

akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi

gula (glukosa) larut air

H METODE PENULISAN

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini

merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka

serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan

berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku

penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan

online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan

ini

Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan

penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu

a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan

dengan teori dan pustaka yang mendukung

b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka

serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan

masalah berdasarkan perumusan masalah

c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian

menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan

untuk kesempurnaan penulisan berikutnya

Analisis dan Sintesis Data

Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap

antara lain

1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data

yang diperlukan

2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah

ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang

perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan

kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep

berdasarkan pustaka yang relevan

3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek

penulisan

4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada

kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah

Pengambilan Simpulan

Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan

sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan

karya tulis ini

Perumusan Rekomendasi Saran

Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau

prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah

diadopsi oleh masyarakat

I HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang

tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1

mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif

stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga

mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang

relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil

memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa

mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas

yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga

usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong

jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga

kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk

memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan

pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya

Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan

pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis

rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan

industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan

kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas

yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk

pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor

Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut

menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami

dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan

produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru

dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam

statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975

namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak

diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun

1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan

budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata

Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari

sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini

menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara

komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana

terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun

2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton

meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)

Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan

diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi

negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja

yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja

serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan

Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut

sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan

Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma

Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut

Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam

(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau

(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung

Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta

(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur

(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh

hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa

Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara

Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere

Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo

Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan

Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku

(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)

Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya

tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la

melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu

gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir

diseluruh perairan Indonesia

Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao

Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan

oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut

mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-

daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah

cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan

potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri

pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan

beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang

belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim

seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah

secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan

mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan

tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara

intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat

Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan

lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu

1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam

investasi maupun opersionalnya

2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup

sederhana

3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya

tingkat pengembaliannya cukup cepat

4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan

cenderung meningkat

Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote

Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan

luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga

pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian

utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di

Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan

31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003

dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun

2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004

yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total

luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya

yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005

terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18

menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah

potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya

potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka

tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah

serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada

Produktivitas

Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa

pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per

desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa

atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat

produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak

cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan

rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja

yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu

berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat

mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah

jumlah tenaga kerja

Sumber Daya Manusia (SDM)

Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005

terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote

Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat

di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada

umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang

atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau

Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam

sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang

tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan

budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu

keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha

budidaya rumput laut

Jenis dan Metode Budidaya

Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote

adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga

eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut

(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)

melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan

lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya

yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran

air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan

Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif

luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat

surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu

pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari

yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang

cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut

Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT

yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya

long line disamping paling murah dalam investasi juga paling

sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga

relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun

demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga

memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin

yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin

cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan

Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin

namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani

karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian

pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang

terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus

gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar

Tingkat Produksi

Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke

tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari

produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton

pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086

ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain

disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani

rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan

atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan

pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap

rumput laut pasca panen

Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya

yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang

meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan

binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani

Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut

adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk

memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah

terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang

rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani

Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh

kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)

akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun

demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun

tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan

sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan

tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah

yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat

diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar

Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 17: KARYA TULIS ETANOL

bakar agar tidak menimbulkan karat Semakin besar kadar etanol

semakin bagus performa mesin Masalahnya etanol bersifat

higroskopis mudah menarik molekul air dari kelembapan udara Di

Indonesia yang udaranya lembab problem ini bisa menjadi masalah

serius

Bioetanol diproduksi dengan teknologi biokimia melalui

proses fermentasi bahan baku kemudian etanol yang diproduksi

dipisahkan dari air dengan proses distilasi Cara lama dilakukan

dengan destilasi tetapi kemurnian hanya sampai 96 Maka kemudian

dilakukan proses dehidrasi molecular sieve karena proses ini

dapat menghilangkan air hingga kadar etanol menjadi 995 dan

dihasilkan etanol absolute (murni)

