Top Banner
Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger
52

Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

Apr 03, 2023

Download

Documents

ajie saputra
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

Karangan Etnografi

Kebudayaan Suku Tengger

Page 2: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

Bambang Tri Atmojo

Prakata

Puji Syukur penulis panjatkan kepada TuhanYang Maha Esa atas karunia dan ridho yang telahdilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikanbuku ini tepat pada waktunya.

Penulsan buku ini dimaksudkan untukmemberikan pengetahuan serta wawasan kepada parapembaca mengenai salah satu contoh keragaman sukudi Indonesia, yaitu Suku Tengger. Selain lokasi,lingkungan, demografi, dan asal mula sejarahmasyarakat Tengger, buku ini juga membahasmengenai beberapa unsur kebudayaan yang ada didalam masyarakat Suku Tengger. Unsur-unsurkebudayaan tersebut diantaranya adalah bahasa,sistem teknologi, organisasi sosial, sistempengetahuan, sistem kesenian dan sistem religi.

Terselesaikannya buku ini tentu tidak lepasdari bantuan banyak pihak baik secara langsungmaupun tidak langsung. Tanpa bantuan dari pihak

ii

Page 3: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

lain, penulis akan sangat kesulitan dalammenyelesaikan buku ini. Oleh karena itu, penulisbermaksud untuk mengucapkan terima kasih kepadasemua pihak yang telah membantu penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan bukuini mungkin banyak terdapat kesalahan dan masihjauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulismengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaanbuku ini. Semoga buku ini dapat berguna bagi kitasemua.

Semarang, 5 Januari 2014

Penulis

Daftar Isi

Prakata..................................... iiDaftar Isi...........................................................................iiiKarangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger SukuTengger..................................... 1

iii

Page 4: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

BAB I Lokasi, Lingkungan Alam dan Demografi. 2A. Letak dan Ciri Geografis............... 2B. Persebaran Penduduk.................... 3

BAB II Asal Mula dan Sejarah Suku Tengger... 5A. Asal Mula Nama Tengger................. 5B. Sejarah Masyarakat Tengger............ 6

BAB III Bahasa yang Digunakan Masyarakat SukuTengger..................................... 10

BAB IV Sistem Teknologi dalam Masyarakat SukuTengger..................................... 12

A. Perkembangan Teknologi................. 12B. Teknologi dalam Pertanian.............. 13

BAB V Organisasi Sosial di dalam Masyarakat SukuTengger..................................... 15

A. Organisasi Sosial Masyarakat Tengger... 151. Petinggi dan Dukun.................. 152. Perbedaan Petinggi dan Dukun........ 16

B. Sistem Kekerabatan Masyarakat Tengger. . 16

iv

Page 5: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

BAB VI Sistem Pengetahuan Masyarakat Suku Tengger............................................ 19BAB VII Kesenian Masyarakat Suku Tengger.... 20

BAB VIII Sistem Religi Masyarakat Suku Tengger..........................................22

A. Agama.................................. 221. Hindu............................... 222. Islam............................... 23

B. Upacara Adat........................... 251. Upacara Kasada...................... 252. Upacara Karo........................ 263. Upacara Unan-unan................... 284. Upacara Entas-entas................. 295. Upacara Pujan Kapat................. 296. Upacara Pujan Kawolu................ 297. Upacara Pujan Kasanga............... 308. Upacara Pujan Mubeng................ 30

DAFTAR PUSTAKA..............................

v

Page 6: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

Salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkandari ilmu antropologi adalah etnografi. Maka dariitu, sebelum mempelajari lebih jauh mengenaietnografi, alangkah baiknya untuk mengetahuidahulu apa yang dimaksud dengan etnografi.Spradley (2006:13) mengatakan bahwa Etnografiadalah laporan atau tulisan tentang suatu sukubangsa yang ditulis oleh seorang antropolog atashasil penelitian di lapangan selama beberapa bulanatau tahun.1

Sedangkan menurut Koentjaraningrat dalamPengantar Ilmu Antropologi, kata “kebudayaan”berasal dari kata Sanskerta buddhayah, yaitubentuk jamak dari buddhi yaitu “budi” atau “akal”.Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan:“hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Kataculture merupakan kata asing yang sama artinyadengan “kebudayaan”. Berasal dari kata Latin colereyang berarti “mengolah, mengerjakan” terutamamengolah tanah atau bertani. Dari arti ini1 James P. Spradley, Metode Etnografi, (Yogyakarta, TiaraWacana, 2006), hlm. 13.

Page 7: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

berkembang arti culture sebagai “segala daya upayaserta tindakanmanusia untuk mengolah tanah danmengubah alam”.1

Kali ini kita akan membahas mengenai etnografikebudayaan suku Tengger. Suku Tengger adalah salahsatu suku di Indonesia yang identik dengan GunungBromo. Populasi penduduk suku Tengger banyak yangtinggal di wilayah Gunung Bromo Tengger danSemeru, yang mencakup 4 kabupaten, yaituProbolinggo, Pasuruan, Lumajang dan Malang.

BAB I

Lokasi, Lingkungan Alam dan Demografi SukuTengger

A. Letak dan Ciri GeografisSuku Tengger adalah sebuah suku yang tinggal di

sekitar Gunung Bromo, Jawa Timur, yakni menempatisebagian wilayah Kabupaten Pasuruan, Lumajang,Probolinggo, dan Malang. Luas daerah Tenggerkurang lebih 40 km dari utara ke selatan, 20-30 km1 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta,Rineka Cipta, 2009), hlm. 146.

2

Page 8: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

dari timur ke barat, di atas ketinggian antara1000m – 3675 m. Daerah Tengger terletak padabagian dari empat kabupaten, yaitu Probolinggo,Pasuruan, Lumajang dan Malang. Tipe permukaantanahnya bergunung-gunung dengan tebing-tebingyang curam. Kaldera Tengger adalah lautan pasiryang terluas, terletak pada ketinggian 2300 m,dengan panjang 5-10 km. Kawah Gunung Bromo, denganketinggian 2392 m, dan masih aktif. Di sebelahselatan menjulang puncak Gunung Semeru denganketinggian 3676 m. Suku tengger merupakan sub sukuJawa menurut sensus BPS tahun 2010.11

Keadaan tanah di wilayah Tengger gembur sepertipasir, namun tingkat kesuburan tanah cukup tinggi.Hal ini cocok untuk ditanami bermacam tanaman.Maka dari itu, sebagian besar masyarakat Tenggerbermata pencaharian sebagai petani.

