1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi, maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit. Termokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari kalor dalam suatu reaksi kimia kalor adalah berbentuk energi yang menyebabkan suatu zat memiliki suhu kalor pada suatu reaksi kimia dalam sistem terbagi atas dua, yaitu kalor yang dapat dilepaskan (eksoterm) dan kalor reaksi yang dapat diserap (endoterm). Jika zat menerima kalor maka zat itu akan mengalami suhu hingga tingkat tertentu sehingga zat tersebut akan mengalami perubahan wujud, seperti perubahan wujud dari padat menjadi cair. Sebaliknya jika suatu zat mengalami perubahan wujud dari cair menjadi padat maka zat tersebut akan melepaskan sejumlah kalor. Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kalor atau energi panas. Pertukaran energi kalor merupakan dasar teknik yang dikenal dengan nama kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitatif dari
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang
dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu
benda tersebut. Jika suhunya tinggi, maka kalor yang
dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga
sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang
dikandung sedikit. Termokimia adalah cabang ilmu kimia
yang mempelajari kalor dalam suatu reaksi kimia kalor
adalah berbentuk energi yang menyebabkan suatu zat
memiliki suhu kalor pada suatu reaksi kimia dalam
sistem terbagi atas dua, yaitu kalor yang dapat
dilepaskan (eksoterm) dan kalor reaksi yang dapat
diserap (endoterm). Jika zat menerima kalor maka zat
itu akan mengalami suhu hingga tingkat tertentu
sehingga zat tersebut akan mengalami perubahan wujud,
seperti perubahan wujud dari padat menjadi cair.
Sebaliknya jika suatu zat mengalami perubahan wujud
dari cair menjadi padat maka zat tersebut akan
melepaskan sejumlah kalor.
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk
mengukur kalor atau energi panas. Pertukaran energi
kalor merupakan dasar teknik yang dikenal dengan nama
kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitatif dari
2
pertukaran kalor. Jumlah perubahan kalor reaksi sebagai
hasil kimia dapat diukur dengan kalorimeter yang diukur
pada alat ini adalah temperaturnya.
Oleh karena itu, praktikum ini dilakukan untuk
mengetahui sifat-sifat kalorimeter dan tetapan
kalorimeter dengan menggunakan aquadest. Serta untuk
menentukan berapa banyak panas yang diserap atau panas
yang dilepaskan oleh kalorimeter, beserta kalorimeter,
termometer, dan pengaduknya sebagai tetapan kalorimeter
serta prinsip dan alat kalorimeter. Serta mengetahui
kalor (Q) yang dilepas air panas maupun kalor yang
diserap oleh air dingin dengan kalorimeter. Dan kalor
yang diserap oleh kalorimeter serta C (kapasitas kalor)
dari kalorimeter. Selain itu, pada percobaan ini juga
akan dipelajari prinsip-prinsip kalorimeter dari
percobaan tersebut.
1.2 Tujuan Percobaan
Mengetahui besar tetapan kalorimeter
Mengetahui besar kalor yang dilepas air panas
Mengetahui besar kalor yang diterima air dingin.
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan tetapan kalorimeter adalah
menentukan kapasitas kalorimeter dari pelarut dasar
menggunakan alat kalorimeter berdasarkan azas black,
3
dimana kalor yang dilepas oleh suatu benda sama dengan
kalor yang diterima oleh benda lain. Apabila suhu
aquadest yang tinggi, maka akan melepaskan kalor
sedangkan apabila suhu aquadest yang rendah, maka akan
menerima kalor. Dan keduanya bercampur sampai mencapai
kesetimbangan dimana prosesnya berlangsung secara
adiabatik, dimana tidak ada kalor yang diterima sistem
atau dilepas oleh sistem. Dengan menentukan kalor yang
lepas dan kalor yang diterima serta kapasitas dari
kalorimeter.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Termodinamika, dalam arti luas adalah pengkajian
hubungan kuantitatif antara kalor dan bentuk lain
energi, seperti energi yang dikaitkan dengan gejala
elektromagnet, permukaan dan kimia. Konsep
termodinamika merupakan hal mendasar yang penting.
