23Morfologi Kapang dan Khamir
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangMikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang seluruh seluk-beluk kehidupan mikroorganisme. Peranan
mikroorganisme sudah sejak lama diketahui disegala aspek kehidupan
manusia antara lain di pertanian, perikanan, kesehatan, farmasi,
dan lain-lain. Hingga saat ini ilmu tersebut telah memberi warna
wawasan dan cakrawala baru bagi kehidupan terutama dalam
perkembangan bioteknologi modern yang melibatkan ilmu
mikrobiologi.Fungi atau cendawan adalah mikroorganisme
heterotrofik, mereka memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya.
Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut, mereka
disebut saprofit. Saprofit menghancurkan sisa sisa tumbuhan dan
hewan yang kompleks, menguraikannya menjadi zat zat kimia yang
lebih sederhana, yang kemudian dikembalikan ke dalam tanah, dan
selanjutnya meningkatkan kesuburannya. Jadi mereka dapat
menguntungkan bagi manusia. Sebaliknya mereka juga dapat merugikan
kita bilamana mereka membusukkan kayu, makanan, dan bahan bahan
lainnya.
Banyak kapang dan jamur ini digunakan dalam industri fermentasi,
seperti pembuatan asam-asam organik, pembuatan antibiotika,
pembuatan alkohol dan lain sebagainya. Beberapa kapang dan jamur
yang digunakan untuk memberi rasa bagi keju yang baik, pembuatan
bir, minuman anggur, peragian adonan, dan produksi antibiotika
seperti penisilin.Pada umumnya bahan bahan yang berasal dari alam
mudah untuk ditumbuhi jamur atau cendawan, misalnya pada buah
buahan. Jamur atau cendawan tersebut biasanya akan mengakibatkan
rusaknya bahan bahan tersebut. Untuk mengetahui nama genus dan
spesies suatu biakan mikroorganisme, maka perlu dilakukan
identifiksi, dimana untuk melakukan identifikasi terlebih dahulu
dilakukan pengenalan terhadap ciri ciri morfologi mikroorganisme
tersebut. Pengamatan morfologi biasanya dilakukan baik secara
makroskopik maupun mikroskopik secara langsung maupun tidak
langsung.
B. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah agar mahasiswa/mahasiswi (praktikan)
dapat mengetahui cara untuk mengidentifikasi morfologi kapang dan
khamir yang dilakukan dengan mikroskopik secara langsung maupun
tidak langsung pada sampel roti.
C. Manfaat Percobaan
Manfaat percobaan ini adalah mahasiswa/mahasiswi (praktikan)
mengetahui cara untuk mengidentifikasi morfologi kapang dan khamir
yang dilakukan dengan mikroskopik secara langsung maupun tidak
langsung pada sampel roti.D. Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini adalah mengamati morfologi kapang dan
khamir yang tumbuh pada sampel roti yang berjamur secara
mikroskopik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Kapang atau cendawan merupakan salah satu jenis parasit yang
terdiri atas genus Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton.
Berbagai spesies dari tiga genus kapang ini dapat menginfeksi
kulit, bulu/rambut dan kuku/tanduk dalam berbagai intensitas
infeksi. Hampir semua jenis hewan dapat diserangnya, dan penyakit
ini secara ekonomis sangat penting (Adzima dkk, 2013).Pola hubungan
atau asosiasi kapang dengan akar tanaman sebagai relungnya dapat
bersifat mutualisme, komensalisme, saprofit, dan parasit. Kapang
endofit umumnya bersimbiosis mutualisme dengan tanaman inangnya.
Kapang ini memberi manfaat kepada tanaman inang antara lain berupa
peningkatan laju pertumbuhan, ketahanan terhadap serangan hama,
penyakit dan kekeringan. Hubungan yang erat antar keduanya juga
memungkinkan adanya transfer materi genetika di antara keduanya.
