Top Banner
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi, maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit. Termokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari kalor dalam suatu reaksi kimia kalor adalah berbentuk energi yang menyebabkan suatu zat memiliki suhu kalor pada suatu reaksi kimia dalam sistem terbagi atas dua, yaitu kalor yang dapat dilepaskan (eksoterm) dan kalor reaksi yang dapat diserap (endoterm). Jika zat menerima kalor maka zat itu akan mengalami suhu hingga tingkat tertentu sehingga zat tersebut akan mengalami perubahan wujud, seperti perubahan wujud dari padat menjadi cair. Sebaliknya jika suatu zat mengalami perubahan wujud dari cair menjadi padat maka zat tersebut akan melepaskan sejumlah kalor. Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kalor atau energi panas. Pertukaran energi kalor merupakan dasar teknik yang dikenal dengan nama kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitatif dari
26

kalori meter

Apr 03, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: kalori meter

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang

dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu

benda tersebut. Jika suhunya tinggi, maka kalor yang

dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga

sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang

dikandung sedikit. Termokimia adalah cabang ilmu kimia

yang mempelajari kalor dalam suatu reaksi kimia kalor

adalah berbentuk energi yang menyebabkan suatu zat

memiliki suhu kalor pada suatu reaksi kimia dalam

sistem terbagi atas dua, yaitu kalor yang dapat

dilepaskan (eksoterm) dan kalor reaksi yang dapat

diserap (endoterm). Jika zat menerima kalor maka zat

itu akan mengalami suhu hingga tingkat tertentu

sehingga zat tersebut akan mengalami perubahan wujud,

seperti perubahan wujud dari padat menjadi cair.

Sebaliknya jika suatu zat mengalami perubahan wujud

dari cair menjadi padat maka zat tersebut akan

melepaskan sejumlah kalor.

Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk

mengukur kalor atau energi panas. Pertukaran energi

kalor merupakan dasar teknik yang dikenal dengan nama

kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitatif dari

Page 2: kalori meter

2

pertukaran kalor. Jumlah perubahan kalor reaksi sebagai

hasil kimia dapat diukur dengan kalorimeter yang diukur

pada alat ini adalah temperaturnya.

Oleh karena itu, praktikum ini dilakukan untuk

mengetahui sifat-sifat kalorimeter dan tetapan

kalorimeter dengan menggunakan aquadest. Serta untuk

menentukan berapa banyak panas yang diserap atau panas

yang dilepaskan oleh kalorimeter, beserta kalorimeter,

termometer, dan pengaduknya sebagai tetapan kalorimeter

serta prinsip dan alat kalorimeter. Serta mengetahui

kalor (Q) yang dilepas air panas maupun kalor yang

diserap oleh air dingin dengan kalorimeter. Dan kalor

yang diserap oleh kalorimeter serta C (kapasitas kalor)

dari kalorimeter. Selain itu, pada percobaan ini juga

akan dipelajari prinsip-prinsip kalorimeter dari

percobaan tersebut.

1.2 Tujuan Percobaan

Mengetahui besar tetapan kalorimeter

Mengetahui besar kalor yang dilepas air panas

Mengetahui besar kalor yang diterima air dingin.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan tetapan kalorimeter adalah

menentukan kapasitas kalorimeter dari pelarut dasar

menggunakan alat kalorimeter berdasarkan azas black,

Page 3: kalori meter

3

dimana kalor yang dilepas oleh suatu benda sama dengan

kalor yang diterima oleh benda lain. Apabila suhu

aquadest yang tinggi, maka akan melepaskan kalor

sedangkan apabila suhu aquadest yang rendah, maka akan

menerima kalor. Dan keduanya bercampur sampai mencapai

kesetimbangan dimana prosesnya berlangsung secara

adiabatik, dimana tidak ada kalor yang diterima sistem

atau dilepas oleh sistem. Dengan menentukan kalor yang

lepas dan kalor yang diterima serta kapasitas dari

kalorimeter.

Page 4: kalori meter

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Termodinamika, dalam arti luas adalah pengkajian

hubungan kuantitatif antara kalor dan bentuk lain

energi, seperti energi yang dikaitkan dengan gejala

elektromagnet, permukaan dan kimia. Konsep

termodinamika merupakan hal mendasar yang penting.