Termodinamika kimia dapat didefinisikan sebagai cabang
kimia yang menangani hubungan kalor, kerja dan bentuk
lain energi, dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia
dan dalam perubahan keadaan. Erat berkaitan dengan
termodinamika kimia adalah termokimia, yang menangani
pengukuran dan penafsiran perubahan kalor yang
menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan dan
pembentukan larutan (Keenan, 1980).
Karena satuan standar energi panas telah digunakan
kalori selama bertahun-tahun, alat yang digunakan untuk
mengukur perubahan kalor selama reaksi kimia adalah
kalorimeter. Teknik untuk penggunaannya dikembangkan
oleh lavoiser dan ahli kimia lama lainnya dan telah
diperbaiki sehingga dewasa ini berkecermatan tinggi,
dalam laboratoria seperti Biro Standar Nasional
(Amerika Serikat). Dua metode termokimia ekspermen yang
paling biasa disebut kalorimetri pembakaran dan
kalorimetri reaksi. Dalam metode pertama, suatu unsur
5
atau senyawa dibakar, biasanya dalam oksigen, dan
energi atau kalor yang dibebaskan dalam reaksi ini
diukur. Kalorimetri reaksi merujuk pada penentuan kalor
reaksi apa saja selain reaksi pembakaran. Metoda
terakhir ini lebih umum digunakan dengan senyawa
anorganik dan larutan-larutannya (Keenan, 1980).
Hukum pertama termodinamika mengungkapkan hubungan
kalor, energi dalam dan kerja yang menyertai perubahan
sistem. Kalor yang menyertai reaksi sama dengan
perubahan entalpinya, dan dapat ditentukan tanpa
percobaan. Akibatnya kita dapat mengetahui apakah suatu
reaksi eksotermik atau endotermik. Hukum kedua
termodinamika mengemukakan arah proses spontan, yaitu
menambah ketidakteraturan yang ditandai dengan
meningkatnya entropi alam semesta. Entropi suatu zat
kimia dapat dihitung berdasarkan hukum ketiga
termodinamika. Dari nilai itu dapat dihitung perubahan
entropi reaksi yang berguna dalam menghitung perubahan
energi bebasnya. Nilai perubahan energi bebas berguna
dalam menghitung perubahan energi bebasnya. Nilai
perubahan energi bebas berguna dalam menentukan apakah
reaksi spontan atau tidak (Syukri, 1999).
Kalor adalah perpindahan energi termal, kalor
mengalir dari satu bagian ke bagian lain atau dari satu
sistem ke sistem lain, karena adanya perbedaan
temperatur. Besarnya kalor reaksi bergantung pada:
6
1. Jumlah zat yag bereaksi
2. Keadaan fisika
3. Temperatur
4. Tekanan
5. Jenis reaksi (P tetap atau V tetap)
Kalor reaksi adalah kalor yang menyertai suatu reaksi
dengan koefisien yang paling sederhana. Menurut hukum
Hess, panas yang timbul atau diserap pada suatu reaksi
(panas sekali) tidak bergantung pada cara bagaimana
reaksi tersebut berlangsung, hanya bergantung pada
keadaan awal dan akhir (Oxtoby, 2001).
Hukum kedua termodinamika yaitu membahas tentang
reaksi spontan dan tidak spontan. Proses spontan yaitu
reaksi yang berlangsung tanpa pengaruh luar. Sedangkan
reaksi tidak spontan tidak terjadi tanpa bantuan luar.