Kapang endofit diketahui dapat menghasilkan enzim, antibiotic, dan
metabolit sekunder termasuk senyawa anti kanker taksol. Senyawa ini
dapat diisolasi dari kapang Pestaliopsis microspores yang
berasosiasi dengan tanaman Taxus wallachiana. Enzim yang dihasilkan
kapang endofit antara lain sellulase, esterase, peroksidase,
lipase, silase, dan amilase. Silase dapat dihasilkan oleh Fusarium
dan Mycelia sterila, sedangkan Fusicoccum diketahui mampu
menghasilkan enzim -glukosidase (Ilyas, 2006).Tiap jenis kapang
memiliki relung habitat, sifat-sifat, ciri dan karakter yang
berbeda, maka kapang membutuhkan cara dan metode pengisolasian yang
berbeda pula. Secara umum isolasi kapang dari habitat alaminya
dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu metode isolasi
langsung dan tidak langsung. Metode isolasi yang digunakan akan
sangat menentukan jenis kapang yang akan diperoleh. Kapang yang
berhasil diisolasi dari substrat alaminya lebih lanjut membutuhkan
serangkaian penanganan, pemeliharaan, dan penyimpanan untuk
ditelaah lebih lanjut aktifitas maupun potensinya. Penelitian dan
eksplorasi kapang lebih lanjut berguna untuk mengungkap potensi dan
manfaat kapang bagi kehidupan manusia. Setiap kapang di alam
memiliki peran dan potensi yang berbeda karena setiap jenis kapang
memiliki keunikan sifat dan karakteristik tersendiri (Ilyas,
2007).
Khamir dikenal memiliki rentang ekologi yang cukup luas dan
mampu hidup pada daerah ekstrem serta umumnya banyak ditemukan pada
lingkungan yang memiliki bahan organik tinggi. Beberapa kelompok
khamir yang dominan ditemukan dalam ekosistem tanah adalah genus
Cryptococcus, Candida dan Debaryomyces. Menurut Kurtzman &
Piskur (2006) baru sekitar 1% khamir dilakukan isolasi dan
identifikasi dari total perkiraan keanekaragaman khamir di dunia.
Diantara 89 genera khamir yang pernah terdaftar dalam monograf
khamir sebanyak 37 genera atau 42% ditemukan di Indonesia.
Penelitian tentang khamir banyak dilakukan dalam bentuk eksplorasi
dari berbagai ekosistem di Indonesia. Hal ini karena diyakini
jumlah khamir di alam jauh lebih tinggi dibandingkan khamir yang
telah diketahui selama ini. Pengamatan morfologi merupakan dasar
utama yang digunakan untuk melakukan identifikasi dan klasifikasi
khamir yaitu dengan pengamatan morfologi sel pembentukan askospora,
morfologi sel vegetatif, reproduksi aseksual ada tidaknya produksi
miselium sejati, pseudomiselium, ciri koloni, dan cirri pertumbuhan
pada media cair (Jumiyati dkk, 2012).Pada umumnya jamur merupakan
tubuh buah yang dapat dimakan. Jamur adalah fungi yang mempunyai
bentuk badan buah seperti paying dan pada bagian bawahnya berbilah
(gills) merupakan organ reproduksi yang menghasilkan spora. Sel
jamur memiliki inti sel sejati, didalam selnya tidak terdapat
klorofil sehingga jamur digolongkan dalam organism heterotrof
karena mampu melakukan sintesis kebutuhan hidup sendiri
Mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan tentang mahluk hidup yang
kecil atau jasad-jasad renik (Adam, 1992). Pembiakan sel secara
luas digunakan untuk penelitian dan diagnosis. Berbagai media yang
ada sangat menarik untuk dipakai pada penelitian. Hal ini
disebebkan mudahnya memonitor respon sel pada berbagai media,yang
medianya sendiri muda dimodifikasi dalam berbagai kondisi. Pada
lingkup diagnostik, pembiakan sel dapat digunakan misalnya untuk
menyiapkan paparan kromosom pada analisis sitogenik (Underwood,
1999).
