Page 1
TUGAS AKHIR – RA.141581
KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN PENDEKATAN PERMUKIMAN RAMAH LINGKUNGAN
ATHI’U IZZATILLAH TAZKIYATI 08111440000091
Dosen Pembimbing Dr. Dewi Septanti, S.Pd., ST., MT.
Departemen Arsitektur Fakultas Arsitektur, Desain dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2018
Page 2
TUGAS AKHIR – RA.141581
KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN PENDEKATAN PERMUKIMAN RAMAH LINGKUNGAN
ATHI’U IZZATILLAH TAZKIYATI 08111440000091
Dosen Pembimbing Dr. Dewi Septanti, S.Pd., ST., MT.
Departemen Arsitektur Fakultas Arsitektur, Desain dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2018
Page 4
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
N a m a : Athi’u Izzatillah Tazkiyati
N R P : 08111440000091
Judul Tugas Akhir : Kampung Nelayan Berkelanjutan dengan Pendekatan
Permukiman Ramah Lingkungan
Periode : Semester Gasal/Genap Tahun 2017 / 2018
Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir yang saya buat adalah hasil karya
saya sendiri dan benar-benar dikerjakan sendiri (asli/orisinil), bukan merupakan hasil
jiplakan dari karya orang lain. Apabila saya melakukan penjiplakan terhadap karya
mahasiswa/orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi akademik yang akan
dijatuhkan oleh pihak Departemen Arsitektur FADP - ITS.
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan kesadaran yang penuh dan
akan digunakan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Tugas Akhir RA.141581
Surabaya, 2 Juli 2018
Yang membuat pernyataan
(Athi’u Izzatillah Tazkiyati)
NRP. 08111440000091
Page 5
I
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas rahmatNya saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
tugas akhir yang berjudul “Kampung Nelayan Berkelanjutan dengan Pendekatan
Permukiman Ramah Lingkungan” dengan sebaik-baiknya.
Dalam menyelesaikan laporan ini, saya mendapat bimbingan dari berbagai
pihak, oleh karena itu saya menyampaikan terima kasih kepada:
1. Defry Agatha A., S.T, M.T selaku dosen pengampu mata kuliah
tugas akhir yang telah membimbing saya selama penyusunan tugas akhir
ini.
2. Angger Sukma, S.T, M.T selaku dosen pengampu mata kuliah
tugas akhir yang telah membimbing saya selama penyusunan tugas akhir
ini.
3. Dr. Dewi Septanti, S.Pd, S.T, M.T selaku dosen pembimbing mata kuliah
tugas akhir yang telah membimbing saya selama penyusunan
tugas akhir ini.
4. Semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dan membantu dalam
penyelesaian tugas akhir ini.
Akhirnya laporan tugas akhir ini telah selesai dan semoga bermanfaat bagi
kita semua dalam bidang ilmu arsitektur.
Surabaya, 2 Juli 2018
Penyusun
Page 6
II
ABSTRAK
(KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN PENDEKATAN
PERMUKIMAN RAMAH LINGKUNGAN)
Oleh
Athi’u Izzatillah Tazkiyati
(NRP : 08111440000091)
Fenomena permukiman di pesisir pantai bukanlah hal yang baru. Fenomena
ini terbentuk secara alamiah bersamaan dengan potensi sumber daya alam yang ada
pada kawasan itu yakni laut. Laut menyimpan begitu banyak sumber daya yang
menyebabkan kawasan pesisir menjadi andalan sumber pendapatan bagi
masyarakat. Sejalan dengan peningkatan nilai ekonomi pada daerah pesisir dan
pemanfaatan sumber daya laut secara terus menerus, maka muncullah sejumlah
permukiman penduduk di sekitar kawasan. Hal ini berpotensi memunculkan
permukiman kumuh yang berpengaruh negatif terhadap kualitas lingkungan seperti
yang terjadi di Kampung Nelayan Kedung Cowek.
Konsep eco-settlement merupakan konsep tempat bermukim/bertempat
tinggal yang ekologis yang dikembangkan dari konsep pembangunan
berkelanjutan. Pendekatan eco-settlement berfungsi sebagai pijakan dalam
mencapai permukiman yang ekologis melalui 3 pilar ekologi, sosial dan ekonomi
dengan dukungan dan kerja sama dengan institusi. Eco-settlement memiliki kriteria
yang mengacu pada prinsip arsitektur ekologis, yang diharapkan dapat menciptakan
permukiman nelayan yang berkelanjutan. Selain eco-settlements, proses desain juga
menggunakan pendekatan desain vernakular kontemporer yang diharapkan mampu
menunjang pendekatan permukiman ramah lingkungan dengan memperhatikan
aspek lokalitas dan lingkungan, respon iklim maupun kebiasaan atau adat
masyarakat setempat. Dengan proses desain tersebut diharapkan akan dapat
mengurangi masalah kekumuhan yang terjadi di kampung nelayan kedung Cowek
Kata kunci : Kekumuhan, Kampung Nelayan, Eco-Settlement, Kampung Nelayan
Berkelanjutan.
Page 7
III
ABSTRACT
(SUSTAINABLE FISHERMAN VILLAGE WITH ECO-SETTLEMENTS
APPROACH)
Athi’u Izzatillah Tazkiyati
(NRP : 08111440000091)
The phenomenon of coastal settlements is nothing new. This phenomenon
is formed naturally along with the potential of the natural resources that exist in the
sea. Sea save a lot of natural resources which caused the coastline became a source
of income for the local community. Coastline has high economic value so that the
surrounding neighborhood will appear to make use of the natural resources of the
sea. This phenomenon also occurs here in fisherman village of Kedung Cowek. This
has the potential to become the slums
The concept of eco settlements are settlements that developed from the
theory of sustainable architecture. This approach has three criteria that balance the
aspects of economic, social and environmental. The criteria refers to the principles
of ecology, is expected to make the settlement into a sustainable settlement. This
approach aided with contemporary vernacular design approach so that the
settlement does not lose its culture and customs and traditions. So, The design
process is expected to reduce the problem of slums that are in the village
Keywords: Slums, Fisherman Village, Eco-settlements, Sustainable Fisherman
Village
Page 8
IV
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................
LEMBAR PERNYATAAN .....................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
ABSTRAK .............................................................................................................. ii
ABSTRACK .......................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.1.1Fenomena Permukiman Pesisir Pantai .............................................. 1
1.2 Isu dan Konteks Desain .......................................................................... 2
1.2.1Permukiman Nelayan Kumuh ........................................................... 2
1.2.2Karakteristik Masyarakat Kampung Nelayan ................................... 3
1.2.3Karakteristik Kawasan Kampung Nelayan ....................................... 3
1.3 Permasalahan Desain .............................................................................. 5
1.3.1Keterbatasan Lahan ........................................................................... 5
1.3.2Sarana yang Kurang Mewadahi ........................................................ 6
1.4 Kriteria Desain ........................................................................................ 7
1.4.1Tujuan ................................................................................................ 7
1.4.2Kriteria Rancang ................................................................................ 7
BAB 2 PROGRAM DESAIN ................................................................................ 9
2.1 Rekapitulasi Program Ruang ................................................................. 9
2.1.1Aktivitas Berhuni Masyarakat Kampung Nelayan Kedung Cowek .. 9
2.1.2Aktivitas Ekonomi Masyarakat Kampung Nelayan Kedung Cowek 9
2.1.3Aktivitas Sosial Masyarakat Kampung Nelayan Kedung Cowek ... 10
2.1.4Program Ruang ................................................................................ 10
2.2 Deskripsi Tapak ..................................................................................... 13
2.2.1Gambaran Umum Lokasi ................................................................ 13
2.2.2Konteks Lingkungan ....................................................................... 14
Page 9
V
2.2.3Ukuran dan Tata wilayah ................................................................ 14
2.2.4Legalitas .......................................................................................... 14
2.2.6Keistimewaan Buatan ..................................................................... 15
2.2.7Sirkulasi .......................................................................................... 15
2.2.8Utilitas ............................................................................................. 16
2.2.9Sensori ............................................................................................. 16
2.2.10 Manusia dan Budaya ................................................................ 16
2.2.11 Iklim ......................................................................................... 16
BAB 3 PENDEKATAN DAN METODA DESAIN .......................................... 17
3.1 Pendekatan Desain ................................................................................ 17
3.1.1Pendekatan Permukiman Ramah Lingkungan (Eco-Settlements) .. 17
3.1.2Pendekatan Desain Vernakular Kontemporer ................................. 20
3.2 Metoda Desain ....................................................................................... 22
3.2.1Metode Reinterpreting Tradition .................................................... 23
BAB 4 KONSEP DESAIN .................................................................................. 25
4.1 Eksplorasi Formal ................................................................................. 25
4.1.1Konsep umum ................................................................................. 25
4.1.2Konsep Perencanaan dan Perancangan Tapak ................................ 26
4.1.3Konsep Bentuk ................................................................................ 27
4.1.4Konsep Ruang Luar ........................................................................ 32
4.1.5Konsep Fasad .................................................................................. 33
4.2 Eksplorasi Teknis .................................................................................. 34
4.2.1Konsep Sirkulasi ............................................................................. 34
4.2.2Konsep Konstruksi dan Material .................................................... 35
4.2.3Konsep Struktur .............................................................................. 38
4.2.4Konsep Sanitasi ............................................................................... 38
4.2.5Konsep Pengolahan Limbah ........................................................... 39