Hukum ketiga termodinamika menyatakan bahwa entropi
dari kristal sempurna murni pada suhu nol mutlak
menunjukkan keteraturan tertinggi yang dimungkinkan
dalam sistem termodinamika. Jika suhu ditingkatkan
sedikit diatas 0 K, entropi meningkat. Entropi mutlak
selalu mempunyai nilai positif. Kalor reaksi dapat
diperoleh dari hubungan maka zat (m), kalor jenis zat
(c) dan perubahan suhu (∆T), yang dinyatakan dengan
persamaan berikut:
Q = m c ∆T
Keterangan:
7
Q = jumlah kalor (joule)
M = massa zat (gram)
∆T= perubahan suhu (t akhir – t awal)
C = kalor jenis
Kalorimeter adalah jenis zat dlam pengukuran panas dari
reaksi kimia atau perubahan fisik. Kalorimetri termasuk
penggunaan kalorimeter. Kata kalorimetri berasal dari
bahasa latin yaitu calor, yang berarti panas.
Kalorimetri tidak langsung (indirect calorimetry)
menghitung panas pada makhluk hidup yang memproduksi
karbon dioksida dan buangan nitrogen (ammonia, untuk
organisme perairan, urea, untuk organisme darat) atau
konsumsi oksigen. Lavoiser (1780) menyatakan bahwa
produksi panas dapat diperkirakan dari konsumsi oksigen
dengan menggunakan regresi acak. Hal ini membenarkan
teori energi dinamik. Pengeluaran panas oleh makhluk
hidup ditempatkan di dalam kalorimeter untuk dilakukan
pengukuran. Jika benda atau sistem diisolasi dari alam,
maka temperatur harus tetap konstan. Jika energi masuk
atau keluar, temperatur akan berubah. Energi akan
berpindah dari satu tempat ke tempat yang disebut
dengan panas dan kalorimetri mengukur perubahan suatu
tersebut. Bersamaan dengan kapasitas dengan kapasitas
panasnya, untuk menghitung perpindahan panas (Petrucci,
1987).
8
Dalam mempelajari suatu peristiwa, kita harus
memperhatikan suatu bagian yang disebut sistem. Oleh
sebab itu, sistem adalah bagian tertentu dari alam yang
menjadi pusat perhatian. Di samping sistem ada
lingkungan. Lingkungan adalah segala sesuatu yang
berada diluar sistem. Jika kita ingin mempelajari
reaksi kimia dalam tabung reaksi, maka zat kimia yang
ada di dalam tabung disebut sistem, sedangkan yang di
luar zat kimia termasuk tabung sendiri dan udara di
atas permukaannya adalah lingkungan. Batas antara
sistem dan lingkungan disebut dinding yang bersifat
diatermal (tembus energi) atau adiatermal (tidak tembus
energi). Akibatnya ada sistem terbuka, tertutup, dan
tersekat (terisolasi). Sistem terbuka adalah sistem
yang dapat mengadakan pertukaran materi dan energi
dengan lingkungannya, sedangkan sistem tertutup
mempunyai dinding diatermal sehingga hanya terjadi
pertukaran energi. Sistem tersekat tidak mengadakan
pertukaran materi dan energi dengan lingkungan, karena
mempunyai dinding adiatermal (Syukri, 1999).
Kalor adalah berbentuk energi yang menyebabkan
suatu zat memiliki suhu. Jika zat menerima kalor, maka
zat itu akan mengalami suhu hingga tingkat tertentu
sehingga zat tersebut akan mengalami perubahan wujud,
seperti perubahan wujud dari padat menjadi cair.
Sebaiknya jika suatu zat mengalami perubahan wujud dari
9
cair menjadi padat maka zat tersebut akan melepaskan
sejumlah kalor. Dalam sistem SI (sistem internasional)
satuan untuk kalor dinyatakan dalam satuan kalori
(kal), kilokalori (kkal) atau joule (J) dan kilojoule
(KJ).
1 kilokalori = 1000 kalori
1 kilojoule = 1000 joule
1 kalori = 4,18 joule
1 kalori adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk
memanaskan 1 gram air sehingga suhunya naik sebesar 1°C
atau 1 K. jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan
suhu 1°C atau 1 K dari 1 gram zat disebut kalor jenis Q
= m c ∆T, satuan kalor jenis adalah joule per gram per
derajat celcius (Jg1°C1) atau joule per gram per kelvin
(Jg1°K1) (Petrucci, 1987).
