Page 1
1
ARAHAN PENATAAN KAMPUNG NELAYAN
(STUDI KASUS : DESA TAMALATE DAN DESA SAMPULUNGAN, KECAMATAN
GALESONG UTARA, KABUPATEN TAKALAR)
Astrid Ayodya ¹) Wiwik Wahidah Osman 2) Mimi Arifin 2)
Universitas Hasanuddin
e-mail : [email protected]
1)Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin
2)Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
ABSTRAK
Desa Tamalate dan Desa Sampulungan yang terletak pada Kecamatan Galesong, Kabupaten
Takalar, memerlukan arahan mengenai penataan ruang, sarana serta prasarana demi untuk
mendukung perkembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung perkembangan
kawasan penelitian, serta untuk dijadikan landasan pengendalian ruang kawasan penelitian
sekaligus untuk dijadikan acuan untuk menentukan arahan penataan juga meningkatkan sarana dan
prasarana kawasan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif, kuantitatif,
dan spasial, sebagai teknik untuk menentukan arahan penataan yang terbaik. Hasil dari penelitian
ini, ditemukan masih banyak sarana dan prasarana yang perlu ditingkatkan sehubungan dengan
arahan pengendalian ruang, baik struktur ruang, pola ruang serta budidaya sesuai dengan peraturan
undang-undang serta pemerintah kabupaten.
Kata Kunci : Kampung Nelayan, Pesisir, Arahan Penataan.
Pendahuluan
Salah satu ruang yang memiliki potensi
cukup besar dalam pembangunan wilayah adalah
wilayah pesisir dan laut. Wilayah pesisir
memiliki sumberdaya alam yang kaya dan
beragam, baik sumberdaya yang dapat
diperbaharui maupun sumberdaya yang tidak
dapat diperbaharui. Akan tetapi, jika wilayah
pesisir tidak ditata dengan baik serta tanpa
memperhatikan aspek yang terkait, terutama
aspek kesimbangan antara tingkat pembangunan
dan daya dukung lingkungan serta keseimbangan
pembangunan antar daerah, maka pembangunan
tersebut tidak akan mencapai hasil yang optimal
dan berkesinambungan (Dahuri, 2001).
Strategi dan tujuan penataan ruang
Kabupaten Takalar yakni terwujudnya
kemandirian melalui pengembangan pertanian,
perikanan, dan kelautan. Kecamatan Galesong
diharapkan memiliki karakteristik tersendiri
sebagai program minapolitan antara lain sebagai
kawasan ekonomi yang terdiri dari sentra
produksi, pengolahan, pemasaran, serta kegiatan
usaha lainnya, seperti jasa dan perdagangan.
Khususnya kampung nelayan ini, diharapkan
memiliki sarana dan prasarana sebagai
pendukung aktivitas ekonomi, menampung, dan
mempekerjakan SDM di dalam kawasan
sekitarnya, dan mempunyai dampak posistif
terhadap perekonomian di daerah sekitarnya.
Kawasan ini memerlukan arahan penataan baik
untuk permukiman maupun sarana dan prasarana
sebagai pendukung aktivitas ekonomi sehingga
dapat meningkatkan perekonomian di kawasan
penelitian.
Namun berdasarkan hasil survey (2018)
permasalahn yang terdapat di lokasi yaitu
pembangunan yang berkembang di Kawasan
Kampung Nelayan Galesong Utara, seperti
pembangunan tempat produksi kapal berada di
Page 2
2
tengah permukiman dan di pesisir laut kampung
nelayan yang tidak teratur dan juga menyebabkan
pencemaran lingkungan akibat limbah produksi
yang sebagian besar dibuang langsung ke laut.
Serta belum adanya kebijakan khusus yang
mengatur pembangunan yang terjadi dalam
Kawasan Kampung Nelayan Galesong Utara.
Sarana dan prasarana yang dapat mendukung
berkembanganya kawasan kampung nelayan
tidak dimanfaatkan secara baik sebagaimana
fungsinya.
Dalam penelitian ini dilakukan
permukiman, serta kebutuhan sarana dan
prasarana yang dilakukan menggunakan analisis
kualitatif untuk menemukan karakteristik kaasan
penelitian, sedangkan analisis kuantitaitf untuk
menemukan kebutuhan sarana dan prasarana
yang diperlukan. Kemudian dijadikan landasan
pertimbangan untuk melakukan arahan penataan
dalam meningkatkan fasilitas sarana dan
prasarana.