BAB 5 DESAIN ................................................................................................... 39
5.1 Eksplorasi Formal ................................................................................. 39
5.1.1Desain Tatanan Massa dan Zonasi Tapak ....................................... 39
5.1.2Desain Hunian Maisonatte Tipe 1 (Pedagang) ............................... 40
5.1.3Desain Hunian Maisonatte Tipe 2 (Nelayan) .................................. 44
5.1.4Desain Hunian Maisonatte Tipe 3 (Nelayan Buruh) ....................... 48
Page 10
VI
5.1.5Desain Tempat Penjemuran Komunal ............................................. 52
5.1.6Desain Tempat Pengolahan Ikan ..................................................... 55
5.1.7Desain Tempat Pelelangan Ikan ...................................................... 57
5.1.8Desain Dermaga .............................................................................. 59
5.1.9Fasilitas Umum ................................................................................ 61
5.2 Eksplorasi Teknis .................................................................................. 62
5.2.1Sistem Sirkulasi ............................................................................... 63
5.2.2Sistem Struktur ................................................................................ 64
5.2.3Sistem Sanitasi ................................................................................ 65
5.2.4Material ........................................................................................... 66
BAB 6 KESIMPULAN ........................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 69
Page 11
VII
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kekumuhan Permukiman Nelayan Kedung Cowek............................ 1
Gambar 1.2 Alur Masalah Kekumuhan .................................................................. 2
Gambar 1.3 Konsep Pemetaan Lokasi .................................................................... 4
Gambar 1.4 Konsep Penataan Kawasan Pesisir Kenjeran ...................................... 5
Gambar 1.5 Proses Perkembangan Rumah dalam Lingkungan .............................. 6
Gambar 1.6 Aktivitas Nelayan yang Tidak Terwadahi ........................................... 7
Gambar 2.7 Lokasi Lahan Kampung Nelayan Kedung Cowek ............................ 13
Gambar 2.8 Eksisting Bangunan Sekitar .............................................................. 15
Gambar 2.9 Sirkulasi Pada Eksisting Lahan ......................................................... 16
Gambar 3.10 Bagan Pendekatan Eco Settlements ................................................ 17
Gambar 3.11 Kriteria Penilaian Eco-settlements .................................................. 18
Gambar 3.12 Proses Desain Oleh Donna P. Duerk ............................................... 23
Gambar 4.13 Hubungan Konsep Eco-settlements dengan Reinterpreting Tradition
............................................................................................................................... 25
Gambar 4.14 Konsep Umum Kampung Nelayan Berkelanjutan .......................... 25
Gambar 4.15 Konsep Zonasi Perencanaan dan Perancangan Tapak .................... 26
Gambar 4.16 Konsep Ruang Hunian Maisonatte .................................................. 29
Gambar 4.17 Konsep Hunian Maisonatte ............................................................. 29
Gambar 4.18 Tempat Penjemuran Ikan Kampung Nelayan ................................. 31
Gambar 4.19 Gambar Gubahan Bentuk Tempat Penjemuran Ikan....................... 31
Gambar 4.20 Konsep Ruang Luar ......................................................................... 33
Gambar 4.21 Kriteria Penghawaan Hunian Ekologis ........................................... 33
Gambar 4.22 Bukaan yang Dikombinasi dengan Kisi-Kisi .................................. 34
Gambar 4.23 Pola Sirkulasi Linear ....................................................................... 34
Gambar 4.24 Sirkulasi Tapak untuk Penghuni dan Pendatang ............................. 35
Gambar 4.25 Sirkulasi hunian ............................................................................... 35
Gambar 4.26 Konstruksi dan Material Lokal ........................................................ 36
Gambar 4.27 Material yang Akan Digunakan ...................................................... 37
Gambar 4.28 Ilustrasi Sambungan Pasak pada Kayu............................................ 38
Page 12
VIII
Gambar 4.29 (a) Sistem Struktur rigid (b) Struktur pondasi footplat dan batu kali
............................................................................................................................... 38
Gambar 4.30 Skema IPAL Komunal ..................................................................... 39
Gambar 4.31 Konsep Pembuangan Limbah .......................................................... 39
Page 13
IX
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar Jumlah Unit Rumah di Kampung Nelayan Kedung Cowek ........ 9
Tabel 2.2 Daftar Eksisting Kebutuhan Ekonomi Kampung Nelayan ................... 10
Tabel 2.3 Daftar Eksisting Kebutuhan Sosial Kampung Nelayan ........................ 10
Tabel 2.4 Program Ruang Hunian Kampung Nelayan.......................................... 10
Tabel 2.5 Program Ruang Balai Warga ................................................................ 11
Tabel 2.6 Program Ruang Mushollah ................................................................... 11
Tabel 2.7 Program Ruang Dermaga ...................................................................... 11
Tabel 2.8 Program Ruang Tempat Pengolahan Ikan ............................................ 12
Tabel 2.9 Program Ruang TPI .............................................................................. 12
Tabel 2.10 Program Ruang Publik ........................................................................ 12
Tabel 2.11 Program Ruang Sanitasi dan Limbah Komunal .................................. 12
Tabel 2.12 Jumlah Keseluruhan Program Ruang .................................................. 13
Tabel 3.13 Analisa Penilaian Eco-Settlement Kampung Nelayan Kedung Cowek
............................................................................................................................... 19
Tabel 4.14 Konsep Hunian Maisonatte ................................................................. 27
Tabel 4.15 Konsep Bentuk Bangunan ................................................................... 30
Tabel 4.16 Daftar Material Lokal dalam Konstruksi ............................................ 36
Tabel 4.17 Penggolongan Material ekologis ......................................................... 37
Page 15
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Fenomena Permukiman Pesisir Pantai
Fenomena permukiman di pesisir pantai bukanlah hal yang baru.
Fenomena ini terbentuk secara alamiah bersamaan dengan potensi sumber daya
alam yang ada pada kawasan itu yaitu laut. Laut menyimpan begitu banyak
sumber daya yang menyebabkan kawasan pesisir menjadi andalan sumber
pendapatan bagi masyarakat. Sejalan dengan peningkatan nilai ekonomi pada
daerah pesisir dan pemanfaatan sumber daya laut secara terus menerus, maka
muncullah sejumlah permukiman penduduk di sekitar kawasan tersebut yang
biasa disebut permukiman nelayan. Umumnya permukiman ini merupakan
permukiman informal (swadaya) oleh penduduk setempat dengan segala
keterbatasannya. Di sisi lain, pemanfaatan sumber daya yang ada di laut juga
cenderung tidak diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia yang
mewadahi. Hal tersebut seringkali berpotensi menimbulkan masalah yang
berpengaruh negatif terhadap kualitas fisik maupun lingkungan sehingga dapat
menimbulkan permukiman kumuh. Fenomena ini juga terjadi di permukiman
nelayan Kedung Cowek.
Gambar 1.1 Kekumuhan Permukiman Nelayan Kedung Cowek
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Page 16
2
1.2 Isu dan Konteks Desain
1.2.1 Permukiman Nelayan Kumuh
Permukiman kumuh dapat diartikan sebagai suatu lingkungan
permukiman yang telah mengalami penurunan kualitas baik secara fisik, sosial
ekonomi maupun sosial budaya. Subarsono AG (2005) memaparkan bahwa
permukiman kumuh mengacu pada aspek lingkungan hunian atau komunitas
kelompok sosial.
Kehidupan kampung nelayan, sampai abad 21 ini belum mampu lepas
dari konotasi kumuh. Sebagai akibatnya kampung nelayan memang jauh dari
kesan bersih karena penuh akan sampah hasil limbah industri rumah tangga.
Masalah ini juga dialami oleh kampung nelayan Kedung Cowek. Banyak faktor
yang menyebabkan kekumuhan seperti penumpukan aktivitas dan
penyalahgunaan ruang terbuka yang menyebabkan kepadatan fisik. Selain itu
banyak masyarakat kampung nelayan Kedung Cowek yang masih membuang
sampah di laut. Masyarakat lebih memilih membuang sampah di laut karena
persepsi bahwa sampah yang di buang ke laut akan menghilang bersama arus
laut. Hal ini membuat laut menjadi kotor dipenuhi sampah dan dapat merusak
keberlanjutan laut di masa depan.
Gambar 1.2 Alur Masalah Kekumuhan
Sumber : Dokumentasi Pribdi
Page 17
3
1.2.2 Karakteristik Masyarakat Kampung Nelayan
Secara geografis, masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup,
tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara
wilayah darat dan laut (Kusnadi, 2009). Menurut Mulyadi (2005), nelayan
adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung
pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya.
Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman
yang dekat dengan lokasi kegiatannya. Seperti masyarakat pesisir yang lain,
masyarakat kampung nelayan Kedung Cowek juga menghadapi sejumlah
masalah yang sama terkait lingkungan, sosial dan ekonomi yang kompleks.
Masalah-masalah tersebut antara lain:
1. Kemiskinan, kesenjangan sosial dan tekanan-tekanan ekonomi yang datang
setiap saat
2. Keterbatasan akses modal, teknologi dan pasar sehingga memengaruhi
dinamika usaha
3. Kelemahan fungsi kelembagaan sosial ekonomi
4. Kualitas sumberdaya mayarakat yang rendah sebagai akibat keterbatasan
akses pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik
5. Degradasi sumberdaya lingkungan baik di kawasan pesisir, laut, maupun
pulau-pulau kecil
6. Belum kuatnya kebijakan yang berorientasi pada kemaritiman sebagai pilar
utama pembangunan nasional (Kusnadi, 2006)
1.2.3 Karakteristik Kawasan Kampung Nelayan
Kampung nelayan di kawasan Kenjeran berada di sisi pantai Timur
Surabaya. Kawasan pesisir pantai ini identik dengan lingkungan yang sederhana,
kurang berkembang, dan tampak kumuh. Kawasan pesisir dan laut memiliki
potensi sumber daya hayati dan nonhayati yang penting bagi kehidupan manusia.
