Page 1
「
KARAttERIST:K PASiEN D:ABETES MELITUS DENGAN NVER:NEUROPAT:K
PER:FER D:POL:KLiNIK RSUD ABDUL WAHAB SIAHRAN:ESAMAR:NDA
Ratu Tria Nandyaa′ Vetty Octavia Hutahaeanb′ Abdul Mu′ tiC
aProgram Studi Kedokteran Fakultas KedOkteran Universitas Mu:awarman,Samarinda
bLaboratorium‖mu penvakit Saraf Fakuitas KedOkteran universitas Mulawarman′ Samarinda
CLabOratorium‖mu Radiologi Faku:tas Kedokteran universitas Mulawarman′ Samarinda
KoreSpondensi:[email protected]
Abstrak
Diabetes me‖ tus(DM)dapat menvebabkan berbagal komp“ kasi.Nven neurOpatik enfer merupakan komp‖ kasi
pa:ing umum dari DM vang mempunvai beFbagai faktor risiko.Nveri neuropatik perifer dapat meningkatkan
morbiditas,mortantas dan disab‖ itas dan pasien DM.Penelitian ini bertuluan untukmengetahui karaktenstik
pasien diabetes melitus dengan nveri neuropatik perifer di Po!ik‖ nik RSUD Abdul Wahab Siahranie samarinda
berdasarkan usia′ leniS kelamin,durasi mengalami DM′ kontroi giukosa darah′ riwavat hipertensi′ kadar asam
urat kadar koiesteroL dan ieniS terapifamnako:ogi DM.Jenis pene‖ tian ini adaiahdesk"ptiF dengan mettbatkan
45 sampe:pasien DM dengan nveri neuropatik perifer dI Polik:inik RSUD Abdul Wahab Siahranie samarinda.
Angka kasus nveri neuropatik perifer di Poiik‖ nik RSuD Abdu!Wahab Siahranie samarinda paling banvak teriadi
pada ienis keiamin perempuan′ kelompok usia)65 tahun,dengan durasi menga:ami DM se:ama)5 tahun′
memi‖ kl kadar glukosa darah vang t:dak terkontrol,menl:liki riwavat hipertensi,dengan kadar asam urat dan
kadar kolestero:total yang tinggi dan menggunakan terapl obat antid:abetik ora:.Geia:a klinis nveri neuropatik
perifer yang paling seFing dikeluhkan oleh pasien valtu rasa kebas dan kesemutan.
Kata κuncl:Diabetes me:itus nveri neuropatik perifer diabetit neurOpati perifer
Abstract
Diabetes mel:itus iDM)can Cause variOus compncatiOns,Pedphera:neuropathic pain is the most common
cOmpncatiOn of DM which has vanous nsk factOrs.peripherai neuropathic pain mav increase mOrbidity・
morta:ity and disabi:ity of DM patients.丁 his studv aimed to descnbe the characte‖ stics of diabetes me‖ itus
patients with penpheFal neuropathic pain at Polyc‖nic of Abdui Wahab Siahranie samarinda Hospital based on
age′ genderr duration of DM,control of blood g!ucose′ hvpertensiOn,uric acid leveis,totai cho:esterol leveis
and type of DM medication.This was a descriptレ e studv bv involv:ng 45 DM patients with diabetic peripheral
neuropathic pain at ,o:vclinic of Abdu: Wahab siahranie samarinda Hospital. The cases ofperiphera:
neuropathic pain in paJents with DM at'o:yciinic of Abdul Wahab Siahran:e mOst common in femaie patients′
age group>65 vears old′ with duration of DM>5 vears have an uncOntroled of blood glucose′ have a history of
hypertension′ have high uric acid ieveis,have high total choiestero:teveis and using oral antidiabetic agents.
The most common cttnicalsymptom thatthe patients compiained was numb and ting‖ ng.