Termodinamika kimia dapat didefinisikan sebagai cabang

kimia yang menangani hubungan kalor, kerja dan bentuk

lain energi, dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia

dan dalam perubahan keadaan. Erat berkaitan dengan

termodinamika kimia adalah termokimia, yang menangani

pengukuran dan penafsiran perubahan kalor yang

menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan dan

pembentukan larutan (Keenan, 1980).

Karena satuan standar energi panas telah digunakan

kalori selama bertahun-tahun, alat yang digunakan untuk

mengukur perubahan kalor selama reaksi kimia adalah

kalorimeter. Teknik untuk penggunaannya dikembangkan

oleh lavoiser dan ahli kimia lama lainnya dan telah

diperbaiki sehingga dewasa ini berkecermatan tinggi,

dalam laboratoria seperti Biro Standar Nasional

(Amerika Serikat). Dua metode termokimia ekspermen yang

paling biasa disebut kalorimetri pembakaran dan

kalorimetri reaksi. Dalam metode pertama, suatu unsur

Page 5: kalori meter

5

atau senyawa dibakar, biasanya dalam oksigen, dan

energi atau kalor yang dibebaskan dalam reaksi ini

diukur. Kalorimetri reaksi merujuk pada penentuan kalor

reaksi apa saja selain reaksi pembakaran. Metoda

terakhir ini lebih umum digunakan dengan senyawa

anorganik dan larutan-larutannya (Keenan, 1980).

Hukum pertama termodinamika mengungkapkan hubungan

kalor, energi dalam dan kerja yang menyertai perubahan

sistem. Kalor yang menyertai reaksi sama dengan

perubahan entalpinya, dan dapat ditentukan tanpa

percobaan. Akibatnya kita dapat mengetahui apakah suatu

reaksi eksotermik atau endotermik. Hukum kedua

termodinamika mengemukakan arah proses spontan, yaitu

menambah ketidakteraturan yang ditandai dengan

meningkatnya entropi alam semesta. Entropi suatu zat

kimia dapat dihitung berdasarkan hukum ketiga

termodinamika. Dari nilai itu dapat dihitung perubahan

entropi reaksi yang berguna dalam menghitung perubahan

energi bebasnya. Nilai perubahan energi bebas berguna

dalam menghitung perubahan energi bebasnya. Nilai

perubahan energi bebas berguna dalam menentukan apakah

reaksi spontan atau tidak (Syukri, 1999).

Kalor adalah perpindahan energi termal, kalor

mengalir dari satu bagian ke bagian lain atau dari satu

sistem ke sistem lain, karena adanya perbedaan

temperatur. Besarnya kalor reaksi bergantung pada:

Page 6: kalori meter

6

1. Jumlah zat yag bereaksi

2. Keadaan fisika

3. Temperatur

4. Tekanan

5. Jenis reaksi (P tetap atau V tetap)

Kalor reaksi adalah kalor yang menyertai suatu reaksi

dengan koefisien yang paling sederhana. Menurut hukum

Hess, panas yang timbul atau diserap pada suatu reaksi

(panas sekali) tidak bergantung pada cara bagaimana

reaksi tersebut berlangsung, hanya bergantung pada

keadaan awal dan akhir (Oxtoby, 2001).

Hukum kedua termodinamika yaitu membahas tentang

reaksi spontan dan tidak spontan. Proses spontan yaitu

reaksi yang berlangsung tanpa pengaruh luar. Sedangkan

reaksi tidak spontan tidak terjadi tanpa bantuan luar.