Segala potensi yang dimiliki ini perlu dilestarikan dan dikelola secara terpadu
sehingga dapat dimanfaatkan secara lestari dan berkelanjutan. Sebagai kawasan
Page 18
4
yang strategis, pesisir menjadi lahan sentra aktivitas penduduk. Begitu pula
dengan kawasan Pantai Kenjeran, sebagai salah satu kawasan pesisir yang
terdapat di kota Surabaya. Pasca pembangunan Jembatan Suramadu, kawasan
yang berada pada Unit Pembangunan 3 ini akan dikembangkan sesuai fungsinya
dalam Rencana Tata Ruang Kota (RTRW) Surabaya sebagai wilayah
pemukiman, perdagangan, wisata, jasa dan konservasi.
Berdasarkan RDTRK UP Kenjeran, arahan fungsi penggunaan lahan di
kawasan pesisir Kenjeran adalah untuk pariwisata, perdagangan dan jasa, serta
permukiman. Sesuai dengan kecenderungan yang ada dan kegiatan utama yang
dikembangkan penggunaan lahan di pesisir Kenjeran ini cukup bervariasi.
Sebagian besar lahan di wilayah ini pemanfaatannya untuk kegiatan rekreasi
(Kenjeran Park, THP, Watu-Watu) dan permukiman (kampung nelayan
Sukolilo, Tambak Deres, Kejawan Lor) serta perdagangan dan jasa (Sentra Ikan
Bulak). maka arahan penyebaran kegiatan-kegiatan pembangunan dialokasikan
pada bagian wilayah pesisir secara merata sesuai dengan kecenderungan
perkembangannya
Gambar 1.3 Konsep Pemetaan Lokasi
Sumber: Bappeko Surabaya
Page 19
5
Gambar 1.4 Konsep Penataan Kawasan Pesisir Kenjeran
Sumber: Bappeko Surabaya
1.3 Permasalahan Desain
1.3.1 Keterbatasan Lahan
Keterbatasan lahan saat ini adalah masalah besar jika mengingat
populasi penduduk yang terus bertambah. Permasalahan utama pada kampung
nelayan Kedung Cowek juga mengalami keterbatasan lahan. Masalah ini
membuat permukiman kampung nelayan tampak semakin padat dan tidak
beraturan. Permukiman kampung nelayan Kedung Cowek merupakan salah satu
permukiman informal (swadaya) oleh masyarakat setempat. Bersamaan dengan
bertambahnya populasi masyarakat setempat, aktivitas yang dibutuhkan juga
akan bertambah. Dengan adanya penambahan dan penumpukkan aktivitas
tersebut, tentu saja akan membutuhkan ruang yang lebih banyak. Oleh karena itu
sering terjadi pada permukiman informal seperti pengembangan rumah, yang
menerobos batas-batas yang sudah ditentukan kota. Sehingga berpotensi
menciptakan sebuah permukiman kumuh. Bukan hanya pada rumah tetapi juga
pada lingkungan sekitarnya. Kepadatan fisik ini merupakan salah satu yang akan
memicu kekumuhan pada kampung nelayan Kedung Cowek.
Page 20
6
Gambar 1.5 Proses Perkembangan Rumah dalam Lingkungan
Sumber: Colin Ward, 2003
1.3.2 Sarana yang Kurang Mewadahi
Aktivitas masyarakat kampung nelayan Kedung Cowek yang
tidak terwadahi menjadi salah satu masalah yang memicu kekumuhan.
Banyak aktivitas yang terkait sosial budaya maupun sosial ekonomi yang
belum terwadahi dan berdampak pada kualitas lingkungan di kampung
nelayan Kedung Cowek. Fenomena ini mengakibatkan penyalahgunaan
ruang publik yang tidak semestinya. Beberapa aktivitas yang seringkali
menyalahgunakan ruang publik adalah aktivitas mengolah hasil laut.
Masyarakat kampung nelayan Kedung Cowek menggunakan sirkulasi
jalan sebagai tempat mengolah ikan bersama para tetangga. Hal ini
berdampak pada lingkungan yang semakin kotor dan juga terhambatnya
akses jalan pada kampung nelayan Kedung Cowek. Kondisi lingkungan
yang semakin kotor ini juga akibat kurangnya kesadaran masyarakat
kampung nelayan Kedung Cowek karena kualitas sumber daya manusia
yang masih rendah.
Page 21
7
Gambar 1.6 Aktivitas Nelayan yang Tidak Terwadahi
Sumber : Dokumentasi pribadi
1.4 Kriteria Desain
1.4.1 Tujuan
Berdasarkan permasalahan kekumuhan permukiman kampung
nelayan Kedung Cowek, maka terbentuk sebuah tujuan desain yaitu
menjadikan kampung nelayan Kedung Cowek yang ekologis dan
berkelanjutan untuk mengatasi masalah kekumuhan. Dalam hal ini,
dibutuhkan solusi untuk menangani permasalahan desan terkait
keterbatasan lahan dan kurangnya sarana yang mewadahi aktivitas sosial
budaya maupun sosial ekonomi.
1.4.2 Kriteria Rancang
Berdasarkan tujuan di atas, maka kriteria rancang untuk mencapai tujuan
adalah sebagai berikut:
1. Menata dan memperbaiki kualitas lingkungan dan hunian kampung
nelayan Kedung Cowek
2. Memanfaatkan potensi lokal untuk menaikkan taraf hidup masyarakat
kampung nelayan Kedung Cowek
3. Menerapkan ciri lokalitas pada desain permukiman kampung nelayan
Kedung Cowek.
Page 22
8
(halaman ini sengaja dikosongkan)
Page 23
9
BAB 2
PROGRAM DESAIN
2.1 Rekapitulasi Program Ruang
2.1.1 Aktivitas Berhuni Masyarakat Kampung Nelayan Kedung Cowek
Kebutuhan hunian adalah kebutuhan utama masyarakat kampung
nelayan Kedung Cowek. Akan tetapi, populasi masyarakat yang semakin
bertambah membuat setiap hunian bisa dihuni lebih dari satu KK. Jumlah
Eksisting hunian di kampung nelayan Kedung Cowek adalah 306 hunian
dengan 350 KK menurut data RW. Jumlah ini tentu tidak sesuai antara
jumlah populasi masyarakat dan jumlah hunian sehinga akan berdampak
pada penumpukan aktivitas dan penyalahgunaan ruang yang tidak
semestinya. Berikut adalah daftar eksisting hunian kampung nelayan
Kedung Cowek:
Tabel 2.1 Daftar Jumlah Unit Rumah di Kampung Nelayan Kedung
Cowek
No Wilayah Jumlah KK Jumlah Unit
1 RT 1 RW 2 (gang Jl Cumpat 1, 2, 3 ) 85 KK 77 Unit
2 RT 2 RW 2 (gang Jl Cumpat 4, 5, 6) 85 KK 78 Unit
3 RT 3 RW 2 (gang JL Cumpat 7, 8, 9, 10) 180 KK 151 Unit
Total 350 KK 306 Unit
Sumber: Data RW 2 Kampung Nelayan Kedung Cowek
2.1.2 Aktivitas Ekonomi Masyarakat Kampung Nelayan Kedung Cowek
80% masyarakat kampung nelayan Kedung Cowek berprofesi
sebagai nelayan, 20% sisanya berprofesi pedagang dan pegawai. Jumlah
nelayan yang cukup besar ini tidak seimbang dengan sarana yang
mewadahi aktivitas ekonomi nelayan. Pada eksisting kampung nelayan
Kedung Cowek, tidak ada tempat yang mewadahi aktivitas mengolah ikan,
menjemur ikan, mengasap ikan dan lain-lain. Sehingga banyak masyarakat
yang melakukannya di jalan umum. Berikut adalah daftar eksisting tempat
Page 24
10
yang menunjang kegiatan ekonomi masyarakat kampung nelayan Kedung
Cowek :
Tabel 2.2 Daftar Eksisting Kebutuhan Ekonomi Kampung Nelayan
No Aktivitas Ruang Eksisting
1 Parkiran Perahu Dermaga Tidak ada
2 Tempat Pengolahan Ikan Pengolahan Ikan Komunal Tidak ada
3 Tempat Penjemuran Ikan Penjemuran Ikan Komunal Tidak ada
4 TPI TPI Tidak ada
Sumber: Dokumentasi pribadi
2.1.3 Aktivitas Sosial Masyarakat Kampung Nelayan Kedung Cowek
Aktivitas sosial merupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan
dari aktivitas kampung karena ciri khas masyarakat kampung adalah
kebersamaannya dalam hidup bertetangga. Begitupun di kampung nelayan
Kedung Cowek. Kebersamaan yang terjalin tidak hanya karena kesamaan
profesi sebagai nelayan tetapi juga kebersamaan menjadi kader dalam
organisasi di kampung. Selain itu, budaya masyarakat juga masih kental
dengan kebersamaan dan masih banyak dilakukan secara tradisional.
Berikut adalah daftar eksisting tempat yang dapat menunjang kebersamaan
dalam bersosialisasi masyarakat kampung nelayan Kedung Cowek:
Tabel 2.3 Daftar Eksisting Kebutuhan Sosial Kampung Nelayan
No Aktivitas Ruang Eksisting
1 Organisasi Balai RW Ada
2 Perkumpulan (perayaan 17 Agustus,
pengajian, RT an)
Ruang Publik Tidak ada
3 Ibadah Mushollah Ada
4 Sekolah Paud/TK Tidak ada
Sumber: Dokumentasi pribadi
2.1.4 Program Ruang
Tabel 2.4 Program Ruang Hunian Kampung Nelayan
Jenis Aktivitas Ruang Standar Jumlah Luasan
Hunian Hunian tipe 1 36 m2 140 unit 2520 m2
Hunian tipe 2 48 m2 140 unit 6720 m2
Page 25
11
Hunian tipe 3 48 m2 72 unit 6720 m2
Sirkulasi 20% 3192 m2
RTH 10% 1596 m2
Total 20748 m2
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Tabel 2.5 Program Ruang Balai Warga
Aktivitas Sumber Standar Kapasitas Luasan
Ruang Serbaguna asumsi 240 m2
Ruang Administrasi Neufert 2m2/ orang 10 Orang 20 m2
Ruang Ketua RW 1 Orang 20 m2
Toilet Neufert 1,5m2/ orang 2 Orang 3 m2
Parkir motor 20 Motor 40 m2
Parkir mobil 6 Mobil 75 m2
RTH 10% 40 m2
sirkulasi Neufert 20% 80 m2
Total 518 m2
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Tabel 2.6 Program Ruang Mushollah
Aktivitas Sumber Standar Kapasitas Luasan
Tempat Sholat Neufert 2m2/ Orang 150 300 m2
Toilet Neufert 1,5m2/ Orang 4 6 m2
Tempat Wudhu Neufert 1,5m2/ Orang 10 15 m2
RTH 10% 32 m2
Sirkulasi Neufert 20% 65 m2
Total 418 m2
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Tabel 2.7 Program Ruang Dermaga
Aktivitas Sumber Standar Kapaitas Luasan
Parkir perahu Asumsi 3 dermaga 125 m2
sirkulasi Neufert 20% 75 m2
total 450 m2
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Page 26
12
Tabel 2.8 Program Ruang Tempat Pengolahan Ikan
Aktivitas Sumber Standar Kapasitas Luasan
Pengolahan Ikan Asumsi 2 Pengolahan Ikan 500 m2
Penjemuran Ikan Asumsi 2 Penjemuran Ikan 500 m2
RTH 10% 100 m2
Sirkulasi Neufert 20% 200 m2
Total 1300 m2
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Tabel 2.9 Program Ruang TPI
Aktivitas Sumber Standar Kapasitas Luasan
Ruang pelelangan ikan asumsi 3 tempat 896 m2
Lobby asumsi 12 orang 25 m2
Ruang Penyimpanan Es asumsi 25 m2
Ruang Pengelolah asumsi 5 orang 25 m2
Toilet Neufert 1,5m2/ Orang 4 Orang 6 m2
RTH 10% 98 m2
Sirkulasi Neufert 20% 196 m2
Total 1271 m2
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Tabel 2.10 Program Ruang Publik
Aktivitas Sumber Standart Kapasitas Luasan
Plaza/Lapagan Asumsi 4 Lapangan 2000 m2
RTH Neufert 10% 202 m2
Toilet Umum Neufert 1,5m2/ Orang 8 12 m2
Sirkulasi Neufert 20% 404 m2
Total 2618 m2
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Tabel 2.11 Program Ruang Sanitasi dan Limbah Komunal
Aktivitas Sumber Standar Kapasitas Luasan
Sanitasi dan Limbah Komunal Asumsi 3 100 m2
sirkulasi Neufert 20% 60 m2
Total 360 m2
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Page 27
13
Tabel 2.12 Jumlah Keseluruhan Program Ruang
No Area Luas
1 Hunian 20748 m2
2 Balai Warga 518 m2
3 Mushollah 418 m2
4 Dermaga 450 m2
5 Tempat Pelelangan Ikan 1271 m2
6 Paud 227 m2
7 Tempat pengolahan Ikan 1300 m2
8 Ruang Publik 2618 m2
9 Sanitasi dan Limbah Lingkungan 360 m2
Total 27.910 m2
Sumber: Dokumentasi Pribadi
2.2 Deskripsi Tapak
2.2.1 Gambaran Umum Lokasi
Gambar 2.7 Lokasi Lahan Kampung Nelayan Kedung Cowek
Sumber: Dokumentasi pribadi
Lokasi lahan terletak di Jl. Cumpat, Kelurahan Kedung Cowek
Kecamatan Kenjeran, Surabaya Jawa Timur. Eksisting tapak merupakan sebuah
permukiman kampung nelayan Jalan Cumpat Gang 1-10 dengan kondisi
lingkungan yang tidak tertatur dan tidak tertata dengan baik. Mayoritas
masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan dengan pengahasilan yang minim.
Lokasi lahan dekat dengan pantai kenjeran yang berada diantara pulau
Jawa dan Madura (Selat Madura). Pantai Kenjeran memiliki ombak yang
Page 28
14
relative kecil bahkan hampir tidak dijumpai ombak dikarenakan letak
geografisnya yang berada dintara 2 pulau yang berdekatan sehingga keadaan
topografi pantai relative landai dan tidak terjadi pasang surut gelombang yang
signifikan akan tetapi hanya pasang surut berupa kenaikan dan penurunan tinggi
permukaan air laut.
2.2.2 Konteks Lingkungan
Lahan ini berada di sekeliling wilayah permukiman yang berbatasan langsung
dengan laut Kenjeran. Laut Kenjeran mempunyai batas garis sempadan daratan
sepanjang tepian pantai, yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi
fisik pantai, minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Obyek
arsitektural yang akan dirancang akan menyesuaikan dengan kondisi
permukiman pesisir tanpa meninggalkan aspek lingkungan / alam dalam proses
merancang. Dalam hal ini yaitu laut yang menjadi sumber penghasilan
masyarakat setempat. Adapun batas lahan adalah sebagai berikut:
Batas utara : Selat Madura
Batas barat : Jalan Cumpat
Batas selatan : Taman Suroboyo
Batas timur : Laut Kenjeran
2.2.3 Ukuran dan Tata wilayah
Area lahan yang akan digunakan pada perancangan seluas ± 25.000 m2. Lebar
jalan: ± 4-5 m (Jalan Cumpat), 6-8 m (Jalan Pantai Kenjeran), 1-2 m (Jalan
tikus). Koefisien Dasar Bangunan (KDB): 70% dan KLB 140%
2.2.4 Legalitas
Berdasarkan Peta Peruntukan Tata Guna Lahan Surabaya dan RDTRK
UP III Kenjeran tahun 2014 hingga 20 tahun ke depan lahan yang digunakan
merupakan tata ruang untuk permukiman, perdagangan dan jasa komersial.
Berdasarkan Perda Nomor 12 tahun 2014 Pasal 93 (4a) mengenai
ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perumahan dan permukiman dengan
kepadatan berisi ketentuan mengenai pemanfaatan ruang pada kawasan
Page 29
15
perumahan dan permukiman dengan kepadatan tinggi untuk tipe perumahan
perkampungan, rumah sederhana sehat (RSH), dan rumah susun (rusun).
2.2.5 Keistimewahan Alamiah
Permukiaman yang berbatasan langsung dengan laut Kenjeran sehingga
mempunyai banyak potensi dari aspek sumber daya alam yang dihasilkan oleh
laut. Selain itu lokasi lahan dekat dengan area wisata laut sehingga di sana
banyak keindahan alami yang dapat dinikmati.
2.2.6 Keistimewaan Buatan
Mempunyai potensi untuk menarik wisatawan karena dekat dengan
area wisata seperti Pantai Kenjeran Ria, Kenpark, Jembatan Surabaya, Sentra
Ikan Bulak dan sebagainya.
Gambar 2.8 Eksisting Bangunan Sekitar
Sumber: Google.com
2.2.7 Sirkulasi
Jalan Pantai Kejeran
Jalan Cumpat
Page 30
16
Gambar 2.9 Sirkulasi Pada Eksisting Lahan
Sumber: Maps.Google.com
Akes sirkulasi yang melewati tapak adalah Jalan Pantai Kenjeran
sebagai jalan utama, Jalan Cumpat sebagai jalan selanjutnya dan jalan tikus pada
setiap gang (Jalan Cumpat gang 1-10)
2.2.8 Utilitas
Berdasarkan data dari Rencana Tata Ruang Wilayah Surabaya Tahun
2014-2034 pada unit pengembangan wilayah laut III adalah wilayah laut yang
berada di perairan bagian timur laut kota, di sekitar kawasan Tambak Wedi dan
Kenjeran di Kecamatan Kenjeran dan Kecamatan Bulak. Lahan telah
terdistribusi oleh jaringan listrik, telepon, komunikasi, drainase, dan air bersih.
2.2.9 Sensori
a. View ke luar tapak: View dari lahan menarik karena daerah sekitar
merupakan area yang berbatasan langsung dengan laut
b. View ke dalam tapak: View dari luar lahan tidak menarik karena tapak
hanyanya permukiman yang cenderung tidak teratur dan kotor.
2.2.10 Manusia dan Budaya
Hubungan sosial budaya antar anggota masyarakat di kampung ini
cukup erat. Hal ini dibuktikan dengan keikutsertaan kader-kader kampung yang
cukup tinggi dalam setiap kegiatan masyarakat. Jumlah usia produktif lebih
banyak dari yang non produktif namun jumlah usia produktif yang menganggur
juga masih banyak. Pola mata pencaharian yang tradisional juga masih terus
dipertahankan oleh masyarakat pesisir.
2.2.11 Iklim
Iklim Kenjeran adalah diklasifikasikan sebagai tropis. Di musim dingin,
terdapat lebih sedikit curah hujan di Kenjeran daripada di musim panas. Suhu di
sini rata-rata 27.2 °C. Dalam setahun, curah hujan rata-rata adalah 1649 mm.
Page 31
17
BAB 3
PENDEKATAN DAN METODA DESAIN
3.1 Pendekatan Desain
3.1.1 Pendekatan Permukiman Ramah Lingkungan (Eco-Settlements)
Eco-settlements terdiri dari dua kata yaitu eco dan settlements yang
berarti tempat bermukim/tempat tinggal yang ekologis. Berdasarkan arti tersebut
terlihat konsep eco-settlements mengarah pada pencapaian nilai ekologis. Dalam
penerapannya konsep ini harus mengharmonisasikan tiga pilar berkelanjutan
yaitu sosial, ekonomi, dan ekologi. Oleh karena itu, definisi eco-settlements
harus mengarah pada pembangunan berkelanjutan dengan didukung oleh sistem
kelembagaan yang kapabel.
Gambar 3.10 Bagan Pendekatan Eco Settlements
Sumber: Google.com
Pada permukiman informal seperti kampung nelayan, umumnya dalam
jangka waktu kedepan akan terjadi prubahan rumah (berkembang menyesuaikan
kebutuhan penghuni) tetapi berada pada lahan yang minim sehingga terjadi
banyak penumpukan aktivitas yang membuat tara ruang terlihat tidak teratur dan
tampak semrawut. Hal tersebut seringkali memicu kekumuhan pada
permukiman. Pendekatan eco-settlement berfungsi sebagai pijakan dalam
mencapai permukiman yang ekologis melalui 3 pilar ekologi, sosial dan
ekonomi dengan dukungan dan kerja sama dengan institusi. Eco-settlement
memiliki kriteria yang mengacu pada prinsip arsitektur ekologis, yang
diharapkan dapat menciptakan permukiman nelayan yang berkelanjutan.
Ekologi
Lingkungan Sosial
Didukung
lembaga/institusi
yang capable
Page 32
18
Di bawah ini merupakan kriteria dari penilaian menggunakan
pendekatan eco settlement:
Gambar 3.11 Kriteria Penilaian Eco-settlements
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Dari kriteria eco settlement di atas akan muncul penilaian pada setiap
aspek yaitu aspek ekologi, aspek sosial dan aspek ekonomi. Hasilnya akan
berupa nilai sebuah permukiman yang menjadi penyebab kekumuhan seperti
ruang-ruang yang cenderung tidak teratur, kotor dan disalahgunakan fungsinya.
Selanjutnya akan dilakukan analisa dalam menilai keadaan kampung nelayan
dengan mengacu pada kriteria yang telah dibuat. Berikut adalah hasil analisa dari
kampung nelayan Kedung Cowek, Kenjeran:
eco
-set
tlem
ent
Ekologi
Kualitas lingkungan
Air bersih, drainase, sanitasi, persampahan,
aksesibilitas
Rumah sehat
Kepadatan bangunan, material bangunan,
pencahayaan, kualitas udara, MCK, RTH
privat
Guna lahanPenggunaan lahan
sekitar, ruang terbuka hijau
Sosial
Tingkat kepadatan masyarakat
Tingkat partisipasipartisipasi langsung dan tidak langsung
Tingkat pendidikan
Tingkat Kesehatan
Budaya masyarakat
Ekonomi
Jenis pekerjaan
Tingkat pendapatan
KelembagaanDukungan kerja
sama
Page 33
19
Tabel 3.13 Analisa Penilaian Eco-Settlement Kampung Nelayan Kedung Cowek
Kriteria
Eco-Settlement
Eksisting pada Permukiman Nelayan
Kualitas Lingkungan Drainase
Kualitas drainase pada beberapa rumah
masih buruk karena air limbah dibuang
langsung ke laut
Persampahan
Secara umum pengelolaan sampah di
Kedung Cowek Kenjeran, melalui
koordinasi lingkungan untuk
pengumpulan sampai TPS. Tetapi
masih ada beberapa rumah yang
membuang sampah maupun limbah hasil tangkapan ke laut.
Aksesibilitas
Pada jalan tikus (gang) banyak warga
yang memprivasi area jalan yang
seharusnya menjadi tempat publik
sehingga tampak tidak teratur
Rumah Sehat Secara material bangunan, rumah di permukiman nelayan
terbilang layak, hanya saja pada aliran udara tidak terlalu
bagus karena kebanyakan bukaan hanya pada 1 sisi. Hal
tersebut karena rumah berhimpitan dengan tetangga. Dari
segi prilaku, masih banyak warga yang menumpuk aktivitas
pada 1 ruang yang terbatas dan tampak kotor.
Masih jarang RTH privat pada setiap rumah
Guna Lahan Penggunaan lahan sekitar yang masih kosong dimanfaatkan
untuk meletakkan peralatan nelayan.
Ruang terbuka hijau (RTH) masih sangat minim
Kepadatan Penduduk Untuk wilayah Kedung Cowek kepadatan penduduk
berkisar 9144 jiwa/Km2 dengan jumlah penduduk laki-laki
66697 jiwa dan perempuan 65190 jiwa.
Page 34
20
Tingkat Pendidikan
Jumlah sekolah dari TK hingga SMA
terpenuhi tetapi prosentase terbanyak
hanya sampai pada jenjang SMP.
Sumber :
https://surabayakota.bps.go.id/
Tingkat Kesehatan Terdapat pelayanan kesehatan berupa puskesmas tetapi
masih terdapat balita yang berada digaris merah (BGM).
Selain itu, banyak balita yang memiliki berat badan kurang
yang tidak sesuai dengan berat badan idealnya.
Tingkat Partisipasi - Terdapat 7 paguyuban yang tersebar di Kampung Nelayan
- Beberapa warga masih aktif dalam kegiatan ormas
Budaya Masyarakat -Masih kental akan kebersamaan dalam kehidupan sosial
-Melakukan pekerjaan masih sering dilakukan secara
tradisional
Jenis Pekerjaan dan
Pendapatan
-80% merupakan nelayan sedangkan sisanya yaitu
wiraswasta (pedagang kecil) dan pegawai.
-Memiliki keterampilan dalam pengolahan hasil laut,
seperti kerupuk, ikan, kerajinan kerang serta pengasapan
atau pengeringna ikan.
Kelembagaan Institusi yang langsung berhubungan dengan permasalahan
permukiman kumuh adalah Bappeko Surabaya, Dinas PU
dan Cipta Karya Kota Sirabaya, Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Surabaya, serta Instansi tingkat
Kecamatan dan Kelurahan.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Dari analisa tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa permukiman
nelayan Kedung Cowek masuk dalam permukiman yang kumuh karena masih
banyak kekurangan pada aspek lingkungan maupun sarana prasarana.
3.1.2 Pendekatan Desain Vernakular Kontemporer
Selain menggunakan pendekatan eco-settlement, menata kampung
nelayan Kedung Cowek juga menggunakan pendekatan desain vernakular
Page 35
21
kontemporer untuk menonjolkan ciri khas dan budaya masyarakat nelayan.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan berbagai paradigmanya dalam
beberapa referensi yang ada, term vernacular lebih dipahami untuk
menyebutkan adanya hubungan dengan lokalitas. Beberapa diantaranya adalah
“Vernacular houses are born out of local building materials and technologies
and an architecture that is climate-responsive and a reflection of the customs
and lifestyles of a community” (Ravi S. Singh, 2006).
Pengertian arsitektur vernakular juga dapat ditinjau dari
karakteristiknya. Menurut Salura (2010) arsitektur vernakular yang selalu ada di
seluruh belahan dunia relatif memiliki tipe yang serupa dan tema-tema lokal
yang sangat spesifik. Pendapat ini mendukung pendapat Oliver (1997) yang
menyatakan bahwa unsur-unsur kunci yang menunjukkan indikasi sebuah
arsitektur vernakular adalah:
1. Traditional self-built and community-built buildings
2. Earlier building types
3. Architecture within its environmental and cultural contexts
4. Environmental conditions, material resources, structural systems
and technologies have bearing on architectural form, dan
5. Many aspects of social structure, belief systems and behavioral
patterns strongly influence building types, their functions and
meanings.
6. Dwellings and other building
7. Related to their environment contexts and available resources
8. Utilizing traditional technology
9. Architecture vernacular are built to meet specific needs,
accomodating the values, economies and way of living of the culture.
Menurut William Lim S.W. dan Tan Hock Beng (1998) dalam bukunya
yang berjudul “Contemporary Vernacular Evoking Traditions in Asian
Architecture” menyebutkan bahwa arsitektur vernakular kontemporer dapat
dilihat dari cara pencapaiannya yang terbagi menjadi empat, yakni:
Page 36
22
1. Reinvigorating Tradition (Menyegarkan kembali tradisi)
Hal ini berlatar belakang bahwa logika kontruksi yang mana terlihat
secara langsung pada arsitektur traditional secara perlahan
tergantikan dengan evolusi dari teknologi material.
2. Reinventing Tradition (Mengkombinasikan tradisi lokal)
Reinventing tradition merupakan proses pembentuk atau
memperbarui tradisi dengan cara mengkombinsikan tradisi lokal
yang ada dengan unsur-unsur dari tradisi lain sehingga terbentuk
tradisi baru yang berbeda.
3. Extending Tradition (Melanjutkan tradisi)
Meskipun dituntut untuk menghormati sejarah masa lalu akan tetapi
masa lalu yang melekat itu ada berbagai sisi dan dapat memberi
pengertian yang berbeda pada pandangan berbagai orang. Sehingga
pada tradisi pun memiliki kelunturan yang dapat memberikan pilihan
mana yang sesuai dengan konteks masa kini ataupun kurang sesuai
dengan inovasi dan perkembangan teknologi, produk arsitektur
dapat ditingkatkan tanpa menghilangkan nilai-nilai yang ada.
4. Reinterpreting Tradition (Penginterpretasian kembali tradisi)
Dalam hal ini tradisi diinterpretasi kembali dengan menggunakan
idiom kontemporer, yang mana bentuk tradisional formal tidak
dibuang melainkan ditransformasikan melalui jalan penyegaran
kembali.
3.2 Metoda Desain
Metode rancang yang digunakan adalah proses desain Architectural
Programming oleh Donna P. Duerk yang kemudian diaplikasikan dan
dirumuskan menjadi sebuah tahapan perancangan. Pemilihan penggunaan
metode sebagai poses berpikir dikarenakan model tersebut merujuk kepada
pemrograman arsitektur berbasis isu. Pengggunaan metode ini bertujuan untuk
mempermudah dalam mendefinisikan secara nyata konsep serta kriteria
rancangan, dikarenakan alur berpikir yang runtut mulai dari fakta hingga
terbentuknya konsep.