Seperti halnya wilayah lain di Indonesia, musimyang ada di wilayah Tengger ada dua macam. Musimkemarau terjadi antara bulan Mei-Oktober. Curah

1 1Kurnia Sudiar Putra, Suku Tengger, diakses dari http://kurniasudiar.wordpress.com/2013/05/06/suku-tengger/, pada tanggal 25 Desember 2014 pukul 20.14.

3

Page 9: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

hujan di Sukapura (salah satu kecamatan diKabupaten Probolinggo) sekitar 1800 mm, sedangkanmusim hujan terjadi pada bulan November-April,dengan sekitar 20 hari hujan turun dalam satubulan. Suhu udara berubah-ubah tergantung padaketinggian, antara 3-18 Celsius. Selama musimhujan kelembaban udara rata-rata 80%.Temperaturnya sepanjang hari terasa sejuk, danpada malam hari terasa dingin. Pada musim kemarautemperatur di malam hari terasa lebih dingindaripada musim hujan. Pada musim dingin biasanyadi selimuti kabut tebal. Di daerah perkampungan,kabut mulai menebal pada sore hari. Di daerahsekitar puncak gunung Bromo kabut mulai menebalpada pagi hari sebelum fajar menyingsing.2 1

B. Persebaran PendudukMasyarakat Tengger menyebar di sekitar wilayah

Gunung Bromo Tengger dan Semeru. Jumlah merekatidak banyak, yakni sekitar 100.000 dari jumlah

1 2Ibid., Kurnia Sudiar Putra dalam tulisannya yangberjudul Suku Tengger.

4

Page 10: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

penduduk Jawa yang lebih kurang 100.000.000.3 1Olehkarena itu masyarakat Tengger tidak hanya ada didalam satu daerah kabupaten. Diketahui, sampaisaat ini masyarakat Tengger menyebar di empatKabupaten, yaitu Probolinggo, Pasuruan, Lumajangdan Malang.

Adapun Desa-desa yang merupakan komunitas SukuTengger, adalah Desa Ngadas, Wanatara, Jetak, danNgadisari (Kecamatan Sukapura KabupatenProbolinggo), Desa Wanakersa, Ledokombo,Pandansari (Kecamatan Sumber KabupatenProbolinggo), Desa Tosari, Baledono, Sedaeng,Wonokitri, Ngadiwono, Kandangan, Mororejo(Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan), DesaKeduwung (Kecamatan Puspo Kabupaten Pasuruan ),Desa Ngadirejo, Ledok Pring (Kecamatan TuturKabupaten Pasuruan), Desa Ngadas (Kecamatan

1 3Ayu Sutarto, Sekilas Tentang Masyarakat Tengger, (PenelitiTradisi, Universitas Jember Jawa Timur), Makalah disampaikanpada acara pembekalan Jelajah Budaya 2006 yangdiselenggarakan oleh Balai Kajian Sejarah dan NilaiTradisional Yogyakarta, tanggal 7–10 Agustus 2006, hlm. 2.

5

Page 11: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

Poncokusumo Kabupaten Malang), dan Desa Ranupani(Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang).4 1

Gambar 1 : Peta Daerah Tengger(Sumber: Dalam buku Inventarisasi Komunitas Adat

Tengger Desa Ngadisari Kecamatan SukapuraKabupaten Probolinggo)

BAB II

1 4Ibid., hlm. 2.

6

Page 12: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

Asal Mula dan Sejarah Suku Tengger

Asal mula dan sejarah suatu suku memang menjadisalah bahasan yang menarik untuk diketahui. Mulaidari asal mula pemberian nama hingga sejarahmunculnya peradaban suatu suku tersebut. Ceritayang terkandung di dalamnya menjadi suatu magnettersendiri yang menarik perhatian banyak orang.Seperti halnya suku Tengger yang memiliki ceritadibalik pemberian nama “Tengger” dan bagaimanasejarahnya sehingga bisa muncul sekelompokmasyarakat yang tinggal di wilayah Gunung Bromodan menamakan kelompoknya sebagai suku Tengger.

A. Asal Mula Nama TenggerMenurut Samanhadi dalam Malik (2007:123) kata

Tengger berarti berdiri tegak, diam tanpa bergerak(Jw). Ada juga yang mengartikan “tengger” dengantengering budhi luhur, berarti tanda atau ciri yangmemberi sifat khusus pada sesuatu, yaitu sifat-sifat budi pekerti luhur.1 1

1 1A. Malik MTT, Pura & Masjid Konflik dan Integrasi pada Suku Tengger, (Jakarta, Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2007), hlm. 123.

7

Page 13: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

Ada pula legenda Rara Anteng dan Jaka Seger,sepasang suami-istri yang dikisahkan sebagai cikalbakal penghuni daerah Tengger. Legenda tersebutmenceritakan sepasang suami istri yang memiliki 25anak, namun salah satu diantaranya (Raden Kusuma)harus dikorbankan sebagai tumbal dengandijerumuskan ke dalam kawah Gunung Bromo demikeselamatan saudara-saudaranya. Dalam kisah ini,Tengger merupakan singkatan dari kata “Teng” asalkata Anteng dan “Ger” dari kata Seger. Antengmengandung arti sifat tak banyak tingkah dan takmudah terusik. Makna dari istilah tersebut,seperti diyakini masyarakat setempat, tercerminpula pada kenyataan bahwa masyarakat Tengger hidupsederhana, tenteram, damai, bergotong-royong,bertoleransi tinggi, suka bekerja keras.2 1

B. Sejarah Masyarakat TenggerBanyak peneliti baik dalam negeri maupun luar

negeri yang melakukan penelitian dan pengkajian1 2J. Nicolaas Warouw dkk, Inventarisasi Komunitas Adat TenggerDesa Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo Jawa Timur,(Yogyakarta, Balai Pelestarian Nilai Budaya Daerah IstimewaYogyakarta, 2012), hlm. 13.

8

Page 14: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

terhadap sejarah dan cikal bakal masyarakat sukuTengger.

Menurut Waluyo dalam Warouw dkk (2012:14)masyarakat Tengger sendiri mengakui bahwa merekaitu adalah keturunan Majapahit yang terdesak olehpasukan Demak sejaln dengan perkembangan Islam diJawa. Raja Majapahit yang bernama Prabu Brawijayamelarikan diri bersama pengikutnya ke wilayahTengger karena tidak berkenan untuk memeluk Islamseperti anaknya, Raden Patah.3 1

Raja Brawijaya bersama para pengikut yang masihrela, meneruskan perjalanan ke tempat yang aman didaerah Banyuwangi, menyeberang ke Pulau Bali, lalumenetap di situ, diikuti keluarga raja, pujangga,dan para pendeta. Sedang pengikutnya yang laintetap tinggal di Pegunungan Tengger, yakni rakyatyang kebanyakan hidup bercocok tanam.4 2

Selain itu, bukti nyata dari pernyataanMajapahit sebagai cikal bakal masyarakat Tenggeradalah penggunaan alat prasen sebagai wadah airsuci yang digunakan dalam setiap upacara

1 3Ibid., hlm. 14.2 4Ibid., hlm. 16.

9

Page 15: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

keagamaan. Alat ini terbuat dari bahan kuningan,dengan gambar dewa dan zodiak Hindu pada bagianluarnya, Dalam prasen tersebut terdapat tulisanangka tahun 1243-1352 tahun saka atau 1321-1430tahun Masehi. Tahun-tahun ini menurut Waluyo dalamWarouw dkk (2012:15) merupakan masa kejayaankerajaan Majapahit sebelum pada periodeselanjutnya diruntuhkan oleh kerajaan Demak yangmerupakan kerajaan Islam pertama di Jawa. Alat-alat ritual lain yang berasal dari Majapahit,antara lain : baju antrakusuma dan sampet.5 1

Sementara itu, menurut Ayu Sutarto, prasastibatu yang pertama kali ditemukan, berangka tahun851 Saka (929 M), menyebutkan bahwa sebuah desabernama Walandhit, yang terletak di kawasanpegunungan Tengger, adalah sebuah tempat suci yangdihuni oleh hulun hyang, yakni orang yangmenghabiskan hidupnya sebagai abdi dewata.Prasasti kedua yang ditemukan, masih dalam abadyang sama, menyatakan bahwa di kawasan inipenduduknya melakukan peribadatan yang berkiblatkepada Gunung Bromo, dan menyembah dewa yang1 5Ibid., hlm. 15.

10

Page 16: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

bernama Sang Hyang Swayambuwa, atau yang dalamagama Hindu dikenal sebagai Dewa Brahma.

Pada tahun 1880 seorang perempuan Tenggermenemukan sebuah prasasti yang terbuat darikuningan di daerah penanjakan yang termasuk DesaWonokitri, Kabupaten Pasuruan. Prasasti iniberangka tahun 1327 Saka atau 1405 M. Prasasti inimenyebutkan bahwa sebuah desa bernama Walandhitdihuni oleh hulun hyang atau abdi dewata, dantanah di sekitar Walandhit disebut hila-hila atausuci. Warga desa Walandhit dibebaskan darikewajiban membayar titileman, yakni pajak upacarakenegaraan karena mereka berkewajiban melakukanpemujaan terhadap Gunung Bromo, sebuah gunung yangdikeramatkan. Prasasti tersebut dihadiahkan olehBathara Hyang Wekas in Sukha (Hayam Wuruk) padabulan Asada.

Nama Walandhit disebut juga oleh Prapanca,seorang pujangga kenamaan dari kerajaan Majapahitdalam Kakawin Nagarakertagama. Walandhit adalahnama sebuah tempat suci yang sangat dihormati olehkerajaan Majapahit. Di tempat ini bermukimkelompok masyarakat yang beragama Buddha dan

11

Page 17: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

Saiwa. Kemungkinan besar Walandhit pada waktu itumerupakan salah satu mandala yang dipimpin olehseorang dewa guru. Dewa guru adalah seorangsiddhapandita (pendeta yang sempurna ilmunya) yangmemimpin sebuah mandala. Sebenarnya mandala adalahtempat tinggal pendeta di hutan atau di tempatyang sangat jauh dari keramaian, yang biasanyadisebut wanasrama. Tempat seperti ini mungkin jugadihuni oleh para resi atau kaum pertapa yang hidupmengasingkan diri.

Prasasti Walandhit menunjukkan bahwa kawasanBromo-Tengger-Semeru sudah berpenghuni sejakKerajaan Majapahit masih berjaya. Oleh karena itu,adanya keyakinan bahwa nenek moyang orang Tenggeradalah pengungsi dari Majapahit perlu dikajiulang. Ada dua kemungkinan yang perludipertimbangkan, pertama meskipun orang Walandhitbukan keturunan Majapahit, kegiatan beragamamereka tidak berbeda jauh atau mungkin sama denganwarga kerajaan Majapahit pada umumnya, yaitumelakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yangbercorak Hindu-Budha. Kemungkinan kedua, orangWalandhit dengan suka cita menerima para pengungsi

12

Page 18: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

dari Majapahit yang terdesak oleh ekspansiKerajaan Islam Demak, terutama setelah KarsyanPrawira dan daerah sekitarnya berhasil diislamkanoleh tentara Demak pada abad ke-16 M. Parapengungsi dari Majapahit tersebut kemudian menyatudan menurunkan orang Tengger yang kita kenalsampai sekarang. Pada waktu itu daerah pedalamantermasuk dataran tinggi Tengger, belum sempatdirebut oleh tentara Demak.6 1

1 6Ayu Sutarto, Sekilas Tentang Masyarakat Tengger, (PenelitiTradisi, Universitas Jember Jawa Timur), Makalah disampaikanpada acara pembekalan Jelajah Budaya 2006 yangdiselenggarakan oleh Balai Kajian Sejarah dan NilaiTradisional Yogyakarta, tanggal 7–10 Agustus 2006, hlm. 3-4.

13

Page 19: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

Gambar 2 : Mayarakat Tengger(Sumber : Sejarah, Agama dan Tradisi Suku Tengger Gunung

Bromo, karya Alpha Savitri)

BAB III

Bahasa yang Digunakan Masyarakat Suku Tengger

Secara sederhana, bahasa dapat diartikansebagai alat komunikasi yang digunakan untukberinteraksi kepada sesamanya. Dengan pemakaianbahasa dalam kehidupan sehari-hari dapat

14

Page 20: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

memudahkan manusia dalam beraktivitas. DiIndonesia ada banyak sekali bahasa yang tersebardari Sabang sampai Merauke yang menjadi salah satubukti bahwa Indonesia adalah Negara yang plural.Diantaranya adalah bahasa yang digunakan olehmasyarakat Tengger.

Bahasa yang digunakan oleh suku tengger adalahbahasa Jawa. Namun dialek yang digunakan berbeda,yaitu dialek Tengger. Dialek tengger dituturkan didaerah Gunung Bromo yang termasuk di wilayahPasuruan, Probolinggo, Lumajang, Malang. Dialekini dianggap turunan bahasa kawi yang banyakmempertahankan kalimat-kalimat kuno yang sudahtidak digunakan dalam bahasa Jawa modern. Merekamenggunakan dua tingkatan bahasa yaitu ngoko,bahasa sehari-hari terhadap sesamanya, dan kramauntuk komunikasi terhadap orang yang lebih tuaatau orang tua yang dihormati. Pada masyarakatTengger tidak terdapat adanya perbedaan kasta,dalam arti mereka berkedudukan sama.1 1

1 1K Raharjo, Kebudayaan Suku Tengger, diakses dari http://redendonk.blogspot.com/2012/10/kebudayaan-suku-tengger.html, pada tanggal 18 Desember 2014 pukul 19.54.

15

Page 21: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

Bahasa Jawa Kuna juga memiliki fungsi bagimasyarakat suku Tengger adalah sebagai berikut.2

1

1. Bahasa Jawa Kuna berfungsi sebagai identitasdiri bagi Masyarakat suku Tengger untukmembedakan dengan suku bangsa yang lain.

2. Bahasa Jawa Kuna berfungsi sebagai ciri khasyang hanya dimiliki oleh masyarakat sukuTengger yang sampai saat ini masih terjagadengan baik.

3. Bahasa Jawa Kuna berfungsi sebagai alatkomunikasi sehari-hari dalam berbagai latardan suasana walau tidak semua kosa katamenggunakan seutuhnya bahasa Jawa Kuna.

4. Kata sira dalam bahasa Jawa Kuna memilikiarti beliau, namun pada masyarakat sukuTengger saat ini kata sira memiliki artikamu. Sira mengalami penyempitan makna.Sehingga makna sira yang sekarang lebihmengkhusus dibandingkan dengan makna

1 2Dyah Selvia Jayendra Eka Putri dalam makalahnya, Unsur-Unsur Bahasa Jawa Kuna pada Masyarakat Suku Tengger, hlm. 7.

16

Page 22: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

terdahulu. Kemudian mengalami perubahanmakna (disfemia) yaitu pengasaran makna. Halini berfungsi untuk meningkatkan keakrabandiantara sesama masyarakat yang seumuranatau tingkat sosialnya sama.

5. Bahasa Jawa Kuna berfungsi sebagai pelengkapkosa kata dalam percakapan sehari-hari antarmasyarakat suku Tengger.

BAB IV

Sistem Teknologi dalam Masyarakat Suku Tengger

A. Perkembangan TeknologiDengan semakin berkembangnya pariwisata di

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, secara tidaklangsung membuat masyarakat Tengger mendapatkanpengaruh perkembangan teknologi. Saat inimasyarakat Tengger sudah menggunakan berbagaiperalatan elektronik dalam kehidupan mereka.

Sebagai contoh perkembangan pemakaian alatelektronik di masyarakat Tengger, berikut akan

17

Page 23: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

disajikan tabel barang-barang elektronik yang dimiliki oleh penduduk di Desa Ngadisari KecamatanSukapura Kabupaten Probolinggo.1 1

Tabel Barang-barang Elektronik Desa NgadisariNo Nama Barang Jumlah

Kepemilikan1 TV Kabel 1562 Televisi 3723 Telepon Rumah Tangga 564 Handphone 5015 CD 726 Tenaga Surya 37 Radio 1418 Diesel 559 Meter Air 34810 Kulkas 24

B. Teknologi dalam PertanianSeperti yang telah diketahui, sebagian besar

masyarakat Tengger bekerja sebagai seorang petani.Tanah yang cukup subur, memberikan kesempatan bagimasyarakat untuk membuka lahan bercocok tanam.1 1J. Nicolaas Warouw dkk, Inventarisasi Komunitas Adat TenggerDesa Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo Jawa Timur,(Yogyakarta, Balai Pelestarian Nilai Budaya Daerah IstimewaYogyakarta, 2012), hlm. 11.

18

Page 24: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

Penanganan yang tepat akan berbuah keuntungan bagimasyarakat Tengger.

Pada dasarnya penggunaan teknologi dalampengelolaan ladang/tegalan dibatasi pada teknologipertanian sederhana dan ramah lingkungan. Sistempenanaman menggunakan sistem tumpang sari. Karenakontur lahan yang cukup curam, untuk menghindaritanah longsor dan erosi maka dibuat sistemterasering dengan membuat lahan berpetak-petakyang disebut bedengan. Setelah itu tanah dicangkuldan dibolak-balik baru kemudian dapat ditanami.

Peralatan yang digunakan untuk mengolah tanahadalah peralatan tradisional pertanian seperti:cangkul, sabit, garpu dan keranjang, serta tangkipenyemprot. Untuk mempermudah dalam menjangkauareal ladang/tegalan yang curam maka petanimemakai sepatu boot. Sedangkan terkait dengansistem penanaman, masyarakat Tengger memakaiaturan tertentu yang mengelompokkan penanamantanaman tertentu pada satu petak lahan. Tanamanberakar kuat misalnya cemara banyak di tanam diladang/tegalan untuk mencegah longsor dan erosi,selain akarnya kuat kayunya juga bisa dimanfaatkan

19

Page 25: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

sebagai bahan bangunan. Jenis pupuk yang dipakaisangat mengutamakan penggunaan pupukkandang/kompos yang menurut masyarakat sukuTengger termasuk ramah lingkungan dan tidakmerusak tekstur dan kesuburan tanah.

Pemberantasan hama menggunakan cara manualdengan mengambil hama langsung dari tanamankemudian ditanam di tanah atau diinjak dan memakaiobat pemberantas hama.2 1

1 2Dianing Primanita Ayuninggar dkk, Kearifan LokalMasyarakat Suku Tengger dalam Pemanfaatan Ruang dan Upaya PemeliharaanLingkungan, diakses darihttp://antariksaarticle.blogspot.com/2011/03/kearifan-lokal-masyarakat-suku-tengger.html, pada tanggal 30 Desember 2014pukul 20.43.