Secara umum ethanolbio-ethanol dapat digunakan sebagai

bahan baku industri turunan alkohol campuran untuk miras bahan

dasar industri farmasi campuran bahan bakar untuk kendaraan

Mengingat pemanfaatan ethanolbio-ethanol beraneka ragam

sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai

dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai

grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri

Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995

vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar

industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade

ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar

untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous

supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus

mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade

akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi

gula (glukosa) larut air

H METODE PENULISAN

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini

merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka

serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan

berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku

penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan

online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan

ini

Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan

penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu

a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan

dengan teori dan pustaka yang mendukung

b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka

serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan

masalah berdasarkan perumusan masalah

c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian

menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan

untuk kesempurnaan penulisan berikutnya

Analisis dan Sintesis Data

Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap

antara lain

1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data

yang diperlukan

2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah

ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang

perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan

kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep

berdasarkan pustaka yang relevan

3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek

penulisan

4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada

kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah

Pengambilan Simpulan

Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan

sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan

karya tulis ini

Perumusan Rekomendasi Saran

Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau

prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah

diadopsi oleh masyarakat

I HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang

tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1

mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif

stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga

mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang

relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil

memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa

mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas

yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga

usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong

jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga

kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk

memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan

pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya

Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan

pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis

rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan

industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan

kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas

yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk

pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor

Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut

menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami

dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan

produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru

dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam

statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975

namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak

diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun

1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan

budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata

Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari

sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini

menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara

komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana

terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun

2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton

meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)

Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan

diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi

negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja

yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja

serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan

Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut

sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan

Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma

Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut

Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam

(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau

(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung

Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta

(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur

(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh

hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa

Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara

Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere

Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo

Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan

Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku

(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)

Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya

tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la

melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu

gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir

diseluruh perairan Indonesia

Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao

Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan

oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut

mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-

daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah

cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan

potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri

pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan

beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang

belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim

seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah

secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan

mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan

tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara

intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat

Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan

lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu

1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam

investasi maupun opersionalnya

2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup

sederhana

3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya

tingkat pengembaliannya cukup cepat

4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan

cenderung meningkat

Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote

Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan

luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga

pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian

utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di

Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan

31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003

dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun

2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004

yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total

luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya

yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005

terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18

menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah

potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya

potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka

tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah

serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada

Produktivitas

Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa

pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per

desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa

atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat

produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak

cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan

rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja

yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu

berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat

mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah

jumlah tenaga kerja

Sumber Daya Manusia (SDM)

Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005

terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote

Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat

di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada

umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang

atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau

Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam

sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang

tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan

budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu

keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha

budidaya rumput laut

Jenis dan Metode Budidaya

Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote

adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga

eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut

(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)

melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan

lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya

yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran

air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan

Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif

luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat

surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu

pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari

yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang

cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut

Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT

yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya

long line disamping paling murah dalam investasi juga paling

sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga

relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun

demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga

memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin

yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin

cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan

Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin

namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani

karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian

pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang

terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus

gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar

Tingkat Produksi

Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke

tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari

produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton

pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086

ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain

disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani

rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan

atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan

pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap

rumput laut pasca panen

Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya

yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang

meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan

binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani

Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut

adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk

memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah

terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang

rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani

Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh

kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)

akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun

demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun

tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan

sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan

tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah

yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat

diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar

Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 18: KARYA TULIS ETANOL

akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi

gula (glukosa) larut air

H METODE PENULISAN

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini

merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka

serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan

berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku

penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan

online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan

ini

Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan

penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu

a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan

dengan teori dan pustaka yang mendukung

b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka

serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan

masalah berdasarkan perumusan masalah

c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian

menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan

untuk kesempurnaan penulisan berikutnya

Analisis dan Sintesis Data

Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap

antara lain

1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data

yang diperlukan

2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah

ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang

perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan

kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep

berdasarkan pustaka yang relevan

3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek

penulisan

4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada

kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah

Pengambilan Simpulan

Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan

sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan

karya tulis ini

Perumusan Rekomendasi Saran

Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau

prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah

diadopsi oleh masyarakat

I HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang

tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1

mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif

stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga

mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang

relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil

memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa

mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas

yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga

usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong

jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga

kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk

memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan

pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya

Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan

pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis

rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan

industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan

kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas

yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk

pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor

Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut

menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami

dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan

produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru

dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam

statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975

namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak

diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun

1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan

budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata

Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari

sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini

menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara

komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana

terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun

2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton

meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)

Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan

diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi

negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja

yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja

serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan

Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut

sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan

Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma

Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut

Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam

(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau

(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung

Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta

(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur

(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh

hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa

Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara

Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere

Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo

Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan

Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku

(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)

Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya

tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la

melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu

gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir

diseluruh perairan Indonesia

Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao

Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan

oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut

mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-

daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah

cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan

potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri

pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan

beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang

belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim

seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah

secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan

mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan

tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara

intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat

Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan

lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu

1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam

investasi maupun opersionalnya

2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup

sederhana

3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya

tingkat pengembaliannya cukup cepat

4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan

cenderung meningkat

Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote

Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan

luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga

pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian

utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di

Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan

31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003

dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun

2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004

yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total

luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya

yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005

terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18

menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah

potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya

potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka

tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah

serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada

Produktivitas

Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa

pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per

desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa

atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat

produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak

cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan

rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja

yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu

berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat

mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah

jumlah tenaga kerja

Sumber Daya Manusia (SDM)

Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005

terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote

Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat

di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada

umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang

atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau

Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam

sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang

tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan

budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu

keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha

budidaya rumput laut

Jenis dan Metode Budidaya

Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote

adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga

eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut

(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)

melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan

lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya

yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran

air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan

Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif

luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat

surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu

pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari

yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang

cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut

Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT

yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya

long line disamping paling murah dalam investasi juga paling

sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga

relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun

demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga

memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin

yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin

cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan

Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin

namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani

karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian

pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang

terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus

gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar

Tingkat Produksi

Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke

tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari

produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton

pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086

ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain

disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani

rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan

atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan

pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap

rumput laut pasca panen

Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya

yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang

meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan

binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani

Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut

adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk

memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah

terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang

rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani

Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh

kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)

akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun

demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun

tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan

sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan

tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah

yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat

diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar

Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 19: KARYA TULIS ETANOL

Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap

antara lain

1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data

yang diperlukan

2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah

ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang

perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan

kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep

berdasarkan pustaka yang relevan

3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek

penulisan

4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada

kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah

Pengambilan Simpulan

Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan

sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan

karya tulis ini

Perumusan Rekomendasi Saran

Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau

prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah

diadopsi oleh masyarakat

I HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang

tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1

mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif

stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga

mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang

relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil

memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa

mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas

yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga

usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong

jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga

kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk

memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan

pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya

Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan

pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis

rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan

industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan

kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas

yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk

pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor

Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut

menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami

dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan

produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru

dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam

statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975

namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak

diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun

1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan

budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata

Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari

sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini

menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara

komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana

terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun

2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton

meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)

Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan

diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi

negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja

yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja

serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan

Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut

sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan

Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma

Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut

Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam

(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau

(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung

Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta

(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur

(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh

hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa

Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara

Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere

Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo

Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan

Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku

(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)

Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya

tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la

melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu

gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir

diseluruh perairan Indonesia

Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao

Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan

oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut

mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-

daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah

cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan

potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri

pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan

beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang

belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim

seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah

secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan

mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan

tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara

intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat

Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan

lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu

1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam

investasi maupun opersionalnya

2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup

sederhana

3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya

tingkat pengembaliannya cukup cepat

4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan

cenderung meningkat

Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote

Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan

luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga

pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian

utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di

Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan

31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003

dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun

2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004

yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total

luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya

yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005

terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18

menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah

potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya

potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka

tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah

serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada

Produktivitas

Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa

pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per

desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa

atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat

produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak

cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan

rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja

yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu

berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat

mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah

jumlah tenaga kerja

Sumber Daya Manusia (SDM)

Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005

terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote

Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat

di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada

umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang

atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau

Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam

sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang

tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan

budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu

keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha

budidaya rumput laut

Jenis dan Metode Budidaya

Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote

adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga

eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut

(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)

melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan

lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya

yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran

air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan

Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif

luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat

surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu

pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari

yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang

cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut

Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT

yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya

long line disamping paling murah dalam investasi juga paling

sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga

relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun

demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga

memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin

yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin

cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan

Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin

namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani

karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian

pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang

terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus

gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar

Tingkat Produksi

Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke

tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari

produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton

pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086

ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain

disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani

rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan

atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan

pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap

rumput laut pasca panen

Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya

yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang

meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan

binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani

Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut

adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk

memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah

terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang

rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani

Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh

kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)

akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun

demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun

tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan

sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan

tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah

yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat

diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar

Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 20: KARYA TULIS ETANOL

Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang

tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1

mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif

stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga

mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang

relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil

memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa

mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas

yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga

usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong

jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga

kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk

memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan

pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya

Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan

pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis

rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan

industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan

kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas

yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk

pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor

Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut

menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami

dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan

produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru

dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam

statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975

namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak

diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun

1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan

budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata

Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari

sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini

menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara

komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana

terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun

2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton

meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)

Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan

diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi

negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja

yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja

serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan

Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut

sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan

Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma

Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut

Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam

(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau

(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung

Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta

(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur

(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh

hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa

Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara

Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere

Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo

Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan

Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku

(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)

Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya

tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la

melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu

gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir

diseluruh perairan Indonesia

Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao

Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan

oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut

mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-

daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah

cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan

potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri

pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan

beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang

belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim

seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah

secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan

mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan

tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara

intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat

Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan

lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu

1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam

investasi maupun opersionalnya

2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup

sederhana

3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya

tingkat pengembaliannya cukup cepat

4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan

cenderung meningkat

Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote

Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan

luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga

pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian

utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di

Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan

31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003

dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun

2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004

yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total

luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya

yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005

terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18

menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah

potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya

potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka

tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah

serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada

Produktivitas

Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa

pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per

desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa

atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat

produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak

cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan

rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja

yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu

berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat

mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah

jumlah tenaga kerja

Sumber Daya Manusia (SDM)

Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005

terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote

Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat

di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada

umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang

atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau

Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam

sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang

tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan

budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu

keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha

budidaya rumput laut

Jenis dan Metode Budidaya

Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote

adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga

eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut

(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)

melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan

lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya

yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran

air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan

Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif

luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat

surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu

pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari

yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang

cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut

Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT

yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya

long line disamping paling murah dalam investasi juga paling

sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga

relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun

demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga

memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin

yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin

cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan

Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin

namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani

karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian

pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang

terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus

gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar

Tingkat Produksi

Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke

tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari

produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton

pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086

ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain

disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani

rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan

atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan

pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap

rumput laut pasca panen

Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya

yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang

meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan

binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani

Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut

adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk

memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah

terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang

rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani

Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh

kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)

akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun

demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun

tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan

sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan

tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah

yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat

diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar

Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 21: KARYA TULIS ETANOL

statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975

namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak

diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun

1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan

budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata

Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari

sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini

menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara

komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana

terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun

2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton

meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)

Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan

diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi

negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja

yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja

serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan

Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut

sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan

Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma

Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut

Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam

(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau

(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung

Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta

(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur

(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh

hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa

Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara

Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere

Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo

Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan

Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku

(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)

Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya

tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la

melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu

gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir

diseluruh perairan Indonesia

Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao

Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan

oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut

mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-

daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah

cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan

potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri

pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan

beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang

belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim

seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah

secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan

mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan

tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara

intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat

Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan

lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu

1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam

investasi maupun opersionalnya

2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup

sederhana

3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya

tingkat pengembaliannya cukup cepat

4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan

cenderung meningkat

Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote

Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan

luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga

pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian

utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di

Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan

31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003

dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun

2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004

yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total

luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya

yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005

terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18

menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah

potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya

potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka

tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah

serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada

Produktivitas

Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa

pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per

desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa

atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat

produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak

cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan

rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja

yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu

berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat

mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah

jumlah tenaga kerja

Sumber Daya Manusia (SDM)

Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005

terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote

Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat

di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada

umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang

atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau

Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam

sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang

tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan

budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu

keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha

budidaya rumput laut

Jenis dan Metode Budidaya

Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote

adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga

eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut

(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)

melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan

lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya

yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran

air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan

Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif

luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat

surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu

pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari

yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang

cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut

Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT

yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya

long line disamping paling murah dalam investasi juga paling

sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga

relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun

demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga

memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin

yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin

cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan

Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin

namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani

karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian

pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang

terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus

gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar

Tingkat Produksi

Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke

tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari

produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton

pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086

ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain

disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani

rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan

atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan

pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap

rumput laut pasca panen

Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya

yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang

meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan

binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani

Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut

adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk

memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah

terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang

rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani

Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh

kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)

akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun

demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun

tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan

sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan

tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah

yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat

diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar

Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 22: KARYA TULIS ETANOL

Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta

(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur

(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh

hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa

Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara

Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere

Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo

Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan

Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku

(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)

Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya

tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la

melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu

gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir

diseluruh perairan Indonesia

Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao

Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan

oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut

mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-

daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah

cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan

potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri

pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan

beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang

belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim

seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah

secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan

mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan

tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara

intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat

Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan

lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu

1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam

investasi maupun opersionalnya

2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup

sederhana

3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya

tingkat pengembaliannya cukup cepat

4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan

cenderung meningkat

Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote

Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan

luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga

pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian

utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di

Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan

31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003

dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun

2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004

yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total

luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya

yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005

terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18

menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah

potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya

potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka

tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah

serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada

Produktivitas

Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa

pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per

desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa

atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat

produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak

cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan

rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja

yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu

berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat

mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah

jumlah tenaga kerja

Sumber Daya Manusia (SDM)

Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005

terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote

Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat

di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada

umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang

atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau

Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam

sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang

tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan

budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu

keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha

budidaya rumput laut

Jenis dan Metode Budidaya

Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote

adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga

eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut

(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)

melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan

lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya

yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran

air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan

Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif

luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat

surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu

pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari

yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang

cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut

Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT

yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya

long line disamping paling murah dalam investasi juga paling

sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga

relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun

demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga

memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin

yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin

cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan

Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin

namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani

karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian

pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang

terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus

gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar

Tingkat Produksi

Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke

tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari

produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton

pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086

ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain

disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani

rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan

atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan

pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap

rumput laut pasca panen

Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya

yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang

meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan

binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani

Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut

adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk

memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah

terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang

rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani

Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh

kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)

akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun

demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun

tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan

sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan

tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah

yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat

diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar

Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 23: KARYA TULIS ETANOL

seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah

secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan

mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan

tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara

intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat

Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan

lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu

1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam

investasi maupun opersionalnya

2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup

sederhana

3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya

tingkat pengembaliannya cukup cepat

4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan

cenderung meningkat

Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote

Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan

luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga

pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian

utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di

Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan

31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003

dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun

2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004

yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total

luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya

yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005

terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18

menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah

potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya

potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka

tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah

serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada

Produktivitas

Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa

pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per

desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa

atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat

produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak

cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan

rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja

yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu

berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat

mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah

jumlah tenaga kerja

Sumber Daya Manusia (SDM)

Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005

terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote

Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat

di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada

umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang

atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau

Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam

sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang

tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan

budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu

keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha

budidaya rumput laut

Jenis dan Metode Budidaya

Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote

adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga

eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut

(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)

melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan

lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya

yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran

air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan

Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif

luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat

surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu

pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari

yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang

cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut

Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT

yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya

long line disamping paling murah dalam investasi juga paling

sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga

relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun

demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga

memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin

yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin

cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan

Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin

namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani

karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian

pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang

terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus

gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar

Tingkat Produksi

Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke

tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari

produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton

pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086

ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain

disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani

rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan

atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan

pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap

rumput laut pasca panen

Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya

yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang

meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan

binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani

Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut

adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk

memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah

terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang

rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani

Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh

kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)

akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun

demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun

tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan

sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan

tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah

yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat

diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar

Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 24: KARYA TULIS ETANOL

luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya

yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005

terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18

menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah

potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya

potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka

tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah

serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada

Produktivitas

Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa

pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per

desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa

atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat

produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak

cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan

rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja

yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu

berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat

mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah

jumlah tenaga kerja

Sumber Daya Manusia (SDM)

Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005

terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote

Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat

di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada

umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang

atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau

Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam

sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang

tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan

budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu

keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha

budidaya rumput laut

Jenis dan Metode Budidaya

Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote

adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga

eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut

(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)

melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan

lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya

yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran

air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan

Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif

luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat

surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu

pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari

yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang

cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut

Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT

yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya

long line disamping paling murah dalam investasi juga paling

sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga

relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun

demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga

memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin

yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin

cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan

Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin

namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani

karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian

pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang

terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus

gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar

Tingkat Produksi

Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke

tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari

produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton

pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086

ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain

disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani

rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan

atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan

pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap

rumput laut pasca panen

Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya

yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang

meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan

binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani

Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut

adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk

memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah

terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang

rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani

Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh

kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)

akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun

demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun

tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan

sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan

tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah

yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat

diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar

Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 25: KARYA TULIS ETANOL

di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada

umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang

atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau

Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam

sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang

tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan

budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu

keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha

budidaya rumput laut

Jenis dan Metode Budidaya

Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote

adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga

eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut

(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)

melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan

lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya

yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran

air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan

Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif

luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat

surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu

pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari

yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang

cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut

Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT

yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya

long line disamping paling murah dalam investasi juga paling

sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga

relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun

demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga

memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin

yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin

cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan

Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin

namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani

karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian

pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang

terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus

gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar

Tingkat Produksi

Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke

tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari

produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton

pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086

ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain

disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani

rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan

atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan

pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap

rumput laut pasca panen

Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya

yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang

meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan

binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani

Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut

adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk

memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah

terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang

rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani

Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh

kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)

akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun

demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun

tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan

sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan

tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah

yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat

diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar

Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 26: KARYA TULIS ETANOL

Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT

yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya

long line disamping paling murah dalam investasi juga paling

sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga

relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun

demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga

memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin

yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin

cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan

Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin

namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani

karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian

pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang

terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus

gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar

Tingkat Produksi

Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke

tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari

produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton

pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086

ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain

disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani

rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan

atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan

pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap

rumput laut pasca panen

Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya

yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang

meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan

binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani

Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut

adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk

memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah

terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang

rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani

Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh

kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)

akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun

demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun

tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan

sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan

tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah

yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat

diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar

Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 27: KARYA TULIS ETANOL

pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap

rumput laut pasca panen

Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya

yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang

meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan

binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani

Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut

adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk

memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah

terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang

rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani

Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh

kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)

akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun

demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun

tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan

sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan

tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah

yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat

diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar

Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 28: KARYA TULIS ETANOL

Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT

khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara

kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai

tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering

baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami

peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain

permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga

jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp

600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp

5000kg pada tahun 2006

Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote

jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar

Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh

posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap

cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari

ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha

budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan

Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain

pemasaran biaya produksi dan kendala produksi

Kendala Produksi

Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya

rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala

untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh

petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 29: KARYA TULIS ETANOL

tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk

masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah

harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat

ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih

kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama

rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar

dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam

kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat

kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran

petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut

kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain

Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan

tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi

petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk

Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah

harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga

yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini

petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang

akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab

sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan

jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang

sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana

biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami

peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain

halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak

(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 30: KARYA TULIS ETANOL

fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi

tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau

menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya

Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap

pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)

Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri

Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian

menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini

beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari

pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol

Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan

kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari

Sifat Fisika dan Kimia

Bahan Baku Utama

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Air 278

Karbohidrat 333

Protein 54

Lemak 86

Abu 2225

Serat kasar 3

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 31: KARYA TULIS ETANOL

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Selulosa 20

Hemiselulosa 70

Lignin 10

Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut

(wwwgooglecom)

Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)

Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)

Batang bentuk batang tidak berstruktur

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)

Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa

adalah sebagai berikut

Sifat fisika hemiselulosa

- Mempunyai serat dengan warna putih

- Tidak larut dalam air dan organik lainnya

Sifat kimia hemiselulosa

- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)

- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa

- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat

Kegunaan Bioetanol

Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur

adalah sebagai berikut

Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 32: KARYA TULIS ETANOL

Digunakan dalam minuman keras

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri

Sebagai bahan bakar

Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb

Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10

etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama

dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000

Btugallon (Hunt 1981)

Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah

Sebagai bahan industri kimia

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa

kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat

etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

Produk

Produk Utama

Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)

Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18

Mudah terbakar

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 33: KARYA TULIS ETANOL

Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)

Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Spesific gravity 07851 pada suhu 200C

Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol

Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih

(Othmer 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah

sebagai berikut

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 34: KARYA TULIS ETANOL

Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara

dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia

ethanol dengan senyawa lain yaitu

Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida

C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O

Reaksi esterifikasi

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam

anhidrida atau asam halid

CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O

Dehidrasi

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether

CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O

2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Dehidrogenasi

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam

fase uap dengan bantuan bermacam katalis

CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2

Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 35: KARYA TULIS ETANOL

Produk Samping

a Karbon dioksida (CO2)

Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai

berikut

Rasa asam

Temperatur kritis = 311oC

Tekanan kritis = 734 kPa

Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C

Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter

Viskositas pada 250C = 0015 cp

Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 36: KARYA TULIS ETANOL

Panas latent penguapan = 1496 Btulb

Spesifik gravity 153 pada basis udara 1

Melting point ndash 5660C pada 52 atm

Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C

Larut dalam alkohol

Tidak berbau tidak berwarna

Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai

berikut

CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon

CO2 dapat bereaksi dengan H2

CO2 + H2 1048774 CO + H2O

CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik

urea untuk menghasilkan ammonium karbamat

CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4

b Lignin

Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Berupa padatan (amorf)

Berwarna cokelat

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)

Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat

Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)

dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c Xylose (C5H10O5)

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 37: KARYA TULIS ETANOL

Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

Berbentuk padatan berupa gula kayu

Berwarna

Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)

BM = 15013 gmol

Titik lebur = 144-145 0C

Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3

Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula

xylitol

Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi

dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid

yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium

sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno

1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat

dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan

karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering

rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register

polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan

berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 38: KARYA TULIS ETANOL

molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800

ribu (Deman 1989)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah

proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu

Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi

dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan

pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid

(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh

pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu

produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota

karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk

(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel

kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang

berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya

ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur

dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh

Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan

Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan

Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di

dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum

(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat

tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 39: KARYA TULIS ETANOL

10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang

dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu

6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama

ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)

bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi

90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar

sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar

sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama

ekstraksi 1 jam sebesar 18318

Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada

lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit

2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan

bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat

karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama

ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan

larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan

bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang

terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai

molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu

diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-

950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu

90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C

Sifat Dasar Karaginan

Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu

kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 40: KARYA TULIS ETANOL

banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat

karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan

stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan

1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat

larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam

natrium yang larut

2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)

Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C

3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas

Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda

karaginan akan membentuk dispersi

4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium

sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda

karaginan tidak dapat membentuk gel

5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada

pH asam karaginan akan terhidrolisis

J SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah

1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam

negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan

menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang

ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat

sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan

masyarakat

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 41: KARYA TULIS ETANOL

2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol

mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengolahan limbah hasil laut

K DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor

Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya

Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97

Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur

Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta

Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp

Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93

Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama

Page 42: KARYA TULIS ETANOL

Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11

Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama