Artikel Lengkap_Seminar Nasional BKS Barat di Bangka Belitung Juli 20, 2017, Pangkal Pinang (Indonesia) 1 Karakteristik Kimia Tanah pada Areal Usahatani Lahan Kering di Kabupaten Aceh Barat (Indonesia) *Sufardi 1 , Darusman 1 , Zaitun 2 , Sabaruddin Zakaria 2 , and T. Fadrial Karmil 3 1 Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia, 23111; 2 Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia, 23111; 3 Fakultas Kedoteran Hewan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia, 23111; *Corresponding Author: [email protected]; Hp 081269594111; ABSTRAK Salah satu faktor yang sering menjadi kendala pada lahan kering adalah redahnya kualitas kimia tanah. Oleh karena itu, assessment terhadap kualitas tanah sangat perlu dilakukan untuk mengetahui kendala tanah. Studi ini bertujuan untuk menganalisis kendala kimia tanah yang membatasi pertumbuhan tanaman pada lahan kering di Kabupaten Aceh Barat, Indonesia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survai deskriptif melalui observasi lapangan dan analisis laboratorium. Sampel tanah diambil pada lapisan tanah atas (0-20 cm) dan lapisan bawah (20-40 cm) pada 36 titik pengamatan di beberapa areal usahatani lahan kering di Kabupaten Aceh Barat. Sifat-sifat kimia tanah yang dievaluasi meliputi keasaman tanah, kandungan C dan N total, jumlah kation basa, status P, dan kapasitas tukar kation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kualitas kimia tanah pada areal usahatani lahan kering di Kabupaten Aceh Barat rendah. Kendala utama yang membatasi pertumbuhan tanaman di lahan kering Kabupaten Aceh Barat adalah keasaman tanah, C dan N total rendah, K2O Total rendah, dan kejenuhan basa yang rendah. Peluang untuk meningkatkan kualitas tanah di lahan kering dapat dilakukan dengan penambahan bahan organik, kapur, dan pupuk. Katakunci: lahan kering, sistem usahatani, kedala kimia tanah 1. PENDAHULUAN Lahan kering merupakan salah satu areal yang menjadi sasaran utama untuk perluasan areal pertanian, baik untuk tanaman pangan, hortikultura, maupun perkebunan. Pengembangan inovasi dan teknologi yang tepat menjadi kata kunci dalam mengoptimalkan fungsi lahan sehingga lebih produktif. Lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau
12
Embed
Karakteristik Kimia Tanah pada Areal Usahatani Lahan ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Artikel Lengkap_Seminar Nasional BKS Barat di Bangka Belitung Juli 20, 2017, Pangkal Pinang (Indonesia)
1
Karakteristik Kimia Tanah pada Areal Usahatani Lahan Kering
di Kabupaten Aceh Barat (Indonesia)
*Sufardi1, Darusman1, Zaitun2, Sabaruddin Zakaria2, and T. Fadrial Karmil3
1Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia, 23111;
2Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia, 23111; 3Fakultas Kedoteran Hewan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia, 23111;
Jumlah 36 SN = Sistem Klasifiksasi Tanah Nasional (Indonesia)
Artikel Lengkap_Seminar Nasional BKS Barat di Bangka Belitung Juli 20, 2017, Pangkal Pinang (Indonesia)
5
3.2. Karakteristik Kimia Tanah
Data hasil analisis sifat-sifat kimia tanah tanah lapisan atas (0-20 cm) dan lapisan bawah
(20-40 cm) di setiap areal usahatani lahan kering di Kabupaten Aceh Besar disajikan dalam
bentuk grafik pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Kemasaman Tanah
Gambar 1 menunjukkan bahwa nilai pH H2O tanah pada beberapa areal usahatani lahan
kering di Kabupaten Aceh Barat sedikit bervariasi antar lokasi akan tetapi sebagian besar (70%)
areal usahatani lahan kering yang diteliti ternyata memiliki pH tanah berada di atas pH 5.50. Hal
ini menunjukkan bahwa secara aktual, reaksi tanah di lahan kering Kabupaten Aceh Barat relatif
tidak bermasalah dengan kemasaman, kecuali pada jenis tanah tertentu yaitu pada jenis tanah
Podsolik Haplik, Gleysol Humik, dan Kambisol Distrik. Pada gambar tersebut juga sangat jelas
dapat dilihat bahwa kemasaman tanah sangat berhubungan dengan kandungan Al-dd tanah. Pada
tanah ordo Ultisol dengan pH di bawah 5.5, ditemukan kadar Al-dd yang sangat tinggi yaitu
mencapai lebih 20 cmol kg-1 sedangkan pada tanah dengan pH di atas 5.5, kadar Al-dd tidak
sangat rendah bahkah tidak terukur. Hal ini menunjukkan bahwa potensi keasaman yang
disebabkan oleh aluminium ternyata cukup tinggi dan hal ini ditemukan juga tanah Gleysol
Humik, dan Kambisol Distrik, namun tidak ditemukan pada jenis tanah yang lainnya.
Bohn et al. (2007) menyatakan bahwa Al-dd merupakan kation larut yang sangat reaktif di
dalam tanah. Jika kation ini terhidrolisis, maka akan meningkatkan konsentrasi H+ sehingga
tanah menjadi masam. Meskipun potensi keracunan Al tidak ada, namun distribusi pH H2O tanah
umumnya berada pada kategori agak masam, maka dampak kemasaman tanah pada tanaman
budidaya tetap terpengaruh, karena sebagian besar tanaman toleran pada pH disekitar netral
(Sufardi, 2012). Hasil analisis juga terlihat bahwa pH tanah pada lapisan bawah juga lebih tinggi
dari pada tanah lapisan atas. Hal ini terjadi karena akibat pencucian basa dari lapisan atas ke
bawah.
Kandungan C dan N total
Gambar 1 juga memperlihatkan bahwa kadar C organik tanah pada lapisan atas (0-20 cm)
dan lapisan bawah (20-40 cm) ternyata hampir seluruh areal usahatani lahan kering di Kabupaten
Aceh Barat berada di bawah 2,0 persen. Tanah yang memiliki C organik di atas 2% hanya
Artikel Lengkap_Seminar Nasional BKS Barat di Bangka Belitung Juli 20, 2017, Pangkal Pinang (Indonesia)
6
ditemukan pada tujuh lokasi saja yaitu di Suak Timah, Cot Darat, dan Glee Sibleh atau hanya
sekitar 15 % dari areal yang disurvai. Pada lokasi tersebut ternyata terdapat lahan kering dengan
jenis tanah Regosol yang relatif mengandung C organik sedang hingga tinggi. Bahan organik
merupakan komponen tanah yang sangat penting sehingga jika tanah rendah C organik maka
kualitas tanah kurang baik juga. Tabel 1 juga dapat dilihat bahwa kandungan N total tanah pada
areal usahatani lahan kering Kabupaten Aceh Barat umumnya juga rendah dan hanya beberapa
lokasi saja yang mempunyai N total sedang yaitu di Suak Timah, Glee Sibleh, dan Manuang
Cemara. Dari data ini dapat dinyatakan bahwa secara umum lahan kering Kabupaten Aceh Barat
memiliki kendala rendahnya kandungan C organik dan N total tanah. Karbon merupakan unsur
yang sangat penting di dalam tanah, karena selain berfungsi sebagai sumber energi bagi jasad
hidup juga dapat menjagi keseimbangan sikulus C di alam (West and Marland, 2002). Karbon
juga sangat penting untuk mempertahankan perubahan iklim (Sperow et al., 2003).
Jumlah Kation Basa, KTK, dan Kejenuhan Basa
Gambar 2 memperlihatkan bahwa jumlah kation basa tanah (sum of cations) pada lahan
kering Aceh Barat sangat bervariasi dan hamper seluruh areal uasahatni lahan kering memiliki
jumlah kation basa yang rendah atau kurang dari 10 cmol kg-1. Selanjutnya Gambar 2 juga dapat
dilihat bahwa walaupun sebagian besar tanah mempunyai jumlah kation basa rendah, tetapi nilai
KTK tanah (CEC) ternyata sedang hingga tinggi dan hanya sebagian kecil tanah saja yang
mempunyai KTK rendah. Tingginya KTK ternyata tidak berkorelasi dengan persentase
kejenuhan basa (base saturation), karena sebagian besar tanah di lahan kering Aceh Barat
ternyata mempunyai kejenuhan basa rendah, walaupun ada beberapa tanah yang mempunyai
KTK sedang hingga tinggi.
P2O5 total, P tersedia, dan K2O Total,
Sebaran kandungan P2O5 total, K2O total dan P tersedia tanah pada lahan kering di
Kabupaten Aceh Barat disajikan pada Gambar 2 yang menunjukkan bahwa kandungan P2O5
total pada lahan kering di Kabupaten Aceh Barat ternyata sangat bervariasi pada setiap lokasi.
Selanjutnya kandungan P tersedia (P Bray 1) juga sangat bervariasi dari sangat rendah hingga
sangat tinggi. Perbandingan rata-rata P2O5 total dan P tersedia lebih jelas dapat dilihat pada
Gambar 2. Tingginya kandungan P2O5 total dan P tersedia pada beberapa tanah karena tanah
Artikel Lengkap_Seminar Nasional BKS Barat di Bangka Belitung Juli 20, 2017, Pangkal Pinang (Indonesia)
7
tersebut merupakan tanah yang belum berkembang dan berbahan induk endapan aluvial laut
yang diperkirakan mengandung mineral fosfat tinggi. Pada tanah yang mengandung fosfat
rendah umumnya dijumpai pada tanah-tanah yang telah berkembang terutama pada jenis
Podsolik Haplik (Typic Hapludults) dan sebagian dari tanah Kambisol Disrik (Typic
Dystrudepts). Tanah-tanah ini berkembang dari bahan induk masam yang relatif rendah
komposisi kation basa, sehingga kurang potensi kesuburan tanah juga rendah (Vu et al., 2010)
Hasil analisis tanah memperlihatkan bahwa kandungan K2O total pada tanah di areal
usahatani lahan kering Kabupaten Aceh Barat ternyata secara umum rendah, sehingga menjadi
salah satu faktor yang membatasi pertumbuhan tanaman (Havlin et al., 2012). Rendahnya K total
ini disebabkan karena sebagian besar lahan kering di Kabupaten Aceh Barat terbentuk dari bahan
induk pasir yang miskin kalium.
3.3. Status Kesuburan Tanah dan Kendalanya
Hasil penilaian status kesuburan tanah pada Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat
kesuburan tanah pada seluruh lokasi lahan kering di Kabupaten Aceh Barat termasuk dalam
kriteria rendah karena terdapat beberapa faktor pembatas. Faktor pembatas yang ditemukan pada
setiap lokasi berbeda-beda, akan tetapi setiap lokasi paling tidak ditemukan ada 2 atau 3
parameter kesuburan tanah yang termasuk kategori rendah atau sedang.