Metode Penelitian
Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan yaitu deskriptif
kualitatif, kuantitatif, dan spasial.
Analisis dan Pembahasan
A. Karakteristik Ekonomi, Sosial dan
Budaya 1. Karakteristik Ekonomi
Berdasarkan hasil analisis, jenis mata
pencaharian dibagi beberapa jenis UNTUK
Desa Tamalate yaitu Nelayan 70%, Petani
20%, dan lain-lain 10%.
2. Kebiasaan (Adat istiadat)
Karakteristik sosial dan budaya
masyarakat di lingkungan Desa Tamalate
dapat dilihat dari tingkat kekerabatan
masyarakat setempat merupakan rumah-
rumah nelayan yang telah membudaya,
dimana penghuninya hidup lenih dari 1
keluargan dalam 1 rumah sehingga melenihi
kapasitas daya tampung rumah, ruang gerak
menjadi sempit dan terbatatas. Satu rumah
biasanya diisi mencapai 3 kartu keluarga.
Hal Tersebut tidak sesuai standar, dimana
asumsi 1 rumah dihuni oleh 5 oarang.
Selanjutnya untuk aspek budaya, terdapat
kebiasaan atau adat istiadat masyarakat
setempat yaitu pesta Nelayan seperti lomba
balap fiber, lomba renang, dan tarik tambang
perahu, selanjutmya juga ada Pesta Panen
atau yang biasa disebut “Paddekko” yaitu
masyarakat Desa Tamalate memasak hasil
Panen dan hasil melaut dan membawanya ke
tempat yang bernama Saukang dan
memekannya bersama disana.
B. Analisis Sarana dan Prasarana
1. Desa Tamalate
a. Sarana Pendidikan Jumlah fasilitas pendidikan di
Desa Tamalate berupa TK pada tahun
2017 berdasarkan eksisting pada tabel
5.10 sebanyak 4 unit dan tahun 2038
berdasarkan hasil proyeksi jumlah
penduduk membutuhkan sekitar 5 unit.
Masih dibutuhkan penambahan sekitar
1 unit sarana TK untuk memenuhi
kebutuhan sarana pendidikan pada
tahun 2038. Selain itu juga total luasan
lahan yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan sarana
pendidikan Desa Tamalate Tahun 2038
yakni 2.307 m2.
Jumlah Fasilitas pendidikan di
Desa Tamalate berupa SD pada kondisi
eksisting tahun 2017 sebanyak 2 unit
dan tahun 2038 berdasarkan hasil
proyeksi jumlah penduduk
membutuhkan 5 unit. Masih
dibutuhkan penambahan sekitar 3 unit
sarana SD untuk memenuhi kebutuhan
sarana pendidikan pada tahun 2038.
Selain itu juga total luasan lahan yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
sarana pendidikan Desa Tamalate
Tahun 2038 yakni 9.227 m2.
Jumlah fasilitas pendidikan di
wilayah Desa Tamalate berupa SMP
pada kondisi eksisting di tahun 2017
sebanyak 1 unit dan pada tahun 2038
berdasarkan hasil proyeksi jumlah
penduduk hanya membutuhkan 1 unit.
Hal ini menunjukan bahwa sarana
pendidikan SMP di Desa Tamalate
Page 3
3
sudah memenuhi kebutuhan
berdasarkan standar hingga tahun 2038,
sehingga tidak diperlukan lagi
penambahan sarana SMP.
b. Sarana Kesehatan
Berdasarkan kondisi eksisting
sarana kesehatan yang berupa fasilitas
posyandu sudah memenuhi kebutuhan
hingga 20 tahun kedepan. Jumlah
sarana posyandu saat ini yakni
sebanyak 6 unit, berdasarkan hasil
proyeksi penduduk hanya memerlukan
penambahan sebanyak 5 unit untuk
memenuhi kebutuhan sarana pada
tahun 2038.
Berdasarkan kondisi eksisting
sarana kesehatan yang berupa fasilitas
poskesmas pembantu sudah memenuhi
kebutuhan hingga 20 tahun kedepan.
Jumlah sarana posyandu saat ini yakni
sebanyak 1 unit, berdasarkan hasil
proyeksi penduduk tidak memerlukan
penambahan untuk memenuhi
kebutuhan sarana pada tahun 2038.
c. Sarana Peribadatan Jumlah fasilitas peribadatan
berupa masjid di Desa Tamalate pada
kondisi eksisting tahun 2017 sebanyak
2 unit, dan pada tahun 2038
berdasarkan hasil proyeksi penduduk
membutuhkan sebanyak 2 unit. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak dibutuhkan
penambahan sarana masjid hingga 20
tahun kedepan, dikarenakan fasilitas
peribadatan berupa masjid telah
memenuhi standar.