Bila suatu konidia atau spora fungi ditanam diatas agar cawan
petri, maka setelah satu atau dua hari baru terlihat sesuatu pada
permukaan agar yang dapat berupa tetesan kental apabila suatu
khamir atau berupa benang-benang bila bentuk tersebut adalah suatu
kapang. Pemerisaan mikroskopis akan membuktikan bahwa yang tumbuh
itu betul-betul suatu koloni khamir atau suatu koloni kapang
(Gandjar, 2002). Cendawan bukan termasuk hewan atau tumbuhan.
Cendawan adalah organisme eukariotik, memproduksi spora, tidak
berklorofil, memperoleh nutrisi dengan cara absorbsi, berproduksi
secara seksual dan aseksual, berstruktur somatik dalam bentuk hifa,
dinding selnya terdiri dari glukan, kitin dan selulosa. Berdasarkan
morfologinya cendawan dapat digolongkan menjadi jamur (mushroom)
yang berukuran besar dan dapat dilihat dengan mata telanjang
(makroskopik), kapang (mold) dan khamir (yeast) yang tergolong
berukuran mikroskopik. Kapang adalah cendawan renik yang mempunyai
miselia dan massa spora yang jelas. Khamir adalah cendawan renik
bersel satu dan berbiak secara bertunas (Ahmad, 2011).
Jamur merupakan tumbuhan tingkat rendah yang tidak berklorofil
sehingga dalam memenuhi kebutuhan pangannya sangat bergantung dari
luar, misalnya sebagai saprofit atau parasit. Jamur memiliki
beberapa bentuk yang bervariasi, mulai dari bersel tunggal (ragi
tape), bentuk serat atau miselia (jamur oncom/tempe), bentuk tubuh
buah (jamur merang, shitake, lingzhi, atau champignon), bentuk
bilah, bunga karang, payung (jamur tiram), serta bentuk bergelambit
tidak beraturan (jamur kuping) (Sunarmi, 2010).
Beberapa jamur yang penting dari segi klinis tidak dapat tumbuh
pada suhu 35 sampai 37C atau memerlukan waktu lebih dari 72 jam
untuk membentuk koloni yang dapat dilihat. Secara umum, biakan
jamur harus diinokulasikan ke suatu medium yang tidak mengandung
bahan antimikroba (misal agar dekstrosa Sabouraud); suatu medium
yang mengandung hanya bahan antimikroba (misal agar kapang
inhibitorik); dan suatu medium yang mengandung darah, obat
antimikroba dan obat antijamur sikloheksimid (Sacher,
2002).Mikroskop adalah alat optik yang digunakan untuk mengamati
benda yang sangat kecil, yang tidak tampak oleh mata telanjang
,seperti virus, bakteri, jaringan tanaman, seldan lain-lain,
sehigga tampakjelas. Cara pengamatan menggunakan mikroskop adalah
dengan menempatkan benda yang diamati (preparat) di bawah lensa
obyektif. Pengamatan benda dapat diamati melalui lensa okuler.
Untuk mendapat pengamatan yang jelas dapat menaikturunkan lensa
obyektif dengan memutar tombol pengatur sehingga didapat hasil yang
jelas (syaifudin dkk, 2014).
A. Uraian Bahan
1. Etanol (Ditjen POM, 1979, Hal. 65)
Nama resmi: Aethanolum
Sinonim: Alkohol
RM / BM: C2H6O/46,07
Pemerian: Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah
bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan
nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan
dalam eter P.
Kegunaan: Sebagai antipiretik
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya;
di tempat sejuk, jauh dari nyala api.