Tabel 2. Penilaian status kesuburan tanah di lahan kering Kabupaten Aceh Barat
No Lokasi/site KTK KB P2O5 K2O C-organik Status Kesuburan
1. Suak Timah1 R R S R S Rendah 2. Suak Timah2 S R T R T Rendah
3. Cot Darat R R T R S Rendah
4. Kota Padang Layuk T R T R R Rendah
5. Gunong Panah R R R R R Rendah
6. Glee Sibleh R R R R R Rendah
7. Napai R R T R R Rendah
8. Ujung Tanjung R R T R R Rendah
9. Pasie Aceh Tunong R R T R R Rendah
10. Meunasah Ara T S T R R Rendah
11. Kampung Mesjid T R T R R Rendah
12. Sawang Rambot T R T R R Rendah
13. Manuang Cemara T R S R R Rendah
Sumber : Data diolah (2016); Keterangan : R/S/T = rendah/sedang/tinggi
Artikel Lengkap_Seminar Nasional BKS Barat di Bangka Belitung Juli 20, 2017, Pangkal Pinang (Indonesia)
8
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa ternyata faktor pembatas utama yang ditemukan pada lahan
kering di Kabupaten Aceh Barat adalah rendahnya bahan organic tanah yang ditunjukkan oleh
rendahnya C organik. Dengan rendahnya bahan organik, maka kemampuan tanah mengikat
kation hara menjadi rendah sehingga kualitas tanah kurang baik (Arifin, 2011). Kurang baiknya
kualitas tanah dicirikan dengan reaksi tanah yang agak masam hingga masam, kadar kation basa
dan KB yang rendah, serta P tersedia yang rendah. Kandungan C organik sangat berpengaruh
terhadap kemampuan tanah dalam mempertahankan kesuburan dan produktivitas tanah melalui
aktivitas mikroorganisme tanah. Bohn et al. (2007) menyatakan bahan organik sangat menjadi
sumber energi bagi jasad mikro. Stevenson (2008) menambahkan bahwa bahan organik
berpengaruh terhadap kapasitas pertukaran kation, penyediaan unsur hara dan menjadi
penyangga terhadap perubahan pH dan penyediaan hara tanaman. Oleh sebab itu maka perlu
adanya penambahan bahan organik untuk memperbaki kualitas tanah dan meningkatkan status
kesuburan tanah (Sufardi, 2012; Havlin et al., 2012; Tolaka, 2013;). Bahan organik memberikan
konstribusi yang nyata terhadap KTK tanah sekitar 20–70% kapasitas pertukaran tanah (Sposito,
2008). Berdasarkan pernyataan ini, maka tingkat kesuburan tanah pada lahan kering Kabupaten
Aceh Barat termasuk ke dalam tanah yang tidak subur.
4. KESIMPULAN
(1) Karakteristik kimia tanah di areal usahatani lahan kering Kabupaten Aceh Barat bervariasi
antar lokasi dan jenis tanah. Nilai pH tanah umumya agak masam hingga netral, KTK tanah
sedang hingga tinggi, sedangkan C dan N total umumnya rendah. Kandungan K2O total dan
kejenuhan basa umumnya rendah.
(2) Status kesuburan tanah pada lahan kering Kabupaten Aceh Barat pada setiap jenis tanah
adalah rendah karena paling tidak ditemukan 3 faktor pembatas seperti C organik, kejenuhan
basa, dan cadangan K2O yang rendah.
(3) Untuk meningkatkan kualitas lahan kering pada beberapa areal usahatani di Kabupaten Aceh
Barat, diperlukan penambahan bahan organik, kapur, dan pemupukan nitrogen dan kalium.
Artikel Lengkap_Seminar Nasional BKS Barat di Bangka Belitung Juli 20, 2017, Pangkal Pinang (Indonesia)
9
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan penghargaan kepada Universitas Syiah Kuala dan Proyek ACIAR
(Improving Soil and Water Management and Crop Productivity of Dryland Agriculture Systems
of Aceh and New South Wales, The ACIAR Project No. SMCN/2012/103) yang telah
mendukung terlaksananya penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman. A, A. Dariah, dan A. Mulyani, 2008. Strategi dan teknologi pengelolaan lahan kering mendukung pengadaan pangan nasional. Jurnal Balai Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor
Arifin, Z., 2011. Analisis Indeks Kualitas Tanah Entisol pada Pengguanaan Tanah yang berbeda. Jurnal Agroteksos Vol. 21 No.1, April 2011
Benyamin, L. dan N. Gofar. 2013. Kebijakan inovasi teknologi untuk pengelolaan lahan suboptimal berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional Itensifikasi Pengelolaaan Lahan Sub Optimal dalam Rangka Mendukung Kemandirian Pangan Nasional. Palembang 20-
21 September 2013.
Bohn, H. L., B.L. McNeal, and G.A. O’conner. 2007. Soil Chemistry. John Wiley and Sons,
New York.
Chemical Characteristics and Status of Soil Fertility on Some Dryland Areas of Aceh Besar Districts (Indonesia). International proceeding of ICoSA, Jogyakarta.