κevwords:Diabetes rne‖ itus,diabetic peripherai neuropathic pain,peripherai neuropathy
PENDAHULUAN
Diabetes mel掟 us{DM)merupakan suatu
kelompok penvakit metabolik dengan karakteristik
hipeFglikemia vang tettadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.t Diabetes
melitus tipe 2 adalah tipe yang paling sering ditemui,
dengan prevalensi sekitar 90% pasien diabetes
melitus dari semua kasus diseluruh dunia.l Penyakit
Jurnaf Kedokteran Mulawarman, 2Ot8;4{1},39
Page 2
a
DM dapat menyebabkan berbagai komplikasi
makrovaskuler maupun mikrovaskuler. Neuropati
perifer adalah salah satu komplikasi mikrovaskuler
yang paling umum dari DM.2 Polineuropati sensori-
motor distal simetris merupakan jenis kelainan
neuropatiperifer yang paling sering terjadi, dengan
gejala yang muncul dimulai dari bagian distal lalu
berkembang ke arah proksimal3. Prevalensi nyeri
neuropatik bervariasi di seluruh dunia, berkisar 7%-
10% populasi mengalami neuropati.2 Penelitian yang
dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Jakarta, mendapatkan hasil 38% dari pasien DM
mengalami neuropati.a Hiperglikemia merupakan
salah satu faktor risiko utama neuropati diabetik.a
Beberapa faktor risiko lainnya dari neuropati diabetik
meliputi kontrol gula darah yang buruk, peningkatan
usia, hipertensi, durasi mengalami DM,
hiperlipidemia, merokok, dan konsumsi alkohol yang
tinggi.s Peningkatan usia menyebabkan
berkurangnya kemampuan tubuh untuk menurunkan
aktivitas radikal bebas yang dapat mengakibatkan
terjadinya mikroangiopati.6
Dalam penelitian Suri et al. 120751 ditemukan
semakin lama pasien menderita penyakit DM,
semakin besar angka kejadian neuropati diabetik
yang ditemukan.t Lama waktu terdiagnosa DM juga
berkaitan dengan penurunan fungsi sel beta
pankreas sehingga menimbulkan komplikasi yang
secara umum terjadi pada pasien dengan lama sakit
5-10 tahun.T Penelitian yang juga dilakukan oleh
Booya et o/., (2005) menyebutkan bahwa faktor
risiko potensial neuropati diabetik lebih besar pada
perempuan sebesar 78% dibandingkan responden
laki-laki 22%.8 Sedangkan pada penelitian oleh
Tantular (2013) menunjukkan tidak terdapat
hubungan antara jenis kelamin dengan kerusakan
saraf.6
Keadaan hiperglikemia kronis akan
40 Juinal Kedokieran Muiar,varman, )Aft;4,L)
mengaktifkan jalur polyol, formasi odvonced
glycotion end product (AGE-RAGE), aktivasi protein
kinase C (PKC) yang akan menginduksi terjadinya
stres oksdatif dan menyebabkan kerusakan saraf.e
Kenaikan kadar hemoglobin A1c (HbA1c) 2%
mempunyai risiko komplikasi neuropati sebesar 1,5
kali lipat dalam waktu empat tahun.lo Zarrelli pada
penelitiannya melaporkan bahwa hipertensi
dikaitkan dengan polineuropatidistal simetris kronis.l
Kadar asam urat tinggi atau hiperurisemia
mempunyai hubungan dengan kejadian komplikasi
mikrovaskuler dan makrovaskuler pada penderita
DM.12
Pada penderita DM yang mengalami komplikasi
seperti neuropati perifer, terjadi hipoksia yang
menyebabkan mikroangiopati endoneural dan
kematian sel neuron perifer.l3 Hiperlipidemia
memiliki kontribusi penting dalam terjadinya
neuropati diabetik melalui induksi stres oksidatif
pada neuron sensorik.la Penelitian yang dilakukan
oleh Lestari, et ol., l20L6l mendapatkan hasil bahwa
pasien DM dengan terapi insulin secara bermakna
menurunkan kejadian nyeri neuropatik perifek
diabetik sebesar 93% dibandingkan dengan terapi
oral.ls Manifestasi neuropati perifer bisa berupa
hiperestesi {poinful), hipoestesi (poinless) atau
keduanya,l6 Tetapi sekitar L2% dari semua pasien
diabetes mengalami gejala nyeri.l6 Kerusakan dari
saraf perifer menyebabkan timbulnya beragam
gejala seperti, rasa kaku, dingin, panas, kebas-kebas,
nyeri seperti ditusuk jarum, rasa tersandung waktu
berjalan atau tidak stabil pada kaki dan penderita
lainnya mungkin akan merasakan gejala yang lebih
ekstrem seperti nyeri terbakar terutama pada malam
hari yang dapat mengganggu kualitas tidur pasien.s
Sekitar satu pertiga dari penderita DM dengan nyeri
neuropatik tidak pernah menerima pengobatan
untuk nyerinya dan hanya satu dari lima pasien yang
iSSN 2443-0439
Page 3
-
merasa puas dengan pen8obatan neuropatinya.'
Rasa sakit dapat terjadi dengan konstan dan disertai
allodinia pada kulit yang dapat mempengaruhi
kualitas hidup pasien, mengganggu kegiatan sehari-
hari, dan memiliki pengaruh negatif terhadap
emosional pasien.3
Neuropati sebagai komplikasi yang paling
umum dari DM dapat meningkatkan morbiditas,
mortalitas, disabilitas dan biaya kesehatan pasien
DM. Tinjauan epidemiologi dan karakterlstlk rryerl
neuropatik di lndonesia terutama lGlimantan Timur
juga masih sangat terbatas. Diharapkan dengan
dilakukannya penceBahan dan deteki dini serta
pengobatan yang adekuat dapat menurunkan
komplikasi neuropatik yang progresif.
Berdasarkan hal inilah yang membuat penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang
karakteristik pasien diabetes melitus dengan nyeri
neuropatik perifer berdasarkan jenis kelamin, usia,
durasi terdiagnosa DM, kontrol glukosa darah,
riwayat hipertensi, kadar asam urat, kadar kolesterol
total, dan jenis terapi farmakologi DM pada pasien
rawat ialan di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda.
METODE PENETITIAN
Penelitan ini merupakan penelitian deskriptif
kuantitatif.Pengambilan sampel pada penelitian ini
dilakukan dengan teknik fotsl sompling. Populasi
pada penelitian ini adalah pasien DM rawat jalan di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.Data
diperoleh dari data primer yaitu menggunakan
kueslonerlD-Pornuntuk mengetahui apakah pasien
mengalami nyeri neuropatik perifer. Kemudian
mengambil data sekunder yang diperoleh dari rekam
medik pasien dan buku status pasien diabetes
melitus di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarindauntuk mengetahui gambaran usia, jenis
kelamin, durasi terdiagnosis DM, kontrol glukosa
darah, riwayat hipertensi, kadar asam urat, kadar
kolesterol total, dan terapi farmakologi pada pasien
diabetes melitus dengan nyeri neuropatik perifer
yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kriteria lnklusi:
a) Pasien diabetes melitus yang terduga mengalami
nyeri neuropatik perifer berdasarkan kuesioner
lDPsin.
Kriteria Eksklusi:
a) Pasien diabetes melitus yang tidak bersedia
meniadi responden.
b) Pasien diabetes melitus dengan data rekam
medik yang tidak lengkap.
c) Pasien pasca stroke dengan gangguan bicara dan
hemihipestesia.
d) Pasien dengan riwayattrauma tulang belakang
Data yang diperoleh ditabulasikan menurut
disffibusi frekuensi dan persentase.Pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan softworeMicrosoft
Word 2070 dan Microsoft Excel 2070.Penyajian data
dilakukan dalam bentuk narasi, tabel dan grafik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan penelitian selama 6 minggu,
didapatkan hasil 45 pasien diabetes melitus
mengalami nyeri neuropatik perifer. Angka kasus
nyeri neuropatik perifer pada pasien DM di Poliklinik
RSUD Abdul Wahab Sjahranie berdasarkan usia
terbanyak yaitu pada kelompok usia >65 tahun
(40%). Nyeri neuropatik perifer berdasarkan jenis
kelamin perempuan t56%) lebih banyak
dibandingkan dengan laki-laki (rt4%). Berdasarkan
durasi mengalami DM terbanyak yaitu 5-10 tahun
(38%), nyeri neuropatik perifer berdasarkan kontrol
glukosa darah pasien didapatkan hasil lebih banyak
pada pasien tidak terkontrol (60%). Kemudian
Jurnal Kedokteran Mulawarm an,2Ol8; 4(ll 4L
Page 4
「
didapatkan hasil pasien lebih banyak mengalami
hipertensi(80%), kadar asam urat tinggi (73%) dan
kadar kolesterol total tinggi (53%). Nyeri neuropatik
perifer berdasarkan jenis terapi DM didominasi oleh
pasien yang menggunakan terapi antidiabetik oral
(62%), sedangkan yang menggunakan insulin hanya
{11%) dan terapi kombinasi 127%1.
[言
511□ _. ・ ―
LoDF-^b-ai\$d q"d Ooro" 4el" $c
Gambar 1. Karakteristik Pasien Diabetes Melitusdengan Nyeri Neuropatik Perifer di Poliklinik RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Berdasarkan
Gejala Klinis
36-4546-5556-65 >65ahun tahun tahun tahun
Gambar 2. Karakteristik Pasien Diabetes Melitusdengan Nyeri Neuropatik Perifer di Poliklinik RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Berdasarkan Jenis
Kelamin
Perempuan560/o
Gambar 3. Karakteristik Pasien Diabetes Melitusdengan Nyeri Neuropatik Perifer di Poliklinik RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Berdasarkan Usia
1躙 輻麒躙<5 5-10 11-15 >15
tahun tahun tahun tahun
Gambar 4. Karakteristik Pasien Diabetes Melitusdengan Nyeri Neuropatik Perifer di Poliklinik RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda BerdasarkanDurasi Terdiagnosa DM
:言:ll_...L__】
|11_Terkontrol Tidak
Terkontrol
Gambar 5. Karakeristik Pasien Diabetes Melitusdengan Nyeri Neuropatik Perifer di Poliklinik RSUD
Abdul Wahab Sjahranie SamarindaBerdasarkanKontrol Glukosa Darah
0
0
0
2
1
●〓∽■M
〓“詈ロョ」
――血
0
0
0
2
1
∽目n■M
■“「日〓【
Hipertensi
Gambar 6. Karakteristik Pasien Diabetes Melitusdengan Nyeri Neuropatik Perifer di Poliklinik RSUD
Abdul Wahab Sjahranie SamarindaBerdasarkanRiwayat Hipertensi
Gambar 7. Karakteristik Pasien Diabetes Melitusdengan Nyeri Neuropatik Perifer di Poliklinik RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda BerdasarkanKadar Asam Urat
0
0
o〓い●M
〓工日ニ
躙
噸
躙
Norma‐
0
0
0
4
2
∽目い●M
〓“■目〓、
42 1 Jurnal Kedokteran Mulawarman′ 2018,4(1) iSSN 2443-0439
Page 5
26
24
22
20
18
●目∽■M
〓“「日〓一
:1[■ __日_
目 Anddねbedk lnsdm KomЫnag~ OralNormal Tinggi
Gambar 8. Karakteristik Pasien Diabetes Melitusdengan Nyeri Neuropatik Perifer di Poliklinik RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda BerdasarkanKadar Kolesterol Total
l(aralteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
Frekuensi jenis kelamin terbanyak adalah jenis
kelamin perempuan, yaitu sebanyak 25 pasien (55%)
sedangkan laki-laki sebanyak 20 pasien (44%). Hasil
pada penelitian ini serupa dengan beberapa
penelitian lain yang menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin laki-
laki maupun perempuan. Tetapi dalam penelitian
yang dilakukan oleh Katulanda, et ol., (2ol2l jenis
kelamin perempuan memiliki hubungan dengan
peningkatan risiko terjadinya neuropati perifer
diabetik.ls Hal ini disebabkan karena secara
hormonal, laki-laki memiliki hormon testosteron
yang tinggi yang memiliki efek neuroprotektif
spesifik pada sistem saraf otonom dan perifer.18
Pada penelitian lain seperti penelitian olehDiobetes
Control ond Complicotions Triol, didapatkan hasil
onset neuropati perifer diabetik pada laki-laki terjadi
lebih cepat 4 tahun dibandingkan dengan
perempuan karena perbedaan gaya hidup laki-laki
yang lebih berisiko seperti kebiasaan merokok,
minum-minuman beralkohol, dan pekerjaan yang
berat." Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui apakah ada perbedaan terkait jenis
kelamin dengan terkait risiko terjadinya neuropati
perifer diabetik.20
Gambar 9. KaraKeristik Pasien Diabetes Melitusdengan Nyeri Neuropatik Perifer di Poliklinik RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Berdasarkan Jenis
Terapi DM
Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia
Frekuensi kelompok usia terbanyak yaitu pada
kelompok usia> 65 tahun sebanyak 18 pasien (40%).
Hasil penelitian yang relevan menyatakan bahwa
usia lanjut pada pasien DM sangat berhubungan
dengan penurunan sensibilitas pada kaki penderita
neuropati perifer diabetik.2l Peningkatan usia
menyebabkan berkurangnya kemampuan tubuh
untuk menurunkan aktivitas radikal bebas sehingga
terjadi gangguan keseimbangan pro-oksidan dan
antioksidan yang menyebabkan kerusakan endotel
yang berhubungan dengan aterosklerosis.
Aterosklerosis akan memicu terjadinya hipoksia
jaringan yang menurunkan fungsi sel saraf.5 Keadaan
ini mengakibatkan terjadinya stres oksidatif
kemudian diplcu oleh kondisi hiperglikemia yang
berperan langsung dalam mekanisme terjadinya
neuropati perifer diabetik.e
Walaupun banyak penelitian yang mendukung
hubunBan peningkatan usia dengan terjadinya
neuropati perifer, tetapi pada penelitian lain
didapatkan hasil angka kejadian terjadinya neuropati
perifer pada remaja dan dewasa muda yang
berkaitan dengan beberapa faktor risiko lainnya
seperti obesitas, dislipidemia, dan peningkatan
tekanan darah.2l
JurnaI Kedokteran Mulawarman, 2018;4(1) 43
Page 6
Karakteristik Paslen
Terdiagnosa DMBerdasarkan Durasi
Frekuensi pasien terbanvak adalah pasien
dengan durasi DM 5‐10 tahun yaitu sebanvak 17
pasien(38%).HaSi! penelに ian ini didominasi oleh
pasien yang menga:ami durasi DM >5 tahun yaitu
dengan iumlah 33 pasien (73%)dibandingkan
dengan ri、″avat DMく 5 tahun yaitu hanya 12 pasien
(27%).Sttalan dengan peneltian yang dilakukan oleh
SmeLzer & Bare(2008)′ yattu durasi DM iuga
berkaitan dengan penurunan fungsi sel beta
pankreas sehingga menimbulkan komplikasi yang
secara umum teladi pada pasien dengan lama sakt
5‐ 10 tahun.フ Pene!itian Bansai′ et al′ (2014)
menuniukan bahwa durasi pasien mengalami DM
bukan hanya sebuah faktor risiko,tetapijuga dapat
menentukan keparahan dari teriadinva neuropati
perifer diabetik karena durasi menga:ami DM
memi‖ ki dampak yang besar terhadap kontro!
g:ikemik yang buruk.19
Hal ini dikarenakan semakin :ama seseorang
mengalami DM maka penurunan fungsi sel beta
pankreas akansemakin berdampak pada produksi
insu‖ n. Berkurangnva lum:ah produksi insulin
didalann darah akan menurunkan proses g:iko!isis
didalam se:. Akibatnya g:ukosa yang tidak terserap
oleh se: akan menvebabkan peningkatan akumulasi
glukosa pada pembu!uh darah dan meniadikan
kondisi hiperg:ikemik22. Kondisi hiperg!ikemik akan
meangaktrkan ia:ur po:yoL formasi g:ycation end
product(interaksi AGE‐ RAGE), streS OkSidatit dan
aktivasi protein kinase C (PKC) yang akan
menvebabkan kerusakan pada saraf dan
bermanrestasi rneniadi nve"neuropatik pe● fer.9
Karakterlstik Paslen 3erdasarkan Kontro: Glukosa
Darah
Frekuensi pasien terbanyak adaiah pasien
dengan kadar glukosa darah yang tidak terkontrol
44 ju:nal Kedokteran Muiewarman,2018;4(1)
yaitu sebanyak 27 pasien (60%). Hal ini sejalan
dengan penelitian oleh Harahap (2013) di RSUP Dr.
Sardjito dengan metode cross-sectionol
menunjukkan kadar HbAlc yang tinggi berhubungan
dengan derajat neuropati diabetik.6Kenaikan kadar
HbAlc 2% mempunyai risiko komplikasi neuropati
sebesar 1,6 kali lipat dalam walcu empat tahun.1o
Penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian
yang dilakukan oleh Erdogan (2013), yaitu
didapatkan adanya perbedaan eksitabilitas yang
signifikan pada dua kelompok DM yang memiliki
kadar gula darah yang sama. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa hiperglikemia saja tidak cukup
untuk perkembangan proses neuropati, terdapat
faktor-faktor lain yang juga berperan penting dalam
patogenesis neuropati diabetik.23
HbAlc tinggi (>7%) merupakan salah satu
parameter untuk menilai tidak terkontrolnya DM
yang akan menimbulkan kondisi hiperglikemia
kronik. Kondisi ini akan menstimulasi 4 jalur, baik
secara langsung maupun tidak langsung, yaitu
melalui formasi glycotion end product (interaksi AGE-
RAGE), jalur hiperaktivitas polyol, stres oksidatif, dan
aktivasi protein kinase C (PKC). Peningkatan aktivitas
jalur-jalur ini akan menurunkan pembentukan NO
dan meniadakan efek NO yang berakibat terjadinya
disfungsi endotel. Disfungsi endotel selanjutnya akan
menimbulkan keadaan mikroangiopati yang
menimbulkan hipoksia saraf.e Kondisi mikroangiopati
juga diperberat oleh DM itu sendiri yang
menimbulkan rigiditas sel darah merah, peningkatan
koagulabilitas, dan peningkatan reaktivitas platelet.
Hasil akhirnya akan menimbulkan kerusakan
struktural yang berdampak menurunkan kecepatan
hantar saraf (KHS) dan sebagai penyebab terjadinya
neuropatik perifer diabetik.sKontrol glikemik intensif
merupakan terapi yang sangat efektif untuk
mengurangi insiden atau memperlambat
ISSN 2443-0439
/
Page 7
-
progresivitas neuropati diabetik dan memperbaiki
kualitas hidup pasien DM yang mengidap neuropati
diabetik.2
KarakteristikHipertensi
Pasien Berdasarkan Riwayat
Frekuensi pasien terbanyak adalah pasien yang
memiliki riurayat hipertensi adalah sebanyak 36
pasien (80%) dan yang tidak memiliki riwayat
hipertensi sebanyak 9 pasien {20%}. Hal ini sesuai
dengan penelitian Zarrelli (2(X)llyangmelaporkan
bahwa hipertensi dikaitkan dengan
polineuropatidistal simetris kronis.llPada hipertensi
terjadi gangguan fungsi endotel disertai peningkatan
permeabilitas endotel yang secara tidak langsung
berpengaruh terhadap aterosklerosis. Aterosklerosis
akan menyebabkan aliran darah terhambat sehingga
akan berdampak pada hipoksia iaringan yang
berpengaruh terhadap penurunan fungsi sel saraf.2a
Disamping itu hipertensi akan memudahkan
terjadinya stress oksidatif dalam dinding arteri,
karena superokida akan memacu progresifitas
aterosklerosis melalui destruksi nitric oxide lNOl.
Konsentrasi angiotensin ll yang meningkat akan
memacu aktivitas lipooksigenase menyebabkan
oksidasi low density lipaprotein (LDL) dan memacu
proses inflamasi yang selanjutnya terbentuk
hidrogen peroksida dan radikal bebas dalam plasma.
Proses ini semua akan rnengakibatkan penurunan NO
oleh sel endotel, peningkatan adhesi leukosit dan
peningkatan resistensi perifer.ll Kontrol glikemik
yang optimal disertai dengan manajemen hipertensi
yang efektif akan menjadi strategi yang efekif untuk
menurunkan risiko terjadinya neuropati perifer
diabetik.ls
Karakteristik Pasien Berdasarkan Kadar Asam Urat
Frekuensi pasien terbanyak adalah pasien yang
memiliki kadar asam urat tinggi yaitu sebanyak 33
pasien (73%) dibandingkan dengan pasien yang
memiliki kadar asam urat normal sebanyak 12 pasien
(27%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh lto, et ol., l20ltl yang mengatakan
bahwa kadar asam urat tinggi atau hiperurisemia
mempunyai hubungan dengan kejadian komplikasi
mikrovaskuler dan makrovaskuler pada penderita
DM.12 Pada kondisi jumlah asam urat meningkat,
asam urat sebagai neurotoksin berefek mengurangi
suplai energi pada akson dengan cara menghambat
enzim serabut saraf yang diperiukan untuk produksi
energi tersebut. Dengan berkurangnya energi, maka
akan menyebabkan kerusakan akson.2o Bahan toksin
juga menyebabkan disfungsi dari membran
perineurium, yang berperan sebagai barier difusi
antara cairan interstitial dan saraf. Hiperurisemia
juga dapat menjadi toksin pada endoneurium yang
berperan sebagai barier antara darah dan saraf.
Toksin uremik dapat masuk ke ruang endoneural
sehingga menyebabkan kerusakan saraf secara
langsung melalui perubahan hidroelektrolit yang
dapat menyebabkan penciutan dan akhirnya muncul
neuropati perifer.l3 Pada pasien DM dapat terjadi
peningkatan sintesis ROS dan asam urat karena
peningkatan aktivitas xonthine oxldose.Peningkatan
ROS ini mengakibatkan stres oksidatif yang dapat
menginduksi kerusakan jaringan saraf perifer pada
penderita DM.2s
Hubungan hiperurisemia dengan kejadian
neuropati perifer diabetik ini masih kontroversi.
Terdapat beberapa penelitian lain pada penderita
DM yang mengalami neuropati menunjukkan hasil
kadar asam urat yang rendah karena kebutuhan
asam urat sebagai antioksidan berkurang seiring
meningkatnya stres oksidatif .26 Dibutuhkan
penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara
kadar asam urat dengan terjadinya neuropati perifer
diabetik.
- .:: :.:,. t:::.r t i.-.r;; :.,.-,-,, . ,,;_ - t. ::: : ... : 45
Page 8
Karakteristik Pasien Berdasarkan Kadar KolesterolTotal
Frekuensi pasien terbanyak adalah pasien
dengan kadar kolesterol tinggi sebanyak 24 pasien
(53%'), dan pasien dengan kadar kolesterol normal
sebanyak 21 pasien (47%l.Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Elliot, et o/.,
(2009), dimana didapatkan hasil kadar kolesterol
total, HDL, LDL dan trigliserida berhubungan dengan
terjadinya neuropati perifer diabetik.2T
Hiperlipidemia memiliki kontribusi penting dalam
terjadinya neuropati diabetlk melalui induksi stres
oksidatif pada neuron sensorik.loPenderita DM yang
memiliki kadar kolesterol dan trigliserida yang tinggi,
memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami
neuropati perifer.
Penderita DM yang memiliki kadar
kolesterol dan trigliserida yang tinggi, memiliki risiko
yang lebih besar untuk mengalami neuropati perifer.
Pada DM tipe 2, terjadi resistensi insulin di jaringan
adiposa yang menyebabkan lipolisis dan aliran asam
lemak bebas dari adiposit meningkat, sehingga
terjadi peningkatan sintesis lipid di hepatosit.
Penumpukan lemak ini menyebabkan terjadinya
dislipidemia pada penderita DM.27 Pemberian
antihiperlipidemik disertai kontrol glikemik jangka
pendek pada pasien DM dapat memperbaiki hasil
pemeriksaan sensasi getaran, dan perubahan
metabolik (kolesterol total, trigliserida, dan asam
lemak bebas) yang menjadi faktor penurunan fungsi
saraf perifer.l
Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Terapi DM
Frekuensi pasien terbanyak adalah pasien yang
menggunakan terapi obat antidiabetik oral yaitu
sebanyak 28 pasien (62%), sedangkan pasien yang
menggunakan terapi insulin adalah sebanyak 5
pasien (11%) dan pasien yang menggunakan terapi
46
kombinasi adalah sebanyak 12 pasien (27%1. Pada
penelitian di Poliklinik RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda, ditemukan pasien DM lebih sedikit
menggunakan terapi insulin dibandingkan dengan
obat antidiabetik oral karena pasien memiliki hak
untuk menentukan terapi yang akan mereka
gunakan dan terapi obat antidiabetik oral yang paling
banyak digunakan adalah metformin.
Pada penelitiannya, Al-Ani, et ol., (2011)
menunjukkan bahwa penggunaan terapi obat
antidiabetik oral yaitu metformin dapat mengalami
defisiensi vitamin 812, dimana vitamin 812 efektif
dalam mengurangi gejala neuropati,la Penggunaan
metformin menurunkan kadar mekobalamin yang
memicu timbulnya neuropati diabetik. Mekobalamin
berperan untuk menurunkan kadar homosistein yang
berperan dalam pembentukan ROS dan
mengakibatkan kerusakan saraf. Proses metilasi
homosistein menjadi metionin akan membentuk
timin yang akan berperan dalam proses
pembentukan lesithin yang berperan dalam
mengaktivasi aliran aksonal dan mempercepat
regenerasi selubung sarat."
Penelitian yang dilakukan oleh Lestari, et ol.,
(2015) mendapatkan hasil bahwa pasien DM dengan
terapi insulin secara bermakna menurunkan kejadian
nyeri neuropatik perifek diabetik sebesar 93%
dibandingkan dengan terapi oral. Hal ini dikarenakan
insulin dapat memperbaiki disfungsi endotel.