20

Page 26: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

Gambar 3 : Petani Tengger(Sumber :

http://sandoe.wordpress.com/category/tengger/)

BAB V

Organisasi Sosial di dalam Masyarakat Suku Tengger

A. Organisasi Sosial Masyarakat Tengger1. Petinggi dan Dukun

21

Page 27: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

Menurut J. Nicolas Warouw dkk dalam bukunyayang berjudul Inventarisasi Komunitas AdatTengger Desa Ngadisari Kecamatan SukapuraKabupaten Probolinggo Jawa Timur, menyebutkanbahwa organisasi sosial di masyarakat Tenggerada dua (2), yaitu Petinggi dan Dukun.1

a. PetinggiPetinggi merupakan Kepala Desa secara

adat. Peran yang dijalankan Kepala Desa danPetinggi ini sama, tidak ada perbedaan darimasa ke masa juga tidak tumpang tindih.Secara kasar mereka merupakan satu orangdengan fungsi yang sama yaitu pemimpin desa,hanya saja ditambahkan dengan peran terhadappemerintah dan juga adat. Proses pemilihanpetinggi dilakukakan dengan cara pemilihanlangsung oleh masyarakat.

b. DukunMasyarakat Tengger menyebut dukun di

wilayah Tengger dengan sebutan Dukun Pandhita1 J. Nicolaas Warouw dkk, Inventarisasi Komunitas Adat TenggerDesa Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo Jawa Timur,(Yogyakarta, Balai Pelestarian Nilai Budaya Daerah IstimewaYogyakarta, 2012), hlm. 23 dan seterusnya.

22

Page 28: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

yang memimpin seluruh perkampungan di satudesa. Sosok dukun pandhita ini sangatberpengaruh dalam kehidupan masyarakatTengger sehingga lebih dipercaya, diseganidan dihormati daripada pejabat administratif.Tugas dan fungsi dukun pandhita adalahmengatur upacara adat, membimbing pemudadalam memahami Hindu, menyimpan bendakeramat, konsultan masalah adat (hajatan danmenikahkan), dan menjaga masyarakat.

Seorang dukun pandhita memiliki jabatanyang tidak ditentukan dan jabatan tersebutakan berpindah manakala dukun pandhitatersebut sudah tidak mampu menjalankantugasnya dan memutuskan untuk berhenti. Dukunpandhita dipilih melalui musyawarah desa,diseleksi melalui ujian, serta diangkat olehpemerintah.

Dukun pandhita diharuskan menguasai adatdan mantra-mantra yang dibaca atau diucapkanpada berbagai upacara adat. Pada umumnyadipandang bahwa seseorang bisa menjadi dukunsetelah mencapai umur 40 tahun dan menguasai

23

Page 29: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

adat serta berbagai mantranya. Mantra-mantratersebut dulu diwariskan secara lisan, akantetapi sekarang di samping lisan diusahakanmelalui tulisan.

Gambar 4 : Dukun di masyarakat Tengger(Sumber :

prameswarilouvre.blogspot.com/2013/05/yadna-kasada-ii.html)

2. Perbedaan Petinggi dan DukunPerbedaan fungsi petinggi dan dukun pandhita

terlihat pada petinggi yang menangani bidangkemasyarakatan sementara dukun pandhitamenangani bidang spiritual. Petinggi menanganiurusan pemerintahan, kemasyarakatan danpembangunan. Secara struktural, dukun pandhitaterlepas dari struktur pemerintah desa.

24

Page 30: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

Petinggi dan dukun pandhita memiliki kedudukanyang sama dengan fungsi yang berbeda. Bisadikatakan jika kepala desa itu pimpinan formal,sementar dukun pimpinan non formal. Tidak adaperebutan kekuasaan antara keduanya karenasudah ada pegangan sendiri. Mereka justruberkoordinasi. Jika ada orang yang mau punyahajat, maka akan datang ke petinggi terlebihdahulu untuk mengurusi administrasi. Barumendatangi dukun pandhita karena ialah yangakan melaksanakan ritualnya.2 1

B. Sistem Kekerabatan Masyarakat TenggerMasyarakat Tengger mempunyai hubungan yang khas

dalam hubungan kekerabatan. Garis keturunanmasyarakat Tengger adalah berdasarkan pada prinsipbilateral yaitu garis keturunan pihak ayah danibu. Ada tiga macam kelompok kekerabatan dalammasyarakat Tengger. Kelompok kekerabatan terkecilyaitu keluarga inti yang terdiri atas suami,istri, dan anak-anak yang disebut sa’omah.Kelompok kekerabatan yang kedua yaitu sa’dulur.

1 2Ibid., hlm. 27.

25

Page 31: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

Kelompok kekerabatan yang ketiga dan yang terbesaradalah yang dinamakan wong Tengger.

Masyarakat Tengger yang hidup sa’omah terdiridari pasangan suami isteri dengan anak-anak danjuga ditambah beberapa anggota kelompok terdekatseperti kakek atau nenek dan beberapa anakangkatnya. Keluarga ini bernaung dibawah satu atapdengan kepala keluarga yang memikul tanggung jawabkehidupan keluarga tersebut. Hal ini tidak berartibahwa suami isteri saja yang bekerja untuk mencarinafkah.

Kedua kelompok kekerabatan sa’dulur. Kelompokkekerabatan ini merupakan kelompok kekerabatankedua yang dikenal oleh masyarakat Tengger. Halini berarti selain mengenal ayah, ibu, kakak,adik, kakek, nenek, juga mengenal kerabat-kerabatlainnya seperti saudara-saudara sepupu dari pihakayah atau ibu, kerabat dari angkatan satu tingkatke atas dari orang tua, saudara sepupu derajatkedua dari pihak ayah atau ibu, saudara-saudaraorang tua dari pihak ayah atau ibu, kerabat darisatu tingkat ke bawah dan seterusnya yang biasanya

26

Page 32: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

kerabat-kerabat tersebut berkumpul dalam suatuaktifitas tertentu sekitar rumah tangga.