2. Methylene Blue (Ditjen POM Edisi IV, 1995 : 554).
Nama resmi: Biru metilen
Sinonim: Methylene BlueRM / BM : C16H18CIN3S / 319,85
Pemerian: hablur atau serbuk hablur hijau tua, berkilauan
seperti perunggu, tidak berbau atau praktis tidak berbau. Stabil di
udara; larutan dalam air dan dalam etanol berwarna biru tua
Kelarutan: larut dalam air dan dalam kloroform; agak sukar larut
dalam etanol
Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik3. Asam tartrat (Ditjen
POM Edisi IV, 1995 : 53).
Nama resmi: Asam tartrat
Sinonim : Acidum tartaricum
RM / BM: C4H6O6 / 150,09
Pemerian: hablur, tidak berwarna atau bening atau serbuk hablur
halus sampai granul, warna putih; tidak berbau; rasa asam dan
stabil di udara
Kelarutan: sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam
etanol
Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik
BAB IIIMETODE KERJA
A. Alat Dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu:
a. Autoklaf
b. Batang V
c. Cawan petri
d. Dek gelas
e. Kaca objek
f. Kertas saring
g. Mikroskop
h. Ose lurus
i. Pipet tetes
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
a. Aquadesb. Asam tartatc. Kapas
d. Kertas saringe. Medium PDA
f. Metilen blue
g. Roti HolandB. Cara Kerja
1. Penyiapan bahan praktikum
a. Disiapkan semua alat
b. Cawan petri dibungkus dengan kertas
c. Disterilkan di dalam oven.
2. Pengamatan koloni jamur
a. Mikroskopis secara langsung
Diambil biakan jamur 1 ose pada sampel roti fresh house.
Diletakkan secara perlahan-lahan pada kaca objek.
Diberikan 1 tetes metilen blue.
Ditutup dengan menggunakan dek gelas.
Diamati pada mikroskop berupa miselium, konidia, konidiofor,
spora, kolomela, metula, fialid, vesikel dan rhizoid dimulai dengan
pembesaran terkecil.b. Mikroskopis secara tidak langsung (slide
culture)
Dibuat susunan batang v, objek gelas, dek gelas dan kertas
saring pada wadah cawan porselin.
Disterilisai.
Diambil biakan jamur 1 ose pada sampel roti fresh house.
Diletakkan perlahan pada objek gelas,
Ditambahakan 1 tetes campuran medium PDA dan asam tatrat pada
preparat.
Preparat ditutup dengan dek gelas.
Cawan petri ditutup.
Dibungkus dengan kertas Diinkubasi selama pada suhu kamar.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN1. Pengamatan Mikroskopik
a. Secara langsungNOGAMBARKETERANGAN
6
7
8
BAB V
PEMBAHASAN
Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa
atau sel tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau
selulosa, berproduksi seksual atau aseksual. Dalam dunia kehidupan
fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara mendapatkan
makanannya berbeda dengan organisme eukariotik lainnya yaitu
melalui absorpsi.Sebagian besar tubuh fungi terdiri dari atas
benang benang yang disebut hifa, yang saling berhubungan menjalin
semacam jala yaitu miselium.Fungi dibedakan menjadi dua golongan
yaitu kapang (mold) dan khamir(yeast).Kapang merupakan fungi yang
berfilamen atau mempunyai miselium, sedangkan khamir merupakan
fungi bersel tunggal dan tidak berfilamen.Kapang merupakan fungi
yang morfologinya multiseluler atau kapang mempunyai miselium atau
filament dan pertumbuhannya dalam bahan makanan mudah sekali
dilihat, yakni seperti kapas. Pertumbuhan fungi mula mula berwarna
putih, tetapi bila tidak memproduksi spora maka akan terbentuk
berbagai warna tergantung Dari jenis kapang. Sifat sifat kapang
baik penampakan mikroskopis ataupun makroskopik digunakan untuk
identifikasi dan klasifikasi kapang.Fungi dapat berkembang biak
baik secara seksual maupun aseksual.Perkembangbiakan secara seksual
terjadi ketika hifa dengan tipe perkawinan (mating type) yang
berbeda bersentuhan, kemudian melebur membentuk zigot.