Jumlah fasilitas peribadatan
berupa mushallah di Desa Tamalate
pada kondisi eksisting tahun 2017
sebanyak 5 unit, dan pada tahun 2038
berdasarkan hasil proyeksi penduduk
membutuhkan sebanyak 23 unit. Masih
dibutuhkan penambahan sekitar 18 unit
untuk memenuhi kebutuhan sarana
peribadatan mushallah pada tahun
2038.
d. Jaringan Jalan Jaringan jalan yang berada di
kampung nelayan Desa Tamalate, yaitu
jalan lokal dan jalan lingkungan.
Kondisi material jalan berupa aspal,
krikil, dan beton. Sebagian jaringan
jalan difungsikan sebagai tempat
bermain.
e. Jaringan Drainase
Permukiman nelayan Desa
Tamalate mempunyai sistem
pengaliran air hujan dan limbah rumah
tangga yang langsung menuju ke laut
dan ada masyarakat yang berada di tepi
pantai langsung membuang limbah
rumah tangga. Keadaan ini
mengakibatkan terjadi genangan
sampah di drainase, serta terjadi
pendangkalan dan aliran kurang lancar
ke laut disebabkan oleh sampah rumah
tangga.
f. Jaringan Persampahan
Jaringan persampahan pada
wilayah perencanaan belum ditata
dengan baik. Sistem pembuangan
sampah dipermukiman nelayan di
sepanjang pesisir pantai Desa Tamalate
terdapat banyak masalah yang
dihadapi, antara lain tidak terdapat
tempat sampah umum dan tidak
terdapat kontainer, sehingga
masyarakat pada umumnya membuang
sampah langsung ke laut dan
menumpuknya pinggir laut dan
membakarnya. Jika tidak ditangani
dengan baik akan mengakibatkan
pencemaran lingkungan. Selain itu,
karena kurangnya kesadaran sehingga
masyarakat terbiasa membuang sampah
ke laut, sehingga menyebabkan
tumpukan sampah di pinggir laut,
degredasi lingkungan.
g. Jaringan Air Bersih
Permukiman di Desa Tamalate
menggunakan sumber air besih, yaitu
sumur air bor dan PDAM. Kualitas air
di Kawasan ini cukup tidak baik,
berwarna dan berbau, air sumur hanya
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan non
konsumsi, seperti mandi dan mencuci
dan untuk air minum kebanyakan
Page 4
4
masyarakat Desa Tamalate sudah lebih
memeilih air kemasan dan masih ada
juga yang memelih memesak air
PDAM untuk di konsumsi.
h. Jaringan Air Limbah
Air limbah adalah air dari suatu
daerah pemukiman yang telah
dipergunakan untuk berbagai
keperluan. Air limbah sebagai air dari
hasil dari aktivitas manusia tentunya
juga sudah mengandung berbagai
macam zat kimia. Bahan organik pada
air limbah tersebut pada nantinya dapat
menghabiskan oksigen serta akan
menimbulkan rasa dan bau yang tidak
sedap pada penyediaan air bersih
Berdasarkan hasil survei,
masih ada sebagian masyarakat yang
bermukim di tepi pantai Desa Tamalate
menggunakan jamban/WC yang tidak
memenuhi septicktank, sehingga
saluran pembuangannya berakhir di
drainase. Terdapat juga masyarakat
yang lebih memeilih membuang hajat
di laut. Masyarakat yang memiliki
rumah permanen dan semi permanen
sebagian besar menggunakan WC yang
memiliki septicktank.
i. Fasilitas Penunjang Dermaga
Dermaga adalah prasarana
utama untuk sebuah permukiman
nelayan. Permukiman Nelayan desa
Tamalate memiliki 1 Dermaga akan
tetapi masih ada sebagian nelayan yang
menaikkan dan menurunkan hasil
tangkapannya di sepanjang pantai dan
memarkirkan kapalnya di tempat lain,
salah satumya di pesisir barombong.
Jika air pasang maka perahu
mengapung, sebaliknya jika air surut
maka perahu akan berada diatas pasir.
Para nelayan mematok dan mengaitkan
perahu mereka di sepanjang tanggul
pantai.
Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Permukiman nelayan di
kawasan ini memiliki 1 Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) yang tidak
difungsikan setiap hari. Kebanyakan
nelayan lebih memilih menjual ikan
hasil tangkapannya ke Tempat
Pelelangan desa lain.
2. Desa Sampulungan
a. Sarana Pendidikan
Jumlah fasilitas pendidikan di
Desa Sampulungan berupa TK pada
tahun 2017 berdasarkan eksisting pada
tabel 5.17 sebanyak 2 unit dan tahun
2038 berdasarkan hasil proyeksi jumlah
penduduk membutuhkan sekitar 3 unit.
Masih dibutuhkan penambahan sekitar
1 unit sarana TK untuk memenuhi
kebutuhan sarana pendidikan pada
tahun 2038. Selain itu juga total luasan
lahan yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan sarana
pendidikan Desa Sampulungan Tahun
2038 yakni 1.458 m2.
Jumlah Fasilitas pendidikan di
Desa Sampulungan berupa SD pada
kondisi eksisting tahun 2017 sebanyak
2 unit dan tahun 2038 berdasarkan hasil
proyeksi jumlah penduduk
membutuhkan 3 unit. Masih
dibutuhkan penambahan sekitar 1 unit
sarana SD untuk memenuhi kebutuhan
sarana pendidikan pada tahun 2038.
Selain itu juga total luasan lahan yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
sarana pendidikan Desa Sampulungan
Tahun 2038 yakni 4.558 m2.
b. Sarana Kesehatan
Berdasarkan kondisi eksisting
sarana kesehatan yang berupa fasilitas
posyandu sudah memenuhi kebutuhan
hingga 20 tahun kedepan. Jumlah
sarana posyandu saat ini yakni
sebanyak 4 unit, berdasarkan hasil
proyeksi penduduk hanya memerlukan
penambahan sebanyak 4 unit untuk
memenuhi kebutuhan sarana pada
tahun 2038.
Berdasarkan kondisi eksisting
sarana kesehatan yang berupa fasilitas
poskesmas pembantu sudah memenuhi
kebutuhan hingga 20 tahun kedepan.
Page 5
5
Jumlah sarana posyandu saat ini yakni
sebanyak 1 unit, berdasarkan hasil
proyeksi penduduk tidak memerlukan
penambahan untuk memenuhi
kebutuhan sarana pada tahun 2038.
c. Sarana Peribadatan
Jumlah fasilitas peribadatan
berupa masjid di Desa Sampulungan
pada kondisi eksisting tahun 2017
sebanyak 2 unit, dan pada tahun 2038
berdasarkan hasil proyeksi penduduk
membutuhkan sebanyak 2 unit. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak dibutuhkan
penambahan sarana masjid hingga 20
tahun kedepan, dikarenakan fasilitas
peribadatan berupa masjid telah
memenuhi standar.
Jumlah fasilitas peribadatan
berupa mushallah di Desa
Sampulungan pada kondisi eksisting
tahun 2017 sebanyak 2 unit, dan pada
tahun 2038 berdasarkan hasil proyeksi
penduduk membutuhkan sebanyak 15
unit. Masih dibutuhkan penambahan
sekitar 13 unit untuk memenuhi
kebutuhan sarana peribadatan
mushallah pada tahun 2038.
d. Jaringan Jalan
Jaringan jalan yang berada di
permukiman nelayan Desa
Sampulungan, yaitu jalan lokal dan
jalan lingkungan. Kondisi material
jalan berupa aspal, krikil, dan beton.
Sebagian jaringan jalan difungsikan
sebagai tempat bermain, namun masih
banyak jaringan jalan yang rusak
(berlubang).
e. Jaringan Drainase
Permukiman Nelayan Desa
Sampulungan memiliki sistem
pengaliran air hujan dan limbah rumah
tangga yang mengikuti jaringan jalan
dan langsung menuju ke laut di
beberapa titik dan ada juga yang
memiliki saluran drainase yang lancar
dan bersih, dikarenakan masyarakatnya
yang suka menjaga kebersihan.
f. Jaringan Persampahan
Jaringan persampahan pada
wilayah penelitian belum ditata dengan
baik. Sistem pembuangan sampah
dipermukiman nelayan di Desa
Sampulungan juga terdapat masalah
yang dihadapi, antara lain tidak terdapat
tempat sampah umum dan tidak
terdapat kontainer, sehingga masih ada
masyarakat yang membuang sampah
langsung ke laut atau menumpuknya
pinggir laut dan membakarnya. Jika
tidak ditangani dengan baik akan
mengakibatkan pencemaran
lingkungan. Selain itu, karena
kurangnya kesadaran sehingga
masyarakat terbiasa membuang sampah
ke laut, sehingga menyebabkan
tumpukan sampah di pinggir laut,
degredasi lingkungan.
g. Jaringan Air Bersih
Permukiman di Desa
Sampulungan menggunakan sumber air
besih, yaitu sumur gali, sumur pompa
dan PDAM. Kualitas air sumur di
Kawasan ini cukup baik, dilihat dari
jumlah masyarakatnya yang lebih
banyak memeilih menggunakan sumur
pompa dibandingkan air PDAM.
h. Jaringan Air Limbah
Berdasarkan hasil survei,
masih ada sebagian masyarakat Desa
Sampulungan yang masih
menggunakan jamban/WC umum.
Terdapat juga masyarakat yang lebih
memilih membuang hajat di laut.
Masyarakat yang memiliki rumah
permanen dan semi permanen sebagian
besar menggunakan WC yang memiliki
septicktank.
Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
maka dalam penutup penulis akan
memberikan simpulan-simpulan sebagai
berikut :
Page 6
6
1. Kerjasama dan interaksi sosial pada setiap
rangkaian proses budaya menunjukkan
besarnya dan eratnya hubungan yang
tercipta, mulai dari bekerja satu sama lain
dalam pekerjaan (nelayan dan bertani)
hingga merayakan hasil panen atau hasil
berlayarnya bersama-sama, sehingga hal
seperti ini diharapkan meningkatkan
keterikatan satu sama lain, tidak hanya
dengan anak istri dan tetangga dekat
rumah, tetapi juga dari desa lain. Namun
pada penelitian tidak terdapat wadah bagi
para petani untuk mengembangkan hasil
bertaninya, juga perlu dikembangkannya
wadah untuk industri abon ikan yang
dilakuan komunitas ibu-ibu rumah tangga
yang terdapt di Desa Tamalate.
2. Pada hasil analisis, ditemukan banyaknya
permasalahan dalam ketersediaan dan
pemanfaatan sarana dan prasarana yang
terdapat di masing-masing desa, yaitu
kurangnya pemanfaatan sarana penunjang
nelayan seperti, tempat pelelangan, SPBU
yang seharusnya menjadi tempat para
nelayan mengisi bahan bakar kapal yang
akan digunakan untuk berlayar, tidak
adanya tempat pengumpul sampah dan
pengangkut sampah, dan juga kurangnya
penanganan mengenai jaringan drainase
untuk mengalirkan hasil limbah. Maka dari
itu penulis melakukan proyeksi penduduk
untuk 20 tahun kedepan beserta sarana dan
prasarana yang dibutuhkan. Adapun
pengendalian pola ruang yang dimaksud
yaitu penataan permukiman yang terus
berkembang dengan mengikutinya
pertumbuhan penduduk namun tidak
mengikuti standar yang berlaku..
3. Berdasarkan hasil analisis, maka arahan
penataan kampung nelayan di Desa
Tamalate dan Desa Sampulungan adalah
arahan penatan ruang, baik penataan
permukiman, sarana dan prasarana yang
dibutuhkan sehingga seluruh masyarakat
dapat terlayani dengan adanya suluruh
sarana dan prasarana yang ada. Arahan
penataan jumlah dan letak sarana dan
prasarana yang dibutuhkan masyarakat,
lalu titik penetapan daerah industri yang
terdapat agar mengikuti aturan dan tidak
merusak ligkungan sekitarnya.
B. Saran
Berdasarkan analisis lokasi, sarana
penunjang, ketersediaan infrastruktur yang
belum memenuhi standar. Maka perlu upaya
pemerintah, swasta, bahkan masyarakat untuk
turut berpartisipasi dalam mengembangkan
arahan zonasi kampung nelayan guna menjaga
kestabilan pertumbahn dan guna lahan.
mengingat besarnya manfaat yang dapat
diperoleh dalam arahan zonasi kampung
nelayan di Desa Tamalate dan Desa
Sampulungan.
Daftar Pustaka
Abdullah. 2001. Kampung Nelayan.
Asrul Pramudiya. 2008. Kajian Pengelolaan
Daratan Pesisir Bebasis Zonasi, Jurnal
Mangrove dan Pesisir IX (1), Februari
2009: 1-8 , ISSN: 1411-0679
Dwi Wendika dkk. 2012. Jurnal Teknik Sipil
Untan/Vol.12 No.2.