Kelompok kekerabatan yang ketiga dan yangterbesar ialah yang disebut dengan wong Tenggeryang dapat disamakan dengan kelompok kekerabatandisebut sebagai kelompok besar yang berartimemiliki fungsi menyelenggarakan kehidupankeagamaan dari seluruh kelompok sebagai satukesatuan. Seperti yang diyakini oleh semuamasyarakat Tengger bahwa upacara-upacara adatseperti upacara Kasada dan upacara Karo merupakansuatu bentuk yang dilakukan oleh seluruh orangTengger.3 1

BAB VI

Sistem Pengetahuan Masyarakat Suku Tengger

Mengenai sistem pengetahuan yang ada dimasyarakat Tengger dapat dikatakan mengalami1 3KebudayaanIndonesia.net, Sistem Kekerabatan Suku Tengger,diakses darihttp://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1143/sistem-kekerabatan-suku-tengger, pada tanggal 27 Desember 2014pukul 13.09.

27

Page 33: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

ketertinggalan dengan daerah lainnya. Hal inidikarenakan sebagian besar masyarakat Tenggermenganggap bahwa pendidikan kurang penting bagikehidupan mereka. Para orang tua lebih memilihuntuk mengajak anak-anaknya yang menginjak usiaremaja untuk membantu bekerja di ladang. Tingkatkesuburan tanah yang cukup tinggi menjadi alasanmasyarakat Tengger untuk bekerja sebagai petani.

Faktor-faktor lain yang ikut menunjang sehinggamasyarakat Tengger cenderung enggan menyekolahkananaknya ke tingkat yang lebih tinggi, antara lain;(1) ada anggapan yang sudah melekat di hati merekabahwa menyekolahkan anak ke tingkat yang lebihtinggi, tidak ada manfaatnya. Sebab setelah tamatsekolah mencari pekerjaan sulit dan akhirnya haruskembali ke lahan pertanian atau tetap menjadipetani. (2) faktor alam yang tidak mendukung, disamping suhu udara yang sangat dingin, juga karenajarak sekolah dengan tempat tinggalnya sangatjauh. (3) masih tersedianya lahan pertanian yangsangat luas sehingga membutuhkan tenaga kerja yangbanyak untuk mengelola lahan tersebut. (4)kurangnya penerangan dan bimbingan serta

28

Page 34: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

pengarahan tentang pentingnya pendidikan, baikdari aparat pemerintah setempat maupun tokohmasyarakat.1

BAB VII

Kesenian Masyarakat Suku Tengger

Kesenian yang ada di dalam suatu masyarakatbiasanya menjadi salah satu ciri khas darimasyarakat tersebut. Karena kesenian itu sendiribisa menjadi kebanggaan dan daya tarik bagi oranglain. Namun, kesenian yang ada di masyarakatTengger tidak jauh berbeda dari kesenian yang adapada masyarakat lain. tidak banyak kesenian khasmasyarakat Tengger yang terlihat mencolok.1. Seni Tari Ujung-ujungan

Tari tradisional ini dilaksanakan setelahselesai nyadran dan sekaligus sebagai penutupupacara Karo. Ujungan ini merupakan nama satu

1 A, Malik MTT, Pura & Masjid Konflik dan Integrasi pada SukuTengger, (Jakarta, Balai Penelitian dan Pengembangan Agama,2007), hlm. 121-122.

29

Page 35: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

permainan saling mencambuk satu lawan satu,masing-masing membawa cambuk dari rotan. Dalampermainan tersebut, setiap pemain berusahauntuk mencambuk lawannya yang merupakan symbolpersaudaraan dan persatuan masyarakat Tenggerdalam suka maupun duka.

2. Sendratari Rara Anteng Jaka SegerSeni drama dan tari Rara Anteng Jaka Seger

biasanya dilaksanakan pada saat upacara Kasada.Sendratari ini menampilkan kisah Rara Antengdan Jaka Seger yang menjadi leluhur masyarakatTengger.

3. Seni Tari SodoranTari sodoran merupakan tarian yang

mengisahkan sangkan paraning dumadi ini diartikansebagai asal dan kembali kehidupan kepada SangHyang Widi Wasa yang satu. Para penari

30

Page 36: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

menggunakan sodor berupa tongkat sebagailambang lingga.1 1

Gambar 5 : pertunjukan tari Sodoran(Sumber :

http://pasuruankabmuseumjatim.wordpress.com/2014/08/30/tari-sodoran/)

4. Kesenian LainSelain seni tari yang disebutkan di atas, ada

kesenian lain yang dimiliki oleh masyarakatTengger. Namun kesenian tersebut tidak jauhberbeda dengan kesenian di daerah lainnya.

1 1J. Nicolaas Warouw dkk, Inventarisasi Komunitas Adat Tengger Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo Jawa Timur, (Yogyakarta, Balai Pelestarian Nilai Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012), hlm. 63.

31

Page 37: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

Kesenian tersebut, seperti tayuban, tandaan,ludruk, wayang kulit, jaran kecak, reokujungan, dan ketropak.

BAB VIII

Sistem Religi Masyarakat Suku Tengger

A. AgamaPada awalnya sebelum tahun 1973 agama yang

dianut oleh masyarakat Tengger masih belum jelaskarena masih ada perdebatan dari para tokohmasyarakat. Ada yang mengatakan masyarakat Tenggermenganut agama Hindu, namun ada pula yangberpendapat bahwa masyarakat Tengger dahulumenganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme.Diluar perbedaan pendapat tersebut sebenarnyamasyarakat Tengger sudah melaksanakan upacara-upacara adat, seperti upacara Karo, upacara Unan-unan, upacara Kasada, dan lain-lain. Setelah tahun1973, ajaran Hindu yang dianut masyarakat Tenggertelah dipengaruhi oleh ajaran Hindu Dharma Bali.

Namun saat ini agama yang ada di masyarakatTengger mulai berkembang. Masyarakat di wilayahTengger tidak hanya memeluk agama Hindu saja,

32

Page 38: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

melainkan juga beberapa agama lain, yaitu Kristen,Katolik, Budha dan Islam. Khusus agama yangdisebut terakhir, saat ini perkembangannya cukuppesat dengan dibuktikan banyaknya pemeluk agamatersebut.

Di sini akan dibahas mengenai dua (2) agamayang mayoritas dianut masyarakat Tengger, yaituHindu dan Islam.1. Hindu

Di atas telah dijelaskan mengenai ajaranHindu Tengger yang mendapatkan pengaruh HinduDharma Bali. Menurut Supriyanto dalam Malik(2007:131), salam Hindu Tengger yang awalnyaberbunyi “Houng Ulum Basuki Langgeng” diganti dengansalam “Om Swatyastu”.1

Selain itu, menurut Simanhadi dalam Malik(2007:132), saat ini telah diajarkan keimananterhadap Tuhan Yang Maha Esa berupa Panca Sradha,yaitu,2

1 A, Malik MTT, Pura & Masjid Konflik dan Integrasi pada Suku Tengger, (Jakarta, Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2007), hlm. 131.2 Ibid., hlm. 132.