Konsep kesetimbangan sangat penting dalam
menentukan arah proses, karena semua proses spontan
menuju ke keadaan setimbang. Sistem disebut dalam
keadaan setimbang jika tidak terjadi perubahan yang
berarti antara sistem dengan lingkungannya, bila
keduanya mengadakan ontak satu sama lain. Kesetimbangan
ada tiga macam, yaitu kesetimbangan mekanik, termal,
dan listrik.
Kesetimbangan mekanik ialah sistem yang tidak
mempunyai energi mekanik, karena resultan gaya
terhadap sistemnya nol. Contohnya, sebuah pompa yang
10
pistonnya diam karena tekanan gas dalam pompa sama
dengan tekanan luar
Kesetimbangan termal terjadi bila energi yang masuk
dan yang keluar sistem sama jumlahnya dalam saat
bersamaan. Hal ini terjadi jika suhu sistem dan
lingkungan sama
Kesetimbangan listrik ialah keadaan sistem dan
lingkungan yang mempunyai potensial listrik yang
sama sehingga tidak terjadi perpindahan muatan
(Syukri, 1999).
Pengukuran jumlah kalor reaksi yang diserap atau
dilepaskan pada suatu reaksi kimia dengan eksperimen
disebut kalorimetri. Dengan menggunakan hukum hess,
kalor reaksi suatu reaksi kimia dapat ditentukan
berdasarkan data perubahan entalpi pembentukan standar,
energi ikatan dan secara eksperimen. Proses dalam
kalorimetri berlangsung secara adiabatik, yaitu tidak
ada energi yang lepas atau masuk dari luar ke dalam
kalorimeter. Kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu
kalorimeter sebesar 10°C pada air dengan massa 1 gram
disebut tetapan kalorimetri. Dalam proses ini berlaku
azas black, yaitu:
Q lepas = Q terima
Q air panas = Q air dingin + Q kalorimetri
(Keenan, 1980).
2.1 Kalorimetri
11
Dalam laboratorium, pertukaran kalor dalam proses
fisika dan kimia diukur dengan kalorimeter, suatu wadah
tertutup yang dirancang secara khusus untuk tujuan ini.
Pembahasan kita tentang kalorimetri (calorimetry),
pengukuran perubahan kalor, akan bergantung pada
pemahaman tentang kalor jenis dan kapasitas kalor.
2.1.1 Kalor jenis dan kapasitas kalor
Kalor jenis (spesific heat) (s) suatu zat adalah
jumlah kalor yang dibuthkan untuk menaikkan suhu satu
gram zat sebesar satu derajat celcius. Kapasitas kalor
(neat capasity) (c) suatu zat adalah jumlah kalor yang
dibuthkan untuk menaikkan suhu sejumlah zat sebesar
satu derajat celcius. Kalor jenis merupakan sifat
intensif, sdangkan kapasitas kaor merupakan sifat
ekstensif. Hubungan antara kapasitas kalor dan kalor
jenis suatu zat adalah
C = m.s
Dimana m adalah massa zat dalam gram. Misalnya kalor
jenis air adalah 4,184 J/g°C, dan kapasitas kalor 60 g
air adalah
(60,0 g) (4,184 J/g°C) = 251 J/°C
Perhatikan bahwa kalor jenis mempunyai satuan J/g°C
sedangkan kapasitas kalor mempunyai satuan J/°C. Jika
kita mengetahui kalor jenis dan jumlah suatu zat, maka
jmlah kalor (q) yang telah diserap atau dilepaskan pada
suatu proses dapat diketahui berdasarkan perubahan suhu
12
sampel (∆T). Persamaan untuk menghitung perpindahan
kalor ini diberikan oleh:
q = m s ∆T
atau
q = C ∆T
dimana m adalah massa sampel dalam gram dan ∆T adalah
perubahan suhu (Chang, 2005).