Haryani, 2012. Potensi Pengembangan Atraksi
Wisata Kampung Nelayan Pasie Nan
Tido Padang ditengah Ancaman
Bencana Abrasi, MIMBAR, Vol. 30, No.
20 (Desember 2014): 189-198.
Intan Yulia, P. T. A. 2016. Zonasi Peneglolaan
Rumput Laut do Kampung Nelayan
Belang-Belang Kecamatan Kalukku
Mamuju, Sulawesi Barat.
Kumalasari. 2016. Kampung Nelayan Tambak
Lorok Semarang.
Kurniawan dkk. 2002. Pola Pengembangan
Permukiman Nelayan.
Kusnadi. 2003. Mobilitas Kampung Nelayan.
Koddeng, Baharuddin. 2011. Zonasi Kawasan
Pesisir Pantai Makassar Berbasis
Mitigasi Bencana Pantai Barombong
Luthfi Muta’ali. 20015. Teknik Analisis Regional
Untuk Perencanaan Wilayah, Tata
Ruang, dan Lingkungan. Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada.
Masri. 2010. Identifikasi Karakteristik Sosial,
Ekonomi, dan Budaya Masyarakat
Nelayan Sungai Limau di Kabupaten
Page 7
7
Padang Pariawan dalam Penyediaan
Perumahan Permukiman
Nasruddin, dkk. 2012. Model Penataan Ruang
Lingkungan Perdesaan Tradisional
Makassar di Kawasan Pesisir.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Takalar 2010-2030.
Refshauge. 2003. New Coastal Settlements
Rozy Ismariandi,dkk. 2010. Konsep
Pengembangan Kampung Nelayan
Pasar Bengkulu Sebagai Kawasan
Wisata.
Pedoman Konstruksi dan Bangunan Pd. T-18-
2004-B Penentuan Klasifikasi Fungsi
Jalan di Kawasan Perkotaan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
34 Tahun 2006 Tentang Jalan
Pretty Wulandari, 2016. Status Keberlanjutan
dan Arahan Pengembangan Wilayah
Berbasis Industri.
Santosa. 2000. Permukiman Lingkungan dalam
Pembangunan Wilayah.
Suparno. 2008. Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil Sebagai Salah Satu
Dokumen Penting Untuk Disusun Oleh
Pemenrintah Daerah Provinsi/
Kabupaten/ Kota.
Sondita, 2001,9. Kehidupan Di Kampung
Nelayan.
SNI 03-1733-2004 Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan
SNI 19-2454-2002 Tata Cara Teknik
Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan
SNI 03-2399-2002 Tata Cara Perencanaan
Bangunan MCK Umum
Trisutomo, Slamet, dkk. 2014. Infrastruktur
Kawasan Minapolitan Bo’dia Kabupaten
Takalar
Undang-Undang No, 26 Tahun 2007
Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 Tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil
Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 Tentang
Penataan Ruang
Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun
2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman
Wardi, dkk. 2014. Pola Permukiman Komunitas
Nelayan
Website:
http://e-
journal.uajy.ac.id/10815/3/2TA14263.pdf
https://planologi14bosowa.blogspot.co.id/2016/0
4/kajian-pengelolaan-daratan-pesisir.html
http://nusantara.rmol.co/read/2015/12/07/22725
8/Mengintip-Potensi-Tuna-dan-Pelabuhan-
Bitung-Yang-Siap-Mendunia/, diakses pada 15
November 2016, pukul 21.20 Wita
Page 8
8
Gambar 1. Peta Delinasi Kawasan
LAMPIRAN
Page 9
9
Gambar 2. Peta Eksisting Sarana Kawasan Penelitian Gambar 3. Peta Pemanfaatan Ruang Kawasan Penelitian
Gambar 4. Peta Eksisting Pola Ruang Kawasan
Penelitian
Gambar 5. Peta Arahan Pola Ruang Kawasan Penelitian
Page 10
10
Gambar 6. Peta Arahan Jaringan Jalan
Kawasan Penelitian
Gambar 7. Peta Arahan Jaringan Air Bersih
Kawasan Penelitian
Gambar 8. Peta Arahan Jaringan Drainase
Kawasan Penelitian
Gambar 9. Peta Arahan Jaringan Air Limbah
Kawasan Penelitian
Page 11
11
Gambar 10. Peta Arahan Jaringan Persampahan
Kawasan Penelitian
Gambar 11. Peta Struktur Ruang Kawasan
Penelitian