33

Page 39: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

1) Percaya terhadap Sang Hyang Widhi, TuhanPencipta Alam.

2) Percaya adanya Atma(n), yaitu roh leluhuratau rohnya sendiri.

3) Percaya adanya Karmapala, yaitu hokum sebabakibat.

4) Percaya kepada Punarbawa atau reinkarnasi,manusia terikat pada hokum hidup berkali-kali sesuai dengan dharma hidupsebelumnya.

5) Percaya terhadap Moksa atau Sirno, yaitubahwa jika manusia telah mencapai moksa,tidak akan terikat kembali pada punarbawa,mereka akan berada pada tempat kedamaianabadi.

2. IslamSampai saat ini belum ada bukti otentik

mengenai perkembangan agama Islam di wilayahTengger. Tetapi, berdasarkan informasi dariberbagai pihak, khususnya dari tokoh masyarakatdan tokoh agama mengatakan bahwa agama islammasuk ke kawasan Tengger melalui tiga tahap.1

1 Ibid., hlm. 151.

34

Page 40: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

Tahap pertama, Kyai Dadap Putih beserta balatentaranya yang beragama Islam datang kewilayah Tengger. Namun mendapatkan perlawanandari pasukan yang melarikan diri dari kerajaanMajapahit. Kyai Dadap Putih dan tentaranyatinggal di suatu bukit sekitar desa Wonokertoyang saat ini mayoritas penduduknya beragamaIslam. Permusuhan antara Kyai Dadap Putihbeserta tentaranya dengan pasukan pelariankerajaan Majapahit berlangsung selama bertahun-tahun dan dimenangkan oleh pasukan pelariankerajaan Majapahit. Sehingga Kyai Dadap Putihmelarikan diri dan konon meninggal di Blitar.

Tahap kedua, para pedagang yang berasal dariMadura datang ke wilayah Tengger. Selainberdagang, para pedagang tersebut jugabertujuan untuk menyebarkan agama Islam,seperti Mbah Raden. Awalnya penyebaran agamaIslam di desa Wonokerto berjalan dengan damai,tetapi setelah bertahun-tahun beliaumendapatkan perlawanan dari masyarakat Hindu.Akhirnya, pertentangan ini diselesaikan dengancara adu kesaktian untuk menentukan siapa yang

35

Page 41: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

berhak tinggal di daerah tersebut. Mbah Radenmemenangkan adu kesaktian sehingga beliauberhak tinggal di desa tersebut dan sebaliknyamasyarakat Hindu pindah menuju desa lain.

Tahap ketiga, agama Islam disebarkan olehguru-guru yang ditugaskan untuk mengajar diwilayah Tengger. Walaupun awalnya para guruyang ditugaskan tersebut merasa tidak betahdengan kondisi lingkungan wilayah Tengger.Namun, seiring berjalannya waktu, para gurusudah merasa terbiasa dengan kehidupan diwilayah Tengger.

B. Upacara AdatMasyarakat Tengger mempunyai banyak sekali

upacara adat yang sampai saat ini masih rutindilaksanakan. Bahkan upacara-upacara tersebut bisamenjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yangsedang berada di sekitar wilayah Gunung Bromo.

36

Page 42: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

Berikut adalah beberapa upacara adat yang masihsering dilaksanakan1. Upacara Kasada

Perayaan Kasada atau hari raya Kasada atauKasodoan yang sekarang disebut Yadnya Kasada,adalah hari raya kurban orang Tengger yangdiselenggarakan pada tanggal 14, 15, atau 16,bulan Kasada, yakni pada saat bulan purnamasedang menampakkan wajahnya di lazuardibiru.41Hari raya Kasada ini merupakan peringatanatas pesan dari leluhur masyarakat Tenggeryaitu Raden Kusuma, anak bungsu dari RaraAnteng dan Jaka Seger, yang rela berkorbanuntuk kesejahteraan orang tua dan saudara-saudaranya.

Pesan Raden Kusuma berbunyi, “Dulurku singisih urip ana ngalam donya, ngalam padang,mbesuk aku saben wulan Kasada kirimana barangsamubarang sing ana rupa tuwuh, rupa sandhang

1 4Ayu Sutarto, Sekilas Tentang Masyarakat Tengger, (PenelitiTradisi, Universitas Jember Jawa Timur), Makalah disampaikanpada acara pembekalan Jelajah Budaya 2006 yangdiselenggarakan oleh BalaiKajian Sejarah dan NilaiTradisional Yogyakarta, tanggal 7–10 Agustus 2006, hlm. 6.

37

Page 43: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

pangan, saanane sandhang pangan sing rikapangan ana ngalam donya, weruh rasane, apa singrika suwun mesti keturutan kekarepane rika, yaketurutan panjaluke rika ya mesti kinabulna.”(Saudara-saudaraku yang masih hidup di dunia,di alam terang, kelak setiap bulan Kasada,kirimkan kepadaku hasil pertanianmu, danmakanan yang kalian makan di dunia, agar akudapat merasakannya. Keinginanmu danpermintaanmu pasti ku kabulkan).5 1

1 5Ibid., hlm. 7.

38

Page 44: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

Gambar 6 : Upacara Kasada(Sumber :

http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1159/upacara-adat-kasada#photo[gallery]/0/)

2. Upacara KaroBagi masyarakat Tengger, upacara Karo atau

Hari Raya Karo adalah upacara yang sangatditunggu-tunggu. Upacara Karo juga termasuksalah satu upacara terbesar masyarakat Tengger.Perayaan ini hampir menyerupai Hari Raya IdulFitri, dimana pada perayaan ini masyarakatTengger saling berkunjung ke rumah tetangga dansaudara-saudaranya untuk mengucapkan selamatHari Raya Karo dan juga bermaaf-maafan.

Upacara Karo bisa berlangsung selama empatbelas hari sebagai serangkaian ritual. Ritualtersebut diantaranya,6 1

1) Resik Desa2) Sodoran3) Nyadran atau Sadranan4) Tari Ujung-ujungan1 6J. Nicolaas Warouw dkk, op.cit., hlm. 63.