Kerusakan saraf yang disebabkan oleh hiperglikemi
ini menginduksi perubahan jalur polyol yang
menyebabkan akumulasi osmolit, seperti sorbitol,
taurin, glycerolphosporyl choline, oldose reductose
yang menimbulkan aktivitas Na/f ATP sehingga
terjadi retensi natrium, edema seluler dan lisis sel.
lskemia saraf lokal juga menginduksi terjadinya
disfungsi endotel. Status redoks seperti NADPH dan
gluthationmengalami penurunan sehingga
:SSN 2443-0439
け
Page 9
me nim bu lka n pe n in gkatan ROS.28 Advo n c e d g I i co ti on
end produtcs (AGEs) memicu proses auto-oksidasi
glukosa, perubahan endotel, pengurangan makrofag,
menurunkan efek NO dan selanjutnya menimbulkan
stres oksidatif. Adanya lesi pada saraf akibat
hiperglikemi kronis dapat mengakibatkan sensitisasi
nosiseptor akibat aktivasi kaskade inflamasi, seperti
histamin, TNF-a, lL-6, lL-7, chemokin, leukotrienl,
PGE2, bradikinin, dan serotonin yang menyebabkan
timbulnya nyeri neuropatik. lnsulin dapat
memperbaiki status metabolik dengan cepat
terutama kadar glukosa darah dengan mensupresi
inflamasi yang terjadi dan menurunkan ROS sehingga
produk sitokin inflamasi seperti lL-6 dapat berkurang
dan kerusakan sel saraf dapat dicegah. lnsulin juga
memiliki faktor neurotropik yang penting untuk
menyokong kehidupan sel saraf tepi dengan
berperan sebagai nerve growth factor pada saral
sensoris yang dapat melindungi mitokondria selama
terjadi hiperglikemi.28 Dari hasil statistik,
menunjukkan pasien yang mendapat insulin tunggal
(satu jenis insulin) yang dikombinasikan dengan
metformin memiliki kualitas hidup yang tinggi. Hal ini
disebabkan oleh pasien yang mendapatkan terapi
insulin tunggal yang dikombinasikan dengan
metformin memiliki kadar glukosa darah yang masih
lebih terkontrol dan efek samping yang dirasakan
lebih sedikit.2e Terapi kombinasi insulin-metformin
mempengaruhi kualitas hidup yang menunjukkan
adanya penurunan kadar gula darah puasa dan
HbAIC sebagai kontrol keberhasilan pengobatan.2e
SIMPUI-AN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hal-hal
mengenai karakteristik pasien diabetes melitus
dengan nyeri neuropatik perifer di Poliklinik RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Periode Bulan
Juli-September 20t7, yaitu pasien DM dengan nyeri
neuropatik perifer berdasarkan jenis kelamin paling
banyak adalahjenis kelaminperempuan dan
berdasarkan usia paling banyak yaitu pada kelompok
usia> 65 tahun. Kemudian pasien DM dengan nyeri
neuropatik perifer terbanyak berdasarkan durasi DM
adalah pasien dengan durasi DM >5 tahun dan
berdasarkan kadar glukosa darah adalah pasien
dengan kadar glukosa darah yang tidak terkontrol,
diikuti dengan pasien DM dengan nyeri neuropatik
perifer terbanyak berdasarkan riwayat hipertensi
adalah pasien yang memiliki riwayat hipertensi,
sedangkan berdasarkan kadar asam urat adalah
pasien yang memiliki kadar asam urat tinggi, dan
berdasarkan kadar kolesterol total adalah pasien
yang memiliki kadar kolesterol total yang tinggi.
Karakteristik pasien DM dengan nyeri neuropatik
perifer terbanyak berdasarkan jenis terapi DM
adalah pasien yang menggunakan terapi obat
antidiabetik oral.
DAFTAR PUSTAKA
1. DEPKES. (2014). lnfodatin Situosi ddn Anolis'sDiabetes. Dipetik Maret 6, 2Ol7, dariDepartemen Kesehatan RI:
http://www.depkes.go. id/resou rces/down load/pusdati n/i nfodati n/i nfodati n-dia betes.pdf
2. Zeng, Alongkronrusmee, D., & Rijn, V. (2017). Anintegrated perspective on diabetic, alcoholic,and drug-induced neuropathy, etiology, andtreatment in the U5. J Poin Res.
3. Schreiber, A. K., Nones, C., Reis, R. C., Chichorro,l. G., & Cunha, J. M. (2015). Diabetic neuropathicpain: Physiopathology and treatment. Worldlournal of Diobetes.
4. Tarigan, T, J., Yunir, E., Subekti, 1., Pramono, L.
A., & Martina, D. (2014). Profile and analysis ofdiabetes chronic complications in OutpatientDiabetes Clinic of Cipto MangunkusumoHospital, Jakarta. Medicol lournol of lndonesio.
Jurnal Kedokteran Mulawarman, 2018; 4t1| 47
-
Page 10
a-
5. Veves, Backonja, & Malik, R. (2008). Painfuldiabetic neuropathy: epidemiology, naturalhistory, early diagnosis, and treatment options.Poin Med.
6. Suri, M. H., Haddani, H., & Sinulingga, S. (2015).
Hubungan Karakteristik, Hiperglikemi danKerusakan Saraf pasien Neuropati Diabetik diRSMH Palembang Periode 1 Januari 2013 - 30
Novmber 2Ot4. turnal Kedokeran donKesehotan.