Hukum ketiga termodinamika menyatakan bahwa entropi

dari kristal sempurna murni pada suhu nol mutlak

menunjukkan keteraturan tertinggi yang dimungkinkan

dalam sistem termodinamika. Jika suhu ditingkatkan

sedikit diatas 0 K, entropi meningkat. Entropi mutlak

selalu mempunyai nilai positif. Kalor reaksi dapat

diperoleh dari hubungan maka zat (m), kalor jenis zat

(c) dan perubahan suhu (∆T), yang dinyatakan dengan

persamaan berikut:

Q = m c ∆T

Keterangan:

Page 7: kalori meter

7

Q = jumlah kalor (joule)

M = massa zat (gram)

∆T= perubahan suhu (t akhir – t awal)

C = kalor jenis

Kalorimeter adalah jenis zat dlam pengukuran panas dari

reaksi kimia atau perubahan fisik. Kalorimetri termasuk

penggunaan kalorimeter. Kata kalorimetri berasal dari

bahasa latin yaitu calor, yang berarti panas.

Kalorimetri tidak langsung (indirect calorimetry)

menghitung panas pada makhluk hidup yang memproduksi

karbon dioksida dan buangan nitrogen (ammonia, untuk

organisme perairan, urea, untuk organisme darat) atau

konsumsi oksigen. Lavoiser (1780) menyatakan bahwa

produksi panas dapat diperkirakan dari konsumsi oksigen

dengan menggunakan regresi acak. Hal ini membenarkan

teori energi dinamik. Pengeluaran panas oleh makhluk

hidup ditempatkan di dalam kalorimeter untuk dilakukan

pengukuran. Jika benda atau sistem diisolasi dari alam,

maka temperatur harus tetap konstan. Jika energi masuk

atau keluar, temperatur akan berubah. Energi akan

berpindah dari satu tempat ke tempat yang disebut

dengan panas dan kalorimetri mengukur perubahan suatu

tersebut. Bersamaan dengan kapasitas dengan kapasitas

panasnya, untuk menghitung perpindahan panas (Petrucci,

1987).

Page 8: kalori meter

8

Dalam mempelajari suatu peristiwa, kita harus

memperhatikan suatu bagian yang disebut sistem. Oleh

sebab itu, sistem adalah bagian tertentu dari alam yang

menjadi pusat perhatian. Di samping sistem ada

lingkungan. Lingkungan adalah segala sesuatu yang

berada diluar sistem. Jika kita ingin mempelajari

reaksi kimia dalam tabung reaksi, maka zat kimia yang

ada di dalam tabung disebut sistem, sedangkan yang di

luar zat kimia termasuk tabung sendiri dan udara di

atas permukaannya adalah lingkungan. Batas antara

sistem dan lingkungan disebut dinding yang bersifat

diatermal (tembus energi) atau adiatermal (tidak tembus

energi). Akibatnya ada sistem terbuka, tertutup, dan

tersekat (terisolasi). Sistem terbuka adalah sistem

yang dapat mengadakan pertukaran materi dan energi

dengan lingkungannya, sedangkan sistem tertutup

mempunyai dinding diatermal sehingga hanya terjadi

pertukaran energi. Sistem tersekat tidak mengadakan

pertukaran materi dan energi dengan lingkungan, karena

mempunyai dinding adiatermal (Syukri, 1999).

Kalor adalah berbentuk energi yang menyebabkan

suatu zat memiliki suhu. Jika zat menerima kalor, maka

zat itu akan mengalami suhu hingga tingkat tertentu

sehingga zat tersebut akan mengalami perubahan wujud,

seperti perubahan wujud dari padat menjadi cair.

Sebaiknya jika suatu zat mengalami perubahan wujud dari

Page 9: kalori meter

9

cair menjadi padat maka zat tersebut akan melepaskan

sejumlah kalor. Dalam sistem SI (sistem internasional)

satuan untuk kalor dinyatakan dalam satuan kalori

(kal), kilokalori (kkal) atau joule (J) dan kilojoule

(KJ).

1 kilokalori = 1000 kalori

1 kilojoule = 1000 joule

1 kalori = 4,18 joule

1 kalori adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk

memanaskan 1 gram air sehingga suhunya naik sebesar 1°C

atau 1 K. jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan

suhu 1°C atau 1 K dari 1 gram zat disebut kalor jenis Q

= m c ∆T, satuan kalor jenis adalah joule per gram per

derajat celcius (Jg1°C1) atau joule per gram per kelvin

(Jg1°K1) (Petrucci, 1987).