Perkembangbiakan secara aseksual terjadi dengan cara membelah diri
atau terbelahnya hifa, atau dengan menyebarkan spora haploid. Jamur
benang atau kapang adalah golongan fungi yang membentuk lapisan
jaringan miselium dan spora yang tampak, tetapi tidak dapat
membentuk badan buah yang makroskopis.Misselium terdiri dari
filamen tubular yang tumbuh yaitu hifa. Antara satu hifa dengan
hifa yang lain biasanya dipisahkan oleh septa. Septa memiliki
pori-pori yang memungkinkan organel, bahkan terkadang nucleus,
untuk lewat.Beberapa hifa bersifat coenositik (memiliki banyak
inti), dan tidak memiliki septa. Hifa dapat memiliki beberapa
modifikasi, seperti hifa reproduktif (untuk berkembang biak), hifa
nutritif (untuk menyerap nutrisi), rhizoid (untuk menempel ke inang
atau substrat), bahkan pada spesies tertentu, hifa predasi
(berbentuk perangkap yang bisa menjebak nematoda kecil sebagai
sumber nutrisi).Pengamatan morfologi kapang dan khamir dilakukan
secara mikroskopis. Pengamatan mikroskopis dilakukan dengan dua
cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengamatan
mikroskopis secara langsung dilakukan dengan cara mengamati dibawah
mikroskop biakan jamur yang tumbuh pada sampel yang telah ditetesi
metilen blue sedangkan pengamatan mikroskopis secara tidak langsung
dilakukan dengan cara sampel jamur yang tumbuh pada roti diambil
sedikit kemudian diletakkan pada gelas objek yang telah disterilkan
bersama dengan cawan petri sebagai wadahnya. Kemudian diteteskan
dengan larutan PDA (potatoes dekstrose agar) yang telah ditambahkan
asam tartrat dan ditutup dengan deck gelas. Penambahan asam tartrat
bertujuan untuk memberikan suasana asam karena fungi mudah tumbuh
pada suasana asam. Setelah itu disimpan di dalam enkas.Setelah
dilakukan pengamatan dibawah mikroskop pada pengujian mikroskopis
secara langsung terlihat spora, sporangium dan hifa pasa sampel
jamur roti.BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa jamur roti memiliki morfologi, spora, stolon, sporangium, dan
rizoid.
B. SARAN
Saran yang dapat diberikan yaitu agar praktikan lebih
berhati-hati dalam penggunaan alat dan bahan praktikum dan lebih
menjaga ketenangannya selama proses praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKAAdam, Syamsunir. 1992. Dasar-Dasar Mikrobiologi
dan Parasitologi untuk Perawat. Jakarta: EGC.Ahmad R.Z., 2011,
Pemanfaatan Cendawan Dan Produknya Untuk Peningkatan Produksi Hasil
Peternakan, Wartazoa.Vol 21(2).
Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia edisi III, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Ditjen POM, 1995, Farmakope
Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta. Gandjar, Indrawati. 2002. Mikologi Dasar dan Terapan.
Jakarta: Erlangga.Sacher, Ronald A., dan Richard A. McPerson, 2002,
Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta. Sunarmi, Yohana Ipuk, dan Cahyo Saparinto,
2010, Usaha 6 Jenis Jamur Skala Rumah Tangga, Penebar Swadaya,
Depok. Syaifudin. Endang Dian Setyoningsing, 2014, Perancangan
Sistem Pencahayaan Dan Kamera Pada Mikroskop Manual,
Vol.9(2).Underwood, J. C. E. 1999. Patologi. Jakarta: EGC.1
2
3
4
5
RIDHO FAJRIYAH JAMRI
SERLYANA BR. TAMBUNAN
O1A114040