FAO. 2005. The roles of soil organic matter. Food and Agriculture Organisation.Rome.
Havlin, J.L., S.L. Tisdale, W.L. Nelson, and J.D. Beaton. 2012. Soil Fertility and Fertilizers.(8th
edition). Prentice-Hall of India. Prt Ltd. New Delhi.
Karlen, D. L., M. J. Mausbach, J. W. Doran, R. G. Cline, R. F. Harris, And G. E. Schuman. 1997. Soil Quality: A Concept, Definition, And Framework For Evaluation. Soil
Science of America Journal. 61: 4 – 10.
Notohadiparwiro, T. 2006. Pertanian lahan kering di Indonesia : Potensi, prospek, kendala dan
pengembanganya. Lakakarya Evaluasi Pelaksanaan Proyek Pengembangan Palawija. USAID. Bogor.
PPT. 1983. Term of reference survai kapabilitas tanah. Proyek Penelitian Pertanian Menunjang
Transmigrasi (P3MT), Pusat Penelitian Tanah, Bogor.
Artikel Lengkap_Seminar Nasional BKS Barat di Bangka Belitung Juli 20, 2017, Pangkal Pinang (Indonesia)
10
Smith P, Milne R, Powlson DS et al. 2000. Revised estimates of the carbon mitigation potential
of UK agricultural land. Soil Use and Management 16: 293–295.
Soil Survey Staff. 2014. Keys to Soil Taxonomy. USDA, Washington DC. USA.
Sposito, G. 2008. Chemistry of the Soils. Oxford University Press Inc., New York.
Stevenson, F.A. 2008. Humus Chemistry. Genesis, Classification, and Composition. John Wiley and Sons., New York.
Sufardi, Darusman, Zaitun, S. Zakaria, and T.F. Karmil. 2017a. Chemical Characteristics and Status of Soil Fertility on Some Dryland Areas of Aceh Besar Districts (Indonesia). International proceeding of ICoSA, Jogyakarta.
Sufardi, Lukman Martunis, dan Muyassir. 2017b. Pertukaran Kation pada Beberapa Jenis Tanah di Lahan Kering Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh (Indonesia). Prosiding Seminar
Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 12, 2017, Banda Aceh, Indonesia
Sufardi. 2012. Pengantar Nutrisi Tanaman. Bina Nanggroe. Banda Aceh.
Suriadikarta, D.A., T. Prihatini, D. Setyorini dan W. Hartatiek. 2002. Teknologi Pengololaan
Bahan Organik Tanah. p 339 – 358. Dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Tolaka. W. 2013. Sifat fisik tanah pada hutan primer, agroforestri dan kebun Kakao di Subdas Wera Saluopa. Desa Leboni. Kecamatan Pamina, Peselemba Kabupaten Poso. Warta
Rimba Vol. 1(1) : 34-42.
Vu DT, Tang C, Armstrong RD. 2010. Transformations and availability of phosphorus in three
contrasting soil types from native and farming systems: A study using fractionation and isotopic labelling techniques. Journal of Soils and Sediments 10, 18–29.
West,TO and Marland G. 2002. A synthesis of carbon sequestration, carbon emissions, and net
carbon flux in agriculture: comparing tillage practices in the United States. Agriculture, Ecosystems and Environment 91:217–232.
Artikel Lengkap_Seminar Nasional BKS Barat di Bangka Belitung Juli 20, 2017, Pangkal Pinang (Indonesia)
11
Gambar 1. Nlai pH H2O, Al-dd, C-organik dan N total Tanah pada Beberapa Areal Usahatani
Lahan Kering di Kabupaten Aceh Barat
Artikel Lengkap_Seminar Nasional BKS Barat di Bangka Belitung Juli 20, 2017, Pangkal Pinang (Indonesia)
12
Gambar 2. Jumlah Kation Basa, KTK, Kejenuhan Basa, serta P2O5 dan K2O total dan P tersedia
Tanah pada Beberapa Lokasi Lahan Kering di Kabupaten Aceh Barat