39

Page 45: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

Gambar 7 : Beberapa orang yang mengiringi tarisodoran dalam upacara Karo

(Sumber :http://beritadaerah.co.id/2013/10/20/3342/)

3. Upacara Unan-unanUpacara Unan-unan berlangsung sekali dalam

lima tahun dan tepat pada saat bulan purnama.Upacara ini dimaksudkan sebagai upacarapembersihan desa dari gangguan roh jahat danjuga untuk menyucikan arwah-arwah leluhur yangbelum sempurna agar bisa diampuni dosa-dosanya

40

Page 46: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

sehingga bisa ditempatkan di tempat yangsempurna, yaitu Nirwana.

Istilah Unan-unan berasal dari kata tuna yangartinya rugi. Dengan demikian, upacara Unan-unan berarti memperbaiki kekurangan-kekuranganyang dilakukan dalam lima tahun tersebut. Padapelaksanaan ini, masyarakat mempersembahkankorban berupa hewan Kerbau kepada Raksasa agartidak menggangu masyarakat Tengger.

Gambar 8 : Upacara Unan-unan(Sumber :

http://www.suryaonline.co/images/ritual-unan-

41

Page 47: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

unan-kearifan-lokal-di-tengah-modernisasi/#.VKVJ0fumFY0)

4. Upacara Entas-entasUpacara Entas-entas adalah Upacara penyucian

roh orang yang telah meninggal agar bisa masuksurga. Upacara ini dilaksanakan pada seribuhari setelah kematian orang tersebut walaupuntidak harus tepat pada hari ke seribu.

Biaya yang harus dikeluarkan olehpenyelenggara cukup mahal. Karena harusmenyediakan Kerbau sebagai korban.

5. Upacara Pujan KapatUpacara Pujan Kapat dilaksanakan pada

tanggal 3 malam bulan keempat (papat) menuruttahun saka. Bertujuan untuk memohon berkahkeselamatan serta selamat kiblat, yaitupemujaan terhadap arah mata angin yangdilakukan bersama-sama di setiap desa (rumahkepala desa) yang dihadiri para pini sepuhdesa, dukun, dan masyarakat desa.

6. Upacara Pujan Kawolu42

Page 48: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

Penyelenggaraan upacara tersebut jatuh padatanggal 1 bulan Kawolu (malam tanggal 1). Maknaritual Pujan Kawolu tersebut adalah memberiYadnya kepada alam semesta (sak lumahe bumi, sakkarepe langit). Yang dimaksud sak lumahing bumi,adalah bumi, air, hewan dan api. Sedangkan sakkarepe langit adalah matahari, rembulan, bintangdan angkasa/langit. Oleh sebab itu, mengingatmanfaat 8 unsur tadi bagi kehidupan manusiamaka masyarakat wajib mengadakan yadnya padabulan Kawolu.7 1

7. Upacara Pujan KasangaUpacara ini jatuh pada bulan sembilan (sanga)

tahun saka. Masyarakat berkeliling desa denganmembunyikan kentongan dan membawa obor. Upacaraini diikuti oleh seluruh anggota masyarakat.Tujuan upacara ini adalah memohon kepada SangHyang Widi Wasa untuk keselamatan MasyarakatTengger.

8. Upacara Pujan Mubeng1 7J. Nicolaas Warouw dkk, op.cit., hlm. 68.

43

Page 49: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

Upacara ini diselenggarakan pada bulankesembilan atau Panglong Kesanga, yakni padahari kesembilan sesudah bulan purnama. WargaTengger, tua-muda, besar-kecil, berkelilingdesa bersama dukun mereka sambil memukulketipung. Mereka berjalan dari batas desabagian timur mengelilingi empat penjuru desa.Upacara ini dimaksudkan untuk membersihkan desadari gangguan dan bencana. Perjalanan kelilingtersebut diakhiri dengan makan bersama di rumahdukun. Makanan yang dihidangkan berasal darisumbangan warga desa.

Selain upacara adat di atas, masih banyakupacara adat lain yang sering dilaksanakan olehmasyarakat Tengger, diantaranya adalah upacaraSesayut, upacara Praswala Gara, upacaraPagruwatan, upacara Tugel Gombak dan TugelKuncung, upacara Tetesan Mrajakeni, upacara MayuDesa, dan lain-lain.

44

Page 50: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

Daftar Pustaka

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta:Rineka Cipta, 2009.

MTT, A. Malik. Pura & Masjid Konflik dan Integrasi pada SukuTengger. Jakarta: Balai Penelitian danPengembangan Agama, 2007.

Spradley, James P. Metode Etnografi. Yogyakarta:Tiara Wacana, 2006.

Sutarto, Ayu. Sekilas Tentang Masyarakat Tengger.Peneliti Tradisi, Universitas Jember JawaTimur. Makalah disampaikan pada acarapembekalan Jelajah Budaya 2006 yangdiselenggarakan oleh Balai Kajian Sejarah danNilai Tradisional Yogyakarta, tanggal 7–10Agustus 2006.

Warouw, J. Nicolaas, dkk. Inventarisasi Komunitas AdatTengger Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura KabupatenProbolinggo Jawa Timur. Yogyakarta: BalaiPelestarian Nilai Budaya Daerah IstimewaYogyakarta, 2012.

45

Page 51: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

Putra, Kurnia S. Suku Tengger.http://kurniasudiar.wordpress.com/2013/05/06/suku-tengger/. Diakses pada 25 Desember 2014.

Raharjo, K. Kebudayaan Suku Tengger.http://redendonk.blogspot.com/2012/10/kebudayaan-suku-tengger.html. Diakses pada 18Desember 2014.

JEP, Dyah Selvia. Unsur-Unsur Bahasa Jawa Kuna padaMasyarakat Suku Tengger. Makalah Sastra JawaKuna.

Ayuninggar. Dianing P, dkk. Kearifan Lokal MasyarakatSuku Tengger dalam Pemanfaatan Ruang dan UpayaPemeliharaan Lingkungan.http://antariksaarticle.blogspot.com/2011/03/kearifan-lokal-masyarakat-suku-tengger.html.Diakses pada 30 Desember 2014.

KebudayaanIndonesia.net. Sistem Kekerabatan SukuTengger.http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1143/sistem-kekerabatan-suku-tengger. Diaksespada 27 Desember 2014.

46

Page 52: Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Tengger

47