7. Smeltzer, S. C., & Bare, B. (2008). Brunner &Suddorth's textbook oI medical surgical.Philadelphia: [ippincott Williams & Wilkins.
8. Booya, F., Bandarian, F., Larijani, 8., Pajouhi, M.,Nooraei, M., & Lotfi, J. (2005)- Potential riskfactors for diabetic neuropathy: A case controlstudy. BMC lveuror.
9. Amir, A., Jaipaul, S., & Satyan, R. (2014).
Pathogenesis of Painful Diabetic Neuropathy.Pain Reseorch snd Treotment.
10. SJahrir, H. (2005), Diabetic Neuropathy: ThePathology &Treatment Update. USU Press.
11, Han, L., Ji, L., Chang, J. C., Wen, J.,Zhao, W., Shi,
H., et al. (2015). Peripheral neuropathy is
associated with insulin resistance independentof metabolic syndrome. Dtobetology &Metabollc Syndrome.
12. lto, H,, Abe, M., Mifune, M., & al, e. (2011).
Hyperuricemia is lndependently Associated withCoronary heart Disease and Renal Dysfunction inpatients with Type 2 Diabetes Melitus. PLaSONE.
13. Yagihashi, S., Mizukami, H., & Sugimoto, K.
(2011). Mechanism of Diabetic Neuropathy:Where we are nou, and where to go? Journol ofDi a betes I nvestig otio n.
14. AFAni, F., Al-Nimer, M., & Ali, F. (2011).
Dyslipidemia as a contributory factor in
ethiopathogenesis of diabetic neuropathy.lndion I Endocrinol Metob.
15. Lestari, L. K., Purwata, T. E., & Putra, l. P. (2016).
Terapi lnsulin menurunkan kejadian nyerineuropati diabetik dibandingkan dengan oral
48 i Jurnat Kedokteran Mulawarman, 2O18; atll
antidiabetes pada penderita diabetes melitustipe 2. ,S'N.
15. Zychowska, M., Rojewska, E., Przewlocka, 8., &Mika, J. (2013). Mechanism and pharmacology
of diabetic neuropathy - experimental andclinical studies. Pharmacologicol Reports.
17. Abbo$ C. A., Malik, R. A., van Ross, E. R.,
Kulkarni, J., & Bouhon, A. J. {2011}. Prevalenceand Characteristic of Painful DiabeticNeuropathy in a large Community-basedDiabetic Population in the UK. Diobetes Care.
18, Kamenov, Z. A., Parapunova, R. A., & Georgieva,R. T. (2010). Earlier development of diabeticneuropathy in men than in women with type 2
diabetes mellitus. Gend Med.
19. Bansal, D., Gudala, K., Muthyala, H., Esam, H. P.,
Nayakallu, R., & Bhansali, A. (2014). Prevalenceand risk factors of development of peripheraldiabetic neruopathy in type 2 diabetes mellitusin a tertiary care setting. tournal of diobeteslnvestigation.
20. Katulanda, P., Ranasinghe, P., Jayawardena, R.,
Constantine, G., Sheriff, R., & Matthews, D. R.
(2012). The prevalence, patterns, and predictorsof diabetic peripheral neuropathy in a
developing country. Diobetology & MetqbolicSyndrome.
21. Jaiswal, M., Lauer, A., Martin, C., Bell, R., Divers,1., Dabelea, D., et al. (2013). Peripheralneuropathy in adolescents and young adultswith type 1 and type 2 diabetes from theSEARCH for Diabetes in Youth follow-up cohort:a pilot study. Diobetes Care.
22. 6uyton. (2007). Fisiologi Kedokteran. Jakarta:EGC.
23. Erdogan, C. (2013). Effect of hyperglicemia onconduction parameters of tibial nerve's fibers todifferent muscles: A rat model. lournal ofNeurosciences in Rurol Proctice.
24. Ramirez, 8., & Gomez, P. l2OL2l. UremicNeuropathy: A Review. lnternotionol tournol ofGenetics and Moleculor Biology-
iSSN 2443-0439
Page 11
a-
25. Amaro,5., Planas, A. M., & Chamorro, A. (2008).
Uric Acid administration in patoent with acutestroke: a novel approach to neuroprotection.Expe rt Rev. N e u roth e ro peutics,
25. Mahmoed, l. H. (2007). Serum Uric AcidConcentration in Patient with Type 2 DiabetesMelitus During Diet or Gllbenclamid Theraphy.Pok t Med Sci.
27. Meliala, & Barus. (2008). Metilkobalamin danpenyakit-penyakit neurologis.
28. Lestari, L. K., Purwata, T. E., & Putra, l. P. (2016).
Terapi lnsulin menurunkan kejadian nyerineuropati diabetik dibandingkan dengan oralantidiabetes pada penderita diabetes melitustipe 2.ISSN.
29. Riddle, M. (2008). Combined Theraphy withlnsulin Plus Oral Agents: ls There Any Advantage.Diobetes Care.
.ltrrnaf Kedoktera n Mulawarm an, 2AlB; a( 1] r49