Konsep kesetimbangan sangat penting dalam

menentukan arah proses, karena semua proses spontan

menuju ke keadaan setimbang. Sistem disebut dalam

keadaan setimbang jika tidak terjadi perubahan yang

berarti antara sistem dengan lingkungannya, bila

keduanya mengadakan ontak satu sama lain. Kesetimbangan

ada tiga macam, yaitu kesetimbangan mekanik, termal,

dan listrik.

Kesetimbangan mekanik ialah sistem yang tidak

mempunyai energi mekanik, karena resultan gaya

terhadap sistemnya nol. Contohnya, sebuah pompa yang

Page 10: kalori meter

10

pistonnya diam karena tekanan gas dalam pompa sama

dengan tekanan luar

Kesetimbangan termal terjadi bila energi yang masuk

dan yang keluar sistem sama jumlahnya dalam saat

bersamaan. Hal ini terjadi jika suhu sistem dan

lingkungan sama

Kesetimbangan listrik ialah keadaan sistem dan

lingkungan yang mempunyai potensial listrik yang

sama sehingga tidak terjadi perpindahan muatan

(Syukri, 1999).

Pengukuran jumlah kalor reaksi yang diserap atau

dilepaskan pada suatu reaksi kimia dengan eksperimen

disebut kalorimetri. Dengan menggunakan hukum hess,

kalor reaksi suatu reaksi kimia dapat ditentukan

berdasarkan data perubahan entalpi pembentukan standar,

energi ikatan dan secara eksperimen. Proses dalam

kalorimetri berlangsung secara adiabatik, yaitu tidak

ada energi yang lepas atau masuk dari luar ke dalam

kalorimeter. Kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu

kalorimeter sebesar 10°C pada air dengan massa 1 gram

disebut tetapan kalorimetri. Dalam proses ini berlaku

azas black, yaitu:

Q lepas = Q terima

Q air panas = Q air dingin + Q kalorimetri

(Keenan, 1980).

2.1 Kalorimetri

Page 11: kalori meter

11

Dalam laboratorium, pertukaran kalor dalam proses

fisika dan kimia diukur dengan kalorimeter, suatu wadah

tertutup yang dirancang secara khusus untuk tujuan ini.

Pembahasan kita tentang kalorimetri (calorimetry),

pengukuran perubahan kalor, akan bergantung pada

pemahaman tentang kalor jenis dan kapasitas kalor.

2.1.1 Kalor jenis dan kapasitas kalor

Kalor jenis (spesific heat) (s) suatu zat adalah

jumlah kalor yang dibuthkan untuk menaikkan suhu satu

gram zat sebesar satu derajat celcius. Kapasitas kalor

(neat capasity) (c) suatu zat adalah jumlah kalor yang

dibuthkan untuk menaikkan suhu sejumlah zat sebesar

satu derajat celcius. Kalor jenis merupakan sifat

intensif, sdangkan kapasitas kaor merupakan sifat

ekstensif. Hubungan antara kapasitas kalor dan kalor

jenis suatu zat adalah

C = m.s

Dimana m adalah massa zat dalam gram. Misalnya kalor

jenis air adalah 4,184 J/g°C, dan kapasitas kalor 60 g

air adalah

(60,0 g) (4,184 J/g°C) = 251 J/°C

Perhatikan bahwa kalor jenis mempunyai satuan J/g°C

sedangkan kapasitas kalor mempunyai satuan J/°C. Jika

kita mengetahui kalor jenis dan jumlah suatu zat, maka

jmlah kalor (q) yang telah diserap atau dilepaskan pada

suatu proses dapat diketahui berdasarkan perubahan suhu

Page 12: kalori meter

12

sampel (∆T). Persamaan untuk menghitung perpindahan

kalor ini diberikan oleh:

q = m s ∆T

atau

q = C ∆T

dimana m adalah massa sampel dalam gram dan ∆T adalah

perubahan suhu (Chang, 2005).