Page 37
23
Gambar 3.12 Proses Desain Oleh Donna P. Duerk
Sumber: Google.com
Dengan menggunakan proses desain architectural programming dengan
menggunakan pendekatan eco-settlement, maka diperoleh sebuah misi penataan
kampung nelayan yang ekologis guna mengatasi kekumuhan dan meningkatkan
taraf hidup masyarakat melalui pengembangan potensi lokal. Ekologis yang
dimaksud merujuk pada terpeliharanya lingkungan melalui pemenuhan
kebutuhan aktivitas bermukim dan menciptakan konsep kampung yang
produktif.
3.2.1 Metode Reinterpreting Tradition
Pengertian reinterpreting menurut Lim, William S.W/Tan, Hock Beng,
(1998) menginterpretasi ulang terhadap nilai-nilai yang terdapat dalam arsitektur
vernakular. Hasilnya dapat berupa defamiliarisasi, yaitu pengasingan bentuk
dimana dia ada namun tidak nampak ada. Dalam objek rancangan nantinya akan
menerapkan prinsip dari reinterpreting tradition pada bagian bentuk maupun
ornament yang menampilkan fisik bangunan secara visual dengan
menginterpretasikan lokalitas dan penggabungannya dengan unsur modernitas.
Page 38
24
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
Page 39
25
BAB 4
KONSEP DESAIN
4.1 Eksplorasi Formal
4.1.1 Konsep umum
Gambar 4.13 Hubungan Konsep Eco-settlements dengan Reinterpreting Tradition
Gambar 4.14 Konsep Umum Kampung Nelayan Berkelanjutan
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sosial Lingkung
-an
Ekonomi
• Komunitas
nelayan
• Fasilitas interaksi
sosial
• Budaya lokal
• Meningkatkan produksi
(hasil tangkap)
• Mewadahi aktivitas yang
menunjang perekonomian
• Rumah produktif
• Material lokal
• Konstruksi ramah
lingkungan
• Lokalitas &
Ekologis
Kampung nelayan
berkelanjutan
Kekumuhan Kampung Nelayan
Kedung CowekEco-Settlement
Permukiman Nelayan
Berkelanjutan
Ekonomi Ekologi Sosial
Pendekatan Desain Vernakular
Kontemporer
Metoda Reinterpreting Tradition
Page 40
26
Secara garis besar, konsep yang diusung mempunyai misi menata ulang
kampung nelayan yang ekologis guna mengurangi kekumuhan dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat kampung nelayan Kedung Cowek. Untuk
mencapai tujuan tersebut menggunakan cara mengharmoniskan 3 pilar
berkelanjutan yaitu aspek sosial, ekonomi dan lingkungan
4.1.2 Konsep Perencanaan dan Perancangan Tapak
Konsep perencanaan tapak akan mengikuti pola aktivitas masyarakat
Kampung Nelayan dengan laut sebagai orientasinya. Aktivitas dengan zona yang
masih berhubungan dengan laut akan diletakkan pada area yang berdekatan
dekat laut. Pembagian aktivitas ini berdasarkan profesi utama nelayan, nelayan
buruh dan pedagang. Masyarakat dengan profesi utama nelayan akan lebih
sering beraktivitas dekat dengan laut dibanding dengan nelayan buruh dan
pedagang seperti behubungan langsung dengan tempat pelelangan ikan dan
tempat pengasapan supaya asap akan mengarah ke laut dan tidak mencemari
kampug. Hal ini dilakukan sebagai upaya agar kegiatan melaut hanya berpusat
sekitar laut dan tidak membawa lingkungan menjadi semakin kotor. Selain itu,
semua aktivitas yang berhubungan dengan laut akan difokuskan di titik tengah
tapak sebagai pusat aktivitas perekonomian masyarakat nelayan Kedung Cowek.
Berikut adalah ilustrasi konsep perencanaan dan peracangan tapak:
Gambar 4.15 Konsep Zonasi Perencanaan dan Perancangan Tapak
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Page 41
27
4.1.3 Konsep Bentuk
A. Bentuk Hunian Maisonatte
Salah satu permasalahan desain pada kampung nelayan Kedung Cowek
adalah keterbatasan lahan. Sementara hal tersebut berbanding terbalik dengan
banyaknya kebutuhan aktivitas yang belum terwadahi. Sehingga konsep hunian
yang diusulkan adalah hunian vertical bentuk maisonette 3 lantai. Dalam 1
hunian akan terdiri dari 8 KK. Maisonette ini akan mengadopsi fungsi rumah
produktif bergaya semi panggung sebagai ciri khas rumah nelayan dengan lantai
bawah difungsikan sebagai pusat ekonomi keluarga (rumah produktif) dan lantai
bagian atas hanya difungsinkan sebagai hunian. Berdasarkan data KK yang
diperoleh beserta profesinya, konsep hunian maisonatte ini terdapat 3 tipe
rumah, yaitu:
1. Tipe 1 : rumah untuk masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang
2. Tipe 2 : rumah untuk masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan utama
3. Tipe 3 : rumah untuk masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan buruh
dengan pekerjaan sampingan membuka warung.
Berikut adalah ilustrasi konsep hunian maisonatte:
Tabel 4.14 Konsep Hunian Maisonatte
Ilustrasi Keterangan
Pada umumnya hunian nelayan
kampung Kedung Cowek adalah
hunian rumah produktif karena
segala pekerjaan terkait mengolah
ikan maupun berdagang dikerjakan
di rumah. Tetapi karena
keterbatasan lahan, aktivitas
tersebut tidak terwadahi dan
mengakibatkan penyalahgunaan
ruang publik yang tidak semestinya
sehingga dapat mengotori
lingkungan.
Page 42
28
Masalah keterbatasan lahan
berbanding terbalik dengan
banyaknya populasi masyarakat dan
aktivitas yang belum terwadahi
sehingga solusi usulan desain adalah
hunian maisonatte dengan kapasitas
8 KK per rumah
Usulan desain hunian maisonatte ini
mempunyai ketinggian 3 lantai.
Lantai 1 akan difokuskan untuk
mewadahi aktivitas perekonomian
kampung nelayan Kedung Cowek
sedangkan latai 2 dan 3 berfungsi
sebagai hunian.
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Mengubah hunian landed menjadi vertical tentunya akan banyak
penyesuaian dari kebiasaan masyarakat kampung nelayan yang akan diubah. Hal
tersebut akan diminimalisasi dengan konsep desain yang mengadopsi hunian
landed. Aktivitas-aktivitas yang sulit dilakukan di lantai atas akan tetap
diletakkan pada lantai bawah seperti pengolahan ikan, pengasapan ikan,
berdagang dan parkir kendaraan. Sementara hunian pada lantai 2 dan 3 akan
didesain dengan memasukkan nilai kebiasaan masyarakat kampung dalam
bersosialisasi dengan tetangga. Sehingga kebiasaan dari hunian landed masih
bisa diterapkan pada hunian maisonatte. Tiap rumah akan dihubungkan melalui
ruang luar bersama sehingga penataan ruang ke 8 rumah akan saling terhubung
satu sama lain. Berikut adalah ilustrasi konsep:
Page 43
29
Gambar 4.16 Konsep Ruang Hunian Maisonatte
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 4.17 Konsep Hunian Maisonatte
Sumber: Dokumentasi Pribadi
B. Bentuk Bangunan
Dalam pendekatan desain vernakular terdapat metode desain
reinterpreting tradition yaitu menginterpretasi ulang terhadap nilai-nilai yang
terdapat dalam arsitektur vernakular. Dalam hal ini ciri lokalitas yang diambil
adalah pada bagian atap jawa dan bangunan tampak semi panggung seperti
hunian nelayan pada umumnya. Akan tetapi penerapannya dalam desain akan
Page 44
30
disegarkan dengan konsep bangunan masa kini melalui gubahan bentuk maupun
material bangunannya. Berikut adalah ilustrasi konsep bangunan
Tabel 4.15 Konsep Bentuk Bangunan
Ilustrasi Keterangan
Sumber: pinterest.com
Menggunakan pendekatan desain
vernakular khas jawa sehingga dalam hal
ini, hanya bagian atap yang akan diambil
dan diterapkan ke beberapa bangunan
seperti balai warga dan mushollah
kampung. Selain bagian atap, bangunan
akan menyesuaikan dengan keadaan
masa kini yang lebih modern
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Bentuk atap hunian menggunakan atap
pelana. Hal ini dikarenakan atap pelana
yang simpel tanpa ada jurai luar dan
dalam supaya mudah dibuat rapat air
hujan dan tidak mudah bocor.
Selain itu, bentuk pelana mempunyai
kelebihan lebih murah dan dalam
pengerjaannya secara swadaya lebih
mudah dan cepat.
Sumber: dokumentasi pribadi
Bentuk bangunan akan didominasi gaya
panggung dengan material beton
bertulang. Hal ini karena menyerap nilai
budaya masyarakat nelayan yang
memfungsikan kolong rumah sebagai
tempat penyimpanan dengan sedikit
penyegaran meggunakan material masa
kini
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Page 45
31
C. Bentuk Penjemuran Ikan
Konsep bentuk penjemuran ikan mengadopsi bentuk sesuai kebutuhan
akan sinar matahari. Bentuk ini juga mempertimbangkan masalah keterbatasan
lahan sehingga penjemuran ikan akan dibuat vertical dengan kemiringan yang
menyesuaikan arah datangnya matahari. Konsep bentuk ini mengambil bentuk
dasar dari tempat penjemuran masyarakat kampung nelayan.