13
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
Termometer
Kalorimeter
Gelas kimia
Pipet tetes
Corong kaca
Gelas ukur
Stopwatch
Hot plate
3.1.2 Bahan-bahan
Aquadest
Tissue
Serbet
14
3.2 Prosedur Percobaan
Dirangkai alat kalorimeter
Diukur 50 ml aquadest dengan gelas ukur
Dimasukkan ke dalam kalorimeter
Diaduk
Dicatat perubahan suhu aquadest setiap 30 detik
sampai menit ke empat
Dimasukkan aquadest panas sebanyak 50 ml ke dalam
kalorimeter
Diaduk
Dicatat perubahan suhu aquadest sampai menit ke
delapan
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
Waktu,
menit
Suhu °C Waktu, menit Suhu °C
0
0.5
1.5
2.0
30
30
30
30
4.5
5.0
5.5
6.0
36
35
36
34.5
15
2.5
3.0
3.5
4.0
30
30
30
Penambahan
air panas
6.5
7.0
7.5
8.0
34.5
34.5
34.5
34
4.2 Perhitungan
Ρ air = 1 gram/ml
C air = 4,18 J/gram°C
Tair dingin = 30°C
Tair panas = 40°C
Vair dingin = 50 ml
Vair panas = 50 ml
m = ρair x Vair
= 1 gram/ml x 50 ml
= 50 gram
∆T = T₁+T₂+T₃+T₄+T₅+T₆+T₇+T₈8
= 36+35+35+34.5+34.5+34.5+34.5+348
= 34,75°C
4.2.1 Q lepas air panas
Qap = m C ∆T
= m C (Tair panas ∆T)
= 50 x 4,18 x (34,75 30)
= 1097,25 J
16
4.2.2 Q yang diserap air
Qad = m C ∆T
= m C (∆T Tair dingin)
= 50 x 4,18 x (34,75 30)
= 992,75 J
4.2.3 Q serap dari kalorimeter
Q = Qap Qad
= 1097,25 992,75
= 104,5 J
4.2.4 C kalorimeter
Ckalorimeter = Qkal∆T T air dingin
= 104,534,75-30
= 22 J/°C
4.3 Grafik
17
01.5
2.5
3.5
4.5
5.5
6.5
7.5
26283032343638suhu °C
waktu (s)
4.4 Pembahasan
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk
mengukur jumlah kalor yang terlibat dalam suatu
perubahan atau reaksi kimia.
Prinsip kerja dari kalorimeter adalah menyerap dan
menghasilkan kalor dengan adanya gesekan antara
pengaduk dan dinding kalorimeter yang bertumbukan
dengan molekul air dan pelarut. Pengukuran kalor jenis
dengan kalorimeter didasarkan pada azas black, yaitu
kalor yang diterima oleh kalorimeter sama dengan kalor
yang diberikan oleh zat yang dicari kalor jenisnya. Hal
ini mengandung pengertian jika dua benda yang berbeda
suhunya saling bersentuhan. Maka akan menuju
kesetimbangan termodinamika. Suhu akhir kedua benda
akan sama. Dan bersifat adiabatis dimana tidak adanya
18
energi yang lepas atau masuk dari unsur atau keluar
yang dapat mempengaruhi kalor pada kalorimeter.
Reaksi endoterm adalah reaksi yang disertai dengan
perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem (kalor
diserap oleh sistem dari lingkungannya); ditandai
dengan adanya penurunan suhu lingkungan di sekitar
sistem. Sedangkan, reaksi eksoterm adalah reaksi yang
disertai dengan perpindahan kalor dari sistem ke
lingkungan (kalor dibebaskan oleh sistem ke
lingkungannya); ditandai dengan adanya kenaikan suhu di
lingkungan sekitar sistem.
Azas black berdasarkan teori pertukaran kalor.
Azas black juga merupakan suatu prinsip dalam
termodinamika yang ditemukan oleh Joseph Black. Azas
black berbunyi: “kalor yang dilepas oleh suatu benda
sama dengan kaor yang diterima oleh benda lain”.
