A. JUDUL Pemanfaatan Limbah Rumput Laut Eucheuma sp Di Kabupaten Rote Ndao Menjadi Produk Bioetanol Untuk Meningkatkan Nilai Ekonomis Dan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir B. LATAR BELAKANG MASALAH Sejak lima tahun terakhir Indonesia mengalami penurunan produksi minyak nasional yang disebabkan menurunnya secara alamiah (natural decline) cadangan minyak pada sumur-sumur yang berproduksi. Di lain pihak, pertambahan jumlah penduduk telah meningkatkan kebutuhan sarana transportasi dan aktivitas industri yang berakibat pada peningkatan kebutuhan dan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional. Untuk memenuhi kebutuhan BBM tersebut, pemerintah mengimpor sebagian BBM. Menurut Ditjen Migas, impor BBM terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 106,9 juta barrel pada 2002 menjadi 116,2 juta barrel pada 2003 dan 154,4 juta barrel pada 2004. Dilihat dari jenis BBM yang diimpor, minyak solar (ADO) merupakan volume impor terbesar setiap tahunnya. Pada 2002, impor BBM jenis ini mencapai 60,6 juta barrel atau 56,7% dari total, kemudian meningkat menjadi 61,1 juta barrel pada 2003 dan 77,6 juta barrel pada 2004. Melihat kondisi tersebut, pemerintah telah mengumumkan rencana untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada bahan bakar minyak, dengan meluncurkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
A JUDUL
Pemanfaatan Limbah Rumput Laut Eucheuma sp Di Kabupaten Rote Ndao
Menjadi Produk Bioetanol Untuk Meningkatkan Nilai Ekonomis Dan
Kesejahteraan Masyarakat Pesisir
B LATAR BELAKANG MASALAH
Sejak lima tahun terakhir Indonesia mengalami penurunan
produksi minyak nasional yang disebabkan menurunnya secara
alamiah (natural decline) cadangan minyak pada sumur-sumur yang
berproduksi Di lain pihak pertambahan jumlah penduduk telah
meningkatkan kebutuhan sarana transportasi dan aktivitas industri
yang berakibat pada peningkatan kebutuhan dan konsumsi Bahan
Bakar Minyak (BBM) nasional Untuk memenuhi kebutuhan BBM
tersebut pemerintah mengimpor sebagian BBM Menurut Ditjen
Migas impor BBM terus mengalami peningkatan yang cukup
signifikan dari 1069 juta barrel pada 2002 menjadi 1162 juta
barrel pada 2003 dan 1544 juta barrel pada 2004 Dilihat dari
jenis BBM yang diimpor minyak solar (ADO) merupakan volume impor
terbesar setiap tahunnya Pada 2002 impor BBM jenis ini mencapai
606 juta barrel atau 567 dari total kemudian meningkat
menjadi 611 juta barrel pada 2003 dan 776 juta barrel pada
2004
Melihat kondisi tersebut pemerintah telah mengumumkan
rencana untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada bahan
bakar minyak dengan meluncurkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional
untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti
Bahan Bakar Minyak Walapun kebijakan tersebut menekankan
penggunaan batu bara dan gas sebagai pengganti BBM kebijakan
tersebut juga menetapkan sumber daya yang dapat diperbaharui
seperti bahan bakar nabati sebagai alternatif pengganti BBM
Kebutuhan nasional untuk mewujudkan bahan bakar nabati
sedikitnya 18 miliar liter per tahun Akan tetapi keterbatasan
bahan baku menjadi kendala utama karena harus berbagi dengan
berbagai industri lain Industri yang menggunakan etanol misalnya
saja kosmetik farmasi sampai kimia Industri Etanol mempunyai
prospek yang sangat bagus di Indonesia karena kebutuhan etanol
di Indonesia terus mengalami peningkatan Hal ini tidak diimbangi
dengan kapasitas produksi industri etanol di Indonesia yang
hanya berjumlah sekitar 9 industri Akan tetapi saat ini banyak
produsen yang menghasilkan bioetanol dengan kemurnian di bawah
95 Sebetulnya bioetanol berkadar kemurnian 95 masih layak
dimanfaatkan sebagai bahan bakar Hanya saja dengan kadar
kemurnian itu perlu penambahan zat antikorosif pada tangki bahan
bakar agar tidak menimbulkan karat Karena penggunaan bahan bakar
alternatif ini menjadi salah satu pilihan yang diharapkan dapat
memenuhi permintaan kebutuhan bahan bakar yang semakin meningkat
maka perlu dikembangkan etanol dengan kadar yang lebih tinggi
lagi yaitu 996
Alkohol merupakan bahan kimia yang diproduksi dari bahan
baku tanaman yang mengandung selulosa seperti kayu cairan
buangan pabrik pulp dan tongkol biasanya disebut dengan
bioethanol Ubi kayu ubi jalar dan jagung merupakan tanaman
pangan yang biasa ditanam rakyat hampir di seluruh wilayah
Indonesia sedangkan ampas rumput yang merupakan limbah dari
pembuatan agar-agar lebih ramah lingkungan karena termasuk
memanfaatkan limbah
Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan panjang
garis pantai sekitar 81000 km merupakan kawasan pesisir dan
lautan yang memiliki berbagai sumberdaya hayati yang sangat besar
dan beragam Salah satu komoditi perairan Indonesia yang sangat
berpotensi untuk dikembangkan adalah rumput laut Namun tidak
semua hasil panen Eucheuma cottonii dapat diekspor sebagai bahan
baku kosmetik dan bahan makanan karena ada saja bagian ndash bagian
yang tidak masuk kedalam kriteria kelayakan sebagai bahan baku
untuk diekspor Sisa hasil panen ini ada yang terserang penyakit
pertumbuhannya terhambat karena kurangnya nutrisi yang sangat
dibutuhkan dalam masa pertumbuhan serangan gulma serta adanya
serangan predator luar seperti ikan yang merusak pertumbuhan
Eucheuma cottonii
Beberapa penelitian sebelumnya telah membahas tentang
pemanfaatan alga sebagai bahan bakar alternatif salah satunya
adalah penelitian dari Jorge Alberto Vieira Costa dan Michele
Greque de Morais dari Laboratory of Biochemical Engineering
College of Chemistry and Food Engineering Federal University of
Rio Grande Brazil (2010) yang melaporkan bahwa mikroalga
ternyata dapat dijadikan sebagai sumber bahan baku utama dalam
pembuatan biofuel pengganti energi fosil karena ramah lingkungan
dan mampu mengurangi emisi gas karbondioksida yang berdampak pada
efek rumah kaca dan pemanasan global
Selanjutnya ada pula hasil penelitian sebelumnya tentang
rumput laut dari jenis Eucheuma cottonii yaitu dari hasil
penelitian Luthfy (1988) yang melaporkan bahwa rumput laut jenis
Eucheuma cottonii ternyata mengandung kadar abu 1992 protein
280 lemak 178 serat kasar 702 dan mengandung
karbohidrat yang cukup tinggi yaitu sekitar 6848 Adanya
lignin dalam bahan berselulosa ini akan menghambat aktifitas
enzim yang terdapat didalam ragi dalam proses pengkonversian gula
sederhana menjadi etanol Sehingga untuk meningkatkan proses
hidrolisis maka perlu dilakukan proses delignifikasi untuk
mendegradasi lignin dari struktur selulosa dengan menggunakan
bantuan senyawa katalis salah satu caranya adalah dengan
menggunakan katalis kimia berupa senyawa NaOH Dari hasil
sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai
dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai
grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri
Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995
vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar
industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade
ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar
untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous
supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus
mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade
akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi
gula (glukosa) larut air
H METODE PENULISAN
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini
merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka
serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan
berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku
penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan
online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan
ini
Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan
penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu
a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan
dengan teori dan pustaka yang mendukung
b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka
serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan
masalah berdasarkan perumusan masalah
c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian
menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan
untuk kesempurnaan penulisan berikutnya
Analisis dan Sintesis Data
Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap
antara lain
1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data
yang diperlukan
2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah
ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang
perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan
kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep
berdasarkan pustaka yang relevan
3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek
penulisan
4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada
kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah
Pengambilan Simpulan
Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan
sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan
karya tulis ini
Perumusan Rekomendasi Saran
Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau
prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah
diadopsi oleh masyarakat
I HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang
tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1
mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif
stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga
mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang
relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil
memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa
mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas
yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga
usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong
jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga
kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan
pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya
Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan
pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis
rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan
industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan
kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas
yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk
pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor
Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut
menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami
dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan
produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru
dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam
statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975
namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak
diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun
1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan
budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata
Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari
sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini
menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara
komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana
terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun
2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton
meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)
Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan
diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi
negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja
yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja
serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan
Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut
sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan
Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma
Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut
Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam
(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau
(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung
Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta
(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur
(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh
hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa
Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara
Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere
Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan
Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku
(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)
Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya
tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la
melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu
gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir
diseluruh perairan Indonesia
Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao
Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan
oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut
mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-
daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah
cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan
potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri
pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan
beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang
belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim
seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah
secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan
mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan
tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara
intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat
Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan
lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu
1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam
investasi maupun opersionalnya
2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup
sederhana
3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya
tingkat pengembaliannya cukup cepat
4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan
cenderung meningkat
Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote
Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan
luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga
pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian
utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di
Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan
31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003
dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun
2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004
yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total
luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya
yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005
terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18
menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah
potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya
potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka
tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah
serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada
Produktivitas
Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa
pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per
desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa
atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat
produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak
cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan
rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja
yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu
berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah
jumlah tenaga kerja
Sumber Daya Manusia (SDM)
Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005
terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote
Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat
di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada
umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang
atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau
Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam
sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang
tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan
budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu
keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha
budidaya rumput laut
Jenis dan Metode Budidaya
Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote
adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga
eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut
(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)
melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan
lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya
yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran
air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan
Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif
luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat
surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu
pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari
yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang
cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut
Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT
yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya
long line disamping paling murah dalam investasi juga paling
sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga
relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun
demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga
memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin
yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin
cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan
Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin
namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani
karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian
pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang
terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus
gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar
Tingkat Produksi
Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke
tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari
produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton
pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086
ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain
disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani
rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan
atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan
pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap
rumput laut pasca panen
Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya
yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang
meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan
binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani
Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut
adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk
memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah
terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang
rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani
Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)
akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun
demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun
tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan
sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan
tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah
yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat
diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar
Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti
Bahan Bakar Minyak Walapun kebijakan tersebut menekankan
penggunaan batu bara dan gas sebagai pengganti BBM kebijakan
tersebut juga menetapkan sumber daya yang dapat diperbaharui
seperti bahan bakar nabati sebagai alternatif pengganti BBM
Kebutuhan nasional untuk mewujudkan bahan bakar nabati
sedikitnya 18 miliar liter per tahun Akan tetapi keterbatasan
bahan baku menjadi kendala utama karena harus berbagi dengan
berbagai industri lain Industri yang menggunakan etanol misalnya
saja kosmetik farmasi sampai kimia Industri Etanol mempunyai
prospek yang sangat bagus di Indonesia karena kebutuhan etanol
di Indonesia terus mengalami peningkatan Hal ini tidak diimbangi
dengan kapasitas produksi industri etanol di Indonesia yang
hanya berjumlah sekitar 9 industri Akan tetapi saat ini banyak
produsen yang menghasilkan bioetanol dengan kemurnian di bawah
95 Sebetulnya bioetanol berkadar kemurnian 95 masih layak
dimanfaatkan sebagai bahan bakar Hanya saja dengan kadar
kemurnian itu perlu penambahan zat antikorosif pada tangki bahan
bakar agar tidak menimbulkan karat Karena penggunaan bahan bakar
alternatif ini menjadi salah satu pilihan yang diharapkan dapat
memenuhi permintaan kebutuhan bahan bakar yang semakin meningkat
maka perlu dikembangkan etanol dengan kadar yang lebih tinggi
lagi yaitu 996
Alkohol merupakan bahan kimia yang diproduksi dari bahan
baku tanaman yang mengandung selulosa seperti kayu cairan
buangan pabrik pulp dan tongkol biasanya disebut dengan
bioethanol Ubi kayu ubi jalar dan jagung merupakan tanaman
pangan yang biasa ditanam rakyat hampir di seluruh wilayah
Indonesia sedangkan ampas rumput yang merupakan limbah dari
pembuatan agar-agar lebih ramah lingkungan karena termasuk
memanfaatkan limbah
Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan panjang
garis pantai sekitar 81000 km merupakan kawasan pesisir dan
lautan yang memiliki berbagai sumberdaya hayati yang sangat besar
dan beragam Salah satu komoditi perairan Indonesia yang sangat
berpotensi untuk dikembangkan adalah rumput laut Namun tidak
semua hasil panen Eucheuma cottonii dapat diekspor sebagai bahan
baku kosmetik dan bahan makanan karena ada saja bagian ndash bagian
yang tidak masuk kedalam kriteria kelayakan sebagai bahan baku
untuk diekspor Sisa hasil panen ini ada yang terserang penyakit
pertumbuhannya terhambat karena kurangnya nutrisi yang sangat
dibutuhkan dalam masa pertumbuhan serangan gulma serta adanya
serangan predator luar seperti ikan yang merusak pertumbuhan
Eucheuma cottonii
Beberapa penelitian sebelumnya telah membahas tentang
pemanfaatan alga sebagai bahan bakar alternatif salah satunya
adalah penelitian dari Jorge Alberto Vieira Costa dan Michele
Greque de Morais dari Laboratory of Biochemical Engineering
College of Chemistry and Food Engineering Federal University of
Rio Grande Brazil (2010) yang melaporkan bahwa mikroalga
ternyata dapat dijadikan sebagai sumber bahan baku utama dalam
pembuatan biofuel pengganti energi fosil karena ramah lingkungan
dan mampu mengurangi emisi gas karbondioksida yang berdampak pada
efek rumah kaca dan pemanasan global
Selanjutnya ada pula hasil penelitian sebelumnya tentang
rumput laut dari jenis Eucheuma cottonii yaitu dari hasil
penelitian Luthfy (1988) yang melaporkan bahwa rumput laut jenis
Eucheuma cottonii ternyata mengandung kadar abu 1992 protein
280 lemak 178 serat kasar 702 dan mengandung
karbohidrat yang cukup tinggi yaitu sekitar 6848 Adanya
lignin dalam bahan berselulosa ini akan menghambat aktifitas
enzim yang terdapat didalam ragi dalam proses pengkonversian gula
sederhana menjadi etanol Sehingga untuk meningkatkan proses
hidrolisis maka perlu dilakukan proses delignifikasi untuk
mendegradasi lignin dari struktur selulosa dengan menggunakan
bantuan senyawa katalis salah satu caranya adalah dengan
menggunakan katalis kimia berupa senyawa NaOH Dari hasil
sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai
dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai
grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri
Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995
vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar
industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade
ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar
untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous
supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus
mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade
akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi
gula (glukosa) larut air
H METODE PENULISAN
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini
merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka
serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan
berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku
penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan
online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan
ini
Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan
penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu
a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan
dengan teori dan pustaka yang mendukung
b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka
serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan
masalah berdasarkan perumusan masalah
c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian
menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan
untuk kesempurnaan penulisan berikutnya
Analisis dan Sintesis Data
Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap
antara lain
1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data
yang diperlukan
2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah
ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang
perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan
kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep
berdasarkan pustaka yang relevan
3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek
penulisan
4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada
kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah
Pengambilan Simpulan
Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan
sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan
karya tulis ini
Perumusan Rekomendasi Saran
Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau
prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah
diadopsi oleh masyarakat
I HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang
tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1
mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif
stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga
mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang
relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil
memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa
mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas
yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga
usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong
jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga
kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan
pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya
Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan
pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis
rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan
industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan
kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas
yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk
pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor
Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut
menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami
dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan
produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru
dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam
statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975
namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak
diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun
1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan
budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata
Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari
sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini
menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara
komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana
terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun
2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton
meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)
Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan
diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi
negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja
yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja
serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan
Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut
sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan
Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma
Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut
Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam
(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau
(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung
Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta
(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur
(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh
hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa
Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara
Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere
Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan
Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku
(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)
Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya
tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la
melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu
gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir
diseluruh perairan Indonesia
Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao
Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan
oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut
mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-
daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah
cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan
potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri
pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan
beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang
belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim
seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah
secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan
mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan
tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara
intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat
Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan
lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu
1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam
investasi maupun opersionalnya
2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup
sederhana
3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya
tingkat pengembaliannya cukup cepat
4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan
cenderung meningkat
Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote
Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan
luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga
pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian
utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di
Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan
31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003
dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun
2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004
yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total
luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya
yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005
terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18
menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah
potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya
potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka
tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah
serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada
Produktivitas
Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa
pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per
desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa
atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat
produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak
cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan
rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja
yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu
berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah
jumlah tenaga kerja
Sumber Daya Manusia (SDM)
Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005
terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote
Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat
di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada
umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang
atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau
Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam
sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang
tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan
budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu
keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha
budidaya rumput laut
Jenis dan Metode Budidaya
Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote
adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga
eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut
(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)
melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan
lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya
yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran
air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan
Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif
luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat
surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu
pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari
yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang
cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut
Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT
yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya
long line disamping paling murah dalam investasi juga paling
sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga
relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun
demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga
memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin
yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin
cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan
Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin
namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani
karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian
pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang
terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus
gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar
Tingkat Produksi
Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke
tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari
produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton
pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086
ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain
disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani
rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan
atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan
pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap
rumput laut pasca panen
Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya
yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang
meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan
binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani
Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut
adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk
memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah
terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang
rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani
Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)
akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun
demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun
tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan
sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan
tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah
yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat
diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar
Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
bioethanol Ubi kayu ubi jalar dan jagung merupakan tanaman
pangan yang biasa ditanam rakyat hampir di seluruh wilayah
Indonesia sedangkan ampas rumput yang merupakan limbah dari
pembuatan agar-agar lebih ramah lingkungan karena termasuk
memanfaatkan limbah
Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan panjang
garis pantai sekitar 81000 km merupakan kawasan pesisir dan
lautan yang memiliki berbagai sumberdaya hayati yang sangat besar
dan beragam Salah satu komoditi perairan Indonesia yang sangat
berpotensi untuk dikembangkan adalah rumput laut Namun tidak
semua hasil panen Eucheuma cottonii dapat diekspor sebagai bahan
baku kosmetik dan bahan makanan karena ada saja bagian ndash bagian
yang tidak masuk kedalam kriteria kelayakan sebagai bahan baku
untuk diekspor Sisa hasil panen ini ada yang terserang penyakit
pertumbuhannya terhambat karena kurangnya nutrisi yang sangat
dibutuhkan dalam masa pertumbuhan serangan gulma serta adanya
serangan predator luar seperti ikan yang merusak pertumbuhan
Eucheuma cottonii
Beberapa penelitian sebelumnya telah membahas tentang
pemanfaatan alga sebagai bahan bakar alternatif salah satunya
adalah penelitian dari Jorge Alberto Vieira Costa dan Michele
Greque de Morais dari Laboratory of Biochemical Engineering
College of Chemistry and Food Engineering Federal University of
Rio Grande Brazil (2010) yang melaporkan bahwa mikroalga
ternyata dapat dijadikan sebagai sumber bahan baku utama dalam
pembuatan biofuel pengganti energi fosil karena ramah lingkungan
dan mampu mengurangi emisi gas karbondioksida yang berdampak pada
efek rumah kaca dan pemanasan global
Selanjutnya ada pula hasil penelitian sebelumnya tentang
rumput laut dari jenis Eucheuma cottonii yaitu dari hasil
penelitian Luthfy (1988) yang melaporkan bahwa rumput laut jenis
Eucheuma cottonii ternyata mengandung kadar abu 1992 protein
280 lemak 178 serat kasar 702 dan mengandung
karbohidrat yang cukup tinggi yaitu sekitar 6848 Adanya
lignin dalam bahan berselulosa ini akan menghambat aktifitas
enzim yang terdapat didalam ragi dalam proses pengkonversian gula
sederhana menjadi etanol Sehingga untuk meningkatkan proses
hidrolisis maka perlu dilakukan proses delignifikasi untuk
mendegradasi lignin dari struktur selulosa dengan menggunakan
bantuan senyawa katalis salah satu caranya adalah dengan
menggunakan katalis kimia berupa senyawa NaOH Dari hasil
sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai
dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai
grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri
Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995
vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar
industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade
ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar
untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous
supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus
mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade
akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi
gula (glukosa) larut air
H METODE PENULISAN
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini
merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka
serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan
berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku
penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan
online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan
ini
Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan
penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu
a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan
dengan teori dan pustaka yang mendukung
b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka
serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan
masalah berdasarkan perumusan masalah
c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian
menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan
untuk kesempurnaan penulisan berikutnya
Analisis dan Sintesis Data
Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap
antara lain
1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data
yang diperlukan
2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah
ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang
perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan
kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep
berdasarkan pustaka yang relevan
3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek
penulisan
4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada
kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah
Pengambilan Simpulan
Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan
sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan
karya tulis ini
Perumusan Rekomendasi Saran
Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau
prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah
diadopsi oleh masyarakat
I HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang
tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1
mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif
stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga
mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang
relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil
memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa
mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas
yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga
usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong
jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga
kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan
pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya
Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan
pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis
rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan
industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan
kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas
yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk
pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor
Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut
menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami
dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan
produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru
dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam
statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975
namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak
diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun
1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan
budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata
Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari
sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini
menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara
komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana
terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun
2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton
meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)
Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan
diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi
negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja
yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja
serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan
Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut
sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan
Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma
Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut
Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam
(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau
(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung
Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta
(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur
(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh
hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa
Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara
Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere
Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan
Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku
(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)
Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya
tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la
melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu
gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir
diseluruh perairan Indonesia
Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao
Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan
oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut
mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-
daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah
cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan
potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri
pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan
beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang
belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim
seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah
secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan
mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan
tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara
intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat
Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan
lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu
1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam
investasi maupun opersionalnya
2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup
sederhana
3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya
tingkat pengembaliannya cukup cepat
4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan
cenderung meningkat
Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote
Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan
luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga
pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian
utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di
Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan
31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003
dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun
2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004
yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total
luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya
yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005
terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18
menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah
potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya
potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka
tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah
serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada
Produktivitas
Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa
pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per
desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa
atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat
produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak
cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan
rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja
yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu
berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah
jumlah tenaga kerja
Sumber Daya Manusia (SDM)
Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005
terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote
Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat
di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada
umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang
atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau
Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam
sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang
tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan
budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu
keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha
budidaya rumput laut
Jenis dan Metode Budidaya
Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote
adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga
eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut
(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)
melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan
lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya
yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran
air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan
Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif
luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat
surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu
pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari
yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang
cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut
Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT
yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya
long line disamping paling murah dalam investasi juga paling
sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga
relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun
demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga
memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin
yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin
cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan
Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin
namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani
karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian
pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang
terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus
gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar
Tingkat Produksi
Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke
tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari
produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton
pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086
ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain
disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani
rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan
atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan
pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap
rumput laut pasca panen
Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya
yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang
meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan
binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani
Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut
adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk
memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah
terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang
rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani
Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)
akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun
demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun
tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan
sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan
tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah
yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat
diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar
Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
dan mampu mengurangi emisi gas karbondioksida yang berdampak pada
efek rumah kaca dan pemanasan global
Selanjutnya ada pula hasil penelitian sebelumnya tentang
rumput laut dari jenis Eucheuma cottonii yaitu dari hasil
penelitian Luthfy (1988) yang melaporkan bahwa rumput laut jenis
Eucheuma cottonii ternyata mengandung kadar abu 1992 protein
280 lemak 178 serat kasar 702 dan mengandung
karbohidrat yang cukup tinggi yaitu sekitar 6848 Adanya
lignin dalam bahan berselulosa ini akan menghambat aktifitas
enzim yang terdapat didalam ragi dalam proses pengkonversian gula
sederhana menjadi etanol Sehingga untuk meningkatkan proses
hidrolisis maka perlu dilakukan proses delignifikasi untuk
mendegradasi lignin dari struktur selulosa dengan menggunakan
bantuan senyawa katalis salah satu caranya adalah dengan
menggunakan katalis kimia berupa senyawa NaOH Dari hasil
sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai
dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai
grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri
Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995
vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar
industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade
ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar
untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous
supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus
mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade
akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi
gula (glukosa) larut air
H METODE PENULISAN
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini
merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka
serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan
berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku
penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan
online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan
ini
Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan
penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu
a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan
dengan teori dan pustaka yang mendukung
b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka
serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan
masalah berdasarkan perumusan masalah
c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian
menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan
untuk kesempurnaan penulisan berikutnya
Analisis dan Sintesis Data
Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap
antara lain
1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data
yang diperlukan
2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah
ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang
perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan
kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep
berdasarkan pustaka yang relevan
3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek
penulisan
4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada
kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah
Pengambilan Simpulan
Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan
sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan
karya tulis ini
Perumusan Rekomendasi Saran
Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau
prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah
diadopsi oleh masyarakat
I HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang
tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1
mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif
stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga
mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang
relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil
memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa
mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas
yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga
usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong
jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga
kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan
pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya
Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan
pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis
rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan
industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan
kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas
yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk
pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor
Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut
menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami
dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan
produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru
dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam
statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975
namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak
diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun
1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan
budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata
Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari
sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini
menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara
komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana
terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun
2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton
meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)
Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan
diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi
negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja
yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja
serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan
Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut
sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan
Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma
Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut
Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam
(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau
(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung
Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta
(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur
(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh
hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa
Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara
Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere
Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan
Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku
(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)
Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya
tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la
melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu
gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir
diseluruh perairan Indonesia
Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao
Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan
oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut
mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-
daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah
cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan
potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri
pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan
beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang
belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim
seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah
secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan
mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan
tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara
intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat
Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan
lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu
1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam
investasi maupun opersionalnya
2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup
sederhana
3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya
tingkat pengembaliannya cukup cepat
4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan
cenderung meningkat
Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote
Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan
luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga
pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian
utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di
Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan
31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003
dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun
2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004
yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total
luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya
yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005
terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18
menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah
potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya
potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka
tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah
serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada
Produktivitas
Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa
pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per
desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa
atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat
produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak
cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan
rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja
yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu
berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah
jumlah tenaga kerja
Sumber Daya Manusia (SDM)
Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005
terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote
Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat
di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada
umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang
atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau
Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam
sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang
tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan
budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu
keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha
budidaya rumput laut
Jenis dan Metode Budidaya
Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote
adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga
eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut
(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)
melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan
lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya
yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran
air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan
Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif
luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat
surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu
pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari
yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang
cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut
Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT
yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya
long line disamping paling murah dalam investasi juga paling
sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga
relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun
demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga
memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin
yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin
cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan
Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin
namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani
karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian
pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang
terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus
gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar
Tingkat Produksi
Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke
tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari
produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton
pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086
ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain
disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani
rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan
atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan
pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap
rumput laut pasca panen
Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya
yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang
meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan
binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani
Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut
adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk
memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah
terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang
rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani
Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)
akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun
demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun
tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan
sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan
tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah
yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat
diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar
Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
lagi menjadi 1343700 ton Areal strategis yang dapat digunakan
untuk budidaya rumput laut di seluruh Indonesia adalah 21500 Ha
(Anonim 2007)
Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara wilayah
daratan dengan karakteristik daratannya dan wilayah lautan dengan
karakteristik lautannya dan membawa dampak yang cukup signifikan
terhadap pembentukan karakteristik wilayah sendiri yang lebih
khas Kekhasannya ini tidak hanya berlaku pada karakteristik
sumber daya manusia dan kelembagaan sosial yang terdapat di
sekitarnya
C PERUMUSAN MASALAH
Krisis energi yang terjadi di berbagai negara di belahan
dunia saat ini sudah memasuki tahapan yang sangat serius dan
memprihatinkan sehingga harus segera dicari metode pemecahan
masalahnya termasuk Indonesia Menurut data PDSI (2008) saat
ini sumber energi dunia masih didominasi oleh sumber daya alam
yang tidak terbarukan antara lain minyak bumi batubara dan gas
alam yakni sekitar 801 dimana masing-masing penggunaanya
adalah olahan minyak bumi sebesar 3503 batubara sebanyak
2459 dan gas alam sekitar 2044 Sumber energi terbarukan
lainnya tetapi mengandung resiko yang cukup tinggi adalah energi
nuklir yaitu sekitar 63 Dilain pihak sumber energy yang
terbarukan lainnya baru dikembangkan sekitar 136 terutama
biomassa tradisional yaitu hanya sekitar 85 saja
Meningkatnya penggunaan etanol sebagai salah satu sumber
energi alternatif akan meningkatkan permintaan bahan baku
Mengingat hingga saat ini teknologi proses pembuatan etanol yang
telah mantap dikembangkan adalah teknologi starch - based (Sun
and Cheng 2002) maka dikhawatirkan akan terjadi kompetisi
antara ketersediaan bahan baku untuk pangan pakan dan untuk
sumber energi Selain itu untuk menggantikan semua kebutuhan
bahan bakar minyak dunia saat ini dengan etanol maka diperlukan
luas tanah lahan pertanian hutan dan lain-lain yang tak
terbatas
Apalagi jika melihat bahwa saat ini di berbagai negara
khususnya negara berkembang sudah menunjukkan indikasi adanya
krisis pangan dan energi sehingga sangatlah perlu untuk segera
dicari sumber bahan baku pembuatan etanol lain Sumber bahan baku
potensial yang ketersediaannya melimpah berharga murah belum
banyak dimanfaatkan orang dan mengandung
struktur gula sederhana yang dapat diubah menjadi etanol adalah
bahan-bahan berlignosellulosa yang dalam beberapa dekade
terakhir menjadi salah satu obyek penelitian yang menarik untuk
mengetahui potensi dari bahan ndash bahan lignoselulosa dalam
memproduksi etanol
Namun pembuatan etanol dari bahan berselulosa memerlukan
beberapa tahapan sebelum masuk pada tahapan fermentasi untuk
menghasilkan etanol Hal ini disebabkan karena struktur selulosa
yang lebih kompleks sehingga harus dirombak agar proses
fermentasi untuk menghasilkan etanol dapat berlangsung dengan
optimal Menurut Shofiyanto (2008) bahan selulosa pada limbah
dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbon untuk produksi etanol
dengan melakukan proses hidrolisis terlebih dahulu Proses
hidrolisis dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gula
sederhana yang kemudian difermentasi oleh khamir untuk
menghasilkan etanol
Persediaan bahan bakar mulai menipis sedangkan kebutuhan
energi semakin meningkat Untuk itu perlu dikembangkan energi
alternatif yang terbarukan Bioetanol salah satu energi yang
terbarukan Indonesia merupakan negara yang berpotensi besar
dalam pengembangan sumber energi yang terbarukan karena memiliki
sumber nabati yang melimpah seperti rumput laut Limbah
pengolahan rumput laut merupakan masalah yang perlu dicarikan
upaya pemanfaatannya yang lebih baik padahal kandungan dalam
limbah pengolahan tersebut masih dapat dimanfaatkan sehingga hal
ini diharapkan bukan saja memberikan nilai tambah pada usaha
pengolahan rumput laut selain itu dapat menanggulangi masalah
pencemaran lingkungan yang ditimbulkan terutama masalah bau yang
dikeluarkan serta estetika lingkungan yang kurang baik (Devis
2008)
D TUJUAN
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah
1 Mengenalkan potensi Kabupaten Rote Ndao sebagai penghasil
rumput laut yang sangat potensial dan memberikan kontribusi
yang besar terhadap produksi rumput laut nasional
2 Meningkatkan nilai ekonomis rumput laut melalui penerapan
teknologi sederhana menjadi produk bioetanol yang multiguna
E LUARAN YANG DIHARAPKAN
Luaran yang diharapkan dari penulisan karya tulis ini
adalah
1 Dapat dijadikan solusi alternatif penggunaan bahan bakar
nabati melalui pengolahan limbah rumput laut menjadi
bioetanol yang dapat diterapkan untuk mengurangi penggunaan
Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri
2 Dapat dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat pesisir
Pulau Rote melalui pengolahan rumput laut menjadi bioetanol
sehingga mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan
F KEGUNAAN
Kegunaan penulisan karya tulis ini adalah sebagai program
dan karya inovatif dan kreatif pemanfaatan rumput laut di sekitar
pantai laut di Kabupaten Rote Ndao menjadi produk bioetanol
yang potensial sebagai bahan bakar alternatif yang ramah
lingkungan
G TINJAUAN PUSTAKA
Definisi dan Morfologi Rumput laut (Eucheuma spinosum)
Rumput laut (seaweed) adalah ganggang berukuran besar
(macroalgae) yang merupakan tanaman tingkat rendah dan termasuk
kedalam divisi thallophyta Dari segi morfologinya rumput laut
tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar batang dan
daun Secara keseluruhan tanaman ini mempunyai morfologi yang
mirip walaupun sebenarnya berbeda Bentuk-bentuk tersebut
sebenarnya hanyalah thallus belaka Bentuk thallus rumput laut ada
bermacam-macam antara lain bulat seperti tabung pipih gepeng
dan bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya (Aslan 1998)
Thallophyta adalah tanaman yang morfologinya hanya terdiri
dari thallus tanaman ini tidak mempunyai akar batang dan daun
sejati Fungsi ketiga bagian tersebut digantikan oleh thallus
Tiga kelas utama rumput laut dari thallophyta adalah Rhodophyceae
sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai
dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai
grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri
Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995
vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar
industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade
ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar
untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous
supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus
mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade
akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi
gula (glukosa) larut air
H METODE PENULISAN
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini
merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka
serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan
berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku
penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan
online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan
ini
Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan
penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu
a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan
dengan teori dan pustaka yang mendukung
b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka
serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan
masalah berdasarkan perumusan masalah
c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian
menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan
untuk kesempurnaan penulisan berikutnya
Analisis dan Sintesis Data
Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap
antara lain
1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data
yang diperlukan
2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah
ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang
perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan
kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep
berdasarkan pustaka yang relevan
3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek
penulisan
4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada
kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah
Pengambilan Simpulan
Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan
sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan
karya tulis ini
Perumusan Rekomendasi Saran
Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau
prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah
diadopsi oleh masyarakat
I HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang
tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1
mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif
stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga
mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang
relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil
memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa
mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas
yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga
usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong
jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga
kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan
pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya
Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan
pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis
rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan
industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan
kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas
yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk
pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor
Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut
menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami
dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan
produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru
dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam
statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975
namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak
diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun
1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan
budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata
Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari
sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini
menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara
komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana
terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun
2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton
meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)
Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan
diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi
negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja
yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja
serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan
Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut
sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan
Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma
Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut
Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam
(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau
(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung
Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta
(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur
(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh
hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa
Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara
Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere
Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan
Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku
(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)
Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya
tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la
melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu
gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir
diseluruh perairan Indonesia
Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao
Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan
oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut
mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-
daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah
cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan
potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri
pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan
beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang
belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim
seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah
secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan
mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan
tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara
intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat
Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan
lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu
1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam
investasi maupun opersionalnya
2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup
sederhana
3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya
tingkat pengembaliannya cukup cepat
4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan
cenderung meningkat
Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote
Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan
luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga
pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian
utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di
Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan
31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003
dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun
2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004
yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total
luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya
yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005
terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18
menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah
potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya
potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka
tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah
serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada
Produktivitas
Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa
pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per
desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa
atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat
produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak
cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan
rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja
yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu
berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah
jumlah tenaga kerja
Sumber Daya Manusia (SDM)
Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005
terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote
Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat
di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada
umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang
atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau
Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam
sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang
tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan
budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu
keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha
budidaya rumput laut
Jenis dan Metode Budidaya
Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote
adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga
eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut
(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)
melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan
lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya
yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran
air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan
Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif
luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat
surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu
pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari
yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang
cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut
Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT
yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya
long line disamping paling murah dalam investasi juga paling
sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga
relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun
demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga
memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin
yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin
cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan
Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin
namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani
karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian
pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang
terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus
gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar
Tingkat Produksi
Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke
tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari
produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton
pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086
ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain
disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani
rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan
atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan
pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap
rumput laut pasca panen
Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya
yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang
meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan
binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani
Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut
adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk
memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah
terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang
rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani
Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)
akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun
demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun
tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan
sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan
tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah
yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat
diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar
Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
Meningkatnya penggunaan etanol sebagai salah satu sumber
energi alternatif akan meningkatkan permintaan bahan baku
Mengingat hingga saat ini teknologi proses pembuatan etanol yang
telah mantap dikembangkan adalah teknologi starch - based (Sun
and Cheng 2002) maka dikhawatirkan akan terjadi kompetisi
antara ketersediaan bahan baku untuk pangan pakan dan untuk
sumber energi Selain itu untuk menggantikan semua kebutuhan
bahan bakar minyak dunia saat ini dengan etanol maka diperlukan
luas tanah lahan pertanian hutan dan lain-lain yang tak
terbatas
Apalagi jika melihat bahwa saat ini di berbagai negara
khususnya negara berkembang sudah menunjukkan indikasi adanya
krisis pangan dan energi sehingga sangatlah perlu untuk segera
dicari sumber bahan baku pembuatan etanol lain Sumber bahan baku
potensial yang ketersediaannya melimpah berharga murah belum
banyak dimanfaatkan orang dan mengandung
struktur gula sederhana yang dapat diubah menjadi etanol adalah
bahan-bahan berlignosellulosa yang dalam beberapa dekade
terakhir menjadi salah satu obyek penelitian yang menarik untuk
mengetahui potensi dari bahan ndash bahan lignoselulosa dalam
memproduksi etanol
Namun pembuatan etanol dari bahan berselulosa memerlukan
beberapa tahapan sebelum masuk pada tahapan fermentasi untuk
menghasilkan etanol Hal ini disebabkan karena struktur selulosa
yang lebih kompleks sehingga harus dirombak agar proses
fermentasi untuk menghasilkan etanol dapat berlangsung dengan
optimal Menurut Shofiyanto (2008) bahan selulosa pada limbah
dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbon untuk produksi etanol
dengan melakukan proses hidrolisis terlebih dahulu Proses
hidrolisis dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gula
sederhana yang kemudian difermentasi oleh khamir untuk
menghasilkan etanol
Persediaan bahan bakar mulai menipis sedangkan kebutuhan
energi semakin meningkat Untuk itu perlu dikembangkan energi
alternatif yang terbarukan Bioetanol salah satu energi yang
terbarukan Indonesia merupakan negara yang berpotensi besar
dalam pengembangan sumber energi yang terbarukan karena memiliki
sumber nabati yang melimpah seperti rumput laut Limbah
pengolahan rumput laut merupakan masalah yang perlu dicarikan
upaya pemanfaatannya yang lebih baik padahal kandungan dalam
limbah pengolahan tersebut masih dapat dimanfaatkan sehingga hal
ini diharapkan bukan saja memberikan nilai tambah pada usaha
pengolahan rumput laut selain itu dapat menanggulangi masalah
pencemaran lingkungan yang ditimbulkan terutama masalah bau yang
dikeluarkan serta estetika lingkungan yang kurang baik (Devis
2008)
D TUJUAN
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah
1 Mengenalkan potensi Kabupaten Rote Ndao sebagai penghasil
rumput laut yang sangat potensial dan memberikan kontribusi
yang besar terhadap produksi rumput laut nasional
2 Meningkatkan nilai ekonomis rumput laut melalui penerapan
teknologi sederhana menjadi produk bioetanol yang multiguna
E LUARAN YANG DIHARAPKAN
Luaran yang diharapkan dari penulisan karya tulis ini
adalah
1 Dapat dijadikan solusi alternatif penggunaan bahan bakar
nabati melalui pengolahan limbah rumput laut menjadi
bioetanol yang dapat diterapkan untuk mengurangi penggunaan
Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri
2 Dapat dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat pesisir
Pulau Rote melalui pengolahan rumput laut menjadi bioetanol
sehingga mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan
F KEGUNAAN
Kegunaan penulisan karya tulis ini adalah sebagai program
dan karya inovatif dan kreatif pemanfaatan rumput laut di sekitar
pantai laut di Kabupaten Rote Ndao menjadi produk bioetanol
yang potensial sebagai bahan bakar alternatif yang ramah
lingkungan
G TINJAUAN PUSTAKA
Definisi dan Morfologi Rumput laut (Eucheuma spinosum)
Rumput laut (seaweed) adalah ganggang berukuran besar
(macroalgae) yang merupakan tanaman tingkat rendah dan termasuk
kedalam divisi thallophyta Dari segi morfologinya rumput laut
tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar batang dan
daun Secara keseluruhan tanaman ini mempunyai morfologi yang
mirip walaupun sebenarnya berbeda Bentuk-bentuk tersebut
sebenarnya hanyalah thallus belaka Bentuk thallus rumput laut ada
bermacam-macam antara lain bulat seperti tabung pipih gepeng
dan bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya (Aslan 1998)
Thallophyta adalah tanaman yang morfologinya hanya terdiri
dari thallus tanaman ini tidak mempunyai akar batang dan daun
sejati Fungsi ketiga bagian tersebut digantikan oleh thallus
Tiga kelas utama rumput laut dari thallophyta adalah Rhodophyceae
sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai
dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai
grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri
Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995
vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar
industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade
ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar
untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous
supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus
mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade
akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi
gula (glukosa) larut air
H METODE PENULISAN
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini
merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka
serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan
berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku
penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan
online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan
ini
Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan
penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu
a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan
dengan teori dan pustaka yang mendukung
b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka
serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan
masalah berdasarkan perumusan masalah
c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian
menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan
untuk kesempurnaan penulisan berikutnya
Analisis dan Sintesis Data
Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap
antara lain
1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data
yang diperlukan
2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah
ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang
perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan
kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep
berdasarkan pustaka yang relevan
3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek
penulisan
4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada
kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah
Pengambilan Simpulan
Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan
sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan
karya tulis ini
Perumusan Rekomendasi Saran
Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau
prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah
diadopsi oleh masyarakat
I HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang
tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1
mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif
stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga
mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang
relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil
memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa
mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas
yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga
usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong
jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga
kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan
pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya
Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan
pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis
rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan
industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan
kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas
yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk
pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor
Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut
menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami
dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan
produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru
dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam
statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975
namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak
diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun
1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan
budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata
Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari
sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini
menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara
komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana
terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun
2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton
meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)
Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan
diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi
negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja
yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja
serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan
Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut
sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan
Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma
Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut
Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam
(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau
(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung
Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta
(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur
(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh
hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa
Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara
Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere
Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan
Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku
(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)
Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya
tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la
melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu
gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir
diseluruh perairan Indonesia
Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao
Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan
oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut
mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-
daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah
cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan
potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri
pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan
beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang
belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim
seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah
secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan
mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan
tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara
intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat
Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan
lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu
1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam
investasi maupun opersionalnya
2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup
sederhana
3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya
tingkat pengembaliannya cukup cepat
4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan
cenderung meningkat
Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote
Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan
luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga
pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian
utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di
Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan
31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003
dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun
2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004
yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total
luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya
yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005
terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18
menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah
potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya
potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka
tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah
serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada
Produktivitas
Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa
pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per
desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa
atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat
produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak
cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan
rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja
yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu
berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah
jumlah tenaga kerja
Sumber Daya Manusia (SDM)
Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005
terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote
Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat
di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada
umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang
atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau
Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam
sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang
tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan
budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu
keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha
budidaya rumput laut
Jenis dan Metode Budidaya
Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote
adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga
eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut
(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)
melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan
lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya
yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran
air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan
Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif
luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat
surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu
pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari
yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang
cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut
Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT
yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya
long line disamping paling murah dalam investasi juga paling
sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga
relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun
demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga
memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin
yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin
cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan
Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin
namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani
karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian
pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang
terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus
gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar
Tingkat Produksi
Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke
tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari
produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton
pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086
ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain
disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani
rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan
atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan
pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap
rumput laut pasca panen
Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya
yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang
meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan
binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani
Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut
adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk
memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah
terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang
rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani
Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)
akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun
demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun
tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan
sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan
tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah
yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat
diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar
Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
optimal Menurut Shofiyanto (2008) bahan selulosa pada limbah
dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbon untuk produksi etanol
dengan melakukan proses hidrolisis terlebih dahulu Proses
hidrolisis dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gula
sederhana yang kemudian difermentasi oleh khamir untuk
menghasilkan etanol
Persediaan bahan bakar mulai menipis sedangkan kebutuhan
energi semakin meningkat Untuk itu perlu dikembangkan energi
alternatif yang terbarukan Bioetanol salah satu energi yang
terbarukan Indonesia merupakan negara yang berpotensi besar
dalam pengembangan sumber energi yang terbarukan karena memiliki
sumber nabati yang melimpah seperti rumput laut Limbah
pengolahan rumput laut merupakan masalah yang perlu dicarikan
upaya pemanfaatannya yang lebih baik padahal kandungan dalam
limbah pengolahan tersebut masih dapat dimanfaatkan sehingga hal
ini diharapkan bukan saja memberikan nilai tambah pada usaha
pengolahan rumput laut selain itu dapat menanggulangi masalah
pencemaran lingkungan yang ditimbulkan terutama masalah bau yang
dikeluarkan serta estetika lingkungan yang kurang baik (Devis
2008)
D TUJUAN
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah
1 Mengenalkan potensi Kabupaten Rote Ndao sebagai penghasil
rumput laut yang sangat potensial dan memberikan kontribusi
yang besar terhadap produksi rumput laut nasional
2 Meningkatkan nilai ekonomis rumput laut melalui penerapan
teknologi sederhana menjadi produk bioetanol yang multiguna
E LUARAN YANG DIHARAPKAN
Luaran yang diharapkan dari penulisan karya tulis ini
adalah
1 Dapat dijadikan solusi alternatif penggunaan bahan bakar
nabati melalui pengolahan limbah rumput laut menjadi
bioetanol yang dapat diterapkan untuk mengurangi penggunaan
Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri
2 Dapat dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat pesisir
Pulau Rote melalui pengolahan rumput laut menjadi bioetanol
sehingga mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan
F KEGUNAAN
Kegunaan penulisan karya tulis ini adalah sebagai program
dan karya inovatif dan kreatif pemanfaatan rumput laut di sekitar
pantai laut di Kabupaten Rote Ndao menjadi produk bioetanol
yang potensial sebagai bahan bakar alternatif yang ramah
lingkungan
G TINJAUAN PUSTAKA
Definisi dan Morfologi Rumput laut (Eucheuma spinosum)
Rumput laut (seaweed) adalah ganggang berukuran besar
(macroalgae) yang merupakan tanaman tingkat rendah dan termasuk
kedalam divisi thallophyta Dari segi morfologinya rumput laut
tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar batang dan
daun Secara keseluruhan tanaman ini mempunyai morfologi yang
mirip walaupun sebenarnya berbeda Bentuk-bentuk tersebut
sebenarnya hanyalah thallus belaka Bentuk thallus rumput laut ada
bermacam-macam antara lain bulat seperti tabung pipih gepeng
dan bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya (Aslan 1998)
Thallophyta adalah tanaman yang morfologinya hanya terdiri
dari thallus tanaman ini tidak mempunyai akar batang dan daun
sejati Fungsi ketiga bagian tersebut digantikan oleh thallus
Tiga kelas utama rumput laut dari thallophyta adalah Rhodophyceae
sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai
dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai
grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri
Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995
vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar
industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade
ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar
untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous
supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus
mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade
akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi
gula (glukosa) larut air
H METODE PENULISAN
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini
merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka
serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan
berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku
penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan
online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan
ini
Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan
penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu
a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan
dengan teori dan pustaka yang mendukung
b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka
serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan
masalah berdasarkan perumusan masalah
c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian
menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan
untuk kesempurnaan penulisan berikutnya
Analisis dan Sintesis Data
Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap
antara lain
1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data
yang diperlukan
2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah
ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang
perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan
kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep
berdasarkan pustaka yang relevan
3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek
penulisan
4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada
kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah
Pengambilan Simpulan
Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan
sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan
karya tulis ini
Perumusan Rekomendasi Saran
Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau
prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah
diadopsi oleh masyarakat
I HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang
tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1
mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif
stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga
mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang
relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil
memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa
mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas
yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga
usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong
jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga
kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan
pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya
Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan
pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis
rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan
industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan
kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas
yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk
pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor
Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut
menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami
dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan
produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru
dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam
statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975
namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak
diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun
1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan
budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata
Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari
sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini
menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara
komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana
terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun
2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton
meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)
Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan
diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi
negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja
yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja
serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan
Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut
sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan
Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma
Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut
Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam
(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau
(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung
Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta
(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur
(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh
hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa
Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara
Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere
Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan
Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku
(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)
Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya
tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la
melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu
gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir
diseluruh perairan Indonesia
Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao
Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan
oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut
mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-
daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah
cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan
potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri
pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan
beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang
belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim
seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah
secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan
mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan
tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara
intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat
Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan
lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu
1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam
investasi maupun opersionalnya
2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup
sederhana
3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya
tingkat pengembaliannya cukup cepat
4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan
cenderung meningkat
Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote
Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan
luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga
pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian
utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di
Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan
31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003
dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun
2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004
yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total
luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya
yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005
terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18
menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah
potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya
potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka
tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah
serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada
Produktivitas
Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa
pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per
desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa
atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat
produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak
cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan
rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja
yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu
berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah
jumlah tenaga kerja
Sumber Daya Manusia (SDM)
Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005
terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote
Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat
di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada
umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang
atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau
Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam
sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang
tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan
budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu
keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha
budidaya rumput laut
Jenis dan Metode Budidaya
Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote
adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga
eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut
(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)
melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan
lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya
yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran
air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan
Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif
luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat
surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu
pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari
yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang
cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut
Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT
yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya
long line disamping paling murah dalam investasi juga paling
sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga
relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun
demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga
memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin
yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin
cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan
Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin
namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani
karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian
pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang
terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus
gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar
Tingkat Produksi
Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke
tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari
produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton
pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086
ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain
disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani
rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan
atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan
pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap
rumput laut pasca panen
Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya
yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang
meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan
binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani
Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut
adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk
memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah
terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang
rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani
Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)
akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun
demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun
tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan
sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan
tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah
yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat
diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar
Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
2 Meningkatkan nilai ekonomis rumput laut melalui penerapan
teknologi sederhana menjadi produk bioetanol yang multiguna
E LUARAN YANG DIHARAPKAN
Luaran yang diharapkan dari penulisan karya tulis ini
adalah
1 Dapat dijadikan solusi alternatif penggunaan bahan bakar
nabati melalui pengolahan limbah rumput laut menjadi
bioetanol yang dapat diterapkan untuk mengurangi penggunaan
Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri
2 Dapat dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat pesisir
Pulau Rote melalui pengolahan rumput laut menjadi bioetanol
sehingga mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan
F KEGUNAAN
Kegunaan penulisan karya tulis ini adalah sebagai program
dan karya inovatif dan kreatif pemanfaatan rumput laut di sekitar
pantai laut di Kabupaten Rote Ndao menjadi produk bioetanol
yang potensial sebagai bahan bakar alternatif yang ramah
lingkungan
G TINJAUAN PUSTAKA
Definisi dan Morfologi Rumput laut (Eucheuma spinosum)
Rumput laut (seaweed) adalah ganggang berukuran besar
(macroalgae) yang merupakan tanaman tingkat rendah dan termasuk
kedalam divisi thallophyta Dari segi morfologinya rumput laut
tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar batang dan
daun Secara keseluruhan tanaman ini mempunyai morfologi yang
mirip walaupun sebenarnya berbeda Bentuk-bentuk tersebut
sebenarnya hanyalah thallus belaka Bentuk thallus rumput laut ada
bermacam-macam antara lain bulat seperti tabung pipih gepeng
dan bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya (Aslan 1998)
Thallophyta adalah tanaman yang morfologinya hanya terdiri
dari thallus tanaman ini tidak mempunyai akar batang dan daun
sejati Fungsi ketiga bagian tersebut digantikan oleh thallus
Tiga kelas utama rumput laut dari thallophyta adalah Rhodophyceae
sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai
dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai
grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri
Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995
vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar
industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade
ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar
untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous
supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus
mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade
akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi
gula (glukosa) larut air
H METODE PENULISAN
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini
merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka
serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan
berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku
penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan
online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan
ini
Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan
penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu
a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan
dengan teori dan pustaka yang mendukung
b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka
serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan
masalah berdasarkan perumusan masalah
c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian
menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan
untuk kesempurnaan penulisan berikutnya
Analisis dan Sintesis Data
Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap
antara lain
1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data
yang diperlukan
2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah
ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang
perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan
kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep
berdasarkan pustaka yang relevan
3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek
penulisan
4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada
kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah
Pengambilan Simpulan
Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan
sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan
karya tulis ini
Perumusan Rekomendasi Saran
Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau
prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah
diadopsi oleh masyarakat
I HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang
tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1
mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif
stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga
mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang
relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil
memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa
mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas
yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga
usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong
jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga
kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan
pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya
Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan
pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis
rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan
industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan
kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas
yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk
pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor
Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut
menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami
dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan
produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru
dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam
statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975
namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak
diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun
1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan
budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata
Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari
sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini
menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara
komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana
terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun
2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton
meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)
Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan
diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi
negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja
yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja
serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan
Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut
sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan
Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma
Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut
Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam
(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau
(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung
Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta
(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur
(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh
hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa
Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara
Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere
Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan
Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku
(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)
Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya
tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la
melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu
gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir
diseluruh perairan Indonesia
Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao
Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan
oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut
mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-
daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah
cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan
potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri
pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan
beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang
belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim
seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah
secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan
mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan
tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara
intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat
Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan
lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu
1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam
investasi maupun opersionalnya
2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup
sederhana
3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya
tingkat pengembaliannya cukup cepat
4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan
cenderung meningkat
Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote
Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan
luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga
pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian
utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di
Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan
31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003
dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun
2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004
yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total
luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya
yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005
terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18
menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah
potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya
potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka
tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah
serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada
Produktivitas
Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa
pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per
desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa
atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat
produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak
cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan
rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja
yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu
berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah
jumlah tenaga kerja
Sumber Daya Manusia (SDM)
Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005
terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote
Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat
di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada
umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang
atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau
Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam
sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang
tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan
budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu
keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha
budidaya rumput laut
Jenis dan Metode Budidaya
Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote
adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga
eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut
(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)
melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan
lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya
yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran
air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan
Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif
luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat
surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu
pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari
yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang
cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut
Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT
yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya
long line disamping paling murah dalam investasi juga paling
sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga
relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun
demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga
memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin
yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin
cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan
Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin
namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani
karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian
pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang
terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus
gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar
Tingkat Produksi
Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke
tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari
produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton
pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086
ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain
disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani
rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan
atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan
pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap
rumput laut pasca panen
Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya
yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang
meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan
binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani
Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut
adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk
memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah
terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang
rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani
Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)
akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun
demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun
tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan
sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan
tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah
yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat
diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar
Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar batang dan
daun Secara keseluruhan tanaman ini mempunyai morfologi yang
mirip walaupun sebenarnya berbeda Bentuk-bentuk tersebut
sebenarnya hanyalah thallus belaka Bentuk thallus rumput laut ada
bermacam-macam antara lain bulat seperti tabung pipih gepeng
dan bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya (Aslan 1998)
Thallophyta adalah tanaman yang morfologinya hanya terdiri
dari thallus tanaman ini tidak mempunyai akar batang dan daun
sejati Fungsi ketiga bagian tersebut digantikan oleh thallus
Tiga kelas utama rumput laut dari thallophyta adalah Rhodophyceae
sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai
dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai
grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri
Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995
vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar
industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade
ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar
untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous
supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus
mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade
akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi
gula (glukosa) larut air
H METODE PENULISAN
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini
merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka
serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan
berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku
penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan
online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan
ini
Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan
penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu
a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan
dengan teori dan pustaka yang mendukung
b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka
serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan
masalah berdasarkan perumusan masalah
c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian
menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan
untuk kesempurnaan penulisan berikutnya
Analisis dan Sintesis Data
Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap
antara lain
1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data
yang diperlukan
2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah
ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang
perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan
kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep
berdasarkan pustaka yang relevan
3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek
penulisan
4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada
kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah
Pengambilan Simpulan
Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan
sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan
karya tulis ini
Perumusan Rekomendasi Saran
Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau
prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah
diadopsi oleh masyarakat
I HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang
tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1
mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif
stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga
mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang
relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil
memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa
mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas
yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga
usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong
jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga
kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan
pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya
Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan
pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis
rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan
industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan
kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas
yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk
pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor
Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut
menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami
dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan
produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru
dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam
statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975
namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak
diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun
1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan
budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata
Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari
sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini
menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara
komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana
terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun
2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton
meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)
Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan
diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi
negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja
yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja
serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan
Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut
sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan
Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma
Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut
Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam
(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau
(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung
Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta
(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur
(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh
hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa
Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara
Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere
Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan
Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku
(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)
Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya
tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la
melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu
gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir
diseluruh perairan Indonesia
Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao
Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan
oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut
mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-
daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah
cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan
potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri
pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan
beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang
belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim
seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah
secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan
mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan
tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara
intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat
Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan
lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu
1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam
investasi maupun opersionalnya
2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup
sederhana
3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya
tingkat pengembaliannya cukup cepat
4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan
cenderung meningkat
Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote
Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan
luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga
pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian
utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di
Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan
31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003
dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun
2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004
yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total
luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya
yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005
terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18
menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah
potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya
potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka
tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah
serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada
Produktivitas
Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa
pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per
desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa
atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat
produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak
cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan
rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja
yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu
berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah
jumlah tenaga kerja
Sumber Daya Manusia (SDM)
Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005
terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote
Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat
di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada
umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang
atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau
Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam
sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang
tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan
budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu
keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha
budidaya rumput laut
Jenis dan Metode Budidaya
Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote
adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga
eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut
(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)
melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan
lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya
yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran
air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan
Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif
luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat
surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu
pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari
yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang
cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut
Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT
yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya
long line disamping paling murah dalam investasi juga paling
sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga
relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun
demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga
memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin
yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin
cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan
Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin
namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani
karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian
pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang
terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus
gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar
Tingkat Produksi
Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke
tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari
produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton
pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086
ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain
disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani
rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan
atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan
pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap
rumput laut pasca panen
Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya
yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang
meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan
binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani
Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut
adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk
memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah
terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang
rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani
Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)
akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun
demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun
tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan
sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan
tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah
yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat
diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar
Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
permukaan laut Fotosintesa berlangsung tidak hanya dibantu oleh
sinar matahari tetapi juga oleh zat hara sebagai bahan
makanannya Tidak seperti tumbuhan pada umumnya yang zat haranya
tersedia di dalam tanah zat hara alga diperoleh dari air laut
sekitarnya Penyerapan zat hara dilakukan melalui seluruh bagian
tumbuhan dan zat hara bukan menjadi penghambat pertumbuhan rumput
laut Hal ini terjadi karena adanya sirkulasi yang baik dari zat
hara yang ada di darat dengan dibantu oleh gerakan air (Indriani
dan Sumiarsih 1991)
Eucheuma spinosum merupakan rumput laut dari kelompok
Rhodopyceae (alga merah) yang mampu menghasilkan karaginan
Eucheuma dikelompokkan menjadi beberapa spesies yaitu Eucheuma
edule Eucheuma spinosum Eucheuma cottoni Eucheuma cupressoideum dan masih
banyak lagi yang lain Kelompok Eucheuma yang dibudidayakan di
Indonesia masih sebatas pada Eucheuma cottoni dan Eucheuma spinosum
Eucheuma cottoni dapat menghasilkan kappa karaginan dan telah banyak
diteliti baik proses pengolahan maupun elastisitasnya
(Romimohtarto dan Juwana 2005)
Ciri-ciri dan Taksonomi Eucheuma spinosum
Rumput laut ini dikenal dengan nama daerah agar-agar Dalam
dunia perdagangan rumput laut ini dikenal dengan istilah
spinosum yang berarti duri yang tajam Rumput laut ini berwarna
cokelat tua hijau cokelat hijau kuning atau merah ungu Ciri-
ciri lainnya adalah memiliki thallus silindris lilin dan kenyal
(Sudradjat 2008) Eucheuma adalah alga merah yang biasa
ditemukan di bawah air surut rata-rata pada pasut bulan-setengah
Alga ini mempunyai thallus yang silindris berdaging dan kuat dengan
bintil-bintil atau duri-duri yang mencuat ke samping pada
beberapa jenis thallusnya licin Warna alganya ada yang tidak
merah tetapi hanya coklat kehijau-hijauan kotor atau abu-abu
dengan bercak merahDi Indonesia tercatat empat jenis yakni
Eucheuma spinosum Eucheuma edule Eucheuma alvarezii dan Eucheuma serra
(Romimohtarto dan Juwana 2005)
Cirindashciri dari genus Eucheuma sp yaitu thallus dan cabang-
cabangnya berbentuk silinder atau pipih Waktu masih hidup
warnanya hijau hingga kemerahan dan bila kering warnanya kuning
kecoklatan (Direktorat Jenderal Perikanan 1990) Ciri-ciri
rumput laut jenis Eucheuma spinosum yaitu thallus silindris
percabangan thallus berujung runcing atau tumpul dan ditumbuhi
nodulus (tonjolan-tonjolan) berupa duri lunak yang tersusun
berputar teratur mengelilingi cabang lebih banyak dari yang
terdapat pada Eucheuma cottonii Ciri-ciri lainnya mirip seperti
Eucheuma cottoni Jaringan tengah terdiri dari filamen tidak
berwarna serta dikelilingi oleh sel-sel besar lapisan korteks
dan lapisan epidermis (luar) Pembelahan sel terjadi pada bagian
apikal thallus (Anggadireja dkk 1986)
Eucheuma spinosum tumbuh melekat pada rataan terumbu karang
batu karang batua benda keras dan cangkang kerang Eucheuma
spinosum memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesis
sehingga hanya hidup pada lapisan fotik Habitat khas dari
Eucheuma adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang
tetap lebih menyukai variasi suhu harian yang kecil dan substrat
batu karang mati (Aslan 1998) Eucheuma spinosum termasuk dalam
kelas Rhodophyceae atau alga merah dengan klasifikasi sebagai
berikut
Kingdom Plantae
Divisi Rhodophyta
Kelas Rhodophyceae
Ordo Gigartinales
Famili Solieracea
Genus Eucheuma
Species Eucheuma spinosum
Ekologi dan Penyebaran Rumput Laut
Rumput laut tumbuh hampir diseluruh bagian hidrosfir sampai
batas kedalaman 200 meter Di kedalaman ini syarat hidup untuk
tanaman air masih memungkinkan Jenis rumput laut ada yang hidup
diperairan tropis subtropis dan diperairan dingin Di samping
itu ada beberapa jenis yang hidup kosmopolit seperti Ulva lactuca
Hypnea musciformis Colpomenia sinuosa dan Gracilaria verrucosa Rumput laut
hidup dengan cara menyerap zat makanan dari perairan dan
melakukan fotosintesis Jadi pertumbuhannya membutuhkan faktor-
faktor fisika dan kimia perairan seperti gerakan air suhu kadar
garam nitrat dan fosfat serta pencahayaan sinar matahari
(Puncomulyo 2006)
Beberapa jenis alga di Indonesia yang memiliki nilai ekonomi
yang tinggi yaitu Eucheuma sp salah satu jenis dari kelompok
alga merah terutama jenis alvarezii dan spinosum terdapat di perairan
Indonesia seperti Bali Pameungpeuk Sulawesi Selatan Sulawesi
utara dan Maluku (Satari1998)
Kadi dan Atmaja (1988) menambahkan bahwa pemanenan rumput
laut dapat dilakukan sekitar 1-3 bulan dari saat penanaman
Selanjutnya dikatakan bahwa persyaratan lingkungan yang harus
dipenuhi bagi budidaya Eucheuma adalah
a Substrat stabil terlindung dari ombak yang kuat dan umumnya
di daerah terumbu karang
b Tempat dan lingkungan perairan tidak mengalami pencemaran
c Kedalaman air pada waktu surut terendah 1- 30 cm
d Perairan dilalui arus tetap dari laut lepas sepanjang tahun
e Kecepatan arus antara 20 - 40 mmenit
f Jauh dari muara sungai
g Perairan tidak mengandung lumpur dan airnya jernih
h Suhu air berkisar 27ndash280C dan salinitas berkisar 30 -37 ppt
Rumput laut merupakan tumbuhan marine-macroalgae yang
merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang komersial dan
penting Rumput laut ini termasuk kelompok primitif dari tumbuhan
autotrofik tak berbunga (Thalophyta) yang tumbuh di perairan laut
intertidal dangkal dan kadang-kadang di bawah muka air hngga
kedalaman laut 100 m serta di perairan estuaria (Kaladharan dan
Kaliaperumal 1999) Struktur kerangka tubuhnya tidak berdaun
berbatang dan berakar sehingga semuanya terdiri atas batang
(thallus) sajaTumbuhan ini hidup di tempat-tempat berbatu atau
berkarang yang dijadikannya sebagai substrat tempat melekatkan
alat penempel rhizoid atau holdfast Rumput laut merupakan bahan baku
untuk pembuatan koloid seperti agar algin dan karaginan yang
sering digunakan dalam industri pangan kimia dan farmasi Rumput
laut mengandung protein vitamin mineral dan trace element Ada juga
rumput laut yang digunakan sebagai bahan makanan langsung
makanan temak sebagai pupuk bahan pembuat kertas dan bahan
obat-obatan (Sumpeno 2007)
Ampas Rumput Laut
Rumput laut merupakan bahan baku awal pembuatan agar-agar
adalah tanaman yang hanya perlu waktu 45 hari untuk memanennya
diperkirakan potensi budidaya rumput laut setiap tahun ada 12
juta hektar Pada 2001 terdapat 27847 ton rumput laut
Sedangkan limbah Industri agar-agar yang berupa ampas rumput laut
merupakan salah satu sumber bahan baku bioethanol yang potensial
karena kandungan selulosanya tinggi Selain itu satu pabrik
besar agar-agar dengan kapasitas produksi 80 ton per bulan dapat
menghasilkan limbah serat sebanyak 56 ton per bulan (Ujiani
2007)
Selain itu pertimbangan pemakaian ampas rumput laut sebagai
bahan baku proses produksi bioethanol juga didasarkan pada
pertimbangan ekonomi Pertimbangan keekonomian pengadaan bahan
baku tersebut bukan saja meliputi harga produksi tanaman sebagai
bahan baku tetapi juga meliputi biaya pengelolaan tanaman biaya
produksi pengadaan bahan baku dan biaya bahan baku untuk
memproduksi setiap liter ethanolbio-ethanol Memanfaatkan ampas
rumput laut sebagai bahan baku bioethanol dapat menghindari
persaingan antara pangan dengan BBN Oleh karena itu kita
berusaha memanfaatkan limbah ampas ini supaya mempunyai nilai
jual yang lebih tinggi Di Indonesia tercatat ada tiga pabrik
besar di daerah Pasuruan Jawa timur yaitu PT Agar Swallow
menghasilkan limbah sebanyak 672 tontahun PT Agar sehat makmut
lestari menghasilkan 189 tontahun dan juga CV Agar sari raya
menghasilkan 14 tontahun
Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan
sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dan merupakan salah
satu komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia
karena pemanfaatannya yang demikian luas dalam kehidupan sehari-
hari baik sebagai sumber pangan obat-obatan dan bahan baku
industri (Indriani dan Sumiarsih 1991)
Rumput laut juga dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia
yang dikandungnya sehingga dikenal rumput laut penghasil
karaginan (karagenofit) agar (agarofit) dan alginat (alginofit)
Berdasarkan cara pengelompokan tersebut maka ganggang merah
(Rhodophyceae) seperti Eucheuma sp dikelompokkan sebagai rumput
laut penghasil karaginan karena memiliki kadar karaginan yang
demikian tinggi sekitar 62-68 berat keringnya (Aslan 1998)
Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di sulawesi
selatan adalah Eucheuma spinosum Jenis ini mempunyai nilai
ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan dalam dunia
industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama
dengan agar-agar dan alginat yaitu karaginan dapat digunakan
sebagai bahan baku untuk industri farmasi kosmetik makanan dan
lain-lain (Mubarak dkk 1990) Eucheuma merupakan jenis rumput
laut yang banyak dicari oleh masyarakat Hal ini disebabkan
karena industri makanan kosmetika dan farmasi memerlukan
ldquocarrageeninrdquo yang terkandung dalam Eucheuma untuk dijadikan
sebagai bahan campuran (Nontji 2002) Karaginan merupakan
sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai
dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai
grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri
Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995
vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar
industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade
ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar
untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous
supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus
mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade
akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi
gula (glukosa) larut air
H METODE PENULISAN
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini
merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka
serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan
berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku
penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan
online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan
ini
Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan
penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu
a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan
dengan teori dan pustaka yang mendukung
b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka
serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan
masalah berdasarkan perumusan masalah
c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian
menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan
untuk kesempurnaan penulisan berikutnya
Analisis dan Sintesis Data
Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap
antara lain
1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data
yang diperlukan
2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah
ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang
perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan
kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep
berdasarkan pustaka yang relevan
3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek
penulisan
4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada
kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah
Pengambilan Simpulan
Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan
sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan
karya tulis ini
Perumusan Rekomendasi Saran
Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau
prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah
diadopsi oleh masyarakat
I HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang
tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1
mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif
stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga
mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang
relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil
memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa
mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas
yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga
usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong
jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga
kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan
pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya
Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan
pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis
rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan
industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan
kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas
yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk
pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor
Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut
menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami
dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan
produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru
dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam
statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975
namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak
diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun
1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan
budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata
Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari
sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini
menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara
komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana
terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun
2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton
meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)
Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan
diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi
negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja
yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja
serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan
Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut
sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan
Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma
Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut
Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam
(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau
(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung
Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta
(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur
(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh
hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa
Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara
Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere
Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan
Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku
(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)
Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya
tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la
melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu
gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir
diseluruh perairan Indonesia
Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao
Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan
oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut
mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-
daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah
cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan
potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri
pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan
beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang
belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim
seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah
secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan
mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan
tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara
intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat
Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan
lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu
1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam
investasi maupun opersionalnya
2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup
sederhana
3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya
tingkat pengembaliannya cukup cepat
4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan
cenderung meningkat
Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote
Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan
luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga
pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian
utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di
Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan
31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003
dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun
2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004
yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total
luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya
yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005
terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18
menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah
potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya
potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka
tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah
serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada
Produktivitas
Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa
pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per
desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa
atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat
produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak
cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan
rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja
yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu
berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah
jumlah tenaga kerja
Sumber Daya Manusia (SDM)
Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005
terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote
Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat
di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada
umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang
atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau
Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam
sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang
tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan
budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu
keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha
budidaya rumput laut
Jenis dan Metode Budidaya
Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote
adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga
eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut
(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)
melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan
lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya
yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran
air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan
Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif
luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat
surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu
pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari
yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang
cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut
Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT
yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya
long line disamping paling murah dalam investasi juga paling
sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga
relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun
demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga
memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin
yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin
cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan
Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin
namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani
karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian
pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang
terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus
gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar
Tingkat Produksi
Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke
tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari
produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton
pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086
ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain
disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani
rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan
atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan
pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap
rumput laut pasca panen
Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya
yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang
meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan
binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani
Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut
adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk
memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah
terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang
rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani
Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)
akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun
demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun
tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan
sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan
tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah
yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat
diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar
Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
ciri lainnya adalah memiliki thallus silindris lilin dan kenyal
(Sudradjat 2008) Eucheuma adalah alga merah yang biasa
ditemukan di bawah air surut rata-rata pada pasut bulan-setengah
Alga ini mempunyai thallus yang silindris berdaging dan kuat dengan
bintil-bintil atau duri-duri yang mencuat ke samping pada
beberapa jenis thallusnya licin Warna alganya ada yang tidak
merah tetapi hanya coklat kehijau-hijauan kotor atau abu-abu
dengan bercak merahDi Indonesia tercatat empat jenis yakni
Eucheuma spinosum Eucheuma edule Eucheuma alvarezii dan Eucheuma serra
(Romimohtarto dan Juwana 2005)
Cirindashciri dari genus Eucheuma sp yaitu thallus dan cabang-
cabangnya berbentuk silinder atau pipih Waktu masih hidup
warnanya hijau hingga kemerahan dan bila kering warnanya kuning
kecoklatan (Direktorat Jenderal Perikanan 1990) Ciri-ciri
rumput laut jenis Eucheuma spinosum yaitu thallus silindris
percabangan thallus berujung runcing atau tumpul dan ditumbuhi
nodulus (tonjolan-tonjolan) berupa duri lunak yang tersusun
berputar teratur mengelilingi cabang lebih banyak dari yang
terdapat pada Eucheuma cottonii Ciri-ciri lainnya mirip seperti
Eucheuma cottoni Jaringan tengah terdiri dari filamen tidak
berwarna serta dikelilingi oleh sel-sel besar lapisan korteks
dan lapisan epidermis (luar) Pembelahan sel terjadi pada bagian
apikal thallus (Anggadireja dkk 1986)
Eucheuma spinosum tumbuh melekat pada rataan terumbu karang
batu karang batua benda keras dan cangkang kerang Eucheuma
spinosum memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesis
sehingga hanya hidup pada lapisan fotik Habitat khas dari
Eucheuma adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang
tetap lebih menyukai variasi suhu harian yang kecil dan substrat
batu karang mati (Aslan 1998) Eucheuma spinosum termasuk dalam
kelas Rhodophyceae atau alga merah dengan klasifikasi sebagai
berikut
Kingdom Plantae
Divisi Rhodophyta
Kelas Rhodophyceae
Ordo Gigartinales
Famili Solieracea
Genus Eucheuma
Species Eucheuma spinosum
Ekologi dan Penyebaran Rumput Laut
Rumput laut tumbuh hampir diseluruh bagian hidrosfir sampai
batas kedalaman 200 meter Di kedalaman ini syarat hidup untuk
tanaman air masih memungkinkan Jenis rumput laut ada yang hidup
diperairan tropis subtropis dan diperairan dingin Di samping
itu ada beberapa jenis yang hidup kosmopolit seperti Ulva lactuca
Hypnea musciformis Colpomenia sinuosa dan Gracilaria verrucosa Rumput laut
hidup dengan cara menyerap zat makanan dari perairan dan
melakukan fotosintesis Jadi pertumbuhannya membutuhkan faktor-
faktor fisika dan kimia perairan seperti gerakan air suhu kadar
garam nitrat dan fosfat serta pencahayaan sinar matahari
(Puncomulyo 2006)
Beberapa jenis alga di Indonesia yang memiliki nilai ekonomi
yang tinggi yaitu Eucheuma sp salah satu jenis dari kelompok
alga merah terutama jenis alvarezii dan spinosum terdapat di perairan
Indonesia seperti Bali Pameungpeuk Sulawesi Selatan Sulawesi
utara dan Maluku (Satari1998)
Kadi dan Atmaja (1988) menambahkan bahwa pemanenan rumput
laut dapat dilakukan sekitar 1-3 bulan dari saat penanaman
Selanjutnya dikatakan bahwa persyaratan lingkungan yang harus
dipenuhi bagi budidaya Eucheuma adalah
a Substrat stabil terlindung dari ombak yang kuat dan umumnya
di daerah terumbu karang
b Tempat dan lingkungan perairan tidak mengalami pencemaran
c Kedalaman air pada waktu surut terendah 1- 30 cm
d Perairan dilalui arus tetap dari laut lepas sepanjang tahun
e Kecepatan arus antara 20 - 40 mmenit
f Jauh dari muara sungai
g Perairan tidak mengandung lumpur dan airnya jernih
h Suhu air berkisar 27ndash280C dan salinitas berkisar 30 -37 ppt
Rumput laut merupakan tumbuhan marine-macroalgae yang
merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang komersial dan
penting Rumput laut ini termasuk kelompok primitif dari tumbuhan
autotrofik tak berbunga (Thalophyta) yang tumbuh di perairan laut
intertidal dangkal dan kadang-kadang di bawah muka air hngga
kedalaman laut 100 m serta di perairan estuaria (Kaladharan dan
Kaliaperumal 1999) Struktur kerangka tubuhnya tidak berdaun
berbatang dan berakar sehingga semuanya terdiri atas batang
(thallus) sajaTumbuhan ini hidup di tempat-tempat berbatu atau
berkarang yang dijadikannya sebagai substrat tempat melekatkan
alat penempel rhizoid atau holdfast Rumput laut merupakan bahan baku
untuk pembuatan koloid seperti agar algin dan karaginan yang
sering digunakan dalam industri pangan kimia dan farmasi Rumput
laut mengandung protein vitamin mineral dan trace element Ada juga
rumput laut yang digunakan sebagai bahan makanan langsung
makanan temak sebagai pupuk bahan pembuat kertas dan bahan
obat-obatan (Sumpeno 2007)
Ampas Rumput Laut
Rumput laut merupakan bahan baku awal pembuatan agar-agar
adalah tanaman yang hanya perlu waktu 45 hari untuk memanennya
diperkirakan potensi budidaya rumput laut setiap tahun ada 12
juta hektar Pada 2001 terdapat 27847 ton rumput laut
Sedangkan limbah Industri agar-agar yang berupa ampas rumput laut
merupakan salah satu sumber bahan baku bioethanol yang potensial
karena kandungan selulosanya tinggi Selain itu satu pabrik
besar agar-agar dengan kapasitas produksi 80 ton per bulan dapat
menghasilkan limbah serat sebanyak 56 ton per bulan (Ujiani
2007)
Selain itu pertimbangan pemakaian ampas rumput laut sebagai
bahan baku proses produksi bioethanol juga didasarkan pada
pertimbangan ekonomi Pertimbangan keekonomian pengadaan bahan
baku tersebut bukan saja meliputi harga produksi tanaman sebagai
bahan baku tetapi juga meliputi biaya pengelolaan tanaman biaya
produksi pengadaan bahan baku dan biaya bahan baku untuk
memproduksi setiap liter ethanolbio-ethanol Memanfaatkan ampas
rumput laut sebagai bahan baku bioethanol dapat menghindari
persaingan antara pangan dengan BBN Oleh karena itu kita
berusaha memanfaatkan limbah ampas ini supaya mempunyai nilai
jual yang lebih tinggi Di Indonesia tercatat ada tiga pabrik
besar di daerah Pasuruan Jawa timur yaitu PT Agar Swallow
menghasilkan limbah sebanyak 672 tontahun PT Agar sehat makmut
lestari menghasilkan 189 tontahun dan juga CV Agar sari raya
menghasilkan 14 tontahun
Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan
sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dan merupakan salah
satu komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia
karena pemanfaatannya yang demikian luas dalam kehidupan sehari-
hari baik sebagai sumber pangan obat-obatan dan bahan baku
industri (Indriani dan Sumiarsih 1991)
Rumput laut juga dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia
yang dikandungnya sehingga dikenal rumput laut penghasil
karaginan (karagenofit) agar (agarofit) dan alginat (alginofit)
Berdasarkan cara pengelompokan tersebut maka ganggang merah
(Rhodophyceae) seperti Eucheuma sp dikelompokkan sebagai rumput
laut penghasil karaginan karena memiliki kadar karaginan yang
demikian tinggi sekitar 62-68 berat keringnya (Aslan 1998)
Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di sulawesi
selatan adalah Eucheuma spinosum Jenis ini mempunyai nilai
ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan dalam dunia
industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama
dengan agar-agar dan alginat yaitu karaginan dapat digunakan
sebagai bahan baku untuk industri farmasi kosmetik makanan dan
lain-lain (Mubarak dkk 1990) Eucheuma merupakan jenis rumput
laut yang banyak dicari oleh masyarakat Hal ini disebabkan
karena industri makanan kosmetika dan farmasi memerlukan
ldquocarrageeninrdquo yang terkandung dalam Eucheuma untuk dijadikan
sebagai bahan campuran (Nontji 2002) Karaginan merupakan
sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai
dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai
grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri
Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995
vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar
industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade
ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar
untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous
supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus
mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade
akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi
gula (glukosa) larut air
H METODE PENULISAN
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini
merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka
serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan
berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku
penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan
online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan
ini
Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan
penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu
a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan
dengan teori dan pustaka yang mendukung
b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka
serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan
masalah berdasarkan perumusan masalah
c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian
menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan
untuk kesempurnaan penulisan berikutnya
Analisis dan Sintesis Data
Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap
antara lain
1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data
yang diperlukan
2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah
ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang
perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan
kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep
berdasarkan pustaka yang relevan
3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek
penulisan
4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada
kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah
Pengambilan Simpulan
Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan
sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan
karya tulis ini
Perumusan Rekomendasi Saran
Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau
prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah
diadopsi oleh masyarakat
I HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang
tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1
mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif
stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga
mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang
relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil
memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa
mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas
yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga
usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong
jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga
kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan
pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya
Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan
pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis
rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan
industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan
kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas
yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk
pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor
Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut
menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami
dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan
produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru
dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam
statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975
namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak
diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun
1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan
budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata
Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari
sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini
menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara
komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana
terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun
2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton
meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)
Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan
diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi
negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja
yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja
serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan
Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut
sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan
Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma
Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut
Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam
(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau
(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung
Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta
(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur
(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh
hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa
Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara
Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere
Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan
Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku
(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)
Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya
tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la
melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu
gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir
diseluruh perairan Indonesia
Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao
Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan
oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut
mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-
daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah
cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan
potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri
pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan
beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang
belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim
seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah
secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan
mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan
tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara
intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat
Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan
lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu
1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam
investasi maupun opersionalnya
2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup
sederhana
3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya
tingkat pengembaliannya cukup cepat
4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan
cenderung meningkat
Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote
Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan
luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga
pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian
utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di
Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan
31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003
dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun
2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004
yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total
luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya
yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005
terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18
menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah
potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya
potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka
tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah
serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada
Produktivitas
Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa
pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per
desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa
atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat
produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak
cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan
rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja
yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu
berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah
jumlah tenaga kerja
Sumber Daya Manusia (SDM)
Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005
terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote
Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat
di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada
umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang
atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau
Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam
sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang
tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan
budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu
keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha
budidaya rumput laut
Jenis dan Metode Budidaya
Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote
adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga
eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut
(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)
melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan
lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya
yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran
air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan
Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif
luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat
surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu
pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari
yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang
cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut
Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT
yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya
long line disamping paling murah dalam investasi juga paling
sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga
relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun
demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga
memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin
yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin
cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan
Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin
namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani
karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian
pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang
terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus
gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar
Tingkat Produksi
Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke
tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari
produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton
pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086
ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain
disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani
rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan
atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan
pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap
rumput laut pasca panen
Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya
yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang
meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan
binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani
Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut
adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk
memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah
terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang
rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani
Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)
akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun
demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun
tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan
sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan
tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah
yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat
diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar
Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
sehingga hanya hidup pada lapisan fotik Habitat khas dari
Eucheuma adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang
tetap lebih menyukai variasi suhu harian yang kecil dan substrat
batu karang mati (Aslan 1998) Eucheuma spinosum termasuk dalam
kelas Rhodophyceae atau alga merah dengan klasifikasi sebagai
berikut
Kingdom Plantae
Divisi Rhodophyta
Kelas Rhodophyceae
Ordo Gigartinales
Famili Solieracea
Genus Eucheuma
Species Eucheuma spinosum
Ekologi dan Penyebaran Rumput Laut
Rumput laut tumbuh hampir diseluruh bagian hidrosfir sampai
batas kedalaman 200 meter Di kedalaman ini syarat hidup untuk
tanaman air masih memungkinkan Jenis rumput laut ada yang hidup
diperairan tropis subtropis dan diperairan dingin Di samping
itu ada beberapa jenis yang hidup kosmopolit seperti Ulva lactuca
Hypnea musciformis Colpomenia sinuosa dan Gracilaria verrucosa Rumput laut
hidup dengan cara menyerap zat makanan dari perairan dan
melakukan fotosintesis Jadi pertumbuhannya membutuhkan faktor-
faktor fisika dan kimia perairan seperti gerakan air suhu kadar
garam nitrat dan fosfat serta pencahayaan sinar matahari
(Puncomulyo 2006)
Beberapa jenis alga di Indonesia yang memiliki nilai ekonomi
yang tinggi yaitu Eucheuma sp salah satu jenis dari kelompok
alga merah terutama jenis alvarezii dan spinosum terdapat di perairan
Indonesia seperti Bali Pameungpeuk Sulawesi Selatan Sulawesi
utara dan Maluku (Satari1998)
Kadi dan Atmaja (1988) menambahkan bahwa pemanenan rumput
laut dapat dilakukan sekitar 1-3 bulan dari saat penanaman
Selanjutnya dikatakan bahwa persyaratan lingkungan yang harus
dipenuhi bagi budidaya Eucheuma adalah
a Substrat stabil terlindung dari ombak yang kuat dan umumnya
di daerah terumbu karang
b Tempat dan lingkungan perairan tidak mengalami pencemaran
c Kedalaman air pada waktu surut terendah 1- 30 cm
d Perairan dilalui arus tetap dari laut lepas sepanjang tahun
e Kecepatan arus antara 20 - 40 mmenit
f Jauh dari muara sungai
g Perairan tidak mengandung lumpur dan airnya jernih
h Suhu air berkisar 27ndash280C dan salinitas berkisar 30 -37 ppt
Rumput laut merupakan tumbuhan marine-macroalgae yang
merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang komersial dan
penting Rumput laut ini termasuk kelompok primitif dari tumbuhan
autotrofik tak berbunga (Thalophyta) yang tumbuh di perairan laut
intertidal dangkal dan kadang-kadang di bawah muka air hngga
kedalaman laut 100 m serta di perairan estuaria (Kaladharan dan
Kaliaperumal 1999) Struktur kerangka tubuhnya tidak berdaun
berbatang dan berakar sehingga semuanya terdiri atas batang
(thallus) sajaTumbuhan ini hidup di tempat-tempat berbatu atau
berkarang yang dijadikannya sebagai substrat tempat melekatkan
alat penempel rhizoid atau holdfast Rumput laut merupakan bahan baku
untuk pembuatan koloid seperti agar algin dan karaginan yang
sering digunakan dalam industri pangan kimia dan farmasi Rumput
laut mengandung protein vitamin mineral dan trace element Ada juga
rumput laut yang digunakan sebagai bahan makanan langsung
makanan temak sebagai pupuk bahan pembuat kertas dan bahan
obat-obatan (Sumpeno 2007)
Ampas Rumput Laut
Rumput laut merupakan bahan baku awal pembuatan agar-agar
adalah tanaman yang hanya perlu waktu 45 hari untuk memanennya
diperkirakan potensi budidaya rumput laut setiap tahun ada 12
juta hektar Pada 2001 terdapat 27847 ton rumput laut
Sedangkan limbah Industri agar-agar yang berupa ampas rumput laut
merupakan salah satu sumber bahan baku bioethanol yang potensial
karena kandungan selulosanya tinggi Selain itu satu pabrik
besar agar-agar dengan kapasitas produksi 80 ton per bulan dapat
menghasilkan limbah serat sebanyak 56 ton per bulan (Ujiani
2007)
Selain itu pertimbangan pemakaian ampas rumput laut sebagai
bahan baku proses produksi bioethanol juga didasarkan pada
pertimbangan ekonomi Pertimbangan keekonomian pengadaan bahan
baku tersebut bukan saja meliputi harga produksi tanaman sebagai
bahan baku tetapi juga meliputi biaya pengelolaan tanaman biaya
produksi pengadaan bahan baku dan biaya bahan baku untuk
memproduksi setiap liter ethanolbio-ethanol Memanfaatkan ampas
rumput laut sebagai bahan baku bioethanol dapat menghindari
persaingan antara pangan dengan BBN Oleh karena itu kita
berusaha memanfaatkan limbah ampas ini supaya mempunyai nilai
jual yang lebih tinggi Di Indonesia tercatat ada tiga pabrik
besar di daerah Pasuruan Jawa timur yaitu PT Agar Swallow
menghasilkan limbah sebanyak 672 tontahun PT Agar sehat makmut
lestari menghasilkan 189 tontahun dan juga CV Agar sari raya
menghasilkan 14 tontahun
Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan
sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dan merupakan salah
satu komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia
karena pemanfaatannya yang demikian luas dalam kehidupan sehari-
hari baik sebagai sumber pangan obat-obatan dan bahan baku
industri (Indriani dan Sumiarsih 1991)
Rumput laut juga dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia
yang dikandungnya sehingga dikenal rumput laut penghasil
karaginan (karagenofit) agar (agarofit) dan alginat (alginofit)
Berdasarkan cara pengelompokan tersebut maka ganggang merah
(Rhodophyceae) seperti Eucheuma sp dikelompokkan sebagai rumput
laut penghasil karaginan karena memiliki kadar karaginan yang
demikian tinggi sekitar 62-68 berat keringnya (Aslan 1998)
Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di sulawesi
selatan adalah Eucheuma spinosum Jenis ini mempunyai nilai
ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan dalam dunia
industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama
dengan agar-agar dan alginat yaitu karaginan dapat digunakan
sebagai bahan baku untuk industri farmasi kosmetik makanan dan
lain-lain (Mubarak dkk 1990) Eucheuma merupakan jenis rumput
laut yang banyak dicari oleh masyarakat Hal ini disebabkan
karena industri makanan kosmetika dan farmasi memerlukan
ldquocarrageeninrdquo yang terkandung dalam Eucheuma untuk dijadikan
sebagai bahan campuran (Nontji 2002) Karaginan merupakan
sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai
dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai
grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri
Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995
vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar
industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade
ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar
untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous
supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus
mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade
akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi
gula (glukosa) larut air
H METODE PENULISAN
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini
merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka
serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan
berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku
penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan
online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan
ini
Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan
penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu
a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan
dengan teori dan pustaka yang mendukung
b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka
serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan
masalah berdasarkan perumusan masalah
c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian
menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan
untuk kesempurnaan penulisan berikutnya
Analisis dan Sintesis Data
Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap
antara lain
1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data
yang diperlukan
2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah
ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang
perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan
kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep
berdasarkan pustaka yang relevan
3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek
penulisan
4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada
kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah
Pengambilan Simpulan
Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan
sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan
karya tulis ini
Perumusan Rekomendasi Saran
Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau
prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah
diadopsi oleh masyarakat
I HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang
tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1
mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif
stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga
mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang
relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil
memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa
mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas
yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga
usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong
jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga
kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan
pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya
Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan
pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis
rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan
industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan
kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas
yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk
pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor
Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut
menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami
dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan
produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru
dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam
statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975
namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak
diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun
1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan
budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata
Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari
sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini
menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara
komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana
terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun
2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton
meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)
Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan
diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi
negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja
yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja
serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan
Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut
sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan
Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma
Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut
Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam
(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau
(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung
Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta
(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur
(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh
hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa
Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara
Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere
Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan
Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku
(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)
Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya
tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la
melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu
gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir
diseluruh perairan Indonesia
Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao
Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan
oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut
mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-
daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah
cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan
potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri
pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan
beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang
belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim
seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah
secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan
mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan
tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara
intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat
Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan
lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu
1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam
investasi maupun opersionalnya
2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup
sederhana
3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya
tingkat pengembaliannya cukup cepat
4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan
cenderung meningkat
Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote
Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan
luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga
pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian
utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di
Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan
31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003
dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun
2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004
yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total
luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya
yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005
terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18
menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah
potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya
potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka
tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah
serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada
Produktivitas
Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa
pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per
desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa
atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat
produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak
cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan
rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja
yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu
berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah
jumlah tenaga kerja
Sumber Daya Manusia (SDM)
Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005
terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote
Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat
di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada
umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang
atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau
Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam
sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang
tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan
budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu
keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha
budidaya rumput laut
Jenis dan Metode Budidaya
Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote
adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga
eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut
(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)
melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan
lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya
yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran
air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan
Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif
luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat
surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu
pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari
yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang
cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut
Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT
yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya
long line disamping paling murah dalam investasi juga paling
sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga
relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun
demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga
memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin
yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin
cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan
Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin
namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani
karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian
pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang
terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus
gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar
Tingkat Produksi
Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke
tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari
produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton
pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086
ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain
disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani
rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan
atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan
pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap
rumput laut pasca panen
Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya
yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang
meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan
binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani
Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut
adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk
memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah
terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang
rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani
Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)
akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun
demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun
tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan
sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan
tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah
yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat
diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar
Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
Beberapa jenis alga di Indonesia yang memiliki nilai ekonomi
yang tinggi yaitu Eucheuma sp salah satu jenis dari kelompok
alga merah terutama jenis alvarezii dan spinosum terdapat di perairan
Indonesia seperti Bali Pameungpeuk Sulawesi Selatan Sulawesi
utara dan Maluku (Satari1998)
Kadi dan Atmaja (1988) menambahkan bahwa pemanenan rumput
laut dapat dilakukan sekitar 1-3 bulan dari saat penanaman
Selanjutnya dikatakan bahwa persyaratan lingkungan yang harus
dipenuhi bagi budidaya Eucheuma adalah
a Substrat stabil terlindung dari ombak yang kuat dan umumnya
di daerah terumbu karang
b Tempat dan lingkungan perairan tidak mengalami pencemaran
c Kedalaman air pada waktu surut terendah 1- 30 cm
d Perairan dilalui arus tetap dari laut lepas sepanjang tahun
e Kecepatan arus antara 20 - 40 mmenit
f Jauh dari muara sungai
g Perairan tidak mengandung lumpur dan airnya jernih
h Suhu air berkisar 27ndash280C dan salinitas berkisar 30 -37 ppt
Rumput laut merupakan tumbuhan marine-macroalgae yang
merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang komersial dan
penting Rumput laut ini termasuk kelompok primitif dari tumbuhan
autotrofik tak berbunga (Thalophyta) yang tumbuh di perairan laut
intertidal dangkal dan kadang-kadang di bawah muka air hngga
kedalaman laut 100 m serta di perairan estuaria (Kaladharan dan
Kaliaperumal 1999) Struktur kerangka tubuhnya tidak berdaun
berbatang dan berakar sehingga semuanya terdiri atas batang
(thallus) sajaTumbuhan ini hidup di tempat-tempat berbatu atau
berkarang yang dijadikannya sebagai substrat tempat melekatkan
alat penempel rhizoid atau holdfast Rumput laut merupakan bahan baku
untuk pembuatan koloid seperti agar algin dan karaginan yang
sering digunakan dalam industri pangan kimia dan farmasi Rumput
laut mengandung protein vitamin mineral dan trace element Ada juga
rumput laut yang digunakan sebagai bahan makanan langsung
makanan temak sebagai pupuk bahan pembuat kertas dan bahan
obat-obatan (Sumpeno 2007)
Ampas Rumput Laut
Rumput laut merupakan bahan baku awal pembuatan agar-agar
adalah tanaman yang hanya perlu waktu 45 hari untuk memanennya
diperkirakan potensi budidaya rumput laut setiap tahun ada 12
juta hektar Pada 2001 terdapat 27847 ton rumput laut
Sedangkan limbah Industri agar-agar yang berupa ampas rumput laut
merupakan salah satu sumber bahan baku bioethanol yang potensial
karena kandungan selulosanya tinggi Selain itu satu pabrik
besar agar-agar dengan kapasitas produksi 80 ton per bulan dapat
menghasilkan limbah serat sebanyak 56 ton per bulan (Ujiani
2007)
Selain itu pertimbangan pemakaian ampas rumput laut sebagai
bahan baku proses produksi bioethanol juga didasarkan pada
pertimbangan ekonomi Pertimbangan keekonomian pengadaan bahan
baku tersebut bukan saja meliputi harga produksi tanaman sebagai
bahan baku tetapi juga meliputi biaya pengelolaan tanaman biaya
produksi pengadaan bahan baku dan biaya bahan baku untuk
memproduksi setiap liter ethanolbio-ethanol Memanfaatkan ampas
rumput laut sebagai bahan baku bioethanol dapat menghindari
persaingan antara pangan dengan BBN Oleh karena itu kita
berusaha memanfaatkan limbah ampas ini supaya mempunyai nilai
jual yang lebih tinggi Di Indonesia tercatat ada tiga pabrik
besar di daerah Pasuruan Jawa timur yaitu PT Agar Swallow
menghasilkan limbah sebanyak 672 tontahun PT Agar sehat makmut
lestari menghasilkan 189 tontahun dan juga CV Agar sari raya
menghasilkan 14 tontahun
Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan
sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dan merupakan salah
satu komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia
karena pemanfaatannya yang demikian luas dalam kehidupan sehari-
hari baik sebagai sumber pangan obat-obatan dan bahan baku
industri (Indriani dan Sumiarsih 1991)
Rumput laut juga dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia
yang dikandungnya sehingga dikenal rumput laut penghasil
karaginan (karagenofit) agar (agarofit) dan alginat (alginofit)
Berdasarkan cara pengelompokan tersebut maka ganggang merah
(Rhodophyceae) seperti Eucheuma sp dikelompokkan sebagai rumput
laut penghasil karaginan karena memiliki kadar karaginan yang
demikian tinggi sekitar 62-68 berat keringnya (Aslan 1998)
Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di sulawesi
selatan adalah Eucheuma spinosum Jenis ini mempunyai nilai
ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan dalam dunia
industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama
dengan agar-agar dan alginat yaitu karaginan dapat digunakan
sebagai bahan baku untuk industri farmasi kosmetik makanan dan
lain-lain (Mubarak dkk 1990) Eucheuma merupakan jenis rumput
laut yang banyak dicari oleh masyarakat Hal ini disebabkan
karena industri makanan kosmetika dan farmasi memerlukan
ldquocarrageeninrdquo yang terkandung dalam Eucheuma untuk dijadikan
sebagai bahan campuran (Nontji 2002) Karaginan merupakan
sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai
dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai
grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri
Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995
vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar
industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade
ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar
untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous
supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus
mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade
akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi
gula (glukosa) larut air
H METODE PENULISAN
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini
merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka
serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan
berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku
penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan
online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan
ini
Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan
penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu
a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan
dengan teori dan pustaka yang mendukung
b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka
serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan
masalah berdasarkan perumusan masalah
c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian
menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan
untuk kesempurnaan penulisan berikutnya
Analisis dan Sintesis Data
Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap
antara lain
1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data
yang diperlukan
2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah
ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang
perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan
kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep
berdasarkan pustaka yang relevan
3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek
penulisan
4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada
kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah
Pengambilan Simpulan
Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan
sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan
karya tulis ini
Perumusan Rekomendasi Saran
Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau
prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah
diadopsi oleh masyarakat
I HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang
tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1
mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif
stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga
mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang
relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil
memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa
mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas
yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga
usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong
jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga
kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan
pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya
Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan
pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis
rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan
industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan
kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas
yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk
pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor
Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut
menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami
dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan
produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru
dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam
statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975
namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak
diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun
1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan
budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata
Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari
sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini
menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara
komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana
terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun
2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton
meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)
Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan
diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi
negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja
yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja
serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan
Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut
sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan
Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma
Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut
Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam
(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau
(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung
Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta
(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur
(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh
hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa
Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara
Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere
Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan
Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku
(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)
Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya
tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la
melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu
gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir
diseluruh perairan Indonesia
Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao
Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan
oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut
mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-
daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah
cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan
potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri
pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan
beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang
belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim
seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah
secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan
mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan
tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara
intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat
Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan
lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu
1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam
investasi maupun opersionalnya
2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup
sederhana
3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya
tingkat pengembaliannya cukup cepat
4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan
cenderung meningkat
Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote
Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan
luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga
pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian
utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di
Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan
31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003
dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun
2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004
yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total
luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya
yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005
terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18
menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah
potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya
potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka
tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah
serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada
Produktivitas
Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa
pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per
desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa
atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat
produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak
cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan
rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja
yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu
berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah
jumlah tenaga kerja
Sumber Daya Manusia (SDM)
Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005
terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote
Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat
di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada
umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang
atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau
Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam
sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang
tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan
budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu
keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha
budidaya rumput laut
Jenis dan Metode Budidaya
Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote
adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga
eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut
(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)
melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan
lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya
yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran
air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan
Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif
luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat
surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu
pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari
yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang
cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut
Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT
yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya
long line disamping paling murah dalam investasi juga paling
sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga
relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun
demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga
memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin
yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin
cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan
Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin
namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani
karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian
pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang
terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus
gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar
Tingkat Produksi
Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke
tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari
produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton
pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086
ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain
disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani
rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan
atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan
pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap
rumput laut pasca panen
Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya
yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang
meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan
binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani
Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut
adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk
memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah
terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang
rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani
Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)
akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun
demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun
tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan
sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan
tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah
yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat
diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar
Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
(thallus) sajaTumbuhan ini hidup di tempat-tempat berbatu atau
berkarang yang dijadikannya sebagai substrat tempat melekatkan
alat penempel rhizoid atau holdfast Rumput laut merupakan bahan baku
untuk pembuatan koloid seperti agar algin dan karaginan yang
sering digunakan dalam industri pangan kimia dan farmasi Rumput
laut mengandung protein vitamin mineral dan trace element Ada juga
rumput laut yang digunakan sebagai bahan makanan langsung
makanan temak sebagai pupuk bahan pembuat kertas dan bahan
obat-obatan (Sumpeno 2007)
Ampas Rumput Laut
Rumput laut merupakan bahan baku awal pembuatan agar-agar
adalah tanaman yang hanya perlu waktu 45 hari untuk memanennya
diperkirakan potensi budidaya rumput laut setiap tahun ada 12
juta hektar Pada 2001 terdapat 27847 ton rumput laut
Sedangkan limbah Industri agar-agar yang berupa ampas rumput laut
merupakan salah satu sumber bahan baku bioethanol yang potensial
karena kandungan selulosanya tinggi Selain itu satu pabrik
besar agar-agar dengan kapasitas produksi 80 ton per bulan dapat
menghasilkan limbah serat sebanyak 56 ton per bulan (Ujiani
2007)
Selain itu pertimbangan pemakaian ampas rumput laut sebagai
bahan baku proses produksi bioethanol juga didasarkan pada
pertimbangan ekonomi Pertimbangan keekonomian pengadaan bahan
baku tersebut bukan saja meliputi harga produksi tanaman sebagai
bahan baku tetapi juga meliputi biaya pengelolaan tanaman biaya
produksi pengadaan bahan baku dan biaya bahan baku untuk
memproduksi setiap liter ethanolbio-ethanol Memanfaatkan ampas
rumput laut sebagai bahan baku bioethanol dapat menghindari
persaingan antara pangan dengan BBN Oleh karena itu kita
berusaha memanfaatkan limbah ampas ini supaya mempunyai nilai
jual yang lebih tinggi Di Indonesia tercatat ada tiga pabrik
besar di daerah Pasuruan Jawa timur yaitu PT Agar Swallow
menghasilkan limbah sebanyak 672 tontahun PT Agar sehat makmut
lestari menghasilkan 189 tontahun dan juga CV Agar sari raya
menghasilkan 14 tontahun
Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan
sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dan merupakan salah
satu komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia
karena pemanfaatannya yang demikian luas dalam kehidupan sehari-
hari baik sebagai sumber pangan obat-obatan dan bahan baku
industri (Indriani dan Sumiarsih 1991)
Rumput laut juga dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia
yang dikandungnya sehingga dikenal rumput laut penghasil
karaginan (karagenofit) agar (agarofit) dan alginat (alginofit)
Berdasarkan cara pengelompokan tersebut maka ganggang merah
(Rhodophyceae) seperti Eucheuma sp dikelompokkan sebagai rumput
laut penghasil karaginan karena memiliki kadar karaginan yang
demikian tinggi sekitar 62-68 berat keringnya (Aslan 1998)
Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di sulawesi
selatan adalah Eucheuma spinosum Jenis ini mempunyai nilai
ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan dalam dunia
industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama
dengan agar-agar dan alginat yaitu karaginan dapat digunakan
sebagai bahan baku untuk industri farmasi kosmetik makanan dan
lain-lain (Mubarak dkk 1990) Eucheuma merupakan jenis rumput
laut yang banyak dicari oleh masyarakat Hal ini disebabkan
karena industri makanan kosmetika dan farmasi memerlukan
ldquocarrageeninrdquo yang terkandung dalam Eucheuma untuk dijadikan
sebagai bahan campuran (Nontji 2002) Karaginan merupakan
sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai
dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai
grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri
Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995
vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar
industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade
ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar
untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous
supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus
mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade
akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi
gula (glukosa) larut air
H METODE PENULISAN
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini
merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka
serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan
berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku
penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan
online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan
ini
Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan
penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu
a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan
dengan teori dan pustaka yang mendukung
b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka
serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan
masalah berdasarkan perumusan masalah
c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian
menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan
untuk kesempurnaan penulisan berikutnya
Analisis dan Sintesis Data
Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap
antara lain
1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data
yang diperlukan
2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah
ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang
perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan
kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep
berdasarkan pustaka yang relevan
3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek
penulisan
4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada
kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah
Pengambilan Simpulan
Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan
sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan
karya tulis ini
Perumusan Rekomendasi Saran
Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau
prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah
diadopsi oleh masyarakat
I HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang
tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1
mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif
stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga
mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang
relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil
memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa
mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas
yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga
usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong
jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga
kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan
pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya
Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan
pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis
rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan
industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan
kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas
yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk
pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor
Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut
menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami
dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan
produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru
dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam
statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975
namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak
diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun
1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan
budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata
Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari
sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini
menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara
komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana
terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun
2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton
meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)
Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan
diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi
negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja
yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja
serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan
Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut
sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan
Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma
Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut
Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam
(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau
(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung
Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta
(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur
(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh
hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa
Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara
Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere
Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan
Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku
(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)
Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya
tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la
melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu
gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir
diseluruh perairan Indonesia
Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao
Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan
oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut
mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-
daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah
cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan
potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri
pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan
beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang
belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim
seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah
secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan
mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan
tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara
intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat
Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan
lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu
1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam
investasi maupun opersionalnya
2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup
sederhana
3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya
tingkat pengembaliannya cukup cepat
4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan
cenderung meningkat
Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote
Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan
luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga
pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian
utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di
Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan
31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003
dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun
2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004
yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total
luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya
yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005
terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18
menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah
potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya
potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka
tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah
serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada
Produktivitas
Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa
pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per
desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa
atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat
produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak
cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan
rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja
yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu
berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah
jumlah tenaga kerja
Sumber Daya Manusia (SDM)
Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005
terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote
Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat
di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada
umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang
atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau
Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam
sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang
tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan
budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu
keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha
budidaya rumput laut
Jenis dan Metode Budidaya
Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote
adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga
eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut
(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)
melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan
lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya
yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran
air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan
Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif
luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat
surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu
pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari
yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang
cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut
Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT
yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya
long line disamping paling murah dalam investasi juga paling
sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga
relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun
demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga
memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin
yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin
cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan
Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin
namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani
karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian
pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang
terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus
gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar
Tingkat Produksi
Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke
tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari
produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton
pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086
ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain
disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani
rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan
atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan
pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap
rumput laut pasca panen
Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya
yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang
meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan
binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani
Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut
adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk
memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah
terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang
rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani
Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)
akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun
demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun
tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan
sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan
tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah
yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat
diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar
Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
produksi pengadaan bahan baku dan biaya bahan baku untuk
memproduksi setiap liter ethanolbio-ethanol Memanfaatkan ampas
rumput laut sebagai bahan baku bioethanol dapat menghindari
persaingan antara pangan dengan BBN Oleh karena itu kita
berusaha memanfaatkan limbah ampas ini supaya mempunyai nilai
jual yang lebih tinggi Di Indonesia tercatat ada tiga pabrik
besar di daerah Pasuruan Jawa timur yaitu PT Agar Swallow
menghasilkan limbah sebanyak 672 tontahun PT Agar sehat makmut
lestari menghasilkan 189 tontahun dan juga CV Agar sari raya
menghasilkan 14 tontahun
Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan
sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dan merupakan salah
satu komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia
karena pemanfaatannya yang demikian luas dalam kehidupan sehari-
hari baik sebagai sumber pangan obat-obatan dan bahan baku
industri (Indriani dan Sumiarsih 1991)
Rumput laut juga dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia
yang dikandungnya sehingga dikenal rumput laut penghasil
karaginan (karagenofit) agar (agarofit) dan alginat (alginofit)
Berdasarkan cara pengelompokan tersebut maka ganggang merah
(Rhodophyceae) seperti Eucheuma sp dikelompokkan sebagai rumput
laut penghasil karaginan karena memiliki kadar karaginan yang
demikian tinggi sekitar 62-68 berat keringnya (Aslan 1998)
Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di sulawesi
selatan adalah Eucheuma spinosum Jenis ini mempunyai nilai
ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan dalam dunia
industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama
dengan agar-agar dan alginat yaitu karaginan dapat digunakan
sebagai bahan baku untuk industri farmasi kosmetik makanan dan
lain-lain (Mubarak dkk 1990) Eucheuma merupakan jenis rumput
laut yang banyak dicari oleh masyarakat Hal ini disebabkan
karena industri makanan kosmetika dan farmasi memerlukan
ldquocarrageeninrdquo yang terkandung dalam Eucheuma untuk dijadikan
sebagai bahan campuran (Nontji 2002) Karaginan merupakan
sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai
dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai
grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri
Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995
vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar
industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade
ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar
untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous
supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus
mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade
akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi
gula (glukosa) larut air
H METODE PENULISAN
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini
merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka
serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan
berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku
penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan
online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan
ini
Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan
penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu
a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan
dengan teori dan pustaka yang mendukung
b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka
serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan
masalah berdasarkan perumusan masalah
c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian
menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan
untuk kesempurnaan penulisan berikutnya
Analisis dan Sintesis Data
Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap
antara lain
1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data
yang diperlukan
2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah
ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang
perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan
kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep
berdasarkan pustaka yang relevan
3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek
penulisan
4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada
kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah
Pengambilan Simpulan
Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan
sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan
karya tulis ini
Perumusan Rekomendasi Saran
Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau
prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah
diadopsi oleh masyarakat
I HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang
tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1
mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif
stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga
mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang
relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil
memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa
mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas
yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga
usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong
jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga
kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan
pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya
Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan
pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis
rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan
industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan
kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas
yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk
pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor
Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut
menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami
dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan
produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru
dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam
statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975
namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak
diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun
1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan
budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata
Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari
sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini
menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara
komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana
terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun
2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton
meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)
Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan
diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi
negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja
yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja
serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan
Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut
sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan
Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma
Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut
Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam
(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau
(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung
Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta
(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur
(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh
hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa
Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara
Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere
Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan
Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku
(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)
Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya
tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la
melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu
gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir
diseluruh perairan Indonesia
Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao
Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan
oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut
mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-
daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah
cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan
potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri
pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan
beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang
belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim
seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah
secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan
mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan
tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara
intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat
Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan
lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu
1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam
investasi maupun opersionalnya
2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup
sederhana
3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya
tingkat pengembaliannya cukup cepat
4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan
cenderung meningkat
Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote
Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan
luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga
pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian
utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di
Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan
31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003
dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun
2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004
yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total
luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya
yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005
terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18
menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah
potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya
potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka
tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah
serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada
Produktivitas
Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa
pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per
desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa
atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat
produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak
cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan
rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja
yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu
berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah
jumlah tenaga kerja
Sumber Daya Manusia (SDM)
Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005
terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote
Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat
di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada
umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang
atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau
Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam
sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang
tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan
budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu
keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha
budidaya rumput laut
Jenis dan Metode Budidaya
Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote
adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga
eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut
(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)
melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan
lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya
yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran
air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan
Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif
luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat
surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu
pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari
yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang
cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut
Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT
yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya
long line disamping paling murah dalam investasi juga paling
sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga
relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun
demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga
memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin
yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin
cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan
Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin
namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani
karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian
pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang
terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus
gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar
Tingkat Produksi
Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke
tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari
produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton
pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086
ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain
disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani
rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan
atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan
pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap
rumput laut pasca panen
Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya
yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang
meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan
binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani
Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut
adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk
memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah
terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang
rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani
Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)
akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun
demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun
tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan
sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan
tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah
yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat
diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar
Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama
dengan agar-agar dan alginat yaitu karaginan dapat digunakan
sebagai bahan baku untuk industri farmasi kosmetik makanan dan
lain-lain (Mubarak dkk 1990) Eucheuma merupakan jenis rumput
laut yang banyak dicari oleh masyarakat Hal ini disebabkan
karena industri makanan kosmetika dan farmasi memerlukan
ldquocarrageeninrdquo yang terkandung dalam Eucheuma untuk dijadikan
sebagai bahan campuran (Nontji 2002) Karaginan merupakan
sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai
dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai
grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri
Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995
vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar
industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade
ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar
untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous
supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus
mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade
akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi
gula (glukosa) larut air
H METODE PENULISAN
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini
merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka
serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan
berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku
penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan
online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan
ini
Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan
penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu
a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan
dengan teori dan pustaka yang mendukung
b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka
serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan
masalah berdasarkan perumusan masalah
c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian
menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan
untuk kesempurnaan penulisan berikutnya
Analisis dan Sintesis Data
Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap
antara lain
1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data
yang diperlukan
2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah
ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang
perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan
kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep
berdasarkan pustaka yang relevan
3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek
penulisan
4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada
kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah
Pengambilan Simpulan
Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan
sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan
karya tulis ini
Perumusan Rekomendasi Saran
Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau
prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah
diadopsi oleh masyarakat
I HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang
tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1
mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif
stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga
mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang
relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil
memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa
mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas
yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga
usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong
jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga
kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan
pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya
Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan
pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis
rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan
industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan
kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas
yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk
pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor
Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut
menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami
dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan
produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru
dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam
statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975
namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak
diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun
1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan
budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata
Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari
sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini
menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara
komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana
terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun
2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton
meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)
Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan
diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi
negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja
yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja
serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan
Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut
sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan
Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma
Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut
Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam
(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau
(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung
Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta
(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur
(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh
hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa
Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara
Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere
Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan
Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku
(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)
Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya
tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la
melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu
gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir
diseluruh perairan Indonesia
Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao
Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan
oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut
mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-
daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah
cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan
potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri
pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan
beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang
belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim
seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah
secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan
mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan
tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara
intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat
Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan
lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu
1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam
investasi maupun opersionalnya
2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup
sederhana
3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya
tingkat pengembaliannya cukup cepat
4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan
cenderung meningkat
Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote
Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan
luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga
pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian
utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di
Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan
31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003
dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun
2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004
yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total
luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya
yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005
terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18
menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah
potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya
potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka
tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah
serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada
Produktivitas
Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa
pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per
desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa
atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat
produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak
cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan
rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja
yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu
berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah
jumlah tenaga kerja
Sumber Daya Manusia (SDM)
Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005
terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote
Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat
di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada
umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang
atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau
Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam
sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang
tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan
budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu
keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha
budidaya rumput laut
Jenis dan Metode Budidaya
Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote
adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga
eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut
(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)
melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan
lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya
yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran
air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan
Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif
luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat
surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu
pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari
yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang
cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut
Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT
yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya
long line disamping paling murah dalam investasi juga paling
sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga
relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun
demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga
memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin
yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin
cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan
Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin
namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani
karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian
pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang
terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus
gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar
Tingkat Produksi
Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke
tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari
produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton
pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086
ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain
disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani
rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan
atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan
pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap
rumput laut pasca panen
Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya
yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang
meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan
binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani
Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut
adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk
memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah
terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang
rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani
Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)
akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun
demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun
tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan
sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan
tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah
yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat
diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar
Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
bakar agar tidak menimbulkan karat Semakin besar kadar etanol
semakin bagus performa mesin Masalahnya etanol bersifat
higroskopis mudah menarik molekul air dari kelembapan udara Di
Indonesia yang udaranya lembab problem ini bisa menjadi masalah
serius
Bioetanol diproduksi dengan teknologi biokimia melalui
proses fermentasi bahan baku kemudian etanol yang diproduksi
dipisahkan dari air dengan proses distilasi Cara lama dilakukan
dengan destilasi tetapi kemurnian hanya sampai 96 Maka kemudian
dilakukan proses dehidrasi molecular sieve karena proses ini
dapat menghilangkan air hingga kadar etanol menjadi 995 dan
dihasilkan etanol absolute (murni)
Secara umum ethanolbio-ethanol dapat digunakan sebagai
bahan baku industri turunan alkohol campuran untuk miras bahan
dasar industri farmasi campuran bahan bakar untuk kendaraan
sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai
dengan penggunaannya Untuk ethanolbio-ethanol yang mempunyai
grade 90-965 vol dapat digunakan pada industri
Sedangkan ethanolbioethanol yang mempunyai grade 96-995
vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar
industri farmasi Berlainan dengan besarnya grade
ethanolbioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar
untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous
supaya tidak korosif sehingga ethanolbio-ethanol harus
mempunyai grade sebesar 995-100 vol Perbedaan besarnya grade
akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi
gula (glukosa) larut air
H METODE PENULISAN
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini
merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka
serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan
berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku
penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan
online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan
ini
Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan
penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu
a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan
dengan teori dan pustaka yang mendukung
b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka
serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan
masalah berdasarkan perumusan masalah
c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian
menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan
untuk kesempurnaan penulisan berikutnya
Analisis dan Sintesis Data
Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap
antara lain
1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data
yang diperlukan
2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah
ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang
perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan
kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep
berdasarkan pustaka yang relevan
3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek
penulisan
4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada
kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah
Pengambilan Simpulan
Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan
sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan
karya tulis ini
Perumusan Rekomendasi Saran
Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau
prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah
diadopsi oleh masyarakat
I HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang
tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1
mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif
stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga
mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang
relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil
memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa
mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas
yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga
usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong
jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga
kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan
pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya
Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan
pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis
rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan
industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan
kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas
yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk
pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor
Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut
menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami
dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan
produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru
dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam
statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975
namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak
diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun
1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan
budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata
Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari
sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini
menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara
komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana
terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun
2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton
meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)
Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan
diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi
negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja
yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja
serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan
Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut
sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan
Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma
Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut
Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam
(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau
(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung
Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta
(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur
(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh
hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa
Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara
Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere
Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan
Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku
(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)
Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya
tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la
melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu
gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir
diseluruh perairan Indonesia
Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao
Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan
oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut
mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-
daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah
cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan
potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri
pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan
beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang
belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim
seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah
secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan
mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan
tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara
intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat
Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan
lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu
1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam
investasi maupun opersionalnya
2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup
sederhana
3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya
tingkat pengembaliannya cukup cepat
4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan
cenderung meningkat
Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote
Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan
luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga
pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian
utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di
Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan
31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003
dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun
2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004
yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total
luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya
yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005
terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18
menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah
potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya
potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka
tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah
serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada
Produktivitas
Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa
pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per
desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa
atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat
produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak
cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan
rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja
yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu
berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah
jumlah tenaga kerja
Sumber Daya Manusia (SDM)
Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005
terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote
Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat
di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada
umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang
atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau
Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam
sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang
tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan
budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu
keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha
budidaya rumput laut
Jenis dan Metode Budidaya
Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote
adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga
eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut
(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)
melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan
lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya
yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran
air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan
Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif
luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat
surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu
pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari
yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang
cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut
Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT
yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya
long line disamping paling murah dalam investasi juga paling
sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga
relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun
demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga
memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin
yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin
cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan
Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin
namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani
karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian
pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang
terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus
gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar
Tingkat Produksi
Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke
tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari
produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton
pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086
ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain
disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani
rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan
atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan
pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap
rumput laut pasca panen
Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya
yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang
meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan
binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani
Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut
adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk
memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah
terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang
rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani
Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)
akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun
demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun
tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan
sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan
tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah
yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat
diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar
Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi
gula (glukosa) larut air
H METODE PENULISAN
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini
merupakan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka
serta observasi atau pengamatan lapangan serta olahan
berdasarkan pustaka yang ada Data-data penulis berasal dari buku
penunjang artikel jurnal ilmiah hasil-hasil penelitian dan
online internet serta sumber data lainya yang mendukung penulisan
ini
Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan pendekatan
penulisan yang bersifat deskriptif analisis yaitu
a Mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian dibandingkan
dengan teori dan pustaka yang mendukung
b Menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan pustaka
serta data pendukung kemudian mencari alternatif pemecahan
masalah berdasarkan perumusan masalah
c Menentukan kesimpulan dari hasil analisis kemudian
menentukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan
untuk kesempurnaan penulisan berikutnya
Analisis dan Sintesis Data
Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap
antara lain
1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data
yang diperlukan
2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah
ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang
perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan
kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep
berdasarkan pustaka yang relevan
3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek
penulisan
4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada
kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah
Pengambilan Simpulan
Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan
sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan
karya tulis ini
Perumusan Rekomendasi Saran
Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau
prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah
diadopsi oleh masyarakat
I HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang
tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1
mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif
stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga
mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang
relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil
memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa
mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas
yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga
usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong
jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga
kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan
pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya
Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan
pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis
rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan
industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan
kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas
yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk
pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor
Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut
menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami
dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan
produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru
dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam
statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975
namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak
diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun
1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan
budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata
Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari
sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini
menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara
komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana
terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun
2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton
meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)
Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan
diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi
negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja
yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja
serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan
Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut
sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan
Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma
Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut
Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam
(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau
(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung
Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta
(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur
(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh
hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa
Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara
Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere
Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan
Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku
(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)
Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya
tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la
melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu
gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir
diseluruh perairan Indonesia
Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao
Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan
oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut
mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-
daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah
cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan
potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri
pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan
beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang
belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim
seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah
secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan
mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan
tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara
intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat
Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan
lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu
1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam
investasi maupun opersionalnya
2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup
sederhana
3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya
tingkat pengembaliannya cukup cepat
4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan
cenderung meningkat
Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote
Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan
luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga
pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian
utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di
Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan
31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003
dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun
2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004
yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total
luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya
yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005
terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18
menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah
potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya
potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka
tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah
serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada
Produktivitas
Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa
pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per
desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa
atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat
produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak
cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan
rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja
yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu
berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah
jumlah tenaga kerja
Sumber Daya Manusia (SDM)
Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005
terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote
Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat
di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada
umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang
atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau
Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam
sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang
tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan
budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu
keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha
budidaya rumput laut
Jenis dan Metode Budidaya
Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote
adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga
eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut
(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)
melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan
lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya
yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran
air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan
Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif
luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat
surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu
pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari
yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang
cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut
Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT
yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya
long line disamping paling murah dalam investasi juga paling
sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga
relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun
demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga
memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin
yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin
cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan
Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin
namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani
karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian
pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang
terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus
gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar
Tingkat Produksi
Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke
tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari
produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton
pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086
ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain
disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani
rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan
atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan
pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap
rumput laut pasca panen
Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya
yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang
meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan
binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani
Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut
adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk
memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah
terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang
rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani
Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)
akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun
demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun
tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan
sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan
tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah
yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat
diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar
Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
Karya tulis ini dianalisis dengan melalui beberapa tahap
antara lain
1 Penggalian ide dan penyusunan gagasan serta penyiapan data
yang diperlukan
2 Analisis permasalahan berdasarkan objek penulisan yang telah
ditentukan yang diungkapkan melalui latar belakang
perumusan masalah tujuan luaran yang diharapkan dan
kegunaan penulisan hingga uraian teori dari konsep
berdasarkan pustaka yang relevan
3 Pengumpulan data dan informasi yang mendukung objek
penulisan
4 Melakukan analisis berdasarkan permasalahan yang ada
kemudian memberikan solusi alternatif pemecahan masalah
Pengambilan Simpulan
Simpulan diambil secara konsisten berdasarkan analisis dan
sintesis pada pembahasan yang tetap mengacu pada tujuan penulisan
karya tulis ini
Perumusan Rekomendasi Saran
Rekomendasi dirumuskan sebagai alternatif pemikiran atau
prediksi transfer gagasan dari karya tulis ini sehingga mudah
diadopsi oleh masyarakat
I HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang
tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1
mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif
stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga
mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang
relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil
memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa
mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas
yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga
usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong
jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga
kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan
pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya
Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan
pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis
rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan
industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan
kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas
yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk
pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor
Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut
menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami
dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan
produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru
dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam
statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975
namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak
diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun
1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan
budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata
Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari
sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini
menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara
komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana
terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun
2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton
meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)
Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan
diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi
negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja
yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja
serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan
Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut
sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan
Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma
Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut
Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam
(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau
(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung
Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta
(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur
(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh
hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa
Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara
Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere
Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan
Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku
(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)
Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya
tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la
melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu
gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir
diseluruh perairan Indonesia
Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao
Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan
oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut
mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-
daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah
cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan
potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri
pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan
beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang
belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim
seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah
secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan
mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan
tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara
intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat
Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan
lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu
1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam
investasi maupun opersionalnya
2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup
sederhana
3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya
tingkat pengembaliannya cukup cepat
4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan
cenderung meningkat
Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote
Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan
luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga
pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian
utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di
Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan
31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003
dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun
2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004
yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total
luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya
yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005
terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18
menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah
potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya
potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka
tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah
serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada
Produktivitas
Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa
pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per
desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa
atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat
produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak
cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan
rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja
yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu
berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah
jumlah tenaga kerja
Sumber Daya Manusia (SDM)
Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005
terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote
Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat
di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada
umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang
atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau
Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam
sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang
tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan
budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu
keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha
budidaya rumput laut
Jenis dan Metode Budidaya
Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote
adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga
eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut
(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)
melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan
lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya
yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran
air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan
Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif
luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat
surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu
pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari
yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang
cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut
Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT
yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya
long line disamping paling murah dalam investasi juga paling
sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga
relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun
demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga
memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin
yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin
cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan
Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin
namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani
karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian
pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang
terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus
gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar
Tingkat Produksi
Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke
tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari
produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton
pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086
ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain
disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani
rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan
atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan
pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap
rumput laut pasca panen
Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya
yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang
meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan
binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani
Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut
adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk
memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah
terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang
rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani
Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)
akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun
demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun
tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan
sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan
tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah
yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat
diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar
Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
Secara ekonomi rumput laut memiliki potensi ekonomi yang
tinggi antara lain karena beberapa sifatnya sebagai komoditi 1
mempunyai peluang ekspor yang terbuka luas 2 harga relatif
stabil 3 teknologi pembudidayaannya cukup sederhana sebingga
mudah dikuasai Disamping itu siklus pembudidayaannya yang
relatif singkat dan kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil
memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga untuk bisa
mengusahakannya Lebih lanjut rumput laut merupakan komoditas
yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga
usaha pembudidayaannya sangat prospektif Usaha ini tergolong
jenis usaha yang padat karya dalam arti mampu menyerap tenaga
kerja cukup tinggi Kebutuhan tenaga kerja ini bisa untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan pembudidayaan panen dan pengelolaan
pasca panennyam termasuk kegiatan penjualannya
Kegunaan rumput laut sangat luas dengan penerapan
pemakaiannya di banyak kepentingan kehidupan Beberapa jenis
rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan
industri makanan farmasi kosmetik cat tekstil dan bahkan
kertas sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas
yang bernilai tambah Peluang pasar rumput laut baik untuk
pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor
Data produksi rumput laut membedakan hasil rumput laut
menurut surnbemya yaitu rumput laut dari hasil pengumpulan alami
dan rumput laut hasil budidaya Dalam statistik perkembangan
produksi rumput laut dari hasil budidaya di Indonesia baru
dimulai tahun 1999 Perincian produksi rumput laut dalam
statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975
namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak
diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun
1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan
budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata
Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari
sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini
menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara
komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana
terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun
2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton
meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)
Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan
diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi
negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja
yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja
serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan
Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut
sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan
Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma
Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut
Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam
(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau
(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung
Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta
(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur
(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh
hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa
Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara
Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere
Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan
Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku
(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)
Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya
tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la
melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu
gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir
diseluruh perairan Indonesia
Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao
Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan
oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut
mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-
daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah
cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan
potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri
pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan
beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang
belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim
seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah
secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan
mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan
tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara
intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat
Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan
lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu
1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam
investasi maupun opersionalnya
2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup
sederhana
3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya
tingkat pengembaliannya cukup cepat
4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan
cenderung meningkat
Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote
Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan
luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga
pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian
utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di
Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan
31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003
dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun
2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004
yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total
luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya
yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005
terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18
menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah
potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya
potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka
tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah
serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada
Produktivitas
Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa
pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per
desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa
atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat
produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak
cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan
rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja
yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu
berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah
jumlah tenaga kerja
Sumber Daya Manusia (SDM)
Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005
terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote
Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat
di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada
umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang
atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau
Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam
sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang
tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan
budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu
keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha
budidaya rumput laut
Jenis dan Metode Budidaya
Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote
adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga
eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut
(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)
melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan
lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya
yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran
air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan
Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif
luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat
surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu
pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari
yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang
cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut
Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT
yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya
long line disamping paling murah dalam investasi juga paling
sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga
relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun
demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga
memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin
yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin
cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan
Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin
namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani
karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian
pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang
terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus
gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar
Tingkat Produksi
Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke
tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari
produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton
pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086
ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain
disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani
rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan
atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan
pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap
rumput laut pasca panen
Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya
yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang
meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan
binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani
Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut
adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk
memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah
terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang
rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani
Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)
akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun
demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun
tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan
sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan
tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah
yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat
diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar
Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
statistik ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Walaupun praktik budidaya rumput laut sudah dimulai sejak 1975
namun dalam statistik ini produksi tahun 1977 hingga 1998 tidak
diketahui berapa volume mput laut hasil budidaya Pada tahun
1985 atau setelah satu dasawarsa sejak dan mulainya kegiatan
budidaya produksi rumput laut bant terlihat secara nyata
Sementara itu kedudukan rumput laut sebagai komoditas dari
sector perikanan kelautan bisa diikuti pada Tabel 1 Tabel ini
menyajikan perkembangan produksi budidaya rumput laut diantara
komoditas perikanan dan kelautan menurut jenis komoditi Di sana
terlihat khususnya rumput laut mengalami kenaikan dari tahun
2002-2006 yaitu sekitar 6201 per tahun (dari 223080 ton
meningkat menjadi 1341141 ton pada tahun 2006)
Pengusahaan rurnput laut sebagai industri telah menempatkan
diri sebagai komoditas ekspor yang mendatangkan devisa bagi
negara Pembudidayaannya di pihak lain merupakan lapangan kerja
yang menjadi sumber pendapatan nelayan menyerap tenaga kerja
serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan
Indonesia yang sangat potensial Ini menempatkan rumput laut
sebagai komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan
Wilayah Potensial Pengembangan Eucheuma
Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut
Eucheuma terletak perairan pantai Nanggro Aceh Darusalam
(Sabang) Sumatera Barat (Pesisir Selatan Mentawai) Riau
(Kepulauan Riau Batam) Sumatera Selatan Bangka Belitung
Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta
(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur
(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh
hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa
Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara
Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere
Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan
Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku
(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)
Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya
tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la
melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu
gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir
diseluruh perairan Indonesia
Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao
Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan
oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut
mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-
daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah
cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan
potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri
pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan
beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang
belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim
seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah
secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan
mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan
tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara
intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat
Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan
lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu
1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam
investasi maupun opersionalnya
2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup
sederhana
3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya
tingkat pengembaliannya cukup cepat
4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan
cenderung meningkat
Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote
Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan
luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga
pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian
utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di
Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan
31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003
dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun
2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004
yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total
luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya
yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005
terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18
menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah
potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya
potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka
tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah
serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada
Produktivitas
Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa
pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per
desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa
atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat
produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak
cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan
rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja
yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu
berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah
jumlah tenaga kerja
Sumber Daya Manusia (SDM)
Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005
terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote
Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat
di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada
umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang
atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau
Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam
sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang
tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan
budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu
keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha
budidaya rumput laut
Jenis dan Metode Budidaya
Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote
adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga
eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut
(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)
melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan
lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya
yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran
air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan
Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif
luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat
surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu
pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari
yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang
cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut
Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT
yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya
long line disamping paling murah dalam investasi juga paling
sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga
relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun
demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga
memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin
yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin
cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan
Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin
namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani
karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian
pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang
terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus
gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar
Tingkat Produksi
Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke
tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari
produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton
pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086
ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain
disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani
rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan
atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan
pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap
rumput laut pasca panen
Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya
yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang
meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan
binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani
Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut
adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk
memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah
terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang
rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani
Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)
akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun
demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun
tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan
sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan
tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah
yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat
diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar
Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
Banten (dekat Ujung Kulon Teluk Bantefl Panjang) DKI Jakarta
(Kepulauan Seribu) Jawa Tengah (Karimun Jawa) Jawa Timur
(Situbondo dan Banyuwangi Selatan Madura) Bali (Nusa Dua) Kutuh
hung Payung Nusa Penida Nusa Lembongan) dan Buleleng Nusa
Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan pantai Utara
Sumbawa Besar Bima dan Sumba) Nusa Tenggara Timur (Maumere
Larantuka Kupang P Roti selatan) Sulawesi Utara Gorontalo
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan
Barat Kalimantan Selatan (Pulau Laut) Kalimantan Timur Maluku
(P Seram P Osi Halmahera Kep Aru dan Kei)
Papua(BiakSorong) Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya
tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbu karang la
melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu
gamping di daerah intertidal dan subtidal Tumbuh tersebar hampir
diseluruh perairan Indonesia
Potensi Rumput Laut di Kabupaten Rote Ndao
Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan
oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja Hal tersebut
mengindikasikan perlunya pemberdayaan perekonomian di daerah-
daerah Semangat pemberdayaan perekonomian pada umumnya sudah
cukup terdengar di beberapa kawasan di NTT sebut saja pengolahan
potensi pariwisata Taman Nasional Riung KAPET Mbay Industri
pembekuan Ikan di Labuan Bajo serta Kawasan Industri Bolok dan
beberapa lainnya walaupun terdapat beberapa diantaranya yang
belum terdapat realisasinya atau realisasi masih sangat minim
seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah
secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan
mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan
tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara
intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat
Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan
lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu
1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam
investasi maupun opersionalnya
2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup
sederhana
3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya
tingkat pengembaliannya cukup cepat
4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan
cenderung meningkat
Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote
Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan
luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga
pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian
utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di
Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan
31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003
dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun
2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004
yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total
luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya
yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005
terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18
menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah
potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya
potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka
tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah
serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada
Produktivitas
Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa
pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per
desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa
atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat
produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak
cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan
rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja
yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu
berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah
jumlah tenaga kerja
Sumber Daya Manusia (SDM)
Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005
terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote
Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat
di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada
umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang
atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau
Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam
sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang
tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan
budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu
keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha
budidaya rumput laut
Jenis dan Metode Budidaya
Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote
adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga
eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut
(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)
melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan
lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya
yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran
air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan
Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif
luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat
surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu
pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari
yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang
cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut
Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT
yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya
long line disamping paling murah dalam investasi juga paling
sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga
relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun
demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga
memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin
yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin
cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan
Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin
namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani
karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian
pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang
terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus
gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar
Tingkat Produksi
Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke
tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari
produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton
pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086
ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain
disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani
rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan
atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan
pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap
rumput laut pasca panen
Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya
yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang
meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan
binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani
Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut
adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk
memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah
terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang
rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani
Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)
akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun
demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun
tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan
sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan
tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah
yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat
diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar
Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
seperti pada kasus KAPET Mbay Pemberdayaan perekonomian daerah
secara khusus di Kabupaten Rote Ndao dilakukan dengan
mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada Pengoptimalan
tersebut dilakukan dengan budidaya rumput laut yang secara
intensif dilakukan di wilayah Kecamatan Rote Timur Rote Barat
Laut dan Rote Barat Daya Dibandingkan dengan usaha kelautan
lainnya usaha ini banyak memiliki keunggulan yaitu
1 Usaha ini tidak membutuhkan biaya yang besar baik dalam
investasi maupun opersionalnya
2 Teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini cukup
sederhana
3 Masa panen yang relatif singkat hanya 45 hari yang artinya
tingkat pengembaliannya cukup cepat
4 Permintaan pasar akan komoditas ini sangat tinggi dan
cenderung meningkat
Potensi Budidaya Rumput Laut di Rote
Dengan memperhitungkan keuntungan budidaya rumput laut dan
luasnya daerah pantai yang belum dimanfaatkan sebagian warga
pesisir telah menjadikan usaha budidaya sebagai mata pencarian
utama Tercatat pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di
Kabupaten Rote mencapai 271498 ha tersebar di 6 kecamatan dan
31 desa Dari total lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2003
dihasilkan 1935 ton rumput laut kering dan meningkat pada tahun
2004 menjadi 3964 ton Pemanfaatan daerah pantai pada tahun 2004
yang seluas 271498 ha tersebut hanya sebesar 830 dari total
luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya
yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005
terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18
menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah
potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya
potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka
tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah
serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada
Produktivitas
Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa
pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per
desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa
atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat
produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak
cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan
rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja
yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu
berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah
jumlah tenaga kerja
Sumber Daya Manusia (SDM)
Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005
terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote
Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat
di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada
umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang
atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau
Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam
sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang
tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan
budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu
keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha
budidaya rumput laut
Jenis dan Metode Budidaya
Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote
adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga
eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut
(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)
melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan
lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya
yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran
air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan
Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif
luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat
surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu
pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari
yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang
cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut
Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT
yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya
long line disamping paling murah dalam investasi juga paling
sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga
relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun
demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga
memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin
yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin
cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan
Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin
namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani
karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian
pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang
terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus
gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar
Tingkat Produksi
Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke
tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari
produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton
pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086
ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain
disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani
rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan
atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan
pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap
rumput laut pasca panen
Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya
yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang
meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan
binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani
Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut
adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk
memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah
terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang
rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani
Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)
akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun
demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun
tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan
sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan
tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah
yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat
diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar
Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
luas pantai yang ideal untuk digunakan sebagai lahan budidaya
yang seluruhnya mencapai 32700 ha Sementara untuk tahun 2005
terjadi peningkatan pemanfaatan lahan budidaya sebesar 18
menjadi 3298 ha atau seluas 101 Sehingga luas daerah
potensial mencapai 899 hal tersebut menunjukan besarnya
potensi ekonomi yang masih belum dimanfaatkan Selain itu angka
tersebut juga menggambarkan tantangan bagi petani dan pemerintah
serta instansi lain untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada
Produktivitas
Pada tahun 2005 produksi rumput laut kering dari ke 48 desa
pantai tersebut mencapai 5086 ton atau rata-rata 10380 ton per
desa Sementara penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 7146 jiwa
atau rata-rata 146 jiwa per desa pantai Namun demikian tingkat
produksi rumput laut masing-masing desa pantai pada umumnya tidak
cukup merata terdapat beberapa daerah yang mampu menghasilkan
rumput laut dalam jumlah besar dengan penyerapan tenaga kerja
yang cukup banyak Sementara beberapa daerah hanya mampu
berproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit Faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya rumput laut adalah
jumlah tenaga kerja
Sumber Daya Manusia (SDM)
Tidak kurang dari 2691 KK atau 7146 jiwa pada tahun 2005
terlibat dalam usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Rote
Selain penduduk pesisir pantai petani rumput laut yang terdapat
di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada
umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang
atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau
Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam
sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang
tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan
budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu
keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha
budidaya rumput laut
Jenis dan Metode Budidaya
Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote
adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga
eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut
(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)
melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan
lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya
yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran
air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan
Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif
luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat
surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu
pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari
yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang
cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut
Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT
yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya
long line disamping paling murah dalam investasi juga paling
sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga
relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun
demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga
memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin
yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin
cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan
Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin
namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani
karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian
pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang
terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus
gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar
Tingkat Produksi
Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke
tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari
produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton
pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086
ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain
disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani
rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan
atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan
pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap
rumput laut pasca panen
Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya
yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang
meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan
binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani
Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut
adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk
memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah
terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang
rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani
Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)
akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun
demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun
tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan
sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan
tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah
yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat
diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar
Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
di beberapa desa pantai juga berasal dari luar daerah Pada
umumnya petani pendatang ini sebelumnya adalah penggarap ladang
atau penggembala yang bertempat tinggal di bagian tengah pulau
Pada umumnya pengerjaan budidaya rumput laut dilakukan dalam
sistem kekeluargaan dimana pengerjaannya dilakukan oleh orang
tua dan anak-anaknya Jumlah kepala keluarga yang melakukan
budidaya adalah sebanyak 2691 KK sehingga rata-rata dalam satu
keluarga atau KK terdapat 2 sampai 4 orang yang melakukan usaha
budidaya rumput laut
Jenis dan Metode Budidaya
Spesies rumput laut yang dibudidayakan di perairan Rote
adalah Eucheuma cottonii dari divisio algae merah dan marga
eucheuma Jenis ini umumnya tumbuh di daerah pasang surut
(intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal)
melekat pada substrat di dasar perairan Selain itu persyaratan
lain untuk tumbuhnya jenis ini adalah adanya gerakan air cahaya
yang cukup untuk terjadinya variasi suhu dan memperoleh aliran
air laut yang tetap Kondisi tersebut sangat ideal untuk perairan
Rote yang memiliki pantai dengan daerah pasang surut yang relatif
luas dengan pasokan aliran air yang tetap sehingga pada saat
surut daerah pantai tidak mengalami kekeringan Selain itu
pantai-pantai Rote juga memiliki tingkat pencahayaan matahari
yang sangat banyak yang memungkinkan adanya variasi suhu yang
cukup untuk kebutuhan budidaya jenis eucheuma tersebut
Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT
yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya
long line disamping paling murah dalam investasi juga paling
sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga
relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun
demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga
memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin
yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin
cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan
Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin
namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani
karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian
pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang
terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus
gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar
Tingkat Produksi
Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke
tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari
produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton
pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086
ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain
disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani
rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan
atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan
pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap
rumput laut pasca panen
Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya
yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang
meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan
binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani
Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut
adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk
memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah
terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang
rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani
Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)
akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun
demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun
tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan
sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan
tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah
yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat
diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar
Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
Teknik budidaya rumput laut yang paling umum digunakan NTT
yaitu teknik rakit apung dan teknik long line Metode budidaya
long line disamping paling murah dalam investasi juga paling
sederhana dalam penggunaannya Selain itu metode tersebut juga
relatif aman terhadap beberapa predator seperti bulu babi Namun
demikian selain beberapa keunggulannya metode tersebut juga
memiliki kekurangan yaitu rentan terhadap gelombang dan angin
yang cukup keras akibatnya pada saat musim gelombang atau angin
cukup kencang produktivitas petani cenderung mengalami penurunan
Walaupun metode ini cukup rentan terhadap gelombang dan angin
namun tetap menjadi metode yang paling dominan digunakan petani
karena selain keunggulan-keunggulan di atas juga karena sebagian
pantai tempat budidaya berada di belakang pulau-pulau kecil yang
terletak di depan pulau utama (Pulau Rote) akibatnya arus
gelombang di daerah pantai tersebut relatif tidak terlalu besar
Tingkat Produksi
Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke
tahun selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari
produksi 1935 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3964 ton
pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 produksinya menjadi 5086
ton Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun selain
disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani
rumput laut juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan
atau kompetensi petani dalam budidaya mulai dari pemililihan dan
pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap
rumput laut pasca panen
Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya
yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang
meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan
binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani
Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut
adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk
memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah
terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang
rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani
Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)
akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun
demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun
tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan
sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan
tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah
yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat
diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar
Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
pemeliharaan bibit penanaman perawatan dan perlakuan terhadap
rumput laut pasca panen
Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya
yang dimaksud adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang
meliputi parasit dan binatang predator Dibandingkan dengan
binatang predator hama parasit jauh lebih merugikan bagi petani
Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman rumput laut
adalah hama ais-ais Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk
memberantasnya Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah
terserang hama ini Hama tersebut menyebabkan batang-batang
rumput laut patah akibatnya rumput laut tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga sangat menurunkan produktivitas petani
Selain hama budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca Cuaca yang buruk (berangin dan gelombang besar)
akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas petani Namun
demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi jauh menurun
tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan
sehingga pada musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan
tingkat produksi atau memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah
yang terlindung Berbeda dengan hama yang datangnya tidak dapat
diprediksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar
Prospek Usaha Budidaya Rumput Laut
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
Usaha budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya dan NTT
khususnya menunjukkan adanya peningkatan yang berlangsung secara
kontinu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai
tahun 2004) permintaan terhadap bahan baku rumput laut kering
baik dari dalam maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan terutama permintaan dari pasar Cina dan Korea Selain
permintaan yang terus mengalami permintaan nilai jual (harga
jual) juga cenderung mengalami peningkatan dari sekitar Rp
600kg pada tahun 1998 menjadi berkisar antara Rp 4500 sampai Rp
5000kg pada tahun 2006
Demikian pula usaha budidaya rumput laut di Pulau Rote
jumlah produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar
Sementara dalam hal nilai jual walaupun lebih dipengaruhi oleh
posisi pengumpul dimana posisi petani lemah namun harga tetap
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Dari
ke dua aspek tersebut dapat dikatakan bahwa prospek usaha
budidaya rumput laut masih sangat terbuka dan sangat menjanjikan
Menyikapi prospek dan peluang tesebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pengusaha atau petani antara lain
pemasaran biaya produksi dan kendala produksi
Kendala Produksi
Selain menjadi usaha yang sangat profitable usaha budidaya
rumput laut tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi kendala
untuk peningkatan skala usaha Kendala yang umum dialami oleh
petani di Kabupaten Rote antara lain adalah pemahaman petani
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
tentang teknik budidaya yang benar masih kurang mutu produk
masih kurang diperhatikan dan yang paling dominan adalah masalah
harga dimana harga ditentukan oleh pembeli atau pengumpul Saat
ini kemampuan petani dalam beberapa hal dapat dikatakan masih
kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat sehingga hama dapat menyebar
dan menyerang seluruh areal produksi Selain pada periode tanam
kemampuan petani dalam penanganan pasca panen juga masih sangat
kurang Beberapa pengumpul masih mengeluhkan teknik penjemuran
petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut
kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain
Hal ini menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya sadar akan
tuntutan mutu produk yang dihasilkan Sebagai akibatnya posisi
petani akan selalu lemah dalam transaksi jual beli produk
Permasalahan yang paling dominan dihadapi petani adalah masalah
harga dimana petani hanya bisa menerima berapapun tingkat harga
yang ditawarkan oleh pembeli atau pengumpul Pada kondisi ini
petani akan kesulitan dalam memperhitungkan tingkat laba yang
akan diperoleh dalam beberapa kurun waktu yang akan datang sebab
sangat dimungkinkan sewaktu-waktu harga komoditi tersebut akan
jatuh atau meningkat tajam tanpa sepengetahuan petani Hal yang
sangat tidak diharapkan adalah terjadinya penuruhan harga dimana
biaya produksi yang dikeluarkan tetap dan cenderung mengalami
peningkatan namun demikian hal ini sangat mungkin terjadi Lain
halnya apabila pembentukan harga dilakukan oleh kedua pihak
(petani dan pengumpul) maka petani akan lebih bisa memprediksikan
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
fluktuasi harga karena mereka terlibat didalamnya Pada kondisi
tersebut petani dapat mengambil keputusan untuk menahan atau
menjual produknya untuk mengoptimalkan keuntungannya
Pembuatan Bioetanol
Proses pembuatan bioetanol ini meliputi tiga tahap Tahap
pertama adalah proses pretreatment (pre-hidrolisa dan hidrolisa)
Tahap kedua adalah proses Fermentasi dengan penambahan bakteri
Sacharomycess cerevisiae Tahap ketiga adalah pemurnian
menggunakan destilasi dan molecular sieve Pabrik bioetanol ini
beroperasi selama 24 jam per hari dengan masa kerja 330 hari
pertahun Produk utama yang dihasilkan berupa bioetanol
Kapasitas produksi pabrik bioetanol adalah 19000 Kghari dan
kebutuhan air proses sebesar 286193 m3hari
Sifat Fisika dan Kimia
Bahan Baku Utama
Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Air 278
Karbohidrat 333
Protein 54
Lemak 86
Abu 2225
Serat kasar 3
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Selulosa 20
Hemiselulosa 70
Lignin 10
Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut
(wwwgooglecom)
Bentuk Berbentuk thallus (ganggang)
Warna tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang bentuk batang tidak berstruktur
Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari hemiselulosa
adalah sebagai berikut
Sifat fisika hemiselulosa
- Mempunyai serat dengan warna putih
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya
Sifat kimia hemiselulosa
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida)
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan ethanolbioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut
Berdasarkan Fessenden (1992) kegunaan ethanol adalah
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
Digunakan dalam minuman keras
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri
Sebagai bahan bakar
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12800 Btulb
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase 10
etanol dan 90 gasoline akan menghasilkan produk dengan nama
dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112000
Btugallon (Hunt 1981)
Berdasarkan Austin (1984) kegunaan ethanol adalah
Sebagai bahan industri kimia
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa
kimia lain seperti asetaldehid etil asetat asam asetat
etilene dibromida glycol etil klorida dan semua etil ester
Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar
Produk
Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah menguap)
Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18
Mudah terbakar
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat)
Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Spesific gravity 07851 pada suhu 200C
Tabel 1 Sifat Fisika Ethanol
Besaran NilaiBerat Molekul 46Titik beku oC -1141Titik didih normal oC +7832Temperatur kritis oC 2431Tekanan kritis kPa 638348Volume kritis Lmol 0167Faktor kompressibilitas kritis z 0248Densitas pada 20 oC gml 07893Viskositas pada 20 oC mPas (=cP) 117Kelarutan dalam air pada 20 oC LarutPanas penguapan pada td normal Jg 83931Panas pembakaran pada 25 oC Jg 2967669Panas pembentukan 1046Panas spesifik pada 20oC JgCs 242Warana cairan Jernih
(Othmer 1945)
Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanoletanol adalah
sebagai berikut
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara
dehidrasi dehidrogenasi oksidasi dan esterifikasi Sifat kimia
ethanol dengan senyawa lain yaitu
Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium etoxida
C2H5OH + NaOH 1048774 C2H5ONa +H2O
Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam
anhidrida atau asam halid
CH3CH2OH + CH3COOH 1048774 CH3COOC2H5 + H2O
Dehidrasi
Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl ether
CH3CH2OH 1048774 CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH 1048774 CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Dehidrogenasi
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam
fase uap dengan bantuan bermacam katalis
CH3CH2OH 1048774 CH3CHO + H2
Tabel 2 Standart Ethanol di Indonesia
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
Produk Samping
a Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut
Rasa asam
Temperatur kritis = 311oC
Tekanan kritis = 734 kPa
Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (10132 kPa) = -7850C
Densitas liquid pada 00C dan tekanan 10132 kPa = 1976 gliter
Viskositas pada 250C = 0015 cp
Panas pembentukan pada 250C = 3734 Btumol
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
Panas latent penguapan = 1496 Btulb
Spesifik gravity 153 pada basis udara 1
Melting point ndash 5660C pada 52 atm
Kelarutan dalam air 1797 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air pada 00C
Larut dalam alkohol
Tidak berbau tidak berwarna
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut
CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 1048774 CO + H2O
CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada pabrik
urea untuk menghasilkan ammonium karbamat
CO2 + 2 NH3 1048774 NH2COONH4
b Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Berupa padatan (amorf)
Berwarna cokelat
Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (wwwgooglecom)
Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik turunan)
dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena
c Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
Berbentuk padatan berupa gula kayu
Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (wwwwikipediacom)
BM = 15013 gmol
Titik lebur = 144-145 0C
Kepadatan pada 20 0C = 1525 gcm3
Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti gula
xylitol
Uraian Jenis Manfaat dan Sifat Karaginan
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas
Rhodophyceae (alga merah) Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid
yang terdiri atas ester kalium natrium magnesium dan kalium
sulfat dengan galaktosa 36 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno
1996) Menurut Hellebust dan Cragie (1978) karaginan terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
Rhodophyceae seperti yang tercantum dalam Federal Register
polisakarida tersebut harus mengandung 20 sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100-800
ribu (Deman 1989)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan adalah
proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi pH lama dan suhu
Proses pengolahan karaginan dimulai dengan sistem ekstraksi
dengan suatu basa yang kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
pengendapan dan penggilingan hingga menjadi suatu tepung Rasyid
(2003) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh
pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan
garam natrium untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium
sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras Untuk kappa
karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota
karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium Mangione dkk
(2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel
kappa karaginan dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang
berbeda dalam menaikkan gel makroskopik kappa karaginan Adanya
ion Na menghasilkan struktur yang lebih tidak teratur
dibandingkan dengan adanya ion K Sehingga akan diteliti pengaruh
Ca K dan Na pada sifat kekentalan iota karaginan
Derajat keasamaan (pH) berpengaruh pada pembuatan karaginan
Menurut Rumajar dkk (1997) randemen tertinggi sebesar 50 di
dapat pada perlakukan pH 10 Selanjutnya menurut Suryaningrum
(1988) ekstrak dilakukan dalam kondisi basa pada pH 8-9
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat
tepung karaginan dengan cara ekstraksi pada pH 8 85 9 95 dan
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
10 Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang
dihasilkan Menurut Setyowati (2000) randemen terbesar yaitu
6777 diperoleh untuk jenis Eucheuma spinosum dengan lama
ekstraksi optimal 2 jam Sedangkan menurut Rumajar dkk (1997)
bahwa randemen tertinggi yaitu 50 didapat dengan lama ekstraksi
90 menit Selain itu waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar
sulfat Lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar
sulfat tertinggi sebesar 1944 sedangkan terendah pada lama
ekstraksi 1 jam sebesar 18318
Menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada
lama ekstraksi 30 menit sebesar 2207 lama ekstraksi 60 menit
2174 dan lama ekstraksi 90 menit menjadi 2121 Dimana dengan
bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan sulfat
karaginan sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama
ekstraksi 2 jam Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan
larut jika kontak dengan panas Rumajar dkk (1997) mengemukakan
bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang
terlalu lama menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai
molekul Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu
diperhatikan Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-
950C Setyowati (2000) pada suhu 900C Aslan (1998) pada suhu
90-950C dan Mukti (1987) pada suhu optimum 90-950C
Sifat Dasar Karaginan
Sifat dasar karaginan terdiri dari 3 tipe karaginan yaitu
kappa iota dan lamda karaginan Tipe karaginan yang paling
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan Sifat-sifat
karaginan meliputi kelarutan viskositas pembentukan gel dan
stabilitas pH Berikut ini beberapa sifat karaginan
1 Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karaginan dapat
larut sedangkan pada kappa dari iota karaginan hanya garam
natrium yang larut
2 Lambda karaginan larut dalam air panas (temperature 40-600C)
Kappa dari iota karaginan larut temperature di atas 700C
3 Kappa lambda dan iota karaginan larut dalam susu panas
Dalam susu dingin kappa dan iota tidak larut sedangkan lambda
karaginan akan membentuk dispersi
4 Kappa karaginan dapat membentuk gel dengan ion kalium
sedangkan iota karaginan membentuk gel dengan ion kalsium Lambda
karaginan tidak dapat membentuk gel
5 Semua jenis karaginan stabil pada pH netral dan alkali Pada
pH asam karaginan akan terhidrolisis
J SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari penulisan karya tulis ini adalah
1 Rumput laut Euchema sp yang ketersediaannya melimpah di dalam
negeri khususnya di Kabupaten Rote Ndao dapat dimanfaatkan
menjadi produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
sekitar untuk menghemat energi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
2 Pemanfaatan rumput laut Euchema sp menjadi produk bioetanol
mampu meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pengolahan limbah hasil laut
K DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J A Zatnika W Syatrniko SI dan Z Moor1993 Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri FarmasiPotensi dan Pemanfaatan Makro Alga Laut Makalah StadiumGeneral Teknologi dan Altematif Produk Perikanan DalamIndustri Farmasi Bogor Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor
Anonim Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput Laut Dengan ProsesFermentasi Tugas akhir Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya
Aslan LM 1998 Budidaya Rumput Laut Penerbit KanisiusYogyakarta Hal 97
Bank Indonesia Kupang Perkembangan Ekonomi Makro Regional HasilKajian Potensi Rumput Laut Di kabupaten Rote Ndao NusaTenggara Timur
Fessenden dan Fessenden 1982 Kimia Organik Erlangga Jakarta
Luthfy S 1988 Mempelajari Ekstraksi Karaginan dengan MetodaSemi Refine dari Eucheuma cottonii Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 106 pp
Mubarak H S Ilyas W Ismail IS Wahyuni ST Hartati EPratiwi Z Jangkaru dan R Arifudin 1990 Petunjuk TeknisBudidaya Rumput Laut phpkanpt 131990 Jakarta hal 93
Shofiyanto ME 2008 Hidrolisis Tongkol Jagung oleh BakteriSelulotik untuk Produksi Bietanol dalam Kultur CampuranSkripsi
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama
Sun Y and Cheng J 2002 Hydrolysis of LignocellulosicMaterials for Ethanol Production A Review BioresourceTechnology Vol 83 pp 1-11
Winarno FG 1996 Teknologi Pengolahan Rumput Laut Jakartaptgramedia pustaka utama