Page 13: kalori meter

13

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat-alat

Termometer

Kalorimeter

Gelas kimia

Pipet tetes

Corong kaca

Gelas ukur

Stopwatch

Hot plate

3.1.2 Bahan-bahan

Aquadest

Tissue

Serbet

Page 14: kalori meter

14

3.2 Prosedur Percobaan

Dirangkai alat kalorimeter

Diukur 50 ml aquadest dengan gelas ukur

Dimasukkan ke dalam kalorimeter

Diaduk

Dicatat perubahan suhu aquadest setiap 30 detik

sampai menit ke empat

Dimasukkan aquadest panas sebanyak 50 ml ke dalam

kalorimeter

Diaduk

Dicatat perubahan suhu aquadest sampai menit ke

delapan

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

Waktu,

menit

Suhu °C Waktu, menit Suhu °C

0

0.5

1.5

2.0

30

30

30

30

4.5

5.0

5.5

6.0

36

35

36

34.5

Page 15: kalori meter

15

2.5

3.0

3.5

4.0

30

30

30

Penambahan

air panas

6.5

7.0

7.5

8.0

34.5

34.5

34.5

34

4.2 Perhitungan

Ρ air = 1 gram/ml

C air = 4,18 J/gram°C

Tair dingin = 30°C

Tair panas = 40°C

Vair dingin = 50 ml

Vair panas = 50 ml

m = ρair x Vair

= 1 gram/ml x 50 ml

= 50 gram

∆T = T₁+T₂+T₃+T₄+T₅+T₆+T₇+T₈8

= 36+35+35+34.5+34.5+34.5+34.5+348

= 34,75°C

4.2.1 Q lepas air panas

Qap = m C ∆T

= m C (Tair panas ∆T)

= 50 x 4,18 x (34,75 30)

= 1097,25 J

Page 16: kalori meter

16

4.2.2 Q yang diserap air

Qad = m C ∆T

= m C (∆T Tair dingin)

= 50 x 4,18 x (34,75 30)

= 992,75 J

4.2.3 Q serap dari kalorimeter

Q = Qap Qad

= 1097,25 992,75

= 104,5 J

4.2.4 C kalorimeter

Ckalorimeter = Qkal∆T T air dingin

= 104,534,75-30

= 22 J/°C

4.3 Grafik

Page 17: kalori meter

17

01.5

2.5

3.5

4.5

5.5

6.5

7.5

26283032343638suhu °C

waktu (s)

4.4 Pembahasan

Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk

mengukur jumlah kalor yang terlibat dalam suatu

perubahan atau reaksi kimia.

Prinsip kerja dari kalorimeter adalah menyerap dan

menghasilkan kalor dengan adanya gesekan antara

pengaduk dan dinding kalorimeter yang bertumbukan

dengan molekul air dan pelarut. Pengukuran kalor jenis

dengan kalorimeter didasarkan pada azas black, yaitu

kalor yang diterima oleh kalorimeter sama dengan kalor

yang diberikan oleh zat yang dicari kalor jenisnya. Hal

ini mengandung pengertian jika dua benda yang berbeda

suhunya saling bersentuhan. Maka akan menuju

kesetimbangan termodinamika. Suhu akhir kedua benda

akan sama. Dan bersifat adiabatis dimana tidak adanya

Page 18: kalori meter

18

energi yang lepas atau masuk dari unsur atau keluar

yang dapat mempengaruhi kalor pada kalorimeter.

Reaksi endoterm adalah reaksi yang disertai dengan

perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem (kalor

diserap oleh sistem dari lingkungannya); ditandai

dengan adanya penurunan suhu lingkungan di sekitar

sistem. Sedangkan, reaksi eksoterm adalah reaksi yang

disertai dengan perpindahan kalor dari sistem ke

lingkungan (kalor dibebaskan oleh sistem ke

lingkungannya); ditandai dengan adanya kenaikan suhu di

lingkungan sekitar sistem.

Azas black berdasarkan teori pertukaran kalor.

Azas black juga merupakan suatu prinsip dalam

termodinamika yang ditemukan oleh Joseph Black. Azas

black berbunyi: “kalor yang dilepas oleh suatu benda

sama dengan kaor yang diterima oleh benda lain”.