Berdasarkan bunyi azas black maka teori pertukaran
kalor dirumuskan sebagai berikut:
Kalor lepas = kalor terima
Q lepas = Q terima
Azas black ini menjabarkan :
Jika dua buah benda yang berbeda suhunya dicampurkan,
benda yang panas memberi kalor pada benda yang dingin
sehingga suhu akhirnya sama
Jumlah kalor yang diserap benda dingin sama dengan
jumlah kalor yang dilepas benda panas
19
Benda yag didinginkan melepas kalor yang sama besar
dengan kalor yang diserap bila dipanaskan
Pada pencampuran antara dua zat, seusngguhnya terdapat
kalor yang hilang ke lingkungan sekitar, misalnya wadah
pencampuran yang menyerap kalor sebesar hasil kali
antara massa kalor jenis dan kenaikan suhu wadah.
a. Proses isotermik
Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika
dimana terjadi perubahan-perubahan di dalam sistem
tersebut. Jika proses terjadi berlangsung dalam suhu
konstan proses ini dinamakan proses isotermik karena
berlangsung dalam suhu konstan, tidak terjadi
perubahan energi dalam (∆U = 0)
Persamaan keadaan isotermik
P₁P₂ =
V₁V₂
b. Proses isobarik
Jika gas melakukan proses termodinamika dengan
menjaga tekanan tetap konstan, gas dikatakan
melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam
keadaan tekanan konstan, gas melakukan usaha (W = p
∆V). Persamaan keadaan isobarik:
V₁V₂=
T₁T₂
c. Proses isokhorik
20
Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume
yang konstan, gas dikatakan melakukan proses
isokhorik. Karena gas berada dalam volume konstan (∆V
= 0), gas tidak melakukan usaha (W = 0) dan kalor
yang diberikan sama dengan perubahan energi dalamnya.
Kalor disini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada
volume konstan. Persamaan keadaan isokhorik:
P₁P₂=
T₁T₂
d. Proses adiabatik
Dalam proses adiabatik tidak ada kalor yang masuk
(diserap) ataupun keluar (dilepaskan) oleh sistem (Q
= 0). Dengan demikian, usaha yang dilakukan gas sama
dengan perubahan energi dalamnya (W = ∆U). Persamaan
keadaan adiabatik:
P₁V₁T₁ = P₁V₁T₂
Sifat-sifat kalorimeter antara lain:
Menjaga suhu suatu zat agar tidak dipengaruhi oleh
lingkungan
Perpindahan panas/kalor berdasarkan azas black
Kalorimeter ideal tidak menyerap panas
Sistem dalam kalorimeter merupakan sistem terhadap
yaitu tidak terjadi transfer molekul dan energi
antara sistem dengan lingkungan
21
Aplikasi dari kalorimeter dalam kehidupan sehari-
hari antara lain:
Penanak nasi
Kompor listrik
Pemanas ruangan
Teko pemanas
Dispenser air
Setrika pakaian
Pada percobaan tetapan kaorimeter ini, pertama
yang dilakukan adalah mengukur aquadest sebanyak 50 mL
dengan menggunakan gelas ukur. Kemudian dimasukkan ke
dalam kalorimeter yang dibawahnya telah dilapisi kain,
agar panasnya tidak menghantar ke keramik dan agar
kalorimeter tidak bergerak-gerak kemudian tutup
kalorimeter. Dipasangkan termometer pada kalorimeter,
fungsinya untuk mengetahui peruahan suhu dari aquades
yang berada di dalam kalorimeter. Kemudian siapkan
stopwatch untuk menghitung waktu, karena setiap 30
detik harus diamati perubahan suhunya dari aquadest
tersebut. Aduk-aduk dengan konstan kalorimeter yang
telah berisi aquadest tersebut. Pada awalnya, suhu dari
aquadest pada detik ke-0 adalah 30°C dan tidak berubah
hingga menit ke-4 karena pengadukan yang kurang stabil
atau konstan sehingga tidak ada kalor yang diserap dan
menyebabkan suhu tidak naik atau tetap. Pada menit ke-4
ditambahkan aquadest panas yang tela dipanaskan hingga
22
suhunya sebesar 36°C. pada kalorimeter yang berisi