Gambar 4.18 Tempat Penjemuran Ikan Kampung Nelayan
Sumber: Pinterest.com
Gambar 4.19 Gambar Gubahan Bentuk Tempat Penjemuran Ikan
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Keterangan:
1. Tempat penjemuran ikan pada umumnya berbentuk miring supaya
mendapat penyinaran yang maksimal dan hanya mempunyai 1 sisi
kemudian digabung sehingga mempunyai 2 sisi miring
2. Tempat penjemuran ikan yang telah digabung mempunyai 2 sisi miring
menjadi bentuk segitiga
Page 46
32
3. Bentuk segitiga diiris bagian tengah untuk mendapatnkan 4 sisi miring
dengan 2 layer
4. bentuk akhir akan diperoleh tempat penjemuran ikan vertical dengan
ketinggian 2 lantai untuk mendapatkan penyinaran yang maksimal tetapi
tetap menghemat lahan
4.1.4 Konsep Ruang Luar
Konsep ruang luar masih mengadopsi metode reinterpreting tradition
dari budaya setempat yaitu kebiasaan menggunakan koridor jalan sebagai tempat
mengadakan kegiatan khusus kampung seperti perayaan hari 17 Agustus,
tahlilan, maupun kumpul PKK. Kebiasaan ini didefamiliarisasi, yaitu
pengasingan bentuk dimana dia ada namun tidak nampak ada. Bentuk ruang luar
akan disisipkan di tengah koridor kampung sehingga suasana yang terjadi akan
menyerupai kebiasaan sebelumnya. Selain itu, konsep ini akan menjadikan
ruang luar berada di pusat hunian yang berfungsi sebagai taman bermain anak
ketika orang tua sibuk mengolah ikan di rumah masing-masing tetapi anak masih
terawasi oleh orang tua. Berikut adalah ilustrasi konsep luar:
Page 47
33
Gambar 4.20 Konsep Ruang Luar
Sumber: Dokumentasi Pribadi
4.1.5 Konsep Fasad
Permukiman pesisir pantai sangat erat kaitannya dengan angin yang
kencang dan suhu udara yang tinggi. Akan tetapi salah satu kriteria bangunan
ekologis adalah bangunan dengan penghawaan alami. Hal ini mempengaruhi
fasad yang digunakan pada bangunan pesisir pantai. Kebutuhan akan
penghawaan alami akan diimbangi dengan fasad yang dapat memfilter udara
maupun cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan.
Gambar 4.21 Kriteria Penghawaan Hunian Ekologis
Sumber: google.com
Page 48
34
Gambar 4.22 Bukaan yang Dikombinasi dengan Kisi-Kisi
Sumber: pinterest.com
4.2 Eksplorasi Teknis
4.2.1 Konsep Sirkulasi
A. Sirkulasi Tapak (Masyarakat dan Pendatang)
Sirkulasi tapak menggunakan pola sirkulasi linear. Hal ini mengadopsi
sirkulasi yang telah ada di kampung nelayan Kedung Cowek yaitu
sirkulasi linear yang mengarah pada laut. Seluruh arah sirkulasi menuju
pada pusatnya yaitu laut
Gambar 4.23 Pola Sirkulasi Linear
Sumber: Google.com
Page 49
35
Gambar 4.24 Sirkulasi Tapak untuk Penghuni dan Pendatang
Sumber: Dokumentasi Pribadi
B. Sirkulasi Hunian (Penghuni)
Hunian maisonatte merupakan hunian yang mempunyai 4 arah hadap
sehingga sirkulasi penghuni dapat diilustrasikan seperti gmabr berikut:
Gambar 4.25 Sirkulasi hunian
Sumber:Google.com
4.2.2 Konsep Konstruksi dan Material
Konstruksi pada setiap elemen Kampung Nelayan akan menggunakan
material lokal. Oleh karena itu konstruksi akan dirancang dengan sederhana
sehingga dapat dengan mudah dikerjakan. Penggunaan mateial lokal
dikarenakan mudah didapatkan dan mengurangi biaya pembangunan rumah.
Selain itu penghuni juga dapat mencari dan mengolahnya sendiri dengan ataupun
tanpa tukang lokal untuk pembangunan atau perbaikan rumah. Berikut adalah
contoh material lokal yang ada di daerah sekitar kampung nelayan:
Page 50
36
Gambar 4.26 Konstruksi dan Material Lokal
Sumber: Google.com
Tabel 4.16 Daftar Material Lokal dalam Konstruksi
No Elemen Bangunan Material
1 Pondasi Beton, Batu Kali
2 Lantai Beton, Acian Kasar dan Halus
3 Kolom-Balok Beton Cetakan
4 Dinding Kombinasi Bata dan Acian
5 Plafon Ekspos struktur di atasnya
6 Rangka dan Penutup Atap Kayu dan Genteng
7 Pintu-Jendela Kayu
8 Railing, pagar Besi, Kayu, Bambu
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Berdasarkan daftar material lokal dan konstruksi tersebut, berikut adalah daftar
material yang akan digunakan khususnya disesuaikan dengan kondisi
permukiman pesisir guna mendukung konsep ekologis:
Page 51
37
Tabel 4.17 Penggolongan Material ekologis
No Material Penggolongan Ekologis
1 Kayu, bambu, rotan Bahan bangunan yang dapat dibudidayakan
kembali (regeneratif). Pada konteks pesisir pantai, angin
laut yang membawa kandungan garam tidak akan bereaksi
pada material tersebut dibandingkan dengan material baja
2 Tanah, tanah liat,
lempung, kapur, batu kali,
batu alam
Bahan bangunan alam yang dapat digunakan
kembali
3 Limbah, potongan,
sampah, ampas , serbuk
kayu, potongan kaca
Bahan bangunan yang dapat digunakan kembali
(recycling)
4 Batu merah, genting tanah
liat, batako, conblock,
logam, kaca, semen
Bahan bangunan alam yang mengalami
perubahan tranformasi sederhana
5 Beton bertulang, pelat
serat semen
Bahan bangunan komposit. Tidak mudah mengalami
korosi
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Berdasarkan daftar penggolongan material ekologis dan ketersediaan material
setempat, maka secara umum desain konsep material akan menggunakan kayu,
batu bata merah, genting tanah liat dan beton bertulang sebagai strukturnya.
Untuk material kayu menggunakan sambungan pasak untuk menghindari
penggunaan baut yang mudah korosi.
Gambar 4.27 Material yang Akan Digunakan
Sumber : Google.com
Page 52
38
Gambar 4.28 Ilustrasi Sambungan Pasak pada Kayu.
Sumber: google.com
4.2.3 Konsep Struktur
Menggunakan struktur kolom-balok yang rigid dan pondasi sesuai
dengan jenis tanah di kawasan pesisir. Pondasi batu kali digunakan untuk
bangunan sederhana satu lantai. Podasi footplat yang dikombinasikan dengan
pondasi menerus digunakan untuk bangunan yang lebih dari satu lantai (2 hingga
3 lantai). Berikut adalah ilustrasi konsep struktur:
(a) (b)
Gambar 4.29 (a) Sistem Struktur rigid (b) Struktur pondasi footplat dan batu kali
Sumber: google.com
4.2.4 Konsep Sanitasi
Konsep sanitasi pada kampung nelayan Kedung Cowek adalah dengan
menggunakan ipal komunal. Pada umumnya, masyarakat kampung nelayan
membuang limbah langsung pada selokan yang terdapat di depan rumah, tanpa
harus diolah terlebih dahulu. Oleh sebab itu, laut yang menjadi tempat
berkumpulnya selokan yang tercemar kemudian warnanya menjadi coklat serta
akan mengeluarkan bau busuk. Tak hanya dapat menyebabkan ikan-ikan mati,
zat-zat polutan yang ada pada limbah juga dapat menjadi sumber penyakit. Maka
konsep sanitasi akan menggunakan IPAL Komunal sebagai upaya agar laut tidak
tercemar. Berikut adalah skema ipal komunal:
Page 53
39
Gambar 4.30 Skema IPAL Komunal
Sumber: Google.com
4.2.5 Konsep Pengolahan Limbah
Pembuangan sampah dilakukan dengan sistem sebagai berikut:
Gambar 4.31 Konsep Pembuangan Limbah
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Pengelolahan
sampah skala
rumah tangga
Sampah
terkumpul Pengelolahan sampah
skala kawasan
Sampah terkumpul
Tempat pengolahan
akhir
Pengumpulan
langsung
Page 54
40
(halaman ini sengaja dikosongkan)
Page 55
39
BAB 5
DESAIN
5.1 Eksplorasi Formal
5.1.1 Desain Tatanan Massa dan Zonasi Tapak
Pad
a das
arnya
zon
asi
tapak
kam
pu
ng
nel
ayan
ked
un
g C
ow
ek d
iben
tuk
ber
das
ark
an k
ebu
tuh
an u
tam
a se
bu
ah p
erm
uk
iman
,
yai
tu b
erhuni,
bek
erja
dan
ber
sosi
alis
asi.
Keb
utu
han
ber
hu
ni
diw
uju
dk
an d
eng
an h
un
ian
nel
ayan
, k
ebu
tuh
an b
eker
ja
diw
uju
dk
an d
eng
an T
PI,
tem
pat
pen
go
lah
an i
kan
dan
pen
jem
ura
n i
kan
, se
dan
gk
an k
ebu
tuh
an b
erso
sial
isas
i d
iwu
jud
kan
den
gan
bal
ai w
arga,
tem
pat
ber
ibad
ah d
an t
emp
at m
enu
ntu
t il
mu
.
Page 56
40
5.1.2 Desain Hunian Maisonatte Tipe 1 (Pedagang)
H
unia
n M
aiso
nat
te t
ipe
1 a
dal
ah h
un
ian u
ntu
k m
asyar
akat
den
gan
pro
fesi
ped
agan
g.
Seh
ing
ga
pad
a la
nta
i 1
han
ya
ber
up
a w
aru
ng
dan
toko s
ebag
ai s
um
ber
pen
gh
asil
an e
ko
no
mi.