Berdasarkan bunyi azas black maka teori pertukaran

kalor dirumuskan sebagai berikut:

Kalor lepas = kalor terima

Q lepas = Q terima

Azas black ini menjabarkan :

Jika dua buah benda yang berbeda suhunya dicampurkan,

benda yang panas memberi kalor pada benda yang dingin

sehingga suhu akhirnya sama

Jumlah kalor yang diserap benda dingin sama dengan

jumlah kalor yang dilepas benda panas

Page 19: kalori meter

19

Benda yag didinginkan melepas kalor yang sama besar

dengan kalor yang diserap bila dipanaskan

Pada pencampuran antara dua zat, seusngguhnya terdapat

kalor yang hilang ke lingkungan sekitar, misalnya wadah

pencampuran yang menyerap kalor sebesar hasil kali

antara massa kalor jenis dan kenaikan suhu wadah.

a. Proses isotermik

Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika

dimana terjadi perubahan-perubahan di dalam sistem

tersebut. Jika proses terjadi berlangsung dalam suhu

konstan proses ini dinamakan proses isotermik karena

berlangsung dalam suhu konstan, tidak terjadi

perubahan energi dalam (∆U = 0)

Persamaan keadaan isotermik

P₁P₂ =

V₁V₂

b. Proses isobarik

Jika gas melakukan proses termodinamika dengan

menjaga tekanan tetap konstan, gas dikatakan

melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam

keadaan tekanan konstan, gas melakukan usaha (W = p

∆V). Persamaan keadaan isobarik:

V₁V₂=

T₁T₂

c. Proses isokhorik

Page 20: kalori meter

20

Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume

yang konstan, gas dikatakan melakukan proses

isokhorik. Karena gas berada dalam volume konstan (∆V

= 0), gas tidak melakukan usaha (W = 0) dan kalor

yang diberikan sama dengan perubahan energi dalamnya.

Kalor disini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada

volume konstan. Persamaan keadaan isokhorik:

P₁P₂=

T₁T₂

d. Proses adiabatik

Dalam proses adiabatik tidak ada kalor yang masuk

(diserap) ataupun keluar (dilepaskan) oleh sistem (Q

= 0). Dengan demikian, usaha yang dilakukan gas sama

dengan perubahan energi dalamnya (W = ∆U). Persamaan

keadaan adiabatik:

P₁V₁T₁ = P₁V₁T₂

Sifat-sifat kalorimeter antara lain:

Menjaga suhu suatu zat agar tidak dipengaruhi oleh

lingkungan

Perpindahan panas/kalor berdasarkan azas black

Kalorimeter ideal tidak menyerap panas

Sistem dalam kalorimeter merupakan sistem terhadap

yaitu tidak terjadi transfer molekul dan energi

antara sistem dengan lingkungan

Page 21: kalori meter

21

Aplikasi dari kalorimeter dalam kehidupan sehari-

hari antara lain:

Penanak nasi

Kompor listrik

Pemanas ruangan

Teko pemanas

Dispenser air

Setrika pakaian

Pada percobaan tetapan kaorimeter ini, pertama

yang dilakukan adalah mengukur aquadest sebanyak 50 mL

dengan menggunakan gelas ukur. Kemudian dimasukkan ke

dalam kalorimeter yang dibawahnya telah dilapisi kain,

agar panasnya tidak menghantar ke keramik dan agar

kalorimeter tidak bergerak-gerak kemudian tutup

kalorimeter. Dipasangkan termometer pada kalorimeter,

fungsinya untuk mengetahui peruahan suhu dari aquades

yang berada di dalam kalorimeter. Kemudian siapkan

stopwatch untuk menghitung waktu, karena setiap 30

detik harus diamati perubahan suhunya dari aquadest

tersebut. Aduk-aduk dengan konstan kalorimeter yang

telah berisi aquadest tersebut. Pada awalnya, suhu dari

aquadest pada detik ke-0 adalah 30°C dan tidak berubah

hingga menit ke-4 karena pengadukan yang kurang stabil

atau konstan sehingga tidak ada kalor yang diserap dan

menyebabkan suhu tidak naik atau tetap. Pada menit ke-4

ditambahkan aquadest panas yang tela dipanaskan hingga

Page 22: kalori meter

22

suhunya sebesar 36°C. pada kalorimeter yang berisi

aquadest dingin ditambahkan aquadest panas. Diaduk-aduk

dengan kontinyu dari konstan. Pada menit ke-4,5 suhu

aquadest berubah enjadi 35°C. Pada menit ke-5,5 suhu

turun menjadi 34°C. dan hingga menit ke-8 turun menjadi

34°C hal ini disebabkan karena aquades panas melepaskan

kalor, sehingga setimbang dengan aquadest dingin. Oleh

karena itu suhunya menjadi turun sesuai dengan azas

black “Q lepas = Q terima”. Jadi zat yang bersuhu

tinggi melepaskan kalor ke zat yang bersuhu rendah agar

kalor tersebar merata. Pada saat sebelum penambahan

aquadest panas, terjadi perubahan suhu pada aquadest

dingin yaitu dikarenakan adanya panas/kalor yang timbul

akibat adanya gesekan antara pengaduk dan dinding

kalorimeter dengan bertum- bukan dengan molekul air

selama pengadukan.

Hasil dari perhitungan yang telah dilakukan,

diketahui suhu air dingin sebesar 30°C, sedangkan suhu

air panas sebesar 40°C, volume air dingin dan panas

sama 50 mL. Massa jenis air sebesar 1 gram/mL, dengan

kalor jenis air sebesar 4,18 Joule/gram°C. Hal yang

pertama dihitung yaitu jumlah rata-rata suhu setelah

penambahan air panas didapatkan sebesar 34,75°C.

Setelah diketahui jumlah suhu rata-rata, kemudian

didapatkan Q lepas dari air panas sebesar 1097,25 J

kemudian dapat diketahui Q serap dari air dingin yaitu

Page 23: kalori meter

23

sebesar 992,75 J. Kemudian ditentukan Q serap dari

kalorimeter yaitu 104,5 J. Dan dapat diketahui

kapasitas kalor dari kalorimeter sebesar 22 J/°C.

Dari grafik yang ada dapat dilihat perubahan-

perubahan suhu yang terjadi setiap 30 detik. Pada detik

ke-0 suhu dari aquadest adalah 30°C. dan hingga menit

ke-4 suhu dari aquadest adalah 30°C. Lalu, ditambahkan

dengan aquadest panas menjadi 36°C. Pada menit ke-5

suhu aquadest turun menjadi 35°C. pada menit ke-6 suhu

dari aquadest turun lagi menjadi 34,5°C hingga menit

ke-8 turun lagi sebesar 34°C.

Fungsi perlakuan pada praktikum ini adalah:

Pengadukan: untuk menyebarkan kalor yang diterima

setiap molekul air pada kalorimeter dan dapat

meningkatkan suhu air dengan adanya pergerakan

partikel air menghasilkan kalor yang berasal dari

pengadukan

Penambahan air panas: untuk mencapai kesetimbangan

Perhitungan waktu: untuk mengetahui perubahan suhu

setiap 30 detik

Pemanasan aquadest: untuk membandingkan kalor dengan

aquadest dingin dalam kalorimeter

Pencampuran: untuk membuktikan dungsi kalorimeter

apakah dapat menjaga/ mempertahankan kalor

Faktor kesalahan pada praktikum yaitu:

Pengadukan yang kurang dan tidak berlangsung kontinyu

Page 24: kalori meter

24

Ketidaktelitian dalam pencatatan waktu dan suhu

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Besar tetapan kalorimeter yang telah didapatkan

pada percobaan ini adalah 22 J/°C

Besar kalor (Q) yang dilepas air panas yaitu

sebesar 1097,25 J

Besar kalor (Q) yang dilepas air dingin yaitu

sebesar 992,75 J

5.2 Saran

Disarankan pada praktikum selanjutnya digunakan

sampel lain seperti air hujan agar dapat mengetahui

perbedaan dengan aquadest.

Page 25: kalori meter

25

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti. Jakarta:

Erlangga.

Keenan, C. W. 1980. Kimia untuk Universitas. Jakarta:

Erlangga.

Oxtoby, David. W. 2001. Prinsip-prinsip KimiaModern Jilid 1 Edisi

4. Jakarta: Erlangga.

Page 26: kalori meter

26

Petrucci, Ralph. H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan

Modern. Jakarta: Erlangga.

Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.