Page 57
41
Gambar Tampak Hunian Maisonatte 1 G
ambar
Poto
ng
an H
un
ian
Mai
son
atte
1
Gam
bar
Tam
pak
Hu
nia
n M
aiso
nat
te 1
Page 58
42
Gam
bar
Den
ah H
un
ian
Tip
e 1
Page 60
44
5.1.3 Desain Hunian Maisonatte Tipe 2 (Nelayan)
Hunia
n M
aiso
nat
te t
ipe
2 a
dal
ah h
un
ian u
ntu
k m
asyar
akat
den
gan
pro
fesi
nel
ayan
. S
ehin
gg
a p
ada
lan
tai
1 b
eru
pa
tem
pat
pen
gola
han
ikan
dan
pen
yim
pan
an b
aran
g u
ntu
k m
elau
t.
Page 61
45
Gam
bar
Tam
pak
Hu
nia
n M
aiso
nat
te 2
G
ambar
Poto
ngan
Hunia
n M
aiso
nat
te 2
Page 62
46
Gam
bar
Den
ah H
un
ian
Tip
e 2
Page 64
48
5.1.4 Desain Hunian Maisonatte Tipe 3 (Nelayan Buruh)
Page 65
49
Gam
bar
Tam
pak
Hu
nia
n M
aiso
nat
te 3
G
ambar
Poto
ng
an H
un
ian
Mai
son
atte
3
Page 66
50
Gam
bar
Den
ah H
un
ian
Tip
e 3
Page 67
51
Gam
bar
Su
asan
a A
kti
vit
as E
konom
i H
un
ian
Mai
son
atte
3 y
aitu
mas
yar
akat
den
gan
pro
fesi
seb
agai
nel
ayan
buru
h s
ehin
gg
a ak
tiv
itas
lan
tai
1 h
any
a
akti
vit
as m
eng
ola
h i
kan
dan
pro
fesi
sam
pin
gan
yai
tu b
erd
agan
g
Page 68
52
5.1.5 Desain Tempat Penjemuran Komunal
Page 69
53
Gam
bar
Per
spek
tif
Tem
pat
Pen
jem
ura
n I
kan
. B
ero
rien
tasi
ke
lau
t se
suai
zo
on
ing
tap
ak y
ang
mem
usa
tkan
ak
tiv
itas
mel
aut
dek
at d
eng
an l
aut.
Page 70
54
Gam
bar
su
asan
a te
mpat
pen
jem
ura
n i
kan
men
gg
un
akan
ko
nse
p b
entu
k b
erd
asar
kan
pen
gg
ub
ahan
ben
tuk
ses
uai
tra
dis
i (r
ein
terp
reti
ng
tad
itio
n)
yan
g
sud
ah a
da
dal
am m
enje
mu
r ik
an.
Page 71
55
5.1.6 Desain Tempat Pengolahan Ikan
Gam
bar
Su
asan
a T
emp
at P
eng
ola
han
Ik
an
Page 72
56
Gam
bar
Su
asan
a T
emp
at P
eng
asap
an I
kan
Page 73
57
5.1.7 Desain Tempat Pelelangan Ikan
Gam
bar
Per
spek
tif
Tem
pat
Pel
elan
gan
Ik
an
Page 74
58
Gam
bar
Su
asan
a T
emp
at P
elel
ang
an I
kan
Page 75
59
5.1.8 Desain Dermaga
Gam
bar
Per
spek
tif
Der
mag
a
Page 76
60
Gam
bar
Su
asan
a D
erm
aga
Page 77
61
5.1.9 Fasilitas Umum
Des
ain f
asil
itas
um
um
mush
oll
ah m
eng
un
akan
ko
nse
p b
entu
k r
um
ah p
ang
gu
ng
ses
uai
tra
dis
i lo
kal
itas
dan
men
gg
abu
ngk
an d
eng
an k
rite
ria
eco-
sett
lem
ent
dal
am p
eng
gun
aan
mat
eria
l y
ang
ram
ah l
ing
ku
ngan
Page 78
62
5.2 Eksplorasi Teknis
Des
ain f
asil
itas
um
um
bal
ai w
arg
a y
ang
ber
fun
gsi
men
amp
un
g k
egit
an s
osi
al m
asyar
akat
kam
pu
ng
nel
ayan
den
gan
ko
nse
p l
ok
alit
as
Page 79
63
5.2.1 Sistem Sirkulasi
Page 80
64
5.2.2 Sistem Struktur
Gam
bar
Sis
tem
Str
uk
tur
Rig
id
Page 81
65
5.2.3 Sistem Sanitasi
Gambar Sistem Sanitasi IPAL Komunal
Page 82
66
5.2.4 Material
Gambar Material Bangunan
Page 83
67
BAB 6
KESIMPULAN
Berdasarkan permasalahan desain yang telah dijelaskan, mampu
diselesaikan dengan penataan ulang kampung nelayan Kedung Cowek menjadi
kampug nelayan berkelanjutan. Penataan ini dilakukan melalui proses desain
dengan pendekatan permukiman ramah lingkungan. Adapun masalah yang telah
dijawab:
1. Permasalahan keterbatasan lahan mampu dijawab dengan membuat hunian
dengan konsep maisonatte tanpa mengubah ciri khas dan budaya kampung
setempat
2. Permasalahan kurangnya sarana perekonomian yang mewadahi mampu
dijawab dengan memusatkan aktivitas ekonomi pada fasilitas komunal,
tetapi tetap menyediakan ruang pada hunian masing-masing
Berikut adalah hasil penilaian permukiman kampung nelayan Kedung
Cowek berdasarkan kriteria permukiman ramah ligkungan (eco-settlements)
Kriteria
Eco-Settlement
Setelah dilakukan Penataan Ulang Kampung Nelayan
Berkelanjutan
Kualitas Lingkungan Sanitasi
Kualitas sanitasi jadi lebih baik dengan adanya ipal
komunal karena limbah yang masuk akan diolah terlebih
dahulu sehingga hasil akhir yang terbuang ke laut tidak
mencemari laut.
Persampahan
Konsep pengelolaan sampah akan diolah dalam skala
rumah tangga dan dikumpulkan dalam skala kawasan untuk
kemudian dibuang ke pembuangan akhir
Aksesibilitas
Penumpukan aktivitas hingga memakan ruang publik telah
dialihkan pada fasilitas komunal sehingga aksesibilitas
akan kembali sebagaimana fungsinya.
Page 84
68
Rumah Sehat Hunian maisonatte didesain dengan mengacu pada kriteria
rumah sehat. Menggunakan material setempat yang ramah
lingkungan, mempertimbangkan bukaan yang cukup,
peletakan ruang berdasarkan kelembaban, ciri lokalitas
setempat dan lain-lain.
Guna Lahan Penggunaan lahan sekitar dimanfaatkan untuk
ruang terbuka hijau (RTH) masih sangat minim
Kepadatan Penduduk Untuk wilayah Kedung Cowek kepadatan penduduk
berkisar 9144 jiwa/Km2 dengan jumlah penduduk laki-laki
66697 jiwa dan perempuan 65190 jiwa.
Tingkat Pendidikan Menyediakan fasilitas umum berupa Paud/TK untuk
menujang kegiatan belajar
Tingkat Kesehatan Terdapat pelayanan kesehatan berupa puskesmas
Tingkat Partisipasi - Terdapat 7 paguyuban yang tersebar di Kampung Nelayan
- Beberapa warga masih aktif dalam kegiatan ormas
Budaya Masyarakat -Masih kental akan kebersamaan dalam kehidupan sosial
-Melakukan pekerjaan masih sering dilakukan secara
tradisional dan bersama-sama sehingga disediakan fasilitas
komunal
Jenis Pekerjaan dan
Pendapatan
-80% merupakan nelayan sedangkan sisanya yaitu
wiraswasta (pedagang kecil) dan pegawai.
-Memiliki keterampilan dalam pengolahan hasil laut,
seperti kerupuk, ikan, kerajinan kerang serta pengasapan
atau pengeringna ikan.
-Keterampilan terwadahi
Kelembagaan Institusi yang langsung berhubungan dengan permasalahan
permukiman kumuh adalah Bappeko Surabaya, Dinas PU
dan Cipta Karya Kota Sirabaya, Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Surabaya, serta Instansi tingkat
Kecamatan dan Kelurahan.
Page 85
69
DAFTAR PUSTAKA
P. Duerk, Donna. (1993). Architectural Programming: Information
Management for Design. John Wiley & Sons. Inc
Lim, S.W.William. (1998), Contemporary Vernacular. Select Books,
Singapore
Neufert, Ernst & Peter Neufert. (2012). Architect’s Data 4th Edition. John
Wiley & Sons, Inc.
A’yun, Qurrotul. 2016. Evaluasi Tingkat Kualitas Hidup dengan Kriteria
EcoSettlement pada Permukiman Nelayan di Desa Pesisir Tambak Wedi.
Surabaya: EMARA Indonesian Journal of Architecture, Vol 2 Nomor 2
Septanti, Dewi. At all. 2016. Preliminary Study towards Eco-Design of
Housing in Coastal Settlements in Surabaya (Case Study of Fishermen
Housing Design after the Development of Kenjeran Bridge, Surabaya).
Proceedings on 8 th International Conference on Architecture Research and
Design ; Surabaya 1-2 Nopember 2016. ISSN : 978-979-3334-24-0
Khomenie, dan Ema Umilia. 2013. Arahan Pengembangan Kawasan
Wisata Terpadu Kenjeran Surabaya. Surabaya: JURNAL TEKNIK
POMITS Vol. 2, No. 1
Wiranto, Tatag. 2012. “Pembangunan Wilayah Pesisir dan Laut dalam
Kerangka Perkembangan Perekonomian Daerah”
Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 12 tahun 2014 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya tahun 2014-2034
Sugandhy. 2002 “PENATAAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
NELAYAN DAN AREA WISATA BAPPEKO SURABAYA”
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN
2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN RENCANA ZONASI
WILAYAH
PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN 2012 – 2032
Page 86
70
BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN KOTA
SURABAYA.
2015. “PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA SURABAYA”
PERSYARATAN KESEHATAN PERUMAHAN. Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No 829/MENKES/SK/VII/1999